laporan tutorial 1 dmf 2

41
LAPORAN TUTORIAL Penyakit Degeneratif Rongga Mulut Diajukan Untuk Memenuhi salah Satu Tugas Tutorial Blok Penyakit Dentomaksilofasial II Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember Pembimbing : drg. Peni Pujiastuti, M.Kes FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

Upload: farah-firdha-abadhia

Post on 21-Dec-2015

194 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

dentomaksilofacial

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Tutorial 1 Dmf 2

LAPORAN TUTORIAL

Penyakit Degeneratif Rongga Mulut

Diajukan Untuk Memenuhi salah Satu Tugas Tutorial

Blok Penyakit Dentomaksilofasial II

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember

Pembimbing :

drg. Peni Pujiastuti, M.Kes

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS JEMBER

2014

Page 2: Laporan Tutorial 1 Dmf 2

DAFTAR ANGGOTA KELOMPOK

Tutor : drg. Peni Pujiastuti, M.Kes

Ketua : Mochammad Fahmi (131610101026)

Sciber Meja : Lusi Hesti Pratiwisari (131610101058)

Sciber Papan : Aditya Pristyhari (131610101034)

Anggota :

1. Afifannisa Dienda R (131610101013)

2. Canggih Patriot Bangsa (131610101032)

3. Duati Mayangsari (131610101039)

4. Galuh Cita Sari R (131610101041)

5. Farah Rifdha A (131610101046)

6. Rachel (131610101049)

7. Fatimatuz Zahro (131610101051)

8. Cholida Rachmatia (131610101056)

9. Primawati Dyah R (131610101077)

Page 3: Laporan Tutorial 1 Dmf 2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah – NYA

sehingga kami dapat menyelesaikan tugas laporan yang berjudul “Penyakit

Degeneratif Rongga Mulut”. Laporan ini disusun untuk memenuhi hasil diskusi

tutorial kelompok V pada skenario pertama.

Penulisan makalah ini semuanya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak,

oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada:

1. drg. Peni Pujiastuti, M.Kes selaku tutor yang telah membimbing jalannya

diskusi tutorial kelompok V Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember

dan member masukan yang membantu bagi pengembangan ilmu yang

telah didapatkan.

2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.

Dalam penyusunan laporan ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan.

Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis

harapkan demi perbaikan – perbaikan di masa yang akan dating demi

kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat berguna bagi kita

semua.

Jember, 30 Agustus 2014

Tim Penyusun

Page 4: Laporan Tutorial 1 Dmf 2

SKENARIO

PENYAKIT DEGENERATIF RONGGA MULUT

Seorang wanita berusia 65 tahun mengeluh sejak 1 tahun yang lalu

mulutnya terasa kering, beberapa goyang, kadang – kadang gigi terasa ngilu bila

minum air dingin dan persendian rahangnya terasa sakit bila digunakan untuk

mengunyah. Hasil pemeriksaan intraoral menunjukkan tidak ada gigi yang

berlubang dan keparahan inflamasi gingivanya tipe mild gingivitis. Terdapat

resesi gingival rata – rata sebesar 2 mm hampir di semua gigi. Gigi 15, 26, 36, 37,

45 dan 46 goyang ◦2. Temporomandibular joint tidak bias digerakkan

maksimal,sudah terasa sakit untuk membuka mulut sebesar 9 mm dan pergerakan

ke lateral sebesar 7 mm. palpasi di area TMJ kanan dan kiri terasa sakit.

Pemeriksaan radiografis menunjukkan gambaran kehilangan lamina dura di area

apical dan furkasi gigi, pelabaran periodontal ligament space, resorpsi tulang

alveolar tipe angular. Kondisi umum penderita baik dan tidak terdapat adanya

kelainan sistemik.

Page 5: Laporan Tutorial 1 Dmf 2

- STEP 1 (Klarifikasi kata sulit)

1. Resesi

Penurunan ketinggian gingiva

Keadaan turunnya / pengikisan massa gingival

Pengurangan jarak dari apical gigi ke gingival

Pengurangan volume gingival akibat pengikisan yang disebabkan

oleh banyak faktor

2. Mild Gingivitis

Pengklasifikasian gingivitis / penyakit gingival yang diklasifikasikan

berdasarkan hasil probing, jaraknya sekitar 2 mm – 3 mm

- STEP 2 (Rumusan Masalah)

1. Apa etiologi dari kasus ini?

2. Adakah factor predisposisi yang mempengaruhi terjadinya penyakit

tersebut?

3. Bagaimana pathogenesis dari penyakit dalam kasus ini?

4. Bagaimana kolerasi gangguan pada TMJ dengan inflamasi gingival/

gingivitis?

5. Apa yang menyebabkan gigi terasa ngilu saat minum air dingin?

6. Apa yang menyebabkan kehilangan lamina dura?

7. Adakah hubungan antara resorpsi tulang alveolar dengan resesi gingival?

8. Mengapa saat membuka mulut terasa sakit dan saat dipalpasi terasa sakit?

- STEP 3 (Klarifikasi Masalah)

1. Etiologi dari kasus pada scenario 1

Usia

Semakin bertambahnya usia maka fungsi organ tubuh semakin

menurun disebabkan oleh penurunan kemampuan sel beregenerasi,

penurunan fungsi tersebut di dukung oleh penurunan hormone

esterogen dimana ketika jumlah esterogen ini sedikit maka produksi

osteoblas menurun dan osteoklas meningkat sehingga proses terjadi

penurunan proses remodeling tulang yang menimbulkan suatu

ketidakseimbangan antara remodeling dan resorpsi tulang. Penurunan

Page 6: Laporan Tutorial 1 Dmf 2

fungsi ini juga terjadi jaringan lunak rongga mulut, seiring dengan

menuanya seseorang produksi saliva juga menurun disebabkan oleh

berkurangnya kemampuan sel kelenjar saliva untuk memproduksi

saliva.

