laporan tutorial skenario ana-histo
TRANSCRIPT
LAPORAN TUTORIAL SKENARIO A
BLOK V
DISUSUN OLEH : KELOMPOK 3
Tutor : dr. Rini Nindela
Hana Yuniko 04011281320025
Chyntia Tiara Putri 04011181320047
Citta A Putri 04011181320027
Safitri Muhlisa 04011381320029
Satria Putra W 04011381320077
Dwi Nopianti 04011181320101
Reinecke Ribka Halim 04011281320031
Elisabeth Gerda Sitompul 04011181320011
Nina Vella Rizky 04011181320051
Rahma Putri Utami 04011181320103
Nilam Siti Rahmah 04011181320083
Naurah Nazhifah 04011381320011
PENDIDIKAN DOKTER UMUM
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas ridho dan karunia-Nya laporan tugas tutorial
skenario A blok V ini dapat terselesaikan dengan baik.
Laporan ini betujuan untuk memenuhi tugas tutorial yang merupakan bagian dari sistem
pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Tak lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan laporan tugas tutorial ini terutama ibu dr. Rini Nindela selaku tutor.
Laporan ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan
sangat bermanfaat untuk perbaikan di kemudian hari.
Palembang, Desember 2013
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................................3
HASIL TUTORIAL DAN BELAJAR MANDIRI
I. Skenario A Blok V.................................................................................................................4
II. Klarifikasi Istilah ..................................................................................................................4
III. Identifikasi Masalah..............................................................................................................5
IV. Analisis Masalah...................................................................................................................5
V. Keterkaitan antarmasalah ...................................................................................................16
VI. Learning Issues...................................................................................................................17
VII. Sintesis...............................................................................................................................18
- Kerangka konsep....................................................................................................................
- Diabetes Melitus.................................................................................................................19
-Anatomi syaraf ekstremitas inferior....................................................................................21
- Rangka tungkai bawah........................................................................................................25
- Otot tungkai bawah.............................................................................................................35
- Hipestesi .............................................................................................................................41
- Footdrop..............................................................................................................................42
- Nyeri...................................................................................................................................44
VIII. Kesimpulan…………………..\…………………………………………...……………..45
Daftar Pustaka...........................................................................................................................46
3
I. SKENARIO A BLOK V
Seorang pria, bernama pak Heri, berusia 50 tahun telah menderita kencing manis selama lebih dari 10 tahun. Atas anjuran temannya yang menyatakan bahwa meditasi dapat menyembuhkan penyakitnya, maka ia melakukan meditasi selama berjam-jam yang sudah berlangsung beberapa bulan. Meditasi dilakukannya dengan cara duduk bersila atau menyilangkan tungkai bawah sambil berkonsentrasi penuh.
Tiga hari yang lalu pak Heri ke dokter dengan keluhan jika berjalan kaki kanannya sering kali tersandung terutama di permukaan jalan yang tidak rata/berkerikil.Sejak 1 bulan yang lalu ia sering merasakan keluhan mati rasa dan nyeri disebelah sisi luar tungkai kanan dan punggung kaki kanan.
Pada pemeriksaan fisik di tungkai bawah Ibu jari kanan tidak bisa dorsiflexi, Steppage gamit (berjalan dengan menyeret kaki kanan) positif, Sendi pergelangan kaki tidak bisa dorsiflexi, Gangguan hipestesi (mati rasa) pada daerah crus posterolateral.
Menurut dokter ia menderita footdrop karena kelumpuhan n. Peronealis communis dan Diabetes Melitus tipe 2
II. KLARIFIKASI ISTILAH
1. Meditasi :Terpekun, renungan, diam memikirkan sesuatu dalam-dalam
2. Footdrop :Terkulainya kaki akibat lesi, nervous peroneal atau tibia yang
mengakibatkan paralisis otot otot anterior tungkai bawah
3. Kencing Manis :Penyakit yang menyebabkan air kencing yag diproduksi
bercampur dengan zat gula
4. Nyeri :Berasa sakit terasa ditusuk tusuk jarum atau seperti dijepit pada
bagian tubuh
5. Dorsiflexi :Menekuk atau flexi kearah aspek ekstensor anggota gerak seperti
pada tangan dan kaki
6. Crus Posterolateral :Bagian tungkai kaki yang terletak disamping dan kearah aspek
posterior
7. Tungkai Bawah :Bagian kaki dari lutut ke bawah
8. DM tipe 2 :Penyakit ini disebabkan oleh insulin yang terhalang sehingga
4
tidak dapat melakukan fungsinya dengan benar, biasanya
menyerang usia 40 tahun ke atas
9. Hipestesi :Kepekaan yang menurun abnormal terutama terhadap sentuhan
10. N.Peronealis Communis : Percabangan dari n. ischiadicus
III. IDENTIFIKASI MASALAH
1. Pak Heri berusia 50 tahun telah menderita kencing manis selama lebih dari 10 tahun. (vvvvv)2. Pak Heri melakukan meditasi selama berjam-jam yang sudah berlangsung beberapa bulan.
Meditasi dilakukannya dengan cara duduk bersila atau menyilangkan tungkai bawah. (vvvv)3. Sejak 1 bulan yang lalu ia sering merasakan keluhan mati rasa dan nyeri disebelah sisi luar
tungkai kanan dan punggung kaki kanan.(vvv)4. Tiga hari yang lalu pak Heri ke dokter dengan keluhan jika berjalan kaki kanannya sering kali
tersandung terutama di permukaan jalan yang tidak rata/berkerikil (vv)5. Pada pemeriksaan fisik di tungkai bawah : (v)
Ibu jari kanan tidak bisa dorsiflexi Steppage gamit (berjalan dengan menyeret kaki kanan) positif Sendi pergelangan kaki tidak bisa dorsiflexi Gangguan hipestesi (mati rasa) pada daerah crus posterolateral
IV. ANALISIS MASALAH
1. Pak Heri berusia 50 tahun telah menderita kencing manis selama lebih dari 10 tahun.
a. Apa penyebab Diabetes Melitus ?
Pada usia lanjut diabetes militus disebakan oleh resistensi insulin. Timbulnya resistensi
insulin pada lansia dapat disebabkan oleh 4 faktor yaitu perubahan komposisi tubuh, massa
otot lebih sedikit dan jaringan lemak lebih banyak, menurunnya aktivitas fisik sehingga
terjadi penurunan jumlah reseptor insulin yang siap berikatan dengan insulin, perubahan pola
makan lebih banyak makan karbohidrat akibat berkurangnya jumlah gigi sehingga perubahan
neurohormonal dan dehidroepiandosteron (DHEAS plasma) sehingga terjadi penurunan
ambilan glukosa akibat menurunnya sensitivitas reseptor insulin dan aksi insulin.
b. Apa gejala dari penyakit Diabetes Melitus?Gejala penyakit Diabetae Melitus Tipe II yaitu peningkatan prevalensi buang air (poliuri) rasa lapar (polifagia), rasa haus polidipsi), cepat lelah, kehilangan tenaga, dan merasa tidak fit, kelelahan yang berkepanjangan yang tidak ada penyebabnya, mudah sakit berkepanjangan, biasanya terjadi pada usia di atas 30 tahun
c. Apa komplikasi dari penyakit Diabetes Melitus?
Terbagi menjadi dua yaitu Komplikasi Akut dan Komplikasi Kronik
5
Komplikasi akut
Keadaan yang termasuk dalam komplikasi akut DM adalah ketoasidosis diabetik (KAD)
dan Status Hiperglikemi Hiperosmolar (SHH). Pada dua keadaan ini kadar glukosa darah
sangat tinggi (pada KAD 300-600 mg/dL, pada SHH 600-1200 mg/dL), dan pasien
biasanya tidak sadarkan diri. Karena angka kematiannya tinggi, pasien harus segera dibawa
ke rumah sakit untuk penanganan yang memadai.
Keadaan hipoglikemia juga termasuk dalam komplikasi akut DM, di mana terjadi
penurunan kadar glukosa darah sampai < 60 mg/dL. Pasien DM yang tidak sadarkan diri
harus dipikirkan mengalami keadaan hipoglikemia. Hal-hal yang dapat menyebabkan
terjadinya hipoglikemia misalnya pasien meminum obat terlalu banyak (paling sering
golongan sulfonilurea) atau menyuntik insulin terlalu banyak, atau pasien tidak makan
setelah minum obat atau menyuntik insulin.
Gejala hipoglikemia antara lain banyak berkeringat, berdebar-debar, gemetar, rasa lapar,
pusing, gelisah, dan jika berat, dapat hilang kesadaran sampai koma. Jika pasien sadar,
dapat segera diberikan minuman manis yang mengandung glukosa. Jika keadaan pasien
tidak membaik atau pasien tidak sadarkan diri harus segera dibawa ke rumah sakit untuk
penanganan dan pemantauan selanjutnya.
Komplikasi kronik
Penyakit diabetes melitus yang tidak terkontrol dalam waktu lama akan menyebabkan
kerusakan pada pembuluh darah dan saraf. Pembuluh darah yang dapat mengalami
kerusakan dibagi menjadi dua jenis, yakni pembuluh darah besar dan kecil.
Yang termasuk dalam pembuluh darah besar antara lain:
Pembuluh darah jantung, yang jika rusak akan menyebabkan penyakit jantung koroner dan
serangan jantung mendadak
Pembuluh darah tepi, terutama pada tungkai, yang jika rusak akan menyebabkan luka
iskemik pada kaki
Pembuluh darah otak, yang jika rusak akan dapat menyebabkan stroke
6
Kerusakan pembuluh darah kecil (mikroangiopati) misalnya mengenai pembuluh darah
retina dan dapat menyebabkan kebutaan. Selain itu, dapat terjadi kerusakan pada pembuluh
darah ginjal yang akan menyebabkan nefropati diabetikum.
nefropati diabetikum merupakan gangguan pada selaput penyaring darah pada ginjal.kadar
gula yang tinggi menyebabkan kerusakan pada selaput penyaring tersebut.
d. Apa tipe tipe penyakit Diabetes Melitus?
