l.)dan uji aktivitas antioksidan dengan metode dpph

116
I FORMULASI SABUN MANDI CAIR EKSTRAK ETANOL DAUN JAMBU KALIANG ( Syzigium cumini L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH SKRIPSI Oleh : WIDYA PRIMA PUTRI 1504034

Upload: others

Post on 18-Nov-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

I

FORMULASI SABUN MANDI CAIR EKSTRAK

ETANOL DAUN JAMBU KALIANG ( Syzigium cumini

L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN

METODE DPPH

SKRIPSI

Oleh :

WIDYA PRIMA PUTRI

1504034

Page 2: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

II

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA

PERINTIS PADANG

2020

PERNYATAAN ORISINILITAS DAN PENYERAHAN HAK CIPTA

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Widya Prima Putri

NIM : 1504034

Judul Skripsi : Formulasi Sabun Mandi Cair Ekstrak Etanol Daun Jambu

Kaliang (Syzigium cumnini L.) Dan Uji Aktivita Antioksidan

Dengan Metode DPPH.

Dengan ini menyatakan bahwa:

Page 3: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

III

1. Skripsi yang saya tulis merupakan hasil karya saya sendiri, terhindar dari

unsur plagiarisme, dan data beserta seluruh isi skripsi tersebut adalah benar

adanya.

2. Saya menyerahkan hak cipta dari skripsi tersebut Sekolah Tinggi Farmasi

Indonesia Perintis Padang untuk dapat dimanfaatkan dalam kepentingan

akademis.

Padang, 04 Februari 2020

Widya Prima Putri

Lembar Pengesahan Skripsi

Dengan ini dinyatakan bahwa:

Nama : Widya Prima Putri

NIM : 1504034

Judul Skripsi: Formulasi Sabun Mandi Cair Ekstrak Etanol Daun Jambu

Kaliang (Syzigium cumnini L.) Dan Uji Aktivitas

Antioksidan Dengan Metode DPPH.

Page 4: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

IV

Telah diuji dan disetujui skripsinya sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) melalui ujian sarjana yang diadakan pada tanggal

04 Februari 2020 berdasarkan ketentuan yang berlaku.

Ketua Sidang

Farida Rahim, M. Farm, Apt

Pembimbing I Anggota Penguji I

HJ. Diana Agustin, S.Si, M.M, Apt Sandra Tri Juli Fendri, M. Si

Pembimbing II Anggota Penguji II

Yahdian Rasyadi, M. Farm, Apt Mimi Aria, M. Farm, Apt

Mengetahui:

Ketua Prodi Studi S1 Farmasi

Dr. Eka Fitrianda, Apt

Page 5: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

V

LEMBAR PERSEMBAHAN

Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT. Taburan cinta dan kasih sayang-Mu telah

memberikanku kekuatan, membekaliku dengan ilmu serta memperkenalkanku dengan cinta. Atas

karunia serta kemudahan yang Engkau berikan akhirnya skripsi yang sederhana ini dapat

terselesaikan. Shalawat dan salam selalu terlimpahkan kehadiran Rasulullah Muhammad SAW.

Kupersembahkan karya sederhana ini kepada orang yang sangat kukasihi dan kusayangi.

Ibunda dan Almarhum Ayahanda Tercinta

Sebagai tanda bakti, hornat dan rasa terima kasih yang tiada terhingga kupersembahkan karya

kecil ini kepada Ibu (Apriani) dan Almarhum Bapak (Nursal) yang telah memberikan kasih

sayang, dukungan, ridha, dan cinta kasih yang tiada terhingga yang tiada mungkin dapat kubalas

hanya dengan selembar kertas yang bertuliskan kata persembahan. Semoga ini menjadi langkah

awal untuk membuat Ibu dan Almarhum Bapak bahagia karena kusadar, selama ini belum bisa

berbuat lebih. Untuk Ibu dan Almarhum Bapak yang selalu membuatku termotivasi dan selalu

menyirami kasih sayang, selalu mendoakanku, selalu menasehatiku serta selalu meridhoiku

melakukan hal yang lebih baik, Terimakasih Ibu…. Terimakasih Bapak….

Abang dan Adikku Tercinta

Sebagai tanda terima kasih, aku persembahkan karya kecil ini untuk Abangku tercinta (Jeki Putra)

dan Adikku tersayang (Fauzil Adzim) serta orang-orang disekitar ku yang selalu memberi

semangat dan bantuan selama ini. Terima kasih telah memberikan semangat dan inspirasi dalam

menyelesaikan Tugas Akhir ini. Semoga doa dan semua hal yang terbaik yang engkau berikan

menjadikan ku orang yang baik pula. Terima kasih

Teman -teman

Buat kawan-kawanku yang selalu memberikan motivasi, nasihat, dukungan moral serta material

yang selalu membuatku semangat untuk menyelesaikan skripsi ini, sahabatku (reka, yesi, dila,

nurul, ira, laura, viora, qori,siska, frandika) dan teman-teman Quindecim 15, serta teman-teman

lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terima kasih teman-temanku, kalian telah

memberikan banyak hal yang tak terlupakan kepadaku

Dosen Pembimbing

Ibu H.J. Diana Agustin, S.Si. M.M, Apt dan Bapak Yahdian Rasyadi, M. Farm, Apt selaku dosen

pembimbing skripsi saya, serta Ibu Mimi Aria, M.Farm, Apt selaku pembimbing akademik saya,

Page 6: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

VI

terima kasih banyak Bapak Ibu sudah membantu selama ini, sudah dinasehati, sudah diajari, dan

mengarahkan saya sampai saya dapat menyelesaikan program studi S1 Farmasi.

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya serta shalawat dan salam kepada Nabi

junjungan kita Muhammad SAW, para sahabat, serta keluarganya. Sehingga

penulis telah dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang

berjudul “FORMULASI SABUN MANDI CAIR EKSTRAK ETANOL

DAUN JAMBU KALIANG (Syzigium cumini L.) DAN UJI AKTIVITAS

ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH” Skripsi ini merupakan salah

satu persyaratan untuk menyelesaikan program pendidikan sarjana strata satu

pada Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia Perintis Padang.

Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari iringan do’a tulus dan

dukungan tiada hentinya yang diberikan oleh Ibuku tercinta, Ibu Apriani,

Page 7: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

VII

Almarhum Bapak Nursal, Abang Jeki Putra, Adik Fauzil Adzim, serta saudara

dan teman-teman yang sangat penulis sayangi, kasih sayang berserta do’a tulus

ikhlas memberikan semangat dan dukungan yang tiada ternilai bagi penulis.

Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu HJ. Diana Agustin, S.Si. M.M, Apt dan Bapak Yahdian Rasyadi, M.

Farm, Apt selaku pembimbing yang dengan penuh perhatian dan kesabaran

telah berkenan meluangkan waktu, pikiran dan motivasi, memberikan

petunjuk, ilmu, nasehat, arahan serta bimbingan selama penelitian dan

penyusunan skripsi ini.

2. Bapak H. Zulkarni R, S.Si, MM, Apt selaku Ketua Sekolah Tinggi Farmasi

Indonesia (STIFI) Yayasan Perintis Padang yang telah memberikan motivasi

dan arahan.

3. Ibu Mimi Aria, M.Farm, Apt selaku Pembimbing akademik, yang telah

memberikan bimbingan, motivasi dan arahan dalam kegiatan akademis

penulis di Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia (STIFI) Yayasan Perintis

Padang.

4. Bapak/Ibu Dosen yang telah mendidik dan mencurahkan ilmu selama ini

kepada penulis dan Staf Karyawan/karyawati serta analis labor Sekolah

Tinggi Farmasi Indonesia (STIFI) Yayasan Perintis Padang.

Semoga Allah SWT membalas dan melimpahkan rahmat dan karunia-Nya

kepada kita semua. Penulis berharap semoga skripsi ini menjadi sumbangan yang

bernilai ilmu pengetahuan dan bermanfaat bagi kita semua. Kritik dan saran yang

membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan penyempurnaan skripsi ini.

Page 8: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

VIII

Akhirnya, hanya kepada Allah SWT penulis serahkan segalanya mudah-mudahan

dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi kita semua.

Padang, 04 Februari 2020

Widya Prima Putri

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian formulasi ekstrak etanol daun jambu kaliang (Syzigium

Cumini L.) dalam bentuk sabun mandi cair dengan memvariasikan konsentrasi

ekstrak F0= 0%, F1= 1,5%, F2= 2% dan F3 2,5%. Penelitian ini bertujuan untuk

memformulasi dan menguji aktivitas antioksidan sabun mandi cair ekstrak etanol

daun jambu kaliang Evaluasi sabun mandi cair meliputi uji organoleptis, uji

homogenitas, pH, bobot jenis, uji daya busa, uji stabilitas, uji viskositas,uji iritasi

dan uji aktivitas antioksidan. Hasil evaluasi organoleptis F0 menunjukkan warna

bening,bau anggur,bentuk cair pada F1,F2,F3 dan P menunjukkan warna coklat,

bau anggur, bentuk cair. Hasil uji homegenitas semua formula homogen. Hasil pH

berturut-turut pada F0, F1, F2, F3 dan P sebesar 8,39; 8,25; 8,19; 8,08; 8,83. Hasil

bobot jenis berturut-turut pada F0, F1, F2 , F3 dan P sebesar 1,01; 1,02; 1,02;

1,02; 1,01 g/mL. Hasil uji daya busa berturut-turut F0,F1,F2, F3 dan P sebesar

0,43; 0,63; 0,78; 0,91; 0,96 cm. Hasil uji viskositas pada minggu pertama

berturut-turut F0, F1, F2, F3 dan P sebesar 2000, 2300, 2800, 3100, 4600 cps dan

pada minggu keenam berturut-turut F0, F1, F2, F3 dan P sebesar 2200; 2800;

3700; 4000; 4400 cps. Hasil uji iritasi semua formula tidak mengiritasi dan pada

uji aktivitas antioksidan memiliki nilai IC50 berturut-turut untuk F0, F1, F2 dan F3

sebesar 420,17 µg/mL (kategori lemah), 159,18 µg/mL (kategori sedang), 141,97

µg/mL (kategori sedang), dan 119,23µg/mL (kategori sedang). Kesimpulan dari

hasil penelitian ini adalah ekstrak etanol daun jambu kaliang dapat diformulasi

dalam bentuk sediaan sabun mandi cair dan memiliki aktivitas antioksidan

(kategori sedang).

Page 9: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

IX

Kata kunci : Sabun mandi cair, Syzigium cumini, Daun jambu kaliang,

antioksidan, DPPH

ABSTRACT

A research on ethanol extract form of (Syzigium Cumini L.) leaf formulation has

been conducted in the form of liquid bath soap by varying the extract

concentration F0 = 0%, F1 = 1.5%, F2 = 2% and F3 2.5%. The aim of this

research is to formulate and test the antioxidant activity of liquid bath soap

ethanol extract of guava leaves, the evaluation of liquid bath soap includes

organoleptic test, homogeneity test, pH, specific gravity, foam power test,

stability test, viscosity test, irritation test and antioxidant activity test.

Organoleptic evaluation results of F0 showed clear color, odor of wine, liquid

form in F1, F2, F3 and P showed brown color, smell of wine, liquid form.

Homegeneity test results for all homogeneous formulas. The results of pH

respectively in F0, F1, F2, F3 and P were 8.39; 8.25; 8.19; 8.08; 8.83. The results

of consecutive specific gravity at F0, F1, F2, F3 and P were 1.01; 1.02; 1.02; 1.02;

1.01 g / mL. The foam power test results are respectively F0, F1, F2, F3 and P of

0.43; 0.63; 0.78; 0.91; 0.96 cm. Viscosity test results in the first week in a row F0,

F1, F2, F3 and P were 2000, 2300, 2800, 3100, 4600 and in the sixth week in a

row F0, F1, F2, F3 and P were 2200; 2800; 3700; 4000; 4400 cps. The irritation

test results of all formulas did not irritate and the antioxidant activity test had

IC50 values respectively for F0, F1, F2 and F3 of 420.17 µg / mL (weak

category), 159.18 µg / mL (medium category), 141 , 97 µg / mL (medium

category), and 119.23 µg / mL (medium category). The conclusion from the

Page 10: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

X

results of this study is the ethanol extract of guava leaves can be formulated in the

form of liquid bath soap and has antioxidant activity (medium category).

Keywords: Liquid bath soap, Syzigium cumini, Guava guava leaves, antioxidants,

DPPH

DAFTAR ISI

JUDUL ......................................................................................................... i

PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PENYERAHAN HAK CIPTA ii

PENGESAHAN ........................................................................................... iii

PERSEMBAHAN ....................................................................................... iv

KATA PENGANTAR .. .............................................................................. v

ABSTRAK .................................................................................................. vi

ABSTRACT …........................................................................ .................... vii

DAFTAR ISI ................................................................................................ viii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... ix

Page 11: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

XI

DAFTAR TABEL ........................................................................................ x

DAFTAR LAMPIRAN ………….. ............................................................ xi

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah ................................................................... 3

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................ 3

1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 4

2.1 Tinjauan Biologi Tumbuhan Jambu Kaliang .............................. 4

2.1.1 Klasifikasi .......................................................................... 4

2.1.2 Morfologi .......................................................................... 4

2.1.3 Nama Daerah...................................................................... 5

2.1.4 Ekologi dan Penyebaran..................................................... 5

2.2 Tinjauan Kimia ............................................................................ 5

2.3 Metode Ekstraksi ........................................................................ 5

2.4 Tinjauan Farmakologi ................................................................. 8

2.5 Tinjauan Farmasetika .................................................................. 8

2.6 Tinjauan Umum .......................................................................... 8

2.6.1 Kulit ................................................................................... 8

2.6.2 Lapisan Kulit ...................................................................... 9

2.7 Sabun ........................................................................................... 12

2.7.1 Definisi Sabun ................................................................... 12

2.7.2 Prinsip Kerja Sabun........................................................... 12

2.7.3 Formula umum Sabun Cair ............................................... 13

2.8 Antioksidan dan Radikal Bebas .................................................. 16

2.8.1 Antioksidan ........................................................................ 16

2.8.2 Radikal Bebas…………………………………………… 18

2.9 Metode Penentuan Aktivitas Antioksidan .................................. 19

2.10 Spektrofotometer UV-Vis ......................................................... 20

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................ 23

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................... 23

3.2 Alat dan Bahan ............................................................................ 23

3.2.1 Alat………………………………………………….......... 23

3.2.2 Bahan. ................................................................................ 23

3.3 Prosedur Penelitian ..................................................................... 24

3.3.1 Pengambilan Sampel .......................................................... 24

3.3.2 Identifikasi Sampel ............................................................ 24

3.4 Pembuatan Ekstrak Daun Jambu Kaliang ................................... 24

3.5 Pemeriksaan Ekstrak Daun Jambu Kaliang ................................ 25

3.5.1 Parameter spesifik ............................................................. 25

3.5.2 Parameter Nonspesifik ..................................................... 26

3.6 Uji Fitokimia ............................................................................... 27

3.7 Pemeriksaan Bahan Tambahan ................................................... 28

3.8 Penyusunan Formula Sabun Mandi Cair Ekstrak Daun Jambu

Kaliang ......................................................................................... 29

3.8.1 Pembuatan Formula Sabun Mandi Cair Ekstrak Daun

Jambu Kaliang… ...................................................................... 30

3.8.2 Evaluasi Sabun Mandi Cair ................................................. 30

Page 12: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

XII

3.9 Metode Penentuan Aktivitas Antioksidan Sabun Mandi Cair Ekstrak

Daun Jambu Kaliang ............................................................................ 35

3.9.1 Pembuatan Larutan DPPH 125uM ........................................ 35

3.9.2 Pengukuran Panjang Gelombang Serapan Maksimum DPPH. 35

3.9.3 Pengujian Larutan Vitamin C Sebagai Kontrol Positif ......... 35

3.9.4 Pengujian Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Jambu Kaliang 36

3.9.5 Pengujian Aktivitas Antioksidan Sabun Mandi Cir Ekstrak

Daun Jambu Kaliang ................................................................. 36

3.9.6 Perhitungan Persentase Penghambatan (% Inhibisi) dan IC50 37

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 38

4.1 Hasil ............................................................................................ 38

4.1.1 Hasil Identifikasi Tumbuhan ............................................. 38

4.1.2 Hasil Pemeriksaan Ekstrak Etanol Daun Jambu Kaliang 38

4.1.3 Hasil Pemeriksaan Bahan Tambahan ................................ . 39

4.1.3 Hasil Evaluasi Sabun Mandi Cair ..................................... 39

4.1.5 Hasil Uji Aktivitas Antioksidan ........................................ 40

4.2 Pembahasan ................................................................................. 41

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 50

5.1 Kesimpulan ................................................................................. 50

5.2 Saran ........................................................................................... 50

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 51

LAMPIRAN ................................................................................................. 57

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Reaksi Kimia SabunTumbuhan Jambu Kaliang........................ .................. 13

2. Tumbuhan Jambu Kaliang ........................................................................... 58

3. Daun Jambu Kaliang .................................................................................... 58

4. Surat Identifikasi Tumbuhan Jambu Kaliang............................................... 59

5. Skema Kerja Pembuatan Ekstrak Etanol Etanol Jambu Kaliang ................. 59

6. Skema Kerja Formulasi Sabun Mandi Cair ................................................. 65

7. Sediaan Sabun Mandi Cair Ekstrak Etanol Daun Jambu Kaliang ............... 66

8. Contoh Surat Pernyataan Sukarelawan ....................................................... 74

9. Skema Kerja Pengukuran Panjang Gelombang Maksimum DPPH ............. 75

Page 13: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

XIII

10. Hasil Pengukuran Panjang Gelombang Maksimum DPPH ....................... 76

11. Skema Kerja Uji Aktivitas Antioksidan Sabun Mandi Cair dan Ekstrak .. 77

12. Kurva Aktivitas Antioksidan Vitamin C .................................................... 78

13. Kurva Aktivitas Antioksidan Ekstrak ........................................................ 79

14. Kurva Aktivitas Antioksidan Sabun Mandi Cair F0 .................................. 80

15. Kurva Aktivitas Antioksidan Sabun Mandi Cair F1 .................................. 81

16. Kurva Aktivitas Antioksidan Sabun Mandi Cair F2 .................................. 82

17. Kurva Aktivitas Antioksidan Sabun Mandi Cair F3 .................................. 83

Page 14: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

XIV

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Formula Sabun Mandi Cair ........................................................................ 29

