laporan resmi(1)
TRANSCRIPT
1
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM DASAR- DASAR AGROTEKNOLOGI
INDEKS LUAS DAUN
Di susun oleh :
Arif nor fauzi (11011004)
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGIFAKULTAS AGROINDUSTRI
UNIVERSITAS MERCU BUANAYOGYAKARTA
2013
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan dengan
baik. Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat untuk melengkapi nilai pada mata
kuliah Desain Eksperimen pada Fakultas Agroindustri Program Studi Agroteknologi
Universitas Mercu Buana Yogyakarta.
Laporan ini dapat diselesaikan dengan baik berkat kerja sama dan bantuan dari
berbagai pihak,untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Ibu Dosen yang telah membimbing kami.
2. Kedua orang tua saya yang selalu memberi dorongan,do’a dan bantuan materil.
3. Semua teman-teman dan sahabat-sahabat dari program studi agroteknologi
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna,namun penulis
berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada
umumnya.
Yogyakarta, April 2013
Penulis
DAFTAR ISI
3
halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR LAMPIRAN iii
I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan 2
II. DASAR TEORI 3
III. METODOLOGI 7
A. Waktu dan Tempat 7
B. Alat dan Bahan 7
C. Cara Kerja 7
IV. HASIL dan PEMBAHASAN 10
A. Hasil 10
B. Pembahasan 16
V. KESIMPULAN 18
DAFTAR PUSTAKA 19
LAMPIRAN 20
4
DAFTAR LAMPIRAN
halaman
Lampiran 1. Metode Gravimetri ( Daun Jambu ) 20
Lampiran 2. Metode Langsung ( Daun Jambu ) 22
5
BAB. I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Daun merupakan organ tubuh tanaman yang penting, karena pada daun
terdapat komponen dan sekaligus tempat berlangsungnya proses fotosintesis,
respirasi, dan transpirasi yang menentukan arah pertumbuhan dan perkembangan
suatu tanaman. Oleh karena itu luas daun merupakan salah satu parameter penting
dalam analisis pertumbuhan tanaman. Indek luas daun, laju tumbuh relatif, dan
laju fotosintesis merupakan parameter yang erat terkait dengan luas daun.
( Harjadi, S.S. 1991)
Faktor yang penting untuk diperhatikan dalam mengukur luas daun adalah
ketepatan hasil pengukuran dan kecepatan pengukuran. Masing-masing faktor
tersebut memiliki kepentingan sendiri dalam penggunaannya, seperti pada
pengukuran laju fotosintesis dan proses metabolisme lain tentunya ketepatan
pengukuran yang diperlukan. Untuk pengukuran indek luas daun tentunya
kecepatan pengukuran yang diperlukan. Namun demikian ketepatan dan
kecepatan pengukuran sangat tergantung pada alat dan cara atau teknik
pengukuran. (Bambang dan Haryadi 2008)
Pengukuran luas daun dapat dilakukan dengan memetik daun maupun
tanpa memetik daun. Bilamana pengukuran harus dilakukan dengan cara memetik
daun bersangkutan, maka tanaman mengalami kerusakan daun. Daun-daun
tersebut kemudian diukur dengan menggunakan alat Leaf Area Meter (LAM)
ataupun Metode Timbang. Sebaliknya pengukuran dengan tanpa memetik daun,
maka tanaman akan tetap tumbuh baik karena daun – daun tidak berkurang atau
bahkan habis terpetik.( Jumin, Hasan Basri. 2005)
Pengukuran daun dengan tidak memetik daun dapat dilakukan dengan
menggunakan persamaan atau rumus. Pengukuran luas daun dengan tidak harus
memetik daun merupakan teknik pengukuran yang lebih baik karena tanaman
tidak rusak dan pengukuran cepat serta tidak mensyaratkan peralatan yang
mungkin sulit tersedianya. Pada karet digunakan persamaan regresi terhadap
6
ukuran panjang dan lebar daun. (Suhendry dan Alwi, 1987; Lim dan Narayanan,
1972).
