lingkungan pendidikan oleh rosiana mufliva, m.pd bab ini
TRANSCRIPT
LINGKUNGAN PENDIDIKAN
Oleh Rosiana Mufliva, M.Pd
Bab ini tidak membahas lagi tentang pengertian dan fungsi lingkungan
pendidikan. Bagi anda yang belum memahaminya silahkan baca kembali pada bab
tentang pengertian pendidikan . pada bab ini akan menguraikan tentang tri pusat
pendidikan yaitu lingkungan pendidikan keluarga, lingkungan pendidikan sekolah dan
lingkungan pendidikan masyarakat.untuk lebih jelasnya silahkan simak pada uraian
berikut ini.
A. Lingkungan keluarga
1. Pengertian Keluarga
Menurut Ki Hajar Dewantara (dalam uyoh Sadulloh, 2010 : 186)
secara etimologis kata keluarga berasal dari kata kawula yang berarti abdi dan
warga yang berarti anggota. Sebagai abdi dan anggota, seseorang wajib
mencurahkan segala perhatian dan perannya untuk kepentingan anggota yang
ada di lingkungan keluarga; setiap orang di dalamnya memiliki rasa
pengabdian tanpa pamrih demi terpenuhinya kebutuhan setiap anggota yang
bernaung di dalamnya.
Anggota keluarga terdiri dari anggota inti yaitu Ayah, Ibu dan anak
atau secara luas keluarga juga bisa terdiri dari anggota selain anggota inti
seperti kakek, nenek, sepupu, dan sebagainya. Selanjutnya Uyoh Sadulloh (
2010 : 187) menyebutkan bahwa keluarga merupakan unit kelompok social
terkecil yang ada di masyarakat yang terbentuk melalui penikahan yang sah,.
Dengan adanya ikatan yang kuat antara anggota initi keluarga ( ayah, ibu, dan
anak) secara psikologis akan tercipta rasa kenyamanan dan ketentraman serta
tumbuh pertalian batin yang menumbuhkan rasa kasih sayang, perhatian,
tolong menolong, berinteraksi dan mencurahkan diri (Abdullah dalam Jailani
:91). Apabila ditinjau dari sudut pandang pedagogis, keluarga merupakan
sebuah persekutuan hidup yang dijalin dengan kasih sayang melalui ikatan
pernikahan untuk saling melengkapi dan menyempurnakan diri dengan
memunculkan peran dan fungsi orangtua (Uyoh Sadulloh (2010 : 187).
Soemarjan (1962:127) dan Berns dalam Jailani (:91) mengartikan
keluarga sebagai kelompok yang dipersatukan oleh pertalian perkawinan atau
adopsi yang sesuai dengan persetujuan dan peran-peran social, memiliki
tempat tinggal dan ditandai dengan adanya kerjasama social dalam ekonomi,
reproduksi dan hal-hal lain yang menjadi kebutuhan anggota.
M.I. Soelaeman (Uyoh Sadulloh, 2010 : 187) menjelaskan pengertian
keluarga dalam arti lias dan sempit. Dalam arti luas berkenaan dengan yang
meliputi semua pihak yang ada pada hubungan darah sehingga sering tampil
sebagai klan atau warga. Dalam kehidupan sering ditemukan istilah keluarga
besar (extended family) yaitu anggota di luar ayah, ibu, dan anak. Keluarga
besar terdiri dari bibi, paman, kakek, nenek, dan yang lainnya yang biasa
disebut dengan istilahkerabat. Dalam arti sempit keluarga dilandasi
berdasarkan hubungan darah terdiri atas ayah, ibu, anak yang disebut dengan
internal tiangle. Dengan demikian keluarga dalam arti sempit terdiri atas tiga
komponen, yaitu ayah, ibu, dan anak.
Ciri-ciri keluarga menurut Mc. Iver dan Page (M.I. Soelaeman dalam
Sadulloh, 2010, : 187) yaitu:
a. Adanya hubungan berpasangan antar kedua jenis (pria dan wanita)
b.Dikukuhkan oleh ikatan pernikahan
c. Adanya pengakuan terhadap keturunan (anak) yang dilahirkan dalam
rangka hubungan tersebut
d.Adanya kehidupan ekonomi yang diselenggarakan secara bersama-
sama
e. Diselenggarakannya kehidupan berumah tangga
2. Fungsi pendidikan keluarga
Keluarga sebagai lingkungan pendidikan yang pertama dan utama bagi
pendidikan anak mempunyai fungsi sebagai berikut (M.I. Soelaeman dalam :
Saduloh, dkk. , 2010 : 188-192) :
a. Fungsi Edukasi
Keluarga merupakan lingkungan yang pertama bagi anak di mana tanggung
jawabnya dipikul oleh orang tua sebagai salah satu unsur tri pusat pendidikan.
