lllaporan kinerjaaporan kinerja - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/data2/laporan...
TRANSCRIPT
KEMENTERIAN PERTANIANDIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURATAHUN 2016
DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURATAHUN ANGGARAN 2015DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURATAHUN ANGGARAN 2015
Laporan KinerjaLaporan KinerjaLaporan KinerjaLaporan KinerjaDIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURATAHUN ANGGARAN 2015DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURATAHUN ANGGARAN 2015
iLaporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
Penyusunan laporan kinerja sebagai impelementasi dari Perpres 29 tahun 2014 dan PermenPAN dan RB Nomor 53 Tahun 2014 merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh semua Kementerian/Lembaga Pemerintahan. Oleh karena itu Direktorat Jenderal Hortikultura sebagai pelaksana pembangunan hortikultura dengan alokasi APBN di tahun 2015, berkewajiban membuat laporan akuntabilitas yang mengacu pada Sistem Akuntabilitas Instansi Pemerintah (SAKIP) yang tersusun atas beberapa komponen antara lain; Perencanaan Kinerja, Pengukuran Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Evaluasi Kinerja. Rencana strategis (Renstra) merupakan acuan dalam penyusunan Indikator Kinerja Sasaran Program (IKSP), selanjutnya IKSP menjadi dasar dalam perumusan Perjanjian Kinerja (PK) yang dijabarkan dalam Rencana Kinerja Tahunan (RKT).
Indikator Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2015 sebagai berikut; 1) Produksi hortikultura: aneka cabai 1.833.419 ton, bawang merah 1.125.247 ton, aneka jeruk 1.640.377 ton, produksi buah lainnya 17.988.469 ton, sayuran lainnya 10.887.768 ton, florikultura: bunga dan daun potong lainnya 703.030.721 tangkai, tanaman hias pot dan lansekap 35.337.327 pohon, bunga tabur 24.344.203 kg, dan tanaman obat 563.702 ton; 2) Pengamanan produksi dari serangan OPT minimal 95%, dan 3) Ketersediaan benih bermutu; benih tanaman buah sebesar 4%, benih tanaman florikultura sebesar 3%, benih sayur sebesar 3% dan benih tanaman obat sebesar 2%.
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
ii
Dalam mendukung upaya pencapaian sasaran dan penetapan kinerja tersebut, Direktorat Jenderal Hortikultura pada Tahun 2015 melaksanakan satu program, yaitu Program Peningkatan Produksi dan Produktivitas Hortikultura Ramah Lingkungan. Program tersebut diimplementasikan dalam 6 (enam) kegiatan utama antara lain; 1) Peningkatan Produksi dan Produktivitas Produk Buah Ramah Lingkungan, 2) Peningkatan Produksi dan Produktivitas Produk Florikultura Ramah Lingkungan, 3) Peningkatan Produksi dan Produktivitas Produk Sayuran dan Tanaman Obat Ramah Lingkungan, 4) Pengembangan Sistem Perbenihan Hortikultura, 5) Pengembangan Sistem Perlindungan Hortikultura Ramah Lingkungan, dan 6) Dukungan Manajemen dan Teknis lainnya pada Direktorat Jenderal Hortikultura.
Pagu awal yang dialokasikan pada Direktorat Jenderal Hortikultura sesuai penetapan kinerja (PK) sebesar Rp1.129.094.900.000,- dan selanjutnya menjadi Rp1.149.426.746.000,- karena adanya penambahan APBN-P untuk kegiatan pengembangan cabai dan bawang merah di musim kemarau, hingga akhirnya pada bulan Desember 2015 terdapat pengurangan sebesar 4 milyar untuk alokasi kenaikan tunjangan kinerja yang dialihkan kepada Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian sehingga pagu akhir menjadi Rp1.145.426.746.000,-. Realisasi keuangan berdasarkan laporan pemantauan keuangan spanint per tanggal 20 Januari 2016 baik pusat maupun daerah sebesar Rp988.684.724.542,- atau 86,32%.
