legal memorandum pengisian wakil ketua iii dpra
TRANSCRIPT
LEGAL MEMORANDUM
introduction
Perebutan dan perdebatan mengenai kelayakan siapakah yang
seharusnya berhak untuk duduk di kursi Wakil Ketua tiga Dewan
Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) untuk masa bakti 2009-2014 terus
menjadi polemik baik ditingkat nasional maupun lokal berbagai
argumen terus mewarnai pemberitaan.
Hal ini tentu harus segera diselesaikan agar fungsi-fungsi dari pada
DPRA tidak mandek, namun tentunya harus dengan solusi yang
bijaksana pula karena jika tidak akan menimbulkan dampak yang
sangat luas dan berkepanjangan.
mapping problem
Kisruh penetapan wakil pimpinan tiga DPRA bermula pada saat proses pengesahan
Tata Tertib terutama mengenai pengusulan calon pimpinan dewan, yang belum selaras
dengan UU Nomor 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD , dimana pada
saat itu Lima legislator dari Partai Amanat Nasional (PAN) memilih walk out (hengkang)
dari ruang sidang, setelah memprotes dan meminta kepada pimpinan sidang untuk
tidak mengesahkan tatib sebelum dikonsultasikan ke Mendagri.
Namun tatib tersebut juga tetap disahkan yang selanjutnya melalui pimpinan DPRA
mengajukan beberapa nama yang akan mengisi posisi ketua maupun tiga orang wakil
ketua DPRA untuk disahkan oleh Mendagri, namun sebagaimana kita ketahui hingga
hari belum juga disahkan dan tentunya hal ini berimplikasi kepada mandeknya fungsi-
fungsi urgen dari DPRA.
legal reference
Berikut acuan hukum (pasal-pasal yang krusial) yang digunakan
DPRA dalam mengisi posisi pimpinan DPRA :
UU 27/2009 tentang
MPR,DPR,DPD & DPRD
1. Pasal 301 ayat (3)
2. Pasal 303 ayat (1) huruf
b, ayat (2), ayat (3).
3. Pasal 304 ayat (6)
4. Pasal 305 huruf b.
5. Pasal 325 (1)
6. Pasal 400
UU 11/2006 tentang
Pemerintahan Aceh (UUPA)
1. Pasal 22 ayat (2)
2. Pasal 30 ayat (2)
3. Pasal 31 ayat (1)
Lex Specialis (objek) Lex Specialis (teritori)
Result
Terjadi tarik menarik kepentingan Politik dalam dalam
merumuskan Tatib Dimana DPRA tidak mengacu secara
konsisten Terhadap salah satu UU namun hanya mengambil
Pasal-pasal yang diangap menguntungkan Pihak-pihak
tertentu yang mengakibatkan Kerugian pada pihak lain yang
kemudian Tidak dapat menerima hal tersebut.
Kemudian DPRA sampai hari ini tidak dapat menjalankan
fungsinya karena Mendagri belum mau mengesahkan atau
menandatanggani SK pengangkatan tersebut.
recommendations Terhadap keterlambatan pengesahan tersebut berakibat kepada mandeknya fungsi-
fungsi DPRA salah satunya fungsi Budgeting (pembahasan RAPBA 2010), namun
menunggu ataupun usaha-usaha diplomatis lainnya hanya akan membuang-buang
waktu, biaya dan energi disamping itu juga tentunya akan mendapat perlawan pula dari
pihak-pihak yang dirugikan (judicial review), juga akan menimbulkan perpecahan-
percahan (internal & eksternal) dan akan berdampak selama lima tahun kedepan.
Untuk itu sebaiknya dengan penuh kesadaran dan kebijaksanaan sebaiknya DPRA
merevisi kembali usulan pengesahan pimpinan tersebut dan mengacu pada
perundang-undangan yang berlaku (sesuai dengan hukum) karena Indonesia adalah
Negara Hukum, tidak sebaliknya mengedepankan Nafsu Politik, karena akan semakin
mengikis tingkat kepercayaan masyarakat terhadap DPRA, dan sebaliknya dengan
merevisi usulan tersebut akan menimbulkan simpati bagi masyarakat dan hal ini
sebagai proses pembelajaran yang sangat berharga.
The EndSemoga Legal Memorandum ini dapat menjadi
pertimbangan atau setidaknya sebagai masukan.
Terima Kasih
Teuku Iskandar SyafeiMahasiswa MIH UNSYIAH 2009