limbah pabrik plywood

27
Pengolahan Limbah Industri Pengolahan Kayu Lapis (Plywood) Indonesia mempunyai potensi yang cukup besar untuk pengembangan industri.Sebagai contoh jenis industri yang mengunakan sumber daya kayu adalah industry kayu lapis.Penggunaan kayu untuk bahan bangunan, furniture, dekorasi dan pembuatan kertas sudah semakin tinggi.Mempunyai dampak positif dan dampak negatif bagi masyarakat. Dampak positif yaitu meningkatkan devisa negara dan kesejahteraan masyarakat meningkat, sedangkan dampak negatif yaitu menimbulkan limbah yang dapat mencemari lingkungan apabila tidak dikelola dengan baik. Pengertian kayu lapis itu sendiri menurut Kliwon (1994) adalah suatu bahan padat yang berbentuk papan yang terdiri dari susunan veneer kayu yang disusun secara bersilangan tegak lurus arah seratnya pada lembaran veneer berikutnya yang disatukan dengan perekat organik di bawah tekanan dan suhu yang tinggi. Produksi kayu lapis dipasaran internasional dianggap lebih menguntungkan daripada ekspor kayu Log karena harga jual yang lebh tinggi. Oleh karena itu semakin tingginya kebutuhan akan kayu lapis yan dipicu oleh aspek ekonomi

Upload: jenjenii

Post on 29-Dec-2015

105 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

limbah plywood

TRANSCRIPT

Page 1: Limbah Pabrik Plywood

Pengolahan Limbah Industri Pengolahan Kayu Lapis (Plywood)

Indonesia mempunyai potensi yang cukup besar untuk pengembangan

industri.Sebagai contoh jenis industri yang mengunakan sumber daya kayu adalah

industry kayu lapis.Penggunaan kayu untuk bahan bangunan, furniture, dekorasi dan

pembuatan kertas sudah semakin tinggi.Mempunyai dampak positif dan dampak

negatif bagi masyarakat. Dampak positif yaitu meningkatkan devisa negara dan

kesejahteraan masyarakat meningkat, sedangkan dampak negatif yaitu menimbulkan

limbah yang dapat mencemari lingkungan apabila tidak dikelola dengan baik.

Pengertian kayu lapis itu sendiri menurut Kliwon (1994) adalah suatu bahan

padat yang berbentuk papan yang terdiri dari susunan veneer kayu yang disusun

secara bersilangan tegak lurus arah seratnya pada lembaran veneer berikutnya yang

disatukan dengan perekat organik di bawah tekanan dan suhu yang tinggi. Produksi

kayu lapis dipasaran internasional dianggap lebih menguntungkan daripada ekspor

kayu Log karena harga jual yang lebh tinggi. Oleh karena itu semakin tingginya

kebutuhan akan kayu lapis yan dipicu oleh aspek ekonomi maka semakin tinggi pula

tingkat produksinya ( Resosudarmo dan Yusuf, 2006 ).

Proses produksi kayu lapis banyak menghasilkan limbah kayu seperti tanin,

potongan kayu, serbuk gergaji, sampah vinir, sisa kupasan dan potongan tepi kayu

lapis yang tidak diolah lagi semaksimal mungkin akan menyebabkan pencemaran

lingkungan. Akibat pencemaran ini dapat mengakibatkan menurunnya kualitas dari

sumber daya alam seperti udara, air, dan tanah. Telah diketahui bahwa ketersediaan

air bersih kini semakin berkurang, hal ini karena makin maraknya pencemaran yang

diakibatkan oleh berbagai kegiatan manusia salah satunya adalah kegiatan industri

kayu lapis ( plywood ).

Adanya limbah dimaksud menimbulkan masalah penanganannya yang selama

ini dibiarkan membusuk, ditumpuk dan dibakar yang kesemuanya berdampak negatif

Page 2: Limbah Pabrik Plywood

terhadap lingkungan sehingga penanggulangannya perlu dipikirkan.Salah satu jalan

yang dapat ditempuh adalah memanfaatkannya menjadi produk yang bernilai tambah

dengan teknologi aplikatif dan kerakyatan sehingga hasilnya mudah disosialisasikan

kepada masyarakat.

Hasil evaluasi menunjukkan beberapa hal berprospek positif sebagai contoh

teknologi aplikatif dimaksud dapat diterapkan secara memuaskan dalam

mengkonversi limbah industri pengolahan kayu menjadi arang serbuk, briket arang,

arang aktif, arang kompos dan soil conditioning.

Limbah kayu dapat terdegradasi oleh alam karena bahan organik, namun

bagaimana dengan perekat yang merupakan senyawa anorganik dari bahan bahan

kimia.Tentunya limbah perekat memerlukan pengolahan khusus agar tidak

berdampak buruk bagi lingkungan.Pengendalian pencemaran yang dikenal

masyarakat adalah menggunakan Instalasi Pengolahan Limbah. Instalasi pengolahan

limbah pada prinsipnya bagai sebuah system pabrik dimana tersedia sejumlah input

untuk diolah menjadi output. Kata lain limbah sebagai bahan baku yang diolah dalam

system kemudia hasilnya adalah limbah yang memenuhi syarat baku mutu (Soetomo,

2001).

