laporan simulasi apotek megga

28
LAPORAN SIMULASI APOTEK HIPERTENSI Oleh : MEGA SUKMA MENTARI NIM 12.066 AKADEMI FARMASI PUTRA INDONESIA MALANG

Upload: nandz-nchu-iu

Post on 02-Feb-2016

68 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Simulasi apotek

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Simulasi Apotek Megga

LAPORAN SIMULASI APOTEK

HIPERTENSI

Oleh :

MEGA SUKMA MENTARI NIM 12.066

AKADEMI FARMASI PUTRA INDONESIA MALANG

APRIL 2014

Page 2: Laporan Simulasi Apotek Megga

HIPERTENSI

Pengertian Hipertensi

Hipertensi diartikan sebagai peningkatan tekanan darah secara terus menerus

sehingga melebihi batas normal. Tekanan darah normal adalah 110/90 mmHg.

Hipertensi merupakan produk dari resistensi pembuluh darah perifer dan kardiak

output. (Wexler, 2002)

Penyakit hipertensi merupakan penyakit kelainan jantung yang ditandai oleh

meningkatnya tekanan darah dalam tubuh. Seseorang yang terjangkit penyakit ini

biasanya berpotensi mengalami penyakit-penyakit lain seperti stroke, dan

penyakit jantung. (Rusdi dan Nurlaela, 2009)

Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), penyakit tekanan darah tinggi

merupakan peningkatan tekanan darah sistolik lebih besar atau sama dengan 160

mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar 95 mmHg.

Hipertensi merupakan penyebab yang paling sering dari gagal jantung dan

merupakan faktor resiko utama untuk aterosklerosis. Hipertensi juga merupakan

risiko utama untuk terjadinya pendarahan otak, yang merupakan salah satu

penyebab kematian di seluruh dunia (Underwood,335).

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah menjadi naik karena

ada gangguan yang terjadi di pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen

dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat untuk sampai ke jaringan tubuh.

Klasifikasi Hipertensi

Beberapa klasifikasi hipertensi :

a. Klasifikasi Menurut Joint National Commite 7

Komite eksekutif dari National High Blood Pressure Education Program

merupakan sebuah organisasi yang terdiri dari 46 professionalm

sukarelawan, dan agen federal. Mereka mencanangkan klasifikasi JNC

(Joint Committe on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of

Page 3: Laporan Simulasi Apotek Megga

High Blood Pressure) pada tabel 1, yang dikaji oleh 33 ahli hipertensi

nasional Amerika Serikat (Sani, 2008).

Klasifikasi Menurut JNC (Joint National Committe on Prevention,

Detection, Evaluatin, and Treatment of High Blood Pressure)

Kategori

Tekanan Darah

menurut JNC 7

Kategori

Tekanan Darah

menurut JNC 6

Tekanan

Darah Sistol

(mmHg)

dan/

atau

Tekanan

Darah Diastol

(mmHg)

Normal Optimal < 120 dan < 80

Pra-Hipertensi 120-139 atau 80-89

- Nornal < 130 dan < 85

- Normal-Tinggi 130-139 atau 85-89

Hipertensi: Hipertensi:

Tahap 1 Tahap 1 140-159 atau 90-99

Tahap 2 - ≥ 160 atau ≥ 100

- Tahap 2 160-179 atau 100-109

Tahap 3 ≥ 180 atau ≥ 110

Data terbaru menunjukkan bahwa nilai tekanan darah yang sebelumnya

dipertimbangkan normal ternyata menyebabkan peningkatan resiko

komplikasi kardiovaskuler. Data ini mendorong pembuatan klasifikasi baru

yang disebut pra hipertensi (Sani, 2008).

b. Klasifikasi Menurut WHO (World Health Organization)

WHO dan International Society of Hypertension Working Group

(ISHWG) telah mengelompokkan hipertensi dalam klasifikasi optimal,

normal, normal-tinggi, hipertensi ringan, hipertensi sedang, dan hipertensi

berat. (Sani, 2008)