Berdasarkan hasil pengukuran kinerja, capaian kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura pada tahun 2015 secara umum telah berhasil mencapai bahkan melebihi target yang ditetapkan, hanya capaian produksi sayuran lainnya yang belum optimal. Berikut adalah capaian kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura secara
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
iii
rinci: 1) Capaian produksi hortikultura: a) aneka cabai mencapai 107,20%, b) bawang merah mencapai 111,42%, c) aneka jeruk mencapai 120,12%, d) produksi hortikultura lainnya yaitu: (1) buah lainnya mencapai 101,75%, (2) sayuran lainnya mencapai 82,10%, (3) florikultura: produksi bunga dan daun potong lainnya mencapai 111,21%, produksi tanaman hias pot dan lansekap mencapai 124,12%, dan produksi bunga tabur mencapai 159,27%; d) produksi tanaman obat mencapai 109,17%; 2) Capaian pengamanan produksi terhadap serangan OPT berhasil melebihi target yaitu sebesar 98,75% dari target capaian minimal 95%, dan 3) Capaian peningkatan ketersediaan benih bermutu hortikultura berhasil tercapai, dengan rincian benih tanaman buah mencapai 105%, benih florikultura mencapai 120%, benih tanaman sayuran mencapai 156%, benih tanaman obat sebesar 122,5%.
Keberhasilan capaian kinerja produksi hortikultura pada Tahun 2015 ini antara lain disebabkan oleh adanya dukungan pelaksanaan kegiatan utama yaitu Peningkatan Produksi dan Produktvitas Buah, Florikultura, Sayuran dan Tanaman Obat Ramah Lingkungan secara langsung berdampak pada perluasan pengembangan kawasan/sentra produksi komoditas hortikultura dan atau pemantapan pengembangan kawasan hortikultura yang telah ada. Secara nyata kegiatan tersebut diatas berdampak pada peningkatan produktivitas dan penurunan losses/kehilangan hasil produksi hortikultura. Sehingga terdapat peningkatan produksi hortikultura di kantong-kantong produksi di Indonesia.
Lebih lanjut, dukungan kegiatan sistem perbenihan hortikultura berkontribusi pada pencapaian kinerja ketersediaan benih hortikultura dan produksi hortikultura. Melalui penyediaan benih hortikultura maka penggunaan akan benih hortikultura bermutu/bersertifikat dari varietas unggul sangat berpengaruh
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
iv
dan atau berkontribusi sangat signifikan terhadap produtivitas, mutu produk dan nilai ekonomi suatu komoditas. Disamping itu, berbagai serangan OPT dan gangguan akibat anomali iklim/bencana alam yang mengakibatkan kerugian hasil yang cukup besar, dapat diminimalisir melalui pengelolaan perlindungan tanaman yang baik, sehingga pencapaian target produksi tidak terganggu. Keberhasilan ini merupakan dampak dari pelaksanaan rangkaian kegiatan sistem perlindungan hortikultura ramah lingkungan. Maka dari itu, peran sistem perlindungan hortikultura secara signifikan berpengaruh pada capaian pengamanan produksi hortikultura dari serangan OPT.
Di samping itu, keberhasilan pembangunan hortikultura sebagaimana halnya subsektor lainnya dalam sektor pertanian banyak ditentukan pula oleh peran institusi lain diluar Direktorat Jenderal Hortikultura. Melalui kerjasama yang harmonis, sinergis, dan terintegrasi antara Direktorat Jenderal Hortikultura, Eselon satu lingkup Kementerian Pertanian, serta instansi pemerintah lain, pihak swasta dan pemangku kepentingan lainnya maka pembangunan hortikultura pada tahun 2015 dapat memberikan kontribusi yang positif pada peningkatan produksi hortikultura, pembangunan ekonomi nasional dan memperbaiki kesejahteraan petani hortikultura pada khususnya.
