laporan tutorial psikiatri

Upload: reza-satria-halim

Post on 05-Oct-2015

136 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

laporan

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANGNy. S, usia 28 tahun, ibu rumah tangga, datang ke puskesmas bersama suaminya dengan keluhan kurang lebih 1 bulan tidak bisa tidur, tidak ada nafsu makan, dan sering menyendiri di kamar. Bila diajak bicara, pasien menjawab dengan suara pelan. Dari alloanamnesis diketahui bahwa pasien pernah mengalami gangguan serupa kurang lebih 1 tahun yang lalu dan sembuh sendiri setelah 9 bulan.Dari pemeriksaan status mental didapatkan hipoaktif, remming, mood depresi, afek menyempit, dan insight (tilikan diri) derajat 5.

B.RUMUSAN MASALAH1. Bagaimana tidur yang normal? 2. Apa saja jenis-jenis gangguan tidur? 3. Bagaimana hubungan riwayat penyakit dahulu dengan sekarang? Jelaskan!4. Apa saja macam-macam gangguan mood?5. Apa saja macam-macam gangguan afek?6. Apa saja macam-macam gejala psikosomatik?7. Apa saja macam derajat insight? Pembagiaannya menurut apa? Jelaskan!8. Apa saja tanda-tanda episode manik dan depresi?9. Apa saja yang menyebabkan timbulnya keluhan pada skenario? Jelaskan!10. Jelaskan jenis-jenis psikoterapi untuk gangguan pada skenario!11. Apa diagnosis kerja dan differential diagnosis pada skenario?12. Bagaimana penatalaksanaan yang dilakukan pada skenario?13. Apa saja pemeriksaan yang diperlukan selain pemeriksaan status mental?14. Apa terapi medikamentosa yang diberikan pada pasien insomnia?C.TUJUAN PENULISAN1. Menjelaskan fisiologi tidur.2. Menjelaskan jenis gangguan mood.3. Menjelaskan jenis gangguan afek.4. Menjelaskan jenis gangguan tidur.5. Menjelaskan macam-macam gejala psikosomatik.6. Menjelaskan perbedaan episode manik dan episode depresi.7. Menjelaskan penatalaksanaan pada penyakit psikiatri.8. Menjelaskan macam-macam derajat insight.9. Menjelaskan Diagnosis dan Diferential Diagnosis.10. Menjelaskan pemeriksaan penunjang yang diperlukan.

D.MANFAAT PENULISAN1. Mahasiswa mampu menjelaskan jenis gangguan mood, afek, dan tidur.2. Mahasiswa mampu menjelaskan fisiologi tidur.3. Mahasiswa mampu menjelaskan perbedaan episode manik dan episode depresi.4. Mahasiswa mampu menjelaskan jenis derajat insight.5. Mahasiswa mampu menyusun data dari gejala, pemeriksaan fisik, prosedur klinis, dan pemeriksaan laboratorium untuk mengambil kesimpulan suatu diagnosis penyakit psikiatri.6. Mahasiswa mampu merancang manajemen penyakit psikiatri secara komprehensif.

BAB IIDISKUSI DAN STUDI PUSTAKA

1. Jump 1: Mengklarifikasi istilah pentingBerikut adalah beberapa istilah penting yang kami tetapkan pada saat diskusi.1. Depresi Gangguan mood atau penurunan mood karena penderitaan yang berat. 2. Alloanamnesis Anamnesis dari orang sekitar contohnya keluarga ataupun kerabat dekat lainnya.3. Hipoaktif Penurunan kemampuan motorik afektif dan kognitif.4. Remming Salah satu bentuk gangguan pikiran, cara berpikirnya lambat atau terhalang. Biasanya remming terjadi pada depresi tapi bisa juga disebabkan oleh pengaruh anxietas dan preokupasi atau berbagai gangguan otak termasuk sindroma prefrontal dan paska konstusio serta delirium.5. Mood Seperti afek tapi sifatnya subjektif.6. Afek Keadaan emosional yang merupakan manifestasi perasaan hati dan dapat diaamati oleh orang lain, sifatnya objektif.7. Insight derajat V Kemampuan pasien untuk mengerti keadaan dan situasi, dia sadar kalau sakit tapi tidak ada motivasi untuk sembuh, nama lainnya tilikan derajat intelektual.

2. Jump 2: Mendefinisikan permasalahanBerikut adalah masalah yang telah kami tetapkan pada saat diskusi :Hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium terhadap seorang pasien adalah sebagai berikut :Ny. S Jenis kelamin: perempuan Usia: 28 tahun Keluhan: kurang lebih 1 bulan tidak bisa tidur, tidak ada nafsumakan, dan sering menyendiri di kamar. Bila diajak biacara, pasien menjawab dengan suara pelan. Riwayat Penyakit Dahulu: dari alloanamnesis diketahui bahwa pasien pernah mengalami gangguan serupa kurang lbih 1 tahun yang lalu dan sembuh sendiri setelah 9 bulan. Pemeriksaan Status Mental: hipoaktif, remming, mood depresi, afek menyempit, dan insight (tilikan diri) derajat 5.3. Jump 3: Menganalisis permasalahan1. Bagaimana tidur yang normal? 2. Apa saja jenis-jenis gangguan tidur? 3. Bagaimana hubungan riwayat penyakit dahulu dengan sekarang? Jelaskan!4. Apa saja macam-macam gangguan mood?5. Apa saja macam-macam gangguan afek?6. Apa saja macam-macam gejala psikosomatik?7. Apa saja macam derajat insight? Pembagiaannya menurut apa? Jelaskan!8. Apa saja tanda-tanda episode manik dan depresi?9. Apa saja yang menyebabkan timbulnya keluhan pada skenario? Jelaskan!10. Jelaskan jenis-jenis psikoterapi untuk gangguan pada skenario!11. Apa diagnosis kerja dan differential diagnosis pada skenario?12. Bagaimana penatalaksanaan yang dilakukan pada skenario?13. Apa saja pemeriksaan yang diperlukan selain pemeriksaan status mental?14. Apa terapi medikamentosa yang diberikan pada pasien insomnia?