Fungsi edukasi dalam keluarga menyangkut penentuan dan pengukuhan
landasan yang mendasari upaya pendidikan, penyediaan sarananya, pengayaan
wawasan, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan upaya pendidikan
keluarga. Orang tua harus dapat menciptakan situasi pendidikan dan
mengundangnya pada perbuatan-perbuatan yang mengarah kepada tujuan
pendidikan dengan memberi contoh teladan disertai dengan fasilitas yang
memadai.
b. Fungsi Sosialisasi
Keluarga merupakan lingkungan yang pertama kali memperkenalkan nilai-
nilai sosial yang berlaku dalam kehidupan sosial yang lebih luas. Lingkungan
keluarga bertugas tidak hanya mengembangkan individu yang memiliki
kepribadian yang utuh, namun juga mempersiapkan sebagai anggota
masyarakat yang baik, berguna bagi kehidupan masyarakatnya. Keluarga
menjadi penghubung anak dengan kehidupan sosial, dengan pembiasaan nilai-
nilai norma-norma sosial yang berlaku di masyarakat.
c. Fungsi Proteksi (perlindungan)
Keluarga berfungsi sebagai tempat memperoleh rasa aman, nyaman, damai
dan tentram bagi seluruh anggota keluarga sehingga terpenuhi kebahagiaan
batin, juga secara fisik keluarga harus melindungi anggotanya, memenuhi
kebutuhan pangan, sandang, dan papan. Nilai suatu perlindungan yang
diberikan keluarga tidak saja terletak pada materi dan kualitas serta
frekuensinya, melainkan tergantung pada iklim perasaan yang menyertai
pemberian lindungan itu dengan kesungguhan dan penerimaan lindungan oleh
pihak yang bersangkutan (anak).
d. Fungsi Afeksi (Perasaan)
Fungsi afeksi mendorong keluarga sebagai tempat untuk
menumbuhkembangkan rasa cinta dan kasih saying antara sesama anggota
keluarga dan masyarakat serta lingkungannya. Keluarga harus dapat
menjalankan tugasnya menjadi lembaga interaksi dalam ikatan batin yang kuat
antar anggotanya, sesuai dengan status peranan sosial masing-masing dalam
kehidupan keluarga.
e. Fungsi Religius
Keluarga sebagai wahana pembangunan insan-insan yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, bermoral, berakhlak dan berbudi
pekerti luhur sesuai dengan ajaran agamanya. Keluarga berkewajiban
memperkenalkan dan mengajak anak kepada kehidupan beragama dengan
menciptakan iklim keluarga yang religious sehingga dapat dihayati oleh
anggota keluarganya.
f. Fungsi Ekonomi
Keluarga sebagai tempat pemenuhan kebutuhan ekonomi, fisik, dan materil
yang sekaligus mendidik keluarga hidup efisien, ekonomis, dan rasional.
Fungsi ekonomi meliputi pencarian nafkah, perencanaan, serta pemanfaatan
dan pembelajarannya. Pada dasarnya laki-laki sebagai pemimpin rumah
tangga yang menanggung nafkah keluarga, seperti firman Allah SWT: “Laki-
laki itu menjadi tulang punggung (pemimpin, pengayom) perempuan, sebab
Allah melebihkan setengah mereka dari yang lain dank arena mereka (laki-
laki) memberi belanja dari hartanya (bagi perempuan).
g. Fungsi Rekreasi
Keluarga harus menjadi lingkungan yang nyaman, menyenangkan, cerah,
ceria, hangat, dan penuh semangat. Keadaan ini dapat dibangun melalui kerja
sama di antara anggota keluarga yang diwarnai oleh hubungan insani yang
didasari oleh adanya saling mempercayai, saling menghormati dan
mengagumi, saling mengerti serta adanya “take and give”.
h. Fungsi Biologis
Keluarga menjadi tempat untuk dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar
seperti kebutuhan akan keterlindungan fisik seperti kesehatan, pangan,
sandang, dan papan, dengan syarat-syarat tertentu sehingga keluarga
memungkinkan seluruh anggotanya dapat hidup di dalamnya, sekurang-
kurangnya dapat mempertahankan hidup.
Selanjutnya George Peter Murdock (Sudardja Adiwikarta, 1988),
menjelaskan tiga fungsi keluarga yang bersifat universal, yaitu :
(a) Mengembangkan keturunan.
(b) Melaksanakan pendidikan.
(c) Sebagai kesatuan ekonomi.
selain fungsi pendidikan, berikut akan dijelaskan juga tentang peran
pendidikan keluarga. Dalam hal ini Hasbulloh menjelaskan peranan
pendidikan keluarga bagi anak adalah sebagai ( 2009 : 39-43) :
a. Pengalaman pertama masa kanak-kanak
Lembaga pendidikan keluarga memberikan pengalaman pertama yang
merupakan faktor penting dalam perkembangan pribadi anak. Suasana
pendidikan keluarga sangat penting diperhatikan, sebab dari sinilah
keseimbangan jiwa di dalam perkembangan individu selanjutnya ditentukan.
Sebagaimana yang telah dikemukakan bahwa pendidikan keluarga adalah
pertama dan utama. Pertama, maksudnya bahwa kehadiran anak di dunia ini
disebabkan hubungan kedua orangtuanya. Mengingat orang tua adalah orang
dewasa, maka merekalah yang harus bertanggung jawab terhadap anak.
Kewajiban orang tua tidak hanya sekedar memelihara eksistensi anak untuk
menjadikannya kelak sebagai seorang pribadi, tetapi juga memberikan
pendidikan anak sebagai individu yang tumbuh dan berkembang. Sedangkan
utama, maksudnya adalah bahwa orang tua bertanggung jawab pada
pendidikan anak. Terserah orang tua untuk memberikan corak warna yang
dikehendaki terhadap anaknya. Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa
kehidupan seorang anak pada saat itu benar-benar tergantung kepada kedua
orang tuanya.
b. Menjamin kehidupan emosional anak
Kehidupan emosional merupakan salah satu faktor yang terpenting di dalam
membentuk pribadi seseorang. Untuk itulah melalui pendidikan keluarga ini,
kehidupan emosional atau kebutuhan akan rasa kasih saying dapat dipenuhi
atau dapat berkembang dengan baik, hal ini dikarenakan adanya hubungan
darah antara pendidik dan anak didik, sebab orang tua hanya menghadapi
sedikit anak didik dank arena hubungan tadi didasarkan atas rasa cinta kasih
saying murni.
