lapran project gangguan transmisi dan trafo.docx
TRANSCRIPT
FINAL PROJECT REPORT
ES AND TSO
PT. PLN (PERSERO)
APP SEMARANG
BAB I
LATAR BELAKANG
PT. PLN (Persero) Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban Sumatera (P3B-S)
memiliki visi untuk menjadi pengelola penyaluran dan pengatur beban Sistem Tenaga
Listrik dengan tingkat pelayanan setara kelas dunia yang mampu memenuhi harapan
stakeholders dan memberikan kontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Ciri-ciri utama perusahaan kelas dunia adalah memiliki cakrawala
pemikiran yang mutakhir, dan terdepan dalam pemanfaatan teknologi. Ciri ini
diwujudkan dengan melakukan berbagai inovasi yang mendukung kualitas pelayanan
penyaluran energi listrik, salah satunya adalah keandalan sistem transmisi.
PT. PLN (Persero) P3B Sumatera Unit Pelayanan Transmisi melakukan inspeksi,
pengujian, dan pemeliharaan peralatan khususnya pada jaringan transmisi dan peralatan
- peralatan tegangan tinggi yang ada di Gardu Induk secara periodik untuk menjaga
keandalan dan memastikan sistem penyaluran energi dalam kondisi yang baik dan
menjaga peralatan – peralatan tersebut dari kerusakan supaya alat - alat tersebut dapat
bekerja sesuai fungsinya.
Salah satu bentuk usaha yang dilakukan oleh PT. PLN (Persero) P3B Sumatera
Unit Pelayanan Transmisi Palembang adalah mengenai pengaman terhadap sistem
transmisi dan transformator. Mengingat banyaknya kejadian gangguan transmisi yang
disebabkan oleh surja petir dan gangguan penyulang 20 kV pada transformator yang
disebabkan oleh unbalance system.
Pada pengamanan sistem transmisi digunakan Direct Grounding dimana alat ini
dapat menyalurkan arus lebih yang disebabkan oleh surja petir langsung ke tanah tanpa
perantara badan tower. Dengan peralatan ini diharapkan dapat menurunkan gangguan
pada sistem transmisi. Untuk memberikan peringatan dini bila terjadi gangguan
unbalance system didalam penyulang 20 kV pada transformator digunakan Early
Warning System (EWS) yang dipasang pada Netral Ground Resistance (NGR) sisi
sekunder transformator. Early Warning System ini sudah tertera dalam Standar
DIKLAT PRAJABATAN ANGKATAN 32 1
FINAL PROJECT REPORT
ES AND TSO
PT. PLN (PERSERO)
APP SEMARANG
Operasional Pekerjaan (SOP) bersama akan tetapi alat ini belum diimplementasikan
pada trafo - trafo yang ada.
Dengan menggunakan peralatan tersebut yakni Direct Grounding untuk sistem
transmisi dan Early Warning System untuk transformator diharapkan alat-alat tersebut
dapat mengurangi gangguan yang menjadi kendala di unit – unit yang ada di Unit
Pelayanan Transmisi (UPT) Palembang.
DIKLAT PRAJABATAN ANGKATAN 33 2
FINAL PROJECT REPORT
ES AND TSO
PT. PLN (PERSERO)
APP SEMARANG
BAB II
OFI
(Opportunity for Improvement)
Seiring dengan meningkatnya tuntutan keandalan sistem tenaga listrik serta
kualitas pelayanan pelanggan. PT. PLN (persero) senantiasa berupaya menekan angka
gangguan/pemadaman. Untuk itu keandalan sistem jaringan transmisi yang dapat
bekerja dengan baik dan menjadi kunci utama dalam melokalisasi dan mengurangi
gangguan serta mencegah kerusakan peralatan akibat gangguan. Dengan demikan
diharapkan angka gangguan dapat ditekan seminimal mungkin. Dalam operasi sistem
tenaga listrik sering terjadi gangguan – gangguan yang dapat mengganggu penyaluran
tenaga listrik ke konsumen. Gangguan adalah penghalang dari suatu sistem yang sedang
beroperasi atau suatu keadaan dari sistem penyaluran tenaga listrik yang menyimpang
dari kondisi normal. Suatu gangguan di dalam peralatan listrik didefinisikan sebagai
terjadinya suatu kerusakan di dalam jaringan listrik yang menyebabkan aliran arus
listrik keluar dari saluran yang seharusnya. Gangguan-gangguan tersebut menyebabkan
terjadinya:
1. Gangguan kontinuitas pelayanan daya kepada para konsumen apabila gangguan
itu sampai menyebabkan terputusnya suatu rangkaian atau menyebabkan
keluarnya satu unit pembangkit .