Adapun, penyebab tidak optimalnya pencapaian output fisik dan keuangan Direktorat Jenderal Hortikultura antara lain adalah: 1) Terdapat berbagai permasalahan manajemen dan pengelolaan kesatkeran misalnya di beberapa daerah seperti terjadi pergantian pengelola kesatkeran KPA/PPK/bendahara/ULP sehingga berbagai kegiatan yang sudah di proses kemudian diralat dan atau bahkan terhenti tidak dapat dilanjutkan seperti yang terjadi di Provinsi Kalimantan Utara, Kab. Berau, dan Kota Batu; 2) Terdapat beberapa SKPD yang mempunyai pagu
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
v
hortikultura cukup besar tetapi kekurangan SDM dalam pelaksanaan kegiatannya. Selain itu masih terdapat beberapa permasalahan dan kendala teknis dalam pelaksanaan pembangunan hortikultura di lapangan, antara lain; 1) kegiatan pengembangan kawasan yang menggunakan sistem lelang capaian realisasi fisik masih terkendala beberapa hal misalnya menunggu waktu musim yang tepat, ketidaktersediaan benih, ketidaksesuaian agroklimat di daerah sasaran pengembangan kawasan serta permasalahan lainnya terkait pengelolaan administrasi kesatkeran; 2) pengembangan sistem perlindungan OPT hortikultura pada UPTD BPTPH masih belum didukung sarana laboratorium dan fasilitas klinik PHT yang memadai; 3) penguatan sistem perbenihan hortikultura terutama dalam pembinaan dan penumbuhan penangkar benih hortikultura, pengawasan mutu dan sertifikasi benih, serta penguatan kelembagaan dan fasilitasi pembinaan perbenihan masih belum optimal; 4) kemampuan SDM pengelola Satker belum memadai terutama pada daerah yang mendapatkan alokasi dana cukup besar dan adanya alih tugas tenaga yang belum terlatih, menyebabkan kegiatan pembangunan hortikultura tidak dapat berjalan maksimal bahkan tidak berjalan seperti yang terjadi di Provinsi Kalimantan Utara, Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Sampang, Kabupaten Berau, dan Kota Batu; 5) masih adanya pengelola Satker dan atau pelaksana kegiatan yang belum mencermati POK, Pedum dan Juklak secara cermat. Sehingga masih terdapat kegiatan yang tidak megacu pada aturan dan atau ketentuan yang berlaku; 6) kurangnya koordinasi antara petugas/pelaksana kegiatan di daerah dengan petugas/ pelaksana di pusat, sehingga capaian target pelaksanaan kegiatan belum optimal.
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
vi
Untuk mengatasi permasalahan dan kendala tersebut beberapa langkah tindak lanjut yang telah dan akan dilakukan adalah sebagai berikut; 1) melakukan penyempurnaan dokumen-dokumen pemantapan kawasan hortikultura, sekaligus pengawalan dan pembinaan pelaksanaan pengembangan kawasan secara fisik di lapangan; 2) melakukan pencermatan pada Pedoman Teknis dan Petunjuk Pelaksanaan kegiatan agar pelaksanaan kegiatan berjalan dengan benar dan sesuai aturan; 3) melakukan identifikasi CP/CL di tahun sebelumnya, sehingga proses lelang dapat dilakukan di awal tahun, dan pelaksanaan kegiatan tanam juga dapat dilakukan pada musim tanam di awal tahun; 4) peningkatan kemampuan kelembagaan petani dan peningkatan kualitas pelaksanaan SL-GAP, SL-GHP dan SL-PHT; 5) meningkatkan koordinasi secara intensif antara Pusat, Provinsi dan Kabupaten dalam rangka mempercepat pelaksanaan kegiatan strategis; 6) peningkatan kuantitas dan kualitas SDM POPT dan sarana pengamatan serta pengelolaan OPT Hortikultura ramah lingkungan; 7) Meningkatkan pembinaan kepada penangkar benih hortikultura dan pemantapan sistem perbenihan khususnya dalam optimalisasi BBH dan BPSBTH; 8) Optimalisasi kapasitas petugas perencana baik di pusat maupun di daerah, sehingga revisi dan perbaikan POK, DIPA dan lain sebagainya dapat diminimalisir; 9) Peningkatan kompetensi petugas pelaporan, monitoring dan evaluasi serta petugas SAI baik di provinsi maupun kabupaten/kota dalam upaya memperbaiki tingkat pelayanan dan kinerja pelaporan realisasi keuangan maupun fisik kegiatan; 10) Meningkatkan upaya-upaya perbaikan atas saran dan masukan pengawas fungsional. Utamanya dalam perbaikan berbagai dokumen perencanaan dan peningkatan kualitas hasil kegiatan, misalnya melalui optimalisasi SPI dan pengendalian internal.
viiLaporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2015 disusun sebagai bentuk pertanggungjawaban atas mandat negara dalam pengelolaan pembangunan hortikultura yang diukur berdasarkan Perjanjian Kinerja Tahun 2015.