c. Menanamkan dasar pendidikan moral
Keluarga merupakan penanaman utama dasar-dasar moral bagi anak, yang
biasanya tercermin dalam sikap dan perilaku orang tua sebagai teladan yang
dapat dicontoh anak. Dalam hubungan ini Ki Hajar Dewantara menyatakan
bahwa:
Rasa cinta, rasa bersatu dan lain-lain perasaan dan keadaan jiwa pada
umumnya sangat berfaedah untuk berlangsunya pendidikan, teristimewa
pendidikan budi pekerti, terdapatlah di dalam hidup keluarga dalam sifat yang
kuat dan murni, shingga tak dapat pusat-pusat pendidikan lainnya
menyamainya.
d. Memberikan dasar pendidikan sosial
Perkembangan kesadaran sosial pada anak-anak dapat dipupuk sedini
mungkin, terutama lewat kehidupan keluarga yang penuh rasa tolong-
menolong, gotong royong secara kekeluargaan, menolong saudara atau
tetangga yang sakit, bersama-sama menjaga ketertiban, kedamaian,
kebersihan, dan keserasian dalam segala hal.
e. Peletakan dasar-dasar keagamaan
Masa kanak-kanak adalah masa yang paling baik untuk meresapkan dasar-
dasar hidup beragama, dalam hal ini tentu saja terjadi dalam keluarga.
Kehidupan dalam keluarga hendaknya memberikan kondisi kepada anak untuk
mengalami suasana hidup keagamaan.
Keluarga sebagai lingkungan pendidikan pertama dan utama bagi anak,
dalam melaksanakan kegiatannyaantara ayah dan ibu mempunyai peran yang
berbeda. Adapun Peran ayah dalam keluarga adalah sebagai berikut (Ngalim
Purwanto (2004 : 83):
a. Sumber kekuasaan dalam keluarga
b. Penghubung intern antar keluarga dengan masyarakat atau dunia luar
c. Pemberi rasa aman bagi seluruh anggota keluarga
d. Pelindung terhadap ancaman dari luar
e. Hakim atau yang mengadili jika terjadi perselisihan, dan
f. Pendidik dalam segi-segi rasional
Sedangkan peran ibu dalam pendidikan anak-anaknya di keluarga (Ngalim
Purwanto, 2004 : 82) adalah sebagai :
a. Sumber dan pemberi rasa kasih sayang
b. Pengasuh dan pemelihara
c. Tempat mencurahkan isi hati
d. Pengatur dalam kehidupan berumah tangga
e. Pembimbing hubungan pribadi, dan
f. Pendidik dalam segi-segi emosional
3. Tujuan Pendidikan Keluarga
Fungsi dan peran pendidikan di lingkungan keluarga perlu
dilaksanakan dengan tujuan untuk membentuk kepribadian anak.Sebagaimana
Tatang Syaripudin dan Kurniasih (2014 : 87) menjelaskan secara tersirat
tujuan pendidikan keluarga adalah agar anak menjadi pribadi yang mantap,
beragama, bermoral, dan menjadi anggota masyarakat yang baik dan
bertanggung jawab.
Pada dasarnya tujuan pendidikan keluarga adalah menanamkan nilai-
nilai kebaikan dalam diri seorang anak sedari kecil. Tujuan pendidikan
keluarga dapat kita bagi dalam tiga aspek utama, yaitu dari aspek pribadi,
moral, dan sosial (https://www.viva.co.id>...> Lifestyle). Dari aspek pribadi
tujuan pendidikan adalah membimbing anak agar memjadi pribadi yang
bertanggung jawab, dalam arti individu yang dapat menjaga nama baik
keluarga dan menjadi kebangga kedua orang tuanya. Dari aspek moral tujuan
pendidikan adalah memberikan bekal moral dengan cara nilai-nilai moral
tersebut menjadi milik orang tuanya yakni tingkah laku dan sikap orang tua
sesuai dengan nilai moral, sehingga anak akan meniru perbuatan orang tuanya.
Dari aspek sosial tujuan pendidikan keluarga adalah menciptakan generasi
yang berguna bagi dirinya sendiri dan bagi lingkup sosial yang lebih
luas/besar. Sedari dini anak sudah ditanamkan nilia-nilai luhur agar menjadi
pribadi yang baik dan memiliki kepekaan terhadap lingkungan sekitar
(https://www.viva.co.id>...> Lifestyle).
4. Peranan Pendidikan Keluaraga
Ada beberapa peran yang harus dilaksanakan dalam pendidikan
keluarga , yaitu :
a. Memberikan pengalaman pendidikan pertama bagi anak
b. Melindungi dan mengembangkan kehidupan emosional anak
c. Menanamkan dasar pendidikan moral
d. Memberikan dasar pendidikan sosial
e. Peletakan dasar-dasar keagamaan
B. Lingkungan Pendidikan Sekolah
1. Pengertian sekolah
Istilah sekolah berasal dari bahasa Yunani Kuno “sechola” atau
“echole “ artinya waktu senggang, liburan, atau istirahat (Uyoh Sadulloh,
2010 : 196). Waktu senggang dalam pengertian tersebut oleh kaum
bangsawan Romawi digunakan untuk berdiskusi tentang masalah-masalah
kehidupani, dan berolah raga . Dengan diawali kegiatan seperti ini
akhirnya kegiatan tersebut (berdiskusi, dan berolah raga) dilakukan secara
rutin , terjadwal, dan terencana pelaksanaannya.
