laporan tahun 2015 - bandungkab.go.id 15 jadi+lampiran.pdf · hal ini disebabkan oleh masih adanya...
TRANSCRIPT
Laporan Tahun 2015
i
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrahmaanirrahiim,
Dengan berakhirnya tahun anggaran 2015 Dinas Pertanian, Perkebunan,
dan Kehutanan telah menyusun Laporan Tahunan tahun 2015 yang isinya
merupakan salah satu bentuk laporan tentang berbagai program/kegiatan/
proyek pembangunan khususnya pembangunan pertanian di Kabupaten Bandung
selama tahun 2015.
Laporan Tahun 2015 Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan
Kabupaten Bandung merupakan potret dari Performance sector pertanian di
Kabupaten Bandung yang merupakan resultante atau hasil dampak dari berbagai
upaya, program/kegiatan yang dilaksanakan oleh jajaran Dinas Pertanian,
Perkebunan dan Kehutanan mulai dari Kepala Dinas sampai dengan para petugas
tingkat lapangan (kecamatan dan desa) yang secara bersama-sama dengan para
petani/kelompok tani Kabupaten Bandung serta berbagai pihak terkait terus
berupaya tiada henti untuk mewujudkan ataupun melangkah menuju ke arah
tercapainya sasaran serta gambaran ideal sektor pertanian/agribisnis yang telah
dicita-citakan bersama dan dinyatakan dalam Visi Dinas Pertanian, Perkebunan
dan Kehutanan Kabupaten Bandung, yaitu “Meningkatkan kesejahteraan
masyarakat melalui pengembangan agribisnis berkelanjutan berbasis
sumberdaya lokal menuju keunggulan bersaing global, maju, mandiri dan
berwawasan lingkungan”
Kami yakin bahwa apa yang telah dilaksanakan oleh Dinas Pertanian,
Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung sampai dengan saat ini masih
jauh dari sempurna tentang arah/tercapainya Visi tersebut serta belum
sepenuhnya mampu mewujudkan seluruh aspirasi berbagai pihak yang terkait
(stakeholder) dengan pembangunan pertanian, khususnya masyarakat tani di
Kabupaten Bandung. Hal ini disebabkan oleh masih adanya beberapa faktor
pembatas yang dihadapi dan tentunya terus kami upayakan untuk dilakukan
penanganan dan pemecahan masalahnya guna perbaikan dan penyempurnaan di
tahun-tahun yang akan datang.
Laporan Tahun 2015
ii
Semoga Laporan Tahun 2015 ini dapat bermanfaat bagi kita semua serta
pihak-pihak yang berkepentingan sebagai bahan referensi, penilaian dan
informasi mengenai kegiatan pada sub sektor pertanian di Kabupaten Bandung.
Soreang, Januari 2016
Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan
Kabupaten Bandung
Ir. H. A. Tisna Umaran, MP Pembina Utama Muda
NIP. 19640923 199203 1 005
Laporan Tahun 2015
iii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………… i DAFTAR ISI ……………………………………………..…………………………… iii DAFTAR TABEL .…………………………………………………………………….. iii DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………………. iv DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………………….. v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ………………………………………………………………… 1 1.2 Dasar-dasar Penyusunan Laporan ……………………………………. 2 1.3 Gambaran Umum SKPD 1.3.1 Susunan Organisasi …………………………………….......... 4 1.3.2 Bidang Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi …………… 7 1.4 Sumberdaya Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan …… 10 1.5 Permasalahan Utama (Strategic Issue) yang Dihadapi 1.5.1 Identifikasi Masalah ……………………………………………. 11 1.5.2 Isu-isu Strategis …………………………………………......... 17
BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA 2.1 Rencana Strategis 2.1.1 Visi dan Misi Dinas Pertanian Perkebunan dan
Kehutanan ………………………………………………………….
18 2.1.2 Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah ………………… 19 2.1.3 Strategi, Kebijakan dan Penetapan Rencana Kinerja
Lima Tahunan Pembangunan Pertanian dan Kehutanan Tahun 2010–2015 ……………………...........
20 2.1.4 Kerangka Kebijakan, Strategi dan Penentapan
Kinerja Tahunan Pembangunan Pertanian dan Kehutanan Tahun 2015 ……………………………………....
27
BAB III TARGET PENDAPATAN DAN REALISASI ANGGARAN 3.1 Gambaran Umum Target Pendapatan dan Realisasi Anggaran 3.1.1 Anggaran Pendapatan ………………………………………... 49 3.1.2 Anggaran Belanja ………..…………………………………….. 49
BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL KEGIATAN 4.1 Analisis Pengukuran Kinerja 4.1.1 Analisa Pencapaian Kinerja Sasaran Tahun 2015...... 59 4.2.2 Analisa Pencapaian Kinerja Kegiatan ………………....... 89 4.2 Analisa Pencapaian Struktur Ekonomi 94
BAB V PERMASALAHAN DAN UPAYA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Permasalahan dan Upaya Pemecahannya ………………………….. 99
BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan............................................………………………….. 101 6.2 Saran.....................................................………………………….. 103
LAMPIRAN
Laporan Tahun 2015
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Sumber daya Aparatur Dinas Pertanian, Perkebunan dan
Kehutanan Kabupaten Bandung…….........................................
10
Tabel 2.1 Sasaran Strategis, Indikator dan Target Kinerja sampai dengan
Periode 2015..................................................…………………….
26
Tabel 2.2 Prioritas Komoditas Unggulan …………………………………………….. 27
Tabel 2.3 Penetapan Rencana Kerja Tahunan Dinas Pertanian, Perkebunan
dan Kehutanan Tahun 2015................………..…….......................
32
Tabel 2.4 Sasaran Kegiatan pada Program Peningkatan Ketahanan Pangan
Tahun 2015..…………………………………………………………................
36
Tabel 2.5 Sasaran Kegiatan pada Program Peningkatan Pemasaran Hasil
Pertanian/Perkebunan…………………………………………………………...
40
Tabel 2.6 Sasaran Kegiatan pada Program Penerapan Teknologi
Pertanian/Perkebunan…………………………………………………………...
41
Tabel 2.7 Sasaran Kegiatan pada Program Peningkatan Produksi
Pertanian/Perkebunan…………………………………………………………….
44
Tabel 2.8 Sasaran Kegiatan pada Program Pemanfaatan Potensi Sumber
Daya Hutan ………………………………………………………………………....
46
Tabel 2.9 Sasaran Kegiatan pada Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan.... 46
Tabel 2.10 Sasaran Kegiatan pada Program Perlindungan dan Konservasi
Sumberdaya Hutan ..................................................................
47
Tabel 2.11 Sasaran Kegiatan pada Program Perencanaan dan
Pengembangan Hutan
48
Tabel 3.1 Target dan Realisasi Anggaran Pendapatan Dinas Pertanian,
Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung Tahun 2015.….
49
Tabel 3.2 Target dan Realisasi Anggaran Belanja Tidak Langsung Tahun
2015.......................................................................................
50
Tabel 3.3 Target dan Realisasi Anggaran Belanja Langsung SKPD Tahun
2015.......................................................................................
50
Tabel 3.4 Target dan Realisasi Belanja Langsung Program Dinas Pertanian,
Perkebunan dan Kehutanan Tahun 2015....................................
52
Tabel 4.1 Pengukuran Sasaran Kinerja Tahunan 2015 .…………………........... 60
Laporan Tahun 2015
v
Tabel 4.2 Target dan Realisasi Jumlah Produksi Padi Palawija di Kabupaten
Bandung Tahun 2015........................................................……..
62
Tabel 4.3 Realisasi Penyaluran Pupuk Thn 2012-2013 .………………………...... 64
Tabel 4.4 Perbandingan Jumlah Alat Mesin Pertanian di tingkat petani
Kabupaten Bandung Tahun 2013 dan Tahun 2015 ..............……..
67
Tabel 4.5 Rencana dan Realisasi Stimulan Pengendalian OPT Tahun 2015... 68
Tabel 4.6 Potensi Air Permukaan Bendungan Desa di Kabupaten Bandung.. 69
Tabel 4.7 Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) yang sudah mempunyai
SK Bupati dan Berbadan Hukum.....................................….……..
70
Tabel 4.8 Realisasi Tingkat Kehilangan Hasil Komoditas Padi dan Jagung
Tahun 2011 s.d 2015................................................................
75
Tabel 4.9 Pengukuran sasaran Strategis 2 Tahun 2015 ...………………………. 76
Tabel 4.10 Realisasi Luas Tanam, Panen, Produksi dan Produktivitas
Komoditas Sayuran di Kabupaten Bandung Tahun 2015..………….
78
Tabel 4.11 Realisasi Produksi Tanaman Buah-buahan di Kabupaten Bandung
Tahun 2015 ………………………………………………………………………….
80
Tabel 4.12 Realisasi Tanaman Hias di Kabupaten Bandung Tahun 2015 ....... 82
Tabel 4.13 Realisasi Produksi Tanaman Obat Tahun 2015 …………........……... 82
Tabel 4.14 Realisasi produksi komoditi perkebunan………………………………….. 84
Tabel 4.15 Rumah Kemasan Hortikultura Kabupaten Bandung ……………….... 85
Tabel 4.16 Unit Pengolahan Hasil Perkebunan Kabupaten Bandung.............. 85
Tabel 4.17 Pengukuran Sasaran Strategis 3 Tahun 2015 ………………………..... 86
Tabel 4.18 Luas Penanaman Hutan dan Lahan Kritis .....................…………… 87
Tabel 4.19 PDRB Kabupaten Bandung Berdasarkan Harga Berlaku ……………. 95
Tabel 4.20 PDRB Kabupaten Bandung Berdasarkan Harga Konstan ..………… 95
Tabel 4.21 Dristribusi Persentase PDRB Kabupaten Bandung ……………………. 95
Tabel 4.22 Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kab. Bandung Thn 2011-2015. 98
Laporan Tahun 2015
vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1.1 Struktur organisasi Dinas Pertanian Perkebunan dan
Kehutanan ……………………………………………………………………. 5
Gambar 1.2 Struktur organisasi UPTD Dinas Pertanian Perkebunan dan
Kehutanan ……………………………………………………………........
6 Gambar 2.1 Kerangka migrasi strategi pembangunan sub-sektor
tanaman pangan dan perkebunan Kabupaten Bandung …....
22 Gambar 2.2 Kerangka migrasi strategi pembangunan sub-sektor
kehutanan Kabupaten Bandung ……………………………………...
25 Gambar 4.1 Perkembangan Produktivitas Padi Kabupaten Bandung......... 61 Gambar 4.2 Perkembangan Indeks Pertanaman Padi Kabupaten
Bandung...........................................................................
62 Gambar 4.3 Struktur Ekonomi Rumah Tangga Pertanian......................... 96
Laporan Tahun 2015
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Realisasi Luas Tanam, Panen Produksi dan Produktivitas Padi Sawah MT. 2014/2015 dan Tahun 2015 Kabupaten Bandung................................................................................
104
Lampiran2. Realisasi Luas Tanam, Panen Produksi dan Produktivitas Padi Ladang MT. 2014/2015 dan Tahun 2015 Kab. Bandung...............
105
Lampiran3. Realisasi Luas Tanam, Panen Produksi dan Produktivitas Padi MT. 2014/2015 dan Tahun 2015 Kabupaten Bandung.................
106
Lampiran4. Realisasi Luas Tanam, Panen Produksi dan Produktivitas Jagung MT. 2014/2015 dan Tahun 2015 Kabupaten Bandung.................
107
Lampiran5. Realisasi Luas Tanam, Panen Produksi dan Produktivitas Kedelai MT. 2014/2015 dan Tahun 2015 Kabupaten Bandung.......
108
Lampiran6. Realisasi Luas Tanam, Panen Produksi dan Produktivitas Kacang Tanah MT. 2014/2015 dan Tahun 2015 Kabupaten Bandung.......
109
Lampiran7. Realisasi Luas Tanam, Panen Produksi dan Produktivitas Ubi Kayu MT. 2014/2015 dan Tahun 2015 Kabupaten Bandung.......
110
Lampiran8. Realisasi Luas Tanam, Panen Produksi dan Produktivitas Ubi Jalar MT. 2014/2015 dan Tahun 2015 Kabupaten Bandung.......
111
Lampiran9. Realisasi Luas Tanam, Panen Produksi dan Produktivitas Stroberi Tahun 2015 Kabupaten Bandung.......
112
Lampiran 10. Realisasi Luas Tanam, Panen Produksi dan Produktivitas Tomat Tahun 2015 Kabupaten Bandung.......
113
Lampiran 11. Realisasi Luas Tanam, Panen Produksi dan Produktivitas Cabe Besar Tahun 2015 Kabupaten Bandung.......
114
Lampiran 12. Realisasi Luas Tanam, Panen Produksi dan Produktivitas Cabe Rawit Tahun 2015 Kabupaten Bandung.......
115
Lampiran 13. Realisasi Luas Tanam, Panen Produksi dan Produktivitas Bawang Merah Tahun 2015 Kabupaten Bandung.......
116
Laporan Tahun 2015
viii
Lampiran 14. Realisasi Luas Tanam, Panen Produksi dan Produktivitas Kubis Tahun 2015 Kabupaten Bandung.......
117
Lampiran 15. Realisasi Luas Tanam, Panen Produksi dan Produktivitas Kentang Tahun 2015 Kabupaten Bandung.......
118
Lampiran 16. Realisasi Luas Tanam, Panen Produksi dan Produktivitas Sayuran Tahun 2015 Kabupaten Bandung.......
119
Lampiran 17. Realisasi Luas Tanam Baru, Tanaman yang Menghasilkan dan Produksi Buah Alpukat Tahun 2015 Kabupaten Bandung.......
120
Lampiran 18. Realisasi Luas Tanam Baru, Tanaman yang Menghasilkan dan Produksi Buah Durian Tahun 2015 Kabupaten Bandung.......
121
Lampiran 19. Realisasi Luas Tanam Baru, Tanaman yang Menghasilkan dan Produksi Buah Pisang Tahun 2015 Kabupaten Bandung.......
122
Lampiran20. Realisasi Luas Tanam Baru, Tanaman yang Menghasilkan dan Produksi Buah Jambu Biji Tahun 2015 Kabupaten Bandung.......
123
Lampiran21. Realisasi Luas Tanam Baru, Panen dan Produksi Tanaman Hias Anggrek Tahun 2015 Kabupaten Bandung.......
124
Lampiran22. Realisasi Luas Tanam Baru, Panen dan Produksi Tanaman Hias Krisan Tahun 2015 Kabupaten Bandung.......
125
Lampiran23. Realisasi Luas Tanam Baru, Panen dan Produksi Tanaman Hias Sedap Malam Tahun 2015 Kabupaten Bandung.......
126
Lampiran24. Realisasi Luas Tanam Baru, Panen dan Produksi Tanaman Obat/Biofarmaka Kunyit Tahun 2015 Kabupaten Bandung.......
127
Lampiran25. Realisasi Luas Tanam Baru, Panen dan Produksi Tanaman Obat/Biofarmaka Jahe Tahun 2015 Kabupaten Bandung.......
128
Lampiran26. Realisasi Luas Tanam Baru, Panen dan Produksi Tanaman Obat/Biofarmaka Laos/Lengkuas Tahun 2015 Kab. Bandung.......
129
Lampiran27. Realisasi Luas Tanam Baru, Panen dan Produksi Tanaman Obat/Biofarmaka Kencur Tahun 2015 Kabupaten Bandung.......
130
Lampiran28. Realisasi Luas Tanam Baru, Panen dan Produksi Tanaman Obat/Biofarmaka Pace/Mengkudu Tahun 2015 Kabupaten Bandung.......
131
Lampiran29. Realisasi Luas Tanam Baru, Panen dan Produksi Tanaman Obat/Biofarmaka Kapolaga Tahun 2015 Kabupaten Bandung.......
132
Lampiran30. Luas Areal Pertanaman dan Produksi Perkebunan Rakyat Teh Tahun 2015 Kabupaten Bandung.......
133
Laporan Tahun 2015
ix
Lampiran31. Luas Areal Pertanaman dan Produksi Perkebunan Rakyat Kopi Tahun 2015 Kabupaten Bandung.......
134
Lampiran32. Luas Areal Pertanaman dan Produksi Perkebunan Rakyat Cengkeh Tahun 2015 Kabupaten Bandung.......
135
Lampiran33. Luas Areal Pertanaman dan Produksi Perkebunan Rakyat Tembakau Tahun 2015 Kabupaten Bandung.......
136
Lampiran34. Jumlah Penduduk Kabupaten Bandung Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan Kabupaten Bandung Tahun 2015
137
Lampiran35. Penggunaan Lahan Kabupaten Bandung .......................... 138
Lampiran36. Nama dan Jumlah Kecamatan/Desa/Kelurahan di Kabupaten Bandung Tahun 2015 .........................................
139
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab. Bandung 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pelaksanaan kegiatan tahun 2015 diarahkan menjaring kerjasama dan
kemitraan di antara para pelaku yang terlibat dalam pembangunan pertanian
perkebunan, dan kehutanan. Bahwa sebagai salah satu upaya mengevaluasi
kinerja pelaksanaan pembangunan dan dalam rangka meningkatkan pelaksanaan
pemerintahan yang lebih berdayaguna, berhasil guna, bersih dan bertanggung
jawab serta untuk memantapkan pelaksanaan akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah sebagai wujud pertanggungjawaban dalam mencapai misi dan tujuan
instansi pemerintah, serta dalam rangka perwujudan good governance yang
merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi
masyarakat dan untuk mencapai tujuan serta cita-cita berbangsa dan bernegara.
Disamping itu, sesuai yang diamanatkan dalam Instruksi Presiden Nomor 7
Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan menteri
Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 29 Tahun 2010 tentang
Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah dan Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2013 tentang
Penyampaian Laporan Akuntabilitas Kinerja dan Laporan Tahun, bahwa Laporan
akuntabilitas kinerja dan Laporan Tahun merupakan kewajiban dari setiap
instansi pemerintahan pada akhir tahun berlaku sebagai laporan
pertanggungjawaban secara sistematik dan melembaga. Laporan tersebut untuk
mengukur seberapa jauh tingkat kinerja dan keberhasilan pencapaian sasaran
dan tujuan yang telah ditetapkan dan tertuang dalam Rencana Kerja Tahunan
Instansi Pemerintahan.
Untuk menindaklanjuti hal tersebut, Dinas Pertanian, Perkebunan dan
Kehutanan Kabupaten Bandung menyusun Laporan Kinerja (LKIP) dan juga
Laporan Tahun (LAPTAH) 2015, sebagai upaya pertanggungjawaban keuangan
dan kinerja dinas untuk menilai tingkat keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan
organisasi yang terkait dengan pembangunan pertanian, perkebunan, dan
kehutanan yang tertuang dalam Rencana Strategis Tahun 2010-2015 dan Renja
tahun 2015. Diharapkan Laporan Akuntabilitas Kinerja tersebut dapat digunakan
sebagai barometer Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan dalam
memprediksi, memproyeksi, dan conjectures program/kegiatan di tahun-tahun
berikutnya, secara efektif, efisien dan responsif.
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab. Bandung 2
1.2. Dasar-dasar Penyusunan Laporan
Penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) dan Laporan
Tahun 2015 mempertimbangkan landasan hukum, sebagai berikut:
a. Landasan Idiil Pancasila
b. Landasan Konstitusional Undang-Undang Dasar (UUD) 1945
c. Landasan Operasional :
1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286).
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4400).
4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional;
5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437).
6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4438).
7. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan
Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
8. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2001 tentang Pelaporan
Penylenggaraan Pemerintahan Daerah, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4124
9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2004 tentang
Rencana Kerja Pemerintah;
10. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2004 tentang
Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementrian Negara/Lembaga;
11. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah.
12. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2005 Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional Tahun 2004 – 2009.
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab. Bandung 3
13. Peraturan Presiden RI Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014.
14. Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah;
15. Kepmendagri Nomor 050-188/Kep/Bangda/2007 tentang Pedoman
Penilaian Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah (Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah/RPJMD).
16. Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Perencanaan
Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas dan Menteri Keuangan Nomor
28 Tahun 2010; Nomor 0199/M PPN/04/2010; Nomor PMK 95/PMK
07/2010, tentang Penyelarasan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) 2010-2014.
17. Peraturan menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 29
Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan
Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.
18. Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2011 tentang Penyampaian
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun.
19. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 6 Tahun 2004 tentang
Transparansi dan Partisipasi dalam Penyelenggaraan Pemerintah di
Kabupaten Bandung.
20. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung No. 8 Tahun 2005 tentang Tata
Cara Penyusunan Perencanaan Pembangunaan Daerah.
21. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 2 Tahun 2006 tentang
Alokasi Dana Perimbangan Desa di Kabupaten Bandung sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 24
Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten
Bandung Nomor 2 Tahun 2006 tentang Alokasi Dana Perimbangan Desa
di Kabupaten Bandung.
22. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 3 Tahun 2006 tentang
Pedoman Kerjasama Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung.
23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 2 Tahun 2007 tentang
Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah.
24. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 17 Tahun 2007 tentang
Urusan Pemerintahan Kabupaten Bandung.
25. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 11 tahun 2011 tentang
Rancangan awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) Kabupaten Bandung Tahun 2011-2015.
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab. Bandung 4
1.3. Gambaran Umum SKPD
1.3.1. Susunan Organisasi
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 20
tahun 2007 tanggal 17 Desember 2007 tentang “Pembentukan Organisasi
Dinas Daerah Kabupaten Bandung” dibentuk Dinas Pertanian, Perkebunan dan
Kehutanan yang dipimpin oleh pejabat setingkat eselon II dengan susunan unit
kerja eselon III terdiri dari : Sekretaris Dinas, Bidang Pertanian Tanaman
Pangan, Bidang Hortikultura, Bidang Perkebunan dan Bidang Kehutanan. Selain
itu terdapat 3 UPTD eselon IV yaitu UPTD Alat Mesin Pertanian dan Proteksi
Tanaman, UPTD Benih Tanaman dan UPTD Pengembangan Usaha Tani, seperti
terlihat pada Gambar 1.1 dan Gambar 1.2.
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab. Bandung
5
KEPALA
DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN, DAN
KEHUTANAN
SEKRETARIS DINAS
SUB BAGIAN
PENYUSUNAN PROGRAM
SUB BAGIAN
UMUM DAN KEPEGAWAIAN
SUB BAGIAN
KEUANGAN
BIDANG TANAMAN PANGAN
PERTANIAN
BIDANG
HORTIKULTURA
BIDANG
PERKEBUNAN
BIDANG
KEHUTANAN
SEKSI
SARANA DAN PRASARANA
SEKSI
PENGEMBANGAN PRODUKSI
SERELIA, KACANG-KACANGAN,
DAN UMBI-UMBIAN
SEKSI
PASCA PANEN, PENGOLAHAN,
DAN PEMASARAN HASIL
SEKSI
PENGEMBANGAN PRODUKSI
SAYURAN
SEKSI
PENGEMBANGAN PRODUKSI
TAN. HIAS, TAN. BUAH, DAN
TAN. OBAT
SEKSI
PASCA PANEN, PENGOLAHAN,
DAN PEMASARAN HASIL
SEKSI
PENGEMBANGAN PRODUKSI
PERKEBUNAN
SEKSI
PASCA PANEN, PENGOLAHAN,
DAN PEMASARAN HASIL
SEKSI
PENGENDALIAN
SEKSI
PENGEMBANGAN DAN
PEMANFAATAN SD HUTAN
SEKSI
REHABILITASI LAHAN DAN
KONSERVASI TANAH
SEKSI
PERLINDUNGAN DAN
PENGENDALIAN HUTAN
UPTD
JAFUNG
Gambar 1.1 Struktur Organisasi Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab. Bandung
6
KEPALA
DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN, DAN
KEHUTANAN
KEPALA UPTD
ALSINTAN DAN PENGENDALIAN OPT
KEPALA UPTD
PENGEMBANGAN BENIH
KEPALA UPTD
PENGEMBANGAN USAHA
KEPALA SUB BAGIAN
TATA USAHA
KEPALA SUB BAGIAN
TATA USAHA
KEPALA SUB BAGIAN
TATA USAHA
JAFUNG
Gambar 1.2 Struktur Organisasi UPTD Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab. Bandung
7
1.3.2. Bidang Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi
Tugas pokok Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan berdasarkan
Perda Kab. Bandung No. 20 tahun 2007 adalah merumuskan kebijakan
teknis operasional di bidang pertanian, perkebunan dan kehutanan yang meliputi
pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan kehutanan serta
melaksanakan ketatausahaan Dinas.
Menindaklanjuti Perda tersebut, maka pada tanggal 26 Februari 2008
terbentuk Peraturan Bupati Bandung tahun 5 tahun 2008 tentang “Rincian
Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Daerah kabupaten Bandung”. Berdasarkan
Peraturan Bupati tersebut, tugas pokok kepala dinas pertanian, perkebunan dan
kehutanan adalah memimpin, merumuskan, mengatur, membina,
mengendalikan, mengkoordinasikan dan mempertanggung-jawabkan kebijakan
teknis pelaksanaan urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi dan
tugas pembantuan sebagian bidang pertanian dan ketahanan pangan serta
bidang kehutanan.
Adapun tugas pokok dan Fungsi Kesekretariatan: memimpin,
mengkoordinasikan dan mengendalikan tugas-tugas di bidang pengelolaan
pelayanan kesekretariatan yang meliputi pengkoordinasian penyusunan program,
pengelolaan umum dan kepegawaian serta pengelolaan keuangan:
a. penetapan penyusunan rencana dan program kerja pengelolaan
pelayanan kesekretariatan
b. penetapan rumusan kebijakan koordinasi penyusunan program dan
penyelenggaraan tugas-tugas Bidang secara terpadu;
c. penetapan rumusan kebijakan pelayanan administratif Dinas;
d. penetapan rumusan kebijakan pengelolaan administrasi umum dan
kerumahtanggaan
e. penetapan rumusan kebijakan pengelolaan kelembagaan dan
ketatalaksanaan serta hubungan masyarakat
f. penetapan rumusan kebijakan pengelolaan administrasi kepegawaian;
g. penetapan rumusan kebijakan administrasi pengelolaan keuangan;
h. penetapan rumusan kebijakan pelaksanaan, monitoring, evaluasi dan
pelaporan pelaksanaan tugas Dinas
i. penetapan rumusan kebijakan pengkoordinasian publikasi pelaksanaan
tugas Dinas
j. penetapan rumusan kebijakan pengkoordinasian penyusunan dan
penyampaian bahan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas Dinas
k. pelaporan pelaksanaan tugas pengelolaan pelayanan kesekretariatan
l. evaluasi pelaksanaan tugas pengelolaan pelayanan kesekretariatan
m. pelaksanaan tugas kedinasan lain sesuai dengan bidang tugas dan
fungsinya
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab. Bandung
8
n. pelaksanaan koordinasi/kerja sama dan kemitraan dengan unit
kerja/instansi/ lembaga atau pihak ketiga di bidang pengelolaan
pelayanan kesekretariatan.
Sedangkan tugas pokok dan fungsi Bidang-bidang dalam Dinas Pertanian
Perkebunan dan Kehutanan adalah diantaranya:
1. Bidang Pertanian Tanaman Pangan
Tugas pokok Kepala Bidang Pertanian Tanaman Pangan adalah
memimpin, mengkoordinasikan dan mengendalikan tugas-tugas di bidang
pengelolaan pertanian tanaman pangan yang meliputi sarana dan
prasarana, pengembangan produksi serealia, kacang-kacangan dan umbi-
umbian serta pasca panen, pengolahan dan pemasaran hasil.
Fungsi Bidang Pertanian Tanaman Pangan adalah :
a) menetapkan penyusunan dan program kerja pengelolaan pertanian
tanaman pangan,
b) menyelenggarakan pelamkasanaan tugas di bidang pengelolaan
pertanian tanaman pangan,
c) mengkoordinasikan perencanaan teknis di bidang pengelolaan
tanaman pangan,
d) merumuskan sasaran pelaksanaan tugas di bidang pengelolaan
pertanian tanaman pangan,
e) membina dan mengarahkan pelaksanaan tugas di bidang pengelolaan
pertanian tanaman pangan,
f) melaporkan pelaksanaan tugas pengelolaan pertanian tanaman
pangan,
g) mengevaluasi pelaksanaan tugas pengelolaan pertanian tanaman
pangan, melaksanakan tugas kedinasan lain sesuai dengan bidang
tugas da fungsinya serta
h) melaksanakan koordinasi/kerjasama dan kemitraan dengan unit
kerja/instansi/lembaga atau pihak ketiga di bidang pengelolaan
pertanian tanaman pangan.
2. Bidang Hortikultura
Tugas pokok Kepala Bidang Hortikultura adalah memimpin,
mengkoordinasikan dan mengendalikan tugas-tugas di bidang
pengelolaan hortikultura yang meliputi pengemangan produksi sayuran,
tanaman hias, buah-buahan dan obat-obatan serta pasca panen,
pengolahan dan pemasaran hasil.
Fungsi Bidang Hortikultura adalah :
a) menetapkan penyusunan dan program kerja pengelolaan hortikultura
b) menyelenggarakan pelaksanaan tugas di bidang pengelolaan
hortikultura
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab. Bandung
9
c) mengkoordinasikan perencanaan teknis di bidang pengelolaan
hortikultura
d) merumuskan sasaran pelaksanaan tugas di bidang pengelolaan
hortikultura
e) melaporkan pelaksanaan tugas pengelolaan hortikultura
f) mengevaluasi pelaksanaan tugas pengelolaan hortikultura
g) melaksanakan tugas kedinasan lain sesuai dengan bidang tugas dan
fungsinya, serta
i) melaksanakan koordinasi/kerjasama dan kemitraan dengan unit
kerja/instansi/lembaga atau pihak ketiga di bidang pengelolaan
hortikultura
3. Bidang Perkebunan
Tugas pokok Kepala Bidang Perkebunan adalah memimpin,
mengkoordinasikan dan mengendalikan tugas-tugas di bidang
pengelolaan perkebunan yang meliputi pengembangan produksi
perkebunan, pasca panen, pengolahan dan pemasaran hasil serta
pengendalian.
Fungsi Bidang Perkebunan adalah :
a) menetapkan penyusunan dan program kerja pengelolaan perkebunan
b) menyelenggarakan pelaksanaan tugas di bidang pengelolaan
perkebunan
c) mengkoordinasikan perencanaan teknis di bidang pengelolaan
perkebunan
d) merumuskan sasaran pelaksanaan tugas di bidang pengelolaan
perkebunan
e) membina dan mengarahkan pelaksanaan tugas di bidang pengelolaan
perkebunan
f) melaporkan pelaksanaan tugas pengelolaan perkebunan
g) mengevaluasi pelaksanaan tugas pengelolaan perkebunan
h) melaksanakan tugas kedinasan lain sesuai dengan bidang tugas dan
fungsinya serta
j) melaksanakan koordinasi/kerjasama dan kemitraan dengan unit
kerja/instansi/lembaga atau pihak ketiga di bidang pengelolaan
perkebunan
4. Bidang Kehutanan
Tugas pokok Kepala Bidang Kehutanan adalah memimpin,
mengkoordinasikan dan mengendalikan tugas-tugas di bidang
pengelolaan kehutanan yang meliputi pengembangan dan pemanfaatan
sumberdaya kehutanan, rehabilitasi lahan dan konservasi tanah serta
perlindungan dan pengendalian hutan.
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab. Bandung
10
Fungsi Bidang Kehutanan adalah :
a) menetapkan penyusunan dan program kerja pengelolaan kehutanan
b) menyelenggarakan pelaksanaan tugas di bidang pengelolaan
kehutanan
c) mengkoordinasikan perencanaan teknis di bidang pengelolaan
kehutanan
d) merumuskan sasaran pelaksanaan tugas di bidang pengelolaan
kehutanan
e) membina dan mengarahkan pelaksanaan tugas di bidang pengelolaan
kehutanan
f) melaporkan pelaksanaan tugas pengelolaan kehutanan
g) mengevaluasi pelaksanaan tugas pengelolaan kehutanan
h) melaksanakan tugas kedinasan lain sesuai dengan bidang tugas dan
fungsinya serta
i) melaksanakan koordinasi/kerjasama dan kemitraan dengan unit
kerja/instansi/lembaga atau pihak ketiga di bidang kehutanan.
1.4. Sumberdaya Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan
Sumberdaya manusia setiap instansi harus cakap dan memiliki sikap
mental dan moral yang baik. Tahun 2015 jumlah personil di Dinas Pertanian,
perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung berjumlah 68 orang dengan
perincian pada Tabel 1.1.
Tabel I.1 Sumber Daya Aparatur / Pegawai Distanbunhut Kab. Bandung
No Klasifikasi
berdasarkan Uraian Jumlah Keterangan
1
Tingkat Pendidikan
Formal Yang
Ditamatkan
S2 8
S1 32
D3 5
SLTA 23
SLTP 2
2 Pangkat/Jabatan
IV.c
IV.b
1
1
IV.a 7
III.d 12
III.c 8
III.b 16
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab. Bandung
11
No Klasifikasi
berdasarkan Uraian Jumlah Keterangan
IIIa 6
II.d 4
II.c 5
II.b
II.a
I.b
7
2
-
I.c 1
3 Berdasarkan Jabatan Eselon II.b 1
eselon III.a 1
Eselon III.b 4
Eselon IV.a 18
Eselon IV.b 3
1.5. Permasalahan Utama (Strategic Issued) yang Dihadapi
1.5.1. Identifikasi Masalah
a. Keterbatasan dan Penurunan Kapasitas Sumberdaya Pertanian
Pembangunan pertanian dihadapkan kepada permasalahan permintaan
produk pertanian terutama pangan yang semakin meningkat sejalan dengan
meningkatnya pertambahan penduduk, sementara kapasitas sumberdaya alam
pertanian terutama lahan dan air terbatas dan bahkan semakin menurun. Luas
baku lahan pertanian semakin menurun karena pembukaan lahan pertanian baru
sangat lambat sementara konversi lahan pertanian terus meningkat. Masalah
konversi lahan cukup berat.
Sumber air untuk pertanian semakin langka akibat kerusakan alam,
terutama di daerah aliran sungai (DAS). Sementara itu, kompetisi pemanfaatan
air juga semakin ketat dengan meningkatnya penggunaan air untuk rumah
tangga dan industri. Besarnya tekanan penambahan penduduk terhadap lahan
berakibat pemilikan dan penggarapan semakin terfragmentasi, sehingga jumlah
petani gurem meningkat dengan rataan pemilikan lahan yang semakin kecil.
Tingkat urbanisasi yang tinggi menyebabkan masyarakat yang terlibat
pertanian menurun drastis, yang juga berarti bahwa pangsa penduduk yang
tinggal di wilayah pedesaan akan cenderung semakin kecil. Implikasinya adalah
masyarakat yang membutuhkan pangan akan berjumlah lebih banyak
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab. Bandung
12
dibandingkan dengan masyarakat yang memproduksi pangan. Hasilnya adalah
tuntutan terhadap ketersediaan dan kontinuitas produksi pangan. Hal ini dapat
menjustifikasi lebih cepatnya laju pertumbuhan industri agro dibandingkan
dengan sektor pertanian. Selain itu, pergeseran pola demografis menyebabkan
munculnya sektor-sektor ekonomi baru dalam rantai pasok pangan; seperti pada
lembaga-lembaga dalam rantai tersebut.
b. Sistem Alih Teknologi Masih Lemah dan Kurang Tepat Sasaran
Sistem adopsi atau alih teknlogi dinilai masih lemah karena lambatnya
diseminasi teknologi baru (invention) dan pengembangan teknologi yang sudah
ada (innovation) di tingkat petani. Rendahnya diseminasi teknologi disebabkan
oleh beberapa hal. Sebelum diberlakukannya kebijakan otonomi daerah, sistem
penyampaian hasil teknologi dilakukan oleh penyuluh melalui proses aplikasi
teknologi di area percontohan. Pada era desentralisasi, kegiatan penyuluhan
menjadi kewenangan pemerintah daerah dan permasalahan pada sistem
penyampaian teknologi menjadi lebih kompleks akibat masih kurangnya
dorongan fungsi penyuluhan di tingkat lapangan.
c. Kualitas, Mentalitas dan Keterampilan Sumberdaya Petani Rendah
Rendahnya kualitas sumberdaya manusia merupakan kendala yang serius
dalam pembangunan pertanian. Selama 10 tahun terakhir kemajuan pendidikan
berjalan lambat. Tahun 1992, 50 persen tenaga kerja di sektor pertanian tidak
tamat SD, 39 persen tamat SD, sedangkan yang tamat SLTP hanya 8 persen
(BPS, 1993). Tahun 2002, yang tidak tamat SD menjadi 35 persen tamat SD 46
persen dan tamat SLTP 13 persen (BPS, 2003). Rendahnya mentalitas petani
antara lain dicirikan oleh usaha pertanian yang berorientasi jangka pendek,
mengejar keuntungan sesaat, serta belum memiliki wawasan bisnis luas. Selain
itu banyak petani menjadi sangat tergantung pada bantuan/pemberian
pemerintah. Keterampilan petani yang rendah terkait dengan rendahnya
pendidikan dan kurang dikembangkannya kearifan lokal (indigenous knowledge).
Selama ini masalah di atas diatasi melalui peningkatkan kemampuan SDM
petani dan aparat melalui kegiatan pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan. Untuk
mendukung kegiatan tersebut sarana yang digunakan adalah Unit Pelaksana
Teknis (UPT) yang berada di Daerah seperti Balai Diklat, Sekolah Tinggi
Penyuluhan Pertanian, dan Sekolah Pembangunan Pertanian.
Ketertinggalan petani dalam hal pendidikan diatasi dengan pendekatan
penyetaraan pendidikan yang selanjutnya dikaitkan dengan pelatihan
keterampilan berusahatani. Disamping itu, berbagai upaya penguatan kapasitas
petani juga perlu dilakukan terutama dalam hal pengembangan sikap
kewirausahaan, kemampuan dalam pemasaran dan manajemen usaha. Hal ini
juga menimbulkan ketergantungan yang sangat besar dari petani terhadap
lembaga-lembaga donor, termasuk institusi pemerintahan.
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab. Bandung
13
d. Lemahnya Koordinasi Antar Lembaga Terkait Dan Birokrasi
Kinerja pembangunan pertanian sangat ditentukan oleh keterpaduan
diantara subsistem pendukungnya, yaitu mulai dari subsistem hulu (industri agro-
input, agro-kimia, agro-otomotif), subsistem budidaya usahatani (onfarm),
subsistem hilir (pengolahan dan pemasaran) dan subsistem pendukung
(keuangan, pendidikan, dan transportasi). Keterkaitan antar subsistem sangat
erat namun penanganannya terkait dengan kebijakan berbagai sektor.
Sementara itu, Departemen Pertanian hanya memiliki kewenangan dalam aspek
budidaya/usahatani. Berbagai kebijakan yang terkait dengan produk pertanian
sering tidak harmonis dari hulu hingga ke hilir, seperti kasus penanganan impor
produk pertanian (paha ayam, daging illegal, benih kapas transgenik).
Berkaitan dengan hal tersebut, diperlukan adanya kesamaan persepsi dan
komitmen tentang peranan sektor pertanian dalam pembangunan nasional.
Apabila disepakati bahwa sektor pertanian merupakan penggerak utama ekonomi
nasioanal maka koordinasi antar instansi menjadi hal yang sangat penting dalam
menyusun kebijakan maupun implementasinya. Untuk itu perlu perbaikan
menejemen pembangunan pertanian dengan mengacu pada UU dan Peraturan
Pemerintah.
e. Kebijakan Makro Ekonomi Yang Belum Berpihak Kepada Petani
Salah satu faktor penting yang menentukan kelanjutan dan kemampuan
dayasaing usaha pertanian adalah adanya kebijakan makro yang kondusif. Saat
ini kebijakan makro ekonomi baik fiskal, moneter, perdagangan, maupun
prioritas dalam pengembangan ekonomi nasional dinilai belum kondusif bagi
keberlanjutan dan kemampuan dayasaing usaha pertanian.
Kebijakan pemerintah yang belum memihak sektor petanian antara lain:
(1) penerapan pajak ekspor komoditas pertanian yang bertujuan untuk
mendorong industri pengolahan produk pertanian dalam negeri; (2) kredit
perbankan yang disediakan pemerintah, porsi terbesar diserap oleh pengusaha
konglomerat, sisanya adalah untuk koperasi, usaha kecil menengah termasuk
petani; (3) alokasi dana APBD untuk pembangunan sektor pertanian kurang
memadai; (4) beberapa daerah menarik biaya retribusi yang tinggi termasuk
pada komoditas pertanian sehingga mengurangi dayasaing dan menjadi
penghambat dalam investasi di sektor pertanian; (5) pembangunan sarana dan
prasarana lebih besar di perkotaan dibanding dengan perdesaan; dan (6)
liberalisasi perdagangan telah menyebabkan membanjirnya produk pertanian
yang disubsidi berlebih oleh negara maju membuat petani kita tidak mampu
bersaing. Untuk itu diperlukan: (a) advokasi kebijakan dengan instansi terkait,
dan (b) dukungan legislatif dan stakeholders lainnya.
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab. Bandung
14
f. Pesatnya Pertumbuhan Industri Ritel Modern
Laju pertumbuhan industri ritel modern tidak terlepas dari pola perubahan
struktur demografis; terutama di negara berkembang. Beberapa alasan yang
mendasari pertumbuhan tersebut adalah; (1) Urbanisasi, yang merupakan
stimulan utama pertumbuhan; (2) pergeseran pola konsumsi masyarakat pada
pangan olahan dan (3) lebih rendahnya harga komoditas pertanian di ritel
modern dibandingkan dengan pasar tradisonal (harga riil). Pada masa 10 tahun
mendatang, supermarket diprediksi dapat menguasai lebih dari 75 persen pangsa
pasar komoditas ritel; terutama di negara-negara berkembang. Proyeksi ini
dilakukan berdasarkan kecenderungan yang terjadi di negara-negara Amerika
Latin dan Asia yang memiliki angka pertumbuhan sampai dengan 30 persen per
tahun. Faktor utama lainnya sebagai pendorong pertumbuhan industri ritel
modern tersebut adalah integrasi perdagangan dunia; terutama flow keuangan
dunia (FDI). Semakin terbuka pasar sebuah negara maka semakin besar peluang
pertumbuhan ritel modern ini.
Beberapa tren perubahan fundamental pada sektor pertanian yang
disebabkan oleh pertumbuhan supermarket ini adalah; (1) sistem rantai pasok
untuk komoditas pertanian yang tersentralisasi ditandai dengan meningkatnya
peran teknologi informasi dan manajemen rantai pasok; (2) hilangnya
ketergantungan dan keberadaan spot market ditandai dengan semakin
terspesialisasinya pelaku-pelaku dalam sistim rantai pasok pertanian; (3) inovasi
bersifat institusional yang bersumber dari top leader firm di dalam industri
tersebut; dan (4) standarisasi kualitas dan keamanan produk pertanian yang
selalu dinamis.
g. Pergeseran Pola Permintaan Pangan
Pada konteks global, tren perubahan pada pola konsumsi pangan
diindikasikan akan dan sedang membawa perubahan di dalam pasar produk-
produk pertanian yang memberikan peluang kepada Indonesia beserta wilayah
sentra pertaniannya. Salah satu perubahan yang dapat diamati secara empiris
ditunjukkan oleh fakta bahwa sektor agro-industri memiliki laju pertumbuhan
yang lebih tinggi dibandingkan dengan sektor pertanian; sektor pertanian
menghasilkan bahan baku pangan (unprocessed food) sementara industri agro
menghasilkan pangan olahan (processed food). Kondisi ini dapat dijustifikasi
dengan melihat bahwa selalu terdapat kecenderungan laju peningkatan
pendapatan per kapita masyarakat. Implikasinya adalah belanja pangan
masyarakat juga mengalami peningkatan. Namun, proporsi laju peningkatan per
kapita diindikasikan lebih cepat dibandingkan dengan proporsi belanja pangan
sehingga terjadi pergeseran pola belanja pangan; dari staple food yang
merupakan sumber kalori paling murah ke arah pangan yang harganya lebih
mahal per unit kalori; seperti pada pangan sumber protein serta buah-buahan
dan sayuran.
