laporan skenario 2 dmf 2

Upload: christian-agung-prasetya

Post on 10-Oct-2015

285 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

  • 5/20/2018 Laporan Skenario 2 DMF 2

    1/29

    1

    SKENARIO II

    KELAINAN KONGENITAL RONGGA MULUT

    seorang wanita berusia 20 tahun dating ke dokter gigi untuk merapikan gigi

    atasnya yang renggang. Dari anamnesa, terdapat kelainan yang sama pada ibu pasien.

    pemeriksaan intraoral, ditemukan gigi 12 yang konis, tidak ditemukan gigi 22 dan

    frenulum labialis tinggi. terdapat diastema multiple pada region anterior rahang atas

    dengan relasi molar netroklusi. gigi anterior rahang bawah berdesakan.

    STEP 1

    Dari tutorial yang telah dilakukan di kelompok 1 di dapatkan beberapa kata-

    kata sulit, yaitu:

    1. Gigi konis : Gigi yang berbentuk kerucut yang pada bagian insisalnya lebih

    kecil dari pada bagian akarnya dan merupakan suatu keadaan yang tidak

    normal.

  • 5/20/2018 Laporan Skenario 2 DMF 2

    2/29

    2

    2. Relasi Molar Netroklusi: merupakan suatu keadaan pada hubungan gigi-gigi

    molar yaitu cups mesiobukal M1 rahang atas berada pada bukal groove M1

    rahang bawah

    3.

    Frenulum Labialis Tinggi: Frenulum labialis tinggi mencapai pada bagian

    gingival pada gigi.

    4. Diastema Multiple : Space atau jarak diantara gigi-gigi dan terletak pada

    lebihdari 1 gigi saja.

    STEP 2

    Pertanyaan-pertanyaan yang merupakan diskusi dari kelompok tutorial 1adalah:

    1. Apa saja penyebab diastema multiple padahal oklusi normal?

    2. Macam-macam kelainan congenital rongga mulut?

    3.

    Kenapa kelainan diastema multiple hanya pada rahang atas dan rahang bawah

    malah terjadi crowded?

    4. Faktor yang dapat menyebabkan gigi dapat menjadi konus?

    5. Etiologi dari crowded pada gigi-gigi rahang bawah?

    6.

    Kelainan congenital yang menyebabkan DDM?

    7. Kenapa gigi 22 tidak tumbuh?

    STEP 3

    1. Etiologi diastema pada oklusi normal:

    a) Frenulum labialis tinggi

    b)

    adanya gigi yang tidak tumbuh

    c) adanya gigi yang mikrodonsia

    d)

    herediter

    e) DDM

  • 5/20/2018 Laporan Skenario 2 DMF 2

    3/29

    3

    f) lengkung rahang lebar namun gigi-gigi normal atau lebih kecil namaun bisa

    juga lengkung rahang normal namun gigi lebih kecil.

    2. ANOMALI DALAM UKURAN

    1. Mikrodonsia

    Merupakanbentukangigi yang berukuranlebihkecildariukuran normal.

    Etiologi: herediter

    Mikrodontia ada 3 tipe, yaitu :

    1. True generalized mikrodontia

    - ukuranrahang normal

    - semua gigi kecil, crown pendek, bentuk seperti palu (insisal lebih

    kecil dari bagian servikal)

    - diastema

    2. Relatif generalized microdontia

    - ukurangigi normal/sedikitlebihkecil, ukuranrahanglebihbesar

    - terdapatdiastema

    3. Single microdontia

    - hanyapadasatugigi, seringpadagigi I-2 dan M-3

    2. Makrodonsia

    bentukangigi yang berukuranlebihbesardari normal.

    Etiologi: faktor keturunan.

    Makrodontia ada tiga tipe yaitu:

    1. True generalized macrodontia

    - semuagigilebihbesardari normal

    - rahang normalberjejal

    - macrognathictidakberjejal

  • 5/20/2018 Laporan Skenario 2 DMF 2

    4/29

    4

    2. Relatif generalized microdontia

    - ukurangigi normal/sedikitlebihbesar

    - ukranrahanglebihkecil

    - terdapatgigiberjejal

    3. Single macrodontia

    - hanyapadasatugigi

    - hasildarifusi

    kelaian jaringan lunak rongga mulut.:

    a)

    Fibrosisi s gingival: pembesaran gingival karena pertumbuhan yangberlebihan namun gambaran klinis warna terlihat normal.

    b) Lidah: terdapat kelaian ankyloglosi, mikroglosia, makroglosi, hairy tounge,

    geographic tongue

    c) celah bibir: suatu keadaan yang abnormal pada saat pembentukan bibir

    menyebabkan terbentuknya celah pada bibir. biasan ya terjadi pada saat

    trisemester pertama UI.

    3. Etiologi diastema Rahang atas:

    g) Frenulum labialis tinggi

    h)

    gigi 22 tidak tubuh

    i) 12 konis

    j) herediter

    4.Factor yang menyebabkan terbentuknya gigi konis:

    a) merupakan suatu kelaian yang herediter

    b) termasuk anomaly bentuk mikrodonsia yang kelaian ini terjadi pada saat

    pembentukan gigi pada saat masa initial stage.

    c)

    terjadio tgrauma menyebabakan benih gigi tumbuh tidak normal.5.Etiologi gigi yang berjejal pada rahang bawah:

    a) terjadi lengkung rhang yang lebih sempt

    b) gigi 32 erupsi menempati gigi 33

  • 5/20/2018 Laporan Skenario 2 DMF 2

    5/29

    5

    c) gigi 34 dan 35 erupsinya lebih ke mesial dari normalnya akibatnya gigi

    berjejal.

    d) herediter

    6.Kelaian congenital yang menyebabkan DDM:

    a) Makrodontia

    b) hipodontia

    c) rahang yang terlalu kecil.

    d) erupsi yang terlambat atau erupsi yang tidak normal.

    7.Penyebab adanya gigi yang tidak tumbuh:

    a) Tidak ada benih gigi

    b)

    herediterc) trauma pada saat pertumbuhan gigi akibatnya pertumbuhan gigi terdegenerasi

    dan tidak tumbuh gigi

    STEP 4

    Mapping yang telah disusun oleh kelompok tutorial 1 adalah sebagai berikut:

    ETIOLOGI

    KELAINAN KONGENITAL RONGGA MULUT

    JARINGAN LUNAK

    RONGGA MULUT

    JARINGAN KERAS

    RONGGA MULUT

    PATOGENESIS

    PEMERIKSAAN

  • 5/20/2018 Laporan Skenario 2 DMF 2

    6/29

    6

    STEP 5

    Learning object yang di dapatkan dari tutorial yang dilaksanakan di kelompok

    tutorial 1 adalah sebagai berikut:

    1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan etiologi dari kelainan

    congenital pada rongga mulut.