B. Tujuan
Menghitung indeks luas daun dan menentukan rumus regresi hubungan
luas daun dengan parameter tertentu.
Menambah wawasan mahasiswa dalam mengetahui indeks luas daun.
7
BAB. II DASAR TEORI
Daun merupakan organ utama tempat berlangsungnya fotosintesis. Oleh
karena itu jumlah daun yang optimum memungkinkan distribusi (pembagian)
cahaya antar daun lebih merata. Distribusi cahaya yang lebih merata antar daun
mengurangi kejadian saling menaungi antar daun sehingga masing-masing daun
dapat bekerja sebagaimana mestinya. Daun merupakan organ terpenting bagi
tumbuhan dalam melangsungkan hidupnya karena tumbuhan adalah organisme
autotrof obligat, ia harus memasok kebutuhan energinya sendiri melalui konversi
energi cahaya menjadi energi kimia. Bentuk daun sangat beragam, namun
biasanya berupa helaian, bisa tipis atau tebal.( Kastono, Dody. 2010.)
Gambaran dua dimensi daun digunakan sebagai pembeda bagi bentuk-
bentuk daun. Bentuk dasar daun membulat, dengan variasi cuping menjari atau
menjadi elips dan memanjang. Bentuk ekstremnya bisa meruncing panjang. Oleh
karena itu luas daun merupakan salah satu parameter penting dalam analisis
pertumbuhan tanaman. Indek luas daun, laju tumbuh relatif, dan laju fotosintesis
merupakan parameter yang erat terkait dengan luas daun. (Sutanto, Rachman.
2009.)
Indeks luas daun dapat digunakan untuk menggambarkan tentang
kandungan total klorofil daun tiap individu tanaman. Permukaan daun yang
semakin luas diharapkan mengandung klorofil lebih banyak. Indeks luas daun
merupakan hasil bersih asimilasi persatuan luas n dan waktu. Luas daun tidak
konstan terhadap waktu, tetapi mengalami penurunan dengan bertambahnya umur
tanaman. Indeks luas daun merupakan gambaran tentang rasio permukaan daun
terhadap luas tanah yang ditempati oleh tanaman. Laju pertumbuhan tanaman
dipengaruhi oleh laju asimilasi bersih dan indeks luas daun. Laju asimilasi bersih
8
yang tinggi dan indeks luas daun yang optimum akan meningkatkan laju
pertumbuhan tanaman (Gardner et al., 1991).
Terdapat beberapa cara untuk menentukan luas daun (Guswanto 2009),
yaitu :
a. Metode Kertas Milimeter
Metode ini menggunakan kertas milimeter dan peralatan menggambar
untuk mengukur luas daun. Metode ini dapat diterapkan cukup efektif pada daun
dengan bentuk daun relatif sederhana dan teratur. Pada dasarnya, daun digambar
pada kertas milimeter yang dapat dengan mudah dikerjakan dengan meletakkan
daun diatas kertas milimeter dan pola daun diikuti. Luas daun ditaksir berdasarkan
jumlah kotak yang terdapat dalam pola daun. Sekalipun metode ini cukup
sederhana, waktu yang dibutuhkan untuk mengukur suatu luasan daun relatif
lama, sehingga ini tidak cukup praktis diterapkan apabila jumlah sampel banyak.
b. Gravimetri
Metode ini menggunakan timbangan dan alat pengering daun (oven). Pada
prinsipnya luas daun ditaksir melalui perbandingan berat (gravimetri). Ini dapat
dilakukan pertama dengan menggambar daun yang akan ditaksir luasnya pada
sehelai kertas, yang menghasilkan replika (tiruan) daun. Replika daun kemudian
digunting dari kertas yang berat dan luasnya sudah diketahui. Luas daun
kemudian ditaksir berdasarkan perbandingan berat replika daun dengan berat total
kertas.
c. Planimeter
Planimeter merupakan suatu alat yang sering digunakan untuk mengukur
suatu luasan dengan bentuk yang tidak teratur dan berukuran besar seperti peta.