- Klasifikasi Penyakit Diabetes Melitus
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasikan bentuk diabetes melitus
berdasarkan perawatan dan simtoma:[
1. Diabetes tipe 1, yang meliputi simtoma ketoasidosis hingga rusaknya sel beta di dalam
pankreas yang disebabkan atau menyebabkan autoimunitas, dan bersifat idiopatik. Diabetes
melitus dengan patogenesis jelas, seperti fibrosis sistik atau defisiensi mitokondria, tidak
termasuk pada penggolongan ini.
2. Diabetes tipe 2, yang diakibatkan oleh defisiensi sekresi insulin, seringkali disertai
dengan sindrom resistansi insulin
3. Diabetes gestasional, yang meliputi gestational impaired glucose tolerance, GIGT dan
gestational diabetes mellitus, GDM.
dan menurut tahap klinis tanpa pertimbangan patogenesis, dibuat menjadi:
4. Insulin requiring for survival diabetes, seperti pada kasus defisiensi peptida-C.
5. Insulin requiring for control diabetes. Pada tahap ini, sekresi insulin endogenus tidak
cukup untuk mencapai gejala normoglicemia, jika tidak disertai dengan tambahan hormon
dari luar tubuh.
6. Not insulin requiring diabetes.
e. Siapa saja yang berpeluang terjadinya penyakit Diabetes Melitus?
Yang berpeluang menderita DM ipe 2 adalah seseorang dengan rentang usia 30 tahun atau
lebih.dalam hal ini faktor resiko penyebab DM tipe 2 adalah genetik,lingkungan,obesitas,
pola hidupnyang tidaksehat,dll.
f. Bagaimana mekanisme terjadinya penyakit Diabetes Melitus?
Pada Diabetes Melitus Tipe II, terdapat 2 keadaan yang berperan yaitu resistensi insulin dan
disfungsi sel β pancreas. Resistensi insulin adalah keadaan di mana insulin tidak dapat
7
bekerja optimal pada sel-sel targetnya seperti otot, sel lemak dan sel hepar. Keadaan sel
terhadap efek insulin menyebabkan sel β pancreas menyekresi insulin dalam kuantitas yang
lebih besar untuk memperthankan homeostasis gloukosa darah sehingga terjadi
hiperinsuliemia kompensatoir unut mempertahankan keadaan euglikemia. Pada fase tertentu
dari perjalanan penyakit DM tipe II, kadar glukosa darah mulai meningkat walaupun
dikompensasi dengan hiperinsulinemia; disamping itu juga terjadi peningkatan asam lemak
bebas dalam darah. Keadaan glukostasis dan lipotoksisitas akibat kekurangna insulin
relative (walaupun telah dikompensasi dengan hiperinsulinemia) mengakibatkan sel β
pancreas mengalami disfungsi dan terjadila gangguan metabolism glukosa berupa Glukosa
Puasa Terganggu, Gangguan Toleransi Glukosa dan akhirnya DM tipe II.
2. Pak Heri melakukan meditasi selama berjam-jam yang sudah berlangsung beberapa bulan. Meditasi dilakukannya dengan cara duduk bersila atau menyilangkan tungkai bawah.
a. Bagaimana struktur anatomi ekstremitas inferior pada saat duduk bersila ?
Daerah gluteal dan paha akan tertekan, pada saat duduk bersila, posisi kaki akan melakukan plantarflexi
b. Apa hubungan duduk bersila dengan Diabetes Melitus?
Duduk bersila dapat menyebabkan penyempitan pada pembuluh darah. Penyempitan pada
pembuluh darah menyebabkan peredaran aliran darah pada elstermitas inferior terganggu.
Hal ini mengakibatkan terjadinya angiopathy yang dapat menyebabkan neuropathy. Pada
penderita Diabetes Mellitus, duduk bersila dapat memperparah gangguan yang terjadi pada
jaringan saraf yang mengalami gangguan nyeri akibat DM. Selain itu duduk bersila dapat
menyebabkan tejadinya trauma pada saraf n. ischiadicus, n. peronealis profundus, n, tibia
yang akan mengakibatkan otot tidak bisa berkontraksi dengan baik sehingga pergelangan
kaki tidak dapat melakukan dorsofleksi.
c. Apa dampak meditasi selama berjam jam pada struktur ekstremitas inferior?
Neuropati Diabetes merupakan salah satu komplikasi diabetes dengan gejala rasa kebas
atau baal pada kaki atau tungkai yang dapat menyebabkan kesemutan dan kram pada kaki.
Keluhan ini disebabkan adanya kerusakan pada sistem saraf perifer karena kadar gula darah
yang tidak terkontrol. Penyakit dan infeksi yang menyebabkan peradangan pembuluh darah
(disebut vasculitis) memicu pembentukan jaringan parut di pembuluh darah, mengganggu
sirkulasi dan menyebabkan kesemutan dan kram pada otot-otot ekstremitas bawah.
8
Selain itu,bermeditasi berjam-jam juga dapat mengakibatkan saraf (N.fibularis komunis)
dan pembuluh darah yang berada pada sisi lateral terjepit karena adanya kompresi dari gaya
duduk bersila pada saat meditasi.
d. Apa fungsi meditasi terhadap penderita Diabetes Melitus?
Diabetes melitus terjadi karena gangguan fungsi endokrin pankreas. Pada penderita diabetes
melitus terjadi keadaan di mana insulin tak berfungsi optimal, karena kualitas dan
kuantitasnya tak memadai. Penyebabnya, reseptor insulin tak memadai atau ada faktor
hormon yang melawan efek insulin, yaitu counter regulatory hormone (CRH), pada keadaan
tertentu bisa juga karena penurunan produksi insulin tubuh. Padahal insulin diperlukan
tubuh untuk menjaga kadar gula darah. Penderita diabetes harus mampu mengendalikan
kadar gula darah menjadi normal atau mendekati normal agar tak terhindar dari komplikasi
kronis.
Dalam penelitian, penanganan penderita diabetes dilakukan secara holistik
dengan pendekatan bio-psiko-spirit-sosiobudaya. Di samping diberi obat, menjalani
pengaturan diet dan olahraga, penderita diberi terapi tambahan berupa meditasi relaksasi
spiritual.Meditasi relaksasi membantu penderita mencapai homeostasis, yaitu suatu
keseimbangan dalam tubuh-di mana regulasi tubuh, yaitu sistem saraf otonom, endokrin dan
daya tahan tubuh, berfungsi maksimal-sehingga tercapai penyembuhan oleh diri sendiri.
3. Sejak 1 bulan yang lalu ia sering merasakan keluhan mati rasa dan nyeri disebelah sisi luar tungkai kanan dan punggung kaki kanan.
a. Apa saja persyarafan yang terdapat disebelah luar tungkai kanan dan punggung kaki kanan?
Sistem saraf tungkai bawah
1. Nervus Peroneus Communis
Nervus ini merupakan cabang dari segmen bawah (L4, L5, dan S1, S1).
Nervus ini merupakan cabang maupun componen dari nervus ischiadicus sampai
sejauh bagian atas ruang poplitea. Dari sini, serabut saraf ini memulai perjalanan yang
bebas turun disepanjang garis posterior muscle bíceps femoralis, lalu menyilang
9
diagonal pada dorsum sendi lutut menuju bagian luar atas tungkai dekat dengan caput
fibula dan berjalan terus ke bawah diantara m. peroneus longus dan tulang tibia.
2. Nervus Tibialis
Nervus tibialis dibentuk oleh seluruh 5 bagian anterior plexus sacralis yaitu L4-
5, S1-3. nervus tibialis adalah cabang terminal dari n. ischiadicus yang lebih besar pada
sepertiga bawah pada bagian belakang. Nervus ini naik melalui fossa poplitea dan
berjalan di sebelah dalam m. gastrocnemius dan m. soleus. Ia terletak pada permukaan
posterior m. tibialis posterior, dan bagian lebih bawah dari tungkai bawah., pada
permukaan posterior tibia. Saraf ini menyerupai perjalanan arteri berjalan di belakang
malleolus medialis, diantara tendo m. fleksor digitorum longus dan m. flexor hallucis
longus. Saraf ini ditutupi oleh retinaculum flexorum dan bercabang menjadi n.
plantaris medialis dan laterales.
3. Nervus Peroneus Profundus
Nervus ini berjalan di lateral capitulum fibulae menembus septum
intermusculare anterius kemudian membelok ke medial distal kemudian berjalan
diantara m. tibialis anterior dengan m. extensor digitorum longus dan brevis, serta m.
extensor hallucis menuju spatium introsum pertama. Cabang-cabangnya antara lain : 1)
ramus musculares, mensarafi m. tibialis anterior, m. extensor digitorum longus, dan m.
hallucis, 2) ramus articularis, mensarafi sendi talocrularis, 3) nervus digitalis dorsalis
pedis medialis menuju jari pertama dan kedua.
4. Nervus Peroneus Superficialis
Nervus ini berjalan ke distal ditutupi oleh m. Peroneus longus, mula-mula
di sebelah lateral anteriornya musculusperoneus brevis yang akhirnya menembus facia
cruralis pada pertengahan tungkai bawah dan di sini pecah menjadi dua bagian nervus
cutaneus dorsalis pedis intermedius cabang baru kemudian untuk berjalan di luar facia
pada dorsum pedis menuju basis keempat pada nervus cutaneus dorsalis pedis medialis
berjalan drastis diantara facia cruris ke medial menuju dorsum pedis yang akhirnya
bercabang menjadi dua yaitu medial dan lateral.
10
11
b. Apa yang menyebabkan mati rasa pada kasus pak Heri?