Instalasi pengolahan limbah mempunyai spesifikasi tertentu dengan criteria

teknis seperti tingkat efisiensi beban persatuan luas, waktu penahanan hidrolisis,

waktu penahanan lumpur dan lain-lain. Model instalasi pengolah limbah tergantung

pada jenis parameter pencemar, volume limbah yang diolah, syarat baku yang harus

dipenuhi, kondisi lingkungan dan lain-lain. Setiap perusahaan industri harus

mengadakan penghematan bahan baku agar sumber pencemaran dapat ditekan

seminim mungkin. Energy bahan bakar adalah satu sumber pencemaran penting bagi

udara.Semakin sedikit penggunaan bahan bakar semakin berkurang unsure pencemar

Page 3: Limbah Pabrik Plywood

yang dilepas ke udara.Pertemuan puncak dunia mengenai pencemaran adalah mencari

penganti bahan bakar yang sedikit unsure pencemarnya (Sakti A. 2005).

Limbah Industri Plywod (Kayu Lapis)

Limbah yang dihasilkan dari proses pengolahan plywood adalah limbah cair

dan limbah padat. Limbah padatnya serbuk dan kulit kayu, selama ini serbuk dan

kulit kayu tersebut hanya digunakan untuk bahan bakar dirumah tangga ataupun

hanya dibuat sebagai abu gosok saja. Dengan pemanfaatn kembali limbah tersebut

untuk bahan bakar proses pembakaran di boiler, maka akan dapat mengurangi jumlah

limbah yang dihasilkan serta dapat meminimalkan biaya bahan bakar boiler.

Sedangkan limbah serbuk dan kayu yang belum dimanfaatkan dapat digunakan untuk

pembuatan furniture alat-alat rumah tangga. Sehingga akan bernilai ekonomis serta

ramah lingkungan

Selain serbuk kayu dan kulit kayu, limbah padat dari proses produksi plywood

adalah dihasilkan dari lem yang lengket pada mesin produksi. Lem yang tertingal di

mesin tentu akan menggangu produktivitas mesin tersebut. Kandungan bahan kimia

yang terdapat pada lem adalah fenol.karena bahannya mudah menguap ke udara serta

menimbulkan bau. Maka perlu diolah agar tidak menjadi pencemar lingkungan. Salah

satu tekhnologi yang dapat digunakan untuk limbah ini adalah insenerator , karena

dapat membakar limbah ini secara sempurna dan menghasilkan fly ash. Pembakaran

pada insenerator menggunakan suhu yang sangat tinggi serta waktu tertentu untuk

setiap jenis limbah. Hasil produksi kayu yang mengalami kerusakan tentunya akan

menjadi limbah baru bagi lingkungan apabila tidak dilakukan penanganan secara

cermat sebelum dibuang. Limbah hasil produksi yang rusak tersebut sebenarnya

dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar untuk proses pembakaran di Boyler karena

kandungan kalori kayu yang tinggi.

Page 4: Limbah Pabrik Plywood

Dampak Pembangunan Industri kayu lapis serta proses produksinya terhadap

Lingkungan

1. Pengadaan lahan untuk pembangunan industri dengan membuka hutan akan

menimbulkan masalah baru bagi lingkungan.

2. Penggunaan sumberdaya alam secara besar besaran tanpa diiringi dengan azas

pelestarian kembali yang berimbang tentu akan menjadi malapetaka.

3. Ketersediaan air tanah yan semakin berkurang selain karena faktor pada point

pertama dan kedua diatas, industri juga menggunakan air tanah untuk proses

produksi. Padahal air tanah diperuntukkan bukan untuk pencucian kayu. Karena

penggunaan air tanah untuk industri, maka air akan kian tercemar.

4. tempat penampungan air yang kian berkurang ( hutan ), serta daerah resapan

(tanah) yang beralih menjadi beton dan aspal tentu akan memperbesar potensi run

off, erosi, dan banjir.

5. Proses produksi yang menimbulkan limbah dan tidak dikelola kembali akan

menjadi bahan pencemar bagi lingkungan.

Peraturan Pemerintah Terkait

Suatu bentuk kegiatan Industri tentu akan menimbulkan masalah yang dapat

mempengaruhi lingkungan alam ataupun sosial. Oleh karena itu perlu adanya

peraturan peraturan yang mengatur semua jenis kegiatan tersebut agar tidak

menimbulkan masalah apapun. Peraturan pemerintah yang terkait dalam kegitatan

Industri adalah :

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang

Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2001 tentang Pengendalian Kualitas Air dan

Pencemaran Air.

