larynx pharynx

64
BAB I PENDAHULUAN Larynx merupakan bagian dari tractus respiratorius yang terletak di regio colli, berada di ventral dari laryngopharynx dan akan melanjutkan diri kedalam trachea. Kerangka dari larynx tersusun atas cartilago, yaitu : - Cartilago epiglottica - Cartilago thyreoidea - Cartilago cricoidea - Cartilago arytaenoidea - Cartilago corniculata - Cartilago cuneiforme. Membrana atau ligamentum yang menghubungkan larynx dengan bangunan disekitarnya atau antara cartilagines laringis sendiri ialah : - Membrana thyreoidea - Membrana quadrangularis - Conus elasticus - Membrana elasticus - Ligamentum hyoepiglotticum - Ligamentum thyreoepiglotticum. Cavum laryngis dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu : - Vestibulum laryngis 1

Upload: muhammad-fitriana

Post on 13-May-2017

282 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: Larynx Pharynx

BAB I

PENDAHULUAN

Larynx merupakan bagian dari tractus respiratorius yang terletak di regio colli, berada di

ventral dari laryngopharynx dan akan melanjutkan diri kedalam trachea.

Kerangka dari larynx tersusun atas cartilago, yaitu :

- Cartilago epiglottica

- Cartilago thyreoidea

- Cartilago cricoidea

- Cartilago arytaenoidea

- Cartilago corniculata

- Cartilago cuneiforme.

Membrana atau ligamentum yang menghubungkan larynx dengan bangunan disekitarnya

atau antara cartilagines laringis sendiri ialah :

- Membrana thyreoidea

- Membrana quadrangularis

- Conus elasticus

- Membrana elasticus

- Ligamentum hyoepiglotticum

- Ligamentum thyreoepiglotticum.

Cavum laryngis dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu :

- Vestibulum laryngis

- Ventriculus laryngis

- Cavum laryngis proprium.

Otot- otot larynx yang terletak di sebelah luar dari membrana maupun ligamenta laringis,

berdasarkan perlekatannya dapat dibedakan ke dalam dua bagian, yaitu otot-otot extrinsic

dan otot-otot intrinsic.

Otot extrinsic larynx berfungsi untuk menggerakkan larynx ke segala arah sedangkan otot

intrinsic larynx berfungsi untuk membuka dan menutup larynx.

1

Page 2: Larynx Pharynx

Pharynx merupakan bagian dari tractus digestivus yang terletak di regio colli, berada di

dorsal cavum thorax, cavum oris dan larynx. Pharynx yang merupakan bangunan

musculomembranosa berdasarkan letaknya dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu :

- Nasopharynx atau epipharynx

- Oropharynx atau mesopharynx

- Laryngopharynx atau hypopharynx.

Nasopharynx, karena letaknya lebih tinggi dari cavum oris, maka secara fungsional,

nasopharynx tidak berperan dalam menyalurkan makanan setelah dari cavum oris, tetapi

berperan dalam menyalurkan udara pernafasan dari cavum nasi.

Oropharynx berperan dalam menyalurkan bolus dari cavum oris, yang bersama-sama

dengan laryngopharynx mendorong bolus menuju ke oesophagus. Disamping itu,

oropharynx juga dapat berperan dalam menyalurkan udara pernafasan dari nasopharynx

menuju larynx atau sebaliknya sedangkan laryngopharynx, semata-mata hanya berperan

dalam menyalurkan bolus ke oesophagus. Dinding pharynx tersusun atas beberapa

lapisan. Otot pharynx tersusun atas dua lapisan yaitu :

- Lapisan dalam terdiri dari m. stylopharyngeus dan m. palatopharyngeus.

- Lapisan luar tersusun atas m. constrictor pharyngis superior, m. constrictor

pharyngis medius dan m. constristor pharyngis inferior.

2

Page 3: Larynx Pharynx

BAB II

LARYNX

Larynx adalah bagian dari tractus respiratorius yang terdapat di regio colli, yang

menghubungkan antara bagian bawah dari pharynx denga trachea.

Larynx berfungsi sebagai :

1. Suatu katub (valvula) untuk menjaga jalan udara pernafasan, terutama saat menelan.

2. Untuk mempertahankan upaya jalan udara pernafasan tetap terbuka.

3. Untuk bersuara.

Larynx pada orang dewasa rijal panjangnya sekitar 5 cm sedang pada nisa sedikit lebih

pendek. Ukuran yang besar pada rijal disebabkan oleh adanya pertyumbuhan larynx saat

pubertas. Di sebelah anterior, larynx letaknya lebih superficial sedang di sebelah

posterior, larynx berbatasan dengan laryngopharynx, fascia prevertebralis, musculi

prevertebralis dan corpus vertebrae cervicales. Di sebelah lateral, larynx berhubungan

dengan vagina caroticum dengan massa yang dibungkusnya, musculi infra hyoideus, m.

sternocleidomastoideus dan glandula thyreoidea.

Larynx akan terangkat ke atas terutama oleh kerja dari m. palatopharyngeus selama

extensi dari kepala dan saat deglutio. Pada saat baru lahir, larynx terletak lebih tinggi,

sampai dapat mencapai setinggi VC4-5. pada saat pubertas, pada rijal larynx tumbuh

dengan cepat, plica vocalis menjadi lebih panjang.

CARTILAGINES LARYNGIS

Cartilago yang menyusun larynx adalah :

- Cartilago thyreoidea

- Cartilago cricoidea

- Cartilago epiglottica

- Cartilago arytaenoidea

- Cartilago corniculata

- Cartilago cuneiforme.

3

Page 4: Larynx Pharynx

Ketiga cartilagines yang pertama adalah tunggal, sedang ketiga cartilagines yang terakhir

masing-masing sepasang. Cartilago thyreoidea, cricoidea dan arytaenoidea tersusun atas

cartilago hyaline dan mungkin dapat mengalami kalsifikasi dan atau ossifikasi

endochondral. Biasanya pada cartilago thyreoidea ossifikasinya tidak jarang sudah mulai

terlihat sekitar umur 20 tahun, mulai dari margo posterior lamina cartilago thyreoidea ke

depan, tetapi besarnya ossifikasi di cartilago thyreoidea ini tidak dapat dipakai untuk

menentukan perkiraan umur dari individu yang bersangkutan. Cartilago yang lainnya

tersusun atas cartilago elastis.

Cartilago Thyreoidea

Cartilago thyreoidea tersusun atas dua laminae, yang saling bersatu di bagian ventral,

tetapi divergen ke arah dorsal. Margo anterior dari setiap lamina saling bersatu di

sebelah caudal, tetapi saling divergen di sebelah cranial dengan membentuk incisura

thyreoidea superior. Di sebelah anterior ini, persatuan dari kedua laminae tumbuh

menonjol di bagian cranial membentuk Adam”s apple atau prominentia laryngis yang

palpable dan sering jelas terlihat, terutama pada rijal dewasa. Sudut yang dibentuk oleh

kedua lamina sedikit lancip pada rijal sedang pada nisa lebih besar. Pada rijal, antara

kedua blamina membentuk sudut lancip, prominentia laryngis sangat menonjol, plica

vocalisnya panjang dan nada suaranya rendah. Margo posterior dari setiap lamina

memanjang ke atas dan ke bawah dengan membentuk cornu majus dari os hyoideum.

Pada conus inferior dijumpai facies articularis yang membuka ke arah medial untuk

bersendi dengan facies articularis dari cartilago cricoidea. Pada facies lateralis dari setiap

lamina terlihat adanya linea oblique, untuk tempat perlekatan dari m. constrictor

pharyngis inferior (dari pharynx), m. sternothyreoideus dan m. thyreoideus.

Cartilago Cricoidea

Cartilago cricoidea ini berbentuk cincin. Dibagian dorsal dari bentuk cincin ini melebar,

disebut sebagai lamina, sedangkan dibagian ventral tetap kecil disebut sebagai arcus.

Pada setiap sisi dari margo superior lamina cartilago cricoidea, terdapat facies articularis

untuk bersendi dengan cartilago arytaenoidea. Suatu cekungan kecil dapat juga

ditemukan di facies posterior lamina, untuk perlekatan dari m. crico-arytaenoideus

4

Page 5: Larynx Pharynx

posterior, sedang pada linea mediana posterior, terlihat suatu crista untuk perlekatan dari

oesophagus melalui tendo crico-oesophagei. Pada margo inferior dari cartilago cricoidea

membentuk batas akhir/batas caudal baik larynx maupun pharynx, yang masing-masing

akan melanjutkan diri kedalam trachea dan oesophagus. Tepi caudal dari cartilago

cricoidea akan berhubungan dengan ring cartilago trachea pertama melalui ligamentum

cricotrachealis. Pada bagian lateral dari cartilago cricoidea dijumpai facies articularis

kecil untuk bersendi dengan cornu inferior dari cartilago thyreoidea. Cartilago cricoidea

ini dapat diraba pada manusia hidup.

Cartilago Arytaenoidea

Cartilago arytaenoidea ini akan bersendi dengan facies articularis di margo superior

lamina cartilago cricoidea. Cartilago arytaenoidea bentuknya seperti pyramid tiga sisi,

dengan apexnya menuju ke cranial dan basisnya ke caudal. Apex dari cartilago

arytaenoidea ini melengkung ke dorsal dan ke medial, yang akan berperan untuk

menyokong kedudukan dari cartilago corniculata.

Terlihat ada dua processus yang menonjol dari basis cartilago arytaenoidea ini, yaitu :

1. Processus vocalis membentang ke ventral untuk perlekatan dari ligamentum

vocale.

2. Processus muscularis membentang ke lateral untuk perlekatan dari m. thyreo-

arytaenoideus lateralis dan m. arytaenoideus posterior.

Facies medialis dari cartilago arytaenoidea ditutupi oleh membrana mucosa dari larynx.

Facies posterior dari cartilago arytaenoidea untuk perlekatan dari m. arytaenoideus

transversus. Facies anterolateralis darin cartilago arytaenoidea untuk perlekatan dari m.

vocalis, m. thyreo-arytaenoideus dan ligamentum vestibulare.

Cartilago Corniculata dan Cuneiforme

Terdapat sepasang cartilago corniculata, berbentuk nodule, yang terletak di apex dari

cartilago arytaenoidea dan di plica ary-epiglottica. Cartilago cuneiforme juga sepasang,

berbentuk batang terletak di plica ary-epiglottica di ventral dari letak cartilago

corniculata.

5

Page 6: Larynx Pharynx

Cartilago Epiglottica

Cartilago epiglottica berbentuk seperti daun yang melebar di pangkalnya dan mengecil di

ujungnya, permukaan dari cartilago epiglottica ditutupi oleh membrana mucosa.

Cartilago epiglottica terletak di dorsal dari radix linguae dan corpus ossis hyoidei dan di

ventral dari aditus laryngis. Pada cartilago epiglottica ini terdapat lekukan-lekukan kecil

tempat glandulae mucosae berada dan foramina untuk jalan dari syaraf dan vasa darah.

