laporan stm

59
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Anatomi Sendi Temporomandibular Sendi temporo mandibula adalah persendian antara RA dan RB. Persendian memiliki system dua persendian yaitu persendian antara kondilus mandibula dengan fossa artikularis yang berada pada laris/meniscus sendi adalah merupakan jaringan ikat fibrosa padat, yang memisahkan ruang sendi menjadi ruang sendi atas dan ruang sendi bawah. Di ruang sendi atas terjadi gerakan meluncur dan bagian bawah berfungsi sebagai engsel. Selain itu juga terdapat kapsul dan ligamen sendi yang membatasi pergerakan sendi ke depan dan ke bawah (Okeson,1993) Permukaan sendi dilapisi oleh jaringan ikat fibrosa pada dan a-vaskular. Hal ini menyebabkan sendi tidak dapat memikul beban karena tidak dilapisi oleh kartilago hialin. Ada empat otot kunyah utama yaitu, 1

Upload: dwi-riski-saputra

Post on 30-Nov-2015

122 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

Percobaan Laporan Sendi Temporo Mandibula Praktikum Fisiologi

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan STM

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Anatomi Sendi Temporomandibular

Sendi temporo mandibula adalah persendian antara RA dan

RB. Persendian memiliki system dua persendian yaitu persendian

antara kondilus mandibula dengan fossa artikularis yang berada

pada laris/meniscus sendi adalah merupakan jaringan ikat fibrosa

padat, yang memisahkan ruang sendi menjadi ruang sendi atas

dan ruang sendi bawah. Di ruang sendi atas terjadi gerakan

meluncur dan bagian bawah berfungsi sebagai engsel. Selain itu

juga terdapat kapsul dan ligamen sendi yang membatasi

pergerakan sendi ke depan dan ke bawah (Okeson,1993)

Permukaan sendi dilapisi oleh jaringan ikat fibrosa pada dan

a-vaskular. Hal ini menyebabkan sendi tidak dapat memikul

beban karena tidak dilapisi oleh kartilago hialin. Ada empat otot

kunyah utama yaitu, Masseter, Temporalis, dan otot pterigodeus

lateralis dan medialis. Saat berfungsi, komponen-komponen

sendi saling bekerja sama. Misalnya gerakan protrusi diawali

dengan adanya kontraksi otot yang menarik kondil dan meniscus

ke depan dan ke bawah mengikuti eminensia sendi (okeson,

1993). Meniskus atau diskus artikularis merupakan suatu

lempeng jaringan ikat fibrosa yang berada diantara kondil dan

fossa artikularis. Diskus ini tidak melekat erat baik pada kondil

dan fossa artikularis, bagian tengahnya tipis dan agak menebal

pada bagian anterior dan posterior.

1

Page 2: Laporan STM

Pada kedudukan normal dan mulut tertutup, kedudukan

kepala kondili berada pada bagian tengah diskus pada bagian

yang tipis. Pada proses ini, otot masseter akan berkontraksi dan

meluncurkan kondili ke posterior. Dan pada saat membuka

mulut, diskus artikularis dan kondilus secara bersama-sama

meluncur ke bagian bawah sepanjang eminensia artikularis dan

diskus artikularis beputar pada kepala kondil kearah posterior.

Panjang dan kelenturan serabut elastis serta bentuk diskus

artikularis dapat berubah apabila pola gerak mandibula berubah

dari pola gerak yang seharusnya. Secara klinis perubahan ini

menimbulkan bunyi keletuk sendi pada saat menutup dan

membuka mulut.

TMJ atau sendi rahang adalah sendi yang menghubungkan

temporal dan mandibula yang terdiri dari:

1. Tulang mandibula dengan kondilusnya (ujung membulat)

2. Diskus yaitu jaringan penyambung antara kondilus dengan

soketnya pada tulang temporal

3. Sistem neurovaskuler

Persendian ini di lapisi oleh lapisan tipis dari kartilago dan

dipisahkan oleh diskus. Persendian ini secara konstan terpakai

saat makan, berbicara dan menelan.

2

Page 3: Laporan STM

Gambar 2.1 : Potongan sagital sendi temporomandibuler.

Ruang sendi atas dan bawah dalam kondisi normal

terkompresi. Pada gambar ini ruangan tersebut dilebarkan

untuk memperlihatkan aspek anteroposterior. Daerah

posterior bilaminae mengandung fleksus vena.

Sendi adalah hubungan antara dua tulang. Sendi

temporomandibula merupakan artikulasi antara tulang

temporal dan mandibula, dimana sendi TMJ didukung oleh :

1. Prosesus kondiloideus

2. Ligamen Sendi Temporomandibula

3

Page 4: Laporan STM

3. Suplai Darah pada Sendi Temporomandibula

4. Persarafan pada Sendi Temporomandibula

2.1.1 Prosesus kondiloideus

Kondiloideus mandibula adalah bagian yang menonjol dari

mandibula yang meluas ke arah superior dan posterior,

berbentuk cembung dengan panjang 20 mm medio-lateralis

dan 8-10 mm ketebalan anterior-porterior.

Permukaan artikulasi tulang temporal terdiri dari dua

bagian yaitu fosa artikularis dan eminensia artikularis. Fosa

artikularis cekung dalam arah antero-posterior medio-lateral.

Eminensia artikularis membentuk batas anterior dari fosa

mandibularis yang meluas ke posterior dan dibatasi oleh

linggir meatus akustikus eksternus.

Meniskus berbentuk oval yang membagi sendi menjadi dua

bagian yang terpisah, yaitu bagian atas antara meniskus dan

permukaan artikularis tulang temporal dan bagian bawah di

antara meniskus dan permukaan kondiloideus. Bentuk

permukaan atasnya cekung-cembung dari depan ke belakang

yang beradaptasi dengan permukaan artikulasi tulang

temporal sedangkan bentuk permukaan bawahnya cekung

yang beradaptasi dengan kondiloideus mandibula. Di bagian

depan dan belakang tebal sedangkan tipis di antara ke dua

penebalan ini. Ligamen kapsular melekat ke sekeliling

meniskus ini, tendon muskulus pterigoideus eksternus,

muskulus maseter dan muskulus temporalis melekat ke

pinggir depan dari meniskus ini melalui ligamen kapsular.

4

Page 5: Laporan STM

Meniskus ini terbentuk dari kolagen avaskuler yang

berfungsi untuk menstabilisasi kondilus terhadap permukaan

artikularis tulang temporal. Fungsi lapisan lemak yang

terdapat di muskulus pterigoideus lateralis adalah untuk

memungkinkan terjadinya gerakan rotasi pada saat membuka

mulut. Daerah ini mengandung pleksus vena sehingga

didapati jaringan lunak yang fleksibel.

