learning issue sepsis neonatorum

11
LEARNING ISSUE RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME DEPARTEMEN Kesehatan (Depkes) mengungkapkan rata-rata per tahun terdapat 401 bayi baru lahir di Indonesia meninggal dunia sebelum umurnya genap 1 tahun. Data bersumber dari survey terakhir pemerintah, yaitu dari Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2007 (SDKI). Berdasarkan survei lainnya, yaitu Riset Kesehatan Dasar Depkes 2007, kematian bayi baru lahir (neonatus) merupakan penyumbang kematian terbesar pada tingginya angka kematian balita (AKB). Setiap tahun sekitar 20 bayi per 1.000 kelahiran hidup terenggut nyawanya dalam rentang waktu 0-12 hari pasca kelahirannya. Parahnya, dalam rentang 2002-2007 (data terakhir), angka neonatus tidak pernah mengalami penurunan. Penyebab kematian terbanyak pada periode ini, menurut Depkes, disebabkan oleh sepsis (infeksi sistemik), kelainan bawaan, dan infeksi saluran pemapasan atas. Selaras dengan target pencapaian Millenium Development Goals (MDGs), Depkes telah mematok target penurunan AKB di Indonesia dari rata-rata 36 meninggal per 1.000 kelahiranhidup menjadi 23 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. AKB di indonesia termasuk salah satu yang paling tinggi di dunia. Hal itu tecermin dari perbandingan dengan jumlah AKB di negara tetangga seperti Malaysia yang telah mencapai 10per 1.000 kelahiran hidup dan Singapura dengan 5 per 1.000 kelahiran hidup.

Upload: nisrina-ariesta-syaputri

Post on 29-Dec-2015

17 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: LEARNING ISSUE Sepsis Neonatorum

LEARNING ISSUE

RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME

DEPARTEMEN Kesehatan (Depkes) mengungkapkan rata-rata per tahun terdapat 401

bayi baru lahir di Indonesia meninggal dunia sebelum umurnya genap 1 tahun. Data

bersumber dari survey terakhir pemerintah, yaitu dari Survei Demografi Kesehatan Indonesia

2007 (SDKI).

Berdasarkan survei lainnya, yaitu Riset Kesehatan Dasar Depkes 2007, kematian bayi

baru lahir (neonatus) merupakan penyumbang kematian terbesar pada tingginya angka

kematian balita (AKB). Setiap tahun sekitar 20 bayi per 1.000 kelahiran hidup terenggut

nyawanya dalam rentang waktu 0-12 hari pasca kelahirannya. Parahnya, dalam rentang 2002-

2007 (data terakhir), angka neonatus tidak pernah mengalami penurunan. Penyebab kematian

terbanyak pada periode ini, menurut Depkes, disebabkan oleh sepsis (infeksi sistemik),

kelainan bawaan, dan infeksi saluran pemapasan atas.

Selaras dengan target pencapaian Millenium Development Goals (MDGs), Depkes telah

mematok target penurunan AKB di Indonesia dari rata-rata 36 meninggal per 1.000

kelahiranhidup menjadi 23 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. AKB di indonesia

termasuk salah satu yang paling tinggi di dunia. Hal itu tecermin dari perbandingan dengan

jumlah AKB di negara tetangga seperti Malaysia yang telah mencapai 10per 1.000 kelahiran

hidup dan Singapura dengan 5 per 1.000 kelahiran hidup.

Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Badriul Hegar mengatakan

banyak faktor yang menyebabkan angka kematian bayi tinggi. Antara lain, faktor kesehatan

anak, lingkungan seperti keadaan geografis, dan faktor nutrisi.Bisa dicegah Menurut Kirana,

peran puskesmas dan posyandu sejatinya menjadi kunci untuk menekan kejadian AKB.

Antara lain menurunkan angka kematian anak balita sebesar 2/3 dalam kurun waktu

1990-2015. Pada tahun 2015 diharapkanangka kematian bayi sebesar 23 bayi per 1.000

kelahiran hidup dan 32 anak balita per 1.000kelahiran hidup

RDS (Respiratory Distress Syndrome) atau disebut juga Hyaline membrane disease

merupakan hasil dari ketidak maturan dari paru-paru dimana terjadi gangguan pertukaran gas.

Berdasarkan perkiraan 30 % dari kematian neonatus diakibatkan oleh RDS atau komplikasi

yang dihasilkannya (Behrman, 2004 didalam Leifer 2007).

