lesbi sebagai pemicu perceraian - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... ·...
TRANSCRIPT
LESBI SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN
(Analisa Putusan Pengadilan Agama Jakarta Timur Perkara No 207/Pdt. G/2009/PAJT)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk memenuhi
persyaratan memperoleh gelar Sarjana Syariah (S.Sy)
Oleh :
Muhammad Faisal107044102074
K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A GA M A
PROGRAM STUDI AHWAL AS-SYAKHSIYYAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
J A K A R T A
1432 H/2011 M
KATA PENGANTAR
بسم ال الرحمن الرحيم
Alhamdulillah, puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat ilahi rabii, Allah SWT,
yang telah memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik. Shalawat dan salam senantiasa penulis curahkan kepada baginda Nabi
Besar Muhammad SAW yang merubah dunia dari kegelapan menjadi alam yang terang
benderang. Dan salam sejahterta semoga Allah limpahkan kepada keluarganya, sahabatnya, dan
pengikutnya hingga akhir zaman.
Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik berkat jasa-jasa, motivasi dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan penuh rasa hormat dan kerendahan hati
penulis ucapkan terima kasih yang tulus kepada segenap pihak yang membantu terselesaikannya
skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH. MA., MM., selaku Dekan Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan juga sebagai pembimbing
skripsi yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk membantu penulis
dalam menyadari kekurangan dalam pembuatan skripsi ini.
2. Drs. H.A. Basiq Djalil, S.H., MA., selaku ketua Program Studi. Selanjutnya
kepada Hj. Rosdiana, MA, selaku sekretaris jurusan beserta staffnya yang telah
membantu penulis selama menjalani perkuliahan di Fakultas Syariah dan Hukum ini.
3. Seluruh dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
tidak lupa juga kepada staff perpustakaan, karyawan yang telah banyak membantu
penulis dalam pembuatan skripsi baik berupa peminjaman buku ataupun yang lainnya.
Yaitu perpustakaan utama UIN Jakarta, perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum,
perpustakaan nasional Jakarta, dan perpustakaan ICRP.
4. Penulis juga berterima kasih kepada Pengadilan Agama jakarta Timur, Majlis
Ulama Indonesia (MUI) DKI Jakarta, dan RS Syarif Hidayatullah Jakarta yang sudah
membantu penulis banyak sekali dalam pengolahan data skripsi.
5. Terima kasih yang tak terhingga kepada ayahanda Bahder Djohan dan ibunda Hj.
Suryanah yang telah membesarkan dengan penuh cinta dan pengorbanan baik berupa
dukungan moril dan finansial serta doa restunya sehingga penulis dapat menyelesikan
pendidikan Strata I Jurusan Peradilan Agama Fakultas Syariah dan Hukum. Dan juga
kepada adik-adikku M. Iskandar Fauzi dan Farhatunnisa Afriliana yang telah memberikan
semangat serta peringatan untuk selalu melihat kedepan. Dan tidak lupa kepada seluruh
keluarga yang sangat penulis cintai dan sayangi.
6. Teristimewa untuk Maya Ulfahsari, yang telah memberikan banyak hal termasuk
semangat, sayang, cinta, motivasi dan kesabaran untuk membantu penulis dalam proses
penyelesaian skripsi ini. Semoga kita bisa lebih baik lagi dalam segala hal. Penulis juga
mengucapkan terima kasih banyak kepada Muhammad Muachir, Fitrah Nurhalim, yang
selalu memberikan penulis informasi dan pengetahuan tambahan. Dan juga kepada
teman-teman angkatan 2007/2008 Jurusan Ahwal al-Syakhsiyyah yang tak mampu
penulis sebutkan satu persatu, terim kasih atas kebersamaan kalian selama kuliah di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Thanks a lot guys.
7. Dan tak lupa jua kepada PASKIBRA SMAN 44 Jakarta yang telah membuat
penulis bisa menjadi seperti sekarang ini dan juga turut memberikan semangat serta
dukungan untuk penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.
Terakhir kepada para pihak yang telah memberikan bantuan dan perhatiannya sehingga
penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dan penulisan skripsi ini. Kepada Allah SWT penulis
memohon dan mendoakan semoga jasa baik yang telah semuanya berikan menjadi ladang amal
sholeh dan mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT.
Penulis juga sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnanan karena di dalam
penulisannya banyak sekali terdapat kekurangan dan kekeliruan. Oleh karena itu, kritik dan saran
dari para pembaca yang budiman sangat penulis harapkan demi kebaikan dan perbaikan karya
ilmiyah ini.
Semoga skipsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua, terutama bagi penulis
sendiri. Amin.
Wassalam
Jakarta, 31 Mei 2011
Penulis
Muhammad Faisal
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................. i
LEMBAR PERNYATAAN ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ iv
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................. 7
D. Metode Penelitian.................................................................. 8
E. Review Studi Terdahulu ........................................................ 10
F. Sistematika Penulisan ........................................................... 11
BAB II : PERCERAIAN
A. Pengertian dan Dasar Perceraian .......................................... 13
B. Jenis dan Alasan Perceraian .................................................. 16
C. Akibat dan Hikmah Perceraian ............................................. 25
BAB III : LESBI
A. Pengertian Penyimpangan Seksual ....................................... 30
B. Pengertian Lesbi .................................................................... 32
C. Sebab-sebab terjadinya Lesbi ............................................... 33
D. Akibat dari Lesbi ................................................................... 37
E. Pandangan fiqh dan hukum positif mengenai lesbi .............. 39
BAB IV : ANALISA TERHADAP PUTUSAN PA JAKTIM
A. Putusan Pengadilan Agama Jakarta Timur ............................ 44
B. Kronologis kasus perceraian ................................................. 49
C. Opini terhadap putusan ......................................................... 51
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................... 62
B. Saran ..................................................................................... 64
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 66
LAMPIRAN-LAMPIRAN:
1. Salinan putusan
2. Surat permohonan pembimbing skripsi
3. Wawancara dengan hakim
4. Wawancara dengan MUI
5. Wawancara dengan psikolog
6. Surat keterangan wawancara
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap manusia hidup di dunia tidaklah sendirian, melainkan berdampingan
dengan manusia lain. Ini dikarenakan manusia sebagai makhluk sosial yang
membutuhkan manusia lain untuk menjalani kehidupan. Akibat manusia yang
saling berhubungan tersebut, manusia memiliki ketertarikan terhadap lawan
jenisnya yaitu, perempuan. Islam mengatur manusia dalam hidup berjodoh-
jodohan iu melalui jenjang perkawinan yang ketentunnya dirumuskan dalam ujud
aturan-aturan yang disebut hukum perkawinan.1 Perkawinan itu adalah salah satu
cara yang telah ditetapkan oleh Allah untuk memperoleh anak dan memperbanyak
keturunan serta melangsungkan kehidupan manusia.2
Perkawinan merupakan suatu ikatan yang sangat dalam dan kuat sebagai
penghubung antara seorang pria dengan seorang wanita dalam membentuk suatu
keluarga atau biduk rumah tangga. Aturan mengenai perkawinan tersebut di
Indonesia diatur oleh Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan
juga Kompilasi Hukum Islam. Dalam peraturan perundang-undangan tersebut
dikatakan bahwa, perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan
seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau
1 Abdul Rahman Ghazali, Fiqh Munakahat. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008) h.13.
2 Abdul Qadir Djaelani, Keluarga Sakinah. (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1995), h.42.
1
2
rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.3
Sedangkan dalam Kompilasi Hukum Islam dikatakan perkawinan menurut hukum
Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau miitsaaqan ghaliidhan
untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah.4
Menurut syara nikah adalah sebuah ikatan yang meliputi rukun-rukun dan
syarat-syarat untuk menghalalkan hubungan suami istri.5 Secara pendek
pengertian perkawinan itu ialah perjanjian suci membentuk keluarga antara
seorang laki-laki dengan seorang perempuan.6
Dalam pandangan Islam di samping perkawinan itu sebagai perbuatan
ibadah, ia juga merupakan sunnah Allah dan sunnah Rasul.7 Dan dalam hukum
Islam pernikahan harus memenuhi syarat dan rukunnya. Rukun pernikahan itu
harus terdiri dari, calon suami, calon istri, wali nikah, dua orang saksi, dan ijab
kabul. Pada garis besarnya syarat-syarat sahnya perkawinan itu ada dua :
3 Lihat Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Pasal 1
4 Lihat Kompilasi Hukum Islam Pasal 2
5 Imam Taqiyuddin Abi Bakr ibn Muhammad Al Husainy, Kifayatul al-Akhyar, (Beirut : Dar al Fikr), Jilid 2, h.36.
6 Sayuti Thalib, Hukum Kekeluargaan Indonesia, (Jakarta: UI-Press, 1986). h. 47.
7Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia Antara Fiqh Munakahat Dan Undang-Undang Perkawinan. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009) cet. Ke-3. h.41.
3
1. Calon mempelai perempuannya halal dikawin oleh laki-laki yang ingin
menjadikannya istri.
2. Akad nikahnya dihadiri para saksi.8
Bagi Ulama Hanafiah akad nikah membawa konsekuensi bahwa suami
istri berhak memiliki kesenangan (mik al mut’ah) dari istrinya, dari Ulama
Malikiyah akad nikah membawa akibat pemilikan bagi suami untuk mendapatkan
kelezatan (talazuz) dari istrinya. Sedangkan bagi ulama Syafi’iyah akad
membawa akibat suami memiliki kesempatan untuk melakukan jima’
(bersetubuh) dengan istrinya.9
Akibat ikatan pernikahan ini, maka lahirlah hak dan kewajiban yang harus
dijalani oleh suami dan juga istri. Hak ialah sesuatu yang harus diterima.
Kewajiban adalah sesuatu yang harus dilaksanakan.10 Keseimbangan dalam
menjalankan kedua hal ini merupakan kunci untuk menuju keluarga yang
harmonis. Dengan demikian, tujuan hidup berkeluarga akan terwujud sesuai
dengan tuntutan agama, yaitu sakinah, mawwadah wa rahmah.11
8 Abdul Rahman Ghazali, Fiqh Munakahat. h.49.
9 Abdu Ar Rahman Al Jaziri, Kitab al Fiqh ‘Ala Al Ma’zahib Al Arba’ah, (Dar Al Fikr, Beirut, 1969), h.2-3.
10 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), cet. 1. h.1006.
11 Abdul Rahman Ghazali, Fiqh Munakahat, h.155.
4
Dalam menjalani bahtera rumah tangga yang diidamkan tidak selamanya
berjalan harmonis, karena banyak sekali halangan dan rintangan yang akan
menghadang di depannya nanti yang memungkinkan pasangan suami istri untuk
mengakhiri perkawinan tersebut akibat tidak mampu menghadapi permasalahan
yang datang tersebut. Hal ini karena sudah tidak dapat lagi dipertahankan lagi
lebih lama, ditinjau dari beberapa sudut, mereka lebih baik putuskan
perkawinannya daripada dilangsungkan terus.12 Oleh karena itu, pasangan suami
istri harus menjadi sebuah tim yang kompak untuk mengatasi masalah tersebut.
Jangan sampai setiap permasalahan yang datang di hadapi dengan emosi sehingga
bukannya menyelesaikan permasalahan tapi malah menghasilkan permasalahan
baru.
Pada umumnya yang menimbulkan perselisihan dan percekcokan dalam
rumah tangga itu karena salah satu pihaknya tidak dapat menjalankan fungsinya
dengan baik, mereka tidak saling menghargai, tidak saling menghormati, tidak
saling pengertian antara sesama mereka dalam rumah tangganya.13 Sebab yang
mendasar adalah keduanya hidup dalam satu tempat selama dua puluh empat jam
sehari semalam. Keduanya selalu bersama-sama meniti kehidupan rumah tangga,
12 Djoko Prakoso dan I Ketut Murtika, Asas-Asas Hukum Perkawinan di Indonesia, (Jakarta: Bina Aksara, 1987) , Cet. Ke-1. h.175.
13 Sidi Nazar Bakri, Kunci Keutuhan Rumah Tangga. ( Jakarta: CV.Pedoman Ilmu Jaya, 1993). h.37.
5
maka tidak heran, jika mereka selalu menemukan perbedaan pendapat dalam
berbagai hal.14
Akibatnya, dalam sebuah keluarga mudah sekali terjadi perselisihan dan
percekcokan yang membuat mereka berfikir untuk mengakhiri pernikahan mereka
dengan jalan perceraian.
Perceraian adalah putusnya ikatan perkawinan antara laki-laki dengan
perempuan sehingga mengakibatkan berakhirnya hubungannya sebagai suami
istri. Perceraian itu dapat dilakukan atas kehendak dari suami atau dari pihak istri.
Permohonan cerai yang dilakukan atas kehendak suami dinamakan talak, dan
permohonan cerai yang berasal dari pihak istri dinamakan khulu’.
Hak talaq ini dapat digunakan untuk menjadi jalan keluar bagi kesulitan
yang dihadapi suami dalam melangsungkan situasi rukun damai dalam kehidupan
rumah tangga.15 Talak secara bahasa memutuskan ikatan, secara syara’
memutuskan ikatan pernikahan atau memutuskan akad nikah dengan lafaz talak
atau sejenisnya atau menghilangkan ikatan nikah dalam keadaan apapun dan
dimanapun dengan lafaz yang ditentukan (khusus).16 Talak yang dijatuhkan
14 Syaikh Abdul Aziz Bin Abdurrahman Al-Musnad, Perkawinan dan Masalahnya. Penerjemah Musifin As’ad dan Salim Basyarahil. (Jakarta: Pustaka Al-kautsar,1993), cet. II. h.15.
15 Ahmad Khuzari, Nikah Sebagai Perikatan. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995), h.118-119.
16 Wahbah Zuhaili, al- Fiqh al- Islam Wa Adillatuhu, (Damaskus: Dar al-Fikr, 1989), Juz 7. h.356.
6
seorang suami kepada istrinya harus memilik alasan yang sesuai, agar talak yang
dijatuhkan suami kepada istrinya tidak terkesan semena-mena.
