latar belakang

29

Click here to load reader

Upload: raditya-b-evanda

Post on 30-Dec-2015

130 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

latar belakang

TRANSCRIPT

Page 1: latar belakang

BAB. 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mahasiswa kedokteran sering mengalami kecemasan selama menempuh

pendidikan kedokteran. Kecemasan berat saat menempuh pendidikan kedokteran

dapat mempengaruhi hasil Indeks Prestasi mahasiswa (Melo, 2008). Mahasiswa

pada dasarnya akan mengalami berbagai kendala dan tuntutan yang harus

dijalaninya ketika menjalani masa perkuliahan. Tuntutan tersebut mulai dari

keluarga yang menginginkan nilai Indeks Prestasi yang tinggi, ketidaksesuaian

antara bidang studi yang diambil dengan bakat yang dimiliki, masalah ekonomi,

masalah yang berkaitan dengan jasmani dan masalah sosial (Dedi, 2011).

Mahasiswa sebagai manusia ilmiah diharapkan mampu menjadi sumber daya yang

dapat menciptakan keharmonisan dan kedinamisan pembangunan bangsa. Untuk

mewujudkan hal diatas, maka seorang mahasiswa harus memiliki keahlian dan

kreatifitas yang tinggi sehingga setelah lulus atau meraih gelar kesarjanaan ia

diharapkan mampu menjadi manusia berkualitas yang dapat mengaplikasikan

ilmu yang diperoleh selama kuliah dalam lingkungan yang lebih luas yaitu

lingkungan sosial masyarakat. Namun demikian untuk mencapai keberhasilan

diperlukan usaha yang kuat dan keras. Tidak sedikit hambatan dalam mencapai

dan mempertahankan kinerja akademik untuk segera menyelesaikan masa studi

tersebut. Kondisi tersebut akan membuat mahasiswa menjadi individu yang

tertekan. Terutama dikarenakan kondisi lingkungan yang menekannya, kondisi

yang menekan tersebut salah satunya disebutkan sebagai kecemasan (Chaplin.

2000).

Kecemasan adalah sesuatu yang menyadarkan. Keadaan ini memperingatkan

adanya bahaya yang mengancam dan memungkinkan seseorang mengambil

tindakan untuk mengatasi ancaman tersebut. Kecemasan ditandai oleh rasa

ketakutan yang difus, tidak menyenangkan, dan samar – samar, seringkali disertai

oleh gejala otonomik seperti nyeri kepala, berkeringat, palpitasi, kekakuan pada

dada, dan gangguan lambung ringan. Di samping efek motorik dan visceral,

kecemasan mempengaruhi berpikir, persepsi, dan belajar. Kecemasan cenderung

menghasilkan kebingungan dan distorsi persepsi, tidak hanya pada ruang dan

1

Page 2: latar belakang

waktu, tetapi pada orang dan arti peristiwa. Distorsi tersebut dapat mengganggu

belajar dengan menurunkan daya ingat, dan mengganggu kemampuan untuk

menghubungkan satu hal dengan hal lain, yaitu untuk membuat asosiasi (Kaplan,

2007).

Sumber – sumber kecemasan bisa timbul dari berbagai hal, misalnya

perubahan yang terjadi pada individu yang dapat menimbulkan rasa cemas.

Namun, rasa cemas yang dirasakan tersebut juga tergantung pada daya pikir dan

perkembangannya. Bagi individu yang penyesuaiannya baik, maka kecemasan

yang dialami akan mudah diatasi. Tapi bagi individu lainnya yang tingkat

penyesuaiannya kurang baik, maka kecemasan yang dirasakan akan menjadi

masalah, bahkan dapat menghambat kegiatan seharinya – harinya (Agustina,

2006). Begitu pula tingkat kecemasan yang bisa terjadi pada mahasiswa saat

menjelang ujian akhir blok yang dihadapi di Fakultas masing-masing. Dalam hal

ini peneliti akan melakukan analisis yang mendalam terhadap tingkat kecemasan

mahasiswa dengan hasil Indeks Prestasi yang didapat tiap bloknya dalam satu

semester.

