laporan skill lab family folder blok 26

22
Laporan Skill Lab Family Folder Blok 26 Rudy Hermawan Cokro Handoyo 102010097-C5 Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jalan Terusan Arjuna Utara no. 6, Jakarta 11510 Email: [email protected] Pendahuluan Kamis, 11 Juli 2013, saya berserta kelompok Family Folder 21 diberi tugas melakukan kunjungan rumah pasien Puskesmas Jelambar Baru Jakarta Barat didampingi dosen pembimbing kami Dr. Mirawaty. Family Folder merupakan dokumen lengkap suatu keluarga terutama dalam hubungannya dengan derajat kesehatan. Derajat kesehatan dipengaruhi oleh empat faktor utama menurut Blum, keempat faktor tersebut adalah genetik, pelayanan kesehatan, perilaku manusia, dan lingkungan. a) Factor genetik: Paling kecil pengaruhnya terhadap kesehatan perorangan atau masyarakat dibanding ketiga faktor yang lainnya. b) Faktor pelayanan kesehatan: Ketersediaan sarana pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan, pelayanan kesehatan yang berkualitas akan berpengaruh pada derajat kesehatan masyarakat. c) faktor perilaku: di negara berkembang faktor ini paling besar pengaruhnya terhadap gangguan kesehatan atau masalah kesehatan masyarakat. Perilaku individu / kelompok masyarakat yang kurang sehat juga akan 1

Upload: rudy-hermawan

Post on 28-Oct-2015

403 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Skill Lab Family Folder Blok 26

Laporan Skill Lab Family Folder Blok 26

Rudy Hermawan Cokro Handoyo

102010097-C5

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jalan Terusan Arjuna Utara no. 6, Jakarta 11510

Email: [email protected]

Pendahuluan

Kamis, 11 Juli 2013, saya berserta kelompok Family Folder 21 diberi tugas melakukan

kunjungan rumah pasien Puskesmas Jelambar Baru Jakarta Barat didampingi dosen pembimbing

kami Dr. Mirawaty. Family Folder merupakan dokumen lengkap suatu keluarga terutama dalam

hubungannya dengan derajat kesehatan. Derajat kesehatan dipengaruhi oleh empat faktor utama

menurut Blum, keempat faktor tersebut adalah genetik, pelayanan kesehatan, perilaku manusia,

dan lingkungan. a) Factor genetik: Paling kecil pengaruhnya terhadap kesehatan perorangan atau

masyarakat dibanding ketiga faktor yang lainnya. b) Faktor pelayanan kesehatan: Ketersediaan

sarana pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan, pelayanan kesehatan yang berkualitas akan

berpengaruh pada derajat kesehatan masyarakat. c) faktor perilaku: di negara berkembang faktor

ini paling besar pengaruhnya terhadap gangguan kesehatan atau masalah kesehatan masyarakat.

Perilaku individu / kelompok masyarakat yang kurang sehat juga akan berpengaruh pada faktor

lingkungan yang memudahkan timbulnya suatu penyakit. d) faktor lingkungan: lingkungan yang

terkendali akibat sikap hidup dan perilaku masyarakat yang baik akan menekan berkembangnya

masalah kesehatan.

Makalah ini dibuat dengan tujuan mengkaji dan membahas penyakit infeksi saluran

pernapasan akut pada masyarakat dan kaedah tatalaksana terhadap penyakit tersebut dengan

berbasiskan pendekatan kedokteran keluarga. Kedokteran keluarga adalah dokter praktek umum

yang dalam prakteknya melayani pasien menerapkan prinsip-prinsip kedokteran keluarga.

Kompetensi dokter keluarga tercermin dalam profile the five stars doctor. Pelayanan kedokteran

yang menerapkan prinsip-prinsip kedokteran keluarga meliputi: komprehensif (pelayanan

kedokteran yang menyeluruh/integral yaitu meliputi usaha promotif, preventif, kuratif dan

rehabilitatif) dengan mengutamakan pencegahan, kontinyu (dalam proses dan waktu), kolaboratif

dan koordinatif dengan pasien dalam menentukan keputusan untuk kepentingan pasien,

berdasarkan evidence based medicine misalnya dengan cara mengikuti seminar/pendidikan

kedokteran berkelanjutan. Pasien yang dilayani adalah peribadi/perorangan seutuhnya (bio-psiko-

1

Page 2: Laporan Skill Lab Family Folder Blok 26

sosial) yang unik (berbeda satu dengan lainnya) serta harus dipandang sebagai satu kesatuan

dengan keluarganya dalam segala aspek (keturunan, ideology, politik, ekonomi, social, budaya,

agama, keamanan dan lingkungannya). Pelayanan dokter keluarga menunjang setiap orang sadar,

mau dan mampu hidup sehat dalam arti sejahtera jasmani, rohani dan sosial yang memungkinkan

setiap orang bekerja produktif secara sosial dan ekonomi (UU no. 23/92 tentang kesehatan).

