lapsus hepatitis b

Upload: dokunimus

Post on 10-Oct-2015

83 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

hepatitis

TRANSCRIPT

  • 5/20/2018 Lapsus Hepatitis b

    1/45

    1 | P a g e

    CASE REPORT SESION

    SEORANG LAKI-LAKI 24 TAHUN DENGANKELUHAN NYERI PERUT KANAN

    Untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Penyakit Dalam

    di RSUD Tugurejo Semarang

    Disusun Oleh :

    ARYA BOGI KUSMO

    H2A009004

    Pembimbing :

    dr. ZULFACHMI WAHAB Sp.Pd FINASIM

    KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM

    RSUD TUGUREJO SEMARANG

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

    MUHAMMADIYAH SEMARANG

    2014

  • 5/20/2018 Lapsus Hepatitis b

    2/45

    2 | P a g e

    HALAMAN PENGESAHAN

    NAMA : ARYA BOGI KUSUMO

    NIM : H2A009004

    FAKULTAS : KEDOKTERAN UMUM

    UNIVERSITAS : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

    SEMARANG

    BIDANG PENDIDIKAN : ILMU PENYAKIT DALAM

    PEMBIMBING : dr.ZULFACHMI WAHAB Sp.Pd FINASIM

    Telah diperiksa dan disahkan pada tanggal Juni 2014

    Pembimbing

    dr.ZULFACHMI WAHAB Sp.Pd FINASIM

  • 5/20/2018 Lapsus Hepatitis b

    3/45

    3 | P a g e

    Daftar Masalah

    No. Tanggal Masalah aktif

    1. 30/4/2014 HEPATITIS B

    2. 30/4/2014 HEPATITIS C

    3. 30/4/2014 CHOLESISTITIS

    No. Tanggal Masalah Pasif

    1. 25/4/2014 Kebiasaan gonta-ganti pasangan

  • 5/20/2018 Lapsus Hepatitis b

    4/45

    4 | P a g e

    KASUS

    1. Identitas Pasien

    Nama : Tn. M

    Umur : 53 tahun

    Agama : Islam

    Pekerjaan : supir truck

    Status : Menikah

    No.RM : -

    Tanggal masuk : 28/05/2014

    2. Anamnesis

    Anamnesa dilakukan di bangsal anggrek tanggal 30/05/2014 pukul 14.30 WIB

    secara autoanamnesis.

    a. Keluhan utama:perut membesar

    b.

    Riwayat Perjalanan Penyakit:

    8 bulan yang lalu pasien pertama kali merasakan perut mulai

    membesar, mual/muntah (+), pasien mengaku lupa akan keluhan

    demam atau tidak.

    5 bulan yang lalu pasien merasakan perut semakin membesar

    dibandingkan 8 bulan sebelumnya, mual/ muntah(+), pusing (+),

    demam (+).

    2 bulan yang lalu pasien dirawat inap di RS.Permata medika dan

    didiagnosa menderita penyakit liver, dirawat selama 1 minggu,

    setelah keluar dari RS pasien tidak melakukan kontrol lanjutan.

    Saat masuk RSUD TUGUREJO pasien dengan perut membesar,

    perut kanan bawah terasa nyeri (+), perut membesar ini dirasa

    menganggu aktivitas. nafsu makan menurun (+), mual muntah

    dengan frekuensi sering (+), nyeri ulu hati (+), BAB lancar, BAK

    lancar dengan warna urin kuning kecoklatan seperti teh, demam

  • 5/20/2018 Lapsus Hepatitis b

    5/45

    5 | P a g e

    (+), pusing (+), sesak nafas (-), berat badan menurun, memakai

    bantal terasa nyaman (-), secara terus menerus, batuk (-), dahak (-),

    mual/muntah (-), pusing (-), keringat dingin (-)

    c. Riwayat Penyakit Dahulu:

    Riwayat Hepatitis : (+)

    Riwayat TBC : disangkal

    Riwayat Hipertensi : disangkal

    Riwayat Penyakit Jantung : disangkal

    Riwayat DM : disangkal

    Riwayat Alergi Makanan : disangkal

    Riwayat Alergi Obat : disangkal

    Riwayat pemakaian jarum suntik : disangkal

    Riwayat gonta-ganti pasangan : diakui

    d. Riwayat Penyakit Keluarga:

    Riwayat Hepatitis : (-) Riwayat Hipertensi : disangkal

    Riwayat Penyakit Jantung : disangkal

    Riwayat DM : disangkal

    Riwayat Alergi Makanan : disangkal

    Riwayat Alergi Obat : disangkal

    e. Riwayat Pribadi:

    Pasien sering gonta-ganti pasangan saat sedang bekerja. Karena jauhdari istri.

    f. Riwayat Sosial Ekonomi:

    Jumlah anggota keluarga 4 orang terdiri dari pasien, istri dan 2 anak

    yang masih sekolah. Dan yang bekerja 1 orang yaitu pasien sendiri.

    Biaya pengobatan BPJS NON PBI

    Kesan sosial ekonomi kurang.

  • 5/20/2018 Lapsus Hepatitis b

    6/45

    6 | P a g e

    a)Anamnesis Sistem

    Sistem respirasi : Sesak nafas (-), batuk (-), dahak (-),

    batuk darah (-), mengi (-), tidur

    mendengkur (-).

    Sistem kardiovaskuler : Sesak nafas saat beraktivitas (-), nyeri dada

    (-), berdebar-debar (-), keringat dingin (-)

    Sistem gastrointestinal : Mual (+), muntah (+), perut mules (-),

    diare (-), nyeri ulu hati (+), nafsu makan

    menurun (+), BB turun (+).

    Sistem muskuloskeletal : Nyeri otot (-), nyeri sendi (-), kaku otot (-).

    Sistem genitourinaria : Sering kencing(-),nyeri saat kencing(-),

    keluar darah (-), berpasir (-), kencing nanah

    (-), sulit memulai kencing (-), warna

    kencing kuning jernih, anyang-anyangan(-)

    , berwarna seperti teh (+).

    Sistem neuropsikiatri : Kejang (-), gelisah (-), kesemutan (-),

    mengigau (-), emosi tidak stabil (-)

    Sistem Integumentum : Kulit kuning (+), pucat (+), gatal (-),

    bercak bercak merah kehitaman di bagian dada,

    punggung, tangan dan kaki (-).

    3. Pemeriksaan Fisik

    Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 30 Mei 2014 WIB

    Keadaan umum : tampak lemah

    Kesadaran : compos mentis

    Vital sign

    TD : 120/80 mmHg

    Nadi : 92 x/menit (regular, isi dan tegangan cukup)

    RR : 22 x/menit (reguler)

    Suhu : 37,8 C (axilla)

  • 5/20/2018 Lapsus Hepatitis b

    7/45

    7 | P a g e

    BB : 80 kg

    TB : 172cm

    BMI : 27,11 kg/m2(kesan: obese)

    Skala nyeri : 2

    Resiko jatuh : sedang

    a)

    Status Internus

    a.

    Kepala : kesan mesocephalb. Mata :

    konjungtiva anemis (+/+)

    sklera ikterik (+/+)

    pupil isokor (+/+)

    reflek pupil (+/+)

    c. Hidung :

    napas cuping hidung (-)

    nyeri tekan (-)

    krepitasi (-)

    Sekret (-)

    septum deviasi (-)

    konka: hiperemis (-) dan deformitas (-)

    d. Mulut :

    sianosis (-)

    WHO Asia-Pacific guideline for Asian adults

    underweight (BMI 25.0)

  • 5/20/2018 Lapsus Hepatitis b

    8/45

    8 | P a g e

    Pursed lips-breathing (-)

    lidah kotor (-) uvula simetris

    tonsil (T1/T1), hiperemis (-),kripte melebar (-)

    gigi karies (-)

    e. Telinga :

    Sekret (-/-)

    Serumen (+/+)

    Laserasi (-/-).f. Leher :

    nyeri tekan trakea (-)

    pembesaran limfonodi (-/-)

    Pembesaran tiroid (-/-)

    Pergerakan otot bantu pernafasan (-)

    Peningkatan JVP (-)

    g.