Page 5: Limbah Pabrik Plywood

Peraturan Pemerintah No.27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak

Lingkungan.

Peraturan Pemerintah No.18 Tahun 1999 jo. PP 85 Tahun 1999 tentang

Pengelolaan Limbah B3.

Pasal 21 Undang Undang No.5 Tahun 1984 tentang Perindustrian.

Untuk melakukan pengelolaan limbah cair, diwajibkan melakukan kajian

terlebih dahulu tentang kelayakan pemanfaatan air limbah sebagai pupuk pada tanah.

Hasil kajian ini akan menjadi dasar dalam pemberian ijin pemanfaatan tersebut.

Selain peraturan tersebut di atas, ada satu peraturan lagi yang dikeluarkan oleh KLH

yang mengatur tentang baku mutu air limbah yang boleh dibuang ke lingkungan,

yaitu Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 1995.

Bahan Baku

Bahan baku yang digunakan untuk produksi kayu lapis adalah kayu, perekat,

air. Sebagai bahan baku utama, kayu memiliki kandungan selulosa (40-50%),

hemiselulosa (20-30%), lignin (20-30%), dan sejumlah kecil bahan-bahan anorganik

dan ekstraktif. Oleh karena itu kayu bersifat hirofilik, kaku, serta dapat terdegradasi

secara biologis.Lalu perekat mengandung urea formaldehida, melamin formaldehida,

phenol formaldehida dan resorsinol formaldehida. Kemudian bahan lain adalah air

yang digunakan untuk proses pencucian kayu.

Metode

Metode yang digunakan adalah pengolahan limbah cair berdasarkan unit

operasinya, proses pengolahan dilakukan dengan cara fisika, kimia, biologi, serta

gabungan dari ketiganya.. Limbah cair yang berasal dari industri plywood adalah

limbah tanin , potongan kayu, serbuk gergaji, sampah vinir basah dan kering, kupasan

kulit kayu, serta tanah, pasir dan lumpur dari penebangan di hutan yang terbawa ke

Page 6: Limbah Pabrik Plywood

industri pabrik ini. Proses awal pada tingkat perlakuan pengolahan limbah adalah

Pretreatment, lalu Primary Treatment, kemudian Secondary Treatment, dan terakhir

Tertiary Treatment. Proses pengolahan secara fisika diawali dengan proses Screening,

proses Grit Chamber, Equalisasi dan memperbaiki performance proses selanjutnya.

Pada proses pengolahan secara kimia adalah neutralisasi, presipitasi dan dilanjutkan

dengan proses pengolahan secara biologi. Pada pengolahan limbah cair secara biologi

salah satunya adalah dengan Aerasi, ozonasi, Sedimentasi dan Bak Kontrol.

Limbah padat dari proses produksi kayu lapis ini dihasilkan dari lem yang lengket

pada mesin produksi. Kandungan bahan kimia yang terdapat pada lem adalah

fenol.karena bahannya mudah menguap ke udara serta menimbulkan bau. Maka perlu

diolah agar tidak menjadi pencemar lingkungan.Salah satu tekhnologi yang dapat

digunakan untuk limbah ini adalah insenerator.

 

Sistem Pengolahan Limbah Industri Plywood.

Limbah Padat (serbuk dan kulit kayu)

Proses produksi kayu lapis ini banyak sekali menghasilkan limbah, terutama

limbah kayu itu sendiri karena merupakan bahan pokok produksi. Limbah limbah

tersebut dihasilkan dari proses pemotongan, penggerajian, dan pengupasan kayu.

Limbah kayu yang berupa serbuk dan kulit kayu dapat dimaksimalkan lagi

pemanfaatannya untuk bahan bakar di boiler.Karena selama ini serbuk dan kulit kayu

tersebut hanya digunakan untuk bahan bakar dirumah tangga ataupun hanya dibuat

sebagai abu gosok saja. Dengan pemanfaatn kembali limbah tersebut untuk bahan

bakar proses pembakaran di boiler, maka akan dapat mengurangi jumlah limbah yang

dihasilkan serta dapat meminalkan biaya bahan bakar boiler. Sedangkan limbah

serbuk dan kayu yang belum dimanfaatkan dapat digunakan untuk pembuatan

Page 7: Limbah Pabrik Plywood

furniture alat-alat rumah tangga. Sehingga akan bernilai ekonomis serta ramah

lingkungan.

Limbah Padat (Lem)

Limbah padat dari proses produksi kayu lapis ini dihasilkan dari lem yang

lengket pada mesin produksi. Lem lem yan tertingal di mesin tentu akan menggangu

produktivitas mesin tersebut. Kandungan bahan kimia yang terdapat pada lem adalah

fenol.karena bahannya mudah menguap ke udara serta menimbulkan bau. Maka perlu

diolah agar tidak menjadi pencemar lingkungan. Salah satu tekhnologi yang dapat

digunakan untuk limbah ini adalah insenerator , karena dapat membakar limbah ini

secara sempurna dan menghasilkan fly ash. Pembakaran pada insenerator

menggunakan suhu yang sangat tinggi serta waktu tertentu untuk setiap jenis limbah.