Ujung cranial dari cartilago epiglottica adalah kuat dan melebar, sedangkan ujung

caudalnya mengecil membentuk tangkai disebut sebagai pediolus, yang pada ujungnya

dijumpai bulatan kecil dan akan melekat ke bagian dorsal dari cartilago thyreoidea.

Facies anterior dari cartilago epiglottica dipisahkan oleh pad of fat dari ligamentum

thyreohyoideum mediale. Sel-sel gustus dapat dijumpai dan facies anterolateral dari

cartilago arytaenoidea. Bagian caudal dari facies posterior cartilago epiglottica menonjol

ke dorsal membentuk tuberculum epiglotticum.

ARTICULATIONES LARYNGIS

Articulationes yang terdapat di larynx adalah

1. Articulatio cricothyreoidea

Articulatio cricothyreoidea ini ada sepasang, masing-masing dibentuk oleh facies

articularis di sisi lateral dari cartilago cricoidea dengan cornu inferior cartilago

thyreoidea. Gerak utama dari articulatio ini ialah rotasi dari cartilago thyreoidea

terhadap axis horizontal yang berjalan melalui pusat kedua articulatio cricothyreoidea

kanan dan kiri. Disamping itu, gerak menggeser juga dapat ditemukan pada

articulatio ini.

2. Articulatio crico-arytaenoidea

Articulatio crico-arytaenoidea juga ada sepasang, yang dibentuk oleh facies articularis

di margo superior lamina cartilago cricoidea dan facies articularis di basis dari

cartilago arytaenoidea di daerah processus muscularis. Gerak yang dapat terjadi pada

articulatio crico-arytaenoidea yaitu gerak menggeser dan rotasi dari cartilago

arytaenoidea yaitu gerak menggeser dan rotasi dari cartilago arytaenoidea terhadap

cartilago cricoidea. Processus vocalis dari cartilago arytaenoidea ditarik ke arah

6

Page 7: Larynx Pharynx

lateral atau ke medial dan rima glottidis dibuka atau ditutup akibat dari gerakan

tersebut. Sendi yang dibentuk antara cartilago cornuculata dan cartilago arytaenoidea

biasanya bersifat cartilaginosa tetapi kadang-kadang bentuk articulatio synoviale

dapat juga ditemukan disini.

LIGAMENTA LARYNGIS

Ligamentum maupun membrana yang terdapat di larynx baik yang bersifat intrinsik

maupun extrinsik adalah sebagai berikut :

1. Membrana thyreohyoidea

Membrana ini menghubungkan antara cartilago thyreoidea dengan os hyoideum.

Membrana ini melekat pada margo superior os hyoidei serta tepi dorsal dari corpus

ossis hyoidei menuju ke tepi cranial dari cartilago thyreoidea. Penebalan membrana

ini di linea mediana akan membentuk ligamentum thyreohyoideum medianum. Pada

membrana ini akan ditembus oleh n. laryngeus internus dan a/v. laryngea superior.

Pada margo posterior dari membrana thyreohyoidea ini mengadakan penebalan

dengan membentuk ligamentum thyreohyoideum laterale, yang membentang antara

cornu superior cartilago thyreoidea dengan cornu majus ossis hyoidei. Di dalam

ligamentum ini kadang-kadang dijumpai cartilago triticea.

2. Membrana quadrangularis

Membrana ini terbentang antara tepi lateral cartilago epiglottica, facies interna dari

cartilago thyreoidea dan tepi ventral dari cartilago arytaenoidea. Tepi cranial dari

membrana ini, yang membentang antara tepi lateral dan cartilago epiglottica dan apex

cartilaginis arytaenoidea membentuk ligamentum aryepiglotticum. Sedangkan tepi

caudal dari membrana quadrangularis, yang terbentang antara facies interna di linea

mediana cartilago thyreoidea dan tepi ventral dari cartilago arytaenoidea di sebelah

cranial dari processus vocalis membentuk ligamentum ventriculare. Pada ligamentum

aryepiglotticum di sebelah cranial dari apex cartilagines arytaenoidea terdapat

cartilago corniculata dan cartilago cuneiforme.

3. Conus elasticus

7

Page 8: Larynx Pharynx

Conus elasticus disebut juga sebagai membrana cricovocalis, yaitu suatu membrana

dari serabut-serabut elastis yang membentang ke cranial dari cartilago cricoidea

menuju ke ligamentum vocale. Penebalan dari conus elasticus ini akan membentuk :

- Ligamentum vocale, yang membentang mulai facies interna cartilago thyreoidea

di sebelah caudal dari perlekatan ligamentum ventriculare menuju ke processus

vocalis cartilago arytaenoidea. Ligamentum vocale ini dapat dianggap merupakan

batas cranial dari conus elasticus. Ligamentum ini tersusun oleh serabut-serabut

elastis dan akan ditutupi oleh plica vocalis dari membrana mucosa laryngis.

- Ligamentum cricothyreoideum, yang membentang antara facies interna cartilago

thyreoidea, processus vocalis cartilago arytaenoidea dan arcus dari cartilago

cricoidea.

Membrana quadrangularis bersama dengan conus elasticus disebut sebagai membrana

elastica laryngis.

4. Membrana glossoepiglottica

Membrana ini merupakan membrana mucosa yang membentang antara facies anterior

dari cartilago epiglottica ke radix linguae. Di linea mediana dari membrana

glossoepiglottica ini mengadakan penebalan dengan membentuk plica

glossoepiglottica mediana. Bagian lateral dari membrana glossoepiglottica ini juga

menebal, membentuk plica glossoepiglottica lateralis atau sering disebut sebagai plica

pharyngoepiglottica oleh karena plica ini membentang dari tepi lateral cartilago

epiglottica menuju ke dinding lateral pharynx. Antara plica glossoepiglottica

mediana dan plica glossoepiglottica lateralis terdapat cekungan yang disebut sebagai

Vallecula epiglottica.

5. Ligamentum hyoepiglotticum

Ligamentum ini membentang dari cartilago epiglottica menuju ke os hyoideum.

6. Ligamentum thyreoepiglotticum

Ligamentum ini membentang antara cartilago thyreoidea menuju ke cartilago

epiglottica.

7. Ligamentum cricotrachealis

Ligamentum ini membentang antara cartilago cricoidea menuju ke ring pertama

cartilago tracheae.

8

Page 9: Larynx Pharynx

CAVUM LARYNGIS

Cartilagines, membranae dan ligamenta laryngis dilapisi oleh membrana mucosa atau

tunica mucosa. Tunica mucosa yang melapisi oropharynx di bagian ventral akan melapisi

os hyoideum, membrana hyothyreoidea, sebagian dari lamina cartilaginis thyreoidea,

kembali ke cranial melapisi m. thyreoepiglotticus, m. aryepiglotticus, membuat lipatan di

sini, kemudian melapisi ligamentum aryepiglotticum, membrana quadrangularis,

ligamentum ventriculare, melipat ke cranial lateral kemudian ke caudal lagi untuk menuju

ke ligamentum vocale membuat lipatan disini dan kemudian terus menuju ke trachea.

Rongga yang di sebelah lateral dibatasi oleh membrana hyothyreoidea dan di sebelah

medial dibatasi oleh membrana quadrangularis beserta dengan m. thyreoepiglotticus dan

m. aryepiglotticus yang dilapisi oleh tunica mucosa disebut recessus piriformis. Recessus

piriformis ini merupakan bagian dari laryngopharynx.

Lipatan tunica mucosa pada ligamentum aryepiglotticum disebut plica aryepiglottica.

Lipatan tunica mucosa pada ligamentum ventriculare disebut sebagai plica ventricularis.

Lipatan tunica mucosa pada ligamentum vocale disebut sebagai plica vocalis. Rongga di

dalam larynx disebut sebagai cavum laryngis, dengan batas cranialnya adalah aditus

laryngis. Aditus laryngis adalah pintu masuk ke dalam larynx, merupakan lubang miring

ke dorsal, yang dibatasi oleh :

- anterior : margo superior dari cartilago epiglottica

- lateral : plica aryepiglottica kanan dan kiri

- dorsal : plica interarytaenoidea.

Pada plica aryepiglottica mengandung m. aryepiglotticus serta cartilago corniculata dan

cartilago cuneiforme. Di sebelah cartilago lateral kanan dan kiri dari aditus laryngis ini

dijumpai recessus piriformis yang merupakan bagian dari laryngopharynx. Cavum

laringis dibagi menjadi tiga bagian oleh adanya dua bidang horizontal setinggi plica

ventricularis dan plica vocalis.

Ketiga cavum laryngis tersebut ialah :

- Vestibulum laryngis

9

Page 10: Larynx Pharynx

- Ventriculus laryngis

- Cavum laryngis infraglotticum atau cavum laryngis proprium.

1. Vestibulum laryngis

Vestibulum laryngis merupakan bagian cranial dari cavum laryngis. Vestibulum

laryngis ini membentang mulai dari aditus laryngis sampai bidang setinggi plica

ventricularis. Suatu celah yang terletak diantara kedua plica ventricularis disebut

sebagai rima ventriculare atau rima vestibuli.

2. Ventriculus laryngis

Ventriculus laryngis ini terletak tepat di sebelah caudal dari vestibulum laryngis.

Ventriculus laryngis ini membentang dari bidang setinggi plica ventricularis sampai

bidang yang ditarik setinggi plica vocalis. Ke arah laterocranial, ventriculus laryngis

melebar dengan membentuk suatu sacculus disebut sebagai appendix ventriculi

laryngis. Plica vocalis adalah merupakan plica mucosa yang berwarna keputih-

putihan (oleh karena avasculair), sangat mobile terletak di sebelah caudal dan medial

dari plica ventricularis. Plica vocalis ini membentang dari facies interna cartilago

thyreoidea menuju ke processus vocalis dari cartilago arytaenoidea. Setiap plica

vocalis akan menutupi ligamentum vocale ( yang tersusun atas jaringan elastis dari

conus elasticus ) dan juga menutupi m. vocalis ( yang merupakan bagian dari m.

thyreoarytaenaoideus ).

Rima Glottidis

Rima glottidis merupakan celah yang paling sempit dari cavum laryngis dibatasi oleh

plica vocalis kanan dan kiri, facies medialis cartilago arytaenoidea dan m.

arytaenoideus transversus. Celah ini, berdasarkan organ yang membatasinya dapat

dibedakan menjadi dua bagian, yaitu :

- Pars intermembranacea, yang terletak dan dibatasi oleh kedua plica vocalis, ini

merupakan bagian yang terpanjang dari rima glottidis.

- Pars intercartilaginea, merupakan bagian yang yang terpendek dari rima glottidis,

terletak dan dibatasi oleh kedua facies medialis cartilago arytaenoidea dan m.

arytaenoideus transversus.