2. United States Testing Company (USTC) dan Skala Evaluasi Eritemai..... 34

3. Kategori respon dan PII ............................................................................. 34

4. Hasil Pemriksaan Parameter Spesifik Ekstrak .......................................... 61

5. Hasil pemeriksaan Parameter Nonspesifik Ekstrak .................................. 61

6. Hasil Pemeriksaan Uji Fitokimia .. ............................................................ 62

7. Hasil Pemeriksaan Sukrosa..... ................................................................... 62

8. Hasil Pemeriksaan Trietanolamin (TEA) ................................................... 62

9. Hasil pemeriksaan Natrium Lauryl Sulfat ................................................. 63

10. Hasil Pemeriksaan HPMC ........................................................................ 63

11. Hasil PemeriksaanCocoamidopropyl Betain ............................................ 63

12. Hasil pemeriksaan Asam Sitrat ................................................................. 64

13. Hasil Evaluasi Pemeriksaan Organoleptis ............................................... 67

14. Hasil Evaluasi Pemeriksaan Homogenitas ............................................... 68

15. Evaluasi Pemeriksaan pH ......................................................................... 68

16. Hasil Evaluasi Pemeriksaan Bobot Jenis .................................................. 69

17. Hasil Evaluasi Pemeriksaan Daya Busa.................................................... 69

18. Hasil Evaluasi Stabilitas dengan Metode freeze and thaw ....................... 70

19. Hasil Evaluasi Stabilitas pada Suhu Kamar .............................................. 70

20. Hasil Evaluasi Viskositas pada Minggu Pertama ..................................... 71

21. Hasil Evaluasi Viskositas pada Minggu Keenam ..................................... 71

22. Hasil Pemeriksaan Uji Iritasi .. ................................................................ 72

23. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Vitamin C .............................................. 78

24. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak .. ............................................... 79

25. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Sabun Mandi Cair F0 ............................ 80

26. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Sabun Mandi Cair F1 .. ......................... 81

27. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Sabun Mandi Cair F2 ............................ 82

28. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Sabun Mandi Cair F3..... ....................... 83

29. Hasil Rekapitulasi Data Evaluasi Sabun Mandi Cair................................ 85

Page 15: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

XV

Page 16: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

XVI

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Foto Tumbuhan Jambu Kaliang (Syzigium Cumini L.) ............................... 57

2. Surat Identifikasi Tumbuhan ....................................................................... 58

3. Skema Kerja Pembuatan Ekstrak ................................................................ 59

4. Perhitungan Rendemen, Susut Pengeringan dan Kadar Abu Ekstrak .......... 60

5. Hasil Evaluasi Pemeriksaan Ekstrak ............................................................ 61

6. Hasil Pemeriksaan Bahan Tambahan ........................................................... 62

7. Skema Kerja Formulasi Sabun Mandi Cair ................................................. 65

8. Foto Hasil Sediaan Sabun Mandi Cair ......................................................... 66

9. Hasil Evaluasi Sabun Mandi Cair ............................................................... 67

10. Contoh Surat Pernyataan Sukarelawan…………………………………… 74

11. Skema Kerja Pengukuran Panjang Gelombang Maksimum DPPH .......... 75

12 Hasil Pengukuran Panjang Gelombang Maksimum DPPH ........................ 76

13. Skema Kerja Uji Aktivitas Antioksidan Vitamin C, Ekstrak dan Sabun

Mandi Cair ................................................................................................ 77

14.Hasil Uji Aktivitas AntioksidanVitamin C, Ekstrak dan Sabun

Mandi Cair ................................................................................................. 78

15. Contoh Perhitungan % Inhibisi dan IC50 Sabun Mandi Cair ..................... 84

16. Rekapitulasi Data Evaluasi Sabun Mandi Cair .......................................... 85

Page 17: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

XVII

Page 18: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

1

BAB I.PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang memiliki iklim tropis, sehingga Indonesia

mendapat paparan sinar matahari dengan intensitas yang banyak. Sinar matahari

yang terus-menerus memapari kulit akan menyebabkan kerusakan kulit dan

memicu reaksi oksidasi sehingga terjadi peradangan dan penuaan dini.

(Wasitaatmadja, 1997). Kulit adalah organ yang menutupi seluruh tubuh manusia

dan mempunyai daya proteksi terhadap pengaruh luar. Penampilan seseorang

didukung oleh kulit, oleh karena itu kesehatan kulit perlu dijaga dan dilindungi

(Wirajaya, 1998).

Salah satu penangkal radikal bebas adalah antioksidan (Fajriah dkk, 2007).

Antioksidan berfungsi untuk menstabilkan radikal bebas dengan melengkapi

kekurangan eloktron dari radikal bebas sehingga menghambat terjadinya reaksi

berantai (Windono dkk, 2001). Radikal bebas itu banyak berasal dari luar tubuh

seperti makanan yang mengandung pengawet, polusi, debu dan radiasi ultraviolet

(Zuhra dkk, 2008)

Salah satu tanaman lokal Indonesia yang mempunyai aktivitas antioksidan

adalah jambu kaliang (Syzigium cumini L.). Saat ini di Indonesia jambu kaliang

tergolong ke dalam tumbuhan langka, padahal jambu kaliang memiliki segudang

manfaat. Kurangnya pembudidayaan tanaman tersebut, merupakan salah satu

faktor utama terkait dengan kelangkaannya. Senyawa metabolit sekunder pada

tanaman yang bertindak sebagai antioksidan pada manusia umumnya berupa

Page 19: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

1

alkaloid, terpenoid, flavonoid, tannin dan steroid (Veigas dkk, 2007). Pada daun

jambu kaliang ditemukan senyawa metabolit antara lain flavonoid, glikosida,

Page 20: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

2

quersetin, myrisetin 3-O-4 asetil-rhamnopyranoside, triterpenoid dan tanin

(Ayyanar dan Pandurangan, 2012; Ramya dkk, 2012).

Berdasarkan penelitian dari Marliani, dkk (2014) tentang aktivitas

antioksidan daun dan buah jambu kaliang (Syzigium cumini L.) didapatkan hasil

bahwa ekstrak daun jambu kaliang memiliki aktivitas antioksidan yang lebih baik

dibandingkan buah dengan nilai IC50 ekstrak daun jambu kaliang sebesar 12,84

ppm sedangkan ekstrak buah jambu kaliang memiliki nilai IC50 sebesar 319,89

ppm. Azmi (2018) telah melakukan penelitian formulasi tablet ekstrak etanol daun

jambu kaliang (Syzigium cumini L.) dengan variasi konsentrasi sodium strach

glycolalate sebagai superdisintegran. Rahmayanti dkk, (2018) juga melakukan

penelitian tentang pengaruh konsentrasi ekstrak etanol daun jambu kaliang

(Syzigium cumini L.) dan amylum oryzae terhadap nilai SPF krim tabir surya.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai SPF krim tabir surya oktil

metoksisinamat meningkat ketika ditambahkan kombinasi ekstrak etanol daun

jambu kaliang dan amylum oryzae.

Penelitian tentang jambu kaliang ini sudah banyak dilakukan namun belum

ada yang mencoba menformulasi ekstrak etanol daun jambu kaliang tersebut

menjadi sabun mandi cair. Padahal dengan kekuatan antioksidan yang tinggi

tersebut, jambu kaliang berpotensi untuk melawan penuaan kulit yang disebabkan

oleh molekul radikal bebas.

Sabun adalah produk yang dihasilkan dari reaksi antara asam lemak dengan

basa kuat yang berfungsi untuk mencuci dan membersihkan lemak dan kotoran

Page 21: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

2

(Hernani dkk, 2010). Keunggulan dari sabun cair yaitu mudah dibawa berpergian

dan lebih higenis karena biasanya disimpan dalam wadah yang tertutup rapat

Page 22: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

2 1

(Wijana dkk, 2009), aplikasinya lebih luas ke seluruh permukaan tubuh

sehingga antioksidan yang digunakan bisa langsung kontak dengan seluruh

permukaan tubuh.

Berdasarkan hal di atas, peneliti ingin memformulasi sabun mandi cair dari

ekstrak etanol daun jambu kaliang (Syzigium cumini L.) dengan konsentrasi 1,5%

(F1), 2 % (F2) dan 2,5 % (F3) serta menguji aktivitas antioksidan dengan metode

DPPH.

1.2 Perumusan Masalah

1. Apakah ekstrak etanol daun jambu kaliang (Syzigium cumini L.) dapat

diformulasi menjadi bentuk sediaan sabun mandi cair ?

2. Apakah ekstrak etanol daun jambu kaliang (Syzigium cumini L.) dalam

sabun mandi cair memiliki aktivitas antioksidan ?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Menformulasikan ekstrak etanol daun jambu kaliang (Syzigium cumini L.)

dalam sediaan sabun mandi cair.

2. Menguji aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun jambu kaliang

(Syzigium cumini L.) dalam sediaan sabun mandi cair.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian ini dapat memberikan data ilmiah mengenai ekstrak

etanol daun jambu kaliang (Syzigium cumini L.) dapat diformulasi

menjadi sabun mandi cair.

Page 23: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

2 2

2. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang potensi tanaman daun

jambu kaliang sebagai antioksidan untuk perlindungan kulit.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Biologi

2.1.1 Klasifikasi Syzigium cumini L.

Tanaman Jambu kaliang di klasifikasikan sebagai berikut: (Septiani,

2018)

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Sub Divisio : Angiospermae

Kelas : Dikotil

Ordo : Myrtales

Famili : Myrtaceae

Genus : Syzygium

Spesies : Syzygium cumini L.

2.1.2 Morfologi Syzigium cumini L.

Syzygium cumini L. (jambu kaliang) merupakan tanaman famili Myrtaceae

yang dapat mencapai tinggi 1-2 m dan diameternya sekitar 40-90 cm, batang

Page 24: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

2 3

bercabang banyak, daunnya tunggal, bentuk daun bulat telur terbalik, pangkal

lebar dan tepinya rata, tulang daun menyirip, permukaan daun mengkilap dan

warna daun hijau (Verheij dan Coronel, 1997). Pohon jambu kaliang mempunyai

bunga majemuk pada cabang yang berjauhan, tumbuh pada area tepi daun di

ujung percabangan, kelopak bunga berbentuk lonceng warna hijau muda, mahkota

bunga berbentuk bulat telur, benang sari banyak, warna putih, baunya harum,

bakal buah 2-3 ruang, tangkai putik 6-7 mm. Jambu kaliang ini memiliki buah

berwarna ungu gelap kehitaman, buah berdaging, lonjong, panjang sekitar 2-3 cm,

buah muda berwarna hijau sedangkan buah yang masak berwarna ungu kehitaman

(Pradhan, 2016).

2.1.3 Nama Daerah

Di Indonesia, jambu kaliang dikenal dengan berbagai macam nama yaitu

jambulan, jamblang (Jawa Barat), juwet atau duwet (Jawa Timur). Di India dan

Malaysia dikenal dengan nama jaman, jambul, jambu, jamelong. Di Sumatera

Barat dikenal dengan nama jambu kaliang (Arifin dkk, 2006).

2.1.4 Ekologi dan Penyebaran

Jambu kaliang adalah tanaman yang berasal dari Asia dan Australia tropis.

Tanaman ini terdistribusi pertumbuhannya di Bangladesh, India, Nepal, Pakistan

dan Indonesia (Srivastava dan Chandra, 2013). Jambu Kaliang ini dapat tumbuh

di dataran rendah sampai ketinggian 500 m dpl. Dan juga dapat tumbuh di

pekarangan rumah atupun tumbuh liar (Dalimarta, 2003).

2.2 Tinjauan Kimia

Page 25: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

2 4

Kandungan kimia yang terdapat pada daun jambu kaliang yaitu

mengandung flavonoid, glikosida, quersetin, myrisetin 3-O-4 asetil-L-

rhamnopyranoside, triterpenoid dan tanin (Ayyanar dan Pandurangan, 2012).

Dengan kandungan senyawa tersebut, daun diduga memiliki aktivitas antioksidan.

2.3 Metode Ekstraksi

Ekstraksi merupakan suatu proses penarikan senyawa kimia dari tumbuh-

tumbuhan, hewan dan lain-lain menggunakan pelarut tertentu. Teknik umum yang

digunakan dalam proses ekstraksi adalah dengan cara maserasi, sokletasi,

perkolasi, infusa dan dekokta. Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh

dengan mengekstraksi simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang

cocok, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau

serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian rupa sehingga memenuhi baku yang

telah ditetapkan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2000).

Ekstraksi menggunakan pelarut dapat dibedakan atas 2 cara yaitu, cara

dingin (maserasi dan perkolasi) dan cara panas (refluk, sokletasi, digestasi, infusa

dan dekokta) (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2000).

a. Maserasi

Maserasi adalah proses ekstraksi sederhana dengan cara merendam bahan

alam atau tumbuhan dalam pelarut dan waktu tertentu dengan beberapa kali

pengocokan atau pengadukan pada suhu kamar. Secara teknologi termasuk

ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi pada keseimbangan.

Maserasi kinetik berarti dilakukan pengadukan yang kontinu. Remaserasi berarti

dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan

maserat pertama dan seterusnya. Maserasi ini bertujuan untuk menarik zat-zat

Page 26: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

2 5

berkhasiat dari simplisia, baik simplisia dengan zat berkhasiat yang tidak tahan

pemanasan maupun yang tahan pemanasan (Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, 2000).

b. Perkolasi

Perkolasi adalah proses ekstraksi dengan cara melewatkan pelarut secara

lambat pada simplisia dalam suatu alat perkolator pada suhu kamar. Proses ini

terdiri dari tahap pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi

sebenarnya (penetesan atau penampungan ekstrak) terus-menerus sampai

diperoleh ekstrak atau perkolat yang jumlahnya 1-5 kali bahan (Departemen

Kesehatan Republik Indonesia, 2000).

c. Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada suhu titik didihnya selama

waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya

pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu pertama

sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi sempurna (Departemen

Kesehatan Republik Indonesia, 2000).

d. Sokletasi

Sokletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang

umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan

jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik (Departemen

Kesehatan Republik Indonesia, 2000).

e. Digestasi

Digestasi adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada

suhu yang lebih tinggi dari suhu kamar yaitu secara umum dilakukan pada suhu

Page 27: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

2 6

40-50oC. Cara ini dilakukan untuk simplisia yang pada suhu kamar tidak

terekstrak dengan baik (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2000).

f. Infusa

Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan ekstraksi simplisia nabati

dengan air pada suhu 90oC selama waktu tertentu (15-20 menit) (Departemen

Kesehatan Republik Indonesia, 2000).

g. Dekokta

Dekokta adalah suatu proses ekstraksi yang hampir sama dengan infusa,

tetapi dekokta dipanaskan selama 30 menit pada suhu 90oC. Cara ini dapat

dilakukan untuk simplisia yang tidak mengandung minyak atsiri atau simplisia

yang mengandung bahan yang tahan terhadap pemanasan (Departemen Kesehatan

Republik Indonesia, 2000).

2.4 Tinjauan Farmakologi

Jambu kaliang ini berfungsi sebagai antioksidan dan antiinflamasi (Miguel,

2011), antidiabetes (Kumar dkk, 2018), antibakteri dan antivirus (Priya dkk,

2013), menyembuhkan sakit perut dan diare,(swami dkk, 2012), membersihkan

darah (Bhowmik dkk, 2013) dan berabagai penyakit lainnya.

2.5 Tinjauan Farmasetik

Menurut penelitian yang telah dilakukan sampai saat ini, daun jambu

kaliang (Syzigium cumini L.) telah dibuat dalam sediaan farmasetik, yaitu

formulasi tablet ekstrak etanol daun jamblang (Syzigium cumini L.) dengan variasi

Page 28: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

2 7

konsentrasi sodium strach glycolalate sebagai susperdisintegran (Azmi, 2018),

Pengaruh konsentrasi ekstrak etanol daun jambalng (Syzigium cumini L.) dan

amylum oryzae terhadap nilai SPF krim tabir surya (Rahmayanti dkk, 2018) dan

aktivias antioksidan daun dan buah jamblang (Marliani dkk, 2014)

2.6 Tinjauan Umum

2.6.1 Kulit

Kulit adalah organ tubuh yang pertama kali terkena polusi oleh zat-zat yang

terdapat di lingkungan hidup kita, termasuk jasad renik (mikroba) yang tumbuh

dan hidup di lingkungan kita. Luas kulit orang dewasa sekitar 1,5 m² dengan berat

kira-kira 15% berat badan. Kulit merupakan organ esensial dan vital serta

merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis

dan sensitif, serta bervariasi pada keadaan iklim, umur, jenis kelamin, ras dan

lokasi tubuh (Anwar, 2012)

2.6.2 Lapisan Kulit

Secara garis pembagian kulit tersusun atas tiga lapisan utama dari luar ke

dalam yaitu: epidermis, dermis, dan hipodermis (Evelyn, 2002).

a. Lapisan Epidermis

Epidermis umumnya berfungsi sebagai penghalang untuk hilangnya

air, elektrolit, dan atau nutrien tubuh, serta menahan masuknya senyawa asing

dari luar. Ketebalan epidermis berbeda-beda pada berbagai bagian tubuh,

yang paling tebal berukuran 1 mm, misalnya pada telapak kaki dan telapak

tangan, dan lapisan yang tipis berukuran 0,1 mm terdapat pada kelompok

mata, pipi, dahi dan perut. Lapisan epidermis terdiri atas stratum korneum,

Page 29: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

2 8

stratum lusidum, stratum granulosum, stratum spinosum, dan stratum

germanativum. Stratum korneum adalah lapisan kulit yang paling luar dan

terdiri atas beberapa lapisan sel-sel gepeng yang mati, tidak berinti, dan

protoplasmanya telah berubah menjadi keratin (zat tanduk). Stratum lusidum

terdapat langsung di bawah lapisan korneum, merupakan lapisan sel-sel

gepeng tanpa inti dengan protoplasma yang berubah menjadi protein yang

disebut eleidin. Lapisan tersebut tampak lebih jelas di telapak tangan dan kaki

(Djuanda dkk, 2003).

Stratum granulosum merupakan 2 atau 3 lapis sel-sel gepeng dengan

sitoplasma berbutir kasar dan terdapat inti di antaranya. Butir-butir kasar ini

terdiri atas keratohialin. Stratum spinosum terdiri atas beberapa lapis sel

yang berbentuk poligonal yang besarnya berbeda-beda karena adanya proses

mitosis. Protoplasmanya jernih karena banyak mengandung glikogen, dan

inti terletak di tengah-tengah. Sel-sel ini makin dekat ke permukaan makin

gepeng bentuknya. Diantara sel-sel stratum spinosum terdapat jembatan-

jembatan antar sel yang terdiri atas protoplasma dan tonofibril atau keratin.

