latar belakang
DESCRIPTION
latar belakangTRANSCRIPT
![Page 1: latar belakang](https://reader038.vdocuments.net/reader038/viewer/2022100508/55cf992f550346d0339c11f7/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB. 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mahasiswa kedokteran sering mengalami kecemasan selama menempuh
pendidikan kedokteran. Kecemasan berat saat menempuh pendidikan kedokteran
dapat mempengaruhi hasil Indeks Prestasi mahasiswa (Melo, 2008). Mahasiswa
pada dasarnya akan mengalami berbagai kendala dan tuntutan yang harus
dijalaninya ketika menjalani masa perkuliahan. Tuntutan tersebut mulai dari
keluarga yang menginginkan nilai Indeks Prestasi yang tinggi, ketidaksesuaian
antara bidang studi yang diambil dengan bakat yang dimiliki, masalah ekonomi,
masalah yang berkaitan dengan jasmani dan masalah sosial (Dedi, 2011).
Mahasiswa sebagai manusia ilmiah diharapkan mampu menjadi sumber daya yang
dapat menciptakan keharmonisan dan kedinamisan pembangunan bangsa. Untuk
mewujudkan hal diatas, maka seorang mahasiswa harus memiliki keahlian dan
kreatifitas yang tinggi sehingga setelah lulus atau meraih gelar kesarjanaan ia
diharapkan mampu menjadi manusia berkualitas yang dapat mengaplikasikan
ilmu yang diperoleh selama kuliah dalam lingkungan yang lebih luas yaitu
lingkungan sosial masyarakat. Namun demikian untuk mencapai keberhasilan
diperlukan usaha yang kuat dan keras. Tidak sedikit hambatan dalam mencapai
dan mempertahankan kinerja akademik untuk segera menyelesaikan masa studi
tersebut. Kondisi tersebut akan membuat mahasiswa menjadi individu yang
tertekan. Terutama dikarenakan kondisi lingkungan yang menekannya, kondisi
yang menekan tersebut salah satunya disebutkan sebagai kecemasan (Chaplin.
2000).
Kecemasan adalah sesuatu yang menyadarkan. Keadaan ini memperingatkan
adanya bahaya yang mengancam dan memungkinkan seseorang mengambil
tindakan untuk mengatasi ancaman tersebut. Kecemasan ditandai oleh rasa
ketakutan yang difus, tidak menyenangkan, dan samar – samar, seringkali disertai
oleh gejala otonomik seperti nyeri kepala, berkeringat, palpitasi, kekakuan pada
dada, dan gangguan lambung ringan. Di samping efek motorik dan visceral,
kecemasan mempengaruhi berpikir, persepsi, dan belajar. Kecemasan cenderung
menghasilkan kebingungan dan distorsi persepsi, tidak hanya pada ruang dan
1
![Page 2: latar belakang](https://reader038.vdocuments.net/reader038/viewer/2022100508/55cf992f550346d0339c11f7/html5/thumbnails/2.jpg)
waktu, tetapi pada orang dan arti peristiwa. Distorsi tersebut dapat mengganggu
belajar dengan menurunkan daya ingat, dan mengganggu kemampuan untuk
menghubungkan satu hal dengan hal lain, yaitu untuk membuat asosiasi (Kaplan,
2007).
Sumber – sumber kecemasan bisa timbul dari berbagai hal, misalnya
perubahan yang terjadi pada individu yang dapat menimbulkan rasa cemas.
Namun, rasa cemas yang dirasakan tersebut juga tergantung pada daya pikir dan
perkembangannya. Bagi individu yang penyesuaiannya baik, maka kecemasan
yang dialami akan mudah diatasi. Tapi bagi individu lainnya yang tingkat
penyesuaiannya kurang baik, maka kecemasan yang dirasakan akan menjadi
masalah, bahkan dapat menghambat kegiatan seharinya – harinya (Agustina,
2006). Begitu pula tingkat kecemasan yang bisa terjadi pada mahasiswa saat
menjelang ujian akhir blok yang dihadapi di Fakultas masing-masing. Dalam hal
ini peneliti akan melakukan analisis yang mendalam terhadap tingkat kecemasan
mahasiswa dengan hasil Indeks Prestasi yang didapat tiap bloknya dalam satu
semester.
