lapsus abses peritonsil

15
BAB I PENDAHULUAN Abses peritonsillar adalah infeksi profunda yang paling umum dari kepala dan leher yang terjadi pada orang dewasa. Infeksi ini dimulai sebagai infeksi superfisial dan berkembang menjadi selulitis tonsil. Abses peritonsil merupakan bentuk dari stadium yang sudah lanjut. diagnosis abses yang lebih aawal memungkinkan pengobatan yang tepat untuk memulai sebelum abses menyebar ke dalam struktur anatomi sekitarnya. Seorang dokter keluarga yang telah mendapat pelatihan yang memadai dapat mendiagnosa dan mengobati sebagian besar pasien dengan abses peritonsillar 3 . Abses peritonsillar paling sering terjadi pada orang 20 sampai 40 tahun. Anak-anak jarang terkena kecuali mereka mengalami gangguan sistem imun, tetapi infeksi bisa menyebabkan obstruksi jalan napas yang signifikan pada anak- anak. infeksi ini mengenai pria dan wanita dengan prevalensi yang sama. Bukti menunjukkan bahwa tonsilitis kronik atau percobaan beberapa antibiotik oral untuk tonsilitis akut dapat mempengaruhi predisposisi pasien untuk berkembang dari tonsilitis menjadi abses peritonsil 3

Upload: fhmanshori

Post on 02-Aug-2015

240 views

Category:

Documents


27 download

TRANSCRIPT

Page 1: Lapsus Abses Peritonsil

BAB I

PENDAHULUAN

Abses peritonsillar adalah infeksi profunda yang paling umum dari kepala dan leher yang

terjadi pada orang dewasa. Infeksi ini dimulai sebagai infeksi superfisial dan berkembang

menjadi selulitis tonsil. Abses peritonsil merupakan bentuk dari stadium yang sudah lanjut.

diagnosis abses yang lebih aawal memungkinkan pengobatan yang tepat untuk memulai

sebelum abses menyebar ke dalam struktur anatomi sekitarnya. Seorang dokter keluarga

yang telah mendapat pelatihan yang memadai dapat mendiagnosa dan mengobati sebagian

besar pasien dengan abses peritonsillar3.

Abses peritonsillar paling sering terjadi pada orang 20 sampai 40 tahun. Anak-anak jarang

terkena kecuali mereka mengalami gangguan sistem imun, tetapi infeksi bisa menyebabkan

obstruksi jalan napas yang signifikan pada anak-anak. infeksi ini mengenai pria dan

wanita dengan prevalensi yang sama. Bukti menunjukkan bahwa tonsilitis kronik atau

percobaan beberapa antibiotik oral untuk tonsilitis akut dapat mempengaruhi predisposisi

pasien untuk berkembang dari tonsilitis menjadi abses peritonsil3

Page 2: Lapsus Abses Peritonsil

II. LAPORAN KASUS

Identitas pasien

Nama : bapak N

Umur : 42 tahun

Jenis kelamin : laki-laki

Alamat : labuapi

Pekerjaan : satpam

Anamnesis

Keluhan utama

Pasien mengeluh nyeri sangat hebat ketika menelan makanan dan sukar membuka mulut

Riwayat penyakit sekarang

Pasien datang ke IGD RSUP NTB pada tanggal 20 januari 2011 dengan keluhan

nyeri hebat di tenggorokannya. Nyeri tersebut dirasakan terus-menerus dan sangat

mengganggu kehidupan sehari-hari pasien sejak dua hari yang lalu . Pasien mengeluh sulit

membuka mulut , sangat sulit makan maupun minum. Pasien juga mengeluh demam

dirasakan saat itu

Riwayat penyakit dahulu

Ada riwayat sakit tenggorokan sebelumnya, tapi tidak sehebat keluhan yang sekarang

dialami

Riwayat penyakit keluarga

Tidak ada keluarga pasien yang mengalami hal yang sama.

Riwayat alergi

Riwayat alergi obat dan makanan disangkal

Riwayat Pengobatan

Pasien sebelumnya datang ke mantri desa meminta obat, tetapi tidak ada perubahan

Page 3: Lapsus Abses Peritonsil

Pemeriksaan fisik

Keadaan umum : baik

Kesadaran : Compos mentis

Tanda vital :

Tensi : 110/60 mmHg, nadi : 86x/mnt, respirasi 18x/mnt

Status lokalisasi

Telinga

Kanan Kiri

Telinga Kanan Telinga Kiri

Inspeksi :

Aurikula

Preaurikula

Retroaurikula

Palpasi

MAE

Edema (-), hiperemi (-),

massa (-)

Edema (-), hiperemi (-),

massa (-), fistula (-),

abses (-)

Edema (-), hiperemi (-),

massa (-), fistula (-),

abses (-)

Nyeri pergerakan

aurikula (-), nyeri tekan

tragus (-), nyeri tekan

retroaurikula (-)

Edema (+), hiperemi

Edema (-), hiperemi (-),

massa (-)

Edema (-), hiperemi (-),

massa (-), fistula (-),

abses (-)