Pelekatan antar jembatan-jembatan ini membentuk penebalan bulat kecil

yang disebut nodulus bizzozero. Diantara sel-sel spinosum terdapat pula sel

Langerhans. Sel-sel stratum spinosum mengandung banyak glikogen

(Djuanda dkk, 2003).

Stratum germinativum terdiri dari sel-sel berbentuk kubus yang

tersusun vertikal pada perbatasan dermo-epidermal berbaris seperti pagar

(palisade). Lapisan ini merupakan lapisan epidermis yang paling bawah.

Sel-sel basal ini mengalami mitosis dan berfungsi reproduktif. Lapisan ini

Page 30: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

2 9

terdiri atas dua jenis sel yaitu sel-sel yang berbentuk kolumnar dengan

protoplasma basofilik inti lonjong dan besar, dihubungkan satu dengan lain

oleh jembatan antar sel, dan sel pembentuk melanin atau clear cell yang

merupakan sel-sel berwarna muda, dengan sitoplasma basofilik dan inti

gelap, dan mengandung butir pigmen (melanin) (Djuanda dkk., 2003).

b. Lapisan Dermis

Lapisan ini disebut juga korium terletak antara lapisan kulit epidermis

dan jaringan subkutan. Tebal lapisan sekitar 1-4 mm, tergantung bagian

tubuh. Dermis ini mengandung jaringan padat dari serabut protein seperti

kolagen, retikulum, dan elastin yang disimpan dalam kelenjar dasar amorf

dari mukopolisakarida. Secara garis besar dibagi menjadi 2 bagian yakni

pars papilare yaitu bagian yang menonjol ke epidemis, berisi ujung serabut

saraf dan pembuluh darah, dan pars retikulare yaitu bagian bawahnya yang

menonjol ke arah subkutan. Bagian ini terdiri atas serabut-serabut

penunjang misalnya serabut kolagen, elastin dan retikulin. Dasar lapisan ini

terdiri atas cairan kental asam hialuronat dan kondroitin sulfat, di bagian ini

terdapat pula fibroblast, membentuk ikatan yang mengandung

hidroksiprolin dan hidroksisilin. Kolagen muda bersifat lentur dengan

bertambah umur menjadi kurang larut sehingga makin stabil. Retikulin

mirip kolagen muda. Serabut elastin biasanya bergelombang, berbentuk

amorf dan mudah mengembang serta lebih elastis (Djuanda dkk., 2003).

c. Lapisan hipodermis

Lapisan subkutis adalah kelanjutan dermis yang terdiri atas jaringan

ikat longgar berisi sel-sel lemak di dalamnya. Sel-sel lemak merupakan sel

Page 31: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

2 10

bulat, besar, dengan inti terdesak ke pinggir sitoplasma lemak yang

bertambah. Sel-sel ini membentuk kelompok yang dipisahkan satu dengan

yang lain oleh trabekula yang fibrosa. Lapisan sel-sel lemak disebut

panikulus adiposa, berfungsi sebagai cadangan makanan. Di lapisan ini

terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah, dan getah bening. Tebal

tipisnya jaringan lemak tidak sama bergantung pada lokasinya. Di abdomen

dapat mencapai ketebalan 3 cm, di daerah kelopak mata dan penis sangat

sedikit. Lapisan lemak ini juga merupakan bantalan. Vaskularisasi di kulit

diatur oleh 2 pleksus, yaitu pleksus yang terletak di bagian atas dermis

(pleksus superficial) dan yang terletak di subkutis (pleksus profunda).

Pleksus yang di dermis bagian atas mengadakan anastomosis di papil

dermis, pleksus yang di subkutis dan di pars retikulare juga mengadakan

anastomosis, di bagian ini pembuluh darah berukuran lebih besar.

Bergandengan dengan pembuluh darah terdapat saluran getah bening

(Djuanda dkk, 2003).

2.7 Sabun

2.7.1 Definisi Sabun

Sabun secara umum didefinisikan sebagai garam alkali dari asam lemak

rantai panjang. Saat lemak atau minyak disaponifikasi terbentuk garam natrium

atau kalium dari asam lemak rantai panjang yang disebut sabun. Sabun dihasilkan

dari dua bahan utama yaitu alkali dan trigliserida (lemak atau minyak) (Anggraini,

2012). Sabun mandi cair adalah sediaan pembersih kulit yang dibuat dari bahan

dasar sabun dengan penambahan bahan lain yang diizinkan dan digunakan untuk

mandi tanpa menimbulkan iritasi pada kulit (Yulianti dkk, 2015). Penggunaan

Page 32: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

2 11

sabun bertujuan untuk membersihkan tubuh dari kotoran dan bau, membantu

melembutkan air sadah, memberikan efek estetik dengan adanya parfum,

memberikan perasaan nyaman dan segar bagi pengguna (Balsam, 1972).

2.7.2 Prinsip kerja sabun

Molekul-molekul sabun merupakan molekul surfaktan yang memiliki

bagian kepala dan ekor. Bagian ekor merupakan rantai panjang hidrokarbon

( C15H31) yang bersifat hidrofobik (bagian yang tidak suka air) atau bersifat non

polar. Bagian kepala yang tersusun dari ion- COO- , bersifat ionik yang polar

akan memberikan efek hidrofilik (suka air). Sabun berkerja berdasarkan prinsip

“ Like Dissolves Like” dimana suatu zat hanya akan larut pada pelarut yang

sejenis, zat yang bersifat polar akan larut pada pelarut polar dan zat non polar

akan larut pada pelarut non polar (Purba, 2011).

Reaksi kimia sabun secara umum :

Asam lemak + Basa Gliserol + Sabun

Gambar 1. Reaksi kimia sabun (Ashar, 2006)

2.7.3 Formula Umum Sabun Cair

Page 33: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

2 12

Formula sabun terdiri dari asam lemak (Minyak/ Lemak/ Ester) dan basa,

yang termasuk kedalam asam lemak contohnya minyak kelapa, minyak zaitun

murni dan yang termasuk kedalam basa, contohnya Natrium hidroksida dan

Kalium hidroksida. Beberapa profil dari bahan-bahan yang digunakan pada

formula sabun mandi cair yaitu:

a. Sukrosa

Sukrosa digunakan untuk membuat sabun menjadi transparan

(Wasitaatmadja, 1997).Selain itu, sukrosa juga banyak digunakan untuk

meningkatkan stabilitas atau untuk meningkatkan viskositas sediaan. Kadar

biasa digunakan yaitu 2 - 20 % (Rowe dkk, 2009).

Sukrosa adalah gula yang diperoleh dari tebu (Saccharum officinarum

Linne´ (Fam. Gramineae), bit gula (Beta vulgaris Linne´ (Fam.

Chenopodiaceae)), dan sumber lainnya. Sukrosa muncul sebagai kristal tidak

berwarna, seperti kristal massa atau balok, atau sebagai bubuk kristal putih,

tidak berbau dan memiliki rasa yang manis (Rowe dkk, 2009).

b. Trietanolamine (TEA)

Trietanolamin merupakan cairan kental tidak berwarna hingga kuning

pucat. Bau lemah mirip amoniak, higroskopik. Mudah larut dalam air dan

dalam etanol 95 %, larut dalam kloroform (Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, 1979).

Triethanolamine banyak digunakan dalam formulasi farmasi topikal,

terutama dalam pembentukan emulsi. Ketika dicampur dalam proporsi yang

sama dengan asam lemak, seperti asam stearat atau asam oleat, trietanolamin

membentuk sabun anionik dengan pH sekitar 8. Konsentrasi yang biasanya

Page 34: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

2 13

digunakan untuk emulsifikasi adalah 2 - 4%. Triethanolamine juga diklaim

dapat digunakan untuk produksi pelumas untuk industri sarung tangan karet

dan tekstil. Penggunaan umum lainnya adalah sebagai buffer, pelarut,

plasticizer polimer dan humektan (Rowe dkk, 2009).

c. Na Lauryl Sulfat

Na Lauril Sulfat adalah campuran dari natrium alkil sulfat, sebagian

besar mengandung natrium lauril sulfat. Kandungan campuran natrium

klorida dan natrium sulfat tidak lebih dari 8,0 %. Pemerian hablur, kecil,

berwarna putih atau kuning muda, agak berbau khas. Mudah larut dalam air.

(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1979).

d. Hidroprophyl Methyl Celulosa (HPMC)

HPMC banyak digunakan dalam formulasi sediaan oral, ophthalmic, nasal,

dan topikal. HPMC digunakan dalam bentuk sediaan oral cair sebagai zat

pensuspensi dan penebalan pada konsentrasi mulai dari 0,25–5,0%. Dibandingkan

dengan metilselulosa, HPMC menghasilkan larutan yang lebih jernih, dengan

lebih sedikit serat yang tidak larut. HPMC digunakan sebagai pengemulsi, zat

pensuspensi, dan zat penstabil dalam gel dan salep topikal. Sebagai pelindung

koloid, dapat mencegah tetesan dan partikel menyatu atau menggumpal, sehingga

menghambat pembentukan sedimen. HPMC banyak digunakan dalam kosmetik

dan produk makanan (Rowe dkk, 2009).

e. Cocoamidopropyl betain

Page 35: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

2 14

Cocoamidopropyl betain merupakan surfaktan golongan amfoter.

Surfaktan ini dapat bermuatan positif ataupun negatif. Sifat surfaktan dipengaruhi

oleh pH. Bila berada dalam kondisi basa, bentuk anionik lebih dominan

menghasilkan busa dan deterjen. Dalam kondisi asam, bentuk kationik yang

berlaku. Surfaktan amfoter biasanya digunakan untuk penstabil busa dan

pengurangan iritasi kulit oleh surfaktan anionik (Barel dkk, 2001).

Cocoamidopropyl betain berupa cairan kuning pucat bening. Konsentrasi

penggunaan biasanya tidak lebih dari 3% (Jacob dan Amini, 2008).

f. Asam sitrat

Asam sitrat (baik sebagai bahan monohidrat atau anhidrat), banyak

digunakan dalam formulasi farmasi dan produk makanan, terutama untuk

menyesuaikan pH larutan. Juga telah digunakan secara eksperimental untuk

menyesuaikan pH matriks tablet dalam formulasi salut enterik untuk pemberian

obat khusus usus besar. Penggunaan asam sitrat sebagai larutan buffer antara 0,1 –

2 % (Rowe dkk, 2009). Asam sitrat berbentuk hablur bening tidak berwarna atau

serbuk hablur granul sampai halus, putih tidak berbau. Rasa sangat asam. Sangat

mudah larut dalam air, mudah larut dalam etanol dan agak sukar larut dalam eter

(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995).

g. Grape Fragrance

Zat pewangi berfungsi untuk memberikan keharuman pada sabun. Digunakan

dengan kadar 1 – 2 % (American Pharmaceutical Asosiation, 2003).

h. Aqua Destilata

Page 36: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

2 15

Aqua destilata atau biasa disebut juga air suling merupakan cairan jernih,tidak

berwarna, tidak meimiliki rasa, Aqua destilata dapat disimpan dalam wadah

tertutup baik (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1979)

2.8 Antioksidan dan Radikal Bebas

2.8.1 Antioksidan

Antioksidan adalah zat yang dapat melawan pengaruh bahaya radikal bebas

yang terbentuk sebagai hasil metabolisme oksidatif yaitu, hasil dari reaksi

metabolik yang terjadi dalam tubuh (Goldbreg, 2003). Antioksidan berfungsi

untuk menghentikan dan memutuskan reaksi berantai dari radikal bebas yang ada

di dalam tubuh sehingga dapat melindungi sel sel tubuh dari kerusakan akibat

radikal bebas (Hernani dan Rahardjo, 2005). Antioksidan mampu menstabilkan

atau menonaktifkan radikal bebas sebelum mereka menyerang sel-sel (Sjamsul,

2010).

Terdapat 3 macam antioksidan berdasarkan sumbernya, yaitu:

1. Antioksidan yang dibuat oleh tubuh kita sendiri yang berupa enzim antara lain

super oksidan dismutase, glutathione peroxidase, dan katalase.

2. Antioksidan alami yang dapat diperoleh dari tanaman atau hewan, yaitu

tokoferol, vitamin C, betakaroten, flavonoid, dan senyawa fenolik.

3. Antioksidan sintetik, yang dibuat dari bahan-bahan kimia yaitu, Butylated

Hidroxyanisole (BHA), Butylatedhidroxytoluene (BHT), TBHQ, PG, dan

Page 37: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

2 16

NDGA yang ditambahkan dalam makanan untuk mencegah kerusakan lemak

(Winarsi, 2007).

Berdasarkan mekanisme reaksi terhadap radikal bebas, antioksidan

dibedakan atas tiga bagian:

1. Antioksidan Primer

Merupakan antioksidan yang berfungsi menghambat atau memutuskan

mekanisme radikal bebas pada proses autooksidasi, dimana antioksidan ini

berperan sebagai donor hidrogen dan dapat juga berperan sebagai akseptor

elektron. (Winarsi, 2007).

2. Antioksidan Sekunder

Antioksidan sekunder atau dikenal antioksidan preventif sifatnya menurunkan

kecepatan reaksi inisiasi melalui berbagai mekanisme, seperti melalui

pengikatan ion-ion logam, penangkapan oksigen, penguraian hidroperoksida

menjadi produk-produk tanpa radiasi, penyerapan radiasi UV. Contohnya asam

sitrat, asam askorbat. (Winarsi, 2007).

3. Antioksidan Tersier

Antioksidan ini memperbaiki kerusakan sel-sel dan jaringan yang disebabkan

radikal bebas. Contohnya adalah enzim metionin sulfoksidan reduktase yang

memperbaiki DNA (Winarsi, 2007).

Efek negatif radikal bebas terhadap tubuh dapat dicegah dengan senyawa

yang disebut antioksidan. Antioksidan memiliki kemampuan memberikan

Page 38: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

2 17

elektron, mengikat dan mengakhiri reaksi berantai radikal bebas (Halliwell,

2012).

2.8.2 Radikal Bebas

Radikal bebas merupakan atom atau molekul yang memiliki elektron

bebas yang tak berpasangan (unpaired electron). Hal ini dapat dilihat misalnya

pada air (H2O), ikatan atom oksigen dengan hidrogen pada air merupakan ikatan

kovalen, yaitu ikatan kimia yang timbul karena sepasang elektron dimiliki

bersama oleh dua atom. Elektron yang tidak memiliki pasangan cenderung akan

menarik elektron dari senyawa lainnya, sehingga elektron tersebut akan dimiliki

bersama oleh dua atom atau senyawa dan terbentuk suatu senyawa radikal bebas

baru yang lebih reaktif (Uppu dkk, 2010). Radikal bebas dapat masuk ke dalam

tubuh dan menyerang sel-sel yang sehat dan menyebabkan sel-sel tersebut

kehilangan fungsi dan strukturnya. Akumulasi dari kerusakan tersebut

berkontribusi terhadap beberapa penyakit dan menyebabkan kondisi yang biasa

disebut sebagai penuaan dini (Liochev, 2013).

Radikal bebas tersebut memiliki sifat yaitu :

1. Reaktivitasnya yang tinggi karena akan cenderung menarik elektron dari

senyawa yang lainnya lagi.

2. Memiliki kemampuan untuk mengubah suatu molekul, atom, atau senyawa

untuk menjadi suatu radikal baru (Morello dkk., 2002).

Page 39: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

2 18

Radikal bebas muncul dalam tubuh manusia melalui metabolisme dan

akibat paparan dari luar diantaranya polusi kendaraan, asap rokok dan sinar ultra

violet. Target utama radikal bebas adalah protein, karbohidrat, asam lemak tak

jenuh dan lipoprotein, serta unsur-unsur DNA dari molekul-molekul target

tersebut, yang paling rentan terhadap serangan radikal bebas adalah asam lemak

tak jenuh. Senyawa radikal bebas di dalam tubuh dapat merusak asam lemak tak

jenuh ganda pada membran sel sehingga dinding sel menjadi rapuh, merusak basa

DNA sehingga mengacaukan sistem genetika, dan berlanjut pada pembentukan

sel kanker. Radikal bebas akan terus mencari elektron dari molekul-molekul di

sekitarnya dan apabila tidak dikendalikan reaksi berantai ini dapat berlangsung

secara terus menerus (Halliwell dan Gutteridge, 2000).

2.9 Metode Penentuan Aktivitas Antioksidan

DPPH (2,2 difenil-1-pikril hidrazil) adalah radikal bebas yang stabil pada

suhu kamar karena adanya delokalisasi elektron pada molekul. Delokalisasi

elektron ini menyebabkan DPPH menjadi violet pekat sehingga dalam larutan

metanol akan memberikan serapan pada panjang gelombang 517,5 nm. Metode

ini memiliki keunggulan yaitu pengukuran aktivitas antioksidan hanya

menggunakan sampel dalam jumlah sedikit dan waktu yang relatif singkat.

Kelarutan DPPH dicampur dengan suatu substan yang dapat mendonorkan

elektron maka DPPH akan tereduksi sehingga akan menyebabkan warna berubah

dari ungu menjadi kuning (Molyneux, 2003).

Metode DPPH menggunakan 2,2 difenil-1-pikrilhidrazil sebagai sumber

radikal bebas. Prinsipnya adalah mengukur terjadinya pemudaran warna dari

radikal DPPH akibat adanya antioksidan yang dapat menetralkan molekul radikal

Page 40: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

2 19

bebas. Radikal DPPH yang sebelumnya berwarna akan kehilangan warnanya jika

ada antioksidan, karena antioksidan akan menyumbangkan elektronnya kepada

radikal DPPH. Radikal yang sebelumnya tidak stabil (akibat adanya elektron yang

tidak berpasangan) menjadi stabil (Windono, 2001).

Nilai IC50 kecil dari 50 ppm menunjukan kekuatan antioksidan sangat aktif,

pada nilai IC50 50-100 ppm menunjukan keukatan antioksidan aktif, nilai IC50

101-250 menunjukan aktivitas antioksidan sedang, nilai IC50 250-500 ppm

menunjukan aktivitas antioksidan lemah, sedangkan pada nilai IC50 besar dari 500

ppm meunjukan aktivitas antioksidan tidak aktif (Jun dkk, 2003).

2.10 Spektrofotometer UV-Vis

Spektrofotometri UV-Vis merupakan pengukuran suatu interaksi antara

radiasi elektromagnetik dan molekul atau atom dari suatu zat kimia.

Spektrofotometer yang sesuai untuk pengukuran di daerah spektrum ultraviolet

dan cahaya tampak terdiri dari suatu optik dengan kemampuan menghasilkan

cahaya monokromatik dalam jangkauan 200 nm - 800 nm (Dachriyanus, 2004).