    2.

    Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan macam-macam,pathogenesis, pemeriksaan, dan gejela klinis pada kelaianan congenital

    jaringan lunak rongga mulut.

    3. mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan macam-macam,

    pathogenesis, pemeriksaan, dan gejela klinis pada kelaianan congenital

    jaringan keras rongga mulut.

    STEP 6

    Mahasiswa melakukan pembelajaran secara mandiri.

    TINJAUAN PUSTAKA

    1.1Definisi Kelainan Kongenital

    Kelainan kongenital atau bawaan adalah kelainan yang sudah ada sejak lahir

    yang dapat disebabkan oleh faktor genetik maupun non genetik. Kadang-kadang

    suatu kelainan kongenital belum ditemukan atau belum terlihat pada waktu bayi lahir,

    tetapi baru ditemukan beberapa saat setelah kelahiran bayi. Selain itu, pengertian lain

    tentang kelainan sejak lahir adalah defek lahir, yang dapat berwujud dalam bentuk

    GAMBARAN KLINIS

  • 5/20/2018 Laporan Skenario 2 DMF 2

    7/29

    7

    berbagai gangguan tumbuh-kembang bayi baru lahir, yang mencakup aspek fisis,

    intelektual dan kepribadian.

    1.2 Embriogenesis Abnormal

    Setiap proses yang mengganggu embrio dapat menyebabkan gangguan bentuk

    atau kematian. Setiap proses yang menggangu janin dapat berakibat pertumbuhan

    organ yang salah misalnya otak, jantung atau seluruh janin. Kegagalan atau

    ketidaksempurnaan dalam proses embriogenesis dapat menyebabkan terjadinya

    malformasi pada jaringan atau organ. Sifat dari kelainan yang timbul tergantung pada

    jaringan yang terkena, penyimpangan, mekanisme perkembangan, dan waktu pada

    saat terjadinya. Penyimpangan pada tahap implantasi dapat merusak embrio danmenyebabkan abortus spontan. Diperkirakan 15% dari seluruh konsepsi akan berakhir

    pada periode ini.

    Bila proliferasi sel tidak adekuat dapat mengakibatkan terjadinya defisiensi

    struktur, dapat berkisar dari tidak terdapatnya ekstremitas sampai ukuran daun telinga

    yang kecil. Abnormal atau tidak sempurnanya diferensiasi sel menjadi jaringan yang

    matang mungkin akan menyebabkan lesi hamartoma lokal seperti hemangioma atau

    kelainan yang lebih luas dari suatu organ. Kelainan induksi sel dapat menyebabkan

    beberapa kelainan seperti atresia bilier, sedangkan penyimpangan imigrasi sel dapat

    menyebabkan kelainan seperti pigmentasi kulit.

    Proses kematian sel yang tidak adekuat dapat menyebabkan kelainan, antara lain

    sindaktili dan atresia ani. Fungsi jaringan yang tidak sempurna akan menyebabkan

    celah bibir dan langit-langit. Beberapa zat teratogen dapat mengganggu

    perkembangan, tetapi efeknya sangat dipengaruhi oleh waktu pada saat aktivitas

    teratogen berlangsung selama tahap embrio.

    1.3 Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi

    Benih gigi mulai dibentuk sejak janin berusia 7 minggu dan berasal dari

    lapisan ektodermal serta mesodermal. Lapisan ektodermal berfungsi membentuk

    email dan odontoblast, sedangkan mesodermal membentuk dentin, pulpa, semen,

  • 5/20/2018 Laporan Skenario 2 DMF 2

    8/29

    8

    membran periodontal, dan tulang alveolar. Pertumbuhan dan perkembangan gigi

    dibagi dalam tiga tahap, yaitu perkembangan, kalsifikasi, dan erupsi.. Tahap

    perkembangan adalah sebagai berikut:

    Inisiasi (bud stage)

    Merupakan permulaan terbentuknya benih gigi dari epitel mulut. Sel-sel

    tertentu pada lapisan basal dari epitel mulut berproliferasi lebih cepat daripada sel

    sekitarnya. Hasilnya adalah lapisan epitel yang menebal di regio bukal lengkung gigi

    dan meluas sampai seluruh bagian maksila dan mandibula.

    Proliferasi (cap stage)

    Lapisan sel-sel mesenkim yang berada pada lapisan dalam mengalami

    proliferasi, memadat, dan bervaskularisasi membentuk papila gigi yang kemudianmembentuk dentin dan pulpa pada tahap ini. Sel-sel mesenkim yang berada di

    sekeliling organ gigi dan papila gigi memadat dan fibrous, disebut kantong gigi yang

    akan menjadi sementum, membran periodontal, dan tulang

    Histodiferensiasi (bell stage)

    Terjadi diferensiasi seluler pada tahap ini. Sel-sel epitel email dalam ( inner

    email epithelium) menjadi semakin panjang dan silindris, disebut sebagai ameloblas

    yang akan berdiferensiasi menjadi email dan sel-sel bagian tepi dari papila gigi

    menjadi odontoblas yang akan berdiferensiasi menjadi dentin.

    Morfodiferensiasi

    Sel pembentuk gigi tersusun sedemikian rupa dan dipersiapkan untuk

    menghasilkan bentuk dan ukuran gigi selanjutnya. Proses ini terjadi sebelum deposisi

    matriks dimulai. Morfologi gigi dapat ditentukan bila epitel email bagian dalam

    tersusun sedemikian rupa sehingga batas antara epitel email dan odontoblas

    merupakan gambaran dentinoenamel junction yang akan terbentuk. Dentinoenamel

    junction mempunyai sifat khusus yaitu bertindak sebagai pola pembentuk setiap

    macam gigi. Terdapat deposit email dan matriks dentin pada daerah tempat sel-sel

    ameloblas dan odontoblas yang akan menyempurnakan gigi sesuai dengan bentuk dan

    ukurannya.

  • 5/20/2018 Laporan Skenario 2 DMF 2

    9/29

    9

    Terjadi pembentukan matriks keras gigi baik pada email, dentin, dan

    sementum. Matriks email terbentuk dari sel-sel ameloblas yang bergerak ke arah tepi

    dan telah terjadi proses kalsifikasi sekitar .

