leksikon persawahan di kota padang

12
ISSN: 2580-6009 (daring) 0854-817X (cetak) Jurnal Puitika Volume 14 No. 2, September 2018 134 Leksikon Persawahan di Kota Padang Sonezza Ladyanna, Rona Almos, Herry Nur Hidayat, Seswita Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas Email: [email protected] Abstract Rice fields in urban areas are getting narrower and made rice field activities are decreasing which of course will result in the reduced use of lexicons in this field. Therefore, it is needed to conduct a reseach on the lexicon of rice fields in Padang city. This article discusses the lexicons of rice fields used by people in Padang. This research is conducted qualitatively. Data is collected by referring method and analyzed by referential equivalent method. Then, it is presented in an informal method. From the results of the analysis, it can be concluded that the rice lexicons found can be grouped into four, namely process lexicons, tools, flora, and fauna which are, mambajak , manyiang, manyikek, mananam,, etc. This lexicon must be inventoried so that the lexicon inheritance can be carried out as the local wisdom of the lexicon can be maintained for the next generation. Keywords: Lexicons, rice-fields, Padang Abstrak Lahan persawahan di perkotaan semakin menyempit sehingga kegiatan persawahan semakin berkurang yang tentu akan berakibat pada berkurangnya penggunaan leksikon di bidang ini. Oleh karena itu, dilakukan penelitian mengenai leksikon persawahan di Kota Padang. Jadi, dalam artikel ini dipaparkan mengenai leksiko persawahan yang digunakan oleh masyarakat di Kota Padang. Penelitian ini dilakukan secara kualitatif. Data dikumpulkan dengan metode simak dan dianalisis dengan metode padan referensial. Kemudian, disajikan dengan metode informal. Dari hasil analisis, dapat disimpulkan leksikon persawahan yang ditemukan dapat dikelompokkan menjadi empat yaitu leksikon proses, alat, flora, dan fauna, yaitu antara lain mambajak, manyiang, manyikek, mananam, dan sebagainya. Leksikon ini harus terus diinventarisasikan agar pewarisan leksikon ini terus dapat dilakukan sehingga kearifan lokal dari leksikon tersebut dapat dipertahankan pada generasi selanjutnya. Kata kunci; leksikon, persawahan, Padang

Upload: others

Post on 06-Oct-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Leksikon Persawahan di Kota Padang

ISSN: 2580-6009 (daring) 0854-817X (cetak) Jurnal Puitika Volume 14 No. 2, September 2018

134

Leksikon Persawahan di Kota Padang

Sonezza Ladyanna, Rona Almos, Herry Nur Hidayat, Seswita

Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas

Email: [email protected]

Abstract

Rice fields in urban areas are getting narrower and made rice field activities are decreasing which of course will result in the reduced use of lexicons in this field. Therefore, it is needed to conduct a reseach on the lexicon of rice fields in Padang city. This article discusses the lexicons of rice fields used by people in Padang. This research is conducted qualitatively. Data is collected by referring method and analyzed by referential equivalent method. Then, it is presented in an informal method. From the results of the analysis, it can be concluded that the rice lexicons found can be grouped into four, namely process lexicons, tools, flora, and fauna which are, mambajak , manyiang, manyikek, mananam,, etc. This lexicon must be inventoried so that the lexicon inheritance can be carried out as the local wisdom of the lexicon can be maintained for the next generation. Keywords: Lexicons, rice-fields, Padang

Abstrak

Lahan persawahan di perkotaan semakin menyempit sehingga kegiatan persawahan semakin berkurang yang tentu akan berakibat pada berkurangnya penggunaan leksikon di bidang ini. Oleh karena itu, dilakukan penelitian mengenai leksikon persawahan di Kota Padang. Jadi, dalam artikel ini dipaparkan mengenai leksiko persawahan yang digunakan oleh masyarakat di Kota Padang. Penelitian ini dilakukan secara kualitatif. Data dikumpulkan dengan metode simak dan dianalisis dengan metode padan referensial. Kemudian, disajikan dengan metode informal. Dari hasil analisis, dapat disimpulkan leksikon persawahan yang ditemukan dapat dikelompokkan menjadi empat yaitu leksikon proses, alat, flora, dan fauna, yaitu antara lain mambajak, manyiang, manyikek, mananam, dan sebagainya. Leksikon ini harus terus diinventarisasikan agar pewarisan leksikon ini terus dapat dilakukan sehingga kearifan lokal dari leksikon tersebut dapat dipertahankan pada generasi selanjutnya. Kata kunci; leksikon, persawahan, Padang

Page 2: Leksikon Persawahan di Kota Padang

ISSN: 2580-6009 (daring) 0854-817X (cetak) Jurnal Puitika Volume 14 No. 2, September 2018

135

Pendahuluan

Pertumbuhan penduduk di perkotaan khususnya ibukota provinsi yang terus

meningkat mengakibatkan efek domino terhadap lahan pertanian di daerah tersebut.