Page 4: Laporan Simulasi Apotek Megga

Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO

Kategori Tekanan Darah

Sistol (mmHg)

Tekanan Darah

Diatol (mmHg)

Optimal

Normal

Normal-Tinggi

< 120

< 130

130-139

< 80

< 85

85-89

Tingkat 1 (Hipertensi Ringan)

Sub-group: perbatasan

140-159

140-149

90-99

90-94

Tingkat 2 (Hipertensi Sedang) 160-179 100-109

Tingkat 3 (Hipertensi Berat) ≥ 180 ≥ 110

Hipertensi sistol terisolasi

(Isolated systolic

hypertension)

Sub-group: perbatasan

≥ 140

140-149

< 90

<90

c. Klasifikasi berdasarkan hasil konsesus Perhimpunan Hipertensi Indonesia

(Sani, 2008).

Pada pertemuan ilmiah Nasional pertama perhimpunan hipertensi

Indonesia 13-14 Januari 2007 di Jakarta, telah diluncurkan suatu

konsensus mengenai pedoman penanganan hipertensi di Indonesia yang

ditujukan bagi mereka yang melayani masyarakat umum:

1) Pedoman yang disepakati para pakar berdasarkan prosedur standar dan

ditujukan untuk meningkatkan hasil penanggulangan ini kebanyakan

diambil dari pedoman Negara maju dan Negara tetangga, dikarenakan

data penelitian hipertensi di Indonesia yang berskala Nasional dan

meliputi jumlah penderita yang banyak masih jarang.

2) Tingkatan hipertensi ditentukan berdasarkan ukuran tekanan darah

sistolik dan diastolik dengan merujuk hasil JNC dan WHO.

Page 5: Laporan Simulasi Apotek Megga

3) Penentuan stratifikasi resiko hipertensi dilakukan berdasarkan

tingginya tekanan darah, adanya faktor resiko lain, kerusakan organ

target dan penyakit penyerta tertentu.

Klasifikasi Hipertensi Menurut Perhimpunan Hipertensi Indonesia

Kategori Tekanan Darah

Sistol (mmHg)

dan/atau Tekanan

Darah Diastol

(mmHg)

Normal <120 Dan <80

Prehipertensi 120-139 Atau 80-89

Hipertensi Tahap 1 140-159 Atau 90-99

Hipertensi Tahap 2 ≥160-179 Atau ≥100

Hipertensi Sistol terisolasi ≥140 Dan <90

Klasifikasi hipertensi menurut bentuknya ada dua yaitu hipertensi

sistolik dan hipertensi diastolik (Smith, Tom, 1986:7). Pertama yaitu hipertensi

sistolik adalah jantung berdenyut terlalu kuat sehingga dapat meningkatkan

angka sistolik. Tekanan sistolik berkaitan dengan tingginya tekanan pada arteri

bila jantung berkontraksi (denyut jantung). Ini adalah tekanan maksimum dalam

arteri pada suatu saat dan tercermin pada hasil pembacaan tekanan darah sebagai

tekanan atas yang nilainya lebih besar.

Kedua yaitu hipertensi diastolik terjadi apabila pembuluh darah kecil

menyempit secara tidak normal, sehingga memperbesar tahanan terhadap aliran

darah yang melaluinya dan meningkatkan tekanan diastoliknya. Tekanan darah

diastolik berkaitan dengan tekanan dalam arteri bila jantung berada dalam

keadaan relaksasi diantara dua denyutan. Sedangkan menurut Arjatmo T dan

Hendra U (2001) faktor yang mempengaruhi prevalensi hipertensi antara lain ras,

umur, obesitas, asupan garam yang tinggi, adanya riwayat hipertensi dalam

keluarga.

Page 6: Laporan Simulasi Apotek Megga

Klasifikasi hipertensi menurut sebabnya dibagi menjadi dua yaitu

sekunder dan primer. Hipertensi sekunder merupakan jenis yang penyebab

spesifiknya dapat diketahui (Lanny Ssustrani, dkk, 2004).