Spektrofotometer terdiri atas spektrometer dan fotometer. Spektrofotometer

menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan

fotometer adalah alat pengukur itensitas cahaya yang ditransmisikan atau

diabsorpsi. Spektrofotometer tersusun atas sumber spektrum yang kontiniu,

monokromator, sel pengabsorpsi untuk larutan sampel atau blangko dan suatu alat

untuk mengukur perbedaan absorpsi antara sampel dan blanko ataupun

pembanding(Khopkar, 1990).

Bagian-bagian spektrofotometri UV-Vis adalah (Dachriyanus, 2004):

Page 41: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

2 20

1. Sumber Cahaya

Untuk mendapatkan pengukuran absorban yang cocok, sumber cahaya

hendaknya menghasilkan sinar dengan kekuatan yang cukup kontinu dan

merata pada panjang gelombang yang dikehendaki dan stabil selama waktu

yang diperlukan.

2. Monokromator

Digunakan sebagai penyeleksi panjang gelombang yaitu mengubah cahaya

yang berasal dari sumber sinar polikromatis menjadi cahaya monokromatis.

3. Kuvet

Kuvet atau bejana tempat larutan dibuat sedemikian rupa sehingga dapat

meneruskan sinar yang digunakan dan dinding sel yang akan ditentukan harus

tegak lurus terhadap cahaya yang masuk, kuvet yang digunakan biasanya

terbuat dari kaca atau plastik untuk sinar tampak, sedangkan ultraviolet

digunakan kuarsa.

4. Detektor

Detektor yaitu suatu alat yang dapat mengubah energi sinar menjadi energi

listrik dengan menyerap energi foton sinar yang jatuh (diubah menjadi

besaran yang dapat diukur).

5. Alat Baca (Rekorder)

Rekorder adalah suatu alat untuk membaca isyarat listrik yang berasal dari

detektor.

Cara kerja spektrofotometri Uv-Vis yaitu: (Dachriyanus, 2004).

1. Sinar dari sumber radiasi diteruskan menuju monokromator.

Page 42: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

2 21

2. Cahaya dari monokromator diarahkan terpisah melalui blanko dan sampel

dengan sebuah cermin berotasi.

3. Kedua cahaya lalu bergantian mengubah arah karena pemantulan dari cermin

yang berotasi secara kontiniu.

4. Detektor menerima cahaya dari blanko dan sampel secara berulang-ulang.

Sinyal listrik dari detektor diproses, diubah ke digital dan dibandingkan

antara sampel dan blanko, perhitungan dilakukan dengan komputer yang sudah

terprogram (Dachriyanus, 2004).

BAB III. PELAKSANAAN PENELITIAN

Page 43: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

2 22

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juli - Oktober 2019 di

Laboratorium Penelitian Farmasetika, LLDIKTI wilayah X dan Laboratorium

Instrumen Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia Perintis Padang.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Spektrofotometer UV-

Vis, timbangan digital, seperangkat alat rotary evaporator, lumpang, stamper,

gelas ukur, gelas piala, erlenmeyer, sudip, batang pengaduk, pH meter,

viskometer Stormer, cawan penguap, gegep, perkamen, spatel, magnetic stirrer,

tabung reaksi, rak tabung reaksi, krus porselin, buret, plat tetes, oven,

blender ,kertas saring, kertas perkamen, corong wadah, botol semprot.

3.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan adalah ekstrak daun jambu kaliang,

cocoamidopropyl betain, asam sitrat, natrium lauryl sulfat, sukrosa, NaCMC,

pewangi, aquadest, Dimethyl Sulfoxide (DMSO), TEA, etanol 70%, etanol 96%

kloroform asetat, serbuk Mg, HCl(p), FeCl3, kloroform, asam asetat anhidrat,

H2SO4(p), kloroform amoniak, larutan dapar asetat, norit, pereaksi Mayer, sabun

mandi cair Lifebouy.

Page 44: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

2 23

3.3 Prosedur Penelitian

3.3.1 Pengambilan Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun jambu kaliang

(Syzigium cumini L). Daun muda yang masih segar diambil di Jalan Piai Tangah,

Kelurahan Piai Tangah, Kecamatan Pauh Kota Padang, Sumatera Barat.

3.3.2 Identifikasi Sampel

Identifikasi sampel dilakukan di Herbarium jurusan Biologi FMIPA

Universitas Andalas (ANDA).

3.4 Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Jambu Kaliang (Syzigium cumini L.)

Daun jambu kaliang dicuci, dipotong kecil- kecil dan dikeringkan selama ±

1 minggu kemudian diserbukkan dan ditimbang sebanyak 900 g, ditambahkan 9 L

pelarut. Pelarut yang digunakan adalah etanol 70%. Ekstrak dibuat dengan cara

maserasi. Sembilan ratus gram (900 g) serbuk kering simplisia dimasukkan ke

dalam botol berwarna gelap, ditambahkan 9 L etanol 70%. Sampel direndam

selama 6 jam pertama sambil sekali-sekali diaduk, kemudian didiamkan selama

18 jam. Maserat dipisahkan dengan cara filtrasi. Penyarian diulangi sekurang-

kurangnya dua kali dengan jenis pelarut yang sama dan jumlah pelarut yang

sesuai (sampai sampel terendam). Dikumpulkan semua maserat, kemudian

dipekatkan dengan rotary evaporator (Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, 2011).

Page 45: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

2 24

3.5 Pemeriksaan Ekstrak Etanol Daun Jambu Kaliang (Syzigium cumini L.)

3.5.1 Parameter Spesifik

1. Organoleptik

Pemeriksaan terhadap bentuk, bau, rasa dan warna yang dilakukan secara

visual (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1979).

2. Kelarutan

Pemeriksaan kelarutan dilakukan di dalam pelarut aqua destilata dan

etanol 96%. Sebanyak 1 g ekstrak kental dilarutkan ke dalam aqua destilata

dan dalam etanol 96% (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1979).

3. Penentuan Rendemen Ekstrak

Rendemen ekstrak dihitung dengan cara membandingkan berat ekstrak

kental yang didapat dengan berat rimpang awal (Harborne, 1987).

% Rendemen = Berat ekstrak x 100% Berat simplisia

4. Pemeriksaan pH

Pemeriksaan ini dilakukan menggunakan alat pH meter Inolab. Alat ini

dikalibrasi terlebih dahulu menggunakan larutan dapar pH 4 dan pH 7,

sehingga angka yang muncul pada alat berada pada pH tersebut. Elektroda

dibilas dengan air suling dan dikeringkan. Pengukuran pH ekstrak daun

jambu kaliang dilakukan dengan cara 1 g ekstrak dilarutkan dengan air

suling hingga 10 mL dalam wadah yang cocok. Elektroda dicelupkan ke

dalam wadah tersebut. Angka yang ditunjukkan pada pH meter merupakan

Page 46: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

2 25

nilai pH ekstrak tersebut. Pemeriksaan dilakukan setiap minggu selama 6

minggu (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1979)

3.5.2 Parameter Nonspesifik

1. Penetapan Susut Pengeringan

Ditimbang krus porselen yang telah dikeringkan selama 30 menit di

dalam oven pada suhu 105°C. Ekstrak ditimbang sebanyak 1 gram dan di

masukan ke dalam krus porselen, lalu ditimbang. Kemudian dengan perlahan

krus digoyang agar ekstrak merata. Krus dimasukkan kembali ke dalam oven

dengan membuka tutupnya dan dibiarkan tutup tetap berada didalam oven.

Krus berisi ekstrak dipanaskan pada suhu 105°C selama 1 jam. Setelah itu

dikeluarkan dan didinginkan di dalam desikator 10-15 menit lalu ditimbang

sampai diperoleh berat yang konstan (Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, 1995).

% Susut Pengeringan = ( ) ( )

x 100%

Keterangan:

A = Berat krus kosong (g)

B = Berat krus + sampel sebelum dikeringkan (g)

C = Berat krus + sampel setelah dikeringkan (g)

2. Penetapan Kadar Abu

Ekstrak ditimbang 1 g, dimasukkan ke dalam krus porselen yang telah

ditara, dipijarkan perlahan-lahan, kemudian dinaikkan secara bertahap hingga

600 oC selama 6 jam sampai bebas karbon kemudian didinginkan di dalam

desikator dan ditimbang berat abu. Kadar abu ditentukan dalam persen

Page 47: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

2 26

terhadap berat sampel yang digunakan (Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, 2000).

% Kadar abu = ( )

( ) x 100

Keterangan:

A = Berat krus kosong (g)

B = Berat krus + sampel sebelum dipijar (g)

C = Berat krus + sampel setelah dipijar (g).

3.6 Uji Fitokimia

Ekstrak etanol daun jambu kaliang yaitu ekstrak kental daun jambu kaliang

dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 5 mL aquadest dan 5 mL

kloroform asetat, dibiarkan sampai terbentuk 2 lapisan, yaitu lapisan air dan

lapisan kloroform (Harborne, 1987). Dilakukan beberapa pemeriksaan golongan

senyawa kimia pada ekstrak daun jambu kaliang antara lain.

1. Uji Flavonoid (Metode “Sianidin Test”)

Diambil lapisan air 1 – 2 tetes, diteteskan pada plat tetes lalu

ditambahkan serbuk Mg dan HCl(p), terbentuknya warna merah

menandakan adanya flavonoid.

2. Uji Fenolik

Diambil lapisan air 1 – 2 tetes, diteteskan pada plat tetes lalu

ditambahkan FeCl3, terbentuknya warna biru menandakan adanya

kandungan fenolik.

3. Uji Saponin

Page 48: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

2 27

Diambil lapisan air, dikocok kuat – kuat dalam tabung reaksi,

terbentuknya busa yang permanen (± 15 menit) menunjukkan adanya

saponin.

4. Uji Terpenoid dan Steroid (Metode “Simes”)

Diambil sedikit lapisan kloroform, ditambahkan norit,

ditambahkan asam asetat anhidrat, ditambahkan H2SO4(p), terbentuknya

warna biru atau hijau menandakan adanya steroid sedangkan bila

terbentuk warna merah menunjukkan adanya terpenoid.

5. Uji Alkaloid (Metode “Culvenore – Fritzgerald”)

Diambil sedikit lapisan kloroform ditambahkan 10 mL kloroform

amoniak 0,05 N, diaduk perlahan ditambahkan beberapa tetes H2SO4 2N,

kemudian dikocok perlahan, dibiarkan memisah. Lapisan asam

ditambahkan beberapa tetes pereaksi Mayer, reaksi positif alkaloid

ditandai dengan adanya kabut putih hingga gumpalan putih.

3.7 Pemeriksaan Bahan Tambahan

Pemeriksaan bahan tambahan dilakukan menurut Farmakope Indonesia

edisi IV (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995 dan American

Pharmaceutical Asosiation, 2003).

Page 49: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

2 28

3.8 Penyusunan Formula Sabun Mandi Cair Ekstrak Daun Jambu kaliang

(Syzigium cumini L.)

Formula sabun mandi cair disusun berdasarkan formula standar dengan

beberapa tambahan, seperti pada Tabel 1.

Tabel 1. Formula sabun mandi cair:

No. Bahan yang digunakan

Formula (%)

F0 F1 F2 F3

1. Ekstrak Daun Jambu kaliang 0 1,5 2 2,5

2. Sukrosa 5 5 5 5

3. TEA 4 4 4 4

4. Na.Lauryl sulfat 4 4 4 4

5. HPMC 2,5 2,5 2,5 2,5

6. Cocoamidopropyl betain 1 1 1 1

7. Asam Sitrat 0,5 0,5 0,5 0,5

8. Grape fragrance 0,25 0,25 0,25 0,25

9. Aquadest ad 100 100 100 100

Keterangan :

F0 : Formula sabun mandi cair ekstrak daun jambu kaliang dengan

konsentrasi 0%

F1 : Formula sabun mandi cair ekstrak daun jambu kaliang dengan

konsentrasi 1,5 %

Page 50: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

2 29

F2 : Formula sabun mandi cair ekstrak daun jambu kaliang dengan

konsentrasi 2 %

F3 : Formula sabun mandi cair ekstrak daun jambu kaliang dengan

konsentrasi 2,5 %

3.8.1 Pembuatan Formula Sabun Mandi Cair Ekstrak Etanol Daun Jambu

Kaliang (Syzigium cumini L.)

Ditimbang semua bahan dengan seksama. Sukrosa larutkan dengan

aquadest hingga larut (M1). Asam sitrat dilarutkan dengan aquadest hingga larut

(M2). Na Lauryl Sulfat dilarutkan dengan aqudest panas hingga larut (M3).

Ekstrak daun jambu kaliang dilarutkan dengan aquadest hingga larut (M4).

HPMC dikembangkan dengan sisa aquadest panas diaduk hingga mengembang

(M5). M5 diaduk menggunakan magnetic stirrer hingga homogen, ditambahakan

M1, diaduk kemudian ditambahkan M2, diaduk. Di tambahakan TEA diaduk

kemudian ditambahkan cocoamidopropyl betain, diaduk. Ditambahkan M3,

diaduk terakhir ditambahkan M4 diaduk hingga homogen dan tambahkan grape

fragrance kemudian dimasukkan ke dalam wadah.

3.8.2 Evaluasi Sabun Mandi Cair

1. Pemeriksaan Organoleptis

Pengamatan terhadap bentuk, bau dan warna dilakukan secara visual,

didiamkan pada suhu kamar dan diamati tiap minggu selama 6 minggu

(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1980).

2. Pemeriksaan Homogenitas

Sabun cair ditimbang 0,1 g kemudian dioleskan secara merata dan tipis

pada kaca transparan. Sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen

Page 51: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

2 30

dan tidak terlihat butir-butir kasar dan diamati tiap minggu selama 6 minggu

(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1980).

3. Pemeriksaan pH

Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan alat pH meter. Alat ini

dikalibrasi terlebih dahulu dengan menggunakan larutan dapar asetat pH 4,0

dan dapar fosfat pH 7,0 sehingga posisi jarum alat menunjukkan harga pH

tersebut. Elektroda dibilas dengan air suling dan dikeringkan. Pemeriksaan

dilakukan dengan pengukuran 1 gram massa sediaan diencerkan dengan air

suling hingga 10 mL dalam wadah yang cocok. Elektroda dicelupkan dalam

wadah tersebut. Dibiarkan angka bergerak pada posisi konstan. Angka yang

ditunjukkan oleh pH meter merupakan nilai pH sediaan tersebut dan diamati

setiap minggu selama 6 minggu (Departemen Kesehatan Republik Indonesia,

1995).

4. Pemeriksaan Bobot Jenis

Menentukan bobot jenis ekstrak dilakukan dengan menggunakan

piknometer kosong, bersih, kering, dan telah dikalibrasi. Cara : Diambil

piknometer yang sudah diketahui volumenya yaitu a. Berat piknometer

tersebut dinyatakan dengan nilai b. Diisi piknometer dengan sabun cair

ekstrak daun Jambu Kaliang dan ditimbang, beratnya dinyatakan dengan

nilai c, dipastikan tidak ada rongga udara pada tutup piknometer dan diamati

selama 6 minggu (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995).

Page 52: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

2 31

c - b

Rumus Bj =

a

Keterangan: Bj = Berat jenis (g/mL)

a = Volume piknometer (mL)

b = Berat piknometer kosong (g)

c = Berat piknometer kosong + sabun cair ekstrak

daun jambu kaliang (g)

5. Pemeriksaan Viskositas

Uji dilakukan menggunakan viskometer brokfield. Caranya: sampel

dimasukkan kedalam beaker glass 250 ml. Kemudian spindle dimasukkan ke

dalam sampel hingga tanda batas yang ada pada spindle, spindel yang

digunakan spindel no 4 dengan kecepatan 30 rpm, kemudian alat dinyalakan.

Pemeriksaan dilakukan pada minggu ke-1 dan minggu ke-6 (Lachman dkk,

1994).

6. Uji daya busa

Mengukur tinggi larutan sabun cair yang diaduk dengan kecepatan

tertentu menggunakan magnetic stirrer. Cara: Dimasukkan 1 g sabun cair

dalam beaker glass, ditambahkan 10 mL air suling. Diaduk dengan magnetic

stirrer pada kecepatan 600 RPM selama lebih kurang 2 menit. Diukur tinggi

Page 53: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

2 32

busa yang terbentuk dan diamati tiap minggu selama 6 minggu (Poucher,

1993).

7. Pemeriksaan stabilitas

Pemeriksaan stabilitas dilakukan dengan menggunakan Metode Freeze

and Thaw dengan cara sediaan sabun cair untuk masing-masing formula

ditimbang sebanyak 2 g dan dimasukkan ke dalam 10 vial yang ditutup rapat.

Sebanyak 5 vial digunakan sebagai kontrol yang disimpan pada suhu 25ºC

dan 5 vial akan digunakan untuk siklus Freeze and Thaw. Vial disimpan pada

suhu 4ºC selama 24 jam, kemudian sediaan sabun cair disimpan pada suhu

40ºC selama 24 jam, amati perubahan organoleptisnya (1 siklus). Lakukan

hingga 6 siklus dan amati perubahan organoleptisnya tiap siklus (ICH, 2003).

8. Uji iritasi kulit

Pemilihan sukarelawan dengan uji iritasi kulit dilakukan pada mahasiswa

Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia sebanyak 20 orang (U.S FDA, 2013).

Sukarelawan dipilih berdasarkan kriteria sebagai berikut : kriteria inklusi,

kriteria ekslusi dan kriteria drop-out.

Kriteria inklusi adalah pria dan wanita yang bersedia menjadi

sukarelawan dan berusia sekitar 18-22 tahun pada saat penelitian dilakukan.

Kriteria ekslusi adalah sukarelawan yang mempunyai riwayat alergi kulit dan

Page 54: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

2 33

sedang menderita penyakit kulit dan kriteria drop-out adalah tidak patuh dengan

aturan penelitian dan tidak bersedia untuk melanjutkan penelitian.

Pelaksanaan uji iritasi kulit dilakukan dengan cara uji tempel tertutup

pada kulit manusia dimana 0,1 gram masing-masing formula sabun mandi cair

dioleskan pada pangkal lengan bagian dalam dengan diameter pengolesan 3 cm

kemudian ditutup dengan perban dan plester, dibiarkan selama 48 jam tanpa

dibilas. Setelah 48 jam perban dan plester dibuka, kemudian diamati gejala yang

ditimbulkan berupa erythema dan edema (Wasitaatmadja, 1997).