Pada saat ini sekolah menjadi lingkungan pendidikan dengan
sengaja dirancang dan dilaksanakan berdasarkan peraturan-peraturan baku
yang telah dimuat dalam perundang-undangan sistem pendidikan, dan
istilah sekolah tersebut termasuk pada jalur pendidikan formal.
Sebagaimana UU Sistem Pendidikan Nasional Indonesia N0.20 tahun
2003 pasal 1 ayat (11) menjelaskan bahwa pendidikan formal adalah “jalur
pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan
dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi”.
Lingkungan pendidikan formal adalah sistem lingkungan
pendidikan yang terlembagakan, secara hirarkis terstruktur, memiliki kelas
yang berurutan dari sekolah dasar sampai universitas yang termasuk
didalamnya kegiatan tambahan bagi studi akademik umum dengan
bermacam-macam program juga lembaga khusus untuk pelatihan teknis
dan profesional.
Sekolah sebagai pendidikan formal, dapat diartikan sebagai
kesatuan kegiatanmenyelenggarakan pembelajaran yang dilakukan oleh
petugas khusus dengan cara-cara yang terencana dan teratur menuntut
tatanan nilai dan norma yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan ( tatang Syaripudin, Kurniasih, 2014 : 90). Selanjutnya
Sadulloh (2010 : 197)menjelaskan pendidikan di sekolah merupakan
proses pembelajaran yang terdiri dari serangkaian kegiatan yang
memungkinkan terjadinya perubahan struktur atau pola tingkah laku
seseorang dalam kemampuan kognitif, afektif, dan keterampilan yang
selaras, seimbang dan bersama-sama turut serta meningkatkan
kesejahteraan sosial
Beberapa karakteristik proses pendidikan yang berlangsung di
sekolah yaitu sebagai berikut (Wens dalam Hasbulloh, 2009, 46-47):
a. Pendidikan diselenggarakan secara khusus dan dibagi atas jenjang
yang memiliki hubungan hierarkis
b. Usia anak didik di suatu jenjang pendidikan relatif homogen
c. Waktu pendidikan relatif lama sesuai dengan program pendidikan
yang harus diselesaikan
d. Materi atau isi pendidikan lebih banyak bersifat akademis dan umum
e. Adanya penekanan tentang kualitas pendidikan sebagai jawaban
terhadap kebutuhan di masa yang akan datang.
2. Fungsi pendidikan sekolah
Secara umum, fungsi sekolah adalah untuk memberikan pengajaran
kepada para peserta didik sehingga menjadi individu yang berguna baik
untuk dirinya sendiri maupun untuklingkungannya. Adapun fungsi sekolah
adalah sebagai berikut (https://www.mamanroe.com>umum) :
a. Memberikan pengetahuan umum
b. Memberikan keterampilan dasar
c. Membentuk pribadi sosial
d. Menyediakan sumber daya manusia
e. Alat transformasi kebudayaan
Tatang Syaripudin dan Kurniasih (2014 : 90) menjelaskan fungsi
pendidikan sebagai berikut :
a. Fungsi transmisi (konservasi) kebudayaan masyarakat
b. Fungsi sosialisasi (memilih dan mengajarkan peranan sosial
c. Fungsi integrasi sosial
d. Fungsi mengembangkan kepribadian anak didik
e. Fungsi mempersiapkan anak didik untuk suatu pekerjaan
f. Fungsi inovasi /mentransformasi masyarakat dan kebudayaannya
Selanjutnya Suwarno dalam Hasbulloh ( 2009 : 50-51) menjelaskan fungsi
dan peran sekolah sebagai berikut:
a. Mengembangkan kecerdasan pikiran dan memberikan pengetahuan.
Selain bertugas untuk mengembangkan pribadi anak didik secara
menyeluruh, fungsi sekolah yang lebih penting sebenarnya adalah
menyampaikan pengetahuan dan melaksanakan pendidikan kecerdasan
b. Spesialisasi
Sekolah mempunyai fungsi sebagai lembaga sosial yang
spesialisasinya dalam bidang pendidikan dan pengajaran.
c. Efisiensi
Terdapatnya sekolah sebagai lembaga sosial yang berspesialisasi di
bidang pendidikan dan pengajaran, maka pelaksanaan pendidikan dan
pengajaran dalam masyarakat menjadi lebih efisien dengan alasan
sebagai berikut:
1) Seumpama tidak ada sekolah, dan pekerjaan mendidik hanya
harus dipikul oleh keluarga, maka hal ini tidak efisien, karena
orang tua terlalu sibuk dengan pekerjaannya, serta banyak
orang tua tidak mampu melaksanakan pendidikan dimaksud.
2) Pendidikan sekolah dilaksanakan dalam program yang etrtentu
dan sistematis
3) Di sekolah dapat dididik sejumlah besar anak secara sekaligus
d. Sosialisasi
Sekolah mempunyai peranan penting di dalam proses sosialisasi yaitu
proses membantuperkembangan individu menjadi makhluk sosial,
makhluk yang dapat beradaptasi dengan baik di masyarakat. Sebab
bagaimanapun pada akhirnya diaberada di masyarakat.
e. Konservasi dan transmisi kultural
Fungsi lain dari seklah adalah memelihara warisan budaya yang hidup
dalam masyarakat dengan jalan menyampaikan warisan kebudayaan
tadi (transmisi kultural) kepada generasi muda, dalam hal ini tentunya
adalah anak didik.
f. Transisi dari rumah ke masyarakat
Ketika berada di keluarga, kehidupan anak serba mengantungkan diri
pada orang tua, maka memasuki sekolah di mana ia mendapat
kesempatan untuk melatih berdiri sendiri dan tanggung jawab sebagai
persiapan sebelum ke m
3. Tujuan pendidikan sekolah
Sekolah sebagai lembaga sosial yang pelaksanaannya berjenjang
mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pentididikan
tinggi berimplikasi pada tujuan pendidikannya akan berbeda dari setiap
jenjang bahkan dari masing-masing jenjang yang mempunyai berbagai
jenis pendidikannya berdampak pada tujuan pendidikan yang akan berbeda
pula.