Salah satunya di ibukota Provinsi Sumatera Barat yaitu Kota Padang. Dalam beberapa

kurun waktu terakhir, lahan pertanian di Kota Padang seperti perladangan,

persawahan, dan perkebunan semakin menyempit. Lahan pertanian tersebut telah

beralih fungsi menjadi kawasan pemukiman yang dibangun untuk menjaga stabilitas

masyarakat akibat pertumbuhan penduduk.

Lahan persawahan merupakan salah satu lahan yang banyak dialihfungsikan

menjadi kawasan pemukiman dalam bentuk perumahan. Perubahan lingkungan hidup

tentu akan mempengaruhi aktivitas masyarakat sekitar, baik terhadap mata pencarian

maupun pengetahuan masyarakat termasuk terhadap perbendaharaan kosakata

masyarakat di lingkungan tersebut.

Dengan demikian, perubahan lingkungan akan berdampak pada perubahan

pengetahuan masyarakat terhadap kekayaan kosakata mereka. Lambat laun, akan

banyak leksikon yang berhubungan dengan persawahan tidak digunakan lagi sehingga

akan mengakibatkan kepunahan leksikon. Hal ini mengancam pemertahanan bahasa

yang pada akhirnya akan mengurangi pengetahuan generasi muda terhadap leksikon

tersebut. Sementara, dalam leksikon-leksikon tersebut biasanya mengandung kearifan

lokal yang bermanfaat untuk kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu, penelitian

mengenai leksikon persawahan di Kota Padang penting dilakukan sebelum terjadi

kepunahan. Dengan demikian, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apa saja

leksikon persawahan di Kota Padang?”. Bertolak belakang dari permasalahan tersebut,

tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi leksikon persawahan di Kota Padang.

Leksikologi merupakan ilmu yang mempelajari seluk-beluk kata, menyelidiki kosa

kata suatu bahasa, baik mengenai pemakaian maupun maknanya seperti yang dipakai

oleh masyarakat bahasa bersangkutan (Usman, 1979: 1). Dalam leksikologi, butir-butir

leksikal suatu bahan dikaji asal-usulnya, bentuk dan pembentukannya, maknanya,

penggunaannya aspek bunyi dan ejaannya, serta aspek lainnya. Lalu kalau kemudian

hasil kajian leksikologi ini ditulis dan disusun secara alfabet, maka bidang kegiatannya

sudah termasuk dalam kegiatan leksikografi (Almos dan Pramono, 2015: 46). Hasil

Page 3: Leksikon Persawahan di Kota Padang

ISSN: 2580-6009 (daring) 0854-817X (cetak) Jurnal Puitika Volume 14 No. 2, September 2018

136

penulisan atau kerja leksikografi akan diwujudkan dalam sebuah kamus. Begitu juga

dengan hasil penelitian yang akan dilakukan ini juga akan menghasilkan (luaran) kamus

Minangkabau.

Metode

Metode yang digunakan untuk memperoleh data adalah metode simak (observasi)

dan metode cakap (wawancara). Metode yang digunakan untuk menganalisis data pada

penelitian ini adalah metode padan. Metode padan yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode padan translasional dan metode padan referensial.

Prosedur yang terakhir adalah penyajian hasil data. Untuk menyajikan hasil

analisis data, diterapkan metode penyajian informal (Sudaryanto, 1993:145). Secara

teknis, metode informal dinyatakan dalam bentuk pernyataan verbal yang singkat,

tepat, dan jelas. Metode dan teknis penyajian hasil analisis data di atas dapat

dipaparkan, yaitu rumusan dengan kata-kata yang disajikan secara ringkas dan jelas

(secara metodologis disebut dengan metode informal).

