laut dalam
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
B. Latar belakang
Laut dalam merupakan daerah yang tidak pernah diungkapkan dan
dijelajahi. Orang banyak mengeksplorasi ke luar angkasa dari pada ke bawah laut.
Itulah sebabnya banyak yang tidak meng etahui keajaiban-keajaiban yang ada
dilaut.
Di tahun 1960, Bathyscaphe Trieste menuju ke dasar dari Palung
Mariana dekat Guam, pada kedalaman 35.798 kaki (10.911 m), titik terdalam di
bumi. Jika Gunung Everest ditenggelamkan, maka puncaknya akan berada lebih
dari satu mil dari permukaan. Pada kedalaman ini, ikan kecil mirip flounder
terlihat.
Kapal selam penelitian Jepang, Kaiko, adalah satu-satunya yang dapat
menjangkau kedalaman ini, dan lalu hilang di tahun 2003.
Hingga tahun 1970, hanya sedikit yang diketahui tentang kemungkinan
adanya kehidupan pada laut dalam. Namun penemuan koloni udang dan
organisme lainnya di sekitar hydrothermal vents mengubah pandangan itu.
Organisme-organisme tersebut hidup dalam keadaan anaerobik dan tanpa cahaya
pada keadaan kadar garam yang tinggi dan temperatur 149 oC. Mereka
menggantungkan hidup mereka pada hidrogen sulfida, yang sangat beracun pada
kehidupan di daratan. Penemuan revolusioner tentang kehidupan tanpa cahaya dan
oksigen ini meningkatkan kemungkinan akan adanya kehidupan di tempat lain di
alam semesta ini.
A. Tujuan
1. Mengetahui komponen penyusun ekosistem laut dalam ( baik komponen
biotik maupun komponen abiotik)
1
2. Mengetahui interaksi yang terjadi antara factor biotik dan abiotik yang
terjadi pada ekositem laut dalam
2
BAB II
ISI
A. Komponen Laut Dalam
Laut dalam adalah bagian dari lingkungan bahari yang terletak di bawah
ke dalaman yang dapat diterangi sinar matahari di laut terbuka, dan lebih dalam
dari paparan - paparan benua ( >200 m) . laut dalam diliputi suasana gelap gulita
sepnjang tahun ( Nybakken,1988 :128). Pada ekosistem laut dalam terdapat
komponen biotic serta abiotik. Selain itu terdapat interaksi antara komponen
biotic dan abiotik tersebut . Kompoen abiotik pada ekosistem laut dalam antara
lain :
1. Suhu
Menurut Nybakken (1988 :133), Kecuali di bagian atas zona mesopelagik
dimana pada pada waktu dan kondisi tertentu masih ada cahaya matahari, laut
dalam gelap gulita sepanjang tmasa ( intensitas cahaya nya sangat rendah )
sehingga fotosintesis tak mungkin berlangsung. Pada laut dalam tidak
terdapat produksi primer
2. Kedalaman
Suatu zonasi dasar yang dapat dilakukan ialah membagi laut menjadi dua
zona yaitu zona bentik ( berasosiasi dengan dasar laut ) dan zona pelagic
( berasosiasi dengan perairan terbuka ) . Karena terdapat perbedaan
lingkungan fisik antara kedua zona ini, maka asosiasi organisme di zona ini
sangat berbeda. Dewasa ini mungkin fauna bentik laut dalam lebih dikenal
daripada fauna zona pelagic.
3
Tabel 4.1 Zona Zona Fauna Laut Dalam
Cahaya Zona Pelagik Kisaran
Kedalaman
Zona
Bentik
Kisaran
Kedalaman
Ada ( fotik
)
Epipelagik 0 – 200 m Paparan
benua atau
sublitoral
0 – 200 m
Tidak ada
( afotik )
Mesopelagik 200 – 1000 m
( ? )
Batial 200 – 400 m ( ? )
Batipelagik 1000 – 4000 m
(?)
Abisal Pelagik 4000 – 6000 m
(?)