Seorang dokter berkompetensi dengan profil yang direkomendasikan WHO yaitu ‘five stars

doctor’ yang dijabarkan sebagai berikut:

Health provider: Memberikan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan pasien sebagai

manusia yang utuh (holistic) baik individu, maupun sebagai bagian integral keluarga dan

masyarakat, layanan berkualitas, menyeluruh, berkesinambungan dan layanan secara

perseorangan jangka panjang dan hubungan saling percaya.

Decision maker: Mampu membuat keputusan secara ilmiah berkaitan dengan pemeriksaan,

pengobatan, dan penggunaan teknologi tepat guna sesuai dengan harapan pasien, etis,

pertimbangan cost effective dan adanya kemungkinan layanan yang terbaik.

Communicator: Mampu menjelaskan dan memberikan nasehat untuk berperilaku sehat

dengan cara yang efektif sehingga kelompok atau individu dapat meningkatkan dan

melindungi kesehatan mereka.

Community leader: Sebagai orang yang dipercaya oleh masyarakat ditempat bekerjanya, dan

dapat mempersatukan kebutuhan-kebutuhan akan kesehatan baik pada perseorangan maupun

kelompok, melakukan sesuatu dengan mengatasnamakan masyarakat.

Manager: Dapat bekerja sacara harmonis dengan individu dan organisasi baik di dalam

maupun diluar system kesehatan untuk mempertemukan kebutuhan pasien secara individu

dan masyarakat, menggunakan data-data kesehatan secara tepat.

Prinsip pokok dari dokter keluarga adalah untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kedokteran

menyeluruh. Oleh karena itu perlu diketahui berbagai latar belakang pasien yang menjadi

tanggungannya. Untuk dapat mewujudkan pelayanan kesehatan seperti itu diperlukan adanya

kunjungan rumah (home visit). Manfaat yang didapatkan dari kunjungan ke rumah pasien antara

lain:

1. Meningkatkan pemahaman dokter tentang pasien

2. Meningkatkan hubungan dokter pasien

3. Menjamin terpenuhinya kebutuhan dan tuntutan kesehatan pasien

Manfaat kunjungan ke puskesmas dan bertemu sendiri dengan pasien adalah agar mahasiswa

dapat menerapkan atau mengaplikasikan sendiri praktek pendekatan kedokteran keluarga.

2

Page 3: Laporan Skill Lab Family Folder Blok 26

Latar Belakang Masalah

Secara klinis Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah suatu tanda dan gejala akut

akibat infeksi yang terjadi di setiap bagian saluran pernafasan dan berlangsung tidak lebih dari 14

hari. Adapun yang termasuk ISPA adalah influenza, faringitis, bronkhitis akut, brokhiolitis, dan

pneumonia. Infeksi Saluran Pernapsan Akut masih merupakan masalah kesehatan yang penting

karena menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian

yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya. Dari seluruh

kematian yang disebabkan oleh ISPA mencakup 20 % -30 %. Kematian yang terbesar umumnya

adalah karena pneumonia dan pada bayi berumur kurang dari 2 bulan. Hingga saat ini angka

mortalitas ISPA yang berat masih sangat tinggi. Kematian seringkali disebabkan karena penderita

datang untuk berobat dalam keadaan berat dan sering disertai penyulit-penyulit dan kurang gizi.

Metode yang dipakai untuk meninjau kasus ISPA ini adalah dengan observasi kerumah-rumah

pasien yang terdaftar dalam data Puskesmas Jelambar baru Jakarta barat.