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab. Bandung
15
Sebagai bagian dari pergeseran ini, masyarakat akan mengkonsumsi lebih
banyak pangan olahan dengan beberapa alasan: (1) rasio pendapatan
masyarakat dan biaya pangan menjadi lebih besar karena pangan yang
unprocessed dapat diderivasi menjadi beragam jenis pangan sehingga secara riil
menjadi lebih murah; (2) pangan olahan cenderung memiliki kualitas yang
seragam dan lebih tahan lama sehingga dapat menghasilkan opportunity cost
yang lebih rendah.
h. Tuntutan Keamanan Pangan
Sejalan dengan pergeseran produk pertanian segar kepada produk olahan
maka fakta menunjukkan bahwa sisi konsumsi telah memberikan perhatian lebih
terhadap proses industrialisasi pertanian terutama di negara berkembang.
Konsumen pangan cenderung lebih memprioritaskan kualitas dan keamanan
pangan. Hal ini berkaitan dengan semakin tingginya kesadaran konsumen
terhadap potensi gangguan kesehatan yang ditimbulkan oleh pangan yang
dikonsumsi dan kandungan pestisida dalam pangan; dimana proses produksi
komoditas olahan berkaitan erat dengan tuntutan efisiensi pada industri yang
berimplikasi pada penggunaan input-input modern, teknologi dan rekayasa
biologis; yang diindikasikan akan menimbulkan resiko teknis dalam
penggunaanya (technological risks). Tuntutan konsumen atas keamanan pangan
sangat jelas terlihat dari fenomena semakin tingginya permintaan pangan yang
bersifat organik dan ”bersih”. Selain itu, lembaga-lembaga pemberi sertifikasi
tingkat dunia semakin banyak terberntuk dan keikutsertaan suatu negara dalam
perdagangan internasional komoditas pertanian ditentukan oleh lembaga-
lembaga tersebut.
i. Prioritas terhadap Lingkungan dan Hutan
(a). Sampah dan Limbah Pertanian
Salah satu komponen yang sangat terkait dengan sektor pertanian di
masa depan adalah sampah (organik). Selain menghasilkan manfaat ekonomi,
sektor pertanian diindikasikan merupakan sektor yang memiliki kontribusi yang
tidak sedikit dalam konteks permasalahan persampahan yang dihadapi oleh
banyak wilayah terutama kota besar.
(b). Pengelolaan dan Pemanfaatan Hutan
Hutan menjadi salah isu yang paling penting dalam konteks permasalahan
lingkungan global. Kecenderungan terjadinya bencana alam; terutama banjir dan
kekeringan, memberikan indikasi tidak lagi berfungsinya hutan sebagai
penyangga ekosistem. Paradigma hutan sebagai penghasil devisa tampaknya
tidak lagi menjadi kerangka utama negara-negara penghasil produk hutan
mengingat nilai kerusakan infrastruktur dan tingginya biaya mitigasi bencana
akibat tidak berfungsinya hutan. Adanya pembagian kewenangan antara
pemerintah pusat dan daerah sebagai daerah otonom dalam pelaksanaan
pengelolaan hutan menyebabkan terjadinya distorsi kebijakan di tingkat daerah.
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab. Bandung
16
j. Kemunculan Industri Biofarmaka
Peran komoditas tanaman obat cenderung semakin meningkat dalam
perdagangan local dan internasional. WHO telah secara eksplisit memberikan
berbagai advokasi mengenai pemanfaatan tanaman obat dalam program-
program kesehatan di Negara-negara berkembang. Fakta menunjukkan bahwa
terdapat lebih dari 50 ribu spesies tanaman yang diindikasikan bermanfaat
sebagai tanaman penghasil obat-obatan namun baru sekitar 1000 spesies yang
dapat dimanfaatkan secara penuh. Kondisi ini berimplikasi pada sangat besarnya
potensi pasar komoditas tanaman obat. Karakteristik produk dan nilai transaksi
industri tanaman obat dipaparkan berikut ini.
Pertama (1) adalah fitofarmaka; berupa isolat aktif yang berasal dari
tanaman obat. Nilai transaksi jenis produk ini diestimasi mencapai 13.5 milyar
dolar dengan pertumbuhan sebesar 6.3 persen per tahun. (2) Ekstrak botani atau
herbal; merupakan jenis produk tanaman obat non ekstrak. Beberapa negara
tujuan ekspor utama adalah AS, Jerman, Perancis dan negara-negara Eropa
lainnya. Nilai transaksi produk tersebut diestimasi sebesar 35 milyar dolar dengan
laju pertumbuhan sebesar 20 persen per tahun. (3) Nutrasetikal; berupa produk
suplemen pada pangan dengan nilai transaksi sebesar 5.5 milyar dolar. (4)
Bahan mentah (raw) tanaman obat dengan nilai transaksi mendekati 30 milyar
dolar per tahunnya.
Berkaitan dengan karakter industri tanaman obat tersebut, pertumbuhan
diciptakan melalui berbagai bentuk bio-partnerships antara industri dan petani.
Hubungan ini lebih bersifat sebagai suatu perpaduan yang strategis antara ilmu
farmasi modern dan tradisional (indigenous knowledge); yang merupakan
domain dari masyarakat tradisional. Kondisi ini menunjukkan bahwa
pembangunan dan pengembangan komoditas tanaman obat dititikberatkan pada
eksplorasi lebih jauh pada tanaman obat yang belum termanfaatkan dengan
dukungan kesinergian dari indutri-industri farmasi.
k. Label Perdagangan Etis dan Adil (Ethics and Fair Trade)
Semakin terbukanya pasar dunia dan semakin luasnya pergerakan
komoditas pertanian berimplikasi kepada konvergensi tuntutan konsumen
terhadap komoditas tersebut. Selain tuntutan konsumen yang mengarah pada
aspek keamanan pangan, standarisasi sosial dari sebuah komoditas pertanian
yang diperdagangkan semakin keras disuarakan. Beberapa standar sosial yang
harus dipenuhi oleh sebuah produk pertanian sebagai syarat untuk diterima oleh
konsumen global berkaitan dengan aspek perdagangan yang etis dan adil.
Salah satu opsi strategis masa depan yang harus diambil industri
pertanian adalah memperluas pangsa pasar. Industri pertanian di India dan Cina
telah menginisiasi penggunaan label ethical trade (ETI) dan fair trade (FTI)
dengan tujuan merebut pangsa pasar produk pertanian di pasar Eropa. ETI dan
FTI merupakan badan sertifikasi yang memberikan jaminan terhadap suatu
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab. Bandung
17
produk agar dapat diterima konsumen. Sertifikat dari ETI akan menjamin
produsen (pengolah) suatu komoditas telah memenuhi syarat-syarat dalam
menggunakan tenaga kerja sesuai dengan standar yang telah diratifikasi
bersama ILO, sementara FT memberikan jaminan bahwa manfaat ekonomi yang
terdapat dalam transaksi suatu komoditas (pertanian) terdistribusi merata pada
setiap komponen pasok rantai komoditas tersebut.
1.5.2. Isu-isu Strategis
Berdasarkan permasalahan utama di sektor pertanian tersebut, isu-isu
strategis dan mendasar yang harus tertangani dalam periode 2011-2015 dan
esensial untuk menunjang terciptanya pembangunan pertanian, perkebunan, dan
kehutanan yang berkelanjutan dan memiliki competitiveness dan
comparativeness adalah (1) identifikasi dan penguatan potensi sumberdaya lokal;
(2) menicptakan kemitraan dan konsolidasi yang solid di antara para pelaku
usaha, stakeholders, dan pemerintahan; (3) peningkatan kualitas dan kuantitas
yang konsisten dan berkelanjutan melalui penerapan teknologi dan SOP; dan (4)
membangun infrastruktur dasar pembangunan pertanian, perkebunan dan
kehutanan. Selain itu, penguatan kelembagaan dinas, aparatur dan institusi,
menjadi isu strategis yang harus secara konsisten ditingkatkan, sehingga cepat
tanggap, informatif, regulatori, dan fasilitatori.
BAB II RENCANA STRATEGIS
DAN PENETAPAN KINERJA
Laporan Tahun 2015 Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan
Kabupaten Bandung
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab.Bandung
18
BAB II
RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
2.1. Rencana Strategis
2.1.1. Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan
Visi pembangunan dari Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan
Kabupaten Bandung periode 2012-2015 adalah “Meningkatkan kesejahteraan
masyarakat melalui pengembangan agribisnis berkelanjutan berbasis sumberdaya
lokal menuju keunggulan bersaing global, maju, mandiri dan berwawasan
lingkungan”
Elemen-elemen yang menjadi jiwa dari visi tersebut adalah;
(a) Mensejahterakan masyarakat yang berarti bahwa prioritas pembangunan
pertanian ditempatkan pada kesejahteraan masyarakat pada umumnya; dan
khususnya pada masyarakat pertanian; dimana kemampuan tukar output
pertanian yang dihasilkan petani diharapkan selalu meningkat antar waktu.
(b) Pengembangan agribisnis berkelanjutan yang mengandung pengertian bahwa
agribisnis merupakan suatu bentuk usahatani yang harus dikembangkan
dengan meningkatkan kapasitas sumberdaya pertanian dari waktu ke waktu
dengan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai dasar pengambilan
keputusannya; yang pada gilirannya memiliki dampak positif terhadap status
kesejahteraan masyarakat pertanian dalam terminologi kondisi ekonomi, sosial
dan lingkungan hidup.
(c) Berbasis sumberdaya lokal yang artinya memanfaatkan semaksimal mungkin
segenap potensi yang dimiliki wilayah yang meliputi beragam sumberdaya
alam, manusia dan kapital serta derajat keterkaitan wilayah yang dimiliki.
(d) Memiliki keunggulan bersaing global yang berarti bahwa output sektor
pertanian dihasilkan melalui pola-pola yang terstandarisasi sehingga dapat
menjamin keamanan dan kesehatan konsumen sebagai dasar dari keunggulan
komparatif dan kompetitif di pasar lokal, nasional dan internasional.
Untuk mencapai visi Pembangunan Pertanian tersebut, Dinas Pertanian
Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Bandung mengemban misi yang harus
dilaksanakan, yaitu:
1. Mendorong peningkatan peran sektor pertanian Kabupaten Bandung dalam
perekonomian regional dan nasional.
2. Meningkatkan akses dan ketersediaan sumberdaya pertanian yang bersifat lokal
dengan memanfaatkan teknologi untuk menjamin keberlanjutan usaha
pertanian.
3. Meningkatkan peran dan keterkaitan antar pelaku usaha melalui integrasi
wilayah produksi dan konsumsi komoditas serta produk pertanian.
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab.Bandung
19
4. Meningkatkan partisipasi setiap usaha pertanian terhadap pasar bebas melalui
pembenahan pola produksi, kelembagaan dan pasar.
5. Membangun agribisnis berwawasan lingkungan
2.1.2. Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah
Tujuan:
1. Menumbuhkembangkan sistem manajemen terpadu antar komoditas pertanian
dan wilayah sentra produksi
2. Menciptakan sistem produksi pertanian yang menghasilkan nilai tambah dan
memiliki keunggulan kompetitif.
3. Menjaga kualitas lingkungan dalam pembangunan pertanian, perkebunan, dan
kehutanan yang berkelanjutan
Secara lebih spesifik, tujuan dari implementasi Rencana Strategis
Pembangunan Pertanian jangka lima tahun di Kabupaten Bandung memiliki sasaran
sebagai berikut:
1. Meningkatkan kesejahteraan kelompok masyarakat yang mata pencahariannya
berkaitan langsung dengan sumberdaya pertanian terutama sub-sistem hulu dan
produksi yang pada gilirannya juga pada sub-sistem hilir.
2. Meningkatkan swasembada pangan lokal melalui peningkatan produktivitas
lahan dan komoditas pangan unggulan lokal
3. Meningkatkan posisi tawar petani melalui penguatan kelembagaan petani serta
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petani sehingga mampu
meningkatkan partisipasi dan aksesibilitas terhadap inovasi teknologi,
perkreditan, informasi pasar, dan kelestarian sumberdaya pertanian
4. Meningkatkan keunggulan komparatif dan kompetitif produk pertanian baik
produk primer maupun olahan, sehingga mampu berdaya saing di pasar,
khususnya pasar ekspor melalui pengembangan agribisnis dalam aglomerasi
ekonomi pertanian.
5. Mengembangkan teknologi informasi dan komunikasi pada pembangunan
pertanian, pengembangan agribisnis, dan informasi pasar
6. Mengembangkan usaha ekonomi produktif dalam upaya stabilitas kualitas
lingkungan hutan dan lahan
Rencana Strategis ini setelah disepakati oleh semua stakeholder harus
merupakan pedoman dasar bagi perencanaan dan pelaksanaan pembangunan di
sektor pertanian selama sepuluh tahun kedepan. Setiap lima tahun dokumen rencana
strategis harus ditinjau kembali dan kemudian direvisi apabila diperlukan. Pedoman
ini setelah disahkan akan menjadi dokumen arahan bagi penyusunan rencana
pembangunan tahunan dengan target dan sasaran pembangunan yang lebih terarah,
efektif, dan efisien. Selanjutnya, Rencana Strategis juga harus dijadikan sebagai
bahan evaluasi setiap tahun, merupakan masukan bagi perbaikan program tahun
berikutnya.
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab.Bandung
20
2.1.3. Strategi, Kebijakan dan Penetapan Rencana Kinerja Lima Tahunan
Pembangunan Pertanian dan Kehutanan Tahun 2010-2015
Kerangka migrasi strategi pembangunan pertanian menunjukkan proses
penetapan dan perubahan strategi pembangunan antar waktu. Dalam hal ini, migrasi
strategi pembangunan pertanian ditetapkan dalam jangka waktu 5 tahun dengan
harapan bahwa strategi-strategi yang terpilih pada setiap jangka waktu dapat
disesuaikan dengan kebutuhan migrasi tersebut. Kelebihan dari arsitektur strategi ini
adalah sifatnya yang sensitif dalam menghadapi perubahan-perubahan yang dinamis
pada sektor pertanian dan perkebunan.
Berdasarkan strategic foresight dan identifikasi kesenjangan sektor pertanian
di Kabupaten Bandung, proses pembangunan pertanian dapat dibagi menjadi tiga
jangka waktu dalam tiga dimensi pembangunan; yaitu dimensi produk, pasar dan
institusional. Secara umum, pengembangan subsektor tanaman pangan, hortikultura
dan perkebunan diarahkan pada terciptanya komoditas dan produk yang memiliki
standar global. Pencapaian standar tersebut ditujukan untuk memperbesar peluang
pasar produk tersebut; meskipun mungkin pada faktanya produk tersebut belum
dapat menembus pasar global tetapi barriers to entry terhadap pasar internasional
telah dapat dieliminasi. Pencapaian standar tersebut dapat dicapai dengan mengikuti
pola produksi komoditas dan proses pembentukan produk yang juga terstandarisasi
internasional; beberapa diantaranya adalah good agricultural practices dan good
manufacturing practices yang telah diratifikasi pada tingkat internasional. Sementara
untuk subsektor kehutanan, strategi-strategi yang disusun diarahkan untuk
menciptakan kawasan hutan yang berkelanjutan; dimana implikasinya adalah harus
adanya perubahan pola produksi, dari produksi fisik (kayu dan non-kayu) menjadi
produksi barang dan jasa lingkungan (dalam hal ini adalah ekowisata). Di samping
itu, hutan dapat memberikan nilai perlindungan exsitu dan insitu.
Dalam jangka pendek, strategi-strategi yang disusun untuk setiap dimensi
bersifat penentuan dan identifikasi komponen pengembangan untuk masing-masing
subsektor. Strategi identifikasi sangat dibutuhkan sebagai dasar untuk strategi
berikutnya; atau untuk perubahan (dan migrasi) strategi pada jangka waktu
berikutnya. Pada subsektor tanaman pangan, penentuan komoditas pertanian yang
akan menjadi fokus pengembangan dan pemetaan pelaku usaha dalam komoditas
tersebut (beserta stakeholders-nya) dirasakan sangat relevan sebagai dasar
pengembangan selanjutnya. Selain dari komoditas, wilayah dimana komoditas
tersebut dapat dikembangkan juga menjadi dasar dari pengembangan komoditas.
Sebagai justifikasi, pengembangan suatu komoditas memerlukan keterkaitan antara
aspek spasial dengan jaringan usahatani komoditas tersebut. Keunggulan komoditas
dapat dicapai dengan memanfaatkan dampak tumpahan (spillover effect) yang
cenderung terjadi pada wilayah-wilayah sentra produksi pertanian yang berkelompok
membentuk cluster. Cluster sentra produksi berbagai komoditas pertanian yang
terbentuk secara alami di Kabupaten Bandung.
Pada subsektor perkebunan, inventarisasi teknologi produksi dan upaya
penerapannya menjadi komponen yang cukup penting mengingat permasalahan
yang dihadapi bermuara pada sisi produksi dan pengolahan hasil. Sementara pada
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab.Bandung
21
subsektor kehutanan, komponen-komponen kelembagaan merupakan komponen
penting karena permasalahan yang dihadapi adalah mengenai konflik pemanfaatan
sumberdaya alam dan penanganan lahan dan air.
Strategi identifikasi tersebut selanjutnya dilengkapi dengan upaya-upaya
mengembangkan pola produksi yang konvergen pada konsep good agricultural
practices (GAP). GAP harus dijadikan dasar pada proses pembangunan pertanian
karena konsep ini memuat pola produksi yang bersifat holistik dan dapat diterapkan
secara spesifik pada setiap jenis sistem agroekologis. Pengadopsian konsep ini dapat
dilakukan setelah wilayah dan komoditas utama telah teridentifikasi. Selanjutnya
diperlukan proses penerjemahan prinsip-prinsip GAP tersebut sesuai dengan
karakteristik wilayah dan komoditas yang bersangkutan.
Strategi jangka pendek juga akan diwarnai dengan upaya-upaya
mengembangkan mekanisme supply chain (SCM) pada setiap komoditas. SCM
merujuk pada kegiatan manajerial (koordinasi) antar pelaku dan lembaga yang
terlibat dalam sektor pertanian (produksi, distribusi dan pemasaran) dengan tujuan
mengahasilkan produk yang diminta oleh konsumen. Yang menjadi penekanan pada
mekanisme ini adalah proses kolaborasi perencanaan dan keterkaitan antar pelaku
usahatani tersebut. Strategi ini sangat relevan dengan Dinas Pertanian Kabupaten
Bandung yang berfungsi sebagai fasilitator pembangunan pertanian.
Di dalam dimensi pasar, competitive intelligence (CI) menjadi kunci dari
strategi-strategi jangka pendek. Strategi CI mencakup proses-proses yang berkaitan
dengan mengumpulkan, menganalis, dan mengaplikasikan informasi yang diperoleh
berkaitan dengan komoditas dan produk. Dalam operasionalisasinya, CI dapat
dilakukan dengan membentuk jaringan formal dengan stakeholders yang terlibat
dalam sektor pertanian. Dalam konteks ini, CI lebih ditekankan kepada penggalian
informasi mengenai pasar komoditas dan produk pertanian. Pada gilirannya,
informasi-informasi yang diperoleh akan diterjemahkan sebagai input dalam
melakukan penyesuaian rencana strategis ketika pasar pertanian mengalami
dinamika. Informasi-informasi yang dibutuhkan oleh Kabupaten Bandung terntunya
berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan sektor pertanian serta peluang-peluang
yang dapat dieksploitasi. Kerangka keterkaitan strategi dan migrasi stretegi disajikan
pada Gambar 10.
Sebagai hasil dari jangka pendek, terdapat beberapa komponen dasar
strategi yang harus diterapkan. Pada jangka menengah diharapkan telah terciptanya
arah menuju pola produksi komoditas dan pasar yang bersifat kontrak (contract
based). Sebagai justifikasi, pasar yang bersifat kontrak akan memberikan peluang
yang lebih besar terhadap usahatani berskala kecil untuk dapat berpartisipasi dalam
pasar. Meskipun begitu, pola ini memerlukan jaringan usaha yang relatif telah
terbangun; dimana usaha-usaha untuk membangun jaringan tersebut telah diinisiasi
pada strategi jangka pendek. Selanjutnya, lingkungan yang dapat mendorong
usahatani kecil untuk dapat memenuhi standar dalam pola kontrak harus
dikembangkan.
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab.Bandung 22
Gambar 2.1. Kerangka Migrasi Strategi Pembangunan Sub-Sektor Tanaman Pangan dan Perkebunan Kab. Bandung
Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang
PA
SA
RK
ELE
MB
AG
AA
NP
RO
DU
K
5 Penerapan Integral Chain Care selanjutnya
(penekanan pada good manufacturing
practices, HACCP dan sistim traceability).
6 Adopsi teknologi yang tersedia untuk
pengembangan komoditas menjadi produk
derivatif;.
1 Pemetaan komoditas aktual dan potensi.
2 Penentuan fokus pengembangan komoditas.
3 Inventarisasi dan inisisasi pemanfaatan teknologi yang
tersedia pada tingkat nasional dan internasional.
4 Penyesuaian dan penerapan standar komoditas dan
terdiferensiasi. Sosialisasi dan inisiasi penerapan Integral
Chain Care tahap awal (penekanan pada sektor budidaya;
good agricultural practices, good pesticide practices).
6 Penetrasi pasar nasional untuk
komoditas terfokus beserta
produk dan produk derivatifnya.
Pemanfaatan peluang pasar
global (extenderization).
12 Pemanfaatan kekuatan
kolaborasi dan SCNM untuk
menciptakan co-innovation pada
produk. Pengembangan sistem
inovasi agribisnis.
13 Proses regenerasi dan suksesi
pada generasi muda
agripreneur.
7 Pengembangan industri
pertanian di sektor hilir.
7 Pemetaan cluster komoditas dan produk.
8 Pengembangan sistem informasi cluster.
9 Pengarahan dan pemanfaatan dana corporate
social responsibility untuk pembentukan
cluster.
10 Menciptakan iklim kondusif untuk merangsang
pembentukan aliansi strategis antar pelaku
usaha dan stakeholders. Pengembangan
biopartnership pada industri agrofarmaka.
11 Pengembangan collaborative decision making.
4 Transformasi perilaku pasar yang informal
(open negotiation based) menjadi formal
(contract based).
5 Penetrasi pasar (penekanan pada niche
market dan pasar industri).
1 Competitive intelligent. Pemetaan karakteristik dan
perilaku pasar.
2 Inventarisasi kendala barriers to entry pada pasar.
3 Pengembangan promosi generik. Inisiasi penetrasi pasar
(penekanan pada pasar ritel moderen).
1 Inisiasi untuk mentransformasi kelembagaan petani
berbasis produksi menjadi berbasis pasar (nilai).
2 Pengembangan aglomerasi di sektor pertanian.
3 Pemetaan dan identifikasi keterkaitan di antara jaringan
pelaku usaha dan stakeholders di sektor pertanian.
4 Menginisiasi pembentukan forum pada (3.) dan
merancang proses kolaborasi di dalam rantai pasokan.
5 Pemetaan industri penunjang komoditas dan produk.
6 Inisiasi pembentukan klaster agribisnis pangan dan
perkebunan. Pengembangan supply chain and network
management (SCNM).
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab.Bandung
23
Salah satu prasyarat bagi terciptanya pasar kontrak adalah adanya
standarisasi komoditas atau produk pertanian. Pada jangka pendek, upaya-upaya
standarisasi telah diinisiasi salah satunya melalui strategi adopsi konsep GAP dan
pada jangka menengah dikembangkan lebih lanjut dengan mengadopsi konsep
traceability. Konsep ini merujuk pada kelengkapan informasi pada setiap tahap
produksi komoditas pertanian. Konsep ini sangat perlu diadopsi mengingat bahwa
preferensi konsumen telah berubah ke arah makanan yang aman dan sehat dimana
perhatian konsumen terhadap proses produksi akan semakin besar pada masa
mendatang. Isu-isu mengenai penggunaan komoditas pertanian transgenik dan
bahan kimia akan memperbesar tekanan konsumen terhadap produsen. Sejalan
dengan konsep traceability, secara paralel konsep HACCP (hazard analysis and
critical control points)harus dapat diterapkan. HACCP merupakan suatu pendekatan
yang sistematik terhadap keamanan pangan yang dilakukan pada setiap tahap
produksi pangan tersebut. Pendekatan ini dianggap sangat perlu mengingat bahwa
selama ini inspeksi pangan lebih sering dilakukan pada tahap akhir produksi.
Pada sisi kelembagaan, pembangunan jangka menengah harus diwarnai
dengan pengembangan kolaborasi pengambilan keputusan usaha (collaborative
decision making) diantara pelaku pada sektor pertanian untuk menjamin efektivitias
dari serangkaian strategi-strategi yang telah dilakukan sebelumnya. Pengambilan
keputusan usahatani secara kolaboratif merupakan strategi lanjutan dari strategi
SCM; dimana kolaborasi menunjukkan bentuk hubungan antar pelaku dan lembaga
dalam sektor pertanian yang bersifat partnership. Konsekuensi dari bentuk hubungan
tersebut adalah adanya kontrak formal mengenai distribusi profit dan loss yang
dialami dalam rantai produksi tersebut.
Dalam jangka panjang merupakan pengembangan dari strategi-strategi yang
telah disusun pada jangka pendek. Dalam jangka menengah, strategi-strategi akan
mengalami perubahan (penyesuaian) terhadap tujuan yang akan dicapai pada
jangka panjang. Dari sekian banyak opsi strategi, pembentukan integral chain care
(ICC) pada subsektor tanaman pangan dan perkebunan perlu mendapatkan prioritas
karena ICC merupakan koridor utama dalam pencapaian target pengembangan.
Pada subsektor perkebunan, pembentukan aliansi strategis dengan asosiasi-asosiasi
perlu dilakukan untuk dapat meningkatkan posisi tawar dari produk yang dihasilkan.
Di antara beberapa dimensi pembangunan dalam kerangka migrasi strategi, dimensi
kelembagaan tampaknya belum menjadi perhatian utama. Paradigma baru dalam
pembangunan pertanian menyaratkan keseluruhan dimensi mendapatkan proporsi
pengembangan yang seimbang. Pembangunan pertanian di dalam dimensi
kelembagaan melalui aktivitas-aktivitas yang bersifat co-innovation, collaborative
decision making dan beragam skema yang mengambil bentuk biopartnerships
diharapkan akan menjamin tercapainya target pembangunan pertanian yang
berkelanjutan.
Berkaitan dengan subsektor kehutanan, perencanaan dapat diterjemahkan
sebagai sebuah proses pengambilan keputusan dan kegiatan yang
berkesinambungan dalam menentukan alternatif pemanfaatan dan konservasi
sumberdaya hutan dengan tujuan tertentu pada jangka menengah dan jangka
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab.Bandung
24
panjang. Dalam konteks perencanaan strategis ini, pengembangan subsektor
kehutanan diarahkan pada pemanfaatan hutan yang tidak bersifat eksploitatif
sebagai altenatif dari pemanfaatan yang konvensional. Pada jangka pendek, strategi-
strategi pengembangan kehutanan diarahkan pada upaya-upaya mengidentifikasi
manfaat lain dari hutan dalam menghasilkan barang dan jasa lingkungan.
Sebelumnya, telah dikemukakan bahwa dari sekian alternatif pemanfaatan hutan
maka ekowisata (ecotourism) menawarkan peluang yang sangat besar untuk
dikembangkan. Dalam konteks ini, peran utama dari Dinas adalah sebagai
koordinator dan negoisator mengingat bahwa hutan adalah sebuah barang publik
yang hingga saat ini selalu menghadapi masalah-masalah hak properti dan hak
pemanfaatannya. Sebagai konsekuensi dari barang publik, terdapat banyak pelaku
ekonomi yang sangat berkepentingan dalam memanfaatkan hutan; dan tidak jarang
menimbulkan konflik sumberdaya. Fungsi negoisator menjadi sangat relevan dengan
banyaknya pelaku ekonomi yang terlibat tersebut.
Pada jangka menengah, strategi pengembangan beralih pada aspek
penyediaan infrastruktur yang berkaitan dengan ekowisata. Selain dari anggaran
belanja pemerintah, penyediaan infrastruktur tersebut dapat dilakukan melalui pihak
swasata yang distimulasi dengan pemberian insentif fiskal. Dalam
pengembangannya, peranan masing-masing stakeholder dalam subsektor kehutanan
menjadi sangat krusial. Keberhasilan pengelolaan hutan tentunya sangat bergantung
pada komitmen dan partisipasi stakeholder. Selain itu, pendidikan informal yang
berkaitan dengan konservasi sumberdaya alam harus telah disosialisikan; terutama
ditujukan pada masyarakat yang berhubungan langsung dengan hutan. Pada jangka
panjang, strategi-strategi diarahkan kepada pengintegrasian ekowisata di Kabupaten
Bandung pada jaringan keparawisataan nasional dan internasional. Kegiatan-
kegiatan promosi menjadi kunci bagi terlaksananya strategi ini. Selain itu, objek
ekowisata tersebut telah terhubung dengan upaya-upaya konservasi lainnya yang
mengarah pada proteksi wilayah yang bersangkutan.
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab.Bandung 25
Gambar 2.2. Kerangka Migrasi Strategi Pembangunan Sub-Sektor Kehutanan Kab. Bandung
Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang
PA
SA
RK
ELE
MB
AG
AA
NP
RO
DU
K
1 Identifikasi pasar barang dan
jasa lingkungan; menyusun
target pasar. Penyusunan paket-
paket produksi barang dan jasa
lingkungan.
2 Pemenuhan kebutuhan
infrastruktur minimal dengan
memanfaatkan jaringan dengan
swasta.
3 Inisiasi pengintegrasian objek
hutan ke dalam jaringan
kepariwisataan nasional dan
internasional.
1 Pemetaan stakeholders
kehutanan; terutama masyarakat
sekitar hutan. Pembentukan
komunitas hutan. Inisiasi
pembentukan jaringan bisnis
dan pendidikan.
2 Pembakuan mekanisme sharing
manfaat dan tanggung jawab
dengan stakeholders.
Pengembangan sistim
pendidikan lingkungan.
3 Pemberlakuan audit sosial
terhadap stakeholders.
Pemanfaatan kekuatan
kolaborasi untuk
menciptakan co-innovation
pada produk lingkungan.
1 Inventarisasi detil mengenai
interaksi antara hutan dengan
objek lainnya (aspek tekno-
sosio-ekonomi).
2 Adopsi dan pembakuan standar
mengenai pengelolaan hutan
sesuai konvensi internasional.
3 Konvergensi sistim pertanian
dengan produk dan jasa
lingkungan.
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab.Bandung
26
Tabel 2.1 Sasaran Strategis, Indikator dan Target Kinerja sampai dengan Periode
2015
SASARAN STRATEGIS
INDIKATOR KINERJA TARGET KINERJA
TAHUN 2015
Meningkatkan swasembada pangan lokal melalui peningkatan produktivitas lahan dan komoditas pangan unggulan lokal
1. Jumlah produksi komoditas tanaman pangan unggulan:
- Padi (ton) 508.241
- Jagung (Ton) 80.278
- Ubi Kayu (Ton) 129.977
2. Jumlah produktivitas komoditas tanaman pangan:
- Padi (kui/ha) 62.62
- Jagung (kui/ha) 64.39
- Ubi Kayu (kui/ha) 197.40
3. Prosentase kehilangan hasil tanaman pangan (%)
10.18
4. Proporsi serangan OPT : - Padi (%) - Jagung (%)
10 9
5. Prosentase penerapan teknologi: a. Penggunaan Pupuk Berimbang (%) b. Penggunaan Benih Berlabel (%)
75 70
6. Jumlah provitas komoditas unggulan: - Sayuran (Kwt/Ha) - Buah-buahan (kwt/Ha) - Biofarmaka (Kg/m2)) - Tan. Hias (tangkai/Ha) - Kopi (ton/Ha) - Teh (ton/Ha) - Cengkeh (ton/Ha) - Tembakau (Ton/Ha)
216,50 104,00
3,25 17.480 1,195 2,500 0,220 1,00
Meningkatkan keunggulan komparatif dan kompetitif produk pertanian melalui pengembangan agribisnis dalam aglomerasi ekonomi pertanian
Jumlah kelompok tani yang telah memiliki registrasi kebun Hortikultura (Kelompok)
40
Jumlah Unit-unit Pasca Panen dan Pengolahan Hasil (Kelompok)
49
Mengembangkan usaha ekonomi produktif dalam upaya stabilitas kualitas lingkungan hutan dan lahan
1. Prosentase Luas Lahan Kritis yang Tertanami (%)
54.94
2. Jumlah Kelompok Agroforestry (Kelompok)
190
3. Luas Hutan Rakyat/Agroforestry 12.925
4. Jumlah Komoditas AUK yang diusahakan (komoditas)
4
5. Jumlah Kelompok Tani yang berbasis AUK (Kelompok)
50
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab.Bandung
27
2.1.4 Kerangka Kebijakan, Strategis dan Penetapan Kinerja Tahunan
Pembangunan Pertanian dan Kehutanan Tahun 2015
Sejalan dengan visi dan misi Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan
Kabupaten Bandung yang telah ditentukan sebelumnya, diperlukan beragam
kebijakan strategis untuk mendukung pencapaian tujuan dan sasaran dari
pembangunan sektor pertanian. Secara garis besar, strategi, kebijakan dan program
yang disusun untuk meningkatkan kesejahteraan petani pada tahun 2014 bertujuan
untuk memfasilitasi peningkatan pendapatan petani melalui pemberdayaan,
peningkatan akses terhadap sumberdaya usaha pertanian, pengembangan
kelembagaan, dan perlindungan terhadap petani. Sedangkan sasaran yang ingin
dicapai adalah: (1) meningkatnya kapasitas dan kapabilitas petani, (2) semakin
kokohnya kelembagaan petani, (3) meningkatnya akses petani terhadap sumberdaya
produktif; dan (4) meningkatnya kualitas infrastruktur pertanian.
(a). Kebijakan yang berdasarkan strategi Produksi
Kerangka kebijakan yang termasuk di dalam dimensi produk dibentuk
berdasarkan target pencapaian kinerja pertanian yang berkaitan dengan sisi produksi
pertanian. Dalam rangka memperoleh keunggulan kompetitif komoditas dan produk
pertanian, maka secara spesifik target jangka panjang yang akan dicapai adalah
memperoleh komoditas yang telah mendapatkan standarisasi internasional dan
bersifat terdiferensiasi.
Tabel 2.2 Prioritas Komoditas Unggulan
Komoditas Kabupaten Bandung
Pangan Non Pangan
Tanaman Pangan Padi, Jagung, dan Ubi kayu
Hortikultura Cabe, Bawang merah, Kentang, Kubis, Tomat, Stroberi, Alpukat, Jambu, Biofarmaka
Tanaman hias
Perkebunan Kopi, Teh Cengkeh, Tembakau
Diantara berbagai opsi kebijakan di dalam dimensi pengembangan produk,
kebijakan penetapan standar mutu produksi tampaknya belum mendapatkan
prioritas. Sesuai dengan target yang akan dicapai, penetapan standar mutu produksi
berfungsi sebagai benchmark dan indikator kinerja produksi komoditas dan produk
pertanian. Penetapan standar mutu ini merupakan akumulasi dari beberapa
komponen yang dapat dijadikan acuan dalam merencanakan program
pengembangan yang lebih spesifik.
Di dalam subsektor kehutanan, kebijakan pengadopsian dan penetapan
kerangka pengolahan dan pemanfaatan berdasarkan prinsip-prinsip konservasi hutan
ditujukan untuk menciptakan produk dan jasa lingkungan yang dapat digunakan
sebagai patokan dalam setiap jangka waktu pembangunan. Kebijakan ini mencakup
beberapa komponen pengembangan; (1) pengkajian mengenai berbagai manfaat
hutan yang kemudian dapat disosialisasikan kepada setiap stakeholders; (2)
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab.Bandung
28
pengadopsian standar internasional mengenai kegiatan pemanfaatan hutan; dan (3)
penetapan regulasi sebagai koridor terlaksananya kebijakan tersebut.
(b). Kebijakan yang berdasarkan strategi Pasar
Pencapaian utama pembangunan dalam dimensi pasar adalah menciptakan
peluang dan keikutsertaan komoditas dan produk pertanian di pasar global.
Kebijakan-kebijakan yang dapat memayungi proses pencapaian tersebut disajikan
berikut ini.
Kebijakan Rencana Tindakan
Penetapan mekanisme yang berkaitan dengan riset pasar (identifikasi peluang pasar)
Pengembangan market-competitive intelligence
Pengembangan inovasi pertanian spesifik lokasi
Pengembangan alternatif sistim transaksi (pembiayaan, pengalihan resiko dan penjaminan)
Pengembangan pola contract farming.
Peningkatan fungsi fasilitasi dan advokasi antara pelaku pasar
Advokasi dan pendampingan dengan tujuan meperkuat aspek legal usaha pertanian
Beberapa dari kebijakan di atas yang belum mendapatkan prioritas adalah
kebijakan yang berkaitan dengan peningkatan riset pasar dan peningkatan fungsi
fasilitasi dan advokasi. Riset pasar sangat dibutuhkan untuk tetap menjamin
kedinamisan strategi dan keberlanjutan keunggulan komoditas dan produksi
pertanian yang dihasilkan. Mengingat perilaku pasar (sisi permintaan) yang selalu
berubah, maka dibutuhkan strategi yang juga dituntut untuk selalu dapat
beradaptasi dengan perubahan. Dalam hal ini, riset pasar merupakan bahan bakar
utama bagi upaya-upaya adaptasi yang harus dilakukan.
Kebijakan peningkatan fungsi fasilitasi dan advokasi antara pelaku pasar juga
sangat penting untuk diprioritaskan. Kebijakan ini ditujukan untuk mengantisipasi
kecenderungan terjadinya kegagalan pasar yang kerap terjadi pada sektor pertanian.
Selain itu, fungsi fasilitasi tentunya sangat dibutuhkan untuk mengintegrasikan
usahatani berskala kecil (tradisional) kepada alternatif-alternatif sistim transaksi
moderen yang sedang mengalami pertumbuhan pesat pada saat ini.
Selain itu, sudah waktunya untuk juga dipikirkan mengenai: pengembangan
manajemen resiko usahatani dan penciptaan iklim investasi usaha yang kondusif.
Untuk itu, pemerintah daerah perlu menunjukan political will yang kuat dalam
menunjang para pelaku agribisnis dengan dibuatnya program-program yang spesifik.
Kebijakan dan program yang berkaitan dengan pengembangan pemasaran
dilaksanakan melalui program pemasaran hasil produk pertanian/perkebunan.
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab.Bandung
29
(c). Kebijakan yang berdasarkan strategi kelembagaan
Pada jangka panjang, pembangunan pertanian dalam dimensi institusional
ditujukan pada terciptanya sistem cluster pada sektor pertanian. Selanjutnya cluster
akan berperan sebagai media dasar dalam mengembangkan kolaborasi antar
stakeholders dalam rantai produksi komoditas. Kerangka kebijakan pendukung
pencapaian tersebut disajikan pada matriks kebijakan selanjutnya.
Kebijakan pertama yang harus dilakukan adalah menata kembali fungsi
pemerintah sebagai kelembagaan penunjang yang didasari oleh kebutuhan sektoral,
dengan demikian akan jelas struktur dan hirarki kelembagaan pemerintah dalam
sektor pertanian. Langkah tersebut diharapkan akan berdampak pada koordinasi
yang baik diantara para pengambil dan pelaksana kebijakan pengembangan
pertanian. Selain itu, peningkatan profesionalisme aparatur Dinas Pertanian
diharapkan menjadi akselerator terbentuknya proses kolaborasi tersebut.
Selanjutnya, kebijakan harus didukung pula dengan kebijakan pengembangan
sistem koordinasi usahatani. Keragaan usahatani memerlukan dukungan yang
bersifat lintas fungsional, administrasi dan disiplin disertai dengan penggunaan
teknologi (teknik) di bidang manajemen yang akan memberikan dampak signifikan
terhadap kinerja sektor pertanian di Kabupaten Bandung.
Kebijakan Rencana Tindakan
Penataan fungsi tugas pemerintah yang didasari oleh kebutuhan spesifik
Pendidikan dan pelatihan teknis SDM Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan
Peningkatan profesionalisme SDM Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan
Penetapan mekanisme keterkaitan lembaga peneltian dengan pelaku sektor pertanian dan pasar
Peningkatan koordinasi dengan lembaga penelitian (nasional dan internasional) dan perguruan tinggi (perencanaan kolaboratif)
Pengembangan sistem koordinasi dan komunikasi pertanian (E-Government)
Pengembangan lembaga pertanian di pedesaan
Penyebaran informasi mengenai program pembangunan pertanian (partisipatif)
Peningkatan peran pengawasan partisipatif program pembangunan pertanian
Penciptaan proses pengambilan keputusan yang bersifat kolaboratif
Mendorong berfungsinya cluster-cluster komoditas pertanian
Pemberdayaan masyarakat kehutanan
Peningkatan partisipasi masyarakat dalam perumusan kebijakan dan program pemanfaatan hutan
Peningkatan kewirausahaan masyarakat kehutanan melalui pendidikan informal
Masih berkaitan dengan dimensi institusional, permberdayaan masyarakat
dalam rangka pembangunan sektor perkebunan dan kehutanan merupakan
komponen yang paling relevan mengingat konflik sumberdaya yang sering timbul di
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab.Bandung
30
kedua subsektor ini. Pada subsektor perkebunan, peningkatan kapasitas pekebun-
pekebun berskala kecil dan buruh perkebunan dapat dilakukan melalui optimasi
penggunaan isu corporate social responsibility pada perusahaan perkebunan berskala
besar; termasuk di dalamnya perusahaan perkebunan milik pemerintah.
Di dalam sub sektor kehutanan, optimasi pemanfaatan hutan dapat dilakukan
dengan meningkatkan keterlibatan masyarakat, terutama masyarakat pinggiran
hutan. Dengan rekayasa kelembagaan, diharapkan masyarakat menjadi aktif dalam
melakukan kegiatan konservasi serta mengalihkan ekstraksi sumberdaya hutan
menjadi bentuk-bentuk jasa lingkungan. Rekayasa kelembagaan tersebut dapat
diinisiasi dengan mengidentifikasi hukum adat atau norma yang berlaku lokal.
Selanjutnya, penentuan pengelolaan hutan dapat diformulasikan bersama-sama
seluruh stakeholders primer; sementara peningkatan kapasitas kelembagaan dapat
dilakukan melalui beragam bentuk pendampingan dan advokasi.
(d) Kebijakan yang berdasarkan Pengelolaan Lingkungan
Target pencapaian pembangunan pertanian dan kehutanan berkelanjutan
sebagaimana diuraikan di atas akan sangat dipengaruhi oleh fenomena perubahan
iklim yang telah menjadi isu global dan sangat berdampak terhadap kelangsungan
pembangunan di masa yang akan datang. Perlu upaya mengurangi dampak negatif
perubahan iklim terhadap sumberdaya dan sistem produksi pertanian serta terhadap
sosial ekonomi petani dan juga peningkatan kualitas lingkungan, terutama kualitas
lahan dan hutan. Oleh karena itu, untuk menyiapkan antisipasinya diperlukan analisis
tentang kerentanan dampak perubahan iklim, inventarisasi dan delineasi wilayah
yang terkena dampak, serta penyusunan road map rencana aksi adaptasi dan
mitigasi perubahan iklim dan lingkungan. Kebijakan ini tahun 2014, dilaksanakan
melalui program Rehabilitasi Hutan dan Lahan
Pembangunan pertanian didesain dengan mencermati perkembangan
lingkungan global sebagai respon terhadap pembangunan yang menyeluruh di
bidang lain di dalam ekonomi nasional. Kenaikan standar hidup, perkembangan
teknologi termasuk di dalamnya bioteknologi, serta perkembangan pasar domestik
dan pasar dunia merupakan faktor yang mendorong tumbuh kembangnya pertanian
modern sebagai bagian dari pembangunan ekonomi nasional. Pembangunan
pertanian modern yang dimaksud adalah pembangunan pertanian melalui
pembangunan agribisnis dan agroindustri dengan penguatan pola kemitraan usaha
tani dari industri hulu sampai industri hilir.
Di dalam memandang perencanaan pembangunan pertanian sebagai upaya
peningkatan kesejahteraan petani, pembangunan harus diarahkan agar penduduk
desa yang relatif miskin dapat menikmati buah dari kemajuan pembangunan
nasional dan dapat memberdayakan dirinya sendiri untuk berpartisipasi secara penuh
di dalam proses pembangunan. Pemberdayaan itu juga diarhakan ke dalam suatu
proses di mana rakyat dapat bergerak untuk memanfaatkan kesempatan-
kesempatan yang tersedia yang disiapkan untuk memperbaiki kualitas hidup secara
bertahap.