Talak adalah sesuatu yang halal yang dibenci Allah Swt, tetapi ada talak
yang dijatuhkan oleh seorang suami yang tidak dibenci oleh Allah SWT
disebabkan oleh tindakan dan perilaku pasangannya:
1. Istrinya diketahui berbuat zina;
2. Istrinya berbuat nusyuz dan sudah berkali-kali dikasih peringatan;
3. Istrinya suka mabuk, penjudi, bertindak tanduk yang bisa
merugikan lingkungan sekitarnya; dan
4. Istrinya susah diajak kerja sama dalam membina rumah tangga
yang lebih damai dam tentram, mau menang sendiri, kurang menghargai
peran suami, dan sebagainya.17
Tapi dengan seiring berjalannya waktu, faktor-faktor yang menyebabkan
suami mejatuhkan talak kepada istrinya menjadi lebih kompleks dari biasanya,
yaitu seperti penyimpangan seksual yang dilakukan oleh istri yang penulis
temukan dalam putusan Pengadilan Agama Jakarta Timur yang menyatakan
bahwa istri memiliki penyimpangan seksual, yaitu menyukai sesama jenis atau
lesbian. Oleh karena itu penulis tergerak untuk meneliti hal tersebut ke dalam
sebuah skripsi. Hal inilah yang melatarbelakangi penulis untuk mengambil
17 Mohammad Asmawi. Nikah Dalam Perbincangan dan Perbedaan, (Yogyakarta: Darussalam, 2004), Cet. I. h.234.
7
permasalahan ini sebagai skripsi dengan judul “LESBI SEBAGAI PEMICU
PERCERAIAN (Analisa Putusan Pengadilan Agama Jakarta Timur No.
207/Pdt.G/2009/PAJT)”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Penelitian ini membahas tentang perceraian, alasan perceraian, akibat
perceraian, hikmah perceraian, alasan hakim dalam memutuskan perkara,
pandangan fiqh dan hukum positif terhadap lesbi, alasan seseorang bisa
menjadi lesbi dan akibatnya, serta alasan diterimanya lesbi sebagai pemicu
perceraian pada Pengadilan Agama Jakarta Timur.
2. Perumusan Masalah
Menurut Kompilasi Hukum Islam Pasal 116, perceraian tidak dapat terjadi
karena alasan lesbi. Tapi kenyataannya, dalam putusan Pengadilan Agama Jakarta
Timur dengan perkara No.207/Pdt.G/2009/PAJT, pemohon dalam mengajukan
permohonan cerainya, menyatakan lesbi sebagai salah satu alasan perceraian.
Rumusan masalah tersebut penulis rinci dalam bentuk pernyataan sebagai berikut:
1. Apakah penyimpangan seksual yang dialami oleh istri bisa dijadikan
sebagai alasan perceraian?
2. Bagaimana hukum Islam dan hukum positif memandang lesbi?
3. Apa pertimbangan hakim dalam memutus perkara tersebut?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
8
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bisa atau tidaknya suami memohon perceraian
karena alasan penyimpangan seksual (lesbi) yang dialami oleh istrinya.
2. Untuk mengetahui pandangan fiqh dan Hukum positif terhadap
penyimpangan seksual seperti lesbi.
3. Untuk mengetahui alasan pertimbangan hakim dalam memutus
perkara tersebut.
4. Untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Sedangkan manfaat penelitian ini adalah:
1. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapt memberikan kontribusi yang positif terhadap
pembaca dan juga para mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum sebagai
bagian dari peningkatan kualitas intelektual.
2. Manfaat Praktis
Untuk memberikan masukan tambahan serta menambah wawasan bagi para
mahasiswa yang akan bergerak sebagai praktisi hukum nantinya.
D. Metode Penelitian
Untuk mengumpulkan data dalam penulisan skripsi ini, penulis
menggunakan metode sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
9
Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah jenis penelitian
kualitatif. Data kualitatif pada umumnya dalam bentuk pernyataan kata-kata
atau gambarantentang sesuatu yang dinyatakan dalam bentuk penjelasan
dengan kata-kata atau tulisan.18 Dan penelitian ini bersifat pendekatan
normatif yuridis, yaitu meneliti hasil putusan pengadilan.
2. Sumber Data dan Proses Pengumpulan Data
a. Data primer
Data pimer adalah data yang dikumpulkan peneliti langsung dari
sumbernya.19 Data primer Data primer berbentuk “putusan” yang
didapatkan dari Pengadilan Agama Jakarta Timur.
b. Data sekunder
Data yang bersumber dari hasil penelitian orang lain yang dibuat
untuk maksud yang berbeda.20 Data sekunder adalah data yang diperoleh
dari buku-buku, internet dan beberapa hasil penelitian yang berhubungan
dengan penelitian ini.
c. Data tertier
Data tertier adalah data yang diperoleh dari kamus dan jurnal
18 Ronny Kountur, Metode Penelitian untuk penulisan Skripsi dan Tesis, Seri Umum No. 12., Ed. Revisi, h.191.
19 Ibid, h.182.
20Ibid, h.178-179.
10
hukum.
3. Alat Pengumpul Data
Alat pengumpul data yang diperoleh meliputi transkip interview dari
wawancara dengan hakim yang memutuskan perkara tersebut, catatan
lapangan, dokumen pribadi dan lain-lain.
4. Analisa Data
Analisa data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menggunakan
analisa kualitatif dengan pendekatan konten analisis yaitu menganalisis isi
(conten analysis)21 dengan mendeskripsikan putusan perceraian tersebut dan
menghubungkannya dengan hasil wawancara.
5. Teknik Penulisan
Teknik penulisan skripsi ini menggunakan buku “Pedoman Penulisan
Skripsi Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun 2007”.
E. Review Studi Terdahulu
Dalam proses penulisan skripsi ini, penulis telah melakukan kajian
terhadap skripsi terdahulu. Dan penulis telah menemukan beberapa skripsi yang
memiliki tema mirip dan memberikan perbedaannya. Skripsi-skripsi tersebut
adalah sebagai berikut:
21 Analisis data yang didasarkan pada aspek penting, yaitu data (dokumen, naskah atau literatur) dalam hal ini adalah putusan yang diperoleh dari Pengadilan Agama.
11
1. Surya Darma Batu Bara, “Disfungsi Seksual Sebagai Alasan Terjadinya
Perceraian (Studi Putusan Cerai Gugat Akibat Suami Disfungsi Seksual
Di Pengadilan Agama Jakarta Selatan Tahun 2007)”, skripsi ini membahas
tentang kelamahan fungsi alat seksual suami segai alasan perceraian.
2. Rahmat Hidayat, “Kekerasan Seksual Sebagai Alasan Perceraian (studi
Putusan No. 322/Pdt.G/2007/PAJT)”, skripsi ini membahas tentang
kekerasan seksual yang dilakukan suami terhadap istri sebagai alasan untuk
melakukan perceraian.
3. Jamilah, “Kelainan Seks Pada Suami Sebagai Pemicu Terjadinya
Perceraian (Analisa Putusan PA Depok Perkara Nomor 662/Pdt.G/
2008/PA.Dpk.Jawa Barat)”, skripsi ini membahas tentang kelainan seksual
yang dilakukan oleh suami yang suka mengintip dan menggerayangi orang
lain (Voyeurisme) sebagai alasan perceraian.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mengetahui gambaran yang jelas tentang hal-hal yang diuraikan
dalam penulisan ini, maka penulis membuat sistematika penyusunan penulisan ini
ke dalam lima Bab. Dimana masing-masing bab dibagi ke dalam sub-sub sebagai
berikut:
BAB I : Pendahuluan. Dalam bab ini diuraikan hal-hal yang meliputi Latar
Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan
12
Manfaat Penelitian, Tinjauan Kajian Terdahulu serta Sistematika
Penulisan.
BAB II : Perceraian. Dalam bab ini diuraikan hal-hal yang meliputi
Pengertian dan Dasar Perceraian, Jenis dan Alasan Perceraian,
Akibat dan Hikmah Perceraian.
BAB III : Lesbi. Dalam bab ini akan diuraikan mengenai pengertian
Penyimpangan seksual, Pengertian Lesbi, sebab-sebab terjadinya
terjadinya Lesbi, dan pandangan hukum Islam dan hukum positif
mengenai lesbi.
BAB IV : Analisa Terhadap Putusan PA Jaktim. Dalam bab ini diuraikan
hal-hal yang meliputi profil Pengadilan Agama Jakarta Timur,
duduknya perkara, pertimbangan hukum para hakim, kronologis
kasus perceraian di Pengadilan Agama Jakarta Timur, dan analisa
penulis.
BAB V : Penutup. Bab ini merupakan kesimpulan yang menggambarkan
secara umum tentang permasalahan yang dibahas, dalam bab ini juga
mencakup saran-saran dari peneliti atas permasalahan yang diteliti
sehingga upaya mencapai tujuan dari penelitian yang dilakukan dan
diharapkan dapat bermanfaat bagi kalangan akademis umumnya dan
penulis khususnya.
13
BAB II
PERCERAIAN
A. Pengertian dan Dasar Perceraian
1. Pengertian Perceraian
Cerai adalah putus hubungan sebagai suami istri.22 Ta’rif talak
menurut bahasa Arab adalah “melepaskan ikatan”.23 Talak secara bahasa
memutuskan ikatan, secara syara’ memutuskan ikatan pernikahan atau
memutuskan akad nikah dengan lafaz talak atau sejenisnya atau
22 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), ed .3 cet.ke-3. h. 208.
23 Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung: PT. Sinar Baru Algensindo, 1997), cet. Ke-31, h. 401. Lihat juga Imam Taqiyuddin Abi Bakr ibn Muhammad Al Husainy, Kifayatul al-Akhyar, (Beirut : Dar al Fikr), Jilid 2, h. 84.
14
menghilangkan ikatan nikah dalam keadaan apapun dan dimanapun dengan
lafaz yang ditentukan (khusus).24
Sedangkan menurut Sayyid Sabiq dalam Fiqh Sunnah arti kata talak, yaitu:
ة ي وج الز ة ق ل ع ل ا ء ا نه إ و وج الز طة ب ا ر 25حل
Artinya: “Melepas tali perkawinan dan mengakhiri hubungan suami isteri.”
Perceraian adalah penghapusan perkawinan dengan putusan hakim
atau tuntutan salah satu pihak dalam perkawinan itu.26 Dari definisi talak di
atas, jelaslah bahwa talak merupakan sebuah institusi yang digunakan untuk
melepaskan sebuah ikatan perkawinan.27
2. Dasar Perceraian
Talak ini merupakan suatu yang disyariatkan.28 Dalil persyariatan talak
ini berasal dari al-Qur’an, as-Sunnah, maupun ijma’ ulama.29
24 Wahbah Zuhaili, al- Fiqh al- Islam Wa Adillatuhu, (Damaskus: Dar al-Fikr, 1989) Juz 7. h. 356.
25 Sayyid Sabiq, Fiqh As-Sunnah, (Beirut: Dar al-Fikr, t.th), Juz. 2, h. 206.
26 Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, (Jakarta: PT. Intermasa, 1995), cet. Ke-27, h. 42.
27 Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia (Studi Kritis Perkembangan Hukum Islam Dari Fikih, UU no.1/74, sampai KHI), (Jakarta: Kencana, 2004), cet. 1. h. 207.
28 Syekh Hasan Ayyub, Fikih Keluarga, Penerjemah Abdul Ghofar (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2006), cet. ke-5. h. 207.
29 Wahbah Zuhaili, Fiqih Imam Syafi’i, Penerjemah Muhammad Afifi dan Abdul Hafiz (Jakarta: Almahira, 2010), cet. I, h. 579.
15
Adapun dalil-dalil yang melandasi terjadinya perceraian adalah
sebagai berikut:
a. Surat Ath-Thalaq ayat 1.
Artinya: “Hai nabi, apabila kamu menceraikan isteri-isterimu Maka
hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) iddahnya (yang wajar) dan hitunglah waktu iddah itu serta bertakwalah kepada Allah Tuhanmu. janganlah kamu keluarkan mereka dari rumah mereka dan janganlah mereka (diizinkan) ke luar kecuali mereka mengerjakan perbuatan keji yang terang. Itulah hukum-hukum Allah, Maka Sesungguhnya dia Telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri. kamu tidak mengetahui barangkali Allah mengadakan sesudah itu sesuatu hal yang baru.” (QS.Ath-Thalaq: 1)
b. Surat An-Nisa ayat 130
) 130:4النساء/(
Artinya: “Jika keduanya bercerai, Maka Allah akan memberi kecukupan
kepada masing-masingnya dari limpahan karunia-Nya. dan
adalah Allah Maha luas (karunia-Nya) lagi Maha Bijaksana.”
c. Surat Al-Baqarah ayat 227
16
) 227:2 البقارة/(
Artinya: “Dan jika mereka ber'azam (bertetap hati untuk) talak, Maka
Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha
Mengetahui.”(QS. Al-Baqarah: 227)
d. Dari hadits nabi Muhammad SAW.
ه للل وآ ه ي ل ع الله لى ص بي ن ال عن عمر بن ا عن ووجلل علز ه اللل للى إ لل لح ا غلض ب أ ال ق لم وس
بإسللناد ( ماجللة وابللن داود أبللو رواه لق ط ال30صحيح)
Artinya: “Dan dari Ibnu Umar, bahwa sesungguhnya Rasulullah Saw.
bersabda: “Perkara halal yang paling dibenci oleh Allah ‘Azza
wa Jalla adalah talak.” (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah dengan
sanad yang shahih)
e. Ijma’
Para ulama sepakat membolehkan talak.31 Hikmah dibolehkannya
talak itu adalah karena dinamika kehidupan rumah tangga kadang-kadang
menjurus kepada sesuatu yang bertentangan dengan tujuan pembentukan
30 Imam Hafidz Abi Daud Sulaiman ibn al-Asy’ats al-Sajastani al-Azdi, Sunan Abi Daud, (Beirut: Dar Ibn Hazm, 1998), Cet. 1, h. 334.
31 Syekh Hasan Ayyub, Fikih Keluarga,. h. 208.
17
rumah tangga itu.32 Karena walaupun perbuatan ini dibenci oleh Allah,
akan tetapi perbuatan ini tetap dibolehkan untuk menghindari dan
menghilangkan berbagai hal negatif dalam rumah tangga.
Dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia, masalah
perceraian ini diatur dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang
Perkawinan pada Pasal 38 sampai dengan Pasal 41 dan juga terdapat
dalam Kompilasi Hukum Islam pada Pasal 113 sampai dengan Pasal 148.
B. Jenis dan Alasan Perceraian
1. Jenis Perceraian
a. Cerai Talak
Cerai talak ini adalah cerai yang datang atas inisiatif dari pihak
suami. Dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 117 diterangkan bahwa,
“Talak adalah ikrar suami dihadapan sidang Pengadilan Agama yang
menjadi salah satu sebab putusnya hubungan perkawinan dengan cara
sebagaimana pasal 129, 130, 131.”33
b. Cerai Gugat
Cerai gugat adalah cerai yang inisiatifnya datang dari pihak istri.