Hasil dan Pembahasan

Leksikon Persawahan di Kota Padang

Berdasarkan hasil penelitian, leksikon persawahan di Kota Padang ditemukan

dalam bahasa Minangkabau. Beberapa leksikon yang ditemukan sehubungan dengan

produk persawahan antara lain padi, padi ampo, ampo barek, miang padi, jarami padi,

sakam, dadak, bareh, dan luluak. Padi merupakan padi (oryza sativa—bahasa Latin)

yaitu tanaman budidaya yang sangat diperlukan oleh sebagian besar masyarakat

Minangkabau bahkan Asia untuk memenuhi kebutuhan pokok. Bareh atau dalam bahasa

Indonesia ‘beras’ merupakan isi padi yang dapat ditanak menjadi nasi.

Leksikon lain yang berhubungan dengan padi yaitu padi ampo yang merujuk

kepada padi yang tidak berisi dan ampo barek yaitu padi yang memiliki isi tapi tidak

dapat diolah menjadi beras. Selanjutnya, miang padi yaitu rambut halus yang terdapat

pada batang, daun, dan buah padi. Jarami padi merupakan batang padi yang buahnya

sudah dipisah. Sakam merupakan kulit padi dan dadak merupakan abu dari gilingan

padi. Sementara, luluak sawah merupakan lumpur di sawah.

Page 4: Leksikon Persawahan di Kota Padang

ISSN: 2580-6009 (daring) 0854-817X (cetak) Jurnal Puitika Volume 14 No. 2, September 2018

137

Selain leksikon tersebut, juga ditemukan leksikon lainnya yang dapat

dikategorikan dalam empat kelompok yaitu kelompok proses, alat, flora, dan fauna.

Berikut uraian selengkapnya.

Leksikon Proses Persawahan

Leksikon yang berhubungan dengan proses persawahan di Kota Padang antara

lain; marandam baniah, mangariangan baniah, maimpik baniah, dibayak an, mambajak,

mamangkua, malunyah, manarah pamatang, mangaka, manundo, manyikek, manyamai,

mancabuik baniah, batanam, manyiang, mamupuak, maluluik pamatang, mailiaan aia,

mamakok aia, mangkuyia, mulai tabik, manggaro, manyabik, malambuik, mamompa,

maangin, manjujuang padi, manjamua, mangaka padi, manundo padi, manyodok padi,

dan manumbuak atau manggiliang. Berikut paparannya.

1. Marandam baniah

Kegiatan marandam baniah merupakan kegiatan merendam bibit padi sebagai

persiapan awal dalam proses menanam padi.

2. Mangariangan baniah

Kegiatan mangariangan baniah merupakan kegiatan mengeringkan bibit padi

setelah direndam.

3. Maimpik baniah

Maimpik baniah merupakan kegiatan untuk menimbun bibit padi dengan jerami

yang basah.

4. Dibayak an

Selanjutnya, bibit padi tersebut dibayak an yang maksudnya adalah ditebarkan.

5. Mambajak

Mambajak merupakan salah satu proses dalam persawahan yang dalam bahasa

Indonesia berarti ‘membajak atau menggemburkan tanah sawah’.

6. Mamangkua

Mamangkua merupakan proses mencangkul tanah dengan menggunakan

cangkul. Oleh karena cangkul dalam bahasa Minangkabau disebut juga pangkua,

maka prosesnya disebut mamangkua. Kadang kala, ada juga yang menyebut

mancangkua.

Page 5: Leksikon Persawahan di Kota Padang

ISSN: 2580-6009 (daring) 0854-817X (cetak) Jurnal Puitika Volume 14 No. 2, September 2018

138

7. Malunyah

Malunyah merupakan proses menghancurkan tanah yang sudah dicangkul

dengan menggunakan kaki.

8. Manarah pamatang

Kegiatan membersihkan pematang sawah dari rumput liar disebut manarah

pamatang. Setelah pematang sawah rata, kemudian seluruh pematang sawah

dilicinkan dengan menggunakan lumpur.

9. Mangaka

Mangaka merupakan kegiatan mendatarkan tanah yang sudah dibajak dengan

sikek.

10. Manundo

Manundo merupakan kegiatan meratakan tanah dengan papan biasa.

11. Manyikek

Manyikek merupakan kegiatan di sawah dengan menggunakan sisir bajak.