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab.Bandung
31
Saat ini terdapat kecenderungan dan perubahan paradigma untuk mendesain
pembangunan pertanian atas dasar perubahan dan perkembangan teknologi dan
mekanisme pasar. Perubahan ini mendorong keseluruhan sektor ikut harus mampu
mengubah arah dan strategi pembangunan termasuk di sektor pertanian.
Berdasarkan pertimbangan kondisi, potensi sumberdaya domestik, serta
peluang yang dimiliki, maka dapat dibuat arah pembangunan pertanian pada masa
datang di Kabupaten Bandung dengan tetap memperhatikan pola perubahan yang
terjadi di sepanjang proses kegiatan agribisnis melalui program kerja Dinas
Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan.
Setiap program/kegiatan yang direncanakan ditujukan untuk mencapai
Rencana Kerja Lima Tahunan yang dievaluasi setiap tahun. Lebih lanjut, untuk
mencapai sasaran lima tahunan tersebut, perlu ditetapkan Rencana Kerja Tahunan.
Rencana Kinerja Tahunan merupakan penjabaran dari Rencana Kinerja Lima
Tahunan. Strategis pencapaian sasaran dan tujuan tahunan dirancang ke dalam
program/kegiatan tahunan. Pada tahun 2015, Dinas Pertanian Perkebunan dan
Kehutanan menyusun Rencana Tindak ke dalam 8 program dan 22 kegiatan. Berikut
Rencana Kerja Tahunan (RKT) Tahun 2015, antara lain (tabel 2.3):
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab.Bandung 32
Tabel 2.3. Penetapan Rencana Kinerja Tahunan Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Tahun 2015
SASARAN STRATEGIS
INDIKATOR KINERJA TARGET KINERJA
PROGRAM/KEGIATAN
Meningkatkan swasembada pangan lokal melalui peningkatan produktivitas lahan dan komoditas pangan unggulan lokal
1. Jumlah Pencapaian Produktivitas : - Padi (kuintal/ha)
62,62
1. Pengembangan Intensifikasi Padi Palawija 2. Penanganan Pasca Panen dan Pengolahan Hasil 3. Pengembangan Diversifikasi Pangan 4. Pengembangan Perbenihan/Pembibitan 5. Penyusunan Database Produk Pangan 6. Pengadaan Sarana dan Prasarana Teknologi
Tepat Guna Pertanian/Perkebunan 7. Pemeliharaan Rutin/Berkala Teknologi
Pertanian/Perkebunan Tepat Guna 8. Pengembangan Intensifikasi Padi Palawija
(Bantuan Gubernur) 9. Pemeliharaan Rutin berkala Sarana dan
Prasarana Teknologi Pertanian tepat Guna (DAK)
10. Pemeliharaan Rutin berkala Sarana dan Prasarana Teknologi Pertanian tepat Guna (WISMP-LOAN)
11. Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pertanian/Perkebunan Tepat Guna
- Jagung (kuintal/ha) - Ubi Kayu (kuintal/ha)
64,39 197,40
2. Jumlah Kelompok yang telah memiliki sertifikat organik (Kel) 3
3. Tingkat kehilangan hasil tan. pangan (%) 10,18
4. Prosentase luas tanam yang telah menerapkan teknologi: a. Penggunaan Pupuk Berimbang (%) b. Penggunaan Benih Berlabel (%)
75 70
5. Proporsi serangan OPT terhadap luas tanam a. Padi b. Jagung
10 9
6. Pencapaian Indeks Pertanaman (IP) 2,3
7. Proporsi luas areal tanam yang terkena puso (%)
0,70
8. Jumlah unit UPJA yang berkembang 20
Meningkatkan keunggulan komparatif dan kompetitif produk pertanian melalui pengembangan agribisnis dalam
1. Jumlah rata-rata pencapaian produktivitas komoditas unggulan: - Sayuran (kuintal/ha) - Buah-buahan (kuintal/ha) - Biofarmaka (kg/m2) - Tan. Hias (tangkai/ha)
216,50 104,00
3,25 17.480
1. Peningkatan Mutu, Produksi dan Produktivitas Produk Pertanian/Perkebunan
2. Penelitian dan Pengembangan Pemasaran Atas Hasil Produk Pertanian/Perkebunan
3. Promosi Atas Hasil Produk Pertanian/ Perkebunan
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab.Bandung 33
SASARAN STRATEGIS
INDIKATOR KINERJA TARGET KINERJA
PROGRAM/KEGIATAN
aglomerasi ekonomi pertanian
- Kopi (kuintal/ha) - Teh (kuintal/ha) - Cengkeh (kuintal/ha) - Tembakau (kuintal/ha)
1,195 2,500 0,220 1,00
4. Pembangunan Pusat-pusat penampungan hasil produk Pertanian/Perkebunan
5. Penyusunan database produk pangan 6. Pengembangan Pertanian pada Lahan Kering 7. Penyediaan sarana dan Prasarana Produksi
Pertanian/Perkebunan 8. Pengembangan bibit unggul pertanian/
perkebunan 9. Peningkatan Produksi Produk dan Mutu
Tanaman Rempah dan Penyegar (Jahe Merah) (Bantuan Gubernur)
10. Pengembangan Perbenihan Krisan, kentang, Bawang merah, Asparagus dan Jeruk (Bantuan Gubernur)
11. Peningkatan Produksi Tanaman Kopi dan Teh (Bantuan Gubernur)
2. Jumlah kelompok tani yang menerapkan SOP GAP a. Sayuran (Kelompok) b. Tanaman Obat (Kelompok)
45 5
3. Jumlah komoditas yang dikembangkan: a. Sayuran (komoditas) b. Tanaman Obat (komoditas)
10 1
4. Jumlah kelompok yang telah memiliki registrasi kebun (kelompok)
40
Mengembangkan usaha ekonomi produktif dalam upaya stabilitas kualitas lingkungan hutan dan lahan
1. Prosentase luas lahan kritis yang tertanami (%)
54.64 1. Pengembangan hasil hutan non kayu 2. Pembinaan Pengendalian dan Pengawasan
Gerakan Rehabilitasi Hutan dan Lahan 3. Peningkatan Peran Serta Masyarakat Dalam
Rehabilitasi Hutan dan Lahan 4. Pengadaan Leuweung Sabilulungnan (Bantuan
Gubernur) 5. Pelaksanaan Agroforestry (Bantuan Gubernur) 6. Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran
Hutan dan Lahan 7. Pendampingan Kelompok Usaha Perhutanan
Rakyat (Pendamping BLKSDA-BM)
2. Jumlah luas areal hutan rakyat/ Agroforestry (ha)
12.925
3. Jumlah komoditas yang mengembangkan aneka usaha kehutanan
4
4. Jumlah kelompok tani berbasis aneka usaha kehutanan dan AUK (kelompok)
190
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab.Bandung
34
1. Program Peningkatan Ketahanan Pangan
Salah satu tujuan dari pembangunan pertanian di Kabupaten Bandung adalah
meningkatkan produktivitas usahatani tanaman pangan melalui pola kemitraan dan
meningkatkan ketahanan pangan di pedesaan. Hal ini dapat dilihat dengan
meningkatnya produktivitas tanaman komoditas pertanian unggulan per hektar
dalam satu kali tanam, berkembangnya usahatani padi dan palawija dengan pola
kemitraan, dan tersedianya pangan yang cukup dengan harga yang terjangkau oleh
daya beli masyarakat, serta terwujudnya diversifikasi konsumsi pangan yang
tercermin dari tersedianya berbagai komoditas pangan dan pangan olahan.
Untuk mewujudkan tujuan pembangunan pertanian ini, Dinas Pertanian
Kabupaten Bandung mengajukan beberapa strategi perencanaan pembangunan
melalui kegiatan:
1. Penyusunan Database Potensi Produk Pangan
2. Penanganan Pasca Panen dan Pengolahan Hasil Pertanian
3. Pengembangan Intensifikasi Tanaman, Padi Palawija
4. Pengembangan Diversifikasi Pangan
5. Pengembangan Pertanian pada Lahan Kering
6. Pengembangan Perbenihan dan Pembibitan
7. Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Pertanian/Perkebunan
8. Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Produk Pertanian / Perkebunan
Dengan upaya ini diharapkan mampu mencapai ketahanan pangan di tingkat
rumah tangga petani dan gizi masyarakat yang seimbang sebagai prasyarat dalam
meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, juga meningkatkan usahatani pertanian
dengan pola kemitraan, yang pada akhirnya dapat meningkatkan indeks daya beli
dan indeks kesehatan masyarakat, terutama masyarakat tani di pedesaan. Adapun
teknis pelaksanaan, sebagai berikut:
a. Pengidentifikasian Kelompok Sasaran
Kegiatan dilaksanakan oleh petugas lapangan untuk mengetahui potensi
sumber daya pangan, spesifikasi teknis teknologi pengembangan, kemampuan
SDM dan pengembangan bisnis pertanian. Selain itu, juga dikumpulkan data
dan informasi mengenai kelembagaan dan budaya lokal.
1) Seleksi peserta dan jenis usaha
Berdasarkan hasil identifikasi, dilakukan seleksi dan penentuan jenis
usaha pangan lokal kepada calon peserta. Penetapan jenis usaha dilakukan
dengan studi kelayakan usaha untuk mengetahui keuntungan dan
keberlanjutan usaha. Kegiatan ini harus dilakukan dengan hati - hati karena
hasilnya menentukan kegiatan selanjutnya.
2) Pelatihan Teknis Agribisnis
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab.Bandung
35
Setelah seleksi peserta, maka dilaksanakan pelatihan tentang
pengembangan pangan lokal yang disesuaikan dengan hasil seleksi dan
potensi wilayahnya. Mata pelajaran diberikan secara teori dan praktek baik
berupa teknis maupun manajemen usaha. Kegiatan ini akan berhasil baik
jika dilaksanakan dengan metode belajar sambil bekerja. Pelatihan teknis
agribisnis ditujukan untuk peningkatan kesiapan penerima manfaat dalam
manajerial usaha.
b. Pemberian bantuan
Bantuan dapat diberikan berupa uang, peralatan, sarana produksi atau
kombinasi keduanya.Sebaiknya bantuan tersebut diberikan secara bertahap
sesuai dengan kebutuhannya dalam kegiatan produksi/pengolahan
pangan/pertanian.
c. Pendampingan/pembinaan
Kelompok dalam mengelola usahanya, perlu diberikan
pendamping/pembina dengan keahlian sesuai dengan kebutuhan teknis dan
manajemen dari usahanya. Pendampingan dilaksanakan selama satu tahun
atau satu kali proses produksi/pengolahan pangan/pertanian sampai dengan
pemasarannya. Apabila dalam proses pendampingan menghadapi
permasalahan yang sulit dipecahkan ditingkat lapangan, maka dapat meminta
bantuan kepada dinas/instansi teknis terkait.
d. Pembinaan pasca proyek dan pengembangannya
Walaupun pendampingan sudah selesai, pembinaan tetap diberikan
selama beberapa bulan dengan frekwensi kunjungan sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan kelompok. Pembinaan akan terus dilanjutkan sampai kelompok
dapat mengembangkan usahanya menjadi kokoh dan mandiri termasuk
mengupayakan kemitraan dengan perusahaan mitra. Pembinaan pasca proyek
ini merupakan pembinaan rutin yang diberikan oleh petugas lapangan dari
dinas sesuai dengan bidangnya.
Adapun sasaran dari program peningkatan ketahanan pangan direncanakan
tersebar di 31 kecamatan yang merupakan daerah sentra komoditas padi, palawija,
dan hortikultura.
Sedangkan dampak yang diharapkan dari kegiatan tersebut, adalah:
1. Meningkatnya keragaman produksi dan konsumsi pangan.
2. Berkembangnya kegiatan perbenihan tanaman Pangan, hortikultura dan
perkebunan.
3. Berkembangnya daerah sentra produksi tanaman pangan, hortikultura dan
perkebunan.
4. Terbinanya kelompok tani dalam penerapan teknologi pertanian organik.
5. Berkembangnya usahatani organik di pedesaan.
Kegiatan agribisnis mencakup empat subsistem, yaitu: subsistem agribisnis
hulu (up-stream agribusiness), yakni kegiatan ekonomi yang menghasilkan
(agroindustri hulu) dan perdagangan sarana produksi pertanian primer (seperti
industri pupuk, obat-obatan, bibit/benih, alat mesin pertanian, dan lain-lain);
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab.Bandung
36
subsistem usahatani (on-farm agribusiness); subsistem agribisnis hilir (down-
streamagribusiness). Keberhasilan pembangunan pertanian melalui pendekatan
sistem agribisnis sangat tergantung pada tingkat kehandalan dari setiap komponen
yang menjadi subsistemnya. Untuk mencapai kehandalan yang simultan dari setiap
subsistem dalam sistem agribisnis dibutuhkan uluran dan campur tangan pemerintah
melalui regulasi, koordinasi, perlindungan, stimulasi, pelayanan dan penilaian
terhadap seluruh subsistem dalam sistem agribisnis beserta lingkungan yang
mempengaruhinya. Selain itu, kondisi sumberdaya lingkungan serta sarana dan
prasarana juga merupakan faktor yang menentukan kehidupan dan pengembangan
sistem agribisnis tersebut, yang direncanakan tersebar di Kabupaten Bandung (31
kecamatan).
Sedangkan sasaran dan dampak yang diharapkan dari kegiatan ini, antara
lain adalah :
1. Mendorong terbentuknya usaha agribisnis baru sebagai usaha diversifikasi
pangan
2. Terbinanya kelompok tani dalam penerapan standar-standar mutu produk
dan teknologi pengolahan hasil dan
3. Terfasilitasi alat mesin pengolahan pasca panen hasil pertanian dan sarana
prasarana agribisnis.
Kegiatan Pengembangan sistem informasi manajemen pertanian diarahkan
untuk mencapai sasaran:
- Terkumpul, terolah, dan teranalisanya data primer komoditas Pertanian serta
peramalan produksi pertanian
- Teridentifikasinya data potensi wilayah dan agroekosistem
- Berkembangnya manajemen database pertanian
- Terlaksananya perencanaan pembangunan pertanian yang tepat sasaran.
Langkah-langkah pelaksanaan kegiatan di atas merupakan rincian tahapan
kegiatan, sehingga dapat dicapai impact yang bermanfaat bagi masyarakat tani pada
khususnya. Adapun sasaran kegiatan yang ingin dicapai pada tahun 2015, sebagai
berikut:
Tabel 2.4. Sasaran Kegiatan Program Peningkatan Ketahanan Pangan Tahun 2015
Kegiatan Sasaran Kegiatan Target Kinerja
Penyusunan Database Potensi produksi pangan
1. Terkumpulnya data potensi pangan, perkebunan, hortikultura bulanan, triwulan, semesteran dan tahunan
2. Terlaksanya kegiatan Penyajian Data dan Informasi Pertanian Berbasis GIS
3. Terlaksananya evaluasi dan sinkronisasi data statistik pertanian
4. Terlaksananya kegiatan penentuan angka ramalan/prognosa statistik tanaman pangan dan hortikultura
5. Terlaksananya rapat koordinasi perencanaan pembangunan pertanian
2 Dokumen 1 Paket 2 Kali 2 Kali 1 Kali
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab.Bandung
37
Kegiatan Sasaran Kegiatan Target Kinerja
6. Tersusunnya Dokumen Supply Deman Benih Padi
7. Tersusunnya Dokumen Green Economy Pertanian
1 Dokumen 1 Dokumen
Penanganan Pasca Panen dan Pengolahan Hasil Pertanian
1. Terlaksananya sertifikasi organik ulang gapoktan Harapan Jaya
2. Fasilitasi pasca panen dan pengolahan padi untuk mendukung pengembangan lahan pangan berkelanjutan (power thresser)
3. Fasilitasi pasca panen dan pengolahan padi untuk mendukung pengembangan lahan pangan berkelanjutan (Terpal)
4. Terlaksananya bimbingan teknis pasca panen padi
5. Terlaksananya Gerakan pasca panen padi
6. Terlaksananya Fasilitasi pasca panen jagung (Com sheller)
7. Terlaksananya bimbingan teknis pasca panen jagung
8. Terlaksananya bimbingan teknis pengolah hasil
9. Terlaksananya stimulan alat pengolahan hasil tanaman pangan
1 Paket 6 Unit 85 Lembar 1 Kali 1 Kali 1 Unit 1 Kali 1 Paket 1 Kali
Pengembangan Intensifikasi Tanaman Padi dan Palawija
1. Terlaksananya Bimbingan Teknis Budidaya Jagung
2. Terlaksananya Rakor P2BN 3. Terlaksananya Pengadaan Benih padi 4. Terlaksananya Pengadaan Benih
Jagung 5. Terlaksananya Pelaksanaan Demplot
Penerapan Teknologi Tanaman Pangan 6. Terlaksananya acara panen raya
jagung 7. Terlaksananya acara tanam serempak
bersama TNI AD 8. Workshop Evaluasi GP-PTT 9. Terlaksananya acara hari lapang 10. Terlaksananya partisipasi dinas dalam
penyelenggaraan pameran hari pangan sedunia XXIX 2015
1 kali 2 kali 12,250 Kg 3,375 Kg 5 Paket 1 Kali 1 Kali 1 Kali 1 Kali 1 Kali
Pengembangan Diversifikasi Tanaman
1. Terlaksananya Diversifikasi pola tanam komododitas Ubikayu
2. Terlaksananya Diversifikasi pola tanam dengan komododitas Sorgum
3. Terlaksananya Bimtek penerapan Teknologi Budidaya Ubikayu
4. Terlaksananya Rapat Koordinasi
150,000 Stek 100 Kg 1 Kali 2 Kali
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab.Bandung
38
Kegiatan Sasaran Kegiatan Target Kinerja
Pengembangan Pertanian pada Lahan Kering
1. Terlaksananya Pengembangan Sarana Klinik Tanaman Hortikultura
2. Terfasilitasinya pendampingan klinik tanaman
3. Terfasilitasinya Bimbingan Teknis Penangkaran Tanaman Hias
4. Terlaksananya Sekolah Lapang Good Agricultural Practices Strawberry.
5. Terfasilitasinya Adopsi Pengembangan Budidaya Buah-Buahan
6. Terfasilitasinya Sarana Prasarana Pengembangan Komoditas Holtikuktura
7. Terfasilitasinya Pendampingan Penerapan Teknologi Pasca Panen Strawberry
8. Terfasilitasinya Sarana Pengairan Pengembangan Holtikultura (Pompa Air)
9. Terfasilitasinya Sarana Pengolahan Lahan (Cultivator)
10. Terfasilitasinya Sarana Budidaya Tanaman Hias Berbasis Lokal (Green House)
11. Terfasilitasinya Sarana Pengolahan Pupuk Organik
1 Lokasi 1 Kegiatan 1 Kegiatan 2 Kegiatan 1 Kegiatan 1 Kegiatan 1 Kegiatan 10 Unit 6 Unit 1 Unit 1 Kelompok
Pengembangan Perbenihan/Pembibitan
1. Terlaksananya Pengadaan Benih Padi VUB Kelas SS
2. Terlaksananya Pengadaan Benih Padu VUB Kelas ES (Label Biru)
3. Terlaksananya Sertifikasi Benih Padi Label Biru
4. Terlaksananya Sosialiasasi Demplot Padi Gogo
1,300 Kg 7,100 Kg 9,000 Kg 1 Kali
Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Pertanian
1. Terlaksananya Sosialisasi Kegiatan Pengendalian OPT / IBK / GUP
2. Terlaksananya PILKT 3. Tersedianya Sarana Prasarana
Pengendalian OPT 4. Terlaksananya Gebyar Promosi
Perkebunan 5. Terlaksananya Adopsi Teknologi
Kopi Speciality
1 Kali 1 Kali 1,500 Unit 1 Kali 1 Kali
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab.Bandung
39
2. Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/ Perkebunan
Peningkatan pemasaran hasil produksi pertanian/ perkebunan menjadi
keharusan dalam mempertahankan kontinuitas usaha agribisnis pada berbagai
komoditas unggulan di sektor pertanian. Menurut Abdul Adjid, D (2001), pasar
adalah suatu tempat yang terbentuk dari usaha dua pihak yang akan berinteraksi,
yaitu pembelian dan penjualan. Dengan kata lain, pasar menjadi sentra aktivitas
ekonomi di dalam lingkungan dunia usaha termasuk di sektor pertanian. Stabilitas
dan mekanisme pasar termasuk ke dalam sasaran utama dalam menciptakan
masyarakat ekonomi yang berswasembada. Maka dari itu, program peningkatan
pemasaran hasil produksi pertanian/ perkebunan merupakan hal mutlak yang harus
dilaksanakan dalam pembangunan pertanian di Kabupaten Bandung.
Salah satu sub sistem dalam sistem agribisnis adalah penataan jaringan
pemasaran guna meningkatkan posisi tawar petani dan Program peningkatan
pemasaran bertujuan untuk mengembangkan dan menata jaringan pemasaran
komoditas pertanian. Hal ini dirasakan perlu karena salah satu penyebab rendahnya
nilai jual produk pertanian di tingkat petani di Kabupaten Bandung disebabkan oleh
ketidakteraturan dan panjangnya jalur pemasaran komoditas pertanian.
Kegiatan-kegiatan ini direncanakan tersebar di 31 kecamatan di Kabupaten
Bandung. Sedangkan sasaran dan dampak yang diharapkan dari kegiatan tersebut,
adalah sebagai berikut:
1. Mendorong terbentuknya rumah kemasan hasil pertanian serta mendorong
meningkat nya permintaan konsumen;
2. Mengembangkan pusat-pusat penampungan Komoditas Pertanian skala kecil
di pedesaan;
3. Terlaksananya promosi produk hasil pertanian; dan
4. Tertatanya/teraturnya jalur pemasaran komoditas pertanian.
5. Meningkatnya kesadaran serta pengetahuan petani akan produk
bermutu/unggulan pertanian serta teknologi terbaru beserta penerapannya
dalam bidang pertanian.
Pada tahun 2015, program peningkatan pemasaran hasil produksi
pertanian/perkebunan diarahkan untuk menyusun, mendeteksi dan merestrukturisasi
mekanisme dan stabilitas jaringan pasar komoditas hortikultura dan tanaman pangan
di Kabupaten Bandung. Adapun sasaran kegiatan yang ingin dicapai, sebagai berikut:
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab.Bandung
40
Tabel 2.5. Sasaran Kegiatan pada Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi
Pertanian/ Perkebunan
Kegiatan Sasaran Kegiatan Target Kinerja
Peningkatan pemasaran hasil produksi pertanian/ perkebunan
Jumlah unit-unit pasca panen dan pengolahan hasil (Kelompok)
49
Promosi atas hasil produksi pertanian/perkebunan unggul daerah
1. Terlaksananya Pameran Komoditas Unggulan Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Tingkat Kabupaten
2. Terlaksananya Pameran Komoditas Unggulan Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan tingkat Provinsi
3. Terlaksananya Pameran Komoditas Unggulan Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Tingkat Nasional
4. Terlaksananya Jambore Varietas 5. Terlaksananya Pameran APKASI
1 Kali
1 Kali
1 Kali 1 Kali 1 Kali
Pembangunan pusat-pusat penampungan produksi hasil pertanian / perkebunan masyarakat yang akan dipasarkan
1. Terfasilitasinya Kegiatan Adopsi Pengolahan Hasil Holtikultura
2. Terfasilitasinya Pelaksanaan Pemutakhiran Data Base Petani Pelaku Usaha Agribisnis Kabupaten Bandung
3. Terlaksananya Pendampingan Manajemen Agribisnis Asosiasi Pertani Sayuran Segar Kabupaten Bandung
4. Terlaksananya Pelatihan Pengolahan Hasil Pertanian Holtikultura Bagi Petani Pengembang Budidaya Holtikultura
5. Terlaksananya Pendampingan Peningkatan Mutu Olahan Holtikultura Bagi Pelaku Olahan Pertanian Holtikultura lokal
6. Terfasilitasinya Sarana Pendukung Penerapan Good Handling Practices
7. Terfasilitasinya Sarana Pengolahan Hasil Holtikultura Untuk Kelompok Olahan hasil Pertanian
1 Kegiatan
1 Kegiatan
1 Kegiatan
1 Kegiatan
1 Kegiatan
450 Buah
6 Unit
3. Program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/ Perkebunan
Beberapa tantangan yang dihadapi dalam pemberdayan sumberdaya
pertanian dalam rangka peningkatan produksi dan produktivitas tanaman pangan,
hortikultura dan perkebunan adalah:
a. Meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan petani dan kelompok tani
tentang inovasi teknologi pertanian.
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab.Bandung
41
b. Mencukupi kebutuhan air yang terus meningkat dalam waktu, ruang, jumlah
serta mutu yang tepat sebagai akibat dari meningkatnya jumlah penduduk dan
pembangunan di segala bidang (industri, pertanian, pariwisata dan lain-lain).
Sedangkan ketersediaan air relatif tetap dan bahkan pada daerah-daerah
tertentu sumber daya airnya cenderung menurun.
c. Meningkatkan efisiensi penggunaan air melalui penerapan teknologi hemat air.
d. Kelangkaan air yang selalu terjadi pada setiap musim kemarau yang telah
menyebabkan beberapa areal pertanian (terutama lahan sawah) di Kabupaten
Bandung mengalami kekeringan.
e. Mencukupi kebutuhan alat mesin pertanian untuk kegiatan produksi dan
pengolahan hasil.
f. Mencukupi ketersediaan sarana produksi berupa pupuk, obat-obatan dan
pestisida.
Adapun kegiatan yang diwadahi dalam program ini, adalah Pengadaan
Sarana dan Prasarana Teknologi Pertanian/ Perkebunan. Kegiatan Pengembangan
Ketersediaan sarana prasarana pertanian dalam rangka peningkatan produktivitas
pertanian diarahkan untuk mencapai sasaran:
- Terfasilitasinya dan terpeliharanya alat mesin pertanian pengolahan produksi
- Terbinanya dan berkembangnya pelayanan jasa alat mesin pertanian
- Terencananya kebutuhan pupuk, obat-obatan, dan pestisida
- Terbinanya kelompok tani dalam penerapan teknologi pengairan hemat
Program peningkatan penerapan teknologi pertanian/ perkebunan ditujukan
sebagai usaha pendukungan dalam peningkatan produksi tanaman unggulan
pertanian, seperti padi, jagung, kentang, cabe, tomat, bawang merah, kubis,
alpukat, kopi dan teh. Adapun sasaran kegiatan yang ingin dicapai pada tahun 2015,
sebagai berikut:
Tabel 2.6. Sasaran Kegiatan pada Program Penerapan Teknologi Pertanian/
Perkebunan
Kegiatan Sasaran Kegiatan Target Kinerja
Penelitian dan pengembangan teknologi pertanian/perkebunan tepat guna
1. Terlaksananya Pembangunan Irigasi Permukaan
2. Terlaksananya Pipanisasi 3. Terlaksananya Pembangunan DAM
Parit 4. Terlaksananya Pembangunan Screen
House dan Pemagaran 5. Terlaksananya Pembangunan Gudang
Pestisida 6. Terlaksananya Pengadaan Sarana dan
Prasarana Balai Benih 7. Tersedianya Prasarana dan Sarana
Penyuluhan 8. Terlaksananya Pembangunan Jalan
Usaha Tani Tanaman Pangan 9. Terlaksananya Kajian Lingkungan
Untuk Pembangunan Gudang Pestisida
30 Unit 10 Paket 21 Unit 1 Paket 1 Unit 111 Unit 38 Unit 6 Paket 1 Paket
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab.Bandung
42
Kegiatan Sasaran Kegiatan Target Kinerja
Pengadaan Sarana dan Prasarana Teknologi Pertanian/Perkebunan Tepat Guna
1. Terlaksananya Bimbingan Teknis Teknologi Agen Hayati
2. Terlaksananya Pengembangan Desa PHT
3. Terlaksananya Bimbingan Teknis Teknologi Tepat Guna
4. Terlaksananya Bimbingan Teknis Teknologi Pertanian
5. Tersedianya Bahan Obat-obatan / Pupuk
6. Tersedianya Alat Penunjang Pengolahan Pertanian
50 Orang 50 Orang 100 Orang 30 Orang 1 Paket 136 Unit
Pemeliharaan rutin/berkala sarana dan prasarana teknologi pertanian/perkebunan tepat guna Pemeliharaan Rutin/Berkala Sarana dan Prasarana Teknologi Pertanian / Perkebunan Tepat guna (Peningkatan Manajemen Pengelolaan Air WISP II - LOAN)
1. Terlaksananya Kajian LP2B 2. Terlaksananya Pengesahan / Legalisasi
Badan Hukum P3A dan GP3A 3. Terlaksananya Kegiatan Dam Area 4. Tersedianya Grand Design 5. Terlaksananya Inventarisasi dan
Pemetaan Lahan Sawah 6. Terlaksananya Sosialisasi Pelaksanaan
Inventarisasi LP2B 7. Terlaksananya Rapat Koordinasi LP2B 8. Terlaksananya Rapat Koordinasi
WISMP 9. Terlaksananya Pendampingan
Penelusuran Jaringan
1 Paket 10 Buah 1 Paket 1 Paket 1 Paket 2 Kali 3 Kali 8 Kali 1 Kali
1. Pelatihan Optimalisasi Lahan dan Air Untuk Pengembangan Agribisnis
2. Terlaksananya Pelatihan GP3A dalam Aspek Manajemen Organisasi dan Keuangan
3. Terlaksananya Kegiatan Sekolah Lapang "Integrasi, Diversifikasi dan Intensifikasi/Ekstensifikasi dengan Sistem Usaha Tani Ramah Lingkungan yang Adaptif terhadap Perubahan Iklim
4. Tersedianya Pupuk Cair Dalam Kegiatan DEM Area
5. Tersertifikasinya Kelompk GP3A
1 Kali 1 Kali 1 Kali 60 Liter 10 Kel
4. Program Peningkatan Produksi Pertanian/ Perkebunan
Program peningkatan produksi pertanian/ perkebunan ditujukan untuk
meningkatkan produktivitas dan nilai tambah komoditas hortikultura dan perkebunan
spsesifik lokalita. Adapun teknis pelaksanaan kegiatan diarahkan dalam pemenuhan:
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab.Bandung
43
a. Pengidentifikasian Kelompok Sasaran
Kegiatan dilaksanakan oleh petugas lapangan untuk mengetahui potensi
sumber daya pangan, spesifikasi teknis teknologi pengembangan, kemampuan
SDM dan pengembangan bisnis pertanian. Selain itu, juga dikumpulkan data
dan informasi mengenai kelembagaan dan budaya lokal.
1) Seleksi peserta dan jenis usaha
Berdasarkan hasil identifikasi, dilakukan seleksi dan penentuan jenis
usaha pangan lokal kepada calon peserta. Penetapan jenis usaha dilakukan
dengan studi kelayakan usaha untuk mengetahui keuntungan dan
keberlanjutan usaha. Kegiatan ini harus dilakukan dengan hati - hati karena
hasilnya menentukan kegiatan selanjutnya.
2) Pelatihan Teknis Agribisnis
Setelah seleksi peserta, dilaksanakan pelatihan tentang
pengembangan pangan lokal yang disesuaikan dengan hasil seleksi dan
potensi wilayahnya.Mata pelajaran diberikan secara teori dan praktek baik
berupa teknis maupun manajemen usaha. Kegiatan ini akan berhasil baik
jika dilaksanakan dengan metode belajar sambil bekerja. Pelatihan teknis
agribisnis ditujukan untuk peningkatan kesiapan penerima manfaat dalam
manajerial usaha.
b. Pemberian bantuan
Bantuan dapat diberikan berupa uang, peralatan, sarana produksi atau
kombinasi keduanya.Sebaiknya bantuan tersebut diberikan secara bertahap
sesuai dengan kebutuhannya dalam kegiatan produksi/pengolahan.
c. Pendampingan/pembinaan
Kelompok dalam mengelola usahanya, perlu diberikan
pendamping/pembina dengan keahlian sesuai dengan kebutuhan teknis dan
manajemen dari usahanya. Pendampingan dilaksanakan selama satu tahun
atau satu kali proses produksi/pengolahan hortikultura dan perkebunan sampai
dengan pemasarannya. Apabila dalam proses pendampingan menghadapi
permasalahan yang sulit dipecahkan ditingkat lapangan, maka dapat meminta
bantuan kepada dinas/instansi teknis terkait.
d. Pembinaan pasca proyek dan pengembangannya
Walaupun pendampingan sudah selesai, pembinaan tetap diberikan selama
beberapa bulan dengan frekuensi kunjungan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan
kelompok. Pembinaan akan terus dilanjutkan sampai kelompok dapat
mengembangkan usahanya menjadi kokoh dan mandiri termasuk mengupayakan
kemitraan dengan perusahaan mitra. Pembinaan pasca proyek ini merupakan
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab.Bandung
44
pembinaan rutin yang diberikan oleh petugas lapangan dari dinas sesuai dengan
bidangnya.
Program peningkatan produksi pertanian/perkebunan digulirkan untuk
meningkatkan optimalisasi produktivitas komoditas unggulan dan indeks pertanaman
lahan sawah dan lahan kering Kabupaten Bandung.
Adapun kegiatan yang diwadahi dalam program ini, sebagai berikut:
1. Penyuluhan peningkatan produksi pertanian/perkebunan;
2. Penyediaan sarana produksi pertanian dan perkebunan; dan
3. Peningkatan/Rehabilitasi saluran Irigasi.
Program peningkatan produksi pertanian/perkebunan diarahkan untuk mencapai
sasaran:
- Meningkatkan hasil produksi komoditas pertanian/perkebunan unggulan
Kabupaten Bandung yaitu dari tanaman hortikultura; sayuran 636.603 ton;
buah-buahan 574.281 ton; tanaman hias 388.369 tangkai; obat-obatan
859.830 ton; tanaman perkebunan; teh 3.460 ton, kopi 6.872 ton, dan
cengkeh 125 ton.
- (1) berkembangnya kelompok usaha agribisnis berbasis hortikultura 4
kelompok (2) berkembangnya kelompok usaha agribisnis berbasis komoditas
kopi 3 kelompok; teh 2 kelompok; dan cengkeh 1 kelompok;
Langkah-langkah pelaksanaan kegiatan di atas merupakan rincian tahapan
kegiatan, sehingga dapat dicapai impact yang bermanfaat bagi masyarakat tani pada
khususnya. Adapun sasaran kegiatan yang ingin dicapai pada tahun 2015, sebagai
berikut:
Tabel 2.7. Sasaran Kegiatan pada Program Peningkatan Produksi Pertanian/
Perkebunan
Kegiatan Sasaran Kegiatan Target Kinerja
Penyediaan sarana produksi pertanian/perkebunan
1. Terlaksananya pengadaan bibit kopi dan cengkeh
2. Terlaksananya Pengadaan Kemasan Produk Perkebunan
3. Terlaksananya Panen Raya Kopi 4. Terlaksananya Pengembangan
Komoditas Agrofarmaka Pada Tegakan Kopi
5. Terlaksananya Pengadaan Mesin Pengolah kopi
6. Terlaksananya Pengadaan Mesin Penepung Kopi
7. Terlaksananya Pengadaan Roasting Kopi
8. Terlaksananya Pengadaan Dry House Komoditas Stevia
72.000 Pohon 1 Paket 1 Paket 1 Paket 8 unit 1 Unit’ 2 Unit 1 Unit
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab.Bandung
45
Kegiatan Sasaran Kegiatan Target Kinerja
Pengembangan bibit unggul pertanian/perkebunan
1. Tersedianya Benih Kentang Bermutu 2. Tersedianya Benih Kentang Bermutu 3. Tersedianya Bibit Cabe 4. Tersedianya Sarana Produksi
Pengembangan Sayuran Dataran Rendah
5. Pembangunan Screen House Penangkaran Kentang
6. Tersedianya Sarana Pengolahan Lahan 7. Tersedianya Sarana Pengembangan
Jamur (Kumbung) 8. Tersedianya Sarana Prasarana Untuk
Pengembangan Pemanfaan lahan Pekarangan
9. Terbangunnya Sarana Pengairan Berupa Embung di Kawasan Sayuran
10. Tersedianya Sarana Prasarana Pendukung Pengembangan Sayuran Eksklusif
11. Terlaksananya Registrasi Lahan Holtikultura
12. Tersedianya Sarana Prasarana Pendukung Pengembangan Budidaya Sayuran Ramah Lingkungan
13. Tersedianya Tenaga Pembantu / Pendukung Pengelola Kegiatan Pengembangan Hortikultura (Perencanaan dan Administrasi Bid. Holtikultura)
14. Tersedianya Tenaga Pengelola / Pemeliharaan Kebun Bibit Dinas Pertanian, Pekebunan dan Kehutanan Kab, Bandung
10.000 Knol 20.000 Baglog 100 Pcs 14 Paket 3 Unit 3 Unit 3 Unit 1 Paket 1 Unit ‘ 1 Unit 1 Paket 50 Kebun 1 Paket 12 Bulan
Peningkatan kualitas dan pasca panen tanaman tembakau
1. Terlaksananya Magang Pasca Panen dan Pengolahan Tembakau Hitam
2. Terlakasananya Penanganan Pasca Panen Tembakau
3. Terlaksananya Penerapan Pengolahan Pupuk Organik Padat
4. Terlaksananya Penganganan Terjadinya Kemarau Panjang
5. Terlaksananya Penerapan Teknologi Budidaya
6. Terlaksananya Peningkatan Produktivitas Komoditas Tembakau lokal
7. Terlaksananya Peningkatan Kualitas Produk dan SDM Tembakau
1 Paket 3 Paket 1 Paket 1 Paket 3 Paket 2 Paket 2 Paket
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab.Bandung
46
5. Program Pemanfaatan Potensi Sumberdaya Hutan
Program pemanfaatan potensi sumberdaya hutan merupakan salah satu
kebijakan pembangunan kehutanan yang diarahkan untuk memberikan alternatif
usaha bagi masyarakat di sekitar hutan, sekaligus dalam upaya rehabilitasi hutan dan
lahan, selain langkah tindak vegetatif. Pada tahun 2015, program ini ditujukan
untuk: (1) pengembangan agribisnis jamur dan (2) pengembangan agribisnis lebah
madu.
Tabel 2.8. Sasaran Kegiatan pada Program Pemanfaatan Potensi Sumberdaya Hutan
Kegiatan Sasaran Kegiatan Target Kinerja
Pengembangan Hasil Hutan Non-Kayu
1. Terlaksananya Pengembangan ulat sutera 2. Terlaksananya Pengembangan Ekonomi Masyarakat
Melalui Jamur Tiram 3. Terlaksananya Pengembangan Tanaman Empon-
Empon 4. Terlaksananya Pengembangan Ulat Sutera 5. Terlasananya Pengembangan Ekonomi Masyarakat
Melalui Jamur Tiram 6. Terlaksananya Budidaya Jamur 7. Terlaksananya Pelaporan Kegiatan
5.050 Stup 12.000 Log 1 Paket 1 Paket 1 Paket 1 Paket 100%
6. Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan
Program rehabilitasi hutan dan lahan merupakan kebijakan yang ditujukan
dalam pelestarian dan konservasi lingkungan, bertujuan untuk:
a. Meningkatkan akselerasi penanggulangan lahan kritis;
b. Mendukung dan mengembangkan program perbaikan lingkungan melalui
Gerakan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GRLK) dengan pemberdayaan
masyarakat tani di sekitar hutan dalam peningkatan peran aktif
masyarakat;
c. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani.
Sasaran yang diharapkan, adalah:
a. Terpenuhinya masalah kekurangan bibit tanaman untuk penanaman pada
lahan kritis seluas 4.415 hektar
b. Tercapainya sasaran percepatan penanganan lahan kritis
c. Mendorong tercapainya Kabupaten Bandung Hijau dan Lestari.
Tabel 2.9. Sasaran Kegiatan pada Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan
Kegiatan Sasaran Kegiatan Target Kinerja
Pembinaan, Pengendalian dan Pengawasan Gerakan Rehabilitasi Hutan dan Lahan
1. Terlaksananya Pembuatan Hutan Rakyat
2. Terlaksananya Pengembangan Tanaman Bambu
3. Terlaksananya Pengadaan Pupuk Kandang Kegiatan Hutan Rakyat
4. Terlaksananya Pengadaan Pupuk
330 Hektar 36 Hektar 145,000 Kg
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab.Bandung
47
Kegiatan Sasaran Kegiatan Target Kinerja
Kandang Kegiatan Pengembangan Tanaman Bambu
5. Terlaksananya Rapat (Sosialisasi Koordinasi dan Evaluasi)
6. Terlaksananya Penyusunan Pelaporan DAK
7. Terlaksananya Pembuatan Pembangunan Sipil Teknis
8. Terlaksananya Pembuatan DAM Penahan
9. Meningkatkan Wawasan Kepada Masyarakat Mengenai Pengamanan Hutan
34,000 Kg 4 Kali 15 Hari 4 Kecamatan 5 Unit 1 Kali
Peningkatan peran serta masyarakat dalam rehabilitasi hutan dan lahan
1. Terlaksananya Kegiatan FGD RHL 2. Terlaksananya Kemah Kerja Bupati 3. Terlaksananya Kegiatan Lomba-
Lomba : P2WKSS, Sekolah Sehat, Posyandu, TMMD, Kakija dll
4. Terlaksananya Bimbingan Teknis RHL
5. Tersusunnya Laporan Akuntabilitas Tahun 2015
6. Tersusunya Rencanan Teknik Kehutanan Tingkat Kabupaten
7. Terlaksananya Pengadaan Bibit Kanan dan Kiri Jalan
8. Terlaksananya Pengadaan Bibit Kanan dan Kiri Sungai
9. Terlaksananya Kegiatan Sosialiasasi RKTK
1 Paket 1 Paket 26,500 Batang 1 Kali
1 Dokumen 1 Dokumen 3,000 Batang 3,000 Batang 1 Paket
7. Program Perlindungan dan Konservasi Sumberdaya Hutan Tabel 2.10 Sasaran Kegiatan Pada program Perlindungan dan Konservasi
Sumberdaya Hutan
Kegiatan Sasaran Kegiatan Target Kinerja
Pencegahan
dan
pengendalian
kebakaran
hutan dan
lahan
Terlaksananya Sosialisasi dan Pembinaan
Masyarakat Desa Sekitar Hutan/Kelompok
Tani Hutan (KTH)
Terlaksananya Study Banding Pencegahan
dan Pengendalian Kebakaran Hutan dan
Lahan 3 Hari x 25 Orang
Terlaksananya Pengumpulan Data
Perlindungan dan Pengamanan hutan
10 Kali
1 Paket
1 Dokumen
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab.Bandung
48
8. Program perencanaan dan pengembangan hutan
Tabel 2.11 Sasaran Kegiatan Pada Program perencanaan dan pengembangan hutan
Kegiatan Sasaran Kegiatan Target Kinerja
Pendampingan kelompok usaha perhutanan rakyat
1. Terlaksananya Kegiatan Pendampingan Kelompok Usaha Perhutanan Rakyat
2. Terbentuknya Organisasi KNPL 3. Terlaksananya Workshop dan Pelatihan
Budidaya Pertanian
5 Kelompok 5 Desa 5 Kelompok
BAB III TARGET PENDAPATAN DAN REALISASI
ANGGARAN
LPE Kabupaten Bandung Tahun 2001-2015 (Persen)
Sumber: BPS Kabupaten Bandung 2001 -2015
4,98 4,98 5,02
5,66 5,78 5,8 5,92
5,3
4,34
5,88 5,946,15
5,96 5,92
5,47
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Laporan Tahun 2015 Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan
Kabupaten Bandung
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab. Bandung
49
BAB III TARGET PENDAPATAN DAN REALISASI ANGGARAN
3.1. Gambaran Umum Target Pendapatan dan Realisasi Anggaran
3.1.1. Anggaran Pendapatan
Pada Tahun 2015 Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten
Bandung ditargetkan untuk menghasilkan pendapatan sebesar Rp. 166.365.000,-
(Seratus Enam Puluh Enam Juta Tiga Ratus Enam Puluh Lima Ribu Rupiah) dari
hasil pengelolaan sawah pada UPTD Perbenihan dan Pembibitan Tanaman. Pada
Tahun 2015 Anggaran Pendapatan sudah terealisasi 100% dengan kelebihan Rp.