Fakultas Kedokteran Universitas Jember merupakan salah satu fakultas
kedokteran yang menganut sistem pembelajaran PBL. Sistem pembelajaran ini
mengharuskan mahasiswa untuk giat dalam belajar karena tuntutan materi yang
banyak dalam waktu yang singkat. Hal tersebut diperberat oleh adanya sistem
ujian blok yang dilaksanakan tiga kali dalam satu semester. Dengan kondisi
tersebut, waktu belajar mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Jember
menjadi semakin singkat. Oleh karena itu, peneliti akan menganalisa hubungan
tingkat kecemasan mahasiwa Fakultas Kedokteran Universitas Jember dengan
hasil indeks prestasi mahasiwa dalam satu semester.
2
![Page 3: latar belakang](https://reader038.vdocuments.net/reader038/viewer/2022100508/55cf992f550346d0339c11f7/html5/thumbnails/3.jpg)
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang dapat
dirumuskan adalah sebagai berikut :
1. Apakah terdapat kecemasan menjelang ujian akhir blok pada
mahasiswa di Fakultas Kedokteran Universitas Jember ?
2. Bagaimana hasil Indeks Prestasi Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Jember?
3. Bagaimana hubungan antara tingkat kecemasan dengan hasil Indeks
Prestasi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Jember?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini meliputi:
1.3.1 Tujuan Umum
Menjelaskan hubungan antara tingkat kecemasan dengan hasil Indeks
Prestasi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Jember.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. mengetahui distribusi frekuensi tingkat kecemasan menjelang ujian
akhir blok mahasiswa di Fakultas Kedokteran Universitas Jember;
2. mengetahui distribusi frekuensi hasil Indeks Prestasi Mahasiwa
Fakultas Kedokteran Universitas Jember;
3. menganalisis peran tingkat kecemasan dan hasil Indeks Prestasi
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Jember.
1.4 Manfaat penelitian
1 Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan penelitian
selanjutnya.
2 Dapat memberi informasi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
kecemasan pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Jember
angkatan 2011, 2012, 2013.
3 Sebagai masukan untuk penelitian lain yang sejenis.
3
![Page 4: latar belakang](https://reader038.vdocuments.net/reader038/viewer/2022100508/55cf992f550346d0339c11f7/html5/thumbnails/4.jpg)
BAB. 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Indeks Prestasi
Prestasi akademik merupakan hasil belajar yang diperoleh dari kegiatan
belajar di sekolah atau perguruan tinggi yang bersifat kognitif dan biasanya
ditentukan melalui pengukuran dan penilaian (Hadi, 2012). Indeks Prestasi belajar
merupakan penguasaan pengetahuan terhadap mata kuliah yang dibuktikan
melalui tes atau ujian yang dihitung pada setiap semester untuk mengetahui
keberhasilan belajar. Keberhasilan dalam belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor
internal(yang berasal dari diri sendiri) seperti kesehatan, intelegensi, bakat, minat,
motivasi dan cara belajar (faktor eksternal yang berasal dari luar) seperti
keluarga,sekolah,masyarakat dan lingkungan sekitar. Prestasi akademik pada
penelitian ini dinilai berdasarkan IP (Indeks Prestasi).
Indeks Prestasi (IP) adalah penilaian keberhasilan studi semester yang
dilakukan pada tiap akhir semester (Universitas Jember). Penilaian ini meliputi
semua mata kuliah yang direncanakan mahasiswa dalam Kartu Rencana Studi
(KRS). Perhitungan IP menggunakan rumus sebagai berikut:
IP = ∑ KN∑ K
Dengan K adalah besarnya sks masing-masing mata kuliah, dan N adalah nilai-
nilai masing-masing mata kuliah.
2.2 Kecemasan
2.2.1 Definisi Kecemasan
Kecemasan atau dalam bahasa Latin, angere, yang berarti tercekik atau
tercekat. Gangguan anxietas adalah keadaan tegang yang berlebihan atau tidak
pada tempatnya yang ditandai oleh perasaan khawatir, tidak menentu, atau takut.
Respon anxietas seringkali tidak berkaitan dengan ancaman yang nyata, namun
tetap dapat membuat seseorang tidak mampu bertindak atau bahkan menarik diri
(Maramis,2009).