2. Penurunan tegangan yang cukup besar menyebabkan rendahnya kualitas
tenaga listrik dan merintangi kerja normal pada peralatan konsumen.
3. Pengurangan stabilitas sistem dan menyebabkan jatuhnya generator.
4. Kerusakan peralatan pada daerah terjadinya gangguan
Dalam beberapa bulan terakhir terjadi gangguan pada transformator dan
transmisi yang melibatkan gangguan listrik di sisi distribusi. Berikut data gangguan
transformator dan penyebab gangguan yang terjadi dari tahun 2009 sampai 2012 di
wilayah kerja UPT Palembang.
DIKLAT PRAJABATAN ANGKATAN 33 3
FINAL PROJECT REPORT
ES AND TSO
PT. PLN (PERSERO)
APP SEMARANG
Tabel 2.1 Data trip trafo bersamaan dengan gangguan transmisi dan transformator
tahun 2009 sampai 2012
Data Jumlah Gangguan Trafo 2009 - 2012 UPT Palembang
No Penyebab GangguanTahun
Jumlah2009 2010 2011 2012
1 Alat 11 7 10 9 372 Binatang 1 0 1 0 23 Penyulang 13 22 9 7 514 Petir 0 0 1 0 15 Relay 4 1 0 1 66 Sistem 4 7 0 4 15
Jumlah 33 37 21 21 112
Alat Binatang Penyulang Petir Relay Sistem0
10
20
30
40
50
60
37
2
51
16
15
Data Jumlah Gangguan Trafo 2009 - 2012
Penyebab
Jum
lah
Gambar 2.1 Grafik penyebab gangguan transformator di UPT Palembang
pada tahun 2009 sampai 2012
DIKLAT PRAJABATAN ANGKATAN 33 4
PT. PLN (PERSERO)
APP SEMARANG
FINAL PROJECT REPORT
BIDANG ES DAN TSO
Dari tabel dan grafik penyebab gangguan transformator di UPT Palembang di
atas, terlihat bahwa penyebab paling banyak tripnya transformator adalah akibat
gangguan penyulang disisi incoming. Untuk memperinci masalah yang terjadi di
dalam penyulang menggunakan metode RCPS ( Root Cause Problem Solving ).
Penjabaran dari tiap-tiap gangguan adalah sebagai berikut :
Gambar 2.2 Diagram Root Cause Problem Solving gangguan transformator
Untuk menghindari gangguan trip transformator akibat penyulang yang
lebih banyak, kami membuat Early Warning System (EWS) yang dipasang pada
Netral Ground Resistance (NGR) sisi sekunder transformator untuk memberikan
peringatan dini bila terjadi gangguan unbalance system didalam penyulang 20 kV.
Terdapat beberapa hal pertimbangan sebelum membuat Early Warning System
dalam bentuk analisa SWOT (Strenght Weakness Opportunity Threat) yaitu:
Strength (kekuatan) adalah situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan
dari dibuatnya project ini. Kekuatan yang dimiliki adalah:
1) Penerapan EWS tidak semua di implementasikan pada bay trafo di GI2) Perlunya peringatan dini (EWS) kepada operator GI apabila terjadi
unbalance pada sistem yang telah diatur pada SOP Bersama3) Banyaknya gangguan trafo akibat penyulang yang disebabkan oleh
koordinasi relay dan arus unbalance
DIKLAT PRAJABATAN ANGKATAN 33 5
PT. PLN (PERSERO)
APP SEMARANG
FINAL PROJECT REPORT
BIDANG ES DAN TSO
Weaknesses (Kelemahan) adalah kegiatan-kegiatan yang tidak berjalan
dengan baik atau sumber daya yang dibutuhkan untuk membuat project ini.