Abisal 4000 – 6000 m
( ? )
Hadal Pelagaik 6000 – 10000 m Hadal 6000 – 10.000 m
Menurut Hedepth , 1957
Catatan ( ? ) = berubah – ubah.
Menurut Nybakken(1988 :129),fauna bentik dapat dibagi menjadi dua
yaitu penghuni zona batial di lereng benua dan penghuni zona abisal yang
merupakan zona terluas di dasar laut dalam . Para penghuni palung – palung
yang sangat dalam menempati suatu zona yang dinamakan zona hadal ( ultra
abisal ).
Di bagian pelagic sebelah atas terdapat suatu zona yang terletak tepat di
bawah zona eufotik. Banyak sekali hewan pwnghuni zona di bawah zona
eufotik ini yang mengadakan migrasi ke zona eufotik pada malam hari . Zona
ini dinamakan zona mesopelagik yang dihuni oleh sejum lah besar spesies
hewan yang memiliki mata yang telah berkembang baik dan berbagai organ
penghasil cahaya. Kebanyakan spesies ikan penghuni zona mesopelagik
berwarna hitam,sedangkan spesies udang berwarna merah. Karena zona ini
lebih mudah dicapai dibandingkan dengan zona – zona lainnya , pengetahuan
tentang zona ini juga lebih banyak diketahui . Jumlah organisme penghuni
zona mesopelagik rupanya terbanyak\ di antara zona – zona laut dalam 4
lainnya. Zona ini membentang 700 sampai 1000 m dari batas bawah zona
eufotik ke arah dasar perairan. Batas bawah nya bergantung pada lokasi
perairan, kecerahan, dan factor – factor lain ( Nybakken,1988 :129).
Masih sangat sulit untuk mengadakan zonasi kolom air di bawah zona
mesopelagik dan batas bawah palung – palung ( di kedalaman sekitar
6000m ) di bagi menurut Hedgpeth menjadi 2 zona yaitu
( Nybakken,1988 :129) :
a. Zona batipelagik di bagian atas
b. Zona abisal pelagic di bawah zona patipelagik.
Batas antara kedua zona ini sangat tidak jelas dan terdapat bermacam –
macam pendapat tentang batas kedua zona ini. Dibandingkan dengan zona
mesopelagik jumlah individu maupun spesies pada zona batipelagik dan zona
abisal pelagic jauh lebih kecil. Penghuni zona ini cenderung berwarna putih
atau tidak berwarna serta memiliki mata dan organ – organ penghasil cahaya
yang rendah tingkat perkembangannnya.Kolom air yang ada di dalam suatu
palung dinamakan zona hadal pelagik
3. Tekanan Hidrostastik
Tekanan hidrostastik menunjukan kisaran yang terbesar dari semua factor
lingkungan laut dalam. Tiap kedalaman bertambah 10 meter akan
mengakibatkan meningkatnya tekanan hidrostatik sebesar 1 atm . Karena laut
dalam memiliki kedalaman berkisar antara beberapa ratus mete sampai lebih
dari 10000 m ( di palung – palung tertentu ) ,tekanan hidrostatik berkisar
antara 20 sampai lebih dari 1000 atm. Sebagian besar laut dalam bertekanan
hidrostatik antara 200 sampai 600 atm( Nybakken,1988 :133).
Pengaruh tekanan hidrostatik terhadap organisme – organisme laut dalam
dapat disimpulkan dari beberapa percobaan terhadap suatu kelompok
organisme bahari yang dapat dipertahankan setelah ditangkap di laut dalam
yaitu bakteri laut dalam. Dari hsil percobaan yang dilakukan bahwa bakteri
laut dalam berhenti tumbuh dan berkembang biak pada tekanan – tekanan
hidrostatik yang rendah , dan aktif tumbuh dengan berkembang biak dengan
5
baik pada tekanan – tekanan hidrostatik tinggi, sama dengan tekanan –
tekanan hidrostataik pada habitatnya( Nybakken,1988 :133).