162.900,- sehingga total PAD yang masuk sebesar Rp. 166.527.900,-.
Adapun perincian anggaran pendapatan Dinas Pertanian, Perkebunan dan
Kehutanan Kabupaten bandung dan realisasinya Tahun 2015 dapat dilihat pada
Tabel 3.1. di bawah ini
Tabel 3.1. Target dan Realisasi Anggaran Pendapatan Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung Tahun 2015
No SUMBER PENDAPATAN Target (Rp) Realisasi (Rp) (%)
1 Balai Benih Padi Jelekong dan Buah Batu
166.365.000 166.527.900 100,10
J u m l a h 166.365.000 166.527.900 100,10
3.1.2. Anggaran Belanja
Anggaran Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Tahun 2015 setelah
adanya penambahan melalui DPA parsial mendapatkan alokasi anggaran Belanja
sebesar Rp. 62.816.861.837,- (Enam puluh dua milyar delapan ratus enam belas
juta delapan ratus enam puluh satu ribu delapan ratus tiga puluh tujuh rupiah),
yang terdiri dari belanja tidak langsung Rp. 6.636.569.162,- (Enam milyar enam
ratus tiga puluh enam juta lima ratus enam puluh sembilan ribu seratus enam puluh
dua rupiah) dan belanja langsung Rp 56.180.292.675,- (Lima puluh enam milyar
seratus delapan puluh juta dua ratus sembilan puluh dua ribu enam ratus tujuh
puluh lima rupiah).
1. Belanja Tidak Langsung
Belanja tidak langsung merupakan alokasi belanja untuk membiayai gaji
pegawai beserta tunjangannya. Pada tahun 2015, Dinas Pertanian Perkebunan dan
Kehutanan mendapatkan alokasi BTL sebesar Rp. 6.636.569.162,- (Enam milyar
enam ratus tiga puluh enam juta lima ratus enam puluh sembilan ribu seratus enam
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab. Bandung
50
puluh dua rupiah) atau 10,56% dari total anggaran belanja Dinas Pertanian
Perkebunan dan Kehutanan. Dari target tersebut, terealisasi pada triwulan IV
sebesar Rp. 5.557.844.338,- (Lima milyar lima ratus lima puluh tujuh juta delapan
ratus empat puluh empat ribu tiga ratus tiga puluh delapan rupiah) atau 83,7% dari
alokasi BTL Tahun 2015 dengan sisa anggaran BTL sebesar Rp.1.078.724.824,-
(Satu milyar tujuh puluh delapan juta tujuh ratus dua puluh empat ribu delapan
ratus dua puluh empat rupiah).
Tabel 3.2 Target dan realisasi belanja tidak langsung tahun 2015
No BELANJA Target (Rp) Realisasi (Rp) (%)
1 Gaji dan Tunjangan 4.749.893.000 3.854.902.933 81,2
2 Tambahan Penghasilan PNS 1.886.676.162 1.702.941.405 90,3
J u m l a h 6.636.569.162 5.557.844.338 83,7
2. Belanja Langsung
Belanja langsung dialokasikan untuk membiayai belanja langsung
peningkatan kinerja aparatur dinas dan belanja langsung masyarakat. Pada tahun
2015, target anggaran Belanja Langsung sebesar Rp. 56.180.292.675,- (Lima puluh
enam milyar seratus delapan puluh juta dua ratus sembilan puluh dua ribu enam
ratus tujuh puluh lima rupiah) dan pada akhir tahun 2015 terealisasi sebesar
Rp.48.037.174.373,- dari target yang telah ditetapkan, yang terdiri dari belanja
rutin/mutlak sebesar Rp.1.170.612.455,- dan belanja langsung urusan
program/pilihan Rp.46.866.561.918,-.
Berikut Rincian target dan realisasi pada belanja rutin/mutlak Dinas
Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Tahun Anggaran 2015.
Tabel 3.3. Target dan Realisasi Anggaran Belanja Langsung SKPD Tahun 2015
No. URAIAN TARGET TA. 2015 (Rp)
REALISASI TA. 2015
(Rp) %
SISA ANGGARAN
I. BELANJA SKPD
1. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran
913.519.341 837.149.055 91,64 76.370.286
2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur
264.632.600
256.088.400 96.77 8.544.200
3. Program Peningkatan Disiplin Aparatur
27.200.000 23.800.000 87,50 3.400.000
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab. Bandung
51
4. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan keuangan
53.775.000 53.575.000 99,63 200.000
Belanja Langsung Pilihan
Anggaran belanja langsung program/pilihan Dinas Pertanian, Perkebunan
dan Kehutanan Kabupaten Bandung Tahun Anggaran 2015 adalah sebesar Rp.
54.921.165.734,- (Lima puluh empat milyar sembilan ratus dua puluh satu juta
seratus enam puluh lima ribu tujuh ratus tiga puluh empat rupiah) yang
dialokasikan untuk membiayai sebanyak 12 program dan 23 kegiatan. Anggaran
tersebut berasal dari beberapa sumber, yaitu:
1 APBD Kabupaten Bandung
2 Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Kehutanan
3 Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Pertanian
4 Bantuan Gubernur Jawa Barat
5 WISMP
6 Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau
7 APBNP Bidang Pertanian
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab.Bandung
52
Tabel 3.4 Target dan Realisasi Anggaran Belanja Langsung Program Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Tahun 2015
Kode Rekening Program/Kegiatan Anggaran (Rp) Sampai Dengan Tahun 2015 Persen
tase Total Sisa Sumber
Target (Rp) Realisasi (Rp)
2.01 . 2.01.01 . 01
Program Pelayanan
Administrasi Perkantoran
913.519.341 913.519.341 837.149.055 91,64 76.370.286
2.01 . 2.01.01 . 01 . 01 Penyediaan jasa surat
menyurat 1.743.000 1.743.000 1.743.000 100,00 - APBD II
2.01 . 2.01.01 . 01 . 02
Penyediaan jasa
komunikasi, sumber daya air dan listrik
50.190.541 50.190.541 38.533.005 76,77 11.657.536 APBD II
Penyediaan jasa peralatan dan perlengkapan kantor
8.700.000 8.700.000 8.700.000 100,00 - APBD II
2.01 . 2.01.01 . 01 . 07 Penyediaan jasa
administrasi keuangan 60.368.000 60.368.000 49.692.000 82,32 10.676.000 APBD II
2.01 . 2.01.01 . 01 . 08 Penyediaan jasa kebersihan kantor
100.920.000 100.920.000 99.649.950 98,74 1.270.050 APBD II
2.01 . 2.01.01 . 01 . 10 Penyediaan alat tulis kantor 81.168.000 81.168.000 75.937.000 93,56 5.231.000 APBD II
2.01 . 2.01.01 . 01 . 11 Penyediaan barang cetakan
dan penggandaan 62.119.800 62.119.800 61.566.800 99,11 553.000 APBD II
2.01 . 2.01.01 . 01 . 12
Penyediaan komponen instalasi listrik/penerangan
bangunan kantor
6.570.000 6.570.000 6.570.000 100,00 - APBD II
2.01 . 2.01.01 . 01 . 13 Penyediaan peralatan dan
perlengkapan kantor 377.070.000 377.070.000 340.362.300 90,27 36.707.700 APBD II
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab.Bandung
53
2.01 . 2.01.01 . 01 . 15
Penyediaan bahan bacaan
dan peraturan perundang-
undangan
13.200.000 13.200.000 13.146.000 99,59 54.000 APBD II
2.01 . 2.01.01 . 01 . 17 Penyediaan makanan dan
minuman 12.300.000 12.300.000 12.300.000 100,00 - APBD II
2.01 . 2.01.01 . 01 . 18 Rapat-rapat kordinasi dan konsultasi ke luar daerah
63.920.000 63.920.000 61.064.000 95,53 2.856.000 APBD II
2.01 . 2.01.01 . 01 . 19
Penyediaan Tenaga Pendukung teknis dan
Administrasi Perkantoran
28.600.000 28.600.000 28.160.000 98,46 440.000 APBD II
2.01 . 2.01.01 . 01 . 20 Rapat-rapat kordinasi dan konsultasi ke Dalam Daerah
38.450.000 38.450.000 37.925.000 98,63 525.000 APBD II
2.01 . 2.01.01 . 01 . 22 Penunjang Perayaan Hari-
hari Bersejarah *) 8.200.000 8.200.000 1.800.000 21,95 6.400.000 APBD II
2.01 . 2.01.01 . 02
Program peningkatan
sarana dan prasarana aparatur
264.632.600 264.632.600 256.088.400 96,77 8.544.200
2.01 . 2.01.01 . 02 . 22 Pemeliharaan rutin/berkala
gedung kantor 166.620.000 166.620.000 165.530.600 99,35 1.089.400 APBD II
2.01 . 2.01.01 . 02 . 24
Pemeliharaan rutin/berkala
kendaraan dinas/operasional
98.012.600 98.012.600 90.557.800 92,39 7.454.800 APBD II
2.01 . 2.01.01 . 03 Program peningkatan
disiplin aparatur 27.200.000 27.200.000 23.800.000 87,50 3.400.000
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab.Bandung
54
2.01 . 2.01.01 . 03 . 02 Pengadaan pakaian dinas
beserta perlengkapannya 27.200.000 27.200.000 23.800.000 87,50 3.400.000 APBD II
2.01 . 2.01.01 . 06
Program peningkatan
pengembangan sistem
pelaporan capaian kinerja dan keuangan
53.775.000 53.775.000 53.575.000 99,63 200.000
2.01 . 2.01.01 . 06 . 01
Penyusunan laporan
capaian kinerja dan ikhtisar realisasi kinerja SKPD
35.000.000 35.000.000 35.000.000 100,00 - APBD II
2.01 . 2.01.01 . 06 . 02 Penyusunan laporan
keuangan semesteran 9.800.000 9.800.000 9.600.000 97,96 200.000 APBD II
2.01 . 2.01.01 . 06 . 04 Penyusunan pelaporan
keuangan akhir tahun 8.975.000 8.975.000 8.975.000 100,00 - APBD II
2.02 . 2.01.01 . 15
Program pemanfaatan
potensi sumber daya
hutan
120.000.000 120.000.000 116.976.000 97,48 3.024.000
2.02 . 2.01.01 . 15 . 03 Pengembangan hasil hutan non kayu
120.000.000 120.000.000 116.976.000 97,48 3.024.000 APBD II
2.01 . 2.01.01 . 16
Program Peningkatan
Ketahan Pangan (pertanian/perkebunan)
5.633.003.015 5.633.003.015 5.161.293.855 91,63 471.709.160
2.01 . 2.01.01 . 16 . 02 Penyusunan data base potensi produksi pangan
650.130.000 650.130.000 619.885.750 95,35 30.244.250 APBD II
2.01 . 2.01.01 . 16 . 12
Penanganan pasca panen
dan pengolahan hasil
pertanian
490.000.000 490.000.000 441.385.500 90,08 48.614.500 APBD II
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab.Bandung
55
2.01 . 2.01.01 . 16 . 15 Pengembangan intensifikasi tanaman padi, palawija
1.098.923.015 1.098.923.015 976.296.030 88,84 122.626.985 APBD II
2.01 . 2.01.01 . 16 . 16 Pengembangan diversifikasi
tanaman 150.000.000 150.000.000 144.165.000 96,11 5.835.000 APBD II
2.01 . 2.01.01 . 16 . 17 Pengembangan pertanian pada lahan kering
1.628.500.000 1.628.500.000 1.469.340.000 90,23 159.160.000 APBD II
2.01 . 2.01.01 . 16 . 20 Pengembangan
perbenihan/perbibitan 424.700.000 424.700.000 415.956.400 97,94 8.743.600 APBD II
2.01 . 2.01.01 . 16 . 25
Penelitian dan pengembangan
sumberdaya pertanian
790.750.000 790.750.000 700.794.425 88,62 89.955.575 APBD II
2.01 . 2.01.01 . 16 . 36
Pengembangan
Intensifikasi Tanaman, Padi/Palawija (Bantuan
Gubernur)
400.000.000 400.000.000 393.470.750 98,37 6.529.250 BANGUB
2.02 . 2.01.01 . 16 Program rehabilitasi
hutan dan lahan 5.537.067.897 5.537.067.897 4.743.727.050 85,67 793.340.847
2.02 . 2.01.01 . 16 . 05
Pembinaan, pengendalian
dan pengawasan gerakan rehabilitasi hutan dan lahan
2.206.284.397 2.206.284.397 1.853.794.100 84,02 352.490.297
DAK HUT
2.02 . 2.01.01 . 16 . 06
Peningkatan peran serta
masyarakat dalam
rehabilitasi hutan dan lahan
1.442.868.000 1.442.868.000 1.233.661.650 85,50 209.206.350 APBD II
2.02 . 2.01.01 . 16 . 10
Pengadaan Lahan
Leuweung Sabilulungan
(Bantuan Gubernur)
1.387.915.500 1.387.915.500 1.200.658.400 86,51 187.257.100 BANGUB
2.02 . 2.01.01 . 16 . 12 Pelaksanaan Agroforestry (BANGUB)
500.000.000 500.000.000 455.612.900 91,12 44.387.100 BANGUB
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab.Bandung
56
2.02 . 2.01.01 . 17
Perlindungan dan
konservasi sumber daya hutan
250.000.000 250.000.000 248.956.000 99,58 1.044.000
2.02 . 2.01.01 . 17 . 01
Pencegahan dan pengendalian kebakaran
hutan dan lahan
250.000.000 250.000.000 248.956.000 99,58 1.044.000 APBD II
2.01 . 2.01.01 . 17
Program peningkatan pemasaran hasil
produksi
pertanian/perkebunan
1.731.590.000 1.731.590.000 1.712.093.275 98,87 19.496.725
2.01 . 2.01.01 . 17 . 07
Promosi atas hasil produksi
pertanian/perkebunan
unggulan daerah
1.171.650.000 1.171.650.000 1.159.858.025 98,99 11.791.975 APBD II
2.01 . 2.01.01 . 17 . 09
Pembangunan pusat-pusat
penampungan produksi
hasil pertanian/perkebunan masyarakat yang akan
dipasarkan
559.940.000 559.940.000 552.235.250 98,62 7.704.750 APBD II
2.01 . 2.01.01 . 18
Program peningkatan
penerapan teknologi
pertanian/perkebunan
34.884.745.100 34.884.745.100 29.665.831.018 85,04 5.218.914.082
2.01 . 2.01.01 . 18 . 01
Penelitian dan
pengembanan teknologi pertanian/perkebunan
tepat guna
8.203.468.100 8.203.468.100 6.266.348.773 76,39 1.937.119.327 DAK
Pertanian
2.01 . 2.01.01 . 18 . 02
Pengadaan sarana dan prasarana teknologi
pertanian/perkebunan tepat guna
2.582.861.000 2.582.861.000 1.562.291.642 60,49 1.020.569.358 APBD II
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab.Bandung
57
2.01 . 2.01.01 . 18 . 03
Pemeliharaan rutin/berkala
sarana dan prasarana
teknologi pertanian/perkebunan
tepat guna
1.235.144.000 1.235.144.000 618.919.023 50,11 616.224.977 APBD II
2.01 . 2.01.01 . 18 . 09
Pemeliharaan rutin/berkala
sarana dan prasarana
teknologi pertanian/perkebunan
tepat guna (Peningkatan Manajemen Pengelolaan Air
WISP II - LOAN)
242.772.000 242.772.000 224.622.000 92,52 18.150.000 WISMP
2.01 . 2.01.01 . 18 . 10
Pemeliharaan Rutin/Berkala Sarana dan Prasarana
Teknologi Pertanian/Perkebunan
Tepat Guna (DAK)
22.620.500.000 22.620.500.000 20.993.649.580 92,81 1.626.850.420 APBN-P
2.01 . 2.01.01 . 19
Program peningkatan produksi
pertanian/perkebunan
6.661.267.691 6.661.267.691 5.162.165.720 77,50 1.499.101.971
2.01 . 2.01.01 . 19 . 02
Penyediaan sarana
produksi
pertanian/perkebunan
1.474.742.000 1.474.742.000 1.135.169.480 76,97 339.572.520 APBD II
2.01 . 2.01.01 . 19 . 03
Pengembangan bibit unggul
pertanian/perkebunan
1.620.000.000 1.620.000.000 1.431.318.150 88,35 188.681.850 APBD II
2.01 . 2.01.01 . 19 . 07
Peningkatan Kualitas dan Pasca Panen Tanaman
Tembakau
1.316.525.691 1.316.525.691 1.161.040.015 88,19 155.485.676 DBHCHT
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab.Bandung
58
2.01 . 2.01.01 . 19 . 10
Penidngkatan Produksi Produk dan Mutu Tanaman
Rempah dan Penyegar (Jahe Merah) (Bantuan
Gubernur)
750.000.000 750.000.000 0 0,00 750.000.000 BANGUB
2.01 . 2.01.01 . 19 . 11
Peningkatan Perbenihan Krisan, Kentang, Bawang
Merah, Asparagus dan
Jeruk (BANGUB)
1.000.000.000 1.000.000.000 977.173.875 97,72 22.826.125 BANGUB
2.01 . 2.01.01 . 19 . 12
Peningkatan Produksi
tanaman Kopi dan teh
(BANGUB)
500.000.000 500.000.000 457.464.200 91,49 42.535.800 BANGUB
2.02 . 2.01.01 . 20
Program perencanaan dan pengembangan
hutan
103.492.031 103.492.031 55.519.000 53,65 47.973.031
2.02 . 2.01.01 . 20 . 02 Pendampingan kelompok usaha perhutanan rakyat
103.492.031 103.492.031 55.519.000 53,65 47.973.031 APBD II
Total 56.180.292.675 56.180.292.675 48.037.174.373 85,51 8.143.118.302
BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL KEGIATAN
Laporan Tahun 2015 Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan
Kabupaten Bandung
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab. Bandung
59
BAB IV
PELAKSANAAN DAN HASIL KEGIATAN
4.1. Analisis Pengukuran Kinerja
Untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan
sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi dan misi
Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung maka perlu dilakukan
pengukuran kinerja. Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten
dilakukan terhadap:
(a) Tingkat pencapaian sasaran, yang merupakan tingkat pencapaian target
(rencana tingkat capaian) dari masing-masing indikator sasaran yang telah
ditetapkanberdasarkan Rencana kerja tahunan dan rencana strategis lima
tahunan.
(b) Kinerja kegiatan, yang merupakan tingkat pencapaian target (rencana tingkat
capaian) dari setiap kelompok indikator kinerja kegiatan, dan langkah-langkah
kegiatan.
Pengukuran kinerja ini merupakan hasil dari suatu penilaian yang sistematik
didasarkan pada kelompok indikator kinerja kegiatan berupa masukan, keluaran, hasil,
manfaat, dan dampak. Penilaian tersebut tidak terlepas dari proses yang merupakan
kegiatan mengolah masukan menjadi keluaran dan hasil.
4.1.1 Analisa Pencapaian Kinerja Sasaran Tahun 2015
Dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran pembangunan pertanian di
Kabupaten Bandung tahun 2015, yang telah ditetapkan dalam Indikator kinerja
utama, Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan menetapkan beberapa
langkah rencana tindak lanjut tahun 2015 ke dalam 12 program dan 23 kegiatan.
Untuk mengevaluasi tingkat efektivitas program/kegiatan tersebut, indikator
kinerja menjadi acuan penilaian sasaran strategis.
Sasaran Strategis 1
Meningkatkan swasembada pangan lokal melalui peningkatan Provitas
lahan dan komoditas pangan unggulan lokal
Salah satu sasaran strategis pembangunan pertanian adalah meningkatnya
swasembada pangan lokal melalui peningkatan lahan dan komoditas pangan
unggulan lokal. Hal ini merupakan salah satu langkah perwujudan tercapainya
ketahanan pangan sampai tingkat rumah tangga, terutama dalam keberlanjutan
ketersediaan pangan. Keadaan ini dicirikan antara lain dengan tersedianya pangan
yang cukup serta harga yang terjangkau oleh daya beli masyarakat dan
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab. Bandung
60
terwujudnya diversifikasi konsumsi pangan yang tercermindari tersedianya
berbagai komoditas pangan, baik produk segar maupun produk olahan.
Untuk mewujudkan ketersediaan pangan sampai tingkat rumah tangga
tersebut, pemerintah mengupayakan strategi antara lain berbagai usaha
peningkatan produksi dan Provitas lahan dan pangan. Selain itu, peningkatan
kapasitas dan kapabilitas masyarakat tani dalam desiminasi teknologi mulai dari
budidaya tanaman pangan pada sisi on-farm juga teknologi pasca panen dan
pengolahan hasil pada sisi off-farm.
Berdasarkan hasil pengukuran terhadap pencapaian sasaran seperti yang
telah dilakukan dan dapat dilihat pula dari berbagai fakta yang ada, baik berupa
keberhasilan maupun kekurangberhasilan pelaksanaan pembangunan pertanian di
Kabupaten Bandung,apabila dibandingkan dengan tahun 2015 maupun terhadap
sasaran/target yang telah ditentukan, ataupun juga terhadap realisasi pencapaian
dalam pelaksanaan kegiatan pada tahun 2015 ini.
Tabel 4.1 pengukuran sasaran kinerja tahunan 2015
SASARAN STRATEGIS
INDIKATOR KINERJA TARGET KINERJA
REALISASI
Meningkatkan swasembada pangan lokal melalui peningkatan Provitas lahan dan komoditas pangan unggulan lokal
1. Jumlah produksi komoditas tanaman pangan unggulan: - Padi (ton)
508.241
546.594
- Jagung (Ton) 80.278 43.494
- Ubi Kayu (Ton) 129.977 105.724
2. Jumlah Provitas komoditas tanaman pangan: - Padi (kui/ha)
62,62
63,84
- Jagung (kui/ha) 64,39 65,45
- Ubi Kayu (kui/ha) 197,40 198,51
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa ketersediaan pangan yang diindikasikan oleh
jumlah produksi tanaman pangan (padi, jagung dan ubi kayu) mengalami
pertumbuhan positif, sudah melebihi target kinerja pada tahun 2015. Pencapaian
jumlah hasil produksi padi sampai tahun 2015 ini mencapai 546.594 ton atau
sebesar 107.54 % dari target tahun 2015 sebesar 508.241 ton dan Provitas nya
sebesar 63,84 Ku/Ha atau mencapai 101.92 % dari sasaran tahun 2015 yang
telah ditetapkan sebesar 62,62 kuintal/hektar.
Pencapaian ini telah melampaui target sampai dengan tahun 2015 yang
telah ditetapkan disebabkan oleh adanya perlakuan dan langkah strategis dalam
peningkatan Provitas lahan dan komoditas padi serta penurunan persentase
kehilangan hasil akibat proses pasca panen dan pengolahan hasil.
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab. Bandung
61
Lebih lanjut, upaya yang dilakukan untuk meningkatkan luas tanam melalui
peningkatan indeks pertanaman padi, melalui perbaikan dan pembangunan
jaringan irigasi sawah baru. Peningkatan IP tersebut dilaksanakan melalui
perbaikan/rehabilitasi jaringan irigasi dan/atau pembangunan jaringan irigasi baru,
dinilai efektif. Dengan demikian, dampak negatif dari alih fungsi lahan terhadap
pencapaian jumlah produksi tanaman pangan, khususnya padi masih bisa
diminimalisasi melalui peningkatan IP dan Provitas komoditas, disamping
pengendalian OPT secara sabilulungan (Brigade Proteksi Tanaman).
Sedangkan realisasi produksi jagung hanya mencapai 43.494 ton (Jagung
tongkol kering) atau 52,82 % dari target Tahun 2015 dengan Provitas mencapai
65,45 Kwt/ha, hal tersebut disebabkan oleh lebih produksi jagung lebih banyak
dipanen muda pada bulan desember sebagai persiapan tradisi masyarakat menjual
jagung bakar pada awal tahun selain itu juga untuk mempercepat perguliran
modal petani, serta panen muda yang peruntukan untuk kebutuhan pakan ternak,
dan hasil panen jagung muda tersebut tidak masuk kedalam perhitungan data
statistik.
Demikian hal nya dengan produksi Ubi Kayu yang belum melampui target
dengan realisasi sebesar 105.724 ton atau 89,73 % dari target tahun 2015 dengan
produktifitas mencapai 198,51 Kui/Ha, hal ini cenderung disebabkan oleh jangka
waktu panen dari ubi kayu yang relatif lama, dapat mencapai 1 tahun, dan belum
maksimal dikerjakan oleh petani walaupun komoditas ini dapat menjadi alternatif
tabungan petani, dengan tanaman selingan yang lebih cepat perputaran
modalnya.
Gambar 4.1 perkembangan Provitas padi Kabupaten Bandung
58.00
59.00
60.00
61.00
62.00
63.00
64.00
65.00
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Pro
duktivi
tas
Padi (k
uin
tal/
hek
tar)
Produktivitas Padi
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab. Bandung
62
Gambar 4.2 perkembangan indeks pertanaman padi Kabupaten Bandung
Tabel 4.2 Target dan Realisasi Jumlah Produksi Padi Palawija di Kabupaten Bandung Tahun 2015
No Uraian Komoditi Realisasi
2011 Realisasi
2012 Realisasi
2013 Realisasi
2014 Realisasi
2015
A PADI
1 Padi Sawah
Luas Tanam (ha) 74.171 78.969 89.069 86.651 83.836
Luas panen (ha) 71.055 78.029 86.499 81.759 82.727
Produksi (ton) 450.652 518.032 570.703 524.355 535.475
Provitas (kwt/ha) 63,42 66,39 65,98 64,13 64,73
2 Padi Gogo
Luas Tanam (ha) 7.137 7.950 5.093 2.810 2.961
Luas panen (ha) 6.231 7.885 5.646 4.622 2.886
Produksi (ton) 22.337 33.997 22.079 18.723 11.119
Provitas (kwt/ha) 35,85 43,12 39,11 40,51 43,42
JUMLAH PADI
Luas Tanam (ha) 81.308 86.919 94.162 89.461 86.797
Luas panen (ha) 77.286 85.914 92.145 86.381 85.613
Produksi (ton) 472.989 552.029 592.782 543.078 546.594
Provitas (kwt/ha) 61,20 64,25 64,33 62,87 63,84
1.50
1.60
1.70
1.80
1.90
2.00
2.10
2.20
2.30
2.40
2.50
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Ind
eks
Pe
rtan
aman
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab. Bandung
63
No Uraian Komoditi Realisasi
2011 Realisasi
2012 Realisasi
2013 Realisasi
2014 Realisasi
2015 B PALAWIJA
1 Jagung
Luas Tanam (ha) 11.931 12.911 13.589 12.319 8.506
Luas panen (ha) 9.115 10.329 13.076 12.209 6.645
Produksi (ton) 51.039 51.954 86.256 81.078 43.494
Provitas (ku/ha) 55,99 58,1 65,97 66,41 65,45
2 Kedelai
Luas Tanam (ha) 4 185 364 295 425
Luas panen (ha) 64 175 159 275 335
Produksi (ton) 95 273 246 387 432
Provitas (ku/ha) 14,84 15,03 15,47 14,07 12,91
3 Kacang Tanah
Luas Tanam (ha) 1.297 2.145 1.722 2.069 1.054
Luas panen (ha) 1.308 2.038 1.691 2.258 1.050
Produksi (ton) 2.202 3.018 2.437 3.198 1.629
Provitas (ku/ha) 16,83 14,81 14,41 14,16 15,52
5 Ubi Kayu
Luas Tanam (ha) 6.674 6.483 6.886 5.952 5.171
Luas panen (ha) 7.565 6.159 6.506 6.893 5.326
Produksi (ton) 144.990 118.013 124.960 127.846 105.724
Provitas (ku/ha) 191,66 110,65 192,07 185,47 198,51
6 Ubi Jalar
Luas Tanam (ha) 1.965 2.140 1.777 2.494 1.476
Luas panen (ha) 2.618 2.033 1.686 2.545 1.449
Produksi (ton) 37.692 26.501 22.267 29.009 19.825
Provitas (ku/ha) 143,97 130,35 132,07 113,98 136,82
Indikator kinerja lain yang dapat digunakan untuk mengevaluasi
pencapaian sasaran strategis 1: “Meningkatkan swasembada pangan lokal
melalui peningkatan Provitas lahan dan komoditas pangan unggulan
lokal” untuk mendorong tercapainya pengamanan produksi pangan adalah
1. Sub sistem pengelolaan sarana dipengaruhi oleh ketersediaan sarana
produksi pada saat dibutuhkan petani terutama pupuk, pestisida, benih
serta sarana dan prasarana lainnya.
2. Sub sistem pengelolaan infrastruktur dasar pertanian.
3. Peningkatan kapasitas dan kapabilitas petani melalui desiminasi teknologi
budidaya tanaman diantaranya; (1) GP-PTT (Gerakan Penerapan
Pengelolan Tanaman Terpadu; (2) System Rice of Intesification; (3)
penggunaan pupuk berimbang.
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab. Bandung
64
4. Peningkatan sarana prasarana pasca panen.
5. Pemberdayaan kelembagaan pertanian tanaman pangan.
Melalui peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana tersebut di
atas akan berdampak secara tidak langsung maupun langsung pada peningkatan
luas pertanaman pertanian tanaman pangan yang merupakan salah satru upaya
dalam pencapaian peningkatan produksi 5% terutama komoditas padi di
Kabupaten Bandung. Indeks Pertanaman (IP) menunjukkan adanya peningkatan
nilai dari 1,92 di tahun 2009; menjadi 2,01 pada tahun 2012; 2,27 tahun 2013;
2,43 tahun 2014 dan 2,44 pada tahun 2015.
Sub sistem pengelolaan sarana dipengaruhi oleh ketersediaan sarana produksi pada saat dibutuhkan petani terutama pupuk, pestisida, benih serta sarana dan prasarana lainnya
1. Pengelolaan Pupuk
Keberadaan pupuk sangat penting artinya bagi keberhasilan kegiatan
pengembangan agribisnis. Secara teknis kebutuhan pupuk setiap tahun meningkat
sejalan dengan peningkatan kebutuhan pangan masyarakat, seperti tahun 2014,
2015 ini kembali disosialisasikan tentang pengurangan penggunaan pupuk kimia
dengan tujuan untuk mengurangi tingkat degradasi lahan/tanah untuk
mengembalikan tingkat kesuburan tanah, karena pupuk organik mampu
memperbaiki tekstur serta struktur tanah agar sifat-sifat fisik, biologi maupun
kimia tanah nya menjadi lebih baik lagi dan otomatis ketersediaan unsur hara
serta penyerapannya oleh tanaman menjadi maksimal, juga bisa membentuk iklim
mikro yang sesuai dengan perakaran tanaman, dan diantaranya di lapangan
ternyata menunjukan suatu indikasi ketercapaian program/kegiatan dimana para
petani banyak yang menggunakan pupuk organik hasil buatan petani
sendiri/kelompok tani, yaitu kompos, cara lain yang ditempuh diantaranya yaitu
dengan cara mensosialisasikan penggunaan pupuk yang berimbang antara pupuk
an-organik dan pupuk organik maupun dengan perbandingan tingkat kebutuhan
unsur hara pada lahan itu sendiri.
Tabel 4.3 Realisasi penyaluran pupuk tahun 2013 – 2015 (Ton)
No Jenis Sarana
Produksi
Realisasi
Tahun
2013
Realisasi
Tahun
2014
Sasaran
Tahun
2015
Realisasi
Tahun
2015
% Tase
Realisasi
- Target
2015
1 Urea 24.701 24.864 22.973 22.501 97,95
2 SP- 36 5.929 4.113 6.142 4.692 76,39
3 ZA 6.534 3.859 6.141 4.660 75,88
4 NPK 18.239 16.751 17.123 17.145 100,13
5 Organik 1.300 787 1.115 1.024 91,84 Sumber : Bidang Tanaman Pangan DISTANBUNHUT 2015
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab. Bandung
65
Sebagai upaya dalam rangka peningkatan penerapan pupuk organik,
distanbunhut telah melakukan langkah strategis yang diantaranya :
1. Memfasilitasi pembangunan rumah kompos dan Memfasilitasi alat-alat
pengolahan pupuk organik.
2. Memfasilitasi peningkatan pengetahuan, keterampilan dan teknologi
pengolahan pupuk organik bagi kelompok usaha.
3. Revitalisasi komisi Pengawasan Penyaluran Pupuk Kabupaten Bandung.
4. Mendorong peningkatan penggunaan pupuk organik, dengan fasilitasi dari
pemerintah berupa bantuan alat pencacah pupuk organiak dan lainnyya,
sehingga ini diharapkan dapat mengurangi tingkat pencemaran yang
disebabkan oleh limbah ternak.
Kemudian melalui upaya pengembangan Unit Pengolahan Pupuk Organik,
Kelompok Usaha Ekonomi Pedesaan (KUEP) “Taruna Mukti” Kampung
Papakmanggu Desa Cibodas Kecamatan Pasirjambu telah berhasil menyalurkan
pupuk organik kurang lebih 7.000 Ton/tahun. Penyaluran produk pupuk organik
tersebut tersebar dari Kabupaten Bandung, Kabupaten Karawang dan Kabupaten
Subang, juga telah bekerjasama dengan PT. PN VIII dan PT. Agrimas sebagai
pasar/pengguna produk.
2. Pengelolaan Benih
Kegiatan pada tahun 2014/2015 ini Dinas Pertanian Perkebunan dan
Kehutanan membantu/memfasilitasi BKPPP dan BPSB dalam melakukan
pengawasan dan sertifikasi benih terhadap para penangkar benih. Selanjutnya,
Balai benih Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan di Jelekong sebagai UPTD
dari Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan terus mengembangkan dan
memantau penggunaan benih bermutu/berlabel di lapangan. Pada musim tanam
2014/2015, diantaranya telah dapat menyalurkan benih padi sebanyak 525 Ton
untuk kegiatan GPPTT dan 20 ton benih jagung, cadangan Benih Daerah dan
Bantuan Penggantian Bencana sebanyak 11,5 Ton dari APBD Kabupaten Bandung.
Pada Tahun 2015, dalam upaya mengejar penyerapan teknologi pertanian,
UPTD Benih menampung serta menyediakan benih berlabel/bermutu untuk
disebar/ditanam oleh para petani di wilayah kabupaten bandung, dan menurut
data dari UPTD benih bermutu/berlabel yang banyak ditanam/digunakan oleh para
petani di Kabupaten Bandung ini adalah Varietas Ciherang sekitar 72%, Sintanur
(3%), Mekongga (10%), IR-64 (10%) dan benih Lokal sebanyak 5%.
Lebih lanjut, pengelolaan benih/bibit tanaman lainnya seperti hortikultura,
perkebunan dan kehutanan sebelum disebar ke lapangan dikontrol dan
dikendalikan kualitasnya melalui upaya penyertaan sertifikasi benih/bibit tersebut.
Penyaluran benih harus melalui uji lapangan dan adaptasi sehingga tidak
berdampak negative terhadap pertanaman lainnya di lapangan.
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab. Bandung
66
Upaya menciptakan benih/bibit baru khas lokal mulai menempati prioritas
target kinerja, sejak dari tahun anggaran 2013 beberapa komoditi unggulan
kabupaten dikembangkan sistem penangkarannya melalui kerjasama dengan balai
penelitian. Jeruk besar cikoneng di Desa Cibiru Wetan Kecamatan Cileunyi menjadi
sasaran pertama dikarenakan komoditi ini memiliki spesifik unik, kemudian tahun
2015 ini ditambahlagi pengembangan jeruk dekopon di kecamatan ciwidey. Krisan
dan tanaman hias lainnya dilaksanakan melalui pengembangan kebun percobaan
seluas 1,5 hektar dengan berbagai sarana prasarana yang telah dibangun untuk
menunjang pengembangan penangkaran dan uji adaptasi khusus tanaman hias di
Kecamatan Pasirjambu. Penangkaran kentang dan stroberi juga mulai dikelola
secara intensif dan tersebar di Kecamatan Pangalengan, Kertasari, Rancabali dan
Pasirjambu.
3. Pengelolaan Alat Mesin Pertanian
Alat Mesin Pertanian sangat mempengaruhi tingkat pencapaian
ketersediaan pangan di Kabupaten Bandung. Melalui hal tersebut, akan
mempercepat waktu tanam, waktu olah, dan waktu simpan dengan kuantitas dan
kualitas yang relatif lebih bila dibandingkan dengan secara manual. Perkembangan
Alat Mesin Pertanian dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan baik dari
jumlah alat maupun ketrampilan operator. Peningkatan tersebut disebabkan
adanya swadaya masyarakat maupun dukungan dari pemerintah Pusat, Propinsi
ataupun Kabupaten. Meskipun demikian, program mekanisasi pertanian secara
bertahap perlu terus dikembangkan karena semakin terbatasnya tenaga kerja di
pedesaan terutama buruh tani, meningkatnya efisiensi dan efektivitas
pemanfaatan alat itu sendiri, meningkatnya tuntutan konsumen terhadap mutu
dan kualitas produk pertanian. Pada tahun 2015 ini jumlah jenis mesin yang
dihibahkan kepada petani mengalami peningkatan dengan jumlah yang mengalami
penurunan, hal ini disebabkan karena alat mesin tahun-tahun sebelumnya masih
ada serta masih layak untuk digunakan dan diarahkan untuk pengembangan
sarana reparasi alat mesin tersebut.
Pengembangan kegiatan mekanisasi pertanian diharapkan dapat
berdampak positif terhadap kualitas penerapan teknologi usaha tani, pendapatan
usaha tani, peningkatan minat generasi muda untuk terus bekerja di sektor
pertanian, sehingga diharapkan usaha tani dan bisnis pertanian dapat terus
berkembang serta dapat meningkatkan minat para generasi muda agar tidak
merasa minder dan malas untuk mencintai lumpur ataupun tanah serta terus
bekerja pada sektor pertanian dalam memperjuangkan kehidupan keluarga.
Pada tahun 2015, sebagai langkah strategis dalam mengelola alat mesin
pertanian di Kabupaten Bandung, Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan
melalui Unit Pelayanan Jasa Alsintan melakukan pengadaan mesin pertanian yang
dihibahkan kepada masyarakat berupa; Cultivator 33 unit, mesin pemotong
Rumput 7 Unit, Power Threse 2 unit, Pompa Air 3” 30 unit, Pompa Air 4” 1 Unit
dan Hand Sprayer sebanyak 60 unit.
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab. Bandung
67
Dalam usaha pemeliharaan alat mesin pertanian yang telah ada, tahun
2015 ini ditambah lagi 1 unit alat perbengkelan, sehingga diharapkan dapat lebih
mengoptimalkan pengelolaan dan pemelihara alat dan mesin pertanian yang ada
di lapangan. Dengan UPJA ini, kelompok-kelompok masyarakat mendapatkan
alternatif usaha dalam bidang penyewaan alat mesin pertanian tersebut. Hal
tersebut dapat memberikan efek positif pada kedua belah pihak. Di sisi petani,
akan mempermudah pekerjaan dan mempercepat waktu usahanya dengan
pembayaran sewa setelah panen, di sisi lain UPJA akan mendapatkan keuntungan
sebagai penghasilan dan pemeliharaan aset UPJA itu sendiri. Kehadiran UPJA di
perdesaan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan petani, kelompok tani dan
gabungan kelompok tani dalam rangka penyediaan pelayanan jasa alsintan guna
mendukung tercapainya pemenuhan produksi pertanian yang terus meningkat
sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk, menurunnya daya dukung lahan,
rendahnya intensitas pertanaman, dan kepemilikan alsintan.
Tabel 4.4 Perbandingan Jumlah Alat Mesin Pertanian di tingkat petani Kabupaten Bandung Tahun 2014 dan Tahun 2015
N
o Jenis Alsintan
Tahun 2014 (Unit) Tahun 2015 (Unit)
Total Baik Rusak Total Baik Rusak
1 Alat Pengolahan
Lahan 456 402 54 833 746 87
2 Alat Pemupukan 243 135 108 243 135 108
3 Alat Pemberantasan
OPT 46.472 45.669 803 46.556 45.753 803
4 Pompa Air 425 411 14 571 533 38
5 Sabit Bergerigi 219 194 25 998 987 11
6 Alat Pengolah Padi 1.726 1.519 207 1.750 1.543 207
7 Alat Pengolah Jagung 18 18 0 18 18 0
8 Alat Pengolah Non
Jagung 154 135 19 154 135 19
9 Perajang 3 3 0 3 3 0
10 Grader 409 363 46 409 363 46 Sumber: UPTD Alat mesin Pertanian dan Pengendalian OPT Distanbunhut Kab. Bandung 2015.
4. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)
Salah satu upaya pengamanan produksi beras daerah adalah pengendalian
OPT. Pemerintah Kabupaten Bandung berupaya seefektif dan seefisien mungkin
dalam mengendalikan serangan OPT maupun menangani bencana alam. Hal ini
memberikan efek positif dalam meminimalisasi kemungkinan terjadinya puso yang
diakibatkan oleh serangan OPT dan bencana alam kekeringan/banjir. Melalui
pembentukan Brigade Proteksi Tanaman di tingkat kecamatan dan desa se-
Kabupaten Bandung pengendalian dan penanganan tersebut dapat segera
dilakukan secara cepat, tepat, dan akurat.
Brigade proteksi tanaman merupakan agen pemerintah yang bertugas
sebagai pemantau, pengendali, dan pelaksana pengamanan produksi pangan di
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab. Bandung
68
Kabupaten Bandung, terutama yang diakibatkan oleh serangan OPT dan bencana
alam. Agen tersebut terdiri dari Petugas Pengendali OPT (POPT) dinas dan para
petani di desa dan kecamatan se-Kabupaten Bandung. Setiap kejadian di lapangan
akan segera ditangani secara cepat dan tepat dengan memotong jalur
koordinasi/birokrasi. Teknologi pengendalian OPT yang telah dilaksanakan adalah:
(1) Spot Stop; (2) Trips Barrier System; (3) Agen hayati.
Pada tahun 2015 terjadinya kemarau panjang menjadikan kendala yang
sangat berat untuk dapat menggenjot produksi dan luas tanam, dari hasil deteksi
UPTD ALSINTAN melalui Petugas POPT, Penyuluh dan Brigade Proteksi yang
sudah terbentuk bahwa terdapat 68 Ha sawah yang terdampak oleh kelangkaan
air, yaitu di wilayah Baleendah seluas 60 Ha dan Katapang 8 Ha
Selain itu, pengembangan desa-desa PHT yang bekerjsama dengan BPTPH
Provinsi Jawa Barat menjadi salah satu prioritas langkah untuk mengendalikan
serangan OPT. Melalui kombinasi Desa PHT dan brigade proteksi tanaman
ditambah dengan stimulan sarana pengendalian OPT serta berbagai macam
bimtek yang diantaranya bimbingan teknis penerapan Teknologi Pertanian dan
agen hayati, diharapkan akan mengurangi dampak negatif dari serangan OPT dan
bencana alam terhadap jumlah produksi dan keadaan puso.
Tabel 4.5 Stimulan Pengendalian OPT Tahun 2015
No Sarana Volume
1. Sarana pengendali agen hayati a. Trichogaamma sp b. metharizium sp c. Beauveria sp
1.072 pias 800 bungkus 800 bungkus
2. Teknologi trip barrier system 20 paket
3. Obat-obatan pengendalian OPT a. Rodentisida anti oagulan b. Insektisida c. Fungisida d. Rodentisida/pengasapan
250 kg 230 L 200 kg 170 dus
Sumber: UPTD Alat mesin Pertanian dan Pengendalian OPT 2015
5. Pengelolaan Infrastruktur Pengairan
Pada sisi pengelolaan infrastruktur pengairan, Pelaksanaannya ditentukan
oleh beberapa peraturan termasuk pengaturan kewenangan diantaranya. Undang-
undang No. 7 tahun 2004 tentang SDA dan Peraturan Pemerintah No. 20 tahun
2006 tentang Irigasi mengamanatkan bahwa tanggung jawab pengelolaan
jaringan irigasi tersier sampai ke tingkat usahatani (JITUT) dan jaringan irigasi
desa (JIDES) menjadi hak dan tanggung jawab petani pemakai air (P3A) sesuai
dengan kemampuannya. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 38 tahun 2007
tentang pembagian urusan pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah daerah
Provinsi dan Pemerintah daerah Kabupaten/Kota disebutkan bahwa kewenangan
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab. Bandung
69
pengembangan dan rehabilitasi jaringan irigasi tingkat usahatani dan jaringan
irigasi desa menjadi kewenangan dan tanggung jawab instansi tingkat
kabupaten/kota yang menangani urusan pertanian.