4. Jump 4: Menginventarisasi permasalahan-permasalahan secara sistematisHal-hal yang sudah kami ketahui pada pertemuan pertama diskusi tutorial ini adalah sebagai berikut.1. Bagaimana tidur yang normal? Menurut Sadock (2004), tidur dibagi menjadi dua keadaan fisiologis:a. Tidur non rapid eye movement (NREM): keadaan lebih tentram daripada ketika terjaga. Terjadi penurunan aktivitas fisiologis, seperti denyut jantung menurun dan menjadi teratur, tekanan darah cenderung rendah, dan aliran darah ke sebagian jaringan berkurang.b. Tidur rapid eye movement (REM): keadaan tidur yang berbeda secara kualitatif, ditandai dengan tingginya aktivitas otak dan fisiologis, seperti peningkatan denyut jantung, pernapasan, tekanan darah, dan penggunaan oksigen oleh otak. Terjadi 90 menit setelah awitan tidur dan berlangsung setiap 90-100 menit sepanjang malam. Distribusi tahap tidur pada dewasa muda adalah sebagai berikut: (1) NREM sebanyak 75%, yang dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu tahap 1 (5%), tahap 2 (45%), tahap 3 (12%), tahap 4 (13%) dan (2) REM sebanyak 25%.2. Apa saja jenis-jenis gangguan tidur? Menurut Maslim (2001) dan Sadock (2004), gangguan tidur secara garis besar dibagi menjadi dua:a. Dissomnia: kondisi psikogenik primer dimana gangguan utamanya adalah jumlah, kuantitas atau waktu tidur yang disebabkan oleh hal-hal emosional. Ada beberapa jenis: Insomnia: kesulitan memulai atau mempertahankan tidur. Hipersomnia: tidur yang berlebihan atau rasa mengantuk (somnolen) di siang hari yang berlebihan atau kadang kedua-duanya. Gangguan jadwal tidur bangun: berkaitan dengan pergeseran tidur dari periode sirkadian yang diinginkan. Pasien tidak dapat tidur ketika ingin tidur dan tidak dapat benar-benar bangun ketika mereka ingin benar-benar bangun.b. Parasomnia: peristiwa episodik abnormal yang terjadi selama tidur. Biasanya terjadi pada tahap 3 dan 4. Pada anak-anak dikaitkan dengan perkembangan anak, sedangkan pada orang dewasa biasanya merupakan pengaruh psikogenik. Somnabulisme/ gangguan berjalan sambil tidur/ sleepwalking Gangguan teror tidur/ night terrors: terbangun pada tahap 3 dan 4 NREM yang diawali dengan jeritan atau tangisan pilu disertai ansietas hebat yan hamper mendekati panik. Gangguan mimpi buruk/ nightmares: mimpi yang lama dan menakutkan yang membuat orang terbangun dengan rasa ketakutan, terjadi selama periode REM atau setelah periode REM yang panjang.3. Apa saja macam-macam gangguan mood?Gangguan Mood merupakan gangguan mental yang paling umum dijumpai dan prevalensinya terus meningkat. Terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan kejadian gangguan mood misalnya pada orang yang tidak menikah cenderung mudah mengalami depresi tinggi, orang yang tinggal pada daerah urban (perkotaan) lebih banyak yang mengalami depresi daripada orang yang tinggal di daerah rural (pedesaan). Insidensi gangguan mood sering dijumpai pada usia 18-44 tahun dan menurun setelah usia 50 tahun.a. Gangguan mood bipolerPada gangguan mood ini didapatkan periode manik dan depresi. Gangguan ini dibagi menjadi 2 yaitu gangguan mood bipoler tipe I dan II. Pada gangguan mood bipoler tipe I terdapat keadaan manik dan depresi, sedangkan gangguan mood tipe II didapatkan keadaan hipomanik dan depresi sehingga pasien cenderung pada mood yang menurun.b. Gangguan mood unipolerPada gangguan ini hanya terdapat satu periode manik atau depresi saja.c. Depresi mayorMerupakan gangguan mood yang banyak didapatkan periode depresi.d. Depresi atipikalYaitu gejala depresi yang kurang berat dan tidak lengkap.e. Depresi psikotikYaitu gangguan depresi yang disertai gejala psikosis seperti halusinasi.f. Depresi pada saat menstruasi, selama kehamilan, post partum, dan menopause.g. Depresi sekunderGejala depresi yang diakibatkan penyakit medik fisik.h. Gangguan mood dibawah ambangGangguan mood yang tidak menampakkan gejala depresi, tetapi dapat menjadi depresi mayor.i. Gangguan mood geriatrikGangguan ini menyerang usia tua dan diduga disebabkan karena penyakit serebrovaskuler dan atrofi serebral.Pemeriksaan orang yang depresi menunjukkan gambaran sebagai berikut:a. Neuroimaging: peurunan volume gray matter di daerah korteks prefrontal area orbital dan medial serta hipocampus.b. Neurokimiawi: peran serotonin dalam orang yang depresi sangat penting.c. Psikoneuroendokrinologi: orang depresi ditemukan adanya hiperkortisolisme.d. Psikoneuroimunologi: orang depresi akan tersupresi sistem imunnya sehingga mudah sakit.(Maramis, 2011)4. Apa saja macam-macam gangguan afek?Berdasarkan PPDGJ-III (2001), gangguan afektif dibedakan menurut:a. Episode tunggal atau multiple. Misal episode manik tunggal (yang pertama), episode afektif bipolar (episode multiple/berulang).b. Tingkat keparahan gejala;c. Mania dengan gejala psikotik, ada dua : 1) mania tanpa gejala psikotik, 2) hipomania.d. Depresi ringan, sedang, berat tanpa gejala psikotik, dan berat dengan gejala psikotik.e. Dengan atau tanpa gejala somatik.Berdasarkan Nuhriawangsa (2011), gangguan afektif terdiri dari :a. Afek serasi (appropriate affect), bisa diartikan sebagai afek yang normal dimana suasana emosional serasi dengan gagasan, fikiran atau pembicaraan; juga digambarkan lebih jauh sebagai afek yang luas (broad affect) atau penuh (full affect) dimana seluruh keadaan emosi dinyatakan secara serasi dalam berbagai keadaan.b. Afek tidak serasi (inappropriate affect) ketidaksesuaian antara suasana perasaan emosional dengan gagasan, fikiran, atau pembicaraan yang menyertainya.c. Afek terbatas (restricted) atau menyempit (constricted) pengurangan intensitas suasana perasaan yang tidak begitu berat tetapi jelas pengurangannya.d. Afek tumpul (blunted affect), suatu gangguan afek yang manifestasinya dalam pengurangan yang berat dari intensitas suasana perasaan yang ditampilkan.b. Afek datar (flat affect), tidak ada atau hampir tidak adanya setiap tanda pernyataan afektif, suara tidak berubah (monoton) dan wajah tidak bergerakc. Afek labil, yaitu perubahan suasana perasaan emosional yang cepat dan mendadak, yang tidak ada hubungannya dengan rangsangan dari luar. Afek berubah dengan cepat antara berbagai keadaan emosional umpamanya dari menangis-tertawa-marah dll. Bisa juga dikatakan sebagai mood yang tidak terkendali, tidak mantap, fluktuasi ekspresinya