Limbah Padat (Produk Gagal)

Hasil produksi kayu yang mengalami kerusakan tentunya akan menjadi

limbah baru bagi lingkungan apabila tidak dilakukan penanganan secara cermat

sebelum dibuang. Limbah hasil produksi yang rusak tersebut sebenarnya dapat

dimanfaatkan sebagai bahan bakar untuk proses pembakaran di Boyler karena

kandungan kalori kayu yang tinggi.

Limbah Cair  

Selain menghasilkan limbah padat, proses produksi kayu juga menhasilkan

limbah cair. Limbah cair ini dihasilkan dari proses pencucian kayu, pengempaan, dll.

Limbah cair tersebut dapat diproses kembali agar saat dibuang kesungai atau

lingkungan.Oleh karena itu perlu dilakukan berbagai analisa terlebih dahulu terhadap

limbah yang dihasilkan.Analisa tersebut diperlukan untuk mengetahui karakteristik

limbah serta tekhnologi yang tepat untuk pengolahan limbah tersebut. Salah satu

Page 8: Limbah Pabrik Plywood

sistem pengolahan limbah cair adalah sistem Pengolahan IPAL ( Instalasi Pengolahan

Air Limbah). Sistem pengolahan tersebut bertujuan untuk menghilangkan kandungan

padatan tersuspensi , koloid, bahan-bahan organik dan anorganik, serta kandungan

bahan kimia hasil dari proses produksi kayu lapis.

Macam macam limbah yang dihasilkan dari proses pencucian adalah limbah

tanin , potongan kayu, serbuk gergaji, sampah vinir basah dan kering, kupasan kulit

kayu, serta tanah, pasir dan lumpur dari penebangan di hutan yang terbawa ke

industri pabrik ini. Setelah mengetahui karakteristik dan jenis limbah yang dihasilkan

dari produksi ini, dapat dilakukan proses selanjutnya yaitu pengolah di IPAL. Proses

awal pada tingkat perlakuan pengolahan limbah adalah Pretreatment, lalu Primary

Treatment, kemudian Secondary Treatment, dan terakhir Tertiary Treatment.

Sedangkan sistem pengolahan limbah cair berdasarkan unit operasinya, proses

pengolahan dilakukan dengan cara fisika, kimia, biologi, serta gabungan dari

ketiganya. Proses pengolahan secara fisika diawali dengan proses Screening, proses

ini bertujuan untuk memisahkan potongan-potongan kayu dan sebagainya agar

memudahkan untuk proses IPAL selanjutnya.

 Lalu proses selanjutnya adalah proses Grit Chamber, pada proses ini, tanah,

kerikil, pasir, dan partikel-partikel lain yang dapat mengendap di dalam saluran dan

pipa-pipa dihilangkan sehingga dapat melindungi pompa-pompa dan peralatan

lainnya dari penyumbatan, abrasi, dan overloading. Lalu proses selanjutnya yang

dilakukan adalah Equalisasi, proses ini bertujuan untuk menhomogenkan larutan air

limbah, menyetarakan laju alir dan karakteristik air limbah, mengurangi ukuran dan

biaya proses pengolahan selanjutnya, dan memperbaiki performance proses

selanjutnya. Kemudian setelah equalisasi, dilakukan proses sedimentasi. Proses ini

untuk memperoleh air buangan yang jernih serta dapat mempermudah dalam

Page 9: Limbah Pabrik Plywood

penanganan lumpurnya. Setelah rangkaian proses fisika, dilanjutkan dengan

pengolahan sistem pengolahan kimia.

 Pada proses pengolahan secara kimia, pengolahan yang pertama adalah

neutralisasi. Proses ini bertujuan untuk mengatur kondisi pH pada air limbah agar

berada pada kondisi netral, karena jika terlalu asam ataupun basa air tersebut akan

bersifat racun. Limbah yang dihasilkan pada proses produksi ini bersifat asam, oleh

karena itu perlu penambahan larutan NaOH agar pH nya menjadi netral. Lalu setelah

netralisasi, dilanjutkan dengan presipitasi. Proses ini bertujuan untuk mengurangi

bahan bahan yang dapat menimbulkan terbentuknya endapan dan menghilangkan

kandungan logam logam berat yang mungkin ada pada air limbah ini dengan

menambahkan AL2 (OH) CL4 (PAC), Soda Ash ( Caustic Soda ), Flokulan (PAM)

dan AL2 SO4. Setelah proses presipitasi ( kimia ), dilanjutkan dengan proses

pengolahan secara biologi.