2. Factor predisposisi yang mempengaruhi

Genetic : diduga factor genetic mempengaruhi kemampuan

adapasi sel atau terjadinya penyakit degenasi ini.

Trauma : adanya trauma secara langsung atau tidak langsung

mempengaruhi terjadinya adaptasi sel atau jaringan,

sehingga bila sel atau jaringan tidak mampu

beradaptasi dapat menyebabkan munculnya

penyakit –penyakit seperti diskenario

Resesi gingiva : adanya resesi gingival semakin mempermudah

bakteri pathogen menginvasi jaringan disekitarnya,

hal ini semakin memperbesar terjadinya inflamasi

dan infeksi.

Makoklusi : maloklusi menyebabkan beban oklusi yang berat

yang terjadi terus menerus sehingga menyebabkan

kelelahan TMJ pada saat proses mastikasi. Proses

mastikasi yang tidak baik saat usai muda juga

menyebabkan terjadinya penyakit degenerative

sehingga saat tua terjadi penurunan proses

regenerasi tubuh tidak dapat mengimbangi keadaan

tersebut.

Page 7: Laporan Tutorial 1 Dmf 2

Penuaan

regenerasi sel menurun menurun

Osteoklas meningkat

Kerapuhan tulang

Kalsium menurun

Esterogen menurun

Produksi kelenjar saliva menurun

Jumlah synovial menurun

TMJ susah digerakkan

Kelainan TMJ

Xerostomia

3. Patogenesis

Pada saat menua terjadi kemampuan penyerapan nutrisi disalam tubuh

hal ini dikarenakan oleh tidak sempurnanya proses regenerasi jaringan.

Akibatnya nutrisi yang masuk kelama tubuh akan menurun. Selain itu

berkurangnya nutrisi juga disebabkan oleh berkurangnya jumlah

papilla pada lidah sehingga sensari rasa berkurang dan menyebabkan

kurangnya nafsu makan pada orang tua. Akibatnya asupan vitamin D

didalam tubuh berkurang, dimana vitamin D merupakan agen pengikat

kalsium didalam darah. Dengan berkurangnya kadar kalsium didalam

tubuh kita makan proses resorpsi tulang juga akan semakin cepat.

Berkurangnya kemampuan meregenasi sel juga memnyebabkan

timbulnya keluhan – keluhan pada jaringan lunak rongga mulut seperti

gusi berdarah, gingivitis, pelebaran periodontal space dan kehilangan

lamina dura seperti yang terjadi pada kasus ini, namun tidak semua

orang tua mengalami keluhan tersebut, apabila pola hidupnya baik

maka keluhan tersebut bias diminimalisir.

Page 8: Laporan Tutorial 1 Dmf 2

4. Hubungan TMJ tidak dapat digerakkan dengan gingivitis

Tidak ada hubungan antara gingivitis dengan keluhan TMJ yang tidak

dapat digerakkan.

Ada hubungan antara TMJ yang tidak dapat digerakkan dengan

gingivitis, hal ini disebabkan oleh bakteri pathogen dari gingivitis yang

menginvasi daerah TMJ sehingga menyebabkan inflamasi didaerah

TMJ yang menyebabkan rasa sakit tersebut. Selain itu adanya

gingivitis juga menyebabkan penurunan margin gingival yang

memungkinkan terjadi kegoyangan gigi, kita ketahui ketika oklusi

TMJ akan menempatkan dirinya senyaman mungkin jadi apabila gigi

tersebut tidak pada mestinya dan TMJ teru menerus meletakkan

dirinya bukan pada posisi normal akan menyebabkan rasa sakit

tersebut.

5. Alasan mengapa gigi terasa ngilu

Adanya resesi gingival menyebabkan rangsangan langsung terhadap

sementum, dimana didaerah apical merupakan daerah yang sangat

peka terhadap rangsangan, hal ini yang menyebabkan sensitivitas gigi

meningkat ditandai gigi terasa ngilu saat terkena dingin.

6. Kehilangan lamina dura

Kehilangan lamina dura berhubungan dengan proses tidak

sempurnanya regenerasi sel dan kurangnya nutrisi didalam tubuh

sehingga terjadi peningkatan kecepatan penurunan lamina dura yang

semakin lama lamina dura tersebut akan hilang.