4
![Page 5: latar belakang](https://reader038.vdocuments.net/reader038/viewer/2022100508/55cf992f550346d0339c11f7/html5/thumbnails/5.jpg)
Menurut Nevid (2003), Kecemasan dapat menjadi reaksi emosional yang
normal di beberapa situasi, tetapi tidak disituasi lain. Sumadinata (2004)
mengatakan bahwa seseorang yang merasa khawatir karena menghadapi situasi
yang tidak bisa memberikan jawaban yang jelas, tidak bisa mengharapkan sesuatu
pertolongan, dan tidak ada harapan yang jelas akan mendapatkan hasil.
Kecemasan dan kekhawatiran yang ringan dan menjadi sebuah motivasi.
Sedangkan kecemasan dan kekhawatiran yang kuat dan negatif dapat
menimbulkan gangguan fisik maupun psikis.
Kecemasan adalah suatu keadaan tegang yang memotivasi individu untuk
berbuat sesuatu. Fungsinya adalah untuk memperingatkan adanya ancaman
bahaya, yakni sinyal bagi ego yang akan terus meningkat jika tindakan-tindakan
yang layak untuk mengatasi ancaman tidak diambil. Apabila tidak bisa
mengendalikan kecemasan melalui cara-cara yang rasional dan langsung, maka
ego akan mengandalkan cara-cara yang tidak realistis yakni tingkah laku yang
berorientasi pada pertahanan ego/defend mechanism (Freud dalam Corey,
2005). Sebagai suatu sinyal, kecemasan menyadarkan ego untuk mengambil
tindakan defensive terhadap tekanan dari dalam (Kaplan,2007).
Kecemasan dalam psikiatri muncul untuk merujuk suatu respon mentaldan
fisik terhadap situasi yang menakutkan dan mengancam. Secara mendasar lebih
merupakan respon fisiologis daripada respon patologis terhadap ancaman.
Sehingga orang cemas tidaklah harus abnormal dalam perilaku mereka, bahkan
kecemasan merupakan respon yang sangat diperlukan. Kecemasan berperan untuk
menyiapkan orang untuk menghadapi ancaman. Perasaan cemas atau sedih yang
berlangsung sesaat adalah normal dan hampir semua orang pernah mengalaminya.
Cemas pada umumnya terjadi sebagai reaksi sementara terhadap stres kehidupan
sehari – hari. Bila cemas menjadi begitu besar atau sering seperti yang disebabkan
oleh tekanan ekonomi yang berkepanjangan, penyakit kronis dan serius, atau
permasalahan keluarga maka akan berlangsung lama. Kecemasan yang
berkepanjangan sering menjadi patologis yang menghasilkan segerombolan gejala
– gejala hiperaktivitas otonom yang mengenai system musculoskeletal,
cardiovascular, gastrointestinal, dan bahkan genitourinarius. Respon kecemasan
yang berkepanjangan ini sering diberi istilah gangguan kecemasan dan ini
5
![Page 6: latar belakang](https://reader038.vdocuments.net/reader038/viewer/2022100508/55cf992f550346d0339c11f7/html5/thumbnails/6.jpg)
merupakan penyakit. Dari aspek klinik, kecemasan dapat dijumpai pada orang
yang menderita stress normal; pada orang yang menderita sakit fisik berat, lama,
dan kronik; pada orang dengan gangguan psikiatri berat; dan pada segolongan
penyakit yang berdiri sendiri yang dinamakan gangguan kecemasan (Romadhon,
2007).
2.2.2 Jenis – Jenis Kecemasan
Dalam keseharian, kita tidak luput dari rasa kecemasan yang mengancam
diri/ego. Ada beberapa hal yang membuat diri/ego kita yang membuat rasa tidak
aman. Dalam hal ini, Freud mengatakan “life is not easy”, dan memang hidup ini
tidak mudah (Ferdinand, 2007).
Menurut Freud, ada tiga jenis kecemasan yang sering dialami manusia
(Ferdinand, 2007), antara lain :
a. Kecemasan realistic
Secara normal, kecemasan realistic ini sering dialami dalam
kehidupan sehari-hari. Kecemasan realistic disebut juga dengan rasa
takut. Contoh dari kecemasan ini sangat jelas, karena sumber
kecemasan memang membayakan secara fisik, seperti jika saya
melemarkan seekor ular kedepan anda, anda akan mengalami
kecemasan realistic ini.
b. Kecemasan moral
Ini akan kita rasakan ketika ancaman bukan dari luar, dari dunia fisik,
tapi dari dunia sosial superego yang telah terintegrasi dalam diri kita.