10

Page 11: Larynx Pharynx

Bentuk dan ukuran dari rima glottidis ini ditentukan oleh gerakan dari m.

arytaenoideus. Rima glottidis akan melebar pada saat inspirasi dan akan menyempit

saat expirasi. Tetapi pada saat respirasi biasa, lumen dari larynx tetap terbuka luas

dan plica vocalis membelok ke atas menuju ke ventriculus laryngis. Pada saat

berbicara, plica vocalis membelok ke bawah melintasi jalan udara, sehingga rima

glottidis berujud sebagai celah yang sempit. Dalam keadaan tenang, rima glottidis

pada dewasa rijal panjangnya kira-kira 2 ½ cm dan pada nisa kira-kira 2 cm.

3. Cavum laryngis proprium

Disebut juga sebagai cavum laryngis infra glottidis adalah bagian dari cavum laryngis

yang paling caudal dan membentang dari rima glottidis sampai ke trachea. Rongga

ini dibatasi oleh ligamentum cricothyreoideum dan facies interna dari cartilago

cricoidea. Apabila plica vocalis saling berdekatan satu dengan lainnya, cavum

laryngis proprium ini bentuknya seperti kubah dengan atapnya dibentuk oleh

membrana mucosa yang menutupi conus elasticus.

OTOT-OTOT LARYNX

Berdasarkan perlekatannya, dapat dibedakan menjadi dua kelonpok, yaitu :

1. Otot extrinsik

Yaitu sekelompok otot larynx, yang salah satu perlekatannya terdapat di luar larynx.

Kelompok otot ini berfungsi untuk menggerakkan larynx ke segala arah. Otot

extrinsik larynx ini dibedakan ke dalam :

a. otot elevator larynx, yaitu :

- m. thyreohyoideus

- m. stylohyoideus

- m. mylohyoideus

- m. digastricus

- m. stylopharyngeus

- m. palatopharyngeus.

b. otot depressor larynx, yaitu :

- m. omohyoideus

- m. sternohyoideus

11

Page 12: Larynx Pharynx

- m. sternothyreoideus.

2. Otot intrisik

Yaitu sekelompok otot larynx yang seluruh perlekatannya terdapat di dalam larynx itu

sendiri.

Otot-otot tersebut adalah :

- m. cricothyreoideus

- m. cricoarytaenoideus posterior

- m. cricoarytaenoideus lateralis

- m. arytaenoideus transversus

- m. thyreoarytaenoideus

- m. vocalis

- m. arytaenaoideus obliquus

- m. aryepiglotticus

- m. thyreoepiglotticus.

Semua otot tersebut di atas adalah berpasangan, kecuali untuk m. arytaenoideus

transversus adalah tunggal. Otot-otot larynx ini kaya akan supply darah dan

persyarafaan. Otot-otot intrisik larynx ini dapat dibedakan menjadi dua kelompok :

- Otot adductor laryngis atau sphincter laryngis yaitu kelompok otot yang berfungsi

untuk menutup larynx.

- Otot abductor laryngis atau dilatator laryngis yaitu kelompok otot (m.

cricoarytaenoideus posterior) yang berfungsi untuk membuka larynx.

1. m. cricothyreoideus

Otot ini letaknya paling superficial dari rangkaian otot intrinsik larynx. Berdasarkan

jalan serabut-serabutnya, otot ini dibedakan menjadi 2 bagian yaitu pars recta dan

pars oblique.

Origo : pada facies lateralis dari arcus cartilago cricoidea.

Insertio : pars recta dari otot ini melekat di margo inferior dari lamina cartilago

thyreoidea, pars oblique dari otot ini melekat di margo anterior dari cornu inferior

cartilago thyreoidea.

Innervasi : n. laryngeus externus cabang n. laryngeus superior n. X.

12

Page 13: Larynx Pharynx

Fungsi : untuk menarik cartilago thyreoidea ke caudal dan ventral, sehingga dapat

menegangkan ligamentum vocale.

2. m. cricoarytaenoideus posterior

Origo : pada dataran dorsal dari lamina cartilago cricoidea.

Insertio : pada processus muscularis dari cartilago arytaenoidea.

Innervasi : n. recurrens laryngis n. X.

Fungsi : terhadap axis craniocaudal dari articulatio cricoarytaenoidea adalah

menarik processus muscularis cartilago arytaenoidea ke medial, sehingga kedua

processus vocalisnya saling berjauhan, sehingga rima glottidis membuka (abductio).

3. m. cricoarytaenoideus lateralis.

Origo : pada tepi cranial dari arcus cartilago cricoidea di sebelah medial dari

perlekatan m. cricothyreoideus, di sebelah ventral dari articulatio cricothyreoidea.

Insertio : pada processus muscularis dari cartilago arytaenoidea.

Innervasi : n. recurrens laryngis n. X.

Fungsi : terhadap axis cranio caudal dari articulatio cricoarytaenoidea menarik

processua muscularis cartilago arytaenoidea ke lateral, sehingga processus

vocalisnya saling berdekatan sabagai akibatnya rima glottidis menutup (adductio)

misalnya terjadi saat berbicara.

4. m. arytaenoideus transversus

Otot ini disebut pula sebagai m. interarytaenoideus. Otot ini membentang antara

facies medialis dari kedua cartilago arytaenoidea. Dengan demikian fungsi dari otot

ini untuk saling mendekatkan cartilago arytaenoidea sehiongga membantu menutup

rima glottidis, misalnya terjadi saat berbicara.

5. m. thyreoarytaenoideus

Otot ini sangat bervariasi letaknya pada facies lateralis dari conus elasticus.

Origo : pada facies medialis dari lamina cartilago thyreoidea dan pada conus

elasticus.

Insertio : pada facies anterolateralis dan processus muscularis cartilago

arytaenoidea.

13

Page 14: Larynx Pharynx

Innervasi : n. recurrens laryngis n. X.

Fungsi : untuk menarik cartilago arytaenoidea ke ventral dan medial, sehingga

plica vocalis menjadi lebih pendek dan saling berdekatan.

6. m. vocalis

Otot ini terletak di sebelah medial dari m. thyreoarytaenoideus, yang kadang-kadang

kedua otot ini saling bersatu, bahkan seringkali m. vocalis ini dianggap sebagai

bagian dari m. thyreoarytaenoideus tersebut.

Origo : pada sudut persatuan antara kedua laminae cartilago thyreoidea, di

sebelah lateral dari perlekatan ligamentum vocale.

Insertio : pada processus vocalis cartilago arytaenoidea.

Innervasi : n. recurrens laryngis n. X.

Fungsi : terhadap axis transversal dari articulatio cricoarytaenoidea, menarik

cartilago arytaenoidea ke ventral sehingga ligamentum vocale menjadi kendor.

7. m. arytaenoideus obliquus

Origo : pada processus muscularis cartilago arytaenoidea.

Insertio : pada apex cartilaginis arytaenoidea yang lainnya.

Innervasi : n. recurrens laryngis n. X.

Fungsi : bersama-sama dengan m. aryepiglotticus untuk menutup aditus laryngis,

misalnya terjadi saat menelan.

8. m. aryepiglotticus

Origo : pada apex cartilaginis arytaenoidea, berjalan di sebelah dari ligamentum

aryepiglotticum.

Insertio : pada tepi lateral dari cartilago epiglottica.

Innervasi : n. recurrens laryngis n. X.

Fungsi : menarik cartilago epiglottica ke dorso caudal, sehingga dapat menutup

aditus laryngis.

9. m. thyreoepiglotticus

Origo : pada dataran dalam dekat linea mediana pada cartilago thyreoidea, otot ini

berjalan di sebelah lateral dari membrana quadrangularis untuk menyebar ke arah

ligamentum aryepiglotticum.

14

Page 15: Larynx Pharynx

Insertio : pada membrana quadrangularis dan tepi lateral dari cartilago epiglottica.

Innervasi : n. recurrens laryngis n. X.

Fungsi : untuk menarik ligamentum aryepiglotticum ke latero caudal.

CATATAN

Ada tiga otot yang berorigo pada cartilago cricoidea, yaitu :

1. M. cricothyreoideus, berjalan ke dorsal menuju ke lamina dan cornu inferior

cartilago thyreoidea.

2. M. cricoarytaenoideus lateralis, membentang ke dorsal menuju ke processus

muscularis cartilago arytaenoidea.

3. M. cricoarytaenoideus posterior, membentang ke lateral menuju ke processus

muscularis cartilago arytaenoidea.

Ada dua otot yang saling berdekatan, yang menghubungkan antara cartilago thyreoidea

dan cartilago arytaenoidea. Otot tersebut, yaitu m thyreoarytaenoideus dan m. vocalis.

Ada dua otot yang menghubungkan antara kedua cartilago arytaenoidea kanan dan kiri.

Otot tersebut, yaitu m. arytaenoideus transversus dan m. arytaenoideus obliquus.

Ada dua otot yang berinsertio pada cartilago epiglottica. Otot tersebut, yaitu m.

aryepiglotticus dan m. thyreoepiglotticus.

Semua otot intrinsik laryngis mendapat innervasi dari n. recurrens laryngis n. X, kecuali

untuk m. cricothyreoideus mendapat innervasi dari n. laryngeus externus cabang dari n.

laryngeus superior n X.

Nervus recurrens laryngis n. X dapat mengalami kerusakan oleh adanya tumor,

aneurysma aortae dan trauma pada operasi struma. Lesi unilateral dari n. recurrens

laryngis n. X dapat menimbulkan paralysis dari semua otot intrinsik laryngis, kecualiu m.

cricothyreoideus. Plica vocalis bergerak menuju ke medial (biasanya dalam posisi

paramedian) disebabkan oleh adanya pengaruh dari m. cricothyreoideus. Pada paralysis

bilateral dari n. recurrens laryngis n.X, plica vocalis biasanya dalam posisi paramedian

atau median, suara menjadi parau dan pernafasan menjadi terganggu. Kerusakan dari

kedua n. recurrens laryngis externus dapat menyebabkan plica vocalis dalam posisi

intermediat atau cadaveric position, posisi intermediat terletak antara posisi paramedian

dan posisi abductio.

15

Page 16: Larynx Pharynx

FUNGSI (UMUM) OTOT LARYNX

Fungsi dari otot intrinsik laryngis dapat ditetapkan sebagai berikut :

1. Sebagai otot tensor atau adductor externus, yaitu m. cricothyreoideus.

2. Sebagai otot sphincter atau adductor internus, yaitu :

- m. crico-arytaenoideus lateralis

- m. arytaenoideus transversus

- m. thyreo-arytaenoideus

- m. vocalis

- m. arytaenoideus obliquus.

3. Sebagai otot dilatator atau abductor internus, yaitu m. crico-arytaenoideus posterior.

4. Otot untuk penutup aditus laryngis ialah m. aryepiglotticus dan m. arytaenoideus

obliquus.