Klasifikasi hipertensi menurut gejala dibedakan menjadi dua yaitu

hipertensi Benigna dan hipertensi Maligna. Hipertensi Benigna adalah keadaan

hipertensi yang tidak menimbulkan gejala-gejala, biasanya ditemukan pada saat

penderita dicek up. Hipertensi Maligna adalah keadaan hipertensi yang

membahayakan biasanya disertai dengan keadaan kegawatan yang merupakan

akibat komplikasi organ-organ seperti otak, jantung dan ginjal (Mahalul

Azam,2005).

Etiologi

Hipertensi merupakan suatu penyakit dengan kondisi medis yang

beragam. Pada kebanyakan pasien etiologi patofisiologi-nya tidak diketahui

(essensial atau hipertensi primer). Hipertensi primer ini tidak dapat disembuhkan

tetapi dapat di kontrol. Kelompok lain dari populasi dengan persentase rendah

mempunyai penyebab yang khusus, dikenal sebagai hipertensi sekunder. Banyak

penyebab hipertensi sekunder; endogen maupun eksogen. Bila penyebab

hipertensi sekunder dapat diidentifikasi, hipertensi pada pasien-pasien ini dapat

disembuhkan secara potensial.

a. Hipertensi primer (essensial)

Lebih dari 90% pasien dengan hipertensi merupakan hipertensi

essensial (hipertensi primer).Literatur lain mengatakan, hipertensi essensial

merupakan 95% dari seluruh kasus hipertensi.

Beberapa mekanisme yang mungkin berkontribusi untuk terjadinya

hipertensi ini telah diidentifikasi, namun belum satupun teori yang tegas

menyatakan patogenesis hipertensi primer tersebut. Hipertensi sering turun

temurun dalam suatu keluarga, hal ini setidaknya menunjukkan bahwa faktor

genetik memegang peranan penting pada patogenesis hipertensi primer.

Menurut data, bila ditemukan gambaran bentuk disregulasi tekanan darah

yang monogenik dan poligenik mempunyai kecenderungan timbulnya

Page 7: Laporan Simulasi Apotek Megga

hipertensi essensial. Banyak karakteristik genetik dari gen-gen ini yang

mempengaruhi keseimbangan natrium, tetapi juga di dokumentasikan adanya

mutasi-mutasi genetik yang merubah ekskresi kallikrein urine, pelepasan

nitric oxide, ekskresi aldosteron, steroid adrenal, dan angiotensinogen.

b. Hipertensi sekunder

Kurang dari 10% penderita hipertensi merupakan sekunder dari

penyakit komorbid atau obat-obat tertentu yang dapat meningkatkan tekanan

darah (lihat tabel 1). Pada kebanyakan kasus, disfungsi renal akibat penyakit

ginjal kronis atau penyakit renovaskular adalah penyebab sekunder yang

paling sering.Obat-obat tertentu, baik secara langsung ataupun tidak, dapat

menyebabkan hipertensi atau memperberat hipertensi dengan menaikkan

tekanan darah. Obat-obat ini dapat dilihat pada tabel 1. Apabila penyebab

sekunder dapat diidentifikasi, maka dengan menghentikan obat yang

bersangkutan atau mengobati/mengoreksi kondisi komorbid yang

menyertainya sudah merupakan tahap pertama dalam penanganan hipertensi

sekunder.

Patofisiologi

Tekanan darah arteri

Page 8: Laporan Simulasi Apotek Megga

Tekanan darah arteri adalah tekanan yang diukur pada dinding arteri dalam

millimeter merkuri. Dua tekanan darah arteri yang biasanya diukur, tekanan darah

sistolik (TDS) dan tekanan darah diastolik (TDD). TDS diperoleh selama

kontraksi jantung dan DD diperoleh setelah kontraksi sewaktu bilik jantung diisi.