Dalam Islam cerai seperi ini dikenal dengan istilah khulu’. Khulu adalah
32 Amir Syarifuddin, Garis-garis Besar Fiqh, (Bogor: Kencana, 2003), cet. 1., h. 127.
33 Lihat Kompilasi Hukum Islam Pasal 117
18
perceraian yang terjadi atas permintaan isteri dengan memberikan tebusan
atau iwadh kepada dan atas persetujuan suaminya.34 Hukum Islam
memberi jalan kepada istri yang menghendaki perceraian dengan
mengajukan khulu’, sebagaimana hukum Islam memberi jalan kepada
suami untuk menceraikan istrinya dengan jalan talak.35 Dalam istilah
sehari-hari khulu’ biasa di sebut dengan thalaq tebus atau gugat cerai.36
Menurut bahasa, kata khulu’ berarti tebusan.37 Karena istri
meminta cerai kepada suaminya dengan membayar tebusan atau
imbalan.38 Menurut istilah syariat, khulu’ adalah perpisahan wanita
dengan ganti dan dengan kata-kata khusus.39 Dalam khulu ganti rugi dari
34 Lihat KHI Pasal 1 huruf i. Lihat juga A. Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama, (Jakarta: Pustaka Pelajar, 2003), Cet. V, h. 234.
35 Abdul Rahman Ghazali, Fiqh Munakahat. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008) h. 220.
36 Zurinal. Z dan Aminuddin, Fiqih Ibadah, (Jakarta: Lembaga penelitian UIN Syarif Hidayatullah), cet. Ke-1, h. 261.
37 Syekh Hasan Ayyub, Fikih Keluarga, h. 305.
38 A. Fuad, Perceraian Menurut Hukum Islam, (Jakarta: Pustaka al-Husna, 1994), h. 96.
39 Syaikh Muhammad Bin Shalih Al-Utsaimin, Shahih Fiqih Wanita Menurut Al-Quran Dan As-Sunnah. Penerjemah Faisal Saleh Dan Yusuf Hamdani (Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2009), Cet ke-2, h. 340.
19
pihak istri merupakan unsur penting. Unsur inilah yang membedakannya
dengan cerai biasa. 40
Talak tebus ini boleh dilakukan baik sewaktu suci maupun sewaktu
haid, karena biasanya talak tebus itu terjadi dari kehendak dan kemauan si
istri.41
Dasar dari khulu’, adalah firman Allah,
)229:2 البقارة/(Artinya:“Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. setelah itu boleh rujuk lagi
dengan cara yang ma'ruf atau menceraikan dengan cara yang baik. tidak halal bagi kamu mengambil kembali sesuatu dari yang Telah kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami isteri) tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah, Maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh isteri untuk menebus dirinya. Itulah hukum-hukum Allah, Maka janganlah kamu melanggarnya. barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka Itulah orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Baqarah: 229)
40 Dewan Redaksi Ensklopedi Islam, Ensiklopedi Islam (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994) cet. Ke-3, jilid 5, h. 57.
41 Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, h. 409.
20
)128:4النساء/(Artinya: ”Dan jika seorang wanita khawatir akan nusyuz atau sikap tidak
acuh dari suaminya, Maka tidak Mengapa bagi keduanya mengadakan perdamaian yang sebenar-benarnya, dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka) walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir. dan jika kamu bergaul dengan isterimu secara baik dan memelihara dirimu (dari nusyuz dan sikap tak acuh), Maka Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. An-Nisa: 128)
2. Alasan Perceraian
Alasan perceraian adalah suatu kondisi dimana suami atau istri
mempergunakannya sebagai alasan untuk mengakhiri atau memutuskan tali
perkawinan.42
Setidaknya ada empat kemungkinan yang terjadi dalam kehidupan
rumah tangga yang dapat memicu terjadinya perceraian yaitu:43
a. Terjadinya nusyuz dari pihak isteri
42 Taufiqurrohman, Pengaruh Wanita Karir Terhadap Perceraian, Skripsi S1, fakultas syariah dan Hukum UIN syarif Hidayatullah Jakarta, h. 45.
43 Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia (Studi Kritis Perkembangan Hukum Islam Dari Fikih, UU no.1/74, sampai KHI), h. 209-214.
21
Nusyuz bermakna kedurhakaan yang dilakukan seorang isteri
terhadap suaminya. Hal ini dapat terjadi dalam bentuk pelanggaran
perintah, penyelewengan dan hal-hal yang dapat mengganggu
keharmonisan rumah tangga. Mengenai hal ini Al-Quran memberikan
petunjuk agar tidak terjadi perceraian, yaitu:
)34:4النساء/ ( Artinya: “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh
karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. (An-Nisa’: 34)
Berangkat dari surah an-Nisa ayat 34 al-Qur’an memberikan opsi
sebagai berikut:
1) Isteri diberi nasihat dengan cara yang ma’ruf agar ia segera sadar
terhadap kekeliruan yang dibuatnya.
2) Pisah ranjang. Cara ini bermakna sebagai hukuman psikologis bagi isteri
dan dalam kesendiriannya tersebut ia dapat melakukan koreksi diri
terhadap kekeliruannya.
22
3) Apabila dengan cara ini tidak berhasil, langkah berikutnya adalah
memberi hukuman fisik dengan cara memukulnya. Penting untuk dicatat,
yang boleh dipukul hanyalah bagian yang tidak membahayakan si isteri
seperti betisnya.
b. Terjadinya nusyuz dari pihak suami
Nusyuz tidak hanya dapat terjadi dan dilakukan oleh isteri, suami juga
dapat berlaku nusyuz. Selama ini sering disalahpahami bahwa nusyuz hanya
datang dari pihak isteri saja. Padahal al-Quran menyebutkan adanya nusyuz
dari suami sesuai dengan ayat al-Quran:
)128:4 /النساء(
Artinya: “Dan jika seorang wanita khawatir akan nusyuz atau sikap tidak acuh dari suaminya, maka tidak mengapa bagi keduanya mengadakan perdamaian yang sebenar-benarnya, dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka) walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir. Dan jika kamu bergaul dengan isterimu secara baik dan memelihara dirimu (dari nusyuz dan sikap tak acuh), Maka Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. An-Nisa’: 128)
Kemungkinan nusyuznya suami dapat terjadi dalam bentuk kelalaian
dari pihak suami untuk memenuhi kewajibannya pada isteri, baik nafkah lahir
maupun nafkah bathin.
c. Terjadinya Syiqaq
Jika dua kemungkinan di atas menggambarkan salah satu pihak
nusyuz sedangkan pihak lain dalam kondisi normal, maka kemungkinan yang
ketiga ini terjadi karena kedua-duanya terlibat dalam syiqaq (percekcokan),
23
misalnya disebabkan kesulitan ekonomi, sehingga keduanya sering
bertengkar. Dalam hal ini al-Quran memberi petunjuk:
)35:4(النساء / Artinya: “Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya,
Maka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan. Jika kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami-isteri itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. An-Nisa’: 35)
Dari ayat di atas jelas sekali aturan Islam dalam menangani problema
kericuhan dalam rumah tangga. Dipilihnya hakam (arbitrator) dari masing-
masing pihak dikarenakan para perantara itu akan lebih mengetahui karakter,
sifat keluarga sendiri.
d. Terjadinya salah satu pihak berbuat zina
Hal ini juga disebut dengan fakhisyah, yang mana menimbulkan
saling tuduh menuduh antara keduanya. Cara penyelesaiannya adalah dengan
membuktikan tuduhan yang didakwakan dengan li’an. Li’an sesungguhnya
telah memasuki “gerbang putusnya” perkawinan dan bahkan untuk selama-
lamanya karena akibat li’an adalah terjadinnya talak ba’in kubra.
Selain itu, dalam hukum Islam perceraian dapat disebabkan oleh
alasan-alasan sebagai berikut:44
44 Muhammad Hamidy, Perkawinan Dan Permasalahannya, (Surabaya: Bina Ilmu,1980), h. 89.
24
1) Tidak ada lagi keserasian dan keseimbangan dalam suaasan rumah
tangga, tidak ada lagi rasa kasih saying yang merupakan tujuan dan
hikmah dari perkawinan.
2) karena salah satu pihak berpindah agama (murtad).
3) Salah satu pihak melakukan perbuatan keji yang dilarang agama.
4) Istri meminta cerai kepada suami dengan alasan suami tidak berapologi
dengan alasan yang dicari-cari dan menyusahkan istri.
5) Suami tidak memberi apa yang seharusnya menjadi hak istri.
6) Suami melanggar janji yang pernah di ucapkan sewaktu akad pernikahan
(taklik talak).
Kompilasi Hukum Islam dalam Pasal 116 juga menyatakan bahwa
perceraian dapat terjadi karena alasan atau alasan-alasan sebagai berikut:
1) salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat,penjudi dan
lain sebagaianya yang sukar disembuhkan;
2) salah satu pihak lain selama 2 (dua) tahun berturut-turut tanpa izin pihak
lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain di luar kemampuanya.
3) Salah satu pihak mendapatkan hukuman mendapatkan hukuman penjara 5
(tahun) atau hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung.
4) Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang
membahayakan pihak yang lain.
25
5) Salah satu pihak mendapatkan cacad badan atau penyakit dengan akibat
tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami atau isteri.
6) Antara suami istri terus menerus terjadi perselisihan dan peertengkaran
dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga.
7) Suami melanggar taklik-talak.
8) Peralihan agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya
ketidakrukunan dalam rumah tangga. 45
Dalam Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan
Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan juga menyatakan
alasan yang dapat menyebabkan perceraian adalah sebagai berikut:
1) Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabok, pemadat,
penjudi, dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan;
2) Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahun
berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena
hal lain diluar kemampuannya;
3) Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun atau
hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung;
4) Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang
membahayakan pihak yang lain;
45 Lihat Kompilasi Hukum Islam Pasal 116
26
5) Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat
tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami/isteri;
6) Antara suami dan isteri terus-menerus terjadi perselisihan dan
pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah
tangga. 46
C. Akibat dan Hikmah Perceraian
1. Akibat Perceraian
Setelah putus suatu perkawinan, maka hal tersebut akan mempunyai
akibat-akibat, seperti akibat talak, perceraian, khulu’ dan li’an. Disamping itu
adapula mut’ah dan masa tunggu (iddah).47
Dalam Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Pasal
41 menyatakan akibat dari perceraian ialah:
a. Baik ibu atau bapak tetap berkewajiban memelihara dan mendidik anak-
anaknya, semata-mata berdasarkan kepentingan anak, bilamana ada
perselisihan mengenai penguasaan anak-anak, Pengadilan memberi
keputusannya.
b. Bapak yang bertanggung jawab atas semua biaya pemeliharaan dan
pendidikan yang diperlukan anak itu, bilamana bapak dalam kenyataan
46 Lihat Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Pasal 19
47 M. Ali Hasan, Pedoman Hidup Berumah Tangga Dalam Islam, (Jakarta: Prenada Media, 2003), cet. 1. h. 197.
27
tidak dapat memberi kewajiban tersebut, Pengadilan dapat menentukan
bahwa ibu ikut memikul biaya tersebut.
c. Pengadilan dapat mewajibkan kepada bekas suami untuk memberikan
biaya penghidupan dan/atau menentukan sesuatu kewajiban bagi bekas
isteri.
Sedangkan dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) bahwa akibat dari
perceraian dijelaskan dalam Pasal 149 sampai dengan Pasal 162, yaitu: Pasal
149 yang menjelaskan kewajiban suami setelah perceraian harus memberikan
mut’ah kepada bekas isterinya dengan jumlah atau kadar yang wajar kecuali
bila isterinya qobla al-dukhul; memberi nafkah kepada bekas isteri selama
berlangsungnya masa iddah kecuali jika isteri tersebut dijatuhi talak ba’in atau
nusyuz dan dalam keadaan hamil; membayar lunas mahar yang belum
dibayarkan; dan memberikan hak hadhonah kepada anaknya yang belum
berumur 21 tahun.48
Pasal 150 dan 151 berisi kebolehan bagi suami untuk merujuk
isterinya yang masih dalam masa iddah dan untuk isteri yang masih dalam
masa iddah mempunyai kewajiban untuk menjaga dirinya dan tidak menerima
pinangan dari orang lain. Sedangkan dalam Pasal 152 dijelaskan bagi isteri
berhak menerima nafkah iddah jika dia tidak nusyuz.49
48 Lihat Pasal 149 Kompilasi Hukum Islam
49 Lihat Pasal 150 sampai 152 Kompilasi Hukum Islam
28
Selanjutnya dalam Pasal 153 menjelaskan tentang resiko bagi wanita
yang bercerai dari suaminya untuk melaksanakan iddah yang hitungannya
bermacam-macam tergantung dari bagaimana kondisi antara suami isteri
tersebut berpisah. Dalam pasal itu juga terdapat pengecualian bahwa tidak ada
masa iddah bagi bekas isteri jika bercerai qabla al-dukhul.50
Pasal 154 dan 155 juga masih menjelaskan tentang masa tunggu
(iddah) untuk wanita yang bercerai karena khuluk, fasakh dan li’an berlaku
juga iddah talak. Sedangkan untuk isteri yang ditalak raj’i yang ditinggal mati
suaminya, iddahnya menjadi empat bulan sepuluh hari yang dihitung dari
sejak kematian suaminya.51
Sedangkan Pasal 156 menjelaskan tentang akibat perceraian yang
berkaitan dengan orang yang berhak untuk mendapatkan hak pemeliharaan
dan biaya keperluan anak dari mulai anak yang belum mumayyiz sampai anak
yang sudah mumayyiz52.
Kemudian Pasal 157 mengatur tentang harta bersama yang harus
diperhitungkan ketika perceraian terjadi. Sedang Pasal 158 sampai 160
membicarakan mengenai mut’ah yang wajib dbayarkan oleh bekas suami
50 Lihat Pasal 153 Kompilasi Hukum Islam
51 Lihat Pasal 154 dan 155 Kompilasi Hukum Islam
52 Lihat Pasal 156 Kompilasi Hukum Islam
29
kepada bekas isteri dengan syarat-syarat tertentu yang diatur dalam Kompilasi
Hukum Islam dan sunnah diberikan oleh bekas suami tanpa syarat serta
besarnya mut’ah itu sendiri.53
Selanjutnya Pasal 161 menyatakan bahwa, perceraian dengan khulu’
mengurangi jumlah talak dan tidak dapat dirujuk. Dan dalam Pasal 162 yang
menyatakan, bilamana li`an terjadi maka perkawinan itu putus untuk
selamanya dan anak yang dikandung dinasabkan kepada ibunya, sedang
suaminya terbebas dari kewajiban memberi nafkah.54
2. Hikmah Perceraian
Maksud perkawinan, untuk membina rumah tangga bahagia dan abadi,
tenteram, penuh rasa kasih dan cinta serta dapat bergaul dengan baik sebagai
suami isteri yang sehati. 55 Namun sering kali tujuan tersebut tidak tercapai dan
berakhir sebelum tujuan itu tercapai. Karena tidak adanya kesepakatan antara
suami istri, maka dengan keadilan Allah Swt. Dibukakan-Nya suatu jalan keluar
dari segala kesukaran itu, yakni pintu perceraian. Dalam Al-Qur’an dan Hadits
dinyatakan bahwa perceraian di perbolehkan tetapi dibenci dan tidak di
53 Lihat Pasal 157 sampai 160 Kompilasi Hukum Islam
54 Lihat Pasal 161 dan 162 Kompilasi Hukum Islam
55 Peunoh Daly, Hukum Perkawinan Islam: Suatu Studi Perbandingan Dalam Kalangan Ahlus-Sunah Dan Negara-Negara Islam, (Jakarta:PT. Bulan Bintang, 2005), cet. Ke-2, h. 326.