5. Otot untuk membuka aditus laryngis, yaitu m. thyreoepiglotticus.

INNERVASI

Membrana mucosa dari larynx menerima innervasi sensoris terutama dari n. laringis

internus cabang dari n. laryngeus superior n. X yang menginnervasi sampai sejauh plica

vocalis. Serabut-serabut ini juga mengandung serabut-serabut secretoris untuk glandulae

mucosae larynx dan juga mengandung serabut-serabut proprioceptive. Serabut-serabut

sensoris untuk larynx bagian caudal berasal dari n. recurrenta laryngis n. X. Serabut-

serabut symphatis yang mencapai larynx berjalan melalui n. recurrens laryngis, n.

laryngis superior dan berjalan sepanjang arteria.

Otot intrinsik larynx semuanya mendapat innervasi dari cabang-cabang n. recurrens

laryngis n. X, kecuali m. cricothyreoideus mendapat innervasi dari n. laryngeus externus

cabang dari n. laryngeus superior n. X. Sebagai kesimpulannya n. laryngeus internus

akan menginnervasi membrana mucosa larynx sampai sejauh plica vocalis. Nervus

laryngeus externus akan menginnervasi m. constrictor pharyngis inferior dan m.

cricothyreoideus. Nervus recurrens laryngeus akan memberi innervasi ke seluruh otot

intrinsik laryngis, kecuali untuk m. cricothyreoideus. Nervus ini juga akan

menginnervasi membrana mucosa larynx mulai setinggi plica vocalis ke caudal.

16

Page 17: Larynx Pharynx

VASCULARISASI

Larynx mendapat vascularisasi dari cabang-cabang a. larynga superior dan a. laryngea

inferior, masing-masing berasal dari a. thyreoidea superior dan a. thyreoidea inferior.

- A. laryngea superior berjalan bersama-sama dengan n laryngeus internus dan

keduanya akan menembus membrana thyreoidea dan kemudian berjalan descendens

di bawah membrana mucosa dari recessus piriformis.

- A. laryngea inferior berjalan bersama-sama dengan n. recurrens laryngis di

belakang dari articulatio cricothyreoidea dan keduanya berjalan ascendens di atas dari

m. constrictor pharingis inferior.

- Vena laryngea superior dan inferior berjalan bersama-sama dengan arterianya.

- Vasa lymphatica dari larynx berjalan bersama-sama vasa darah dan akhirnya di nl.

cervicalis profundus.

EMBRYOLOGI

Larynx bersama-sama dengan trachea dan bronchi, berkembang dari diverticulum

mediana dari dasar pharynx. Diverticulum entodermal memberikan asal dari lapisan

epithel dan mempunyai hubungan dengan glandula. Lapisan mesoderm yang

mengelilinginya akan memberikan jaringan mesenchymal, termasuk otot-otot larynx.

Dalam kehidupan 4 minggu, aditus laryngis dapat diidentifikasi sebagai suatu celah di

dasar dari pharynx yang dibagian anterior akan dibatasi oleh suatu tonjolan yang disebut

sebagai eminantia hypobranchialis, yang berasal dari persatuan antara arcus pharyngeus

ke-3 dan ke-4 dan akan membentuk epiglottis atau cartilago epiglottica. Cartilago

arytaenoidea pada mulanya terlihat sebagai suatu benjolan disisi dari aditus laryngis. Os

hyoideum berkembang dari arcus pharyngeus ke-2 dan ke-3, cartilago thyreoidea

berkembang dari arcus pharyngeus ke-4 dan ke-5, sedang cartilagines laryngis lainnya

mungkin berkembang dari arcus pharyngeus ke-4 dan ke-6.

GLANDULA THYREOIDEA

17

Page 18: Larynx Pharynx

Glandula thyreoidea terletak di regio colli, skeletopis setinggi VC5-7. Berat glandula

thyreoidea pada dewasa berkisar antara 20-30 gram. Glandula thyreoidea dibungkus

oleh:

- Capsula fibrosa, yang melekat erat dengan massa glandulae yang ditutupinya.

- Fascia pretrachealis (fascia colli profunda). Lamina anterior dari fascia

pretrachealis ini akan membungkus musculi infra hyoidei, sedangkan lamina posterior

dari fascia pretrachealis ini akan membungkus trachea, oesophagus dan n. recurrens

laryngis.

Glandula thyreoidea apabila dilihat dari ventral, terlihat seperti huruf H atau huruf U.

Glandula ini terdiri atas dua lobi, yaitu lobus dextra dan lobus sinistra yang saling

dihubungkan oleh isthmus glandulae. Lobi glandulae tersebut bebas bergerak. Setiap

lobus glandula thyreoidea dapat diidentifikasi adanya apex, basis dan tiga permukaan.

Apex glandulae langsung menuju ke cranial dan dorsal, berada diantara m.

sternothyreoideus dengan m. constrictor pharyngis inferior. Basis glandulae menuju ke

inferior dan medial. Facies lateralis glandulae ditutupi oleh musculi infra hyoidei (m.

sternothyreoideus, m. sternohyoideus dan m. omohyoideus). Facies medialis glandulae

berbatasan dengan larynx (m. cricothyreoideus) dan trachea, pharynx (m. constrictor

pharyngis inferior) dan oesophagus serta n. laryngis externus dan n. recurrens laryngis.

Facies posterior glandulae berbatasan dengan vagina caroticum beserta dengan isinya,

termasuk di dalamnya musculi prevertebralis, trunchus symphaticus dan di sebelah

medialnya berbatasan dengan glandula parathyreoidea.

Palpasi terhadap lobus glandulae ini, misalnya untuk lobus dextra, dagu pasien dinaikkan

dengan tujuan untuk menarik larynx ke cranial dan rotasi ke kanan untuk relaxatie dari m.

sternocleidomastoideus. Cartilago thyreoidea ditekan menuju ke kanan dengan ibu jari

tangan kanan dan lobus dextra glandula thyreoidea bersama-sama dengan m.

sternocleidomastoideus dan vagina caroticum, berada diantara ibu jari tangan kiri di

depan dan jari-jari lainnya dari tangan kiri di belakang.

Isthmus glandulae sangat bervariasi, berbentuk suatu pita glandulae yang

menghubungkan bagian caudal lobus dextra dan sinistra. Pada umumnya isthmus ini

akan menutupi ring cartilago trachea ke 2-4, tetapi kadang-kadang isthmus ini tidak ada.

Anastomose antara a. thyreoidea superior dextra dan sinistra berada di sepanjang tepi atas

18

Page 19: Larynx Pharynx

dari isthmus glandulae. Lobus pyramidalis atau lobulus pyramidalis adalah merupakan

bagian dari glandulae thyreoidea yang tidak konstan, yang membentang ke atas dari

isthmus glandulae dan mungkin mengelilingi os hyoideum melalui suatu jaringan

pengikat fibrtosa atau jaringan otot. Apabila pita jaringan otot ada, maka ini umumnya

dikenal sebagai m. levator glandulae thyreoidea, walaupun tidak semua dari serabut-

serabut otot ini berinsertio pada lobulus pyramidalis. Lobulus pyramidalis lebih banyak

dijumpai di suatu daerah endemic goiter. Setiap lobus glandula thyreoidea tersusun atas

beberapa lobuli yang kecil-kecil. Setiap lobuli terbentuk atas 20-40 follicle yang diikat

bersama oleh jaringan pengikat dan setiap lobulus menerima vasa darah tersendiri.

Vasa Darah

Glandula thyreoidea kaya akan vascularisasi. Oleh karenanya glandula thyreoidea ini

mudah membesar, misalnya terjadi saat menstruasi maupun kehamilan. Vasa darah

utama yang memberi vascularisasi ke glandula thyreoidea ialah :

1. Arteria thyreoidea superior. Vasa darah ini dipercabangkan oleh a. carotis externa

atau kadang-kadang oleh a. carotis communis.

2. Arteria thyreoidea inferior. Vasa darah ini dipercabangkan oleh truncus thyreo-

cervicalis dari a. subclavia.

3. Arteria thyreoidea ima. Vasa darah ini tidak selalu ada, bila ada, mereka

dipercabangkan oleh truncus brachiocephalicus, a.carotis communis dextra atau arcus

aortae.

Vasa darah ini kemudian berjalan ascendens menuju ke tepi bawah dari isthmus

glandulae thyreoidea, kemudian baru memberi cabang-cabang. Vasa darah venosa dari

glandula thyreoidea banyak variasinya. Venae thyreoidea akan membentuk plexus di

permukaan dari glandula thyreoidea dan di depan dari trachea. Vena thyreoidea superior

dan v. thyreoidea media mengalirkan darah dari plexus venosus tersebut di atas untuk

menuju ke v. jugularis interna. V. thyreoidea inferior akan membentuk plexus di depan

dari trachea dan akan bermuara ke v. brachiocephalicus.

Vasa lymphatica

Vasa lymphatica yang berasal dari glandula thyreoidea adalah sebagai berikut :

19

Page 20: Larynx Pharynx

1. Berjalan ke atas sepanjang a. thyreoidea superior untuk menuju dan bermuara ke nl.

cervicalis profundus inferior.

2. Berjalan ke bawah sepanjang a. thyreoidea inferior untuk mencapai nl. para

trachealis.

Vasa lymphatica dari isthmus glandulae berjalan keatas untuk bermuara ke nl.

prelaryngeus dan ke bawah menuju ke nl. pretrachealis.

Innervasi

Glandula thyreoidea mendapat innervasi dari :

- Truncus sympathicus (regio cervicalis) yang bersifat vasoconstrictor.

- N. vagus (yang fungsinya masih belum banyak diketahui).

Fungsi

Glandulae thyreoidea merupakan glandula endokrin, yang menghasilkan hormon

thyroxin. Hormon thyroxin ini mempunyai pengaruh sbb :

1. Untuk menaikkan oksidasi sel.

2. Sebagai hormon esensial untuk pertumbuhan mencapai dewasa.

3. Mempunyai efek terhadap metabolisme protein dan elektrolit.

4. Berpengaruh terhadap metabolisme karbohidrat.

5. Merupakan hormon yang esensial untuk pertumbuhan tulang.

6. Untuk mengontrol terhadap irritabilitas dari sistem syaraf.

7. Dapat menaikkan frequensi denyut jantung.

Hormon thyroxin ini sekresinya dikontrol oleh thyroid stimulating hormon (TSH) dari

adenohypophysis. Pembesaran dari glandula thyreoidea yang non-neoplastic dan non

inflamatory disebut sebagai goiter atau struma. Goiter atau struma merupakan bentuk

endemic dalam suatu daerah tertentu yang tanah dan airnya kurang mengandung zat

jodium. Proliferasi dari sel-sel glandula thyreoidea dapat meningkatkan produksi hormon

thyroxin dan dapat menyebabkan exopthalmus dan pembesaran dari glandula thyreoidea

serta basal metabolisme rate meninggi. Hypothalamus ditandai dengan adanya

myxedema, aktifitas metabolismenya rendah.