Edema (-), hiperemi (-),

massa (-), fistula (-),

abses (-)

Nyeri pergerakan

aurikula (-), nyeri tekan

tragus (-), nyeri tekan

retroaurikula(-)

Edema (-), hiperemi (-),

Page 4: Lapsus Abses Peritonsil

Membran timpani

(+), sekret (-), furunkel

(-), serumen (+),

Sulit dievaluasi karena tertutup oleh serumen

sekret (-), furunkel (-),

serumen (+)

Intak, berwarna putih,

cone of light (+)

Hidung

Pemeriksaan Hidung Hidung kanan Hidung kiri

Hidung luar Bentuk (N), inflamasi (-),

nyeri tekan (-), deformitas

(-)

Bentuk (N), inflamasi (-),

nyeri tekan (-),deformitas (-)

Rinoskopi anterior

Vestibulum nasi N N

Dasar cavum nasi Bentuk (N), mukosa

hiperemi (-)

Bentuk (N), mukosa

hiperemi (+) merah pucat

Meatus media Mukosa hiperemi (-), sekret

(-), konka nasi media (N),

massa (-)

Mukosa hiperemi (-),

sekret (-), konka nasi

media (-), massa (-)

Meatus inferior Mukosa hiperemi (-), udema

(-)

Mukosa hiperemi (-),

udema (-)

Konka nasi inferior Edema (-), mukosa hiperemi

(-), livid (-).

, hipertropi (+) mukosa

hiperemi (-), livid (-).

Septum nasi Deviasi (-), benda asing (-),

perdarahan (-)

Deviasi (-), benda asing(-),

perdarahan (-)

Page 5: Lapsus Abses Peritonsil

Tenggorokan

Keterangan

Mukosa bukal

Mukosa gigi

Mukosa faring

Tonsil kanan kiri

uvula

Warna merah muda, hiperemi(-)

Warna merah muda, hiperemi(-)

Hiperemi (+),edema (-),ulkus (-), granul (-), pelebaran pembuluh

darah (+)

Hiperemi (+), ukuran T2-T2, kripte melebar (+), detritus (-),

terdapat abses pada daerah superior fosa supratonsil kanan, tonsil

palatina kanan terdorong lebih ke bawah

Terdorong ke arah kontralateral dari abses,

Diagnosis : abses peritonsil dekstra dan tonsilitis kronis dekstra-

sinistra dan serumen obturans dan rinitis alergi

Diagnosis banding : abses tonsil dan infiltrat peritonsil Usulan pemeriksaan : pemeriksaan mikrobiologi dengan pungsi abses

Rencana Terapi : tahap awal diberikan analgetik dan antibiotik intravena

untuk memperbaiki kondisi pasien, analgetik diberikan adalah

ketorolac dan antibiotik diberikan penisilin G, antibiotik

diganti menunggu hasil kultur sensitivitas kuman. Kemudian

pasien direncanakan untuk tindakan operatif yaitu drainase

abses dan tonsilektomi

- KIE : menjaga hieginetas mulut

- tidak membiarkan radang tenggorokan tanpa dilakukan pengobatan yang adekuat

- pasien disarankan untuk tidur dengan posisi tredlenburg dan tidak sering bangun

tidur dari dari ranjang

Page 6: Lapsus Abses Peritonsil
Page 7: Lapsus Abses Peritonsil

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Abses peritonsil adalah suatu timbunan nanah yang terletak di antara kapsul tonsil

dan muskulus konstriktor superior faring2

B. ETIOLOGI

Infeksi tonsila berlanjut menjadi selulitis difusa dari daerah tonsila meluas sampai

palatum mole. Kelanjutan proses ini menyebabkan abses peritonsilaris4. Proses ini

terjadi sebagai komplikasi tonsilitis akut atau infeksi yang bersumber dari kelenjar

mukus weber di kutub atas tonsil. Biasanya kuman penyebab sama dengan

penyebab tonsilitis1.

Bakteri aerob yang paling sering penyebab abses peritonsil adalah Streptococcus

pyogen (streptokokkus grup A beta hemolitikus), sedangkan bakteri anaerob

penyebab tersering adalah mikroorganisme golongan fusobacterium. Sebagian

besar abses ditemukan campuran mikroorganisme antara jenis aerob dan anaerob3

C. PATOLOGI

Daerah superior dan lateral fosa tonsilaris merupakan jaringan ikat longgar, oleh

karena itu infiltrasi supurasi ke ruang potensial peritonsil tersering menempati

daerah ini, sehingga tampak palatum mole membengkak.Walaupun sangat jarang,

abses peritonsil dapat terbentuk di bagian inferior1.

Pada stadium permulaan (stadium infiltrat), selain pembengkakan tampak

permukaannya hiperemis. Bila proses berlanjut, terjadi supurasi sehingga timbul

trismus. Abses dapat pecah spontan, mungkin dapat terjadi aspirasi ke paru1.