Kelemahan itu terkadang lebih mudah dilihat daripada sebuah kekuatan,
namun ada beberapa hal yang menjadikan kelemahan itu tidak diberikan
solusi yang tepat dikarenakan tidak dimaksimalkan kekuatan yang sudah
ada. Kelemahan yang dimiliki adalah:
1) Keterbatasan waktu
2) Keterbatasan jumlah SDM
3) Kurangnya pengalaman
Opportunity (kesempatan) adalah faktor positif yang muncul dari
lingkungan dan memberikan kesempatan untuk pembuatan project ini.
Kesempatan yang perlu dimanfaatkan adalah:
1) Membantu mengurangi rusaknya peralatan (NGR)
2) Banyaknya relay bekas masih baik yang dapat digunakan
3) Efisiensi biaya penerapan EWS
Threat (ancaman) adalah faktor negatif yang memberikan hambatan apabila
alat/project ini tidak dibuat. Adapun ancaman yang timbul adalah:
1) Berpotensi terjadi kerusakan pada peralatan (NGR)
2) Padamnya trafo akibat arus unbalance
3) Hilangnya rupiah per kWh akibat padam trafo
4) Citra perusahaan menurun
Dari analisa SWOT (Strenght Weakness Opportunity Threat) diatas project
pembuatan Early Warning System memang sangat dibutuhkan untuk diterapkan di
bay trafo untuk mengantisipasi arus unbalance di sisi netral penyulang sehingga
mengurangi gangguan transformator yang disebabkan oleh penyulang.
DIKLAT PRAJABATAN ANGKATAN 33 6
PT. PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
FINAL PROJECT REPORT
BIDANG ES DAN TSO
Selain gangguan pada transformator, UPT Palembang juga mempunyai
banyak gangguan pada transmisi. Berikut data gangguan transmisi dan penyebab
gangguan yang terjadi dari tahun 2009 sampai 2012 di wilayah kerja UPT
Palembang.
Tabel 2.2 Data trip trafo bersamaan dengan gangguan transmisi dan
transformator tahun 2009 sampai 2012
Data Jumlah Gangguan Trafo 2009 - 2012 UPT Palembang
No Penyebab GangguanTahun
Jumlah2009 2010 2011 2012
1 Alat 9 9 8 8 342 Binatang 1 4 0 0 53 Layangan 2 0 4 0 64 Penyulang 1 0 0 0 15 Petir 9 14 3 6 326 PFL 2 1 1 2 67 Pohon 2 1 2 2 78 Sistem 1 5 1 4 119 Har 1 0 0 0 1
10 Manusia 1 1 0 0 2Jumlah 29 35 19 22 105
DIKLAT PRAJABATAN ANGKATAN 33 7
PT. PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
FINAL PROJECT REPORT
BIDANG ES DAN TSO
Alat
Binatang
Layan
gan
Penyu
lang
Petir
PFL
PohonSis
tem Har
Manusia
0
5
10
15
20
25
30
3534
5 6
1
32
6 7
11
1 2
Data Gangguan Transmisi 2009 -2012
Penyebab
Jum
lah
Gambar 2.3 Grafik penyebab gangguan transmisi di UPT Palembang
pada tahun 2009 sampai 2012
Dari tabel dan grafik penyebab gangguan transmisi di UPT Palembang di atas,
terlihat bahwa penyebab paling banyak tripnya transformator adalah akibat
gangguan alat dan petir. Namun dalam program kerja di On the Job Trainning ini,
kami hanya diberikan tugas saja untuk mengatasi permasalahan gangguan
transmisi yang di sebabkan oleh faktor alam. Oleh karena itu hanya gangguan
penyebab petir saja yang akan kami temukanan solusi untuk mengurangi
gangguan transmisi ini karena penyebab peralatan bukan masalah faktor alam.
