laporan resmi viskositas fixed
DESCRIPTION
Tegangan permukaanTRANSCRIPT
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM KIMIA FISIKA
PENENTUAN VISKOSITAS RELATIF
(METODE STORMER)
KELOMPOK A - 4 :
Setiawan Limantoro 6103011071
Felisia Puspitaningsih 6103011086
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA
2012
I. TUJUAN
Menentukan viskositas relative berbagai macam zat alir terhadap viskositas air berdasarkan
metode stormer
II. DASAR TEORI
Menurut Tupamahu, (1976) viskositas adalah ketahanan karena gaya gesekan internal dimana
cairan viskos dapat menghalangi gaya, dengan kata lain sebagai penghalang aliran. Dengan
demikian viskositas dapat didefinisikan sebagai gaya tiap satuan luas (dyne/cm2) yang diperlukan
untuk mendapat beda kecepatan sebesar 1 cm/detik antara dua lapisan cairan yang sejajar dan
berjarak 1 cm.
Viskositas dapat diukur dengan menggunakan alat viskosimeter atau viskometer. Besarnya
viskositas dapat diukur dari rata-rata aliran liquid yang dilewatkan pada tabung yang silindris.
Untuk mengukur viskositas suatu liquid diperlukan pembanding yang sudah diketahui viskositasnya
pada suhu tertentu, biasanya menggunakan air, karena itulah hasil dari pengukuran viskositas liquid
tersebut disebut viskositas relatif. (Alberty, R., 1955)
Menurut Tupamahu (1976), gaya gesek dapat menahan aliran yang besarnya tergantung dari
kekentalan zat. Rumusnya adalah:
G = A dv/dy
= G/(A dv/dy)
Keterangan:
G = gaya gesek
= viskositas / angka kekentalan dinamis
A = luas lapisan
dv/dy = gradien kecepatan
dari persamaan tersebut, diperoleh satuan angka kekentalan dinamis adalah g/cm.dt, yang disebut
poise.
Menurut Sukardjo, (2002) hubungan antara viskositas dengan kecepatan aliran yang laminar
melalui suatu pipa dinyatakan oleh persamaan Poiseuille sebagai berikut:
η = π r4 P t/ (8 V L)
Keterangan :
V = volume fluida dalam cm3
t = waktu yang diperlukan fluida untuk mengalir melalui pipa
r = jari-jari pipa
L = panjang pipa
P = tekanan
Lambang viskositas ialah η dan dinyatakan dalam poise atau dyne cm-2 detik. Viskositas fluida
juga dapat ditentukan dengan membandingkan dua fluida dengan tabung kapiler sama. Untuk dua
zat cair dengan tabung kapiler sama, maka dinyatakan oleh persamaan Poiseuille sebagai berikut
η1 / η2 = {( π P1 r4 t1) / (8 L V)} x {(8 L V) / ( π P2 r4 t2) }
Karena tekanan berbanding lurus dengan rapatnya, maka:
η1 / η2 = {(P1 . t1) / (P2 . t2)}
Dimana
ηxη air
= ρx×txρ air×tair
Keterangan :
η1 = viskositas fluida 1
η2 = viskositas fluida 2
ρ1 = berat jenis fluida 1
ρ2 = berat jenis fluida 2
t1 = waktu alir fluida 1
t2 = waktu alir fluida 2
Viskositas dipengaruhi oleh :
• Suhu / Temperatur
Jika viskositas dari gas bertambah dengan temperatur, maka viskositas dari zat cair berkurang
jika temperatur dinaikkan, dan fluiditasnya, yaitu harga resiprok dari viskositasnya, bertambah
dengan temperatur. Ketergantungan viskositas zat cair terhadap temperatur dinyatakan secara
pendekatan untuk banyak zat oleh suatu persamaan yang analog dengan persamaan Arrhenius
untuk kimia kinetik :
Ƞ = A eEv/RT
Keterangan :
A = tetapan yang tergantung dari bobot molekul dan volume molar zat cair.
Ev = energi aktivasi yang dibutuhkan untuk memulai terjadinya aliran antara molekul-molekul.
(Moechtar, 1989).
Secara sederhana, dapat dikatakan bahwa viskositas dari larutan akan turun 1 – 2 % setiap
kenaikan 1 D suhu. (Daniels, 1955)
• Tekanan
Kenaikan tekanan akan menyebabkan penurunan viskositas.