    Thoraks

    JANTUNG

    Inspeksi : ictus cordis tidak tampak ,

    Palpasi : ictus cordis teraba kuat angkat (+)

    Perkusi : batas atas : ICS II lin.parasternal sin.

    batas kanan bawah : ICS V lin.sternalis dextra;

    kiri bawah : ICS V 1-2 cm lateral linea

    midclavicula sinistrapinggang jantung : ICS III parasternal kiri

    configurasi jantung (dalam batas normal)

    Auskultasi : reguler

    Suara jantung murni: I,II

    Suara jantung tambahan (-)

    PARU

    Dextra Sinistra

  • 5/20/2018 Lapsus Hepatitis b

    9/45

    9 | P a g e

    Depan

    1.I nspeksi

    Bentuk dada

    Hemitorak

    2.Palpasi

    Stem fremitus

    Nyeri tekan

    Pelebaran ICS

    3.Perkusi

    4.Auskultasi

    Suara dasar

    Suara tambahan

    dalam batas normal

    Simetris

    Dex=sin

    (-)

    (-)

    Pekak di seluruh lapang

    paru

    Peranjakan paru 5 cm (N)

    Vasikuler

    (-)

    dalam batas normal

    Simetris

    Dex = sin

    (-)

    (-)

    Pekak diseluruh

    lapang paru

    Vasikuler

    (-)

    Belakang

    1.I nspeksi

    Bentuk dada

    Hemitorak

    2.Palpasi

    Stem fremitus

    Nyeri tekan

    Pelebaran ICS

    3.Perkusi

    4.Auskultasi

    Suara dasar

    Suara tambahan

    Dbn

    Simetris

    Dex=sin

    (-)

    (-)

    Pekak di seluruh lapang

    paru

    Vesikuler

    (-)

    Dbn

    Simetris

    Dex=sin

    (-)

    (-)

    Pekak di seluruh

    lapang paru

    Vesikuler

    (-)

  • 5/20/2018 Lapsus Hepatitis b

    10/45

    10 | P a g e

    h. Abdomen

    Inspeksi:

    Bentuk : sedikit mencembung/membesar

    Warna : sama dengan kulit sekitar

    Venektasi : tidak ditemukan

    Auskultasi: bising usus menurun hingga tidak terdengar

    Palpasi:

    Nyeri tekan : (+)

    Defance muscular : (-)

    Hepar : normal

    Lien : tidak teraba pembesaran

    Ginjal : tidak teraba pembesaranPerkusi :

    Timphani di seluruh kuadran

    Pekak hati (+)

    Pekak sisi (+) normal

    Pekak alih (+)

    i. Ekstremitas

    Superior Inferior

    Akral dingin

    Oedem

    Sianosis

    Gerak

    Tremor

    -/-

    -/-

    -/-

    Dalam batas normal

    5/5

    5/5

    -/-

    -/-

    +/+

    -/-

    Dalam batas normal

    5/5

    5/5

    -/-

  • 5/20/2018 Lapsus Hepatitis b

    11/45

    11 | P a g e

    4. Pemeriksaan Penunjang

    1. Laboratorium

    Darah rutin pada tanggal 29/5/2014

    Tes Hasil Satuan Nilai Normal

    Darah Lengkap

    Hemoglobin 14,40 g/dl 13,20 - 17,30

    Hematokrit 39,60() % 40,00 - 52,00

    Eritrosit 4,75 10^6/l 4,40 - 5,90

    Leukosit 6,55 10^3/l 3,80 - 10,60

    Hitung jenis

    Basofil - % 01

    Eosinofil - % 13

    Band neutrofil - % 26

    Segmen neutrofil - % 5070

    Limfosit 24() % 2540

    Monosit 11,10() % 28

    Trombosit 202,000 10^3/l 150,000 - 440,000

    Biokimia

    SGOT (AST) 185() u/l 5-34

    SGPT (ALT) 355() u/l 0-55

    Alkaline Phosphatase - u/l 40-150

    Gamma GT - u/l 9-36

    Total bilirubin 17,95() mg/dl 0,2-1,2

    Direct bilirubin 14,22() mg/dl 0-0,30

    Indirect bilirubin 3,73() mg/dl 0-0,70

    Fungsi Ginjal

    Ureum - mg/dl < 50

    Creatinine - mg/dl 0,70-1,30

    Uric acid - mg/dl 3,50-7,20

  • 5/20/2018 Lapsus Hepatitis b

    12/45

    12 | P a g e

    Gula darah sewaktu 133() mg/dl

  • 5/20/2018 Lapsus Hepatitis b

    13/45

    13 | P a g e

    2.

    USG

    Pada

    tanggal 29/5/2014

  • 5/20/2018 Lapsus Hepatitis b

    14/45

    14 | P a g e

    Kesan: Cholesistitis

    5. Daftar Abnormalitas

    Anamnesis

    1)

    Perut membesar

    2) Mual

    3) Muntah

    4) Pusing

    5) Demam

    6)

    Nyeri ulu hati

    7) Nafsu makan menurun

    8) BB turun

    9) BAK seperti teh

    10)

    RPD hepatitis

    11)RPD riw.gonta-ganti pasangan

    Pemeriksaan fisik

    12)

    Konjungtiva Anemis (+/+)

  • 5/20/2018 Lapsus Hepatitis b

    15/45

    15 | P a g e

    13)

    Sklera ikterik (+/+)

    14)Suhu 37,8 derajat celcius

    Pemeriksaan penunjang

    15)

    Hematokrit (L)

    16)MCHC (H)

    17)RDW (H)

    18)Limfosit (L)

    19)Monosit (H)

    20)SGOT (H)

    21)

    SGPT (H)

    22)GDS (H)

    23)Billirubin total (H)

    24)

    Billirubin direk (H)

    25)Billirubin indirek (H)

    26)HbsAg (reaktif +)

    27)

    Anti Hcv (positif lemah)

    28)

    USG abdomen (kesan cholesistitis)

    6. Analisis Masalah

    1. Hepatitis B :

    1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18,19,20,21,23,24,25,26

    2.

    Hepatitis C : 2,3,5,7,8,10,11,12,13,14,20,21,23,25,27

    3. cholesistitis : 2,3,5,6,14,22,28

    7. Rencana Pemecahan Masalah

    Assesment (Initial Plan)

    1. Problem : HEPATITIS B

    a. Ass. Faktor resiko :

    Transfusi darah

    Sex bebas

    Faktor genetik

  • 5/20/2018 Lapsus Hepatitis b

    16/45

    16 | P a g e

    Adanya strain mutan

    Transmisi vertikal Lamanya infeksi singkat

    Nilai transaminase basal

    Level HBV-DNA rendah

    Nilai alanin aminotransferase basal tinggi

    Didapat pada dewasa

    Imunokompeten

    Tipe wild (HBeAg positif)

    Penyakit hati kompensasi

    b. Ass. Faktor komplikasi :

    Sirosis hati

    Kanker hati primer

    Gagal hati

    Infeksi virus hepatitis D

    Initial Plan

    a.

    Ip Dx : S : -

    O : - Laboratotium (evaluasi)

    - USG HATI

    - BIOPSI HATI

    b.

    Ip Tx :Non medikamentosa:

    Menjaga higienitas makanan, kebersihan diri dan lingkungan sekitar.

    Medikamentosa :

    Interferon (IFN) untuk menghambat replikasi virus dengan dosis sedang 5-

    10 MU/m2/hari selama 3-6 bulan.

    Lamivudin 30 mg 3x1

    c. Ip Mx :

  • 5/20/2018 Lapsus Hepatitis b

    17/45

    17 | P a g e

    Monitoring tanda vital

    Monitoring laboratotium Monitoring konsumsi makanan dan obat

    d.

    Ip Ex :

    Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakitnya

    Menghindari faktor pencetus

    2.

    Problem : Hepatitis C

    a. Ass. Komplikasi

    - Sirosis hati

    - Kanker hati primer

    - Gagal hati

    - Infeksi virus hepatitis D

    b.

    Ass. Faktor resiko

    - Penggunaan jarum suntik

    - Hubungan sex bebas

    Initial Plan

    a. Ip Dx: S : -

    O : Laboratorium darah.

    Ip Tx:

    Interferon (IFN) untuk menghambat replikasi virus dengan dosis sedang 5-

    10 MU/m2/hari selama 3-6 bulan.

  • 5/20/2018 Lapsus Hepatitis b

    18/45

    18 | P a g e

    b.

    c. Ip Mx:

    - Vital sign

    -

    Kondisi umum

    - Pemeriksaan laboratorium

    d. Ip EX:

    - Edukasi pasien dan keluarga tentang penyakit yang diderita pasien

    - Memberitahukan kepada pasien, apabila terjadi gejala berulang

    untuk segera berobat ke dokter.

    -

    Memberitahu tentang hal-hal yang harus dihindari untuk mencegah

    timbulnya gejala penyakit yang lebih berat.

    - Memberitahu cara hidup yang sehat agar mempunyai kualitas hidup

    yang baik

    3.

    Problem : Cholisistitis

    a. Ass. Faktor Resiko

    -

    Riwayat cholisistitis akut sebelumnya

    b. Ass. Komplikasi

    - Demam tinggi, peningkatan leukosit, jaundice, pankreatitis

    Initial Plan

    a. Ip Dx = S

    O:USG (evaluasi)

    b.

    Ip Tx

    - Laparoskopi

    - Kolesistektomi

    c. Ip Mx

    - Keadaan Umum,

    d. Ip Ex

  • 5/20/2018 Lapsus Hepatitis b

    19/45

    19 | P a g e

    -

    Menerangkan kepada pasien tentang penyakit, komplikasi dan

    pengelolaannya.