Banyak faktor yang mengontrol tekanan darah berkontribusi secara potensial

dalam terbentuknya hipertensi; faktor-faktor tersebut adalah (lihat gambar 1 ):

a. Meningkatnya aktifitas sistem saraf simpatik (tonus simpatis dan/atau variasi

diurnal), mungkin berhubungan dengan meningkatnya respons terhadap stress

psikososial dll

b. Produksi berlebihan hormon yang menahan natrium dan vasokonstriktor

c. Asupan natrium (garam) berlebihan

d. Tidak cukupnya asupan kalium dan kalsium

e. Meningkatnya sekresi renin sehingga mengakibatkan meningkatnya produksi

angiotensin II dan aldosteron

f. Defisiensi vasodilator seperti prostasiklin, nitrik oxida (NO), dan peptide

natriuretik

g. Perubahan dalam ekspresi sistem kallikrein-kinin yang mempengaruhi tonus

vaskular dan penanganan garam oleh ginjal

h. Abnormalitas tahanan pembuluh darah, termasuk gangguan pada pembuluh

darah kecil di ginjal

Page 9: Laporan Simulasi Apotek Megga

i. Diabetes mellitus

j. Resistensi insulin

k. Obesitas

l. Meningkatnya aktivitas vascular growth factors

m. Perubahan reseptor adrenergik yang mempengaruhi denyut jantung,

karakteristik inotropik dari jantung, dan tonus vaskular

n. Berubahnya transpor ion dalam sel

Faktor Resiko

Faktor resiko sendiri terdapat dua macam, yang tidak dapat diubah dan dapat

diubah. Berikut adalah faktor risiko yang tidak dapat anda ubah;

1. Genetis, yang biasa disebut sebagai faktor keturunan. Jika ada diantara

keluarga anda yang mempunyai hipertensi, hal tersebut membuka peluang

anda untuk menderita hipertensi semakin besar.

2. Usia, pada usia antara 30 dan 65 tahun, tekanan sistolik meningkat rata-rata

sebanyak 20mm/Hg dan terus meningkat setelah usia 70 tahun. Faktor usia,

menjelaskan hipertensi sistolik terisolasi dan dihubungkan dengan

peningkatan periferal vascular resistance (hambatan aliran darah dalam

pembuluh darah perifer) dalam arteri.

3. Jenis Kelamin. Pria sering mengalami tanda-tanda hipertensi pada usia akhir

tiga puluhan, sedangkan wanita sering mengalami hipertensi setelah

menopause. Tekanan darah pada wanita, khususnya sistolik, meningkatkan

lebih tajam sesuai usia. Setelah usia 55 tahun wanita memang mempunyai

risiko lebih tinggi untuk menderita hipertensi. Salah satu penyebab terjadinya

pola tersebut adalah perbedaan hormon kedua jenis kelamin. Produksi

hormone esterogen menurun saat menopause wanita kehilangan efek

menguntungkannya sehingga tekanan darah meningkat.

4. Ras, orang Afrika-Amerika menunjukan tingkat hipertensi lebih tinggi

dibanding populasi lain dan cenderung berkembang lebih awal dan agresif.

Page 10: Laporan Simulasi Apotek Megga

Mereka memiliki peluang hampir dua kali lebih besar untuk mengalami stroke

yang fatal. Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor satu pada orang

Afrika-Amerika.

Faktor-faktor Risiko yang dapat diubah ;

1. Merokok. Tekanan darah perokok melonjak berkali-kali sepanjang hari,

seperti penderita hipertensi labil (tekanan darah sering melonjak saat

merespon stress sehari-hari). Tembakau dapat menurunkan suplai oksigen

tubuh, menurunkan level HDL (high density lipoprotein) atau kolestrol baik

dan membuat platelet darah lebih memungkin untuk tetap bersatu dan

membentuk gumpalan yang dapat memicu serangan jantung atau stroke.

2. Obesitas. Kelebihan berat badan dan hipertensi sering berjalan beriringan,

karena tambahan beberapa kilogram membuat jantung bekerja lebih keras.

Obesitas bila berat badan lebih dari 20% berat badan ideal Body Weight

(IBW). Orang dengan kelebihan lemak di atas pinggul disebut bentuk apel

lebih berisiko hipertensi, kolestrol tinggi dan diabetes.