Tabel 2. United States Testing Company (USTC) dan Skala EvaluasI Eritema

Eritema Skala Edema Skala

Tidak ada eritema 0 Tidak ada edema 0

Eritema sangat sedikit 1 Edema sangat sedikit 1

(hampir tidak terlihat) (hampir tidak terlihat)

Eritema terdefenisi dengan 2 Edema ringan 2

baik

Eritema sedang sampai parah 3 Edema sedang 3

Eritema parah 4 Edema berat 4

(Amasa dkk, 2012)

Tabel 3. Kategori Respon dan PII

Kategori Primary Irritation Index (PII)

Diabaikan 0-0,4

Sedikit iritasi 0,5-1,9

Iritasi sedang 2,0-4,9

Iritasi parah 5,0-8,0

(Mishra dkk, 2011)

PII = Σ skala eritema pada jam ke- 48 + Σ skala edema pada jam ke-48

(Jumlah sukarelawan x jumlah (jumlah sukarelawan x jumlah

observasi) eritema observasi) edema

Page 55: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

2 34

3.9 Metode Penentuan Aktivitas Antioksidan Sabun Cair Ekstrak Etanol

Daun Jambu kaliang (Syzigium cumini L.)

3.9.1 Pembuatan Larutan DPPH 125 µM

DPPH ditimbang sebanyak 4,929 mg kemudian dilarutkan dengan etanol

dalam labu ukur 100 mL sebagai larutan induk (Nisa, 2019)

3.9.2 Pengukuran Panjang Gelombang Serapan Maksimum DPPH

DPPH ditimbang sebanyak 5 mg, dilarutkan dengan etanol sampai 100 mL,

sehingga diperoleh konsentrasi 50 ppm. Dari larutan tersebut, dipipet 7 mL

kemudian diencerkan dengan etanol sampai 10 mL dalam labu ukur, sehingga

diperoleh larutan dengan konsentrasi 25 ppm. Sebanyak 3,8 mL larutan DPPH 25

ppm dipipet, kemudian ditambahkan 0,2 mL etanol, dibiarkan selama 30 menit di

tempat yang gelap. Serapan larutan diukur dengan spektrofotometri UV-Vis pada

panjang gelombang 400-800 nm (Desriani, 2015).

3.9.3 Pengujian Larutan Vitamin C sebagai Kontrol Positif

Vitamin C yang akan diuji ditimbang sejumlah 10 mg, dimasukkan dalam

vial, kemudian dilarutkan dengan 1 mL DMSO untuk membuat konsentrasi induk

sebesar 10000 ppm. Larutan vitamin C dipipet 10 µL ditambahkan dengan 1 mL

etanol, sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 100 ppm. Kemudian larutan

vitamin C dipipet masing-masing sebanyak 40, 80, 120, 160, dan 200 µL,

Page 56: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

2 35

dicukupkan volume larutan hingga 2 mL dengan etanol sehingga terdapat 5 deret

konsentrasi kontrol positif, yaitu 2, 4, 6, 8, dan 10 ppm. Masing-masing deret

konsentrasi ditambahkan 2 mL larutan DPPH 125 µM. Campuran larutan

dihomogenkan, dibiarkan selama 30 menit di tempat yang gelap. Serapan diukur

dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang serapan maksimum

berdasarkan panjang gelombang maksimum yang di dapat (absorban sampel

dengan DPPH) (Nisa, 2019)

3.9.4 Pengujian Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun jambu kaliang

(Syzigium cumini L.)

Ekstrak Etanol Daun jambu kaliang (Syzigium cumini L.) yang akan diuji

ditimbang masing-masing sejumlah 10 mg, dimasukkan ke dalam vial, dilarutkan

dengan 1 mL DMSO, sehingga diperoleh konsentrasi induk sebesar 10000 ppm.

Larutan induk dipipet 20 µL, ditambahkan dengan 2 mL etanol, sehingga

diperoleh larutan dengan konsentrasi 100 ppm. Kemudian larutan dipipet masing-

masing sebanyak 160; 200; 240; 280; dan 320 µL, dicukupkan volume larutan

hingga 2 mL dengan etanol sehingga terdapat 5 deret konsentrasi larutan uji, yaitu

8, 10, 12, 14, dan 16 ppm. Masing-masing deret konsentrasi ditambahkan 2 mL

larutan DPPH 125 µM. Campuran larutan dihomogenkan, dibiarkan selama 30

menit di tempat yang gelap. Serapan diukur dengan spektrofotometer UV-Vis

pada panjang gelombang serapan maksimum berdasarkan panjang gelombang

maksimum yang didapat (absorban sampel dengan DPPH) (Nisa, 2019)

3.9.5 Pengujian Aktivitas Antioksidan Sabun Mandi Cair Ekstrak Etanol

Daun jambu kaliang (Syzigium cumini L.)

Sabun Cair Ekstrak Etanol Daun jambu kaliang (Syzigium cumini L.) yang

akan diuji ditimbang masing-masing sejumlah 10 mg, dimasukkan ke dalam vial,

Page 57: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

2 36

dilarutkan dengan 1 mL DMSO, sehingga diperoleh konsentrasi induk sebesar

10000 ppm. Larutan induk dipipet 0,5 mL, dimasukkan ke dalam labu ukur 10

mL, sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 500 ppm. Kemudian larutan

500 ppm dipipet masing-masing sebanyak 0,4; 0,6; 0,8; 1; dan 1,2 mL,

dicukupkan volume larutan hingga 2 mL dengan etanol sehingga terdapat 5 deret

konsentrasi larutan uji, yaitu 100, 150, 200, 250, dan 300 ppm. Masing-masing

deret konsentrasi ditambahkan 2 mL larutan DPPH 125 µM. Campuran larutan

dihomogenkan, dibiarkan selama 30 menit di tempat yang gelap. Serapan

diukur dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang serapan

maksimum berdasarkan panjang gelombang maksimum yang didapat (absorban

sampel dengan DPPH) (Nisa, 2019)

3.9.6 Perhitungan Persentase Penghambatan (% Inhibisi) dan IC50

Aktivitas antioksidan sampel ditentukan oleh besarnya penurunan serapan

radikal DPPH dan kemudian dihitung melalui perhitungan persentase inhibisi

serapan DPPH dengan menggunakan rumus:

IC50 dihitung dengan menggunakan persamaan regresi linier, nilai

konsentrasi sebagai sumbu x dan persentase inhibisi sebagai sumbu y. Dari

persamaan y = a+bx dapat dihitung nilai IC50.

Page 58: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

2 37

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

4.1.1 Hasil Identifikasi Tumbuhan

Telah dilakukan identifikasi sampel di Herbarium Universitas Andalas

(ANDA). Hasil identifikasi menunjukkan bahwa sampel yang diambil di Jalan

Piai Tangah, Kelurahan Piai Tangah, kecamatan Pauh Kota Padang, Sumatera

Barat tersebut adalah daun Jambu Kaliang dengan nama latin (Syzigium cumini

L.) (Lampiran 2 , Gambar 4 ).

4.1.2 Hasil Pemeriksaan Ekstrak Etanol Daun Jambu Kaliang

1. Hasil pemeriksaan organoleptis menunjukkan bahwa ekstrak

berkonsistensi kental, berwarna coklat kehitaman, bau khas aromatis, dan

rasa agak pahit (Lampiran 5, Tabel 4).

2. Hasil pemeriksaan kelarutan ekstrak etanol dalam air adalah sukar larut

(1:100 mL) dan larut dalam etanol 96% (1:15 mL) .(Lampiran 5, Tabel

4 ).

3. Hasil rendemen ekstrak etanol daun jambu kaliang dengan berat simplisia

900 gr didapatkan ekstrak kental sebanyak 115,13 gram dengan rendemen

12,79 % (Lampiran 5, Tabel 5).

4. Hasil pemeriksaan pH ekstrak yang dilarutkan dalam 10 mL air yaitu 4,55

(Lampiran 5, Tabel 4 ).

Page 59: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

2 38

5. Hasil pemeriksaan susut pengeringan ekstrak adalah 4,26 % (Lampiran 5,

Tabel 5).

6. Hasil pemeriksaan kadar abu dari ekstrak adalah 5,65 % (Lampiran 5,

Tabel 5).

7. Hasil pemeriksaan fitokimia ekstrak positif terdapat kandungan flavonoid,

fenolik, saponin, steroid,alkaloid dan didapatkan hasil negatif pada

terpenoid (Lampiran 5, Tabel 6).

4.1.3 Hasil Pemeriksaan Bahan Tambahan

Pemeriksaan bahan tambahan pada pembuatan sabun cair yang meliputi

pemeriksaan pemerian (bentuk, bau, warna) dan kelarutan telah memenuhi

persyaratan Farmakope Edisi V dan Handbook of Cosmetics Science and

Technology (Lampiran 6, Tabel 7 - 12).

4.1.4 Hasil Evaluasi Sabun Mandi Cair

1. Hasil pemeriksaan organoleptis sabun cair yang dilakukan selama 6

minggu, didapatkan hasil F0 berbentuk cair, warna bening, bau anggur;

F1, F2, F3 berbentuk cair, warna coklat, bau anggur dan P berbentuk

cair, warna putih, bau susu (Lampiran 9, Tabel 13).

2. Hasil pemeriksaan homogenitas selama 6 minggu menunjukkan hasil

sabun cair yang homogen (Lampiran 9, Tabel 14).

3. Hasil pemeriksaan pH sabun cair yang dilakukan selama 6 minggu

menunjukkan hasil F0 = 8,39; F1= 8,25; F2= 8,19; F3= 8,08 dan P = 8,83

(Lampiran 9, Tabel 15).

4. Pemeriksaan bobot jenis sediaan sabun cair yang dilakukan selama 6

minggu didapatkan hasil yang berubah-ubah pada setiap minggunya

Page 60: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

2 39

dimana bobot jenis rata-rata pada F0 = 1,01; F1 = 1,02; F2 = 1,02; F3 =

1,02 dan P = 1,01 (Lampiran 9, Tabel 16).

5. Hasil pemeriksaan viskositas pada minggu pertama sebelum

penyimpanan F0 = 2000 cps; F1= 2300 cps; F2 = 2800 cps; F3= 3100

cps; dan P = 4600 cps ; minggu ke enam setelah penyimpanan F0 =

2200; F1 = 2800 cps; F2 = 3700 cps; F3 = 4000 cps;P = 4400cps

(Lampiran 9,Tabel 18-19).

6. Hasil pemeriksaan daya busa yang dilakukan selama 6 minggu

menunjukkan hasil F0 = 0,43; F1 = 0,63; F2 = 0,78; F3 = 0,91 dan P =

0,96 cm (Lampiran 9, Tabel 17).

7. Hasil pemeriksaan stabilitas dengan metode freeze and thaw pada suhu 40

C dan suhu 400

C dilakukan selama 6 siklus didapatkan hasil bahwa

sediaan tidak memisah (Lampiran 9, Tabel 18).

8. Hasil pemeriksaan stabilitas pada suhu kamar dilakukan selama 6 siklus

didapatkan hasil bahwa sediaan tidak memisah (Lampiran 9, Tabel 19).

9. Hasil pemeriksaan uji iritasi pada 20 sukarelawan selama 48 jam

menunjukkan hasil bahwa F0, F1, F2 dan F3 tidak mengiritasi kulit

(Lampiran 9, Tabel 22).

4.1.5 Hasil Uji Aktivitas Antioksidan

1. Pemeriksaan aktivitas antioksidan sabun mandi cair ekstrak etanol daun

jambu kaliang (Syzigium Cumini L.) dilakukan dengan metode pengikatan

radikal DPPH. Pengujian ini dilakukan terhadap semua formula sabun mandi

cair (F0, F1, F2, F3) diperoleh hasil IC50 F0 yang didapat adalah 420,17

µg/mL, IC50 F1 yang didapat 159,18 µg/mL, IC50 F2 yang didapat 141,97

Page 61: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

2 40

µg/mL, dan IC50 F3 yang didapat adalah 119,23 µg/mL. Pengujian aktivitas

antioksidan juga dilakukan pada ekstrak etanol daun jambu kaliang (Syzigium

Cumini L.) dengan IC50 yang diperoleh adalah 12,94 µg/mL. Pengujian

aktivitas antioksidan vitamin C sebagai kontrol positif, hasil yang didapatkan

bahwa IC50 vitamin C adalah 5,67 µg/mL.

4.2 Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk menformulasikan sediaan sabun mandi cair

dari ekstrak etanol daun jambu kaliang (Syzigium cumini L.) dan menguji aktivitas

antioksidannya. Daun jambu kaliang yang digunakan pada penelitian ini diperoleh

di Jalan Piai Tangah, Kelurahan Piai Tangah, Kecamatan Pauh Kota Padang,

Sumatera Barat. Identifikasi sampel tanaman dilakukan di Herbarium Jurusan

Biologi Universitas Andalas (UNAND) Padang menunjukkan bahwa daun jambu

kaliang yang digunakan sesuai dengan nama latin Syzigium Cumini L. (Lampiran

2, Gambar 4).

Metode ekstraksi yang digunakan adalah metode maserasi. Pelarut yang

digunakan dalam proses ekstraksi ini adalah pelarut etanol 70%. Alasan pemilihan

etanol berdasarkan metode yang distandarisasi oleh Badan Pengawasan Obat dan

Makanan (2005), yang menyatakan bahwa untuk ekstraksi suatu bahan yang akan

digunakan sebagai obat harus menggunakan etanol sebagai pelarutnya. Selain iitu

etani juga bersifat universal, mudah menguap, harganya relatif murah. Prinsip dari

ekstraksi sendiri adalah penarikan senyawa-senyawa dalam tanaman oleh pelarut

yang sesuai, baik dari segi keamanan dan kepolarannya. Etanol 70% dapat

menarik senyawa-senyawa baik polar atau nonpolar seperti alkaloid, flavonoid,

tanin, saponin dan steroid (Azis dkk., 2014).

Page 62: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

2 41

Nilai rendemen ekstrak etanol daun jambu kaliang (Syzigium Cumini L.)

dihitung berdasarkan perbandingan antara berat produk akhir yaitu berat ekstrak

kental terhadap berat serbuk simplisia, kemudian dihitung dan dinyatakan dalam

persen (%) dan diperoleh rendemen ekstrak 12,79 %, pada penelitian yang

dilakukan oleh Perdana (2016) didapatkan nilai rendemen ekstrak sebesar 4,32 %.

Besarnya persen yang didapat pada penelitian ini disebabkan oleh perbandingan

sampel dengan pelarut yang digunakan 1:10 selain itu sampel daun jambu kaliang

dijadikan serbuk halus sehingga semakin besar luas permukaan sampel yang

berkontak dengan pelarut yang juga banyak akibatnya zat aktif lebih banyak

tertarik oleh pelarut (Lampiran 5, tabel 4)

Pada ekstrak kental dilakukan pemeriksaan organoleptis sebagai pengenalan

awal yang sederhana seobjektif mungkin. Pemeriksaan organoleptis dilakukan

dengan cara mengamati bentuk, warna, bau dan rasa dari ekstrak etanol daun

jambu kaliang (Syzigium Cumin L.). Hasil yang diperoleh dari pengamatan adalah

ekstrak berbentuk kental, berwarna coklat kehitaman, berbau khas, dan rasa agak

pahit. Pemeriksaan kelarutan ekstrak didapatkan bahwa ekstrak sukar larut dalam

air (1 : 100 mL) dan mudah larut dalam alkohol 96% (1:15 mL). Pemeriksaan pH

dengan menggunakan alat pH meter, didapatkan pH ekstrak yaitu 4,55 (Lampiran

5, Tabel 4).

Uji susut pengeringan dilakukan untuk mengetahui besarnya senyawa yang

hilang pada proses pengeringan. Dalam hal khusus (jika bahan tidak mengandung

minyak menguap/atsiri) identik dengan kadar air, jika bahan yang menguap

diasumsikan adalah air, maka dapat diartikan kadar air. Kadar air dalam sediaan

obat tradisional termasuk ekstrak tidak boleh melebihi 10% (Departemen

Page 63: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

2 42

Kesehatan Republik Indonesia, 1994). Hasil penetapan susut pengeringan ekstrak

etanol daun jambu jambu kaliang (Syzigium Cumin L.) adalah 4,26 % hasil yang

didapatkan memenuhi pesryaratan. Pemeriksaan kadar abu sampel ditentukan

untuk mengetahui kandungan mineral dalam sampel, mineral sebagai senyawa

anorganik dalam bahan akan tertinggal dalam bentuk abu, hasil dari kadar abu

5,65%. Menurut penelitian Septiani (2018) didapatkan hasil kadar abu sebesar

4,75%. Tingginya kadar abu yang didapatkan disebabkan karena tingginya

kandungan mineral tanaman atau dapat terjadi karena pencucian daun yang belum

bersih (Lampiran 5,tabel 5).

Uji fitokimia terhadap ekstrak etanol daun jambu kaliang (Syzigium Cumini

L.) meliputi uji kandungan flavonoid, fenolik, saponin, terpenoid, steroid dan

alkaloid. Dari hasil yang telah dilakukan terhadap ekstrak etanol daun jambu

kaliang (Syzigium Cumini L.) menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun jambu

kaliang (Syzigium Cumini L.) positif mengandung flavonoid, fenolik, saponin,

steroid dan alkaloid. Dan menunjukkan hasil negatif pada terpenoid. Artinya

bahwa ekstrak etanol daun jambu kaliang (Syzigium Cumini L.) memiliki

metabolit sekunder flavonoid, fenolik, saponin, steroid dan alkaloid, dan tidak

memiliki metabolit sekunder terpenoid. Senyawa yang memiliki aktivitas

antioksidan mengandung metabolit sekunder flavonoid yang mampu menangkal

radikal bebas (Lampiran 5, Tabel 6)

Pemeriksaan bahan tambahan yang digunakan dalam pembuatan sabun

mandi cair dilakukan menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1995)

dan American Pharmaceutical Asosiation (2003). Pemeriksaan tersebut meliputi

pemeriksaan pemerian dan kelarutan. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa

Page 64: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

2 43

bahan tambahan yang digunakan sudah memenuhi persyaratan (Lampiran 6,

Tabel 7-12).

Formulasi sabun mandi cair dari ekstrak etanol daun jambu kaliang

(Syzigium Cumini L.) dibuat dalam empat formula dengan konsentrasi ekstrak

etanol daun jambu kaliang (Syzigium Cumini L.) yang berbeda yaitu F0= 0%, F1

= 1,5%, F2 = 2%, F3 = 2,5%. Hasil persentase pada formula didapatkan dari

penelitian sebelumnya Marliani dkk (2014) melaporkan bahwa IC50 ekstrak daun

jambu kaliang 12,84 ppm dan IC50 ekstrak buah jambu kaliang 319,89 ppm.