Capaian target pembangunan hortikultura Tahun 2015 terkait dengan program yang dilaksanakan pada tahun tersebut yaitu Peningkatan Produksi dan Produktivitas Hortikultura Ramah Lingkungan sebagian besar telah sesuai dengan yang diharapkan. Atas keberhasilan ini kami sampaikan penghargaan dan ucapan terimakasih kepada seluruh pemangku kepentingan dan semua pihak yang telah bekerjasama dengan baik, dan semoga ke depan pembangunan hortikultura akan semakin baik dan berkontribusi signifikan dalam pembangunan pertanian.
Sementara itu, berbagai masalah dan hambatan yang ditemui pada tahun 2015 ini akan menjadi bahan evaluasi dan perbaikan pelaksanaan program dan kegiatan di masa mendatang.
Kami berharap informasi yang tertuang dalam Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2015 ini dapat menjadi bahan pertimbangan dan rujukan untuk langkah-langkah perbaikan strategi pembangunan hortikultura di tahun-tahun yang akan datang.
Direktur Jenderal Hortikultura
Dr. Ir. Spudnik Sujono, K, MM Dr Ir Spudnik Sujono K MM
ixLaporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
Halaman RINGKASAN EKSEKUTIF ................................................... i KATA PENGANTAR ............................................................. vii DAFTAR ISI .......................................................................... ix DAFTAR TABEL ................................................................... xi DAFTAR GAMBAR ............................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................ xvii BAB I PENDAHULUAN .................................................. 1 1.1 Latar Belakang ............................................ 1 1.2 Kedudukan, Tugas dan Fungsi .................... 4 1.3 Susunan Organisasi dan Tata Kerja ............ 6 1.4 Sumber Daya Manusia Direktorat Jenderal Hortikultura ................................... 8 1.5 Dukungan Anggaran.................................... 8 BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 11 2.1 Perencanaan Kinerja ................................... 11 2.1.1 Rencana Strategis ........................... 11 2.1.2 Indikator Kinerja Utama ................... 25 2.1.3 Rencana Kinerja Tahunan ............... 26 2.2 Perjanjian Kinerja ........................................ 28 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA ................................ 31 3.1 Capaian Kinerja Organisasi ......................... 31 3.1.1 Capaian Produksi Hortikultura ........ 31
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
x
3.1.2 Capaian Pengamanan Produksi dari Serangan OPT .......................... 51 3.1.3 Capaian Ketersediaan Benih Hortikultura ...................................... 53 3.1.4 Capaian Kinerja Tahun 2015 dibandingkan dengan Target Jangka Menengah ........................... 56 3.2 Analisis Pencapaian Kinerja ........................ 60 3.2.1 Analisis Capaian Realisasi Produksi terhadap Sasaran Strategis 60 3.2.2 Analisis Capaian Pengamanan Poduksi dari Serangan OPT ............ 90 3.2.3 Analisis Capaian Ketersediaan Benih Hortikultura ............................ 107 3.2.4 Analisis Capaian Produksi berdasarkan Data Primer di Lapangan 117 3.3 Analisis Penyebab Keberhasilan/ Kegagalan Kinerja dan Solusi ..................... 124 3.4 Analisis Program/Kegiatan yang menunjang Keberhasilan/Kegagalan Pernyataan Kinerja 129 3.5 Analisis atas Efisiensi Penggunaan Sumber Daya .............................................. 142 3.6 Akuntabilitas Keuangan .............................. 148 BAB IV PENUTUP ............................................................ 159 LAMPIRAN ........................................................................... 163
xiLaporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
Halaman Tabel 1. Indikator Sasaran Strategis Pembangunan
Hortikultura Tahun 2015 ..............................