Potensi sumber daya air permukaan di wilayah Kabupaten Bandung dari
sisi kuantitas dapat dikatakan cukup baik apabila hanya dilihat secara jumlah
volume keseluruhan dalam setahun. Namun apabila ditinjau dari periode waktu
dan lokasi setiap Satuan Wilayah Sungai (SWS), kondisi ketersediaan sumber air
ini diperkirakan mempunyai 3 macam fluktuasi yaitu fluktuasi tinggi, Sedang dan
Rendah. Potensi sumber daya air yang dimiliki oleh Kabupaten Bandung berupa
mata air dan situ-situ serta curah hujan. Untuk pemanfaatan sumber air tersebut
telah dibangun bangunan pengambilan utama berupabendungan, embung dan
bangunan irigasi-irigasi, bendungan-bendungan yang ada ini dimanfaatkan selain
untuk mengairi lahan pertanian juga untu pembangkit tenaga listrik.
Potensi air permukaan sungai dan air permukaan bendungan yang ada di
Kabupaten Bandung dapat dilihat pada Tabel III.8
Tabel 4.6 Potensi Air Permukaan Bendungan Desa di Kabupaten Bandung
No Lokasi Nama Sungai/
DAM
Volume
(Juta m3) Kecamatan Desa
1 Soreang - Sadu - Cibeureum 20,0947
- Buninagara - Leuwikuya 97,4462
2 Pasirjambu - Buninagara - Leuwikuya -
3 Ciwidey - Panyocokan - Cigadog 30,2745
4 Margaasih - Lagadar - Malang 20,1326
5 Katapang - Parungserab - Leuwikuya 18,6567
- Banyusari - Kiarawuyeuh 8,7039
- Juntigirang - Juntihilir 6,5847
- Banyusari - Baros 2,1192
6 Majalaya - Wangisagara - Wangisagara 63,8793
7 Ciparay - Pakutandang - Cirasea 93,5105
8 Pacet - Maruyung - Wanir 71,1452
9 Rancaekek - Rancaekek kulon - Ciajasana 46,1848
10 Ibun - Lampegan - Cikaro 125
11 Cangkuang - Jatisari - Ciherang 95,7811
Dalam pengelolaan sumberdaya air ini, diantaranya dilaksanakan program
pengontrolan dan pemeliharan serta rehabilitasi saluran-saluran irigasi tersier yaitu
jaringan irigasi desa (JIDES) dan jaringan tingkat usaha tani (JITUT), ini
dimaksudkan untuk meminimalisasi terjadinya kekeringan pada musim kemarau
dan banjir pada musim penghujan, kemudian dilaksanakan juga pembuatan sumur
pantek dan embung. Tujuan utama pengelolaan/pemeliharaan air irigasi ini adalah
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab. Bandung
70
diantaranya untuk (1) meningkatkan indeks pertanaman (IP) dan (2) mengurangi
dampak bencana alam kekeringan dan banjir. Upaya pemeliharaan saluran irigasi
tersebut, dianggarkan baik berasal dari APBD Kabupaten Bandung, APBD Provinsi
Jawa Barat, maupun APBN.
Pada Tahun 2015, dilakasanakan beberapa kegiatan pengelolaan air irigasi
tersier di beberapa wilayah kecamatan di Kabupaten Bandung,yakni:
1. Rehab serta pengembanganJaringan irigasi sebanyak 80 paket
2. Irigasi Air Permukaan sebanyak 49 Unit
3. Pipanisasi sebanyak 26 Paket
4. Pembangunan DAM Parit sebanyak 34 Paket
5. Hibah Pompa Air 2” sebanyak 9 Unit
6. Hibah Pompa Air 3” sebanyak 40 Unit
7. Hibah Pompa Air 4” sebanyak 2 Unit
8. Hibah Embung sebanyak 1 Unit
Selain itu juga terus dibina kelompok-kelompok pengguna air/Gabungan Kelompok
Pengguna Air melalui kegiatan WISMP, pada Tahun 2015 dilaksanakan legalisasi
kelompok P3A sebanyak 10 Kelompok.
Tabel 4.7 Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) yang sudah mempunyai SK Bupati dan Berbadan Hukum
Kecamatan Desa Daerah
Irigasi (DI) Nama
Kelompok P3A
S.K Bupati
Berbadan Hukum
Ket
B /
SB
/ B
B
Su
d
ah
Be
lu
m
Su
d
ah
Be
lu
m
Arjasari Wargaluyu Gunung Karung
Wargi Mukti - - SB
Baleendah
Warga Mekar Cisarea Banyu Wangi - - SB
Jelekong Cisarea Suka Jadi 2 - - SB
Manggahang Cisarea Sari Mukti - - SB
Bojong Malaka Ciherang Wargi Saluyu - - SB
Ciherang Tani Mulya - - SB
Ciherang Jati Mekar - - SB
Rancamanyar Ciherang Madia Mulya - - SB
Ciherang Madia Mulya - - SB
Banjaran
Kiangroke Ciherang Cibolerang - - SB
Ciherang Lemah Duhur - - SB
Cangkuang
Cangkuang Ciherang Pa Sarwan 1 - - SB
Ciherang Kubang - - SB
Ciluncat Ciherang Pa Sarwan 2 - - SB
Ciherang Bebera - - SB
Ciherang Gulaweng - - SB
Tanjungsari Ciherang Tirta Karya - - SB
Ciherang Tirta Abadi - - SB
Nagrak Ciherang Plantap - - SB
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab. Bandung
71
Kecamatan Desa Daerah
Irigasi (DI)
Nama Kelompok
P3A
S.K Bupati
Berbadan Hukum
Ket
Su
da
h
Be
lum
Su
da
h
Be
lum
B /
SB
/ B
B
Cicalengka
Bbkn. Peuteuy Loa Jogo Mekar Harapan - - SB
Dampit Loa Jogo Tunas Harapan - - SB
Cikancung
Cikasungka Cikasungka Mutiara Bumi - - SB
Mandalasari Cikasungka Biru - - SB
Hegarmanah Cikasungka Endek Yusuf - - SB
Cimaung Cikalong Cikalong Banyumukti - - SB
Ciparay
Ciparay Cirasea Sumber Rejeki - - SB
Sumbersari Cirasea Sumber Jaya - - SB
Cirasea Sumber Tangan - - SB
Cirasea Sumber rahayu - - SB
Cirasea Sumber bakti - - SB
Cirasea Tani Mukti - - SB
Cirasea Sumber Hurip - - SB
Sarimukti Cirasea Sri Mahi - - SB
Ciheulang Cirasea Sariwangi 1 - - SB
Cirasea Sariwangi 2 - - SB
Cirasea Sariwangi 3 - - SB
Serang Mekar Cirasea Galih Mukti - - SB
Cikoneng Wanir Suka Galih 1 - - SB
Wanir Suka Galih 2 - - SB
Sagara Cipta Wanir Tirta Gara - - SB
Pakutandang Wanir Rarandang - - SB
Manggu Harja Wanir Cinta Jamri 1 - - SB
Gunung Leutik Wanir Bukit Culah - - SB
Katapang Banyusari Kiaraeunyeuh Dewi Suci - - SB
Sangkanhurip Juntihilir Tirta Rahayu - - SB
Pacet
Mekarjaya Pamunggaran Cipta Mekar - - SB
Toblolera Tirta Jaya - - SB
Jamla Mekar Jaya - - SB
Mekarsari Cikatulampa Sugih Mukti - - SB
Cijambe Sumber Asri - - SB
Sawah Asem Mekar Hasil - - SB
Maruyung Bj. Cipatat Tirta Sejati - - SB
Sukarame Cijagra Tunas Harapan - - SB
Cijamburaya Cigura - - SB
Rumbia Rumbia - - SB
Mandala Haji Sawah Jeruk Tirta arum - - SB
Nagrak Cidodol Gerak 1 - - SB
Cipanbanteng Gerak 2 - - SB
Cikawao Tasulampa Gumati - - SB
Girimulya Pasanggrahan Giri mukti 1 - - SB
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab. Bandung
72
Kecamatan Desa Daerah
Irigasi (DI) Nama
Kelompok P3A
S.K Bupati
Berbadan Hukum
Ket
B /
SB
/
BB
Su
da
h
Be
lum
Su
da
h
Be
lum
Pacet
Cipeujeuh Wanir Saluyu - - SB
Wanir Barokah - - SB
Tanjung Wangi
Wanir Mekar Wangi - - SB
Giri Mulya Cihejo 1 Sayuran - - SB
Cikitu Cihejo 2 Marga Laksana - - SB
Pangauban Geudeum Pangauban - - SB
Cipamekar Mekar Mukti - - SB
Cinangela Ciharupat Sumber Harapan - - SB
Rancabali Alamendah Cibodas Alenda - - SB
Rancaekek Sukamanah Citarik Mekarwangi - - SB Sumber: Bidang Pangan DISTANBUNHUT Kabupaten Bandung, 2015
Keterangan : SB; Sudah Berkembang, SDB; Sedang Berkembang, BB; Belum Berkembang
Selain Peningkatan produksi dan Provitas padi, pada tahun 2015
program/kegiatan ditujukan pula untuk mengidentifikasi komoditi-komoditi lain
selain dari komoditas padi sebagai pangan alternatif. Ubi kayu dan Ubi jalar
memang sudah dikembangkan sebelumnya serta merupakan komoditas lokal
penduduk yang diusahakan menjadi komoditi alternatif dan komoditi yang khusus
dikembangkan adalah kedelai. Ubi kayu sentra pengembanganya di daerah
cileunyi, cilengkrang, Cikancung, Nagreg dan Cicalengka. Lebih lanjut,
pengembangan kedelai ini dilaksanakan di Kecamatan Cimaung, Cikancung,
Cicalengka, Baleendah, Margaasih dan Kutawaringin dengan total luas tanam pada
tahun 2015 mencapai luas 425 Ha dengan luas panen 335 ha dengan provitas
yang masih relatif rendah yaitu hanya mencapai 12,91 Kuintal/Ha.
Secara garis besar, pengembangan komoditi tersebut dievaluasi cukup
memberikan hasil yang positif terutama untuk komoditi ubi kayu, dan ubi jalar
karena sudah biasa petani melakukan penanaman, seperti di Cilengkrang yang
terkenal dengan tape singkongnya. Namun, untuk komoditas kedelai ternyata
masih belum cukup menggembirakan karena ternyata para petani lebih suka
memanen kedelai dalam keadaan muda (dijadikan makanan/kacang bulu).
Selain itu Distanbunhut mendorong para petani untuk melakukan
penanaman sayuran terutama sayuran dataran rendah yang dialokasikan untuk
mengganti tanaman padi pada periode kering tahun 2015 sebagai upaya untuk
mengurangi dampak negatif kekeringan pada petani. Sehingga dapat memberikan
multifier effects bagi petani itu sendiri. Komoditi yang dikembangkan terutama
kangkung, mentimun, cabe dan bawang merah.
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab. Bandung
73
Pengelolaan Lahan
Pengelolaan lahan ditujukan untuk mengoptimal penggunaan lahan bagi
pengusahaan agribisnis tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan, sehingga
dapat meningkatkan Indeks Pertanaman (IP) dan berproduktif. Lebih lanjut,
pengotimalisasi lahan tersebut termasuk pembangunan infrastruktur dasar/jalan,
optimalisasi dan konservasi.
Pengelolaan lahan tersebut juga merupakan langkah strategis yang
dilakukan oleh Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan untuk menjaga dan
mengamankan ketersediaan pangan lokal. Langkah strategis yang dilakukan
bersumber dari APBD Kabupaten Bandung dan APBN Kementerian Pertanian, yang
meliputi:
1 Irigasi Air Permukaan
a. - Pembangunan Rumah Pompa
- Pengadaan Pompa
b. Pipanisasi
- Pengadaan Paralon + Pemasangan
2 Pembangunan Dam Parit
- Cek Dam
Peningkatan kapasitas dan kapabilitas petani melalui desiminasi
teknologi budidaya tanaman
Berdasarkan data yang diperoleh, pada tahun 2015 penerapan teknologi
budidaya pertanian terutama padi dan palawija melalui program UPSUS (Upaya
Khusus) serta metode GP-PTT (Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman
Terpadu) mengalami kenaikan dalam skala presentase di tingkat petani terutama
dalam hal pemupukan berimbang, begitupun dalam hal penggunaan benih
bermutu, namun demikian ternyata penggunaan benih bermutu pun terkadang
hasilnya tidak semua menunjukan peningkatan hasil signifikan ini dimungkinkan
karena benih tersebut tidak sesuai dengan iklim mikro di tempat/lahan para petani
itu berada.
Berdasarkan laporan dari lapangan, bahwa desiminasi teknologi khususnya
pada peningkatan provitas tanaman pangan dapat dikatakan telah menyebar
hampir ke seluruh kawasan/lahan pertanian terutama lahan sawah di Kabupaten
Bandung. Hal ini terbukti penggunaan pupuk berimbang dan benih
bermutu/berlabel terus meningkat dari tahun ke tahun yaitu lebih kurang 73,16%
dari total luas lahan sawah di Kabupaten Bandung. Lebih lanjut, 77,67% dari total
luas lahan sawah telah mengikuti dan menerapkan teknologi Pengelolaan
Tanaman Terpadu (GP-PTT) dan pengembangan varietas termasuk didalamnya
padi sawah non hibrida/inbrida, padi sawah hibrida, padi ladang, dan jagung.
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab. Bandung
74
Kemudian lebih kurang 1.000 hektar
lahan juga terus dikembangkan dalam
penerapan teknologi System Rice of
Intensification (SRI) yang merupakan
bakal pengembangan padi organik,
fokus pengembangannya tetap
dilaksanakan di Kecamatan
Bojongsoang, Ciparay, Baleendah,
Banjaran, dan Solokanjeruk, yang
memberikan dampak positif bagi para
petani. Jumlah kelompok tani yang
telah mendapat sertifikasi organik dari
Inofice masih tetap dua kelompok yaitu di Kecamatan Ciparay dan Bojongsoang,
dan salah satu diantaranya telah bekerjasama dengan eksportir PT. Amazing Farm
dan PT. Sarinah Agro Mandiri dalam hal pemasaran, yaitu Kelompok Tani “Organik
Sarinah” Kecamatan Ciparay dengan produksi rata-rata 11,44 kuintal/ha GKP.
Sedangkan di Kecamatan Bojongsoang melalui gabungan kelompok tani
(Gapoktan) harapan jaya dengan rata-rata produksi baru mencapai 10 ton/ha
telah memproduksi beras sehat dan bermitra dengan koperasi R.S. Hasan Sadikin
Bandung dalam sistem pemasaran.
Peningkatan Sarana Prasarana Pasca Panen dan Pengolahan Hasil
Penanganan panen dan pasca panen di Kabupaten Bandung pada tahun
2015 komoditas padi menunjukkan penurunan tingkat kehilangan/kerusakan hasil
tanaman pangan, hal ini salah satunya dapat dilihat dari tingkat penurunan angka
kehilangan hasil dalam hal pemanenan serta pengolahan pasca panennya.
Berdasarkan data yang ada, tingkat kehilangan hasil komoditas padi pada tahun
2013 dalam penanganan pasca panen mencapai 10,47% tahun 2014 menjadi
10,07% dan pada tahun 2015 ini menurun 0,05% menjadi 10,02%. ditunjukkan
pada Tabel 4.10. Nilai-nilai penurunan kehilangan hasil tersebut diukur pada
kelompok tani yang mendapatkan intervensi bantuan.
Penurunan tingkat kehilangan hasil tersebut didukung adanya penggunaan
alat mesin pertanian yang semakin modern, tingkat kesadaran petani dan
keterampilan petani yang semakin meningkat sejalan dengan upaya pembinaan
yang cukup intensif dari Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten
Bandung.
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab. Bandung
75
Tabel 4.8. Realisasi Tingkat Kehilangan Hasil Komoditas Padi dan Jagung
Tahun 2011 s.d 2015
No Komponen Tingkat Kehilangan Hasil Komoditas Padi pada Tahun (%)
2011 2012 2013 2014 2015
1 Panen 2,35 0,58 0,51 0,50 0,50
2 Perontokan 3,35 3,33 3,28 3,15 3,12
3 Pengeringan 3,03 3,83 3,82 3,75 3,75
4 Pengilingan 2,42 3,01 2,86 2,67 2,65
JUMLAH 11,52 10,75 10,47 10,07 10,02 Sumber : Bidang Tanaman Pangan DISTANBUNHUT Kabupaten Bandung, 2015
Pada tahun 2015, Pemerintah Kabupaten Bandung yang didukung oleh
anggaran yang bersumber dari APBN Kementerian Pertanian dan APBD Provinsi
Jawa Barat telah memberikan stimulan barang dan peningkatan keterampilan dan
pengetahuan teknologi pasca panen dan pengolahan hasil tanaman pangan
sebagai upaya dalam pengembangan dan pemberdayaan kelompok-kelompok
pengolahan hasil berbasis komoditas tanaman pangan, berupa:
Penggilingan padi/power thresher/peda thresher sebanyak 4 unit
Terpal sebanyak 100 lembar
Pemipil Jagung sebanyak 1 Unit
Combine harvester sebanyak 1 unit di Kecamatan Solokanjeruk;
Mesin pengolahan tanaman pangan hasil 1 paket
Fasilitasi rumah kemasan Padi Organik 1 Paket
Revitalisasi penggilingan padi 1 paket.
Sasaran Strategis 2
Meningkatkan keunggulan komparatif dan kompetitif produk pertanian
melalui pengembangan agribisnis dalam aglomerasi ekonomi pertanian
Sasaran strategis ini diarahkan untuk mengembangkan kelompok-kelompok
usaha agribisnis yang berbasis komoditas hortikultura dan perkebunan unggul
lokal Kabupaten Bandung, agribisnis hortikultura dan perkebunan dikembangkan
berdasarkan pada potensi satu kawasan tertentu. Pengembangan kawasan
pertanian menekankan transformasi desa-desa dengan memperkenalkan unsur-
unsur urbanisme ke dalam lingkungan pedesaan yang spesifik yang didalamnya
menekankan kekuatan lokal untuk berkembang aktif dalam struktur ekonomi
wilayah.
Selain itu, pertimbangan kaidah-kaidah konservasi air dan tanah menjadi
prioritas dalam pengembangan kawasan hortikultura dan perkebunan di
Kabupaten Bandung. Penentuan kawasan-kawasan tersebut didasarkan
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab. Bandung
76
diantaranya pada: (1) potensi yang dimiliki; (2) sumberdaya pertanian yang
memadai (3) sesuai kaidah konservasi dan tercantum dalam RTRW Kabupaten
Bandung dan (4) memiliki peluang komparatif serta kompetitif.
Berdasarkan hasil pengukuran terhadap pencapaian sasaran strategis
kedua seperti yang telah dilakukan dan dapat dilihat pula dari berbagai fakta yang
ada, baik berupa keberhasilan maupun kekurangberhasilan dalam pelaksanaan
pembangunan pertanian di Kabupaten Bandung, apabila dibandingkan dengan
tahun 2014 maupun terhadap sasaran/target yang telah ditentukan, ataupun juga
terhadap realisasi pencapaian dalam pelaksanaan kegiatan pada tahun 2015 ini.
Tabel 4.9 Pengukuran sasaran strategis 2 Tahun 2015
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja Target Kinerja
Realisasi
Meningkatkan keunggulan komparatif dan kompetitif produk pertanian melalui pengembangan agribisnis dalam aglomerasi ekonomi pertanian
1. Jumlah Provitas komoditas unggulan:
- Sayuran (kui/ha) - Buah-buahan (kui/phn) - Biofarmaka (kg/m²)
- Tan. Hias (tangkai/m²)
- Kopi (Olahan Ton/ha) - Teh (Olahan Ton/ha) - Cengkeh (Olahan Ton/ha) - Tembakau (Olahan Ton/ha)
210,19 1,02 3,19
17,14 1,07 1,68 0,23 0,91
229,20 0,78 3,45
30,38 1,08 2,15 0,23 0,89
2. Jumlah kelompok tani yang telah memiliki registrasi kebun Hortikultura (kel)
45
65
3. Jumlah kelompok usaha rumah kemasan dan UPH:
a. Hortikultura (kel) b. Perkebunan (kel)
10 8
13 9
Pencapaian Jumlah Produksi Komoditas Hortikultura dan Perkebunan
Produksi serta Provitas komoditas pertanian khususnya komoditas
hortikultura dan perkebunan yang diunggulkan di Kabupaten Bandung tahun 2015
ini mengalami peningkatan yang cukup baik walaupun tidak signifikan seperti
tahun sebelumnya karena di tahun 2015 menghadapi kendala-kendala yang cukup
sulit seperti keadaan alam yang cukup ekstreem khususnya iklim yang kering,
namun disisi lain iklim tersebut membantu dalam pertumbuhan serta
perkembangan bunga dan pembuahan komoditas hortikultura dan perkebunan
sehingga umumnya mampu menaikan produksi dan Provitasnya asalkan kondisi air
nya tetap terjaga dan terpenuhi. Selain itu, muncul pula tantangan internal
diantaranya adalah peralihan komoditas karena alasan-alasan tertentu,
pengurangan lahan produktif karena digunakan untuk keperluan lainnya serta
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab. Bandung
77
terkadang penanaman/pertanian komoditas hortikultura berbenturan dengan isu-
isu lingkungan tentang kaidah-kaidah konservasi.
Berikut diantaranya peningkatan produksi dari komoditas hortikultura dan
perkebunan antara lain; Bawang merah dari 32.770 ton menjadi 39.565 ton, cabe
merah dari 17.579 ton menjadi 26.238 ton, tomat dari 22.755 ton menjadi 64.474
ton, tetapi pada komoditas unggulan yang lain ternyata mengalami penurunan dari
tahun sebelumnya yaitu kentang menurun lebih kurang 10% dan kubis menurun
sekitar 27% dan stroberi yang tahun kemarin mengalami penurunan sekarang
mengalami kenaikan yang cukup signifikan dari tahun 2014 ini dimungkinkan
karena tahun sebelumnya stroberi menurun disebabkan banyaknya peremajan
serta keadaaan cuaca di tahun 2015 ini hasil peremajaan tanaman telah
menghasilkan produksi. Kemudian produksi tanaman perkebunan rakyat
mengalami peningkatan kecuali teh yang ternyata di kertasari mengalami
penurunan luas tanaman/berganti komoditas sehingga cukup berpengaruh
terhadap produksi teh rakyat yaitu sebesar 3.460 ton (hasil olahan) menurun 1,52
persen dari tahun 2014, kopi berhasil mencapai produksi olahan 6.872 ton naik
satu persen, cengkeh naik 0,8 persen menjadi 125 ton serta tembakau naik dari
610 ton di tahun 2014 menjadi 1.358 ton tahun 2015.
Lima komoditas utama sayuran di kabupaten Bandung yaitu kentang,
tomat, cabe, bawang merah, dan kubis. Kelima komoditas tersebut seperti telah
dibahas diatas mengalami peningkatan dalam hal produksi dan Provitas, kecuali
kentang dan kubis hanya meningkat dalam hal produktivitas nya saja. Disamping
itu, terdapat komoditas-komoditas spesifikasi lokal dan eksklusif yang
dikembangkan atas kerjasama antara petani dengan pelaku pasar (ritel, industri,
dan eksportir), seperti wortel, brokoli, paprika, dan sayuran eksklusif lainnya.
Komoditas tersebut diusahakan di Kecamatan Pangalengan, Ciwidey, Pasirjambu,
Rancabali, Cimenyan, dan Kertasari.
Penetapan Kabupaten Bandung sebagai kabupaten stroberi pada Tahun
2012 membawa perubahan terhadap fokus strategis pembanganun hortikultura.
Dari tahun 2013 sampai sekarang, stroberi menjadi salah satu prioritas
pengembangan yang diimplementasikan ke dalam beberapa program/kegiatan,
yaitu pengembangan penangkaran stroberi yang tersebar di Kecamatan Rancabali
dan Pasirjambu, kemudian jeruk di Cilenyi dan Ciwidey pada tanaman buah serta
krisan pada tanaman hias. Identifikasi benih/bibit hortikulturaunggul merupakan
salah satu langkah aksi untuk menghasilkan benih/bibit spesifik lokal Kabupaten
Bandung, tahun 2015 ini ternyata produksi stroberi mengalami kenaikan dan ini
adalah salah satu imfact dari kerjasama sister city pada 2013 dengan pemerintah
Korea Selatan yang berupaya untuk mengadopsi benih stroberi yang berasal dari
Korea Selatan ke Kabupaten Bandung.
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab. Bandung
78
Tabel 4.10 Realisasi Luas Tanam, Panen, Produksi dan Provitas Komoditas
Sayuran di Kabupaten Bandung Tahun 2015
Komoditi Uraian Realisasi Tahun
2011 2012 2013 2014 2015 1 2 3 4 5 6 7
Bawang Merah
Luas Tanam (ha) 2.827 3.116 2.911 3.086 2.377
Luas panen (ha) 1.799 3.265 2.915 3.027 3.254
Produksi (ton) 20.887 39.222 31.699 32.770 39.565
Provitas (Ton/ha) 116,1 120,13 108,74 108,26 121,59
Kentang Luas Tanam (ha) 6.527 6.711 4.814 4.380 4.051
Luas panen (ha) 5.346 7.036 5.372 4.676 4.136
Produksi (ton) 110.793 131.007 108.832 93.968 84.414
Provitas (Ton/ha) 20,72 18,62 20,26 20,10 20,41
Kubis Luas Tanam (ha) 5.394 5.266 4.004 4.457 3.484
Luas panen (ha) 4.592 5.242 4.331 4.683 3.390
Produksi (ton) 109.326 125.606 100.150 107.192 78.112
Provitas (Ton/ha) 23,81 23,96 23,12 22,89 23,04
Cabe Luas Tanam (ha) 787 226 718 753 660
Luas panen (ha) 740 691 596 702 821
Produksi (ton) 20.682 20.376 17.598 17.579 26.238
Provitas (Ton/ha) 27,95 29,49 29,53 25,04 31,96
Tomat Luas Tanam (ha) 1.295 1.174 1.189 1.125 1.184
Luas panen (ha) 1.339 1.097 1.215 1.105 1.254
Produksi (ton) 94.124 94.486 67.900 22.755 64.474
Provitas (Ton/ha) 70,29 86,13 55,88 20,59 51,41
Kentang Luas Tanam (ha) 6.527 6.711 4.814 4.380 4.051
Luas panen (ha) 5.346 7.036 5.372 4.676 4.136
Produksi (ton) 110.793 131.007 108.832 93.968 84.414
Provitas (Ton/ha) 20,72 18,62 20,26 20,10 20,41
Kubis Luas Tanam (ha) 5.394 5.266 4.004 4.457 3.484
Luas panen (ha) 4.592 5.242 4.331 4.683 3.390
Produksi (ton) 109.326 125.606 100.150 107.192 78.112
Provitas (Ton/ha) 23,81 23,96 23,12 22,89 23,04
Cabe Luas Tanam (ha) 787 226 718 753 660
Luas panen (ha) 740 691 596 702 821
Produksi (ton) 20.682 20.376 17.598 17.579 26.238
Provitas (Ton/ha) 27,95 29,49 29,53 25,04 31,96
Tomat Luas Tanam (ha) 1.295 1.174 1.189 1.125 1.184
Luas panen (ha) 1.339 1.097 1.215 1.105 1.254
Produksi (ton) 94.124 94.486 67.900 22.755 64.474
Provitas (Ton/ha) 70,29 86,13 55,88 20,59 51,41
Bawang
Daun
Luas Tanam (ha) 3.147 3.549 1.189 4.117 4.003
Luas panen (ha) 2.969 3.512 1.215 4.112 3.970
Produksi (ton) 49.570 54.115 67.900 68.401 57.783
Provitas (Ton/ha) 16,70 15,41 55,88 16,63 14,55
Kembang Kol Luas Tanam (ha) 466 512 575 592 427
Luas panen (ha) 418 511 602 573 449
Produksi (ton) 8.091 9.958 9.777 11.258 8.682
Provitas (Ton/ha) 19,36 19,49 16,24 19,65 19,34
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab. Bandung
79
Komoditi Uraian Realisasi Tahun
2011 2012 2013 2014 2015 1 2 3 4 5 6 7
Petsai/Sawi/Sosin
Luas Tanam (ha) 3.128 3.176 3.635 2.938 2.775
Luas panen (ha) 3.015 3.218 3.476 3.145 2.758
Produksi (ton) 61.396 67.581 71.079 66.486 57.209
Provitas (Ton/ha) 20,36 21,00 20,45 21,14 20,74
Wortel Luas Tanam (ha) 2.131 1.745 2.212 1.914 1.775
Luas panen (ha) 2.006 1.796 2.003 1.924 1.658
Produksi (ton) 42.524 40.316 42.507 40.950 37.587
Provitas (Ton/ha) 21,20 22,45 21,22 21,28 22,67
Lobak Luas Tanam (ha) 376 306 643 504 418
Luas panen (ha) 360 313 512 493 412
Produksi (ton) 8.027 7.228 10.977 10.798 9.281
Provitas (Ton/ha) 22,30 23,09 21,44 21,90 22,53
Kacang Merah
Luas Tanam (ha) 1.547 1.690 1.421 1.837 1.072
Luas panen (ha) 1.191 1.538 1.684 1.795 1.488
Produksi (ton) 10.835 9.833 16.150 18.663 14.878
Provitas (Ton/ha) 90,97 63,93 95,90 103,97 99,99
Kacang
Panjang
Luas Tanam (ha) 179 119 116 142 99
Luas panen (ha) 139 156 145 127 116
Produksi (ton) 2.786 3.620 3.538 3.050 2.634
Provitas (Ton/ha) 20,04 23,21 24,40 24,01 22,71
Jamur Luas Tanam (m2) 8.971 11.413 12.715 48.979 58.408
Luas panen (m2) 8.689 20.205 12.749 41.565 50.618
Produksi (ku) 15.643 29.530 232.460 44.113 643.910
Provitas (kg/m2) 18 14,62 18,23 10,61 12,72
Terung Luas Tanam (ha) 173 160 176 214 134
Luas panen (ha) 143 186 157 202 139
Produksi (ton) 4.673 4.964 4.475 6.801 4.763
Provitas (Ton/ha) 32,68 26,69 28,50 33,67 34,27
Buncis Luas Tanam (ha) 696 850 749 654 584
Luas panen (ha) 639 789 786 660 592
Produksi (ton) 14.857 18.279 18.230 8.390 17.529
Provitas (Ton/ha) 23,25 23,17 23,19 12,71 29,61
Ketimun Luas Tanam (ha) 561 460 471 554 591
Luas panen (ha) 524 538 460 525 562
Produksi (ton) 24.388 18.164 17.340 12.919 24.532
Provitas (Ton/ha) 46,54 33,76 37,70 24,61 43,65
Labu Siam Luas Tanam (ha) 55 87 73 37 28
Luas panen (ha) 62 69 78 42 41
Produksi (ton) 66.493 60.089 59.990 6.040 61.103
Provitas (Ton/ha) 10.724,68 8.708,49 830,59 143,80 1.490,32
Kangkung Luas Tanam (ha) 266 260 457 408 366
Luas panen (ha) 242 255 473 384 371
Produksi (ton) 9.092 9.495 9.326 4.909 8.161
Provitas (Ton/ha) 37,57 37,24 19,72 12,78 22,00
Bayam Luas Tanam (ha) 153 259 206 156 169
Luas panen (ha) 128 267 212 159 162
Produksi (ton) 1.250 2.953 2.124 1.542 2.022
Provitas (Ton/ha) 9,77 11,06 10,02 9,70 12,48
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab. Bandung
80
Komoditi Uraian Realisasi Tahun
2011 2012 2013 2014 2015 1 2 3 4 5 6 7
Seledri Luas Tanam (ha) 1.560 1.516 1.692 1.902 1.675
Luas panen (ha) 1.596 1.441 1.565 1.842 1.750
Produksi (ton) 30.479 28.516 30.099 36.890 36.347
Provitas (Ton/ha) 19,10 19,79 19,23 20,03 20,77
Cabe Rawit Luas Tanam (ha) 432 282 398 530 352
Luas panen (ha) 424 324 331 452 457
Produksi (ton) 11.943 8.150 8.142 3.214 1.289
Provitas (kwt/ha) 68,45 251,54 75,37 71,10 61,27
Jumlah
Komoditas Sayuran
Luas Tanam (ha) 40.671 42.877 43.170 30.428 26.224
Luas panen (ha) 36.361 52.449 43.523 30.773 27.780
Produksi (ton) 717.859 783.488 927.417 682.110 636.603
Provitas (Ton/ha) 19,74 14,94 21,31 22,17 22,92
Stroberi Luas Tanam (ha) 172 148 94 214 137
Luas panen (ha) 188 141 91 108 78
Produksi (ton) 35.342 15.196 15.431 4.361 50.101
Provitas (Ton/ha) 187,99 107,77 169,57 40,38 642,32 Sumber : Bidang hortikultura Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung 2015
Produksi komoditas buah-buahan unggulan Kabupaten Bandung yang
diusahakan seperti alpukat dan durian pada tahun 2015 umumnya dapat
melampaui target akan tetapi realisasi tersebut tidak bisa melampaui pencapain
realisasi tahun 2014, dan ada pula yang tidak bisa melampai target maupun
pencapaian tahun sebelumnya seperti jambu biji, ini kemungkinan besar
disebabkan oleh kondisi alam yang cukup kering diakhir tahun sehingga tanaman
sedikit kekurangan air yang disebabkan oleh sedikitnya ketersediaan air dan
tingginya temperatut/suhu sehingga menyebabkab penguapan air dari tanah dan
tanaman cukup tinggi sehingga mengganggu dalam proses pembungaan dan
pembuahan tanaman, disamping itu pula sudah banyak tanaman yang tua dan
tidak produktif lagi, serta tanaman muda sebagai penggatinya belum produktif
menghasilkan buah. Untuk selengkapnya mengenai realisasi produksi, dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.11 Realisasi Produksi Tanaman Buah-buahan di Kabupaten Bandung
Tahun 2015
URAIAN KOMODITAS
Realisasi Tahun
2011 2012 2013 2014 2015
Produksi (Kuintal)
Produksi (Kuintal)
Produksi (Kuintal)
Produksi (Kuintal)
Tanam Baru
(Pohon)
Tan Meng hasilkan
(Pohon)
Produksi (Kuintal)
Alpukat 78.576 89.107 46.996 638.481 5.970 122.217 109.960
Belimbing 3.236 3.143 6.183 18.062 347 9.791 6.567
Jeruk Besar 9.833 7.671 7.850 9.990 48 9.076 3.567
Pepaya 9.981 9.011 8.257 29.715 1.606 23.557 4.696
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab. Bandung
81
Sumber : Bidang Hortikultura,DISTANBUNHUT Kabupaten Bandung, 2015
Tahun 2015 kembali melanjutkan pengembangan komoditas lokal untuk
menciptakan kawasan buah-buahan lokal di Kabupaten Bandung. Alpukat, jambu
kristal, dan jeruk menjadi komoditas unggulan yang terus dikembangkan. Kertasari
dipusatkan dalam pengembangan komoditi alpukat, mulai dari penangkaran bibit
alpukat hingga pengembangan kawasan. Cileunyi merupakan salah satu produsen
jeruk besar di Kabupaten Bandung diarahkan untuk menghasil bibit spesifik lokal
melalui jeruk besar cikoneng, kemudian di Ciwidey kembali dikembangkan jeruk
dekopon yang akan dijadikan varietas lokal unggulan Kabupaten Bandung.
Stimulan green house, bibit, dan sarana prasarana pendukung lainnya. Kemudian
Cimaung dan Banjaran dikembangkan sebagai sentra jambu kristal/jambu biji.
Bila dilihat dari potensi tanaman hias. Kabupaten Bandung merupakan
salah satu sentra produksi tanaman hias di tingkat Provinsi Jawa Barat dan
Nasional. Produksi komoditas tanaman hias dan obat-obatan unggulan seperti
Anggrek, Krisan dan Mawar. Krisan menjadi primadona pengembangan tanaman
hias yang di fokuskan di kecamatan Ciwidey, Pasirjambu, Cimaung, Nagreg dan
Cicalengka dimulai pada tahun 2014, dengan dibangunnya suatu kawasan
pengembangan seluas lebih kurang 3.000 m2 diperuntukan khusus bagi
pengembangan krisan. Disamping itu karena penangkaran benih, intensifikasi
serta ekstensifikasi merupakan langkah strategis, maka dari tahun 2013 Dinas
Pertanian Perkebunan dan Kehutanan terus berusaha mengembangkan kebun
URAIAN KOMODITAS
Realisasi Tahun
2011 2012 2013 2014 2015 2011 2012
Produksi
(Kuintal)
Produksi
(Kuintal)
Produksi
(Kuintal)
Produksi
(Kuintal)
Tanam Baru
(Pohon)
Produksi
(Kuintal)
Produksi
(Kuintal)
Anggur 4 - 2 - - - -
Durian 12.067 8.722 8.556 61.648 5.189 20.462 18.161
Duku 140 352 384 372 - 940 419
Mangga 27.508 14.466 43.626 95.782 7.634 73.273 23.402
Sawo 3.453 3.747 5.021 28.311 184 8.262 8.426
Melinjo 7.321 4.862 5.075 29.889 60 16.969 5.799
Pisang 150.041 149.856 122.958 2.108.844 68.568 420.536 111.854
Jambu Biji 25.458 17.774 30.848 202.526 44.471 64.646 28.540
Manggis 118 316 112 992 2.278 3.351 2.479
Markisa 132 88 2.314 200 1.500 1.137 281
Petai 20.086 9.781 10.932 54.173 256 37.565 19.450
Rambutan 4.975 4.598 3.272 109.198 261 17.515 14.298
Jambu Air 10.384 4.866 12.441 58.167 2.038 29.111 15.486
Nangka 34.810 35.340 36.922 422.307 1.889 56.009 35.716
Sirsak 3.957 3.907 2.963 5.748 153 11.172 3.563
Jengkol 2.400 1.231 2.164 107.142 0 4.906 4.138
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab. Bandung
82
percobaan yang diperuntukan khusus sebagai laboratorium lapangan tanaman hias
yang bertujuan untuk mengadopsi teknologi dan adaptasi benih/bibit tanaman hias
baru di Kabupaten Bandung.
Komoditas tanaman bio farmaka/tanaman obat di Kabupaten Bandung
pada tahun 2015 yaitu diantaranya jahe, lengkuas dan yang lainnya,
memperlihatkan realisasi produksi yang umumnya meningkat, dan peningkatanya
pun ternyata tidak terlalu signifikan kecuali komoditas jahe yang peningkatannya
cukup tinggi dan signifikan baik itu dibandingkan dengan target maupun realisasi
tahun 2014. Karena kondisi iklim yang cukup kering sehingga ketersedian air dan
faktor lainya seperti pangsa pasar, permodalan, kemudahan dalam hal bibit,
pemeliharaan maupun masalah harga, sehingga dilapangan terjadi penurunana
produksi bila dibandingkan dengan realisasi tahun 2014.
Tabel 4.12 Realisasi Tanaman Hias di Kabupaten Bandung Tahun 2015
No Komoditas
2013 2014 2015
Luas Tanam (m2)
Realisasi Produksi
2013 (Tangkai)
Luas Tanam (m2)
Realisasi Produksi
2014 (Tangkai)
Luas Tanam (m2)
Realisasi Produksi
2015 (Tangkai)
1 Anggrek 2.335 58.538 10.543 98.938 1.439 34.859
2 Anthurium Bunga
119 3.082 16 850 35 2.062
3 Gladiul 219 371 - 320 - 1.170
4 Helicania 396 5.303 101 2.425 123 2.728
5 Krisan 1.249 431.558 10.130 748.174 9.900 2.227.768
6 Mawar 1.142 32.661 97 11.299 160 10.743
7 Melati 140 2.274 - 116 4 271
8 Palem 375 1.774 65 114 35 12.244
9 Sedap Malem 9.234 62.519 7.545 107.248 5.743 107.072
10 Gerbera 1.435 11.893 63 3.326 - 3.496
11 Anyelir 267 11.192 55 641 5 961
12 Dracaena - 34 30 - - -
Jumlah 16.911 621.199 28.645 973.451 17.444 2.403.374 Sumber : Bid. Hortikultura, DISTANBUNHUT Kabupaten Bandung, 2015
Tabel 4.13 Realisasi Produksi Tanaman Obat Tahun 2015
No Komoditas
2013 2014 2015
Luas
Tanam
(m2)
Produksi
Luas
Tanam
(m2)
Produksi Luas Tanam
(m2) Produksi
1 Jahe 103.710 269.910 479.584 828.002 130.390 902.489
2 Lengkuas 97.950 101.729 66.124 489.199 15.933 37.741
3 Kencur 18.126 38.892 14.861 35.276 17.606 10.008
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab. Bandung
83
No Komoditas
2013 2014 2015
Luas
Tanam
(m2)
Produksi
Luas
Tanam
(m2)
Produksi Luas Tanam
(m2) Produksi
4 Kunyit 24.300 104.213 92.338 157.556 67.766 130.452
5 Lempuyang 1.656 8.756 21.151 8.029 13.761 21.104
6 Temulawak 3.952 11.963 24.450 19.857 25.320 69.164
7 Temu Ireng 930 1.628 - 3.495 60 153
8 Kaji Beling 360 2.462 310 242 5.303 10.124
9 Kapulaga 12.835 11.691 31.015 41.439 9.145 117.277
10 Sambiloto 78 725 3.357 3.689 332 1.800
11 Mengkudu/Pace 323 25.891 14.552 763 10.533 39.236
Jumlah 264.220 577.860 747.742 1.587.547 296.149 1.339.548
Sumber : Bid. Hortikultura, DISTANBUNHUT Kabupaten Bandung, 2015
Tanaman Perkebunan
Upaya peningkatan fungsi lahan serta penanaman baru (replanting)
komoditas perkebunan di Kabupaten Bandung dilaksanakan dalam rangka
optimalisasi penggunaan lahan perkebunan yang telah ada, agar supaya terjadi
peningkatan produksi komoditas perkebunan terutama produksi tanaman
perkebunan unggulan Kabupaten Bandung yaitu Teh, Kopi, cengkeh dan Tembakau.
Karena kondisi iklim yang sedikit kurang mendukung untuk berlangsungnya
proses pembungaan dan pembuahan pada tanaman serta adanya serangan OPT pada
komoditi perkebunan, seperti karat daun, hama Pbko, embun jelaga dan kutu dompolan
walau tidak signifikan berpengaruh, tetap saja mempengaruhi terhadap pencapaian
provitas komoditas unggulan perkebunan Kabupaten Bandung. Kecuali komoditi teh,
kopi, cengkeh dan tembakau meningkat dan mampu mencapai/melebihi target serta
pencapaian tahun sebelumnya. Selain faktor yang telah disebutkan diatas, menurunnya
produksi teh bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya adalah karena di Kertasari
pada tahun 2015 ini berlangsung rasionalisasi perkebunan teh rakyat, yang mau tidak
mau, terasa atupun tidak itu menjadi salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya
penurunan produksi teh. Pencapaian produksi tanaman Perkebunan unggulan
(Perkebunan Rakyat) tahun 2015 di Kabupaten Bandung diantaranya ditunjukan
pada tabel berikut:
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab. Bandung
84
Tabel 4.14 Realisasi produksi komoditi perkebunan
NO Jenis
Komoditi
2014 2015
Luas/
Baku
Lahan
(Ha)
Produksi
Hasil
Olahan
(Ton)
Produksi
Bahan
Mentah
(Ton)
Luas/
Baku
Lahan
(Ha)
Produksi
Hasil
Olahan
(Ton)
Produksi
Bahan
Mentah
(Ton)
1 Cengkeh 1.024 118 474 1.024 125 501
2 Kopi 10.273 6.803 27.212 10.273 6.872 27.489
3 T e h 1.701 3.612 18.060 1.701 3.460 17.304
4 Tembakau 1.524 610 3.048 1.524 1.358 6.792
Sumber. Bid. Perkebunan DISTANBUNHUT 2015
Pengembangan Agribisnis Berbasis Komoditas Hortikultura dan Perkebunan
Sejalan dengan pemenuhan dalam pencapaian jumlah produksi,
pengembangan agribisnis berbasis komoditas hortikultura juga menjadi sasaran
dalam pembangunan pertanian, perkebunan dan kehutanan. Pengembangan
agribisnis ditujukan untuk meningkatkan keberdayaan kelembagaan petani.