Kecemasan moral ini adalah antara lain dari rasa malu, rasa bersalah
atau rasa takut mendapatkan sanksi.
c. Kecemasan neurotik
Perasaan takut jenis ini muncul akibat rangsangan-rangsangan id.
Kalau anda pernah merasakan “kehilangan id”, gugup, tidak mampu
mengendalikan diri, perilaku, akal dan bahkan pikiran anda, maka
anda saat itu sedang mengalami kecemasan neurotik. Kecemasan jenis
ini yang merupakan sumber terbanyak yang membuat seseorang
terganggu secara psikologis.
6
![Page 7: latar belakang](https://reader038.vdocuments.net/reader038/viewer/2022100508/55cf992f550346d0339c11f7/html5/thumbnails/7.jpg)
2.2.3 Gejala – Gejala Kecemasan
Gejala – gejala kecemasan (Nevid, 2003) adalah berupa:
a. Secara fisik meliputi kegelisahan, kegugupan, tangan dan anggota
tubuh yang bergetar atau gemetar, banyak berkeringat, mulut atau
kerongkongan terasa kering, sulit berbicara, sulit bernafas, jantung
berdebar keras atau bertak kencang, pusing ,merasa lemas atau mati
rasa,sering buang air kecil, merasa sensitif, atau mudah marah.
b. Cara behavioral meliputi perilaku menghindar, perilaku melekat dan
dependent, perilaku terguncang.
c. Secara kognitif meliputi khawatir tentang sesuatu, perasaan terganggu
ata ketakutanatau aphensi terhadap sesuatu yang terjadi dimasa depan,
keyakinan bahwa sesuatu yang mengerikan akan segera terjadi tanpa
penjelasan yang jelas, ketakutan akan kehilangan control, ketakutan
akan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah, berpikir bahwa
semuanya tidak bisa lagi dikendalikan, merasa sulit memfokuskan
pikiran dan berkonsentrasi.
Sedangkan menurut Heber dan Runyon (1984), kecemasan
dimanifestasikan dalam empat hal yaitu:
a. Kognitif (dalam pikiran individu)
b. Motorik (dalam tindakan)
c. Somatik (dalam reaksi fisik/biologis)
d. Afektif (dalam emosi individu)
Kecemasan (anxiety) sangat berkaitan dengan perasaan yang tidak pasti
dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang jelas.
Terkadang, seseorang menghadapi kecemasan sebagai sebuah tantangan sehingga
mempersiapkan sesuatu untuk menghadapinya. Hal ini yang akan memberikan
hasil yang positif. Tetapi terkadang pula, kecemasan membuat seseorang tidak
berdaya, dan merasa tidak mampu menghadapi kecemasan itu sehingga ingin lari
dari masalahnya dengan mengembangkan defend mechanism (mekanisme
pertahanan diri/ego).
7
![Page 8: latar belakang](https://reader038.vdocuments.net/reader038/viewer/2022100508/55cf992f550346d0339c11f7/html5/thumbnails/8.jpg)
Menurut Departemen Kesehatan, manifestasi cemas sangat bervariasi,
beberapa gejala yang umum terdapat diantaranya :
a. Kardiovaskuler, dapat berupa : palpitasi, takikardi, kenaikan tekanan
darah, muka merah, atau pucat.
b. Pernafasan, dapat berupa : nafas pendek dan cepat
c. Kulit : jerawat/bisul diwajah , kulit merah-merah (rash), temperatur
kulit berubah-ubah (kadang panas,kadang dingin), banyak keringat,
kesemutan (parestesi).
d. Muskuloskeletal : tremor , gemeter, ketegangan otot dan kejang otot.
e. Gastrointestinal : diare, mual (nausea), dan nyeri perut.
f. Kondisi fisik lain : sakit kepala , nyeri dada, kewaspadaan yang
berlebihan, insomnia, pusing, pingsan, dan sering buang air kecil.
g. Gejala psikologis : merasa takut, tegang, gugup, marah, stres, rewel,
gelisah dan bengong. Dalam kondisi panik seperti merasa akan mati,
perasaan derealisasi ( merasa lingkungan berubah ), dan tidak dapat
berpikir, digambarkan oleh orang lain sebagai nervous atau lekas
gugup. Sering pula mengalami mimpi buruk (nightmares), fantasi
yang menakutkan, dan merasa diri berbeda.
h. Perilaku sosial : tampak sebagai orang yang tidak berdaya, selalu
lekat, dan tergantung pada orang lain, pemalu, menarik diri,
mengalami kesulitan dalam situasi sosial. Reaksinya berlebihan atau
tidak ada reaksi, sering menolak untuk melakukan aktivitas yang
berbahaya misalnya seperti memanjat pohon atau sebaliknya yang
berhubungan dengan sesuatu yang mempunyai risiko tinggi (
counterphobically ).