Penelitian dari Siebenaller dan Somero menunjukan bahwa perbedaan
tekanan hidrostatik sebesar 100 atm atau bahkan lebih kecil , dapat mengubah
sifat – sifat fungsional enzim – enzim – enzim yaitu dapat mengubah
kemampuan enzim – enzim untuk mengikat subatrat yang tepat dan merubah
kecepatan reaksi pengikatan ini( Nybakken,1988 :135).
Penelitian bahkan telah membuktikan bahwa tekanan sangat
mempengaruhi morfologi sel, termasuk kemampuan membentuk kumparan
mitotic dan melangsungkan mitosis. Bukti – bukti yang diperoleh melalui
berbagai percobaan membuktikan dengan menggunakan bermacam- macam
hewan laut dalam sangat dipengaruhi oleh tekanan hidrostatik dan bahwa
tekanan hidrostastik mungkin sangat penting dalam menentukan pola
distribusi hewan laut dalam( Nybakken,1988 :136).
4. Salinitas
Salinitas pada kedalaman 100 m pertama , dapat \dikatakan konstan
( walaupun terdapat sedikit perbedaan – perbedaan , tetapi tidak
mempengaruhi ekologi secara nyata.
5. Suhu
Menurut Nybakken (1988 :136), termoklin merupakan daerah dimana
suhu air cepat berubah dengan berubahnya kedalaman laut ialah suatu daerah
peralihan yang terletak antara masa air permukaan dengan masa air dalam .
Tebal termoklin berkisar antara beberapa ratus meter sampai hampir 1
kilometer. Semakin dalam suhu semakin turun, tetapi laju perubahan nya
lebih lambat draipada daerah termoklin. Pada kedalaman 3000 – 4000 m,
massa air dapat dikatakan isothermal Dengan kata lain suhu tidak berubah –
ubah untuk jangka waktu yang panjang.( tidak terdapat perubahan –
perubahan suhu musiman maupun tahunan).
6. Oksigen
Menurut Nybakken (1988 :136), hal yang aneh pada kadar oksigen di laut
dalam adalah adanya suatu zona oksigen minimum yang terletak antara
6
kedalaman 500 dan 1000 m. Di bawah maupun di atas zona ini , kadar
oksigen lebih tinggi. Dalam zona oksigen minimum, kadar oksigen mungkin
kurang dari 0,5ml/liter. Terjadinya zona oksigen minimum di kedalaman
antara 500 dan 1000 m dan bukan di kedalaman – kedalaman yang lebih
dalam ialah karena di kedalaman melebihhi 1000 m kepadatan organisme
demikian rendahnya sehingga kadar oksigen di sini tidak nyata menurun.
Sebaliknya di kedalaman antara 500 sampai 1000 kepadatan organisme tinggi
. Di kedalaman – kedalaman kurang dari 500m, kadar oksigen cukup tinggi
sekalipun biomasa organisme tinggi , karena adanya cadangan oksigen dari
atmosfer dan hasil samping fotosintesis tumbuhan
7. Pakan
Menurut Nybakken (1998 : 138), Letak laut dalam yang jauh dari zona
fotosintetik dan di dalam nya tidak berlangsung produksi primer , kecuali di
daerah - daerah tertentu dimana terdapat bakteri kemiosmotik. Karena
populasi organisme di lapisan atas laut dalam sangat padat , sangat kecil
kemungkinan bahwa masih adanya pakan ynag tenggelam hingga mencapai
laut dalam . Langkanya pakan di laut dalam mungkin merupakan penyebab
rendahnya kepadatan organisme penghuni laut dalam .Tanpa adanya energy
dalam jumlah besar yang berasal dari pakan, tidak mungkin sejumlah besar
organisme dapat bertahan hidup. Di laut dalam terdapat berbagai jenis
sumber pakan antara lain :
1. Sumber pakan ynag langsung dapat dimanfaatkan sebagai pakan
a. bermacam organisme laut dalam yang menghabiskan masa awal
hidupnya atau stadium larvanya di zona fotik untuk kemudian
bermigrasi di laut dalam dimana ia kan menjadi mangsa para
predator
b. mamalia bahari dan ikan mati yang tenggelam ke laut dalam dan
sampai disana sebelum dimakan seluruhnya oleh organisme –
organisme penghuni zona – zona perairan di atas laut dalam
2. Sumber pakan yang tidak bisa dimanfaatkan secara langsung ( baru bisa
dimanfaatkan setelah diuraikan oleh bakteri antara lain : sisa – sisa
7
tubuh hewan dan tumbuhan ynag tidak tercernakan ( kitin, kayu ,
selulosa ).