Sudah dicoba untuk menghitung konsentrasi ekstrak untuk diformulasikan ke

dalam sabun mandi cair dengan berpatokan kepada angka IC50 ekstrak daun

jambu kaliang namun hasil sangat kecil . Dikawatirkan bahwa hasil pengukuran

aktivitas antioksidan dengan metode DPPH sulit terbaca nantinya. Oleh karena itu

diputuskan bahwa perhitungan dosis ekstrak diambil dari IC50 ekstrak buah jambu

kaliang. Dosis ekstrak pada F1 ditetapkan 50 kali IC50 ekstrak buah jambu kaliang

konsentrasi untuk dosis F2 dan F3 berturut-turut dinaikkan 0,5 % dari konsentrasi

sebelumnya.

Dalam formulasi, bahan tambahan yang digunakan yaitu sukrosa, TEA, Na

lauryl sulfat, HPMC, cocoamidopropil betain, asam sitrat, konsentrasi bahn-bahan

tersebut sama untuk F1,F2 dan F3. Sukrosa dengan konsentrasi 5% membantu

sabun menjadi transparan. TEA dengan konsentrasi 4 % berfungsi sebagai

pembasa. Natrium lauril sulfat dengan konsetrasi 4% berfungsi sebagai surfaktan

anionik. HPMC dengan konsentrasi 2,5 % berfungsi sebagai pengental massa

sabun. Cocoamidopropyl betain dengan konsentrasi 1% berfungsi sebagai

surfaktan amfoterik. Surfaktan amfoter biasanya digunakan untuk penstabil busa

Page 65: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

2 44

dan mengurangi iritasi kulit oleh surfaktan anionik. Asam sitrat dengan

konsentrasi 0,5 % berfungsi sebagai penyeimbang pH.

Hasil evaluasi organoleptis sabun cair ekstrak etanol daun jambu kaliang

stabil secara fisik selama penyimpanan 6 minggu, adapun hasilnya adalah sediaan

cair, berwarna bening, bau anggur untuk F0. Sedangkan untuk sediaan F1, F2, F3

dihasilkan sediaan cair, warna coklat, bau anggur. Semakin tinggi konsentrasi

ekstrak yang digunakan maka warna yang dihasilkan semakin pekat. Sedangkan

sediaan P menunjukan sediaan cair, warna putih, bau susu (Lampiran 9, Tabel

13).

Hasil evaluasi homogenitas menunjukkan bahwa sediaan sabun cair tidak

memperlihatkan butir-butir kasar pada saat sediaan dioleskan pada kaca objek.

Hal ini menunjukkan bahwa sediaan sabun cair mempunyai susunan yang

homogen selama penyimpanan 6 minggu (Lampiran 9, Tabel 14)

Pada pemeriksaan pH sabun cair ekstrak etanol daun jambu kaliang,

masing-masing formula menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Hal ini terjadi

karena kandungan natrium lauril sulfat dan TEA yang bersifat basa dan pH

ekstrak yang asam. Semakin besar konsentrasi ekstrak dalam formula, maka pH

sabun cair akan semakin turun. pH rata-rata untuk masing-masing formula adalah

F0 = 8,39, F1 = 8,25, F2 = 8,19, F3 = 8,08 dan P = 8,83 (Lampiran 9, Tabel 15).

pH sabun cair diperbolehkan antara 6–8 (SNI, 1996). Hasil pengukuran semua

sediaan sesuai dengan SNI.

Pemeriksaan evaluasi bobot jenis sabun cair dilakukan untuk mengetahui

pengaruh bahan-bahan yang digunakan dalam formulasi sabun cair terhadap bobot

jenis sabun yang dihasilkan. Standar bobot jenis pada sabun cair yaitu 1,01 – 1,1

Page 66: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

2 45

g/mL (SNI, 1996). Pengujian bobot jenis menggunakan alat piknometer 10 mL,

evaluasi dilakukan selama enam minggu dan diperoleh hasil rata-rata bobot jenis

tiap formula sebesar F0 = 1,01 g/mL; F1 = 1,02 g/mL; F2 = 1,02 g/mL; F3 = 1,02

g/mL; dan P = 1,01 g/mL (Lampiran 9,Tabel 16). Berdasarkan hasil yang

diperoleh dapat dilihat bahwa bobot jenis semua konsentrasi sabun cair sesuai

dengan SNI.

Pemeriksaan daya busa bertujuan untuk melihat seberapa banyak busa

yang dihasilkan. Sabun dengan busa yang berlebihan dapat menyebabkan iritasi

kulit karena penggunaan bahan pembusa yang terlalu banyak. Syarat tinggi busa

sabun cair yaitu 0,13-2,2 cm (SNI, 1996). Hasil uji daya busa semua formula

sabun cair memenuhi persyaratan yaitu F0 = 0,43; F1 = 0,63; F2 = 0,78; F3 = 0,91

dan P = 0,96 (Lampiran 9, Tabel 17). Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa

kandungan ekstrak etanol daun jambu kaliang di dalam formula dapat

meningkatkan busa karena kandungan saponin yang terdapat dalam ekstrak etanol

daun jambu kaliang tersebut.

Pemeriksaan stabilitas bertujuan untuk penentuan waktu kadaluarsa atau

kemampuan suatu produk bertahan dalam batas waktu yang ditetapkan pada saat

penyimpanan. Hasil pemeriksaan stabilitas sabun cair terhadap suhu kamar

ataupun pada siklus freeze and thaw menunjukkan bahwa sediaan sabun mandi

cair ekstrak etanol daun jambu kaliang tidak mengalami pemisahan dan

perubahan fisik selama 6 siklus (Lampiran 9, Tabel 18-19).

Viskositas merupakan parameter yang menjadi salah satu perhatian dalam

sediaan sabun cair. Pemeriksaan viskositas bertujuan untuk mengetahui

konsistensi sediaan yang nantinya akan berpengaruh terhadap pengaplikasian

Page 67: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

2 46

sediaan, seperti mudah dikeluarkan dari wadahnya, namun tidak mudah mengalir

dari tangan. Viskositas diukur menggunakan alat viskometer Brookfield, dimana

untuk pengujian pada sediaan sabun cair ini digunakan Spindle no 4 dengan

kecepatan 30 rpm, disini menggunakan spindel no 4 karena sediaan sabun mandi

cair hanya terbaca pada spindel no 4 dan spindel 1,2 dan 3 hanya bisa dogunakan

untuk sediaan yang konsintensi nya agak cair. Hasil viskositas pada minggu

pertama secara berurutan yaitu F0= 2000 cps; F1= 2300 cps; F2= 2800 cps; F3=

3100 cps dan P= 4600 cps. Sedangkan hasil pengukuran viskositas pada minggu

keenam setelah penyimpanan adalah F0= 2200 cps; F1= 2800 cps; F2= 3700 cps;

F3= 4000 cps dan P= 4400 cps. (Lampiran 9, Tabel 20-21).

Pada minggu keenam setelah penyimpanan, terjadi peningkatan viskositas

pada semua formula dan pembanding. Peningkatan viskositas berhubungan

dengan ukuran partikel selama penyimpanan. Selama penyimpanan partikel

partikel cenderung memperkecil luas permukaan dengan cara penggabungan antar

partikel, sehingga diperoleh partikel yang lebih besar dan luas permukaan yang

lebih kecil, sehingga viskositas akan meningkat (Lachman dkk, 1994).

Pemeriksaan evaluasi uji iritasi kulit dilakukan untuk memastikan

keamanan dari sabun mandi cair ekstrak etanol daun jambu kaliang (Syzigium

cumini L.). Uji iritasi ini dilakukan pada 20 orang sukarelawan yang telah

memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pengujian dilakukan selama 2 hari

berturut-turut dengan metode uji tempel tertutup agar tidak terkontaminasi dari zat

asing yang ada di udara yang memungkinkan dapat mempengaruhi hasil

pengujian. Uji iritasi dilakukan dengan mengoleskan sediaan pada lengan atas

bagian dalam lalu ditutup dengan perban dan plester, lalu dibuka pada jam ke-48,

Page 68: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

2 47

dilihat reaksi kulit yang terjadi. Hasil yang diperoleh dari pengamatan setelah 48

jam pada semua sukarelawan adalah tidak ada yang menimbulkan eritema dan

edema, sehingga dapat dikatakan bahwa sediaan sabun mandi cair ekstrak etanol

daun jambu kaliang (Syzigium cumini L.) ini aman digunakan (Lampiran 9, Tabel

22).

Setelah dilakukan evaluasi sabun mandi cair ekstrak etanol daun jambu

kaliang (Syzigium cumini L.) kemudian dilakukan uji aktivitas antioksidan secara

spektrofotometri UV-Vis dengan menggunakan metode pengikatan radikal DPPH.

Prinsipnya adalah mengukur terjadinya pemudaran warna dari radikal DPPH

akibat adanya antioksidan yang dapat menetralkan molekul radikal bebas. Radikal

DPPH yang sebelumnya berwarna ungu akan berubah menjadi kuning jika ada

antioksidan, karena antioksidan akan menyumbangkan elektronnya kepada radikal

DPPH. Radikal yang sebelumnya tidak stabil akan menjadi stabil (Windono,

2001).

Penentuan panjang gelombang maksimum larutan DPPH 125 µM

menghasilkan serapan maksimum pada panjang gelombang 514,00 nm dengan

absorbansi 0,622 (Lampiran 12, Gambar 10). Pengujian aktivitas antioksidan

dilakukan terhadap semua formula sabun mandi cair ekstrak etanol daun jambu

kaliang (Syzigium cumini L.) (F0, F1, F2, F3) diperoleh hasil dengan nilai IC50 F0

= 420,17 µg/mL, IC50 F1 = 159,18 µg/mL, IC50 F2 =141,97 µg/mL, dan IC50 F3

=119,23 µg/mL. Dari hasil yang didapat, maka sabun mandi cair ekstrak etanol

daun jambu kaliang (Syzigium cumini L.) pada F0 dikategorikan ke dalam

antioksidan golongan lemah, sedangkan pada F1, F2, dan F3 dikategorikan ke

Page 69: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

2 48

dalam antioksidan golongan sedang (Jun dkk, 2003) (Lampiran 14, Gambar 14-17,

Tabel 25-28).

Pengujian aktivitas antioksidan juga dilakukan terhadap ekstrak etanol

daun jambu kaliang (Syzigium cumini L.) dan vitamin C sebagai kontrol positif.

Hasil uji aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun jambu kaliang (Syzigium

cumini L.) ) diperoleh nilai IC50 = 12,94 µg/mL yang dikategorikan ke dalam

antioksidan golongan sangat kuat (Jun dkk, 2003), sedangkan pada vitamin C

diperoleh nilai IC50 = 5,67 µg/mL yang juga dikategorikan ke dalam antioksidan

golongan sangat kuat (Jun dkk, 2003)(Lampiran 14, Gambar 12-13, Tabel 23-24).

Dari hasil uji aktivitas antioksidan dapat diperoleh perbandingan nilai IC50

F0 dan vitamin C yaitu 74:1, nilai IC50 F1 dan vitamin C adalah 28:1, nilai IC50 F2

dan vitamin C adalah 25:1, nilai IC50 F3 dan vitamin C adalah 21:1, sedangkan

nilai IC50 ekstrak etanol daun jambu kaliang (Syzigium cumini L.) dan vitamin C

yaitu 2:1. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar nilai IC50 dari sediaan maka

semakin lemah sediaan tersebut dalam menghambat radikal bebas. Semakin tinggi

konsentrasi ekstrak etanol daun jambu kaliang (Syzigium cumini L.) yang

digunakan dalam formula maka semakin kuat aktivitas antioksidannya.

Page 70: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

2 49

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil

kesimpulan bahwa :

1. Ekstrak etanol daun jambu kaliang (Syzigium cumini L.) dapat

diformulasi dalam bentuk sediaan sabun mandi cair.

2. Sabun mandi cair ekstrak etanol daun jambu kaliang (Syzigium cumini

L.) memiliki aktivitas antioksidan.

5.2 Saran

1. Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk dapat menguji aktivitas

antioksidan sabun mandi cair ekstrak etanol daun jambu kalian

(Syzigium cumini L.) dengan metode pengujian lain dan meningkatkan

konsentrasi dosis ekstrak.

2. Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk dapat memformulasikan

ekstrak etanol daun jambu kaliang (Syzigium cumini L.) dalam bentuk

formula lain seperti : krim, gel dan lotion.

Page 71: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

2 50

DAFTAR PUSTAKA

Amasa, W., Santiag, D., Mekonen, S., dan Ambelu, A. 2012. Are Cosmetics Used

in Developing Countries Safe? Use and Dermal Irritation of Body Care

Products in Jimma Town, Southwestern Ethiopia. Journal of Toxicology.

2: 1-8.

American Pharmaceutical Assosiation. 2003. Handbook of Pharmaceutical

Excipien, 4th

. Ed, : Pharmaceutical Press, London.

Anggraini, D., Wiwik, S.R., Masril, M. 2012. Formulasi Sabun Cair dari Ekstrak

Batang Nanas (Ananas comosus L) untuk mengatasi Jamur Candida

albicans. Jurnal Penelitian Farmasi Indonesia 1(1), September 2012.

Anwar, E. 2012. Eksipien dalam Sediaan Farmasi Karakteristik dan Aplikasi ,

Jakarta: Penerbit Dian Rakyat.

Arifin, H., Anggraini, N., Handayani, D., dan Rasyid, R. 2006. Standarisasi

Ekstrak Etanol Daun Eugenia cumini Merr. J. Sains Tek. Farmasi.

Ashar, T. 2006. Various Tehniques Soap Marking, Journal a Day, 3380015.

Ayyanar, M dan Pandurangan, SB. 2012 : Syzygium cumini (L.) Skeels: A review

of its phytochemical constituents and traditional uses. Asian Pacific

Journal of Tropical Biomedicine, 240-243.

Azis, T., Febrizky, S., dan Mario, A.D .2014. Pengaruh Jenis Pelarut terhadap

Persen yield Alkaloid dari Daun Salam India (Murya koenigii). Jurnal

Teknik Kimia.2(20);45

Azmi, HM. 2018 . Formulasi Tablet Ekstrak Etanol Daun Jamblang dengan

Variasi Konsentrasi Sodium Strach Glyolate sebagai Susperdisintegran .

Skripsi. Jakarta: Program Studi Farmasi Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah .

Bailey, L.H. 1953. The Standard Cyclopedia of Horticulture Vol. I. New York:

The Macmillan Company.

Page 72: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

2 51

Balsam, M.S. dan Sagarin, E. 1972. Cosmetic Science and Technology 2th Ed,

Vol I. New York: Willey Interscience.

Barel A, Paye M, Maibach HI. 2001. Handbook of Cosmetic Science And

Technology. New York: Informa Healthcare.

Bhowmik, D., Duraivel, S., dan Haris, G,2013. Traditional and Medicinal Uses of

Indian Black Berry. Journal of Pharmacognosy and Phytochemistry,

1(5), 36–41.

Dachriyanus. 2004. Analisis Struktur Senyawa Organik secara Spektrofotometri.

Padang: Andalas University Press.

Dalimartha, S. 2003. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 3. Jakarta: Trubus

Agriwidya.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1994. Keputusan Mentri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 661/MENKES/SK/VII/1994 tentang

persyaratan Obat Tradisional. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik

Indonesia.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia, Edisi

IV. Jakarta: Direktorat Jenderal POM.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia, Edisi

III, Jakarta.: Dirjen POM.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1980. Kodeks Kosmetika Indonesia,

Volume 1. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2000. Parameter Standar Umum

Ekstrak Etanol Tumbuhan Obat Cetakan 1, Jakarta: Dirjen POM.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Suplemen II Farmakope herbal

Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Desriani, S. 2015. Formulasi Sediaan Masker Peel Off yang mengandung Ekstrak

Ubi Jalar Ungu (Ipomea batatas L.). Padang : Universitas Andalas.

Djuanda, A., Hamzah, M., Aisah, S. 2003. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.

Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Evelyn, P.C. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia

Pustaka Umum.

Page 73: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

2 52

Fajriah, S., Dermawan, A., Sundowo, A dan Artanti, N. 2007. Isolasi senyawa

Antioksidan dari Ekstrak Etil Aseton daun Belanda (Dendrophtoe

Petandra L.) yang tumbuh pada inang-inang lobi, Jurnal Kimia Indonesia

17-20.

Gandjar dan Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Goldbreg, G. 2003. Plants: Diet and Healt. USA: I owa state press, Blackwell

Publising Company, 2121, State Avenue, Ames.

Hanani, E. 2010. Herbal Indonesia Berkhasiat. Trubus Infokit 8:560

Harbone, J.B.1987. Metoda Fitokimia Penentuan Cara Moderen Menganalisa

Tumbuhan Cetakan ke-2. diterjemahkan oleh K. Padmawinata dan I.

Soediro.Bandung:ITB.

Halliwell, B., dan Gutteridge, J.M.C. 2000. Free Radical in Biology and

Medicine. New York: Oxford University Press.

Hernani, Bunasor, T.K., dan Fitriati, 2010, Formula Sabun Transparan Anti jamur

dengan Bahan Aktif Ekstrak Lengkuas (Alpinia galanga L.Swartz.), Bul.

Litro. 21(2): 192-205.

Hernani, dan Rahardjo, M. 2005 Tanaman Berkhasiat Antioksidan. Jakarta:

Penebar swadaya.

ICH. 2003. Guidence for industry Q1A (R2), Stability Testing of New Drug

Substances and Products. International Conference On Harmonization:

Rockvile 1-22.

Jacob ES, Amini S. 2008. Cocamidopropyl Betaine. Dermatitis;19(3): 157–160

Jun, M.H.Y., J., Foang, X., Wan, C.S., Yang, C.T . dan 2003. Comparison of

Antioxidant Activitiesof isoflavonoids from kudzu root (puereria labata

Ohwl). J. food. Suci . Institute of technologist . Vol 68; 2117-2122.

Khopkar, S. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta. Universitas Indonesia.

Kumar, A.,Ilavarasan, R., Jayachandran, T., Deecaraman, M., Aravindan, P., P

admanabhan, N., dan krishan, M. 2008. Anti-diabetic activity of

Syzygium cumini and its isolated compound against streptozotocin-

induced diabetic rats. Journal of Medicinal Plants Research, 2(9), 246–249.

Lachman, L, Lieberman HA dan Kaning J.L. 1994. Teori dan Praktek Farmasi

Industri. Terjemahan S. Suyatmi. Jakarta: Universitas Indonesia press.

Page 74: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

2 53

Lieberman, H. A. 1989. Pharmaceutical Dossage Forms-Disperse Systems.