2.2.4 Klasifikasi Tingkat Kecemasan
Terdapat beberapa tingkatan kecemasan menurut Stuart dan Sudeen
(1998), yaitu :
a. Kecemasan ringan
Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan
sehari – hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan
8
![Page 9: latar belakang](https://reader038.vdocuments.net/reader038/viewer/2022100508/55cf992f550346d0339c11f7/html5/thumbnails/9.jpg)
meningkatkan lahan persepsinya. Kecemasan ringan dapat memotivasi
belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas. Manifestasi
yang muncul pada tingkat ini adalah kelelahan, iritabel, lapang
persepsi meningkat, dan tingkah laku sesuai situasi.
b. Kecemasan sedang
Kecemasan sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan
masalah yang penting dan mengesampingkan yang lain sehingga
seseorang mengalami perhatian yang efektif, namun dapat melakukan
sesuatu yang terarah. Manifestasi yang terjadi pada tingkat ini yaitu
kelelahan meningkat, kecepatan denyut jantung dan pernafasan
meningkat, ketegangan otot meningkat, bicara cepat dengan volume
tinggi, lahanpersepsi menyempit, mampu untuk belajar namun tidak
optimal, kemampuan konsentrasi menurun, perhatian selektif dan
terfokus pada rangsangan yang tidak menambah kecemasan, mudah
tersinggung, tidak sabar, mudah lupa, marah, dan menangis.
c. Kecemasan berat mengurangi
Kecemasan berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang.
Seseorang dengan kecemasan berat cenderung untuk memusatkan pada
sesuatu yang etrinci dan spesifik, serta tidak dapat berpikir tentang hal
lain. Mereka memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan
pada suatu area yang lain. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini
adalah mengeluh pusing, sakit kepala, mual (nausea), tidak dapat tidur
(insomnia), sering kencing, diare, palpitasi, lahan persepsi menyempit,
tidak mau belajar secara efektif, berfokus pada dirinya sendiri fdan
keinginan untuk menghilangkan kecemasan tinggi, perasaan tidak
berdaya, bingung, serta disorientasi.
d. Panik
Panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan, dan terror karena
mengalami kehilangan kendali. Orang yang sedang panik tidak mampu
melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Tanda dan gejala
yang terjadi pada keadaan ini adalah susah bernafas, dilatasi pupil,
palpitasi, pucat,pembicaraan inkoheren, tidak dapat berespon terhadap
9
![Page 10: latar belakang](https://reader038.vdocuments.net/reader038/viewer/2022100508/55cf992f550346d0339c11f7/html5/thumbnails/10.jpg)
perintah yang sederhana, berteriak, menjerit, mengalami halusinasi,
dan delusi.
2.2.5 Cara Mengatasi Kecemasan
Terdapat upaya-upaya tertentu untuk mencegah dan mengurangi
kecemasan siswa di sekolah, diantaranya dapat dilakukan melalui (Sudrajat, 2008)
:
a. Menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan.
Pembelajaran dapat menyenangkan apabila bertolak dari potensi,
minat, dan kebutuhan siswa. Oleh karena itu, strategi pembelajaran
yang digunakan hendaknya berpusat pada siswa yang memungkinkan
siswa untuk dapat mengkspresikan diri dan dapat mengambil peran
aktif dalam proses pembelajarannya.
b. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung guru seyogyanya dapat
mengembangkan “sense of humor” dirinya maupun para siswanya.