20

Page 21: Larynx Pharynx

Embryologi

Glandula thyreoidea berkembang dari suatu diverticulum mediana di dasar dari pharynx,

dalam kehidupan empat minggu. Dalam beberapa hari diverticulum ini berubah di dua

lobi yang dihubungkan menuju ke tempat pertumbuhan dari lingua oleh suatu tangkai

yang disebut sebagai ductus thyreoglossus. Ductus thyreoglossus ini kemudian segera

menghilang dan bagian yang tetap tertinggal akan membentuk cyste, fistula atau lobus

pyramidalis. Tempat asal dari ductus thyreoglossus ini ditandai dengan foramen caecum

di lingua. Selama perkembangan, massa glandula thyreoidea bersatu dengan bagian dari

sulcus pharyngeus ke- 4 pada setiap sisi. Apakah sulcus pharyngeus ke-4 tersebut akan

menyokong jaringan glandula thyreoidea, tidak diketahui. Massa colloid tampak di

glandula thyreoidea selama bulan ke-3 dan ke-4 dalam kehidupan intra-uterine, dan

glandula mulai berfungsi setelah itu. Bagian dari massa glandula thyreoidea dalam

perkembangannya dapat terlepas dan akan membentuk glandula thyreoidea accessoria.

Glandula thyreoidea accessoria ini dapat ditemukan dimana saja di sepanjang ductus

thyreoglossus dan juga di cavum thoracis.

GLANDULA PARATHYREOIDEA

Glandula parathyreoidea juga merupakan glandula endocrine dan sangat penting untuk

kehidupan. Glandula parathyroidea hanya kecil saja berwarna kuning atau coklat,

biasanya terletak di separoh bagian medial facies posterior setiap lobus glandula

thyreoidea. Ukuran terbesar dari glandula parathyreoidea sekitar 6 mm, dengan berat

seluruh glandula parathyreoidea adalah 250 mg. Jumlah dari glandula parathyroidea

sangat bervariasi, mulai dari dua buah sampai enam buah dan yang paling banyak

dijumpai di setiap sisi berjumlah tiga atau empat buah. Glandula parathyreoidea ini

umumnya berada di sebelah luar dari capsula glandula thyreoidea, tetapi posisi maupun

letaknya mempunyai banyak variasi. Glandula parathyreoidea ini memiliki capsula dan

septa yang cukup bagus, tetapi tidak mempunyai lobus yang jelas. Berdasarkan

tempatnya glandula parathyreoidea pada setiap sisi, dikenal glandula parathyroidea

superior dan inferior. Nodus lymphaticus, jaringan lemak atau glandula thyreoidea

accessoria dapat mengkaburkan dalam penetapan glandula parathyreoidea ini. Dengan

21

Page 22: Larynx Pharynx

melalui bantuan pemeriksaan mikroskopis dapat membantu kesulitan dalam penetapan

glandula parathyreoidea ini.

Vascularisasi

Glandula thyreoidea mendapat darah dari cabang-cabang ramus ascendens dan ramus

descendens dari a. thyreoidea inferior. Jarang mendapat cabang-cabang dari a. thyreoidea

superior.

Fungsi

Glandula parathyreoidea merupakan glandula endocrine, yang menghasilkan

parathormon yang berfungsi untuk mengatur metabolisme calcium dan phosphor.

Parathormon ini dapat menyebabkan penurunan kadar phosphor anorganik dalam serum,

sebaliknya dapat meningkatkan kadar calcium serum. Perubahan dari kadar phosphor

dan calcium dalam serum tersebut mungkin akan dapat menyebabkan pengaruh pada

tulang. Hyperparathyroidism yang biasanya disebabkan oleh pertumbuhan tumor di situ,

khas terlihat adanya gambaran cyste di tulang, timbul penyakit ren dan kelemahan dari

otot. Hypoparathyroidisme yang disebabkan oleh terangkat sebagian dari glandula

parathyreoidea selama operasi thyreoidectomy, akan memberikan gejala kekejangan pada

otot (tetany) dan apabila menjadi kronis akan dapat menimbulkan calsificatie intracranial

dan cataract.

Embryologi

Pada kehidupan sekitar 5 minggu, glandula parathyreoidea superior berkembang dari

sulcus pharyngeus ke-4, sedangkan glandula parathyreoidea inferior berkembang dari

sulcus pharyngeus ke-3. Dalam perkembangan selanjutnya glandula parathyroidea yang

berkembang dari sulcus pharyngeus ke-3 descendens bersama-sama dengan thymus dan

berada dalam posisi lebih rendah daripada glandula parathyroidea yang berkembang dari

sulcus pharyngeus ke-4. Selama pemisahan dari sulcus pharyngeus, glandula

parathyreoidea kadang-kadang akan melepaskan bagian kecil-kecil yang tumbuh

22

Page 23: Larynx Pharynx

tersendiri, glandula parathyreoidea accendens tumbuh tersendiri membentuk glandula

parathyreoidea accessoria.

RANGKUMAN

Larynx merupakan bagian dari tractus respiratorius yang terletak di regio colli, berada di

ventral dari laryngopharynx, merupakan penghubung antara pharynx bagian bawah

dengan trachea.

Cartilagines laryngis, yang merupakan kerangka dari larynx ialah :

- Cartilago epiglottica

- Cartilago thyreoidea

- Cartilago cricoidea

- Cartilago arytaenoidea

- Cartilago corniculata

- Cartilago cuneiforme.

Articulationes yang terdapat di larynx ialah :

- Articulatio cricothyreoidea

- Articulatio cricoarytaenoidea.

Membranae dan ligamenta yang terdapat di larynx, baik yang menghubungkan larynx

dengan organ sekitarnya maupun yang menghubungkan antara cartilagines laryngis

sendiri, ialah :

- Membrana thyreoidea

- Membrana quadrangularis

- Conus elasticus

- Membrana glossoepiglottica

- Ligamentum hyoepiglotticum

- Ligamentum thyreoiepiglotticum

- Ligamentum cricotrachealis.

Cavum laryngis dapat dibagi menjadi tiga bagian, ialah :

- Vestibulum laryngis

23

Page 24: Larynx Pharynx

- Ventriculus laryngis

- Cavum laryngis proprium.

Pintu masuk ke dalam larynx disebut sebagai aditus laryngis.

Rima glottidis yang dibatasi oleh plica vocalis, cartilago arytaenoidea kanan dan kiri serta

m. arytaenoideus transversus, dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu ;

- Pars intermembranacea, yang terletak diantar kedua plica vocalis.

- Pars intercartilaginea, yang dibatasi oleh kedua cartilago arytaenoidea dan

m. arytaenoidea transversus.

Otot larynx terbagi terbagi ke dalam dua bagian, yaitu otot extrinsik dan otot intrinsik.

Fungsi dari otot intrinsik laryngis dapat ditetapkan sebagai berikut :

1. Sebagai otot tensor atau adductor externus.

2. Sebagai otot sphincter atau adductor internus.

3. Sebagai otot dilatator atau abductor internus.

4. Sebagai otot penutup aditus laryngis.

5. Sebagai otot pembuka aditus laryngis.

Innervasi sensoris untuk larynx berasal dari n. laryngeus internus cabang dari n.

laryngieus superior cabang dari n. X dan n. recurrens laryngis.

Innervasi motoris terhadap otot intrinsik laryngis diberikan oleh cabang-cabang dari n.

recurrens laryngis, kecuali untuk m. cricothyreoideus diinervasi oleh n. laryngeus

externus cabang dari n. laryngeus superior n. X.

Vasa darah yang memberi vascularisasi ke larynx ialah a.laryngea superior dan a.

laryngea inferior.

Glandula thyreoidea terdiri atas lobus dextra dan lobus sinistra yang dihubungkan oleh

isthmus glandulae. Glandula thyreoidea menghasilkan hormon thyroxin.

Glandula parathyroidea di setiap sisi dapat diidentifikasi kedalam glandula parathyroidea

ini menempel di facies posterior dari setiap lobi glandula thyreoidea. Glandula

parathyreoidea menghasilkan parathormon.

24

Page 25: Larynx Pharynx

BAB III

PHARYNX

Pharynx merupakan suatu tubulus musculo membranosa, yang dibagian dalamnya

dilapisi oleh tunica mucosa, adalah bagian dari systema digestivus, terletak di belakang

dari cavum nasi, cavum oris dan larynx. Pharynx panjangnya kira-kira 12 cm, yang

membentang dari facies inferior cranium sampai setinggi tepi bawah cartilago cricoidea

atau skeletopis setinggi tepi VC6, ke arah caudal, pharynx ini akan melanjutkan diri ke

dalam oesophagus. Pharynx berperan ganda baik untuk proses deglutitio maupun untuk

respirasi, oleh karenanya melalui pharynx ini dapat untuk jalan makanan maupun udara

pernafasan.

Batas-batas dari pharynx dapat ditetapkan sebagai berikut :

Cranial : corpus ossis sphenoidalis dan pars basilaris ossis occipitalis.

Caudal : (melanjutkan diri ke dalam) oesophagus.

Ventral :

- Melalui choanae berhubungan dengan cavum nasi.

- Melalui isthmus faucium akan berhubungan dengan cavum oris.

- Melalui aditus laryngis akan berhubungan dengan larynx.

Dorsal : fascia prevertebralis dan musculi prevertebralis serta VC1-6.

Lateral : processus styloideus dengan otot-otot yang melekat disini.

- m. pterygoideus medialis

- vagina caroticum

- glandula thyreoidea

- osteum pharyngeum tubae auditivae.

25

Page 26: Larynx Pharynx

Berdasarkan letaknya, pharynx dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu nasopharynx,

oropharynx dan laryngopharynx.

NASOPHARYNX

Nasopharynx disebut juga sebagai epipharynx yaitu bagian pharynx yang terletak paling

cranial, yang dalam banyak hal, nasopharynx dianggap sebagai bagian belakang dari

cavum nasi. Baik cavum nasi maupun nasopharynx keduanya secara fungsional berperan

dalam systema respiratorius. Nasopharynx berhubungan dengan oropharynx dengan

melalui isthmus pharyngeus atau hiatus nasopharyngeus, yang dibatasi oleh palatum

molle, arcus palatopharyngeus dan dinding dorsal pharynx. Isthmus pharyngeum ini

akan manutup pada saat menelan. Choanae adalah lubang penghubung antara

nasopharynx dengan cavum nasi. Seperti halnya cavum nasi, ruangan di nasopharynx

selalu terbuka oleh karena dindingnya (kecuali palatum molle) selalu dalam keadaan

tetap.

Atap dan Dinding Posterior Nasopharynx

Atap dari nasopharynx disebut pula sebagai fornix dan dinding posterior nasopharynx

akan melekat pada facies inferior corpus ossis sphenoidalis dan pars basilaris ossis

occipatalis. Suatu massa jaringan lymphoid yang terdapat di membrana mucosa dinding

posterior nasopharynx disebut sebagai tonsilla pharyngea. Pembesaran dari tonsilla

pharyngea ini dikenal sebagai adenoid yang dapat menutup tractus respiratorius sehingga

menyebabkan bernafas melalui mulut dan mempengaruhi pertumbuhan wajah. Tonsilla

pharyngea ini banyak terlihat pada anak-anak dan akan mengecil saat pubertas.