3. Sumber pakan yang potensial Ialah bahan – bahan organik yang larut
atau berbentuk koloid dan bahan – bahan yang berasal dari plankton
dan berbentuk gelatin . Dewasaini belum diketahui pentingnya bahan –
bahan ini sebagai pakan.
Kelangkaan pakan merupakan penyebab rendahnya kepadatan organisme
laut dalam. Di laut dalam juga terdapat makhluk hidup yang tidak bergantung
pada material organik terlarut sebagai makanan mereka. Jenis makhluk hidup
tersebut hanya ditemukan di sekitar hydrothermal vent. Lubang hidrotermal,
misalnya, adalah suatu habitat laut-dalam tempat menyemburnya cairanpanas
dari habitat dasar laut. Semua ini ditemukan di pegunungan laut pertengahan
tempat lempeng tektonik Bumi bercabang .
Gambar Hydrotermal vent
Sebagai contoh adalah hubungan simbiotik antara cacing tabung Riftia
dengan bakteri kemosintetik. Kemosintesis yang mendukung kehidupan
komunitas kompleks tersebut dapat ditemukan di sekitar hydrothermal vent. 8
Komunitas ini adalah satu-satunya komunitas di planet ini yang tidak
bergantung pada keberadaan cahaya matahari. Bagian – bagian cacing
tabung:
Trofosom – Organ hijau-cokelat tua ini bertekstur seperti spons, dan
mengandung bakteri yang menggunakan oksigen, karbon dioksida, dan
hidrogen sulfida untuk membuat makanan mereka sendiri maupun
untuk cacing, pastikan untuk menyertakan benda tertentu sebagai
bakteri.
Gudang – Di sinilah tempat limbah disimpan, karena cacing tabung
tidak punya mulut, perut, usus, ataupun anus.
Tabung – Ini silinder berongga yang keras, dan melindungi cacing
seperti kulit hewan lainnya. Tentakel dapat ditarik seluruhnya ke dalam
cacing untuk menghindari predator.
Opistosom – Organ ini (seperti vestimentum) menghasilkan bahan baru
untuk tabung dan membantu menahan cacing tetap berada di dalam
tabungnya.
Fitur yang sangat jelas pada cacing tabung adalah baunya. Salah satu
zat kimia yang digunakan oleh bakteri kemosintetik adalah hidrogen
sulfida, yang membuat telur busuk berbau begitu khas
B. Adaptasi
Karena hidup pada laut dalam yang memiliki karakterisrik seperti tersebut
di atas maka organisme ( fauna) laut dalam menyesuaikan diri dengan berbagai
macam adaptasi antara lain organisme yang hidup pada zona abisal dan batial
sering tidak berwarna atau berwarna putih kotor , dan tampaknya tidak
berpigmen ( khususnya hewan – hewan bentik ). Karakteristik fauna laut dalam :
Mata yang besar
Mata yang besar akan memberikan kemampuan maksimum untuk
mendeteksi cahaya di dalam laut dalam yang intensitas cahaya nya sangat
rendah dan mungkin diperlukan pula untuk dapat mendeteksi cahaya
berintensitas rendah yang dihasilkan oleh organ – organ penghasil cahaya.
9
Ikan – ikan pada laut dalam juga memiliki penglihatan senja yang sangat
peka karena adanya pigmen rodopsin dan tingginya kepadatan batang
retina.
Tidak bermata
Pada zona laut dalam yang terdalam lebih dari 2000 m ( abisal
pelagic dan hadal pelagic ) ikan – ikan yang hidup disitu memiliki mata
yang sangat kecil bahkan tidak bermata karena hidup di lingkungan yang
gelap gulita bahkan mata tidak ada guna nya.