Untuk memperinci masalah yang terjadi di dalam petir menggunakan metode
RCPS ( Root Cause Problem Solving ). Penjabaran dari tiap-tiap gangguan adalah
sebagai berikut :
DIKLAT PRAJABATAN ANGKATAN 33 8
PT. PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
FINAL PROJECT REPORT
BIDANG ES DAN TSO
Gambar 2.4 Diagram Root Cause Problem Solving gangguan transmisi
Untuk menghindari gangguan trip transformator akibat gangguan transmisi
yang diakibatkan oleh petir, kami membuat Direct Grounding yang dipasang pada
Ground Steel Wire (GSW) langsung ke tanah yang bertujuan untuk menyalurkan
arus gangguan yang diakibatkan oleh surja petir langsung ke tanah tanpa perantara
bodi tower. Terdapat beberapa hal pertimbangan sebelum membuat Direct
Grounding dalam bentuk analisa SWOT ( Strenght Weakness Opportunity Threat)
yaitu:
Strength (kekuatan) adalah situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan
dari dibuatnya project ini. Kekuatan yang dimiliki adalah:
1) Banyaknya gangguan transmisi yang diakibatkan oleh surja petir 2) Diperlukannya media pentanahan dari GSW yang langsung menyalurkan
arus gangguan ke tanah
Weaknesses (kelemahan) adalah kegiatan-kegiatan yang tidak berjalan
dengan baik atau sumber daya yang dibutuhkan untuk membuat project ini.
Kelemahan itu terkadang lebih mudah dilihat daripada sebuah kekuatan,
namun ada beberapa hal yang menjadikan kelemahan itu tidak diberikan
DIKLAT PRAJABATAN ANGKATAN 33 9
PT. PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
FINAL PROJECT REPORT
BIDANG ES DAN TSO
solusi yang tepat dikarenakan tidak dimaksimalkan kekuatan yang sudah
ada. Kelemahan yang dimiliki adalah:
1) Keterbatasan waktu
2) Keterbatasan jumlah SDM
3) Kurangnya pengalaman
Opportunity (kesempatan) adalah faktor positif yang muncul dari
lingkungan dan memberikan kesempatan untuk pembuatan project ini.
Kesempatan yang perlu dimanfaatkan adalah:
1) Pemanfaatan GSW bekas
2) Mencegah kerusakan peralatan dengan meminimalisas durasi surja petir
3) Karena menggunakan material dari bahan steel maka meminimalisasi
pencurian
Threat (ancaman) adalah faktor negatif yang memberikan hambatan apabila
alat/project ini tidak dibuat. Adapun ancaman yang timbul adalah:
1) Berpotensi terjadi kerusakan pada peralatan
2) Tripnya penghantar/SUTT
3) Hilangnya rupiah per kWh akibat padam
4) Citra perusahaan menurun
Dari analisa SWOT (Strenght Weakness Opportunity Threat) diatas project
pembuatan Direct Grounding memang sangat dibutuhkan untuk diterapkan di
tower – tower penghantar untuk mengantisipasi arus gangguan yang berasal dari
surja petir sehingga mengurangi gangguan transmisi yang disebabkan oleh petir.
DIKLAT PRAJABATAN ANGKATAN 33 10
LAPORAN OJT
BIDANG ES DAN TSO
PT. PLN (PERSERO)
P3BS-UPT Palembang
BAB III
AFI
(Action for Improvement)
Berdasarkan data yang kami peroleh selama melaksanakan On The Job
Training (OJT) di UPT Palembang, kami mengamati bahwa gangguan
transformator yang sering terjadi adalah gangguan disisi penyulang 20 kV dan
gangguan transmisi yang sering terjadi adalah gangguan yang diakibatkan oleh
surja petir, hal ini dapat diperoleh dari data UPT Palembang dilihat dari grafik
gangguan penyulang 20 kV dan gangguan petir yang menyebabkan trip trafo pada
kurun waktu tahun 2009 – sampai dengan 2012 sudah terjadi 51 kali gangguan
transformator yang disebabkan oleh penyulang dan 32 kali gangguan transmisi
yang di sebabkan oleh surja petir. Dengan dasar data yang sudah diperoleh diatas
diperlukan solusi untuk mengurangi gangguan yang di sebabkan oleh penyulang
dan surja petir dengan membuat Early Warning System dan Direct Grounding.