Alat ini dapat digunakan untuk mengukur luas daun apabila bentuk daun tidak
terlalu rumit. Jika daun banyak dan berukuran kecil, metode ini kurang praktis
karena membutuhkan banyak waktu. Suatu hal yang perlu diingat dalam
penggunaan planimeter adalah bahwa pergeseran alat yang searah dengan jarum
9
jam merupakan faktor yang menentukan tingkat ketelitian pengukuran. Ini sering
menjadi masalah pada pengukuran daun secara langsung karena pinggiran daun
yang tidak dapat dibuat rata dengan tempat pengukuran sekalipun permukaan
tempat pengukuran telah dibuat rata dan halus.
d. Metode Panjang Kali Lebar
Metode yang dipakai untuk daun yang bentuknya teratur, luas daun dapat
ditaksir dengan mengukur panjang dan lebar daun.
e. Metode Fotografi
Metode ini sangat jarang digunakan. Dengan metode ini, daun-daun
tanaman ditempatkan pada suatu bidang datar yang berwarna terang (putih)
dipotret bersama-sama dengan suatu penampang atau lempengan (segi empat)
yang telah diketahui luasnya. Luas hasil foto daun dan lempengan acuan dapat
kemudian diukur dengan salah satu metode yang sesuai sebagaimana diuraikan
diatas seperti planimeter. Luas daun kemudian dapat ditaksir kemudian
berdasarkan perbandingan luas hasil foto seluruh daun dengan luas lempengan
acuan tersebut. Pengukuran luas daun dapat dilakukan dengan memetik daun
maupun tanpa memetik daun. Bilamana pengukuran harus dilakukan dengan cara
memetik daun bersangkutan, maka tanaman mengalami kerusakan daun. Daun-
daun tersebut kemudian diukur dengan menggunakan alat Leaf Area Meter
(LAM) ataupun Metode Timbang.
Sebaliknya pengukuran dengan tanpa memetik daun, maka tanaman akan
tetap tumbuh baik karena daun-daun tidak berkurang atau bahkan habis terpetik.
Pengukuran daun dengan tidak memetik daun dapat dilakukan dengan
menggunakan persamaan atau rumus. Pengukuran luas daun dengan tidak harus
memetik daun merupakan teknik pengukuran yang lebih baik karena tanaman
tidak rusak dan pengukuran cepat serta tidak mensyaratkan peralatan yang
mungkin sulit tersedianya. Pada karet digunakan persamaan regresi terhadap
ukuran panjang dan lebar daun. (Suhendry dan Alwi 1987).
10
Pengukuran luas daun dengan menggunakan pendekatan faktor koreksi
maupun dengan alat LAM, menunjukkan tingkat kosistensi yang berbeda.
Pengukuran yang cepat dan mudah tentunya akan diperoleh dengan menggunakan
LAM. Akan tetapi untuk ukuran daun yang besar diperlukan ketelitian ekstra,
karena daun-daun berukuran besar perlu dipotong dan kemudian ditata secara
hati-hati pada permukaan alat dan saat menutup daun-daun tidak terlipat. Kondisi
tenaga batere perlu diperhatikan pula, dengan tingkat kekuatan batere yang mulai
melemah akan menghasilkan kesalahan pengukuran. Gejala yang nampak pada
saat batere melemah adalah pengulangan pengukuran satu sampel daun yang sama
akan memberikan hasil yang berbeda jauh.( Jumin, Hasan Basri. 2005)
Penggunaan LAM sangat baik digunakan untuk mengukur luas daun dari
suatu tanaman yang memang dalam percobaan akan dirusak (destruktif). Namun
bagi tanaman yang diperlukan untuk pengukuran berulang dan menghindari
pengrusakan daun, maka penggunaan teknik pengukuran lainnya diperlukan.
