lichens (diktat)
DESCRIPTION
ijjsapoTRANSCRIPT
LICHENS (LUMUT KERAK)
A. PENDAHULUAN
Lichens atau “Lumut Kerak” (selanjutnya ditulis lichens) terlihat seperti organisme
tunggal dan menyerupai spesies lumut. Bentuk talusnya berupa lembaran tipis seperti kerak.
Karena penampakannya itu maka dinamakan lumut kerak , padahal lichens sebenarnya bukan
lumut.
Gambar 1. Warna-warni lichens
Lichens adalah suatu makhluk hidup yang terbentuk dari hasil asosiasi antara jamur
(fungi) dengan ganggang (alga). Asosiasi tersebut menghasilkan suatu wujud makhluk hidup
dengan ciri-ciri morfologi dan fisiologi yang spesifik sehingga para ahli biologi menyepakati
sebagai suatu golongan makhluk hidup tersendiri. Diameter talus lichens bervariasi, paling
kecil kurang dari 1 mm dan terbesar mencapai 2 meter.
Jamur yang menjadi bagian dari lichens disebut mikobion sedangkan ganggang yang
menjadi bagian dari lichens disebut pikobion. Kebanyakan pikobion adalah ganggang biru
(Cyanophyceae) antara lain Chroococcus dan Nostoc, kadang-kadang juga ganggang hijau
(Cholorophyceae) misalnya Cystococcus dan Trentopohlia. Sedangkan mikobion kebanyakan
berasal dari kelas Ascomycetes terutama bangsa Discomycetales dan sedikit dari bangsa
Pyrenomycetales. Selain itu beberapa mikobion tergolong kelas Basidiomycetes. Bentuk
morfologi talus lichens lebih banyak ditentukan oleh mikobion. Massa talus lichens lebih
banyak diisi oleh miselium.
Menurut sebagian besar ahli biologi, interaksi antara mikobion dan fikobion tergolong
simbiosis mutualisme. Miselium jamur yang rapat melindungi ganggang dari kekringan
Triastono I.P – Pengantar Lichens (Lumut Kerak)[Type text] 1
sedangkan ganggang memberikan sebagian makanan hasil fotosintesis untuk jamur.
Simbiosis mutualisme ini memungkingkan lichens dapat tumbuh di tempat ekstrim. Ada
sebagian ahli biologi yang berpendapat bahwa hubungan antara mikobion dan fikobion
adalah perbudakan (heloteisme). Yang paling butuh berasosiasi adalah mikobion.
Eksperimen menunjukkan bahwa jika pikobion dan mikobion diisolasi dari lichens, mikobion
sulit tumbuh sebaliknya pikobion dapat tumbuh normal.
Habitat lichens kosmopolit, tersebar mulai dataran rendah hingga ke dataran tinggi
bahkan di puncak gunung. Lichens adalah salah satu tumbuhan perintis dan satu-satunya
tumbuhan yang eksis di tempat ektrim (panas, dingin, kering). Pada umumnya lichens
tumbuh di permukaan tembok, batu, pelataran, daun, kulit batang/cabang tumbuhan.
Salah satu fosil tertua dari lichens ditemukan di wilayah selatan Cina. Bentuknya
seperti telur (coccoid) atau filamen halus. Fosil tersebut diperkirakan berumur 551 – 635 juta
tahun. Dengan demikian diduga evolusi terbentuknya lichens terjadi lebih dahulu dari pada
evolusi tumbuhan berpembuluh. Menurut para ahli biologi terbentuknya lichens dianggap
sebagai strategi dari jamur untuk memperoleh makanan (nutrisi).