    Tahap kalsifikasi adalah suatu tahap pengendapan matriks dan garam-garam

    kalsium. Kalsifikasi akan dimulai di dalam matriks yang sebelumnya telah

    mengalami deposisi dengan jalan presipitasi dari satu bagian ke bagian lainnya

    dengan penambahan lapis demi lapis.

    Tahap Kalsifikasi Gigi

    Gangguan pada tahap ini dapat menyebabkan kelainan pada kekerasan gigi

    seperti Hipokalsifikasi. Tahap ini tidak sama pada setiap individu, dipengaruhi oleh

    faktor genetik atau keturunan sehingga mempengaruhi pola kalsifikasi, bentukmahkota dan komposisi mineralisasi .

    Tahap Erpsi gigi.

    Erupsi gigi merupakan suatu proses yang berkesinambungan dimulai dari

    awal pembentukan melalui beberapa tahap sampai gigi muncul ke rongga mulut. Ada

    dua fase yang penting dalam proses erupsi gigi, yaitu erupsi aktif dan pasif. Erupsi

    aktif adalah pergerakan gigi yang didominasi oleh gerakan ke arah vertikal, sejak

    mahkota gigi bergerak dari tempat pembentukannya di dalam rahang sampai

    mencapai oklusi fungsional dalam rongga mulut, sedangkan erupsi pasif adalah

    pergerakan gusi ke arah apeks yang menyebabkan mahkota klinis bertambah panjang

    dan akar klinis bertambah pendek sebagai akibat adanya perubahan pada perlekatan

    epitel di daerah apikal.

    STEP 7

    A. ETIOLOGI KELAINAN KONGENITAL RONGGA MULUT

    banyal factor yang menjadi penentu terjadinya suatu kelaian congenital yang

    bisa jadi itu berasal dari ibu mau pun dari lingkungan sekitar.

    a) herediter

    b) kelaian saat perkembangan

  • 5/20/2018 Laporan Skenario 2 DMF 2

    10/29

    10

    c) adanya infeksi pada saat masa kandungan

    d) terjadi trauma pada saat masa pertumbuhan

    e) kurangnya nutrisi

    f)

    terpapar radiasi

    B. KELAINAN KOENGENITAL JARINGAN LUNAK RONGGA MULUT

    1. Fibromatosis Gingiva Herediter

    Fibromatosis Gingiva merupakan pembesaran gusi yang difus dengan

    karakteristik pertumbuhan komponen jaringan ikat yang berlebihan.

    Kelainan ini diturunkan, merupakan sifat bawaan dan mungkin

    berhubungan dengan kelainan lain. Gingiva menjadi padat, berwarnanormal,dan dapat menghalangi erupsi gigi, serta menutupi mahkota gigi geligi.

    Pengobatan dilakukan dengan pengangkatan jaringan yang membesar.

    Fibromatosis Gingiva turunan adalah suatu pembesaran fibrosa progresif

    yang jarang dari gusi dan diwariskan sebagai suatu cirri autosomal dominant.

    Keadaan tersebut timbul pada masa awal kanak-kanak dan menjadi lebih

    menonjol dengan bertambahnya usia. Pembesaran itu biasanya menyeluruh dan

    tanpa radang, mengenai permukaan bukal dan lingual dari kedua rahang dengan

    seimbang. Gingiva bebas interproksimal dan marginal membesar, berwarna

    merah muda dengan merata,keras,tanpa perdarahan dasn seringkali bernodula.

  • 5/20/2018 Laporan Skenario 2 DMF 2

    11/29

    11

    2 Kelainan pada Lidah

    a. Makroglosia

    Pembesaran lidah dapat merupakan kelainan perkembangan yang

    disebabkan oleh hipertrofi otot lidah. Lidah yang besar akan mendorong gigi

    dan tapakan gigi akan terbentuk pada tepi lateran lidah, seperti kerang.

    Makroglosia dapat terlihat pada sindrom Down dan pada kretinisme

    kongenital akibat kekurangan hormon kelenjar tiroid pada si ibu.

    Makroglosia juga dapat merupakan kelainan yang didapat, selain karena

    faktor perkembangan misalnya, karena kehilangan gigi-geligi rahang bawah

  • 5/20/2018 Laporan Skenario 2 DMF 2

    12/29

    12

    dalam jumlah yang banyak. Pembesaran lidah dapat pula disebabkan oleh

    tumor, radang dan perubahan hormonal (misalnya pada kretinisme dan

    akromegali)

    Bergantung pada derajat keparahan dan potensinya untuk menimbulkan

    problem dalam rongga mulut, pembesaran lidah dapat dikurangi dengan

    tindakan bedah.

    Down syndrome merupakan kelainan kromosom yakni terbentuknya

    kromosom 21 (trisomy 21), Kromosom ini terbentuk akibat kegagalan sepasang

    kromosom untuk saling memisahkan diri saat terjadi pembelahan. Kelainan

    yang berdampak pada keterbelakangan pertumbuhan fisik dan mental anak ini

    pertama kali dikenal pada tahun 1866 oleh Dr.John Longdon Down.Gejala atau tanda-tanda yang muncul akibat Down syndrome dapat

    bervariasi mulai dari yang tidak tampak sama sekali, tampak minimal sampai

    muncul tanda yang khas.

    Penderita dengan tanda khas sangat mudah dikenali dengan adanya

    penampilan fisik yang menonjol berupa bentuk kepala yang relatif kecil dari

    normal (microchephaly) dengan bagian anteroposterior kepala( bagian kepala

    dari arah depan ke belakang ) mendatar. Pada bagian wajah biasanya tampak

    sela hidung yang datar, mulut yang mengecil dan lidah yang menonjol keluar

    (macroglossia). Seringkali mata menjadi sipit dengan sudut bagian tengah

    membentuk lipatan (epicanthal folds). Tanda klinis pada bagian tubuh lainnya

    berupa tangan yang pendek termasuk ruas jari-jarinya serta jarak antara jari

    pertama dan kedua baik pada tangan maupun kaki melebar. Sementara itu

    lapisan kulit biasanya tampak keriput (dermatoglyphics). Kelainan kromosom

    ini juga bisa menyebabkan gangguan atau bahkan kerusakan pada sistim organ

    yang lain.

    b. Mikroglosia

    Mikroglosia adalah lidah yang kecil. Kejadian ini sangat jarang

    ditemukan, dapat ditemukan pada sindrom Pierre Robin yang merupakan

    kelainan herediter.