    - Latihan fisik yang ringan dan teratur

    -

    Kurangi makanan berlemak dan turunkan berat badan

    8. Progres Note

    HEPATITIS B

    Tanggal Follow Up

    30 mei 2014 S : - mata kuning- perut membesar

    O:

    KU :CM, baik

    TD : 120/180mmHg

    RR : 22 x/menit

    HR :92 x/menit

    Suhu : 37,80C

    Kepala : mesochepal

    Mata : CPA +/-, SI -/-

    Telinga : dbn

    Hidung : dbn

  • 5/20/2018 Lapsus Hepatitis b

    20/45

    20 | P a g e

    Mulut : dbn

    Leher : dbn

    Thorax : BJ I-II regularSD Vesikuler +/+

    RBH +/+

    Abdomen:Nyeri Tekan Epigastrium (-) , Bising usus (-)

    Ekstreminitas :dbn

    Pemeriksaan penunjang :USG,laboratorium

    A :hepatitis B

    P :Interferon (IFN) dengan dosis sedang 5-10 MU/m2/hari

    selama 3-6 bulan.

    Lamivudin 30 mg 3x1Pct 3 x 1

    2 juni 2014 S : - mata kuning

    - perut membesar

    O:

    KU :CM, baik

    TD : 120/180mmHg

    RR : 22 x/menit

    HR :92 x/menit

    Suhu : 37,40CKepala : mesochepal

    Mata : CPA +/-, SI -/-

    Telinga : dbn

    Hidung : dbn

    Mulut : dbn

    Leher : dbn

    Thorax : BJ I-II regular

    SD Vesikuler +/+

    RBH +/+

    Abdomen:Nyeri Tekan Epigastrium (-) , Bising usus (-)

    Ekstreminitas :dbn

    Pemeriksaan penunjang :USG,laboratorium

    A :hepatitis B

    P :Interferon (IFN) dengan dosis sedang 5-10 MU/m2/hari

    selama 3-6 bulan.

    Lamivudin 30 mg 3x1

    Pct 3 x 1

    4 juni 2014 S : - mata kuning

    - perut membesar

  • 5/20/2018 Lapsus Hepatitis b

    21/45

    21 | P a g e

    O:

    KU :CM, baik

    TD : 120/180mmHgRR : 20 x/menit

    HR :90 x/menit

    Suhu : 36,80C

    Kepala : mesochepal

    Mata : CPA +/-, SI -/-

    Telinga : dbn

    Hidung : dbn

    Mulut : dbn

    Leher : dbn

    Thorax : BJ I-II regular

    SD Vesikuler +/+RBH +/+

    Abdomen:Nyeri Tekan Epigastrium (-) , Bising usus (+)

    Ekstreminitas :dbn

    Pemeriksaan penunjang :USG,laboratorium

    A :hepatitis B

    P :Interferon (IFN) dengan dosis sedang 5-10 MU/m2/hari

    selama 3-6 bulan.

    Lamivudin 30 mg 3x1

    9. Alur Pikir

    Inflamasi terus menerus

    mengakibatkan rusaknya sel hatidan meningkatnya bilirubin

    Suka bergonta-ganti

    pasangan

    Terjadi ikterus pada kulit

    dan sklera

    Virus hepatitis B

    masukMenyebabkan inflamasi hepar

  • 5/20/2018 Lapsus Hepatitis b

    22/45

    22 | P a g e

    TINJAUAN PUSTAKA

    PENDAHULUAN

    Hepatitis virus akut merupakan infeksi sistemik yang dominan menyerang

    hati dan merupakan urutan pertama dari berbagai penyakit hati di seluruh dunia.

    Tingkat prevalensi hepatitis B di Indonesia sangat bervariasi berkisar dari

    2,5% di Banjarmasin sampai 25,61% di Kupang, sehingga termasuk negara

    endemisitas sedang sampai tinggi. Di negara-negara asia diperkirakan bahwa

    penyebaran perinatal dari ibu pengidap hepatitis merupakan jawaban atas

    prevalensi infeksi HBV yang tinggi. Hampir semua bayi yang dilahirkan dari ibu

    dengan HbeAg positif akan terkena infeksi pada bulan kedua dan ketiga

    kehidupannya. Adanya HbeAg pada ibu sangat berperan penting untuk penularan.

    Anamnesis

    1) Perut membesar

    2) Mual

    3) Muntah

    4) Pusing

    5) Demam

    6) Nyeri ulu hati

    7) Nafsu makan menurun

    8) BB turun

    9) BAK seperti teh

    10) RPD hepatitis

    11) RPP makan di sembarang tempat

    Pemeriksaan fisik

    12) Konjungtiva Anemis (+/+)

    13) Sklera ikterik (+/+)

    14) Suhu 37,8 derajat celcius

    Pemeriksaan penunjang

    15) Hematokrit (L)

    16) MCHC (H)

    17) RDW (H)

    18) Limfosit (L)

    19) Monosit (H)

    20) SGOT (H)

    21) SGPT (H)

    22) GDS (H)

    23) Billirubin total (H)

    24) Billirubin direk (H)

    25) Billirubin indirek (H)

    26) HbsAg (reaktif +)

    27) Anti Hcv (positif lemah)

    28) USG abdomen (kesan

    HEPATITIS BHEPATITIS C

    CHOLESISTITIS

  • 5/20/2018 Lapsus Hepatitis b

    23/45

    23 | P a g e

    Walaupun ibu mengandung HbsAg positif namun HbeAg negatif, maka daya

    tularnya rendah. 1

    Prevalensi anti HCV pada donor darah di beberapa tempat di Indonesia

    menunjukkan angka di antara 0.5-3,37%. Sedangkan prevalensi anti HCV pada

    hepatitis virus akut menunjukkan bahwa hepatitis C (15,5-46,4%) menempati

    urutan kedua setelah hepatitis A akut (39,8-68,3%) sedang urutan ketiga hepatitis

    B (6,4-25,9%).1

    HEPATITIS B

    DEFINISI

    Penyakit infeksi akut pada yang menyebabkan peradangan hati yang

    disebabkan oleh Virus Hepatitis B.1,2,3,4,5Infeksi HBV mempunyai 2 fase akut dan

    kronis :1

    Akut, infeksi muncul segera setelah terpapar virus itu.beberapa kasus berubah

    menjadi hepatitis fulminan.

  • 5/20/2018 Lapsus Hepatitis b

    24/45

    24 | P a g e

    Kronik, bila infeksi menjadi lebih lama dari 6 bulan

    EPIDEMIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO

    Hepatitis B merupakan penyakit endemis di seluruh dunia, tetapi distribusi

    carier virus hepatitis B sangat bervariasi dari satu negara ke negara lainnya. Di

    area dengan prevalensi tinggi seperti Asia Tenggara, Cina, dan Afrika, lebih dari

    setengah populasi pernah terinfeksi oleh virus hepatitis B pada satu saat dalam

    kehidupan mereka, dan lebih dari 8% populasi merupakan pengidap kronik virus

    ini. Keadaan ini merupakan akibat infeksi VHB yang terjadi pada usia dini.1,2,4,5

    Infeksi VHB yang terjadi pada masa bayi dan anak umumnya tidak

    memberikan gejala klinis (asimtomatik), sehingga sering kali tidak diketahui.

    Dengan demikian dapat dimengerti bila angka laporan mengenai jumlah pengidap

    jauh di bawah angka yang sebenarnya.1,2,3,4,5

    Pada bayi dan anak terdapat masalah hepatitis B yang serius karena risiko

    untuk terjadinya infeksi hepatitis B kronis berbanding terbalik dengan usia saat

    terjadinya infeksi. Data-data menunjukkan bahwa bayi yang terinfeksi VHB

    sebelum usia 1 tahun mempunyai resiko kronisitas sampai 90%, sedangkan bila

    infeksi VHB terjadi pada usia antara 2- 5 tahun risikonya menurun menjadi 50%,

    bahkan bila terjadi infeksi pada anak berusia di atas 5 tahun hanya berisiko 5-10%

    untuk terjadinya kronisitas.1,2,5,

    Prevalens HBsAg di berbagai daerah di Indonesia berkisar antara 3-20%,

    dengan frekuensi terbanyak antara 5-10%. Pada umumnya di luar Jawa angka ini

    lebih tinggi. Di Jakarta prevalens HBsAg pada suatu populasi umum adalah 4,1%.

    Angka-angka ini sangat tinggi sehingga diperlukan suatu cara untuk

    menurunkannya. Pengobatan untuk menghilangkan virus hepatitis B sampai saat

    ini belum memuaskan dan hanya dapat dipertimbangkan pada pasien dengan

    criteria yang sangat selektif serta menelan biaya yang cukup tinggi. Cara lain

    yang dapat digunakan adalah dengan imunisasi hepatitis B secara universal.