• Berat molekul
Kenaikan berat molekul akan menyebabkan kenaikan viskositas.(Crockford, 1967)
• Bentuk partikel dari fase dispers
Koloid-koloid berbentuk bola membentuk sistem dispers dengan viskositas rendah, sedang
seistem dispersi yang mengandung koloid-koloid linier viskositasnya lebih tinggi. Hubungan
antara bentuk dan viskositas merupakan refleksi derajat solvaksi dari partikel. Jika suatu koloid
linier dimesukkan dalam solven yang mempunyai afinitas rendah, maka ia cenderung untuk
menjadi bentuk bola dan viskositasnya turun. (Moechtar, 1989).
• Gaya gesek
Kenaikan gaya gesek akan memperbesar nilai viskositas.
• Konsentrasi
Semakin besar konsentrasi larutan maka nilai viskositas akan semakin besar pula.
• Penambahan substansi
Menurut Crockford, (1967) penambahan elektrolit akan menurunkan viskositas dan
penambahan koloid akan menaikkan viskositas
Beberapa faktor lain yang juga dapat mempengaruhi viskositas larutan adalah :
• Pada umumnya koloid hidrofilik mepunyai viskositas yang berbeda sedikit dari medium di
mana koloid tersebut terdispersi. Viskositas hanya meningkat sedikit dengan peningkatan
konsentrasi partikel pendispersi. Viskositas sel hidrofilik meningkat dengan meningkatnya
hidrasi. Sebagai contoh : molekul gula mempunyai viskositas relatif tinggi daripada air karena
mempunyai banyak gugus hidrofilik sehingga mampu menyerap banyak air. Kemampuan
menyerap air akan bertambah bila dipanaskan.
• Sol dengan partikel terkecil menunjukkan viskositas yang lebih tinggi untuk pemberian
konsentrasi daripada partikel terkasar pada konsentrasi yang sama.
• Jumlah non elektrolit yang sedikit meningkatkan viskositas sedangkan jumlah elektrolit yang
sedikit menurunkan viskositas larutan dengan jumlah padatan yang banyak biasanya
menyebabkan peningkatan viskositas.
• Viskositas dari sistem koloid menurun dengan peningkatan temperatur. Penurunan viskositas
pada koloid hidrofobik lebih sedikit daripada koloid hidrofilik. Viskositas cairan turun dengan
bertambahnya temperatur.(Auran dan Wood, 1973)
Viskositas biasanya berhubungan dengan konsistensi yang keduanya merupakan sifat
kenampakan yang berhubungan dengan indera perasa. Konsistensi dapat didefinisikan sebagai
ketidakmauan suatu bahan untuk melawan perubahan bentuk (deformasi) bila suatu bahan
mendapat gaya gesekan (sheering fore). Gesekan yang timbul sebagai hasil perubahan bentuk
cairan yang disebabkan karena adanya resistensi yang berlawanan yang diberikan oleh cairan
tersebut dinamakan gaya irisan (sheering stress). Jika tenaga diberikan pada suatu cairan, tenaga ini
akan menyebabkan suatu bentuk atau deformasi. Perubahan bentuk ini disebut sebagai aliran
(Lewis, 1987).
Ada dua tipe aliran yaitu (Suyitno, 1988):
1. Newtonian
Viskositas cairan yang bersifat Newtonian tidak berubah dengan adanya perubahan gaya irisan
dan kurva hubungan antara shear stress dan shear ratenya linier melewati titik (0,0) atau
dengan kata lain viskositasnya tidak berubah dengan adanya perubahan gaya gesekan antar
permukaan cairan dengan dinding. Cairan newtonian biasanya merupakan cairan murni secara
kimiawi dan homogen secara fisikawi. Contohnya adalah larutan gula, air, minyak, sirup,
gelatin, dan susu.
2. Non-newtonian
Viskositas cairan yang bersifat Non-newtonian berubah dengan adanya perubahan gaya irisan
dan kurva hubungan antara shear stress dan shear ratenya non linier. Dengan kata lain,
viskositasnya berubah dengan adanya perubahan gaya gesekan antar permukaan cairan dengan
dinding. Cairan non newtonian ini termasuk cairan yang bersifat non true liquid/non ideal.
Contohnya yaitu soas tomat, kecap, slurry permen, dan susu kental manis.