Fakultas Kedokteran Universitas Jember merupakan salah satu fakultas

kedokteran yang menganut sistem pembelajaran PBL. Sistem pembelajaran ini

mengharuskan mahasiswa untuk giat dalam belajar karena tuntutan materi yang

banyak dalam waktu yang singkat. Hal tersebut diperberat oleh adanya sistem

ujian blok yang dilaksanakan tiga kali dalam satu semester. Dengan kondisi

tersebut, waktu belajar mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Jember

menjadi semakin singkat. Oleh karena itu, peneliti akan menganalisa hubungan

tingkat kecemasan mahasiwa Fakultas Kedokteran Universitas Jember dengan

hasil indeks prestasi mahasiwa dalam satu semester.

2

Page 3: latar belakang

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang dapat

dirumuskan adalah sebagai berikut :

1. Apakah terdapat kecemasan menjelang ujian akhir blok pada

mahasiswa di Fakultas Kedokteran Universitas Jember ?

2. Bagaimana hasil Indeks Prestasi Mahasiswa Fakultas Kedokteran

Universitas Jember?

3. Bagaimana hubungan antara tingkat kecemasan dengan hasil Indeks

Prestasi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Jember?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini meliputi:

1.3.1 Tujuan Umum

Menjelaskan hubungan antara tingkat kecemasan dengan hasil Indeks

Prestasi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Jember.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. mengetahui distribusi frekuensi tingkat kecemasan menjelang ujian

akhir blok mahasiswa di Fakultas Kedokteran Universitas Jember;

2. mengetahui distribusi frekuensi hasil Indeks Prestasi Mahasiwa

Fakultas Kedokteran Universitas Jember;

3. menganalisis peran tingkat kecemasan dan hasil Indeks Prestasi

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Jember.

1.4 Manfaat penelitian

1 Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan penelitian

selanjutnya.

2 Dapat memberi informasi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

kecemasan pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Jember

angkatan 2011, 2012, 2013.

3 Sebagai masukan untuk penelitian lain yang sejenis.

3

Page 4: latar belakang

BAB. 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Indeks Prestasi

Prestasi akademik merupakan hasil belajar yang diperoleh dari kegiatan

belajar di sekolah atau perguruan tinggi yang bersifat kognitif dan biasanya

ditentukan melalui pengukuran dan penilaian (Hadi, 2012). Indeks Prestasi belajar

merupakan penguasaan pengetahuan terhadap mata kuliah yang dibuktikan

melalui tes atau ujian yang dihitung pada setiap semester untuk mengetahui

keberhasilan belajar. Keberhasilan dalam belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor

internal(yang berasal dari diri sendiri) seperti kesehatan, intelegensi, bakat, minat,

motivasi dan cara belajar (faktor eksternal yang berasal dari luar) seperti

keluarga,sekolah,masyarakat dan lingkungan sekitar. Prestasi akademik pada

penelitian ini dinilai berdasarkan IP (Indeks Prestasi).

Indeks Prestasi (IP) adalah penilaian keberhasilan studi semester yang

dilakukan pada tiap akhir semester (Universitas Jember). Penilaian ini meliputi

semua mata kuliah yang direncanakan mahasiswa dalam Kartu Rencana Studi

(KRS). Perhitungan IP menggunakan rumus sebagai berikut:

IP = ∑ KN∑ K

Dengan K adalah besarnya sks masing-masing mata kuliah, dan N adalah nilai-

nilai masing-masing mata kuliah.

2.2 Kecemasan

2.2.1 Definisi Kecemasan

Kecemasan atau dalam bahasa Latin, angere, yang berarti tercekik atau

tercekat. Gangguan anxietas adalah keadaan tegang yang berlebihan atau tidak

pada tempatnya yang ditandai oleh perasaan khawatir, tidak menentu, atau takut.

Respon anxietas seringkali tidak berkaitan dengan ancaman yang nyata, namun

tetap dapat membuat seseorang tidak mampu bertindak atau bahkan menarik diri

(Maramis,2009).