    Berdasarkan data di atas, menurut klasifikasi WHO, Indonesia tergolong dalam

  • 5/20/2018 Lapsus Hepatitis b

    25/45

    25 | P a g e

    Negara dengan prevalens infeksi VHB sedang sampai tinggi, sehingga strategi

    yang dianjurkan adalah dengan pemberian vaksin pada bayi sedini mungkin.1,2,3.4

    Tingginya angka prevalens hepatitis B di Indonesia terkait dengan

    terjadinya infeksi HBV pada masa dini kehidupan. Sebagian besar pengidap VHB

    ini diduga mendapatka infeksi HBV melalui transmisi vertical, sedangkan

    sebagian lainnya mendapatkan melalui transmisi horizontal karena kontak erat

    pada usia dini. Tingginya angka transmisi vertical dapat diperkirakan dari

    tingginya angka pengidap VHB pada ibu hamil pada beberapa rumah sakit di

    Indonesia. Oleh sebab itu perlu dilakukan usaha untuk memutuskan rantai

    penularan sedini mungkin, dengan cara vaksinasi bahkan bila memungkinkan

    diberikan juga imunisasi pasif (HBIg).1,2,4,

    Masa inkubasi 15-180 hari (rata-rata 60-90 hari)

    Viremia berlangsung selama beberapa minggu sampai bulan setelah infeksi akut

    Sebanyak 1-5% dewasa, 90% neonatus dan 50% bayi akan berkembang menjadi

    hepatitis kronik dan viremia yang persisten

    Infeksi persisten dihubungkan dengan hepatitis kronik, sirosis, dan kanker hati.

    HBV ditemukan di darah, semen, sekret servikovaginal, saliva, cairan tubuh lain

    Cara transmisi :

    - Melalui darah : penerima produk darah, IVDU, pasien hemodialisis, pekerja

    kesehatan, pekerja yang terpapar darah

    - Transmisi seksual

    - Penetrasi jaringan (perkutan) atau permukosa : tertusuk jarum, penggunaan ulang

    alat medis yang terkontaminasi, penggunaan bersama pisau cukur, tato,

    akupuntur, penggunaan sikat gigi bersama

    -

    Transmisi maternal neonatal

    - Tak ada bukti penyebaran fecal-oral

  • 5/20/2018 Lapsus Hepatitis b

    26/45

    26 | P a g e

    ETIOLOGI

    Gambar 1. Virus Hepatitis B

    Virus hepatitis B merupakan kelompok virus DNA dan tergolong dalam

    family Hepadnaviridae. Nama family Hepadnaviridae ini disebut demikian karena

    virus bersifat hepatotropis dan merupakan virus dengan genom DNA. Termasuk

    dalam family ini adalah virus hepatitis woodchuck(sejenis marmot dari Amerika

    Utara) yang telah diobservasi dapat menimbulkan karsinoma hati, virus hepatitis

    B pada bebek Peking, dan bajing tanah (ground squirrel). Virus hepatitis B tidak

    bersifat sitopatik.1,2,5

    Gambar 2. Rantai DNA Virus Hepatitis B

    Virus hepatitis B akan tetap bertahan pada proses desinfeksi dan sterilisasi

    alat yang tidak memadai, selain itu VHB juga tahan terhadap pengeringan dan

    penyimpanan selama 1 minggu atau lebih. Virus hepatitis B yang utuh berukuran

    42 nm dan berbentuk seperti bola, terdiri dari partikel genom (DNA) berlapis

    ganda dengan selubung bagian luar dan nukleokapsid di bagian dalam.

    http://en.wikipedia.org/wiki/File:Hepatitis_B_virus_v2.pnghttp://en.wikipedia.org/wiki/File:Hepatitis_B_virus_1.jpghttp://en.wikipedia.org/wiki/File:Hepatitis_B_virus_v2.pnghttp://en.wikipedia.org/wiki/File:Hepatitis_B_virus_1.jpg
  • 5/20/2018 Lapsus Hepatitis b

    27/45

    27 | P a g e

    Nukleokapsid ini berukuran 27 nm dan mengandung genom (DNA) VHB yang

    sebagian berantai ganda (partially double stranded) dengan bentuk sirkular.

    Selama infeksi VHB, terdapat 2 macam partikel virus yang terdapat dalam darah

    yaitu : virus utuh (virion) yang disebut juga partikel Dane dan selubung virus

    yang kosong (HBsAg). Ukuran kapsul virus kosong berukuran 22 nm, dapat

    berbentuk seperti bola atau filament. 1

    Gambar 3. Genom Virus Hepatitis B

    Genom VHB terdiri dari kurang lebih 3200 pasangan basa. Telah

    diketahui adanya 4 open reading frame (ORF) virus hepatitis B yang letaknya

    berhimpitan. Keempat ORF itu adalah S untuk gen S (surface/ permukaan), C

    untuk gen C (core), X untuk gen X, P untuk gen P (polymerase). Dua ORF

    lainnya (ORF5 dan ORF6) telah dideskripsikan tetapi masih membutuhkan

    konfirmasi lebih lanjut.1

    Gen S dan C mempunyai hulu yang disebutpre-S danpre-C. daerah C dan

    pre-C mengkode protein nukleokapsid, HBcAg dan HBeAg. Daerah Pre-C terdiri

    dari 87 nukleotida yang mengkode untuk 29 asam amino , sedangkan gen C

    mengkode 212 asam amino precursor untuk HBeAg. ORF S terdiri dari bagian

    pre-S2, pre-S2, dan S, mengkode untuk protein HBsAg. Gen ini terdiri dari 226

    asam amino. 1,2,3,4

    Gen P merupakan ORF terpanjang dan mengkode DNA polymerase, gen

    ini juga berfungsi sebagai reverse transcriptase. Gen X mengkode 2 protein yang

    bekerja sebagai transaktivator transkripsional, berfungsi membantu replikasi

    http://en.wikipedia.org/wiki/File:HBV_genome.png
  • 5/20/2018 Lapsus Hepatitis b

    28/45

    28 | P a g e

    virus. Gen ini merupakan ORF terpendek. Gen ini mengkode untuk pembentukan

    protein X VHB (HBxAg) yang terdiri dari 154 asam amino. Protein ini juga

    berperan pada pathogenesis karsinoma hepatoselualar (KHS).1,2,3

    Adanya DNA-VHB di dalam serum merupakan baku emas untuk menilai

    aktivitas replikasi virus. DNA-VHB dapat dideteksi dengan metode hibridisasi

    atau dengan metode yang lebih sensitive yaitu dengan polymerase-chain-reaction

    (PRC). DNA-VHB kuantitatif sangat bermanfaat untuk memperkirakan respons

    penyakit terhadap terapi.1.8,9

    Gambar 4. Perkembangbiakan Virus Hepatitis B di Hati

    Siklus hidup Hepatitis B virus adalah kompleks. Hepatitis B adalah satu

    dari beberapa non-retroviral yang menggunakan transkripsi kebalikan sebagai

    sebuah bagian dari proses replikasinya. Virus meningkatkan masukan ke sel

    dengan cara membuat suatu sel peka rangsangan terhadap permukaan dari sel dan

    masuk ke sel tersebut dengan endocytosis. Secara parsial lilitan ganda DNA virus

    kemudian membuat secara penuh lilitan ganda serta mentransformasikan ke dalam

    covalently menutup DNA melingkar (cccDNA) yang bertindak sebagai satu

    cetakan (template) untuk penyalinan empat mRNA virus. MRNA paling besar,

    (adalah lebih panjang dari genom virus), digunakan untuk membuat copy baru

    dari genom dan untuk membuat inti capsid protein serta DNA virus polymerase.

    Empat catatan virus Ini mengalami pemrosesan tambahan dan meneruskan untuk

    membentuk keturunan virions yang bebas dari sel atau kembali ke nukleus serta

    re-cycled untuk menghasilkan lebih lagi mengcopy. MRNA lama kemudian

    mengangkut kembali ke cytoplasm dimana virion P protein mensintesa DNA

    melalui nya kebalikan aktivitas transcriptase.2

    http://en.wikipedia.org/wiki/File:HBV_replication.png
  • 5/20/2018 Lapsus Hepatitis b

    29/45

    29 | P a g e

    CARA TRANSMISI

    Transmisi VHB terutama melalui darah atau cairan tubuh (jalur parenteral)

    yang terdiri dari transmisi vertical (perinatal) dan horizontal. Transmisi perinatal

    terjadi dari ibu ke bayi, sedang transmisi horizontal umumnya karena kontak erat

    antar keluarga / individu. Transmisi perinatal dari ibu yang terinfeksi virus

    hepatitis B (VHB) ke bayi adalah salah stu cara transmisi yang paling serius

    karena bayi lahir akan memiliki risiko tertinggi untuk menjadi hepatitis kronis dan

    dapat berlanjut menjadi sirosis atau karsinoma hepatoselular. Transmisi vertical

    ini dapat terjadi intrauterine (pranatal), saat lahir (intranatal), dan setelah lahir