Kendati demikian, lelucon yang dilontarkan tetap harus berdasar pada
etika dan tidak memojokkan siswa.
c. Melakukan kegiatan selingan melalui berbagai atraksi “game”
tertentu, terutama dilakukan pada saat suasana kelas sedang tidak
kondusif. Dalam hal ini, keterampilan guru dalam mengembangkan
dinamika kelompok tampaknya sangat diperlukan.
d. Sewaktu-waktu ajaklah siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran
di luar kelas, sehingga dalam proses pembelajaran tidak selamanya
siswa harus terkurung di dalam kelas.
e. Memberikan materi dan tugas-tugas akademik dengan tingkat
kesulitan yang moderat. Dalam arti, tidak terlalu mudah karena akan
menyebabkan siswa menjadi cepat bosan dan kurang tertantang, tetapi
tidak juga terlalu sulit yang dapat menyebabkan siswa frustrasi.
f. Menggunakan pendekatan humanistik dalam pengelolaan kelas,
dimana siswa dapat mengembangkan pola hubungan yang akrab,
ramah, toleran, penuh kecintaan dan penghargaan, baik dengan guru
maupun dengan sesama siswa. Sedapat mungkin guru menghindari
10
![Page 11: latar belakang](https://reader038.vdocuments.net/reader038/viewer/2022100508/55cf992f550346d0339c11f7/html5/thumbnails/11.jpg)
penggunaan reinforcement negatif (hukuman) jika terjadi tindakan
indisipliner pada siswanya.
g. Mengembangkan sistem penilaian yang menyenangkan, dengan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan penilaian diri
(self assessment) atas tugas dan pekerjaan yang telah dilakukannya.
Pada saat berlangsungnya pengujian, ciptakan situasi yang tidak
mencekam, namun dengan tetap menjaga ketertiban dan objektivitas.
Berikanlah umpan balik yang positif selama dan sesudah
melaksanakan suatu asesmen atau pengujian.
h. Di hadapan siswa, guru akan dipersepsi sebagai sosok pemegang
otoritas yang dapat memberikan hukuman. Oleh karena itu, guru
seyogyanya berupaya untuk menanamkan kesan positif dalam diri
siswa, dengan hadir sebagai sosok yang menyenangkan, ramah,
cerdas, penuh empati dan dapat diteladani, bukan menjadi sumber
ketakutan.
i. Pengembangan menajemen sekolah yang memungkinkan tersedianya
sarana dan sarana pokok yang dibutuhkan untuk kepentingan
pembelajaran siswa, seperti ketersediaan alat tulis, tempat duduk,
ruangan kelas dan sebagainya. Di samping itu, ciptakanlah sekolah
sebagai lingkungan yang nyaman dan terbebas dari berbagai
gangguan, terapkan disiplin sekolah yang manusiawi serta hindari
bentuk tindakan kekerasan fisik maupun psikis di sekolah, baik yang
dilakukan oleh guru, teman maupun orang-orang yang berada di luar
sekolah.
j. Mengoptimalkan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah.
Pelayanan bimbingan dan konseling dapat dijadikan sebagai kekuatan
inti di sekolah guna mencegah dan mengatasi kecemasan siswa.
Dalam hal ini, ketersediaan konselor profesional di sekolah
tampaknya menjadi mutlak adanya.
11
![Page 12: latar belakang](https://reader038.vdocuments.net/reader038/viewer/2022100508/55cf992f550346d0339c11f7/html5/thumbnails/12.jpg)
2.3 Hubungan Kecemasan dengan Hasil Indeks Prestasi Mahasiswa
Tingkat keberhasilan mahasiswa dalam proses pendidikan dipengaruhi
banyak faktor, secara garis besar faktor -faktor tersebut bisa dikelompokan
menjadi 2 yaitu (Hildayati, 2002).
a. Faktor intelektual adalah kemampuan seseorang yang diperlihatkan melalui
kecerdasan dan kepandaiannya dalam berpikir dan berbuat. Seperti bakat,
kapasitas belajar, kecerdasan, dan hasil belajar yang telah dicapai.
b. Faktor non -intelektual adalah segala kondisi dari dalam dan luar dirinya atau
lingkungan sekitar, yang terkait dengan diri seorang dalam mempengaruhi
kemampuan berpikir dan bertindak. Seperti masalah belajar, kecemasan,
sosial, keuangan,keluarga, organisasi, sahabat, metode belajar serta
lingkungan.
2.4 Kerangka Konseptual
Keterangan :
: diteliti
: tidak diteliti
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian
12
Variabel Kecemasan
Indeks Prestasi
Variabel Kendali1. Faktor Psikologis2. Faktor Biologis3. Faktor Ekonomi4. Faktor Psikososial
![Page 13: latar belakang](https://reader038.vdocuments.net/reader038/viewer/2022100508/55cf992f550346d0339c11f7/html5/thumbnails/13.jpg)
Pada penelitian ini menggunakan kerangka konseptual yang
menggambarkan adanya hubungan antara tingkat kecemasan menjelang ujian
akhir blok dengan Indeks Prestasi Mahasiswa. Sedangan faktor-faktor psikologis,
biologis, ekonomi dan psikososial adalah faktor yang dapat mempengaruhi
hubungan dalam model namun tidak di teliti dalam penelitian ini.