Secara tinjauan kasus, di negara-negara Eropa sebelum pemberian rutin antenatal

steroid dan postnatal surfaktan, terdapat angka kejadian RDS 2-3%, di USA 1,72% dari

kelahiran bayi hidup periode 1986-1987. Sedangkan jaman modern sekarang ini dari

Page 2: LEARNING ISSUE Sepsis Neonatorum

pelayanan NICU turun menjadi 1%. Di Negara berkembang termasuk Indonesia belum ada

laporan tentang kejadian RDS.

Sedangkan angka kematian kematian bayi (infant mortality rate), yakni angka kematian

bayi sampai umur satu tahun, di Negara-negara maju telah turun dengan cepat dan sekarang

mencapai angka di bawah 20 pada 1000 kelahiran. Penurunan angka kematian prenatal

berlangsung lebih lambat, sebabnya ialah karena kesehatan serta keselamatan janin dalam

uterussangat tegantung dari keadaan dan kesempurnaan bekerjanya system dalam tubuh ibu

yang mempunyai fungsi untuk menumbuhkan hasil konsepsi dari mudhigah menjadi janin

cukup bulan.

Definisi

Adalah gangguan pernafasan yang sering terjadi pada bayi premature dengan tanda-

tanda takipnue (>60 x/mnt), retraksi dada, sianosis pada udara kamar, yang menetap atau

memburuk pada 48-96 jam kehidupan dengan x-ray thorak yang spesifik. Tanda-tanda klinik

sesuai dengan besarnya bayi, berat penyakit, adanya infeksi dan ada tidaknya shunting darah

melalui PDA (Stark 1986).

Menurut Petty dan Asbaugh (1971), definisi dan kriteria RDS bila didapatkan sesak

nafas berat (dyspnea ), frekuensi nafas meningkat (tachypnea ), sianosis yang menetap

dengan terapi oksigen, penurunan daya pengembangan paru,adanya gambaran infiltrat

alveolar yang merata pada foto thorak dan adanya atelektasis, kongesti vascular, perdarahan,

edema paru, dan adanya hyaline membran pada saat otopsi.

Sindrom gawat napas (RDS) (juga dikenal sebagai idiopathic respiratory distress

syndrome) adalah sekumpulan temuan klinis, radiologis, dan histologis yang terjadi terutama

akibat ketidakmaturan paru dengan unit pernapasan yang kecil dan sulit mengembang dan

tidak menyisakan udara diantara usaha napas. Istilah-istilah Hyaline Membrane Disease

(HMD) sering kali digunakan saling bertukar dengan RDS (Bobak, 2005).

Respiratory Distress Syndrome adalah penyakit yang disebabkan oleh ketidakmaturan

dari sel tipe II dan ketidakmampuan sel tersebut untuk menghasilkan surfaktan yang

memadai. (Dot Stables, 2005).

Etiologi

RDS terjadi pada bayi prematur atau kurang bulan, karena kurangnya produksi

surfaktan. Produksi surfaktan ini dimulai sejak kehamilan minggu ke-22, makin muda usia

kehamilan, makin besar pula kemungkinan terjadi RDS. Ada 4 faktor penting penyebab

defisiensi surfaktan pada RDS yaitu prematur, asfiksia perinatal, maternal diabetes, seksio

Page 3: LEARNING ISSUE Sepsis Neonatorum

sesaria.. Surfaktan biasanya didapatkan pada paru yang matur. Fungsi surfaktan untuk

menjaga agar kantong alveoli tetap berkembang dan berisi udara, sehingga pada bayi

prematur dimana surfaktan masih belum berkembang menyebabkan daya berkembang paru

kurang dan bayi akan mengalami sesak nafas. Gejala tersebut biasanya muncul segera setelah

bayi lahir dan akan bertambah berat.

RDS merupakan penyebab utama kematian bayi prematur. Sindrom ini dapat terjadi

karena ada kelainan di dalam atau diluar paru, sehingga tindakan disesuaikan dengan

penyebab sindrom ini. Kelainan dalam paru yang menunjukan sindrom ini adalah

pneumothoraks/pneumomediastinum, penyakit membran hialin (PMH),

Patofisiologi

Faktor-faktor yang memudahkan terjadinya RDS pada bayi prematur disebabkan oleh

alveoli masih kecil sehingga kesulitan berkembang, pengembangan kurang sempurna kerana

dinding thorax masih lemah, produksi surfaktan kurang sempurna. Kekurangan surfaktan

mengakibatkan kolaps pada alveolus sehingga paru-paru menjadi kaku. Hal tersebut

menyebabkan perubahan fisiologi paru sehingga daya pengembangan paru (compliance)

menurun 25% dari normal, pernafasan menjadi berat, shunting intrapulmonal meningkat dan

terjadi hipoksemia berat, hipoventilasi yang menyebabkan asidosis respiratorik.