3. 1. Early Warning System
Gangguan trafo oleh penyulang dapat disebabkan akibat kesalahan
koordinasi proteksi dan akibat beban yang tidak seimbang. Dalam penanganan
gangguan penyulang akibat beban tidak seimbang sebenarnya sudah terdapat
dalam SOP BERSAMA dengan tindakan pelepasan penyulang oleh operator
ketika ada Early Warning Sistem NGR Alarm, namun di lapangan belum tersedia
Early Warning Sistem NGR Alarm.
DIKLAT PRAJABATAN ANGKATAN 33 11
LAPORAN OJT
BIDANG ES DAN TSO
PT. PLN (PERSERO)
P3BS-UPT Palembang
Gambar 3.1. Diagram Alur Instalasi EWS
DIKLAT PRAJABATAN ANGKATAN 33 12
Koordinasi dengan Pihak
Distribusi untuk Pelepasan Penyulang
Early Warning Sistem NGR
Alarm
Penyulang Tidak
Seimbang
Operator GI Mencari Ampermeter Penyulang
Tidak Seimbang
Mulai
Pengukuran Titik Netral
Terdapat arus
Relai beroperasi, alarm berbunyi dan announciator menunjukan
Early Warning Sistem NGR
Tidak
Ya
Reset alarm dan relai
Selesai
LAPORAN OJT
BIDANG ES DAN TSO
PT. PLN (PERSERO)
P3BS-UPT Palembang
Gambar 3.2. Alur Tindakan Menangani Penyulang Tidak Seimbang
Gambar 3.2. Rangkaian EWS
Beradasarkan keperluan akan Early Warning Sistem NGR Alarm yang
seharusnya sudah terdapat di lapangan menurut SOP BERSAMA tersebut kami
membuat Early Warning Sistem NGR Alarm.
Yang dimaksud dengan keadaan seimbang adalah suatu keadaan di mana,
Ketiga vektor arus / tegangan sama besar.
Ketiga vektor saling membentuk sudut 120º satu sama lain.
DIKLAT PRAJABATAN ANGKATAN 33 13
LAPORAN OJT
BIDANG ES DAN TSO
PT. PLN (PERSERO)
P3BS-UPT Palembang
Sedangkan yang dimaksud dengan keadaan tidak seimbang adalah keadaan
di mana salah satu atau kedua syarat keadaan seimbang tidak terpenuhi.
Kemungkinan keadaan tidak seimbang ada 3 yaitu:
Ketiga vektor sama besar tetapi tidak membentuk sudut 120º satu sama
lain.
Ketiga vektor tidak sama besar tetapi membentuk sudut 120º satu sama
lain.
Ketiga vektor tidak sama besar dan tidak membentuk sudut 120º satu
sama lain.
Gambar 3.3. vektor diagram arus dalam keadaan seimbang
Gambar 3.4. Vektor diagram arus dalam keadaan tidak seimbang
Gambar 1menunjukkan vektor diagram arus dalam keadaan
seimbang. Di sini terlihat bahwa penjumlahan ketiga vektor arusnya (IR, IS,
IT) adalah sama dengan nol sehingga tidak muncul arus netral (IN).
Sedangkan pada Gambar 2 menunjukkan vektor diagram arus yang tidak
DIKLAT PRAJABATAN ANGKATAN 33 14
LAPORAN OJT
BIDANG ES DAN TSO
PT. PLN (PERSERO)
P3BS-UPT Palembang
seimbang. Di sini terlihat bahwa penjumlahan ketiga vektor arusnya (IR, IS,
IT) tidak sama dengan nol sehingga muncul sebuah besaran yaitu arus
netral (IN) yang besarnya bergantung dari seberapa besar faktor
ketidakseimbangannya.