Kapsul sendi di sebelah luar membentuk ligamen kapsular

yang terdiri dari jaringan ikat berserat putih yang melekat ke

atas pada bagian pinggir fosa artikularis dan tuberkulum

artikularis, melekat ke bawah kolum mandibula. Kapsul ini

diperkuat oleh ligamen temporomandibula di sebelah lateral

sedangkan bagian depan diperkuat oleh muskulus

pterigoideus.

Gambar 2.2 : Struktur Sendi Temporomandibula.

5

Page 6: Laporan STM

Gambar 2.3 : Struktur Sendi Temporomandibula Coronal

2.1.2 Ligamen Sendi Temporomandibula

Ligamen temporomandibula lebih luas di bagian

atasnya dari pada di bagian bawahnya. Perlekatannya

ke permukaan lateralis dari arkus zigomatikus dan ke

tuberkulum artikularis pada bagian atas. Di bagian

bawah melekat ke kolum mandibula. Ligamen ini

berhubungan dengan kelenjar parotis dan kulit di

sebelah lateral, sedangkan di sebelah medial dengan

ligamen kapsular.

Ligamen sphenomandibula bentuknya tipis dan

pipih, melekat ke spina angularis os sphenoidalis

pada bagian atas, melekat di bagian bawah sebelah

lingual dari foramen mandibula. Ligamen ini

berhubungan dengan muskulus pterigoideus eksternus

6

Page 7: Laporan STM

di bagian atas, di bagian bawah dengan arteri dan

vena alveolaris inferior, lobus kelenjar parotis dan

ramus mandibula. Di sebelah medial berhubungan

dengan muskulus pterigoideus internus.

Ligamen stylomandibula bentuknya bulat dan

panjang. Ligamen ini melekat ke prosesus stiloideus

os temporalis di bagian atas. Di bagian bawah

melekat ke angulus mandibula dan margo posterior

dari ramus mandibula. Ligamen ini berhubungan

dengan muskulus maseter dan kelenjar parotis pada

bagian lateral. Di bagian medial dengan muskulus

pterigoideus internus dan kelenjar submandibularis.

Gambar 2.4 : Ligamen Sendi Temporomandibula

7

Page 8: Laporan STM

2.1.3 Suplai Darah pada Sendi Temporomandibula

Di belakang meniskus ada suatu kelompok

jaringan ikat longgar yang banyak berisi pembuluh

darah dan saraf. Suplai darah yang utama pada sendi

ini oleh arteri maksilaris interna terutama melalui

cabang aurikular. Arteri maksilaris merupakan cabang

terminal dari arteri karotis eksterna yang mensuplai

struktur di bagian dalam wajah dan sebagian wajah

luar. Awalnya berada di kelenjar parotis, berjalan ke

depan di antara ramus mandibula dengan ligamen

sphenomandibula, kemudian ke sebelah dalam dari

muskulus pterigoideus eksternus menuju fosa

pterigoideus.

Arteri ini terbagi atas 3 bagian yaitu: Pars

mandibularis yang berjalan mulai dari bagian

belakang kolum mandibula sampai ke fosa

infratemporalis, Pars pterigoideus yang berada di

dalam fosa infratemporalis, Pars pterygopalatinus

yang berada di dalam fosa pterigopalatina. Daerah

sentral meniskus, lapisan fibrous dan fibrokartilago

umumnya tidak memiliki suplai darah sehingga

metabolismenya tergantung pada difusi tulang yang

terletak di dalam dan cairan sinovial.

2.1.4 Persarafan pada Sendi Temporomandibula

Persarafan sensorik pada sendi temporomandibula

yang terpenting dilakukan oleh nervus

8

Page 9: Laporan STM

aurikulotemporal yang merupakan cabang pertama

posterior dari nervus mandibularis. Saraf lain yang

berperan adalah nervus maseterikus dan nervus

temporal. Nervus maseterikus bercabang lagi di depan

kapsul dan meniskus. Nervus aurikulotemporal dan

nervus maseterikus merupakan serabut-serabut

proprioseptif dari impuls sakit nervus temporal

anterior dan posterior melewati bagian lateral

muskulus pterigoideus, yang selanjutnya masuk ke

permukaan dari muskulus temporalis, saluran spinal

dari nervus trigeminus. Permukaan fibrous artikular,

fibrokartilago, daerah sentral meniskus dan membran

sinovial tidak ada persarafannya.

Gambar 2.5 : Persarafan sendi temporomandibula.

9

Page 10: Laporan STM

2.2. Definisi dan Epidemiologi Gangguan Sendi

Temporomandibular

Gangguan temporomandibular adalah istilah yang dipakai

untuk sekelompok gangguan yang mengganggu sendi

temporomandibular, otot pengunyah, dan struktur terkait yang

mengakibatkan gejala umum berupa nyeri dan keterbatasan

membuka mulut. Biasanya pada praktek umum (general

practitioner) pasien dengan gangguan ini mengeluhkan gejala

yang eprsisten atau nyeri wajah yang kronik. Biasanya nyeri

pada gangguan temporomandibular disertai suara click pada

sendi rahang dan keterbatasan membuka mulut.

Sekitar 60-70% populasi umum mempunyai setidaknya

satu gejala gangguan temporomadibular. Tetapi, hanya

seperempatnya yang menyadari adanya gangguan tersebut. Lebih

jauh lagi, hanya 5% dari kelompok orang dengan satu atau dua

gejala gangguan temporomandibular yang pergi ke dokter.

Kelainan ini paling banyak dialami perempuan (1:4), dan sering

terjadi pada awal masa dewasa.

2.2 Fisiologi Pergerakan Sendi Temporomandibula

2.2.1 Gerak membuka

Pada saat membuka mulut, diskus artikularis dan kondilus

secara bersama-sama meluncur ke bagian bawah sepanjang

eminensia artikularis dan diskus artikularis beputar pada kepala

kondil kearah posterior. Seperti sudah diperkirakan, gerak

membuka maksimal umumnya lebih kecil daripada kekuatan

10

Page 11: Laporan STM

gigitan maksimal (menutup). Muskulus pterygoideus lateralis

berfungsi menarik prosessus kondiloideus ke depan menuju

eminensia artikularis.