3. Gaya hidup malas (kurang gerak). Orang yang sering duduk secara

signifikasi lebih mungkin mengalami hipertensi dan serangan jantung.

Jantung semakin kuat dengan berolahraga rutin, jantung yang kuat akan

memompa darah lebih efisien. Keuntungan kardiovaskular lain berkat

olahraga adalah menurunkan berat badan, meningkatkan level HDL, dan

menurunkan trigliserida (lemak dari makanan yang menjadi bagian dari

sirkulasi darah dalam aliran darah)

4. Kelebihan garam. Hampir 50% orang memiliki hipertensi sensitive terhadap

garam, yang berarti terlalu banyak mengkonsumsi garam langsung menaikkan

tekanan darah mereka.

5. Kafein. Asupan kafein dalam jumlah normal (kurang dari 100mg per hari)

menyebabkan hipertensi.

6. Penggunaan Alkohol, wanita dengan hipertensi boleh minum alcohol tidak

lebih dari 1 kali per hari dan pria tidak lebih dari dua kali.

Page 11: Laporan Simulasi Apotek Megga

7. Stres, keadaan seperti ini jelas memainakan peranan dalam hipertensi, bila

level stress menurun tekanan darah akan menurun juga.

Gejala Klinis

Secara umum pasien dapat terlihat sehat atau beberapa diantaranya sudah

mempunyai faktor resiko tambahan (lihat tabel 3), tetapi kebanyakan

asimptomatik.

Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium rutin yang direkomendasikan sebelum memulai

terapi antihipertensi adalah urinalysis, kadar gula darah dan hematokrit; kalium,

kreatinin, dan kalsium serum; profil lemak (setelah puasa 9 – 12 jam) termasuk

HDL, LDL, dan trigliserida, serta elektrokardiogram. Pemeriksaan opsional

termasuk pengukuran ekskresi albumin urin atau rasio albumin / kreatinin.

Pemeriksaan yang lebih ekstensif untuk mengidentifikasi penyebab hipertensi

tidak diindikasikan kecuali apabila pengontrolan tekanan darah tidak tercapai.

Kerusakan organ target didapat melalui anamnesis mengenai riwayat penyakit

atau penemuan diagnostik sebelumnya guna membedakan penyebab yang

mungkin, apakah sudah ada kerusakan organ target sebelumnya atau disebabkan

hipertensi. Anamnesis dan pemeriksaan fisik harus meliputi hal-hal seperti:

Page 12: Laporan Simulasi Apotek Megga

a. Otak: stroke, TIA, dementia

b. Mata: retinopati

c. Jantung: hipertropi ventrikel kiri, angina atau pernah infark miokard,

pernah revaskularisasi koroner

d. Ginjal: penyakit ginjal kronis

e. Penyakit arteri perifer

Diagnosis

Evaluasi hipertensi

Ada 3 tujuan evaluasi pasien dengan hipertensi :

1. Menilai gaya hidup dan identifikasi faktor-faktor resiko kardiovaskular atau

penyakit penyerta yang mungkin dapat mempengaruhi prognosis sehingga

dapat memberi petunjuk dalam pengobatan (Tabel 3)

2. Mencari penyebab tekanan darah tinggi

3. Menetukan ada tidaknya kerusakan organ target dan penyakit kardiovaskular

Data diperoleh melalui anamnesis mengenai keluhan pasien, riwayat penyakit

dahulu dan penyakit keluarga, pemeriksaan fisik, tes laboratorium rutin, dan

prosedur diagnostik lainnya.

Pemeriksaan fisik termasuk pengukuran tekanan darah yang benar, pemeriksaan

funduskopi, perhitungan BMI (body mass index) yaitu berat badan (kg) dibagi

dengan tinggi badan (meter kuadrat), auskultasi arteri karotis, abdominal, dan

bruit arteri femoralis; palpasi pada kelenjar tiroid; pemeriksaan lengkap jantung

dan paru-paru; pemeriksaan abdomen untuk melihat pembesaran ginjal, massa

intra abdominal, dan pulsasi aorta yang abnormal; palpasi ektremitas bawah untuk

melihat adanya edema dan denyut nadi, serta penilaian neurologis.