Teknik Pengukuran Viskositas :
Saat ini terdapat beberapa model pengukuran Viskositas dan secara garis besar dapat
digolongkan sbb. :
1. Falling ball viscometer, mendapatkan nilai viskositas dengan cara mengukur waktu yang
dibutuhkan oleh suatu bola jatuh melalui sample pada jarak tertentu.
2. Cup-type Viscometer, mendapatkan nilai viskositas dengan mengukur waktu yang diperlukan
oleh suatu sample untuk mengalir pada suatu celah sempit (orifice).
3. Vibro Viscometer, mendapatkan nilai viskositas dengan cara mengendalikan amplitudo sebuah
pelat sensor yang dicelupkan ke dalam sample dan mengukur arus listrik yang diperlukan untuk
menggerakkan sensor tersebut.
4. Capillary Tube Viscometer, mendapatkan nilai viskositas dengan cara membiarkan sample
mengalir di dalam sebuah pipa kapiler dan mengukur beda tekanan di kedua ujung kapiler
tersebut.
5. Rotational Viscometer, mendapatkan nilai viskositas dengan mengukur gaya puntir sebuah rotor
silinder (spindle) yang dicelupkan ke dalam sample.
Gambar dibawah ini adalah pengukuran viskositas dengan metode Rotational. Pada metode ini
sebuah spindle dicelupkan ke dalam cairan yang akan diukur viskositasnya. Gaya gesek antara
permukaan spindle dengan cairan akan menentukan tingkat viskositas cairan.
Seperti tampak pada gambar di atas, sebuah spindle dimasukkan ke dalam cairan dan diputar
dengan kecepatan tertentu. Bentuk dari spindle dan kecepatan putarnya inilah yang menentukan
Shear Rate. Sebagai contoh Viscometer yang menggunakan prinsip ini adalah : Viscometer Model :
LVDV-II Pro salah satu viscometer keluaran dari Brookfield Engineering Laboratories, USA. Saat
ini viscometer model rotational keluaran Brookfield ini paling banyak dipakai di pasaran.
Kita ketahui bahwa untuk cairan-cairan yang tergolong dalam kategori Non Newtonian hasil
pembacaan Viskositas dipengaruhi oleh Shear Rate, dalam hal ini dinyatakan oleh bentuk geometri
spindle serta kecepatan putarnya. Oleh karena itu untuk membuat sebuah report Viskositas dengan
methode pengukuran Rotational harus dipenuhi beberapa hal sbb. :
Jenis Spindle
Kecepatan putar Spindle
Type Viscometer
Suhu sample
Shear Rate (bila diketahui)
Lama waktu pengukuran (bila jenis sample-nya Time Dependent)
Yang dimaksud dengan Time Dependent sample adalah jenis cairan yang nilai viskositasnya
berubah seiring dengan lama waktu pengukuran.
(http://duniaanalitika.wordpress.com/2009/12/16/tehnik-penngukuran-viskositas/)
III. ALAT DAN BAHAN
Alat :
Buret 25 ml
Statis
Gelas beker 100 ml
Gelas beker 1 L
Pengaduk
Labu takar
Timbangan analitis
Piknometer
Stopwatch
Viskometer
Waterbath
Corong gelas
Pipet tetes
Bahan :
Aquades
Sirup dengan konsentrasi 10%, 20%, 30%, 40%, 50%
Lesitin
Es batu
IV. CARA KERJA
Pengukuran Viskositas Dengan Buret (Metode Stormer)
Alat-alat yang akan digunakan harus bersih dan kering
↓
Penentuan densitas zat cair yang akan dianalisis dengan piknometer pada suhu 20oC
↓
Buret 25 mL diisi air lebih tinggi dari batas atas(batas atas = 0)
↓
Keran buret dibuka, stopwatch dinyalakan ketika aliran air dalam buret tepat melewati batas
atas (skala 0)
↓
Setelah air mengalir 25 mL stopwatch dimatikan
↓
Waktu alir ditentukan
↓