Pada saat bersamaan, serabut posterior muskulus

temporalis harus relaks dan keadaan ini akan diikuti dengan

relaksasi muskulus masseter, serabut anterior muskulus

temporalis dan muskulus pterygoideus medialis yang

berlangsung cepat dan lancar. Keadaan ini akan memungkinkan

mandibula berotasi di sekitar sumbu horizontal, sehingga

prosessus kondilus akan bergerak ke depan sedangkan angulus

mandibula bergerak ke belakang. Dagu akan terdepresi, keadaan

ini berlangsung dengan dibantu gerak membuka yang kuat dari

muskulus digastricus, muskulus geniohyoideus dan muskulus

mylohyoideus yang berkontraksi terhadap os hyoideum yang

relatif stabil, ditahan pada tempatnya oleh muskulus infrahyoidei.

Sumbu tempat berotasinya mandibula tidak dapat tetap stabil

selama gerak membuka, namun akan bergerak ke bawah dan ke

depan di sepanjang garis yang ditarik (pada keadaan istirahat)

dari prosessus kondiloideus ke orifisum canalis mandibularis.

2.2.2 Gerak Menutup

Penggerak utama adalah muskulus masseter, muskulus

temporalis, dan muskulus pterygoideus medialis. Rahang dapat

menutup pada berbagai posisi, dari menutup pada posisi protrusi

penuh sampai menutup pada keadaan prosesus kondiloideus

berada pada posisi paling posterior dalam fosa glenoidalis. Gerak

menutup pada posisi protrusi memerlukan kontraksi muskulus

11

Page 12: Laporan STM

pterygoideus lateralis, yang dibantu oleh muskulus pterygoideus

medialis. Caput mandibula akan tetap pada posisi ke depan pada

eminensia artikularis. Pada gerak menutup retrusi, serabut

posterior muskulus temporalis akan bekerja bersama dengan

muskulus masseter untuk mengembalikan prosesus kondiloideus

ke dalam fosa glenoidalis, sehingga gigi geligi dapat saling

berkontak pada oklusi normal.

Pada gerak menutup cavum oris, kekuatan yang

dikeluarkan otot pengunyahan akan diteruskan terutama melalui

gigi geligi ke rangka wajah bagian atas. Muskulus pterygoideus

lateralis dan serabut posterior muskulus temporalis cenderung

menghilangkan tekanan dari caput mandibula pada saat otot-otot

ini berkontraksi, yaitu dengan sedikit mendepresi caput selama

gigi geligi menggeretak. Keadaan ini berhubungan dengan fakta

bahwa sumbu rotasi mandibula akan melintas di sekitar ramus, di

daerah manapun di dekat orifisum canalis mandibular. Walaupun

demikian masih diperdebatkan tentang apakah articulatio

temporomandibula merupakan sendi yang tahan terhadap stres

atau tidak. Hasil-hasil penelitian mutakhir dengan menggunakan

model fotoelastik dan dengan cahaya polarisasi pada berbagai

kondisi beban menunjukkan bahwa artikulasio ini langsung

berperan dalam mekanisme stres.

2.2.3 Protrusi

Pada kasus protrusi bilateral, kedua prosesus kondiloideus

bergerak ke depan dan ke bawah pada eminensia artikularis dan

gigi geligi akan tetap pada kontak meluncur yang tertutup.

12

Page 13: Laporan STM

Penggerak utama pada keadaan ini adalah muskulus

pterygoideus lateralis dibantu oleh muskulus pterygoideus

medialis. Serabut posterior muskulus temporalis merupakan

antagonis dari kontraksi muskulus pterygoideus lateralis.

Muskulus masseter, muskulus pterygoideus medialis dan

serabut anterior muskulus temporalis akan berupaya

mempertahankan tonus kontraksi untuk mencegah gerak rotasi

dari mandibula yang akan memisahkan gigi geligi. Kontraksi

muskulus pterygoideus lateralis juga akan menarik discus

artikularis ke bawah dan ke depan menuju eminensia artikularis.

Daerah perlekatan fibroelastik posterior dari diskus ke fissura

tympanosquamosa dan ligamen capsularis akan berfungsi

membatasi kisaran gerak protrusi ini.

2.2.4 Retrusi

Selama pergerakan, kaput mandibula bersama dengan

discus artikularisnya akan meluncur ke arah fossa mandibularis

melalui kontraksi serabut posterior muskulus temporalis.

Muskulus pterygoideus lateralis adalah otot antagonis dan akan

relaks pada keadaan tersebut. Otot-otot pengunyahan lainnya

akan berfungsi mempertahankan tonus kontraksi dan menjaga

agar gigi geligi tetap pada kontak meluncur. Elastisitas bagian

posterior discus articularis dan capsula articulatio

temporomandibularis akan dapat menahan agar diskus tetap

berada pada hubungan yang tepat terhadap caput mandibula

ketika prosesus kondiloideus bergerak ke belakang.

13

Page 14: Laporan STM

2.2.5 Gerak lateral

Pada saat rahang digerakkan dari sisi yang satu ke sisi

lainya untuk mendapat gerak pengunyahan antara permukaan

oklusal premolar dan molar, prosesus kondiloideus pada sisi

tujuan arah mandibula yang bergerak akan ditahan tetap pada

posisi istirahat oleh serabut posterior muskulus temporalis

sedangkan tonus kontraksinya akan tetap dipertahankan oleh

otot-otot pengunyahan lain yang terdapat pada sisi tersebut.

Pada sisi berlawanan prosesus kondiloideus dan diskus

artikularis akan terdorong ke depan ke eminensia artikularis

melalui kontraksi muskulus pterygoideus lateralis dan medialis,

dalam hubungannya dengan relaksasi serabut posterior

muskulus temporalis. Jadi, gerak mandibula dari sisi satu ke

sisi lain terbentuk melalui kontraksi dan relaksasi otot-otot

pengunyahan berlangsung bergantian, yang juga berperan

dalam gerak protrusi dan retrusi8.

Pada gerak lateral, caput mandibula pada sisi ipsilateral,

ke arah sisi gerakan, akan tetap ditahan dalam fosa

mandibularis. Pada saat bersamaan, caput mandibula dari sisi

kontralateral akan bergerak translasional ke depan. Mandibula

akan berotasi pada bidang horizontal di sekitar sumbu vertikal

yang tidak melintas melalui caput yang ‘cekat’, tetapi melintas

sedikit di belakangnya. Akibatnya, caput ipsilateral akan

bergerak sedikit ke lateral, dalam gerakan yang dikenal sebagai

gerak.