Penggunakan teknik pengukuran lainnya akan sangat diperlukan bilamana alat
LAM tidak dimiliki atau tidak tersedia. Tanpa merusak daun atau memetik daun
dari tanaman, luas daun masih dapat dihitung, yaitu dengan menggunakan faktor
koreksi luas daun.( Harjadi, S.S. 1991)
11
BAB III. METODOLOGI
A. Waktu dan Tempat
Praktikum Dasar-Dasar Agroteknologi ini dilaksanakan selama 2 bulan, yaitu
pada bulan November 2012 sampai dengan bulan Januari 2013. Praktikum ini
dilaksanakan di Laboratorium Agronomi Universitas Mercu Buana Yogyakarta.
B. Alat dan Bahan
Alat
1. Pensil
2. Penggaris
3. Milimeter block
4. Timbangan
5. Gunting kertas
Bahan
1. Sampel daun Padi
2. Sampel daun Jambu air
3. Sampel daun Angsana
C. Cara Kerja
1. Daun tanaman sampel dari tiap macam tanaman dilepaskan dari batangnya,
dan dipisahkan atas dasar bentuknya.
12
2. Dari tiap bentuk daun diambil secara acak 3 helai daun sampel (daun jambu 5
helai daun).
3. Menghitung panjang kali lebar dari tiap daun sampel tunggal, atau anak daun
tertentu dari tiap daun sampel majemuk atau menyirip, misal x.
4. Menghitung atau mengukur luas tiap daun sampel ( misal = y ), dan mencatat
secara berpasangan dengan hasil kali panjang dan lebarnya/panjang dan lebar
anak daunnya (misal = x1 – y1, x2 – y2, x3 – y3, . . . . . . . . . . . . . .x10 – y10)
5. Menghitung rumus regresi y = a + bx berdasarkan data no 4.
6. Mengecek kembali besarnya kesesuaian/ penyimpangan, rumus tersebut
dengan sebenarnya. Misalnya = z % atau ( 100 – z ) %.
Cara menghitung/mengukur luas daun, di mulai dengan :
a. Menggambar proyeksi tiap daun sampel pada kertas milimeter, kemudian
menggunting gambaran tersebut.
b. Menimbang tiap gambar daun pada a, misal = k gram.
c. Menggunting kertas milimeter yang sama dengan ukuran 10 cm x 10 cm =
100 cm².
d. Meninmbang kertas milimeter 100 cm² tersebut, misal = 1 gram
Cara menghitung luas daun cara 1 ( langsung ) :
Gambaran daun di kertas milimeter pada a dihitung langsung luas kotak 1
persegi, dan taksiran luas potongan – potongan kotak di tepi gambar tersebut,
kemudian dijumlahkan. Hasil penjumlahan merupakan luas daun yang didapat
dengan cara ini, misal = y ( 1 ).
13
Menghitung luas daun cara 2 ( timbangan proyeksi ) :
Untuk ini perlu adanya rumus hubungan antara luas daun dan kurangnya
dapat ditentukan seperti pada penenetuan rumus hubungan antara luas daun dan
hasil kali panjang dan lebarnya, pada cara kerja 3, 4, dan 5. Rumus hubungannya
misal y = 0 + mx, dimana y = luas daun, x = kurangnya penyinaran, o dan m =
konstanta.
Dengan rumus berbentuk langsung dapat digunakan menghitung luas
daun, misal = y ( 111 ).