Hipertensi seringkali disebut sebagai “silent killer” karena pasien dengan

hipertensi esensial biasanya tidak ada gejala (asimptomatik). Penemuan fisik yang

utama adalah meningkatnya tekanan darah. Pengukuran rata-rata dua kali atau

lebih dalam waktu dua kali kontrol ditentukan untuk mendiagnosis hipertensi.

Tekanan darah ini digunakan untuk mendiagnosis dan mengklasifikasikan sesuai

dengan tingkatnya.

Page 13: Laporan Simulasi Apotek Megga

Komplikasi

Komplikasi yang timbul akibat penyakit hipertensi :

1. Stroke

Tekanan darah yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan pecahnya pembuluh

darah otak (stroke). Stroke merupakan kematian jaringan otak yang terjadi

karena berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak. Biasanya kasus ini

terjadi secara mendadak dan mengakibatkan kerusakan otak dalam beberapa

menit (complete stroke).

2. Gagal jantung

Tekanan darah yang terlalu tinggi memaksa otot jantung bekerja lebih berat

untuk memompa darah dan menyebabkan pembesaran otot jantung kiri

sehingga jantung mengalami gagal fungsi. Pembesaran pada otot jantung kiri

disebabkan kerja keras jantung untuk memompa darah.

3. Gagal ginjal

Tingginya tekanan darah membuat pembuluh darahdalam ginjal tertekan dan

akhirnya menyebabkan pemuluh darah tersebut rusak.akibatnya fungsi ginjal

menurun dan mengakibatkan terjadinya gagal ginjal. Ada dua jenis kelainan

ginjal akibat hipertensi yaitu, neflosklerosis benigna dan neflosklerosis

maligna.

neflosklerosis benigna terjadi pada penderita hipertensi yang sudah lama

sehingga terjadi pengendapan pada pembuluh darah akibat proses menua, hal

ini menyebabkan permeabilitas (kelenturan) dinding pembuluh darah

berkurang. Dan neflosklerosis maligna kelainan ginjal yang ditandai dengan

naiknya tekanan diastole diatas 130 mmHg yang mengganggu fungsi ginjal.

4. Kerusakan pada mata

Tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada

pembuluh darah dan saraf mata.

Pengobatan

1. Terapi nonfarmakologi

Page 14: Laporan Simulasi Apotek Megga

Menerapkan gaya hidup sehat bagi setiap orang sangat penting untuk

mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang penting dalam

penanganan hipertensi. Semua pasien dengan prehipertensi dan hipertensi harus

melakukan perubahan gaya hidup. Perubahan yang sudah terlihat menurunkan

tekanan darah dapat terlihat pada tabel 4 sesuai dengan rekomendasi dari JNC

VII. Disamping menurunkan tekanan darah pada pasien-pasien dengan hipertensi,

modifikasi gaya hidup juga dapat mengurangi berlanjutnya tekanan darah ke

hipertensi pada pasien-pasien dengan tekanan darah prehipertensi.

Modifikasi gaya hidup yang penting yang terlihat menurunkan tekanan

darah adalah mengurangi berat badan untuk individu yang obes atau gemuk;

mengadopsi pola makan DASH (Dietary Approach to Stop Hypertension) yang

kaya akan kalium dan kalsium; diet rendah natrium; aktifitas fisik; dan

mengkonsumsi alkohol sedikit saja. Pada sejumlah pasien dengan pengontrolan

tekanan darah cukup baik dengan terapi satu obat antihipertensi; mengurangi

garam dan berat badan dapat membebaskan pasien dari menggunakan obat.

Program diet yang mudah diterima adalah yang didisain untuk menurunkan

berat badan secara perlahan-lahan pada pasien yang gemuk dan obes disertai

pembatasan pemasukan natrium dan alkohol. Untuk ini diperlukan pendidikan ke

pasien, dan dorongan moril.