Mati rasa adalah keadaan di mana berkurangnya kepekaan kulit atau kepekaan terhadap
sensasi khusus. Mati rasa yang dirasakaan pak Heri disebabkan adanya cedera atau bad
injury pada saraf sensorik perifer pusat karena terjepitnya saraf dan vaskular sehingga
menyebabkan nutrisi dan oksigen terhambat dihantarkan pada saat meditasi sehingga kaki
tertekuk lama. Ditambah dengan keadaan pak Heri yang menderita Diabetes Melitus tipe 2
selama 10 tahun sehingga sudah banyak saraf yang mulai rusak dan gangguan pada vaskular
darah akibat hiperglikemia.
c. Bagaimana hubungan mati rasa dan nyeri terhadap penyakit Diabetes Melitus?
Pada penderita diabetes peningkatan gula darah dapat menyebabkan penebalan dinding pembuluh darah dan mengurangi suplai darah ke sel khususnya pembuluh darah yag menyuplai saraf, sehingga menyebabkan kerusakan saraf yang akan menybabkan mati rasa pada kaki. Neuropati diabetes terkait dengan :
Gangguan toleransi glukosa (GTG) , yaitu tahap respons abnormal terhadap uji toleransi glukosa oral 2 jam setiap individu menunjukkan hasil >= 140 tetapi kurang dari 200 mg/dl-
12
Neuropati, terutama neuropati serat halus yang menimbulkan nyeri . Diabetes melitus (DM) merupakan penyebab 1/3 dari semua nyeri neuropati (NN). Hampir 50% penderita DM yang telah mengidap DM selama lebih dari 25 tahun akan mengalami nyeri neuropati (NN). Gejala yang sering terjadi yaitu menyerupai lesi pada ganglion radiks posterior. Disini dijumpai hipestesia perifer dengan disertai hilangnya sensasi getar. Rasa nyeri tidak selalu dijumpai, kadang-kadang dijumpai artropati tanpa rasa nyeri dan ulkus pada kaki. Dapat terjadi gangguan otonom seperti diare, hipotensi postural, gangguan sekresi keringat dan impotensi.
Hiperglikemia pada DM dapat menimbulkan lesi serabut saraf afferen, yang selanjutnya akan menyebabkan kelainan struktural dan hipereksitabilitas, disamping penurunan nilai ambang terhadap nyeri.
Kelainan struktural dan hipereksitabilitas dapat menyebabkan terjadinya ectopic discharge yang spontan maupun evoked, yang akan menyebabkan sesitisasi sentral. Sensitisasi sentral, bersama-sama dengan ectopic discharge dan hipereksitabilitas akan menyebabkan nyeri spontan ataupun nyeri evoked.
d. Bagaimana mekanisme terjadinya nyeri pada kaki pak Heri ?
Nyeri yang di alami Pak Heri merupakan nyeri permukaan yang disebabkan oleh adanya
kompresi jaringan otot, saraf, dan vaskularisasi pada regio ekstremitas inferior, khusnya
pada bagian ischiagial (tungkai). Mekanisme nyeri yang terjadi bermula pada bagian otot
pangkal dan paha (tungkai atas) dan dilanjutkan dengan referred pain (pola nyeri alih)
menuju ke bagian kaki (tungkai bawah). Dengan riwayat Diabetes Melitus Tipe-2
4. Tiga hari yang lalu pak Heri ke dokter dengan keluhan jika berjalan kaki kanannya sering kali tersandung terutama di permukaan jalan yang tidak rata/berkerikil
a. Apa hubungan kaki tersandung dengan keluhan mati rasa dan nyeri ?
Hubungan kaki tersandung dengan mati rasa dan nyeri yaitu karena cedera nervus proneus
communis akibat kaki bersila lama yang mengakibatkan footdrop. Karena terjadinya
footdrop tubuh mengalami kompensasi daerah genue sehingga terjadinya stappage gate
yang membuat tubuh menjadi tidak seimbang sehingga pak Heri mudah tersandung.
b. Apa akibat sering tersandung terhadap struktur anatomi pak Heri ?
Karena sering terjatuh, maka struktur tulang akan mengalami trauma yang bisa berakibat pada perubahan letak syaraf
5. Pada pemeriksaan fisik di tungkai bawah : Ibu jari kanan tidak bisa dorsiflexi Steppage gamit (berjalan dengan menyeret kaki kanan) positif Sendi pergelangan kaki tidak bisa dorsiflexi Gangguan hipestesi (mati rasa) pada daerah crus posterolateral
a. Apa saja struktur anatomi daerah arus posterolateral?13
Struktur anatomi posterolateral terdiri dari tulang tibia dan fibula yang membentuk
persendian pada ujung distal dan proksimalnya.
b. Apa penyebab ibu jari kanan tidak bisa dorsiflexi?
Karena terganggunya kerja n. Peroneus profundus yg mengakibatkan disfungsi nya otot m. Ekstensor hallucis longus yg berinsertio di phalanx distal Ibu jari
c. Apa penyebab steppage gait?
Steppage gait atau nama lainnya foot drop gait terjadi karena adanya gangguan pada nervus proneus profundus yang berperan dalam menggerakkan otot-otot anterior tungkai bawah ( m. Tibialis anterior, m. Ekstensorum digitorum longus, m. Ekstensorum hallucis longus, dan m. Peroneus tertius ) yang menyebabkan pergelangan kaki tidak dapat melakukan ekstensi (dorsofleksi), sehingga ketika berjalan kaki selalu terseret oleh lantai atau tanah akibat pergelangan kaki yang hanya mampu membentuk posisi plantarfleksi (jatuh atau mendekati tanah) yang dibentuk oleh otot-otot lateral tungkai bawah ( m. Proneus longus dan m. Proneus brevis ) yang dipersyarafi oleh nervus proneus superficialis.
d. Apa penyebab sendi pergelangan kaki tidak bisa dorsiflexi?
Karena ada kelumpuhan pada n. Peronealis communis yang mempengaruhi daerah pergelangan kaki ke bawah
e. Apa penyebab gangguan hipestesi pada daerah crus posterolateral?
Daerah crus posterolateral terletak pada tungkai bawah bagian dorsal lateral. Pada saat pak
Heri melakukan meditasi dengan posisi bersila maka, akan terjadi penekanan saraf pada
daerah gluteal, femur, dan crus posterolateral. Yang mengakibatkan cedera pada saraf
sensorik dan aliran darah yang lambat akibat kaki ditekuk terlalu lama, mengakibatkan saraf
tidak berfungsi, membuat pak Heri mengalami hipestesi pada daerah crus posterolateral.
f. Bagaimana struktur anatomi kaki dalam mekanisme berjalan ?6. Menurut dokter ia menderita footdrop karena kelumpuhan n. peronealis
communis dan Diabetes Melitus tipe 2a. Bagaimana Diabetes Melitus tipe 2 dan kelumpuhan n.peronealis communis dapat
menyebabkan footdrop?
Neuropati diabetik adalah komplikasi kronis yang paling sering ditemukan pada pasien
diabetes melitus. Neuropati diabetik adalah gangguan metabolisme syaraf sebagai akibat
dari hiperglikemia kronis (Smeltzer et al, 2008). Angka kejadian neuropati ini meningkat
14
bersamaan dengan lamanya menderita penyakit Diabetes Melitus dan bertambahnya usia
penderita. Ada tiga tipe neuropati yaitu neuropati sensorik, neuropati motorik dan neuropati
otonom. Kondisi pada neuropati sensorik yang terjadi adalah kerusakan saraf sensoris
pertama kali mengenai serabut akson yang paling panjang, yang menyebabkan distribusi
stocking dan gloves. Kerusakan pada serabut saraf tipe A akan menyebabkan kelainan
propiseptif, sensasi pada sentuhan ringan, tekanan, vibrasi dan persarafan motorik pada
otot. Secara klinis akan timbul gejala seperti kejang dan kelemahan otot kaki. Serabut saraf
tipe C berperan dalam
analisis sensari nyeri dan suhu. Kerusakan pada saraf ini akan menyebabkan kehilangan
sensasi protektif. Ambang nyeri akan meningkat dan menyebabkan trauma berulang pada
kaki. Neuropati perifer dapat dideteksi dengan hilagnya sensasi terhadap 10 g nylon
monofilament
pada 2-3 tempat pada kaki. Selain dengan 10 g nylon 35 monofilament , dapat juga
menggunakan biothesiometer dan Tunning Fork untuk mengukur getaran (Singh et al,
2005).
Neuropati motorik terjadi karena demyelinisasi serabut saraf dan kerusakan motor end
plate. Serabut saraf motorik bagian distal yang paling sering terkena dan menimbulkan
atropi dan otot-otot intrinsik kaki. Atropi dari otot intraosseus menyebabkan kolaps dari
arcus kaki.Metatarsal-phalangeal joint kehilangan stabilitas saat melangkah. Hal ini
menyebabkan gangguan distribusi tekanan kaki saat melangkah dan dapat menyebabkan
kallus pada bagian-bagian kaki dengan tekanan terbesar. Jaringan di bawah kallus akan
mengalami iskemia dan nekrosis yang selanjutnya akan menyebabkan ulkus. Neuropati
motorik menyebabkan kelainan anatomi kaki berupa claw toe, hammer toe,dan lesi
pada nervus peroneus lateral yang menyebabkan foot drop
b. Otot otot apa saja yang dipengharui oleh n. Peronealis communis?