    (pascanatal). Transmisi intrauterine sangat jarang, hanya terjadi pada

  • 5/20/2018 Lapsus Hepatitis b

    30/45

    30 | P a g e

    MHC kelas I tidak dapat dikenali, limfosit sitotoksik tidak dapat diaktifkan, atau

    beberapa mekanisme lain yang belum diketahui dapat mengganggu penghancuran

    hepatosit. Agar infeksi dari sel ke sel berlanjut, beberapa hepatosit yang sedang

    mengandung virus harus bertahan hidup.1,4,5

    Mekanisme yang diperantarai imun juga dilibatkan pada keadaan-keadaan

    ekstrahepatis yang dapat dihubungkan dengan infeksi HBV. Kompleks imun yang

    sedang bersirkulasi yang mengandung HBsAg dapat terjadi pada penderita yang

    mengalami poliartritis, glomerulonefritis, polimialgia reumatika,

    krioglobulinemia, dan sindrom Guillan Barre yang terkait.1,2

    Mutasi HBV lebih sering terkait untuk virus DNA biasa, dan sederetan

    strain mutan telah dikenali. Yang paling penting adalah mutan yang menyebebkan

    kegagalan mengekspresikan HBAg dan telah dihubungkan dengan perkembangan

    hepatitis berat dan mungkin eksaserbasi infeksi HBV kronis yang lebih berat. 1,2

    Selama infeksi HBV akut berbagai mekanisme system imun diaktivasi

    untuk mencapai pembersihan virus dari tubuh. Bersamaan dengan itu terjadi

    peningkatan serum transaminase, dan terbentuk antibody spesifik terhadap protein

    HBV, yang terpenting adalah anti-HBs.1

    Untuk dapat membersihkan HBV dari tubuh seseorang dibutuhkan respons

    imun non-spesifik dan respons imun spesifik yang bekerja dengan baik. Segera

    setelah infeksi virus terjadi mekanisme efektor system imun non-spesifik

    diaktifkan, antara lain interferon. Interferon ini men ingkatkan ekspresi HLA kelas

    I pada permukaan sel hepatosit yang terinfeksi VHB, sehingga nantinya

    memudahkan sel T sitotoksis mengenal sel hepatosit yang terinfeksi dan

    melisiskannya. Selanjutnya antigen presenting cell (APC) seperti sel makrofag

    atau sel Kupffer akan memfagositosis dan mengolah VHB. Sel APC ini kemudian

    akan mempresentasikan antigen VHB dengan bantuan HLA kelas II pada sel CD4

    (sel T helper / Th) sehingga terjadi ikatan dan membentuk suatu kompleks.

    Kompleks ini kemudian akan mengeluarkan produk sitokin. Sel CD4 ini mulanya

    adalah berupa Th0, dan akan berdiferensiasi menjadi Th1 atau Th2. Diferensiasi

    ini tergantung pada adanya sitokin yang mempengaruhinya. 1

  • 5/20/2018 Lapsus Hepatitis b

    31/45

    31 | P a g e

    Pada tipe diferensiasi Th0 menjadi Th1 akan diproduksi sitokin IL-2 dan

    IFN , sitokin ini akan mengaktifkan sel T sitotoksis untuk mengenali sel

    hepatosit yang terinfeksi VHB dan melisiskan sel tersebut yang berarti juga

    melisiskan virus. Pada hepatitis B kronis sayangnya hal ini tidak terjadi.

    Diferensiasi ternyata lebih dominan ke arah Th2, sehingga respons imun yang

    dihasilkan tidak efektif untuk eliminasi virus intrasel.1

    Selain itu, IL-12 yang dihasilkan kompleks Th dan sel APC akan

    mengaktifkan sel NK (natural killer). Sel ini merupakan sel primitive yang secara

    non-spesifik akan melisiskan sel yang terinfeksi. Induksi dan aktivasi sitotoksis

    dan proliferasi sel NK ini bergantung pada interferon. Walaupun peran sel NK

    yang jelas belum diketahui, tampaknya sel ini berperan penting untuk terjadi

    resolusi infeksi virus akut. Pada hepatitis B kronis siketahui terdapat gangguan

    fungsi sel NK ini.1

    Perjalanan klinis HBV umumnya dibagi menjadi 4 stadium :1

    1.

    Stadium I

    Bersifat imun toleran. Pada neonatus, stadium ini dapat berlangsung hanya

    2-4 minggu saja. Pada periode ini, replikasi virus dapat terus berlangsung

    walaupun serum ALT hanya sedikit atau bahkan tidak meningkat sama sekali

    serta tidak menimbulkan gejala klinis.

    2.

    Stadium II

    Mulai muncul respons imun dan berkembang. Hal ini akan mengakibatkan

    stimulasi sitokin dan menyebabkan sitolisis hepatosit secara langsung dan terjadi

    proses inflamasi. Pada stadium ini HBeAg tetap diproduksi, tetapi serum DNA-

    VHB menurun jumlahnya karena sel yang terinfeksi juga menurun. Pada hepatitis

    B akut, stadium ini merupakan periode simtomatik dan umumnya berlangsung

    selama 3-4 minggu. Pada pasien dengan hepatitis kronis stadium ini dapat

    berlangsung selama 10 tahun atau lebih, yang kemudian akan melanjut sitosis dan

    komplikasinya.

  • 5/20/2018 Lapsus Hepatitis b

    32/45

    32 | P a g e

    3.

    Stadium III

    Dimulai ketika pejamu mampu mempertahankan respons imunnya dan

    mampu mengeliminasi sel hepatosit yang terinfeksi sehingga sel yang terinfeksi

    menurun jumlahnya dan replikasi virus aktif berakhir. Pada stadium ini tidak

    terdapat lagi HBeAg dan kemudian muncul antibody terhadap HBeAg. Penurunan

    jumlah DNA virus yang bermakna ditemukan walaupun DNA-VHB pasien tetap

    positif.

    4. Stadium IV

    HBsAg menghilang dan timbul antibody terhadap HBsAg (anti-HBs). 1

    Petanda Stadium I Stadium II Stadium III Stadium IV

    HbsAg + + + _

    Anti-HBs _ _ _ +

    DNA-VHB + kuat + _ _

    Anti HBc + + + +

    HbeAg + + _ _

    Anti Hbe _ _ + +

    AST & ALT N meningkat N N

    Faktor yang dapat berperan dalam evolusi ke 4 stadium di atas adalah :1

    1. Predisposisi genetic (Ras Asia)

    2. Adanya virus lain (virus hepatitis D, virus hepatitis C)

    3.

    Pengobatan menggunakan imunosupresif

    4. Jenis kelamin (lelaki lebih buruk dibanding perempuan)

    5. Timbul HBV mutan

    Seorang bayi dengan infeksi perinatal oleh HBV mempunyai predisposisi

    untuk mengalami infeksi HBV kronis, karena :1

    1.

    Pada neonatus system imunnya belum sempurna

    2. Diduga HBeAg ibu akan melewati barier plasenta dan HBeAg ini menyebabkan

    sel T helper tidak responsive terhadap HBcAg

  • 5/20/2018 Lapsus Hepatitis b

    33/45

    33 | P a g e

    3.

    HBeAg pada neonatus yang lahir dari ibu pengidap dengan HBeAg positif

    4. Adanya IgG anti HBc ibu yang secara pasif masuk dalam sirkulasi bayi akan

    menutupi ekspresi HBcAg di permukaasn hepatosit bayi, sehingga akan

    mengganggu pengenalan dan penghancuran hepatosit oleh sel T sitotoksik.

    GEJALA KLINIS

    Hepatitis B biasanya asimtomatik atau dengan gejala yang ringan saja.

    Walaupun demikian infeksi HBV yang terjadi pada masa anak-anak mempunyai

    risiko untuk menjadi kronis. Kronisitas terutama terjadi pada anak yang mendapat

    infeksi perinatal. Meskipun asimtomatik, sebetulnya tingkat replikasi DNA-VHB

    tinggi. Tetapi hal ini tidak berarti infeksi hepatitis B kronis selalu ringan pada

    anak-anak karena dapat langsung terjadi KHS. 1,2,

    Pada pemeriksaan fisik, hepatomegali merupakan satu-satunya kelainan

    yang ditemukan. 1

    Infeksi hepatitis B kronis pada anak yang melanjut sampai dewasa

    berhubungan dengan tingginya angka kejadian sirosis dan KHS. Karsinoma

    hepatoseluler akibat hepatitis B walaupun jarang ditemukan telah diketahui dapat

    terjadi pada anak pengidap hepatitis B kronis. Risiko pengidap VHB untuk

    berkembang menjadi KHS 230 x lebih besar dibandingkan populasi umum.

    Frekuensi tertinggi terjadinya KHS ditemukan pengidap hepatitis B berjenis

    kelamin lelaki dengan sirosis. Hubungan KHS dengan VHB pada anak telah

    dilaporkan. Walaupun hampir semua kasus KHS yang dilaporkan terjadi pada

    anak didahului terjadinya sirosis, tetapi adanya kasus yang tanpa sirosis mengarah

    pada kesimpulan bahwa integrasi genom VHB mungkin bersifat onkogenik.3,4,5

    Walaupun umumnya infeksi hepatitis B bersifat asimtomatik, tetapi pada

    sebagian kecil kasus (kurang dari 1%) dapat terjadi hepatitis fulminan. Bila sudah

    hepatitis fulminan, umumnya bersifat fatal. Hepatitis fulminan pada bayi

    berhubungan erat dengan ibu pengidap dengan HBeAg negative dan anti-HBe

    positif. Selain itu terdapat hubungan adanya mutan pre-coredengan gejala infeksi

    hepatitiS B yang berat, termasuk hepatitis fulminan.