Fakta-fakta berikut dapat diberitahu kepada pasien supaya pasien mengerti

rasionalitas intervensi diet

a. Hipertensi 2 – 3 kali lebih sering pada orang gemuk dibanding orang dengan

berat badan ideal

b. Lebih dari 60 % pasien dengan hipertensi adalah gemuk (overweight)

c. Penurunan berat badan, hanya dengan 10 pound (4.5 kg) dapat menurunkan

tekanan darah secara bermakna pada orang gemuk

d. Obesitas abdomen dikaitkan dengan sindroma metabolik, yang juga prekursor

dari hipertensi dan sindroma resisten insulin yang dapat berlanjut ke DM tipe

2, dislipidemia, dan selanjutnya ke penyakit kardiovaskular.

Page 15: Laporan Simulasi Apotek Megga

e. Diet kaya dengan buah dan sayuran dan rendah lemak jenuh dapat

menurunkan tekanan darah pada individu dengan hipertensi.

f. Walaupun ada pasien hipertensi yang tidak sensitif terhadap garam,

kebanyakan pasien mengalami penurunaan tekanan darah sistolik dengan

pembatasan natrium.

JNC VII menyarankan pola makan DASH yaitu diet yang kaya dengan

buah, sayur, dan produk susu redah lemak dengan kadar total lemak dan lemak

jenuh berkurang. Natrium yang direkomendasikan < 2.4 g (100 mEq)/hari.

Aktifitas fisik dapat menurunkan tekanan darah. Olah raga aerobik secara teratur

paling tidak 30 menit/hari beberapa hari per minggu ideal untuk kebanyakan

pasien. Studi menunjukkan kalau olah raga aerobik, seperti jogging, berenang,

jalan kaki, dan menggunakan sepeda, dapat menurunkan tekanan darah.

Keuntungan ini dapat terjadi walaupun tanpa disertai penurunan berat badan.

Pasien harus konsultasi dengan dokter untuk mengetahui jenis olah-raga mana

yang terbaik terutama untuk pasien dengan kerusakan organ target. Merokok

merupakan faktor resiko utama independen untuk penyakit kardiovaskular. Pasien

hipertensi yang merokok harus dikonseling berhubungan dengan resiko lain yang

dapat diakibatkan oleh merokok.

Page 16: Laporan Simulasi Apotek Megga

2. Terapi Farmakologi

Ada 9 kelas obat antihipertensi . Diuretik, penyekat beta, penghambat

enzim konversi angiotensin (ACEI), penghambat reseptor angiotensin (ARB),

dan antagonis kalsium dianggap sebagai obat antihipertensi utama (tabel 5).

Obat-obat ini baik sendiri atau dikombinasi, harus digunakan untuk mengobati

mayoritas pasien dengan hipertensi karena bukti menunjukkan keuntungan

dengan kelas obat ini. Beberapa dari kelas obat ini (misalnya diuretik dan

antagonis kalsium) mempunyai subkelas dimana perbedaan yang bermakna dari

studi terlihat dalam mekanisme kerja, penggunaan klinis atau efek samping.

Penyekat alfa, agonis alfa2 sentral, penghambat adrenergik, dan vasodilator

digunakan sebagai obat alternatif pada pasien-pasien tertentu disamping obat

utama. Evidence-based medicine adalah pengobatan yang didasarkan atas bukti

terbaik yang ada dalam mengambil keputusan saat memilih obat secara sadar,

jelas, dan bijak terhadap masing-masing pasien dan/atau penyakit. Praktek

evidence-based untuk hipertensi termasuk memilih obat tertentu berdasarkan data

yang menunjukkan penurunan mortalitas dan morbiditas kardiovaskular atau

kerusakan target organ akibat hipertensi. Bukti ilmiah menunjukkan kalau

sekadar menurunkan tekanan darah, tolerabilitas, dan biaya saja tidak dapat

dipakai dalam seleksi obat hipertensi. Dengan mempertimbangkan faktor-faktor

ini, obat-obat yang paling berguna adalah diuretik, penghambat enzim konversi

angiotensin (ACEI), penghambat reseptor angiotensin (ARB), penyekat beta,

dan antagonis kalsium (CCB).