B. KLASIFIKASI
Lichens dapat dikelompokkan berdasarkan aspek tertentu. Berdasarkan habitatnya,
lichens dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu
1. Saxicolous adalah lichens yang tumbuh di bebatuan daerah dingin
2. Corticolous: adalah lichens yang tumbuh epifit di batang/cabang tumbuhan di daerah
tropis dan sub tropis
3. Terricolos adalah lichens yang tumbuh di permukaan tanah
Berdasarkan mikobion, lichens dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu
1. Ascolichens bila mikobion dari kelas ascomycetes. Ascolichens dibedakan lagi menjadi
dua sub golongan berdasar struktur tubuh buah (askokarp):
a. Gymnocarpae: askokarp berupa apotesium
b. Pyrenocarpae: askokarp berupa peritesium
2. Basidiolichens bila mikobion dari kelas basidiomycetes. Basidiolichens memiliki 3
genus: Cora, Corella, Dictyonema
Berdasarkan bentuk/morfologi talusnya, kebanyakan ahli membagi lichens dalam 3
golongan, yaitu:
Triastono I.P – Pengantar Lichens (Lumut Kerak)[Type text] 2
1. Crustose: sebagian atau seluruh talus lichens ini menempel rapat pada substrat.
Permukaan talus ada yang halus dan ada yang bergranula. Warna talus lichens crustose
beranekaragam. Substrat berupa batu, tanah dan kulit pohon. Contoh: Graphis,
Lecanora, Lecidea, dan Haematomma
2. Foliose: talus berbentuk lembaran yang menempel pada substrat (tembok dan kulit
pohon) dengan perantaraan organ semacam rizoid yang disebut rhizinae. Organ ini
tumbuh dan berkembang pada permukaan bawah talus. Contoh: Physcia, Parmelia.
Tetapi tidak semua lichen foliose memiliki rhizinae, contoh Xanthoparmelia
semiviridis. Jika kondisi lembab talus berbentu lembaran yang menempel di tanah;
jika kondisi kering talus menggulung.
Physcia biziana (abu-abu)Xanthoria (orange)
Usnea speciosa Physcia albinia
Lecidea Ramalina leptocarpha.
Gambar 2. Beberapa contoh lichens crustose, foliose dan fruticose
Triastono I.P – Pengantar Lichens (Lumut Kerak)[Type text] 3
1. Fruticose: talus berbentuk silindris atau bentuk pita, bercabang. Talus menempel
pada substrat melalui bagian basal yang tersusun dari hifa yang memadat. Pada talus
fruticose tidak dikenal bagian permukaan atas dan permukaan bawah. Talus ada yang
tegak ke atas, contohnya Evernia, Cladonia. Dan ada talus yang
menjuntai/menggantun ke bawah (pendulous), contoh Usnea.
C. STRUKTUR DALAM TALUS LICHENS
Pengamatan dengan mikroskop terhadap irisan melintang talus lichens foliose
memperlihatkan struktur seperti pada Gambar 3. Dari atas ke bawah, struktur talus lichens
terdiri atas korteks atas (upper cortex), lapisan alga (alga layer), medulla dan korteks bawah
(lower cortex). Korteks atas tersusun dari miselium yang padat, mengandung materi seperti
gelatin. Korteks atas berfungsi melindungi lapisan alga yang ada di bawahnya agar tidak
mengalami kekeringan sehingga alga dapat melakukan fotosintesis tanpa ada kendala. Nama
lapisan alga diberikan karena pada lapisan tersebut banyak diisi oleh sel-sel atau filament
alga yang berfungsi melakukan fotosintesis. Bagian medulla tersusun dari miselium yang
agak kurang padat dibandingkan dengan bagian korteks. Medula juga menjadi tempat
menyimpan cadangan makanan produk fotosintesis. Tidak semua lichens memiliki koteks
bawah. Pada korteks bawah tumbuh rizina – organ untuk menempel pada substrat.