Pengolahan secara biologi salah satunya adalah dengan Aerasi, proses ini

bertujuan untuk menghilangkan polutan dengan mengunakan mikroorganisme

(bakteri) ataupun mengontakkan limbah dengan oksigen (aerator). Proses selanjutnya

yaitu ozonasi, proses ini dilakukan dengan cara menambahkan O3 ke dalam air.

Proses ini bertujuan untuk Mengoksidasi logam berat, Meningkatkan flokulasi, Bahan

pemutih, Menghancurkan jamur dan lumut, Menghancurkan dan mengurangi jentik-

jentik.

Proses pengolahan selanjutnya adalah dengan proses Sedimentasi proses ini

memanfaatkan gaya gravitasi untuk memisahkan partikel-partikel serta

mikroorganisme setelah proses aerasi dan ozonasi dari air. Dalam proses sedimentasi

hanya partikel-partikel yang lebih berat dari air yang dapat terpisah seperti kerikil,

pasir, dan lumpur. Tahap akhir adalah pengecekan berbagai parameter uji yaitu

BOD,DO,COD,PH, TSS, PHENOL pada Bak Kontrol, pada bagian ini juga

Page 10: Limbah Pabrik Plywood

digunakan indikator pengamatan yaitu dengan ikan mas dan enceng gondok. Kedua

indikator tersebut peka terhadap air limbah, sehingga dapat diketahui kualitas air

tersebut terhadap hewan dan tumbuhan.Apabila indikator atau media uji coba tersebut

mati, maka air olahan tersebut masih berbahaya dan perlu diolah kembali.Sedangkan

apabila indikator dapat hidup dalam waktu yang telah ditentukan, maka dipastikan air

tersebut sudah dapat dapat dibuang kelingkungan (outlet). Akan tetapi, untuk

menghemat ketersediaan air, maka air outlet dapat digunakan kembali (Reuse)

sebagai air pencuci kayu atau peruntukan lain yang sesuai.

Limbah Non Spesifik Industri Plywood

Limbah dari kain majun yang dihasilkan dari proses produksi dapat dipakai

untuk bahan bakar boyler. Lalu untuk drum bekas penyimpanan oli dapat dibersihkan

dan dapat diunakan untuk menyimpan air hujan, atau dijual ke agen penampun drum

untuk dijual kembali ke masyarakat. Hasil pencucian drum yang mengandung oli

serta oli bekas dari pengunaaan mesin produksi dan kendaraan operasional akan

menjadi limbah berbahaya, maka Limbah tersebut dapat dikatakan limbah B3 karena

kandungan oli nya masih ada. Limbah non spesifik lain adalah limbah medis dari

pengobatan para direktur ataupun karayawan, limbah limbah tersebut bisa berupa

bahan kimia ataupun berupa jarum suntik. Limbah obat obatan dan jarum suntik

merupakan limbah infeksius yang penanganannya perlu metode khusus mulai dari

pembungkusan limbah tersebut hingga penyimpananya sebelum diolah.Lalu limbah

yang dihasilkan oleh bahan bahan pendukung produksi yang telah kadaluarsa misal

perekat dan bahan bahan kimia. Apabila dimungkinkan dapat diolah di insenerator,

maka limbah limbah tersebut akan dibakar. Akan tetapi jika tidak lagi dimungkinkan

untuk diolah lagi karena terlalu berbahaya kandungannya ( B3 ), maka alternatif

terakhir adalah dengan penimbunan ( landfill ). Alternatif ini merupakan jalan akhir

pembuangan limbah setelah berbagai jenis pengolahan tidak mampu lagi untuk

menanganinya.Landfill itu sendiri harus dilakukan secara benar dan perlu

Page 11: Limbah Pabrik Plywood

pengawasan yang intensif selama ± 30 tahun. Limbah yang akan di landfill harus

benar benar diperhatikan mulai syarat syarat penimbunan serta perawatannya agar

tidak menimbulkan masalah di kemudian hari.

Alternatif Pemanfaatan

Pemahaman bahwa limbah yang dihasilkan dari suatu proses produksi

mempunyai nilai ekonomis merupakan suatu paradigma baru yang sedang

dikembangkan saat ini. Limbah bukan menjadi suatu hal yang harus dihindari atau

ditutup-tutupi pengelolaannya.Limbah juga mempunyai nilai ekonomis. Konsep 3R

(Reuse, Recyle dan Recovery) akan medorong setiap penghasil limbah untuk

menjadikan limbahnya memiliki nilai ekonomis tersebut.

A.Arang Serbuk dan Arang bongkah

Khusus untuk pembuatan arang dari serbuk gergajian kayu, teknologi yang

digunakan berbeda dengan cara pembuatan arang sistem timbun dan kiln bata.