7. Hubungan resorpsi tulang alveolar dengan TMJ yang sakit

Adanya gigi yang goyang mempengaruhi proses oklusi yang

menyebabkan TMJ tidak pada posisi normalnya sehingga saat

mastikasi musculus pterigoideus bekerja maksimal, hal ini juga

disebabkan oleh beban oklusi yang semakin berat apabila keaadan ini

berlangsung terus menerus menyebabkan discus artikularis mengalami

pengapuran. Keadaan ini diperparah dengan berkurangnya synovial

memberikan dampak gesekan yang keras antar sendi sehingga terjadi

atrisi pada condyl atau tulang yang saling berhubungan keadaan ini

Page 9: Laporan Tutorial 1 Dmf 2

Mild GingivitisXerostomiaResesi gingivalPelebaran periodontal space

Resorpsi alveolarGigi goyangKehilangan lamina duraTMJ tidak dapt digerakkan

PENYAKIT DEGENERASI RONGGA MULUT

Penuaan

Usia Hormon

Jaringan Keras

Degenerasi

yang menyebabkan keluhan nyeri pada TMJ, pada proses menua akan

terjadi penurunan hormone esterogen seiring dengan proses menopause

sehingga produksi osteoblas tidak dapat mengimbangi produksi

osteoklas hal ini menyebabkan resorpsi tulang alveolar yang pada

akhirnya ketika alveolar terresorpsi besar – besaran akan menyebabkan

kegoyangan pada gigi yang berakhir pada gigi tersebut tanggal.

8. Alasan mengapa saat dipalpasi daerah depan telinga sakit

berkurangnya synovial memberikan dampak gesekan yang keras antar

sendi sehingga terjadi atrisi pada condyl atau tulang yang saling

berhubungan keadaan ini yang menyebabkan keluhan nyeri pada TMJ.

- STEP 4 (Mapping)

Jaringan Lunak

Page 10: Laporan Tutorial 1 Dmf 2

- STEP 5 (Learning Objective)

1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan etiologi dan factor

predisposisi dari penyakit degenerasi rongga mulut.

2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan macam – macam

penyakit degenerative.

3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pathogenesis dari

penyakit degenerasi rongga mulut.

4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan gambaran klinis dan

radiografis dari penyakit degenerasi rongga mulut.

5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pemeriksaan penunjang

yang diperlukan untuk penyakit degenerasi rongga mulut.

- STEP 7 (Klarifikasi LO berdasarkan Referensi)

1. Etiologi dan factor predisposisi penyakit degenerasi

a. Etiologi

Factor utama dari penyakit degenerasi adalah usia. Setelah orang

memasuki masa lansia umumnyamulai dihinggapi adanya kondisi fisik

yang bersifat patologis berganda, misalnya tenaga berkurang, energy

menurun, kulit mulai keriput, gigi makin rontok, tulang mulai rapuh sdb.

Secara umum kondisi fisik seseorang yang sudah memasuki masa lansia

mengalami penurunan yang berlipat ganda. Hal ini semua menimbulkan

gangguan atau kelainan fungsi fisik, psikologik maupun social.

Beberapa perubahan fisiologis yang terjadu ketika memasuki masa

lansia adalah :

Perubahan pada panca indera terutama rasa

Sekresi salva berkurang mengakibatkan pengeringan rongga mulut.

Papil – papil pada permukaan lidah mengalami atropi sehingga terjadi

penurunan sensitivitas terhadap rasa terutama rasa manis dan asin.

Keadaan ini akan mempengaruhi nafsu makan dan dengan demikian

asupan gizi akan terpengaruh. Keadaan ini mulai pada usia 70 tahun.

Page 11: Laporan Tutorial 1 Dmf 2

Perubahan indera penciuman, penglihatan dan pendengaran juga

mengalami penurunan fungsi dengan bertambahnya usia.

Esophagus

Lapisan otot polos esophagus dan sfrungter gastro esophageal mulai

melemah yang akan menyebabkan gangguan kontraksi dan refluk

gastrointestinal spontan sehingga terjadi kesulitan menelan dan makan

menjadi tidak nyaman.

Lambung

Pengosongan lambung lebih lambat, sehingga orang akan makan lebih

sedikit karena lambung terasa penuh, terjadilah anorexia. Penyerapan

zat gizi berkurang dan produksi asam lambung menjadi lebih sedikit

untuk mencerna makanan. Diatast umur 60 tahun, sekresi HCl dan

pepsin berkurang, akibatnya absorpsi protein, vitamin dan zat besi

menjadi berkurang dan adanya kolonisasi bakteri sehingga terjadi

penurunan factor intrinsic yang juga membatasi absorbs vitamin B12.

Penurunan sekresi asam lambung dan enzyme pancreas, fungsi empedu

akan menurun menghambat pencernaan lemak dan protein, sehingga

terjadi malabsorbsi lemak.

Tulang

Kepadatan tulang akan menurun, dengan bertambahnya usia

kehilangan massa yulang terjadi secara perlahan pada pria dan wanita

dimulai pada usia 35 tahun yaitu usia dimana massa tulang puncak

tercapai, dampaknya tulang akan mudah rapuh dan patah, mengalami

cedera dan trauma yang kecil saja dapat menyebabkan fraktur.

Otot

Penurunan berat badan sebagai akibat hilangnya jaringan otot dan

jaringan lemak tubuh. Presentasi lemak tubuh meningkat pada usia 40

tahun dan berkurang pada usia 70 tahun. Penurunan massa otot, organ

tubuh, tulang serta metabolism dalam sel – sel otot berkurang sesuai

dengan usia. Penurunan kekuatan otot mengakibatkan orang sering

merasa letih dan merasa lemah, daya tahan tubuh menurun karena

terjadi atrofi. Berkurangnya protein tubuh akan menambah lemak

Page 12: Laporan Tutorial 1 Dmf 2

tubuh. Perubahan metamolisme lemak ditandai dengan naikknya kadar

kolesterol total dan irigliserida.