14
BAB IV. HASIL PENGAMATAN
A. Hasil
Tabel 1 Metode Gravimetri ( Daun Jambu ) Ulangan J1.1 – J3.3
No Kelompok X ( pxl) Y (gravimetri) x² y² xy
1. J1.1 148 108,63 21904 11799,83 16076,8
2. J1.1 176,4 130,98 31116,96 17155,76 23104,87
3. J1.1 166 131,57 27556 17310,14 21840,29
4. J1.1 199,5 141,96 39800,25 20152,64 28321,02
5. J1.1 163,68 125,99 26830,44 15649,51 20491,05
6. J2.2 136,9 98,04 18741,61 9611,65 13421,54
7. J2.2 135,36 78,43 18322,33 784378,43 10616,28
8. J2.2 137,52 98,04 18911,75 9611,65 13482,32
9. J2.2 206,15 156,86 42497,82 24605,69 32337,10
10. J2.2 173,9 117,65 30241,21 13840,82 20458,81
11. J3.1 205,8 161,18 42353,64 25977,70 33170,02
12. J3.1 135 120 18225 14400 16200
13. J3.1 220,5 150,59 48620,25 22676,75 33204,65
14. J3.1 187,06 130,20 34991,44 16951 24354,46
15. J3.1 212,16 149,6 45011,87 22380,16 31739,14
16. J1.2 175,5 235,30 30800,25 55363,27 41294,10
17. J1.2 204,75 254,90 41922,56 64974,52 52190,98
18. J1.2 197 274,51 38809 75355,19 54078,27
19. J1.2 195,65 235,29 38278,92 55363,27 46035,27
20. J1.2 199,5 294,12 39800,25 86504,81 58676,34
15
21. J2.2 121,36 137,25 14728,25 18837,56 16656,66
22. J2.2 116,18 156,86 13497,79 24605,06 18223,99
23. J2.2 123,32 117,64 15178,24 13839,17 14493,25
24. J2.2 115,52 137,25 13344,87 18837,56 15855,12
25. J2.2 96,6 98,03 9331,56 9609,88 9469,7
26. J3.3 162,8 196,08 26503,84 38446,58 31921,49
27. J3.3 130,26 156,86 16967,67 24605,68 20432,84
28. J3.3 119 137,25 14161 18838,66 16333,22
29. J3.3 129 176,47 16641 31141,66 22764,63
30. J3.3 124,1 156,86 15400,81 24605,68 19466,57
Ʃ 4814,12 4659,56 810347,39 808193,63 775887,71
b = n. Ʃxy – Ʃx.Ʃy = 30 x 775887,71 – 4814,12 x 4659,56
n. Ʃx² - (Ʃx)² 30 x 810347,39 - ( 4814,12 )²
= 23276631,2 – 22431661,7
24310421,6 – 23175751,4
= 0,74
a = Ʃy – b.Ʃx = 4659,56 – 0,74 x 4814,12
n 30
= 4659,56 – 3562,45
30
= 1097,11
30
= 36,57
16
SE = √Ʃy²-a.Ʃy–b.Ʃxy = √808193,63 – 36,57 x 4659,56 – 0,74 x 775887,71
n – 2 30 – 2
= √808193,628 – 170401,08 – 574156,90
28
= √63635,65
28
= √2272,70
= 47,67
Tabel 2 Metode Langsung ( Daun Jambu ) J11- J33
No Kelompok X ( pxl) Y (langsung) x² y² xy
1. J1.1 148 106 21904 11236 15688
2. J1.1 176,4 127,8 31116,96 16332,84 22543,92
3. J1.1 166 112.25 27556 12600,06 18633,5
4. J1.1 199,5 131,22 39800,25 17218,69 26178,39
5. J1.1 163,68 116,56 26830,44 13586,23 19092,53
6. J2.2 136,9 98,52 18741,61 9706,19 13487,39
7. J2.2 135,36 98,28 18322,33 9658,96 13303,18
8. J2.2 137,52 106,76 18911,75 11397,7 14681,64
9. J2.2 206,15 158,33 42497,82 25068,39 32639,73
10. J2.2 173,9 144,9 30241,21 20996,01 25198,11
11. J3.1 205,8 368,5 42353,64 135792,3 75837,3
12. J3.1 135 221,75 18225 49173,06 29936,25
13. J3.1 220,5 380,25 48620,25 144590,1 83845,13
14. J3.1 187,06 393 34991,44 154449 73514,58
17
15. J3.1 212,16 490,5 45011,87 240590,3 104064,5
16. J1.2 175,5 135,28 30800,25 18300,68 23741,64