Teknologi yang digunakan dalam proses pembuatan arang dari serbuk gergaji kayu

ini adalah dengan menggunakan drum yang dimodifikasi dan dilengkapi dengan

lubang udara di sekeliling badan drum dan cerobong asap dibagian tengah badan

drum. Rendemen arang serbuk gergaji yang dihasilkan dengan cara ini sebesar 15 –

20 %. kadar karbon terikat sebesar 50 – 72 kal/g dan nilai kalor arang antara 5800 –

6300 kal/g. Mengingat cara ini kurang efektif bila ditinjau dari lamanya proses

pembuatan arang serbuk yang memerlukan waktu lebih dari 10 jam dengan hasil yang

tidak terlalu banyak, maka dibuat teknologi baru untuk mengatasi kekurangan cara

drum tersebut. Teknologi ini dirancang dengan konstruksi yang terbuat dari plat besi

siku yang dapat dibongkar pasang (sistem baut) dan ditutup dengan lembaran seng

yang juga menggunakan sistem baut. Dalam satu hari (9 jam) dapat mengarangkan

Page 12: Limbah Pabrik Plywood

serbuk sebanyak 150 – 200 kg yang menghasilkan rendemen arang antara 20 – 24 %.

Kadar air 3,49 %, kadar abu 5,19 %, kadar zat terbang 28,93 % dan kadar karbon

sebesar 65,88 %. Arang serbuk gergaji yang dihasilkan dapat dibuat atau diolah lebih

lanjut menjadi briket arang, arang aktif, dan sebagai media semai tanaman. Biaya

untuk membuat kiln semi kontinyu ini adalah sebesar Rp. 2000.000,-

Untuk limbah sebetan dan potongan ujung dapat dibuat arang dengan

menggunakan tungku kubah yang terbuat dari batu bata yang dipelester dengan tanah

liat dan dilengkapi dengan alat penampung atau mendinginkan asap yang keluar dari

cerobong sehingga didapatkan cairan ter dan destilat yang dapat diaplikasikan lebih

lanjut. Di Thailand cairan wood vinegar ini merupakan produk utama dalam hal

pembuatan arang yang sebelumnya merupakan produk samping karena harga jualnya

tinggi yanitu sebesar 50 Bath/L sedangkan untuk arangnya hanya berharga 4 Bath/kg.

Dari kapasitas tungku sebesar 4,5 ton dihasilkan cairan destilat sebanyak 150 liter dan

arang sebanyak 800 kg (Sujarwo, 2000). Hasil penelitian yang dilakukan oleh

Nurhayati (2000) menunjukkan bahwa tungku dengan kapasitas 445 kg menghasilkan

arang sebanyak 60,6 kg dan cairan destilat 75,5 kg. Adapun biaya pembuatan tungku

bata yang diplester dengan tanah liat yang dilengkapi dengan alat proses pendinginan

sebesar Rp. 4000.000 (Nurhayati, 2000).

B.Arang aktif

Arang aktif adalah arang yang diolah lebih lanjut pada suhu tinggi sehingga

pori-porinya terbuka dan dapat digunakan sebagai bahan adsorben. Proses yang

digunakan sebagian besar menggunakan cara kimia di mana bahan baku direndam

dalam larutan, CaCl2, MgCl2, ZnCl2 selanjutnya dipanaskan dengan jalan dibakar

pada suhu 5000C. Hasilnya menunjukkan bahwa kualitas arang aktif dalam hal ini

besarnya daya serap terhadap yodium memenuhi standar SII karena daya serapnya

lebih dari 20 %. Sesuai dengan perkembangan teknologi dan persyaratan standar yang

Page 13: Limbah Pabrik Plywood

makin ketat serta isu lingkungan, teknologi ini sudah tidak memungkinkan untuk

dikembangkan lebih lanjut terutama untuk pemakaian bahan pengaktif ZnCl2 yang

dapat mengeluarkan gas klor pada saat aktivasi.

Mensikapi kasus tersebut di atas, telah dilakukan perbaikan teknologi

pembuatan arang aktif dengan cara oksidasi gas pada suhu tinggi dan kombinasi

antara cara kimia dengan menggunakan H3PO4 sebagai bahan pengaktif dan oksidasi

gas. Hasil penelitian Pari (1996) menyimpulkan bahwa arang aktif dari serbuk

gergajian sengon yang dibuat secara kimia dapat digunakan untuk menarik logam Zn,

Fe, Mn, Cl, PO4 dan SO4 yang terdapat dalam air sumur yang terkontaminas dan juga

dapat digunakan untuk menjernihkan air limbah industri pulp kertas (Pari, 1996).

Arang aktif yang diaktivasi dengan bahan pengaktif NH4HCO3 menghasilkan arang

aktif yang memenuhi Standar Jepang dengan daya serap yodium lebih dari 1050 mg/g

dan rendemen arang aktifnya sebesar 38,5 % (Pari, 1999).