  • 5/20/2018 Laporan Skenario 2 DMF 2

    13/29

    13

    Pada hemiatrofi lidah, sebagian lidah mengecil. Penyebabnya dapat

    berupa cacat pada saraf hipoglosus yang mempersarafi otot lidah. Tanpa

    rangsangan, otot lidah menjadi atrofi dan tubuh lidah menjadi mengecil. Pada

    kasus ini selain cacat pada lidah,juga menimbulkan kerusakan di tempat lain.

    c. Ankyloglosia

    Merupakan perlekatan sebagian atau seluruh lidah kedasar mulut.

    Frenulum Lingualis normalnya melekat pada ventral lidah dan tuberkel genial

    dari mandibula. Jika frenulum tidak melekat pada dasar mulut dari gusi

    lingual atau ujung ventral dari lidah. Ditandai dengan Frenulum lingualis

    melekat terlalu jauh ke depan dan terlihat pada posisi bervariasi, yang paling

    parah bila terletak pada ujung anterior lidah. Keadaan kongenital ini ditandaioleh frenulum lingualis yang pendek dan salah posisi serta lidah yang tidak

    dapat dijulurkan atau ditarik masuk. Perlekatan dapat sebagian atau

    seluruhnya. Pergerakan lidah dapat terhambat dan penderita tidak dapat

    menyentuh palatum keras dalam posisi mulut terbuka, dan berbicara dapat

    terganggu.

    Gambar Ankiloglosia. Perlekatan abnormal frenulum lingual sehingga membatasi

    pergerakan lidah

    d. Lidah Geografis

    Lidah geografik adalah suatu keadaan peradangan jinak yang disebabkan

    oleh pengelupasan keratin superfisial dan papila-papila filiformisnya.

  • 5/20/2018 Laporan Skenario 2 DMF 2

    14/29

    14

    Penyebabnya tidak diketahui, tetapi diperkirakan stres emosional, defisiensi

    nutrisi dan herediter. Keadaan itu biasanya terbatas pada dorsal dan tepi-tepi

    lateral dua pertiga anterior lidah dan hanya mengenai papila filiformis

    sedangkan papila fungiformis tetap baik.

    Lidah geografis ditandai oleh bercak-bercak gundul merah muda sampai

    merah, tunggal maupun multipel dari papila filiformis yang dibatasi/tidak

    dibatasi oleh pinggiran putih yang menimbul. Dapat disertai dengan lirik

    peradangan merah di tepi lesinya. Jika ada peradangan, maka rasa sakit

    seringkali merupakan suatu gejala. Lesinya terus menerus berubah pola dan

    berpindah dari suatu daerah ke daerah lain karena nama sinonimnya adalah

    glotidis migratori jinak, eritema migrains , dan wandering rash.Lidah geografik adalah umum dan mengenai kira-kira 1-2% penduduk.

    Paling sering mengenai wanita dan orang-orang dewasa usia muda sampai

    pertengahan. Keadaan tersebut dapat timbul tiba-tiba dan menetap selama

    berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Terlihat hilang spontan dan kambuh

    kembali. Lidah geografik kadang-kadang dijumpai dalam kaitannya dengan

    mukosa yang sesuai, areata eritema migrains (migratory mucositis, stomatitis

    geografik, lidah geografik ektopik) dan lidah berfisur. Eritema migrains, jika

    tanpa gejala adalah tidak berbahaya sama sekali dan tidak perlu perawatan.

    Kadang-kadang saja suatu eritema migrains mengakibatkan bercak-bercak

    annular merah dengan rasa terbakar. (Langlais, 1998 : 46)

  • 5/20/2018 Laporan Skenario 2 DMF 2

    15/29

    15

    Gambar lingua geografika. Lidah tampak bergaris-garis putih akibat terlepasnya

    mukosa setempat dan hipertrofi papila filiformis sehingga gambarannya seperti

    peta

    e. Median Rhomboid Glositis

    Merupakan kelainan kongenital akibat kelainan embrional. Cacat

    pertumbuhan dari turunnya tuberkulum impar yang tidak tuntas dan kedua

    tuberkulum lateral lidah tidak bertemu di tengah lidah dan tidak menutup

    bagian tengah yang disebut tuberkulum impar. Bagian tengah tampak sebagai

    suatu daerah berbentuk belah ketupat berwarna kemerahan dengan permukaan

    licin karena tidak berpapil. Median romboid glossitis memiliki gejala klinis

    bercak licin, gundul, merah seperti daging tanpa papila-papila filiformis.

    Lama kelamaan lesi tersebut menjadi bergranula, bula menonjol dan keras.

    Lokasi yang paling umum adalah garis tengah dorsum lidah, tepat dianterior

    papila-papila sirkum valata.

    Gambar median romboid glositis. Tampak daerah bebas papil (kemerahan) yang

    berbatas tegas

  • 5/20/2018 Laporan Skenario 2 DMF 2

    16/29

    16

    Gambaran HPA median romboid glositis tampak parakeratosis, rete peg

    memanjang saling beranastomosis, tidak tampak innfeksi candida

    3, Celah Lidah/ Cleft Tongue

    Celah lidah sempurana atau lidah bifid adalah suatu kondisi yang jarang

    terjadi yang terlihat jelas merupakan kegagalan penyatuan gembuang lingual

    tareral dari lidah. Tetapi untuk celah lidah sebagian adalah hal yang lebih

    umum. Manifestasinya dapat berupa parit/celah yang dalam pada midline

    permukaan dorsal. Celah lidah sebagian merupakan hasil dari penggabungan

    yang tidak sempurna dan kegagalan penghapusan parit/celah oleh proliferasi

    mesenkim di bawahnya. Celah ini mengakibatkan debris dan mikroorganisme

    terkumpul pada dasar celah sehingga menyebabkan iritasi. (Shafer, 1983 :25)

    4. Kelainan Perkembangan Kelenjar Saliva

    Pembentukan kelenjar saliva dimulai pada awal kehidupan janin (4-12

    minggu) sebagai invaginasi epitel mulut yang akan berdiferensiasi kedalam

    duktus dan jaringan asinar. Walaupun anatomi daerah orofasial rumit, kelainan

    perkembangan pada kelenjar-kelenjar saliva jarang terjadi. Namun, bila

    abnormalitas terjadi juga, biasanya kelainan ini akan diikuti oleh cacat-cacat

    lain, seperti anoptalmia, celah palatum atau tidak terbentuk kelenjar lakrimal.