17. J1.2 204,75 154,39 41922,56 23836,27 31557,32
18. J1.2 197 154,32 38809 23814,66 30401,04
19. J1.2 195,65 153,71 38278,93 23626,76 30073,36
20. J1.2 199,5 150,2 39800.25 22575,06 29974,88
21. J2.2 121,36 98,09 14728,25 9621,65 11904,2
22. J2.2 116,18 91,0 13497,79 8293,75 10580,51
23. J2.2 123,32 106,84 15178,24 11414,79 13162,69
24. J2.2 115,52 84,97 13344,87 7219,90 9815,73
25. J2.2 96,6 78,1 9331,56 6099,61 7544,46
26. J3.3 162,8 117,9 26503,84 13900,41 19194,12
27 J3.3 130,26 107,88 16967,67 11638,09 14052,44
28. J3.3 119 85,25 14161 7267,56 10144,75
29. J3.3 129 102,08 16641 10420,32 13168,32
30. J3.3 124,1 89,28 15400,81 7970,91 11079,64
Ʃ 4814,12 4764,03 810347,39 1078396,24 835039,25
b = n. Ʃxy – Ʃx.Ʃy = 30 x 835039,25 – 4814,12 x 4764,03
n. Ʃx² - (Ʃx)² 30 x 810347,38 – (835039,25)²
= 25051177,5 – 22934612,1
24310421,4 -23175751,4
= 2116565,4
1134670
= 1,865
18
a = Ʃy – b.Ʃx = 4764,03 – 1,865 x 4814,12
n 30
= 4764,03 – 8980,05
30
= -4216,02
30
= -140,534
SE = √Ʃy²-a.Ʃy–b.Ʃxy = √1078396,24 – (-140,534x4764,03) – 1,865 x835039,25
n – 2 30 – 2
= √1078396,24 +669508,19 –1557348,2
28
= √2283002.234 + 162740.0608 – 1354959.323
28
= √190556,28
28
= √6805,57
= 82,49
Tabel 3. Luas Daun Padi
No Langsung Regresi
1. 23,87 64,08
2. 30,27 71,26
3. 27,92 70,54
19
Tabel 4. Daun Angsana
No Gravimetri Regresi
1. 52,77 76,62
2. 70,62 88,83
3. 66,3 85,63
Tabel 5. Daun Jambu
No Langsung Gravimetri Regresi
1. 117,9 196,07 157,04
2. 107,8 156,86 132,96
3. 85,25 137,25 124,63
4. 102,08 176,47 132,03
5. 89,28 156,86 128,4
20
B. Pembahasan
Daun merupakan organ tubuh tanaman yang penting, karena pada daun
terdapat komponen dan sekaligus tempat berlangsungnya proses fotosintesis,
respirasi, dan transpirasi yang menentukan arah pertumbuhan dan perkembangan
suatu tanaman. Oleh karena itu luas daun merupakan salah satu parameter penting
dalam analisis pertumbuhan tanaman. Indek luas daun, laju tumbuh relatif, dan
laju fotosintesis merupakan parameter yang erat terkait dengan luas daun.
( Gardner et al., 1991.)
Indeks luas daun merupakan gambaran tentang rasio permukaan daun
terhadap luas tanah yang ditempati oleh tanaman. Salah satu faktor lain yang
mempengaruhi indeks luas daun adalah ajumlah ketersediaan air yang diterima
oleh tanaman. Semakin optimum air yang tersedia, maka semakin maksimal
pertumbuhan tanaman dapat tercapai. Pengukuran luas daun dapat dilakukan
dengan memetik daun.( Kastono, Dody. 2010)
Cara yang digunakan dalam menentukan luas daun yaitu dengan cara :
a. Metode Kertas Milimeter
Metode ini menggunakan kertas milimeter dan peralatan menggambar
untuk mengukur luas daun. Luas daun ditaksir berdasarkan jumlah kotak yang
terdapat dalam pola daun. Sekalipun metode ini cukup sederhana, waktu yang
dibutuhkan untuk mengukur suatu luasan daun relatif lama, sehingga ini tidak
cukup praktis diterapkan apabila jumlah sampel banyak.