Nervus peronalis communis yang merupakan cabang terminal dari nervus ischiadicus yang lebih kecil yang nantinya setelah berjalan posterior terhadap caput fibulae, melengkung lateral di sekeliling collum, menembus musculus peroneus longus, akan bercabang menjadi 2 cabang terminal, yaitu nervus proneus profundus dan nervus proneus superficialis, yang nantinya masing-masing akan mempersyarafi otot-otot anterior dan lateral tungkai bawah .
nervus proneus profundus :
1. Musculus Tibialis Anterior(Origo di separuh atas facies lateralis tibia dan membrana interossea serta insertio di os cuneiforme mediale dan basis os metatarsal I)
2. Musculus Extensor Digitorum longus
15
(Origo di 2/3 bagian atas facies anterior fibula dan membrana interossea serta insertio di ekspansi ekstensor keempat jari kaki yang lateral)
3. Musculus Extensor hallucis longus(Origo di Paruh tengah facies anterior fibula dan membrana interossea serta insertio di Basis Phalanges distal ibu jari)
4. Musculus peroneus Tertius(Origo di 1/3 bagian bawah facies anterior fibula dan membrana interossea serta insertio di sisi medial aspek dorsalis basis os metatarsal V)
5. Musculus Extensor Digitorum Brevis(Origo di Calcaneum dan Insertio di empat tendo ke phalanx proximal ibu jari kaki dan tendo extensor panjang jari kaki II, III, dan IV)
Nervus proneus superficialis :
1. Musculus Peroneus Longus(Origo di 2/3 bagian atas facies lateralis fibula serta Insertio di os cuneiforme mediale dan basis os metatarsal I)
2. Musculus Peroneus Brevis
(Origo di 2/3 bagian bawah facies lateralis fibula serta Insertio di Tuberculum yang terdapat
pada basis os metatarsal V)
V. KETERKAITAN MASALAH
(anjuran teman)
16
Mati rasa
DM tipe 2
Perubahan ekstremitas inferior
Sering tersandung
Kelumpuhan n.peronealis communis
Footdrop Meditasi
Nyeri
VI. LEARNING ISSUES
Pokok
Bahasan
What I
know
What I don’t know What I have to
prove
How I will
learn
Diabetes
melitus dan
Diabetes
melitus tipe 2
Anatomi syaraf
ekstremitas
inferior
Otot tungkai
bawah
Rangka dan
sendi tungkai
bawah
Hipestesi pada
crus
posterolateral
Steppage gait
Footdrop
Nyeri pada
ekstremitas
inferior
17
VII. SINTESIS
KERANGKA KONSEP
18
Hipestesi daerah crus posterolateral
Gangguan saraf sensorik
Pak Heri 50 tahun Meditasi bersila
Nyeri pada sisi luar tungkai kanan dan punggung kanan
Kaki sering tersandung
Steppage gait
NeuropatyAngiopaty
menyerang Vaskular
Diabetes Melitus tipe 2
Kompresi pembuluh darah dan syaraf
Gangguan saraf n.ischiadicus, n.preoneal communis, dan n.
Peroneal communis profundus
Gangguan kerja otot ekstremitas inferior
Posisi plantar flexi (Footdrop)
DIABETES MILITUS
Diabetes Militus
Diabetes militus adalah sekelompok gangguan metabolik kronik, ditandai oleh hiperglikemia yang
berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat lemak, portein yang disebabkan oleh defek
sekresi insulin, sensitivitas insulin atau keduanya dan mengakibatkan terjadinya komplikasi kronis
termasuk mikrovaskular, makrovaskular dan neuropati.
Diabetes Militus tipe 2
Seiring dengan proses penuaan, semakin banyak lansia yang bersiko terhadap terjadinya DM,
sehingga sekarang dikenal istilah prediabetes. Prediabetes merupakan kondisi tingginya gula darah
puasa (gula darah puasa 100-125 mg/dl.) atau gangguan toleransi glukosa (kadar gula darah 140-199
mg/dl., 2 jam setelah pembebanan 75 g glukosa). Modifikasi gaya hidup mencakup menjaga pola
makan yang baik, olahraga dan penurunan berat badan dapat memperlambat perkembangan prediabetes
menjadi DM. Bila kadar gula darah mencapai > 200 mg/dL., maka pasien ini masuk dalam kelas
Diabetes Militus. Gangguan metabolisme karbohidrat pada lansia meliputi tiga hal yaitu resistensi
insulin, hilangnya pelepasan insulin fase pertama sehingga lonjakan awal insulin postprandial tidak
terjadi pada lansia dengan DM, peningaktan kadar glukosa postprandial dengan kadar gula glukosa
puasa normal.
Diantara ketiga gangguan tersebut, yang paling berperan adalah resistensi insulin. Hal ini
ditunjukkan dengan kadar insulin plasma yang cukup tinggi pada 2 jam setelah pembebanan glukosa 75
gram dengan kadar glukosa yang tinggi pula.
Timbulnya resistensi insulin pada lansia dapat disebabkan oleh 4 faktor yaitu perubahan
komposisi tubuh, massa otot lebih sedikit dan jaringan lemak lebih banyak, menurunnya aktivitas fisik
sehingga terjadi penurunan jumlah reseptor insulin yang siap berikatan dengan insulin, perubahan pola
makan lebih banyak makan karbohidrat akibat berkurangnya jumlah gigi sehingga perubahan
neurohormonal dan dehidroepiandosteron (DHEAS plasma) sehingga terjadi penurunan ambilan
glukosa akibat menurunnya sensitivitas reseptor insulin dan aksi insulin.
Terapi Diabetes Militus tipe 2 dibagi 2 tingkatan, yaitu :
1. Tingkat 1
19
dikenal istilah prediabetes. Prediabetes merupakan kondisitingginya gula darah puasa (gula darah puasa 100-125mg/
Interversi awal yang dilakukan adalah kombinasi modifikasi gaya hidup dan pemberian
metformin. Modifikasi gaya hidup pada lansia penderita DM meliputi menjaga pola makan yang baik,
olahraga dan penurunan berat badan.
Metformin dianjurkan sebagai terapi obat inti pertama untuk semua pasien DM tipe 2 kecuali
pada mereka yang punya kontradikasi terhadap metformin misalnya antara lain gangguan fungsi ginjal,
gangguan fungsi hati, gangguan jantung kongestif, asidosis metabolik, dehidrasi, hipoksia dan
pengguna alkohol. Namun, karena kreatinin serum tidak menggambarkan keadaan fungsi ginjal yang
sebenarnya pada usia sangat lanjut, maka metformin sama sekali tidak dianjurkan pada lansia > 80
tahun. Metformin bermanfaat terhadap sistem kardiovaskulardan mempunyai risiko yang kecil
terjadinya hipoglikemia.
2. Tingkat 2
Obat- obatan pada terapi tingkat 2 belum banyak dibuktikan secara klinis seperti yang
digunakan pada terapi tingakt 1, sehingga penggunaannya masih terbatas, termasuk pada lansia. Obat-
obat tersebut antara lain
Tiazolidindion
Tiazolidindion merupakan kelompok obat yang dapat memperbaiki kontrol gula darah dengan
meningkatkan kepekaan jaringan perifer terhadap insulin. Pada berbagai studi klinis didapatkan bahwa
kontrol gula darah dengan rosiglitazon lebih lama dibandingkan dengan metformin.
Tidak seperti obat DM lainnya, tiazolidindon memperbaiki berbagai marker fungsi sel beta
pankreas antara lain ditunjukan dengan meningkatnya sekresi insulin selama 6 bulan. Namun, efek ini
hanya sementara, setelah 6 bulan terapi dengan tiazolidindon terjadi penurunan fungsi sel beta
pankreas.
20
ANATOMI DAN SARAF EKSTREMITAS INFERIOR
1) Sistem saraf tungkai atas
Sistem persarafan tungkai atas berasal dari plexus lumbalis dan sacralis. Pada otot-otot
sekitar tungkai atas di sarafi oleh beberapa saraf yaitu:
a) Nervus Femoralis
Nervus femoralis merupakan cabang yang terbesar dari plexus lumbalis. Nervus ini,
berasal dari 3 bagian posterior plexus, yang asalnya dari nervus lumbalis kedua, ketiga, dan
keempat. Nervus ini, muncul dari tepi lateral m. psoas tepat di atas ligamentum pouparti dan
berjalan turun di bawah ligamentum ini, untuk memasuki trigonum femoralis pada sisi lateral
arteri femoralis. Pada trigonum tersebut, nervus femoralis membagi diri menjadi cabang-cabang
terminalis. Cabang-cabang motorik di atas ligamentum inguinalis mempersarafi m. sartorius, m.
pectineus, dan m. quadriceps femoris. Cabang-cabang sensorik mencakup cabang cabang
cutaneus femoralis anterior yang menuju permukaan anterior dan medial paha serta nervus
saphenous yang menuju sisi medial tungkai dan kaki.
b) Nervus Obturatorius
Nervus obturatorius berasal dari plexus lumbalis (L2, L3, L4), dan muncul pada tepian
m. psoas di dalam abdomen. Nervus ini berjalan ke depan dan ke bawah pada dinding lateral
pelvis untuk mencapai bagian atas foramen obturatorius, dan pada bagian ini pecah menjadi
divisi anterior dan posterior. Divisi anterior memberi cabang-cabang muscular pada m. gracillis,
m. adduktor brevis, dan m. adduktor longus.
c) Nervus Gluteus Superior dan Inferior
Nervus gluteus superior (L5, S1, dan S2) adalah pelaku nervus sacralis yang berjalan di
atas m. piriformis melalui foramen ischiadicus mayor ke dalam otot- otot pantat, dimana serabut
saraf ini, menyuplai m. gluteus medius, gluteus minimus, serta m. tensor facia latae.
Nervus gluteus inferior (L5, S1, dan S2) adalah cabang dari plexus sacralis yang berjalan
dibawah m. piriformis melalui foramen ischiadicus magnus ke gluteus maksimus.
d) Nervus Ischiadicus21
Nervus ischiadicus merupakan serabut saraf yang terbesar di dalam tubuh. Nervus
ischiadicus adalah cabang dari plexus sacralis (L4, L5, S1, S2, dan S3), saraf ini meninggalkan
regio glutealis dengan berjalan ke bawah melewati foramen ischiadicus mayor dan turun antara
throcantor mayor dan turun diantara throcantor mayor os. Fémur dan tuberositas ischiadica,
sewaktu turun sampai pertengahan paha saraf ini pada bagian posteriornya ditutupi oleh tepian
m. bíceps femoris dan m. semimembranosus yang berdekatan. Ia terletak pada aspek posterior m.
adduktor magnus dan pada sepertiga bagian bawah paha. Nervus ischiadicus berakhir dan
bercabang menjadi dua percabangan, yaitu n. tibialis dan n. peroneus communis pada daerah
poplitea. Cabang-cabangnya pada paha mempersarafi m. Hamstring (meliputi m.
semimembranosus, m. semitendinosus, dan m. bíceps femoris).