D. TANDA DAN GEJALA KLINIS

Selain gejala dan tanda tonsilitis akut, juga terdapat odinofagi yang hebat, biasanya

pada sisi yang sama juga terdapat nyeri telinga (otalgia), mungkin terdapat muntah

( regurgitasi), mulut berbau (foetor ex ore), banyak ludah, suara bergumam (hot

potato voice) dan kadang-kadang sukar membuka mulut (trismus), serta

pembengkakan kelenjar submandibula dengan nyeri tekan1

Page 8: Lapsus Abses Peritonsil

E. PENATALAKSANAAN

Pada stadium infiltrasi, diberikan antibiotik golongan penisilin atau klindamisin,

dan obat simptomatik. Juga perlu obat kumur –kumur dengan cairan hangat dan

kompres dingin pada leher1.

Bila telah terbentuk abses, dilakukan pungsi pada daerah abses kemudian diinsisi

untuk mengeluarkan nanah. Tempat insisi adalah daerah yang paling menonjol dan

lunak, atau pertengahan garis yang menghubungkan dasar uvula dengan geraham

atas terakhir pada sisi yang sakit1.

Pada penelitian yang dilakukan di RSUP Dr.Soetoma pungsi abses lebih baik

dibandingkan insisis abses. Antara lain,

1. tidak menakutkan penderita,

2. dapat untuk diagnostik kuman penyebab,

3. metode lebih sederhana,

4. hanya membutuhkan peralatan sederhana dan dapat dikerjakan oleh dokter

umum, kerusakan jaringan lebih sedikit,

5. waktu penyembuhan dengan metode insisi relatif sama yaitu 3,4 hari2

kemudian pasien dianjurkan untuk operasi tonsilektomi. Bila dilakukan bersama-

sama tindakan drainase abses disebut tonsilektomi “a’chaud”, dan bila tonsilektomi

4-6 minggu dilakukan sesudah drainase abses, disebut tonsilektomi “a’froid”1

F. KOMPLIKASI

Apabila abses pecah spontan dapat menyebabkan perdarahan, aspirasi paru atau

piema. Penjalaran infeksi dan abses ke ruang parafaring sehingga dapat berlanjut

menjadi mediastinitis. Bila terjadi penjalaran ke daerah intrakranial, dapat

mengakibatkan trombus sinus kavernosus, meningitis dan abses otak1

Page 9: Lapsus Abses Peritonsil

G. PROGNOSIS

Prognosis cukup baik bila diagnosis dibuat dengan tepat dan pengobatan

dilakukan dengan segera, tindakan operatif yang tepat dan observasi yang cermat

diperlukan dalam kasus ini untuk mencegah komplikasi yang mungkin terjadi.

PEMBAHASAN

Pada kasus ini diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.

Berdasarkan anamnesa diketahui pasien mengalami nyeri tenggorokan yang hebat,

bertambah ketika menelan makanan dan minuman, terasa panas di tenggorokan dan

pasien mengeluh demam. Dari pemeriksaan fisik didapatkan abses pada bagian

arkus anterior faring sinsitra dengan ukuran tonsil T2/T2 dan didapatkan kripte

pada tonsil palatinanya. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan diagnosis abses

peritonsiler dengan tonsilitis kronis.

Pada pasiennya ini direncanakan drainase abses bersamaan dengan tonsilektomi

(tonsilektomi a’chaud), pada kasus ini tonsilektomi perlu dilakukan primer dari

abses peritonsiler adalah tonsilitis kronis yang diderita oleh pasien, karena

tonsilitis yang tidak terobati dapat menjadi selulitis dan berkembang menjadi abses.

Pada pasien ini diberikan terapi pereda nyeri dan antibiotik secara empiris. KIE

yang diberikan kepada pasien adalah menjaga hieginetas mulut dan tidak

membiarkan radang tenggorokan tanpa dilakukan pengobatan yang adekuat

Page 10: Lapsus Abses Peritonsil

DAFTAR PUSTAKA

1. Fachruddin, Darnilla. (2007). Kelainan Telinga Luar, Dalam Buku Ajar Ilmu

Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher. Ed. Ke-6. Dr. H. Efiaty

Arsyad Soepardi, Sp.THT & Prof. Dr. H. Nurbaiti Iskandar, Sp.THT (Editor). Jakarta :

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal 226.

2. Soebroto, Rukmini S., Amatpoera, Hoetomo. (1993). Perbedaan Pungsi Versus Insisi

Pada Terapi Abses Peritonsil Di UPF THT RSUD Dr.Soetomo. Cermin Dunia

Kedokteran No.89, Hal 22-24.

3. Steyer, Terrence E. (2002). Peritonsiller Abcess : Diagnostic And Treatment. Am Fam

Physician ; 65(1) :93-97.

4. Gorlin, Robert G. (1997). Boeis : Buku Ajar Penyakit THT Edisi 6. EGC : Jakarta.

Page 11: Lapsus Abses Peritonsil

LAPORAN KASUS

Abses Peritonsil

Oleh

Fahmi Anshori

H1A006013

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA

DI BAGIAN ILMU PENYAKIT TELINGA, HIDUNG DAN TENGGOROKAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

RUMAH SAKIT UMUM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

2011