Marcel Dekker Inc

Liochev, S.I. 2013. Reactive Oxygen Species and the Free Radical Theory of

Aging. Free Radical Biology and Medicine. 60: 1-4.

Marliani, L., Kusriani, H., dan Indah, S.N. 2014. Aktivitas Antioksidan Daun dan

Buah Jamblang (Syzygium cumini L.). J. Sains Tek. Kesehatan. Vol 4.

2203-2480.

Miguel, M.G., 2011. Anthocyanins : Antioxidant and / or anti-inflammatory

activities. Journal of Applied Pharmaceutical Science, 1(6), 7–15.

Mishra, A.K., Ghosh, A.K., dan Chattopadhyay, P. 2011. Evaluation of Skin

Irritation of Herbal O/W Sunscreen Cream on Rabbit Model. IJPI’s

Journal of Pharmaceutic and Cosmetology. 1(3): 44-49.

Molyneux, P. 2003. The Use of the Stable Free Radical Diphenylpicrylhydrazyl

(DPPH) for Estimating Antioxidant Activity. J. Sci. Technol. 26(2): 211-

219.

Morello, M.J., Shahidi, F., Ho, C. 2002. Free Radicals in Foods: Chemistry,

Nutrition, and Health Effects. Washington DC: American Chemical

Society.

Nisa, K. 2019. Formulasi Cream Body Scrub Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji

(Psidium guava L.)Dan Uji Aktivitas Antioksidan. Skripsi. Padang :

Sekolah Tinggi Farmasi Perintis Padang.

Perdana, F,. Deden, W.S,. Rahmi, R.D,. 2016. Jurnal Farmako Bahari. Prodi

Farmasi FMIPA Universitas Garut. Vol 7. No 2.

Poucher, W. A. 1993. Poucher’s Perfumes Cosmetics and Soap. Charman and

Hall.

Purba,CYC.2011.Ekstraksi,http://resposititiry.Ipb.Ac.id/bistream/handle/1234567

89/53776/BAB%2Tinjauan pustaka.pdf sequence=2 Diakses pada tanggal

7 Oktober 2014.

Page 75: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

2 54

Pradhan, M. 2016. Phutochemistry, Pharmacology and Novel Delivery

Applications of Syzygium Cumini (L) , Human journals review articel, 7

(1).

Priya, S.S.L,. Devi, P.R, Madeswaran A. 2013. In vitro antimicrobial activity of

Syzygium cumini fruit peel and identification of anthocyanins. African

Journal of Pharmacy and Pharmacology, 7(25),1719–1728.

Rahmayanti, S.A.Z., Suryanto, Harun F.R. 2015. Ekstrak etanol daun jamblang

dan amylum oryzae sebagai krim tabir surya.Medan: Departemen

Teknologi Formulasi Farmasi, Fakultas Farmasi. Universitas Sumatera

Utara.

Riegar, MM. 2000. Harry’s cosmeticologi 8th

Edition. New York: Chemical

Publising Co. Ins.

Rowe RC, Sheskey PJ, Quinn ME. 2009. Handbook of Pharmaceutical

Excipients, Sixth Edition. London: Pharmaceutical Press.

Ruan, ZP, Zhang, LL and Lin, YM 2008. Evaluation of the Antioxidant Activity

of Syzygium cumini Leaves. Molecules, 13, pp. 2545-2556.

Septiani, R. 2018. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak dan Fraksi Daun Jamblang

(Syzigium Cumini L.) dengan Metode DPPH. Skripsi. Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Medan.

Sjamsul, A. 2010. Radikal bebas pdf: http//www.pediatrik.

SNI. 1996. Standar Sabun Mandi Cair. SNI 06-4085- 1996. Jakarta: Badan

Standarisasi Nasional.

Srivasta, S. dan Chandra, D. 2013. Pharmacological potentials of Syzgium cumini:

A Review. J.Sci.food.Agr, 93(9).

Page 76: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

2 55

Swami S B , Thakor N, Patil M, Haldankar P M. 2012. Jamun ( Syzygium cumini

( L.): A Review of Its Food and Medicinal Uses. Food and Nutrition

Sciences, 3, 1100–1117.

Uppu, R.M., Murthy, S.N., Pryor, W.A., Parinandi, N.L. 2010. Free Radicals and

Antioxidant Protocols 2nd Ed. New york: Humana Press.

U.S FDA. 2013. Code of Federal Regulations Title 21, Volume 5, Part 312.21.

August31,2013.https://www.accessdata.fda.gov/scripts/cdrh/cfdocs/cfcfr/C

FRSearch.cfm?CFRPart=312FR=1.

Veigas, J., Narayan, M.S., Laxman P.M., Neelwarne, B. 2007. Chemical nature,

stability and bioefficacies of anthocyanins from fruit peel of Syzygium

cumini Skeels. Food Chemistry 105:619-627.

Verheij, E.W.M., dan Coronel, R.E. 1997. Sumber Daya Hayati Asia Tenggara 2.

Prosea. Jakarta. PT. Gramedia Pusat Utama.

Wasitaatmadja, S. M. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta : UI Press.

Windono, T., Soediman, S., Yudawati, U., Ermawati, E., Srielita., Erowati, T.I.

2001.Uji perendaman radikal bebas terhadap 1,1-Diphenyl-2-

picrylhydrazyl (DPPH) dari ekstrak kulit buah dan biji anggur(Vitis vinivera

L.) Probolinggo Biru dan Bali. Artocarpus.1,34-43.

Wijana, S., Soemarjo, dan Harnawi. 2009. Studi pembuatan sabun mandi cair

dari daur ulang minyak goreng bekas (kajian lama pengadukan dan rasio

air/sabun). Jurnal Teknologi Pertanian. 10 (1): 54-61.

Winarsi, H. 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Potensi dan Aplikasinya

dalam Kesehatan. Yogyakarta: Kanisius.

Wirajaya, H. 1998. Hidup sehat cara Hembeng. Cetakan ke-1. Edisi ke-15,

Jakarta: PT Elex Media Komputindo, Gramedia.

Yulianti, R., Nugraha, D.A., Nurdianti, L. 2015. Formulasi sediaan sabun mandi

cair ekstrak daun kumis kucing (Orthosiphon aristatus (bl) miq).

skripsi.Program Studi S-1 Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bakti

Tunas Husada Tasikmalaya.

Page 77: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

2 56

Zhang, LL dan Lin, YM 2009. Antioxidant tannins from Syzygium cumini fruit,

African Journal of Biotechnology Vol. 8 (10),2301-2309

Zuhra, C.F., Taringan, J dan Sitohang, H. 2008. Aktivitas antioksidan senyawa

flavonoid dari daun katuk (Sauropus androgynous L.). Jurnal biologi

Sumatera, ISSN: 1907-5537.

Page 78: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

2 57

Lampiran 1. Tumbuhan jambu kaliang (Syzigium cumin L.)

Gambar 2. Tumbuhan jambu kaliang (Syzigium cumini L.)

Page 79: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

2 58

Gambar 3. Daun jambu kaliang (Syzigium cumini L.)

Lampiran 2.Surat Identifikasi Tumbuhan jambu kaliang

(Syzigium cumini L.)

Page 80: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

2 59

Gambar 4. Surat identifikasi tumbuhan jambu kaliang (Syzigium cuminiL.)

Lampiran 3. Skema Kerja Pembuatan Ekstrak Etanol Daun jambu

kaliang (Syzigium cumin L.)

Page 81: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

2 60

- Dibersihkan

- Dirajang

- Dikeringkan

- Diserbukkan

- Dimaserasi dengan etanol 70% selama 6 jam

sesekali di aduk dan diamkan selama 18 jam

lalu disaring dan diulangi 2x

Dipekatkan dengan rotary

evaporator

Parameter spesifik

- Organoleptik

- Kelarutan

- Pemeriksaan pH

Parameter non-spesifik

-Penetatapan susut

pengeringan

-Penetapan kadar abu

Ektrak kental

Evaluasi ekstrak

Uji fitokimia

Maserat

Daun jambu kaliang

Page 82: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

2 61

Gambar 5. Skema Kerja Pembuatan Ekstrak Etanol Daun jambu kaliang

(Syzigium cumin L.)

Lampiran 4. Perhitungan Rendemen, Susut Pengeringan, dan Kadar Abu

Esktrak Etanol Daun jambu kaliang (Syzigium cumini L.)

Perhitungan Rendemen Ekstrak Etanol Daun jambu kaliang

% Rendemen = Berat Ekstrak x 100%

Berat simplisia

= 115,13 gram x 100%

900 gram

= 12,79%

Perhitungan susut pengeringan

% ( )–( )

( ) 100%

= (47,0529 - 46,0930) - ( 47,0120 - 46,0930) x 100%

(47,0529 - 46,0930)

= (0,9599)- (0,919) x 100 %

(0,9599)

= 0,0409 x 100%

0,959

= 4,26 %

Keterangan :

A : Berat Krus Kosong (g)

Page 83: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

2 62

B : Berat Krus + Sampel Sebelum Pengeringan (g)

C : Berat Krus + Sampel Setelah Pengeringan (g)

Perhitungan kadar abu

% ( )

( ) 100%

= 35,2226 - 35,1661 x 100%

36,1661 - 35,1661

= (0,0565) x 100%

1

= 5,65%

Keterangan :

A : Berat Krus Kosong (g)

B : Berat Krus + Sampel Sebelum Pengeringan (g)

C : Berat Krus + Sampel Setelah Pengeringan (g)

Lampiran 5. Hasil Evaluasi Pemeriksaan Ekstrak Etanol Daun jambu

kaliang (Syzigium cumini L).

Tabel 4. Hasil pemeriksaan Parameter Spesifik Ekstrak Etanol Daun

jambu kaliang (Syzigium cumini L).

No Pemeriksaan Pengamatan

1

Organoleptis

Bentuk

Warna

Bau

Rasa

Kental

Coklat kehitaman

Khas

Agak pahit

2 Kelarutan

Dalam air

Dalam etanol 96%

Sukar Larut (1 : 100 mL)

Larut (1 : 15 mL)

3 pH 4,55

Tabel 5. Hasil Pemeriksaan Parameter Nonspesifik Ekstrak Etanol Daun

jambu kaliang (Syzigium cumini L).

No Pemeriksaan Pengamatan

1 Rendemen 12,79%

2 Susut pengeringan 4,26 %

Page 84: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

2 63

Tabel 6. Hasil Pemeriksaan Uji Fitokimia Ekstrak Etanol Daun jambu

kaliang (Syzigium cumini L).

Pemeriksaan Fitokimia Pengamatan

Flavonid

Fenolik

Saponin

Steroid

Terpenoid

Alkaloid

+

+

+

+

-

+

Lampiran 6. Hasil Pemeriksaan Bahan Tambahan

Tabel 7. Hasil Pemeriksaan Sukrosa

No Pemeriksaan Persyaratan (Departemen

Kesehatan Republik Indonesia,

2014)

Pengamatan

1. Organoleptis :

Bentuk

Warna

Hablur bentuk kubus

Putih/ Tidak berwarna

Hablur bentuk

kubus

Putih/ Tidak

3 Kadar abu 5,65%

Page 85: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

2 64

Bau

Tidak berbau

berwarna

Tidak berbau

2. Kelarutan :

Dalam air

Dalam etanol

96%

Air panas

Mudah larut

Sukar larut

Sangat mudah larut

Mudah larut

(1:3,7)

Sukar larut (1:

300)

Sangat mudah

larut (1:0,5)

Tabel 8. Hasil Pemeriksaan Trietanolamin (TEA)

No. Pemeriksaan Persyaratan (Departemen

Kesehatan Republik Indonesia,

2014)

Pengamatan

1. Organoleptis :

Bentuk

Warna

Bau

Cairan kental

Tidak berwarna hingga kuning

Bau lemah

Cairan jernih

Tidak berwarna

Tidak berbau

2. Kelarutan :

Dalam air

Dalam etanol

96%

Mudah larut

Mudah larut

Mudah larut

(1 : 2,1)

Mudah larut

(1 : 9,5)

Lampiran 6 (Lanjutan)

Tabel 9. Hasil pemeriksaan Natrium Lauryl Sulfat

No Pemeriksaan Persyaratan (Departemen

Kesehatan Republik Indonesia,

2014)

Pengamatan

1. Organoleptis : Bentuk

Hablur, kecil

Hablur, kecil

Page 86: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

2 65

Warna

Bau

Berwarna putih

Agak berbau khas

Berwarna putih

Agak berbau

khas

2. Kelarutan :

Dalam air

Mudah larut

Mudah larut

(1:7)

Tabel 10. Hasil pemeriksaan HPMC

No Pemeriksaan Persyaratan (Departemen

Kesehatan Republik Indonesia,

2014)

Pengamatan

1. Organoleptis :

Bentuk

Warna

Bau

Serbuk

Putih kuning gading

Tidak berbau

Serbuk

Putih kuning

gading

Tidak berbau

2. Kelarutan :

Dalam air

Air panas

Mudah larut

Sangat mudah larut

Mudah larut

(1:5)

Sangat mudah

larut ( 1:1)

Tabel 11. Hasil Pemeriksaan Cocoamidopropyl Betain

No Pemeriksaan Persyaratan (Barel, Paye dan

Maibach, 2001)

Pengamatan

1. Organoleptis :

Bentuk

Warna

Cairan jernih

Tidak berwarna

Cairan jernih

Tidak berwarna

2. Kelarutan :

Dalam air

Dalam etanol

96%

Sangat mudah larut

Sangat mudah larut

Sangat mudah

larut (1:0,8)

Sangat mudah

larut (1:0,7)

Lampiran 6 (Lanjutan)

Tabel 12. Hasil Pemeriksaan Asam Sitrat

Page 87: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

2 66

No Pemeriksaan Persyaratan (Departemen

Kesehatan Republik Indonesia,

2014)

Pengamatan

1. Organoleptis :

Bentuk

Warna

Bau

Hablur putih

Tidak berwarna

Tidak berbau

Hablur putih

Tidak berwarna

Tidak berbau

2. Kelarutan :

Dalam air

Dalam etanol

96%

Sangat mudah larut

Mudah larut

Sangat mudah

larut (1:0,8)

Mudah larut

(1:2,8)

Page 88: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

2 67

Lampiran 7. Skema Kerja Formulasi Sabun Mandi Cair Ekstrak

Etanol Daun jambu kaliang (Syzigium cumini L.)

z

- Ditimbang semua bahan dengan

seksama, dikembangkan HPMC dengan

menggunakan air panas 20 kalinya (M1).

- Ekstrak daun Jambu Kaliang dilarutkan

dengan aquadest hingga larut (M2).

- Sukrosa telah dilarutkan dengan

aquadest (M3)

- Dicampurkan TEA, cocoamidopropyl

betain, sukrosa (telah dilarutkan), diaduk

hingga homogen (M4).

- Asam sitrat dilarutkan dengan aquadest

hingga larut (M5).

- Dilarutkan Na Lauryl sulfat dengan air

hingga larut (M6).

- Digerus M1 kemudian ditambahkan M3,

gerus.Ditambahkan M4, tambahkan M5

digerus kemudian ditambahkan M6,

digerus kemudian ditambahkan

M2,digerus ad homogen.

- Terakhirditambahkanpewangi grape

fragrance,kemudian dimasukkan

kedalam masa sabun.

- Masukkan kewadah sabun

F3

F0 F1 F3

Formulasi Sabun Mandi Cair dari Ekstrak Daun jambu kaliang

Evaluasi Sabun Mandi Cair Ekstrak Daun Jambu Kaliang

1 . Pemeriksaan Organoleptis 5. Pemeriksaan Viskositas

2. pemeriksaan homogenitas 6. Uji daya busa

3. Pemeriksaan pH 7. Pemeriksaan stabilitas

4. Pemeriksaan bobot jenis 8. Uji iritasi kulit

Page 89: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

2 68

Gambar 6. Skema Kerja Formulasi Sabun Mandi Cair Ekstrak Etanol

Daun jambu kaliang (Syzigium cumini L.)

Lampiran 8. Foto Hasil Sediaan Sabun Mandi Cair Ekstrak Etanol

Daun jambu kaliang (Syzigium cumini L.)

Page 90: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

2 69

Gambar 7. Sediaan Sabun Mandi Cair Ekstrak Etanol Daun jambu

kaliang (Syzigium cumini L.)

Keterangan :

F0 : Formula sabun mandi cair ekstrak daun jambu kaliang dengan

konsentrasi 0%

F1 : Formula sabun mandi cair ekstrak daun jambu kaliang dengan

konsentrasi 1,5 %

F2 : Formula sabun mandi cair ekstrak daun jambu kaliang dengan

konsentrasi 2 %

F3 : Formula sabun mandi cair ekstrak daun jambu kaliang dengan

konsentrasi 2,5 %

P: Sabun mandi cair Lifebouy ®

Page 91: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

2 70

Lampiran 9. Evaluasi Sediaan Sabun mandi Cair Ekstrak Etanol Daun

jambu kaliang (Syzigium cumini L).

Tabel 13. Hasil Pemeriksaan Organoleptis Sabun mandi Cair Ekstrak

Etanol Daun jambu kaliang (Syzigium cumini L).

Formula Organoleptis Minggu ke-

1 2 3 4 5 6

F0 Bentuk

Warna

Bau

C

B

A

C

B

A

C

B

A

C

B

A

C

B

A

C

B

A

F1 Bentuk

Warna

Bau

C

Co

A

C

Co

A

C

Co

A

C

Co

A

C

Co

A

C

Co

A

F2 Bentuk

Warna

Bau

C

Co

A

C

Co

A

C

Co

A

C

Co

A

C

Co

A

C

Co

A

F3 Bentuk

Warna

Bau

C

Co

A

C

Co

A

C

Co

A

C

Co

A

C

Co

A

C

Co

A

P Bentuk

Warna

Bau

C

P

S

C

P

S

C

P

S

C

P

S

C

P

S

C

P

S

Keterangan :

A : Anggur

B : Bening

C : Cair

Co : Coklat

P : Putih

S : Susu

Page 92: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

2 71

Lampiran 9 (Lanjutan)

Tabel 14. Hasil Evaluasi Pemeriksaan Homogenitas Sabun mandi Cair

Ekstrak Etanol Daun jambu kaliang (Syzigium cumini L).

Formula Minggu ke-

1 2 3 4 5 6

F0 H H H H H H

F1 H H H H H H

F2 H H H H H H

F3 H H H H H H

P H H H H H H

Keterangan :

H : Homogen

Tabel 15. Hasil Evaluasi Pemeriksaan pH Sabun mandi Cair Ekstrak Etanol

Daun jambu kaliang (Syzigium cumini L).