Ginjal

Fungsi ginjal menurun sekitar 55%, antara usia 35-80 tahun. Banyak

fungsi yang mengalami kemunduran contohnya LFG, eksresi dan

reabsorbsi oleh ginjal. Reaksi asam basa terhadap perubahan

metabolism melambat. Pembuangan sisa metabolism dan elektrolit

yang seharusnya dilakukan ginjal menjadi beban tersendiri.

Kelenjar endokrin

Terjadi perubahan dalam kecepatan dan jumlah sekresi, respon

terhadap stimulasi kelenjar endokrin, pada usia diatas 60 tahun terjadi

penurunan sekresi testosterone, esterogen dan progesterone.

- Hubungan dengan hormon esterogen

Hormon estrogen merupakan salah satu hormon steroid,

yang dihasilkan oleh sel teka interna folikel ovarium, korpus

luteum, plasenta dan sedikit dihasilkan oleh korteks adrenal.

Kekurangan hormon estrogen akan menyebabkan

meningkatnya kadar PTH, sehingga akan meningkatkan

resorbsi tulang, sehingga terjadi penurunan massa tulang.

Tulang merupakan target hormon estrogen, yang memiliki

reseptor α dan β. Secara seluler, mekanisme kerja hormon

estrogen pada tulang dimulai dari interaksi antara reseptor

estrogen pada tulang dan kadar hormon yang bersirkulasi

dalam tubuh, sedangkan respons yang timbul merupakan hasil

interaksi keduanya.

Estrogen merupakan inhibitor resorbsi kalsium di tulang

yang potensial karena keberadaannya dapat menunjang sekresi

dan meningkatkan produksi kalsitonin serta menurunkan

sekresi hormon paratiroid. Estrogen juga dapat meningkatkan

kadar 1,25 dihidroksikalsiferol sehingga akan meningkatkan

penyerapan kalsium di dalam usus. Penurunan produksi

estrogen juga menggagalkan osteoblas mendeposit jaringan

Page 13: Laporan Tutorial 1 Dmf 2

matriks. Estrogen bertanggung jawab pada fase pertumbuhan

dan menutup perkembangan epifisis pada tulang panjang masa

pubertas. Defisiensi estrogen akan menyebabkan terjadinya

osteoklastogenesis yang meningkat dan berlanjut dengan

kehilangan tulang.

- Hubungan dengan hormon testosteron

Pada laki-laki usia lanjut terdapat keadaan dimana dia

mengalami andropause. Andropause ini kurang lebih sama

seperti menopause hanya andropause ini diistilahkan untuk

laki-laki sedangkan menopause untuk perempuan. Andropause

terjadi karena menurunnya produksi dari testosteron biasanya

pada usia sekitar 40 tahun. Fungsi dari testosteron itu sendiri

untuk menambah kekuatan tulang, ligamen, dan otot. Diduga

testosteron ini mirip fungsinya dengan estrogen.

- Hubungan dengan hormon paratiroid (PTH)

Remodelling tulang juga dipengaruhi oleh hormon paratiroid.

Suatu peningkatan kadar hormon paratiroid menyebabkan

kalsium dan fosfat yang ada di tulang diabsorpsi memasuki

dara sehingga kadar kalsium tulang berkurang. Selain itu,

peningkatan hormon paratiroid juga menyebabkan peningkatan

jumlah dan aktivitas osteoklas. Kondisi ini memperparah

proses resorbsi tulang.

- Hormon Kortisol

Hormon kortisol ini diproduksi pada saat dimana stress itu

terjadi. Hormon kortisol ini berpengaruh pada produksi dari

hormon estrogen. Akibatnya karena produksi hormon estrogen

menurun bisa menyebabkan kehilangan kepadatan tulang dan

gigi. Produksi estrogen yang menurun itu akan meningkatkan

kegiatan atau aktivitas dari osteoklas tanpa kendali

Page 14: Laporan Tutorial 1 Dmf 2

dibandingkan dengan aktivitas dari osteoblas maka dari itu

kerapuhan tulang (osteoporosis) kemungkinan besar terjadi.

Fungsi imunologik

Penurunan fungsi imunologik sesuai dengan umur yang berakibat

tingginya kemungkinan terjadinya infeksi dan keganasan.

Kemungkinan jika terjadi peningkatan pemasukan vitamin dan mineral

termasuk zinc dapat meniadakan reaksi ini.

b. Factor predisposisi

Sex

Rasio antara perempuan dan laki–laki yang mengalami gangguan

tempromandibula adalah 4:1. Diduga karena reseptor estrogen di

persendian temporomandibula pada wanita memodulasi fungsi

metabolik sehingga menyebabkan kelemahan dari ligamen. Selain itu,

diduga estrogen ini juga meningkatkan stimulasi nyeri.

Oklusi

Pada maloklusi dapat menyebabkan ketidakseimbangan

neuromuskular dan menyebabkan iskemik yang dapat menjadi

faktor predisposisi dari gangguan sendi temporomandibula. Akan

tetapi dari beberapa penelitian yang sudah pernah dilakukan, peran

oklusi dalam menimbulkan ganguan sendi temporomandibula masih

belum jelas.