Tujuan pendidikan Sekolah pada jenjang pendidikan dasar yang
mencakuk SD, MI, SDLB, SMP, MTS, dan SMPLB adalah meletakkan
dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta
keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut
(Uyoh Sadulloh, 2010 : 199).
Tujuan pendidikan sekolah pada jenjang pendidikan menengah
yang mencakup SMA, madrasah Aliyah, SMALB adalah meningkatkan
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, srta keterampilan
untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Berkenaan
dengan jenis pendidikan menengah kejuruan yang mencakup SMK, dan
Madrasah Aliyah Kejuruan , tujuan pendidikannya adalah untuk
meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta
keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut
sesuai dengan kejuruannya (Uyoh Sadulloh, 2010 : 199).
Berdasarkan tujuan-tujuan pendidikan sekolah pada jenjang
pendidikan dasar dan pendidikan menengah, maka pada akhirnya tujuan
dari pendidikan sekolah adalah mewujudkan potensi peserta didik demi
kepentingannya di masa sekarang dan yang akan datang
C. Lingkungan Pendidikan masyarakat
1. Pengertian masyarakat
Masyarakat adalah sekelompok manusia yang berintegrasi secara
terorganisasi, menempati daerah tertentu, dan mengikuti suatu cara hidup
atau budaya tertentu (Tatang Syaripudin, Kurniasih, 2014 : 92).
Masyarakat mencakup sekelompok orang yang berinteraksi antar
sesamanya, saling tergantung dan terikat oleh nilai dan norma yang
dipatuhi bersama, serta pada umumnya bertempat tinggal di wilayah
tertentu dan ada kalanya mereka memiliki hubungan darah atau memiliki
kepentingan bersama. Masyarakat dapat merupakan suatu kesatuan hidup
dalam arti luas maupun dalam arti sempit, seperti masyarakat bangsa
ataupun kesatuan kelompok kekerabatan di suatu desa dalam suatu marga.
Masyarakat dalam arti luas pada umumnya lebih abstrak apabila
dibandingkan dengan masyarakat dalam arti sempit (Sadulloh, 2010).
Menurut Tirtarahardja dan La Sula (2000) dalam Uyoh Sadulloh
(2010 : 205) ciri-ciri masyarakat sebagai kesatuan hidup adalah sebagai
berikut :
a. Ada interaksi antara warga-warganya;
b. Pola tingkah laku warganya diatur oleh adat istiadat, norma-norma, hokum
dan aturan-aturan yang khas;
c. Ada rasa identitas kuat yang mengikat pada warganya, kesatuan wilayah,
kesatuan adat istiadat, rasa identitas dan rasa loyalitas terhadap
kelompoknya merupakan pangkal dari perasaan bangsa sebagai
patriotisme, jiwa korps, dan kesetiakawanan sosial dan lain-lain.
Selanjutnya Tirtarahardja dan La Sulo (2000) dalam Uyoh
Sadulloh (2010 : 205) ciri masyarakat Indonesia yang ber-Bhineka
Tunggal Ika adalah sebagai berikut :
a. Secara horizontal ditandai oleh adanya kesatuan-kesatuan social atau
komunitas berdasarkan perbedaan suku, agama, adat istiadat dan
kedaerahan;
b. Secara vertical ditandai oleh adanya perbedaan pola kehidupan antara
lapisan atas, menengah, dan lapisan rendah.
Masyarakat yang didalamnya terdiri dari beberapa kelompok orang
tidak bisa lepas dan selalu ada keterkaitan dengan pendidikan. Adapun
keterkaitan antara masyarakat dan pendidikan menurut Tirtarahardja dan
La Sulo (2000) dalam Uyoh Sadulloh (2010 : 205), dapat ditinjau dari tiga
aspek, yaitu:
a. Masyarakat sebagai penyelenggara pendidikan, baik yang
dikembangkan (jalur sekolah dan luar sekolah) maupun yang tidak
dikembangkan (jalur luar sekolah);
b. Lembaga-lembaga kemasyarakatan dan atau kelompok social di
masyarakat, baik langsung maupun tidak langsung, ikut mempunyai peran
dan fungsi pendidikan;
c. Dalam masyarakat tersedia berbagai sumber belajar, baik yang
dirancang, maupun yang dimanfaatkan. Perlu diingat bahwa manusia
dalam bekerja dan hidup sehari-hari akan selalu memperoleh manfaat dari
pengalaman hidupnya untuk meningkatkan dirinya. Dengan kata lain
manusia berusaha mendidik dirinya sendiri dengan memanfaatkan sumber-
sumber belajar yang tersedia di masyarakatnya dalam bekerja, bergaul dan
sebagainya.
Masyarakat sebagai penyelenggara pendidikan dapat dikategorikan
pada lembaga pendidikan nonformal. Sebagaimana UUSPNI Nomor 20
Tahun 2003 pada pasal 26 ayat 1, 2, 3, 4, 5, 6, menjelaskan pendidikan
non formal sebagi berikut:
1) pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang
memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti,
penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka
mendukung pendidikan sepanjang hayat.
2) pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik
dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan
fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional.
3) pendidikan nonformal, meliputi, pendidikan kecakapan hidup,
pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan
pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan
keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan
lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.
4) satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga
pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan
majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis.
5) kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang
memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan
sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha
mandiri, dan/atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
6) hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program
pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh
lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah atau pemerintah daerah dengan
mengacu pada standar nasional pendidikan.
Berdasarkan isi pasal 26 UUSPNI No.20 tahun 2003 , maka
masyarakat sebagai lingkungan pendidikan nonformal berbeda dan berada
diluar sistem pendidikan formal, penyelenggaraannya tersendiri yaitu
memberikan layanan khusus kepada warga belajar atau membantu
mengidentifikasi kebutuhan belajar, sesuai dengan kebutuhan dan
mencapai tujuan belajarnya.
Ada perbedaan yang mendasar antara program - program
pendidikan yang diselengkararakan di lingkungan sekolah sebagai
lembaga pendidikan formal dengan di lingkungan masyarakat sebagai
lingkungan pendidikan nonformal. Adapun perbedaannya adalah sebagai
berikut (D.Sudjana, 2004 : 29 – 32) :
Tabel 1
Perbedaan Karakteristik Antara Program Pendidikan Formal dan
Pendidikan Nonformal
PROGRAM PENDIDIKAN FORMAL
PROGRAM PENDIDIKAN NONFORMAL
A.Tujuan 1. Jangka panjang dan umum Bertujuan membekali peserta didik dengan kemampuan umum untuk kehidupan masa depan 2.Orientasi pada pemilihan ijazah Hasil belajar akhir ditandai dengan
A.Tujuan 1.Jangka pendek dan khusus Bertujuan memenuhi kebutuhan tertentu yang fungsional dalam kehidupan masa kini dan masa depan 2.Kurang menekankan pentingnya
pengesahan kemampuan melalui ijazah. Ijazah diperlukan untuk memperbaiki pekerjaan, kedudukan, dan atau melanjutkan studi ke jenjang lebih tinggi. Ganjaran atau keberhasilan terutama diperoleh pada akhir program
ijazah Hasil belajar, berijazah atau tidak, dapat diterapkan langsung dalam kehidupan di lingkungan pekerjaan atau di masyarakat. Ganjaran diperoleh selama proses dan akhir program berwujud hasil, produk, pendapatan, keterampilan
B. Waktu 1. Relatif lama Jarang selesai dalam waktu kurang dari setahun; sering melampaui batas waktu yang ditetapkan. Kadang-kadang diselesaikan lebih dari sepuluh tahun. Satu jenjang menjadi syarat untuk mengikuti jenjang yang lebih tinggi 2.berorientasi ke masa depan. Menyiapkan untuk masa depan kehidupan peserta didik 3. menggunakan waktu penuh dan terus menerus Karena penggunaan waktu yang terus menerus maka kecil kemungkinan bagi peserta didik untuk melakukan kegiatan yang paralel atau pekerjaan rutin
B. Waktu 1. relatif singkat Jarang lebih dari satu tahun, pada umumnya kurang setahun. Lama penyelenggaraan program tergantung pada kebutuhan belajar peserta didik. Persyaratan untuk mengikuti program pendidikan ialah kebutuhan, minat dan kesempatan 2.Menekankan masa sekarang. Memusatkan layanan untuk memenuhi kebutuhan terasa peserta didik dalam meningkatkan kemampuan sosial ekonominya yang berguna bagi masa depan kehidupannya meningkatkan kemampuan sosial ekonominya 3. menggunakan waktu tidak terus menerus Waktu ditetapkan dengan berbagai cara sesuai dengan kesmpatan peserta didik serta memungkinkan untuk melakukan kegiatan belajar sambil bekerja atau berusaha
C.Isi Program 1. Kurikulum disusun secara terpusat dan seragam berdasarkan kepentingan lembaga di tingkat nasional menyusun kurikulum berupa paket dan dikenakan kepada semua peserta didik sesuai dengan jenis dan jenjang
C. Isi Program 1. kurikulum berpusat pada kepentingan peseta didik Kurikulum bermacam ragam sesuai dengan perbedaan kebutuhan belajar peserta didik dan potensi daerahnya pendidikan
D.Proses Pembelajaran 1. Dipusatkan di lingkungan sekolah
D.Proses Pembelajaran 1. dipusatkan di lingkungan masyarakat dan lembaga
Kegiatan belajar dilakukan dilingkungan sekolah, yang sering dianggap sebagai satu-satunya institusi pendidikan 2.terlepas dari lingkungan kehidupan peserta didik di masyarakat Pada waktu belajar di sekolah, peserta didik dipisahkan dari kehidupan keluarga dan masyarakatnya. Program kegiatan belajar terpisah dari kondisi sosial-ekonominya masyarakatnya. 3.Struktur program yang ketat Program pembelajaran disusunsecara ketat. Waktu, kegiatan, dan usia peserta didik ditetapkan secara seragam 4.Berpusat pada pendidik Kegiatan pembelajaran dikendalikan oleh pendidik (guru) yang diberi wewenang pada jenjang pendidikan tertentu. Kegiatan mengajar lebih dominan dibandingkan dengan kegiatan belajar 5.Pengerahan daya dukung secara maksimal Menggunakan tenaga dan sarana yang relatif mahal. Sumber-sumber pendukung pada umumnya didatangkan dari luar peserta didik