2.5 Hipotesis
Berdasarkan gambar kerangka konseptual penelitian tersebut, dapat disusun
hipotesis penelitian sebagai berikut:
Ho : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kecemasan
dengan Indeks Prestasi Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Jember
Ha : Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kecemasan dengan
Indeks Prestasi Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Jember
13
![Page 14: latar belakang](https://reader038.vdocuments.net/reader038/viewer/2022100508/55cf992f550346d0339c11f7/html5/thumbnails/14.jpg)
BAB 3. METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini adalah penelitian analitik dengan pendekatan
cross sectional yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk
membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif dimana
pengukuran variabelnya hanya dilakukan satu kali pada satu waktu selama
penelitian (Notoadmojo,2002).
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
3.2.1 Populasi Penelitian
Populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek
atau subyek yang mempunyai karakteristik tertentu dan mempunyai kesempatan
yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel. Populasi penelitian adalah
mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Jember.
3.2.2 Sampel Penelitian
Sampel merupakan sub kelompok yang mewakili populasi yang diteliti.
Penelitian ini tidak menggunakan semua individu dalam populasi sebagai
responden, tetapi cukup mengambil sampel yang mewakili populasi. Unit sampel
dalam penelitian ini adalah sama dengan unit analisisnya yaitu fakultas,
sedangkan yang menjadi responden penelitian adalah mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Jember angkatan 2011.
3.2.3 Teknik Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel secara stratified random sampling
merupakan suatu metode pengambilan sampel dimana populasi yang bersifat
heterogen dibagi - bagi dalam lapisan – lapisan (strata) dan dalam setiap strata
akan diambil sampel secara acak. Peneliti meninjau langsung ke angkatan 2011
Fakultas Kedokteran Universitas Jember dan melakukan pembagian lembar
kuisioner untuk mengetahui gambaran kecemasan menjelang ujian akhir blok.
14
![Page 15: latar belakang](https://reader038.vdocuments.net/reader038/viewer/2022100508/55cf992f550346d0339c11f7/html5/thumbnails/15.jpg)
3.2.4 Besar Sampel
Jumlah sampel dalam penelitian ini dihitung menggunakan rumus Slovin
(Umar, 2004), sebagai berikut :
n= N
1+N e2
n = Jumlah sampel penelitian
N = Jumlah populasi
e = Presentase ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang
masih dapat diinginkan. Presentase yang digunakan 10%.
n= N
1+N e2
n= 300
1+300 . 0.12=75
n=75
3.3 Variabel Penelitian
3.3.1 Variabel dalam penelitian ini
a. Hasil Indeks Prestasi Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Jember angkatan 2011, 2012, 2013
b. Tingkat Kecemasan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Jember angkatan 2011, 2012, 2013
c. Variabel Kendali
1. Psikososial
2. Biologis
3. Ekonomi
4. Psikologis
15
![Page 16: latar belakang](https://reader038.vdocuments.net/reader038/viewer/2022100508/55cf992f550346d0339c11f7/html5/thumbnails/16.jpg)
3.3.2 Definisi Operasional Variabel
a. Kecemasan adalah persepsi mahasiswa akan tentang perasaan yang tidak
menyenangkan dan reaksi fisiologis, dalam kata lain reaksi atas situasi
yang dianggap berbahaya. Dalam hal ini ujian akhir blok yang akan
dihadapi oleh mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Jember
dianggap sebagai situasi yang berbahaya sehingga akan menimbulkan
kecemasan.
Indikator variabel kecemasan yang terdiri dari rasa cemas, rasa tegang,
rasa takut, gangguan tidur, kesulitan konsentrasi dan gangguan daya
ingat, perasaan sedih, gejala somatis umum (Muskuler), gejala somatik
umum (Sensoris), gejala kasdiovaskuler, gejala pernafasan, gejala
pencernaan, gejala genitourinaria, tanda-tanda autonomik yang lain
dan perilaku selama wawancara yang selanjutnya indikator diukur
dengan skala kecemasan menurut HARS (Hamilton Anxiety Rating
Scale) dengan tingkatan sebagai berikut (Nursalam,2003) :
No Skala Kriteria1 Skor < 14 tidak cemas2 Skor 14 – 20 cemas ringan3 Skor 21 – 27 cemas sedang4 Skor > 27 cemas berat
b. Indeks Prestasi Mahasiswa adalah penguasaan pengetahuan terhadap
mata kuliah yang dibuktikan melalui tes atau ujian yang dihitung pada
setiap semester untuk mengetahui keberhasilan belajar.