3.1.1 Titik Pengukuran EWS
Ketidakseimbangan beban antara tiap-tiap fasa pada sisi sekunder trafo
(fasa R, fasa S, fasa T) mengakibatkan arus akan mengalir di netral trafo. Arus
yang mengalir pada penghantar netral trafo. Sehingga untuk titik pengukuran
dilakukan di sisi netral transformator, pada Netral Grounding Resistance.
Gambar 3.5. Titik Pengukuran EWS
3.1.2. Relai
CT menurunkan arus yang mengalir pada netral transformator sesuai
dengan input pengukuran relai. Relai yang digunakan untuk membuat EWS
DIKLAT PRAJABATAN ANGKATAN 33 15
Titik Pengukuran EWS
LAPORAN OJT
BIDANG ES DAN TSO
PT. PLN (PERSERO)
P3BS-UPT Palembang
menggunakan relai yang sudah tidak digunakan namun kondisinya masih baik.
Relai yang digunakan SEG MRI3-E5D
Gambar 3.6 Relai SEG MRI3-E5D
3.1.3 Announciator dan Alarm
Ketika terjadi beban tidak seimbang alarm akan berbunyi dan announciator
menunjukan Early Warning Sistem NGR.
Gambar 3.7 Alarm
DIKLAT PRAJABATAN ANGKATAN 33 16
LAPORAN OJT
BIDANG ES DAN TSO
PT. PLN (PERSERO)
P3BS-UPT Palembang
Gambar 3.8 Announciator
Dengan adanya Early Warning Sistem dapat memberitahukan kondisi
penyulang tidak seimbang sehingga mempercepat operator dalam melakukan
tindakan sesuai SOP.
3. 2. Direct Grounding
Sistem pentanahan adalah suatu tindakan pengamanan dalam suatu instalasi
listrik dimana rangkaiannya (elektroda) ditanahkan dengan cara elektroda tersebut
di tanam di dalam tanah dan disambungkan dengan kawat grounding melalui
badan tower transmisi.
Sistem pentanahan digunakan sebagai pengaman langsung terhadap
tegangan lebih pada peralatan listrik yang disebabkan oleh sambaran petir.
Banyak orang menyebut sistem pentanahan adalah sebagai penangkal petir
dimana suatu sistem yang fungsinya untuk menetralisir jalaran arus lebih akibat
dari sambaran petir yang kemudian ditanahkan.
DIKLAT PRAJABATAN ANGKATAN 33 17
LAPORAN OJT
BIDANG ES DAN TSO
PT. PLN (PERSERO)
P3BS-UPT Palembang
Gambar 3.9 Diagram Alur Direct Grounding
3.2.1 Bahaya dari Sambaran Petir
Sambaran petir pada saluran transmisi udara terbuka dapat mengenai
kawat fasa apabila sistem perlindungan kawat tanah gagal dalam mengantisipasi
sambaran tersebut. Jika sistem perlindungan kawat tanah gagal maka akan
berakibat kerusakan pada perlatan. Untuk mengatasinya maka pada tower yang
memiliki kemungkinan besar terkena sambaran petir dapat dipasang pelindung
tambahan berupa pentanahan kaki tower yang ditanam di dalam tanah berupa rod
grounding yang biasa disebut elektroda pentanahan. Elektroda pentanahan kaki
tower ini dihubungkan melalui direct grounding yang ditarik dari GSW ke kaki
tower. Apabila terjadi sambaran petir pada kawat fasa maka keadaan ini disebut
dengan kegagalan perlindungan (shielding failure), dimana kawat tanah gagal
melindungi kawat fasa dari sambaran petir.