4

Page 5: latar belakang

Menurut Nevid (2003), Kecemasan dapat menjadi reaksi emosional yang

normal di beberapa situasi, tetapi tidak disituasi lain. Sumadinata (2004)

mengatakan bahwa seseorang yang merasa khawatir karena menghadapi situasi

yang tidak bisa memberikan jawaban yang jelas, tidak bisa mengharapkan sesuatu

pertolongan, dan tidak ada harapan yang jelas akan mendapatkan hasil.

Kecemasan dan kekhawatiran yang ringan dan menjadi sebuah motivasi.

Sedangkan kecemasan dan kekhawatiran yang kuat dan negatif dapat

menimbulkan gangguan fisik maupun psikis.

Kecemasan adalah suatu keadaan tegang yang memotivasi individu untuk

berbuat sesuatu. Fungsinya adalah untuk memperingatkan adanya ancaman

bahaya, yakni sinyal bagi ego yang akan terus meningkat jika tindakan-tindakan

yang layak untuk mengatasi ancaman tidak diambil. Apabila tidak bisa

mengendalikan kecemasan melalui cara-cara yang rasional dan langsung, maka

ego akan mengandalkan cara-cara yang tidak realistis yakni tingkah laku yang

berorientasi pada pertahanan ego/defend mechanism (Freud dalam Corey,

2005). Sebagai suatu sinyal, kecemasan menyadarkan ego untuk mengambil

tindakan defensive terhadap tekanan dari dalam (Kaplan,2007).

Kecemasan dalam psikiatri muncul untuk merujuk suatu respon mentaldan

fisik terhadap situasi yang menakutkan dan mengancam. Secara mendasar lebih

merupakan respon fisiologis daripada respon patologis terhadap ancaman.

Sehingga orang cemas tidaklah harus abnormal dalam perilaku mereka, bahkan

kecemasan merupakan respon yang sangat diperlukan. Kecemasan berperan untuk

menyiapkan orang untuk menghadapi ancaman. Perasaan cemas atau sedih yang

berlangsung sesaat adalah normal dan hampir semua orang pernah mengalaminya.

Cemas pada umumnya terjadi sebagai reaksi sementara terhadap stres kehidupan

sehari – hari. Bila cemas menjadi begitu besar atau sering seperti yang disebabkan

oleh tekanan ekonomi yang berkepanjangan, penyakit kronis dan serius, atau

permasalahan keluarga maka akan berlangsung lama. Kecemasan yang

berkepanjangan sering menjadi patologis yang menghasilkan segerombolan gejala

– gejala hiperaktivitas otonom yang mengenai system musculoskeletal,

cardiovascular, gastrointestinal, dan bahkan genitourinarius. Respon kecemasan

yang berkepanjangan ini sering diberi istilah gangguan kecemasan dan ini

5

Page 6: latar belakang

merupakan penyakit. Dari aspek klinik, kecemasan dapat dijumpai pada orang

yang menderita stress normal; pada orang yang menderita sakit fisik berat, lama,

dan kronik; pada orang dengan gangguan psikiatri berat; dan pada segolongan

penyakit yang berdiri sendiri yang dinamakan gangguan kecemasan (Romadhon,

2007).

2.2.2 Jenis – Jenis Kecemasan

Dalam keseharian, kita tidak luput dari rasa kecemasan yang mengancam

diri/ego. Ada beberapa hal yang membuat diri/ego kita yang membuat rasa tidak

aman. Dalam hal ini, Freud mengatakan “life is not easy”, dan memang hidup ini

tidak mudah (Ferdinand, 2007).

Menurut Freud, ada tiga jenis kecemasan yang sering dialami manusia

(Ferdinand, 2007), antara lain :

a. Kecemasan realistic

Secara normal, kecemasan realistic ini sering dialami dalam

kehidupan sehari-hari. Kecemasan realistic disebut juga dengan rasa

takut. Contoh dari kecemasan ini sangat jelas, karena sumber

kecemasan memang membayakan secara fisik, seperti jika saya

melemarkan seekor ular kedepan anda, anda akan mengalami

kecemasan realistic ini.

b. Kecemasan moral

Ini akan kita rasakan ketika ancaman bukan dari luar, dari dunia fisik,

tapi dari dunia sosial superego yang telah terintegrasi dalam diri kita.