Dinding Lateral Nasopharynx

Di setiap dinding lateral nasopharynx dijumpai adanya osteum pharyngeum tubae

auditivae. Lubang ini terletak kira-kira 1- 1 ½ cm :

- Di bawah atap dari nasopharynx.

- Di depan dari dinding posterior pharynx.

26

Page 27: Larynx Pharynx

- Di atas dari palatum.

- Di belakang dari concha nasalis inferior dan septum nasi.

Osteum pharyngeum tubae auditivae ini dibatasi di sebelah atas dan belakangnya oleh

suatu peninggian yang disebut sebagai torus tubarius, yang disebabkan oleh adanya pars

cartilaginea tubae. Plica dari membrana mucosa yang berjalan descendens dari torus

tubarius ini menuju ke palatum disebut sebagai plica salpingopalatinus sedangkan plica

yang menuju ke dinding lateral pharynx disebut sebagai plica salpingopharyngeus.

Sedangkan plica torus levatorius adalah plica yang disebabkan oleh adanya m. levator

veli palatini, yang berjalan dari osteum pharyngeum tubae auditivae menuju ke palatum

molle. Bagian dari cavum pharyngis yang terletak di sebelah dorsal dari torus tubarius

disebut sebagai recessus pharyngeus. Recessus pharyngeus ini membentang ke arah

dorsal dan lateral, terletak antara m. longus capitis di sebelah medial dan m. levator veli

palatini di sebelah lateral. Jaringan lymphoid yang kadang-kadang terdapat di membrana

mucosa di recessus pharyngeus ini disebut sebagai tonsilla tubarius.

Tuba Auditiva Eustachius

Tuba auditiva ini disebut juga sebagai tuba pharyngotympanicus yaitu suatu liang

penghubung antara nasopharynx dan cavum tympani. Tuba auditiva ini berfungsi untuk

menyeimbangkan tekanan udara dengan tekanan di dalam cavum tympani. Membrana

mucosa di tuba auditiva ini merupakan lanjutan dari membrana mucosa pharynx, yang

selanjutnya akan melanjutkan diri ke dalam cavum tympani. Oleh karenanya, infeksi dari

pharynx dapat menjalar ke dalam auris media dengan melalui tuba auditivaini. Tuba

auditiva ini membentang ke dorsolateral atas, kira-kira 3-4 cm panjangnya. Tuba

auditiva ini dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu :

- Pars cartilaginea tubae merupakan 2/3 bagian antero medial.

- Pars ossea tubae merupakan 1-3 bagian posterolateral. Kedua bagian tuba auditiva

ini saling bertemu di tempat yang sedikit menyempit disebut sebagai isthmus tubae.

1. Pars Cartilaginea tubae

Pars cartilaginea tubae ini dapat dipandang sebagai diverticulum pharyngeum. Pars

cartilaginea tubae ini terletak di facies inferior dari basis cranii, terletak dalam suatu

cekungan antara ala magna ossis sphenoidalis dan pars petrosa ossis temporalis.

27

Page 28: Larynx Pharynx

Membrana mucosa dari pars cartilaginea tubae ini tersusun atas epithel pseudo

complex columnair bercilia. Tuba ini di sebelah lateral berbatasan dengan m. tensor

veli palatini, n. mandibularis dan a. meningea media, sedang di sebelah medial

berbatasan dengan m. levator veli palatini dan recessus pharyngeus.pars cartilaginea

tubae ini selalu dalam keadaan tertutup, yang mungkin disebabkan oleh adanya

jaringan elastis di situ, kecuali pada saat menelan dan bersin, pars cartilaginea tubae

ini baru terbuka, untuk mencegah kenaikan tekanan di auris media. Mekanisme

perubahan dari pars cartilaginea tubae ini baik secara pasif maupun secara musculair,

apabila bersifat musculair, hal ini terjadi oleh kerja dari m. tensor veli palatini. Tubae

auditiva ini (terutama yang pars cartilaginea) dapat tertutup sama sekali oleh adanya

oedema dari membrane mucosa, misalnya terjadi pada influenza.

Dalam suatu ketinggian tertentu, misalnya saat mendaki gunung atau saat naik

pesawat terbang tekanan udara menjadi menurun, sehingga udara di dalam cavum

tympani menjadi mengembang, yang menyebabkan membrana tympani terdorong ke

lateral. Dalam keadaan tidak menelan, kenaikan tekanan udara di dalam auris media

dapat mendorong membukanya tuba auditiva dengan ditandai munculnya suara klik.

Sebaliknya pada saat berjalan turun, tekanan udara menjadi semakin tinggi, sehingga

akan mempengaruhi atau menekan membrana tympani, sehingga pendengaran untuk

sementara terganggu. Tekanan udara yang terdapat di sebelah luar dari membrana

tympani yang tinggi tersebut dapat diseimbangkan dengan tindakan menelan atau

bersin yang dapat membukakan tuba auditiva.

2. Pars Ossea tubae

Pars ossea tubae ini merupakan pelebaran ke depan dari cavum tympani yang sering

disebut sebagai protympanum. Pars ossea tubae ini berada di daerah semicanalis pars

petrosa ossis temporalis dan karenanya pars ossea tubae ini sering dianggap sebagai

bagian dari area pneumatisasi ossis temporalis. Pars ossea tubae ini dapat dijumpai di

bagian bawah dari cranium yang terletak antara pars petrosa ossis temporalis dan

lanjutan ke bawah dari tegmen tympani. Pars ossea tubae ini akan dilapisi oleh

membrana mucoperiosteum yang tersusun atas epithel cuboid tak bercilia. Pars ossea

tubae ini di sebelah cranial berbatasan dengan semicanalis m. tensoris tympani dan

28

Page 29: Larynx Pharynx

sebelah anterolateral berbatasan dengan pars tympanica ossis temporalis sedang arah

posteromedial berbatasan dengan canalis caroticus.

OROPHARYNX

Oropharynx disebut pula sebagai mesopharynx. Oropharynx membentang dari setinggi

palatum molle di sebelah cranial sampai ke tepi atas dari epiglottis di sebelah caudal.

Oropharynx ini ke ventral akan berhubungan dengan cavum oris melalui isthmus

faucium, yang dibatasi oleh:

- Cranial : palatum molle.

- Lateral : arcus palatoglossus.

- Caudal : radix linguae.

Di daerah istmus faucium, terlihat adanya suatu lingkaran jaringan lymphoid yang

tersusun atas rangkaian dari :

- Cranial: tonsilla pharyngea.

- Lateral : tonsilla palatina.

- Caudal : tonsilla lingualis.

Lingkaran jaringan lymphoid ini sering kali dianggap sebagai barrier terhadap

perembetan proses infeksi, tetapi fungsi yang sesungguhnya dari jaringan lymphoid ini

masih belum banyak diketahui. Membrana mucosa yang menutupi epiglottis akan

melanjutkan diri untuk melapisi radix linguae. Membrana ini kemudian disebut sebagai

membrana glosso-epiglottica. Penebalan dari membrana glosso-epiglottica di linea

mediana membentuk plica glosso epiglottica mediana, sedangkan penebalan dari

membrana ini di sebelah lateral kanan dan kiri disebut sebagai plica glosso-epiglottica

laterale. Plica yang terakhir ini sering disebut sebagai plica pharyngo-epiglottica oleh

karena membrana dari epiglottis ini menuju ke dinding lateral pharynx. Suatu cekungan

yang dibatasi antara plica glosso-epiglottica mediana dan plica glossoepiglottica laterale

kanan dan kiri disebut sebagai vallecula epiglottica. Ke arah posterior, oropharynx

berbatasan dengan corpus vertebrae cervicalis ke-2 dan ke-3. Setiap dinding lateral

oropharynx dijumpai arcus palatopharyngeus atau sering disebut pula sebagai pillar

anterior dan pillar posterior dari isthmus faucium. Arcus tersebut di atas disebabkan oleh

adanya otot di bawah dari membrana mucosa, otot-otot tersebut adalah m. palatoglossus

29

Page 30: Larynx Pharynx

dan m. palatopharyngeus. Daerah triangulair yang terletak antara arcus palatoglossus dan

arcus palatopharyngeus disebut sebagai fossa tonsillaris yang akan ditempati oleh tonsilla

palatina.

Tonsilla Palatina

Tonsilla palatina adalah sekelompok jaringan lymphoid yang terdapat di fossa tonsillaris

yang ditutupi oleh membrana mucosa yang berhubungan dengan membrana mucosa di

pharynx. Fungsi yang sebenarnya dari tonsilla palatina ini masih belum jelas. Facies

medialis tonsilla palatina adalah bebas, yang di sebelah atasnya dijumpai fossa

supratonsillaris. Pada permukaan ini dijumpai juga lubang-lubang buntu yang dikenal

sebagai crypte tonsillaris. Crypte ini membentuk celah-celah lurus dengan epithel

squamous, yang di sebelah dalamnya dijumpai follicle lymphaticus. Sel-sel lymphocyt

dapat dijumpai di epithel dan dilepaskan bersama-sama dengan saliva disebut

corpusculum salivarius.

Facies lateralis dari tonsilla palatina terletak lebih profunda yang dilapisi oleh capsula

fibrosa, yang ke arah lateral akan berhubungan dengan fascia pharyngobasilaris, v.

paratonsillaris, m. constrictor pharyngeus superior, m. palatopharyngeus, m.

palatoglossus, ligamentum stylohyoideum, m. styloglossus, m. stylopharyngeus, n.

glossopharyngeus, m. pterygoideus medialis dan regio di angulus mandibulae. Arteria

carotis interna terletak beberapa centimeter di sebelah posterolateral dari tonsilla palatina.

Tonsilla palatina dieratkan oleh :

- ligamentum suspensorium,yang terletak antara bagian anterior capsula tonsillaris

dan lingua

- serabut-serabut dari m. palatoglossus dan m. palatopharyngeus yang sebagian

insertionya terdapat di capsula tonsillaris.

Tonsilla palatina mendapat vascularisasi dari a. carotis externa terutama oleh r. tonsillaris

dari a. facialis, yang menembus m. constrictor pharyngeus superior dan masuk ka bagian

caudal dari facies lateralis tonsilla palatina. Perdarahan yang terjadi setelah seseorang

mengalami tonsilectomy berasal dari v. palatina externa atau dari v. paratonsillaris yaitu

30

Page 31: Larynx Pharynx

suatu vena yang berjalan descendens dari palatum molle, di sebelah lateral dari tonsilla

palatina dengan menembus m. constrictor pharyngis superior dan berakhir di v. facialis.