12. Manyamai

Manyamai atau dalam bahasa Indonesia disebut menyemai merupakan kegiatan

menebar benih/bibit padi ditempat yang telah disediakan untuk menghasilkan

bibit atau benih tanaman yang akan ditanam lagi di sawah.

13. Mancabuik baniah

Mancabuik baniak merupakan kegiatan menarik benih yang sudah bertunas agar

keluar dari tempat tanamnya untuk ditanam lagi di sawah.

14. Batanam

Batanam merupakan kegiatan menanam benih; menaruh benih atau bibit di

dalam tanah sawah.

15. Manyiang padi

Kegiatan membersikan rumput yang tumbuh di sela-sela rumpun padi disebut

manyiang padi.

16. Mamupuak

Mampupuak merupakan kegiatan memupuk; member’ pupuk; menyuburkan

padi dengan memberi pupuk.

Page 6: Leksikon Persawahan di Kota Padang

ISSN: 2580-6009 (daring) 0854-817X (cetak) Jurnal Puitika Volume 14 No. 2, September 2018

139

17. Maluluik pamatang

Maluluik pamatang merupakan kegiatan membalut pematang dengan lumpur

agar volume air sawah stabil atau tidak bertambah dan tidak pula berkurang.

18. Mailiaan aia

Kegiatan mengaliri air ke sawah disebut mailiaan aia.

19. Mamakok aia

Kegiatan menahan aliran air disebut mamakok aia.

20. Mangkuyia

Kegiatan meratakan tanah disebut mangkuyia.

21. Mulai tabik

Ketika buah padi sudah mulai keluar, disebut mulai tabik.

22. Manggaro

Kegiatan mengusir burung di sawah atau mengusir ayam pada saat menjemur

padi disebut manggaro.

23. Manyabik

Menyabit; memotong padi dengan menggunakan sabit disebut manyabik.

24. Malambuik

Melecuti padi ke tempat yang telah disediakan agar padi terlepas dari batangnya

disebut malambuiki.

25. Mamompa

Memisahkan padi yang berisi dengan padi yang tidak berisi disebut mamompa.

26. Maangin

Memisahkan padi yang berisi dengan padi yang tidak berisi dengan

menggunakan niru disebut maangin.

27. Manjujuang padi

Membawa padi dalam karung dengan meletakkan karung tersebut di atas kepala

orang disebut manjujuang padi.

28. Manjamua

Manjamua merupakan kegiatan menjemur padi di bawah sinar matahari agar

padi yang basah atau lembab segera kering.

29. Mangaka padi

Mangaka padi merupakan kegiatan meratakan padi ketika dijemur.

Page 7: Leksikon Persawahan di Kota Padang

ISSN: 2580-6009 (daring) 0854-817X (cetak) Jurnal Puitika Volume 14 No. 2, September 2018

140

30. Manundo padi

Manundo padi merupakan kegiatan mengumpulkan padi yang sudah dijemur

dengan menggunakan papan yang diberi tangkai.

31. Manyodok padi

Memasukkan padi ke dalam karung dengan menggunakan alat yang terbuat dari

seng disebut manyodok padi.

32. Manumbuak atau Manggiliang

Memisahkan beras dari kulit pada bulir padi disebut manumbuak atau

manggiliang.

Leksikon Alat Persawahan

Leksikon selanjutnya yang ditemukan dapat dikategorikan sebagai leksikon alat-

alat yang digunakan dalam persawahan. Leksikon tersebut antara lain bajak, cangkua

atau tajak, sabik, sikek, karuang, lapiak, kulak, tungkek gantang, tong, kipeh padi,

tuduang, batu asahan, ladiang, tampek sumaian, palo banda, ghabah-ghabah, kumpa,

niru, dan singguluang. Berikut penjelasannya.

1. bajak

Bajak merupakan alat pertanian yang berfungsi untuk menggemburkan tanah

yang mana alat ini dihela oleh sapi atau kerbau. Namun, saat ini banyak

menggunakan mesin.

2. pangkua

Pangkua yang kadang disebut juga cangkua merupakan cangkul; pacul; alat

untuk menggali terbuat dari lempeng besi dan diberi tangkai panjang (yang

terbuat dari kayu) yang berfungsi sebagai pegangan.

3. sabik

Sabik merupakan sabit; alat untuk memotong padi, rumput, berupa pisau

bergagang, bentuknya melengkung.