    Aplasia/agenesis. Tidak adanya satu atau lebih kelenjar saliva mayor

    secara kongenital diistilahkan sebagai aplasia atau agenesi. Hal ini sangat

    jarang terjadi, akan tetapi bila terjadi, maka biasanya yang terkena adalah

    kelenjar parotis. Abnormalitas lain, seperti misalnya penyumbatan atau tidak

  • 5/20/2018 Laporan Skenario 2 DMF 2

    17/29

    17

    adanya duktus salivarius, juga jarang terjadi, meskipun bisa mengenai kelenjar

    sublingual dan submandibularis. Hipoplasia dari jaringan saliva dapat

    terjadi,akan tetapi jarang menimbulkan gejala-gejala klinis yang berarti.

    Diagnosis :

    Sialografi merupakan cara untuk memperlihatkan adanya cacat struktural

    yang besar baik pada duktus saliva maupun pada kelenjarnya sendiri. Anehnya,

    xerostomia tidak menjadi masalah utama pada penderita-penderita ini,

    meskipun berkurangnya aliran saliva sejak lahir akan merupakan faktor

    presdiposisi dalam timbulnya sejumlah keluhan oral di kemudian hari.

    5. Sindrom Peutz-Jeghers (Polip Usus Turunan)

    Sindrom Peutz-Jeghers adalah suatu keadaan dominan autosomal yangdisertai dengan makula-makula melanotik mukokutan dan polip

    gastrointestinal. Manifestasinya di rongga mulut adalah diskolorisasi melanotik,

    tanpa gejala, dan multipel. Lesi ini biasanya oval, kecil, datar, coklat, biasanya

    terletak pada bibir-bibir, mukosa mulut, dan gusi. Pigmentasi tersebut berasal

    dari hiperpigmentasi lapisan sel basal dan lamina propria. (Langlais,1998 : 74)

    C. KELAINAN KOENGENITAL JARINGAN KERAS RONGGA MULUT

    1.

    Anomali Jumlah

    a. Hipodonsia

    Kegagalan perkembangan satu atau dua benih gigi relatif umum terjadi

    dan sering kali bersifat herediter. Ada beberapa sindrome yang disertai

    hipodonsia, yang paling umum adalah Sindrome Down. Gigi yang paling sering

    tidak tumbuh adalah molar ketiga, premolar kedua, dan insisif lateral atas.

    Sumbing palatal merupakan kelainan perkembangan lainnya yang berhubungan

    dengan hipodonsia. (Sudiono, 2008 : 23)

    b. Anodonsia

    Kegagalan perkembangan seluruh gigi (anodonsia) jarang ditemukan.

    Anodonsia berkaitan dengan penyakit sistemis, displasia ektodermal anhidrotik

  • 5/20/2018 Laporan Skenario 2 DMF 2

    18/29

    18

    herediter yang merupakan suatu kelainan perkembangan ektodermal dan

    umumnya diturunkan sebagaisex-linked. Ptia lebih sering daripada wanita.

    Pada anodonsia, proc. alveolaris tanpa adanya dukungan oleh gigi

    menjadi tidak berkembang membuat profil menyerupai orang yang sudah tua

    dikarenakan kehilangan dimensi vertikal. (Sudiono, 2008 : 24)

    c. Supernumerary teeth

    Gigi yang berkembang dalam jumlah lebih dari normal. Gigi berlebih

    umum ditemukan sebagai akibat perkembangan berlebih dari dental lamina

    dengan penyebab yang tidak diketahui. Lebih sering terlihat di maksila pada

    daerah garis tengah gigi depan dan distal dari gigi molar. Gigi berlebih yang

    terjadi diantara gigi seri pertama disebut mesiodens. Gigi ini umumnya kecildan berbentuk pasak dan tidak menyerupai gigi normal di tempat itu.

    Supernumerary teethdapat menyebabkan gigi berjejal dan memperlambat

    erupsi gigi permanen. keadaan herediter lain yang memberi gambaran gigi

    berlebih multipel adalah Sindrome Gardner. Sindrome lain yang berkaitan

    dengan gigi berlebih adalah displasia kleidokranial yang disertai dengan banyak

    gigi supernumerary. (Sudiono, 2008 : 25)

    Penyebab dari supernumerary teeth belum diketahui dengan pasti.

    Kelainan ini dapat terjadi bila ada proliferasi sel yang berlebihan pada saat

    pembentukan benih gigi, sehingga gigi yang terbentuk melebihi jumlah yang

    normal. Pada beberapa kasus, kelainan ini dapat diturunkan dari orang tua.

    Selain itu,supernumerary teethjuga bisa merupakan bagian dari penyakit atau

    sindroma tertentu, yaitu cleft lip and palate (sumbing pada bibir dan langit-

    langit), Gardners syndrome, atau cleidocranial dysostosis. Pada kelainan-

    kelainan tersebut, biasanya supernumerary teeth mengalami impaksi (tidak

    dapat tumbuh di dalam rongga mulut).

  • 5/20/2018 Laporan Skenario 2 DMF 2

    19/29

    19

    2. Anomali Ukuran

    a. Mikrodonsia

    Mikrodonsia mengacu pada gigi gigi tetap yang jauh lebih kecil

    daripada ukuran normal. Biasanya timbul bilateral dan sering kali merupakan

    ciri bawaan keluarga. Mikrodonsia menyeluruh jarang terjadi. Mikrodonsia

    yang menyeluruh dikaitkan dengan dwarfisme pituitaria atau terapi karsinoma

    selama tahap pembentukan dari perkembangan gigi. (Langlais, 1998 : 12)

    b.Makrodontia

    Makrodonsia menunjukkan adanya penambahan ukuran gigi yang

    abnormal. Kondisi ini dapat mengenai satu atau beberapa, atau kadang

    kadang semua gigi. Makrodonsia sering terjadi pada insisivus, molar ketigabawah. Mikrodonsia menyeluruh jarang terjadi namun dapat diakibatkan

    gigantisme pituitaria. (Langlais, 1998 : 12)

    3. Anomali Bentuk

    a. Geminasi

    Geminasi merupakan gigi yang besar karena satu benih gigi berkembang

    membentuk dua gigi. Gigi kembar ini biasanya menyebabkan terpisahnya

    mahkota gigi secara menyeluruh atau sebagian melekat pada satu akar dengan

    satu saluran akar. (Sudiono, 2008 : 26)

    b. Fusi

    Fusi merupakan gigi yang besar (makrodonsia) dengan satu mahkota

    besar yang terdiri atas persatuan mahkota dan akar akar. Akar umumnya

    memiliki dua saluran akar, karena satu gigi dibentuk oleh dua benih gigi yang

  • 5/20/2018 Laporan Skenario 2 DMF 2

    20/29

    20

    terpisah. Fusi sulit dibedakan dengan geminasi. Selain dengan pembuatan

    radiogram, menghitung jumlah gigi yang ada dapat menolong hal ini karena

    pada fusi ada satu gigi yang hilang. (Sudiono, 2008 : 27)

    c.