14

Page 15: Laporan STM

2.3 Etiologi Gangguan Temporomandibular

Nyeri yang dirasakan pada persendian ini dapat dikarenakan oleh

beberapa faktor seperti, penggunaan yang berlebihan pada daerah

yang bersangkutan, contohnya adalah pada individu yang mempunyai

kebiasaan buruk mengerat gigi (bruxism), sering menguap,

mengunyah cenderung pada satu sisi. Hal ini menyebabkan

pemberian beban yang terus menerus pada daerah persendian. Faktor

lain yang terlibat adalah faktor maloklusi gigi terutama pertumbuhan

gigi geraham belakang yang tidak normal dapat menyebabkan

desakan yang terus menerus serta adanya kelainan anatomi rahang 

dapat berakibat menimbulkan rasa nyeri pada TMJ.

Penggunaan berlebih pada diskus dan ligament-ligamen yang

berhubungan dengan TMJ dapat menyebabkan fleksibilitas pada

discus dan ligament tersebut menurun, dan bila tidak ditanggulangi

dan terus berlanjut akan menyebabkan inflamasi yang berakhir pada

rupture discus dan ligament yang akan menimbulkan sensasi nyeri

pada individu. Selain terjadinya inflamasi pada discus, dapat pula

terjadi inflamasi dari otot akibat hiperfungsi dari system

musculoskeletal yang akan menimbulkan nyeri juga.

Sensasi nyeri juga dapat timbul oleh karena adanya iskemi lokal

yang disebabkan karena hiperfungsi dari kontraksi otot yang

mengakibatkan mikrosirkulasi tidak adekuat. Hal ini akan

menyebabkan nutrisi pada jaringan akan berkurang sehingga

menyebabkan iskemik pada jaringan tersebut yang akan

menimbulkan sensasi nyeri.

15

Page 16: Laporan STM

Persendian pada temperomandibular ini sama seperti persendian di

daerah tubuh lainnya, dimana dapat juga terjadi hal-hal seperti

osteoarthritis, rheumatoid arthritis dan jenis-jenis inflamasi lainnya

didaerah persendian ini yang akan menimbulkan sensasi nyeri juga.

Osteoartritis adalah kondisi dimana sendi terasa nyeri akibat

inflamasi yang diakibatkan gesekan ujung-ujung tulang penyusun

sendi. Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif yang

berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi. Sedangkan rheumatoid

arthritis (RA) merupakan suatu penyakit autoimun dengan

karakteristik sinovitis erosif simetris sebagian besar pasien

menunjukkan gejala penyakit kronik hilang timbul dan apabila tidak

diobati dapat menyebabkan kerusakan persendian dan deformitas

sendi progresif yang berakhir pada disabilitas Bennett.

Selain menimbulkan pergerakan aktif, otot-otot pengunyahan juga

mempunyai aksi postural yang penting dalam mempertahankan posisi

mandibula terhadap gaya gravitasi. Bila mandibula berada pada posisi

istirahat, gigi geligi tidak beroklusi dan akan terlihat adanya celah

atau freeway space diantara arkus dentalis superior dan inferior.

16

Page 17: Laporan STM

Gambar 2.6 : Otot otot pada Mandibula

Gambar 2.7 : Perubahan posisi mandibula pada saat menutup dan membuka mulut

17

Page 18: Laporan STM

2.3.1 Kebiasaan Mengunyah dengan Unilateral

Kebiasaan mengunyah dengan satu sisi merupakan

kebiasaan pengunyahan yang buruk. Dimana tanpa disadari

sistem pengunyahan yang dilakukan itu dapat

mengakibatkan pengaruh yang buruk pada kesehatan rongga

mulut. Pada kasus dengan mengunyah satu sisi, pasien

sering tidak memperhatikan bahwa pada di sisi lain timbul

beberapa gejala yang memang terkadang tidak menimbulkan

rasa sakit. Kebiasaan mengunyah satu sisi pada pasien yang

sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari ini memiliki

beberapa faktor pendukung yang menjadikan kebiasaan

mengunyah satu sisi.

Faktor Pendukung Kebiasaan Mengunyah

Unilateral

1. Faktor kehilangan gigi

Pasien yang telah hilang satu atau lebih gigi

memiliki kecenderungan untuk mengunyah

unilateral. Pada gigi yang hilang secara otomatis

gigi yang berperan sebagai gigi antagonisnya

tidak begitu berfungsi secara normal. Pada pasien

dengan kehilangan gigi lebih dari satu, dapat

menimbulkan resiko untuk terjadi nya karies

bahkan lebih parah lagi adalah kalkulus.

Dikarenakan pada sisi yang tidak ada gigi pada

18

Page 19: Laporan STM

salah satu sisi biasanya tidak enak digunakan

untuk mengunyah sehingga memunculkan

kebiasaan untuk mengunyah satu sisi yang masih

lengkap. Secara alamiah, gerakan pengunyahan

mempunyai efek untuk timbulnya karang gigi

atau kalkulus. Karena itu, gigi-gigi yang tidak

dipakai untuk mengunyah akan mudah terjadi

kalkulus yang merupakan faktor etiologi dari

penyakit periodontal. Selain itu, otot – otot pipi

yang kurang bergerak karena tidak mengunyah,

lama kelamaan akan menjadi lisut dan wajah

terlihat kempot.

2. Faktor Trauma

Kebiasaan mengunyah satu sisi juga dapat

disebabkan oleh trauma. Trauma dibagi menjadi

2 yaitu

Macrotrauma : trauma besar yang tiba-tiba

dan mengakibatkan perubahan struktural,

seperti pukulan pada wajah atau kecelakaan.

Microtrauma : Trauma ringan tapi berulang

dalam jangka waktu yang lama,

seperti bruxism dan clenching. Kedua hal

tersebut dapat menyebabkan microtrauma

19

Page 20: Laporan STM

pada jaringan yang terlibat seperti gigi, sendi

rahang, atau otot.

3. Faktor Otot Kunyah

Kelainan otot dari STM menjadi keluhan

yang paling umu terjadi pada pasien. Kelainan

otot dapat disebabkan karena

infeksi/peradangan,dnan trauma yang

menyebabkan terbentuknya fibrosis pada otot

sehingga otot tidak bebas bergerak dan

menyebabkan rasa sakit.