Telah diketahui bahwa surfaktan mengandung 90% fosfolipid dan 10% protein ,

lipoprotein ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan dan menjaga agar alveoli tetap

mengembang. Secara makroskopik, paru-paru nampak tidak berisi udara dan berwarna

kemerahan seperti hati. Oleh sebab itu paru-paru memerlukan tekanan pembukaan yang

tinggi untuk mengembang. Secara histologi, adanya atelektasis yang luas dari rongga udara

bahagian distal menyebabkan edema interstisial dan kongesti dinding alveoli sehingga

menyebabkan desquamasi dari epithel sel alveoli type II. Dilatasi duktus alveoli, tetapi

alveoli menjadi tertarik karena adanya defisiensi surfaktan ini.

 Dengan adanya atelektasis yang progresif dengan barotrauma atau volutrauma dan

keracunan oksigen, menyebabkan kerosakan pada endothelial dan epithelial sel jalan

pernafasan bagian distal sehingga menyebabkan eksudasi matriks fibrin yang berasal dari

darah. Membran hyaline yang meliputi alveoli dibentuk dalam satu setengah jam setelah

lahir. Epithelium mulai membaik dan surfaktan mulai dibentuk pada 36- 72 jam setelah lahir.

Proses penyembuhan ini adalah komplek; pada bayi yang immatur dan mengalami sakit yang

berat dan bayi yang dilahirkan dari ibu dengan chorioamnionitis sering berlanjut menjadi

Bronchopulmonal Displasia (BPD).

Page 4: LEARNING ISSUE Sepsis Neonatorum

Pencegahan RDS

Tindakan pencegahan yang harus dilakukan untuk mencegah komplikasi pada bayi

resiko tinggi adalah mencegah terjadinya kelahiran prematur, mencegah tindakan seksio

sesarea yang tidak sesuai dengan indikasi medis, melaksanakan manajemen yang tepat

terhadap kehamilan dan kelahiran bayi resiko tinggi.

Tindakan yang efektif utntuk mencegah RDS adalah:

Mencegah kelahiran < bulan (premature).

Mencegah tindakan seksio sesarea yang tidak sesuai dengan indikasi medis.

Management yang tepat.

Pengendalian kadar gula darah ibu hamil yang memiliki riwayat DM.

Optimalisasi kesehatan ibu hamil.

Kortikosteroid pada kehamilan kurang bulan yang mengancam.

Obat-obat tocolysis (β-agonist : terbutalin, salbutamol) relaksasi uterus Contoh :

Salbutamol (ex: Ventolin Obstetric injection) 5mg/5 ml (utk asma: 5 mg/ml) Untuk

relaksasi uterus : 5 mg salbutamol dilarutkan dalam infus 500 ml dekstrose/NaCl

diberikan i.v (infus) dgn kecepatan 10 – 50 μg/menit dgn monitoring cardial effect.

Jika detak jantung ibu > 140/menit kecepatan diturunkan atau obat dihentikan

Steroid (betametason 12 mg sehari untuk 2x pemberian, deksametason 5 mg setiap 12

jam untuk 4 x pemberian)

Cek kematangan paru (lewat cairan amniotic pengukuran rasio lesitin/spingomielin : >

2 dinyatakan mature lung function.

Manifestasi Klinis

Berat dan ringannya gejala klinis pada penyakit RDS ini sangat dipengaruhi oleh

tingkat maturitas paru. Semakin rendah berat badan dan usia kehamilan, semakin berat gejala

klinis yang ditujukan.

Manifestasi dari RDS disebabkan adanya atelektasis alveoli, edema, dan kerosakan sel

dan selanjutnya menyebabkan kebocoran serum protein ke dalam alveoli sehingga

menghambat fungsi surfaktan. Gejala klinikal yang timbul yaitu : adanya sesak nafas pada

bayi prematur segera setelah lahir, yang ditandai dengan takipnea (> 60 x/minit), pernafasan

cuping hidung, grunting, retraksi dinding dada, dan sianosis, dan gejala menetap dalam 48-96

jam pertama setelah lahir. Berdasarkan foto thorak, menurut kriteria Bomsel ada 4 stadium

RDS yaitu :pertama, terdapat sedikit bercak retikulogranular dan sedikit bronchogram udara,

kedua, bercak retikulogranular homogen pada kedua lapangan paru dan gambaran

Page 5: LEARNING ISSUE Sepsis Neonatorum

airbronchogram udara terlihat lebih jelas dan meluas sampai ke perifer menutupi bayangan

jantung dengan penurunan aerasi paru. ketiga,alveoli yang kolaps bergabung sehingga kedua

lapangan paru terlihat lebih opaque dan bayangan jantung hampir tak terlihat, bronchogram

udara lebih luas. keempat, seluruh thorax sangat opaque ( white lung ) sehingga jantung tak

dapat dilihat.