Air diganti dengan sirup pada berbagai konsentrasi
↓
Percobaan diulangi 3x
Pembuatan Sirup Dengan Berbagai Konsentrasi
Penimbangan sirup secara analitis dengan konsentrasi 10%, 20%, 30%, 40% dan 50% sesuai
dengan perhitungan
↓
Pengenceran sirup dengan 50 ml akuades dalam beker gelas
↓
Pemasukkan larutan tersebut ke dalam labu takar secara analitis
↓
Tambahkan akuades hingga tepat 100 ml
↓
Homogenkan
Pengukuran Densitas Dengan Menggunakan Piknometer
Penimbangan analitis piknometer kosong (bersih dan kering)
↓
Pengisian piknometer dengan zat yang hendak di ukur densitasnya
↓
Pengkondisian piknometer ada suhu 20°C selama ± 1 menit
↓
Penimbangan kembali piknometer beserta zat secara analitis
↓
Penghitungan densitas dengan rumus ρ=mv
Pengukuran Viskositas Menggunakan Viskometer (Metode Brookfield)
Alat dihubungkan pada listrik
↓
Alat dinyalakan tekan tombol ON pada saklar belakang
↓
Alat diposisikan lebih tinggi dengan memutar skala pada sebelah kanan alat
↓
Pemeriksaan mata kucing (harus tepat ditengah)
↓
Tekan tombol ”AUTOZERO” 2x
↓
Pemasangan spindle (searah jarum jam)
↓
(*) Beker gelas yang berisi sampel yang hendak dihitung densitasnya diposisikan di bawah alat
↓
Alat diturunkan sampai spindel terendam sampai garis batas spindle
↓
Termometer dari viskometer dimasukan dalam sampel
↓
Tekan tombol ”SELECT SPINDLE” kemudian masukkan nomer spindle yang dipakai
↓
Tekan tombol ”ON”
↓
Tekan tombol ”SELECT SPEED” masukkan kecepatan
↓
Tekan tombol ”ON” lagi
↓
Catat Rpm, suhu, dan Cp dan persen (%) yang tertera pada alat
Jika angka Cp berkedip atau persen (%) di bawah 10% maka Rpm diganti karena data tidak bisa
dipakai/tidak valid
↓
Tekan tombol ”OFF”
↓
Jika hendak ganti spindle maka alat dinaikkan kembali lepas spindle ganti dengan nomer
spindle yang lain
↓
Ulangi langkah-langkah diatas (*) setelah spindle terpasang
V. HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
10% 20% 30% 40% 50%
Beker kosong (g) 49,0168 62,7946 62,9644 63,8909 62,8506
Beker + sirup (g) 58,9772 82,7590 92,8654 103,8620 112,8690
Berat sirup (g) 9,9604 19,9644 29,9010 39,9711 50,0184
PENGENCERAN SIRUP
DENSITAS (MASSA JENIS)
Aquades Sirup 10% Sirup 20% Sirup 30% Sirup 40% Sirup 50%
Berat piknometer
kosong (g)13,3478 11,9229 12,6302 13,2863 12,5298 12,3492
Berat pikno + zat (g) 23,3925 22,4942 23,2232 24,3924 23,8250 23,7229
Berat zat (g) 10,0447 10,5713 10,5930 11,1061 11,2952 11,3737
Volume (ml) 10 10 10 10 10 10
ρ (g/cm3) 1,0045 1,0473 1,0494 1,1002 1,1189 1,1268
Contoh Perhitungan Densitas
Suhu ruang = 32°C
Interpolasi ρ air pada suhu ruang (32°C)
x−x1
x2−x1
=y− y1
y2− y1
32−3035−30
= y−995,7994,1−995,7
→25= y−995,7
−1,6
−3,2=5 y−4978,5 → y=995,06 kg/m3
y (ρ air )=0,9951 g /cm3
Aquades
ρ=mv
=10,044710
=1,0045 g/cm3
Sirup 10%
ρ=m zatm air
× ρ air=10,571310,0447
× 0,9951=1,0473 g/cm3
VISKOSITAS RELATIF
SAMPELWAKTU (s) RATA –RATA
WAKTU (s)
VISKOSITAS RELATIF
(Pa s)I II III
Aquades 24,6 24,8 26 25,1 763,3494 x 10-6
Sirup 10% 25,9 26,2 25,4 25,8 825,7969 x 10-6
Sirup 20% 26,9 27,4 27,8 27,4 878,7702 x 10-6
Sirup 30% 28,5 28 28,9 28,5 958,2958 x 10-6
Sirup 40% 31,1 30,9 31,3 31,1 1063,4936 x 10-6
Sirup 50% 33,45 34,1 32,6 33,4 1150,2074 x 10-6
Suhu ruang = 32°C
Interpolasi Viskositas air pada suhu ruang (32°C)