Mata berbentuk pipa tubuler
Mata ikan ikan dari beberapa family berbentuk silinder pendek
berwarna hitam dengan sebuah lensa tembus cahaya berbentuk setengah
lingkaran di puncak silinder .tiap mata mempunyai 2 retina ( yang satu di
pangkal silinder sedangkan yang lainnya di dinding silinder ). Retina di
pangkal silinder fungsinya untuk melihat obyek obyek yang dekat sedang
yang terdapat di dinding silinder untuk melihat obyek – obyek yang jauh.
Memiliki mulut yang besar
Ikan laut dalam memiliki mulut yang besar , relative lebih besar
daripada ukuran tubuh nya , dibandingkan dengan ikan penghuni habitat
bahari lainnya. Dalam mulut ikan laut dalam terdapat gigi – gigi yang
panjang melengkung ke arah tenggorokan ( gigi-gigi ini menjamin bahwa
apa yang tertangkap tidak akan keluar lagi dari mulut . Mulut dihubungkan
dengan tengkorak oleh suatu engsel yang memungkinkan ikan membuka
sangat lebar daripada tubuhnya , sehingga memungkinkan untuk menelan
mangsa yang lebih besar daripada tubuhnya. Hal tersebut dilakukan
sebagai adaptasi terhadap langkanya pakan di laut dalam.
Giagantisme abisal
Kelompok – kelompoak invertebrate tertentu khususnya
amfipoda ,isopoda , ostrakoda,misid, dan kopepoda berukuran jauh lebih
besar daripada kerabat – kerabat mereka yang hidup dalam perairan –
perairan yang dangkal. Keadaan dimana ukuran membesar dengan
meningkatnya kedalaman . Hewan yang berukuran besar lebih mobile serta
10
mampu menjelajahi wilayah yang luas dalam mencari pasangan bagi
keperluan reproduksi dan memperoleh makanan. Jangka hidup yang
panjang juga berarti bahwa periode dewasa seksual juga panjang ,
sehingga cukup waktu untuk mencari pasangan bagi kepentingan
reproduksi.
Selain morfologi yang beranekaragam, hewan bentik juga memiliki
beberapa tipe atau cara makan. Hal tersebut dikeranakan populasi di laut dalam
yang sedikit serta minin kandungan oksigen. Sehingga mereka lebih sering
menyerap makanan atau memancing. Berikut beberapa tipe cara hewan bentik
mencari makan:
Penyerap
Penyerap adalah binatang zat-zat organik yang larut atau berbentuk
koloid dari sedimen atau air yang menggenangi. Kebanyakan pogonoforan
dan kelompok yang tidak mempunyai saluran pencernaan yang makan
dengan cara ini.
Pemakan reruntuk
Inilah cara makan yang paling lazim di laut dalam. Pemakan
reruntuk mengumpulkan bahan-bahan didasar dan melakukannya ke
dalam saluran pencernaannya sambil mencernakan zat-zat organik,
bakteri-bakteri dan lain-lain organisme kecil yang diserapnya.
Pemakan suspensi
Organisme yang makan zat-zat partikel bersuspensi disebut
pemakan suspensi. Biasanya paling sering dengan mekanisme lendir-
bulu getar, yang menimbulkan arus makanan untuk membawa air
partikel diperangkap dan kemudian diangkut ke mulut oleh tarikan-
tarikan khusus dari bulu-bulu getar.
Pemakan bangkai dan daging busuk
Binatang yang berasil sebagai pemakan bangkai kerapkali
memiliki kemampuan yang luar biasa untuk mencari makanan yang
geografis terasing dan peranti untuk menyimpan dan mengolah
makanan itu, yang jarang-jarang dijumpainya. Alat-alat indra kimiawi
11
di antenul-antenul amfipoda lisianasid cukup berkembang dan
mungkin membantu mencari makanan
Pemangsa
Pemangsa laut-dalam meliputi moluska septibranki, cacing-
cacing polikheta, efausid batipelajik, amfipoda lisianasid, dekapoda
natasia dan ikan.