2) Sistem saraf tungkai bawah
a) Nervus Peroneus Communis
Nervus ini merupakan cabang dari segmen bawah (L4, L5, dan S1, S1). Nervus ini
merupakan cabang maupun componen dari nervus ischiadicus sampai sejauh bagian atas ruang
poplitea. Dari sini, serabut saraf ini memulai perjalanan yang bebas turun disepanjang garis
posterior muscle bíceps femoralis, lalu menyilang diagonal pada dorsum sendi lutut menuju
bagian luar atas tungkai dekat dengan caput fibula dan berjalan terus ke bawah diantara m.
peroneus longus dan tulang tibia.
b) Nervus Tibialis
Nervus tibialis dibentuk oleh seluruh 5 bagian anterior plexus sacralis yaitu L4-5, S1-3.
nervus tibialis adalah cabang terminal dari n. ischiadicus yang lebih besar pada sepertiga bawah
pada bagian belakang. Nervus ini naik melalui fossa poplitea dan berjalan di sebelah dalam m.
gastrocnemius dan m. soleus. Ia terletak pada permukaan posterior m. tibialis posterior, dan
bagian lebih bawah dari tungkai bawah., pada permukaan posterior tibia. Saraf ini menyerupai
perjalanan arteri berjalan di belakang malleolus medialis, diantara tendo m. fleksor digitorum
longus dan m. flexor hallucis longus. Saraf ini ditutupi oleh retinaculum flexorum dan bercabang
menjadi n. plantaris medialis dan laterales.
c) Nervus Peroneus Profundus
22
Nervus ini berjalan di lateral capitulum fibulae menembus septum intermusculare
anterius kemudian membelok ke medial distal kemudian berjalan diantara m. tibialis anterior
dengan m. extensor digitorum longus dan brevis, serta m. extensor hallucis menuju spatium
introsum pertama. Cabang-cabangnya antara lain : 1) ramus musculares, mensarafi m. tibialis
anterior, m. extensor digitorum longus, dan m. hallucis, 2) ramus articularis, mensarafi sendi
talocrularis, 3) nervus digitalis dorsalis pedis medialis menuju jari pertama dan kedua.
d) Nervus Peroneus Superficialis
Nervus ini berjalan ke distal ditutupi oleh m. Peroneus longus, mula-mula di sebelah
lateral anteriornya musculusperoneus brevis yang akhirnya menembus facia cruralis pada
pertengahan tungkai bawah dan di sini pecah menjadi dua bagian nervus cutaneus dorsalis pedis
intermedius cabang baru kemudian untuk berjalan di luar facia pada dorsum pedis menuju basis
keempat pada nervus cutaneus dorsalis pedis medialis berjalan drastis diantara facia cruris ke
medial menuju dorsum pedis yang akhirnya bercabang menjadi dua yaitu medial dan lateral.
23
Rangka Tungkai bawah24
Struktur di daerah ini meliputi 26 tulang, 33 sendi di
kaki, pergelangan kaki, dan tungkai bawah, bersama dengan otot-otot intrinsik dan
ekstrinsik. Otot kaki intrinsik superfisial terdiri atas otot extensor digitorum brevis,
extensor hallucis brevis, abductor hallucis, flexor digitorum brevis, dan abductor digiti
minimi. Otot-otot ini secara umum menjalarkan nyeri di sepanjang otot dengan derajat
penyebaran lokal di kaki. Tekanan dalam diterapkan untuk menghilangkan trigger point
(pencetus nyeri). Es dan peregangan diberikan dalam posisi yang nyaman. Pasien juga
dapat melakukan pemijatan sendiri dengan bantuan bola tenis yang diinjak, kemudian
digerakkan dalam gerakan maju mundur.
Otot Tibialis Anterior menjalarkan nyeri ke sisi anteromedial ankle dan dorsal
serta medial ibu jari. Trigger point dihilangkan dengan palpasi trigger point di
perbatasan proksimal dan sepertiga tengah ekstremitas anterior, dekat dengan
tuberositas tibia. Es dan peregangan diterapkan pada kaki dalam posisi plantar flexi dan
es disapukan dari ujung lutut ke arah kaki. Pemijatan jaringan secara mendalam
(deep-tissue massage) dapat merangang fleksibilitas dan meningkatkan ROM.
Mobilisasi sendi digunakan untuk mengurangi nyeri dan bengkak atau meningkatkan
ROM di berbagai sendi pada ankle. Jarvinen dan Lehto (1993) meneliti bahwa
mobilisasi awal lebih baik daripada imoilisasi pada penanganan cedera gastrocnemius.
a. Sistem Tulang
Tulang yang membentuk sendi lutut antara lain : os femur, os tibia, os fibula, dan os patella.
Os Femur
Tulang femur merupakan tulang panjang yang bersendi keatas dengan acetabulum dan ke
bawah dengan tulang tibia. Tulang femur terdiri dari epiphysis proximal, diaphysis, dan epiphysis
distalis.
Epiphysis merupakan sepasang bulatan yang disebut condilus lateralis dan medialis. Di bagian
proximal tonjolan tersebut terdapat bulatan kecil yang disebut epycondilus lateralis dan medialis.
Di lihat dari depan, terdapat dataran sendi–sendi yang melebar ke lateral yang disebit facies
patellaris yang nantinya bersendi dengan tulang patella. Dan di lihat dari belakang, diantara condylus
femoralis lateralis dan condylus lateralis medialis terdapat cekungan disebut fossa intercondyloidea
yang bagian proximalnya terdapat garis yang disebut linea intercondyloidea. Sedangkan epiphysis
25
proximal membentuk bulatan 2/3 bagian bagian bola tersebut disebut caput femoralis yang mempunyai
facies articulair untuk bersendi dengan acetabulum.
Diaphysis merupakan bagian yang panjang yang disebut corpus. Penampang melintang
merupakan segitiga dengan basis menghadap ke depan. Diaphysis mempunyai 3 dataran yaitu facies
medialis, facies lateralis, dan fasies anterior (Susilowati, 2002).
2) Os Tibia
Termasuk tulang panjang yang terdiri atas 3 bagian yang terdiri dari : epiphysis proximal,
diaphysis dan epiphysis distalis. Epiphysis proximal terdiri dari 2 bulatan yang disebut condylus
medialis dan condylus lateralis. Di sebelah atasnya terdapat dataran sendi yang di sebut facies
articularis superior dan tepi atas epycondilus ini melingkar disebut margo infraglenoidalis. Diaphysis
pada penopang merupakan segitiga dengan basis menghadap ke depan. Ada 3 sisi yaitu margo anterior,
margo medialis dan crista interozea di sebelah lateral. Sedangkan ke arah medial epiphysis distalis
menonjol di sebut malleolus medialis. Malleolus medialis memiliki 3 dataran sendi yaitu facies
articularis malleolaris (vertical), facies articularis inferior (horizontal), incisura fibularis
(cekung) (Susilowati, 2002).
3) Os Fibula
Merupakan tulang berbentuk kecil dan langsing yang terletak di sebelah tulang tibia bagian
luar. Tulang ini terdiri dari 3 bagian yaitu : epiphysis proximalis, diaphysis dan epiphysis distalis.
Epiphysis proximal membulat disebut capitulum fibula yang ke proximal meruncing menjadi apex
capitulum fibula. Pada capitulum terdapat dua dataran yang di sebut facies articularis capituli fibula
untuk bersendi dengan tibia. Diaphysis mempunyai 4 crista yaitu crista lateralis, crista medialis, crista
anterior, dan crista posterior. Epiphysis distalis ke arah lateral membulat disebut malleolus lateralis.
Hubungan antara tulang – tulang di atas membentuk suatu sendi yaitu tulang fémur dan patella
di sebut articulatio patello femoralis, hubungan antara tulang tibia dengan fémur disebut articulatio
tibiofemoralis, hubungan antara tulang tibia dengan fibula disebut articulatio tibiofibularis yang secara
keseluruhan dapat dikatakan sebagai articulatio knee/knee joint atau sendi lutut (Susilowati,
2002).
4) Os Patella
Tulang patella merupakan tulang berbentuk segitiga dengan basis menghadap ke proximal dan
apex ke arah distal. Dataran muka berbentuk konvek dan dataran belakang mempunyai dataran sendi
yaitu facies articularis lateralis yang lebar dan facies articularis medialis yang sempit (Susilowati,
2002).
26
13
12
11
1
10
9
8
764
5
2
3
Gambar 1.1
Tulang pembentuk sendi lutut (Carola, 1990)
Keterangan Gambar 1.2 :
1. Trochanter major
2. Fossa trochanterica
3. Collum femoris
4. Fovea capitis femoris
5. Caput femoris
6. Collum femoris
7. Linea intertrochanterica
8. Trochanter minor
9. Corpus femoris
10. Tuberculum adductorium
11. Apicondylus medialis
12. Facies patellaris
13. Epicondylus lateralis
27
12
34
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Gambar 1.2
Tulang Femur tampak dari depan (Sobotta, 2006)
Keterangan Gambar 1.2 :
14. Trochanter major
15. Fossa trochanterica
16. Collum femoris
17. Fovea capitis femoris
18. Caput femoris
19. Collum femoris
20. Linea intertrochanterica
21. Trochanter minor28
14
1
23
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
151617
18
1920
21
22. Corpus femoris
23. Tuberculum adductorium
24. Apicondylus medialis
25. Facies patellaris
26. Epicondylus lateralis
Gambar 1.3
Tulang Femur tampak dari belakang (Sobotta, 2006)
Keterangan Gambar 2.3
1. Fovea capitis femoris
2. Caput femoris
3. Trochanter major
4. Tuberculum quadratum
5. Crista intertrochanterica
6. Trochanter tertius
7. Tuberositas glutea
8. Labium laterale
9. Labium mediale
10. Linea supracondylaris lateralis
11. Linea supracondylaris medialis
12. Facies poplitea
29
1
2
3
4
5
13. Epicondylus lateralis
14. Condylus lateralis
15. Fossa intercondylaris
16. Linea intercondylaris
17. Condylus medialis
18. Tuberculum adductorium
Gambar 1.4
Tulang Tibia dan Fibula tampak dari belakang (Sobotta, 2006)
Keterangan Gambar 1.4 :
1. Caput fibulae
2. Corpus fibulae
3. Sulcus maleollaris
4. Corpus tibiae
5. Linea musculusolei
30
1
2
Keterangan gambar 1.5 :
1. Basis patellae
2. Apex Patellae
b. Anthrologi
Hubungan antara tulang – tulang pada sendi lutut membentuk 3 persendian yaitu :
(1) articulatio patello femorale di bentuk oleh tulang patella dan fémur, (2) articulatio
tibiofemorale di bentuk oleh tulang tibia dan femur, (3) articulatio tibiofibulare dibentuk
oleh tulang tibia dan fibula.
c. Sistem Capsule Ligamenter
Pada sendi lutut sistem capsule ligamenter berfungsi sebagai stabilisator sendi –
sendi . pada umumnya gerakan sendi lutut sangat ditentukan oleh bentuk permukaan sendi
dan kekuatan dari ligamentumnya. Adapun ligamen yang memperkuat sendi lutut adalah :
1) Ligamentum Cruciatum Anterior
Berjalan dari depan eminentia intercondyloidea tibia ke permukaan medial
condylus lateralis femur yang berfungsi menahan hiperekstensi dan menahan
bergesernya tibia ke depan.