Definisi Infeksi Saluran Pernapasan Akut

ISPA merupakan singkatan dari infeksi saluran pernafasan akut, istilah ini diadaptasi dari

istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections (ARI). Infeksi akut adalah infeksi yang

berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut

meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan ke dalam ISPA proses ini berlangsung

lebih dari 14 hari. ISPA terbagi menjadi dua, yaitu infeksi saluran pernafasan atas dan infeksi

saluran pernafasan bawah. Infeksi saluran pernafasan atas adalah suatu istilah yang digunakan

untuk menyatakan suatu penyakit yang sering terjadi di saluran pernafasan atas, nasal mucosa–

oropharynx. Penyakit ini juga biasa disebut pilek, acute rhinitis, acute nasopharyngitis, acute

rhinosinusitis.1

Klasifikasi ISPA

Klasifikasi ISPA dapat dikelompokkan berdasarkan golongannya dan golongannya umur yaitu :

a. Menurut Anonim (2008) ISPA berdasarkan golongannya :

1) Pneumonia yaitu proses infeksi akut yang mengenai jaringan paruparu (alveoli).

2) Bukan pneumonia meliputi batuk pilek biasa (common cold), radang tenggorokan

(pharyngitis), tonsilitis dan infeksi telinga (otitis media).

b. Menurut Khaidirmuhaj (2008), ISPA dapat dikelompokkan berdasarkan golongan umur

yaitu:

1) Untuk anak usia 2-59 bulan :

3

Page 4: Laporan Skill Lab Family Folder Blok 26

a) Bukan pneumonia bila frekuensi pernafasan kurang dari 50 kali permenit untuk

usia 2-11 bulan dan kurang dari 40 kali permenit untuk usia 12-59 bulan, serta

tidak ada tarikan pada dinding dada.

b) Pneumonia yaitu ditandai dengan nafas cepat (frekuensi pernafasan sama atau lebih

dari 50 kali permenit untuk usia 2-11 bulan dan frekuensi pernafasan sama atau

lebih dari 40 kali permenit untuk usia 12-59 bulan), serta tidak ada tarikan pada

dinding dada.

c) Pneumonia berat yaitu adanya batuk dan nafas cepat (fastbreathing) dan tarikan

dinding pada bagian bawah ke arah dalam (servere chest indrawing).

2) Untuk anak usia kurang dari dua bulan :

a) Bukan pneumonia yaitu frekuensi pernafasan kurang dari 60 kali permenit dan

tidak ada tarikan dinding dada.

b) Pneumonia berat yaitu frekuensi pernafasan sama atau lebih dari 60 kali permenit

(fast breathing) atau adanya tarikan dinding dada tanpa nafas cepat.

Pneumonia merupakan infeksi di ujung bronkhiol dan alveoli yang dapat disebabkan oleh

berbagai patogen seperti bakteri, jamur, virus dan parasit. Pneumonia menjadi penyebab kematian

tertinggi pada balita dan bayi serta menjadi penyebab penyakit umum terbanyak.Tanda serta

gejala yang lazim dijumpai pada pneumonia adalah demam, tachypnea, takikardia, batuk yang

produktif, serta perubahan sputum baik dari jumlah maupun karakteristiknya. Selain itu pasien

akan merasa nyeri dada seperti ditusuk pisau, inspirasi yang tertinggal pada pengamatan naik-

turunnya dada sebelah kanan pada saat bernafas. Mikroorganisme penyebab pneumonia meliputi:

bakteri, virus, mycoplasma, chlamydia dan jamur. Pneumonia karena virus banyak dijumpai pada

pasien immunocompromised, bayi dan anak. Virus-virus yang menginfeksi adalah virus saluran

napas seperti RSV, Influenza type A, parainfluenza, adenovirus.

Etiologi

Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan kelompok penyakit yamg komplek dan

heterogen, yang disebabkan oleh berbagai etiologi. Etiologi ISPA terdiri dari 300 lebih jenis virus,

bakteri, dan riketsia. Virus penyebab ISPA antar lain golongan Miksovirus (termasuk di dalamnya

virus influensa, virus para-influensa), Adenovirus, Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma,

Herpesvirus. Bakteri penyebab ISPA antara lain Streptococcus hemoliticus, Staphylococcus,

Pneumococcus, Hemofilus influenza, Bordetella pertusis, dan Corynebacterium diffteria.