x−x1
x2−x1
=y− y1
y2− y1
32−3035−30
= y−792,377 ×10−6
719,808 ×10−6−792,377 ×10−6 →25= y−792,377 × 10−6
−72,569 ×10−6
−145,138 ×10−6=5 y−3961,885 ×10−6
y=763,3494 ×10−6 Pa s
Contoh Perhitungan Viskositas Relatif
μx
μair
=t x × ρx
t air × ρair
Sirup 10%
μx
μair
=t x × ρx
t air × ρair
μx
763,3494 ×10−6 =25,8 ×1,047325,1 ×0,9951
μx
763,3494 ×10−6 =27,020324,9770
→ μx=825,7969 ×10−6 Pa s
VISKOMETER
NOMER SPINDLEKECEPATAN
(Rpm)
VISKOSITAS
(Cp)
SUHU
(°C)%
2
1,0 157 e3
31,7
-
(tidak
dicatat)
2,0 157 e3
2,5 152 e3
3
2,0 64500
31,7
-
(tidak
dicatat)
2,5 64000
5,0 63000
10,0 62800
4
4,0 32750
32
31,9
5,0 32400 31,9
10,0 31700 31,7
20,0 31200 62,4
5
10,0 15600
32
15,6
20,0 15400 30,7
50,0 15040 75,1
6
20,0 6100
31,9
12,2
50,0 6000 30,0
100,0 5880 58,7
7 100,0 1470 31,9 14,7
VI. PEMBAHASAN
Pada percobaan kali ini dilakukan dua metode pengukuran viskositas yaitu metode Stormer dan
metode rotational. Metode stormer yaitu metode pengukuran viskositas menggunakan buret
sedangkan metode rotational yaitu metode pengukuran viskositas menggunakan viscometer
Brookfield. Sebelum dilakukan percobaan untuk mengukur viskositas menggunakan metode
stormer, harus ditentukan terlebih dahulu densitas dari komponen percobaan yaitu akuades dan
sirup dengan konsentrasi 10%, 20%,30%,40%, dan 50% dengan menggunakan piknometer. Saat
menggunakan piknometer, larutan yang ditentukan densitasnya harus dijaga agar suhunya tetap
20oC sebelum ditimbang analitis, hal tersebut karena prinsip kerja dari piknometer yaitu 10 mL
larutan pada suhu 20oC, suhu mempengaruhi volume larutan. Jika tidak dikondisikan 20oC maka
volume larutan tidak menjadi 10 mL lagi. Suhu ruangan yang lebih tinggi dari 20 oC akan
menaikkan volume larutan dalam piknometer, sedangkan pada suhu ruang yang lebih rendah dari
20oC maka volume larutan akan berkurang dari 10 mL. Kemudian setelah didapatkan berat analitis
dari larutan, maka akan diperoleh densitas dengan rumusρ=m zatm air
× ρ air . Dari hasil perhitungan,
densitas akuades, sirup 10%,20%,30%,40%,dan 50% berturut-turut adalah 1,0473 g/cm3, 1,0494
g/cm3, 1,1002 g/cm3, 1,1189 g/cm3, 1,1268 g/cm3. Hasil tersebut sesuai dengan teori dimana teori
menyatakan semakin banyak konsentrasi zat terlarut maka semakin tinggi pula densitasnya. Karena
konsentrasi sirup yang semakin tinggi maka semakin banyak jumlah molekul dalam larutan
sehingga larutan akan semakin rapat (densitasnya meningkat).
Setelah densitas telah ditentukan, selanjutnya adalah pembuatan larutan sirup konsentrasi 10%,
20%,30%,40%,dan 50% dengan volume total 100 mL. Tabung kapiler yang digunakan dalam
percobaan ini adalah buret 25 mL. Setelah membuat larutan harus ditentukan batas atas maupun
bawah dari larutan untuk menentukan berapa mL viskositas yang diukur pada waktu tertentu. Pada
percobaan ini, batas atasnya adalah 0 mL dan batas bawahnya adalah 25 mL. Kemudian larutan
yang digunakan dimasukkan ke dalam buret 25 mL dengan corong sampai tinggi cairan dalam buret
melebihi batas atas (diatas skala 0). Untuk menentukan viskositas, keran buret dibuka, saat tinggi
cairan tepat 0 mL baru stopwatch dinyalakan dan dimatikan saat tinggi cairan tepat pada batas
bawah (25 mL).