2) Ligamentum Cruciatum Posterior
Berjalan dari facies lateralis condylus medialis femur menuju ke fossa
intercondyloidea tibia yang berfungsi menahan bergesernya tibia ke belakang.
3) Ligamentum Collateral Lateral
31
Berjalan dari epycondilus lateralis ke capitulum fibula yang berfungsi menahan
gerakan varus ke samping luar.
4) Ligamentum Collateral Medial
Berjalan ke epycondilus medialis ke permukaan medial tibia yang berfungsi
menahan gerakan valgus.
5) Ligamentum Popliteum Obliqum
Berasal dari lateralis femur menuju insertio otot semimembranosus, melekat
pada fascia musculus popliteum yang berfungsi sebagai penguat dari starum fibrosum
ligamentum transversum genu. Membentang pada permukaan anterior meniscus
medialis dan lateralis (Platzer, 1983).
d. Sistem Capsule Sendi
Kapsul sendi terdiri dari 2 lapisan yaitu : (1) stratum fibrosum, yang merupakan
lapisan luar yang bersifat sebagai penutup/selubung. Berada di sebelah proksimal melekat
pada femur, tepat proksimal terhadap batas – batas articular kedua condylus dan pada fossa
intercondylaris di sebelah belakang. Di sebelah distal melekat pada batas articular tibia. (2)
Stratum synovial, merupakan lapisan dalam yang memproduksi cairan synovial untuk
melicinkan sendi lutut. Kapsul sendi termasuk jaringan fibrosis yang avaskular sehingga
jika cedera sulit untuk proses penyembuhannya. Stratum synovial melipat balik dari bagian
posterior sendi ke ligamentum cruciatum anterior dan posterior, sehingga menutupi corpus
adiposuminfra patellare (Moore and Agur, 1995).
e. Jaringan Lunak
1) Meniscus
Meniscus sendi lutut adalah meniscus medialis dan lateralis. Meniscus medialis
lebih banyak hubungannya dengan tibia dari pada meniscus lateralis. Fungsi dari
meniscus adalah : (1) penyebaran pembebanan, (2), peredam kejut, (3) mempermudah
32
gerakan rotasi, (4) mengurangi gerakan, dan (5) stabilisator setiap ada penekanan akan
diserap oleh meniscus sendi lalu diteruskan ke sebuah sendi (Moore and Agur, 1995).
2) Bursa
Merupakan kantong yang berisi cairan yang memudahkan terjadinya gesekan,
gerakan, berdinding tipis, dan dibatasi oleh membrane synovial. Bursa pada sendi yang
berguna sebagai absorbser yaitu bursa supra patellaris, pra patellaris, dan bursa infra
patellaris superficial dan profundus. Gangguan sendi lutut ditentukan oleh bentuk
permukaan sendi dan kekuatan otot serta ligamen (Moore and Agur, 1995).
Gambar 1.5
Ligamen lutut pandangan anterior (Sobotta ,2006)
Keterangan gambar 1.5:
1. Ligamentum cruciatum posterior
2. Ligamentum cruciatum anterior
3. Ligamentum transvertum genus
4. Ligamentum capitis fibulae
5. Meniscus lateralis
33
Gambar 1.6
Ligamen pada sendi lutut dilihat dari depan (Sobotta, 2006)
Keterangan gambar 1.6
1. Ligamentum popliteum obliqum
2. Ligamentum collateral tibiae
3. Ligamentum collateral fibulare
4. Ligamentum popliteum arcuatum
34
Musculus Extrimitas Inferior
Tabel 1.1 Otot penggerak sendi lutut (Snell, 1993)
No Nama otot Origo Insertio Innervasi Fungsi
Bagian anterior
1 m. rectus
femoris
SIAI superior
asetabulum
patella n. femoris L
2-4
Extensi
sendi lutut
2 m. vastus
lateralis
Dataran lateral
dan anterior
trochanto mayor
femoris labium
lateral linia
aspera
Lateral os
patella
n. femoris L
2-4
Extensi
sendi lutut
3 m. vastus
medialis
Labium medialis
linea aspera
Setengah
bagian atas
os.
n. femoris L
2-4
Extensi
sendi lutut
4 m. vastus
intermedialis
Dataran anterior
corpus femoris
Tuberositas
tibia
n. femoris L
2-4
Extensi
sendi lutut
35
Bagian
posterior
5 m. bicep
femoris
Tuber
ischiadicum
Fibula
bagian
lateral dan
caput
brevis, pada
labium
laterale
linea aspera
n. peroneus
communis
Condilus
laterale
tibia
Exorotasi
sendi lutut
6 m. semi
tendinosus
Tuber
ischiadicum
Condylus
medialis
tibia
n. tibialis Flexi dan
endorotasi
sendi lutut
7 m. semi
membranosus
Tuber
ischiadicum
Condylus
medialis
tibia
n. tibialis Flexi dan
endorotasi
sendi lutut
8 m.
gastrocnemius
Caput medial
pada condylus
medialis femoris
Posterior
calcaneus
n. tibialis S
1-2
Flexi
sendi lutut
Bagian medial
9 m. sartorius SIAS Tuberositas
tibia
n. femoralis
L 2-4
Flexi
external
rotator
sendi lutut
36
10 m. gracilis Ramus inferior
os pubis dan os
ischcii
Tuberositas
tibia
dibelajang
tendon m.
sartorius
n. femoralis
L 2-4
Flexi
internal
rotator
sendi lutut
Bagian lateral
11 m. tensor
fecialatae
SIAI dan
fasialatae
Tracus illio
tibialis
m. gluteus
superior
cabang n.
femoralis L
4-5 L 1-2
Flexor
abductor,
internal
rotasi
OTOT-OTOT PANGKAL PAHA37
Ventral
Otot-otot paha dan pangkal paha memiliki tingkat kepentingan yang sama dalam menegakkan
tubuh dari posisi terlentang, mempertahankan tubuh dari posisi tegak, dan menciptakan gaya
berjalan normal. Otot-otot ventral pangkal paha terdiri atas Musculus Iliopsoas yang berfungsi
sebagai fleksor terpenting pangkal paha. Di bagian lateral paha, Musculus Tensor Faciae Latae
berfungsi sebagai pita perenggang melalui insersinya di Tractus Iliotibiais dan melindungi Femur
dari fraktur dengan cara mengurangi stres pelengkungan. Bersama Musculus Sartorius, Musculus
Tensor Faciae Latae memfleksi Articulatio Coxae. Karena inervasinya, Musculus Tensor Faciae
Latae juga dimasukkan ke dalam kelompok otot-otot pangkal pagha dorsolateral.
Musculus Quadriceps Femoralis yang memiliki empat Caput adalah satu-satunya ekstensor
Articulatio Genus dan otot yang penting untuk menegakkan tubuh dari posisi jongkok. Musculus
Rectus Femoris menjangkau dua sendi dan juga memfleksi pangkal paha.
Terletak di sisi medial, otot-otot kelompok adduktor ( Musculi Adductores) merupakan
adduktor terpenting bagi paha dan menstabilkan panggul sewaktu berdiri dan berjalan.
- Musculus Iliopsoas
Terdiri atas dua otot berlainan yang berorigo di Columna Vertebralis bagian lumbal (Musculus
Psoas) dan Fossa Iliaca (Musculus Iliacus). Di bagian inferior Ligamen Inguinale, hanya sedikit
bagian otot-otot tersebut yang berjalan ke lokasi insertio bersama di Trochanter minus.
- Musculus Sartorius
Dibungkus oleh bagian Fascia lata dan berjalan menyilang sisi anterior paha untuk berinsersi di
sisi medial Tibia, posterior dari sumbu transversa lutut. Sehingga, otot ini memfleksi pangkal
paha dan lutut.
Setelah Musculus Sartorius di angkat, terlihat tempat masuk Canalis Adductorius, yang dibatasi
di bagian dorsalnya oleh Musculuc Adductor Longus. Di anteriornya, kanal tersebut ditutupi oleh
Septum Intermusculare Adductorium yang menghubungkan Fasciae Musculus Vastus Medialis,
Musculi Adductores Longus, dan Magnus. Keempat caput Musculus Quadriceps Femoralis
(Musculus Rectus Femoralis, Musculi Vasti Lateralis, Medialis, dan Intermedius) terletak di
lateral Canalis Adductorius.