Terdapat dua pola distribusi sel-sel alga pada lapisan alga, yaitu homoiomerous dan
heteromerous. Pada heteromerous lapisan alga diisi oleh sel/filamen alga berseling dengan
hifa. Pada homoiomerous lapisan alga hanya diisi oleh sel/filamen alga (Gambar 4). Asosiasi
sel alga dan hifa pada pola homoiomerous ditunjukkan pada Gambar 5
Gambar 3. Irisan melintang talus lichens foliose
Triastono I.P – Pengantar Lichens (Lumut Kerak)[Type text] 4
Heteromerous Homoiomerous
Gambar 4. Pola distribusi alga pada lapisan alga
Gambar 5. Asosiasi sel alga dan hifa pada pola homoiomerous ditunjukkan
D. PERKEMBANGBIAKAN
Walaupun lichens dapat berkembangbiak secara seksual, reproduksi yang utama pada
lichens adalah secara aseksual (vegetatif). Reproduksi aseksual dilakukan melalui 3 cara,
yaitu fragmentasi, pembentukan soredia dan isidia. Fragmentasi terjadi bila ada gangguan
mekanis pada talus lichens sehingga talus terbagi menjadi beberapa fragmen. Masing-masing
fragmen menjadi individu lichens. Soredia dan isidia adalah unit sel alga yang diselubungi
hifa. Soredia dibentuk di dalam “ruangan” di bawah permukaan atas talus, sedangkan isidia
dibentuk di dalam suatu tonjolan pada permukaan atas talus (Gambar 6). Jika isidia dan
soredia terlepas dan jatuh di tempat yang sesuai (lembab) akan berkecambah membentuk
talus baru. Sel/filament alga pada isidia dan soredia berasal dari pembelahan mitosis sel alga,
atau hasil fragmentasi filament alga.
Triastono I.P – Pengantar Lichens (Lumut Kerak)[Type text] 5
Gambar 6 Isidia dan soredia
Perkembangbiakan seksual pada lichens hakikatnya adalah perkembangbiakan seksual
mikobion. Pada ascolichenes, reproduksi seksual dengan menghasilkan askospora yang
dibentuk di dalam askus. Askus terbentuk di dalam tubuh buah, baik berupa apotesium atau
peritesium. Oleh karena itu pada talus ascolichenes dapat ditemukan adanya apotesium atau
peritesium. Pada basidiolichens, reproduksi seksual dengan membentuk basidisopora yang
dibentuk di dalam tubuh buah (basidium). Askospora maupun basidiospora yang jatuh dan
disebarkan angin akan dapat membentuk lichens baru jika mampu berasosiasi dengan
sel/filament alga.
E. PERAN DAN MANFAAT
Lichens memiliki peran dan manfaat sebagai berikut:
1. Tumbuhan perintis. Zat asam yang disekresikan oleh lichens dalam jangka panjang dapat
melapukkan substrat batuan atau tembok. Pelapukan substrat yang dilakukan lichens
menyebabkan tumbuhan lain yang lebih tinggi (lumut) dapat tumbuh di tempat tersebut.
Tetapi pelapukan juga dapat berdampak negative jika substrat yang dilapukkan adalah
bangunan (gedung atau candi).
2. Makanan bagi siput, rayap dan binatang kecil lainnya, contoh Aspicilia calcarea,
Lecanora saxicola
3. Cladonia rangiferina, makanan bagi rusa kutub
4. Cretraria islandica, makanan domba, sapi dan manusia di Iceland
5. Parmelia perlata, santapan penduduk distrik Bellary – Madras - India
6. Sebagai obat untuk penyakit pada manusia, beberapa jenis lichens mengadung zat
bakterisida. Beberapa jenis lichens yang telah dimanfaatkan sebagai obat adalah Lobaria
pulmonaria (penyakit paru2), Xanthoria parietina (penyakit kuning), Peltigera canina
Triastono I.P – Pengantar Lichens (Lumut Kerak)[Type text] 6
(penyakit rabies), Parmelia saxatilis (penyakit ayan), Cladonia pyxidata (penyakit
batuk).
7. Bahan parfum, contoh Evernia prunastri
8. Bahan membuat pewarna yang bervariasi. Yang sekarang masih digunakan adalah
sebagai bahan warna kertas lakmus (Roccella, Parmelia, Evernia)
9. Bahan penyamak kulit
10. Jenis Usnea dasypoga dan Usnea miseminensis mengandung zat antikanker.
11. Sebagai indikator pencemaran udara karena sangat peka terhadap polutan udara,
khususnya sulfur dioksida dan bahan radio aktif
BAHAN BACAAN
Pandey, S.N, P.S Trivedi. 1977. A Textbook of Botany, Volume 1. New Delhi. Vikas Publishing House PVT LTD.
T.N.Taylor, H.Hass, W.Remy and H.Kerp. 1995. The oldest fossil lichen. Nature 378Vernon Ahmadjian. 1993. The lichen symbiosis. New York: John Wiley and Sons. 250 page
Triastono I.P – Pengantar Lichens (Lumut Kerak)[Type text] 7