C. Bioluminesens di laut dalam
Menurut Nybakken,(1988 :149 ), bioluminesens adalah produksi cahaya
oleh orgnisme yang hidup.Mekanisme produksi cahaya tidak hanya dilakukan
oleh hewan terrestrial namun juga dilakukan oleh hewan aquatic.Spektrum warna
ynag dihasilakn berbeda menurut spesies namun secara keseluruhan warna warna
yang dihasilkan dari ungu sampai merah. Organ penghasil cahaya disebut fotofor.
Khusus pada ikan , cumi – cumifotofor terdapat dalam jumlah yang besar.Hewan
yng memiliki fotofor paling banyak terdapat di bagian atas laut dalam, yaitu zona
mesopelagik dan bagian atas zona batipelagik. Di bagian terdalam dari laut dalam
jarang ditemukan bioluminesens Fungsi fotofor antara lain.
Melumpuhkan sejenak predator . hal ini dapat terjadi karena fotofor
menghasilkan suatu cahaya kilat yang menyilaukan
Sebagai umpan agar organisme yang dimangsa mendekat sampai jarak
jangkau terkaman seekor predator
Menerangi daerah sekelilingnya sehingga suatu predator dapat melihat
mangsanya.
D. Organisme – Organisme laut dalam
Organisme – organisme laut dalam menunjukan adaptasinya terhadap
karakteristik laut dalam ( bertekanan besar, sushu ekstrem, langkanya makan,
suasana gelap gulita ).Contoh adaptasi – adaptasi tersebut dapat kita lihat dari
contoh organisme yang hidup pada laut dalam antara lain :
12
i. Viperfish
Viperfish ( ditemukan di zona mesopelagik pada kedalaman
80 – 1600 meter ) merupakan ikan yang terlihat seperti monster laut
yang kejam. Beberapa dari mereka berwarna hitam saat malam
dengan organ cahaya ( yang disebut dengan photophores ). Fotofor
terletak pada salah satu tempat strategis pada tubuhnya. Beberapa
viperfish dan banyak spesies ikan laut dalam lainnya tidak memiliki
pigmen sehingga semua nya transparan.Mereka juga memiliki mata
yang besar untuk mengumpulkan cahaya dari daerah yang sangan
minim cahaya. Organ penghasil cahaya dari hewan laut
mengahsilkan cahaya karena bioluminescen.
13
ii. Fangtooth
Fangtooth atau Anoplogaster cornuta hidup pada kedalaman
16 feet . Meskipun terlihat seperti monster, hanya tumbuh sampai 6
inchi panjangnya, memiliki body yang pensek dan kepala yang
besar. Anoplogaster cornuta disebut juga fangtooth karena memiliki
taringyang panjang , tajam , serta ggi – gigi lain yang menyerupai
taring dalam jumlah yang banyak dan mulut yang besar.
Warna dari fangtooth dewasa berkisar antara coklat gelap
hingga hitam. Sedangkan fangtooth muda berwarna abu –abu cerah.
Tekanan pada kedalaman 16 feet sangat lah tinggi , air juga hampir
membeku, makanan juga sangat langka sehingga fangtooth akan
memakan apa saja yang dapat ia temukan. Fangtooth ditemukan
hampir ditemukan di seluruh laut dalam di dunia termasuk di daerah
tropis.
14
iii. Dragonfish
Ikan naga ( dragonfish ) atau Grammatostomias
flagellibarba,adalah predator buas meskipun berukuran kecil.
Dragonfish memiliki kepala yang besar , mulut yang dilengkapi
dengan gigi yang menyerupai taring yang tajam. Ikan ini mampu
tumbuh hingga panjangnya 6 inchi.Ikan naga (n dragonfish )
memiliki photophores di sepanjang sisi tubuhnya. Organ penghasil
cahaya inilah yng digunakan sebagai tanda kepada dragonfish
lainnya selama kawin selain itu digunakan pula untuk menarik
perhatian mengsanya . Dragonfish hidup pada kedalaman 5000 feet (
1500 ) meter dan ditemukan pada laut tropis.