yang abnormal.5. Apa saja macam-macam gejala psikosomatik?Gambaran klinis Polisimptomatik Rekuren dan kronis Sangat sakit menurut riwayatCiri demografik dan epidemiologis Usia muda Wanita predominan 20 berbanding 1 Pola familial Insidensi 5 10% dalam populasi(Maslim, 2001).Kondisi Medis yang dapat dipengaruhi oleh faktor psikologis antara lain (Mansjoer et al., 2000) : Sistem kardiovaskulera. Penyakit arteri coronerb. Hipertensi esensialc. Sinkop vasomotord. Aritmiae. Fenomena Reynaud Sistem Pernafasana. Asma bronkialb. Hay feverc. Sindrom hiperventilasid. Tuberkulosis Sistem gastrointestinala. Ulkus peptikumb. Colitis ulseratifc. Obesitasd. Anoreksia nervosa Sistem Muskuloskeletala. Arthritis rheumatoidb. Nyeri punggung bawah Nyeri Kepalaa. Migrain (Vaskuler)b. Tension (Kontraksi Otot) Sistem Endokrina. Hipertiroidismeb. DMc. Gangguan Endokrin Wanita Nyeri Kronis Gangguan Kekebalana. Penyakit Infeksib. Alergic. Transplantasi Organd. Autoimune. Gangguan Mental Kanker Gangguan Kulit a. Pruritusb. Hiperhidrosis6. Apa saja macam derajat insight? Pembagiaannya menurut apa? Jelaskan!Kemampuan seseorang untuk memahami sebab sesungguhnya dan arti dari suatu situasi (termasuk di dalamnya dari gejala itu sendiri). Dalam arti luas, tilikan sering disebut sebagai wawasan diri, yaitu pemahaman seseorang terhadap kondisi dan situasi dirinya dalam konteks realitas sekitarnya. Dalam arti sempit merupakan pemahaman pasien terhadap penyakitnya.Tilikan terganggu artinya kehilangan kemampuan untuk memahami kenyataan obyektif akan kondisi dan situasi dirinya. Jenis - jenis tilikan:a. Tilikan derajat 1: penyangkalan total terhadap penyakitnyab. Tilikan derajat 2: ambivalensi terhadap penyakitnyab. Tilikan derajat 3: menyalahkan faktor lain sebagai penyebab penyakitnyac. Tilikan derajat 4: menyadari dirinya sakit dan butuh bantuan namum tidak memahami penyebab sakitnyad. Tilikan derajat 5: menyadari penyakitnya dan faktor - faktor yang berhubungan dengan penyakitnya namun tidak menerapkan dalam perilaku praktisnyae. Tilikan derajat 6 (sehat): menyadari sepenuhnya tentang situasi dirinya disertai motivasi untuk mencapai perbaikan(Maslim, 2001)7. Apa saja tanda-tanda episode manik dan depresi? a. F30 F39Gangguan suasana perasaan (mood [afektif]) F30 episode manikAfek meningkat, disertai peningkatan dalam jumlah dan kecepatan aktivitas fisik dan mental. Kategori ini hanya untuk satu episode manik tunggal (yang pertama). F31 gangguan afektif bipolarGangguan ini bersifat adanya episode berulang (sekurang-kurangnya dua episode) dimana afek pasien dan tingkat aktivitasnya jelas terganggu, pada waktu tertentu terdiri dari peningkatan afek disertai penambahan energy dan aktivitas (mania) dan pada waktu lain berupa penurunan afek disertai pengurangan energy dan aktivitas (depresi). Hal yang khas adalah adanya penyembuhan sempurna antar episode. Episode manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan berlangsung antara 2 minggu sampai 4 5 bulan, episode depresi cenderung berlangsung lebih lama (rata-rata sekitar 6 bulan) meskipun jarang melebihi 1 tahun kecuali pada usia lanjut. Kedua macam episode itu seringkali terjadi setelah peristiwa hidup yang penuh stress atau trauma mental lain. F32 episode depresifGejala utama (pada derajat ringan, sedang, berat):i. Afek depresiii. Anhedonia: kehilangan minat dan kegembiraaniii. Anergi: berkurangnya energy yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas .Gejala lainnya:i. Konsentrasi dan perhatian berkurangii. Harga diri dan kepercayaan diri berkurangiii. Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak bergunaiv. Pandangan masa depan yang suram dan pesimiistisv. Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh dirivi. Tidur tergangguvii. Nafsu makan berkurangUntuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tesebut diperlukan masa sekurang-kurangnya 2 minggu untuk penegakan diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung cepat.Kategori diagnosis episode depresif ringan, sedang, berat, hanya digunakan untuk episode depresi tunggal (yang peretama). Epide depresif berikutnya harus diklasifikasikan di bawah salah satu diagnosis gangguan depresif berulang. F33 gangguan depresif berulangGangguan ini bersifat episode berulang dari episode depresi ringan, sedang, berat. Episode masing-masing rata-rata lamanya sekitar 6 bulan akan tetapi frekuensinya lebih jarang dibandingkan dengan gangguan bipolar.b. F34 gangguan suasana perasaan (mood [afektif]) menetapCirinya adalah ketidakstabilan menetap dari afek (suasana perasaan), meliputi banyak periode depresi ringan dan hipomania ringan, di antaranya tidak ada yang cukup parah atau cukup lama untuk memenuhi kriteria gangguan afektif bipolar atau gangguan depresi berulang.c. F38 gangguan suasana perasaan (mood [afektif]) lainnyaEpisode afektif yang berlangsung sekurang-kurangnya selam 2 minggu yang bersifat campuran atau pergantian cepat (biasanya dalam beberapa jam) antara gejala hipomanik, manik, dan depresif.d. F39 gangguan suasana perasaan (mood [afektif]) YTTDipakai sebagai langkah terakhir jika tidak ada istilah lain yang dapat digunakan.(Maslim, 2001).8. Bagaimana hubungan riwayat penyakit dahulu dengan sekarang? Jelaskan!Pasien mengalami gangguan depresif berulang. Pada riwayat dahulu, pasien mengalami episode depresif ringan karena terdapat 2 dari 3 gejala utama yaitu afek depresif dan kehilangan minat dan kegembiraan serta terdapat 2 dari gejala lainnya yaitu tidur terganggu dan nafsu makan berkurang. Pada riwayat sekarang, pasien mengalami depresif berulang karena sebelumnya pasien pernah mengalami episode depresif ringan (F32.0) dengan lama waktu >6 bulan, tanpa riwayat adanya episode tersendiri dari peninggian afek (mania), dan pemulihan antar episode sembuh sempurna (Maslim, 2001).Hal-hal yang belum kami ketahui pada pertemuan pertama diskusi tutorial ini adalah sebagai berikut.1. Apa saja yang menyebabkan timbulnya keluhan pada skenario? Jelaskan!2. Jelaskan jenis-jenis psikoterapi untuk gangguan pada skenario!3. Apa diagnosis kerja dan differential diagnosis pada skenario?4. Bagaimana penatalaksanaan yang dilakukan pada skenario?5. Apa saja pemeriksaan yang diperlukan selain pemeriksaan status mental?6. Apa terapi medikamentosa yang diberikan pada pasien insomnia?