Manajemen kelembagaan petani dikelola, sehingga terjalin kerjasama/kemitraan
bisnis di antara para pelaku usaha dalam satu kesatuan system agribisnis, di mulai
dari sistem off-farm hulu, on-farm, on-farm hilir dan pasar.
Seperti halnya komoditas tanaman pangan, pengembangan agribisnis
hortikultura dan perkebunan tidak lepas dari pengelolaan faktor-faktor yang
mempengaruhi pada sisi pencapaian produksi. Pengembangan pupuk organik,
pembangunan/rehabilitasi jaringan irigasi dan pengembangan dan penyediaan
sarana produksi benih menjadi fokus utama pada sub sistem off-farm hulu.
Melalui pengembangan agribisnis berbasis hortikultura dan perkebunan
tersebut, beberapa kelompok usaha telah berhasil mengembangkan unit-unit
pasca panen dan pengolahan hasil dalam bentuk rumah kemasan (packing house)
pada komoditas hortikultura dan UPH pada komoditas perkebunan. Kelompok-
kelompok tersebut telah bekerjasama/berkemitraan dengan perusahaan, ekportir,
dan industri pengolahan lainnya. Lebih lanjut, kelompok usaha Jaya Alam Lestari
Kecamatan Pasirjambu telah mendapatkan sertifikat organik untuk produk
hortikulturan sayuran organik.
Pengembangan unit-unit pengolahan hasil dan rumah kemasan diarahkan
untuk meningkatkan nilai tambah produk. Berbagai fasilitasi telah digulirkan pada
kelompok-kelompok usaha hortikultura dan perkebunan. Peningkatan kapasitas
pelaku usaha, stimulan mesin dan alat pasca panen dan pengolahan hasil dan
pengembangan jaringan kerjasama kemitraan. Berikut unit rumah kemasan di
Kabupaten Bandung.
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab. Bandung
85
Tabel 4.15 Rumah Kemasan Hortikultura Kabupaten Bandung
No Unit Rumah
Kemasan Lokasi Komoditi
Tujuan Pasar/
Kemitraan
1. Jaya Alam Lestari Pasirjambu Sayuran Supermarket
2. Madani Pasirjambu Sayuran Lyco Farm
3. Lyco Farm Pasirjambu Sayuran Supermarket
4. Adi Farm Pangalengan Sayuran Alamandah
5. Barokah Tani Agro Pasirjambu Sayuran, Stroberi Luar Bandung
6. Hataki Pasirjambu Sayuran
7. Abo Farm Ciwidey Sayuran Lyco Farm
8. Katata Pangalengan Sayuran
9. Al-ittifaq Rancabali Sayuran
10. Taruna Mulya Pangalengan Sayuran
11. Bongkor Cimenyan Sayuran
12. Patarema Pangalengan Kentang PT. MOU
13. Putra Sari Bumi Kertasari Sayuran
14. Mekartani Cikancung Sayuran MTJ
15. Mandalawangi Cikancung Sayuran
16. Muttaqin Cileunyi Sayuran Keterangan: profil kelompok rumah kemasan bidang hortikultura, 2015
Tabel 4.16 Unit Pengolahan Hasil Perkebunan Kabupaten Bandung
No UPH Lokasi Produksi
(Ton) Tujuan Pasar/
Kemitraan
1. Rahayu Pangalengan 612 Luar Negeri
2. Trikarya Mandiri Ciwidey 360 Luar negeri
3. Pancawargi Ibun 100 Lokal
4. Mekar Saluyu Ciparay 612 Lokal
5. Mekar Tani Kertasari 200 Regional
6. Giri Senang Cilengkrang 84 Regional
7. Margamulya Pangalengan 300 Luar Negeri Keterangan: profil unit pengolahan hasil kopi bidang perkebunan, 2015
Pada tahun 2014 dan 2015, kegiatan gebyar promosi kopi java preanger
Kabupaten Bandung memberikan dampak positif terhadap pengembangan
kemitraan pemasaran hasil kopi, tahun 2014 ini Dinas Pertanian Perkebunan da
Kehutanan mengadakan festival kopi yang bertajuk “Bandung Coffe Festival II
2014” yang bertaraf Internasional. Melalui unit pemasaran Provinsi Jawa Barat,
telah dilaksanakan kerjasama pemasaran kopi dengan Negara Maroko, kemudian
dengan Korea sebanyak 18 ton untuk komoditi kopi java preanger Kabupaten
Bandung.
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab. Bandung
86
Sasaran Strategis 3
Mengembangkan usaha ekonomi produktif dalam upaya stabilitas
kualitas lingkungan hutan dan lahan
Rehabilitasi hutan dan lahan di Kabupaten Bandung dilaksanakan melalui 2
mekanisme pendekatan: (1) pendekatan vegetatif dan (2) pendekatan ekonomi
dengan mengembangkan agribisnis di sekitar hutan. Kedua mekanisme tersebut
saling berkesinambungan dan ketergantungan satu dengan yang lainnya.
Tabel 4.17 Pengukuran sasaran strategis 3 Tahun 2015
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja Target Kinerja
Realisasi
Mengembangkan usaha ekonomi produktif dalam upaya stabilitas kualitas lingkungan hutan dan lahan
Prosentase luas lahan kritis yang tertanami (%)
54,94
79,10
Luas hutan rakyat 5.015 3.967
Sumber: Bidang Kehututanan Distanbunhut 2015
Pengelolaan Lahan Kritis
Adanya praktek-praktek budidaya pertanian yang tidak memperhatikan kaidah-
kaidah konservasi tanah dan air serta banyaknya penelantaran lahan-lahan kering yang
berlangsung dalam jangka waktu yang cukup lama telah mengakibatkan terjadinya
lahan-lahan kritis di Kabupaten Bandung.
Keberadaan lahan kritis di Kabupaten Bandung ini sedikit banyak telah
menyebabkan rusaknya keseimbangan, daya dukung serta daya tampung lingkungan
terutama pada lahan-lahan yang terdapat di daerah-daerah hulu dengan fungsi sebagai
daerah resapan air. Kondisi yang sama pun terjadi di bawah/hilir sungai dengan
ditambah banyaknya pemukiman penduduk di sepanjang daerah aliran sungai (DAS),
keadaan ini pada akhirnya turut berpengaruh sebagai faktor penyebab atau faktor yang
mempercepat terjadinya bencana alam di Kabupaten Bandung seperti banjir, longsor
dan kekeringan, selain itu dari tahun ke tahun ternyata semakin tinggi pula kualitas
pencemaran yang terjadi di beberapa badan sungai di Kabupaten Bandung, baik
pencemaran dari rumah tangga maupun industri.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, Dinas Pertanian Perkebunan dan
Kehutanan berdasarkan Rencana Pengelolaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan
Periode 2011-2015, pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 ini telah
melakukan upaya-upaya untuk mengurangi luas lahan kritis di Kabupaten Bandung
melalui penanaman komoditas tanaman tahunan produktif seperti buah-buahan
dan kayu-kayuan, baik melalui kegiatan yang dibiayai APBD Kabupaten, Provinsi
maupun APBN. Upaya-upaya yang telah dilakukan tersebut berhasil menanami
lahan kritis serta tegalan seluas 6.208 pada tahun 2011, tahun 2012 seluas 6.097
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab. Bandung
87
Hektar, tahun 2013 seluas 15.320 Ha, tahun 2014 seluas 1. 592 dan pada tahun
2015 berhasil melakukan penanaman seluas 3.967 Ha.
Tahun 2015 ini juga dilakukan pengembangan kegiatan lain diantaranya
adalah :
Kegiatan Agroforestry Bantuan Gubernur Jawa Barat Tahun 2015 seluas
50 Ha
Quick Wins Penanganan DAS Citarum Hulu Wilayah Kabupaten Bandung
seluas 3.500 Ha.
Kegiatan PLKSDA DAS Citarum 21 Ha
Kegiatan Rehabilitasi DAS Citarum
Model Desa Konservasi seluas 50 Ha yang terletak di Kecamatan Pasir
Jambu 25 Ha dan Kecamatan Pangalengan 25 Ha.
Program Pembangunan Masyarakat Pedesaan Berbasis Konservasi Ditjen
BPDASPS Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan 30 Ha.
Tabel 4.18 Luas Penanaman Hutan dan Lahan Kritis
No
LUAS PENANAMAN
HUTAN DAN LAHAN KRITIS (KECAMATAN)
2011 2012 2013 2014 2015
(Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha)
1 Arjasari 446,89 212,36 276,14 40 400
2 Baleendah 198,56 75 82,39 2 75
3 Banjaran 0 205 42,95 112 55
4 Bojongsoang 77,27 0 0 0 0
5 Cangkuang 422,5 172,95 76,36 0 145
6 Cicalengka 203,41 248,18 445,68 295 100
7 Cikancung 305,19 252 308,41 77 73
8 Cilengkrang 169,32 52,5 239,32 43 131
9 Cileunyi 484,3 25 115,45 43 5
10 Cimaung 207,73 215 164,77 46 355
11 Cimenyan 297,05 0 21,59 1 70
12 Ciparay 256,82 30 126,55 0 250
13 Ciwidey 356,82 52,5 47,5 2 225
14 Dayeuhkolot 11,81 0 0 0 0
15 Ibun 2,27 302 237,05 45 215
16 Katapang 38,35 0 0 0 0
17 Kertasari 212,5 75,45 154,77 56 155
18 Kutawaringin 108,64 300 10,91 1 190
19 Majalaya 2,27 0 0,91 1 0
20 Margaasih 0 0 115,45 0 0
21 Margahayu 0 0 0 4 0
22 Nagreg 97,15 298,5 173,86 43 45
23 Pacet 716,77 250 312,05 61 665
24 Pameungpeuk 0 25 1,27 5 0
25 Pangalengan 306,82 230 413,41 430 225
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab. Bandung
88
No
LUAS PENANAMAN
HUTAN DAN LAHAN KRITIS (KECAMATAN)
2011 2012 2013 2014 2015
(Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha)
26 Paseh 160,23 200 250,68 140 220
27 Pasirjambu 547,25 150 223,86 5 225
28 Rancabali 230 0 96,59 44 0
29 Rancaekek 0 0 0 1 0
30 Solokanjeruk 0 0 1,14 4 0
31 Soreang 200,91 55 171,14 93 143
32 Tersebar di Kab. Bandung 147,73 2.670,23 1.209,59 0 0
Jumlah 6.208,56 6.096,67 5.319,79 1.594 3.967 Sumber; Bidang Kehutanan Distanbunhut Kab. Bandung 2015.
Saat ini upaya mempertahankan dan melestarikan hutan rakyat diakui
cukup berat dan masih mengalami banyak kendala. Hasil kajian LPM ITB (2001)
menunjukkan gambaran kondisi kerusakan lahan yang diakibatkan oleh
penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah konservasi tanah dan
air serta terjadinya penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan peruntukannya di
Kabupaten Bandung cukup memprihatinkan sehingga menyebabkan tingkat erosi
yang terjadi di Kabupaten Bandung berkisar mulai dari kategori sedang sampai
dengan berat.
Pemberdayaan Masyarakat di Sekitar Hutan dan Kebun
Pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan dan kebun salah satunya
diarahkan untuk menambah penghasilan/pendapatan masyarakat/petani dan juga
diharapkan dapat mengurangi jumlah perambah dan penjarah hutan serta
mencegah terjadinya kembali aktivitas perambahan hutan. Upaya ini dilakukan
melalui program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM). Kontribusi Dinas
Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung dalam mendukung
PHBM di antaranya dilaksanakan melalui:
- Penyediaan bibit kopi, serta pemberian bantuan peralatan pengolahan kopi
- Penyediaan bibit kayu-kayuan seperti; Kicangkudu, Kikancing, Jabon, Kihoe,
Manglid, Petai, Sukun, Nangka dan gmelina.
- Terfasilitasinya budidaya jamur tiram
- Memfasilitasi perkembangan Usaha AUK masyarakat disekitar hutan untuk
usaha budidaya Ulat Sutra dan Jamur Kayu tani diantaranya 2 kelompok tani
dari petani ulat sutra dan 7 kelompok tani jamur kayu.
Pemberdayaan masyarakat disekitar hutan dan kebun ini secara tidak
langsung mampu menurunkan jumlah perambah hutan dimana para perambah itu
umumnya merusak/mengganggu keseimbangan ekosistem hutan, kemudian
dampak lainnya adalah semakin terkendalinya berbagai gangguan terhadap
sumber daya hutan sehingga kerusakan lingkungan dapat diminimalisir dan yang
paling utama adalah mampu meningkatkan pendapatan serta kesejahteraan
petani/masyarakat disekitar hutan.
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab. Bandung
89
4.1.2 Analisis Pencapaian Kinerja Kegiatan
Program/kegiatan Tahun 2015 lebih kurang sama dengan tahun 2014
diarahkan pada penataan kelembagaan pelaku usaha pertanian tanaman pangan,
hortikultura, perkebunan dan kehutanan termasuk didalamnya penguatan
kemitraan atau kerjasama dengan pihak-pihak lain yang dapat mendukung
pembangunan sektor pertanian di Kabupaten Bandung. Berikut analisis pencapaian
kinerja kegiatan Tahun 2015.
Program Peningkatan Ketahanan Pangan
Pada Tahun Anggaran 2015 Program/kegiatan ini terdapat 6 kegiatan yang
mendorong peningkatan ketahanan pangan di kabupaten bandung dan terealisasi
sebesar 91,63 % dari total anggaran kegiatan dengan pelaksanaan fisik 100 %.
Adapun langkah/proses pada program peningkatan ketahanan pangan serta
beberapa sub kegiatan yang telah dilaksanakan adalah sebagai berikut :
1. Persiapan kegiatan.
2. Pelaksanaan kegiatan, meliputi :
a. Kegiatan penentuan angka ramalan/prognosa statistik pertanian tanaman
pangan dan hortikultura. Kegiatan ini dilakukan dalam rangka penentuan
sasaran serta evaluasi terhadap kegiatan serta dampaknya yang diukur
melalui angka statistik, kegiatan ini melibatkan penyuluh PNS dan Non
PNS sebanyak 2 orang per kecamatan.
b. Rapat koordinasi perencanaan pembangunan pertanian. Kegiatan ini
dilakukan dalam rangka merencanakan tentang pembangunan pertanian
tahun 2016 dan menampung aspirasi masyarakat melalui kegiatan
musrenbang. Kegiatan diikuti oleh perwakilan/delegasi dari 31 kecamatan
dan kelurahan, dalam kesempatan ini perwakilan dari masing-masing
bersama dengan personil dari Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan
menentukan prioritas kegiatan yang akan didanai dari sumberdana yang
ada di kabupaten untuk tahun 2017.
c. Terlaksananya tanam padi serempak bersama TNI pada tanggal 19 April
2015 di Desa Tangsimekar Kecamatan Paseh
d. Terlaksananya Sosialisasi Kegiatan Pengendalian OPT/IBK/GUP.
e. Terlaksananya Pengadaan Benih padi unggul sebanyak 12.250 Kg
f. terselenggaranya rakor P2BN
g. Bimtek penerapan Teknologi Budidaya Ubikayu
h. Terfasilitasinya pendampingan klinik tanaman
i. Terfasilitasinya Bimbingan Teknis Penangkaran Tanaman Hias
j. Terfasilitasinya Sarana Prasarana Pengembangan Komoditas Holtikuktura
k. Terfasilitasinya Sarana Pengolahan Pupuk Organik
l. Terlaksananya Pengadaan Benih Padi VUB Kelas SS 1.300 Kg
m. Terlaksananya Pengadaan Benih Padi VUB Kelas ES (label Biru) 7.100 Kg
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab. Bandung
90
3. Evaluasi/keluaran dari kegiatan.
Keluaran dari pelaksanaan program/kegiatan ini diantaranya adalah:
a. Tersajinya Data pokok satatistik pertanian tanaman pangan dan hortikultura.
b. Meningkatnya pemahaman petugas pengumpul data dalam penyusunan
statistik pertanian
c. Tersusunnya buku/laporan rencana kerja Dinas
d. Meningkatnya pengetahuan petani dalam pengolahan hasil terutama
komoditas tanaman pangan serta penurunan kehilangan hasil dari produksi
padi pada saat panen dan pasca panen sebesar 10,02%.
e. Meningkatkan aktivitas ekonomi masyarakat terutama kelompok tani padi dan
palawija dalam penerapan teknologi pertanian di tingkat.
f. Berkembangnya diversifikasi tanaman/pengembangan alternative pangan
selain padi
g. Meningkatnya produktivitas lahan kering dengan adanya penanaman buah-
buahan
h. Berkembangnya unit usaha kelompok tani baik itu dibidang tanaman pangan
hortikultura maupun perkebunan
Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/ Perkebunan
Pada Tahun Anggaran 2015 Progam/kegiatan ini terealisasi sebesar 98,87% dari
total anggaran yang tersedia, Program Peningkatan pemasaran hasil produksi
pertanian/perkebunan ini dilaksanakan dengan dua kegiatan, langkah/proses
pelaksanaa program/kegiatan, sebagai berikut :
1. Pelaksanaan persiapan kegiatan;
a. Pelaksanaan rapat koordinasi;
b. Identifikasi CPCL
2. Pelaksanaan kegiatan, yang meliputi:
a. Terlaksananya Pameran Komoditas Unggulan Dinas Pertanian,
Perkebunan dan Kehutanan Tingkat Kabupaten
b. Terlaksananya Jambore Varietas
c. Terlaksananya Pameran APKASI
d. Terfasilitasinya Kegiatan Adopsi Pengolahan Hasil Holtikultura
3. Evaluasi hasik Kegiatan
Keluaran dari pelaksanaan program/kegiatan, adalah:
a. Terlaksananya penguatan kelembagaan pasar tani
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab. Bandung
91
b. Terjalinnya kerjasama usaha serta meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan petani dalam penguasaan teknologi pasca panen yaitu dalam
pengolahan serta pemasaran hasilnya serta terciptanya masyarakat tani yang
mampu bersinergi, berintergrasi dan berkemitraan dalam meningkatkan
pendapatan masyarakat tani, yang pada akhirnya dapat meningkatkan
pengembangan ekonomi kerakyatan berbasis usaha agribisnis lokal unggulan.
c. Meningkatnya nilai jual dan mutu produk hortikultura sehingga
meningkatkan nilai tambah petani serta berkurangnya resiko kerusakan
produk hortikultura
Program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/ Perkebunan
Pada Program Peningkatan penerapan teknologi pertanian/perkebunan
terdapat 4 kegiatan dalam rangka mendorong peningkatan penerapan teknologi
pertanian sebagai upaya mendukung pembangunan pertanian di Kabupaten
Bandung. Adapun sub kegiatan yang telah dilakukan adalah:
1. Terlaksananya Rapat Koordinasi LP2B
2. Terlaksananya Rapat Koordinasi WISMP
3. Terlaksananya Bimbingan Teknis Teknologi Tepat Guna
4. Terlaksananya Bimbingan Teknis Teknologi Pertanian
5. Tersedianya Bahan Obat-obatan/Pupuk berupa Rodentisida, anti koagulan
Insektisida Fungisida dan Rodentisida/pengasapan
6. Terlaksananya penguatan kelembagaan P3A dan GP3A mitra cai serta
terlaksananya rehabilitasi jaringan irigasi
7. Terlaksananya pengadaan alat mesin pertanian berupa Cultivator sebanyak
33 unit, Pompa Air 4” sebanyak 1 Unit, Hand Sprayer sebanyak 60 unit
Adapun hasil/keluaran dari program/kegiatan ini adalah :
a. Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan kelompok tani serta
terpenuhinya kebutuhan alat dan mesin pertanian bagi petani sehingga
diharapkan mampu mempermudah dan meningkatkan hasil produksi dan
Provitas pertanian.
b. Mampu meningkatkan Indeks Pertanaman di daerah yaitu rata-rata
Kabupaten Bandung sebesar 2,45
c. Meningkatnya kualitas infrastruktur dasar pertanian.
Program Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan
Terdapat 3 (tiga) kegiatan dan terealisasi sebesar 77,50% anggaran pada
Program Peningkatan produksi pertanian/perkebunan ini, progres pelaksanaan sub
kegiatan adalah sebagai berikut:
1. Terlaksananya Peningkatan Produktivitas Komoditas Tembakau lokal
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab. Bandung
92
2. Terlaksananya Peningkatan Kualitas Produk dan SDM Tembakau
3. Terlaksananya Panen Raya Kopi 1 kali kegiatan
4. Terbangunnya Sarana Pengairan Berupa Embung di Kawasan Sayuran
sebanyak 1 unit
5. Tersedianya Tenaga Pembantu/Pendukung Pengelola Kegiatan
Pengembangan Hortikultura (Perencanaan dan Administrasi)
6. Tersedianya Tenaga Pengelola/Pemeliharaan Kebun Bibit Dinas Pertanian,
Pekebunan dan Kehutanan
Keluaran dari pelaksanaan program/kegiatan ini diantaranya, adalah:
a. Terlaksanaya pengembangan kawasan sayuran khas lokal
b. Bertambahnya kapasitas dari green house pembibitan hortikultura
c. Meningkatnya pemahaman petani tembakau dalam melaksanakan kegiatan
di lapangan
d. Meningkatnya PSK petani terhadap komoditas kopi dalam pembibitan,
pemeliharaan serta pemasaran dilihat dari sudut pandang ekonomi
Program Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan -
Pengembangan Hasil Hutan Non Kayu
Pada program pemanfaatan sumberdaya hutan terdapat 1 kegiatan yang
berfokus pada pemanfaatan hasil hutan kayu dan non kayu, kegiatan ini mencapai
realisasi sebesar 97,48 % dari anggaran, yang digunakan untuk membiayai kegiatan
sebagai berikut:
a. Pelaksanaan persiapan kegiatan;
(1) Pelaksanaan rapat koordinasi;
(2) Identifikasi CP/CL;
(3) Penyusunan juklak dan juknis.
b. Pelaksanaan kegiatan, yang meliputi Terlaksananya Budidaya Aneka Usaha
Kehutanan Non Kayu meliputi usaha budidaya jamur dan lebah madu
Keluaran dari pelaksanaan kegiatan Pengembangan Hasil Hutan Non Kayu
adalah; Meningkatnya pendapatan masyarakat pedesaan di sekitar hutan serta
terlaksananya pembibitan tanaman kehutanan.
Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan
Pada Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan terdapat 5 kegiatan.
Pelaksanaan kegiatan-kegiatan di dalam program tersebut sangat banyak
dipengaruhi oleh iklim dan musim, keberhasilan penanaman pada tingkat lapangan
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab. Bandung
93
sangat besar dipengaruhi oleh fase penanaman yang tepat, yaitu penanaman pada
saat musim hujan sudah mulai stabil. kegiatan pada program ini meliputi :
1. Terlaksananya Bimbingan Teknis RHL
2. Tersedianya benih tanaman kehutanan dan tersedianya sarana pembuatan
pembibitan tanaman kehutanan
3. Terlaksananya pemberdayaan masyarakat/kelompok tani penghijauan
4. Terlaksananya RHL (rehabilitai lahan)
Keluaran dari pelaksanaan kegiatan ini diantaranya adalah:
a. Meningkatnya kesejahteraan masyarakat/kelompok tani penghijauan
b. Berkurangnya lahan kritis
c. Meningkatnya kepedulian masyarakat terhadap lingkungan
d. Tertanaminya lahan kritis seluas 3.967 hektar.
e. Tersedianya Dokumen Rencana Strategis Pengelolaan Kawasan Lindung
(RSPKL) dan Rencana Tindak Pengelolaan Kawasan Lindung (RTPKL) untuk
jangka waktu 2015 – 2019 wilayah kabupaten.
Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Hutan
Pada Program perlindungan dan konservasi sumberdaya hutan hanya
terdapat 2 kegiatan saja dan beberapa sub kegiatan yang sudah terlaksanakan
sebesar 99,58% dari total anggaran, diataranya adalah sebagai berikut:
1. Terlaksananya Sosialisasi dan Pembinaan Masyarakat Desa Sekitar
Hutan/Kelompok Tani Hutan (KTH)
2. Terlaksananya Study Banding Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran
Hutan dan Lahan 3 Hari x 25 Orang
Hasil dari pelaksanaan kegiatan sosialisasi Pencegahan dan Dampak
Kebakaran Hutan dan Lahan adalah tersedianya peralatan monitoring kegiatan dan
pengendalian kebakaran hutan dn lahan, tersosialisasikanya undang-undang
tentang pencegahan dan pemberantasan perusakan hutan melalui himbauan dan
penyuluhan, mengetahui tipe aktifitas masyarakat yang memungkinkan menjadi
sumber api dalam kebakaran hutan dan lahan.
Program Perencanaan dan Pengembangan Hutan
Pada porgram ini terdapat satu kegiatan berupa Pendampingan kelompok
usaha perhutanan rakyat. Kegiatan ini sebagai dukungan terhadap kegiatan PLKSDA-
BM dengan sumber dana dari BANGDA Kemendagri. Terealisasi sebesar 53,65% dari
totang anggaran. Adapun langkah/proses kegiatanya adalah sebagai berikut:
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab. Bandung
94
a. Pelaksanaan persiapan kegiatan;
Identifikasi CP/CL;
Penyusunan juklak dan juknis.
b. Pelaksanaan kegiatan, yang meliputi:
- Terlaksananya pengembangan kelembagaan petani
- Terbentuknya kelompok masyarakat pecinta lingkungan
- Terlaksananya workshop PLKSDA – BM
Hasil dari pelaksanaan kegiatan sosialisasi pendampingan kelompok usaha
perhutanan rakyat adalah diantaranya terbentuknya kelompok masyarakat pecinta
lingkungan yang produktif.
4.2. Analisa Pencapaian Struktur Ekonomi
Perkembangan sektor pertanian (tanaman pangan, hortikultura)
perkebunan dan kehutanan dalam pembangunan daerah Kabupaten Bandung
khususnya di bidang perekonomian diantaranya dapat dilihat melalui
perkembangan indikator-indikator yang mengusungnya, seperti kontribusinya
dalam pembentukan PDRB, LPE, kesempatan kerja dan perdagangan, disamping
itu perkembangan sektor pertanian juga dapat dilihat dari kontribusinya dalam
pembangunan ekonomi, ketahanan pangan dan pelestarian lingkungan hidup di
Kabupaten Bandung.
Hasil pelaksanaan Program Pembangunan Pertanian pada Tahun 2014 dan
2015, secara nyata memberikan konstribusi terhadap Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) pada tahun 2014 mencapai 7,78 persen dan tahun 2015 mencapai
7,55 persen (berdasarkan harga berlaku, 2015 angka sangat sementara), tahun
2015 ini sektor pertanian mengalami perlambatan nilai LPE. Sektor pertanian yang
merupakan nomor tiga sebagai kontributor dalam struktur perekonomia
Kabupaten Bandung mengalami perlambatan pertumbuhan dari 7,78 persen tahun
2014 menjadi 7,55 persen di tahun 2015, melemahnya sektor pertanian di tahun
2015 ini dipengaruhi oleh menurunnya pertumbuhan dari sub sektor tanaman
bahan makanan dan sub sektor kehutanan, tapi ditunjang juga oleh pelemahan
sub sektor listrik bahkan mengalami pertumbuhan yang negative (PDRB/Analisis
Pembangunan Ekonomi BPS Kab. Bandung 2015)
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab. Bandung
95
Tabel 4.19 PDRB Kabupaten Bandung Berdasarkan Harga Berlaku N
o Lapangan Usaha
Tahun
2011 2012 2013 2014 2015**
A1
Pertanian (Tan Bahan
Makanan, Perkebunan dan Kehutanan)
3,452,210.59 3,939,399.23 4,550,897.00 4,907,635.29 5,227,820.55
1 Pertanian 3,978,936.25 4,518,784.28 5,171,870.00 5,672,739.51 6,096,809.16
2 Pertambangan dan Penggalian 642,359.10 686,014.49 673,133.71 657,379.05 714,839.97
3 Industri pengolahan 30,116,379.01 32,915,231.13 36,721,871.46 40,595,513.08 44,208,777.89
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 824,630.98 954,918.90 1,166,432.32 1,282,638.54 1,405,950.27
5 Bangunan/Kontruksi 852,508.61 947,236.94 1,143,674.37 1,294,611.80 1,447,356.56
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran
8,920,233.69 10,436,027.24 11,795,595.18 14,326,868.98 16,615,938.52
7 Pengangkutan dan Komunikasi 2,159,485.64 2,374,097.92 2,659,942.03 3,046,424.06 3,469,128.60
8 Keuangan, Persewaan dan
Jasa Perusahaan 990,504.14 1,123,606.62 1,217,604.86 1,337,369.83 1,471,507.11
9 Jasa-jasa 2,806,725.22 3,115,489.15 3,783,648.37 4,731,802.73 5,332,478.89
PDRB Tanpa Migas 45,586,296.79 50,735,042.57 56,484,180.32 63,759,934.76 80,140,267.37
PDRB dengan Migas 46,092,238.72 51,291,762.65 57,071,406.68 64,333,772.50 80,752,786.97
Tabel 4.20 PDRB berdasarkan harga konstan
No Lapangan Usaha Tahun
2011 2012 2013 2014 2015**
A1 Pertanian (Tan Bahan Makanan, Perkebunan dan
Kehutanan)
1,445,611.39 1,536,322.36 1,618,127.00 1,627,319.16 1,616,247.88
1 Pertanian 1,688,263.14 1,787,255.22 1,875,353.00 1,917,297.12 1,930,048.59
2 Pertambangan dan Penggalian 291,397.20 286,309.40 274,200.00 267,532.18 273,631.52
3 Industri pengolahan 13,857,488.88 14,605,911.06 15,340,747.00 16,115,189.76 16,811,418.81
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 428,521.96 482,230.40 521,716.00 450,910.38 476,322.25
5 Bangunan/Kontruksi 411,973.98 432,749.38 471,553.00 515,076.89 557,926.08
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran
3,748,625.24 4,073,645.70 4,444,168.00 4,897,376.79 5,337,415.56
7 Pengangkutan dan Komunikasi
960,418.42 1,036,304.54 1,103,080.00 1,192,305.82 1,302,939.43
8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
508,799.47 550,913.19 572,224.00 608,133.47 657,267.06
9 Jasa-jasa 1,130,748.84 1,187,903.28 1,298,130.00 1,471,892.96 1,590,439.03
PDRB Tanpa Migas 21,495,196.73 22,782,763.18 24,208,462.46 25,676,876.00 28,708,846.05
PDRB dengan Migas 21,734,661.19 23,026,237.14 24,443,222.17 25,901,172.00 28,937,408.32
Tabel 4.21 Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Bandung (Persentase)
No Lapangan Usaha
Tahun - Atas Dasar Harga Berlaku
Tahun - Atas Dasar Harga Konstan
2014 2015 2014 2015**
A1 Pertanian (Tan Bahan Makanan, Perkebunan dan Kehutanan)
6.73 6.47 5.94 5.59
1 Pertanian 7.78 7.55 6.99 6.67
2 Pertambangan dan Penggalian 0.90 0.89 0.98 0.95
3 Industri pengolahan 55.65 54.75 58.74 58.10
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 1.76 1.74 1.64 1.65
5 Bangunan/Kontruksi 1.77 1.79 1.88 1.93
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 19.64 20.58 17.5 18.44
7 Pengangkutan dan Komunikasi 4.18 4.30 4.35 4.50
8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
1.83 1.82 2.22 2.27
9 Jasa-jasa 6.49 6.59 5.36 5.50
PDRB Tanpa Migas 99.23 99.24 99.20 99.21
PDRB dengan Migas 100.00 100.00 100.00 100.00 Sumber : Produk Domestik regional Bruto Kabupaten bandung 2014, BPS Kabupaten Bandung (**Angka Sementara).
PDRB sektor pertanian Kabupaten Bandung tahun 2015 mengalami
peningkatan dari tahun 2014, namun dari segi kontribusi PDRB seperti dibahas
sebelumnya diatas Pertanian terhadap PDRB Kabupaten Bandung mengalami
penurunan sebesar 0,23 (Bhn Makanan, Perkebunan dan Kehutanan) bila
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab. Bandung
96
dibandingkan dengan Tahun 2014. Sampai saat ini, penyumbang terbesar
terhadap PDRB tahun 2015 (harga berlaku) sektor pertanian di Kabupaten
Bandung adalah produksi pertanian tanaman pangan, disusul oleh produksi
perkebunan, peternakan, perikanan dan terakhir produksi kehutanan, dan PDRB
Kabupaten Bandung juga dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan dan
Sektor Pertanian masih tetap menempati posisi ketiga terbesar dibawah Sektor
Industri Pengolahan serta Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran.
Sektor Pertanian dalam Struktur Ekonomi Kabupaten Bandung Tahun 2015
Pertanian Pertambangan dan Penggalian
Industri pengolahan
Listrik, Gas dan Air Bersih
Bangunan/Kontruksi
Perdagangan, Hotel dan Restoran
Pengangkutan dan
Komunikasi
Keuangan, Persewaan dan
Jasa PerusahaanJasa-jasa
Distribusi Pertanian terhadap Persentase PDRBKab. Bandung Tahun 2015 ADH Berlaku (Persen)
a. Tanaman Bahan Makana
n86%
b. Perkebunan14%
d. Kehutanan0%
Other0%
Kontribusi Sub Sektor Pertanian pada LPE 2015
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab. Bandung
97
Hasil Sensus Pertanian 2013 BPS Kabupaten Bandung, menunjukkan
bahwa sektor pertanian tetap merupakan sumber matapencaharian sebagian
penduduk Kabupaten Bandung tercatat sebanyak 141.747 rumah tangga usaha
pertanian pengguna lahan dan rumah tangga usaha pertanian gurem sebanyak
114.213 Rumah Tangga sisa nya didominasi oleh kegiatan industri, buruh dan
perdagangan. Informasi ini menunjukkan peran dominan kegiatan pertanian dalam
struktur ekonomi rumah tangga pedesaan dan pertumbuhan perkonomian daerah.
namun demikian, dari hasil sensus pertanian 2013 ini tercatat bahwa jumlah
petani di Kabupaten Bandung ini turun sekitar 24% dari hasil sensus pertanian
tahun 2003, jumlah petani terbanyak ada di Kecamatan Pangalengan dan Pacet
masing-masing sebanyak 12.309 dan 13.019 orang (ST 2003), dan pada tahun
2013 ini jumlah petani di Pangalengan meningkat 3,5% menjadi 12.740 orang
serdangkan di Pacet menurun 17% menjadi 10.695 orang, danternyata jumlah
petani gurem paling banyak ada di Kecamatan Pacet yaitu sebanyak 11.435 orang
dan sekarang hanya 9.300 orang.
Seiring dengan meningkatkan peran sektor pertanian terhadap PDRB
Kabupaten Bandung serta meningkatnya kinerja sektor pertanian pada tahun 2014
dan 2015, yang ditandai dengan adanya akserelasi pertumbuhan PDRB terutama
ADH Berlaku, penting pula dilihat struktur mata pencaharian penduduk
berdasarkan lapangan usaha, dan berdasarkan data dari BPS (suseda 2011),
sektor pertanian mampu menyerap/menyediakan lapangan kerja bagi 20,66 %
penduduk Kabupaten Bandung. Selain berperan dalam memberikan lapangan
pekerjaan bagi masyarakat, sektor pertanian pun terbukti relatif paling tahan
terhadap krisis dibandingkan dengan sektor lainnya.
Dengan berdasarkan pada hal-hal tersebut diatas maka sektor pertanian
masih sangatlah layak untuk lebih dikembangkan lagi menjadi core bisnis di
Kabupaten Bandung. Selain itu Sektor pertanian pun merupakan sektor yang
cukup stategis yang harus didukung keberlangsungannya sebagai faktor
pendorong paling utama dalam percepatan pembangunan perdesaan.
Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE)
Dalam mengukur upaya kemajuan pembangunan di bidang pertanian
adalah dengan mengamati konstribusi PDRB sub sektor pertanian terhadap PDRB
Kabupaten Bandung yang ditandai dengan meningkat, menurun atau tetap
sebagai hubungan timbal balik antara nilai PDRB dengan konstribusi kinerja Dinas
Pertanian Perkebunan dan Kehutanan. Pada Tahun 2015 hampir sama dengan
tahun 2014 yaitu terjadi kondisi iklim yang kering sehingga curah hujan menjadi
sangat sedikit bahkan sampai bulan november 2015 curah hujan masih sangat
rendah intensitasnya, gejolak ekonomi global dan bencana alam, sehingga secara
tidak langsung mempengaruhi pencapaian Laju Pertumbuhan Ekonomi, LPE sektor
pertanian mengalami pertumbuhan positif walaupun melambat dari tahun
sebelumnya, namun LPE Kabupaten Bandung secara keseluruhan pada tahun
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab. Bandung
98
2011 sampai tahun 2015 terus mengalami peningkatan walapun masih mengalami
akserelasi perlambatan dalam laju pertumbuhannya.
Tabel 4.22 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bandung Tahun 2011-2015
o Lapangan Usaha Tahun(Juta Rupiah) Atas Dasar Harga Konstan
2011 2012 2013 2014* 2015**
1 Pertanian 5.38 5.23 4.93 2.24 0.67
2 Pertambangan dan Penggalian 3.00 - - 0.00 2.28
3 Industri pengolahan 5.19 5.40 5.03 5.05 4.32
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 8.21 12.53 8.19 0.00 5.64
5 Bangunan/Kontruksi 8.10 5.04 8.97 9.23 8.32
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 7.88 8.86 9.10 10.20 8.99
7 Pengangkutan dan Komunikasi 7.62 7.90 6.44 8.09 9.28
8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 7.15 9.09 3.87 6.28 8.08
9 Jasa-jasa 6.99 5.05 9.28 13.39 8.05
PDRB Tanpa Migas 5.88 5.94 6.15 6.07 5.49
No Lapangan Usaha Tahun (Persen) Atas Dasar Harga Berlaku
2011 2012 2013 2014 2015**
1 Pertanian 7,76 7,92 8,00 7,78 7,55
2 Pertambangan dan Penggalian 1,25 1,20 1,04 0,90 0,89
3 Industri pengolahan 58,72 57,67 56,79 55,65 54,75
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 1,61 1,67 1,80 1,76 1,74
5 Bangunan/Kontruksi 1,66 1,66 1,77 1,77 1,79
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 17,39 18,29 18,75 19,64 20,58
7 Pengangkutan dan Komunikasi 4,21 4,16 4,11 4,18 4,30
8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 1,93 1,97 1,88 1,83 1,82
9 Jasa-jasa 5,47 5,46 5,85 6,49 6,59
PDRB Tanpa Migas 98.91 98,97 99,11 99,23 99,24
Dalam perdagangan lokal, regional, nasional maupun ekspor, sektor
pertanian Kabupaten Bandung merupakan salah satu pemasok utama komoditi
beras dan sayuran dataran tinggi maupun dataran rendah bagi daerah
perkotaan/konsumen potensial seperti : Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi,
serta pasar lokal baik di Kota Bandung, Kota Cimahi ataupun di Kabupaten
Bandung Barat serta pasar-pasar di Kabupaten Bandung sendiri, kemudian kopi
berhasil ekspor ke taiwan korea dan maroko.
Untuk komoditas beras, sampai saat ini Kabupaten Bandung memasok
kurang lebih 50-70 ton per hari ke Pasar Induk Beras Cipinang Jakarta.
Sedangkan pada komoditas sayuran, 50% produksi sayuran Kabupaten Bandung
dijual ke pasar Jakarta dan sekitarnya, 25% dijual ke pasar Kota Bandung dan
sisanya dijual ke pasar lokal di Kabupaten Bandung dan Bandung Barat, khusus
untuk komoditas kentang, Kabupaten bandung merupakan penghasil produksi
tertinggi di Jawa Barat, sedangkan sebagian dari komoditas Perkebunan (sepert
teh, kopi, cengkeh) dan Hortikultura (sayuran dan buah-buahan) baik yang berasal
dari perkebunan Negara, perkebunan besar swasta dan perkebunan rakyat
merupakan komoditas yang sebagian di ekspor.
BAB V PERMASALAHAN DAN UPAYA PEMECAHANNYA
Laporan Tahun 2015 Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan
Kabupaten Bandung
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab.Bandung
99
BAB V PERMASALAHAN
DAN UPAYA PEMECAHANNYA
5.1. Permasalahan dan Upaya Pemecahannya
Dalam pelaksanaan berbagai program kerja pembangunan pertanian di
Kabupaten Bandung tahun 2015 dihadapi berbagai hambatan dan permasalahan
yang pada dasarnya masih banyak kesamaan dengan tahun sebelumnya, di
antaranya yaitu :
a. Fluktuasinya iklim di Kabupaten Bandung seperti terjadinya kemarau yang
cukup panjang sehingga mengakibatkan ketersediaan air kurang pada lahan
pertanian, ataupun pada musim hujan yang cukup deras serta panjang
sehingga menimbulkan banjir dan menggenangi sawah. Hal ini coba diatasi
dengan mendirikan/membangun embung-embung yang jika musim hujan
dengan air berlimpah bisa dijadikan tempat penampungan air sehingga
banjir bisa diminimalisasi dan jika kemarau tiba air dalam embung tersebut
bisa digunakan untuk mengairi/menyiram tanaman pertanian, pembangunan
sumur pantek serta membangun/memperbaiki saluran-saluran air/irigasi baik
itu dengan kirmir ataupun JITUT dan JIDES sehingga tingkat kehilangan air
pada musim kemarau bisa diminimalisasi, penyedian pompa-pompa air
untuk antisipasi kekeringan, dan juga dilakukannya pergeseran/pergantian
pola tanam.
b. Penerapan Teknologi belum Optimal. Penerapan teknologi terutama teknologi
unggul tepat guna, spesifik lokasi, efisien dan ramah lingkungan, baik pada
tahapan pra produksi, produksi, pengamanan hasil, maupun pasca panen masih
belum optimal dan merata diterapkan di berbagai lokasi. Paket teknologi yang
diterapkan sebagian besar masih bersifat rekomendasi umum. Rendahnya
penggunaan teknologi ini disebabkan berbagai keterbatasan seperti permodalan,
aksesibilitas terhadap sumber informasi, teknologi spesifik lokasi, keterampilan
petani, dan insentif harga yang diterima. Selain itu, teknologi yang
dikembangkan selama ini masih terfokus pada tipologi lahan sawah, sedangkan
pada lahan kering yang cukup potensial belum banyak berkembang. Untuk
menanggulanginya, terus melakukan penyuluhan, sosialisasi serta bimbingan
teknis dan terus pula meningkatkan kerjasama dengan lembaga-lembaga
pendidikan dan latihan/perguruan tinggi.
c. Belum tercapainya kontinuitas serta kualitas produksi yang maksimal
sehingga dipasaran bebas kita masih kalah bersaing dengan yang lain dan
mengakibatkan harga jual pun menjadi minimal, Hal ini coba diatasi dengan
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab.Bandung
100
pembentukan forum/kemitraan dengan para pelaku pasar serta
pembangunan rumah kemasan.
d. Masih terjadinya fluktasi harga akibat dari cara serta pola tanam para petani,
untuk mengatasi hal tersebut dilakukan kerjasama/kemitraan dengan pihak
lain serta secara intensif malakuan penyuluhan akan pentingnya cara, jadwal
serta pola tanam yang dilakukan, dan juga dilakukannya perbaikan dan
peningkatan insfrastruktur pengairan pertanian.
e. Belum optimalnya diversifikasi konsumsi pangan penduduk yang masih
didominasi oleh kelompok bahan pangan padi-padian. Untuk mengatasi hal
tersebut ditempuh melalui peningkatan diversifikasi baik produksi bahan
pangan maupun diversifikasi konsumsi melalui penyuluhan yaitu pentingnya
diversifikasi non pangan diantaranya kelompok pangan hewani.
f. Terus menyusutnya lahan pertanian dari tahun ke tahun karena perubahan
fungsi dari lahan pertanian ke non pertanian. Untuk mengatasi hal tersebut
dilakukan kegiatan program peningkatan intensifikasi dan ekstensifikasi
pertanian, penaikan indeks pertanaman (IP) dan diversifikasi usaha tani.