Pada tahun 1986 berdiri sebuah pabrik arang aktif di Kalimantan yang

membuat arang aktif dari limbah serbuk gergajian kayu dengan kapasitas produksi

3000 ton/th. Sampai sekarang terdapat dua buah pabrik pengolahan arang aktif yang

menggunakan serbuk gergajian kayu sebagai bahan baku utamanya. Kualitas arang

aktif yang dihasilkan memenuhi SNI karena daya serap yodiumnya lebih dari 750

mg/g, tetapi belum memenuhi standar Jepang.Harga jual arang aktif bervariasi antara

Rp 6.500 – Rp 15.000/kg tegantung pada kualitas yang diinginkan. Untuk arang aktif

buatan Jerman harganya mencapi Rp 65.000/0,5 kg.

C.Briket arang

Briket arang adalah arang yang diolah lebih lanjut menjadi bentuk briket

(penampilan dan kemasan yang lebih menarik) yang dapat digunakan untuk

keperluan energi sehari-hari. Pembuatan briket arang dari limbah industri pengolahan

kayu dilakukan dengan cara penambahan perekat tapioka, di mana bahan baku

Page 14: Limbah Pabrik Plywood

diarangkan terlebih dahulu kemudian ditumbuk, dicapur perekat, dicetak (kempa

dingin) dengan sistem hidroulik manual selanjutnya dikeringkan. Hasil penelitian

Hartoyo, Ando dan Roliadi (1978) menyimpulkan bahwa kualitas briket arang yang

dihasilkan setaraf dengan briket arang buatan Inggris dan memenuhi persyaratan yang

berlaku di Jepang karena menghasilkan kadar abu dan zat mudah menguap yang

rendah serta tingginya kadar karbon terikat dan nilai kalor. Selain itu hasil penelitian

Sudrajat (1983) yang membuat briket arang dari 8 jenis kayu dengan perekat

campuran pati dan molase menyimpulkan bahwa makin tinggi berat jenis kayu,

karepatan briket arangnya makin tinggi pula. Kerapatan yang dihasilkan antara 0,45 –

1,03 g/cm3 dan nilai kalor antara 7290 – 7456 kal/g.

Pembuatan briket arang yang dilakukan sekarang adalah bahan baku yang

digunakan adalah sudah langsung dalam bentuk arang serbuk sehingga proses

penggilingan dan pengayakan bahan baku yang dilakukan sebelumnya dapat

dihilangkan. Proses selanjutnya adalah penambahan perekat tapioka dan pengepresan

seperti pembuatan briket arang sebelumnya. Untuk membuat alat cetak briket sistem

manual hidroulik dengan jumlah lubang 24 buah diperlukan biaya Rp 18.000.000,-

Pada tahun 1990 berdiri pabrik briket arang tanpa perekat di Jawa Barat dan

Jawa Timur yang menggunakan serbuk gergajian kayu sebagai bahan baku utamanya.

Proses pembuatan briket arangnya berbeda dengan cara yang disebutkan di atas.

Bahan baku serbuk gergajian kayu dikeringkan selanjutnya dibuat briket kayu dengan

sistem ulir berputar dan berjalan sambil dipanaskan kemudian diarangkan dalam kiln

bata. Kualitas briket arang yang dihasilkan mempunyai nilai kalor kurang dari 7000

kal/g yaitu sebesar 6341 kal/g dan kadar karbon terikatnya sebesar 74,35 %. Namun

demikian studi yang dilaksanakan di Jawa Barat menunjukkan bahwa pabrik briket

arang dengan kapasitas sebanyak 260 kg briket arang/hari dapat menguntungkan. Di

pasar swalayan sekarang dapat dibeli briket arang dari kayu dengan dengan harga jual

Rp 12.000/2,5 kg.

Page 15: Limbah Pabrik Plywood

Apabila briket arang dari serbuk gergajian ini dapat digunakan sebagai

sumber energi alternatif baik sebagai pengganti minyak tanah maupun kayu bakar

maka akan dapat terselamatkan CO2 sebanyak 3,5 juta ton untuk Indonesia,

sedangkan untuk dunia karena kebutuhan kayu bakar dan arang untuk tahun 2000

diperkirakan sebanyak 1,70 x 109 m3 (Moreira (1997) maka jumlah CO2 yang dapat

dicegah pelepasannya sebanyak 6,07 x 109 ton CO2/th.

D.Energi.

Jenis limbah yang digunakan sebagai sumber energi dapat berupa potongan

ujung, sisa pemotongan kupasan, serutan dan seruk gergajian kayu yang kesemuanya

digunakan untuk memanaskan ketel uap. Pada industri kayu lapis keperluan

pemakaian bahan bakar untuk ketel uap sebesar 19,7 % atau 40 % dari total limbah

yang dihasilkan.