b. Gravimetri
Metode ini menggunakan timbangan. Pada prinsipnya luas daun ditaksir
melalui perbandingan berat (gravimetri). Ini dapat dilakukan pertama dengan
menggambar daun yang akan ditaksir luasnya pada sehelai kertas, yang
menghasilkan replika (tiruan) daun. Replika daun kemudian digunting dari kertas
21
yang berat dan luasnya sudah diketahui. Luas daun kemudian ditaksir berdasarkan
perbandingan berat replika daun dengan berat total kertas.
d. Metode Panjang Kali Lebar
Metode yang dipakai untuk daun yang bentuknya teratur, luas daun dapat
ditaksir dengan mengukur panjang dan lebar daun.
Dari hasil pengamatan yang diperoleh dari masing masing daun berbeda.
Pada daun padi diperoleh y langsung (23,87) (30,27) (27,92) dan regresi (64,08)
(71,26) (70,54). Pada daun angsana diperoleh y gravimetri (52,77) (70,62) (66,3)
dan regresi (76,62) (88,83) (85,63) sedangkan Pada daun jambu diperoleh y
(117,9) (107,8) (85,25) (102,08) (89,28) dan y gravimetri (196,07) (156,86)
(137,25) (176,47) (156,86) dan regresi (157,04) (132,96) (124,63) (132,03)
(128,4). (Sutanto, Rachman. 2009.)
22
BAB V. KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan yang telah kami teliti dalam praktikum dasar
agroteknologi dapat kami tarik kesimpulan yaitu :
Pengukuran luas daun dapat dilakukan dengan memetik daun.
Faktor penting yang dapat diperhatikan dalam mengukur luas daun adalah
ketepatan hasil pengukuran dan kecepatan pengukuran.
Indeks luas daun dapat digunakan untuk menggambarkan tentang
kandungan total klorofil daun tiap individu tanaman.
Pada daun padi diperoleh y langsung (23,87) (30,27) (27,92) dan regresi
(64,08) (71,26) (70,54).
Pada daun angsana diperoleh y gravimetri (52,77) (70,62) (66,3) dan
regresi (76,62) (88,83) (85,63)
Pada daun jambu diperoleh y (117,9) (107,8) (85,25) (102,08) (89,28) dan
y gravimetri (196,07) (156,86) (137,25) (176,47) (156,86) dan regresi
(157,04) (132,96) (124,63) (132,03) (128,4)
23
DAFTAR PUSTAKA
Bambang dan Hariyadi.2008. Ilmu agroteknologi. Kanisius. Jakarta.
Gardner et al., 1991. Luas Indeks Daun. Fakultas Pertanian Unsoed Purwokerto.
Guswanto, 2009. Rumus Regresi Daun. Gramedia. Surabaya.
Harjadi, S.S. 1991. Pengantar Agronomi. Gramedia. Jakarta.
Jumin, Hasan Basri. 2005. Dasar-Dasar Agronomi Edisi Revisi. Rajawali Pers.
Jakarta.
Kastono, Dody. 2010. Bahan Kuliah Dasar-Dasar Agronomi. Fakultas Pertanian
UGM Yogyakarta.
Suhendry dan Alwi, 1987; Lim dan Narayanan, 1972. Praktikum Agronomi.
Gramedia. Surabaya.
Sutanto, Rachman. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Tanah Konsep dan Kenyataan cetakan
ke-5. Kanisius: Yogyakarta.
Teddy. Polikultur; Jalan Menuju Perbaikan Ekonomi yang Ekologis
http://www.bitra.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=22
2:polikultur-jalan-menuju-perbaikan-ekonomi-yang ekologis & catid = 35 :
community – development - & Itemid = 79. Diakses pada tanggal 28 Januari
2013.