5. Jump 5: Merumuskan tujuan pembelajaranBerikut adalah tujuan pembelajaran mandiri kami untuk disampaikan pada pertemuan kedua diskusi tutorial berikutnya.1. Apa saja yang menyebabkan timbulnya keluhan pada skenario? Jelaskan!2. Jelaskan jenis-jenis psikoterapi untuk gangguan pada skenario!3. Apa diagnosis kerja dan differential diagnosis pada skenario?4. Bagaimana penatalaksanaan yang dilakukan pada skenario?5. Apa saja pemeriksaan yang diperlukan selain pemeriksaan status mental?6. Apa terapi medikamentosa yang diberikan pada pasien insomnia?

6. Jump 6: Mengumpulkan informasi baruKegiatan belajar mandiri dan diskusi tanpa tutor.7. Jump 7: Melaporkan, membahas, dan menata kembali informasi baru yang diperoleh Berikut adalah pembahasan diskusi tutorial pada pertemuan kedua yang telah dilaksanakan.1. Apa saja yang menyebabkan timbulnya keluhan pada skenario? Jelaskan! 1 bulan tidak bisa tidurKemungkinan pasien terjadi insomnia. Insomnia yaitu suatu gangguan tidur atau perubahan yang nyata yang dapat dilihat pada pola tidur (Nuhriawangsa, 2011). Menurut Nuhriawangsa (2011), faktor penyebab insomnia yaitu:a. Problema situasi, seperti adanya stress, tekanan pekerjaan dan ketidakselarasan perkawinanb. Umurc. Gangguan medik yang tidak bisa dielakkan, misalnya rasa sakit dan ketidakenakan fisik.d. Serangan yang berhubungan dengan pemakaian obat, umpamanya gejala lepas obat (alcohol dan sedative)e. Kondisi psikologis terutama gangguan jiwa berat seperti skizofrenia berat dan gangguan afektif. Tidak ada nafsu makanPasien mengalami gangguan fisiologis yang ada hubungannya dengan mood.yaitu tanda dan gejala yang berhubungan dengan disfungsi somatic seseorang, biasanya bersifat otonomik, paling sering ada kaitannya dengan depresi, sering diistilahkan juga sebagai tanda vegetative. Pasien terjadi anoreksia.Menurut Nuhriawangsa (2011), Gangguan ini ada :a. Anoreksia : hilangnya atau menurunnya nafsu makanb. Hiperphagia (megaphagia) : meningkatnya nafsu makan dan jumlah makanan yang dimakan.c. Insomnia : kurangnya atau menurunnya kemampuan untuk tidurd. Hipersomnia : tidur yang berlebihane. Variasi diurnal : mood yang secara teratur jelek pada pagi hari atau segera setelah bangun tidur dan makin membaik saat siang harif. Mengurangnya libido : mengurangnya hasrat, dorongan seksual dan penampilan seksual; sebaliknya peningkatan libido ada hubungannya dengan mania.g. Konstipasi : ketidakmampuan atau kesukaran untuk buang air besar. Sering menyendiri di kamarAkibat depresi. Dalam PPDGJ III (Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa), dinyatakan bahwa seseorang menderita gangguan depresi ditandai dengan adanya kehilangan minat dan kegembiraan, berkurangnya energi yang menyebabkan seseorang tersebut mudah merasa lelah meskipun hanya bekerja ringan.2. Jelaskan jenis-jenis psikoterapi untuk gangguan pada skenario!Tiga jenis psikoterapi jangka pendek terapi kognitif, terapi interpersonal, dan terapi perilaku- telah dipelajari untuk menentukan efektivitasnya dalam terapi gangguan depresi. Psikoterapi berorientasi psikoanalitik telah lama digunakan untuk gangguan depresif dan banyak klinisi menggunakan teknik ini sebagai metode utama mereka. Hal yang membedakan psikoterapi jangka pendek dan psikoterapi psikoanalitik adlaah peran aktif dan langsung terapis, tujuan yang langsung dikenali, dan titik akhir terapi jangka pendek. a. Terapi kognitif Terapi ini memfokuskan pada distorsi kognitif, diperkirakan ada pada gangguan depresi berat. Distorsi ini mencakup perhatian selektif terhadap aspek negatif keadaan dan kesimpulan patologis yang tidak realistis mengenai konsekuensi. Tujuan terapi kognitif adalah meringankan episode depresif dan mencegah kekambuhan dengan membantu pasien mengidentifikasi dan menguji kognisi negatif; mengembangkan cara berpikir alternatif, fleksibel, dan positif, serta melatih respon perilaku dan kognitif yang baru. b. Terapi perilakuTerapi ini didasarkan pada hipotesis bahaw aperilaku maladaptif mengakibatkan seseorang menerima sedikit umpan balik positif dan mungkin sekaligus penolakan dari masyarakat. Dengan memusatkan perhatian pada perilaku maladaptif dalam terapi, pasien belajar berfungsi dalam dunia sedemikain rupa sehingga mereka memperoleh dorongan positif. c. Terapi interpersonalTerapi ini memmfokuskan pada satu atau dua masalah interpersonal pasien saat ini. Terapi ini didasarkan pada dua asumsi. Pertama, masalah interpersonal saat ini cenderung memiliki akar pada hubungan yang mengalami disfungsi sejak awal. Kedua, masalah interpersonal saat ini cenderung terlibat dalam mencetuskan atau melanjutkan gejala depresif saat ini. Program terapi ini biasanya terdiri atas 12-16 sesi dan ditandai dengan pendekatan terapeutik yang aktif. (Sadock et al, 2013)3. Apa diagnosis kerja dan differential diagnosis pada skenario? (Naili, Sitha)a. Depresi Definisi DepresiDepresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya, serta bunuh diri (Kaplan, 2010). Maslim berpendapat bahwa depresi adalah suatu kondisi yang dapat disebabkan oleh defisiensi relatif salah satu atau beberapa aminergik neurotransmiter (noradrenalin, serotonin, dopamin) pada sinaps neuron di SSP (terutama pada sistem limbik) (Maslim, 2001).Menurut Kaplan, depresi merupakan salah satu gangguan mood yang ditandai oleh hilangnya perasaan kendali dan pengalaman subjektif adanya penderitaan berat. Mood adalah keadaan emosional internal yang meresap dari seseorang, dan bukan afek, yaitu ekspresi dari isi emosional saat itu (Kaplan, 2010). Etiologi DepresiKaplan (2010) menyatakan bahwa faktor penyebab depresi dapat secara buatan dibagi menjadi faktor biologi, faktor genetik, dan faktor psiko sosial.i. Faktor biologiBeberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat kelainan pada amin biogenik, seperti: 5 HIAA (5-Hidroksi indol asetic acid), HVA (Homovanilic acid), MPGH (5 methoxy-0-hydroksi phenil glikol), di dalam darah, urin dan cairan serebrospinal pada pasien gangguan mood. Neurotransmiter yang terkait dengan patologi depresi adalah serotonin dan epineprin. Penurunan serotonin dapat mencetuskan depresi, dan pada pasien bunuh diri, beberapa pasien memiliki serotonin yang rendah. Pada terapi despiran mendukung teori bahwa norepineprin berperan dalam patofisiologi depresi (Kaplan, 2010). Selain itu aktivitas dopamin pada depresi adalah menurun. Hal tersebut tampak pada pengobatan yang menurunkan konsentrasi dopamin seperti Respirin, dan penyakit dimana konsentrasi dopamin menurun seperti parkinson, adalah disertai gejala depresi. Obat yang meningkatkan konsentrasi dopamin, seperti tyrosin, amphetamine, dan bupropion, menurunkan gejala depresi (Kaplan, 2010).Disregulasi neuroendokrin. Hipotalamus merupakan pusat pengaturan aksis neuroendokrin, menerima input neuron yang mengandung neurotransmiter amin biogenik. Pada pasien depresi ditemukan adanya disregulasi neuroendokrin. Disregulasi ini terjadi akibat kelainan fungsi neuron yang mengandung amin biogenik. Sebaliknya, stres kronik yang mengaktivasi aksis Hypothalamic-Pituitary-Adrenal (HPA) dapat menimbulkan perubahan pada amin biogenik sentral. Aksis neuroendokrin yang paling sering terganggu yaitu adrenal, tiroid, dan aksis hormon pertumbuhan. Aksis HPA merupakan aksis yang paling banyak diteliti (Landefeld et al, 2004). Hipersekresi CRH merupakan gangguan aksis HPA yang sangat fundamental pada pasien depresi. Hipersekresi yang terjadi diduga akibat adanya defek pada sistem umpan balik kortisol di sistem limpik atau adanya kelainan pada sistem monoaminogenik dan neuromodulator yang mengatur CRH (Kaplan, 2010). Sekresi CRH dipengaruhi oleh emosi. Emosi seperti perasaan takut dan marah berhubungan dengan Paraventriculer nucleus (PVN), yang merupakan organ utama pada sistem endokrin dan fungsinya diatur oleh sistem limbik. Emosi mempengaruhi CRH di PVN, yang menyebabka n peningkatan sekresi CRH (Landefeld, 2004). Pada orang lanjut usia terjadi penurunan produksi hormon estrogen. Estrogen berfungsi melindungi sistem dopaminergik negrostriatal terhadap neurotoksin seperti MPTP, 6 OHDA dan methamphetamin. Estrogen bersama dengan antioksidan juga merusak monoamine oxidase (Unutzer dkk, 2002).Kehilangan saraf atau penurunan neurotransmiter. Sistem saraf pusat mengalami kehilangan secara selektif pada sel sel saraf selama proses menua. Walaupun ada kehilangan sel saraf yang konstan pada seluruh otak selama rentang hidup, degenerasi neuronal korteks dan kehilangan yang lebih besar pada sel-sel di dalam lokus seroleus, substansia nigra, serebelum dan bulbus olfaktorius (Lesler, 2001). Bukti menunjukkan bahwa ada ketergantungan dengan umur tentang penurunan aktivitas dari noradrenergik, serotonergik, dan dopaminergik di dalam otak. Khususnya untuk fungsi aktivitas menurun menjadi setengah pada umur 80-an tahun dibandingkan dengan umur 60-an tahun (Kane dkk, 1999).ii. Faktor GenetikPenelitian genetik dan keluarga menunjukkan bahwa angka resiko di antara anggota keluarga tingkat pertama dari individu yang menderita depresi berat (unipolar) diperkirakan 2 sampai 3 kali dibandingkan dengan populasi umum. Angka keselarasan sekitar 11% pada kembar dizigot dan 40% pada kembar monozigot (Davies, 1999).Oleh Lesler (2001), Pengaruh genetik terhadap depresi tidak disebutkan secara khusus, hanya disebutkan bahwa terdapat penurunan dalam ketahanan dan kemampuan dalam menanggapi stres. Proses menua bersifat individual, sehingga dipikirkan kepekaan seseorang terhadap penyakit adalah genetik.iii. Faktor PsikososialMenurut Freud dalam teori psikodinamikanya, penyebab depresi adalah kehilangan objek yang dicintai (Kaplan, 2010). Ada sejumlah faktor psikososial yang diprediksi sebagai penyebab gangguan mental pada lanjut usia yang pada umumnya berhubungan dengan kehilangan. Faktor psikososial tersebut adalah hilangnya peranan sosial, hilangnya otonomi, kematian teman atau sanak saudara, penurunan kesehatan, peningkatan isolasi diri, keterbatasan finansial, dan penurunan fungsi kognitif (Kaplan, 2010) Sedangkan menurut Kane, faktor psikososial meliputi penurunan percaya diri, kemampuan untuk mengadakan hubungan intim, penurunan jaringan sosial, kesepian, perpisahan, kemiskinan dan penyakit fisik (Kane, 1999).Faktor psikososial yang mempengaruhi depresi meliputi: peristiwa kehidupan dan stressor lingkungan, kepribadian, psikodinamika, kegagalan yang berulang, teori kognitif dan dukungan sosial (Kaplan, 2010).i. Peristiwa kehidupan dan stresor lingkungan. Peristiwa kehidupan yang menyebabkan stres, lebih sering mendahului episode pertama gangguan mood dari episode selanjutnya. Para klinisi mempercayai bahwa peristiwa kehidupan memegang peranan utama dalam depresi, klinisi lain menyatakan bahwa peristiwa kehidupan hanya memiliki peranan terbatas dalam onset depresi. Stressor lingkungan yang paling berhubungan dengan onset suatu episode depresi adalah kehilangan pasangan (Kaplan, 2010). Stressor psikososial yang bersifat akut, seperti kehilangan orang yang dicintai, atau stressor kronis misalnya kekurangan finansial yang berlangsung lama, kesulitan hubungan interpersonal, ancaman keamanan dapat menimbulkan depresi (Hardywinoto, 1999).ii. Faktor kepribadian. Beberapa ciri kepribadian tertentu yang terdapat pada individu, seperti kepribadian dependen, anankastik, histrionik, diduga mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya depresi. Sedangkan kepribadian antisosial dan paranoid (kepribadian yang memakai proyeksi sebagai mekanisme defensif) mempunyai resiko yang rendah (Kaplan, 2010).iii. Faktor psikodinamika. Berdasarkan teori psikodinamika Freud, dinyatakan bahwa kehilangan objek yang dicintai dapat menimbulkan depresi (Kaplan, 2010). Dalam upaya untuk mengerti depresi, Sigmud Freud sebagaimana dikutip Kaplan (2010) mendalilkan suatu hubungan antara kehilangan objek dan melankolia. Ia menyatakan bahwa kekerasan yang dilakukan pasien depresi diarahkan secara internal karena identifikasi dengan objek yang hilang. Freud percaya bahwa introjeksi mungkin merupakan cara satu-satunya bagi ego untuk melepaskan suatu objek, ia membedakan melankolia atau depresi dari duka cita atas dasar bahwa pasien terdepresi merasakan penurunan harga diri yang melanda dalam hubungan dengan perasaan bersalah dan mencela diri sendiri, sedangkan orang yang berkabung tidak demikian.iv. Kegagalan yang berulang. Dalam percobaan binatang yang dipapari kejutan listrik yang tidak bisa dihindari, secara berulang-ulang, binatang akhirnya menyerah tidak melakukan usaha lagi untuk menghindari. Disini terjadi proses belajar bahwa mereka tidak berdaya. Pada manusia yang menderita depresi juga ditemukan ketidakberdayaan yang mirip (Kaplan, 2010).v. Faktor kognitif. Adanya interpretasi yang keliru terhadap sesuatu, menyebabkan distorsi pikiran menjadi negatif tentang pengalaman hidup, penilaian diri yang negatif, pesimisme dan keputusasaan. Pandangan yang negatif tersebut menyebabkan perasaan depresi (Kaplan, 2010) Gambaran KlinisDepresi pada lansia adalah proses patoligis, bukan merupakan proses normal dalam kehidupan. Umumnya orang-orang akan menanggulanginya dengan mencari dan memenuhi rasa kebahagiaan. Bagaimanapun, lansia cenderung menyangkal bahwa dirinya mengalami depresi. Gejala umumnya, banyak diantara mereka muncul dengan menunjukkan sikap rendah diri, dan biasanya sulit untuk didiagnosa (Evans, 2000). Perubahan FisikPenurunan nafsu makan. Gangguan tidur.Kelelahan dan kurang energi. Agitasi. Nyeri, sakit kepala, otot keran dan nyeri, tanpa penyebab fisik.i. Perubahan Pikiran Merasa bingung, lambat dalam berfikir, penurunan konsentrasi dan sulit mengungat informasi. Sulit membuat keputusan dan selalu menghindar. Kurang percaya diri. Merasa bersalah dan tidak mau dikritik. Pada kasus berat sering dijumpai adanya halusinasi ataupun delusi. Adanya pikiran untuk bunuh diri. ii. Perubahan Perasaan Merasa bersalah, tak berdaya. Tidak adanya perasaan. Merasa sedih. Sering menangis tanpa alas an yang jelas. Iritabilitas, marah, dan terkadang agresif.iii. Perubahan pada Kebiasaan Sehari-hari Menjauhkan diri dari lingkungan sosial, pekerjaan. Menghindari membuat keputusan. Menunda pekerjaan rumah. Penurunan aktivitas fisik dan latihan. Penurunan perhatian terhadap diri sendiri. Peningkatan konsumsi alcohol dan obat-obatan terlarang. Derajat Depresi dan Penegakan DiagnosisGangguan depresi pada usia lanjut ditegakkan berpedoman pada PPDGJ III (Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa III) yang merujuk pada ICD 10 (International ClassificationDiagnostic 10). Gangguan depresi dibedakan dalam depresi berat, sedang, dan ringan sesuai dengan banyak dan beratnya gejala serta dampaknya terhadap fungsi kehidupan seseorang (Maslim,2000).a. Gejala Utama Perasaan depresif Hilangnya minat dan semangat Mudah lelah dan tenaga hilang Gejala Lain Konsentrasi dan perhatian menurun Harga diri dan kepercayaan diri menurun Perasaan bersalah dan tidak berguna Pesimis terhadap masa depan Gagasan membahayakan diri atau bunuh diri Gangguan tidur Gangguan nafsu makan Menurunnya libidoTabel 2.1 Penggolongan Depresi Menurut ICD-10 (Soejono dkk, 2007)Tingkat DepresiGejala UtamaGejala lainFungsi