Trauma

Pada makro trauma, tekanan yang terjadi secara langsung dapat

menyebabkan perubahan pada bagian discus articularis dan processus

condylaris secara langsung. Trauma besar yang tiba–tiba dapat

mengakibatkan perubahan struktural, seperti pukulan pada wajah atau

kecelakaan. Sedangkan pada mikro trauma, posisi discus articularis

dan processus condylaris dapat berubah secara perlahan–lahan.

Trauma ringan tapi berulang dalam jangka waktu yang lama

Page 15: Laporan Tutorial 1 Dmf 2

seperti bruxism dan clenching dapat menyebabkan mikrotrauma pada

jaringan yang terlibat seperi gigi, sendi rahang, atau otot.

Stres emosional

Stres emosional dapat menyebabkan peningkatan aktifitas otot

pada posisi istirahat atau bruxism atau keduanya, yang dapat

menimbulkan kelelahan yang berakibat pada spasme otot. Spasme

otot yang terjadi nantinya akan menimbulkan kontraktur,

ketidakseimbangan oklusal dan degeneratif atritis. Stres emosional

juga dapat meningkatkan respon saraf simpatis yang menyebabkan

nyeri pada otot mastikasi.

Aktifitas parafungsional

Aktifitas parafungsional adalah semua aktifitas diluar fungsi

normal (seperti mengunyah, bicara, menelan) dan tidak mempunyai

tujuan fungsional. Contohnya adala h bruxism dan kebiasaan

kebiasaan lain seperti menggigit kuku, pensil, bibir, mengunyah

satu sisi, tongue thrust, dan bertopang dagu. Aktifitas yang paling

berat dan sering menimbulkan masalah adalah bruxism termasuk

clenching dan grinding. Bruxism adalah mengerat gigi atau

grinding terutama pada malam hari, sedangkan clenching adalah

mempertemukan gigi atas dan bawah dengan keras yang dapat

dilakukan pada siang ataupun malam hari. Pasien yang melakukan

clenching atau grinding pada saat tidur sering melaporkan adanya

rasa nyeri pada sendi rahang dan kelelahan pada otot–otot wajah saat

bangun tidur

Radikal bebas

Molekul-molekul terdiri dari atom dan elektron, dan elektron biasanya

berpasangan. Terdapat kondisi dimana terdapat molekul-molekul yang

mempunyai elektron yang tidak berpasangan, maka molekul-molekul

inilah yang dikenal sebagai radikal bebas. Elektron yang tidak

mempunyai pasangan akan mencari elektron lain untuk dijadikan

pasangan, maka radikal bebas ini akan menyerang molekul terdekat

untuk mendapatkan elektron. Dengan demikian ia menyebabkan

Page 16: Laporan Tutorial 1 Dmf 2

kehancuran molekul lain. Bila menimpa DNA, terutama pada

mitokondria di dalam sel-sel, radikal itu menyebabkan mutasi-mutasi

yang dapat memacu sel-sel berlaku secara menyimpang. Lama

kelamaan kerusakan karena radikal bebas ini membuat tubuh menua

dan mendapat berbagai penyakit

Antioksidan

Antioksidan adalah bahan kimia yang dapat memberikan sebuah

elektron yang diperlukan radikal bebas, tanpa menjadikan dirinya

berbahaya. Secara kimiawi antioksidan dirancang untuk menawarkan

radikal bebas yang merusak, menghentikan serangan radikal bebas

sehingga degenerasi dihambat atau proses penuaan diperlambat. Antara

antioksidan yang terdapat dalam makanan yang dapat menunda proses

penuaan mencakup Vitamin B, Vitamin E, Vitamin C, Beta Karoten,

Khromium, Selenium, Kalsium, Zinc, Magnesium, dan Koenzim Q-10.

Semuanya mempunyai cara kerja dan efek yang berbeda. Asam folat

(vitamin B) yang terdapat pada sayuran hijau (dolasin), sangat

berperan dalam proses anti tua, mencegah kemerosotan fungsi mental

dan menghentikan kanker, yang lebih penting lagi dapat

menyelamatkan kerusakan arteri yang memicu serangan jantung dan

stroke dengan merangsang enzim-enzim untuk metabolisme

homosistein sehingga dapat mencegah penyumbatan arteri. Vitamin E

merupakan vitamin larut terhadap lemak yang berfungsi dalam

menghambat aterosklerosis. Vitamin E mempunyai peran dalam

menghambat aterosklerosis dengan memangkas oksidasi kolesterol

LDL. Dengan demikian dapat mencegah timbulnya kerusakan arteri

dan timbulnya penyakit jantung. Vitamin C pula merupakan salah satu

bentuk vaksinasi melawan kanker, terutama kanker lambung,

esofagus, rongga mulut dan kemungkinan mulut rahim, rektum dan

payudara. Selain itu, Vitamin C juga dapat membantu menyelamatkan

arteri dengan mendorong naiknya kolesterol HDL sehingga

menghambat penyumbatan arteri, mencegah penyakit asma dan

Page 17: Laporan Tutorial 1 Dmf 2

bronchitis kronis serta mencegah katarak. Umumnya untuk rongga

mulut, vitamin C melawan penyakit periodontal yaitu gingiva mudah

berdarah dan sariawan

2. Macam – macam penyakit degenerasi pada rongga mulut

Degenerasi merupakan kemunduran sel oleh karena padanya terjadi

gangguan metabolisme sehingga tertimbun (akumulasi) bahan-bahan

metabolit, yang normal tidak tampak dalam jumlah sedikit, sehingga sel

menjadi bengkak dan sakit.