Ricketsia penyebab ISPA adalah Koksiela burnetti. Jamur penyebab ISPA adalah Kokiodoides

imitis, Histoplasma kapsulatum, Blastomises dermatidis, Aspergillus fikomycetes. Etiologi dari

sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus dan tidak dibutuhkan terapi

4

Page 5: Laporan Skill Lab Family Folder Blok 26

antibiotik. Faringitis oleh kuman Streptococcus jarang ditemukan pada balita. Bila ditemukan

harus diobati dengan antibiotik penisilin, semua radang telinga akut harus mendapat antibiotik.

Penularan

Salah satu penularan ISPA adalah melalui udara yang tercemar dan masuk ke dalam tubuh

melalui saluran pernapasan. selain itu ISPA dapat juga terjadi karena transmisi organisme melalui

AC (air conditioner). Adanya bibit penyakit di udara umumnya berbentuk aerosol yakni suatu

suspensi yang melayang di udara. Penyebaran infeksi melalui aerosol dapat terjadi pada waktu

batuk dan bersin-bersin. Penularan dapat juga melalui kontak langsung/ tidak langsung dari benda

yang telah tercemari jasad renik ( hand to hand transmition ), dan melalui droplet yang dapat

menjadi jalan masuk bagi virus. Penularan faringitis terjadi melalui droplet, kuman menginfiltrasi

lapisan epitel, jika epitel terkikis maka jaringan limfoid superficial bereaksi sehingga terjadi

pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear. Pada sinusitis, saat terjadi

ISPA melalui virus, hidung akan mengeluarkan ingus yang dapat menghasilkan superinfeksi

bakteri, sehingga dapat menyebabkan bakteri-bakteri patogen masuk ke dalam rongga-rongga

sinus.1

Pembahasan

Identitas Pasien:

Nama : Ibu Mubariyah

Umur : 45 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Penjahit Pita

Pendidikan : SD (Tamat)

Alamat: Jelambar Ilir RT 12/RW10

Telepon : -

Puskesmas : Jelambar Baru

No. Registrasi : 1264/93

Ibu Mubariyah (45 tahun) datang ke Puskesmas Jelambar Baru pada tanggal 11 Juli 2013 dengan

keluhan badan panas dingin, batuk, pusing sejak 1 hari sebelumnya.

Anamnesis: (Auto-anamnesis)

1. Identitas pasien

2. Keluhan utama: Badan demam sejak 1 hari sebelumnya

3. Riwayat penyakit sekarang

Demam disertai menggigil, sifat demam terus menerus sepanjang hari. Pasien sudah

mengkonsumsi panadol sebelum datang ke puskesmas dan panasnya sempat turun, namun

5

Page 6: Laporan Skill Lab Family Folder Blok 26

kemudian demam kembali. Faktor pencetus demam seperti kehujanan disangkal pasien,

pasien mengatakan hanya kelelahan beberapa hari sebelum sakit. Keluhan penyerta lain

yang dirasakan pasien: Pasien batuk, Batuknya tidak berdahak, disertai kepala pusing.

Keluhan nyeri saat menelan, terasa lendir di tenggorok, dan hidung tersumbat disangkal

pasien. Pasien belum pernah melakukan operasi amandel. Sesak napas pun disangkal

pasien.

4. Riwayat penyakit dahulu

Pasien mengatakan bahwa 1 tahun yang lalu menderita Flek paru-paru. Diberi 4 jenis obat

yang dikonsumsi selama 4 bulan. Namun pasien belum memeriksakan kembali

perkembangannya sampai saat ini. Pasien mengatakan tidak pernah dirawat di rumah sakit

sebelumnya. Sakit yang diderita pasien biasanya hanya Batuk, pilek, demam, pusing saja.

Riwayat Biologis Keluarga:

a. Keadaan kesehatan sekarang: Baik

Pasien dapat dikatakan baik karena pasien dapat bercakap – cakap dengan baik dan

kesadaran serta daya ingatnya baik. Pasien tidak terlihat kesakitan, terlihat sedikit lemas.

Anggota keluarga lain pun tidak menderita penyakit.

b. Kebersihan perorangan: Baik

Kebersihan pasien dapat dikatakan baik karena yang terlihat dari hygiene rambut, tangan

dan kaki tampak bersih. Gigi geligi dan pakaian yang digunakan pun tampak bersih.