Page 17: Laporan Simulasi Apotek Megga

DIALOG

Pada suatu siang, datanglah seorang wanita muda ke Apotek Putra Indonesia

Malang. Dia ingin berkonsultasi mengenai obat yang didapatkan dari dokter. Karena

ia masih bingung mengapa hipertensinya tidak turun-turun setelah minum obat dari

dokter.

AA : Selamat pagi mbak ada yang bisa saya bantu ?

Pasien : Iya selamat pagi juga mbak. Saya mau tanya-tanya soal obat ini bisa gak

mbak ?

AA : Oh iya bisa kok mbak silahkan duduk.

Pasien : Terima kasih mbak.

AA : Yang sakit siapa ya mbak ?

Pasien : Saya sendiri mbak.

AA : Boleh saya tahu dengan mbak siapa?

Pasien : Nama saya Ria mbak.

AA : Usia mbak berapa?

Pasien : Usia saya 30 tahun.

AA : Mbak tinggal dimana?

Pasien : Saya tinggal di jalan waykambas no. 15 mbak.

AA : Mbak mau tanya apa?

Pasien : Gini mbak 1 minggu yang lalu saya ke dokter. Kata dokter saya terkena

hipertensi ringan. Kemudian saya diberi obat ini mbak, tetapi sampai hari ini tekanan

darah saya tetap mbak, tidak turun-turun. Saya bingung. (sambil menyerahkan obat

yang diberikan oleh dokter)

AA : Oh.. ini captopril mbak. Obat ini memang diindikasikan untuk hipertensi

ringan. Kalau boleh saya tahu, Mbak mengerti belum cara mengkonsumsinya?

Pasien : Diberi tahu mbak, kata dokter sih saya harus minum 2 kali sehari sebelum

makan.

AA : Mbak sudah melakukannya dengan benar?

Pasien : Sudah mbak, tetapi saya ini sulit makan mbak, jadi kalau makan tidak

teratur. Pokoknya saya minum obat ini dua kali kalau saya ingin makan saja mbak..

Page 18: Laporan Simulasi Apotek Megga

AA : Ouh.. Begini ya mbak.Penggunaan obat ini harus diminum secara teratur.

Coba mbk ubah pola makannya, jadi kalau pola makan teratur mbk bisa minum obat

juga terartur,sehinggda tekanan darahnya bisa turun secara sendirinya. Jangan asal-

asalan juga kalau minum obat. Kalau asal-asalan nantinya obat ini tidak memberikan

efek yang maksimal.

Pasien : Ouh.. begitu ya mbak. Saya juga lagi stress banget mbk, anak saya lagi UAN

khawatir sekali saya mbk

AA : Jangan terlalu dibebani pikirannya mbk, nanti jadinya stress berkepanjangan

dan itu sangat pengaruh sama penyakit mbk.

Pasien : Ouh.. iya iya mbak.. Saya mengerti sekarang. Tapi saya habis minum obat

itu batuk-batuk terus

AA : Memang efek samping obat itu menimbulkan batuk mbk, kalau mbk mau

saya menyarankan minum OBH untuk mengobati batuk mbk.

Pasien : Kalau begitu saya beli obat OBHnya mbk.

AA : Baik mbak.. Saya ambilkan dulu obatnya ya mbak. Silahkan tunggu sebentar

mbak.

Pasien : Iya mbak.

AA : Mbak Ria. Ini obatnya. Saya jelaskan cara minumnya kembali ya mbak. Ini

diminum 3 kali sehari setelah makan ya mbak.

Pasien : Iya mbak. Terima kasih ya mbak. Berapa mbak harganya?

AA : Rp 5.000,- saja mbak dan ini notanya

Pasien : Ouh.. ini mbak uangnya

AA : Terima kasih mbak. Lekas sembuh ya mbak.

Pasien : Iya mbak terima kasih.