30
seyogiakan oleh Allah.56 Sebenarnya putusnya perkawinan merupakan hal yang
wajar saja, karena makna dasar sebuah akad nikah adalah ikatan atau dapat juga
dikatakan perkawinan pada dasarnya adalah kontrak.57
Walaupun demikian, seandainya Islam tidak memberikan jalan menuju
talak bagi suami isteri dan tidak membolehkan mereka untuk bercerai pada saat
yang kritis, niscaya hal itu akan membahayakan bagi pasangan tersebut.58 Karena
talak merupakan satu-satunya jalan, tak ubahnya seperti membalut luka yang
harus terjaga untuk menyelamatkan seluruh tubuh.59
BAB III
LESBIAN
A. Pengertian Penyimpangan Seksual
56 Hisako Nakamura, Perceraian Orang Jawa, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1991), h. 31.
57 Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam Di Indonesia, h. 206.
58 Syekh Hasan Ayyub, Fikih Keluarga, h. 205.
59 Ibrahim Muhammad al-Jamal, Fiqih Wanita Islam, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1991), h. 44.
31
Penyimpangan adalah sikap tindak diluar ukuran (kaidah) yang berlaku.60
Deviasi atau penyimpangan diartikan sebagai tingkah laku yang menyimpang dari
tendensi sentral atau ciri-ciri karakteristik rata-rata dari rakyat
kebanyakan/populasi.61 Sedangkan seksual, berkenaan dengan perkara
persetubuhan antara laki-laki dan perempuan.62
Jadi, Deviasi seksual ialah gangguan arah-tujuan seksual.63 Karena
mendapatkan kepuasan seksualnya dengan cara yang keluar dari kebiasaan.
Penyimpangan seks tidak terbatas kepada pribadi tertentu saja, akan tetapi
banyak tampak pada keadaan pribadi biasa, akan tetapi banyak tampak pada
keadaan pribadi psikopatik.64 Dan penyimpangan seksual ini memilki beberapa
jenis.
Jenisnya antara lain:
1. Fetishism
60 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), ed.3, cet.4, h. 1067.
61 Kartini Kartono, Patologi Sosial, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2005), jil.1. h. 11
62 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 1015
63 W.F. Maramis, Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, (Surabaya: Airlangga University Press, 2004), cet. 8. h. 314
64 Musthafa Fahmi, Kesehatan Jiwa Dalam Keluarga, Sekolah Dan Masyarakat, (Jakarta: Bulan Bintang, 1977), cet.1. h. 125
32
Yaitu ketergantungan seseorang pada obyek yang tidak hidup untuk
memperoleh rangsangan seksual.
2. Transvestic Fetishism
Adalah gangguan dimana seorang laki-laki terangsang secara seksual dengan
menggunakan pakaian atau perlengkapan perempuan lainnya, meskipun ia
masih menyadari dirinya sendiri sebagai laki-laki.
3. Pedofilia
Pedofilia berasal dari kata “pedos” (bahasa Yunani untuk “anak”), adalah
orang dewasa yang emeperoleh kepuasan seksual melalui kontak fisik dan
seksual dengan anak prapubertas yang tidak berhubungan dengannya.
4. Inses
Mengacu pada hubungan seksual antara keluarga dekat, dimana pernikahan
tidak diperbolehkan antara mereka.
5. Voyeurism
Adalah prefensi yang nyata untuk memperoleh kepuasan seksual dengan
melihat orang lain dalam keadaan tanpa busana atau sedang melakukan
hubungan seksual.
6. Eksibisionisme
Adalah prefensi yang jelas dan berulang untuk memperolah kepuasan seksual
dengan mempertontonkan alat kelaminnya pada orang lain yang tidak
menghendakinya, terkadang pada anak-anak.
33
7. Frotteurism
Yaitu orientasi seksual dengan menyentuh orang yang tidak disangka-sangka.
8. Sadisme dan masokisme seksual
Sadisme adalah kegemaran untuk memperoleh atau meningkatkan kepuasan
seksual dengan menimbulkan kesakitan atau penderitaan psikologis (misalnya
mempermalukan) pada orang lain
Sedangkan masokisme adalah kegemaran seseorang untuk memperoleh atau
meningkatkan kepuasan seksual dengan menjadikan dirinya sebagai subyek
untuk disakiti atau dipermalukan.65
9. Homosexualitas dan lesbianism
Homoseksual adalah keadaan seseorang yang menunjukkan perilaku seksual
diantara orang-orang dari sex yang sama.66
B. Pengertian Lesbian
Lesbianisme adalah homoseksual antara sesama wanita.67 Homoseksual
adalah keadaan seseorang yang menunjukkan perilaku seksual diantara orang-
orang dari sex yang sama.68 Dalam Psikologi, lesbian ini tidak dipisahkan
pembahasannya dengan homoseksual karena mereka tersebut merupakan bentuk
65 Fitri Fausiah dan Julianti Widury, Psikologi Abnormal Klinis Dewasa, (Jakarta: UI press, 2005), h. 61-64.
66 Iyus Yosep, Keperawatan Jiwa, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2007), h. 194.
67 Ensiklopedi Umum, (Jakarta: Yayasan Kanisius), h. 747.
68 W.F. Maramis, Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, h. 315.
34
penyimpangan yang sejenis. Istilah homoseksual lebih lazim digunakan bagi pria
yang menderita penyimpangan ini, sedang bagi wanita, keadaan yang sama lebih
lazim disebut “lesbian”.69 Sering juga homoseks ini disebut gay.
Homoseks dalam bahasa Arab disebut liwath; dinisbatkan kepada
perbuatan kaum Nabi Luth yang pertama kali dalam sejarah kehidupan manusia
melakukan perbuatan keji tersebut. Sedangkan lesbianism (dari kata Lesbos, atau
pulau di tengah lautan Egeis dalam mitologi Yunani dan dihuni oleh para
wanita).70
Lesbian adalah wanita yang mencintai atau merasakan rangsangan seksual
sesama jenisnya.71 Secara sederhana, homoseksualitas dapat diartikan sebagai
kecenderungan yang kuat akan daya tarik erotis sesorang justru terhadap jenis
kelamin yang sama. Gay dan lesbian memiliki minat erotis pada anggota gender
mereka sendiri, tetapi identitas gender mereka (perasaan menjadi pria atau wanita)
konsisten dengan anatomi seks mereka.72
C. Sebab-sebab terjadinya Lesbi
69 Sawitri Supardi Sadarjoen, Bunga Rampai Kasus Gangguan Psikoseksual, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2005), cet. 1, h. 41.
70 Didi Junaedi, 17+ Seks Menyimpang: Tinjauan dan solusi berdasarkan Al_quran dan Psikologi, (Jakarta: Sejuk, 2010), h. 41.
71 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus besar bahasa Indonesia, (Jakarta: balai Pustaka, 2005), ed. 3 cet. 3, h. 665.
72 Jeffrey S Nevid, dkk. Psikologi Abnormal, (Jakarta: Erlangga, 2003), Edisi Kelima, jil 2, h. 75.
35
Menjadi hetero atau homo atau bisek, atau orientasi seksual lain bukanlah
sebuah pilihan, juga bukan akibat kontruksi sosial. Akan tetapi, tidak tertutup
kemungkinan potensi kecenderungan orientasi seksual seseorang menjadi actual
setelah mendapat pengaruh lingkungan. Misalnya, potensi homo dalam diri
seseorang menjadi dominan karena desakan faktor lingkungan tertentu, seperti
pesantren.73
Diantara sebab-sebab seseorang bisa terjangkit hubungan seks sejenis
adalah:
1. Faktor lingkungan, tempat tinggal atau pergaulan
2. Faktor biologis yang memang mempunyai kecenderungan untuk
tertareik pada lawan jenis dan sejenis
3. Faktor psiko dinamika, karena mempunyai konflik atau pengalaman
hidup
4. Faktor sosio-kultural, karena merasa minder dan takut mencintai lawan
jenisnya.
Beberapa faktor yang memicu timbulnya lesbianisme antara lain:
1. Wanita yang bersangkutan terlalu mudah jenuh dalam hubungan
seksual dengan suami atau laki-laki serta ia tidak pernah merasakan orgasme,
73 Musdah Mulia, Islam Dan Hak Asasi Manusia Konsep Dan Implementasi, (Yogyakarta: Naufan Pustaka, 2010), cet.1., h. 287.
36
2. Pengalaman traumatis dari wanita yang bersangkutan dengan seorang
laki-laki atau suami yang kejam, sehingga timbul rasa benci dan antipasti
terhadap laki-laki.74
Dalam buku Marzuki Umar Sa’abah, dikatakan ada beberapa tinjauan
kemunculan lesbianisme antara lain:
1. Wanita yang bersangkutan terlalu mudah jenuh dalam hubungan
senggama ddengan suami atau laki-laki serta ia tidak pernah merasakan
orgasme.
2. Faktor traumatis berkait dengan pengalaman mendapat perlakuan
kejam dari laki-laki atau suaminya bisa juga menjai penyebab. Trauma
tersebut berubah menjai sikap benci terhadap semua laki-laki.
3. Bisa juga lesbianism yang ia lakukan merupakan pelarian akan ketidak
bahagiaan hidup dan kekecewaan, keputusasaan selama ini, hingga mencoba
mencari hal yang baru dalam hidupnya.75
Kartini Kartono menyebutkan ada dua faktor yang menyebabkan
penyimpangan seks:
1. Faktor intrinsik ialah faktor-faktor herediter atau keturunan, berupa
predisposisi dan konstitusi jasmaniah dan mentalnya.
74 Didi Junaedi, 17+ Seks Menyimpang: Tinjauan dan solusi berdasarkan Al_quran dan Psikologi, h. 42-43.
75 Marzuki Umar Sa’abah, Perilaku Seks Menyimpang Dan Seksualitas Kontemporer Umat Islam, (T.tp, 2001), h. 131.
37
2. Faktro ekstrinsik ialah mencakup adanya kerusakan-kerusakan psikis
dan fisik disebabkan oleh pengaruh-pengaruh luar, atau oleh adanya interaksi
pengalaman dengan lingkungan yang traumatis sifatnya.76
Selain itu pula, Lesbianisme terbangun secara ilmiah karena manusia
memiliki kecenderungan homoseksual. Lesbianisme terbangun secara sosial
karena perempuan ingin membebaskan diri dari konstruksi ideologi seksual
dominan, yaitu heteroseksual, yang menjadi alat patriarki untuk menindas
perempuan.77
Sedangkan menurut Ma’ruf Asrori, dorongan seks yang tidak terkendali
disebabkan oleh dua faktor:
1. Faktor endogen (dari dalam), yakni lemahnya iman dan intelegensinya
tidak dapat mengendalikan hawa nafsu.
2. Faktor eksogin, yakni datangnya dari hampir setiap aspek kehidupan
modern yang tumbuh dan berkembang tidak atas dasar konsep agama.
Misalnya, trend mode, make up, pegaulan bebas, film dan bacaan porno, panti
pijat, klub malam, bar dan lain-lain.78
76 Kartini Kartono, Psikologi Abnormal dan Abnormalitas seksual, (Bandung: Mandar Maju, 1989), hal. 252.
77 Bernadet Rosinta Nirmala Situmorang, Analisis Isi Berprespektif Feminis Dan Pembongkaran Pemikiran Lesbianism Dalam Teks Naraktif Fiksi Bertema Lesbian. (Tesis., Program Kajian Wanita Program Pascasarjana UI, 2001), h. 28.
78 Ma’ruf Asrori dan Anang Zamroni, Bimbingan Seks Islam, (Surabaya: Pustaka Anda, 1997), h. 213.
38
Dalam wawancara yang penulis lakukan dengan psikolog, dikatakan
bahwa pola pengasuhan anak mulai pada saat balita sangat berpengaruh terhadap
perkembangan seksual anak.79
Berdasarkan penjelasan di atas maka secara sederhana dapat diketahui
bahwa tidak adanya pola pengasuhan yang benar dari orangtua, pengendalian diri
yang sempurna, pengalaman dan faktor lingkungan merupakan sebab-sebab atau
faktor-faktor yang dapat menyebabkan seseorang menjadi lesbi atau mengalami
penyimpangan seksual.
D. Akibat dari lesbi
Akibat lesbi secara sosial itu tidak ada, karena bila ia mampu
bersosialisasi dengan masyarakatnya secara baik hal tersebut tentu tidak akan
diketahui.80
Lesbi bukan hanya perbuatan yang dilarang tapi juga perbuatan yang
dapat mendatangkan penyakit terhadap tubuh khususnya daerah kelamin. Lesbi
juga rentan untuk mendapatkan penyakit kelamin, karena kelamin perempuan
lebih rentan terhadap virus dan bakteri.81
Diantaranya penyakit yang dapat menular akibat seksual adalah:
1. AIDS
79 Wawancara pribadi dengan Yunilia Juhana, Jakarta, 30 Mei 2011
80 Wawancara pribadi dengan Yunilia Juhana, Jakarta, 30 Mei 2011
81 Ibid.
39
AIDS (Acquire immunodeficiency syndrome) adalah sindrom dengan gejala
penyakit infeksi atau kanker terntentu akibat menurunnya system kekebalan
tubuh oleh infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus).82
Virus masuk ke tubuh melalui perantara darah,semen, dan secret
vagina.sebagian besar (75%) penularan terjadi melalui hubungan seksual.