Kecemasan moral ini adalah antara lain dari rasa malu, rasa bersalah

atau rasa takut mendapatkan sanksi.

c. Kecemasan neurotik

Perasaan takut jenis ini muncul akibat rangsangan-rangsangan id.

Kalau anda pernah merasakan “kehilangan id”, gugup, tidak mampu

mengendalikan diri, perilaku, akal dan bahkan pikiran anda, maka

anda saat itu sedang mengalami kecemasan neurotik. Kecemasan jenis

ini yang merupakan sumber terbanyak yang membuat seseorang

terganggu secara psikologis.

6

Page 7: latar belakang

2.2.3 Gejala – Gejala Kecemasan

Gejala – gejala kecemasan (Nevid, 2003) adalah berupa:

a. Secara fisik meliputi kegelisahan, kegugupan, tangan dan anggota

tubuh yang bergetar atau gemetar, banyak berkeringat, mulut atau

kerongkongan terasa kering, sulit berbicara, sulit bernafas, jantung

berdebar keras atau bertak kencang, pusing ,merasa lemas atau mati

rasa,sering buang air kecil, merasa sensitif, atau mudah marah. 

b. Cara behavioral meliputi perilaku menghindar, perilaku melekat dan

dependent, perilaku terguncang. 

c. Secara kognitif meliputi khawatir tentang sesuatu, perasaan terganggu

ata ketakutanatau aphensi terhadap sesuatu yang terjadi dimasa depan,

keyakinan bahwa sesuatu yang mengerikan akan segera terjadi tanpa

penjelasan yang jelas, ketakutan akan kehilangan control, ketakutan

akan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah, berpikir bahwa

semuanya tidak bisa lagi dikendalikan, merasa sulit memfokuskan

pikiran dan berkonsentrasi.

Sedangkan menurut Heber dan Runyon (1984), kecemasan

dimanifestasikan dalam empat hal yaitu:

a. Kognitif (dalam pikiran individu) 

b. Motorik (dalam tindakan) 

c. Somatik (dalam reaksi fisik/biologis) 

d. Afektif (dalam emosi individu)

Kecemasan (anxiety) sangat berkaitan dengan perasaan yang tidak pasti

dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang jelas.

Terkadang, seseorang menghadapi kecemasan sebagai sebuah tantangan sehingga

mempersiapkan sesuatu untuk menghadapinya. Hal ini yang akan memberikan

hasil yang positif. Tetapi terkadang pula, kecemasan membuat seseorang tidak

berdaya, dan merasa tidak mampu menghadapi kecemasan itu sehingga ingin lari

dari masalahnya dengan mengembangkan defend mechanism (mekanisme

pertahanan diri/ego).

7

Page 8: latar belakang

Menurut Departemen Kesehatan, manifestasi cemas sangat bervariasi,

beberapa gejala yang umum terdapat diantaranya :

a. Kardiovaskuler, dapat berupa : palpitasi, takikardi, kenaikan tekanan

darah, muka merah, atau pucat.

b. Pernafasan, dapat berupa : nafas pendek dan cepat

c. Kulit : jerawat/bisul diwajah , kulit merah-merah (rash), temperatur

kulit berubah-ubah (kadang panas,kadang dingin), banyak keringat,

kesemutan (parestesi).

d. Muskuloskeletal : tremor , gemeter, ketegangan otot dan kejang otot.

e. Gastrointestinal : diare, mual (nausea), dan nyeri perut.

f. Kondisi fisik lain : sakit kepala , nyeri dada, kewaspadaan yang

berlebihan, insomnia, pusing, pingsan, dan sering buang air kecil.

g. Gejala psikologis : merasa takut, tegang, gugup, marah, stres, rewel,

gelisah dan bengong. Dalam kondisi panik seperti merasa akan mati,

perasaan derealisasi ( merasa lingkungan berubah ), dan tidak dapat

berpikir, digambarkan oleh orang lain sebagai nervous atau lekas

gugup. Sering pula mengalami mimpi buruk (nightmares), fantasi

yang menakutkan, dan merasa diri berbeda.