    1,2

  • 5/20/2018 Lapsus Hepatitis b

    34/45

    34 | P a g e

    Gambar 5. Keadaan hati pada hepatitis yang menjadi kronis

    Diperkirakan akibat ketidakhadiran HBeAg di dalam serum menyebabkan

    virus tidak mampu membuat respons imun untuk toleran terhadap VHB. Mutasi

    pada daerah pre-core merupakan cara virus untuk melepaskan diri terhadap

    tekanan respons imun. Adanya antibody terhadap HBeAg (anti-HBe) mendahului

    timbulnyastop codon pre-core, sehingga tidak mengherankan bahwa sekuenspre-

    core tipe wilddapat ditemukan bila terdapat anti-HBe.1,2

    Gejala berkembang dan muncul antara 30-180 hari setelah terpapar virus.

    Awalnya gejala seperti flu biasa. Gejala-gejala yang muncul antara lain :

    - Kehilangan nafsu makan

    - Cepat lelah

    - Mual dan muntah

    - Gatal seluruh tubuh

    - Nyeri abdomen kanan atas

    -

    Kuning, kulit dan atau sklera

    - Warna urin seperti teh atau cola

    - Warna feses lebih pucat

    Hepatitis fulminan adalah perkembangan yang lebih berat dari bentuk akut.

    Gejalanya:

    - Ketidakseimbangan mental seperti : bingung, lethargy, halusinasi (hepatic

    encephalopati)

    -

    Kolaps mendadak disertai keadaan sangat lemah

  • 5/20/2018 Lapsus Hepatitis b

    35/45

    35 | P a g e

    -

    Jaundice

    - Pembengkakan abdomen

    Gagal hati, gejalanya :

    - Asites

    - Jaundice yang persisten

    - Kehilangan nafsu makan, penurunan berat badan

    - Muntah disertai darah

    - Perdarahan pada hidung, mulut, anus, atau keluar bersama feses

    DIAGNOSIS

    Skrining untuk hepatitis B rutin memerlukan assay sekurang-kurangnya 2

    pertanda serologis. HBsAg adalah pertanda serologis pertama infeksi yang

    muncul dan terdapat pada hampir semua orang yang terinfeksi; kenaikannya

    sangat bertepatan dengan mulainya gejala. HBeAg sering muncul selama fase

    akut dan menunjukkan status yang sangat infeksius. Karena kadar HBsAg turun

    sebelum akhir gejala, antibody IgM terhadap antigen core hepatitis B (IgM anti

    HBcAg) juga diperlukan karena ia naik awal pasca infeksi dan menetap selama

    beberapa bulan sebelum diganti dengan IgG anti-HBcAg, yang menetap selama

    beberapa tahun. IgM anti-HBcAg biasanya tidak ada pada infeksi HBV perinatal.

    Anti-HBcAg adalah satu pertanda serologis infeksi HBV akut yang paling

    berharga karena ia muncul hampir seawal HBsAg dan terus kemudian dalam

    perjalanan penyakit bila HBsAg telah menghilang. Hanya anti-HBsAg yang ada

    pada orang-orang yang diimunisasi dengan vaksin hepatitis B, sedang anti-HBsAg

    dan anti-HBcAg terdeteksi pada orang dengan infeksi yang sembuh.1,2,3,4

    PENATALAKSANAAN

    Tatalaksana hepatits B akut tidak membutuhkan terapi antiviral dan

    prinsipnya adalah suportif. Pasien dianjurkan beristirahat cukup pada periode

    simptomatis. Hepatitis B immunoglobulin (HBIg) dan kortikosteroid tidak efektif.

  • 5/20/2018 Lapsus Hepatitis b

    36/45

    36 | P a g e

    Lamivudin 100 mg/hari dilaporkan dapat digunakan pada hepatitis fulminan

    akibat eksaserbasi akut HVB. 1,2,3,4,5

    Pada HBV kronis, tujuan terapi adalah untuk mengeradikasi infeksi

    dengan menjadi normalnya nilai aminotransferase, menghilangnya replikasi virus

    dengan terjadinya serokonversi HBeAg menjadi antiHBe dan tidak terdeteksinya

    HBV-DNA lagi. Bila respons terapi komplit, akan terjadi pula serokonversi

    HBsAg menjadi anti HBs, sehingga sirosis serta karsinoma hepatoseluler dapat

    dicegah.

    Berdasarkan rekomendasi APASL (Asia Pacific Association for Study of the

    Liver), anak dengan HBV dipertimbangkan untuk mendapat terapi antiviral bila

    nilai ALT lebih dari 2 kali batas atas normal selama lebih dari 6 bulan, terdapat

    replikasi aktif (HBeAg dan/atau HBV-DNA positif). Sebaiknya biopsy hati

    dilakukan sebelum memulai pengobatan untuk mengetahui derajat kerusakan hati.

    Interferon dan lamivudin telah disetujui untuk digunakan pada terapi hepatitis B

    kronis. Bila hanya memakai interferon (dosis 5-10 MU/m2, subkutan 3x/minggu)

    dianjurkan diberikan selama 4-6 bulan, sedangkan bila hanya digunakan

    lamivudin tersendiri diberikan paling sedikit selama 1 tahun atau paling sedikit 6

    bulan bila telah terjadi konversi HBeAg menjadi anti HBe. 1,2,3,4,5

    Factor yang berpengaruh pada respon pengobatan adalah :

    1. Faktor genetik

    2.

    Adanya strain mutan

    3. Transmisi vertikal

    4.

    Lamanya infeksi singkat

    5.

    Nilai transaminase basal

    6. Level HBV-DNA rendah

    7. Nilai alanin aminotransferase basal tinggi

    8. Didapat pada dewasa

    9. Imunokompeten

    10.Tipe wild (HBeAg positif)

    11.

    Penyakit hati kompensasi

  • 5/20/2018 Lapsus Hepatitis b

    37/45

    37 | P a g e

    DIAGNOSA BANDING

    Diagnosis banding hepatitis B kronis adalah hepatitis C, defisiensi 1-

    antitrypsin, tyrosinemia, cystic fibrosis, gangguan metabolism asam amino atau

    gangguan metabolisme karbohidrat atau gangguan oksidasi asam lemak.

    Penyebab lain dari hepatitis kronis pada anak termasuk penyakit Wilsons,

    hepatitis autoimun, dan pengobatan yang hepatotoksik. 1,4

    KOMPLIKASI

    Hepatitis fulminan akut terjadi lebih sering pada HBV daripada virus

    hepatitis lain, dan risiko hepatitis fulminan lebih lanjut naik bila ada infeksi

    bersama atau superinfeksi dengan HDV. Mortalitas hepatitis fulminan lebih besar

    dari 30%. Transplantasi hati adalah satu-satunya intervensi efektif; perawatan

    pendukung yang ditujukan untuk mempertahankan penderita sementara memberi

    waktu yang dibutuhkan untuk regenerasi sel hati adalah satu-satunya pilihan lain.1,2,5

    Infeksi VHB juga dapat menyebabkan hepatitis kronis, yang dapat

    menyebabkan sirosis dan karsinoma hepatoseluler primer. Interferon alfa-2b

    tersedia untuk pengobatan hepatitis kronis pada orang-orang berumur 18 tahun

    atau lebih dengan penyakit hati kompensata dan replikasi HBV. Glomerulonefritis

    membranosa dengan pengendapan komplemen dan HBeAg pada kapiler

    glomerulus merupakan komplikasi infeksi HBV yang jarang. 1,2,5

    PENCEGAHAN

    Dasar utama imunoprofilaksis adalah pemberian vaksin hepatitis B sebelum

    paparan.

    1. Imunoprofilaksis vaksin hepatitis B sebelum paparan

    a.

    Vaksin rekombinan ragi

    o

    Mengandung HbsAg sebagai imunogen

  • 5/20/2018 Lapsus Hepatitis b

    38/45

    38 | P a g e

    o Sangat imunogenik, menginduksi konsentrasi proteksi anti HbsAg pada > 95%

    pasien dewasa muda sehat setelah pemberian komplit 3 dosis

    o Efektivitas sebesar 85-95% dalam mencegah infeksi HBV

    o Booster tidak direkomendasikan walaupun setelah 15 tahun imunisasi awal

    o Booster hanya untuk individu dengan imunokompromais jika titer dibawah

    10mU/mL

    b. Dosis dan jadwal vaksinasi HBV. Pemberian IM (deltoid) dosis dewasa untuk

    dewasa, untuk bayi, anak sampai umur 19 tahun dengan dosis anak (1/2 dosis

    dewasa), diulang pada 1 dan 6 bulan kemudian

    c.

    Indikasi

    o Imunisasi universal untuk bayi baru lahir

    o Vaksinasi catch up untuk anak sampai umur 19 tahun, bila belum

    divaksinasi

    o Grup resiko tinggi :

    Pasangan dan anggota keluarga yang kontak dengan karier hepatitis B

    2.

    Imunoprofilaksis pasca paparan dengan( vaksin hepatitis B dan imunoglobulin

    hepatitis B (HBIG).)