2. Gonore
Gonore mencakup semu penyakit yang disebabkan oleh neisseria
gonorrhoeae. Daerah yang paling mudah terinfeksi ialah daerah dengan
mukosa epitelkuboid atau lapis gepeng yang belum berkembang (imatur),
yakni pada vagina wanita sebelum pubertas.83
3. Trikomoniasis
Trikomoniasismerupakan penyakit infeksi protozoa yang disebabkan oleh
trichomonas vaginalis, biasanya ditularkan melalui hubungan seksual dan
sering menyerang traktus urogenitalis bagian bawah pada wanita maupun pria,
namun pada pria peranannya sebagai penyebab penyakit masih diragukan.84
4. Hepatitis-B
82 N. Wirya Duarsa, Infeksi HIV & AIDS, dalam Sjaiful Fahmi Daili dkk ed., Infeksi Menular Seksual, (Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2009), Ed. Ke-4, cet. Ke-1, h. 146
83 Sjaiful Fahmi daili, Gonore, Ibid, h. 65.
84 Tony S. Djajakusumah, Trikomoniasis, Ibid, h. 183.
40
Penularan hepatitis-B terjadi secara parenteral melalui jarum suntik, transfusi
darah, hemodialisa, hubungan seksual. Villareyos dkk melaporkan, antigen
virus hepatitis-B dapat ditemukan pada air liur, cairan vagina dan semen, dan
menyimpulkan bahwa penyakit ini dapat ditularkan memlui hubungan intim
seperti ciuman mesra dan kontak seksual.
Meningkatnya insidens infeksi VHB di banyak negara pada tahun 70-an
diduga erat kaitannya dengan peningkatan promiskuitas dan peningkatan pola
perilaku hubungan seksual yaitu homoseksual, hubungan oro-genital dan ano-
genital.85
5. Sifilis
Sifilis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh trponema pallidum,
merupakanpenyaki kronis dan bersifat sistemik, selama perjalanan penyakit
dapat menyerang seluruh organ tubuh, ada masa laten tanpa manifestasi lesi di
tubuh,dan dapat ditularkan kepada bayi.86
E. Pandangan fiqh dan hukum positif mengenai lesbi
1. Pandangan fiqh
Lesbi dalam hukum Islam merupakan hal yang dilarang. Hal ini
berdasarkan surat An-Naml ayat 54-56 yang menceritakan kisah kaum Nabi
85 Winsy F. Th. Warouw, Hepatitis B, Ibid, h. 161.
86 Namyo O. Hutapea, Sifilis, Ibid, h.84
41
Luth a.s yang melakukan perbuatan homoseksual. Ayat-ayat tersebut adalah
sebagai berikut:
. .
56:27-54 /(النمل(Artinya: “Dan (ingatlah kisah) Luth, ketika dia berkata
kepada kaumnya: "Mengapa kamu mengerjakan perbuatan fahisyah itu sedang kamu memperlihatkan(nya)?.Mengapa kamu mendatangi laki-laki untuk (memenuhi) nafsu (mu), bukan (mendatangi) wanita? Sebenarnya kamu adalah kaum yang tidak mengetahui (akibat perbuatanmu). Maka tidak lain jawaban kaumnya melainkan mengatakan: "Usirlah Luth beserta keluarganya dari negerimu; Karena Sesungguhnya mereka itu orang-orang yang (menda'wakan dirinya) bersih". (QS. An-Naml:54-56)
Menurut Jumhur Mufassir yang dimaksud perbuatan keji ialah
perbuatan zina, sedang menurut pendapat yang lain ialah segala perbuatan
mesum seperti: zina, homoseksual dan yang sejenisnya. Menurut pendapat
Muslim dan Mujahid, yang dimaksud dengan perbuatan keji ialah musahaqah
(homoseks antara wanita dengan wanita).87
87 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, (Bandung: CV. Penerbit Diponegoro, 2000), cet. Ke-10, h. 522.
42
Jadi, bisa diartikan maksud dari perbuatan keji tersebut adalah
perbuatan mesum baik homoseksual ataupun lesbi.
Ayat-ayat tersebut menunjukan kecaman terhadap perbuatan kaum
Nabi Luth a.s yang melepaskan hasrat seksualnya tidak pada pasangan yang
seharusnya tapi pada sejenisnya atau yang memiliki jenis kelamin sama
dengannya.
Disamping itu, larangan dan ancaman tehadap perbuatan ini juga
terdapat dalam hadits-hadits Nabi Muhammad saw. Hadits-hadits tersebut
adalah
: رسلول قلال قلال بلاس ع بلن ا علن رمة ك ع عن : عمللل ي ه تمو د وج من لم وس ه ي ل ع له ال لى ص ه ل ال
م و ق ه )لوطعمل بلل عول لمف وا لفاعل ا لوا ت ق فا
النسائ إل الخمسة 88( رواه
Artinya: “Dari Ikrimah dari ibn Abbas ia berkata: telah bersabda Rasulullah saw.: “Barangsiapa yang kamu dapati melakukan perbuatan kaum Nabi Luth maka bunuhlah si pelaku dan yang dikerjainya.” (Diriwayatkan oleh lima ahli hadits kecuali Nasa’i)
Selain itu juga hadits
88 Imam Abi Husain Muslim bin Hajaj, Shahih Muslim, (Beirut: Daar al-Fikr, 1993), juz II, h. 128.
43
نا ث د حلل هارون بن د زي ي نا ث د ح نيع م بن د أحم نا ث د حعللن كلي لم ا د واحلل ل ا د بل ع بلن م لقاس ا عن همام
برا جلا ع سلم نله أ يلل عق بلن د محمل بلن ه ل ال د ب عإن لم وس ه ي ل ع له ال لى ص ه ل ال رسول قال يقول
للوط م و قل عملل تلي أم للى ع أخلاف ملا وف أخل( مذى( التر 89رواه
Artinya: “dari Ahmad bin Mani’ dari Yazid ibn Harun dari Hamam dari Qasim ibn Abdul Wahid al-Maki dari Abdullah ibn Muhammad ibn Aqil bahwa ia mendengar Jabir berkata, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: bahwa sesuatu yang paling aku takutkan dari segala apa yang aku takuti terhadap umatku adalah perbuatan kaum Luth. (HR. Tirmidzi)
Serta hadits Nabi yang menyatakan:
وسللم عليله الله صلى النبى عن سعيد ابى عن : ول الرجلل ة ور عل للى ع الرجلل ظر ن ي ل قال انه
الرجل يفض ول ة ا لمر ا ة ور ع لى ع ة أ لمر ا ظر ن تللى ا ة أ لملر ا ول د واحل ال وب ثل ال فلى الرجلل لى ا
89 Muhammad ibn Isa al-Tirmidzi, Sunan al-Tirmidzi, (Beirut: Dar al-Turats al-Arabi, t.th), juz IV, h. 58
44
داود ( وابلو احملد رواه د واح ال وب ث ال فى ة أ لمر ا90والترمذى)
Artinya: “Dari Abi Said dari Rasulullah SAW bersabda laki-laki tidak boleh melihat aurat laki-laki lain dan perempuan tidak boleh melihat aurat perempuan lain. Dan seorang laki-laki tidak boleh tidur bersama laki-laki dalam satu kain dan seorang perempuan tidak boleh tidur bersama perempuan lain dalam satu kain. (HR. Ahmad, Muslim, Abu Daud dan Turmudzi).
Islam memandang bahwa lesbian merupakan perbuatan haram, dan
para ulama telah sepakat mengharamkan perilaku ini. Sebagaimana Imam
Nawawi berkata,”wanita diharamkan berhubungan seksual dengan wanita,
jika hal itu terjadi maka wanita tersebut arus dicela dan diperingatkan. Dan
Menurut Ibnu Qudamah, jika telah berkumpul dua wanita maka keduanya
melakukan zina.91 Dan hal itu serupa dengan mubasyarah92 tanpa farji.
2. Lesbi Menurut Hukum Positif
Di Indonesia lesbi sudah tidak bisa untuk didiamkan lagi. Jika
didiamkan terus penyimpangan ini akan menjadi momok yang menakutkan
dan menjadi hal yang biasa dan lumrah dalam masyarakat. Bila sudah terjadi
seperti ini akan memberikan dampak yang sangat negatif untuk kehidupan
90 Imam Abi Husain Muslim bin Hajaj, Shahih Muslim, (Beirut: Daar al-Fikr, 1993), juz II, h. 398
91 Abi Muhammad Abdullah bin Ahmad bin Mahmud bin Qudamah, Al-Mugni,(Beirut: Daar Al-Kutub Al-‘Ilmiyah, t.th), Juz 10, h. 162.
92 Hubungan badan antara suami dan istri
45
warga negara Indonesia kedepan, karena tidak lagi mengindahkan nilai-nilai
agama dan moral.
Oleh sebab itu, pemerintah selaku pihak yang diberi kepercayaan oleh
rakyat untuk mengurusi rakyat harus jeli melihat permasalahan ini dan
memecahkannya. Karena aturan yang berkenaan dengan lesbi ini belum
lengkap, yang ada hanya aturan mengenai pelampiasan seksual terhadap anak
dibawah umur yang berjenis kelamin sama. Aturan tersebut ada dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 292 yang menyatakan “orang yang
cukup umur, yang melakukan perbuatan cabul dengan orang lain sama
kelamin, yang diketahui atau sepatutnya harus diduga, bahwa belum cukup
umur, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun.”93
Dari pasal tersebut dapat dipahami bahwa pasal tersebut memang
menampung masalah penyimpangan seksual yang sejenis (gay dan lesbi), tapi
tidak menghukum pelaku jika pelaku melakukannya dengan orang yang sudah
cukup umur atau dewasa. Sedangkan dalam Undang-undang No.1 Tahun
1974 Tentang Perkawinan dan juga dalam Kompilasi Hukum Islam aturan
mengenai lesbi ini tidak terdapat sama sekali.
93 Lihat Kitab Undang-undang Hukum Pidana Pasal 292.
46
BAB IV
ANALISA TERHADAP PUTUSAN PA JAKTIM
A. Profil Pengadilan Agama Jakarta Timur
1. Sejarah Berdirinya Pengadilan Agama Jakarta Timur
Secara khusus lahirnya Pengadilan Agama Jakarta Timur kelas IA
Jakarta Timur adalah dibidani oleh Menteri Agama RI sebagaimana tersebut
dalam keputusan Menteri Agama RI Nomor 67 Tahun 1963 jo Nomor 4 Tahun
1967.94
Melalui Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Nomor Ib.3/I/I/1966 tanggal 12 Agustus 1966, maka pada tanggal 18 Februari
1967 diresmikanlah sebutan maupun operasional Pengadilan Agama di 5
(lima) wilayah Daerah Khusus Ibukota, terutama Pengadilan Agama Jakarta
Timur menjadi sebagai berikut:
a. Pengadilan Agama Jakarta Pusat
b. Pengadilan Agama Jakarta Utara
c. Pengadilan Agama Jakarta Barat
d. Pengadilan Agama Jakarta Selatan, dan
94 Arsip Pengadikan Agama Jakarta Timur, Sejarah Pengadilan Agama Jakarta Timur, diambil tanggal 18 Mei 2011.
47
e. Pengadilan Agama Jakarta Timur.
Wilayah kekuasaan hukum (yuridiksi) Pengadilan Agama Jakarta
Timur adalah wilayah daerah Kotamadya Jakarta Timur yang terdiri dari 10
(sepuluh) kecamatan dan 65 kelurahan. Adapun batas-batas wilayahnya
adalah:
a. Sebelah utara dengan: Kodya Jakarta Utara dan Kodya Jakarta Pusat
b. Sebelah barat dengan: Kodya Jakarta Selatan
c. Sebelah selatan dengan: Kabupaten Bogor/Kodya Depok
d. Sebelah timur dengan: Kabupaten Bekasi/Kota Bekasi.95
2. Wilayah Pengadilan Agama
Luas wilayah: 18.877.77 Ha. Jumlah penduduknya 3.050.713 jiwa
(besumber data BAPEKO TAHUN 2003). Jumlah penduduk yang beragama
Islam 2.569.390 jiwa (bersumber data Depag. tahun 2003). Kodya Jakarta Timur
adalah wilayah yuridiksi Pengadilan Agama Jakarta Timur, adapun 10 wilayah
kecamatan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Kecamatan Matraman, terdiri dari 6 (enam) kelurahan dengan
jumlah penduduknya sebanyak 153.484 jiwa, yaitu: Kelurahan Kebon
Manggis, Kelurahan Palmeriam, Kelurahan Pisangan Baru, Kelurahan Kayu
Manis, Kelurahan Utan Kayu Utara, Kelurahan Utan Kayu Utara dan
Kelurahan Utan Kayu Selatan.
95 Ibid, h. 5
48
b. Kecamatan Jatinegara, teridri dari 8 (delapan) Kelurahan dengan
jumlah penduduknya sebanyak 250.186 jiwa, yaitu: Kelurahan Bali Mester,
Kelurahan Bidaracina, Kelurahan Cipinang Besar Selatan, Kelurahan
Cipinang Besar Utara, Kelurahan Cipinang Muara, Kelurahan Rawa Bunga
dan Kelurahan Kampung Melayu Kecil.
c. Kecamatan Pasar Rebo, terdiri dari 5 (lima) kelurahan dengan
jumlah penduduknya sebanyak 240.074 jiwa, yaitu: Kelurahan Baru,
Kelurahan Cijantung, Kelurahan Gedong, Kelurahan Kalisari dan Kelurahan
Pekayon.
d. Kecamatan Kramat Jati, terdiri dari 7 (tujuh) kelurahan dengan
jumlah penduduknya sebanyak 175.883 jiwa, yaitu: Kelurahan Balekambang,
Kelurahan Batu Ampar, Kelurahan Cawang, Kelurahan Cililitan, Kelurahan
Dukuh, Kelurahan Kampung Tengah dan Kelurahan Kramat Jati
e. Kecamatan Pulogadung terdiri dari 7 (tujuh) kelurahan dengan
jumlah penduduk sebanyak 250.878 jiwa, yaitu: Kelurahan Cipinang,
Kelurahan Jati, Kelurahan Jatinegara Kaum, Kelurahan Kayu Putih,
Kelurahan Pisangan Timur, Kelurahan Pulogadung dan Kelurahan
Rawamangun.
f. Kecamatan Cakung terdiri dari 7 (tujuh) kelurahan dengan jumlah
penduduknya sebanyak 251.184 jiwa, yaitu: Kelurahan Cakung Barat,
Kelurahan Cakung Timur, Kelurahan Jatinegara, Kelurahan Penggilingan,
49
Kelurahan Pulogebang, Kelurahan Rawa Terate dan Kelurahan Ujung
Menteng.
g. Kecamatan Ciracas, terdiri dari 5 (lima) kelurahan dengan jumlah
penduduknya sebanyak 160.679 jiwa, yaitu: Kelurahan Cibubur, Kelurahan
Ciracas, Kelurahan Kelapa Dua Wetan, Kelurahan Rambutan dan Kelurahan
Susukan.
h. Kelurahan Cipayung terdiri dari 8 (delapan) kelurahan dengan
jumlah penduduknya sebanyak 171.883 jiwa, yaitu: Kelurahan Ceger,
Kelurahan Cilangkap, Kelurahan Cipayung, Kelurahan Lubang Buaya,
Kelurahan Munjul, Kelurahan Pondok Rangon dan Kelurahan Setu.
i. Kecamatan Makasar terdiri dari 5 (lima) kelurahan dengan jumlah
penduduk sebanyak 193.085 jiwa, yaitu: Kelurahan Cipinang Melayu,
Kelurahan Halim, Kelurahan Kebon Pala, Kelurahan Pinang Ranti dan
Kelurahan Makasar.
j. Kecamatan Duren Sawit terdiri dari 7 (tujuh) kelurahan dengan
jumlah penduduknya 203.280 jiwa: Kelurahan Duren Sawit, Kelurahan
Malaka Jaya, Kelurahan Pondok Kopi, Kelurahan Pondok Bambu dan
Kelurahan Klender.96
3. Strukur Organisasi Pengadilan Agama Jakarta Timur
96 Ibid, h. 5-7
50
4. Kedudukan Pengadilan Agama Jakarta Timur
Pengadulan agama jakarta timur berkedudukan di Kelapa dua wetan
alamat jalan raya PKP No. 24 Kelurahan Kelapa Dua Wetan kcamatan Ciracas
Kotamadya Jakarta Timur telp (021) 87717548 Faks (021) 87717549 Kode Pos
13730. Geding Pengadilan Agama Jaarta Timur dibangun diatas tanah negar milik
Pengadilan Agama Jakarta dengan luas tanah 2.760m2, luas bangunan 1400m2
terdiri dari 3 lantai yang dibangun tahun 2003 dengan dana APBD Pemda DKI.