h. Perilaku sosial : tampak sebagai orang yang tidak berdaya, selalu

lekat, dan tergantung pada orang lain, pemalu, menarik diri,

mengalami kesulitan dalam situasi sosial. Reaksinya berlebihan atau

tidak ada reaksi, sering menolak untuk melakukan aktivitas yang

berbahaya misalnya seperti memanjat pohon atau sebaliknya yang

berhubungan dengan sesuatu yang mempunyai risiko tinggi (

counterphobically ).

2.2.4 Klasifikasi Tingkat Kecemasan

Terdapat beberapa tingkatan kecemasan menurut Stuart dan Sudeen

(1998), yaitu :

a. Kecemasan ringan

Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan

sehari – hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan

8

Page 9: latar belakang

meningkatkan lahan persepsinya. Kecemasan ringan dapat memotivasi

belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas. Manifestasi

yang muncul pada tingkat ini adalah kelelahan, iritabel, lapang

persepsi meningkat, dan tingkah laku sesuai situasi.

b. Kecemasan sedang

Kecemasan sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan

masalah yang penting dan mengesampingkan yang lain sehingga

seseorang mengalami perhatian yang efektif, namun dapat melakukan

sesuatu yang terarah. Manifestasi yang terjadi pada tingkat ini yaitu

kelelahan meningkat, kecepatan denyut jantung dan pernafasan

meningkat, ketegangan otot meningkat, bicara cepat dengan volume

tinggi, lahanpersepsi menyempit, mampu untuk belajar namun tidak

optimal, kemampuan konsentrasi menurun, perhatian selektif dan

terfokus pada rangsangan yang tidak menambah kecemasan, mudah

tersinggung, tidak sabar, mudah lupa, marah, dan menangis.

c. Kecemasan berat mengurangi

Kecemasan berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang.

Seseorang dengan kecemasan berat cenderung untuk memusatkan pada

sesuatu yang etrinci dan spesifik, serta tidak dapat berpikir tentang hal

lain. Mereka memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan

pada suatu area yang lain. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini

adalah mengeluh pusing, sakit kepala, mual (nausea), tidak dapat tidur

(insomnia), sering kencing, diare, palpitasi, lahan persepsi menyempit,

tidak mau belajar secara efektif, berfokus pada dirinya sendiri fdan

keinginan untuk menghilangkan kecemasan tinggi, perasaan tidak

berdaya, bingung, serta disorientasi.

d. Panik

Panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan, dan terror karena

mengalami kehilangan kendali. Orang yang sedang panik tidak mampu

melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Tanda dan gejala

yang terjadi pada keadaan ini adalah susah bernafas, dilatasi pupil,

palpitasi, pucat,pembicaraan inkoheren, tidak dapat berespon terhadap

9

Page 10: latar belakang

perintah yang sederhana, berteriak, menjerit, mengalami halusinasi,

dan delusi.

2.2.5 Cara Mengatasi Kecemasan

Terdapat upaya-upaya tertentu untuk mencegah dan mengurangi

kecemasan siswa di sekolah, diantaranya dapat dilakukan melalui (Sudrajat, 2008)

:

a. Menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan.

Pembelajaran dapat menyenangkan apabila bertolak dari potensi,

minat, dan kebutuhan siswa. Oleh karena itu, strategi pembelajaran

yang digunakan hendaknya berpusat pada siswa yang memungkinkan

siswa untuk dapat mengkspresikan diri dan dapat mengambil peran

aktif dalam proses pembelajarannya.

b. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung guru seyogyanya dapat

mengembangkan “sense of humor” dirinya maupun para siswanya.