15
iv. Angler (Melanocetus johnsoni )
Angler atau Melanocetus johnsoni, memiliki badan yang
berbentuk seperti bola basket. . Melanocetus johnsoni memiliki
mulut yang lebar dengan gigi yang menyerupai taring yang tajam.
Melanocetus johnsoni hanya tumbuh hingga panjang 5 inchi.
Melanocetus johnsoni diberi julukan angler karena ikan
tersebutmemiliki tulang belakang yang panjang dan pada ujungnya
terdapat photophores ( yang memproduksi cahaya ). Fakta yang
naeh dari ikan ini adalah bahwa ikan yang jantan lebih kecil dari
iakn betina dan memiliki gigi kait yang kecil yang digunakan untuk
menempel pada ikan betina. Ketika menempel maka pembuluh
darah iakn jantan akan menyatu dengan pembuluh darah ikan
betina. Ikan jantan seperti parasit, karena mendapat seluruh nutrisi
nya dari ikan betina. Apabila ikan jantan tidak mampu menempel
pada betina maka ia akan mati kelaparan. Melanocetus johnsoni
ditemukan pada kedalaman lebih dari 3000 feet.
16
v. Gulper Eel (Eurypharynx pelecanoides)
Gulper Eel atau nama latinnya Eurypharynx pelecanoides
merupakan salah satu makhluk teraneh yang hidup di laut dalam.
Mulut dari ikan ini sangat lebar sehingga dapat memangsa hewan
yang lebih besar dari nya. Perut iakn ini juga dapat meregang
untuk mengakomodasi makanan yang besar.Selain itu
Eurypharynx pelecanoides juga memiliki ekor yang panjang . Ikan
jenis ini ditemukan hampir di seluruh laut di dunia pada kedalaman
3000- 6000 kaki
vi. Architeuthis dux
17
Architeuthis dux, merupakan salah satu dari hewan terbesar
di bumi dengan panjang mencapa 60 kaki sehingga Architeuthis
dux sekaligus menjadi avertebrata terbesar di dunia. Architeuthis
dux masuk ke dalam kelas cephalopoda filum molluska dan
merupakan hewan karnivora ( kan memakan apa saja yang dapat
ditangkap ).
vii. Harriotta raleighana
Harriotta raleighana dapat mencapai 5 feet panjangnya .
Ikan jenis memiliki belati kecil seperti hidung yang mengingatkan
pada salah satu kontur hidung pesawat jet supersonik. Harriotta
raleighana memiliki racun pada bgaian pertama tulang belakang
nya yang dapat membunuh manusia. Ikan ini hidup pada
kedalaman 8000 kaki.
viii. Coffinfish
18
B.melanostomus memiliki badan yang lembek dan ekor
yang panjang yang ditutupi oleh duri – duri kecil. Spesies ini dapat
tumbuh hingga panjang minimal 10 cm. B.melanostomus hidup
pada kedalaman 1320 m sampai 1760 m. Nama B.melanostomus
diambil dari bahasa yunani melanos yang berarti hitam dan stoma
yang berarti mulut.
i. Bathynomus giganteus
Isopoda raksasa atau yang di kenal dengan nama ilmiah
Bathynomus giganteus merupakan salah satu anggota dari family
isopoda Hewan ini dapat mencapai panjang hingga 16 inchi .