DIKLAT PRAJABATAN ANGKATAN 33 18
LAPORAN OJT
BIDANG ES DAN TSO
PT. PLN (PERSERO)
P3BS-UPT Palembang
3.2.2 Jenis Sambaran Petir
Petir masih menjadi ancaman terbesar untuk sistem transmisi di PLN yang
bisa merusak peralatan-peralatan. Untuk itu direct grounding diharapkan menjadi
solusi untuk mengamankan peralatan dari ancaman serangan petir dimana jika
sambaran petir mengenai kawat GSW bisa langsung ditanahkan melalui kawat
direct grounding. Jenis sambaran petir yang sering terjadi di jaringan transmisi
ada dua, yaitu :
1. Sambaran langsung
Apabila kilat menyambar langsung pada kawat fasa (untuk saluran tanpa
kawat tanah) atau pada kawat tanah (untuk saluran dengan kawat tanah).
2. Sambaran tidak langsung (sambaran induksi)
Merupakan sambaran titik lain yang letaknya jauh tetapi obyek terkena
pengaruh dari sambaran sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada
obyek tersebut.
3.2.3 Pentingnya Direct Grounding
Direct grounding berfungsi untuk mengalirkan arus gangguan surja petir
yang di tangkap oleh GSW ke elektroda pentanahan di kaki tower. Apabila pada
tower transmisi tidak dipasang direct grounding maka arus gangguan surja petir
yang besar akan dialirkan terus ke LA melalui konduktor, karena kemungkinan
arus surja petir yang besar dapat mengenai konduktor. Oleh karena itu jika tower
tidak memiliki direct grounding maka kerja LA akan semakin berat, sedangkan
LA berfungsi untuk menghilangkan sisa arus dari GSW, sehingga ditanahkan oleh
LA. Jika hal ini terjadi terus menerus akan berakibat kerusakan pada LA dan
peralatan lainnya yang terdapat di GI sehingga bisa mentripkan trafo.
DIKLAT PRAJABATAN ANGKATAN 33 19
LAPORAN OJT
BIDANG ES DAN TSO
PT. PLN (PERSERO)
P3BS-UPT Palembang
3.2.4 Pemasangan Direct Grounding
Gambar 3.10 Penarikan Kawat Direct Grounding
Dalam pemasangan Direct Grounding, kawat dari Ground Steel
Wire disambung dengan kawat grounding langsung ditanahkan tanpa
perantara badan tower. Jadi butuh kawat grounding yang panjang untuk
menarik kawat grounding dari GSW sampai ke tanah.
DIKLAT PRAJABATAN ANGKATAN 33 20
LAPORAN OJT
BIDANG ES DAN TSO
PT. PLN (PERSERO)
P3BS-UPT Palembang
BAB IV
SAVING, GAIN, AND BENEFIT
Secara garis besar manfaat pembuatan project dalam project OJT kali ini
dapat mengurangi gangguan transformator dan transmisi sehingga dapat
mengurangi energi tak tersalurkan (ENS) akibat gangguan yang terjadi baik
disebabkan oleh penyulang maupun petir pada saat transformator trip. Hal ini
dapat mengakibatkan kerugian bagi PLN dengan dilihat hanya dari sisi beban
yang tidak tersalurkan.
4. 1. Early Warning System
Manfaat dan efisiensi biaya yang didapat didalam pembuatan project EWS
ini adalah :
1. Tidak adanya pemadaman untuk pemasangan EWS dengan memanfaatkan
relay lama sehingga daya tetap dapat tersalurkan.
2. Dengan menggunakan relai lama dapat meminimalkan pengeluaran untuk
pembelian komponen yang cukup besar.
3. Dengan tidak adanya pemadaman maka citra PLN dimasyarakat menjadi
baik.