Degenerasi dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu pembengkakan

sel dan perubahan perlemakan. Pembengkakan sel timbul jika sel timbul

jika sel tidak dapat mengatur keseimbangan ion dan cairan yang

menyebabkan hidrasi sel. Sedangkan perubahan perlemakan

bermanifestasi sebagai vakuola-vakuola lemak di dalam sitoplasma dan

terjadi karena hipoksia atau bahan toksik. Perubahan perlemakan dijumpai

pada sel yang tergantung pada metabolisme lemak seperti sel hepatosit dan

sel miokard.

Macam-macam proses degenerasi (tergantung macam bahan yang

terganggu metabolismenya)

- Degenerasi Lemak

Degenerasi Lemak Ialah timbunan lemak yang abnormal dalam sel

yang sakit, dapat terjadi pada hepar, jantung, ginjal dan pulpa.

Infiltrasi Lemak / jaringan lemak ini bisa disebut juga stroma/fatty

infiltration, ialah timbunan lemak diantara jaringan ikat (jantung,

pancreas) pada penderita obesitas, tidak menyebabkan gangguan fungsi

Gambaran HPA

Page 18: Laporan Tutorial 1 Dmf 2

- Degenerasi hidrofik

Degenerasi hidropik merupakan jejas yang reversible dengan

penimbuna intraselular yang lebih parah jika dibandingkan degenerasi

albumin. Etiologinya dianggap sama dengan pembengkakan sel, hanya

intensitas rangsang patologik lebih berat dan jangka waktu terpapar

rangsangan patologik tersebut lebih lama.

Krakteristik dengan penumpukan air lanjut dalam sel. Hal ini dapat

disebabkan oleh kerusakan mitokondria yang nyata, terhentinya produksi

ATP dan kegagalan dari “pompa natrium”, yang menyebabkan

peningkatan tekanan osmotic dalam sel. Perubahan dalam permeabilitas

membran sel terhadap zat lain dapat ditimbulkan oleh bahan-bahan toksik.

Selain itu dapat disebkan oleh gangguan air dan elektrolit yang berat,

khususnya kehilangan kalium. Bahan-bahan fisiko-kimiawi, contohnya

luka baker, terseduh, kloroform dan karbon tetraklorida. Keadaaan efektif

dan setelah cloudy swelling, jika berlangsung lama. Degenerasi hidropik

ini biasanya terdapat pada sel hepar dan tubulus kontortus ginjal.

Gambaran makroskopis organ yang mengalami degenerasi hidrofik

Page 19: Laporan Tutorial 1 Dmf 2

menjadi lebih besar dan lebih berat daripada normal dan juga tampak lebih

pucat. Gambaran mikroskopik menunjukkan sel membengkak

menyebabkan desakan pada kapiler-kapiler organ seperti kapiler pada

sinusoid hati. Bila pada penimbunan air dalam sel berlanjut karena jejas

terhadap sel semakin berat, akan timbul vakuola-vakuola kecil dan

nampak cerah dalam sitoplasmik. Sehingga nampak vakuola-vakuola kecil

sampai besar pada sitoplasma

Gambaran HPA

a. Jaringan lunak rongga mulut

Sepanjang kehidupan manusia, terdapat berbagai macam penyakit

mulut yang dapat diderita oleh manusia. Penyakit mulut yang biasanya

seiring menyertai proses menua adalah kanker rongga mulut, angular

cheilitis dan lichen planus.

Kanker rongga mulut (KRM)

Page 20: Laporan Tutorial 1 Dmf 2

KRM merupakan antara salah satu kanker dengan prevalensi yang

tertinggi di seluruh dunia dan merupakan 1 dari 10 kanker yang

menyebabkan kematian. Kanker sel squama merupakan kanker yang

terbanyak dilaporkan pada kasus KRM. Pada keseluruhan pasien mati

karena kanker, sekitar 2% dari lelaki dan 1% dari wanita yang mati

karena KRM. Di Perancis, insiden yang menyangkut KRM sekitar 17,9

kasus dari 100 000 populasi penduduknya. Diperkirakan 95% dari

kanker sel squama berlaku pada manusia berumur 40 tahun dan ke

atas, kebanyakannya adalah pasien berumur 60 tahun.

Angular Cheilitis

Angular cheilitis adalah lesi yang disebabkan oleh Candidadan

Staphylococcus aureus(infeksi fungi) dan defisiensi vitamin B,

gambarannya klinisnya adalah kulit yang menggelupas disertai fissur

pada sudut mulut. Keadaan ini juga dipengaruhi oleh dimensional

vertikal rongga mulut yang menurun, disebabkan oleh kehilangan gigi

dan gigi yang hilang tersebut tidak diganti dengan gigi palsu/ prothesa.

Sudut mulut yang berlipat menyebabkan saliva serta bakteri-bakteri

bertumpuk pada sudut mulut dan menyebabkan infeksi mudah terjadi.