4. Faktor Psikologis

Adanya faktor psikologis yang berupa

tingkah laku,emosi, dan kepribadian dapat

menjadi faktor pendukung dalam gangguan

sendi rahang dan menjadi penyebab utama dari

sindrom rasa sakit – disfungsi. Psikolog Freud

klasik menunjukkan bahwa kelainan sendi

mungkin merupakan reaksi perubahan mulut

dan otot, karena sifatnya yang ekspresif,

bekerja sebagai focus tegangan emosi. Jadi,

konflik ini dikeluarkan dalam bentuk

parafungsional seperti bruxizm dan aktivitas

otot lain yang tidak normal.

20

Page 21: Laporan STM

Emosi sering terlihat dari wajah dimana

ekspresi wajah tersebut berhubungan erat

dengan otot kunyah. Hal ini dapat berupa

ketegangan otot yang besar atau aktivitas

parafungsional oromuskular.

2.4 Faktor Risiko Gangguan Temporomandibular

Kelainan TMJ paling sering pada wanita dengan usia berkisar 30-

50 tahun. Faktor resiko lain:

Jaw clenching

Teeth grinding (bruxism)

Rheumatoid arthritis

Fibromialgia

Trauma wajah dan rahang

Kelainan congenital pada tulang wajah

2.5 Jenis dan Gejala gangguan Temporomandibular

Ada tiga gangguan tempotomandibular yang tesering, yaitu nyeri

miofasial, internal dearrangement, dan osteoartrosis. Nyeri miofasial

adalah gangguan yang tersering ditemukan. Adapun gejala lain yang

dapat terjadi adalah sebagai berikut :

Nyeri pada telinga

Kekakuan atau nyeri pada

otot rahang

Nyeri pada daerah pipi

Bunyi pada rahang

Keterbatasan pergerakan

pada rahang

Lock jaw

Nyeri kepala yang sering

21

Page 22: Laporan STM

Kekakuan pada otot

wajah dan leher, daerah

preaurikuler

Asimetris dari wajah

Maloklusi

Kronik postural head

tilting

22

Page 23: Laporan STM

Gambar 2.6 : Terdapat kasus dimana pasien ini mengalami kelainan TMJ.

Pada titik A dan C pasien mengalami kekakuan otot. Pada point B dan D

pasien mengalami kelemahan otot dan stretched out

Page 24: Laporan STM

Gambar 2.6 Perubahan posisi mandibula pada saat menutup dan membuka

mulut.

2.3. Diagnosis TMJ

Anamnesis

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan penunjang seperti foto roentgen atau MRI

2.7 Clicking

Anatomi dan inervasi clicking :

Persarafan sensorik pada sendi temporomandibula yang terpenting

dilakukan olehnervus aurikulotemporal yang merupakan cabang pertama posterior

dari nervusmandibularis. Saraf lain yang berperan adalah nervus maseterikus dan

nervustemporal. Nervus maseterikus bercabang lagi di depan kapsul dan

meniskus. Nervusaurikulotemporal dan nervus maseterikus merupakan serabut-

serabut proprioseptif dari impuls sakit nervus temporal anterior dan posterior

melewati bagian lateralmuskulus pterigoideus, yang selanjutnya masuk ke

permukaan dari muskulustemporalis, saluran spinal dari nervus trigeminus.

Permukaan fibrous artikular,fibrokartilago, daerah sentral meniskus dan membran

sinovial tidak ada

persarafannya. (jurnal Usu “Anatomi Sendi Temporomandibula”)

Mekanisme clicking :

1. Pergeseran diskus kearah anterior atau lateral

2. Tidak ada penahan terhadap m.pterygoideus lateralis superior discus

robek/terkikis

3. Setiap kali terdapat kelainan posisi rahang yang disertai dengan tekanan

berlebihanpada sendi dan berkepanjangan atau terus menerus dapat

menyebabkan diskus(meniskus) robek dan mengalami dislokasi berada

didepan kondil. Dalam keadaanseperti ini, erakan membuka mulut

menyebabkan kondil bergerak ke depan danmendesak diskus di depannya.

Page 25: Laporan STM

Jika hal ini berkelanjutan, kondil bisa saja melompatidiskus dan benturan

dengan tulang sehingga menyebabkan bunyi berupa cliking. (Heru

Suryonegoro “Pencitraan Temporomandibular Discorder : Clicking)

2.8 Perawatan yang Dilakukan

Perawatan yang dilakukan pada gangguan sendi rahang ini diantaranya dapat

dilakukan perawatan secara konservatif dan operatif. Perawatan dari setiap

keadaan harus disesuaikan dengan kebutuhan pasien, serta waktu dan fasilitas

juga perlu dipertimbangkan.

1. Perawatan Secara Konservatif

Adapun perawatan secara konservatif adalah : mengistirahatkan

rahang, obat-obatan, latihan, terapi fisik, splin oklusal, perawatan

psikososial,karies dan kelainan patologi yang lain, protesa terapi oklusal, dan

faktor pendukung yang lain.

2. Perawatan Secara Operatif

Perawatan secara operatif dilakukan bila pasien gagal member respon

terhadap terapi konservatif. Pembedahan STM merupakan tindakan perawatan

efektif untuk kelainan-kelainan artikular kondilus atau memperbaiki meniscus

atau ligament yang rusak. Dan pada kasus kebiasaan mengunyah pada satu

sisi bila telah sampai pada tahap lanjut yang berkembang dan berhubungan

dengan jaringan periodontium yang mengakibatkan pencabutan, maka

perawatan operatif lah yang dilakukan sebagai perawatan bagi pasien tersebut.

Page 26: Laporan STM

BAB II

HASIL PENGAMATAN

2.1 Pemeriksaan Gerakan STM Secara Palpasi

Jenis Kelamin Orang Coba

Gerakan STM

(simetri/normal/terjadi hambatan)

Perempuan I (simetri/normal/tidak terjadi

hambatan)

Perempuan II (simetri/normal/tidak terjadi

Page 27: Laporan STM

hambatan)

2.2 Pemeriksaan Bunyi STM Secara Auskultasi

Jenis Kelamin Orang CobaGerakan STM

(sakit/krepitasi/kliking/popping)

Perempuan I (Tidak Sakit/Krepitasi)

Perempuan II (Tidak Sakit/Krepitasi)

2.2.1 Pemeriksaan Gerakan Mandibula

Jenis Kelamin

Orang CobaJarak Maksimal

Waktu Maksimal

(Menit)

Laki-laki (C) Antero-post

erior

Kondil ke depan & ke

belakang

Perempuan (B) Lateral Kondilus yang menonjol,

berlawanan dengan arah

pergeseran mandibula

KPerempuan (E) Koordinasi

Gerakan

Kondili di sebelah kanan

terasa lebih menonjol, serta

garis median tampak tidak

simetris

(F) Kelelahan pada Gerakan Mandibula Menutup Mulut

Jenis Kelamin Orang Coba

Lamanya membuka

mulut secara maksimal

Waktu sampai timbul kelelahan(menit)

Perempuan Waktu maksimal (ex.