Kegiatan belajar dapat dilakukan di berbagai lingkungan (komunitas, tempat bekerja) atau satuan pendidikan nonformal (sanggar kegiatan belajar, pusat latihan, dan lain sebaginya) 2.Berkaitan dengan kehidupan peserta didik dan masyarakat Pada waktu mengikuti program pendidikan, peserta didik berkomunikasi dengan dunia kehidupan atau pekerjaannya. Lingkungan dihubungkan secara fungsional dengan kegiatan belajar 3.Struktur program yang luwes Jenis dan urutan program kegiatan belajar bervariasi . Pengembangan program dapat dilakukan sewaktu program sedang berjalan. 4.Berpusat pada peserta didik Kegiatan pembelajaran dapat menggunakan sumber belajar dari berbagai keahlian dan nara sumber. Peserta didik dapat menjadi sumber belajar . lebih menekankan kegiatan membelajarkan dibandingkan mengajar 5.Penghematan sumber-sumber yang tersedia Memanfaatkan tenaga dan sarana yang terdapat di masyarakat dan lingkungan kerja dalam rangka efisiensi
E.Pengendalian 1.Dilakukan oleh pengelola di tingkat yang lebih tinggi Pengawasan dan keberhasilan program dikendalikan oleh fihak dari tingkat yang lebih tinggi dan diterapkan secara seragam
E.Pengendalian 1.Dilakukan oleh pelaksana program dan peserta didik Pengendalian tidak terpusat . Koordinasi dilakukan antar lembaga-lembaga terkait. Otonomi pada tingkat program dan daerah
2.Pendekatan berdasarkan kekuasaan Hubungan fungsional antara pendidik dengan peserta didik menggunakan pendekatan kekuasaan, perbedaan didasarkan atas peranan dan kedudukan
dengan menekankan inisiatif dan partisipasi masyarakat 2.Pendekatan demokratis Hubungan antara pendidik dengan peserta didik bercorak hubungan sejajar atas dasar kefungsian. Pembinaan program dilakukan secara demokratik
Seiring dengan tuntutan dan perubahan zaman serta dengan
dilaksanakannya kurikulum 2013 dalam pendidikan di Indonesia, maka
pada program pendidikan formal terutama di bagian D (proses
pembelajaran) terjadinya perubahan. Pada saat ini ketika belajar di
sekolah, peserta didik tidak terpisahkan lagi dengan kehidupan keluarga
dan masyarakatnya. Pendidikan sekolah diupayakan lebih
kontekstual,dihubungkan dengan kehidupan keluarga dan masyarakatnya,
dan dikaitkan dengan kondisi sosial-ekonominya, serta masyarakatnya.
Kegiatan pembelajaran tidak berpusat lagi pada guru, lebih diupayakan
adanya keterlibatan peserta didik secara intens.
2. Fungsi pendidikan masyarakat
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Indonesia No. 20 tahun 2003
pasal 26 ayat 1 menjelaskan “Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi
warga masyarakat yang memerlukan layananpendidikan yang berfungsi
sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formaldalam
rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat.” Isi pasal ini mejelaskan
secara tersurat bahwa fungsi pendidikan masyarakat sebagai pendidikan
nonformal mempunyai tiga fungsi yaitu sebagai (1) pengganti, (2) sebagai
penambah, dan (3) sebagai pelengkap pendidikan formal.
Pendidikan nonformal sebagai pengganti pendidikan sekolah
memberi kesempatan pada warga masyarakat baik anak-anak maupun
orang dewasayang tidak mendapatkan kesempatan mengikuti pendidikan
di sekolah dengan alasan-alasan tertentu. Contoh bagi warga masyarakat
yang dewasa, misalnya ada kebijakan dan peraturan wajib belajar yang
harus ditempuh setiap warga masyarakat yaitu sampai tingkat SLTP.
Dengan adanya aturan batas usia yang masuk sekolah dasar, maka bagi
warga masyarakat yang usianya tidak mungkin diterima akan tetapi belum
mendapatkan izajah Sekolah Dasar, maka sebagai penggantinya yaitu
mengikuti pendidikan nonformal kelompok belajat Paket A.Contoh bagi
warga masyarakat anak-anak , misalnya anak anak tidak bisa mengikuti
pendidikan di sekolah karena berbagai alasan ( mungkin sudah berkarir,
mungkin karena sakit, mungkin karena jauh, dan lain sebaginya) , maka
sebagai pengganti pendidikan sekolah dengan mengikuti pendidikan
“Home Schooling” .
Pendidikan nonformal sebagai penambah pendidikan sokalah
memberi kesempatan pada tiga kategori peserta didik (D.Sudjana, 2004 :
76), pertama peserta didik suatu jenjang pendidikan sekolah yang
membutuhkan kesempatan belajar untuk memperdalam pemahaman dan
penguasaan materi pelajaran tertentu yang diperoleh peserta didik selama
mengikuti program pendidikan tersebut. Kedua, peserta dididk yang telah
menyelesaikan suatu jenjang pendidikan formal dan masih memerlukan
layanan pendidikan untuk memperluas pemahaman dan penggunaan
materi pelajaran yang telah diraih. Ketiga, bagi peserta didik yang putus
sekolah dan mempunyai kebutuhan belajar untuk memperoleh
pengetahuan baru dan keterampilan yang berkaitan dengan lapangan
pekerjaan atau penampilan diri dalam masyarakat.