Laporan Tahun 2013
BAB VI PENUTUP
Laporan Tahun 2015 Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan
Kabupaten Bandung
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab, Bandung
101
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Dari uraian yang telah disajikan, dapat ditarik kesimpulan bahwa secara
keseluruhan baik kinerja kegiatan maupun kinerja pencapaian sasaran dalam
pelaksanaan APBD, APBD I, APBD II maupun APBN di Kabupaten Bandung yang
dilaksanakan oleh Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan pada tahun 2015 dapat
dikatakan telah memperlihatkan kinerja / hasil yang cukup baik dan maksimal sesuai
dengan rencana tingkat capaian (target) yang telah ditetapkan, baik pada indikator
input, output, outcome, benefit maupun impact. Demikian pula halnya dengan kinerja
pencapaian sasaran pembangunan pertanian yang umumnya telah mampu memenuhi
bahkan ada yang melebihi sasaran yang telah ditetapkan sesuai dengan rencana
strategis dan arah kebijakan umum.
Pada tahun 2015, ketersediaan pangan yang diindikasikan oleh jumlah
produksi tanaman pangan mengalami pertumbuhan positif dan melebihi target
kinerja yang telah ditetapkan. Pencapaian jumlah hasil produksi padi sampai
Desember 2015 ini mencapai 546.594 ton dari sasaran yang ditetapkan yaitu
508.241 ton GKG dengan produktivitas sebesar 63,84 kuintal/hektar. Pencapaian
ini diantaranya disebabkan oleh adanya perlakuan dan langkah strategis dalam
peningkatan produktivitas lahan dan komoditas padi serta penurunan persentase
kehilangan hasil akibat proses pasca panen dan pengolahan hasil.
Sedangkan realisasi produksi jagung mencapai 43.494 ton pipilan kering.
Hasil panen jagung terbagi ke dalam dua bentuk produk jagung yaitu yang
dipanen muda dan jagung dalam bentuk pipilan kering. Pada tahun 2015 ini
panen jagung pipilan kering ternyata menurun bila dibandingkan dengan tahun
2014, karena panen jagung mudanya serta tanaman jagung yang dijadikan
sayuran cukup besar, ini terjadi karena budidaya jagung muda ternyata dianggap
petani dari segi ekonomi lebih menguntungkan daripada pipilan kering apalagi
dari segi waktu budidaya yang cukup singkat serta sedikit/minimalnya perlakuan
terhadap jagung yang dipanen muda, kemudian petani di daerah ternyata lebih
tertarik menanam jagung lokal atau jagung manis serta jagung sayur atau
banyak pula yang yang langsung beralih komoditas kepada sayuran, yang
dianggap lebih menguntungkan serta lebih mudah dalam segi pemeliharaan dan
pemasarannya daripada jagung yang dipanen kering, sedangkan yang masuk
hitungan statistik hanyalah jagung yang dipanen kering, jadi otomatis sangat
berpengaruh terhadap besaran produksi jagung. Tahun 2015 ini hanya sebagian
kecil petani yang mau menanam jagung hibrida serta menerima program dari
pemerintah diantaranya hanya di kecamatan Nagreg, Cikancung dan Cicalengka
yang masih banyak petani yang menanam jagung dipanen kering.
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab, Bandung
102
Lebih lanjut, Penanganan panen dan pasca panen di Kabupaten Bandung
pada tahun 2015 terutama untuk komoditas padi memperlihatkan perkembangan
yang cukup mengembirakan, hal ini salah satunya dapat dilihat dari tingkat
penurunan angka kehilangan hasil dalam hal pemanenan serta pengolahan pasca
panennya. Kemudian pengembangan hortikultura memperlihatkan geliat laju
pertumbuhan yang positif. Sayuran serta buah-buahan lokal telah menjadi primadona
pengembangan di Kabupaten Bandung. Berbagai kegiatan telah dilaksanakan seperti
pengembangan intensifikasi dan ekstensifikasi termasuk pengembangan penangkaran
benih/bibit hortikultura.
Tahun 2015 juga menjadi ajang pengembangan lanjutan untuk
menciptakan kawasan buah-buahan lokal di Kabupaten Bandung, Alpukat, jambu
kristal, dan jeruk menjadi komoditi unggulan yang dikembangkan. Kertasari
dipusatkan dalam pengembangan alpukat. Mulai dari penangkaran bibit alpukat
hingga pengembangan kawasan. Cileunyi merupakan salah satu produsen jeruk
besar di Kabupaten Bandung diarahkan untuk menghasil bibit spesifik lokal
melalui jeruk besar cikoneng, kemudian Pasirjambu ddengan jeruk dekopon.
Stimulan green house, bibit, dan sarana prasarana pendukung lainnya. Cimaung
dan Banjaran dikembangkan sebagai sentra jambu kristal/jambu biji. Tanaman
hias juga terus dikembangkan diantaranya adalh krisan yang terus
dikembangkan di Ciwidey, Pasirjambu, Pangalengan dan Nagreg.
Oleh karena itu pengembangan unit-unit pengolahan hasil dan rumah
kemasan terus dikembangkan dan diarahkan untuk meningkatkan nilai tambah
produk, berbagai fasilitasipun telah digulirkan pada kelompok-kelompok usaha
hortikultura dan perkebunan, seperti peningkatan kapasitas pelaku usaha,
stimulan mesin dan alat pasca panen serta pengolahan hasil, ataupun unit rumah
kemasan serta sarana dan prasaranaya.
Pada urusan kehutanan, lahan kritis yang tertanami seluas 3.967 hektar.
Pola kemitraan antara pemerintah, stakeholder, dan masyarakat diterapkan
untuk mempercepatkan proses penanaman lahan kritis tersebut. Disamping itu,
pendekatan vegetatif dan ekonomi dipilih sebagai upaya langkah aksi untuk
merehabilitasi hutan dan lahan di Kabupaten Bandung.
Namun demikian, tercatat juga beberapa kekurang berhasilan dalam
pelaksanaan kegiatan pembangunan pertanian di Kabupaten Bandung tahun 2015,
diantaranya adalah masih adanya beberapa komoditas pertanian yang belum mampu
mencapai produksi sesuai dengan target yang ditentukan. Kondisi tersebut
diantaranya disebabkan oleh kekurangcocokan petani dengan program/bantuan yang
ada misalnya pada komoditas jagung hibrida, fluktuasi harga komoditas di pasaran
dan juga sebagian besar lagi diakibatkan oleh keadaan alam yang berfluktuasi secara
ekstreem dan itu semua belum mampu kita tangani serta memanipulasinya keadaan
cuaca secara baik.
Kondisi iklim pada MT. 2014/2015 ternyata cukup baik karena kemarau
yang cukup panjang pada akhir tahun ini sudah masuk ke MT. 2015/2016
Laporan Tahun 2015
Distanbunhut Kab, Bandung
103
sehingga walau berpengaruh besar akan tetapi pembudidayaan padi/tanaman
pangan lainnya bisa berlangsung dan menghasilkan produksi, walaupun pada
beberapa titik sentra produksi ada yang mengalami puso akibat kekeringan.
Lebih lanjut, upaya yang dilakukan untuk meningkatkan luas tanam adalah
melalui peningkatan indeks pertanaman padi. Peningkatan IP tersebut
dilaksanakan dengan diiringi perbaikan/rehabilitasi jaringan irigasi dan atau
pembangunan jaringan irigasi baru untuk meningkatkan efektivitasnya. Dengan
demikian, dampak negatif dari alih fungsi lahan terhadap pencapaian jumlah
produksi tanaman pangan, khususnya padi masih bisa diminimalisasi melalui
peningkatan IP dan peningkatan produktivitas, disamping pengendalian OPT
secara bersama-sama/sabilulungan.
Selain itu kondisi petani yang umumnya memiliki lahan usahatani yang
sempit dan permodalan yang minim, mengakibatkan produktivitas, efisiensi dan
pendapatannya sulit untuk dtingkatkan secara maksimal. Kondisi ini diperkirakan akan
menjadi masalah serius dan bertambah serius di masa yang akan datang mengingat
alih fungsi lahan pertanian menjadi non-pertanian terutama oleh pemukiman
penduduk serta sarana prasarana penunjang lainnya sampai saat ini terus
berlangsung dan tidak bisa dihindari. Kemudian penerapan teknologi pertanianpun
belum optimal terlaksana terutama teknologi unggul tepat guna, spesifik lokasi, efisien
dan ramah lingkungan. Baik itu pada tahapan pra produksi, produksi, pengamanan
hasil, maupun pasca panennya.
6.2 Saran
Sehubungan dengan hal tersebut, maka pelaksanaan kegiatan pembangunan
pertanian di Kabupaten Bandung di tahun-tahun mendatang masih perlu difokuskan
diantaranya untuk upaya-upaya :
a. Peningkatan akses para petani ataupun kelompok tani dalam kepemilikan
sarana produksi serta pasca panen pertanian.
b. Peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan sumber daya pertanian, baik
petugas maupun petani melalui pembinaan dan bimbingan teknis, penyuluhan
pertanian, serta pengembangan sarana dan prasarana yang dibutuhkan.
c. Memperkuat dan memfasilitasi kelembagaan petani dan usahatani.
d. Pendampingan dan dukungan dari semua pihak terkait terutama pemerintahan
dalam memfasilitasi serta menjalankan kebijakan-kebijakan yang berhubungan
dengan program-program yang dilakukan dan dilaksanakan agar mendapatkan
hasil yang maksimal serta dapat diteruskan secara berkesinambungan ditahun-
tahun selanjutnya.
1 Ciwidey 3,850 3,862 23,906 61.90
2 Rancabali 1,120 1,067 6,556 61.44
3 Pasirjambu 3,402 3,296 20,578 62.43
4 Cimaung 3,777 3,717 23,847 64.16
5 Pangalengan 1,425 1,482 9,331 62.96
6 Kertasari 318 318 1,969 61.91
7 Pacet 4,369 4,071 26,096 64.10
8 Ibun 2,726 2,545 15,999 62.87
9 Paseh 2,933 2,716 17,668 65.05
10 Cikancung 1,857 1,807 11,787 65.23
11 Cicalengka 2,261 1,890 12,199 64.54
12 Nagreg 682 620 3,913 63.11
13 Rancaekek 8,835 8,857 58,406 65.94
14 Majalaya 3,604 3,697 24,433 66.09
15 Solokan Jeruk 3,482 3,407 22,538 66.15
16 Ciparay 6,968 7,562 50,507 66.79
17 Baleendah 2,771 2,661 17,576 66.05
18 Arjasari 3,034 2,660 17,116 64.34
19 Banjaran 3,099 2,954 19,436 65.80
20 Cangkuang 3,401 3,169 20,893 65.93
21 Pameungpeuk 2,088 2,157 13,709 63.56
22 Katapang 2,523 2,547 16,818 66.03
23 Soreang 3,461 3,902 25,847 66.24
24 Kutawaringin 3,829 3,430 22,908 66.79
25 Margaasih 1,302 1,336 8,545 63.96
26 Margahayu 70 70 435 62.20
27 Dayeuhkolot 311 304 1,937 63.71
28 Bojongsoang 3,610 3,841 22,761 59.26
29 Cileunyi 1,701 1,701 11,052 64.97
30 Cilengkrang 428 510 3,059 59.98
31 Cimenyan 599 571 3,649 63.90
83,836 82,727 535,475 64.73
REALISASI LUAS TANAM, PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS PADI SAWAH MT.
2014/2015 DAN TAHUN 2015 KABUPATEN BANDUNG
PRODUKSI
(Ton)
PROVITAS
(Kuintal/Ha)
Jumlah ** Sumber Bidang Pertanian Tanaman Pangan Distanbunhut
NO KECAMATAN
LUAS TANAM
MT.2014/2015
(Ha)
LUAS PANEN
(Hektar)
1 Ciwidey 90 90 329 36.54
2 Rancabali 331 331 1,242 37.51
3 Pasirjambu 327 327 1,230 37.63
4 Cimaung 75 - - -
5 Pangalengan - - - -
6 Kertasari 40 40 149 37.18
7 Pacet 10 10 36 36.23
8 Ibun - - - -
9 Paseh - - - -
10 Cikancung 43 43 158 36.69
11 Cicalengka 125 125 496 39.66
12 Nagreg - - - -
13 Rancaekek - - - -
14 Majalaya - - - -
15 Solokan Jeruk - - - -
16 Ciparay - - - -
17 Baleendah 15 15 55 36.82
18 Arjasari 700 700 2,667 38.10
19 Banjaran - - - -
20 Cangkuang - - - -
21 Pameungpeuk - - - -
22 Katapang - - - -
23 Soreang 275 275 1,077 39.17
24 Kutawaringin 500 500 2,020 40.40
25 Margaasih - - - -
26 Margahayu - - - -
27 Dayeuhkolot - - - -
28 Bojongsoang - - - -
29 Cileunyi 5 5 18 36.45
30 Cilengkrang 100 100 382 38.24
31 Cimenyan 325 325 1,259 38.75
2,961 2,886 11,119 38.53 ** Sumber Bidang Pertanian Tanaman Pangan Distanbunhut
Jumlah
REALISASI LUAS TANAM, PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS PADI LADANG MT.
2014/2015 DAN TAHUN 2015 KABUPATEN BANDUNG
NO KECAMATAN
LUAS TANAM
MT.2014/2015
(Ha)
LUAS PANEN
(Hektar)
PRODUKSI
(Ton)
PROVITAS
(Kuintal/Ha)
1 Ciwidey 3,940 3,952 24,234 61.32
2 Rancabali 1,451 1,398 7,797 55.77
3 Pasirjambu 3,729 3,623 21,809 60.19
4 Cimaung 3,852 3,717 23,847 64.16
5 Pangalengan 1,425 1,482 9,331 62.96
6 Kertasari 358 358 2,118 59.15
7 Pacet 4,379 4,081 26,133 64.03
8 Ibun 2,726 2,545 15,999 62.87
9 Paseh 2,933 2,716 17,668 65.05
10 Cikancung 1,900 1,850 11,945 64.57
11 Cicalengka 2,386 2,015 12,694 63.00
12 Nagreg 682 620 3,913 63.11
13 Rancaekek 8,835 8,857 58,406 65.94
14 Majalaya 3,604 3,697 24,433 66.09
15 Solokan Jeruk 3,482 3,407 22,538 66.15
16 Ciparay 6,968 7,562 50,507 66.79
17 Baleendah 2,786 2,676 17,631 65.89
18 Arjasari 3,734 3,360 19,783 58.88
19 Banjaran 3,099 2,954 19,436 65.80
20 Cangkuang 3,401 3,169 20,893 65.93
21 Pameungpeuk 2,088 2,157 13,709 63.56
22 Katapang 2,523 2,547 16,818 66.03
23 Soreang 3,736 4,177 26,924 64.46
24 Kutawaringin 4,329 3,930 24,928 63.43
25 Margaasih 1,302 1,336 8,545 63.96
26 Margahayu 70 70 435 62.20
27 Dayeuhkolot 311 304 1,937 63.71
28 Bojongsoang 3,610 3,841 22,761 59.26
29 Cileunyi 1,706 1,706 11,070 64.89
30 Cilengkrang 528 610 3,441 56.42
31 Cimenyan 924 896 4,908 54.78
86,797 85,613 546,594 63.84 ** Sumber Bidang Pertanian Tanaman Pangan Distanbunhut
Jumlah
REALISASI LUAS TANAM, PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS PADI MT.
2014/2015 DAN TAHUN 2015 KABUPATEN BANDUNG
NO KECAMATAN
LUAS TANAM
MT.2014/2015
(Ha)
LUAS PANEN
(Hektar)
PRODUKSI
(Ton)
PROVITAS
(Kuintal/Ha)
1 Ciwidey 96 36 230 63.86
2 Rancabali 164 71 453 63.80
3 Pasirjambu 77 40 253 63.24
4 Cimaung 353 162 1,075 66.38
5 Pangalengan 700 425 2,767 65.10
6 Kertasari 135 74 475 64.20
7 Pacet 163 153 991 64.76
8 Ibun 238 52 338 65.01
9 Paseh 325 233 1,537 65.97
10 Cikancung 837 892 5,842 65.50
11 Cicalengka 729 739 4,803 64.99
12 Nagreg 1,836 1,836 12,194 66.42
13 Rancaekek 83 94 609 64.80
14 Majalaya 13 1 6 61.22
15 Solokan Jeruk 14 3 19 63.63
16 Ciparay 381 301 1,956 64.98
17 Baleendah 268 94 603 64.15
18 Arjasari 345 310 1,984 64.00
19 Banjaran 56 27 171 63.51
20 Cangkuang 123 48 308 64.17
21 Pameungpeuk 5 6 38 63.14
22 Katapang 4 5 32 63.47
23 Soreang 138 108 700 64.79
24 Kutawaringin 110 110 706 64.22
25 Margaasih 15 6 39 64.88
26 Margahayu - - - -
27 Dayeuhkolot 6 6 38 63.16
28 Bojongsoang 12 10 63 63.38
29 Cileunyi 515 361 2,366 65.54
30 Cilengkrang 30 30 194 64.56
31 Cimenyan 735 413 2,703 65.44
8,506 6,646 43,494 65.44 ** Sumber Bidang Pertanian Tanaman Pangan Distanbunhut
Jumlah
REALISASI LUAS TANAM, PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS JAGUNG MT.
2014/2015 DAN TAHUN 2015 KABUPATEN BANDUNG
NO KECAMATAN
LUAS TANAM
MT.2014/2015
(Ha)
LUAS PANEN
(Hektar)
PRODUKSI
(Ton)
PROVITAS
(Kuintal/Ha)
1 Ciwidey - - - -
2 Rancabali - - - -
3 Pasirjambu - - - -
4 Cimaung 35 29 38 13.24
5 Pangalengan - - - -
6 Kertasari - - - -
7 Pacet - - - -
8 Ibun - - - -
9 Paseh - - - -
10 Cikancung 100 65 86 13.29
11 Cicalengka 60 48 64 13.27
12 Nagreg - - - -
13 Rancaekek - - - -
14 Majalaya - - - -
15 Solokan Jeruk - - - -
16 Ciparay - - - -
17 Baleendah - - - -
18 Arjasari - - - -
19 Banjaran - - - -
20 Cangkuang - - - -
21 Pameungpeuk - - - -
22 Katapang - - - -
23 Soreang - - - -
24 Kutawaringin 120 91 121 13.29
25 Margaasih 60 50 66 13.22
26 Margahayu - - - -
27 Dayeuhkolot - - - -
28 Bojongsoang 50 43 57 13.24
29 Cileunyi - - - -
30 Cilengkrang - - - -
31 Cimenyan - - - -
425 326 432 13.27 ** Sumber Bidang Pertanian Tanaman Pangan Distanbunhut
Jumlah
REALISASI LUAS TANAM, PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS KEDELAI MUSIM
TANAM. 2014/2015 DAN TAHUN 2015 KABUPATEN BANDUNG
NO KECAMATAN
LUAS TANAM
MT.2014/2015
(Ha)
LUAS PANEN
(Hektar)
PRODUKSI
(Ton)
PROVITAS
(Kuintal/Ha)
1 Ciwidey - - - -
2 Rancabali 38 35 55 15.73
3 Pasirjambu 4 4 6 15.35
4 Cimaung 51 51 78 15.34
5 Pangalengan - - - -
6 Kertasari - - - -
7 Pacet 50 55 86 15.57
8 Ibun 62 61 95 15.62
9 Paseh 30 30 46 15.21
10 Cikancung 45 45 70 15.61
11 Cicalengka 25 25 38 15.32
12 Nagreg 144 144 221 15.35
13 Rancaekek - - - -
14 Majalaya 2 2 3 14.16
15 Solokan Jeruk 4 4 6 15.24
16 Ciparay 77 77 121 15.73
17 Baleendah 24 19 29 15.37
18 Arjasari 110 110 171 15.57
19 Banjaran 66 66 104 15.70
20 Cangkuang 2 2 3 15.63
21 Pameungpeuk - - - -
22 Katapang - - - -
23 Soreang - - - -
24 Kutawaringin - - - -
25 Margaasih - - - -
26 Margahayu - - - -
27 Dayeuhkolot - - - -
28 Bojongsoang - - - -
29 Cileunyi 50 50 77 15.46
30 Cilengkrang 10 10 15 15.12
31 Cimenyan 260 260 404 15.53
1,054 1,050 1,629 15.52 ** Sumber Bidang Pertanian Tanaman Pangan Distanbunhut
Jumlah
REALISASI LUAS TANAM, PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS KACANG TANAH
MT. 2014/2015 DAN TAHUN 2015 KABUPATEN BANDUNG
NO KECAMATAN
LUAS TANAM
MT.2014/2015
(Ha)
LUAS PANEN
(Hektar)
PRODUKSI
(Ton)
PROVITAS
(Kuintal/Ha)
1 Ciwidey 29 23 456 198.17
2 Rancabali 82 78 1,542 197.75
3 Pasirjambu 50 55 1,088 197.81
4 Cimaung 178 55 2,163 393.24
5 Pangalengan 152 300 5,927 197.56
6 Kertasari 25 27 529 195.79
7 Pacet 117 195 3,846 197.21
8 Ibun 108 112 2,199 196.34
9 Paseh 100 91 1,973 216.82
10 Cikancung 60 60 1,191 198.57
11 Cicalengka 175 195 3,867 198.31
12 Nagreg 1,413 1,713 34,149 199.35
13 Rancaekek 4 9 78 87.21
14 Majalaya 8 8 156 195.22
15 Solokan Jeruk 12 18 375 208.37
16 Ciparay 392 392 7,804 199.07
17 Baleendah 225 220 4,448 202.16
18 Arjasari 580 493 10,131 205.49
19 Banjaran 123 51 1,208 236.82
20 Cangkuang 145 145 2,917 201.20
21 Pameungpeuk 4 4 79 196.85
22 Katapang 8 14 334 238.23
23 Soreang 33 30 645 214.99
24 Kutawaringin 12 153 3,010 196.71
25 Margaasih 5 5 99 197.55
26 Margahayu 2 2 39 197.19
27 Dayeuhkolot 1 5 98 195.89
28 Bojongsoang 2 2 39 196.40
29 Cileunyi 265 185 5,678 306.90
30 Cilengkrang 101 47 2,006 426.90
31 Cimenyan 760 498 11,019 221.26
5,171 5,185 109,091 210.40 ** Sumber Bidang Pertanian Tanaman Pangan Distanbunhut
Jumlah
REALISASI LUAS TANAM, PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS UBI KAYU MT.
2014/2015 DAN TAHUN 2015 KABUPATEN BANDUNG
NO KECAMATAN
LUAS TANAM
MT.2014/2015
(Ha)
LUAS PANEN
(Hektar)
PRODUKSI
(Ton)
PROVITAS
(Kuintal/Ha)
1 Ciwidey 27 35 471 134.62
2 Rancabali 63 66 897 135.85
3 Pasirjambu 15 15 202 134.91
4 Cimaung 224 220 3,015 137.05
5 Pangalengan 244 213 2,911 136.69
6 Kertasari 10 10 136 135.93
7 Pacet 45 45 642 142.72
8 Ibun 86 86 1,187 137.97
9 Paseh 69 69 934 135.35
10 Cikancung 10 10 134 134.19
11 Cicalengka 24 22 298 135.58
12 Nagreg 84 84 1,146 136.44
13 Rancaekek 3 7 95 135.29
14 Majalaya 13 13 176 135.40
15 Solokan Jeruk 6 5 81 162.55
16 Ciparay 125 125 1,718 137.46
17 Baleendah 46 46 622 135.26
18 Arjasari 185 185 2,554 138.05
19 Banjaran 120 97 1,322 136.30
20 Cangkuang 8 8 109 136.51
21 Pameungpeuk - - - -
22 Katapang 1 16 217 135.35
23 Soreang - - - -
24 Kutawaringin - 1 13 134.45
25 Margaasih 5 5 67 134.53
26 Margahayu 2 2 27 136.21
27 Dayeuhkolot - 5 66 132.35
28 Bojongsoang 3 2 27 134.18
29 Cileunyi 40 40 552 137.99
30 Cilengkrang - - - -
31 Cimenyan 18 17 231 136.15
1,476 1,449 19,853 137.01 ** Sumber Bidang Pertanian Tanaman Pangan Distanbunhut
Jumlah
REALISASI LUAS TANAM, PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS UBI JALAR MT.
2014/2015 DAN TAHUN 2015 KABUPATEN BANDUNG
NO KECAMATAN
LUAS TANAM
MT.2014/2015
(Ha)
LUAS PANEN
(Hektar)
PRODUKSI
(Ton)
PROVITAS
(Kuintal/Ha)
1 Ciwidey 2 - 4,455 -
2 Rancabali 129 57 17,307 303.63
3 Pasirjambu 6 17 3,866 227.41
4 Cimaung - 2 30 15.00
5 Pangalengan - - 81 -
6 Kertasari - - - -
7 Pacet - - - -
8 Ibun - - - -
9 Paseh - - - -
10 Cikancung - - - -
11 Cicalengka - - - -
12 Nagreg - - - -
13 Rancaekek - - - -
14 Majalaya - - - -
15 Solokan Jeruk - - - -
16 Ciparay - - - -
17 Baleendah - - - -
18 Arjasari - - - -
19 Banjaran - - - -
20 Cangkuang - - - -
21 Pameungpeuk - - - -
22 Katapang - - - -
23 Soreang - - - -
24 Kutawaringin - - - -
25 Margaasih - - - -
26 Margahayu - - - -
27 Dayeuhkolot - - - -
28 Bojongsoang - - - -
29 Cileunyi - - - -
30 Cilengkrang - - - -
31 Cimenyan - 2 119 59.50
137 78 25,858 331.51
** Sumber Bidang Hortikultura Distanbunhut
Jumlah
PRODUKSI
(Total)
REALISASI LUAS TANAM BARU, PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS STOBERI
TAHUN 2015 KABUPATEN BANDUNG
NO KECAMATANLUAS TANAM
BARU (Ha)
PANEN HABIS/
DIBONGKAR
(Ha)
PROVITAS*
(Kuintal/Ha)
*Provitas total adalah Total produksi dibagi dengan luas panen habis ditambah luas panen belum habis bulan Desember
1 Ciwidey 168 183 69,691 209.55
2 Rancabali 93 105 43,571 231.54
3 Pasirjambu 48 63 22,904 223.65
4 Cimaung 50 58 40,863 249.67
5 Pangalengan 586 608 339,160 224.47
6 Kertasari - - - -
7 Pacet 7 7 4,799 200.14
8 Ibun 6 14 5,781 215.00
9 Paseh 6 7 12,847 398.71
10 Cikancung 12 10 2,825 216.60
11 Cicalengka 80 27 13,417 208.33
12 Nagreg - - - -
13 Rancaekek 6 6 2,642 219.00
14 Majalaya - - - -
15 Solokan Jeruk - - - -
16 Ciparay 11 13 4,923 212.46
17 Baleendah - - - -
18 Arjasari 21 33 19,890 211.82
19 Banjaran 17 46 34,529 218.07
20 Cangkuang 3 2 1,078 205.50
21 Pameungpeuk - - - -
22 Katapang - - - -
23 Soreang 2 2 1,772 217.00
24 Kutawaringin 57 55 14,484 234.67
25 Margaasih - - - -
26 Margahayu - - - -
27 Dayeuhkolot - 1 422 211.00
28 Bojongsoang - - - -
29 Cileunyi 6 7 3,680 211.43
30 Cilengkrang - - - -
31 Cimenyan 5 7 5,463 246.43
1,184 1,254 644,741 224.06
** Sumber Bidang Hortikultura Distanbunhut
Jumlah
REALISASI LUAS TANAM, PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TOMAT TAHUN
2015 KABUPATEN BANDUNG
NO KECAMATANLUAS TANAM
BARU (Ha)
PANEN HABIS/
DIBONGKAR
(Ha)
PRODUKSI
(Total)
PROVITAS*
(Kuintal/Ha)
*Provitas total adalah Total produksi dibagi dengan luas panen habis ditambah luas panen belum habis bulan Desember
1 Ciwidey 17 17 4,155 244.41
2 Rancabali 83 74 15,907 214.96
3 Pasirjambu 48 50 9,261 185.22
4 Cimaung 64 198 78,131 394.60
5 Pangalengan 233 279 84,726 303.68
6 Kertasari 9 6 1,122 187.00
7 Pacet 2 - - -
8 Ibun - - - -
9 Paseh 22 13 12,098 930.62
10 Cikancung 30 33 5,758 174.48
11 Cicalengka 42 23 4,603 200.13
12 Nagreg 34 34 10,089 296.74
13 Rancaekek 11 9 3,275 363.89
14 Majalaya 1 1 177 177.00
15 Solokan Jeruk - - - -
16 Ciparay 8 9 1,843 204.78
17 Baleendah 2 2 338 169.00
18 Arjasari 17 22 8,595 390.68
19 Banjaran - 17 8,847 520.41
20 Cangkuang 10 6 1,847 307.83
21 Pameungpeuk - - - -
22 Katapang 1 - 180 -
23 Soreang - - - -
24 Kutawaringin 3 1 442 442.00
25 Margaasih - - 93 -
26 Margahayu - - - -
27 Dayeuhkolot - - - -
28 Bojongsoang - - - -
29 Cileunyi 6 7 1,818 259.71
30 Cilengkrang - 2 497 248.50
31 Cimenyan 17 18 8,581 476.72
660 821 262,383 319.59
** Sumber Bidang Hortikultura Distanbunhut
Jumlah
REALISASI LUAS TANAM, PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS CABE BESAR TAHUN
2015 KABUPATEN BANDUNG
NO KECAMATANLUAS TANAM
BARU (Ha)
PANEN HABIS/
DIBONGKAR
(Ha)
PRODUKSI
(Total)
PROVITAS*
(Kuintal/Ha)
*Provitas total adalah Total produksi dibagi dengan luas panen habis ditambah luas panen belum habis bulan Desember
1 Ciwidey 62 57 6,620 116.14
2 Rancabali 38 41 4,665 113.78
3 Pasirjambu 43 47 5,069 107.85
4 Cimaung 405 634 70,622 111.39
5 Pangalengan 437 569 64,810 113.90
6 Kertasari - - - -
7 Pacet 355 320 38,923 121.63
8 Ibun 29 78 8,947 114.71
9 Paseh 10 13 1,440 110.77
10 Cikancung 2 3 338 112.67
11 Cicalengka - - - -
12 Nagreg 60 45 5,673 126.07
13 Rancaekek - - - -
14 Majalaya - - - -
15 Solokan Jeruk - - - -
16 Ciparay - 10 1,121 112.10
17 Baleendah - - - -
18 Arjasari 75 114 11,546 101.28
19 Banjaran - 17 1,885 110.88
20 Cangkuang 50 45 4,943 109.84
21 Pameungpeuk - - - -
22 Katapang - - - -
23 Soreang - - - -
24 Kutawaringin - - - -
25 Margaasih - - - -
26 Margahayu - - - -
27 Dayeuhkolot - - - -
28 Bojongsoang - - - -
29 Cileunyi 1 1 125 125.00
30 Cilengkrang - - - -
31 Cimenyan 810 1,260 168,928 134.07
2,377 3,254 395,655 121.59
** Sumber Bidang Hortikultura Distanbunhut
Jumlah
REALISASI LUAS TANAM, PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS BAWANG MERAH
TAHUN 2015 KABUPATEN BANDUNG
NO KECAMATANLUAS TANAM
BARU (Ha)
PANEN HABIS/
DIBONGKAR
(Ha)
PRODUKSI
HABIS (Total)
PROVITAS
(Kuintal/Ha)
1 Ciwidey 83 60 13,726 228.77
2 Rancabali 90 104 24,017 230.93
3 Pasirjambu 92 86 19,384 225.40
4 Cimaung 15 10 2,255 225.50
5 Pangalengan 1,798 1,701 388,998 228.69
6 Kertasari 780 635 150,015 236.24
7 Pacet - - - -
8 Ibun 7 23 5,248 228.17
9 Paseh 3 7 1,543 220.43
10 Cikancung 20 37 8,298 224.27
11 Cicalengka 50 23 5,191 225.70
12 Nagreg - - - -
13 Rancaekek - - - -
14 Majalaya - - - -
15 Solokan Jeruk - - - -
16 Ciparay 4 1 221 221.00
17 Baleendah 4 2 454 227.00
18 Arjasari 18 27 6,095 225.74
19 Banjaran - - - -
20 Cangkuang 1 1 228 228.00
21 Pameungpeuk - - - -
22 Katapang - - - -
23 Soreang 1 1 241 241.00
24 Kutawaringin - - -
25 Margaasih - - - -
26 Margahayu - - - -
27 Dayeuhkolot - - - -
28 Bojongsoang - - - -
29 Cileunyi 5 7 1,575 225.00
30 Cilengkrang 40 45 10,764 239.20
31 Cimenyan 473 620 142,865 230.43
3,484 3,390 781,118 230.42 Jumlah
** Sumber Bidang Hortikultura Distanbunhut
REALISASI LUAS TANAM, PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS KUBIS TAHUN 2015
KABUPATEN BANDUNG
NO KECAMATANLUAS TANAM
BARU (Ha)
PANEN HABIS/
DIBONGKAR
(Ha)
PRODUKSI
HABIS (Total)
PROVITAS
(Kuintal/Ha)
1 Ciwidey 53 45 9,036 200.80
2 Rancabali 86 119 24,275 203.99
3 Pasirjambu 49 55 11,006 200.11
4 Cimaung - - - -
5 Pangalengan 2,135 2,190 445,399 203.38
6 Kertasari 897 794 167,660 211.16
7 Pacet - - - -
8 Ibun 8 29 5,801 200.03
9 Paseh - 3 600 200.00
10 Cikancung 5 20 3,999 199.95
11 Cicalengka 2 8 1,601 200.13
12 Nagreg 54 50 9,996 199.92
13 Rancaekek - - - -
14 Majalaya - - - -
15 Solokan Jeruk - - - -
16 Ciparay 2 - - -
17 Baleendah - - - -
18 Arjasari - - - -
19 Banjaran - - - -
20 Cangkuang - - - -
21 Pameungpeuk - - - -
22 Katapang - - - -
23 Soreang - - - -
24 Kutawaringin - - - -
25 Margaasih - - - -
26 Margahayu - - - -
27 Dayeuhkolot - - - -
28 Bojongsoang - - - -
29 Cileunyi - - - -
30 Cilengkrang 90 105 21,013 200.12
31 Cimenyan 670 718 143,759 200.22
4,051 4,136 844,145 204.10 Jumlah
** Sumber Bidang Hortikultura Distanbunhut
REALISASI LUAS TANAM, PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS KENTANG TAHUN
2015 KABUPATEN BANDUNG
NO KECAMATANLUAS TANAM
BARU (Ha)
PANEN HABIS/
DIBONGKAR
(Ha)
PRODUKSI
HABIS (Total)
PROVITAS
(Kuintal/Ha)
1 Ciwidey 11 9 1,357 75.11
2 Rancabali 48 40 7,401 77.65
3 Pasirjambu 23 27 3,845 70.44
4 Cimaung 43 111 29,039 30.12
5 Pangalengan 63 74 19,430 75.39
6 Kertasari 4 1 262 61.00
7 Pacet 12 8 1,630 67.00
8 Ibun - 7 2,768 70.14
9 Paseh - 11 4,277 66.73
10 Cikancung 13 9 1,324 69.44
11 Cicalengka 3 3 762 69.67
12 Nagreg 78 79 24,158 67.91
13 Rancaekek - - - -
14 Majalaya - - - -
15 Solokan Jeruk - - - -
16 Ciparay 8 8 1,168 50.75
17 Baleendah 14 13 5,649 67.85
18 Arjasari 13 28 13,424 70.14
19 Banjaran - 8 3,167 68.00
20 Cangkuang 6 3 835 46.33
21 Pameungpeuk - - - -
22 Katapang - - - -
23 Soreang - - - -
24 Kutawaringin 3 1 416 71.00
25 Margaasih - - - -
26 Margahayu - - - -
27 Dayeuhkolot - - - -
28 Bojongsoang - - - -
29 Cileunyi 1 2 769 69.50
30 Cilengkrang - 2 141 -
31 Cimenyan 9 13 6,249 94.62
352 457 128,071 280.24 Jumlah
*Provitas total adalah Total produksi dibagi dengan luas panen habis ditambah luas panen belum habis bulan Desember
** Sumber Bidang Hortikultura Distanbunhut
REALISASI LUAS TANAM, PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS CABE RAWIT
TAHUN 2015 KABUPATEN BANDUNG
NO KECAMATANLUAS TANAM
BARU (Ha)
PANEN HABIS/
DIBONGKAR
(Ha)
PRODUKSI
(Total)
PROVITAS*
(Kuintal/Ha)
1 Ciwidey 719 737 196,669 193.65
2 Rancabali 7,750 7,979 2,432,761 196.65
3 Pasirjambu 1,786 2,028 402,203 172.22
4 Cimaung 4 7 1,383 143.57
5 Pangalengan 374 331 57,497 131.02
6 Kertasari 150 185 39,885 124.96
7 Pacet 39 36 11,392 185.86
8 Ibun 115 108 52,300 211.67
9 Paseh 1,039 1,003 201,893 191.13
10 Cikancung 277 446 124,014 132.62
11 Cicalengka 188 243 100,406 169.27
12 Nagreg 1,127 1,293 272,850 108.93
13 Rancaekek 17 162 56,654 137.17
14 Majalaya 36 35 12,316 141.77
15 Solokan Jeruk 114 122 27,987 140.39
16 Ciparay 102 110 22,931 171.22
17 Baleendah 57 68 16,256 205.38
18 Arjasari 11 23 13,127 182.09
19 Banjaran 61 461 79,304 106.67
20 Cangkuang 140 164 33,819 201.93
21 Pameungpeuk 395 349 52,408 133.96
22 Katapang 609 591 114,824 131.36
23 Soreang 3,581 3,603 748,206 188.24
24 Kutawaringin 2,043 2,697 499,972 173.50
25 Margaasih 3,415 2,946 586,803 198.56
26 Margahayu 443 380 68,172 179.40
27 Dayeuhkolot 93 273 60,070 149.41
28 Bojongsoang 1,453 1,296 180,262 135.41
29 Cileunyi 28 18 6,012 200.61
30 Cilengkrang 114 123 30,180 182.46
31 Cimenyan 52 52 10,131 126.44
26,332 27,869 6,512,687 176.80 Jumlah
*Provitas total adalah Total produksi dibagi dengan luas panen habis ditambah luas panen belum habis bulan Desember
** Sumber Bidang Hortikultura Distanbunhut
REALISASI LUAS TANAM, PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS SAYURAN TAHUN
2015 KABUPATEN BANDUNG
NO KECAMATANLUAS TANAM
BARU (Ha)
PANEN HABIS/
DIBONGKAR
(Ha)
PRODUKSI
(Total)
PROVITAS*
(Kuintal/Ha)
1 Ciwidey 250 4,897 6,118
2 Rancabali - 3,350 2,072
3 Pasirjambu 300 3,320 7,851
4 Cimaung - 1,005 797
5 Pangalengan 200 20,330 16,461
6 Kertasari 1,500 2,875 3,561
7 Pacet 300 15,124 7,967
8 Ibun 170 3,896 6,479
9 Paseh - 8,900 2,088
10 Cikancung - 4,293 3,391
11 Cicalengka 2,500 4,715 7,270
12 Nagreg - 1,399 1,698
13 Rancaekek - - -
14 Majalaya 50 145 201
15 Solokan Jeruk - - -
16 Ciparay 100 250 344
17 Baleendah - 3,796 5,502
18 Arjasari - 8,024 5,742
19 Banjaran - 250 269
20 Cangkuang 600 331 531
21 Pameungpeuk - 69 98
22 Katapang - 8 9
23 Soreang - 3,580 3,707
24 Kutawaringin - 3,400 4,800
25 Margaasih - 10 3
26 Margahayu - 8 4
27 Dayeuhkolot - 33 14
28 Bojongsoang - 75 107
29 Cileunyi - 2,450 3,584
30 Cilengkrang - 6,404 7,167
31 Cimenyan - 19,280 12,125
5,970 122,217 109,960 Jumlah
** Sumber Bidang Hortikultura Distanbunhut
REALISASI LUAS TANAM BARU, TANAMAN YANG MENGHASILKAN DAN PRODUKSI BUAH-
BUAHAN (ALPUKAT) TAHUN 2015 KABUPATEN BANDUNG
NO KECAMATANLUAS TANAM BARU
(Pohon)
TANAMAN YG
MENGHASILKAN
(Pohon)
PRODUKSI (Kuintal)
1 Ciwidey - - -
2 Rancabali - - -
3 Pasirjambu 5 - -
4 Cimaung 50 206 108
5 Pangalengan - - -
6 Kertasari 100 - -
7 Pacet 70 576 184
8 Ibun 11 3,440 3,972
9 Paseh - 579 197
10 Cikancung 75 770 995
11 Cicalengka 3,750 2,087 2,927
12 Nagreg 800 426 784
13 Rancaekek - - -
14 Majalaya 30 104 98
15 Solokan Jeruk - - -
16 Ciparay 25 430 251
17 Baleendah 42 469 756
18 Arjasari 50 500 310
19 Banjaran - 735 440
20 Cangkuang - 354 126
21 Pameungpeuk - - -
22 Katapang - 6 7
23 Soreang 50 2,400 1,895
24 Kutawaringin 30 4,700 3,812
25 Margaasih - 70 20
26 Margahayu 25 - -
27 Dayeuhkolot - - -
28 Bojongsoang - - -
29 Cileunyi 51 950 693
30 Cilengkrang - - -
31 Cimenyan 25 1,660 586
5,189 20,462 18,161 Jumlah
** Sumber Bidang Hortikultura Distanbunhut
REALISASI LUAS TANAM BARU, TANAMAN YANG MENGHASILKAN DAN PRODUKSI BUAH-
BUAHAN (DURIAN) TAHUN 2015 KABUPATEN BANDUNG
NO KECAMATANLUAS TANAM BARU
(Pohon)
TANAMAN YG
MENGHASILKAN
(Pohon)
PRODUKSI (Kuintal)