X menit)

39 detik

Istirahat 10 menit

Page 28: Laporan STM

½ dari waktu maksimal

(0,5 dari X menit

pemijatan)

56 detik

Istirahat 10 menit

½ dari waktu maksimal

(0,5 dari X menit +

pajanan sinar infra red)

1 menit 17 detik

2.4 Gerakan STM Pada Beberapa Posisi Kepala

Pengaruh Posisi Kepala Terhadap Gerakan Mandibula

Jenis Kelamin Posisi Kepala Jarak Kondil-Tragus (mm)

dan apa yang dirasakan

Perempuan Tegak Lurus 9/ Tidak terasa Nyeri

Menunduk 10/ Sedikit terasa Nyeri

Menengadah 12/ Rasa Nyeri semakin

terasa

Terlentang 10/ Sedikit Nyeri

Page 29: Laporan STM

Kesamping 9/ Tidak terasa nyeri

Istirahat 7/ Tidak terasa nyeri

2.5 Jawaban Pertanyaan

1. Apa yang menyebabkan bunyi sendi?

Jawab: Munculnya bunyi-bunyi abnormal pada STM disebabkan karena

adanya perubhan letak, bentuk dan fungsi dari komponen STM.

2. Apa perbedaan krepitus, clicking dan popping?

Jawab: Krepitus merupakan bunyi sperti mengerat atau gemertak yang

menunjukkan adanya perubahan degenerasi, sedangkan clicking merupakan

bunyi berdebuk yang muncul pada saat membuka ataupun menutup mulut,

sedangkan bunyi popping merupakan bunyi abnormal pada STM yang berupa

bunyi mirip letupan.

3. Bagaimana pola pergerakan kondil pada saat membuka dan menutup mulut?

Jawab: Pada saat gerakan membuka, processus condylus dan diskus

artikularis akan meluncur menuruni eminansia artikularis dan diskus

artikularis akan berputar ke arah posterior dari condyl. Hal ini menyebabkan

angulus mandibula bergerak ke belakang dan dagu terdepresi sehingga mulut

terbuka. Sedangkan pada gerak menutup mulut, condyl yang tadinya meluncur

menuruni eminensia artikularis, akan bergerak naik ke atas sepanjang

eminensia artikularis, sedangkan diskus artikularis akan berputar ke arah

anterior condyl. Kemudian condyl ada menempati tempat awalnya yaitu di

fossa glenoidal dan mulut pun tertutup.

4. Kenapa dapat timbul gerakan inkoordinasi mandibula?

Jawab: Gerakan mandibula yang tidak selaras itu bisa saja disebabkan karena

adanya gangguan pada sendi temporomandibular nya. Hal tersebut bisa saja

disebabkan karena oklusi gigi yang tidak sempurna, penggunaan otot

mastikasi yang berlebihan dan tidak seimbang, ataupun kebiasaan-kebiasaan

Page 30: Laporan STM

abnormal (menggigit jari, bibir, bruxism,dll) yang bisa menyebabkan

gangguan pada STM.

5. Apakah posisi tidur dapat berpengaruh pada kondisi mandibula? Jelaskan

mekanismenya.

Jawab: Iya. Karena posisi tidur berpengaruh pada pemberian tekanan pada

STM di kedua sisi mandibula. Contoh pada posisi tidur miring ke salah satu

sisi (kiri) menyebabkan beban tubuh cenderung teralokasikan ke STM di sisi

kiri mandibula. Apabila keadaan ini terus berlanjut dari hari ke hari, hal ini

akan menimbulkan gangguan pada STM kiri yang bisa berakibat adanya

inkoordinasi gerakan dari STM mandibula.

6. Mengapa membuka mulut maksimal menimbulkan kelelahan dan nyeri?

Jelaskan mekanismenya.

Jawab: Karena pada saat membuka mulut secara maksimal, otot-otot

mastikasi yang berkontraksi pada keadaan ini (M. Pterygoideus lateralis) akan

bekerja lebih keras sehingga menimbulkan kelelahan. Kondisi ini

menyebabkan otot akan mengalami ‘kelelahan’ dan timbul rasa nyeri.

7. Apakah fungsi pemijatan pada kelelahan? Jelaskan mekanismenya.

Jawab: Pemijitan merupakan salah satu cara dalam pemulihan kelelahan otot.

Ketika seseorang dipijat, terutama pada bagian yang mengalami kelelahan

otot, daerah yang dipijat atau ototnya menjadi tidak tegang serta pembuluh

darah melebar sehingga banyak oksigen dari nutrisi yang tersuplai yang

mengurangi kelelahan otot.

8. Apakah fungsi infrared pada kelelahan? Jelaskan mekanismenya.

Jawab: Pengaruh sinar infra red akan menghasilkan panas yang

menyebabkan pembuluh kapiler membesar, dan meningkatkan

temperatur kulit serta memperbaiki sirkulasi darah sehingga kelelahan

dapat segera pulih. Sinar inframerah yang dapat menembus cukup

dalam kebawah lapisan kulit telah terbukti secaraefektif dapat

memulihkan rasa sakit dan pegal akibat ketegangan otot ataupun

Page 31: Laporan STM

persendian.Kehangatan sinar inframerah yang memberi rasa nyaman

menembus kedalam kulit sehinggamemperlancar aliran darah

sekaligus menghangatkan otot. Pada saat otot

menghangat,makaotomatis akan menjadi kedur dan rileks. Selain itu

dengan meningkatnya sirkulasi darah yangmembawa oksigen maka

penyembuhan otot pun berlangsung dengan lebih cepat. Lampu

infrared 150 Watt Philips dengan extra focus memberikan cakupan

wilayah efektif seluas 20x30cm untuk dapat menjangkau keseluruhan

wilayah seperti pundak, paha, betis.

Adanya pemijatan, otot menjadi lemas & pembuluh darah

halus didalamnya melebar sehingga lebih banyak oksigen dan nutrisi

tersedia untuk jaringan otot. Toksin yg menyebabkan pegalpun dapat

segera dibawa aliran darah untuk dibuang dinetralkan

BAB III

PEMBAHASAN

2.1 Pemeriksaan Gerakan STM Secara Palpasi

Pada percobaan kali ini hal pertama yang dilakukan adalah orang coba

dipersiapkan dalam posisi duduk dengan posisi kepala sejajar dengan lantai.