Ringan22Baik

Sedang23-4Terganggu

Berat3>4Sangat Terganggu

4. Bagaimana penatalaksanaan yang dilakukan pada skenario?a. Strategi terapiTujuan terapi depresi adalah menurunkan gejala depresi dan memfasilitasi pasien untuk kembali ke kondisi normal. Strategi untuk mencapai tujuan tersebut ialah menggunakan terapi non farmakologi atau farmakologi dengan antidepresan yang dapat memodulasi kadar serotonin dan norepinefrin di otak (Teter, 2008).b. Fase pengobatan Fase akut, berlangsung dari 6 10 minggu di mana tujuannya adalah menghilangkan gejala Fase lanjut, berlangsung selama 4-9 bulan setelah remisis tercapai, di mana tujuannya adalah untuk menghilangkan gejala sisa atau mencegah kekambuhan Fase pemeliharaan, berlangsung setidaknya 12-36 bulan, yang tujuannya adalah untuk mencegah terulangnya episode depresi (Teter, 2008).c. Klasifikasi antidepresan Golongan TCAMekanisme aksi: menghambat re-uptake serotonin dan norepinefrin. Contoh obat: amitriptilin, imipramin, klomipramin, desipramin. Golongan SNRIMekanisme aksi: menghambat re-uptake serotonin dan norepinefrin. Contoh obat: venlafaksin Golongan SSRIMekanisme aksi: menghambat re-uptake serotonin secara selektif. Contoh obat: fluoksetin, sentralin, paroksetin, fluvoksamin Golongan MAOIMekanisme aksi: menghambat enzim monoamin oksidase. Contoh obat: fenelzin, tranilsipromin Golongan aminoketonMekanisme aksi: menghambat re-uptake norepinefrin dan dopamin. Contoh obat: bupropion Golongan triazolopyridinMekanisme aksi: antagonis reseptor 5HT, 5HT2A atau menghambat re-uptake serotonin. Contoh obat: trazodon, nefazodon Golongan tetrasiklikMekanisme aksi: antagonis reseptor alfa2 adrenergik atau 5HT presinaptik. Contoh obat: mirtazapin (Zullies, 2011).Tabel 2.2 Dosis dewasa obat antidepresan (Teter, 2008)Nama genericDosis awal (mg/hari)Rentang dosis lazim (mg/hari)

SSRI

Citalopram2020-60

Escitalopram1010-20

Fluoksetin2020-60

Fluvoksamin5050-300

Paroksetin2020-60

Sertralin5050-200

SNRI

Venlafaksin37,5-7575-225

Duloksetin3030-90

Aminoketon

Bupropion150150-300

Triazolopiridin

Nefazodon100200-600

Trazodon50150-300

Tetrasiklik

Mirtazapin1515-45

TCA Amina tersier

Amitriptilin25100-300

Klomipramin25100-250

Doksepin25100-300

Imipramin25100-300

TCA Amina sekunder

Desipramin25100-300

Nortriptilin2550-200

MAOI

Fenelzin1530-90

Selegilin (transdermal)66-12

Tranilsipromin1020-60

d. Pertimbangan dalam pemilihan obat Pemilihan awal terhadap antidepresan bersifat empirik, berdasarkan (Zullies, 2011): Riwayat penggunaan antidepresan sebelumnya dan bagaimana responnya. Riwayat respon keluarga terhadap antidepresan (jika ada). Penyakit yang sedang diderita secara bersamaan. Profil efek samping dapat dilihat pada tabel 2. Potensi interaksi dengan obat lain. Biaya.Tabel 2.3 Profil efek samping relatif obat antidepresan (Teter, 2008)Nama generikEfek antikolinergikEfek sedatifHipotensi ortostatikKejangPe (+) BB