4. sikek

Sikek merupakan alat untuk membersihkan rumput dan mendatarkan tanah

yang telah dibajak di sawah, berbentuk seperti sisir dengan jeruji terbuat dari

kayu di tarik oleh sapi; alat utnuk meratakan padi yang dijemur, bentuknya

Page 8: Leksikon Persawahan di Kota Padang

ISSN: 2580-6009 (daring) 0854-817X (cetak) Jurnal Puitika Volume 14 No. 2, September 2018

141

seperti sisir dengan jeriji kurang lebih 15 cm dan bertangkai panjang digunakan

untuk meratakan dan membolak-balik padi yang dijemur.

5. karuang

Karuang merupakan karung; kantong besar yang digunakan untuk menyimpan

padi.

6. lapiak

Lapiak merupakan tikar; digunakan pada saat melambuik agar padi yang

berserakan mudah untuk dikumpulkan

7. kulak

Kulak merupakan sukatan (satuan ukuran) beras, satu kulak sama dengan empat

cupak sedang satu cupak sama dengan empat gantang atau delapan liter.

8. tungkek gantang

Alat yang digunakan untuk meratakan padi atau beras pada saat padi dimasukan

ke dalam kulak, cupak, gantang, atau liter disebut tungkek gantang.

9. tong

Tong merupakan tempat untuk malambuik.

10. kipeh padi

Kipeh padi merupakan alat untuk memisahkan padi yang berisi dengan padi yang

kosong.

11. tuduang

Tuduang merupakan topi lebar yang digunakan petani saat ke sawah.

12. batu asahan

Batu asahan merupakan batu yang biasa digunakan untuk mengasah sabit,

parang, atau cangkul agar tajam kembali.

13. Ladiang

Ladiang dalam bahasa Indonesia disebut parang.

14. tampek sumaian

Tempat menyemaikan bibit disebut tampek sumaian.

15. palo banda

Palo banda merupakan tempat untuk menampung air yang akan dialiri ke sawah.

Page 9: Leksikon Persawahan di Kota Padang

ISSN: 2580-6009 (daring) 0854-817X (cetak) Jurnal Puitika Volume 14 No. 2, September 2018

142

16. ghabah-ghabah

Ghabah-ghabah merupakan orang-orangan sawah yang dibuat untuk mengusir

burung.

17. Kumpa

Kumpa merupakan alat untuk memisahkan padi yang berisi dengan padi yang

tidak berisi.

18. Niru

Niru merupakanniru yang terbuat dari anyaman bambu.

19. Singguluang

Singguluang merupakan kain yang digulung untuk dipakai di atas kepada saat

mengangkat padi dalam karung. Biasanya, petani mengangkat padi dari sawah

dengan menjunjungnya di kepala.

Leksikon Flora

Leksikon flora merupakan leksikon yang berhubungan dengan tumbuh-tumbuhan.

Leksikon flora yang ditemukan antara lain baniah (di beberapa wilayah dilafalkan

banih), manggigi, balu, kalayau, rumpuik uban, rumpuik sirangak, rumpuik banto, dan

bungo subang-subang. Berikut penjelasan selanjutnya.

1. Baniah

Dalam bahasa Indonesia, baniah disebut benih atau bibit.

2. Manggigi

Manggigi merupakan bibit yang sudah bertunas.

3. Balu

Balu merupakan bibit yang tidak bertunas atau tunas dari bibit tersebut gagal

tumbuh.

4. Kalayau

Salah satu bentuk dari kalayau adalah tanaman genjer atau eceng gondok.

5. Rumpuik dan tumbuhan lainnya

Rumpuik dalam bahasa Indonesia disebut rumput. Beberapa jenis rumput

antara lain rumpuik uban, rumpuik sirangak, dan rumpuik banto. Selain itu, juga

ada bungo subang-subang

Page 10: Leksikon Persawahan di Kota Padang

ISSN: 2580-6009 (daring) 0854-817X (cetak) Jurnal Puitika Volume 14 No. 2, September 2018

143

Leksikon Fauna

Selanjutnya, juga ditemukan leksikon dalam kategori fauna atau kategori binatang

serta yang berhubungan dengan kebinatangan, yaitu koncek, talua koncek, wereang,

kapindiang ayi, keong, mancik, lifafeh, amo, ayam, ramo-ramo, ula lidi, itik, baluik,

cipotong, pianggang, buruang bangau, pianggang, ruak-ruak, dan laba-laba. Berikut

deskripsinya.