Lichen planus

Etiologi dari lichen planus belum diketahui. Namun beberapa tahun ini

terdapat banyak penemuan yang menyatakan bahwa sistem imun

memainkan peranan penting dalam perkembangan penyakit ini.

Gambaran histopatologis yang ditemui menunjukkan keterlibatan T

lymphocytes dan macrophages serta degenerasi dari sel basal yang

dikenali dengan liquefaction degeneration. Imun sistem terlibat karena

efek dari sitotoksik T lymphocytes bertindak melawan antigen yang

terdapat pada lapisan sel basal sehingga menyebabkan lichen planus.

Autoreaktifitas dari T lymphocytes mungkin penyebab utama

berkembangnya lichen planus karena tidak dapat membedakan antigen

luar dan sel-sel tubuh.Rata-rata pasien yang mempunyai lichen planus

berumur 55 tahun dan ke atas. Lesi lichen planus dapat berwarna putih

dan dengan adanya atrofi epithelium, dapat terjadi pada kulit dan

Page 21: Laporan Tutorial 1 Dmf 2

mukosa rongga mulut. Komponen dari lesi terdiri dari beberapa tekstur

: retikular, papular, mirip plak, bulosa (jarang), eritematous, dan

ulseratif. Untuk memastikan diagnosa klinikal dari lichen planus,

tekstur retikular atau papular harus ada. Tekstur selain dari retikular

dan papular adalah tekstur tambahan untuk memastikan diagnosanya.

Perubahan pada bibir

Menurut Penna dkk (cit. Al-Drees) menyatakan bahwa terdapat

penurunan massa dari otot bibir yaitu m. Orbicularis oris pada manula

dengan menggunakan analisa secara histomorphometric. Senyuman

manula kelihatan lebih lebar secara transversal dan mengecil secara

vertikal. Ini menunjukkan bahwa memang berlaku penurunan massa

dari otot Orbicularis oris pada bibir sehingga kemampuan otot ketika

manula senyum semakin berkurang.

Perubahan pada lidah

Pada orang tua membran mukosa menjadi atropi, epitel lebih tipis dan

kurang berdiferensiasi disertai peningkatan jaringan kolagen.

Permukaan punggung lidah cenderung menjadi lebih licin dan papila

mengalami atropi dan sering terbentuk disura yang dalam dan ekstensif

(Bates dkk, 1984).

Sensasi rasa dalam mulut akan berkurang sesuai dengan usia. Jumlah

putik kecap tidak berkurang secara bermakna tetapi ambangnya

meningkat terhadap rasa asin dan pahit. Tidak ada perubahan terhadap

rasa manis dan asam

b. Jaringan keras rongga mulut

Gigi

Dengan bertambahnya usia email akan berwarna gelap dentin akan

menjadi rapuh pada akar gigi yang disebut translucent dentin.

Pengecilan ruang pulpa sehingga sulit diidentifikasi dan terkadang

terjadi hipersementosis atau menyatunya tulang dengan akar gigi.

Volume pulpa berkurang, pada usia 75 tahun ruang pulpa menhilang

Page 22: Laporan Tutorial 1 Dmf 2

secara total. Atrisi pada gigi akibat cara menyikat gigi yang salah

menjadikan rasa ngilu pada gigi yang disebabkan email yang

terkelupas

Kelainan Sendi

a. Osteoarthrosis

Merupakan disfungsi sendi karena terjadi suatu gangguan

berupa arthralgia, mialgia, dan licking. Hal ini biasanya dipicu oleh

adanya maloklusi, kebiasaan buruk atau faktor psikologis.

Merupakan kelainan disfungsi sendi karena gangguan berupa

arthralgia, myalgia dan klicking yang berhubungan dengan proses

penuaan. Hal ini biasanya dipicu oleh adanya maloklusi, kebiasaan

buruk, atau faktor psikologis. Beban yang besar serta berulang-ulang

pada sendi dapat menimbulkan remodeling tulang pada daerah

subkondral yang dapat dideteksi secara radiograf dengan adanya

peningkatan kepadatan tulang. Pada usia tua dapat mengalami

osteoarthrosis disebabkan beban yang normal tetapi dengan kapasitas

fungsional yang berkurang (umur, idiopatik). Sedangkan pada usia

muda, sendi yang normal dapat mengalami osteoarthrosis karena beban

yang berat dan berulang kali serta melebihi kapasitas fungsional.

b. Osteoarthritis

Merupakan suatu radang yang non infeksi pada permukaan

sendi, bersifat destruksi perlahan disertai rasa nyeri yang terus

Page 23: Laporan Tutorial 1 Dmf 2

menerus. Apabila radang mengenai membran sinovial disebut sinivitis

arthritis, jika melibatkan kapsul sendi disebut Kapsulitis arthritis, dan

bila disertai kelainan-kelainan sistemik seperti penyakit gout, rematoid

atau sindrom reiter disebut dengan Poliarthidites.

Peningkatan usia menyebabkan adanya perubahan dan

penurunan fungsi kondrosit yang menimbulkan perubahan pada

komposisi tulang rawan sendi yang mengarah pada perkembangan

osteoarthritis karena kondrosit adalah sel yang tugasnya membentuk

proteoglikan dan kolagen pada tulang rawan sendi. Pada penderita

osteoarthritis, sintesis proteoglikan dan kolagen meningkat tajam,

namun substansi ini juga dihancurkan dengan kecepatan yang lebih

tinggi, sehingga pembentukan tulang tidak mengimbangi

kebutuhannya.