    Dens invaginatus dan dens evaginatus

    Dens invaginatus yaitu suatu kelainan perkembangan dimana email

    dan dentin dari mahkota melipat balik dalam arah apikal kedalam riang pulpa

    di sepanjang sisi palatal atau lingual dari sebuah gigi. Ada berbagai tingkatan

    lipatan balik denagn istilah dens in dente yang secara harfiah berarti gigi di

    dalam gigi seharusnya dipakai hanya untuk bentuk yang paling parah dari

    kelainan ini. Secara klinis keadaan tersebut dapat tampak sebagai suatu celah

    yang dalam ataupun satu pit lingual yang masuk. Makanan dapat denagn

    mudah bersarang dalam suatu invaginasi,mengakibatkan karies yang dapat

    cepat melanjut ke nekrosis pulpa dan aradang periapikal. Secara radiografik

    terlihat lapisan-lapisan longitudinal dan bentuk bola lampu dari lapisan email,

    dentin dan pulpa yang terletak d tengah di dalam mahkota gigi. Gangguan

    tersebut dalam meluas ke apikal sampai mengenai seluruh akar.

  • 5/20/2018 Laporan Skenario 2 DMF 2

    21/29

    21

    Dens evaginatus tampak sebagai suatu tonjol tambahan kecil,

    berbentuk kubah yang berasal dari alur sentarl permukaan oklusal atau lereng

    lingual dari tonjol bukal gigi posterior tetap. Keadaan ini terjadi hampir

    khusus d pre molar bawah dan disebut tuberkel leong. Tuberkel tersebut

    terdiri atas email,dentin dan ruang pulpa yang mencolok.

    4. Anomali Erupsi (Natal Teeth)

    Definisi. Gigi natal adalah gigi yang sudah tumbuh sejak bayi lahir.

    Sedangkan gigi neonatal adalah gigi yang tumbuh dalam 30 hari pertama sejak bayilahir. Gigi-gigi tersebut biasanya adalah gigi susu yang tumbuh lebih cepat dari

    waktunya.

    Penyebab. Kasus natal teeth sebenarnya jarang tejadi dan biasanya merupakan

    kelainan yang tidak berkaitan dengan penyakit lain. Tapi kelainan ini juga bisa

    merupakan bagian dari sindroma tertentu, yaitu penyakit yang memiliki berbagai

    macam gejala, misalnya Ellis-van Creveld syndrome, Hallermann-Streiff syndrome,

    Pierre Robin syndrome, atau Soto's syndrome.

    Gejala. Terlihat gigi yang sudah tumbuh sejak bayi lahir. Gigi natal biasanya

    tumbuh pada rahang bawah depan, yaitu di tempat gigi seri rahang bawah akan

    tumbuh. Biasanya gigi tersebut goyang karena karena akarnya belum terbentuk

    dengan sempurna dan hanya berpegang pada tepi gusi. Karena posisinya, gigi natal

  • 5/20/2018 Laporan Skenario 2 DMF 2

    22/29

    22

    dapat menyebabkan masalah dalam pemberian ASI karena gigi ini dapat

    menyebabkan luka pada ibu saat menyusui dan juga luka pada lidah bayi. Selain itu

    juga terdapat resiko bagi gigi ini tertelan dan menyebabkan gangguan pernafasan.

    5. Anomali Struktur

    a.Hipoplasia Enamel

    Enamel hipoplasia adalah defisiensi kualitas enamel karena terjadinya

    penyimpangan selama perkembangan dan dapat terjadi pada pembentukan pit,

    groove, atau area yang lebih besar. Hipoplasia email sering ditemukan dan

    sering terjadi pada sekitar 10 % populasi. Hipoplasia email merupakan istilah

    untuk menunjukkan pembentukan defek sempurna pada email yangmenghasilkan cacat menyeluruh atau perubahan dalam bentuk. Hipoplasia

    email dapat mengenai gigi susu atau tetap.

    Penyakit sistemis disertai kelainan degeneratif sewaktu hamil, juga dapat

    herediter dan terjadi kelainan degeneratif pada sel ameloblas yang mengganggu

    pembentukan email. Bila sel ameloblas mengalami kerusakan selama periode

    pembentukan gigi. Yaitu dalam masa pembentukan matriks email, gigi akan

    mengalami defek dalam pembentukannya.

    Banyak faktor baik yang diketahui maupun yang tidak diketahui dapat

    menimbulkan jejas pada sel ameloblas dan menyebabkan hipoplasia. Defisiensi

    nutrisi dari vitamin A, C, D dapat menyebabkan hipoplasia sistemis. Penderita

    dengan riwayat riketsia (kekurangan vitamin D) seringkali menunjukkan

    hipoplasia berat.

    Penyakit yang berhubungan dengan demam tinggi, terutama campak dan

    cacar iaimenyebabkan ceruk horizontal. Ceruk ini merupakan tempat

    berkumpulnya sisa makanan dan bakteri. Menyebabkan warna coklat tua.

    Selain itu, masih ada penyakit sistemis lain, misalnya:

    Toksemia atau penyakit kandungan lain yang dapat mengganggu

    pembentukan email in utero

    Skalartina pada anak-anak atau bayi

  • 5/20/2018 Laporan Skenario 2 DMF 2

    23/29

    23

    Defisiensi kalsium, fosfor

    Gangguan congenital

    Demam eksantematus pada bayi.