Begitupun kebersihan anggota keluarga lainnya.

c. Penyakit yang sering diderita : Batuk, pilek, demam.

d. Penyakit keturunan : Tidak ada

e. Penyakit kronis / menular : Tidak ada

Di keluarga pasien tidak ditemukan adanya penyakit kronis / menular seperti tuberkulosis

dan lepra.

f. Kecacatan anggota keluarga : Tidak ada

Dalam keluarga pasien tidak ada yang menderita cacat fisik dan mental.

g. Pola makan : Baik

Pola makan pasien dapat dikatakan baik karena dari yang terlihat dari pola makan sehari –

hari teratur yaitu 3 kali sehari dan pada jam – jam makan. asupan gizi makan keluarga baik

yakni tersedia nasi, sayur, dan lauk.

h. Pola istirahat : Baik

Pola istirahat pasien dikatakan baik karena pasien tidur cukup.

i. Jumlah anggota keluarga : 5 orang

6

Page 7: Laporan Skill Lab Family Folder Blok 26

Di dalam rumah pasien ada 5 orang, yaitu M. Nasir (suami), Mubariyah (Pasien),

Nurhayati (putri 1), Nuraisi (putri 2), dan Safitri (putri 3).

Psikologis Keluarga:

a. Kebiasaan buruk : tidak ada

Pasien tidak merokok, di keluarga pun tidak ada yang merokok. Kebiasaan cuci tangan

sebelum memasak, sebelum makan, setelah buang air rutin dilakukan.

b. Pengambilan keputusan : Bersama-sama

c. Ketergantungan obat : Tidak ada

d. Tempat mencari pelayanan kesehatan : Puskesmas Jelambar Baru

e. Pola rekreasi : Kurang

Keterbatasan dana membuat keluarga pasien hanya 1 kali dalam setahun pergi rekreasi

bersama.

Keadaan Rumah / Lingkungan:

a. Jenis bangunan : Permanen

b. Lantai rumah : Keramik

c. Luas rumah : ± 5 x 3 m2

d. Penerangan : Kurang

Karena rumah pasien tidak memiliki ventilasi yang cukup, dan letak kontrakannya yang

masuk ke gang kecil tidak memungkinakan mendapat penyinaran matahari yang cukup.

Dan dirumah pasien penerangan hanya dari sebuah lampu saja.

e. Kebersihan : Kurang

Tampak banyak sampah-sampah tergeletak di lantai.

f. Ventilasi : Kurang

Ventilasi untuk keluar masuk cahaya dan udara sangat kurang. Dikarenakan rumah pasien

letaknya berada masuk ke gang kecil dan sempit yang tidak memungkinkan untuk adanya

sirkulasi udara dan pencahayaan yang baik.

g. Dapur : Tidak ada

h. Jamban keluarga : Tidak Ada kamar mandi dan toilet khusus untuk keluarga pasien.

i. Sumber Air minum : PDAM / Ledeng

j. Sumber Pencemaran air: Tidak ada

k. Pemanfaatan pekarangan : Tidak ada

Karena rumah pasien letaknya masuk dalam gang kecil sehingga tidak ada lahan untuk

pemanfaatan pekarangan.

l. Sistem pembuangan air limbah : Ada

7

Page 8: Laporan Skill Lab Family Folder Blok 26

m. Tempat pembuangan sampah : Ada

n. Sanitasi lingkungan : Baik

Spiritual Keluarga :

a. Ketaatan beribadah : Baik

b. Keyakinan tentang kesehatan : Baik

Keadaan Sosial Keluarga :

a. Tingkat pendidikan : Rendah

Karena pasien tamatan SD, suami tamatan SD, anak – anak pasien tamatan SMA.

b. Hubungan anggota keluarga : Baik

c. Hubungan dengan orang lain : Kurang

Keluarga pasien jarang bersosialisasi dengan tetangga

d. Kegiatan organisasi sosial : Kurang

Keluarga pasien tidak ikut kegiatan organisasi di lingkungannya

e. Keadaan ekonomi : Sedang

Suami bekerja hanya sebagai Security, Ibu Mubariyah hanya seorang penjahir pita, yang

tentunya penghasilannya kurang. Namun meskipun begitu, kebutuhan makan sehari-hari

selalu tercukupi. Ditambah lagi dua anak ibu Mubariyah sudah bekerja.