SSRI

Citalopram0+0++0

Escitalopram00000

Fluoksetin000++0

Fluvoksamin000++0

Paroksetin++0++0

Sertralin00++0

SNRI

Venlafaksin++0+++

Duloksetin+0+00

Aminoketon

Bupropion+00+++++

Triazolopiridin

Nefazodon0+++++++++

Trazodon0++++++++++

Tetrasiklik

Mirtazapin+++++0+

TCA Amina tersier

Amitriptilin+++++++++++++++++

Klomipramin+++++++++++++++++

Doksepin++++++++++++++

Imipramin++++++++++++++++

TCA Amina sekunder

Desipramin++++++++++

Nortriptilin+++++++++

MAOI

Fenelzin++++++

Selegilin (transdermal)0+++00

Tranilsipromin++++++

Jika obat antidepresan yang diberikan dapat memberikan efek samping yang tidak dapat ditoleransi, maka perlu dilakukan tindakan lanjutan untuk mengatasinya, berbagai macam tindakan tersebut dapat dilihat pada tabel 3.Tabel 3. Efek samping obat antidepresan dan pengatasannya (Teter, 2008)Efek sampingJenis antidepresanPengatasan

Efek kardiovaskuler

AritmiaTCAHindarkan pada pasien dengan innstabilitas jantung atau iskemia

HipertensiSNRI, bupropionMonitor tekanan darah. Jaga dosis serendah mungkin, jika perlu tambahkan obat antihipertensi

Hipotensi ortostatikTCA, trazodon, nefazodon, MAOITambahkan fludrokortison, tambahkan garam pada dietnya

Antikolinergik

KonstipasiTCASarankan minum air yang banyak, tambahkan laksatif bila perlu

DeliriumTCAEvaluasi kemungkinan lain penyebab delirium yang lain

Mulut keringTCA, SNRI, bupropionSarankan penggunaan permen karet atau permen

Gangguan visualTCABerikan tetes mata pilokarpin

Gangguan neurologis

Sakit kepalaSSRI, SNRI, bupropionCek kemungkinan penyebab lain

kejangBupropion, TCA, amoksapin, SSRICek kemungkinan penyebab lainnnya, dan tambahkan antikonvulsan bila diperlukan

Gangguan seksual

Disfungsi ereksiTCA, SSRI, SNRITambahkan sildenafil, tadanafil, busprion, atau bupropion

Disfungsi orgasmeTCA, SSRI, venlafaksin, desvenlafaksin, MAOITambahkan sildenafil, tadanafil, busprion, atau bupropion

Lain lain

HepatotoksisitasNefazodonBerikan edukasi dan pemantauan gambaran klinis gangguan fungsi hati, sarankan untuk melakukan tes fungsi hati

InsomniaSSRI, SNRI, bupropionGunakan obat pada pagi hari, tambahkan sedatif malam hari sebelum tidur, berikan terapi perilaku kognitif

Mual muntahSSRI,SNRI, bupropionGunakan setelah makan atau dalam dosis terbagi

OsteopeniaSSRIJika perlu, sarankan pemantauan densitas tulang dan terapi untuk mencegah pengeroposan tulang, tambahkan suplemen kalsium, vitamin D, bifosfonat

SedasiTCA, trazodon, nefazodon, mirtazapinGunakan sebelum tidur, tambahkan modafinil atau metilfedinat

Peningkatan berat badanSSRI, mirtazapin, TCA, MAOISarankan olah raga dan rujuk ke ahli nutrisi, jika akan mengubah antidepresan, pertimbangkan antidepresan yang kurang menyebabkan kenaikan berat badan