Peta lokasi Pengadilan Agama Jakarta Timur.97
97Ibid, h. 10
51
B. Kronologis Kasus Perceraian
Pada kali ini penulis menjelaskan kronologis kasus perceraian atau duduk
perkara perceraian dengan nomor perkara 207/Pdt.G/2009/PAJT. Pada nomor
perkara ini kasus perceraian tersebut termasuk dalam kategori cerai talak, karena
permohonan cerai ini datang dari inisiatif pihak suami.
Yang mana pihak yang mengajukan perceraian atau disebut Pemohon
adalah Juredi bin Hamid Mustofa, umur 37 Tahun, agama Islam, pendidikan
SMA, pekerjaan Pedagang, tempat tinggal Kp. Melayu Barat Rt. 01/06,
Kelurahan Bukit Duri No. 36 Kecamatan Tebet Kota Jakarta Selatan. Dan pihak
Termohon adalah Juhaini binti Johari, umur 35 tahun, agama Islam, pendidikan
SLTP, pekerjaan Ibu rumah tangga, tempat tinggal di Jl. Kp. Pulo Rt. 012/02,
Kelurahan Kp. Melayu, Kecamatan Jatinegara kota Jakarta Timur.
52
Mereka telah menikah pada tanggal 6 Februari 1998 di hadapan pejabat
PPN KUA Kecamatan Purwokerto. Setelah menikah mereka hidup rukun dan
telah berhubungan badan layaknya suami istri dan keduanya bertempat tinggal di
Kp. Melayu selama 4,5 tahun dan telah dikaruniai seorang anak bernama Eko
SatriaP. Yang lahir pada tanggal 6 Juni 1999.
Mulai tahun 2002 kehidupan keluarga mereka mulai goyah dan terjadi
perselisihan dan pertengkaran secara terus menerus dan sulit untuk diatasi. Dan
perselisihan serta pertengkaran mereka menjadi semakin tajam dan memuncak
pada tahun yang sama pula. Adapaun sebab-sebab terjadinya perseisihan dan
pertengkaran tersebut karena:
1. Termohon tidak taat kepada Pemohon.
2. Termohon sering pergi meninggalkan Pemohon hingga 1,5 bulan baru
pulang tanpa alasan yang jelas.
3. Termohon ada hubungan khusus dengan wanita lain (lesbian) dan
Termohon juga ada hubungan khusus dengan beberapa pria lain.
4. Termohon lebih mementingkan diri sendiri daripada kepentingan
Pemohon dan anaknya.
Akibat perselisihan dan pertengkaran tersebut, akhirnya mereka telah
berpisah tempat tinggal/berpisah ranjang karena Termohon telah pergi
meninggalkan kediaman bersama. Sejak berpisah selama 6 tahun, maka hak dan
kewajiban mereka sebagai suami istri tidak lagi terlaksana sebagaimana mestinya
53
karena sejak itu Pemohon tidak lagi melaksanankan kewajibannya sebagai suami
terhadap Termohon. Walaupun Pemohon telah berupaya mengatasi masalah
tersebut dengan jalan bermusyawrah atau berbicara dengan Termohon secara
baik-baik tetapi tidak berhasil.
Berdasarkan sebab-sebab tersebut diatas, maka Pemohon merasarumah
tangga anatar mereka tidak bisa dipertahankan lagi, karena perselisihan dan
pertengkaran secara terus menerus yang berkepanjangan dan sulit diatasi dan
tidak dapat diharapakan lagi maka Pemohon berkesimpulan lebih baik bercerai
dengan Termohon. Kemudian, dengan alasan-alasan tersebut di muka, Pemohon
memohon kepada Ketua Pengadilan Agama Jakarta Timur untuk menjatuhkan
putusan yang amarnya sebagai berikut:
1. Mengabulkan permohonan Pemohon seluruhnya.
2. Menetapkan memberi izin kepada Pemohon Juredi bin Hamid Mustofa
untukmenjatuhkan talak satu raj’i terhadap Termohon Juhaini binti Johari.
3. Menetapkan biaya perkara ini sesuai dengan peraturan perundangan
yang berlaku.
Atau apabila Pengadilan memutuskan lain, mohon putusan yang seadil-
adilnya.
C. Opini Terhadap Putusan
1. Pertimbangan Hukum Majelis Hakim
54
Pihak Pemohon dan Termohon telah dipanggil secara resmi dan patut
pada waktu dan hari yang telah ditentukan untuk pemeriksaan perkara
tersebut, pihak Pemohon hadir sendiri di persidangan namun pihak Termohon
tidak hadir dalam persidangan. Majelis hakim telah berusaha menasehati
kepada pihak berperkara untuk bersabar menunggu dan berdamai dengan
Termohon namun tidak berhasil karena Pemohon tetap kepada pendiriannya.
Selanjutnya Pemohon membacakan permohonannya yang isinya tetap
ia pertahankan yaitu ingin bercerai dengan istrinya. Namun Termohon tidak
datang menghadap atau menyuruh orang lain menghadap sebagai kuasanya,
meskipun menurut surat panggilan dari Juru Sita Nomor
207/Pdt.G/2009/PAJT, tanggal 2 Maret 2009 dan tanggal 3 April 2009 yang
dibacakan dipersidangan telah dipanggil dengan patut sedangkan tidak
ternyata, bahwa tidak datangnya itu disebabkan sesuatu halangan yang sah.
Selanjutnya, Pemohon mengajukan alat-alat bukti surat dalam bentuk
asli maupun dalam bentuk fotokopi bermaterai berupa buku kutipan akta
nikah Nomor 79/DN/VII/2008 tanggal 1 Juli 2008 yang dikeluarkan oleh
KUA Kkecamatan Purwokerto Selatan, Purwokerto (Bukti P.1).
Selain bukti surat, Pemohon juga mengajukan saksi-saksi yang
memeberi keterangan dibawah sumpah masing-masing sebagai berikut:
55
a. M. Isnaini bin Hamid Mustofa, umur 30 tahun, agama Islam,
pekerjaan karyawan swasta, bertempattinggal di Jl. Kp. Melayu Barat No.
36 Rt. 01/06 Kelurahan Bukit Duri, kecamatan Tebet, Jakarta Selatan.
1) Menyatakan kenal dengan Pemohon dan Termohon serta ada
hubungan family dengan Pemohon sebagai adik Pemohon.
2) Bahwa kehidupan rumah tangga Pemohon dan Termohon sebagai
berikut:
a) Bahwa antara Pemohon dan Termohon sebagai suami istri
dan telah dikaruniai anak 1 orang.
b) Bahwa antara Pemohon dan Termohon sering terjadi
cekcok rumah tangga dikarenakan Termohon sering pergi-pergian
yang tidak jelas.
c) Bahwa antara Pemohon dan Termohon sudah pisah rumah
tangga selama 5 tahun.
b. Muhaji bin M. Yunus, umur 43 tahun, agama Islam, pekerjaan
karyawan swasta, bertempat tinggal di Kp. Pulo Rt. 015/02, kelurahan Kp.
Melayu, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur.
1) Menyatakan kenal dengan Pemohon dan Termohon seta tidak ada
hubungan family dengan Pemohon sebagai teman.
2) Bahwa kehidupan rumah tangga anatar Pemohon dan Termohon
sebagai berikut:
56
a) Bahwa antara Pemohon dan Termohon adalah sebagai
suami istri dan telah dikaruniai 1 orang anak.
b) Bahwa antara pemoho dan Termohon sering terjadi cekcok
rumah tangga karena Termohon sering perrgi-pergi minmal 1 bulan
tanpa alasan yang jelas.
c) Bahwa antara Pemohon dan Termohon telah pisah rumah
tangga selama 5 tahun.
Pemohon telah menyampaikan kesimpulannya yang intinya tetap bercerai,
karena kehidupan rumah tangga sudah tidak dapat diperbaiki dan tetap pada
permohonannya. Dan telah terjadi hal-hal sebagaimana terurai dalam berita acara
persidangan dalam perkara ini yang merupakan satu kesatuan yang tidak
dipisahkan-pisahkan dari perkara ini dan diangap termuat dalam putusan ini.
Pemohon menyatakan tidak mengajukan suatu tanggapan apapun dan
memohon agar Pengadilan Agama menjatuhkan putusannya.
Mengenai maksud dan tujuan permohonan Pemohon adalah sebagaimana
tersebut diatas.
Berdasarkan posita dan petitum permohonan Pemohon telah dengan jelas
menunjukan tentang adanya sengketa dalam kehidupan rumah tangga antara
Pemohon dan Termohon sebagaimana dalam permohonan dan keterangan para
saksi di persidangan.
57
Berdasarkan pengakuan Termohon tentang kediaman sebagaimana relaas
panggilan pertama atas nama Termohon, ternyata sah dan patut, maka harus
dinyatakan terbukti bahwa Termohon berdomisili diwilayah hukum/yurisdiksi
Pengadilan Agama Jakarta Timur, makaoleh karenanya berdasarkan Pasal 49 ayat
(1) huruf (a) dan Pasal 66 ayat (2) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang
,Pengadilan Agama di Jakarta Timur berwenang memeriksa dan menyelesaikan
permohonan Pemohon.
Pemohon benar telah terikat dalam pernikahan dengan Termohon yang sah
dan juga terkikat dengan taklik talak yang di buktikan dalam surat bukti kutipan
Akta Nikah Nomor 79/DN/VII/2008 tanggal 1 Juli 2008.
Majelis hakim menyatakan bahwa benar telah terbukti Pemohon dan
Termohon telah pernah hidup bersama selayaknya suami istri yang baik dalam
keadaan rukun dan telah dikarunai 1 orang anak, bernama Eko Satrio P. lahir
tanggal 6 Juni 1999.
Asas dan tujuan dari pernikahan sesuai denga kehendak ayat 21 surat Ar-
Rum dan ayat 34 surat An-Nisa, antara lain adalah untuk mewujudkan adanya
sakinah mawaddah dan rahmah dalam kehidupan berumah tangga suami istri,aka
tetapi bilamana hal tersebut sudah tidak mungkin diwujudkan, maka dapat
dibenarkan salah satu pihak mengajukan perceraian dan hal ini sesuai dengan
kehendak Pasal 34 ayat (3) Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 Pasal 77 ayat
(5) Kompilasi Hukum Islam.
58
Bahwa dalil-dalil Pemohon tentang terjadinya perselisihan/pertengkaran
dalam kehidupan rumah tangga dikarenakan Termohon tidak taat kepada
Pemohon, Termohon sering pergi meninggalkan Pemohon hingga 1,5 bulan baru
pulang tanpa alasan yang jelas, Termohon telah pergi meninggalkan Pemohon
kurang lebih 5 tahun.
Termohon meskipun telah dipanggil secara patut tidak datang menghadap
dan pula tidak ternyata, bahwa datangnya itu disebabkan oleh suatu halangan
yang sah, serta gugat tersebut tidak melawan hukum dan beralasan, Termohon
yang dipanggil dengan patut akan tetapi tidak datang menghadap harus
dinyatakan tidak hadir/dan gugatan tersebut harus dikabulkan dengan verstek.
Berdasarkan saksi Pemohon masing-masing bernama Munan bin M.Yunus
dan M. Isnaini bin Hamid Mustofa yang menyatakan bahwa antara Pemohon dan
Termohon sudah pisah rumah tangga selama 5 tahun meninggalakan Pemohon.
Bahwa dalil-dalil Pemohon yang dibuktikan akan kebenarannya dengan
pengakuan langsung tersebut dan diperkuat dengan keterangan para saksi dan
keluarga, majelis dapat menarik suatu kesimpulan, bahwa antara Pemohon dan
Termohon dalam kehidupan rumah tangganya telah terbukti terjadinya
perselisihan/pertengkaran yang terus menerus yang sulit untuk dirukunkan lagi.
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas permohonan Pemohon telah terbukti
memenuhi ketentuan pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun
1975 jo pasal116 huruf (f) Kompilasi Hukum Islam.
59
Majelis telah dapat menarik kesimpulan sebagaimana tersebut diatas dan
yang menjadi penyebab terjadinya perselisihan dan pertengkaran telah cukup jelas
maka majelis berpendapat bahwa permohonan Pemohon telah terbukti dan dapat
memenuhi ketentuan Pasal 22 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun
1975 jo Pasal 134 Kompilasi Hukum Islam.
Berdasarkan hasil pemeriksaan sebagaimana tersebut diatas, yang telah
membuktikan akibat tindakan perbuatan Termohon menimbulkan perselisihan dan
pertengkaran secara terus menerus dan terbukti pula Termohon telah melanggar
ketentuan pasal 33, 34 ayat (1) Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 dan oleh
karenanya permohonan Pemohon dapat dipertimbangkan.