Untuk industri pengeringan papan skala industri kecil proses pengeringannya

dilakukan secara langsung dengan membakar limbah sebetan atau potongan ujung,

panas yang dihasilkan dengan bantuan blower dialirkan ke dalam suatu ruangan yang

berisi papan yang akan dikeringkan. Hasil penelitian Nurhayati (1991) menyimpulkan

bahwa untuk mengeringkan papan sengon sebanyak 10260 kg berat basah pada kadar

air 161,04 % menjadi 5220 kg papan pada kadar air 6,58 % selama 6 hari

menghabiskan limbah sebanyak 3433 kg. Teknologi lainnya adalah proses konversi

kayu menjadi bahan bakar melalui proses gasifikasi. Hasil penelitian Nurhayati dan

Hartoyo (1992) menyimpulkan bahwa limbah kayu kamper dapat dikonversi menjadi

bahan bakar dengan sistem gasifikasi fluidized bed yang menghasilkan nilai kalor gas

sebesar 7,106 MJ/m3 dengan komposisi gas H2 = 5,6 %; CO = 11,77 %, CH4 = 3,99

%; C2H4 = 4,34 %, C2H6 = 0,21 %, N2 = 57,69 % O2 = 0,40 % dan CO2 = 15,71 %.

E.Soil conditioning

Page 16: Limbah Pabrik Plywood

Penggunaan arang baik yang berasal dari limbah eksploitasi maupun yang

berasal dari industri pengolahan kayu untuk soil conditioning, merupakan salah satu

alternatif pemanfaatan arang selain sebagai sumber energi. Secara morfologis arang

memiliki pori yang efektif untuk mengikat dan menyimpan hara tanah. Oleh sebab itu

aplikasi arang pada lahan-lahan terutama lahan miskin hara dapat membangun dan

meningkatkan kesuburan tanah, karena dapat meningkatkan beberapa fungsi antara

lain: sirkulasi udara dan air tanah, pH tanah, merangsang pembentukan spora endo

dan ektomikoriza, dan menyerap kelebihan CO2 tanah. Sehingga dapat meningkatkan

produktifitas lahan dan hutan tanaman.

Hasil penelitian pendahuluan Gusmailina et. al. (1999), menunjukkan bahwa

pemberian arang dan arang aktif bambu sebagai campuran media tanam dapat

meningkatkan persentase pertumbuhan baik pada tingkat semai maupun anakan

(seedling) dari Eucalyptus urophylla. pemberian arang serbuk gergaji dan arang

sarasah dapat meningkatkan pertumbuhan anakan Acacia mangium dan Eucalyptus

citriodora lebih dari 30 % dibanding tanpa pemberian arang, begitu juga pemberian

arang di lapangan dapat meningkatkan diameter batang tanaman E. urophylla.

Sedangkan untuk tanaman pertanian seperti cabe (Capsicum annum) penambahan

arang bambu sebanyak 5 % dan arang sekam sebanyak 10 % dapat meningkatkan

persentasi pertumbuhan tinggi tanaman menjadi 11 %. Namun demikian akan lebih

baik bila pada waktu penanaman, arang yang ditambahkan dicampur dengan kompos.

Hasil sementara menunjukkan dengan penambahan arang serbuk gergajian kayu dan

kompos serbuk menghasilkan diameter pohon yang lebih besar (7,9 cm) dibanding

tanpa pemberian kompos.

F.Kompos dan Arang Kompos

Serbuk gergaji merupakan salah satu jenis limbah industri pengolahan kayu

gergajian.Alternatif pemanfaatan dapat dijadikan kompos untuk pupuk tanaman.Hasil

Page 17: Limbah Pabrik Plywood

penelitian Komarayati (1996) menunjukkan bahwa pembuatan kompos serbuk gergaji

kayu tusam (Pinus merkusii) dan serbuk gergaji kayu karet (Hevea braziliensis)

dengan menggunakan activator EM4 dan pupuk kandang menghasilkan kompos

dengan nisbah C/N 19,94 dan rendemen 85 % dalam waktu 4 bulan. Selain itu

Pasaribu (1987) juga memanfaatkan serbuk gergaji sengon (Paraserianthes falcataria)

sebagai bahan baku untuk kompos. Kompos yang dihasilkan mempunyai nisbah C/N

46,91 dengan rendemen 90 % dalam waktu 35 hari. Hasil penelitian pemberian

kompos serbuk dan sarasah pohon karet dapat meningkatkan pertumbuhan

Eucalyptus urophylla 40-50 % dalam waktu 5 bulan dibanding tanpa pemberian

kompos.

Penelitian dengan menggunakan residu fermentasi padat anaerobik dapat

meningkatkan pertumbuhan tinggi dan diameter anakan Eucalyptus urophylla sampai

11,65 cm dan 1,24 cm (Gusmailina et al, 1990) sedangkan untuk anakan

Paraserianthes falcataria sebesar 9,33 cm dan 0,11 cm (Komarayati et al, 1992 dan

Komarayati, 1993).

Sumber :

http://forumpemudabersatu.blogspot.com/2012/04/instalasi-pengelolaan-air-limbah-

ipa.html

http://embundaun.wordpress.com/2008/11/14/pengolahan-limbah-industri-

pengolahan-kayu/