1. Koncek dan talua koncek

Dalam bahasa Indonesia, koncek disebut katak. Talua koncek merupakan telur

katak.

2. Wereang

Wereang merupakan hama yang sejenis dengan nyamuk, tetapi lebih kecil dari

nyamuk. Hama ini merusak padi dari buah sampai ke akarnya.

3. Pianggang

Pianggang merupakan belalang kecil yang menjadi terhadap buah padi.

4. Kapindiang ayia

Kapindiang ayia merupakan hama yang merusak batang padi dari akarnya.

5. Keong ‘siput’

6. Mancik ‘tikus’

7. Baluik ‘belut’

8. Lifafeh

Lifafeh merupakan seperti kumbang dan warnanya putih.

9. Amo

Amo merupakan bahasa Minangkabau untuk ‘hama’.

10. Ayam ‘ayam;

11. Ula ‘ular’

12. Buruang

Buruang dalam bahasa Indonesia disebut burung. Beberapa penamaan burung

antara lain pipik, pipik parik, buruang gereja, balam, dan marpati.

13. ramo-ramo ‘Kupu-kupu’

Page 11: Leksikon Persawahan di Kota Padang

ISSN: 2580-6009 (daring) 0854-817X (cetak) Jurnal Puitika Volume 14 No. 2, September 2018

144

Leksikon tersebut perlu diinventarisasikan agar dapat diwariskan kepada generasi

selanjutnya. Beberapa leksikon tersebut juga digunakan dalam pepatah adat dan

tentunya mengandung kearifan lokal yang harus diwariskan kepada generasi

selanjutnya.

Penutup

Leksikon yang berhubungan dengan proses persawahan di Kota Padang antara

lain; mambajak, mantarah pamatang, manyikek, manyamai, mancabuik baniah, batanam

baniah, manyiang padi, mamupuak, manggaro, manyabik, malambuik, manjamua, dan

manggiliang. Leksikon selanjutnya yang ditemukan dapat dikategorikan sebagai

leksikon alat-alat yang digunakan dalam persawahan. Leksikon tersebut antara lain

bajak, cangkua, sabik, sikek, karuang, lapiak, kulak, tungkek gantang, tong, dan kipeh

padi. Leksikon ini harus terus diinventarisasikan agar pewarisan leksikon ini terus

dapat dilakukan sehingga kearifan lokal dari leksikon tersebut dapat dipertahankan

pada generasi selanjutnya.

Daftar Pustaka

Almos, Rona dan Pramono. 2015. “Leksikon Etnomedisisn dala pengobatan Tradisional

Minangkabau” Jurnal Arbitrer Volume 2 April 2015. Padang: Universitas Andalas. Nasution, Putri. 2015. "Entitas Metafora Leksikon Flora Mandailing terhadap

Kebudayaannya." Ranah: Jurnal Kajian Bahasa 4 (2): 200-214. Rasna, I. Wayan, and Ni Wayan S. Binawati. 2013. "Pengetahuan Tanaman Obat

Tradisional untuk Penyakit Anak pada Komunitas Remaja di Bali: Sebuah Kajian Ekolinguistik." Jurnal Bumi Lestari 13 (1): 192-201.

Renjaan, Meiksyana Raynold. 2018. “Leksikon Bahasa Kei dalam Lingkungan Kelautan:

Kajian Ekolinguistik” dalam ojs.unud.ac.id. Diakses melalui ojs.unud.ac.id/index.php/linguistika/article/download/21891/14523 pada 21 Februari 2018, 13.45 WIB.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Bahasa. Seri ILDEP. Yogyakarta: Duta Wacana Universitas Press.

Suryadi. 2006. “Menyelamatkan Kekayaan Bahasa Minangkabau: Tantangan Ahli Bahasa

dan Perkamusan”. Padang Expres Minggu 30 April 2006. Padang: Padang expres.

Page 12: Leksikon Persawahan di Kota Padang

ISSN: 2580-6009 (daring) 0854-817X (cetak) Jurnal Puitika Volume 14 No. 2, September 2018

145

Suktiningsih, Wiya. 2017. "Dimensi Praksis Dan Model Dialog Leksikon Fauna Masyarakat Sunda: Kajian Ekolinguistik." RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa 2 (1): 142-160.