Pada kasus ini krepitus menunjukan adanya penyakit sendi

yang bersifat degeneratif. Krepitus terjadi ketika disc articularis

mengalami degenerasi sehingga terjadi gesekan antara processus

condyloideus dengan fossa glenoidalis maka dari itulah bunyi krepitus

terjadi. Penyakit ini dapat disertai keluhan rasa sakit di area pre-

aulikuler maupun tidak. Otot pengunyahan tidak terlibat dalam hal ini.

Page 24: Laporan Tutorial 1 Dmf 2

Gambaran radiografis Osteoatritis

Gambaran HPA

Page 25: Laporan Tutorial 1 Dmf 2

c. Osteokondritis

Yaitu suatu kelainan non neoplastik pada daerah TMJ, akibat suatu

metaplastik dari jaringan synovial menjadi jaringan tulang rawan

(chondroid), dan sebagian lagi bertransformasi menjadi tulang. Secara

radiografis terlihat kelainan berupa fragmen radiopak di dalam rongga

synovial. Faktor penyebab umumnya suatu inflamasi yang

menyebabkan degenerasi, dan ketika terjadi regenerasi fibroblas

bermetaplasia menjadi chondrocytes dan jaringan chondral

bermetaplasia menjadi tulang.

d Osteoporosis

Menurut WHO pada International Consensus Development

Conference,di Roma, Itali, 1992 Osteoporosis adalah penyakit dengan

sifat -sifat khas berupa massa tulang yang rendah, disertai perubahan

mikroarsitektur tulang, dan penurunan kualitas jaringan tulang, yang

pada akhirnya menimbulkan akibat meningkatnya kerapuhan tulang

dengan risiko terjadinya patah tulang (Suryati, 2006)

Gambaran Radiografi

Page 26: Laporan Tutorial 1 Dmf 2

3. Patogenesis penyakit degenerasi rongga mulut

1. Pathogenesis Osteoporosis

Hormon estrogen merupakan salah satu hormon steroid, yang

dihasilkan oleh sel teka interna folikel ovarium, korpus luteum,

plasenta dan sedikit dihasilkan oleh korteks adrenal. Kekurangan

hormon estrogen akan menyebabkan meningkatnya kadar PTH. Suatu

peningkatan kadar hormon paratiroid (PTH) menyebabkan kalsium

dan fosfat yang ada di tulang diabsorpsi memasuki darah sehingga

kadar kalsium tulang berkurang. Selain itu, peningkatan hormon

paratiroid juga menyebabkan peningkatan jumlah dan aktivitas

osteoklas, sehingga akan meningkatkan resorbsi tulang, sehingga

terjadi penurunan massa tulang.

2. Pathogenesis Osteoatritis

- Patogenesis Osteoatritis

Stage I : Gangguan atau perubahan matriks kartilago. Awalnya

konsentrasi kolagen tipe II tidak berubah, tapi jaring-jaring

kolagen dapat rusak dan derajat agregasi proteoglikan

menurun. Sifat proteoglikan berperan menghasilkan

Page 27: Laporan Tutorial 1 Dmf 2

kekenyalan pada substansi seperti tulang rawan, sehingga

substansi tersebut dapat mengalami gangguan kompresi dan

reekspansi.

Gbr 3.Osteoartritis

Sumber: Altman,2001

Stage II : Respon kondrosit terhadap gangguan atau perubahan

matriks. Kondrosit adalah sel yang tugasnya membentuk

proteoglikan dan kolagen rawan sendi. Ketika kondrosit

mendeteksi gangguan atau perubahan matriks, kondrosit

berespon dengan meningkatkan sintesis dan degradasi matriks,

serta berproliferasi. Respon ini dapat menggantikan jaringan

yang rusak, mempertahankan jaringan, atau meningkatkan

volume kartilago. Respon ini dapat berlangsung selama

bertahun-tahun.

Stage III : Penurunan respon kondrosit. Kegagalan respon

kondrosit untuk menggantikan atau mempertahankan jaringan

mengakibatkan kerusakan tulang rawan sendidisertai dan

diperparah oleh penurunan respon kondrosit. Penyebab

penurunan respon ini diperkirakan akibat kerusakan mekanis

pada jaringan, dengan kerusakan kondrosit dan downregulasi

respon kondrosit terhadap sitokin anabolik.

- Pada penderita osteoartritis, akan terjadi beberapa perubahan,

diantaranya :

1. Degadrasi tulang rawan

Page 28: Laporan Tutorial 1 Dmf 2

Pada awalnya, tulang rawan lebih tebal daripada ukuran

normalnya, namun seiring dengan perkembangan OA,

permukaan sendi akan menipis dan tulang rwan rawan

melunak. Kelanjutan permukaannya terputus dan terbentuk

celah vertikal (fibrilasi). Dapat juga terbentuk ulkus

kartilago dalam yang meluas ke tulang.

2. Pembentukan osteofit

Bersamaan dengan timbulnya degenerasi tulang rawan,

timbul reparasi. Reparasi ini justru memunculkan adanya

osteofit.

3. Sinovitis

Merupakan peradangan dari sinovium dan terjadi akibat dari

proses sekunder degenerasi. Sinovitis meningkatkan cairan

sendi.