Waktu alir fluida merupakan komponen yang cukup penting dalam penentuan viskositas. Pada
data kelompok kami, waktu alir(rata-rata) akuades adalah 25,1 detik, sedangkan sirup konsentrasi
10%, 20% ,30%,40%,dan 50% berturut-turut adalah 25,8 detik, 27,4 detik, 28,5 detik, 31,1 detik,
33,4 detik. Dari data akuades ke data sirup konsentrasi 50% mengalami peningkatan waktu alir .
Menurut teori, viskositas sebanding dengan waktu alir fluida, artinya semakin viskus atau kental
suatu zat maka kecepatan alirnya semakin rendah. Sebaliknya, semakin encer suatu zat maka
kecepatan alirnya semakin tinggi. Viskositas juga sebanding dengan densitas artinya semakin besar
densitasnya maka zat tersebut semakin viskus, dan sebaliknya. Nilai densitas akan mempengaruhi
besarnya gaya gesek yang menahan laju alir dari zat cair sehingga waktu yang dibutuhkan zat untuk
mengalir semakin lama.
Untuk menentukan viskositas relatif sirup dilakukan perbandingan viskositas relatif sirup yang
dicari dibanding viskositas relatif air dengan rumus
μxμa
=ρx×t x
ρa×ta , ρ adalah masa jenis sedangkan
t adalah waktu alir. Dari data percobaan didapatkan viskositas relatif sirup konsentrasi 10%, 20%,
30%,40%,dan 50% berturut-turut adalah 825,7969x10-6 Pa s, 878,7702x10-6 Pa s, 958,2958x 10-6 Pa
s, 1063,4936x10-6 Pa s, 1150,2074x10-6 Pa s Dari data tersebut terlihat viskositas relatif sirup
konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi terus meningkat. Hal tersebut dapat dikaitkan dengan
konsentrasi zat terlarut dalam sirup tersebut. Semakin tinggi konsentrasi zat terlarut maka semakin
besar viskositasnya. Hal ini disebabkan karena dengan meningkatnya konsentrasi larutan maka
jumlah molekul-molekul dalam fluida juga akan bertambah, sehingga dengan ruang gerak yang
tidak berubah akan mengakibatkan meningkatnya kerapatan fluida. Peningkatan kerapatan ini akan
menghambat aliran fluida dan meningkatkan viskositasnya. Selain itu pada zat cair (fluida) yang
mengalir molekul-molekulnya akan saling bergesekan, di mana gaya tersebut dapat menahan
kecepatan aliran fluida karena memiliki arah yang berlawanan dengan arah alirannya. Pertambahan
konsentrasi akan meningkatkan pula gaya gesek antar molekulnya. Akibatnya kecepatan aliran
fluida akan menurun dan meningkatkan resistensi fluida terhadap gaya yang diberikan padanya
(viskositas).
Dalam praktikum ini, selain konsentrasi gula, ada beberapa hal yang mempengaruhi viskositas
fluida. Hal tersebut adalah :
• Suhu / Temperatur
viskositas dari larutan akan turun 1 – 2 % setiap kenaikan 1 D suhu.
• Tekanan
Kenaikan tekanan akan menyebabkan penurunan viskositas.
• Berat molekul
Kenaikan berat molekul akan menyebabkan kenaikan viskositas.
• Gaya gesek
Kenaikan gaya gesek akan memperbesar nilai viskositas. Banyaknya molekul gula
mengakibatkan meningkatnya gaya gesek antar partikel maupun partikel dengan dinding
kapiler.
Pada pengukuran viskositas menggunakan viscometer Brookfield digunakan sampel Lesitin.