    Dosis 0,04-0,07mL/kg HBIG sesegera mungkin setelah paparan

    Vaksin HBV pertama diberikan pada saat atau hari yang sama pada deltoid

    sisi lain

    Vaksin kedua dan ketiga diberikan 1 dan 6 bulan kemudian.

    Neonatus dari ibu yang diketahui mengidap HbsAg positif :

    o 0,5 ml HBIG diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir di bagian

    anterolateral otot paha atas

    o Vaksin HBV dengan dosis 5-10 ug, diberikan dalam waktu 12 jam pada

    sisi lain, diulang pada 1 dan 6 bulan.1,2

    Vaksin Kombinasi

    Digunakan kepada orang yang mempunyai kemungkinan akan terpapar kedua

    infeksi virus hepatitis A dan B.

    1

  • 5/20/2018 Lapsus Hepatitis b

    39/45

    39 | P a g e

    Twinrix untuk hepatitis A dan B

    usia 2-15 tahun hanya membutuhkan 2 kali vaksinasi dengan interval bulan

    ke 0 dan ke 6.

    orang dewasa diatas usia 15 tahun membutuhkan 3 dosis penyuntikan vaksin

    ini dengan interval waktu penyuntikan 0 bulan, 1 bulan dan 6 bulan kemudian

    Imunisasi Pada Bayi

    Imunisasi bayi universal dengan vaksin hepatitis B sekarang dianjurkan

    oleh American Academy of Pediatrics (AAP) dan Pelayanan Kesehatan

    Masyarakat AS karena strategi selektif telah gagal untuk mencegah morbiditas

    dan mortalitas akibat infeksi VHB. Masa neonatus telah dijadikan sasaran karena

    lebih dari 90% bayi yang mendapat infeksi perinatal akan menjadi pengidap

    kronis. Risiko mendapat status pengidap kronis berkurang menurut umur; 50%

    anak yang lebih tua dan 10% orang dewasa yang menjadi pengidap kronis. Dua

    vaksinDNA rekombinan tersedia di Amerika Serikat; keduanya telah terbukti

    sangat imunogenik pada anak. Vaksin yang berasal dari plasma asli sama

    imunogeniknya tetapi tidak dibuat lagi di AS.4

    Bayi yang dilahirkan oleh wanita yang HBsAg positif harus mendapat

    vaksin pada saat lahir, umur 1 bulan dan 6 bulan. Dosis pertama harus diseertai

    dengan pemberian 0,5 ml immunoglobulin hepatitis B (IGHB) sesegera mungkin

    sesudah lahir karena efektivitasnya berkurang dengan cepat dengan bertambahnya

    waktu sesudah lahir. AAP merekomendasikan bahwa bayi yang dilahirkan dari

    ibu yang HBsAg negative mendapat dosis vaksin pertama pada saat lahir, kedua

    pada umur 1-2 bulan, dan ketiga

    Pada tahun 1991, EPI (Expanded Program on Immunization) menetapkan

    target untuk memasukkan vaksin HB ke dalam program imunisasi nasional. Pada

    tahun 1992, World Health AssemblyI menyetujui masuknya vaksi HB ini dalam

    program nasional di semua Negara dengan prevalensi pengidap HBsAg 8%.

    Sejak tahun 1997 disetujui untuk dilaksanakan di semua Negara. Saat ini kira-kira

    100 negara telah memasukkan vaksin HB ke dalam program imunisasi nasional

  • 5/20/2018 Lapsus Hepatitis b

    40/45

    40 | P a g e

    mereka. Kelompok sasaran dan strategi imunisasi mungkin saja berbeda

    tergantung dari situasi epidemiologi setempat. Sasaran WHO adalah penurunan

    80% insidens pengidap baru anak-anak pada tahun 2001.3

    Vaksin HB bila diberikan sebelum infeksi dapat mencegah penyakit dan

    mencegah munculnya pengidap hampir semua penerima vaksin. Vaksin HB telah

    dipakai oleh lebih dari 500 juta orang dan terbukti merupakan salah satu vaksin

    teraman, imunogenik dan efektif. Walaupun vaksin ini dapat dipakai untuk semua

    umur, namun vaksin ini paling efektif apabila digunakan sebagai bagian dari

    skema imunisasi bayi.3

    Pada waktu vaksin tersedia than 1982, para ahli menganjurkan imunisasi

    bayi pada area dengan tingkat endemisitas sedang sampai tinggi, dan imunisasi

    kelompok risiko tinggi pada daerah endemisitas rendah. Walaupun vaksinasi HB

    bermanfaat bagi kelompok risiko tinggi, saat ini telah dicapai kesepakatan baik

    dari sudut pandang epidemiologi maupun praktisi bahwa strategi kelompok

    risiko tinggi ini tidak akan menurunkan insiden infeksi HBV secara bermakna

    baik dalam skala nasional maupun internasional. Sebagian besar ahli percaya

    bahwa imunisasi bayi secara universal dan imunisasi anak besar merupakan

    strategi yang tepat untuk mengendalikan ingeksi HB dalam jangka panjang.4

    Indonesia adalah Negara dengan angka prevalensi HB berkisar antara 5-

    20% termasuk Negara dengan endemisitas sedang sampai dengan tinggi, dengan

    transmisi verikal 48%. Oleh jarena itu, strategi yang paling tepat untuk Indonesia

    adalah vaksinasi bayi secepat mungkin setelah dilahirkan.

    Pemberian vaksinasi bertujuan untuk merangsang system imun agar

    membentuk kekebalan humoral (antigen-spesifik humoral antibody) dan

    kekebalan seluler. Tidak seperti kekebalan pasif yang berlangsung sementara,

    maka kekebalan aktif biasanya bertahan untuk beberapa tahun. Vaksin akan

    berinteraksi dengan system imun dan umumnya menghasilkan respons imun yang

    sama dengan yang dihasilkan oleh infeksi alami, tetapi penerima vaksin tidak

    menjadi sakit atau terserang komplikasi. Vaksin juga menimbulkan immunologic

    memory yang serupa dengan yang didapat dari infeksi alami.4

  • 5/20/2018 Lapsus Hepatitis b

    41/45

    41 | P a g e

    Banyak faktor yang mempengaruhi imun respons terhadap vaksinasi,

    antara lain adanya antibodi maternal, sifat dan dosis antigen, cara pemberian dan

    adanya adjuvant. Faktor penerima vaksin juga berpengaruh antara lain, umur,

    status nutrisi, genetik, dan penyakit yang sedang diderita.3,4

    Vaksin HB ternasuk vaksin inactivated, yaitu vaksin yang terdiri dari

    bagian dari virus dan tidak mengandung virus hidup. Oleh karena itu, vaksin HB

    tidak menyebabkan replikasi virus hepatitis dan tidak menyebabkan penyakit. Ia

    juga tidak dapat bermutasi kea rah lebih pathogen. Vaksin HB merupakan HBsAg

    murni yang terikat dengan adjuvant alum. HBsAg adalah glikoprotein yang

    membentuk selubung (envelope) luar dari virus HB. HBsAg bisa berasal dari

    proses pemurnian plasma pengidap (plasma derived vaccine) atau diproduksi

    dalam yeast atau sel mamalia menggunakan teknologi rekombinan (recombinant

    vaccine).3,4

    Plasma derived vaccine5

    Pada infeksi alamiah dengan virus HB, sel hati akan memproduksi HBsAg

    secara berlebihan dari yang dibutuhkan untuk membungkus partikel virus.

    Kelebihan HBsAg ini adalah kemampuan untuk membentuk partikel sferis dan

    tubular berukuran 22mm. vaksin HB dibuat dengan memurnikan partikel HBsAg

    yang berasal dari plasma pengidap. Bahan vaksin diinaktivasi untuk menjamin

    tidak ada lagi virus maupun mikro-organisme lain yang infeksius. Vaksin HB asal

    plasma telah diberikan pada lebih dari 70 juta orang dengan kemanan dan

    efektivitas yang luar biasa.

    Program imunisasi nasional Indonesia menggunakan vaksin jenis ini yang

    diproduksi PT Bio Farma dengan teknologi KGCC (Koren Green Cross

    Corporation) sejak 1991 sampai dengan 1998.

    Vaksin HB asal plasma ini memiliki beberapa keterbatasan bila digunakan

    dalam program universal :

    1. Terbatasnya darah pengidap HB yang sehat

    2. Perlu ketelitian dalam proses pemurnian dan inaktivasi

    3.

    Kekhawatiran akan kontaminasi pathogen yang berasal dari darah.

  • 5/20/2018 Lapsus Hepatitis b

    42/45

    42 | P a g e

    Keterbatasan ini menyebabkan harga vaksin asal plasma ini terlalu mahal

    untuk Negara berkembang, sehingga para ahli mengembangkan vaksin dengan

    teknologi rekombinan.

    Rekombinan vaksin HB5

    Vaksin HB ini dibuat dariyeast atau sel mamalia, sel-sel ini berisiplasmid

    yang sudah disisipi gen HBsAg, sehingga dengan replikasi yeast maka plasmid

    turut ber-replikasi dan menghasilkan HBsAg dalam jumlah banyak. Bentuk

    HBsAg sferis yang dihasilkan serupa dengan partikel sferis 22 nm alami, baik

    dalam hal komposisi kimia maupun imunogenisitasnya. Vaksin HB ini dapat

    diproduksi dalam jumlah tidak terbatas di dalam fermentor, sehingga tak ada lagi

    kekhawatiran akan habisnya bahan asal antigen sebagaimana halnya dengan

    pemakaian vaksin asal plasma.