1 Ciwidey 275 6,923 6,143
2 Rancabali 570 6,448 2,163
3 Pasirjambu 1,180 13,420 7,736
4 Cimaung - 24,500 2,818
5 Pangalengan 4,700 2,000 887
6 Kertasari - 14,400 5,591
7 Pacet 75 8,500 947
8 Ibun 599 2,631 1,002
9 Paseh - 1,960 201
10 Cikancung 4,580 1,442 482
11 Cicalengka 10,000 8,506 3,159
12 Nagreg - 2,124 719
13 Rancaekek 500 5,200 977
14 Majalaya 150 2,050 734
15 Solokan Jeruk 76 382 271
16 Ciparay 25 1,315 1,462
17 Baleendah 1,518 12,532 4,593
18 Arjasari - 80,000 10,172
19 Banjaran 58 280 75
20 Cangkuang - 389 200
21 Pameungpeuk 20 121 83
22 Katapang 85 154 27
23 Soreang - 6,025 2,155
24 Kutawaringin - 5,950 2,990
25 Margaasih - 3,000 462
26 Margahayu - 75 17
27 Dayeuhkolot - 102 13
28 Bojongsoang - 800 53
29 Cileunyi 157 6,150 1,602
30 Cilengkrang 44,000 19,100 6,611
31 Cimenyan - 184,057 47,509
68,568 420,536 111,854 Jumlah
** Sumber Bidang Hortikultura Distanbunhut
REALISASI LUAS TANAM BARU, TANAMAN YANG MENGHASILKAN DAN PRODUKSI BUAH-
BUAHAN (PISANG) TAHUN 2015 KABUPATEN BANDUNG
NO KECAMATANLUAS TANAM BARU
(Pohon)
TANAMAN YG
MENGHASILKAN
(Pohon)
PRODUKSI (Kuintal)
1 Ciwidey - 1,843 1,176
2 Rancabali - 430 181
3 Pasirjambu 1,000 3,890 3,620
4 Cimaung - 853 219
5 Pangalengan - 5,572 1,920
6 Kertasari - 1,275 701
7 Pacet 75 1,050 85
8 Ibun 138 2,881 822
9 Paseh - 4,060 447
10 Cikancung 25 2,100 1,288
11 Cicalengka - 6,677 4,562
12 Nagreg - 6,347 807
13 Rancaekek - 130 46
14 Majalaya 150 2,815 1,496
15 Solokan Jeruk - 159 57
16 Ciparay 50 465 222
17 Baleendah 221 3,475 1,267
18 Arjasari 600 2,850 313
19 Banjaran - 850 239
20 Cangkuang - 1,854 1,025
21 Pameungpeuk 15 163 106
22 Katapang - 67 20
23 Soreang - 320 132
24 Kutawaringin - 800 305
25 Margaasih - 165 17
26 Margahayu 175 43 9
27 Dayeuhkolot - 185 30
28 Bojongsoang - 60 37
29 Cileunyi - 850 474
30 Cilengkrang - 414 205
31 Cimenyan 100 12,003 6,712
2,549 64,646 28,540 Jumlah
** Sumber Bidang Hortikultura Distanbunhut
REALISASI LUAS TANAM BARU, TANAMAN YANG MENGHASILKAN DAN PRODUKSI BUAH-
BUAHAN (JAMBU BIJI) TAHUN 2015 KABUPATEN BANDUNG
NO KECAMATANLUAS TANAM BARU
(Pohon)
TANAMAN YG
MENGHASILKAN
(Pohon)
PRODUKSI (Kuintal)
Habis/
DibongkarBelum Habis
Habis/
DibongkarBelum Habis
1 Ciwidey - - - - -
2 Rancabali - - - - -
3 Pasirjambu 600 200 2,600 960 13,181
4 Cimaung - 60 - 420 -
5 Pangalengan - - - - -
6 Kertasari - - - - -
7 Pacet - - - - -
8 Ibun 129 - 230 - 1,809
9 Paseh - - - - -
10 Cikancung - - - - -
11 Cicalengka - - - - -
12 Nagreg - - - - -
13 Rancaekek - - - - -
14 Majalaya - - - - -
15 Solokan Jeruk - - - - -
16 Ciparay - - - - -
17 Baleendah - - - - -
18 Arjasari - - - - -
19 Banjaran - 25 32 - 251
20 Cangkuang - - 45 - 252
21 Pameungpeuk - - - - -
22 Katapang - - - - -
23 Soreang 700 300 2,700 2,800 9,600
24 Kutawaringin - - - - -
25 Margaasih - - - - -
26 Margahayu - - 85 - 675
27 Dayeuhkolot - - - - -
28 Bojongsoang - - - - -
29 Cileunyi - 250 200 2,500 2,333
30 Cilengkrang - - - - -
31 Cimenyan 10 10 - 78 -
1,439 845 5,892 6,758 28,101
** Sumber Bidang Hortikultura Distanbunhut
NO KECAMATAN
Jumlah
REALISASI LUAS TANAM BARU, PANEN DAN PRODUKSI TANAMAN HIAS (ANGGREK) TAHUN
2015 KABUPATEN BANDUNG
TANAM
(M2)
PANEN (M2) PRODUKSI (Tangkai)
Habis/
DibongkarBelum Habis
Habis/
DibongkarBelum Habis
1 Ciwidey 1,900 2,300 2,300 21,800 93,274
2 Rancabali - - - - -
3 Pasirjambu 6,500 7,500 4,000 552,000 268,407
4 Cimaung - - - - -
5 Pangalengan - - - - -
6 Kertasari - - - - -
7 Pacet - - - - -
8 Ibun - 37 74 2,590 4,654
9 Paseh - - - - -
10 Cikancung - - - - -
11 Cicalengka - - - - -
12 Nagreg 1,500 30 27,930 1,082 1,274,159
13 Rancaekek - - - - -
14 Majalaya - - - - -
15 Solokan Jeruk - - - - -
16 Ciparay - - - - -
17 Baleendah - - - - -
18 Arjasari - - - - -
19 Banjaran - - - - -
20 Cangkuang - - - - -
21 Pameungpeuk - - - - -
22 Katapang - - - - -
23 Soreang - - - - -
24 Kutawaringin - - - - -
25 Margaasih - - - - -
26 Margahayu - - - - -
27 Dayeuhkolot - - - - -
28 Bojongsoang - - - - -
29 Cileunyi - - - - -
30 Cilengkrang - - - - -
31 Cimenyan - 100 100 3,894 5,908
9,900 9,967 34,404 581,366 1,646,402
** Sumber Bidang Hortikultura Distanbunhut
NO KECAMATAN
REALISASI LUAS TANAM BARU, PANEN DAN PRODUKSI TANAMAN HIAS (KRISAN) TAHUN
2015 KABUPATEN BANDUNG
TANAM (M2)
PANEN (M2) PRODUKSI (Tangkai)
Jumlah
Habis/
DibongkarBelum Habis
Habis/
DibongkarBelum Habis
1 Ciwidey - - - - -
2 Rancabali - - - - -
3 Pasirjambu - - - - -
4 Cimaung 700 2,450 - 16,811 -
5 Pangalengan - - - - -
6 Kertasari - - - - -
7 Pacet - - - - -
8 Ibun 43 13 164 104 945
9 Paseh - - - - -
10 Cikancung - - - - -
11 Cicalengka - - - - -
12 Nagreg - - - - -
13 Rancaekek - - - - -
14 Majalaya - - - - -
15 Solokan Jeruk - - - - -
16 Ciparay - - - - -
17 Baleendah - - - - -
18 Arjasari - - - - -
19 Banjaran - 87 1,513 272 8,366
20 Cangkuang - - 65 - 574
21 Pameungpeuk - - - - -
22 Katapang - - - - -
23 Soreang 5,000 5,000 10,000 42,000 38,000
24 Kutawaringin - - - - -
25 Margaasih - - - - -
26 Margahayu - - - - -
27 Dayeuhkolot - - - - -
28 Bojongsoang - - - - -
29 Cileunyi - - - - -
30 Cilengkrang - - - - -
31 Cimenyan - - - - -
5,743 7,550 11,742 59,187 47,885
** Sumber Bidang Hortikultura Distanbunhut
NO KECAMATAN
REALISASI LUAS TANAM BARU, PANEN DAN PRODUKSI TANAMAN HIAS (SEDAP MALAM)
TAHUN 2015 KABUPATEN BANDUNG
TANAM (M2)
PANEN (M2) PRODUKSI (Tangkai)
Jumlah
NO KECAMATAN
Habis/
DibongkarBelum Habis
Habis/
DibongkarBelum Habis
1 Ciwidey - - - - -
2 Rancabali - - - - -
3 Pasirjambu 900 2,650 - 4,867 -
4 Cimaung - - - - -
5 Pangalengan - - - - -
6 Kertasari 50 60 - 148 -
7 Pacet 2,400 2,900 - 6,351 -
8 Ibun 6,722 1,240 - 2,845 -
9 Paseh - - - - -
10 Cikancung 43,000 40,000 - 99,600 -
11 Cicalengka 2,500 3,250 - 6,865 -
12 Nagreg 5,600 3,500 - 7,000 -
13 Rancaekek - - - - -
14 Majalaya 4 8 - 16 -
15 Solokan Jeruk 20 20 - 51 -
16 Ciparay 125 250 - 544 -
17 Baleendah - - - - -
18 Arjasari 5,000 - - - -
19 Banjaran - - - - -
20 Cangkuang - - - - -
21 Pameungpeuk - - - - -
22 Katapang - - - - -
23 Soreang 1,000 500 - 1,028 -
24 Kutawaringin - - - - -
25 Margaasih - - - - -
26 Margahayu 25 - - - -
27 Dayeuhkolot 5 2 - 4 -
28 Bojongsoang 10 33 - 78 -
29 Cileunyi - - - - -
30 Cilengkrang - - - - -
31 Cimenyan 405 455 - 1,055 -
67,766 54,868 - 130,452 -
** Sumber Bidang Hortikultura Distanbunhut
REALISASI LUAS TANAM BARU, PANEN DAN PRODUKSI TANAMAN OBAT/BIOFARMAKA
(KUNYIT) TAHUN 2015 KABUPATEN BANDUNG
TANAM (M2)
PANEN (M2) PRODUKSI (Kilogram)
Jumlah
NO KECAMATAN
Habis/
DibongkarBelum Habis
Habis/
DibongkarBelum Habis
1 Ciwidey - - - - -
2 Rancabali - - - - -
3 Pasirjambu 1,700 2,100 - 6,416 -
4 Cimaung - 200,000 - 648,200 -
5 Pangalengan - - - - -
6 Kertasari 70 70 - 215 -
7 Pacet 3,200 3,200 - 11,043 -
8 Ibun 15,770 12,500 - 77,434 -
9 Paseh - - - - -
10 Cikancung 60,000 50,000 - 129,500 -
11 Cicalengka 20,750 7,820 - 23,327 -
12 Nagreg 400 400 - 1,600 -
13 Rancaekek - - - - -
14 Majalaya 18 33 - 110 -
15 Solokan Jeruk 22 12 - 36 -
16 Ciparay 500 720 - 2,497 -
17 Baleendah - - - - -
18 Arjasari 25,000 - - - -
19 Banjaran - - - - -
20 Cangkuang 25 25 - 98 -
21 Pameungpeuk - - - - -
22 Katapang - - - - -
23 Soreang 500 300 - 933 -
24 Kutawaringin 20 - - - -
25 Margaasih - - - - -
26 Margahayu 125 - - - -
27 Dayeuhkolot - 6 - 21 -
28 Bojongsoang 65 73 - 224 -
29 Cileunyi 2,000 - - - -
30 Cilengkrang - - - - -
31 Cimenyan 225 225 - 835 -
130,390 277,484 - 902,489 -
** Sumber Bidang Hortikultura Distanbunhut
REALISASI LUAS TANAM BARU, PANEN DAN PRODUKSI TANAMAN OBAT/BIOFARMAKA (JAHE)
TAHUN 2015 KABUPATEN BANDUNG
TANAM (M2)
PANEN (M2) PRODUKSI (Kilogram)
Jumlah
NO KECAMATAN
Habis/
DibongkarBelum Habis
Habis/
DibongkarBelum Habis
1 Ciwidey - - - - -
2 Rancabali - - - - -
3 Pasirjambu 500 1,600 - 4,822 -
4 Cimaung - - - - -
5 Pangalengan - - - - -
6 Kertasari 50 50 - 115 -
7 Pacet - - - - -
8 Ibun - 39 - - -
9 Paseh - - - - -
10 Cikancung 4,000 10,000 - 15,250 -
11 Cicalengka 525 8,800 - 11,063 -
12 Nagreg - 200 - 400 -
13 Rancaekek - - - - -
14 Majalaya 4 14 - 55 -
15 Solokan Jeruk 4 10 - 21 -
16 Ciparay 600 900 - 3,287 -
17 Baleendah - - - - -
18 Arjasari 10,000 - - - -
19 Banjaran - - - - -
20 Cangkuang - 20 - 46 -
21 Pameungpeuk - - - - -
22 Katapang - - - - -
23 Soreang - 800 - 908 -
24 Kutawaringin - 20 - 88 -
25 Margaasih - - - - -
26 Margahayu - - - - -
27 Dayeuhkolot - - - - -
28 Bojongsoang - - - - -
29 Cileunyi - - - - -
30 Cilengkrang - - - - -
31 Cimenyan 250 450 - 1,686 -
15,933 22,903 - 37,741 -
** Sumber Bidang Hortikultura Distanbunhut
REALISASI LUAS TANAM BARU, PANEN DAN PRODUKSI TANAMAN OBAT/BIOFARMAKA
(LAOS/LENGKUAS) TAHUN 2015 KABUPATEN BANDUNG
TANAM (M2)
PANEN (M2) PRODUKSI (Kilogram)
Jumlah
NO KECAMATAN
Habis/
DibongkarBelum Habis
Habis/
DibongkarBelum Habis
1 Ciwidey - - - - -
2 Rancabali - - - - -
3 Pasirjambu 200 150 - 168 -
4 Cimaung - - - - -
5 Pangalengan - - - - -
6 Kertasari 25 35 - 60 -
7 Pacet - - - - -
8 Ibun 2,166 99 - 138 -
9 Paseh - - - - -
10 Cikancung 9,000 5,000 - 8,100 -
11 Cicalengka 850 750 - 1,125 -
12 Nagreg 100 100 - 150 -
13 Rancaekek - - - - -
14 Majalaya - - - - -
15 Solokan Jeruk 10 12 - 23 -
16 Ciparay 5 10 - 13 -
17 Baleendah - - - - -
18 Arjasari 5,000 - - - -
19 Banjaran - - - - -
20 Cangkuang 10 10 - 14 -
21 Pameungpeuk - - - - -
22 Katapang - - - - -
23 Soreang 200 150 - 209 -
24 Kutawaringin - - - - -
25 Margaasih - - - - -
26 Margahayu 25 - - - -
27 Dayeuhkolot 5 6 - 8 -
28 Bojongsoang - - - - -
29 Cileunyi - - - - -
30 Cilengkrang - - - - -
31 Cimenyan 10 - - - -
17,606 6,322 - 10,008 -
** Sumber Bidang Hortikultura Distanbunhut
REALISASI LUAS TANAM BARU, PANEN DAN PRODUKSI TANAMAN OBAT/BIOFARMAKA
(KENCUR) TAHUN 2015 KABUPATEN BANDUNG
TANAM (M2)
PANEN (M2) PRODUKSI (Kilogram)
Jumlah
NO KECAMATAN
Habis/
DibongkarBelum Habis
Habis/
DibongkarBelum Habis
1 Ciwidey - - - - -
2 Rancabali - - - - -
3 Pasirjambu - - - - -
4 Cimaung 10 - - - -
5 Pangalengan - - - - -
6 Kertasari - - - - -
7 Pacet - - 3,240 - 11,048
8 Ibun - - 234 - 802
9 Paseh - - 2,543 - 6,128
10 Cikancung 10,000 5,000 - 15,125 -
11 Cicalengka 500 500 81 1,380 293
12 Nagreg - 28 56 216 227
13 Rancaekek - - - - -
14 Majalaya 9 15 - 48 -
15 Solokan Jeruk - - - - -
16 Ciparay - 100 150 416 612
17 Baleendah - - - - -
18 Arjasari - - - - -
19 Banjaran - - 60 - 213
20 Cangkuang 13 48 - 206 -
21 Pameungpeuk - - - - -
22 Katapang - - - - -
23 Soreang - - - - -
24 Kutawaringin - - - - -
25 Margaasih - - - - -
26 Margahayu - - - - -
27 Dayeuhkolot 1 - - - -
28 Bojongsoang - 22 370 57 1,315
29 Cileunyi - - - - -
30 Cilengkrang - - - - -
31 Cimenyan - - 400 - 1,150
10,533 5,713 7,134 17,448 21,788
** Sumber Bidang Hortikultura Distanbunhut
REALISASI LUAS TANAM BARU, PANEN DAN PRODUKSI TANAMAN OBAT/BIOFARMAKA
(PACE/MENGKUDU) TAHUN 2015 KABUPATEN BANDUNG
TANAM (M2)
PANEN (M2) PRODUKSI (Kilogram)
Jumlah
NO KECAMATAN
Habis/
DibongkarBelum Habis
Habis/
DibongkarBelum Habis
1 Ciwidey - - - - -
2 Rancabali - - - - -
3 Pasirjambu - - - - -
4 Cimaung - - - - -
5 Pangalengan - - - - -
6 Kertasari - - - - -
7 Pacet - - 5,600 - 3,450
8 Ibun 1,000 2,509 66,696 1,308 62,285
9 Paseh - - - - -
10 Cikancung - - - - -
11 Cicalengka 7,900 6,740 4,010 3,302 1,708
12 Nagreg - - 1,900 - 578
13 Rancaekek - - - - -
14 Majalaya - - - - -
15 Solokan Jeruk - - - - -
16 Ciparay 230 150 212 62 118
17 Baleendah - - - - -
18 Arjasari - 94,500 - 37,233 -
19 Banjaran - 58 308 55 67
20 Cangkuang 15 15 - 9 -
21 Pameungpeuk - - - - -
22 Katapang - - - - -
23 Soreang - - - - -
24 Kutawaringin - - - - -
25 Margaasih - - - - -
26 Margahayu - - - - -
27 Dayeuhkolot - - - - -
28 Bojongsoang - - - - -
29 Cileunyi - - - - -
30 Cilengkrang - - - - -
31 Cimenyan - - 12,350 - 7,102
9,145 103,972 91,076 41,969 75,308
** Sumber Bidang Hortikultura Distanbunhut
REALISASI LUAS TANAM BARU, PANEN DAN PRODUKSI TANAMAN OBAT/BIOFARMAKA
(KAPOLAGA) TAHUN 2015 KABUPATEN BANDUNG
TANAM (M2)
PANEN (M2) PRODUKSI (Kilogram)
Jumlah
LUAS AREAL PERTANAMAN DAN PRODUKSI PERKEBUNAN RAKYAT UNGGULAN KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2015
KOMODITI TANAMAN CENGKEH
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 Arjasari 5.00 61.00 65.00 131.00 0 0 98.82 24.71 0.41
2 Baleendah 4.00 3.00 - 7.00 0 0 2.52 0.63 0.21
3 Banjaran 2.00 6.00 3.00 11.00 0 0 4.92 1.23 0.21
4 Cicalengka 5.00 121.00 - 126.00 0 0 89.54 22.39 0.19
5 Cikancung 10.00 69.00 - 79.00 0 0 59.34 14.84 0.22
6 Cileunyi 10.00 20.00 - 30.00 0 0 17.20 4.30 0.22
7 Cimaung 9.00 39.00 - 48.00 0 0 31.98 8.00 0.21
8 Ciwidey 75.00 4.50 4.50 84.00 0 0 3.69 0.92 0.21
9 Cimenyan 9.75 11.00 - 20.75 0 0 8.58 2.15 0.20
10 Cilengkrang 28.25 9.00 - 37.25 0 0 6.66 1.67 0.19
11 Ciparay 5.00 0.30 0.20 5.50 0 0 0.23 0.06 0.20
12 Cangkuang - 16.00 2.00 18.00 0 0 13.12 3.28 0.21
13 Ibun 9.00 8.00 2.00 19.00 0 0 7.23 1.81 0.23
14 Katapang - 3.00 - 3.00 0 0 2.34 0.59 0.20
15 Majalaya - 2.00 1.00 3.00 0 0 1.60 0.40 0.20
16 Margahayu - 1.00 - 1.00 0 0 0.78 0.20 0.20
17 Nagreg 14.00 44.00 9.00 67.00 0 0 34.32 8.58 0.20
18 Pacet 7.50 15.00 - 22.50 0 0 11.70 2.93 0.20
19 Pameungpeuk - 4.00 - 4.00 0 0 2.46 0.62 0.15
20 Pasirjambu 39.00 16.00 4.00 59.00 0 0 11.84 2.96 0.19
21 Pangalengan 75.00 8.00 - 83.00 0 0 10.08 2.52 0.32
22 Paseh 14.00 16.00 - 30.00 0 0 12.80 3.20 0.20
23 Soreang 5.00 16.00 5.00 26.00 0 0 12.48 3.12 0.20
24 Solakanjeruk - 1.50 - 1.50 0 0 1.11 0.28 0.19
25 Margaasih - 2.00 3.00 5.00 0 0 1.56 0.39 0.20
26 Rancaekek - - 2.00 2.00 0 0 - - 0.20
27 Bojongsoang - 1.00 - 1.00 0 0 0.74 0.19 0.19
28 Kutawaringin 12.00 68.00 18.00 98.00 0 0 53.04 13.26 0.20
29 Dayeuhkolot - 1.00 0.50 1.50 0 0 0.78 0.20 0.20
338.50 566.30 119.20 1,024.00 0 0 501.47 125.37 0.22
** Sumber Bidang Perkebunan Distanbunhut
JUMLAH
LUAS BAKU
LAHAN
New
Planting
Re
Planting
Bahan
Mentah
Tan. Belum
Menghasilkan
(TBM)
Kecamatan
No
mo
r
Tanaman
Menghasilkan
(TM)
Tanaman
Tua/ Rusak
(TT/R)
L U A S A R E A L T A N A M A N ( Ha ) PRODUKSI (Ton)
Rata-rata
Produksi
(Ton/Ha)
Jumlah
Hasil
Olahan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 Ibun 415.50 746.00 - 1,161.50 0 0 3,282.40 820.60 1.10
2 Kertasari 289.00 684.00 1.00 974.00 0 0 2,831.76 707.94 1.04
3 Banjaran 43.00 85.00 1.00 129.00 0 0 258.06 64.52 0.76
4 Cicalengka 79.00 84.00 - 163.00 0 0 324.24 81.06 0.97
5 Cileunyi 129.00 115.00 - 244.00 0 0 443.44 110.86 0.96
6 Cilengkrang 74.50 108.00 38.00 220.50 0 0 447.12 111.78 1.04
7 Majalaya - 1.00 - 1.00 0 0 2.77 0.69 0.69
8 Nagreg 26.00 28.00 - 54.00 0 0 77.50 19.38 0.69
9 Cimaung 115.00 240.00 30.00 385.00 0 0 984.00 246.00 1.03
10 Cikancung 132.50 274.00 - 406.50 0 0 1,123.40 280.85 1.03
11 Baleendah - 4.00 - 4.00 0 0 11.07 2.77 0.69
12 Ciparay 55.00 200.00 - 255.00 0 0 771.20 192.80 0.96
13 Rancaekek - - 26.00 26.00 0 0 - - -
14 Arjasari 50.00 137.00 14.00 201.00 0 0 544.71 136.18 0.99
15 Kutawaringin 2.50 61.00 2.00 65.50 0 0 243.76 60.94 1.00
16 Ciwidey 107.00 334.00 8.00 449.00 0 0 1,369.40 342.35 1.03
17 Pangalengan 559.00 1,510.00 2.00 2,071.00 0 0 6,499.04 1,624.76 1.08
18 Katapang - 3.00 3.00 6.00 0 0 6.89 1.72 0.57
19 Cangkuang 4.00 25.00 - 29.00 0 0 68.70 17.18 0.69
20 Paseh 598.00 890.00 3.00 1,491.00 0 0 3,560.00 890.00 1.00
21 Pacet 204.00 307.00 45.00 556.00 0 0 1,228.00 307.00 1.00
22 Pasirjambu 199.50 335.00 - 534.50 0 0 1,373.50 343.38 1.03
23 Cimenyan 92.50 80.00 - 172.50 0 0 262.40 65.60 0.82
24 Rancabali 233.00 431.00 - 664.00 0 0 1,767.10 441.78 1.03
25 Soreang 5.00 3.00 - 8.00 0 0 6.16 1.54 0.51
26 Solokanjeruk 0.50 1.50 - 2.00 0 0 2.52 0.63 0.42
3,413.50 6,686.50 173.00 10,273.00 0 0 27,489.14 6,872.28 1.03
Bahan
Mentah
Hasil
Olahan
Jumlah
LUAS AREAL PERTANAMAN DAN PRODUKSI PERKEBUNAN RAKYAT UNGGULAN KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2015
KOMODITI TANAMAN KOPIN
om
or
Kecamatan
L U A S A R E A L T A N A M A N ( Ha ) PRODUKSI (Ton)
Rata-rata
Produksi
(Ton/Ha)
Tan. Belum
Menghasilkan
(TBM)
Tanaman
Menghasilkan
(TM)
Tanaman
Tua/ Rusak
(TT/R)
** Sumber Bidang Perkebunan Distanbunhut
JUMLAH
LUAS BAKU
LAHAN
New
Planting
Re
Planting
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 Arjasari 0 0 1 1 0 0 0 0 1.51
2 Ciwidey 0 244 0 244 0 0 2793.8 558.76 2.29
3 Kertasari 0 10 81 91 0 0 93.5 18.7 1.87
4 Pangalengan 0 863 0 863 0 0 8920.8 1784.16 2.36
5 Pasirjambu 0 445 0 445 0 0 5028.5 1005.7 2.26
6 Cicalengka 0 5 0 5 0 0 37 7.4 1.48
7 Cikancung 0 0 10 10 0 0 0 0
8 Rancabali 0 42 0 42 0 0 430.5 86.1 2.05
0 1,609.00 92.00 1,701.00 0 0 17,304.10 3,460.82 2.15
Bahan
Mentah
Hasil
Olahan
Jumlah
LUAS AREAL PERTANAMAN DAN PRODUKSI PERKEBUNAN RAKYAT UNGGULAN KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2015
KOMODITI TANAMAN TEHN
om
or
Kecamatan
L U A S A R E A L T A N A M A N ( Ha ) PRODUKSI (Ton)
Rata-rata
Produksi
(Ton/Ha)
Tan. Belum
Menghasilkan
(TBM)
Tanaman
Menghasilkan
(TM)
Tanaman
Tua/ Rusak
(TT/R)
** Sumber Bidang Perkebunan Distanbunhut
JUMLAH
LUAS BAKU
LAHAN
New
Planting
Re
Planting
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 Arjasari 0 79.00 0 79.00 0 0 351.55 70.31 0.89
2 Cicalengka 0 145.00 0 145.00 0 0 652.50 130.50 0.90
3 Cikancung 0 178.00 0 178.00 0 0 792.10 158.42 0.89
4 Ciwidey 0 36.00 0 36.00 0 0 162.00 32.40 0.90
5 Cileunyi 0 17.00 0 17.00 0 0 74.80 14.96 0.88
6 Ibun 0 168.00 0 168.00 0 0 739.20 147.84 0.88
7 Pacet 0 222.00 0 222.00 0 0 999.00 199.80 0.90
8 Paseh 0 337.00 0 337.00 0 0 1,516.50 303.30 0.90
9 Soreang 0 31.00 0 31.00 0 0 136.40 27.28 0.88
10 Cilengkrang 0 83.00 0 83.00 0 0 365.20 73.04 0.88
11 Nagreg 0 90.00 0 90.00 0 0 396.00 79.20 0.88
12 Kutawaringin 0 19.00 0 19.00 0 0 83.60 16.72 0.88
13 Pasirjambu 0 27.00 0 27.00 0 0 118.80 23.76 0.88
14 Cimaung 0 19.00 0 19.00 0 0 83.60 16.72 0.88
15 Ciparay 0 23.00 0 23.00 0 0 101.20 20.24 0.88
16 Rancabali 0 30.00 0 30.00 0 0 132.00 26.40 0.88
17 Baleendah 0 20.00 0 20.00 0 0 88.00 17.60 0.88
0 1,524.00 0 1,524.00 0 0 6,792.45 1,358.49 0.89
Bahan
Mentah
Hasil
Olahan
Jumlah
LUAS AREAL PERTANAMAN DAN PRODUKSI PERKEBUNAN RAKYAT UNGGULAN KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2015
KOMODITI TANAMAN TEMBAKAUN
om
or
Kecamatan
L U A S A R E A L T A N A M A N ( Ha ) PRODUKSI (Ton)
Rata-rata
Produksi
(Ton/Ha)
Tan. Belum
Menghasilkan
(TBM)
Tanaman
Menghasilkan
(TM)
Tanaman
Tua/ Rusak
(TT/R)
** Sumber Bidang Perkebunan Distanbunhut
JUMLAH
LUAS BAKU
LAHAN
New
Planting
Re
Planting
1 Ciwidey 39,328 38,347 77,675
2 Rancabali 25,338 25,333 50,671
3 Pasirjambu 43,557 41,737 85,294
4 Cimaung 39,889 38,818 78,707
5 Pangalengan 74,517 73,836 148,353
6 Kertasari 35,156 34,637 69,793
7 Pacet 55,786 53,298 109,084
8 Ibun 41,566 40,333 81,899
9 Paseh 66,280 63,707 129,987
10 Cikancung 46,413 44,737 91,150
11 Cicalengka 59,768 58,391 118,159
12 Nagreg 26,676 25,589 52,265
13 Rancaekek 89,874 91,010 180,884
14 Majalaya 83,101 79,429 162,530
15 Solokan Jeruk 42,005 41,286 83,291
16 Ciparay 82,950 80,247 163,197
17 Baleendah 130,587 125,984 256,571
18 Arjasari 49,678 48,685 98,363
19 Banjaran 63,363 60,870 124,233
20 Cangkuang 37,585 36,364 73,949
21 Pameungpeuk 38,827 37,311 76,138
22 Katapang 63,472 61,791 125,263
23 Soreang 58,621 56,253 114,874
24 Kutawaringin 50,576 48,191 98,767
25 Margaasih 76,706 74,265 150,971
26 Margahayu 64,554 63,739 128,293
27 Dayeuhkolot 60,753 58,492 119,245
28 Bojongsoang 61,952 59,333 121,285
29 Cileunyi 98,690 96,694 195,384
30 Cilengkrang 26,534 25,825 52,359
31 Cimenyan 58,761 56,715 115,476
1,792,864 1,741,247 3,534,111
JUMLAH
Jumlah Penduduk Kabupaten Bandung menurut jenis Kelamin dan Kecamatan
Tahun 2015
Sumber : BPS Kab. Bandung, Survei APS 2015.
NO KECAMATAN
JUMLAH KAB. BANDUNG
LAKI-LAKI PEREMPUAN
Desa Kel Desa Kel1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 010 KECAMATAN CIWIDEY 7 0 7 060 KECAMATAN PACET 13 0
001 Desa Panundaan 001 Desa Cikitu
002 Desa Ciwidey 002 Desa Girimulya
003 Desa Panyocokan 003 Desa Sukarame
004 Desa Lebakmuncang 004 Desa Cikawao
005 Desa Rawabogo 005 Desa Nagrak
006 Desa Nengkelan 006 Desa Mandalahaji
007 Desa Sukawening 007 Desa Maruyung
2 011 KECAMATAN RANCABALI 5 0 008 Desa Pangauban
001 Desa Cipelah 009 Desa Cinanggela
002 Desa Sukaresmi 010 Desa Mekarjaya
003 Desa Indragiri 011 Desa Mekarsari
004 Desa Patengan 012 Desa Cipeujeuh
005 Desa Alamendah 013 Desa Tanjungwangi
3 020 KECAMATAN PASIRJAMBU 10 0 8 070 KECAMATAN IBUN 12 0
001 Desa Sugihmukti 001 Desa Neglasari
002 Desa Margamulya 002 Desa Dukuh
003 Desa Tenjolaya 003 Desa Ibun
004 Desa Cisondari 004 Desa Laksana
005 Desa Mekarsari 005 Desa Mekarwangi
006 Desa Cibodas 006 Desa Sudi
007 Desa Cukang Genteng 007 Desa Cibeet
008 Desa Pasirjambu 008 Desa Pangguh
009 Desa Mekarmaju 009 Desa Karya Laksana
010 Desa Cikoneng 010 Desa Lampegan
4 030 KECAMATAN CIMAUNG 10 0 011 Desa Talun
001 Desa Cikalong 012 Desa Tanggulun
002 Desa Mekarsari 9 080 KECAMATAN PASEH 12 0
003 Desa Cipinang 001 Desa Loa
004 Desa Cimaung 002 Desa Drawati
005 Desa Campakamulya 003 Desa Cipaku
006 Desa Pasir Huni 004 Desa Sindangsari
007 Desa Jagabaya 005 Desa Sukamantri
008 Desa Malasari 006 Desa Sukamanah
009 Desa Sukamaju 007 Desa Mekarpawitan
010 Desa Warjabakti 008 Desa Cijagra
5 040 KECAMATAN PANGALENGAN 13 0 009 Desa Tangsimekar
001 Desa Wanasuka 010 Desa Cipedes
002 Desa Banjarsari 011 Desa Karang Tunggal
003 Desa Margaluyu 012 Desa Cigentur
004 Desa Sukaluyu 10 090 KECAMATAN CIKANCUNG 9 0
005 Desa Warnasari 001 Desa Sri Rahayu
006 Desa Pulosari 002 Desa Ciluluk
007 Desa Margamekar 003 Desa Mekar Laksana
008 Desa Sukamanah 004 Desa Cihanyir
009 Desa Margamukti 005 Desa Cikancung
010 Desa Pangalengan 006 Desa Mandalasari
011 Desa Margamulya 007 Desa Hegarmanah
012 Desa Tribaktimulya 008 Desa Cikasungka
013 Desa Lamajang 009 Desa Tanjunglaya
6 050 KECAMATAN KERTASARI 8 0
001 Desa Neglawangi
002 Desa Santosa
003 Desa Tarumajaya
004 Desa Cikembang
005 Desa Cibeureum
Nama dan Jumlah Kecamatan/Desa/Kelurahan di Kabupaten Bandung Tahun 2015
No Kode KEC/DESA/KELJUMLAH
No Kode KEC/DESA/KELJUMLAH
Desa Kel Desa Kel1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
11 100 KECAMATAN CICALENGKA 12 0 16 130 KECAMATAN CIPARAY 13 1
001 Desa Nagrog 001 Desa Babakan
002 Desa Narawita 002 Desa Cikoneng
003 Desa Margaasih 003 Desa Sagaracipta
004 Desa Cicalengka Wetan 004 Kelurahan Pakutandang
005 Desa Cikuya 005 Desa Manggungharja
006 Desa Waluya 006 Desa Mekarsari
007 Desa Panenjoan 007 Desa Ciparay
008 Desa Tenjolaya 008 Desa Sumbersari
009 Desa Cicalengka Kulon 009 Desa Sarimahi
010 Desa Babakan Peuteuy 010 Desa Serangmekar
011 Desa Dampit 011 Desa Gunung Leutik
012 Desa Tanjungwangi 012 Desa Ciheulang
12 101 KECAMATAN NAGREG 8 0 013 Desa Mekar Laksana
001 Desa Mandalawangi 014 Desa Bumiwangi
002 Desa Bojong 17 140 KECAMATAN BALEENDAH 3 5
003 Desa Ciherang 001 Kelurahan Jelekong
004 Desa Ciaro 002 Kelurahan Manggahang
005 Desa Nagreg 003 Kelurahan Baleendah
006 Desa Citaman 004 Kelurahan Andir
007 Desa Nagreg Kendan 005 Desa Malakasari
008 Desa Ganjarsabar 006 Desa Bojong Malaka
13 110 KECAMATAN RANCAEKEK 13 1 007 Desa Ranca Manyar
001 Desa Sukamanah 008 Kelurahan Warga Mekar
002 Desa Tegal Sumedang 18 150 KECAMATAN ARJASARI 11 0
003 Desa Rancaekek Kulon 001 Desa Batukarut
004 Desa Rancaekek Wetan 002 Desa Mangunjaya
005 Desa Bojongloa 003 Desa Mekarjaya
006 Desa Jelegong 004 Desa Baros
007 Desa Linggar 005 Desa Lebakwangi
008 Desa Sukamulya 006 Desa Wargaluyu
009 Desa Haur Pugur 007 Desa Arjasari
010 Desa Sangiang 008 Desa Pinggirsari
011 Desa Bojong Salam 009 Desa Patrolsari
012 Desa Cangkuang 010 Desa Rancakole
013 Desa Nanjung Mekar 011 Desa Ancolmekar
014 Kelurahan Rancaekek Kencana 19 160 KECAMATAN BANJARAN 11 0
14 120 KECAMATAN MAJALAYA 11 0 001 Desa Mekarjaya
001 Desa Neglasari 002 Desa Banjaran Wetan
002 Desa Wangisagara 003 Desa Ciapus
003 Desa Padamulya 004 Desa Sindangpanon
004 Desa Sukamukti 005 Desa Neglasari
005 Desa Padaulun 006 Desa Margahurip
006 Desa Biru 007 Desa Kiangroke
007 Desa Sukamaju 008 Desa Kamasan
008 Desa Majasetra 009 Desa Banjaran
009 Desa Majalaya 010 Desa Tarajusari
010 Desa Majakerta 011 Desa Pasirmulya
011 Desa Bojong 20 161 KECAMATAN CANGKUANG 7 0
15 121 KECAMATAN SOLOKAN JERUK 7 0 001 Desa Jatisari
001 Desa Panyadap 002 Desa Nagrak
002 Desa Padamukti 003 Desa Bandasari
003 Desa Cibodas 004 Desa Pananjung
004 Desa Langensari 005 Desa Ciluncat
005 Desa Solokan Jeruk 006 Desa Cangkuang
006 Desa Rancakasumba 007 Desa Tanjungsari
007 Desa Bojong Emas
No Kode KEC/DESA/KELJUMLAH
No KEC/DESA/KELJUMLAH
Kode
Desa Kel Desa Kel1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
21 170 KECAMATAN PAMEUNGPEUK 6 0 26 260 KECAMATAN MARGAHAYU 5 0
001 Desa Bojong Manggu 001 Kelurahan Sulaeman
002 Desa Langensari 002 Desa Sukamenak
003 Desa Sukasari 003 Desa Sayati
004 Desa Rancamulya 004 Desa Margahayu Selatan
005 Desa Rancatungku 005 Desa Margahayu Tengah
006 Desa Bojong Kunci 27 270 KECAMATAN DAYEUHKOLOT 5 1
22 180 KECAMATAN KATAPANG 7 0 001 Desa Cangkuang Kulon
001 Desa Gandasari (004) 002 Desa Cangkuang Wetan
002 Desa Katapang (005) 003 Kelurahan Pasawahan
003 Desa Cilampeni (006) 004 Desa Dayeuhkolot
004 Desa Pangauban (007) 005 Desa Citeureup
005 Desa Banyusari (008) 006 Desa Sukapura
006 Desa Sangkanhurip (009) 28 280 KECAMATAN BOJONGSOANG 6 0
007 Desa Sukamukti (010) 001 Desa Bojongsari
23 190 KECAMATAN SOREANG 10 0 002 Desa Bojongsoang
001 Desa Soreang 003 Desa Lengkong
002 Desa Sadu 004 Desa Cipagalo
003 Desa Sukajadi 005 Desa Buahbatu
004 Desa Sukanagara 006 Desa Tegalluar
005 Desa Panyirapan 29 290 KECAMATAN CILEUNYI 6 0
006 Desa Karamatmulya 001 Desa Cibiru Hilir
007 Desa Pamekaran 002 Desa Cinunuk
008 Desa Cingcin 003 Desa Cimekar
009 Desa Sekarwangi 004 Desa Cileunyi Kulon
010 Desa Parung serab 005 Desa cileunyi Wetan
24 191 KECAMATAN KUTAWARINGIN 11 0 006 Desa Cibiru Wetan
001 Desa Cilame 30 300 KECAMATAN CILENGKRANG 6 0
002 Desa Padasuka 001 Desa Girimekar
003 Desa Buni Nagara 002 Desa Jatiendah
004 Desa Sukamulya 003 Desa Malati Wangi
005 Desa Kutawaringin 004 Desa Cipanjalu
006 Desa Kopo 005 Desa Ciporeat
007 Desa Cibodas 006 Desa Cilengkrang
008 Desa Jatisai 31 310 KECAMATAN CIMENYAN 7 2
009 Desa Pameuntasan 001 Kelurahan Cibeunying
010 Desa Gajah Mekar 002 Kelurahan Padasuka
011 Desa Jelegong 003 Desa Mandalamekar
25 250 KECAMATAN MARGAASIH 6 0 004 Desa Cikadut
001 Desa Nanjung 005 Desa Sindanglaya
002 Desa Mekarrahayu 006 Desa Mekarmanik
003 Desa Rahayu 007 Desa Cimenyan
004 Desa Cigondewah Hilir 008 Desa Mekarsaluyu
005 Desa Margaasih 009 Desa Ciburial
006 Desa Lagadar
= 31 Kecamatan
= 270 Desa
= 10 KELURAHAN
No Kode KEC/DESA/KELJUMLAH
No
TOTAL JUMLAH KECAMATAN
TOTAL JUMLAH DESA
TOTAL JUMLAH KELURAHAN
Kode KEC/DESA/KELJUMLAH
1 2 3 4 8 9
1 Ciwidey 1,249 182 1,431 1,112 - - 252
2 Rancabali 470 126 596 446 542 5,281 809
3 Pasirjambu 1,374 97 1,471 4,897 561 3,188 4,297
4 Cimaung 1,655 50 1,705 1,071 301 - 138
5 Pangalengan 502 36 538 6,636 123 5,141 1,182
6 Kertasari 140 38 178 2,535 - 3,618 515
7 Pacet 1,732 403 2,135 429 1,043 - 440
8 Ibun 1,130 119 1,249 290 85 - 626
9 Paseh 1,342 178 1,520 389 462 - 570
10 Cikancung 750 154 904 937 1,006 - 326
11 Cicalengka 957 50 1,007 1,013 38 - 313
12 Nagreg 274 81 355 720 1,407 - 362
13 Rancaekek 3,025 86 3,111 40 - - 5
14 Majalaya 1,183 73 1,256 56 6 - 49
15 Solokan Jeruk 1,786 43 1,829 82 - - -
16 Ciparay 2,855 50 2,905 692 323 - 114
17 Baleendah 1,249 135 1,384 276 221 - 153
18 Arjasari 1,387 102 1,489 1,014 454 1 807
19 Banjaran 1,303 - 1,303 218 178 - 856
20 Cangkuang 1,090 79 1,169 50 140 220 250
21 Pameungpeuk 763 79 842 49 - - -
22 Katapang 842 - 842 14 - - -
23 Soreang 846 - 846 607 202 - 158
24 Kutawaringin 1,149 378 1,527 976 500 - 731
25 Margaasih 558 15 573 183 98 - 182
26 Margahayu 35 20 55 23 - - -
27 Dayeuhkolot 133 - 133 - - - -
28 Bojongsoang 1,565 23 1,588 93 52 - 1
29 Cileunyi 681 431 1,112 500 250 - 75
30 Cilengkrang 266 - 266 129 296 840 -
31 Cimenyan 197 27 224 1,909 482 50 294
32,488 3,055 35,543 27,386 8,770 18,339 13,505 JUMLAH
IRIGASITADAH
HUJAN
Tegal/
Kebun
Ladang/
Huma
Perkebu
nan
/PTPN
&PBS
Ditanami
Pohon/
Hutan
Rakyat
LUAS PENGGUNAAN LAHAN/LAHAN SAWAH DAN LAHAN KERING MENURUT KECAMATAN
(Isian dalam hektar bilangan bulat)
KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2015
No KECAMATAN
LAHAN
PERTANIAN
SAWAH
JUMLAH
LAHAN PERTANIAN BUKAN SAWAH
10 11 14 15 15 16 17 20
24 - 1,571 2,959 457 1,431 2,959 457 4,847
- - 6,925 14,003 238 596 14,003 238 14,837
15 11 6,911 19,880 2,607 1,471 19,880 2,607 23,958
4 - 1,588 3,102 693 1,705 3,102 693 5,500
- - 4,998 18,080 923 538 18,080 923 19,541
17 - 7,643 14,328 701 178 14,328 701 15,207
16 - 4,403 6,331 728 2,135 6,331 728 9,194
- - 2,150 3,151 1,057 1,249 3,151 1,057 5,457
- - 1,250 2,671 912 1,520 2,671 912 5,103
14 - 147 2,430 680 904 2,430 680 4,014
25 - 136 1,525 1,066 1,007 1,525 1,066 3,598
28 - 1,701 4,218 357 355 4,218 357 4,930
- - 158 203 1,211 3,111 203 1,211 4,525
- 2 259 372 908 1,256 372 908 2,536
- - 5 87 485 1,829 87 485 2,401
- - 205 1,334 379 2,905 1,334 379 4,618
- - 349 999 1,773 1,384 999 1,773 4,156
12 84 1,622 3,994 1,015 1,489 3,994 1,015 6,498
2 34 243 1,531 1,458 1,303 1,531 1,458 4,292
19 45 13 737 555 1,169 737 555 2,461
- - 5 54 566 842 54 566 1,462
- - 25 39 691 842 39 691 1,572
- - 68 1,035 670 846 1,035 670 2,551
60 - 469 2,736 467 1,527 2,736 467 4,730
- 129 17 609 653 573 609 653 1,835
- - 15 38 961 55 38 961 1,054
- 2 75 77 893 133 77 893 1,103
- - 370 516 677 1,588 516 677 2,781
- - 430 1,255 791 1,112 1,255 791 3,158
15 - 760 2,040 706 266 2,040 706 3,012
37 - 398 3,170 1,914 224 3,170 1,914 5,308
288 307 44,909 113,504 27,192 35,543 113,504 27,192 176,239
TOTAL LAHAN
JUMLAH
TOTAL
LAHAN
MENUR
UT
KECAM
ATAN
Padang
Penggem
balaan/
Padang
Rumput
Sementar
a Tidak
Diusahak
an
Lainnya
(tambak,
kolam,
empang,
hutan
(Jalan,
Pemukim
an,
Perkantor
an, Sungai
dll)
LAHAN
SAWAH
LAHAN
PERTANI
AN
BUKAN
SAWAH
LAHAN
BUKAN
PERTANI
AN
LUAS PENGGUNAAN LAHAN/LAHAN SAWAH DAN LAHAN KERING MENURUT KECAMATAN
(Isian dalam hektar bilangan bulat)
KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2015
LAHAN PERTANIAN BUKAN SAWAH
JUMLAH
LAHAN
BUKAN
PERTAN