Kendati demikian, lelucon yang dilontarkan tetap harus berdasar pada

etika dan tidak memojokkan siswa.

c. Melakukan kegiatan selingan melalui berbagai atraksi “game”

tertentu, terutama dilakukan pada saat suasana kelas sedang tidak

kondusif. Dalam hal ini, keterampilan guru dalam mengembangkan

dinamika kelompok tampaknya sangat diperlukan.

d. Sewaktu-waktu ajaklah siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran

di luar kelas, sehingga dalam proses pembelajaran tidak selamanya

siswa harus terkurung di dalam kelas.

e. Memberikan materi dan tugas-tugas akademik dengan tingkat

kesulitan yang moderat. Dalam arti, tidak terlalu mudah karena akan

menyebabkan siswa menjadi cepat bosan dan kurang tertantang, tetapi

tidak juga terlalu sulit yang dapat menyebabkan siswa frustrasi.

f. Menggunakan pendekatan humanistik dalam pengelolaan kelas,

dimana siswa dapat mengembangkan pola hubungan yang akrab,

ramah, toleran, penuh kecintaan dan penghargaan, baik dengan guru

maupun dengan sesama siswa. Sedapat mungkin guru menghindari

10

Page 11: latar belakang

penggunaan reinforcement negatif (hukuman) jika terjadi tindakan

indisipliner pada siswanya.

g. Mengembangkan sistem penilaian yang menyenangkan, dengan

memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan penilaian diri

(self assessment) atas tugas dan pekerjaan yang telah dilakukannya.

Pada saat berlangsungnya pengujian, ciptakan situasi yang tidak

mencekam, namun dengan tetap menjaga ketertiban dan objektivitas.

Berikanlah umpan balik yang positif selama dan sesudah

melaksanakan suatu asesmen atau pengujian.

h. Di hadapan siswa, guru akan dipersepsi sebagai sosok pemegang

otoritas yang dapat memberikan hukuman. Oleh karena itu, guru

seyogyanya berupaya untuk menanamkan kesan positif dalam diri

siswa, dengan hadir sebagai sosok yang menyenangkan, ramah,

cerdas, penuh empati dan dapat diteladani, bukan menjadi sumber

ketakutan.

i. Pengembangan menajemen sekolah yang memungkinkan tersedianya

sarana dan sarana pokok yang dibutuhkan untuk kepentingan

pembelajaran siswa, seperti ketersediaan alat tulis, tempat duduk,

ruangan kelas dan sebagainya. Di samping itu, ciptakanlah sekolah

sebagai lingkungan yang nyaman dan terbebas dari berbagai

gangguan, terapkan disiplin sekolah yang manusiawi serta hindari

bentuk tindakan kekerasan fisik maupun psikis di sekolah, baik yang

dilakukan oleh guru, teman maupun orang-orang yang berada di luar

sekolah.

j. Mengoptimalkan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah.

Pelayanan bimbingan dan konseling dapat dijadikan sebagai kekuatan

inti di sekolah guna mencegah dan mengatasi kecemasan siswa.

Dalam hal ini, ketersediaan konselor profesional di sekolah

tampaknya menjadi mutlak adanya.

11

Page 12: latar belakang

2.3 Hubungan Kecemasan dengan Hasil Indeks Prestasi Mahasiswa

Tingkat keberhasilan mahasiswa dalam proses pendidikan dipengaruhi

banyak faktor, secara garis besar faktor -faktor tersebut bisa dikelompokan

menjadi 2 yaitu (Hildayati, 2002).

a. Faktor intelektual adalah kemampuan seseorang yang diperlihatkan melalui

kecerdasan dan kepandaiannya dalam berpikir dan berbuat. Seperti bakat,

kapasitas belajar, kecerdasan, dan hasil belajar yang telah dicapai.

b. Faktor non -intelektual adalah segala kondisi dari dalam dan luar dirinya atau

lingkungan sekitar, yang terkait dengan diri seorang dalam mempengaruhi

kemampuan berpikir dan bertindak. Seperti masalah belajar, kecemasan,

sosial, keuangan,keluarga, organisasi, sahabat, metode belajar serta

lingkungan.