Kultural Keluarga:

a. Adat yang berpengaruh : Tidak ada

b. Lain – lain : Tidak ada

Daftar Anggota Keluarga:

No NamaHub dgn

KKUmur

(tahun) Pendidikan Pekerjaan AgamaKeadaan

kesehatanKeadaan gizi Imunisasi KB

1. M. NasirKepala

keluarga 49 tahun SD Security Islam Baik Baik Lengkapl -

2. Mubariyah

Istri 45 tahun SD Penjahit Pita

Islam sakit Baik lengkap

Pil KB (3 tahun),

dan Implant

(5 tahun).

3. NurhayatiPutri

pertama 27 tahun SMATidak

bekerja Islam Baik Baik Lengkap -

4. Nuraisi Putri kedua

24 tahun SMA Pekerja konveksi

Islam Baik Baik Lengkap -

5. Safitri Putri Ketiga`

22 tahun SMA Pekerja Konveksi

Islam Baik Baik lengkap -

8

Page 9: Laporan Skill Lab Family Folder Blok 26

Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum: Pasien tampak compos mentis

Tanda-tanda vital:

1. Tekanan Darah: 120/80 mmHg

2. Frekuensi Nadi: 92x/menit

3. Frekuensi Napas: 24x/menit

4. Suhu badan: 37,6oC

Hasil Pemeriksaan Faring:

1. Tonsil

- Besarnya T1-T1 Normal, tidak membesar

- Kripta (-), detritus (-)

2. Uvula

- Posisi di tengah

- Hiperemis (-)

- Edema (-)

- Memanjang (-)

3. Faring

- Mukosa tidak hiperemis

- Permukaan tampak licin

- Granul (-)

- Post nasal drip (-)

- Abses Parafaring (-)

- Abses Peritonsil (-)

Hasil Pemeriksaan Paru

Pasien menolak dilakukan pemeriksaan fisik paru. Bila dilakukan pemeriksaan fisik paru hasil

yang didapat sebagai berikut:

Thoraks Anterior

1. Inspeksi

Warna kulit, Lesi kulit, bentuk thoraks anterior, jenis pernapasan, melihat pergerakan dada

saat statis dan dinamis.

Melihat apakah terdapat retraksi sela iga dan pelebaran sela iga.

Irama pernapasannya dan suara pernapasan abnormal (mengi, stridor)

9

Page 10: Laporan Skill Lab Family Folder Blok 26

2. Palpasi

Meraba apakah terdapat benjolan, rasa nyeri tekan, meraba sela iga menyempit atau

melebar, pergerakan thoraks saat statis dan dinamis, dan melakukan pemeriksaan vokal

fremitus.

3. Perkusi

Apakah hasil perkusi sonor atau tidak pada paru-parunya, pemeriksaan batas paru-hati dan

paru-jantung.

4. Auskultasi

Jenis suara napas (trakeal, bronchial, bronchovesikuler, vesikuler), Suara napas tambahan

seperti ronkhi basah, ronkhi kering, wheezing.

Diagnosis penyakit: Infeksi Saluran Pernapasan Akut Non Pneumonia

Diagnosis Banding: Rhinitis, Nasofaringitis, Laringitis, Tuberkulosis paru

Diagnosis Keluarga: Keluarga Ibu Mubariyah dalam kondisi sehat namun berisiko tertular

penyakit yang diderita ibu Mubariyah karena kondisi tempat tinggal yang sempit namun dihuni

banyak orang memungkinkan penularan terjadi.

Pemeriksaan Penunjang:

1. Darah Rutin

Hemoglobin (Wanita 12-16 gram/dL)                                   

Hematokrit (Wanita 37-47%)

Leukosit (4500-10000 sel/mm3)

Trombosit (150.000-400.000 sel/mm3)

Eritrosit (4-5,5 Juta sel/mm3)

Laju Endap Darah (Wanita <20 mm/jam)

2. Pemeriksaan Dahak

Pewarnaan Gram

Pewarnaan BTA

Kultur Mikobakteri

3. Foto Toraks

Dugaan Hasil Pemeriksaan Penunjang:

Darah Rutin:

Hemoglobin, Hematokrit, Trombosit, Eritrosit dalam batas normal. Leukosit dan laju endap

darah meningkat.