Menimbang bahwa dengan jelasnya masalah pokok permohonan Pemohon
serta ditemukan dasar hukum tentang permohonan tersebut majelis hakim telah
memberikan pokok pikiran kepada pihak Pemohon untuk mengurungkan niatnya
bercerai, namun ternyata Pemohon tetap kepada pendiriannya karena sudah tidak
sanggup lagi untuk membina rumah tangga dengan Termohon, dengan demikian
majelis berpendapat bahwa antara Pemohon dan Termohon telah terbukti terjadi
perselisihan dan percekcokan yang sulit untuk dibina lebih lanjut oleh karena itu
majelis hakim menilai Termohon telah terbukti melanggar ketentuan yang diatur
dalam pasal 33 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 jo Pasal 116 huruf (f) dan (g)
Kompilasi Hukum Islam. Juga berdasarkan surat al-Baqarah ayat 227.
)227:2 البقارة/(
60
Artinya: “Dan jika mereka ber'azam (bertetap hati untuk) talak, Maka
Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.”(QS. Al-
Baqarah: 227)
Dan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas, permohonan
Pemohon dapat dikabulkan. Berdasarkan Pasal 89 ayat (1) Undang-undang No.7
Tahun 1989 jo Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Peradilan Agama
biaya perkara dalam bidang perkawinan dibebankan kepada Pemohon.
2. Analisa Penulis
Dalam perkara cerai talak ini, Pemohon adalah Juredi bin Hamid Mustofa
yang memohon kepada Pengadilan Agama Jakarta Timur untuk menceraikan
isterinya Juhaini binti Johari atau Termohon pada tanggal 2 Februari 2009 dengan
salah satu alasannya yaitu istri Pemohon memiliki hubungan dengan wanita lain
(lesbi).
Majelis hakim Pengadilan Agama Jakarta Timur sudah berhak untuk
memeriksa dan menyelesaikan perkara ini, karena sudah sesuai dengan Pasal 49
ayat (1) huruf (a) dan Pasal 66 ayat (2) Undang-undang No. 7 Tahun 1989
Tentang Peradilan Agama.98
Dalam proses pemeriksaan perkara ini hakim mengingatkan Pemohon
untuk mengurungkan niatnya untuk bercerai, tapi Pemohon tetap pada
pendiriannya. Hal ini sudah sesuai dengan Pasal 39 ayat (1) Undang-undang
98Lihat UU No.7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama Pasal 49 ayat (1) huruf (a) dan Pasal 66 ayat (2)
61
Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan jo. Pasal 65 Undang-undang Nomor 7
Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama dan Pasal 31 ayat (1) Peraturan Pemerintah
Nomor 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974
Tentang Perkawinan jo Pasal 143 Kompilasi Hukum Islam.
Dalam pembuktian Pemohon mengajukan bukti berupa surat bukti kutipan
Akta Nikah Nomor 79/DN/VII/2008 tanggal1 Juli 2008, serta mengajukan dua
orang saksi benama Munan bin M.Yunus dan M. Isnaini bin Hamid Mustofa,
namun hakim dalam putusannya hanya menyatakan saksi mengatakan bahwa
Pemohon dan Termohon telah pisah rumah tangga selama 5 tahun meninggalkan
Pemohon, tanpa menyertakan hal-hal lain dikatakan oleh saksi padahal isinya
sama yaitu sebagai berikut:
- Bahwa antara Pemohon dan Termohon sering terjadi cekcok rumah tangga
dikarenakan Termohon sering pergi-pergian yang tidak jelas.
- Bahwa antara Pemohon dan Termohon sudah pisah rumah tangga selama 5
tahun.
Dalam memeriksa saksi, hakim mencoba menanyakan kepada para saksi
tentang Termohon apa benar lesbi atau tidak. Namun, saksi-saksi yang diajukan
oleh Pemohon tidak mengetahui apa benar Termohon tersebut memilki hubungan
dengan wanita lain (lesbi) atau tidak. Hakim pun mengalami kesulitan untuk
memeriksa alasan perceraian yang satu ini karena Termohon tidak mengahadiri
62
persidangan. Dalam wawancara dengan hakim perkara ini, beliau menyatakan jika
Termohon hadir maka hubungannyapun bisa diketahui dengan jelas.99
Alat bukti yang diajukan oleh Pemohon sudah sesuai dengan Pasal 165
HIR, sedangkan untuk bukti saksi juga sudah sesuai dengan Pasal 22 ayat (2)
Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-undang
Nomor 1 Tahun 1974.100
Dalam memutus perkara ini majelis hakim berpendapat bahwa
dikabulkannya permohonan Pemohon telah terbukti, karena memenuhi ketentuan
Pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 jo Pasal 116 huruf
(f) Kompilasi Hukum Islam. Juga karena telah melanggar ketentuan pasal 33, 34
ayat (1) Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Hemat penulis
harusnya majelis hakim bisa memasukkan Pasal 19 huruf (b) Peraturan
Pemerintah No. 9 tahun 1975 jo Pasal 116 huruf (b) Kompilasi Hukum Islam
yang menyatakan, ”salah satu pihak mninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahun
berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain
diluar kemampuannya” dan juga karena telah melanggar ketentuan Pasal 83
Kompilasi Hukum Islam yang menyatakan, “kewajiban utama bagi seoarang
isteri ialah berbakti lahir dan batin kepada suami di dalam yang dibenarkan oleh
hukum Islam. Dan isteri menyelenggarakan dan mengatur keperluan rumah
99Ahmad Busyro, Hakim Pengadilan Agama Jakarta Timur, Wawancara Pribadi, tanggal 10 Mei 2011
100 Lihat Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 22 ayat (2)
63
tangga sehari-hari dengan sebaik-baiknya”, untuk lebih menguatkan lagi dalil-
dalil hukumnya.101
Karena lesbi ini belum bisa dibuktikan dan dikarenakan alat buktinya
belum cukup, akhirnya majelis hakim dalam memutuskan perkara ini
mengalihkan kepada permasalahan yang lain yang diangkat oleh Pemohon. Tapi
apabila Pemohon bisa membuktikan tentang lesbi tersebut maka alasan tersebut
bisa dipertimbangkan.102
Hemat penulis, jika lesbi ini mampu dibuktikan kebenarannya, majelis
hakim bisa menggunakan permasalahan ini sebagai alasan perceraian. Dengan
membuktikan terlebih dahulu ada saksi yang melihat secara langsung hubungan
ini atau tidak. Dalam wawancara, hakim juga menyatakan, dalam hal pembuktian
lesbi ini, pembuktian ini dilakukan sama seperti dalam teori pembuktian zina
apakah ada saksi melihat secara jelas tentang lesbi ini atau tidak.103 Dan saksi-
saksi yang diajukan oleh Pemohon tersebut adalah para saksi yang melihat secara
jelas proses tersebut.
Tapi bila berhasil dibuktikan hubungan ini, akan sulit menetapkan lesbi ini
sebagai alasan perceraian yang utama karena didalam Undang-undang No. 1
Tahun 1974 Tentang Perkawinan, Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975
101Lihat Pasal 19 huruf (b) Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 1975 jo Pasal 116 huruf (b) Kompilasi Hukum Islam dan juga Pasal 84 Kompilasi Hukum Islam.
102 Ahmad Busyro, wawancara pribadi
103 Ibid
64
Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan,
maupun Kompilasi Hukum Islam tidak ditemukan pasal yang berkenaan dengan
masalah lesbi ini, tapi bila menganggap lesbi ini sama seperti zina, sama seperti
sebagian ulama, majelis hakim bisa menggunakan Pasal 19 huruf (a) Peraturan
Pemerintah No. 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1974 Tentang Perkawinan jo Pasal 116 huruf (a) Kompilasi Hukum Islam.
Dikarenakan tidak cukupnya bukti tersebut, maka hakimpun
menggunakan alasan lain untuk menyelesaikan perkara ini yaitu dengan
menggunakan ketentuan Pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun
1975 jo Pasal 116 huruf (f) Kompilasi Hukum Islam. Juga karena telah melanggar
ketentuan Pasal 33, 34 ayat (1) Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Tentang
Perkawinan. Walau akhirnya menggunakan alasan lain untuk menyelesaikan
perkara ini, penulis tidak merasa sanksi akan keputusan yang diberikan oleh
majelis hakim karena bila melihat alasan lain alasan-alasan tersebut cukup kuat
untuk dijadikan alasan perceraian yang menitikberatkan perkara ini dikarenakan
perselisihan dan percekcokan dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan adalah jawaban masalah berdasarkan data yang diperoleh dari
masalah yang diteliti dan harus menampakkan konsistensi kaitan antara rumusan
65
masalah dan tujuan penelitian. Dan berdasarkan penjelasan-penjelasan yang sudah
penulis paparkan sebelumnya, maka penulis menarik kesimpulan bahwa:
1. Bila menganggap lesbi ini sebagai alasan utama terjadinya perceraian
maka akan sulit sekali, karena dalam Undang-Undang No.1 Tahun 1974
Tentang Perkawinan, PP No. 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-
Undang No.1 Tahun 1974, maupun Kompilasi Hukum Islam (KHI) tidak ada
pasal yang berkenaan dengan lesbi. Bila dilihat dari segi kasus yang penulis
angkat mengenai lesbi maka hal inipun masih belum bisa dikatakan sebagai
alasan perceraian karena alat bukti yang diajukan tidak ada yang menyatakan
dengan pasti dan jelas bahwa termohon itu adalah lesbi.
2. Lesbi dalam pandangan hukum Islam adalah perbuatan yang dilarang,
sama halnya seperti pelarangan homoseksual atau gay yang berdasarkan pada
al-Quran surat An-Naml ayat 54-56 yang menceritakan kisah kaum Nabi Luth
a.s yang melakukan perbuatan homoseksual. Ayat tersebut menunjukan
kecaman terhadap perbuatan kaum Nabi Luth a.s yang melepaskan hasrat
seksualnya tidak pada pasangan yang seharusnya tapi pada sejenisnya atau
yang memiliki jenis kelamin sama dengannya.
Disamping itu, larangan dan ancaman tehadap perbuatan ini juga terdapat
dalam hadits-hadits Nabi Muhammad SAW seperti yang diriwayatkan oleh
lima ahli hadits kecuali Nasa’I bahwa bagi yang melakukan perbuatan seperti
yang dilakukan kaum nabi Luth maka bunuhlah orang tersebut atau HR.
66
Ahmad, Muslim, Abu Daud dan Turmudzi mengenai pelarangan hubungan
dengan sesama jenis. Sehingga lesbi menurut hukum Islam mutlak haram.
Dan para ulama telah sepakat mengharamkan perilaku ini.
Sedangkan lesbi menurut hukum positif sebenarnya tidak dijelaskan baik
dalam Undang-Undang No.1 Tahun 1974, PP No. 9 Tahun 1975, maupun
Kompilasi Hukum Islam (KHI) memang tidak ada pasal yang berkenaan
dengan lesbi. Akan tetapi lesbi sedikit dibahas pada aturan dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 292 yang menyatakan “orang yang
cukup umur, yang melakukan perbuatan cabul dengan orang lain sama
kelamin, yang diketahui atau sepatutnya harus diduga, bahwa belum cukup
umur, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun. ”Dari pasal
tersebut dapat dipahami bahwa pasal ini memang menampung masalah
penyimpangan seksual yang sejenis (gay dan lesbi), tapi tidak menghukum
pelaku jika pelaku melakukannya dengan orang yang sudah cukup umur atau
dewasa.
3. Dikarenakan alasan lesbi yang dikatakan oleh pemohon tidak memiliki cukup
bukti maka alasan perceraian tersebut dialihkan kepada Pasal 19 huruf
Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-
Undang No.1 Tahun 1974 jo. Pasal 116 huruf f Kompilasi Hukum Islam yang
berbunyi: “Antara suami dan istri terus menerus terjadi perselisihan dan
pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah
tangga.” Selain pasal itu juga alasan lesbi ini dialihkan kepada Pasal 33
67
Undang-Undang Perkawinan yang berbicara tentang “suami istri wajib saling
cinta mencintai, hormat menghormati, setia, dan memberi bantuan lahir batin
yang satu kepada yang lain. Dan Pasal 34 ayat 1 yang berbunyi: “suami wajib
melindungi istrinya dan memberikan segala sesuatu keperluan hidup berumah
tangga sesuai dengan kemampuannya”.
B. Saran
Dari penelitian ini, penulis memberikan beberapa saran, antara lain:
1. Bagi para orang tua, harus memulai pendidikan seks sejak dini, sehingga
penyimpangan seksual bisa dicegah sebelum terlambat. Dan jaga pola asuh
keluarga sejak kecil pula. Karena pembentukan kepribadian dimulai sejak
balita. Selain itu kepada MUI, ulama, da’i dan ustadz, harus lebih menjelaskan
tentang haramnya lesbi atau penyimpangan seksual yang lainnya, serta jangan
malu untuk membicarakan mengenai pendidikan seksual di pengajian-
pengajian dan juga memberikan penyuluhan mengenai ini sehingga perbuatan
yang dilarang oleh Allah seperti perbuatan kaum nabi Luth a.s tidak akan
terjadi lagi.
2. Bagi pasangan suami istri untuk lebih memahami lagi tentang hak dan
kewajibannya masing-masing dalam menjalani kehidupan rumah tangga,
sehingga mampu meminimalisasikan angka perceraian yang terjadi saat ini,
dan mampu mencapai tujuan dari pernikahan yaitu menjadikan keluarga yang
sakinah, mawaddah dan rahmah.
68
3. Bagi Majelis Hakim agar dapat lebih teliti dan bijaksana dalam menangani
perkara sehingga tidak ada pihak-pihak yang merasa dirugikan. Dan juga
mampu menekan angka perceraian.
4. Bagi pemerintah, diharapkan mampu membuat aturan yang lebih jelas lagi
agar dapat membantu para hakim dalam menyelesaikan perkara-perkara yang
masuk ke Pengadilan dan diharapkan pula mampu membuat aturan sebelum
suatu kasus atau peristiwa sudah terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Al-Karim
69
Abdul Aziz Bin Abdurrahman Al-Musnad, Syaikh. Perkawinan Dan Masalahnya. Penerjemah Musifin As’ad dan Salim Basyarahil. cet. II. Jakarta: Pustaka Al-kautsar, 1993.
Abi Husain Muslim bin Hajaj, Imam. Shahih Muslim, juz II. Beirut: Daar al-Fikr, 1993.
Al Husainy, Imam Taqiyuddin Abi Bakr ibn Muhammad. Kifayatul al-Akhyar, Beirut: Dar al Fikr, Jil. 2.
Ali Hasan, M. Pedoman Hidup Berumah Tangga Dalam Islam, Jakarta: Prenada Media, cet. 1. 2003.
Al Jaziri, Abdu Ar Rahman. Kitab al Fiqh ‘Ala Al Ma’zahib Al Arba’ah, Dar Al Fikr, Beirut, 1969.
Asmawi, Mohammad. Nikah Dalam Perbincangan Dan Perbedaan, Cet. I. Yogyakarta:Darussalam, 2004.