Operator/ pemeriksa menggunakan sarung tangan steril dan masker. Kemudian

melakukan pemeriksaan secara palpasi pada 0,5 sampai 1 cm didepan meatus

acusticus externus (lubang telinga) baik kiri maupun kanan pada posisi membuka

dan menutup mulut. Setelah itu dilakukan pemeriksaan gerakan kondili pada saat

Page 32: Laporan STM

membuka mulut dan menutup mulut. Kemudian dilakukan pencatatan mengenai

posisi dan gerakan kondili.

Pada percobaan kali ini dilakukan pada dua orang perempuan. Pada hasil

pemeriksaan orang pertama, didapatkan gerakan STM yang simetri antara bagian

kanan dan kiri, normal dan tidak adanya hambatan ketika melakukan pergerakan

menutup dan membuka mulut. Kemudian pada hasil pemeriksaan pada orang

kedua, juga didapatkan hasil pemeriksaan gerakan STM yang simetri antara bagian

kanan dan kiri, normal, dan juga tidak terdapat hambatan dalam melakukan

pergerakan membuka dan menutup mulut.

2.2 Pemeriksaan Bunyi STM secara Auskultasi

Pada percobaan kali ini hal pertama yang dilakukan adalah orang coba

dipersiapkan dalam posisi duduk dengan posisi kepala sejajar dengan lantai.

Operator/ pemeriksa menggunakan sarung tangan steril dan masker. Kemudian

melakukan pemeriksaan secara palpasi pada 0,5 sampai 1 cm didepan meatus

acusticus externus (lubang telinga) baik kiri maupun kanan pada posisi membuka

dan menutup mulut dengan menggunakan mikroskop. Setelah itu dilakukan

pemeriksaan gerakan kondili pada saat membuka mulut dan menutup mulut.

Kemudian dilakukan pengamatan apakah terdapat bunyi krepitasi, clicking atau

popping. Adanya kelainan dan inoordinasi antara diskus dan kondil bias

menimbulkan bunyi pada sendi.

Pada percobaan kali ini didapatkan hasil, pada orang pertama perempuan

Tidak didapatkan rasa sakit namun terdapat bunyi “Krep-krep” saat orang coba

diinstruksikan untuk membuka dan menutup mulut. Kejadian ini dinamakan

dengan krepitasi. Pada orang kedua juga didapatka bunyi yang sama seperti orang

pertama, serta tidak timbulnya rasa nyeri.

Page 33: Laporan STM

2.2.1 Pemeriksaan Gerakan Mandibula

A. Gerakan Membuka Mulut Secara Maksimal

Pada percobaan kali ini hal pertama yang dilakukan adalah orang

coba dipersiapkan dalam posisi duduk dengan posisi kepala sejajar dengan

lantai. Kemudian instruksikan kepada orang coba untuk membuka mulutnya

kemudian memasukkan tiga jari kanan ke dalam mulutnya. Kemudian

mengamati apakah terdapat rasa nyeri pada orang coba, jika tidak bias

jangan dipaksakan. Selain dengan menggunakan cara tersebut juga dapat

langsung mengukur dengan menggunakan jangka dan penggaris saat orang

coba membuka mulutnya secara maksimal.

Pada pengamatan kali ini didapatkan hasil, pada pengamatan

pertama yang dilakukan pada seorang laki-laki, didapatkan jarak maksimal

membuka mulut adalah sebesar 55 mm, dan pada pengamatan kedua yang

dilakukan pada seorang wanita hasil yang didapatkan adalah sebesar 45 mm.

Sehingga dapat diketahui bahwa jarak membuka mulut secara

maksimal pada orang laki-laki lebih besar dibanding dengan orang

perempuan.

B. Gerakan Membuka dan Menutup mulut

Pada percobaan kali ini hal pertama yang dilakukan adalah orang

coba dipersiapkan dalam posisi duduk dengan posisi kepala sejajar dengan

lantai. Kemudian instruksikan kepada orang coba untuk membuka mulutnya

kemudian memasukkan tiga jari kanan ke dalam mulutnya. Kemudian

mengamati apakah terdapat rasa nyeri pada orang coba, jika tidak bias

jangan dipaksakan. Selain dengan menggunakan cara tersebut juga dapat

Page 34: Laporan STM

langsung mengukur dengan menggunakan jangka dan penggaris saat orang

coba membuka mulutnya secara maksimal. Kemudian menghitung lama

waktu saat melakukan pergerakan membuka mulut secara maksimal.

Pada pengamatan kali ini pengamatan pertama dilakukan pada

seorang laki-laki, dan pada pengamatan kedua dilakukan pada seorang

perempuan.

Pada Pengamatan pertama didapatkan lama waktu sebesar dua menit

enam detik, sedangkan pada orang kedua didapatkan hasil pengamatan

sebesar satu menit dua detik. Sehingga dapat diketahui bahwa lama waktu

membuka mulut secara maksimal pada orang laki-laki lebih panjang

dibanding dengan orang perempuan.

C. Gerakan mandibula ke Antero-Posterior

Pada percobaan kali ini hal pertama yang dilakukan adalah orang coba

dipersiapkan dalam posisi duduk dengan posisi kepala sejajar dengan lantai.

Kemudian melakukan pemeriksaan secara palpasi dengan meletakkan jari telunjuk

dan jari tengah 0,5 sampai 1 cm di depan meatus acusticus externus (lubang

telinga) baik kiri maupun kanan. Setelah itu instruksikan kepada orang coba untuk

membuka kemudian dilanjut dengan menutup mulut sampai gigi geligi saling

berkontak. Setelah itu instruksikan untuk menggerakkan mandibula kearah antero-

posterior. Kemudian melakukan pemeriksaan gerakan kedua kondili.

Page 35: Laporan STM

Pada percobaan kali ini didapatkan hasil pengamatan, adanya pergerakan

kondil ke arah depan dan ke arah belakang secara simetris.

D. Gerakan mandibula ke arah Lateral

Pada percobaan kali ini hal pertama yang dilakukan adalah orang coba

dipersiapkan dalam posisi duduk dengan posisi kepala sejajar dengan lantai.