2.4 Kerangka Konseptual

Keterangan :

: diteliti

: tidak diteliti

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian

12

Variabel Kecemasan

Indeks Prestasi

Variabel Kendali1. Faktor Psikologis2. Faktor Biologis3. Faktor Ekonomi4. Faktor Psikososial

Page 13: latar belakang

Pada penelitian ini menggunakan kerangka konseptual yang

menggambarkan adanya hubungan antara tingkat kecemasan menjelang ujian

akhir blok dengan Indeks Prestasi Mahasiswa. Sedangan faktor-faktor psikologis,

biologis, ekonomi dan psikososial adalah faktor yang dapat mempengaruhi

hubungan dalam model namun tidak di teliti dalam penelitian ini.

2.5 Hipotesis

Berdasarkan gambar kerangka konseptual penelitian tersebut, dapat disusun

hipotesis penelitian sebagai berikut:

Ho : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kecemasan

dengan Indeks Prestasi Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas

Jember

Ha : Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kecemasan dengan

Indeks Prestasi Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Jember

13

Page 14: latar belakang

BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini adalah penelitian analitik dengan pendekatan

cross sectional yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk

membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif dimana

pengukuran variabelnya hanya dilakukan satu kali pada satu waktu selama

penelitian (Notoadmojo,2002).

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

3.2.1 Populasi Penelitian

Populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek

atau subyek yang mempunyai karakteristik tertentu dan mempunyai kesempatan

yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel. Populasi penelitian adalah

mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Jember.

3.2.2 Sampel Penelitian

Sampel merupakan sub kelompok yang mewakili populasi yang diteliti.

Penelitian ini tidak menggunakan semua individu dalam populasi sebagai

responden, tetapi cukup mengambil sampel yang mewakili populasi. Unit sampel

dalam penelitian ini adalah sama dengan unit analisisnya yaitu fakultas,

sedangkan yang menjadi responden penelitian adalah mahasiswa Fakultas

Kedokteran Universitas Jember angkatan 2011.

3.2.3 Teknik Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel secara stratified random sampling

merupakan suatu metode pengambilan sampel dimana populasi yang bersifat

heterogen dibagi - bagi dalam lapisan – lapisan (strata) dan dalam setiap strata

akan diambil sampel secara acak. Peneliti meninjau langsung ke angkatan 2011

Fakultas Kedokteran Universitas Jember dan melakukan pembagian lembar

kuisioner untuk mengetahui gambaran kecemasan menjelang ujian akhir blok.

14

Page 15: latar belakang

3.2.4 Besar Sampel

Jumlah sampel dalam penelitian ini dihitung menggunakan rumus Slovin

(Umar, 2004), sebagai berikut :

n= N

1+N e2

n = Jumlah sampel penelitian

N = Jumlah populasi

e = Presentase ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang

masih dapat diinginkan. Presentase yang digunakan 10%.

n= N

1+N e2

n= 300

1+300 . 0.12=75

n=75

3.3 Variabel Penelitian

3.3.1 Variabel dalam penelitian ini

a. Hasil Indeks Prestasi Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas

Jember angkatan 2011, 2012, 2013

b. Tingkat Kecemasan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas

Jember angkatan 2011, 2012, 2013

c. Variabel Kendali

1. Psikososial

2. Biologis

3. Ekonomi

4. Psikologis

15

Page 16: latar belakang

3.3.2 Definisi Operasional Variabel

a. Kecemasan adalah persepsi mahasiswa akan tentang perasaan yang tidak

menyenangkan dan reaksi fisiologis, dalam kata lain reaksi atas situasi

yang dianggap berbahaya. Dalam hal ini ujian akhir blok yang akan

dihadapi oleh mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Jember

dianggap sebagai situasi yang berbahaya sehingga akan menimbulkan

kecemasan.