Vasa lymphatica yang berasal dari tonsilla palatina akan bermuara ke nl. cervicalis

profundus dan sebagin ke nl. jugulodigastricus. Tonsilla palatina ini mendapat innervasi

dari cabang-cabang n. glossopharyngeus dan dari ganglion pterygopalatinum. Pada umur

pubertas, secara fisiologis tonsilla palatina mengalami kemunduran. Tonsilla menjadi

mengecil bila dibandingkan dengan saat umur anak-anak.

LARYNGOPHARYNX

Laryngopharynx membentang mulai dari setinggi tepi atas cartilago epiglottica sampai ke

tepi bawah dari cartilago cricoidea, yang selanjutnya akan meneruskan ke dalam

oesophagus. Di sebelah anterior dari laryngopharynx dijumpai aditus laryngis, bagian

dorsal dari cartilago arytaenoidea dan cartilago cricoidea. Sedang di sebelah posterior,

laryngopharynx berbatasan dengan corpus vertebrae cervicalis ke-4 sampai ke-6.

Recessus piriformis atau fossa piriformis adalah merupakan bagian dari laryngopharynx

yang terletak di kanan dan kiri dari aditus laryngis. Fossa piriformis ini terletak diantara

membrana hyothyreoidea dan cartilago thyreoidea di sebelah lateral dan plica

aryepiglottica serta cartilago arytaenoidea dan cartilago cricoidea di sebelah medial.

Cabang-cabang dari n. laryngeus internus dan a/v laryngea superior berada di bawah

membrana mucosa dari fossa piriformis ini. Oleh karena fossa piriformis ini bentuknya

membentuk suatu kantong, maka corpus alienum dapat tertahan disini. Laryngopharynx

disebut juga sebagai hypopharynx.

STRUKTUR DARI PHARYNX

Dinding dari pharynx tersusun atas beberapa lapisan dari dalam keluar adalah :

1. Membrana mucosa

Lapisan ini disebut sebagai tunica mucosa, yang akan saling melanjutkan diri dengan

membrana mucosa di tuba auditiva Eustachius, cavum nasi, cavum oris dan cavum

laryngis. Epithel yang melapisinya adalah pseudo stratified columnair bercilia di

nasopharynx, squamous complex di oropoharynx dan laryngopharynx. Glandula

campuran dapat ditemukan di membrana mucosa ini. Di bawah membrana mucosa,

31

Page 32: Larynx Pharynx

dijumpai serabut-serabut elastis sedangkan di dinding lateral nasopharynx dapat

diidentifikasi adanya lapisan submucosa.

2. Fascia pharyngobasilaris.

Lapisan ini disebut juga sebagai aponeurosis pharyngis yang pada mukanya melekat

di basis cranii, yaitu di os occipitale, os temporale dan os sphenoidale, juga melekat

di tuba auditiva Eustachius, tepi posterior dari lamina medialis perocessus

pterygoideus, ligamentum pterygomandibulare, ujung posterior dari linea

mylohyoidea mandibulae, os hyoideum, cartilago thyreoidea dan cartilago cricoidea.

Fascia pharyngobasilaris ini berfungsi untuk mencegah perubahan bentuk dari

nasopharynx. Di sebelah posterior, fascia pharyngobasilaris ini di linea mediana

membentuk raphe mediana yang di sebelah cranial melekat di tuberculum

pharyngeum pas basilaris ossis occipitalis.

3. Lapisan otot

Otot pharynx tersusun atas dua lapisan yaitu :

- Lapisan luar merupakan lamina circulair yang tersusun atas musculi constrictores

pharyngis.

- Lapisan dalam tersusun atas serabut-serabut longitudinale yang dibentuk oleh m.

stylopharyngeus dan m. palatopharyngeus.

4. Fascia buccopharyngea

Fascia ini membungkus m. buccinator dan musculi pharyngei dan di sebelah cranial

akan berasatu dengan fascia pharyngobasilaris.

OTOT-OTOT PHARYNX

Sebagian besar dari dinding pharynx tersusun atas dua lapisan otot, yaitu :

- Lamina externa merupakan lamina circulair yang tersusun atas tiga musculi

constrictores pharyngis.

- Lamina interna merupakan lamina longitudinal yang tersusun atas dua musculi

levatores, yaitu m. stylopharyngeus dan m. palatopharyngeus.

Musculi constrictores pharyngis mempunyai perlekatan yang tetap di bagian ventral yaitu

melekat di tulang dan cartilago, sedangkan ke arah dorsal mereka saling overlapping

antara satu otot dengan otot lainnya dari caudal ke cranial dan berakhir di raphe

32

Page 33: Larynx Pharynx

tendinosus mediana. Dinding bagian ventral terlihat tidak tertutup penuh. Lapisan otot

di pharynx ini akan ditutupi oleh fascia buccoopharyngea dan melekat di fascia

pharyngobasilaris.

1. m. constrictor pharyngis inferior

Berdasarkan perlekatannya, otot ini terbagi ke dalam dua bagian, yaitu :

- Pars cricopharyngea, yang melekat pada arcus cartilago cricoidea.

- Pars thyreopharyngea, yang melekat di cornu inferior dan linea obliqua cartilago

thyreoidea.

Pemisahan dari m. constrictor pharyngis inferior menjadi dua bagian kadang-kadang

tidak jelas terlihat :

- Serabut-serabut dari m. cricopharyngeus berjalan secara horizontal dan akan

melanjutkan diri dengan stratum circulare dari oesophagus. Otot ini bersama-

sama dengan stratum circulare oesophagus bagian cranial berfungsi untuk

mencegah masuknya udara ke dalam oesophagus. M. cricopharyngeus ini

berperan sebagai m. sphincter yang akan berkontraksi selama istirahat, tetapi akan

relaxatie selama menelan.

- Serabut-serabut dari m. thyreopharyngeus berjalan miring ascendens, yang di

sebelah dorsal saling mengadakan decussatio di linea medianan dan akan

overlapping dengan m. constrictor pharyngis medius. Serabut-serabut dari m.

cricopharyngius berfngsi untuk memperpendek plica vocalis, sedang serabut-

serabut dari m. thyreopharyngeus untuk memperpanjang plica vocalis di larynx.

Lamina externa dan lamina interna dari bagian atas oesophagus tersusun atas otot

skelet yang melekat dengan perantaraan tendo crico-oesophagei ke bagian

belakang dari lamina cartilago cricoidea.

2. m. constrictor pharyngis medius

Otot ini melekat di sudut antara cornu majus dan cornu minus os hyoideum serta

pada ligamentum stylohyoideum. Berdasarkan perlekatannya otot ini terbagi

menjadi dua bagian, yaitu pars chondropharyngea bdan pars ceratopharyngea.

Serabut-serabut dari m. constrictor pharyngis medius menyebar ke dorsal dan

berakhir di raphe mediana. Serabut-serabut yang terletak paling caudal berjalan

descendens ditutupi oleh m. constrictor pharyngis inferior. Sedang serabut-serabut

33

Page 34: Larynx Pharynx

yang terletak di bagian paling cranial berjalan ascendens dan akan overlapping

dengan m. constrictor pharyngis superior.

3. m. constrictor pharyngis superior

Otot ini melekat di :

- tepi dari lingua dan membrana mucosa cavum oris

- linea mylohyoidea mandibulae

- raphe pterygomandibularis

- hamulus pterygoideus.

Berdasarkan perlekatan dari m. constrictor pharyngis superior ini, maka otot ini

terbagi menjadi 4 bagian, yaitu :

- pars glossopharyngea dengan perlekatannya di tepi dari lingua

- pars mylopharyngea yaitu yang melekat di linea mylohyoidea mandibulae

- pars buccopharyngea yang melekat di raphe pterygomandibularis

- pars pterygopharyngea yang melekat di hamulus pterygoideus.

Serabut-serabut dari m. constrictor pharyngis superior ini melengkung ke dorsal

untuk berakhir di raphe mediana dan akan membentuk aponeurosis yang akan

melekat di tuberculum pharyngeum pars basilaris ossis occipitalis. Antara basis

cranii dengan m.constrictor pharyngis superior terdapat daerah yang kosong.

4. m. palatopharyngeus

Otot ini ditutupi oleh plica palatopharyngeus.

Origo : pada margo posterior palatum durum aponeurosis palatini. Pada palatum

molle, otot ini membentuk dua buah pita laterale dan mediale yang dipisahkan

oleh m. levator veli palatini.

Insertio : kedua pita laterale dan mediale tersebut kemudian bersatu untuk melekat

di margo posterior dari cartilago thyreoidea dan ke sisi dari pharynx dan

oesophagus. Berdasarkan tempat insertionya, oto ini terbagi ke dalam dua bagian,

yaitu :

- pars palatothyreoideus (yang melekat di margo posterior cartilago thyreoidea)

- pars palatopharyngeus proprium (yang melekat di sisi pharynx dan

oesophagus).

5. m. salpingopharyngeus

34

Page 35: Larynx Pharynx

Origo : melekat di pars cartilaginea tuba auditiva Eustachius, kemudian serabut-

serabutnya bersatu dengan m. palatopharyngeus (sehingga seringkali m.

salpingopharyngeus dianggap merupakan bagian dari m. palatopharyngeus).

Insertio : pada dinding lateral dan dinding posterior pharynx.

6. m. stylopharyngeus

Origo : melekat pada facies medialis processus styloideus. Otot ini membentang

ke caudal, berjalan diantara m. constrictor pharyngeus superior dan m. constrictor

pharyngeus medius dan kemudian otot ini ditutupi oleh m.conctrictor pharyngeus

medius.

Insertio : melekat pada sisi dari pharynx dan pada margo posterior cartilago

thyreoidea, untuk melanjutkan diri ke dalam m. palatopharyngeus.

CATATAN

Ada tiga otot yang melekat di processus styloideus yaitu :

- m. styloglossus

- m. stylopharyngeus

- m. stylohyoideus.

Otot ini masing-masing diinnervasi oleh n. XII, n. IX dan n. VII.

Organ tertentu yang dapat mencapai palatum atau pharynx yang mempunyai hubungan

dengan mm. constrictores pharingis ialah :

Antara cranium dengan m. constrictor pharyngis superior, yaitu m.

levator veli palatini, tuba auditiva Eustachius & a. palatina ascendens.

Antara m. constrictor pharyngis superior dan m. constrictor pharyngis

medius, yaitu n. glossopharyngeus dan m. stylopharyngeus.

Antara m. constrictor pharyngis medius dan m. constrictor pharyngis

inferior, yaitu n. laryngeus internus dan a. laryngea superior.

Antara m. constrictor pharingis inferior dan oesophagus ialah n.

recurrens laryngis dan a. laryngea inferior.

Innervasi Otot-Otot Pharynx

35

Page 36: Larynx Pharynx

- Musculi constrictores pharyngis, m. palatopharyngeus dan m. salpingopharyngeus

mendapat innervasi dari plexus pharyngeus yang mendapat cabang-cabang dari r.

pharyngeus n. vagus. Syaraf ini sebenarnya mengandung serabut-serabut pars

cranialis n. accessorius. Plexus pharyngeus ini terletak terutama di m. constrictor

pharyngis medius.