Bathynomus giganteus merupakan krustasea karnivor yang
beradaptasi untuk memakan apasaja yang jatuh dasar laut selain itu
19
ia juga memakan beberapa invertebrate kecil yang hidup pada
kedalaman 2000 kaki.
ii. Vampyroteuthis infernalis
Vampyroteuthis infernalisis adalah Cephalopoda
kosmopolitan yang tinggal di lapisan minimum oksigen antara
kedalaman 600 dan 800m. Studi morfometrik dan fisiologis
menunjukkan bahwa V. Infernalishas memiliki kapasitas kecil
untuk jet propulsi dan memiliki tingkat metabolisme terendah yang
pernah diukur untuk Cephalopoda Karena berenang dengan sirip
sudah lebih efisien daripada jet propulsi, beberapa pengurangan
penggunaan energi relatif terhadap cephalopoda lainnya mungkin
timbul dari penggunaan sirip sebagai sarana utama jet propulsi. V. 20
infernalisundergoes sebuah metamorfosis yang cepat yang terdiri
dari perubahan dalam ukuran, posisi dan bentuk sirip. Hal ini
menunjukkan bahwa ada perubahan dalam selektif faktor yang
mempengaruhi gerak melalui ontogeni.
Tabel Beberapa jenis binatang eribatik serta kedalaman darimana mereka
diambil.
Porifera
Tenea murikata 30 sampai 3440 meter
Stilokordila borealis 2 sampai 3000 meter
Tantorium semisuberites 26 sampai 2970 meter
Polikheta
Lumbrikonereis impasiens Sekurang – kurangnya sampai 3000
meter
Glisera ruksi Sekurang – kurangnya sampai 3000
meter
Notomastus lateriseus Sekurang – kurangnya sampai 3000
meter
Hidroides norvegika Sekurang – kurangnya sampai 3000
meter
Pomatoseros 5 sampai 3000 meter
Amfikteis guneri 20 sampai 5000 meter
Siripedia
Veruka stromia Litoral sampai 300 meter
Kumasea
Diastilis levis 9 sampai 2980 meter
Edorela trunkatula 9 sampai 2980 meter
Isopoda
21
Antarturus furkatus 10 sampai 3010 meter
Lamelibrankiata
Limopsis aurita 38 sampai 3175 meter
Astarte sulkata 10 sampai 2000 meter
Skrobikularia longikalus 36 sampai 4400 meter
Gastropoda
Neptunea kurta 8 sampai 2580 meter
Neptunea islandika 30 sampai 3000 meter
Pungturela noakhina 8 sampai 2000 meter
Sisulera krispata 12 sampai 2300 meter
Natika grunlandia 3 sampai 2300 meter
Natika afinis 6 sampai 2600 meter
Skafander pungtostriatus 35 sampai 2800 meter
Asteroidea
Psedarkhaster pareli 15 sampai 2500 meter
Henrisia sanguinolenta 0 ampai 2450 meter
Ofiuroidea
Ofiakanta bidentata 5 sampai 4400 meter
Ofiofolis akuleata 0 sampai 2450 meter
Ofiura sarsi 10 sampai 3000 meter
Ofiokten seriseum 5 sampai 4500 meter
Ekhinoidea
Ekhinokardium austral 0 sampai 4900 meter
Holoturoidea
Mesoturian intestinalis 20 sampai 2000 meter
22
23
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sebagian besar dunia ini di tutupi oleh lautan sehingga jumlah
keaneragaman hayatinya jauh lebih banyak dari pada di darat maupun di
udara. Banyak orang telah melakukan penelitan tentang keanekaragaman
hewan di darat maupun udara namun sedikit yang melakukannya di laut
khususnya di laut-dalam. Jika di lihat sekilas laut dalam tampak
menyeramkan namun disitulah banyak terjadi fenomena yang unik ataupun
hewan-hewan yang aneh, seperti adanya hidrothermal vent dan ikan
anglerfish yang sering di gambarkan sebagai ikan yang memiliki lampu.
B. SARAN
Sebagian besar manusia melakukan penelitihan di darat atau udara
dan di permukaan laut bahkan manusia mampu mancapai titik teratas
permukaan bumi bahkan sudah melewatinya, namun hanya beberapa yang
melakukan penelitihan di laut-dalam atau di bagian bumi yang paling
bawah. Sehingga masih banyak spesies atau keanekaragaman yang belum
diketahui oleh manusia. Mungki dengan adanya penelitihan tentang laut-
dalam membuat banyak manusia mulai penasaran dan banyak melakukan
penelitihan di laut-dalam
24