Kemudian melakukan pemeriksaan secara palpasi dengan meletakkan jari telunjuk,

dan\ jari tengah 0,5 sampai 1 cm di depan meatus acusticus externus (lubang

telinga) baik kiri maupun kanan. Setelah itu instruksikan kepada orang coba untuk

membuka kemudian dilanjut dengan menutup mulut sampai gigi geligi saling

berkontak. Setelah itu instruksikan untuk menggerakkan mandibula kearah Lateral.

Kemudian melakukan pemeriksaan gerakan kedua kondili.

Pada percobaan kali ini didapatkan hasil pengamatan, adanya pergerakan

kondil yang menonjol berlawanan dengan arah pergeseran mandibula.

E. Koordinasi Gerakan Mandibula

Pada percobaan kali ini hal pertama yang dilakukan adalah orang coba

dipersiapkan dalam posisi duduk dengan posisi kepala sejajar dengan lantai.

Kemudian meletakkan jari telunjuk, dan\ jari tengah 0,5 sampai 1 cm di depan

meatus acusticus externus (lubang telinga) baik kiri maupun kanan. Setelah itu

instruksikan kepada orang coba untuk membuka kemudian dilanjut dengan

menutup mulut sampai gigi geligi saling berkontak. Kemudian mengamati apakah

gerakan dan tonjolan kondili simetris atau tidak.

Page 36: Laporan STM

Pada percobaan kali ini didapatkan hasil pengamatan, bahwa adanya

inkoordinasi dari kondili sebelah kanan dan kiri. Hal ini dibuktikan dengan adanya

pergerakan kondil pada bagian sebelah kanan yang terasa lebih menonjol dari

bagian sebelah kiri. Dan garis median yang tampak tidak simetris saat orang coba

melakukan pergerakan menutup mulut.

F. Kelelahan pada Gerakan Mandibula Menutup Mulut

Pada percobaan kali ini langkah pertama yang dilakukan adalah memilih

orang coba yang belum melakukan percobaan. Dan satu seri percobaan ini

dilakukan oleh orang yang sama. Setelah itu, tetap instruksikan kepada orang coba

untuk duduk tegap dengan posisi kepala sejajar dengan lantai. Kemudian

menginstruksikan kepada orang coba untuk membuka mulut secara maksimal

sampai timbul kelelahan dan mencatat lama waktunya.

Kemudian mengistirahatkan orang ccoba selama sepuluh menit. Kemudian

Mengulangi percobaan dengan menginstruksikan kepada orang coba untuk

membuka mulut secara maksimal sampai timbul kelelahan dan mencatat lama

waktunya kembali. Namun, setengah dari waktu timbul lelah lakukan pemijatan

pada otot pembuka mulut, sambil tetap membuka mulut maksimal lalu mencatat

waktu timbul kelelahan. Setelah itu mengistirahatkan kembali orang coba selama

sepuluh menit.

Percobaan dilakukan kembali dengan tahapan yang sama namun dengan

melakukanpemajanan dengan sinar infra red pada otot pembuka mulut, sambil

membuka mulut maksimal lalu mencatat hasil pengamatan yang dilakukan.

Pada percobaan kali ini didapatkan hasil pengamatan, pada percobaan pertama

didapatkan waktu terjadinya kelelahan sebesar 39 detik, dan pada percobaan kedua

dengan perlakuan pemijatan didapatkan lama waktu terjadinya kelelahan yang

Page 37: Laporan STM

lebih lama yaitu sebesar 56 detik, dan pada percobaan terakhir dengan perlakuan

sinar infra red didapatkan waktu terjadinya kelelahan yang paling lama yaitu

sebesar satu menit tujuh belas detik. Dapat disimpulkan bahwa waktu terjadinya

kelelahan paling lama adalah dengan diberikannya perlakuan pemajanan sinar

infra red.

2.4 Gerakan STM Pada Beberapa Posisi Kepala

Pengaruh Posisi Kepala Terhadap Gerakan Mandibula

Pada percobaan kali ini, yang pertama dilakukan adalah memilih orang coba

kemudian menginstruksikan orang coba untuk duduk tegak dengan posisi kepala

sejajar dengan lantai. Dalam posisi kepala tegak dan oklusi sentrik, kemudian

melakukan palpasi pada posisi kondil dan memberi tanda puncak kondil dan

tragus dengan spidol. Kemudian mengukur jarak puncak kondil dengan tragus

yang baru. Setelah itu memerhatikan dan mencatat perubahan gerakan mandibula

yang dirasakan.

Kemudian melakukan persebut cobaan tersebut secara berulang dengan posisi

menengadah, terlentang, dan miring ke samping.

Pada percobaan kali ini didapatkan hasil pengamatan, pada posisi kepala tegak

lurus jarak kondil-tragus adalah sebesar 9 mm, pada posisi kepala menunduk

jarak kondil-tragus adalah sebesar 10 mm, , pada posisi kepala menengadah jarak

kondil-tragus adalah sebesar 12 mm, pada posisi kepala terlentang jarak kondil-

tragus adalah sebesar 10 mm, pada posisi kepala kesamping jarak kondil-tragus

adalah sebesar 9 mm, dan , pada posisi kepala istirahat jarak kondil-tragus adalah

sebesar 7 mm.

Pada hasil pengamatan, rasa nyeri sangat terasa ketika meggerakkan

mandibula dengan posisi kepala menengadah. Dan dapat disimpulkan bahwa

jarak kondil tragus terbesar adalah saat posisi kepala sedang menengadah.

Page 38: Laporan STM

BAB IV

KESIMPULAN

TMJ atau sendi rahang adalah sendi yang menghubungkan temporal dan

mandibula yang terdiri dari:

1. Tulang mandibula dengan kondilusnya (ujung membulat)

2. Diskus yaitu jaringan penyambung antara kondilus dengan soketnya pada

tulang temporal

3. Sistem neurovaskuler

Gerakan mandibula yang tidak selaras itu bisa saja disebabkan karena

adanya gangguan pada sendi temporomandibular. Hal tersebut bisa saja

Page 39: Laporan STM

disebabkan karena oklusi gigi yang tidak sempurna, penggunaan otot

mastikasi yang berlebihan dan tidak seimbang, ataupun kebiasaan-kebiasaan

abnormal (menggigit jari, bibir, bruxism,dll) yang bisa menyebabkan

gangguan pada STM.

BAB V

DFTAR PUSTAKA

1. Kaplan AS, Assael LA. Temporomandibular Disorder. Philadelphia. WB

Saunders Company.1991.

2. Suryonegoro, H. Pencitraan Temporo Mandibular Disorder.Klicking Jurnal

PDGI:182-188

Page 40: Laporan STM