- M. constrictor pharyngis inferior mendapat cabang-cabang juga dari n. laryngeus

externus dan n. recurrens laryngis.

- M. stylopharyngeus mendapat innervasi dari n. glossopharyngeus, yang

membelok di sisi lateral dari otot ini.

Fungsi otot-otot pharynx :

- Musculi constrictores pharyngis akan membatasi pharynx dan akan berperan aktif

saat menelan.

- M. stylopharyngeus terutama berfungsi untuk mengangkat pharynx dan larynx,

bersama-sama dengan m. levator veli palatini.

- M. salpingopharyngeus hanya mempunyai pengaruh yang sangat kecil terhadap

tuba auditiva, tetapi membantu mengangkat dinding pharynx selama proses menelan.

- Kerja sama dari otot-otot pharynx ini sangat penting dalam proses menelan.

DEGLUTITIO

Deglutitio atau proses menelan adalah suatu proses neuromusculair sangat kompleks

yang berfungsi untuk mendorong makanan dari cavum oris melalui pharynx dan

oesophagus menuju ke ventriculus. Bolus merupakan massa makanan, baik bersifat

padat maupun cair yang tertelan dalam satu waktu tertentu.

Proses deglutitio, umumnya dapat dibedakan kedalam tiga stadium, yaitu :

- kejadian di dalam cavum oris

- kejadian di dalam pharynx

- kejadian di dalam oesophagus.

Atau berdasarkan sifat gerakan menelan dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu gerakan

sadar dan gerakan reflex.

Gerakan deglutitio diawali dengan :

36

Page 37: Larynx Pharynx

- Bagian depan lidah diangkat menuju ke palatum durum oleh kerja dari m.

longitudinalis superior dan m. transversus.

- Os hyoideum diangkat ke ventral dan cranial oleh kerja dari m. geniohyoideus, m.

mylohyoideus, m. digastricus dan m. stylohyoideus.

- Lingua diangkat oleh kerja dari m. styloglossus dan m. palatoglossus.

Dengan gerakan sadar ini makanan di cavum oris yang berada atas lingua didorong ke

dorsal masuk ke oropharynx. Pada saat ini, untuk sementara gerakan respirasi berhenti.

Gerak reflex menelan selanjutnya ialah :

- Palatum molle diangkat dan diregangkan oleh kerja dari m. levator veli palatini,

m. tensor veli palatini dan palatum molle mendekati dinding dorsal oropharynx,

isthmus pharyngis mengecil oleh kerja dari m. sphincter palatopharyngeus dan m.

pterygopharyngeus. Dengan gerakan ini oropharynx terpisah dari nasopharynx

sehingga bolus dicegah untuk masuk ke dalam nasopharynx.

- Larynx dan pharynx tertarik ke atas oleh kerja dari m. stylopharyngeus, m.

palatopharyngeus, m. salpingopharyngeus dan m. thyreohyoideus.

- Aditus laryngis menutup oleh kerja dari m. aryepiglotticus, m. arytaenoideus

obliquus dan oleh karena larynx terangkat ke atas.

Bolus biasanya membelok ke lateral kanan dan kiri dari epiglottis dan plica aryepiglottica

untuk menuju ke recessus piriformis dari laryngopharynx. Selanjutnya laryngopharynx

juga ikut tertarik ke atas oleh karena os hyoideum, larynx dan pharynx tertarik ke atas

seperti tersebut di atas. Musculus sphincter yang dibentuk bersama oleh :

- pars cricopharyngeus dari m. constrictor pharyngis inferior

- pars obliqua dari m. cricothyreoideus

- bagian atas dari stratum circulare oesophagus.

Membuka secara mendadak, sehingga bolus yang sudah terdapat di laryngopharynx

terdorong masuk ke dalam oesophagus. Seterusnya melalui gerak peristaltik di

oesophagus, bolus didorong masuk ke dalam ventriculus.

INNERVASI

37

Page 38: Larynx Pharynx

Serabut-serabut motoris dan sensoris yang menuju ke pharynx berasal dari plexus

pharyngeus. Plexus pharyngeus ini terutama terletak di m. constrictor pharyngis medius,

yang dibentuk oleh rami pharengei n. vagi dan n. glossopharyngei, bersama-sama dengan

serabut-serabut syaraf symphatis cabang dari ganglion cervicale superior.

Serabut-serabut motoris di dalam plexus pharyngeus ini mendapat cabang-cabang dari n.

accessorius tetapi serabut-serabut ini kemudian akan bergabung dengan n. vagus untuk

akhirnya akan terdistribusi ke seluruh otot-otot pharynx dan palatum molle, kecuali m.

stylopharyngeus diinnervasi oleh n. IX dan m. tensor veli palatini diinnervasi oleh n. V.

Serabut-serabut sensoris di dalam plexus pharyngeus ini berasal dari cabang-cabang n.

glossopharyngeus dan mereka akan terdistribusi ke sebagian besar dari ketiga bagian

pharynx.

Serabut-serabut sensoris lainnya yang mencapai pharynx berasal dari ramus pharyngeus

cabang dari ganglion pterygopalatinum untuk nasopharynx, ramus tonsillaris cabang dari

n. glossopharyngeus untuk oropharynx dan ramus laryngeus internus dari n. vagus untuk

laryngopharynx.

VASCULARISASI

Pharynx mendapat darah cabang dari :

- a. pharyngea ascendens cabang dari a. carotis externa

- a. thyreoidea superior cabang dari a. carotis externa.

Plexus venosus yang terdapat di pharynx berada di bawah membrana mucosa dan di

bagian belakang dari facies externa pharynx. Vasa lymphatica yang berasal dari pharynx

akan bermuara ke dalam nl. cervicalis profundus.

EMBRYOLOGI

Pada awal kehidupan embryo bagian atas dari foregut terpisah di sebelah lateral dari

permukaan ectoderm oleh adanya 5-6 arcus pharyngeus. Arcus pharyngeus mulai terlihat

selama 4 minggu kehidupan. Arcus pharyngeus pertama dan kedua di setiap sisi masing-

masing disebut sebagai arcus mandibularis atau arcus hyoideus. Arcus pharyngeus

pertama dan kedua ini berkembang lebih baik daripada arcus pharyngeus yang lainnya.

Setiap arcus merupakan kondensasi dari mesodermal, tempat cartilago dan otot tumbuh.

38

Page 39: Larynx Pharynx

Diantara arcus yang saling berurutan, lapisan entodermal akan melapisi foregut menonjol

ke lateral sebagai suatu deretan dari saccus pharyngeus, yang akan bersinggungan dengan

satu deretan pertumbuhan yang dangkal dari ectodermal yang dikenal sebagai sulcus

pharyngeus. Saccus pharyngeus yang setiap sisi berjumlah 4-5 buah selama kehidupan

empat minggu akan tumbuh berbagai struktur yang sangat penting. Tersebut di bawah ini

ditunjukkan organ-organ yang berasal dari saccus pharyngeus.

Saccus pharyngeus I berkembang menjadi :

- recessus tubatympanicus, yang akan menjadi tuba auditiva dan cavum tympani.

Saccus pharyngeus II berkembang menjadi :

- tonsilla palatina.

Saccus pharyngeus III, berkembang menjadi :

- glandula parathyreoidea inferior dan sebagian glandula thymus.

Saccus pharyngeus IV, berkembang menjadi :

- glandula parathyreoidea superior

- sebagian glandula thyreoidea

- glandula thymus.

Pharynx yang definitif dibentuk setelah terjadi pemisahan dari berbagai saccus.

Selanjutnya sulcus pharyngeus menghilang, kecuali sulcus pharyngeus I, yang akan

tumbuh menjadi meatus acusticus externus. Selama menghilangnya sulcus pharyngeus

tersebut, suatu cekungan yang disebut sinus cervicalis di sebelah caudal dari arcus

pharyngeus kedua mengalami obliterasi. Bakal pharynx, tumbuh berkembang ke dalam

bagian dari tractus digestivus, termasuk atas pertumbuhan dari glandula endocrine

tertentu serta organ-organ penting dari tractus respiratorius. Glandula thyreoidea mulai

terlihat selama kehidupan empat minggu di dasar dari pharynx sebagai suatu diverticulum

kecil di linea mediana yang segera akan berkembang membentuk ductus thyreoglossus.

Lebih kearah caudal lagi, larynx, trachea dan bronchi akan berkembang dari diverticulum

mediana di dasar dari pharynx tadi.

Cyste cervicalis lateralis kadang-kadang terlihat setelah lahir sebagai suatu tonjolan yang

tidak sakit saat ditekan tepat di sebelah caudal dari angulus mandibularis dan di sebelah

anterior dari m. sternocleidomastoideus. Fistula cervicalis lateralis dapat juga ditemukan

secara kongenital sedikit di atas dari articulatio sternoclavicularis atau dekat dengan tepi

39

Page 40: Larynx Pharynx

anterior dari m. sternocleidomastoideus. Keadaan ini terjadi, tetapi tidak memerlukan

suatu tindakan tertentu. Ini memang merupakan struktur yang abnormal.

RANGKUMAN

Pharynx merupakan bagian dari tractus digestivus yang terletak di regio colli, berada di

dorsal dari cavum nasi, cavum oris dan larynx. Berdasarkan tempatnya, pharynx dapat

dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu nasopharynx, oropharynx dan laryngopharynx.

Dinding pharynx tersusun oleh beberapa lapis, berturut-turut dari dalam keluar adalah :

- membrana mucosa

- fascia pharyngobasilaris

- lapisan otot

- fascia buccopharyngea.

Otot pharynx tersusun atas dua stratum, yaitu stratum externum yang tersusun atas

musculi constrictores pharyngis dan stratum internum yang tersusun atas m.

stylopharyngeus dan m. palatopharyngeus.

Fungsi utama dari musculi constrictores pharingis adalah untuk gerakan menelan. Otot

yang lainnya merupakan otot elevator pharingis. Pharynx mendapat innervasi sensoris

dari cabang-cabang plexus pharyngeus yang berada di m. constrictor pharyngeus medius.

Plexus pharyngeus ini mendapat cabang-cabang dari n. vagus, n. glossopharyngeus dan

autonom symphatis (cabang dari ganglion cervicale superior). Serabut-serabut motoris

untuk otot-otot pharynx berasal dari n. accessorius yang dalam perjalannya

menggabungkan diri dengan n. vagus.

Vasa darah yang memberi vascularisasi pharynx berasal dari cabang-cabang a. pharyngea

ascendens dan a. thyreoidea superior yang keduanya merupakan cabang dari a. carotis

externa. Vasa darah venosa di pharynx membentuk plexus venosusu di submucosa dan di

bagian dorsal pada facies externa pharynx. Vasa lymphatica dari pharynx akan bermuara

ke nl. cervicalis profundus.

40