Formula Minggu ke- Rata-rata ±

SD 1 2 3 4 5 6

F0 8,31 8,59 8,27 8,31 8,31 8,59 8,39 ± 0,150

F1 8,24 8,25 8,22 8,27 8,31 8,22 8,25 ± 0,034

F2 8,28 8,17 8,20 8,25 8,22 8,07 8,19 ± 0,073

F3 8,07 8,07 8,10 8,06 8,12 8,08 8,08 ± 0,022

P 8,92 8,17 9,13 8,97 9,04 8,79 8,83 ± 0,346

Page 93: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

2 72

Lampiran 9 (Lanjutan)

Tabel 16. Hasil Evaluasi Pemeriksaan Bobot Jenis Sabun mandi Cair

Ekstrak Etanol Daun jambu kaliang (Syzigium cumini L).

Formula Minggu ke- Rata-rata

± SD 1 2 3 4 5 6

F0 1,00 1,01 1,03 1,01 1,02 1,01 1,01 ± 0,010

F1 1,01 1,02 1,01 1,03 1,04 1,02 1,02 ± 0,011

F2 1,03 1,02 1,01 1,02 1,02 1,02 1,02 ± 0,006

F3 1,01 1,01 1,03 1,01 1,02 1,04 1,02 ± 0,012

P 1,03 1,03 1,02 1,01 1,01 1,01 1,01 ± 0,009

Tabel 17. Hasil Evaluasi Pemeriksaan Daya Busa Sabun mandi Cair Ekstrak

Etanol Daun jambu kaliang (Syzigium cumini L).

Formula Minggu ke- Rata-rata

± SD 1 2 3 4 5 6

F0 0,2 0,4 0,5 0,5 0,5 0,5 0,43 ±0,121

F1 0,5 0,7 0,7 0,6 0,7 0,6 0,63 ±0,081

F2 0,6 0,7 0,8 0,9 0,8 0,9 0,78 ±0,116

F3 0,7 0,8 0,9 1,0 1,1 1,0 0,91 ±0,147

P 0,8 1,0 0,9 1,0 1,0 1,1 0,96 ±0,103

Page 94: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

2 73

Lampiran 9 (Lanjutan)

Tabel 18. Hasil Evaluasi Stabilitas dengan Metode Freeze and Thaw Sabun

mandi Cair Ekstrak Etanol Daun jambu kaliang

(Syzigium cumini L).

Formula Siklus ke-

1 2 3 4 5 6

F0 TM TM TM TM TM TM

F1 TM TM TM TM TM TM

F2 TM TM TM TM TM TM

F3 TM TM TM TM TM TM

P TM TM TM TM TM TM

Tabel 19. Hasil Evaluasi Stabilitas pada Suhu Kamar Sabun mandi

Cair Ekstrak Etanol Daun Jambu Kaliang (Syzigium cumini L).

Formula Siklus ke-

1 2 3 4 5 6

F0 TM TM TM TM TM TM

F1 TM TM TM TM TM TM

F2 TM TM TM TM TM TM

F3 TM TM TM TM TM TM

P TM TM TM TM TM TM

Keterangan :

TM : Tidak Memisah

Page 95: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

2 74

Lampiran 9 (Lanjutan)

Tabel 20. Hasil Evaluasi Viskositas pada Minggu Pertama Sabun mandi Cair

Ekstrak Etanol Daun jambu kaliang (Syzigium cumini L).

Formula No.Spindel Speed Angka

Penunjukan

Jarum

Faktor

Pengali

Hasil

(cps)

F0 4 30 10 200 2000

F1 4 30 11,5 200 2300

F2 4 30 14 200 2800

F3 4 30 15,5 200 3100

P 4 30 23 200 4600

Tabel 21. Hasil Evaluasi Viskositas pada Minggu Ke-enam Sabun mandi

Cair Ekstrak Etanol Daun jambu kaliang (Syzigium cumini L).

Formula No.Spindel Speed Angka

Penunjukan

Jarum

Faktor

Pengali

Hasil

(cps)

F0 4 30 11 200 2200

F1 4 30 14 200 2800

F2 4 30 18,5 200 3700

F3 4 30 20 200 4000

P 4 30 22 200 4400

Page 96: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

2 75

Lampiran 9 (Lanjutan)

Tabel 22. Hasil Pemeriksaan Uji Iritasi Sabun Mandi Cair Ekstrak Etanol

Daun jambu kaliang (Syzigium cumini L.)

Pengamatan jam ke-48

Sukarelawan Eritema Edema

F0 F1 F2 F3 F0 F1 F2 F3

1 0 0 0 0 0 0 0 0

2 0 0 0 0 0 0 0 0

3 0 0 0 0 0 0 0 0

4 0 0 0 0 0 0 0 0

5 0 0 0 0 0 0 0 0

6 0 0 0 0 0 0 0 0

7 0 0 0 0 0 0 0 0

8 0 0 0 0 0 0 0 0

9 0 0 0 0 0 0 0 0

10 0 0 0 0 0 0 0 0

11 0 0 0 0 0 0 0 0

12 0 0 0 0 0 0 0 0

13 0 0 0 0 0 0 0 0

14 0 0 0 0 0 0 0 0

15 0 0 0 0 0 0 0 0

16 0 0 0 0 0 0 0 0

17 0 0 0 0 0 0 0 0

Page 97: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

2 76

18 0 0 0 0 0 0 0 0

19 0 0 0 0 0 0 0 0

20 0 0 0 0 0 0 0 0

Jumlah 0 0 0 0 0 0 0 0

Lampiran 9. (Lanjutan)

Perhitungan Uji Iritasi

PII F0 = Σ skala eritema pada jam ke-48 + Σ skala edema pada jam ke-48

(Jumlah sukarelawan x jumlah waktu observasi) eritema + (Jumlah

sukarelawan x jumlah waktu observasi) edema

( ) ( )

(Termasuk Kategori Diabaikan)

PII F1 = Σ skala eritema pada jam ke-48 + Σ skala edema pada jam ke-48

(Jumlah sukarelawan x jumlah waktu observasi) eritema + (Jumlah

sukarelawan x jumlah waktu observasi) edema

( ) ( )

(Termasuk Kategori Diabaikan)

PII F2 = Σ skala eritema pada jam ke-48 + Σ skala edema pada jam ke-48

(Jumlah sukarelawan x jumlah waktu observasi) eritema + (Jumlah

sukarelawan x jumlah waktu observasi) edema

( ) ( )

Page 98: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

2 77

(Termasuk Kategori Diabaikan)

PII F3 = Σ skala eritema pada jam ke-48 + Σ skala edema pada jam ke-48

(Jumlah sukarelawan x jumlah waktu observasi) eritema + (Jumlah

sukarelawan x jumlah waktu observasi) edema

( ) ( )

(Termasuk Kategori Diabaikan)

Lampiran 10. Contoh Surat Pernyataan Sukarelawan

Page 99: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

2 78

Gambar 8. Contoh Surat Pernyataan Sukarelawan

Page 100: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

2 79

Lampiran 11. Skema kerja pengukuran panjang gelombang serapan

maksimum DPPH

Didiamkan selama 30 menit

di tempat yang gelap

Gambar 9. Skema kerja pengukuran panjang gelombang serapan

maksimum DPPH

DPPH ditimbang 5 mg dalam 100

mL etanol (50 ppm)

Diukur Serapan DPPH Menggunakan Spektrofotometer

UV-Vis pada Panjang Gelombang 400-800 µm

Dipipet 5 mL dalam 10 mL etanol

(25 ppm)

3,8 mL Larutan DPPH (25 ppm) +

0,2 mL etanol

Page 101: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

2 80

Lampiran 12. Hasil Pengukuran Panjang Gelombang Serapan Maksimum

DPPH

Page 102: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

2 81

Gambar 10. Hasil Pengukuran Panjang Gelombang Serapan Maksimum

DPPH

No. P/V Wavelength(nm) Abs Comment

1 Peak 514,00 0,622

Page 103: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

2 82

Lampiran 13. Skema Kerja Uji Antioksidan Vitamin C, Sabun Mandi

Cair dan Ekstrak Etanol Daun jambu kaliang (Syzigium

cumini L.)

Didiamkan selama 30 menit

di tempat yang gelap

Larutan Kontrol Positif

(Vitamin C)

Serapan Sampel Diukur Menggunakan Spektrofotometri

UV-Vis pada Panjang Gelombang Maksimum

Larutan Sampel Uji (Ekstrak Etanol Daun

Jambu Kaliang dan Sabun Mandi Cair)

Pengukuran Aktivitas Antioksidan

Larutan induk (10000 ppm)

Pengenceran (100 ppm)

Larutan deret (8,10,12,14,16

ppm) untuk ekstrak.

Larutan induk (10000 ppm)

Pengenceran (500 ppm)

Larutan deret (100, 150,

200, 250, dan 300 ppm)

Larutan induk (10000 ppm)

Pengenceran (100 ppm)

Larutan deret (2, 4, 6, 8,

dan 10 ppm)

Masing-masing deret konsentrasi

dicukupkan 2 mL, ditambah 2 mL

larutan DPPH 125 µM

Page 104: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

2 83

Gambar 11. Skema Kerja Uji Antioksidan Vitamin C, Sabun Mandi

Cair dan Ekstrak Etanol Daun jambu kaliang (Syzigium

cumini L.)

Lampiran 14. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Vitamin C, Ekstrak dan

Sabun Mandi CairEkstrak Etanol Daun jambu kaliang

(Syzigium cumini L.)

Tabel 23. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Vitamin C sebagai Kontrol

Positif

Blanko

Konsentrasi

sampel

(µg/mL)

Absorbansi %

inhibisi

Persamaan

regresi

IC50

(µg/mL)

Rata-

rata

0,622 2 0,519 y =8,7785 x

-0,153 5,67

0,519 0.519 16,55

R² = 0,9971

0,514

4 0,396

0,393 0.396 36,33

0,400

6 0,296

Page 105: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

2 84

0,295 0.295 52,57

0,295

8 0,173

0,174 0.172 72,34

0,171

10 0,086

0,084 0,085 86,33

0,085

Gambar 12. Kurva Aktivitas Antioksidan Vitamin C

a = 0,153

b = 8,7785

IC50 = 5,67 µg/mL

Lampiran 14. (Lanjutan)

Tabel 24. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun jambu

kaliang

Blanko

Konsentrasi

sampel

(µg/mL)

Absorbansi %

inhibisi

Persamaan

regresi

IC50

(µg/mL)

Rata-

rata

0,622 8 0.417 y =3,602 x 12.94

y = 8.7785x + 0.153 R² = 0.9971

0

20

40

60

80

100

0 2 4 6 8 10 12

% Inhibisi

Konsentrasi (ppm)

Page 106: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

2 85

+3,364

0,418 0,418

32,79 R² = 0,9973

0,420

10 0,384

0,382 0,382

38,58

0,382

12 0,335

0,334 0,334

46,30

0,333

14 0,284

0,285 0,284

54,34

0,284

16 0,241

0,245 0,243

60,93

0,244

Gambar 13. Kurva Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun jambu

kaliang

a = 3,602

b = 3,364

IC50 = 12,94µg/mL

Lampiran 14. (Lanjutan)

y = 3.602x + 3.364 R² = 0.9973

0

10

20

30

40

50

60

70

0 5 10 15 20

% Inhibisi

Konsentrasi (ppm)

Page 107: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

2 86

Tabel 25. Hasil Uji Antioksidan Sabun Mandi Cair Ekstrak Etanol Daun

jambu kaliang (Syzigium cumini L.)(F0)

Blanko

Konsentrasi

sampel

(µg/mL)

Absorbansi %

inhibisi

Persamaan

regresi

IC50

(µg/mL)

Rata-

rata

0,622 100 0,540 y =0,1151 x

+1,638 420,17

0,541 0,541 13,02

R² = 0,9993

0,541

150 0,506

0,505 0,505 18,81

0,504

200 0,469

0,467 0,467 24,91

0,466

250 0,437

0,435 0,435 30,06

0,435

300 0,398

0,396 0,396 36,33

0,395

Page 108: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

2 87

Gambar 14. Kurva Antioksidan Sabun Mandi Cair Ekstrak Etanol Daun

jambu kaliang (Syzigium Cumini L.)(F0)

a = 1,638

b = 0,1151

IC50 =420,17 µg/mL

Lampiran 14. (Lanjutan)

Tabel 26. Hasil Uji Antioksidan Sabun Mandi Cair Ekstrak Etanol Daun

Jambu Kaliang (Syzigium cumini L.)(F1)

Blanko

Konsentrasi

sampel

(µg/mL)

Absorbansi %

inhibisi

Persamaan

regresi

IC50

(µg/mL)

Rata-

rata

0,622 100 0,347

y = 0,0913x

+ 35,466 159,18

0,344 0,345 44,53 R² = 0,9876

0,344

150 0,322

0,321 0,321 48,39

0,321

200 0,286

0,280 0,282 54,66

0,282

250 0,257

0,255 0,255 59,00

0,255

y = 0.1151x + 1.638 R² = 0.9993

0

5

10

15

20

25

30

35

40

0 100 200 300 400

% Inhibisi

Konsentrasi (ppm)

Page 109: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

2 88

300 0,235

0,238 0,236 62,05

0,236

Gambar 15. Kurva Antioksidan Sabun Mandi Cair Ekstrak Etanol Daun

jambu kaliang (Syzigium cumini L.)(F1)

a = 35,466

b = 0,0913

IC50 = 159,18 µg/mL

Lampiran 14. (Lanjutan)

Tabel 27. Hasil Uji AntioksidanSabun Mandi Cair Ekstrak Etanol Daun

Jambu Kaliang (Syzigium cumini L.)(F2)

Blanko

Konsentrasi

sampel

(µg/mL)

Absorbansi %

inhibisi

Persamaan

regresi

IC50

(µg/mL)

Rata-

rata

0,622 100 0,335

y = 0,0974x

+ 36,172 141,97

0,334 0,334 46,30 R² = 0,9972

0,335

150 0,309

0,308 0,308 50,48

0,308

200 0,280

y = 0.0913x + 35.466 R² = 0.9876

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

0 50 100 150 200 250 300 350

% Inhibisi

Konsentrasi (ppm)

Page 110: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

2 89

0,279 0,279 55,14

0,279

250 0,242

0,245 0,243 60,93

0,243

300 0,216

0,215 0,215 65,43

0,215

Gambar 16. Kurva Antioksidan Sabun Mandi Cair Ekstrak Etanol Daun

Jambu Kaliang (Syzigium cumini L.)(F2)

a = 36,172

b = 0,0974

IC50 = 141,97 µg/mL

Lampiran 14. (Lanjutan)

Tabel 28. Hasil Uji Antioksidan Sabun Mandi Cair Ekstrak Etanol Daun

Jambu Kaliang (Syzigium cumini L.)(F3)

Blanko

Konsentrasi

sampel

(µg/mL)

Absorbansi %

inhibisi

Persamaan

regresi

IC50

(µg/mL)

Rata-

rata

0,622 100 0,333

y = 0,1225x

+ 35,394 119,23

0,331 0,331 46,78 R² = 0,9915

y = 0.0974x + 36.172 R² = 0.9972

0

10

20

30

40

50

60

70

0 50 100 150 200 250 300 350

% Inhibisi

Konsentrasi (ppm)

Page 111: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

2 90

0,330

150 0,285

0,286 0,286 54,01

0,289

200 0,242

0,240 0,241 61,25

0,241

250 0,212

0,211 0,211 66,07

0,210

300 0,179

0,178 0,178 71,38

0,178

Gambar 17. Kurva Antioksidan Sabun Mandi Cair Ekstrak Etanol Daun

jambu kaliang (Syzigium cumini L.)(F3)

a = 35,394

b = 0,1225

IC50 = 119,23 µg/mL

Lampiran 15. Contoh Perhitungan % Inhibisi dan IC50 Sabun Mandi Cair

Ekstrak Etanol Daun Jambu Kaliang (Syzigium cumini L.)(F3)

Perhitungan % Inhibisi (F3)

Absorban Kontrol = 0,622

1. Konsentrasi 100 µg/mL

y = 0.1225x + 35.394 R² = 0.9915

0

10

20

30

40

50

60

70

80

0 100 200 300 400

% Inhibisi

Konsentrasi (ppm)

Page 112: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

2 91

% inhibisi = 0,622 - 0,331 x 100% = 46,78 %

0,622

2. Konsentrasi 150 µg/mL

% inhibisi = 0,622 - 0,286

x 100 % = 54,01%

0,622

3. Konsentrasi 200 µg/mL

% inhibisi = 0,622 - 0,241

x 100% = 61,25 %

0,622

4. Konsentrasi 250 µg/mL

% inhibisi = 0,622 - 0,211

x 100% = 66,07 %

0,622

5. Konsentrasi 300 µg/mL

% inhibisi = 0,622 - 0,178

x 100% = 71,38 %

0,622

Perhitungan IC50 dari Persamaan Regresi antara Konsentrasi dengan % Inhibisi

(F3)

y = a + bx

50 = 35,394+ 0,1225x

0,1225x = 50 – 35,394

0,1225x = 14,606

x = 14,606

0,1225

x = 119,23 µg/mL

Lampiran 16. Rekapitulasi Data Evaluasi Sabun Mandi Cair Ekstrak Etanol

Daun Jambu Kaliang (Syzigium cumini L.)

Tabel 29. Rekapitulasi Data Evaluasi Sabun Mandi Cair Ekstrak Etanol

Daun Jambu Kaliang (Syzigium cumini L.)

No Evaluasi Formula

F0 F1 F2 F3 P

1. Organoleptis

Page 113: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

2 92

-Bentuk

-Warna

-Bau

C

B

A

C

Co

A

C

Co

A

C

Co

A

C

P

S

2. Homogenitas H H H H H

3. pH 8,39 8,25 8,19 8,08 8,83

4. Bobot Jenis(g/ml) 1,01 1,02 1,02 1,02 1,01

5. Daya Busa (cm) 0,43 0,63 0,78 0,91 0,96

6. Viskositas(cps)

- Minggu ke-1

- Minggu ke-6

2000

2200

2300

2800

2800

3700

3100

4000

4600

4400

7. Stabilitas

-Suhu Kamar

- Metode freeze and

thaw

TM

TM

TM

TM

TM

TM

TM

TM

TM

TM

8. Uji Iritasi 0 0 0 0 0

9. Uji antioksidan

(µg/mL)

420,17 159,18 141,97 119,23

Keterangan:

C : Cair S : Susu

B : Bening H : Homogen

A : Anggur TM : Tidak Memisah

Co : Coklat 0 : Tidak Mengiritasi

P : Putih

Page 114: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

2 93

Page 115: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

2 94

Page 116: L.)DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

2 95