Pendidikan nonformal sebagai pelengkap pendidikan sekolah
berfungsi untuk melengkapi kemampuan peserta didik dengan cara
memberikan pengalaman belajar yang tidak diperoleh dalam kurikulum
pendidikan sekolah (D,Sudjana,2004 : 74). Isi pendidikan yang diberikan
pada lembaga penyelenggara pendidikan nonformal adalah materi yang
tidak dimuat dalam kurikulum pendidikan sekolah. Dalam
penyelenggaraannya, pendidikan nonformal yang berfungsi sebagai
pelengkap bisa kerja sama dengan lembaga pendidikan sekolah, misalnya,
organisani kepemudaan berkenaan dengan pramuka, perhimpunan
pencinta alam, perkumpulan olah raga, perkumpulan kesenian, dan masih
banyak kegiatan lainnya
3. Tujuan pendidikan masyarakat
Pendidikan nonformal sebagai lembaga pendidikan yang ada di
lingkungan masyarakat mempunyai cakupan dan satuan pendidikan yang
beragam. Sebagaimana tertera dalam UUSPNI No.20 tahun 2003 pasal 26
ayat 3 dan 4 yang berbunyi :
3) pendidikan nonformal, meliputi, pendidikan kecakapan hidup,
pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan
pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan
keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan
lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.
4) satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga
pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan
majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis.
Keberagaman cakupan dan satuan pendidikan pada pendidikan
nonformal yang ada di lingkungan masyarakat , berdampak pula pada
beragamnya tujuan pendidikan di lingkungan masyarakat. Keberagaman
tujuan pendidikan pada pendidikan nonformal ada yang bersifat untuk
memenuhi tuntutan profesi, dan ada pula hanya sekedar untuk
menyalurkan hobi (bersifat rekreasi). Misalnya ada lembaga-lembaga yang
khusus diselenggarakan untuk mempersiapkan warga belajarnya mepunyai
keahlian tertentu, seperti lembaga yang menyelenggarakan kursus-kursus
dan pelatihan bagi anggota masyarakat yang memerlukan bekal
pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk
mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri,
dan/atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi (UUSPNI
N0.20 tahun 2003 pasal 26 ayat 5). Ada pula ketika seseorang mengikuti
kursus atau pelatihan-pelatihan dilatarbelakangi hanya sekedar hobi saja,
misalnya warga belajar yang mengikuti kursus memasak, bernyanyi, main
piano, dan jenis kursus yang lainnya, hanya karena hobi bukan karena
untuk mengembangkan atau mendapatkan keahlian sebagai persiapan
untuk daapat bekerja yang bersifat profesional.
D. Hubungan antara pendidikan keluarga, pendidikan sekolah, dan pendidikan
masyarakat
Tiga lingkungan tempat berlangsungnya pendidikan bagi anak yaitu
lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Ketiga lingkungan pendidikan
tersebut sangat mempengaruhi kepribadian seseorang. Posisi keluarga sebagai
lingkungan pertama, sekolah sebagai lingkungan kedua, dan masyarakat
sebagai lingkungan ketiga mempunyai peran, fungsi, dan tujuan yang berbeda.
Meskipun mempunyai peran, fungsi, dan tujuan yang berbada, namun pada
akhirnya mempunyai visi dan misi yang sama yaitu mempersiapkan anak agar
kelak siap dan dapat hidup di masyarakat tempat hidupnya. Tidak ada
persaingan dan tidak ada siapa yang paling penting diantara pendidikan
keluarga, pendidikan sekolah, dan pendidikan masyarakat untuk mendidik
anak. Pada hakikatnya, ketiga lingkungan tersebut tidak bisa dipisahkan dan
perlu kerja sama antara satu dengan yang lainnya dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan yang diharapkan.
Lingkungan pendidikan keluarga, pendidikan sekolah dan pendidikan
masyarakat bersama-sama berperan aktif dalam hal memberikan
pembimbingan, pengajaran, pelatihan, dalam rangka membantu peserta didik
menemukan dan mengembangkan jati dirinya , pengetahuan, sikap, dan
keterampilannya .
Daftar Pustaka
Adiwikarta,S., 1988, Sosiologo Pendidikan: Isyu dan Hipotesis tentang Hubungan
Pendidikan dan masyarakat, P2LPTK, Dirjen Dikti Depdikbud Depdiknas RI, (2003), Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Depdiknas, Jakarta Hasbulloh, (2009). Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. PT Raja Grafind Persada, Jakarta Jailani, S. ___. Teori Pendidikan Keluarga dan Tanggung Jawab Orangtua dalam
Pendidikan Anak usia dini. Jambi. https://www.neliti.com/publications/56713/teori-pendidikankeluarga-dan-tangung-jawab-orang-tua-dalam-pendidikan-anak-usia
Langeveld, M.J., (1980), Beknopte Theoritische Paedaggogiek, (Terj. : Simajuntak),
Jemmars, Bandung Purwanto, Ngalim. (2009). Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, PT Remaja Rosdakarya,
Bandung Sadulloh, U., dkk.,. (2010). Pedagogik ( Ilmu Mendidik ), Alfabeta, Bandung Soemarjan, S. (1972). Sosiologi suatu pengantar, Gajah Mada Press , Yogyakarta Syaripudin, T, dan Kurniasih, (2014), Pedagogik Teoritis Sistematis, Percikan Imu, Bandung Sudjana S., D., 2004, Pendidikan Nonformal : Wawasan, Sejarah Perkembangan, Filsafat,
Teori Pendukung, Asas, Falah Production, Bandung.. Tirtarahardja, Umar, dan Lasulo, 2000, Pengantar Pendidikan, Rineka Cipta, jakarta https://www.viva.co.id>...> Lifestyle https://www.mamanroe.com>umum