Pengukuran viskositas lesitin pada alat ini adalah dengan memasukkan spindle pada sampel yang
hendak di ukur viskositasnya. Spindle harus berada dalam cairan pada batas tertentu yaitu hingga
pertengahan batas spindle agar ukuran viskositasnya bisa sesuai. Spindle tersebut digunakan sebagai
alat pengukur viskositas larutan. Kemudian setelah spindle tersebut masuk ke dalam larutan, kita
memasukkan nilai kecepatannya (dalam Rpm) yang diinginkan maka muncul data pada layar alat
seperti data Cp, Rpm (kecepatan), suhu larutan, serta %.Wadah yang digunakan pada pengukuran
viskositas dengan menggunakan metode Brookfield adalah beaker glass 1 L agar spindle yang
berputar untuk pengukuran tidak terkena pada dinding maupun dasar tabung sehingga
pengukurannya akurat (viskositas yang terukur adalah harga viskositas sebenarnya, tidak
dipengaruhi oleh gaya gesekan antara spindel dengan wadah cairan).
Nilai Cp yang muncul merupakan nilai viskositas dari lesitin. Jika nilai Cp yang muncul pada
layar alat berkedip-kedip maka menunjukan bahwa larutan yang uji tidak stabil sehingga perlu
merubah Rpm dengan cara menaikkan atau menurunkan nilai Rpm nya sampai nilai Cp pada layar
tidak berkedip-kedip. Pada umumnya larutan yang dapat diukur viskositasnya mempunyai nilai
Rpm berkisar 8000 – 10000. Suhu larutan yang tertera pada layar menunjukkan suhu larutan lesitin
yang di uji tersebut. Sedangkan % yang tertera pada layar menunjukan valid atau tidak valid nya
larutan lesitin tersebut untuk di uji. Larutan dapat uji viskositasnya jika % yang tertera di atas 10%.
Jika di bawah 10% maka larutan tidak dapat dihitung viskositasnya karena viskositas larutan
tersebut sangat rendah sehingga tidak dapat dihitung. Hasil viskositas lesitin yang tertera berbeda –
beda dengan nilai Rpm yang berbeda- beda juga. Nomer spindle juga mempengaruhi hasil
viskositas. Semakin viskos zat yang hendak di uji maka digunakan spindle dengan ukuran yang
kecil dan juga sebaliknya. Hasil yang kita dapatkan pada pengujian ini yaitu terjadi penurunan
viskositas. Jika spindle yang digunakan semakin kecil,maka Rpm semakin tinggi (kecepatan
putaran spindle semakin cepat) sehingga viskositasnya juga menurun.
VII. KESIMPULAN
Viskositas relatif sirup konsentrasi 10%, 20%, 30%,40%,dan 50% berturut-turut adalah
825,7969x10-6 Pa s, 878,7702x10-6 Pa s, 958,2958x 10-6 Pa s, 1063,4936x10-6 Pa s,
1150,2074x10-6 Pa s sedangkan viskositas relative air adalah 763,3494 × 10−6 Pa s
Semakin tinggi konsentrasi pada larutan,maka kekentalannya juga semakin tinggi sehingga
daya alirnya semakin lambat (viskositas sebanding dengan waktu alir fluida)
Pada percobaan dengan menggunakan viscometer Brookfield,semakin kecil spindle yang
digunakan maka viskositasnya semakin kecil.
Faktor-faktor yang mempengaruhi viskositas dalam praktikum ini adalah konsentrasi, suhu,
Berat Molekul, tekanan, dan gaya gesek.
Sirup dengan konsentrasi 50% memiliki viskositas relatif yang paling besar (paling lambat)
Air memiliki viskositas relatif yang paling kecil (paling cepat)
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Alberty, R. 1955. Physical Chemistry. New York : John Wiley & Sons, Inc.
Auran, L.W. and A.E. Woods. 1973. Food Chemistry. West Port, Connecticut: The AVI
Publishing Company, Inc.
Crockford, H.D and S.B. Knight. 1967. Fundamentals of Physical Chemistry Second Edition.
New York : John Wiley and Sons, Inc.
Daniels, F. dan R. A. Alberty. 1955. Physical Chemistry. New York : John Wiley and Sons, Inc.
Lewis, E.E. 1987. Introducion to Reliabillity Engineering. Department of Mechanical and
Nuclear Engineering Northwestern Univercity
Moechtar. 1989. Farmasi Kimia : Bagian Larutan dan Sistem Dispersi. Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press.
Sukadjo. 2002. Kimia Fisika. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Tupamahu, M. 1976. Kimia Fisik I. Bandung: Yayasan Karyawan Kimia ITB.
http://duniaanalitika.wordpress.com/2009/12/16/tehnik-penngukuran-viskositas/