Tabel 4.1 RAB pemasangan EWS menggunakan relai baru
no Nama Barang Jumlah Harga satuan jumlah Harga
1 Single Phase Current Relai 1 IDR 3,500,000 IDR 3,500,0002 CT Ring 1 IDR 500,000 IDR 500,0003 Auxiliary Relay 2 IDR 150,000 IDR 300,0004 Box Panel 1 IDR 600,000 IDR 600,0005 Buzzer 1 IDR 100,000 IDR 100,0006 Lampu Indikator 1 IDR 10,000 IDR 10,0007 Push Button 1 IDR 30,000 IDR 30,0008 Kabel Kontrol 2 IDR 200,000 IDR 400,000
Total IDR 5,440,000
Tabel 4.2 Pemasangan EWS menggunakan relai lama
no Nama Barang Jumlah Harga satuan jumlah Harga
1 Kabel Kontrol 1 IDR 200,000 IDR 200,000
DIKLAT PRAJABATAN ANGKATAN 33 21
LAPORAN OJT
BIDANG ES DAN TSO
PT. PLN (PERSERO)
P3BS-UPT Palembang
Total IDR 200,000
Dari kedua tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pemasangan EWS
menggunakan relai lama dapat menghemat pengeluaran hingga Rp 5.240.000
dibandingkan menggunakan relai yang baru.
Selain biaya komponen di atas, jika kita menggunakan relai lama tidak
perlu adanya pemadaman sehingga daya tetap dapat disalurkan. Sedangkan
pemasangan menggunakan relai baru perlu adanya pemadaman minimal 1 jam.
Untuk trafo II mensuplai daya sebesar 18.4 MW, dengan asumsi harga per kWh
adalah Rp. 750 maka penghematan pemasangan tanpa padam adalah Rp.
13.800.000. Sehingga total penghematan untuk pemasangan EWS adalah Rp.
19.040.000,00.
4. 2. Direct Grounding
Perhitungan saving diatas sudah menunjukkan angka yang sangat besar
dengan perbandingan waktu yang hanya sebentar dan bisa kita bayangkan berapa
milyar rupiah potensi kerugian dengan kasus serupa jika hal ini kembali berulang
dikarenakan dengan waktu yang lama karena terjadi trip transformator diakibatkan
oleh penyulang dan gangguan transmisi surja petir.
Sehingga dengan Early Warning System dan Direct Grounding, diharapkan
dapat meminimalisasi bahkan menghilangkan gangguan transmisi dan
transformator yang diakibatkan di sebabkan oleh penyulang dan surja petir.
DIKLAT PRAJABATAN ANGKATAN 33 22
LAPORAN OJT
BIDANG ES DAN TSO
PT. PLN (PERSERO)
P3BS-UPT Palembang
BAB V
PENUTUP
5.Kesimpulan
1. Early Warning System (EWS) merupakan salah satu cara pencegahan terjadinya trip transformator yang disebabkan oleh arus unbalance pada penyulang 20 kV.
2. Direct Grounding merupakan salah satu cara pencegahan terjadinya trip penghantar/SUTT yang disebabkan oleh petir.
3. Pemasangan Early Warning System (EWS) dapat membantu identifikasi arus unbalance pada penyulang oleh operator Gardu Induk sehingga dapat dilakukan tindakan pelepasan penyulang yang terindikasi unbalance.
4. Pemasangan EWS untuk memenuhi SOP Bersama yang telah ada.5. Direct Grounding dapat mempercepat pentanahan arus gangguan akibat
surja petir.6. Dengan frekuensi gangguan yang semakin turun maka citra PLN akan
semakin baik.
DIKLAT PRAJABATAN ANGKATAN 33 23
LAPORAN OJT
BIDANG ES DAN TSO
PT. PLN (PERSERO)
P3BS-UPT Palembang
DAFTAR PUSTAKA
Kosasih. Rajasa Gauthama. Wahyudi. 2010. SOP Bersama Pedoman Operasi penyulang 12/20kV, Palembang
Schaltanlagen Electronic Gerate GmBH & Co. KG. Datasheet Relay SEG MRI 3,Germany
http://www.p3bsumatera.pln.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=46&Itemid=58
http:// www. story-of-rizky.blogspot.com/
http://wwwwles.blogspot.com/2010/01/grounding-system-sistim-pentanahan.html
http:// www. ilmulistrik.heck.in/sistem-pentanahan-2.xhtml
http://www.gloopic.net/article/547-sistem-pentanahan.html
DIKLAT PRAJABATAN ANGKATAN 33 24