- Kelompok Adduktor ( di bagian medial)
Di medial, otot-otot kelompok adduktor terletak slaing bertumpuk satu sama lain dalam beberapa
lapis, dari otot-otot ini hanya Musculus Pectineus, Musculus Adductor Longus, dan Musculus
38
Gracilis yang terihat. Keempat caput Musculus Quadriceps Femoralis (Musculus Rectus
Femoralis, Musculi Vasti Lateralis, Medialis, dan Intermedius) terletak di distal dan lateral
Musculus Sartorius. Gabungan keekmpat tendo tersebut bersatu dan menjadikan Patella sebagai
Os Sesamoid sebelum tendon tersebut berlanjut sebagai Ligamen Patellae ke Tuberositas Tibiae.
Setelah Fascia Lata, Musculi Sartorius, Rectur Femoris, dan Adductor Longus di angkat, serta
Musculi Iliopsoas diangkat sebagian di area Articulatio Coxae. Musculi Rectus Femoris dan
bagian Musculi Adductor Longus dilipat ke arah superior. Setelah Musculi Rectus Femoralis
diangkat, terlihat Musculus Vastus Intermedius yang merupakan bagian Musculus Quadriceps
Femoralis. Reseksi Musculus Sartorius dan Musculus Adductor Longus menampakkan otot-otot
adduktor profundus, yakni Musculus Adductor Brevis dan bagian-bagian dari Musculus Adductor
Magnus.
- Musculus Tensor Faciae Latae ( di bagian lateral)
Di bagian paling lateral, Musculus Tensor Fasciae Latae berinsersi di Tractus Iliotibialis. Insertio
bersama Musculi Sartorius, Gracilis, dan Semitendinosus inferior di Condylus Medialis Tibiae
sering dikenal dengan nama “Pes Anserinus Superficialis”.
Dorsal
Otot-otot dorsal (ischicura, hamstring) disisi posterior paha berorigo di Tuber Ischiadicum dan
berinsertio di kedua tulang tungkai bawah. Otot-otot ini menjangkau di dua sendi dan memfasilitasi
ekstensi Articulatio Coxae serta menjadi fleksor terkuat bagi Articulatio Genus. Selain itu, Musculus
Biceps Femoralis berperan sebagai rotator lateral kedua sendi, sementara Musculus Semitendinosus
dan Musculus Semitemembranosus berperan sebagai rotator medial. Otot-otot dorsal pangkal paha
dikelompokkan ke dalam kelompok dorsolateral dan pelvitrokanterik.
- Kelompok Dorsolateral
Terdiri atas Musculus Glutei Maximus, Medius, dan Minimus. Menurut inervasinya, Musculus
Tensor Fasciae Latae juga bisa dimasukkan ke dalam kelompok ini. Musculus Glutei Maximus
merupakan rotator lateral dan ekstensor yang terpenting bagi pinggul, contohnya otot ini
diperlukan ketika naik tangga. Sebaliknya, otot –otot gluteal kecil (Musculi Glutei Medius, dan
Minimus) merupakan abduktor dan rotator medial paha yang terpenting. Kerjanya menstabilkan
pangkal paha pada saat berdiri dan berjalan serta mencegah jatuhnya perlvis ke sisi kontralateral
ketika berdiri dengan satu kaki.
39
Setelah memotong Musculus Glutei Maximus dan Medius, terlihat Musculus Glutei Minimus.
Musculi Glutei Medius dan Minimus dinamakan otot-otot gluteus kecil. Kedua otot tersebut
berfungsi dalam abduksi pangkal paha dan stabilisasi panggul selama berdiri dengan satu kaki.
Di sisi dorsal paha terdapat otot hamstring yang terentang dari Tuber Ischiadicum hingga ke
tulang-tulang tungkai bawah. Di medial terdapat Musculus Semitendinosus dan di bawahnya
terdapat Musculus Semimembranosus. Di lateralnya terdapat Musculus Biceps Femoralis.
- Kelompok Pelvitrokanterik
Yaitu Musculi Piriformis, Musculi Obturatorii Internus dan Eksternus, Musculus Gemelli
Superior dan Inferior, dan Musculi Quadratus Femoris, seluruhnya merupakan rotator lateral.
ICHIALGIA (TUNGKAI)
Tungkai memiliki tiga kelompok otot. Untuk memahami fungsi-fungsi otot itu, posisi dalam
hubungannya dengan sumbu gerak di Articulatio talocruralis dan kaki penting diketahui. Semua otot
yang berjalan di anterior sumbu transverse Articulatio Talocrucalis dinamakan Ekstensor
(Dorsifleksor), semua otot yang terletak pada dorsal sumbu ini merupakan Fleksor (Plantarfleksor)
kaki. Semua oto beserta tendo yang berjalan di medial dari sumbu oblik Articulatio
Talocalcaneonavicularis berperan sebagai supinator dan untuk mengangkat tepi medial kaki. Otot
beserta tendo di lateral sumbu ini berfungsi untuk mengangkat tepi lateral kaki sehingga menghasilkan
pronasi.
Ventral
Otot-otot ventral tungkai berperan sebagai ekstensor. Otot-otot ini mengekstensi Articulatio
Talocrucalis dan Articulatio Talocalcaneonavicularis, dan bersama dengan sendi-sendi kaki lainnya,
terutama menunjang pronasi. Musculus Tibialis Anterior merupakan ekstensor yang penting,
sementara Musculus Ekstensor Digitorium Longus dan Musculus Ekstensor Hallucis Longus juga
mengekstensi jari kaki.
Lateral
otot-otot lateral (fibular) tungkai terdiri atas Musculi Fibularis Longus Et Brevis. Otot-otot ini
merupakan pronator yang terpenting dan berfungsi sebagai plantarfleksor di Articulatio talocruralis
karena tendonya terletak di belakang sumbu fleksi-ekstensi.
Dorsal
40
Di dorsalnya terletak otot-otot fleksor sejati (plantarfleksor) yang bisa dibagi menjadi kelompok
superfisial dan profundus. Musculus Triceps Surae merupakan bagian dari otot-otot dorsal
superfisial dan terdiri dari Musculus Gastrocnemius yang memiliki uda caput dan Musculus Soleus
di bawahnya, Musculus Triceps Surae merupakan fleksor terkuat dan supinator utama bagi kaki.
Musculus plantaris tidak terlalu berperan. Otot-otot dorsal profundus sangat setara dengan otot-otot
ekstensor di sisi ventral. Musculus Tibialis Posterior merupakan fleksor dan supinator yang kuat.
Musculus Fleksor Digitorium Longus dan Musculus Hallucis Longus memfleksi sendi-sendi
phalanx. Musculus Popliteus memiliki peran khusus yaitu: menstabilkan Articulatio Genus. Di atas
Malleolus Medialis, tendo Musculus Flexor digitorium menyilang tendo Musculus Tibialis Posterior
(Chiasma Cruris) dan di telapak kaki, tendo tersebut menyilang tendo Musculus Flexor Hallucis
Longus (Chiasma Plantare).
HipestesiHypoesthesia adalah jenis disfungsi sensorik ditandai oleh tidak adanya atau penurunan sensasi .
Kadang-kadang disertai dengan kerusakan saraf , ini kehilangan sensasi dapat terjadi di bagian
manapun dari tubuh , biasanya setelah cedera , operasi medis atau penyakit seperti diabetes . Hal serupa
juga terjadi dengan orang-orang yang memiliki cacat fisik .
Penderita hypoesthesia tidak merasakan rangsangan , baik termal , mekanik atau listrik , mereka juga
tidak sensitif terhadap getaran . Lebih dari sekedar kondisi fisik , hypoesthesia juga dapat menjadi salah
satu psikologis di mana hilangnya rasa sebagian terkait dengan persepsi seseorang tentang perasaan dan
rasa sakit . Kondisi , yang sering disertai dengan kehilangan kekuatan , mungkin atau mungkin tidak
permanen .
Bagi mereka yang mempertahankan beberapa sensasi dengan hypoesthesia , ada berbagai intensitas
perasaan fisik dan rasa sakit. Seorang pasien mungkin dapat mengalami beberapa jenis rangsangan tapi
benar-benar mati rasa dengan jenis lain . Sebagai contoh , beberapa orang yang kehilangan perasaan
bisa merasakan dingin tetapi tidak kehangatan .
Mereka dengan diabetes memiliki risiko tinggi tertular hypoesthesia karena diabetes terkait dengan
gangguan saraf perifer . Beberapa studi menunjukkan bahwa hampir 60 persen pasien yang memiliki
diabetes dan hypoesthesia memiliki gangguan saraf yang dikenal sebagai polineuropati simetris distal
( DSP ) , yang ditandai dengan mati rasa atau kesemutan di lengan, tangan , kaki , dan kaki . Selain dari
anggota badan , penderita diabetes juga dapat mengembangkan hypoesthesia kornea , yang
mempengaruhi mata . Seringkali , hilangnya sensasi mendahului polineuropati yang sebenarnya pada
penderita diabetes dan dipandang sebagai peringatan bahwa kerusakan saraf sudah dekat .
41
FOOTDROP
Foot drop adalah sebuah nama sederhana untuk masalah kompleks yang berpotensi. Foot drop dapat
dikaitkan dengan berbagai kondisi seperti dorsiflexor cedera, cedera saraf perifer, stroke, neuropati,
toksisitas obat, atau diabetes.
Drop food adalah kelumpuhan pada kaki akibat saraf peroneus profundus. Kaki jadi seperti kaki ayam
yang sedang melangkah, yaitu kaki tidak bisa menapak tanah dengan rata. Kaki juga tidak punya
kekuatan untuk melangkah. Jadinya, untuk melangkah pun kaki seakan-akan diseret sebab memang
tidak mungkin untuk melangkah secara normal. Gangguan ini sering terjadi akibat seseorang sering
duduk dengan menyilangkan kaki atau bisa juga karena sering cukup lama bersila. (Ade. Tabloid Nyata
hal 42 minggu III Juli 2007)
Foot drop (juga dikenal sebagai drop food) mengacu pada kekacauan yang melibatkan orang, AOS otot
pergelangan kaki dan kaki. Seseorang dengan kaki drop memiliki kontrol terbatas atas gerakan kaki
yang terkena bencana. Kurangnya kontrol atas otot-otot di pergelangan kaki dan kaki hasil di berubah
huyung. Biasanya orang dengan kaki drop akan berjalan dengan langkah tinggi yang berlebihan,
sehingga yang terkena menampar kaki di atas tanah. Hal ini sering disebut sebagai Footdrop Galt.