Serotonin sindromMAOILakukan evaluasi darurat, bawa ke ICU

e. Terapi non farmakologi Terapi perilaku kognitif (Cognitif Behavioral Therapy, CBT)Dalam sebuah analisis terhadap empat studi komparasi, terapi perilaku kognitif memiliki efek yang sepadan dengan antidepresan dalam mengatasi depresi berat bagi banyak pasien. Sebagian besar keberhasilan terapi psikologis tergantung pada keterampilan terapis. Banyak penelitian menunjukkan bahwa terapi perilaku kognitif dengan antidepresan memberikan keuntungan terbesar bagi banyak pasien, khususnya untuk dhsthymia (depresi kronis). Bukti medis juga telah menemukan bahwa manfaat dari terapi kognitif bertahan setelah perawatan telah berakhir. Terapi perilaku kognitif telah terbukti untuk membantu mencegah untuk mencegah upaya bunuh diri di masa mendatang pada pasien dengan riwayat perilaku bunuh diri (Zullies, 2011).Terapi kognitif mungkin sangat bermanfaat bagi pasien berikut :a. Pasien dengan depresi atipikalb. Remaja dengan gejala depresi berat ringanc. Wanita dengan depresi postpartu, non psikotikd. Anak-anak dari orang tua dengan gangguan dalam kasus ini, terapi harus melibatkan seluruh keluarga (Zullies, 2011). Terapi interpersonal (IPT) Mendasarkan sebagian pada teori psikodinamik, terapi interpersonal mengakui adanya akar depresi pada masa kanak-kanak, tetapi terapi tetap berfokus pada gejala dan masalah-masalah pada saat ini yang mungkin menyebabkan gangguan depresi. IPT tidak sebegitu spesifik seperti terapi kognitif atau perilaku. Terapis berusaha untuk mengalihkan perhatian pasien, yang telah terdistordi oleh depresi, mengenai interaksi sosial pasien dan keluarga sehari-harinya secara rinci. Tujuan dari metode pengobatan ini adalah meningkatkan keterampilan komunikasi dan peningkatan harga diri dalam waktu singkat (3-4 bulan janji dengan pertemuan setiap minggu). Diantara bentuk depresi yang dapat diatasi dengan IPT adalah depresi yang disebabkan adanya suasana berkabung, konflik terpendam dengan orang-orang yang memilki hubungan yang dekat perubahan besar dalam hidup, dan keadaan terisolasi. Sebuah studi metaanalisa dari 13 hasil penelitian ysng dilakukan pada kisaran 1974-2002 menunjukkan bahwa dalam 9 penelitian, IPT lebih unggul dengan plasebo. Selain itu, IPT lebih efektif daripada CBT. Namun kombinasi IPT dan obat-obatan tidak secara signifikan lebih efektif dibandingkan monoterapi obat untuk terapi akut atau terapi pencegahan (Zulies, 2011). Terapi elektrokonvulsif (electroconvulsive therapy, ECT)Terapi elektrokonvulsif (ECT) adalah prosedur yang digunakan untuk membantu mengobati penyakit-penyakit psikiatrik. Arus listrik dilewatkan melalui otak untuk memicu kejang (periode singakat aktivitas otak tidak teratur), berlangsung sekitar 40 detik. Pengobatan tertentu diberikan untuk mencegah kejang menyeluruh seluruh tubuh (Zullies, 2011).ECT dapat dilakukan pada pasien- pasien depresi yang memliki kondisi sebagai berikut :a. Depresi berat dengan insomnia (sulit tidur), perubahan berat, perasaaan putus asa atau rasa bersalah, dan pikir bunuh diri ( menyakiti atau membunuh diri sendiri) atau pembunuhan (melukai atau membunuh orang lain)b. Depresi berat yang tidak merespon antidepresan (obat-obatan yang digunakan untuk mengobati depresi) atau konseling.c. Pada pasien depresi berat yang tidak bisa menggunakan antidepresand. Mania berat yang tidak berespon terhadap pengobatan. Gejala mania parah antara lain termasuk agitasi, kebingungan, halusinasi atau delusie. Pasien schizoprenia yang tidak berespon terhadap pengobatan (Zullies, 2011).5. Apa saja pemeriksaan yang diperlukan selain pemeriksaan status mental?a. Tes skriningTes skrining depresi akan sangat membantu terlebih bila menggunakan Patient Health Questionnaire-9 (PHQ-9). Kesembilan hal dalam PHQ-9 masing-masing mempunyai skor 0 sampai 3, sehingga mampu memberikan nilai total minimal 0 dan maksimal 27. Namun harus dimengerti dengan jelas, bahwa hasil yang didapatkan dari tes skrining mungkin tidak mampu mendiagnosis depresi dan mungkin tidak sempurna pada beberapa populasi terutama pada pasien usia lanjut.b. Pemeriksaan laboraturium untuk menemukan kelainan organikDepresi merupakan diagnosis klinis yang ditegakkan berdasarkan temuan riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik. Tidak ada tes diagnosis laboraturium yang ada untuk kelainan depresi mayor, tapi pemeriksaan laboraturium dapat menyingkirkan diagnosis banding lain yang kelainannya mirip dengan depresi. Pemeriksaan laboraturium yang mungkin dilakukan yaitu: Pemeriksaan darah lengkap Thyroid-stimulating hormone (TSH) Vitamin B-12 Rapid plasma reagin (RPR) Tes HIV Elektrolit, termasuk kalsium, fosfat, dan magnesium Blood urea nitrogen (BUN) dan kreatinin Tes fungsi hati Kadar alcohol dalam darah Analisis Gas Darah Tes supresi Dexamethason (pada penyakit Cushing, namun positif juga pada depresi)(Halverson, 2013)6. Apa terapi medikamentosa yang diberikan pada pasien insomnia? Obat-obatan yang digunakan dalam menangani insomnia adalah agonis reseptor nonbenzodiazepine, agonis reseptor benzodiazepine, agonis reseptor melatonin selektif, dan antidepresan sedatif. Semuanya dapat digunakan sebagai lini pertama, pemilihan obat didasarkan pada penggunaan terdahulu, harga, efek samping, interaksi obat, dan pilihan pasien. Berikut adalah contoh dari masing-masing kelompok (Chawla, 2013):a. Sedatif hipnotik: zaleplon, zolpidem, eszopiclone, triazolam, estazolam, temazepam, dan ramelteonb. Antidepresan trisiklik: amitriptyline, doxepin, dan nortriptylinec. Antidepresan lainnya: mirtazapine, trazodone, dan nefazodoneObat tidur yang bekerja lama (flurazepam, quazepam) paling baik digunakan pada insomnia malam hari. Sedangkan, obat yang bekerja singkat (zolpidem, triazolam) digunakan pada pasien yang mengalami kesulitan untuk jatuh tertidur. Penggunaan obat tidur sebaiknya tidak lebih dari dua minggu karena dapat terjadi toleransi dan putus obat (Sadock, 2004).

BAB IIIPENUTUP1. KESIMPULANDari analisis gejala yang dialami perempuan tersebut, dapat disimpulkan bahwa perempuan tersebut mengalami depresi. Hal itu dibuktikan dengan keluhan, hasil pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Depresi dapat sembuh. Namun tidak menutup kemungkinan jika tidak ditangani dapat menyebabkan depresi yang bersifat menetap.1. SARANSkenarioPerempuan yang mengalami depresi tersebut dapat ditangani dengan menggunakan 5 aspek yaitu terapi farmakologi, terapi non farmakologi, terapi interpersonal, dan terapi ECT. Untuk insomnianya dapat diberikan obat antiinsomnia seperti triazolam ataupun obat dari golongan lain.Tutorial1. Semua anggota kelompok diharapkan lebih berpartisipasi aktif dalam diskusi.2. Moderator lebih dapat memancing anggota kelompok yang kurang aktif agar diskusi lebih hidup.3. Lebih menghargai pendapat setiap anggota kelompok.4. Jangan terpaku pada satu permasalahan saja.5. Menyiapkan materi sehingga pada saat pertemuan kedua tutorial berjalan dengan baik dan lancar.

DAFTAR PUSTAKAChawla J (2013). Insomnia. Medscapehttp://emedicine.medscape.com/article/1187829-treatment. Diakses 18 November 2013.Evans M, Mottram P. 2000. Diagnosis of Depression in Elderly Patients. Mavis Advances in Psychiatric Treatment. 6:4956.Halverson, Jerry L. 2013. Depression Workup.http://emedicine.medscape.com/article/286759-workup#aw2aab6b5b3. Diakses 18 November 2013.Hardywinoto, ST. 1999. Panduan Gerontologi Tinjauan dari berbagai Aspek. Jakarta: PT Gramedia.Ikawati, Zullies. 2011. Farmakoterapi Sistem Saraf Pusat. Yogyakarta: Bursa Ilmu.Kane. 1999. Essentials of Clinical Geriatrics. 4th Edition. USA : McGrow-Hill Companies.Lesler ZC. 2001. Comprehensive Geriatric Assessment. USA : McGraw Hill Companies.Mansjoer, A. 2010. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 4. Jakarta: Media Aesculapius.Maramis WF. 2011. Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press.Maslim R, et al. 2001. Buku saku diagnosis gangguan jiwa. Rujukan ringkas dari PPDGJ-III. Jakarta: PT Nuh Jaya.Nuhriawangsa I (2011). Symptomatologi psikiatri. Surakarta: UNS Press.Sadock BJ, Sadock VA. 2004. Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi 2. Jakarta: EGCSadock BJ, Virginia AS. 2013. Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis. 2nd Edition. Philadelphia, PA: Lippincott Williams & Wilkins Inc.Soejono. 2000. Pedoman Pengelolaan Kesehatan Pasien Geriatric untuk Dokter dan Perawat. Jakarta : FK UI.Teter, CJ, Kando, JC, Wells, BG, Hayes, PE. 2008. Depressive disorrder. In DiPiro (eds). Pharmacotherapy, A Pathophsyological Approach. 7th Edition. New York: McGraw Hill.Unutzer J, et al. 2002. Collaborative Care Management of Late Life Depression in The Primary Care Setting. Journal American Medical Association. 288: 2836-2845.

LAMPIRAN

Laporan Tutorial Kelompok IPage 36