Evaluasi Respiratory Distress Skor Downe :

0 1 2

Frekuensi

Nafas

< 60x/menit 60-80 x/menit >80x/menit

Retraksi Tidak ada retraksi Retraksi ringan Retraksi berat

Sianosis Tidak sianosis Sianosis hilang dengan O2 Sianosis menetap

walaupun diberi O2

Air Entry Udara masuk Penurunan ringan udara masuk

Merintih Tidak merintih Dapat didengar dengan stetoskop Dapat didengar tanpa

alat bantu

Evaluasi Respiratory Distress Skor Downe

Skor < 4 gangguan pernafasan ringan

Skor 4 – 6 gangguan pernafasan sedang

Skor > 7 Ancaman gagal nafas

 (pemeriksaan gas darah harus dilakukan)

Penatalaksanaan

Menurut Suriadi dan Yuliani (2001) dan Surasmi,dkk (2003) tindakan untuk

mengatasi masalah kegawatan pernafasan meliputi :

1. Mempertahankan ventilasi dan oksigenasi adekuat.

2. Mempertahankan keseimbangan asam basa.

3. Mempertahankan suhu lingkungan netral.

4. Mempertahankan perfusi jaringan adekuat.

5. Mencegah hipotermia.

6. Mempertahankan cairan dan elektrolit adekuat.

Penatalaksanaan secara umum :

Page 6: LEARNING ISSUE Sepsis Neonatorum

a. Pasang jalur infus intravena, sesuai dengan kondisi bayi, yang paling sering dan bila bayi

tidak dalam keadaan dehidrasi berikan infus dektrosa 5 %

- Pantau selalu tanda vital

- Jaga kepatenan jalan nafas

- Berikan Oksigen (2-3 liter/menit dengan kateter nasal)

b. Jika bayi mengalami apneu

- Lakukan tindakan resusitasi sesuai tahap yang diperlukan

- Lakukan penilaian lanjut

c. Bila terjadi kejang potong kejang

d. Segera periksa kadar gula darah

e. Pemberian nutrisi adekuat

Komplikasi Penyakit

Komplikasi jangka pendek dapat terjadi :

1. kebocoran alveoli : Apabila dicurigai terjadi kebocoran udara ( pneumothorak,

pneumomediastinum, pneumopericardium, emfisema intersisiel ), pada bayi dengan RDS

yang tiba-tiba memburuk dengan gejala klinikal hipotensi, apnea, atau bradikardi atau

adanya asidosis yang menetap.

2. Jangkitan penyakit karena keadaan penderita yang memburuk dan adanya perubahan

jumlah leukosit dan thrombositopeni. Infeksi dapat timbul kerana tindakan invasiv seperti

pemasangan jarum vena, kateter, dan alat-alat respirasi.

3. Perdarahan intrakranial dan leukomalacia periventrikular : perdarahan intraventrikuler

terjadi pada 20-40% bayi prematur dengan frekuensi terbanyak pada bayi RDS dengan

ventilasi mekanik.

Komplikasi jangka panjang

Dapat disebabkan oleh keracunan oksigen, tekanan yang tinggi dalam paru,

memberatkan penyakit dan kekurangan oksigen yang menuju ke otak dan organ lain.

Komplikasi jangka panjang yang sering terjadi :

1. Bronchopulmonary Dysplasia (BPD): merupakan penyakit paru kronik yang disebabkan

pemakaian oksigen pada bayi dengan masa gestasi 36 minggu. BPD berhubungan dengan

tingginya volume dan tekanan yang digunakan pada waktu menggunakan ventilasi

mekanik, adanya infeksi, inflamasi, dan defisiensi vitamin A. Insiden BPD meningkat

dengan menurunnya masa gestasi.

Page 7: LEARNING ISSUE Sepsis Neonatorum

2. Retinopathy prematur Kegagalan fungsi neurologi, terjadi sekitar 10-70% bayi yang

berhubungan dengan masa gestasi, adanya hipoxia, komplikasi intrakranial, dan adanya

infeksi.