    Penyebab lain hipoplasia adalah siphilis kongenital. Pada wanita

    hamilyang terinfeksi dengan syhiphilis yang tidak diobati akan menyebabkan

    spirochaeta menyerang janin sesudah minggu ke-16 dan benih gigi menjadi

    cacat. Pada anak-anak tanda kerusakan yang karakteristiknya dapat terlihat

    pada gigi anterior tetap atau posterior. Terlihat pengurangan dimensi

    mesiodistal gigi-geligi yang terkena.

    Hipokalsemia merupakan penurunana kadar kalsium dalam serum dan

    dapat menyebabkan lubang atau lekukan pada gigi geligi. Keadaan ini mungkinterlihat pada penyakit pada penyakit hipoparatiroidisme dan defisiensi vitamin

    D. Perubahan yang terjadi sama seperti yang terlihat pada hipoplasia sistemis.

    Bahan kimia dapat menyebabkan gangguan hipoplastik sehingga email

    tampak berbercak putih yang makin lama makin coklat. Kebanyakan fluor

    dapat menyebabkan dental fluorosis, terjadi klasifikasi email sehingga bewarna

    seperrti kapur yang kemudian mengalami pigmentasi sehingga bewarna coklat

    tidak beraturan (motteld). Derajat kerusakan bertambah bila kosentrasi fluor

    bertambah.

    Etiologi enamel hipoplasia:

    1. Penyakit defisiensi vitamin D (Rickets), anak dengan celah bibir/langit-

    langit,Down syndrome, kelainan jantung bawaan, penyakit gangguan

    metabolisme, cerebral palsy, dll.

    2. Gangguan pada masa kelahiran, seperti kelahiran sulit (bayi kurang

    oksigen), berat badan lahir rendah, kelahiran prematur, kernikterus (kuning

    patologis pada bayi), dll.

    3. Penyakit infeksi pada masa kehamilan (demam tinggi, infeksi

    sitomegalovirus, rubela, toksoplasmosis) atau infeksi berat pada masa bayi

    dan anak.

  • 5/20/2018 Laporan Skenario 2 DMF 2

    24/29

    24

    4. Infeksi dan trauma pada gigi susu dapat berakibat hipoplasia email pada

    gigi tetap penggantinya.

    (Hall R.K. Pediatric Orofacial Medicine and Pathology. Chapman and Hall.

    1994)

    Gambaran klinis:

    1. Jenis kualitatif : berkurangnya mineralisasi (hipomineralisasi), secara

    klinis bermanifestasi sebagai hipomineralisasi (amelogenesis imperfekta)

    dan aplasia email.

    2. Jenis kuantitatif : mineralisasi normal, ketebalan email berkurang.

    Secara klinis, tampak gambaran yang bervariasi. Gigi dapat tampak

    cekung berwarna cokelat karena hampir tidak terbentuk email. Hipoplasia dapat

    pula tampak sebagai ceruk kecil, barisan lekukan horizontal atau ceruk, atau

    tampak sederhana sebagai hilangnya lapisan email.

    b.Hipokalsifikasi Enamel (Opasitas Email)

    Opasitas enamel adalah perubahan kualitatif terhadap translusensi

    enamel.

    Gambaran klinis:

    Bercak putih opak yang tampak pada gigi-geligi tetap dan gigi-geligi susu.

    Kerusakan tampak sebagai bercak putih karena kekurangan kalsium pada saat

    serangan.

    c. Amelogenesis Imperfecta

    Merupakan kelainan herediter yang tampak sebagai perubahan pengaturan

    atau struktur gen yang berhubungan dengan email. Ditemukan dalam bentuk

    hipoklasifikasi enamel, hipoklasifikasi email, hipoplasia email atau keduanya

    namun dentin dan pulpa normal. Baik gigi susu maupun tetap dapat terserang.

    Insidennya adalah 1 dalam 15000 orang.

  • 5/20/2018 Laporan Skenario 2 DMF 2

    25/29

    25

    Banyak pola herediter yang ditemui, diantaranya adalah autosomal

    dominan, resesif, X-linked, sehingga jumlah individu yang terkena dalam satu

    keluarga dapat bervariasi. Bentuk yang paling sering adalah X linked dan

    menarik karena gen X mengatur ukuran dan bentuk gigi manusia. Kelainan ini

    mempunyai riwayat keluarga. Oleh karena itu, beberapa anggota keluarga dapat

    mempunyai penyakit ini dalam beberapa generasi. Cacat dalam gen ini

    menyebabkan email mengalami hipoklasifikasi atau hipoplasia.

    Secara klinis dapat bervariasi barupa ceruk, lekukan, defek horizontal

    atau vertikal dan tidak ada hubungannya dengan kronologis perkembangannya.

    Tipe yang paling umum adalahhipoklasifikasi yang bervariasi dan ketebalan

    gigi normal, bewarna coklat, rapuh serta lunak. Kalkulus dapat terbentukbanyak sekali pada daerah yang rusak sehingga menyebabkan fraktur email

    menjauhi dentin. Begitu email fraktur, dentin terlihat terlihat sehingga cepat

    rusak, meninggalkan hanya akar. Pada radiogram tampak email hampir tak

    terlihat, seperti bayangan atau sama sekali tidak ada.

    Etiologi

    Enamel merupakan jaringan yang mengalami mineralisasi tingkat tinggi

    dengan lebih dari 95% volumenya disusun oleh kristal-kristal hidroksiapatit

    yang begitu besar dan sangat teratur. Pembentukan struktur kristal

    hidroksiapatit ini disinyalir dikontrol secara ketat oleh ameloblas melalui

    interaksi sejumlah molekul matriks organik yang mencakup amelogenin,

    enamelin, ameloblastin, tuftelin, amelotin, dan dentin sialophosphoprotein.

    Gangguan yang terjadi pada satu atau lebih dari gen-gen ini dapat menebabkan

    terjadinya amelogenesis imperfekta.

    Salah satu gen yang paling besar pengaruhnya terhadap pembentukan

    enamel adalah amelogenin. Gen ini merupakan protein yang disekresi oleh

    ameloblas dan berfungsi untuk membentuk matriks organik enamel. Mutasi

    yang dilaporkan biasa terjadi pada gen ini adalah penghapusan beberapa bagian

    dari gen, single base mutation, dan pemberhentian kodon prematur. Beberapa

  • 5/20/2018 Laporan Skenario 2 DMF 2

    26/29

    26

    bagian gen ini bersifat kritis terhadap penhaturan ketebalan enamel, sementara

    bagian lainnya berperan penting dalam mineralisasi enamel.