Indikator variabel kecemasan yang terdiri dari rasa cemas, rasa tegang,

rasa takut, gangguan tidur, kesulitan konsentrasi dan gangguan daya

ingat, perasaan sedih, gejala somatis umum (Muskuler), gejala somatik

umum (Sensoris), gejala kasdiovaskuler, gejala pernafasan, gejala

pencernaan, gejala genitourinaria, tanda-tanda autonomik yang lain

dan perilaku selama wawancara yang selanjutnya indikator diukur

dengan skala kecemasan menurut HARS (Hamilton Anxiety Rating

Scale) dengan tingkatan sebagai berikut (Nursalam,2003) :

No Skala Kriteria1 Skor < 14 tidak cemas2 Skor 14 – 20 cemas ringan3 Skor 21 – 27 cemas sedang4 Skor > 27 cemas berat

b. Indeks Prestasi Mahasiswa adalah penguasaan pengetahuan terhadap

mata kuliah yang dibuktikan melalui tes atau ujian yang dihitung pada

setiap semester untuk mengetahui keberhasilan belajar.

IP merupakan nilai dengan rentang 0-4 dengan perjenjangan seperti

matriks berikut

Skala Huruf Nilai Keterangan

80-100 A 4,00 Sangat Baik

70-79,9 B 3,00 Baik

60-69,9 C 2,00 Cukup

50-59,9 D 1,00 Kurang

0-49,9 E 0,00 Sangat Kurang

16

Page 17: latar belakang

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini menggunakan :

1. HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale)

Instrumen ini digunakan untuk menentukan ada tidaknya kecemasan.

2. Informed Consent

Instrumen ini digunakan untuk menghilangkan variabel – variabel lain

yang tidak diteliti serta berisi data demografi.

3.5 Tempat dan Waktu Penelitian

3.5.1 Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Jember.

3.5.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2014 sampai dengan bulan

Juni 2014.

3.6 Prosedur Pengambilan Data

3.6.1 Uji Kelayakan

Penelitian ini menggunakan subjek manusia, sehingga dalam

pelaksanaannya telah dinyatakan layak oleh Komisi Etik Kedokteran.

3.6.2 Informed Consent

Informed Consent adalah suatu formulir pernyataan yang berisi tentang

kesediaan sampel untuk menjadi subjek penelitian. Pada formulir ini juga akan

dijelaskan selama pengambilan data pada sampel, tidak ada kerugian baik materiil

maupun non – materiil yang akan dialami oleh sampel selama perlakuan ataupun

sesudah perlakuan (Badan Litbangkes Depkes, tanpa tahun)

3.6.3 Pengumpulan Data Populasi dan Pengambilan Data

Subjek penelitian mengisi kuisioner sesuai dengan petunjuk pengisian.

Kemudian subjek penelitian dilakukan wawancara dengan menggunakan skala

HARS. Data diambil dengan cara menghitung jumlah jawaban sampel. Data

17

Page 18: latar belakang

kecemasan yang telah didapat kemudian diklasifikasikan berdasarkan HARS

(Hamilton Anxiety Rating Scale).

3.7 Prosedur Penelitian

3.7.1 Alur Penelitian

Perizinan

Pengumpulan Data Populasi

Penyebaran serta pengisian lembar Informed Consent dan HARS

Menilai tingkat kecemasan

Pengolahan data

Analisis data

Hasil Penelitian

Laporan Penelitian

Gambar 3.1 Skema Alur Penelitian

3.7.2 Analisis Data

Analisis data dilaksanakan melalui kegiatan : (1) mengelompokkan data

sejenis dalam suatu tabel (tabulasi), (2) menganalisis data dengan melakukan

perhitungan-perhitungan dengan alat analisis yang akan digunakan adalah

Korelasi Pearson Product Moment dengan menggunakan program SPSS.

Korelasi Pearson Product Moment digunakan untuk mengetahui ada tidaknya

hubungan dua variabel. Jika korelasi menghasilkan angka positif, hubungan kedua

variabel bersifat searah. Jika korelasi menghasilkan angka negatif, hubungan

kedua variabel bersifat tidak searah.

18

Page 19: latar belakang

Angka korelasi berkisar antara 0 s/d 1 dengan kriteria sebagai berikut:

a. 0 - 0,25 ; korelasi sangat lemah (dianggap tidak ada)

b. >0,25 – 0,5: korelasi cukup

c. >0,5 – 0,75: korelasi kuat

d. >0,75 – 1 : korelasi sangat kuat

19