Pemeriksaan Dahak

Pewarnaan Gram: sesuai bakteri yang ditemukan

10

Page 11: Laporan Skill Lab Family Folder Blok 26

Pewarnaan BTA: Kemungkinan didapatkan BTA (-)

Foto Toraks: Kemungkinan ada Infiltrat paru

Anjuran Penatalaksanaan penyakit

1. Promotif: Pemberian penyuluhan tentang ISPA dan bagaimana cara pencegahan dan

mengobatinya. Perbaikan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

2. Preventif:

mempertahankan daya tahan tubuh dengan gizi seimbang, menjaga kondisi udara

sekitar

Khusus bayi melalui pemberian ASI eksklusif

Upaya mencuci tangan

Imunisasi

Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan

Mencegah anak-anak berhubungan dengan penderita ISPA

3. Kuratif:

Antitusif: Dekstrometorfan, 15-30 mg setiap 4-6 jam.

Analgetik-antipiretik: Paracetamol tablet 500 mg 3 kali sehari selama 5 hari.

4. Rehabilitatif:

Pemberian makanan cukup gizi dan cukup istirahat.

Prognosis

a) Penyakit: Baik jika terapi adekuat, konsumsi makanan bergizi, dan cukup istirahat.

b) Keluarga: Kemungkinan tertular besar. Mengingat kondisi tempat tinggal yang sempit

namun dihuni banyak orang. Keluarga perlu diberi edukasi untuk selalu menjaga

kebersihan perorangan, lingkungan, dan makan-makanan bergizi.

c) Masyarakat: kemungkinan penularan ke orang lain besar, sebab rata-rata lokasi rumah

penduduk yang berdekatan, dalam gang-gang kecil dan sempit, memperbesar

kemungkinan kontak dengan droplet pasien.

Resume:

Ibu Mubariyah (45 tahun) datang ke Puskesmas Jelambar Baru dengan keluhan Badan demam

menggigil, batuk, dan pusing sudah sejak 1 hari yang lalu. Di diagnosis menderita Infeksi Saluran

Pernapasan Akut. Untuk Menyingkirkan diagnosis banding lain perlu dilakukan pemeriksaan

penunjang yaitu pemeriksaan darah rutin, Pemeriksaan dahak, dan foto rontgen toraks.

11

Page 12: Laporan Skill Lab Family Folder Blok 26

Rumah Ibu Mubariyah Tampak dalam (Gambar kiri atas) dan Tampak luar.

Akses menuju rumah Ibu Mubariyah

tampak rumah-rumah warga yang berdekatan satu sama lain.

12

Page 13: Laporan Skill Lab Family Folder Blok 26

Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention)

Intervensi yang ditujukan bagi pencegahan faktor risiko dapat dianggap sebagai strategi untuk

mengurangi kesakitan (insiden). Termasuk disini ialah:

Penyuluhan, dilakukan oleh tenaga kesehatan dimana kegiatan ini diharapkan dapat mengubah

sikap dan perilaku masyarakat terhadap hal-hal yang dapat meningkatkan faktor resiko penyakit

ISPA. Kegiatan penyuluhan ini dapat berupa penyuluhan penyakit ISPA, penyuluhan ASI

Eksklusif, penyuluhan imunisasi, penyuluhan gizi seimbang pada ibu dan anak, penyuluhan

kesehatan lingkungan rumah, penyuluhan bahaya rokok.

Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention)

Upaya penanggulangan ISPA dilakukan dengan upaya pengobatan sedini mungkin. Upaya

pengobatan yang dilakukan dibedakan atas klasifikasi ISPA yaitu :

a) Untuk kelompok umur < 2 bulan, pengobatannya meliputi :

13

Page 14: Laporan Skill Lab Family Folder Blok 26

Pneumonia Berat: rawat dirumah sakit, beri oksigen (jika anak mengalami sianosi sentral,

tidak dapat minum, terdapat penarikan dinding dada yang hebat), terapi antibiotik dengan

memberikan benzilpenisilin dan gentamisin atau kanamisin.

Bukan Pneumonia: terapi antibiotik sebaiknya tidak diberikan, nasihati ibu untuk menjaga

agar bayi tetap hangat, memberi ASI secara sering, dan bersihkan sumbatan pada hidung

jika sumbatan itu menggangu saat memberi makan.

b) Untuk kelompok umur 2 bulan - <5 tahun, pengobatannya meliputi :

Pneumonia Sangat Berat: rawat di rumah sakit, berikan oksigen, terapi antibiotik dengan

memberikan kloramfenikol secara intramuskular setiap 6 jam. Apabila pada anak terjadi

perbaikan (biasanya setelah 3-5 hari), pemberiannya diubah menjadi kloramfenikol oral,

obati demam, obati mengi, perawatan suportif, hati-hati dengan pemberian terapi cairan,

nilai ulang dua kali sehari.