    Gambaran klinis

    Secara klinis, amelogenesis imperfekta dapat tampak bervariasi antara lin

    berupa ceruk, lekukan, defek horizontal atau vertikal dan tidak ada hubungan

    dengan kronologis perkembangannya. Tipe yang paling umum adalah

    hipokalsifikasi yang bervariasi dan ketebalan gigi normal, berwarna cokelat,

    rapuh serta lunak.

    (Crawford, Peter J.M dkk. 2007.Amelogenesis Imperfecta.Orphanet Journal of

    Rare Disease)

    d. Dentinogenesis Imperfecta

    Email normal terbentuk, tetapi dentin kurang mineralisasinya sehingga

    gigi tampak kebiru-biruan, merah, akar pendek berliku-liku, dapat obliterasi,

    email dapat pecah karena sokongan dentin yang lemah, dentin cepat abrasi,

    erosi, dan akar terlihat. Biasanya merupakan bagian osteogenesis imperfecta.

    Dentinogenesis imperfecta lebih sering ditemukan dibandingkan

    amelogenesis imperfecta dan ditandai dengan pembentukan dentin yang tidak

    teratur, baik pada gigi susu maupun gigi tetap, sebagai akibat perubahan

    kromosom 4 dari struktur gen yang berhubungan dengan pembentukan dentin.

    Ini merupakan faktor dominan turunan atau cacat genetik yang terlihat pada 1

    dalam 8.000 orang.

    Secara klinis gigi dapat berbentuk normal. Tanda karakteristik adah

    warna biru abu-abu atau violet dan dapat opalesen. Sepihan email terjadi karena

    kerusakan pada tempat persambungan dentindengan email. Keadaan ini

    menyebabkan atrisi berat seperti yang terlihat pada amelogenesis imperfecta.

    Radiogram menunjukkan perubahan karakteristik seperti penutupan ruang

    pilpa, akar yang memendek, konstriksi pertautan semen-email yang memberi

    gambaran mahkota seperti bel. Dentinogenesis imperfecta biasanya terlihat

  • 5/20/2018 Laporan Skenario 2 DMF 2

    27/29

    27

    pada kasus osteogenesis imperfecta (suatu penyakit keturunan lain yang

    ditandai dengan pembentukan kolagen tipe 1 yang tidak sempurna dan

    menyebabkan tulang rapuh dan warna sklera mata yang biru).

    Dentinogenesis imperfekta terjadi akibat perubahan kromosom 4 dari

    struktur gen yang berhubungan dengan pembentukan dentin. Gen yang sangat

    berhubungan dengan dentinogenesis imperfekta adalah gen dentino

    sialophosphoprotein (DSPP). Gen DSPP ini berfungsi untuk menghasilkan

    protein dengan nama serupa. Begitu dihasilkan, protein DSPP ini akan

    terpotong menjadi tiga bagian yaitu: dentino sialoprotein, dentino glikoprotein,

    dan dentino fosfoprotein. Dentino glikoprotein dan dentino fosfoprotein terlibat

    dalam pengerasan kolagen dan berperan penting dalam deposisi kristal mineraldi antara serat-serat kolagen (mineralisasi).

    Gangguan pada gen DSPP ini akan menyebabkan terganggunya proses

    mineralisasi pada dentin sehingga terjadilah dentinogenesis imperfekta.

    Dentinogenesis imperfekta diturunkan dalam pola autosom dominan. Ini

    berarti, cukup satu kopi gen yang terganggu dalam tiap sel untuk dapat

    menyebabkan kelainan ini. Terbukti dalam kebanyakan kasus, pasien mendapat

    kelainan ini hanya dari salah satu orang tuanya.

    Gejala klinis:

    Gigi berwarna biru keabu-abuan atau kuning kecoklatan, akar translusen, gigi

    lemah dan rapuh.

    (Beattie, ML dkk. 2007. Phenotype Variation in Dentinogenesis

    Imperfecta/Dentin dysplasia. US National Library of Medicine)

    6 Kelainan Skeletal

    CLP adalah kelainan bentuk fisik pada wajah akibat pembentukan

    abnormal pada wajah fetus selama kehamilan. Pembentukan wajah tersebut

    berlangsung dalam 6 hingga 8 minggu pertama kehamilan. CLP dapat timbul

    tersendiri atau muncul sebagai salah satu bagian dari syndrome. (Emedicine,

    2000). Dari seluruh kasus CLP, 70% diantaranya adalah kasus CLP tersendiri

  • 5/20/2018 Laporan Skenario 2 DMF 2

    28/29

    28

    (isolated cleft lip and palate), dan bukan salah satu bagian dari syndrome

    tertentu. (Chakravarti, 2004). Beberapa syndrome yang terkait dengan CLP

    adalah22q11.2 deletion syndrome,Patau syndrome(trisomi 13) danVan der

    Woudesyndrome(Agatha,2009).

    http://ghr.nlm.nih.gov/condition=22q112deletionsyndromehttp://ghr.nlm.nih.gov/condition=22q112deletionsyndromehttp://ghr.nlm.nih.gov/condition=22q112deletionsyndromehttp://ghr.nlm.nih.gov/condition=vanderwoudesyndromehttp://ghr.nlm.nih.gov/condition=vanderwoudesyndromehttp://ghr.nlm.nih.gov/condition=vanderwoudesyndromehttp://ghr.nlm.nih.gov/condition=vanderwoudesyndromehttp://ghr.nlm.nih.gov/condition=vanderwoudesyndromehttp://ghr.nlm.nih.gov/condition=vanderwoudesyndromehttp://ghr.nlm.nih.gov/condition=22q112deletionsyndrome
  • 5/20/2018 Laporan Skenario 2 DMF 2

    29/29

    29

    DAFTAR PUSTAKA

    Beattie, ML dkk. 2007. Phenotype Variation in Dentinogenesis Imperfecta/Dentin

    Dysplasia. US National Library of Medicine

    Crawford, Peter J.M dkk. 2007. Amelogenesis Imperfecta.Orphanet Journal of Rare

    Disease

    Hall R.K. 1994.Pediatric Orofacial Medicine and Pathology. Chapman and Hall

    Langlais, Robert P. 1998. Atlas Berwarna Kelainan Rongga Mulut yang Lazim.

    Jakarta : Hipokrates

    Lewis, Michael A.O. 1998. Tinjauan Klinis Penyakit Mulut. Jakarta : Widya MedikaShafer, et all. 1983. A Textbook of Oral Pathology. Toronto : W.B. Saunders

    Company