Foot drop dapat didefinisikan sebagai suatu kelemahan signifikan pergelangan kaki dan kaki
Dorsofleksi. Kaki dan pergelangan kaki dorsiflexors termasuk tibialis anterior, halusis ekstensor
longus, dan ekstensor digitorum longus. Otot-otot ini membantu tubuh pastinya kaki selama fase
ayunan dan kontrol plantar fleksi tumit kaki pada mogok. Kelemahan dalam kelompok ini hasil otot
dalam equinovarus cacat. Hal ini kadang-kadang disebut sebagai steppage gaya berjalan, karena pasien
cenderung untuk berjalan dengan fleksi yang berlebihan pinggul dan lutut untuk mencegah jari-jari kaki
dari penangkapan di tanah selama fase ayunan. Selama gaya berjalan, gaya menyerang tumit melebihi
berat badan, dan arah vektor reaksi tanah lewat di belakang pergelangan kaki dan lutut pusat.
Hal ini menyebabkan plantar kaki untuk flex dan, jika tidak terkendali, untuk menampar tanah.
Biasanya, eksentrik memanjang tibialis anterior, yang mengontrol plantar fleksi, menyerap kejutan
tumit mogok. Foot drop dapat menghasilkan jika ada cedera pada dorsiflexors atau untuk setiap titik di
sepanjang jalur saraf yang memasok mereka. (James W Pritchett, MD, e-medicine)
Foot drop dicirikan oleh steppage gaya berjalan (gait dropfoot). Ketika orang dengan berjalan kaki
drop, menampar kaki ke lantai. Menyeimbangkan kaki untuk menjatuhkan, pasien harus menaikkan
paha berlebihan, sedemikian rupa sehingga tampak seolah-olah pasien berjalan di atas.
PENYEBAB DROP FOOD
Drop food (kelemahan di pergelangan kaki Dorsofleksi) Akan tetapi bukan merupakan penyakit tetapi
42
lebih mirip gejala dari masalah mendasar (dapat neurologis, anatomis otot atau masalah). Mungkin
bersifat sementara atau permanen, tergantung pada penyebab itu. Penyebab paling umum untuk drop
sindrom kaki adalah cedera ra pada saraf peroneal di bagian atas betis belakang lutut. Penyebab utama
lainnya drop food juga termasuk multiple sclerosis, amyotrophic lateral sclerosis (ALS), penyakit
Parkinson, penyakit Lou Gehrig, dan distrofi otot.
Kehilangan kendali dalam diri seseorang, AOS kaki dan pergelangan kaki yang mengakibatkan
penurunan seringkali disebabkan oleh cedera pada seseorang, peroneal AOS saraf, yang membentang
di sepanjang bagian luar seseorang, AOS kaki antara bagian bawah lutut ke bawah melalui kaki ke jari
kaki. The peroneal saraf dapat mengalami kerusakan oleh fraktur ke kaki atau cedera lain ke skiatik
saraf, syaraf utama di kaki.
Karakteristik
Footdrop dicirikan dengan steppage gait. Saat berjalan, penderita akan menyeret jempol mereka
di tanah atau membengkokkan lutut mereka untuk mengangkat kaki agar lebih tinggi sehingga dapat
menghindari berjalan sambil menyeret kaki. Selain cara tersebut, biasanya penderita akan berjalan
menjinjit dengan kaki yang normal seperti berjalan saat menaiki tangga.
Diagnosis
Diagnosa biasanya dilakukan dengan pemeriksaan fisik secara rutin. Orang dengan footdrop
akan mengalami kesulitan berjalan dengan tumit mereka. Tes yang dilakukan biasanya sangat
sederhana, yaitu dengan meminta pasien untuk melakukan dorsiflexi pada pergelangan kaki.
Patofisiologi
Penyebab dari footdrop hampir sama dengan penyebab lesi pada saraf. Footdrop biasanya
terjadi karena adanya kelainan pada bagian saraf, jarang karena penyakit otot atau nonfungsional.
Sumber dari kelainan saraf tersebut dapat terjadi pada bagian saraf pusat (tulang belakang atau otak)
atau pada saraf tepi (saraf yang menghubungkan tulang belakang sampai ke otot atau reseptor sensoris).
Footdrop jarang terjadi akibat penyakit yang menyerang otot atau tulang yang menyusun kaki bagian
bawah. Anterior tibialis adalah otot yangn terdapat pada kaki yang dipersarafi oleh n.peroneal yang
merupakan cabang dari n.sciatis (ischiadicus). Saraf inilah yang berhubungan langsung dengan
penyebab footdrop.
Kemungkinan penyebab lesi yang mengakibatkan footdrop adalah :
1. Penyakit neuromuscular
2. N. peroneal
3. N. Sciatic
43
4. Lumbosacral plexus
5. L5 nerve root
6. Cauda equina syndrome
7. Tulang belakang
8. Otak
9. Genetik
Apabila L5 nerve roor terlibat, maka penyebab yang paling umum adalah herniated disc. Penyebab lain
dari footdrop adalah diabetes karena menyebabkan peripheral neuropathy, trauma, motor neuron
disease (MND), reaksi terhadap obat-obatan tertentu dan alkohol.
NYERI Extremitas Inferior
Nyeri adalah sensasi yang tidak menyenangkan. Meski tidak menyenangkan, nyeri bermanfaat
bagi pertahanan tubuh kita karena menjadi tanda adanya kerusakan jaringan. Sensasi nyeri akan
memotivasi individu untuk mencari pertolongan atau berupaya mengatasi nyeri dan sekaligus
mengatasi kerusakan jaringan. Reseptor nyeri adalah reseptor yang tidak pernah beradaptasi. Nyeri
akan tetap dirasakan bila kerusakan jaringan tetap berlangsung.
Reseptor nyeri secara umum terbagi menjadi dua jenis, yaitu nyeri permukaan san nyeri viscera
(nyeri organ dalam). Nyeri permukaan adalah nyeri yang terjadi akibat kerusakan jaringan perifer
seperti kulit, otot dan sendi. Lokasi nyeri juga tidak disertai perubahan otonom. Nyeri viscera terjadi
karena kerusakan organ-organ dalam seperti jantung intestinal dan gaster. Berbeda dengan nyeri
permukaan, nyeri viscera bersifat menjalar dan sulit dilokalisir. Nyeri viscera disertai stimulasi otonom
simpatis sperti rasa nusea (mual) dan hiperhidrosis (berkeringat). Umumnya nyeri viscera disebabkan
oleh hiposia jaringan, misal nyeri dada pada penyakit jantung koroner. Kadang-kadang sensasi nyeri
akan dirasa seperti rasa penuh, pegal, atau seperti ditindih benda berat.
44
VIII KESIMPULAN
Pak heri 50 th menderita Diabetes Mellitus tipe 2 melakukan meditasi dg duduk bersila
menyebabkan trauma pada pembuluh darah dan syaraf akibat kompresi yg terlalu lama,
sehingga terganggunya kerja otot anterior tungkai bawah yg dipersyarafi oleh nervus
peroneus profundus yang mengakibatkan pergelangan dan Ibu jari kaki tidak dapat
membentuk gerakan dorsoflexi, hinga pada akhirnya kaki Pak heri selalu terseret ketika
berjalan (steppage gait) akibat pergelangan kaki yg hanya bisa membentuk plantarflexi oleh
nervus peroneus superfisial.
Adanya DM tipe 2 menyebabkan terjadinya makroangiopati yg menyerang pembuluh darah,
sehingga terjadi neuropati dan akhirnya menyerang syaraf motorik dan sensorik pada daerah
crus inferior dan memberi dampak lebih berat pada foot drop, serta rasa nyeri dan akhirnya
terjadi mati rasa (hipestesi) pada daerah lateral kaki Pak heri.
45
IX. DAFTAR PUSTAKA
Robbins, Kumar. 2012. Buku Ajar Patologi Vol.2 Ed.7. Jakarta : EGC.
Price, Sylvia A.;Wilson, Lorraine M. 2012. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Vol.2 Ed.6. Jakarta : EGC.
Snell, Richard S. , MD, PhD. 2012. Anatomi Klinis Berasarkan Sistem. Jakarta : EGC.
Netter, Frank H.,MD. 2013. Atlas Anatomi Manusia Ed.5. Singapore : Elsevier Saunders.
Paulsen, F.; Waschke, J. 2013. Sobotta Atlas Anatomi Manusia : Anatomi Umum dan Sistem
Muskuloskeletal Jilid 1. Jakarta : EGC.
Dorland, Nemwan W. A. 2012. Kamus Saku Kedokteran Dorland Ed.28. Jakarta : EGC.
La, Syukri Ranti. 2011. “Topografi Bab III - Ekstremitas Inferior”. (online). Dalam
http://skydrugz.blogspot.com/2011/09/topografi-bab-iii-ekstremitas-inferior.html
diakses pada 10 Desember 2013
Paulsen, F. & J. Waschke. 2010. Atlas Anatomi Manusia Sobotta Jilid 1 Anatomi Umum dan Sistem
Muskuloskeletal Edisi 23. EGC: Jakarta
Snell, Richard S. 2010. Clinical Anatomy By Systems. Lippincott William & Wilkins: London (Dalam
CD-ROM)
Kwek, Kosasi (2013). Diabetes : Bukan Penyakit Keturunan, Hapuskan Seribu Mitos yang Menyengsarakan Indonesia. Indonesia, diambil tanggal 11 Desember 2013 (m.kompasiana.com/post/read/528193/1/diabetes-bukan-penyakit-keturunan-hapuskan-seribu-mitos-yang-menyengsarakan-indonesia)
Snell, S, Richard. 2012. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran edisi 6. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran ECG
Snell, Richard. (2002). Anatomi Klinik untuk mahasiswa Kedokteran Edisi 6.EGC.
“
46