Pneumonia Berat: rawat di rumah sakit, berikan oksigen, terapi antibiotik dengan

memberikan benzilpenesilin secara intramuskular setiap 6 jam paling sedikit selama 3 hari,

obati demam, obati mengi, perawatan suportif, hati-hati pada pemberian terapi cairan, nilai

ulang setiap hari.

Pneumonia: obati di rumah, terapi antibiotik dengan memberikan kotrimoksasol, ampisilin,

amoksilin oral, atau suntikan penisilin prokain intramuskular per hari, nasihati ibu untuk

memberikan perawatan di rumah, obati demam, obati mengi, nilai ulang setelah 2 hari.

Bukan Pneumonia (batuk atau pilek): obati di rumah, terapi antibiotik sebaiknya tidak

diberikan, terapi spesifik lain (untuk batuk dan pilek), obati demam.

Pneumonia Persisten: rawat (tetap opname), terapi antibiotik dengan memberikan

kotrimoksasol dosis tinggi untuk mengobati kemungkinan adanya infeksi pneumokistik,

perawatan suportif, penilaian ulang.

Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary Prevention)

Tingkat pencegahan ini ditujukan kepada penderita ISPA agar tidak bertambah parah dan

mengakibatkan kematian.

Pneumonia Sangat Berat: jika anak semakin memburuk setelah pemberian kloramfenikol

selama 48 jam, periksa adanya komplikasi dan ganti dengan kloksasilin ditambah

gentamisin jika diduga suatu pneumonia stafilokokus.

Pneumonia Berat: jika anak tidak membaik setelah pemberian benzilpenisilin dalam 48

jam atau kondisinya memburuk setelah pemberian benzilpenisilin kemudian periksa

adanya komplikasi dan ganti dengan kloramfenikol. Jika anak masih menunjukkan tanda

14

Page 15: Laporan Skill Lab Family Folder Blok 26

pneumonia setelah 10 hari pengobatan antibiotik maka cari penyebab pneumonia

persistensi.

Pneumonia: Coba untuk melihat kembali anak setelah 2 hari dan periksa adanya tanda-

tanda perbaikan (pernafasan lebih lambat, demam berkurang, nafsu makan membaik).

Nilai kembali dan kemudian putuskan jika anak dapat minum, terdapat penarikan dinding

dada atau tanda penyakit sangat berat maka lakukan kegiatan ini yaitu rawat, obati sebagai

pneumonia berat atau pneumonia sangat berat. Jika anak tidak membaik sama sekali tetapi

tidak terdapat tanda pneumonia berat atau tanda lain penyakit sangat berat, maka ganti

antibiotik dan pantau secara ketat.

Saran

Bagi Orang Tua: Untuk mencegah terjadinya penyakit ISPA pada balita, diharapkan orang

tua dapat menciptakan lingkungan yang aman bagi balita seperti kebiasaan membuka

jendela untuk mengurangi kelembaban udara, tidak merokok di dekat balita dan menjaga

jarak apabila menderita ISPA.

Bagi Masyarakat: Sebagai tindakan pencegahan, diharapkan masyarakat bisa bekerja sama

menciptakan lingkungan dan perilaku hidup sehat (tidak merokok di dalam ruangan,

pemberian ASI Eksklusif pada balita, kebiasaan membuka jendela pada pagi dan siang

hari, dan menjaga jarak dengan balita apabila menderita ISPA baik dalam keluarga

maupun kehidupan bermasyarakat).

Bagi Instansi Terkait: Diharapkan program kesehatan khususnya Program Pemberantasan

Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (P2ISPA) dapat lebih diperbaiki dan

dilaksanakan seperti kegiatan penyuluhan mengenai syarat rumah sehat dan bahaya rokok

kepada masyarakat sehingga angka kejadian penyakit ISPA mengalami penurunan.

Daftar Pustaka

1. Amin Z. Manifestasi klinik dan pendekatan pada pasien dengan kelainan sistem pernapasan

Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Stiati S, ed. Ilmu penyakit dalam.

Edisi ke-5(III). Jakarta: Interna Publishing;2009.h.2189-95.

15