IP merupakan nilai dengan rentang 0-4 dengan perjenjangan seperti
matriks berikut
Skala Huruf Nilai Keterangan
80-100 A 4,00 Sangat Baik
70-79,9 B 3,00 Baik
60-69,9 C 2,00 Cukup
50-59,9 D 1,00 Kurang
0-49,9 E 0,00 Sangat Kurang
16
![Page 17: latar belakang](https://reader038.vdocuments.net/reader038/viewer/2022100508/55cf992f550346d0339c11f7/html5/thumbnails/17.jpg)
3.4 Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini menggunakan :
1. HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale)
Instrumen ini digunakan untuk menentukan ada tidaknya kecemasan.
2. Informed Consent
Instrumen ini digunakan untuk menghilangkan variabel – variabel lain
yang tidak diteliti serta berisi data demografi.
3.5 Tempat dan Waktu Penelitian
3.5.1 Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Jember.
3.5.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2014 sampai dengan bulan
Juni 2014.
3.6 Prosedur Pengambilan Data
3.6.1 Uji Kelayakan
Penelitian ini menggunakan subjek manusia, sehingga dalam
pelaksanaannya telah dinyatakan layak oleh Komisi Etik Kedokteran.
3.6.2 Informed Consent
Informed Consent adalah suatu formulir pernyataan yang berisi tentang
kesediaan sampel untuk menjadi subjek penelitian. Pada formulir ini juga akan
dijelaskan selama pengambilan data pada sampel, tidak ada kerugian baik materiil
maupun non – materiil yang akan dialami oleh sampel selama perlakuan ataupun
sesudah perlakuan (Badan Litbangkes Depkes, tanpa tahun)
3.6.3 Pengumpulan Data Populasi dan Pengambilan Data
Subjek penelitian mengisi kuisioner sesuai dengan petunjuk pengisian.
Kemudian subjek penelitian dilakukan wawancara dengan menggunakan skala
HARS. Data diambil dengan cara menghitung jumlah jawaban sampel. Data
17
![Page 18: latar belakang](https://reader038.vdocuments.net/reader038/viewer/2022100508/55cf992f550346d0339c11f7/html5/thumbnails/18.jpg)
kecemasan yang telah didapat kemudian diklasifikasikan berdasarkan HARS
(Hamilton Anxiety Rating Scale).
3.7 Prosedur Penelitian
3.7.1 Alur Penelitian
Perizinan
Pengumpulan Data Populasi
Penyebaran serta pengisian lembar Informed Consent dan HARS
Menilai tingkat kecemasan
Pengolahan data
Analisis data
Hasil Penelitian
Laporan Penelitian
Gambar 3.1 Skema Alur Penelitian
3.7.2 Analisis Data
Analisis data dilaksanakan melalui kegiatan : (1) mengelompokkan data
sejenis dalam suatu tabel (tabulasi), (2) menganalisis data dengan melakukan
perhitungan-perhitungan dengan alat analisis yang akan digunakan adalah
Korelasi Pearson Product Moment dengan menggunakan program SPSS.
Korelasi Pearson Product Moment digunakan untuk mengetahui ada tidaknya
hubungan dua variabel. Jika korelasi menghasilkan angka positif, hubungan kedua
variabel bersifat searah. Jika korelasi menghasilkan angka negatif, hubungan
kedua variabel bersifat tidak searah.
18
![Page 19: latar belakang](https://reader038.vdocuments.net/reader038/viewer/2022100508/55cf992f550346d0339c11f7/html5/thumbnails/19.jpg)
Angka korelasi berkisar antara 0 s/d 1 dengan kriteria sebagai berikut:
a. 0 - 0,25 ; korelasi sangat lemah (dianggap tidak ada)
b. >0,25 – 0,5: korelasi cukup
c. >0,5 – 0,75: korelasi kuat
d. >0,75 – 1 : korelasi sangat kuat
19