Asrori dan Anang Zamroni, Ma’ruf. Bimbingan Seks Islam, Surabaya: Pustaka Anda, 1997.
Ayyub, Syekh Hasan. Fikih Keluarga, Penerjemah Abdul Ghofar. cet. ke-5. Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2006.
Daly, Peunoh. Hukum Perkawinan Islam: Suatu Studi Perbandingan Dalam Kalangan Ahlus-Sunah Dan Negara-Negara Islam, cet. Ke-2. Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2005.
Dewan Redaksi Ensklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, cet. Ke-3, jilid 5. Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994.
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, cet. Ke-10. Bandung: CV. Penerbit Diponegoro, 2000.
Ensiklopedi Umum, Jakarta: Yayasan Kanisius.
F. Maramis, W. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, , cet. 8. Surabaya: Airlangga University Press, 2004.
Fahmi, Musthafa. Kesehatan Jiwa Dalam Keluarga, Sekolah Dan Masyarakat, , cet.1. Jakarta: Bulan Bintang, 1977.
70
Fahmi Daili dkk, Sjaiful. Infeksi Menular Seksual, Ed. Ke-4, cet. Ke-1. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2009.
Fausiah dan Julianti Widury, Fitri. Psikologi Abnormal Klinis Dewasa, Jakarta: UI
Press, 2005.
Fuad, A. Perceraian Menurut Hukum Islam, Jakarta: Pustaka al-Husna, 1994.
Hafidz Abi Daud Sulaiman ibn al-Asy’ats al-Sajastani al-Azdi, Imam. Sunan Abi Daud, Cet. 1. Beirut: Dar Ibn Hazm, 1998.
Hamidy, Muhammad. Perkawinan Dan Permasalahannya, (Surabaya: Bina Ilmu,1980
Ibn Isa al-Tirmidzi, Muhammad. Sunan al-Tirmidzi, juz IV. Beirut: Dar al-Turats al-Arabi, t.th.
Junaedi, Didi. 17+ Seks Menyimpang: Tinjauan dan solusi berdasarkan Al_quran
dan Psikologi, Jakarta: Sejuk, 2010.
Kartini kartono, Psikologi Abnormal dan Abnormalitas seksual, Bandung: Mandar Maju, 1989.
Kartono, Kartini. Patologi Sosial, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2005.
Khuzari, Ahmad. Nikah Sebagai Perikatan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995.
Kitab Undang-undang Hukum Pidana
Kompilasi Hukum Islam
Kountur, Ronny. Metode Penelitian untuk penulisan Skripsi dan Tesis, Seri Umum No. 12., Ed. Revisi,
Muhammad Abdullah bin Ahmad bin Mahmud bin Qudamah, Abi. Juz 10. Al-Mugni, Beirut: Daar Al-Kutub Al-‘Ilmiyah, t.th.
Muhammad al-Jamal, Ibrahim, Fiqih Wanita Islam, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1991
71
Muhammad Bin Shalih Al-Utsaimin, Syaikh. Shahih Fiqih Wanita Menurut Al-Quran Dan As-Sunnah. Penerjemah Faisal Saleh Dan Yusuf Hamdani. Cet ke-2, Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2009.
Mukti Arto, A. Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama, Cet. V.Jakarta:
Pustaka Pelajar, 2003.
Mulia, Musdah. Islam Dan Hak Asasi Manusia Konsep Dan Implementasi, cet.1. Yogyakarta: Naufan Pustaka, 2010.
Nakamura, Hisako. Perceraian Orang Jawa, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1991.
Nazar Bakri, Sidi. Kunci Keutuhan Rumah Tangga. Jakarta: CV.Pedoman Ilmu Jaya, 1993.
Nuruddin, Amiur dan Azhari Akmal Tarigan. Hukum Perdata Islam di Indonesia (Studi Kritis Perkembangan Hukum Islam Dari Fikih, UU no.1/74, sampai KHI), cet. 1. Jakarta: Kencana, 2004.
Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974
Prakoso dan I Ketut Murtika, Djoko. Asas-Asas Hukum Perkawinan di Indonesia. Cet. Ke-1. Jakarta: Bina Aksara, 1987.
Rosinta Nirmala Situmorang, Bernadet. Analisis Isi Berprespektif Feminis Dan
Pembongkaran Pemikiran Lesbianism Dalam Teks Naraktif Fiksi Bertema Lesbian. Tesis., Program Kajian Wanita Program Pascasarjana UI, 2001.
Qadir Djaelani, Abdul. Keluarga Sakinah. Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1995.
Rahman Ghazali, Abdul. Fiqh Munakahat. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008.
Rasjid, Sulaiman. Fiqh Islam, cet. Ke-31, Bandung: PT. Sinar Baru Algensindo, 1997.
S Nevid, dkk. Jeffrey. Psikologi Abnormal, jil 2. Edisi Kelima, Jakarta: Erlangga, 2003.
Sabiq, Sayyid. Fiqh As-Sunnah, Juz. 2. Beirut: Dar al-Fikr, t.th.
Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, cet. Ke-27. Jakarta: PT. Intermasa, 1995.
72
Supardi Sadarjoen, Sawitri. Bunga Rampai Kasus Gangguan Psikoseksual, cet. 1. Bandung: PT. Refika Aditama, 2005.
Syarifuddin, Amir. Garis-garis Besar Fiqh, cet. 1. Bogor: Kencana, 2003.
Syarifuddin, Amir. Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia Antara Fiqh Munakahat Dan Undang-Undang Perkawinan. cet. Ke-3. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009.
Taufiqurrohman, Pengaruh Wanita Karir Terhadap Perceraian, Skripsi S1, Fakultas Syariah Dan Hukum UIN syarif Hidayatullah Jakarta.
Thalib, Sayuti. Hukum Kekeluargaan Indonesia. Jakarta: UI-Press, 1986.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, cet. 1. Jakarta: Balai Pustaka, 1988.
Umar Sa’abah, Marzuki. Perilaku Seks Menyimpang Dan Seksualitas Kontemporer Umat Islam, T.tp, 2001.
Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
Wawancara pribadi dengan Achmad Busyro. Jakarta. 10 Mei 2011
Wawancara pribadi dengan Yunilia Juhana. Jakarta. 30 Mei 2011
Yosep, Iyus. Keperawatan Jiwa, Bandung: PT. Refika Aditama, 2007
Zuhaili, Wahbah. al- Fiqh al- Islam Wa Adillatuhu, Juz 7. Damaskus: Dar al-Fikr, 1989.
----------------------. Fiqih Imam Syafi’i, Penerjemah Muhammad Afifi dan Abdul Hafiz cet. I. Jakarta: Almahira, 2010.
Zurinal. Z dan Aminuddin, Fiqih Ibadah, cet. Ke-1. Jakarta: Lembaga penelitian UIN Syarif Hidayatullah, T.th.
HASIL WAWANCARA
Nama : Muhammad Faisal
73
Nama Hakim : Drs. H. Achmad Busyro, M.H
Tanggal : 10 Mei 2011
Alamat : Pengadilan Agama Jakarta Timur, Jl. PKP Raya No. 24
Ciracas Jakarta Timur
1. Bagaimana menurut Bapak terhadap perceraian yang
diajukan atas alasan lesbi?
Jawab: ini adalah putusan verstek karena pada kasus ini
Termohon tidak hadir, sehingga apa yang kita
terima itu yang dikabulkan. Apa yang tidak terbukti,
ya tidak bisa dikabulkan. Dalam putusan ini yang
diambil bukan masalah hubungannya karena itu
perlu bukti-bukti yang jelas untuk menunjukkan apa
benar ia lesbi atau tidak. Jadi lesbian ini tidak
terungkap karena Termohon tidak hadir, apabila
Termohon hadir maka hubungannya pun bisa
diketahui dengan jelas .
2. Menurut Bapak apakah lesbi ini dapat dikategorikan
sebagai alasan perceraian?
Jawab: pada kasus ini belum bisa, karena alat bukti yang
diajukan oleh Pemohon tidak cukup untuk
membuktikan bahwa Termohon itu lesbi.
3. Dalam hal pembuktian, bagaimana cara pembuktian kalau
istri ternyata lesbi?
Jawab: dalam hal pembuktian lesbi ini, pembuktian ini
dilakukan sama seperti dalam teori pembuktian zina
74
apakah ada saksi melihat secara jelas tentang lesbi
ini atau tidak.
4. Pertimbangan hukum apa yang Bapak ambil dalam
menyelesaian kasus perceraian ini?
Jawab: karena lesbi ini belum bisa dibuktikan dikarena alat
buktinya belum cukup. Oleh karena itu di alihkan
kepada permasalahan yang lain yang diangkat oleh
Pemohon. Tapi apabila Pemohon bisa membuktikan
tentang lesbi tersebut maka alasan tersebut bisa
dipertimbangkan.
5. Bagaimana pandangan hukum Islam terhadap lesbi?
Jawab: sama seperti kisah Nabi Luth yang dikutuk oleh
Allah karena memiliki hubungan antara laki-laki
dengan laki-laki dan perempuan dengan
perempuan.
6. Selama Bapak menjabat di PA Jaktim ini, apakah Bapak
pernah menangani kasus dengan alasan istri lesbi seperti
ini, selain kasus ini?
Jawab: kita kan tidak menghitung ya, karena kita hanya
menerima perkara dan menyelesaikannya.
Hakim
75
Drs. H. Achmad Busyro, M.H
Pewancara : Muhammad Faisal
Yang diwawancara : Dr. H. Syamsul Ma’arif, MA
Tempat wawancara : Jakarta Islamic Center, Jakarta Utara
Hari dan tanggal wawancara : Kamis, 12 Mei 2011
Hasil Wawancara dengan Majlis Ulama Indonesia
1. Bagaimana Lesbi Menurut Hukum Islam?
Jawab: Pada dasarnya dalam konsep ajaran agama, Allah menciptakan
manusia berpasang-pasangan, kalau kemudian jika diberikan suatu wadah
khusus yaitu melalui pernikahan. Pernikahan itu diatur dalam agama, seperti
yang kita ketahui bersama. Tapi kemudian hal ini akan sedikit berubah jika
ada berbagai pengaruh seperti perkembangan sekarang ini mulai dari
pengaruh sikap, kebudayaan ataupun yang lainnya. Sehingga muncul ada
orang yang kepengen melampiaskan syahwatnya itu dengan sesama jenisnya
seperti perempuan dengan perempuan, laki-laki dengan laki-laki. Oleh karena
itu dalam pandangan ulama hal ini tidak dibenarkan, bahkan jangankan lesbi
onani saja dilarang oleh agama. Kecuali Mazhab Hanafi yang mengatakan
76
bahwa onani itu diperbolehkan, jika dalam keadaan darurat. Darurat disini
dalam arti syahwatnya semakin tinggi dan ditakutkan terjadinya perbuatan
yang tidak diinginkan. Sehingga onani itu akan lebih baik dilakukan jika
dalam kondisi seperti itu. Nah… onani saja yang tidak berhubungan dengan
siapa-siapa itu dilarang, apalagi sekarang mengenai lesbi. Tapi sebenarnya
semua agama mengatakan lesbi maupun homo itu dilarang karena menyalahi
secara etika, menyalahi kodrat , dan menyalahi fitrah kemanusiaan. Hal ini
pernah menjadi rame ketika Bu Musdah mengeluarkan pendapat yang liberal
yaitu memberikan peluang tentang homo maupun lesbi. Homo dan lesbi ini
sudah berkembang di negara-negara liberal yang menganggap homo ataupun
lesbi itu diperbolehkan dan sudah mulai melegalkan pernikahan sesama jenis,
seperti yang terjadi di negara Belanda. Akan tetapi saya tegaskan kembali
bahwa semua agama pada dasarnya melarang perbuatan ini. Jadi bagi agama
Islam lesbi adalah perbuatan haram.
77
Pewancara : Muhammad Faisal
Yang diwawancara : Dra. Yunilia Juhana
Tempat wawancara : Taman Rempoa Indah, Jakarta Selatan
Hari dan tanggal wawancara : Senin, 30 Mei 2011
Hasil Wawancara dengan Psikolog RS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
1. Apa itu lesbi?
Jawab: penyimpangan perilaku dalam hubungan seksual, tentang konsep
dirinya (perempuan) tersebut.
2. Apakah lesbi dengan homoseksual itu sama?
Jawab: Sama, hanya berbeda istilah saja. Sebenarnya kedua hal tersebut
terjadi karena laki-laki atau perempuan tersebut tidak diperkenalkan tentang
seks jenis kelamin atau hubungan seks yang sehat itu seperti apa sehingga
kelima sistem bagian otak orang tersebut menjadi error, nah inilah cikal bakal
terjadinya lesbi atau homo. Oleh karena itu ia tidak tahu hubungan sex dengan
78
benar, sehingga orang tersebut harus di theraphy karena otaknya sudah tidak
berfungsi dengan baik.
3. Kenapa seseorang bisa menjadi lesbi?
Jawab: Itu terjadi karena hormon testoteron dalam diri perempuan tersebut
lebih dominan dibandingkan hormon estrogennya sehingga ada istilah “anak
perempuan tapi sikapnya kelaki-lakian”. Selain itu juga karena adanya
pengasuhan yang salah dari keluarganya sehingga tidak membentuk konsep
anak dengan benar dan ketika ada orang yang mengatakan ini salah
lingkungannya. Saya rasa itu tidak benar, karena jangan menyalahkan
lingkungan tapi salahkanlah orang tuanya dalam arti orang yang mendidik,
mengasuh anak tersebut. Selain itu juga, tidak ada pendidikan seks pada usia
dini sehingga dalam perkembangannya anak tidak pernah mengenal peran
jenis kelaminnya.
4. Kenapa faktor dalam diri bisa menyebabkan seseorang menjadi lesbi?
Jawab: Karena tidak ada kontrol internal (kontrol dari dalam), tidak adanya
disiplin, dan tidak tau mana yang benar dan mana yang salah sehingga bisa
menyebabkan seseorang menjadi lesbi.
5. Bagaimana cara menanggulanginya?
Jawab: dengan cara spiritual, selain itu juga harus mencari tahu sumber
masalahnya, karena pasti ada sumber masalah lain di dalamnya. Mungkin ada
sesuatu dimasa lalunya, sehingga emosi dan kematangannya terganggu. Oleh
79
karena itu perlu adanya penghargaan. Karena dengan dihargai orang akan
mendapatkan rasa aman dan dia akan hidup normal-normal saja.
6. Apa akibat dari lesbi?
Jawab: Saya rasa tidak ada masalah, jika ia mampu bersosialisasi dengan baik.
Akan tetapi jika itu terjadi, orang tersebut akan mudah terjangkit penyakit
kelamin apalagi perempuan itu lebih rentan dibanding laki-laki.