    Sejak tahun 1998 program nasional telah menggunakan vaksin

    rekombinan produksi PT Bio Farma dengan teknologi KGCC. Yeast yang

    digunakan bukan Saccharomyces cerevisiae tetapi Hansenula polymorpha yang

    memiliki banyak keunggulan antara lain plasmid yang stabil dan produktivitas

    yang tinggi.

    Efikasi vaksin HB rekombinan5

    Setelah 3 x suntikan IM, lebih dari 90 % orang dewasa sehat dan lebih dari

    95 % bayi dan anak usia kurang dari 19 tahun akan memberikan repons imun

    yang cukup. Walaupun terjadi penurunan imunogenisitas yang tergantung dari

    factor umur (setelah umur 40 tahun). Sejumlah 90 % penerima vaksin masih

    memperlihatkan respons imun yang adekuat. Namun demikian, mendekati umur

    60 tahun hanya 70 % yang menunjukkan respons imun.

    Dosis vaksin yang direkomendasikan dapat berbeda tergantung dari umur

    penerima vaksin, kondisi tertentu, dan tipe vaksin5

  • 5/20/2018 Lapsus Hepatitis b

    43/45

    43 | P a g e

    Kelompok Vaksin

    RecombivaxHB

    Dosis (ml)

    Engerix-BDosis (ml)

    BioFarma/KGCC

    Dosis (ml)

    Bayi + anak < 11

    tahun

    5 g (0,5) 10 g (0,5) 10 g (0,5)

    Anak 11-19 tahun 5 g (0,5) 10 g (0,5) 20 g (1,0)

    Dewasa > 20 tahun 10 g (1,0) 20 g (1,0) 20 g (1,0)

    Penyuntikan yang dianjurkan adalah intramuscular pada musculus

    deltoideus untuk anak besar dan orang dewasa, sedangkan pada bayi sebaiknya

    pada bagian anterolateral paha. Penyuntikan orang dewasa di bokong akan

    mengurangi imunogenisitas vaksin.

    Antibody yang ditimbulkan karena vaksinasi akan menurun dengan waktu,

    tetapi immune memoryakan menetap sampai kira-kira 13 tahun setelah imunisasi,

    sehingga baik anak maupun dewasa denagn antibody yang menurun ini masih

    terlindung terhadap infeksi HBV yang serius (klinis, antigenemia, kelainan fungsi

    HB). Paparan dengan HBV akan menimbulkan respons anamnestik anti-HBs yang

    akan mencegah timbulnya gejala klinis infeksi.

    Vaksin HB dalam kemasan uniject4

    Uniject adalah alat suntik terbuat dari plastic yang disposable, pre-filled

    dengan obat dosis tunggal. Obatnya tertutup rapat dalam blister, dengan jarum

    yang terpasang permanent. Uniject ini dirancang untuk mencegah penggunaan

    ulang alat suntik, sehingga menjamin safe infection, tidak ada risiko tertular

    penyakit lain melalui suntik bekas yang terkontaminasi.

    Di samping itu mengingat sifat vaksin HB yang relative stabil terhadap

    perubahan suhu, yaitu hanya sedikit kehilangan potensi setelah penyimpanan pada

    37c selama 6 bulan, maka WHO menganggap vaksin HB adalah calon vaksin

  • 5/20/2018 Lapsus Hepatitis b

    44/45

    44 | P a g e

    yang dalam kondisi tertentu dapat dipakai di luar rantai dingin.hal ini bertujuan

    agar dapat memperluas cakupan imunisasi universal pada bayi.

    Upaya pencegahan umum terhadap HBV yang seyogianya dilakukan pula

    adalah :5

    1. Uji tapis donor darah terhadap HBV

    2. Sterilisasi alat operasi, alat suntik, peralatan gigi

    3. Penggunaan sarung tangan oleh tenaga medis

    4. Mencegah kemungkinan terjadinya mikrolesi yang dapat menjadi tempat

    masuknya virus, seperti pemakaian sikat gigi, sisir, alat pencukur rambut pribadi

    5.

    Untuk mencegah transmisi vertical, semua ibu hamil terutama yang berisiko

    terinfeksi HBV sebaiknya dianjurkan untuk diperiksa terhadap HBV. Pemeriksaan

    sebaiknya dilakukan pada awal dan trisemester ketiga kehamilan.

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Dienstag, Jules L. Viral Hepatitis. Kasper, Braunwald, Fauci, et all. In

    Harrisons : Principles of Internal Medicine : 1822-37. McGraw-Hill,

    Medical Publishing Division, 2005.

    2. Isselbacher, Kurt. Hepatology. Thomas D Boyer MD, Teresa L Wright

    MD, Michael P Manns MD A Textbook of Liver Disease. Fifth

    Edition. Saunders Elsevier. Canada. 2006

  • 5/20/2018 Lapsus Hepatitis b

    45/45

    45 | P a g e

    3.

    Hanifah Oswari,Tinjauan Multi Aspek Hepatitis B pada Anak

    Tinjauan Komprehensif Hepatitis Virus pada Anak. Balai penerbit

    FKUI, Jakarta, 2000

    4.

    Lina Herlina Soemara, Vaksinasi Hepatitis B Tinjauan

    Komprehensif Hepatitis Virus pada Anak. Balai penerbit FKUI,

    Jakarta, 2000

    5. Julfina Bisanto. Hepatitis virus Diagnosis dan Tatalaksana Penyakit

    Anak dengan Gejala Kuning. Departemen Ilmu Kesehatan Anak

    FKUI-RSCM. Jakarta. 2007

    6.

    Steffen R (Oktober 2005). "Changing travel-related global

    epidemiology of hepatitis A".Am. J. Med.118 Suppl 10A: 46S49S.

    doi:10.1016/j.amjmed.2005.07.016. PMID 16271541.

    http://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S0002-9343(05)00609-1.

    Diakses tanggal 11 Januari 2010

    7. http://www.emedicinehealth.com/hepatitis_a/page2_em.htm.Diakses

    tanggal 11 Januari 2010

    8.

    Caruntu FA, Benea L (September 2006)."Acute hepatitis C virus

    infection: Diagnosis, pathogenesis, treatment".Journal of

    Gastrointestinal and Liver Diseases : JGLD15(3): 24956.PMID

    17013450.http://www.jgld.ro/32006/32006_7.html.Diakses tanggal

    17 Januari 2010.

    http://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S0002-9343%2805%2900609-1http://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S0002-9343%2805%2900609-1http://en.wikipedia.org/wiki/Digital_object_identifierhttp://dx.doi.org/10.1016%2Fj.amjmed.2005.07.016http://en.wikipedia.org/wiki/PubMed_Identifierhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16271541http://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S0002-9343%2805%2900609-1http://www.emedicinehealth.com/hepatitis_a/page2_em.htmhttp://www.emedicinehealth.com/hepatitis_a/page2_em.htmhttp://www.jgld.ro/32006/32006_7.htmlhttp://www.jgld.ro/32006/32006_7.htmlhttp://en.wikipedia.org/w/index.php?title=Journal_of_Gastrointestinal_and_Liver_Diseases_:_JGLD&action=edit&redlink=1http://en.wikipedia.org/w/index.php?title=Journal_of_Gastrointestinal_and_Liver_Diseases_:_JGLD&action=edit&redlink=1http://en.wikipedia.org/w/index.php?title=Journal_of_Gastrointestinal_and_Liver_Diseases_:_JGLD&action=edit&redlink=1http://en.wikipedia.org/w/index.php?title=Journal_of_Gastrointestinal_and_Liver_Diseases_:_JGLD&action=edit&redlink=1http://en.wikipedia.org/wiki/PubMed_Identifierhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17013450http://www.jgld.ro/32006/32006_7.htmlhttp://www.jgld.ro/32006/32006_7.htmlhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17013450http://en.wikipedia.org/wiki/PubMed_Identifierhttp://en.wikipedia.org/w/index.php?title=Journal_of_Gastrointestinal_and_Liver_Diseases_:_JGLD&action=edit&redlink=1http://en.wikipedia.org/w/index.php?title=Journal_of_Gastrointestinal_and_Liver_Diseases_:_JGLD&action=edit&redlink=1http://www.jgld.ro/32006/32006_7.htmlhttp://www.jgld.ro/32006/32006_7.htmlhttp://www.emedicinehealth.com/hepatitis_a/page2_em.htmhttp://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S0002-9343%2805%2900609-1http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16271541http://en.wikipedia.org/wiki/PubMed_Identifierhttp://dx.doi.org/10.1016%2Fj.amjmed.2005.07.016http://en.wikipedia.org/wiki/Digital_object_identifierhttp://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S0002-9343%2805%2900609-1http://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S0002-9343%2805%2900609-1