15 Tabel 2. Indikator Kinerja Sasaran Program
(IKSP)Direktorat Jenderal Hortikultura ........
26 Tabel 3. Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Direktorat
Jenderal Hortikultura Tahun 2015 ...............
27 Tabel 4. Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal
Hortikultura Tahun 2015 ..............................
29 Tabel 5. Pengukuran Kinerja Direktorat Jenderal
Hortikultura Tahun 2015 ..............................
32 Tabel 6. Target dan Realisasi Produksi Komoditas
Hortikultura Tahun 2015 ..............................
34 Tabel 7. Perkembangan Produksi Komoditas
Hortikultura Tahun 2010-2015 ....................
43 Tabel 8. Target dan Realisasi Ketersediaan Benih
Hortikultura ..................................................
53 Tabel 9. Ketersediaan Benih Hortikultura .................. 54 Tabel 10 Perkembangan Ketersediaan Benih
Hortikultura Tahun 2012 – 2015 ..................
55 Tabel 11 Pencapaian Kinerja Tahun 2015
dibandingkan dengan Target Jangka Menengah (Tahun 2019) .............................
58 Tabel 12. Perkembangan Luas Serangan OPT
Dibandingkan Luas Panen Hortikultura Tahun 2014-2015 ........................................
91 Tabel 13. Hasil Analisis Residu Pestisida pada
Produk Hortikultura Tahun 2015 .................
99 Tabel 14. Capaian Kinerja Pengembangan
Hortikultura Tahun 2015 berdasarkan Data Primer ..........................................................
120
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
xii
Tabel 15. Target dan Realisasi Capaian Pengembangan Kawasan Hortikultura Tahun 2015 .................................................. 130
Tabel 16. Target dan Realisasi Capaian Registrasi Kebun/Lahan Usaha Tahun 2015 ................ 134
Tabel 17.
Target dan Realisasi Capaian Kegiatan SL-GAP Tahun 2015 ................................... 135
Tabel 18. Target dan Realisasi Capaian Kegiatan SL-GHP Tahun 2015 ................................... 137
Tabel 19. Target dan Realisasi Capaian Kegiatan Fasilitasi Sarana Prasarana Budidaya dan Sarana Prasarana Pascapanen Tahun 2015 ............................................................. 138
Tabel 20 Keterkaitan Tujuan Organisasi, Sasaran Strategis, Capaian Kinerja dan Alokasi Anggaran Tahun 2015 ................................. 143
Tabel 21. Realisasi Anggaran Satuan Kerja Pusat dan Daerah Tahun 2015 Menurut Kewenangan Instansi ........................................................ 149
Tabel 22. Realisasi Anggaran Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Menurut Jenis Belanja TA.2015 .......................................... 150
Tabel 23. Realisasi Anggaran Satuan Kerja Pusat dan Daerah Tahun 2015 Menurut Kegiatan Utama .......................................................... 150
Tabel 24. Serapan Anggaran Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2015 per Triwulanan ...... 152
xiiiLaporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
Halaman
Gambar 1. Realisasi Produksi Aneka Cabai, Bawang Merah dan Sayuran Lainnya Tahun 2015 dibandingkan Target Produksi ...................
35 Gambar 2. Capaian Realisasi Produksi Aneka Jeruk
dan Buah lainnya Tahun 2015 dibandingkan Target ..................................
36 Gambar 3. Capaian Realisasi Produksi Bunga dan
Daun Potong lainnya Tahun 2015 dibandingkan Target ..................................
37 Gambar 4. Capaian Realisasi Produksi Tanaman
Hias Pot dan Lansekap Tahun 2015 dibandingkan Target ..................................
38 Gambar 5. Capaian Realisasi Produksi Bunga Tabur
Tahun 2015 dibandingkan Target ..............
39 Gambar 6. Perkembangan Produksi dan Luas Panen
Aneka Cabai Tahun 2010-2015 .................
41 Gambar 7. Perkembangan Produksi dan Luas Panen
Bawang Merah Tahun 2010-2015 .............
42 Gambar 8. Perkembangan Produksi dan Luas Panen
Sayuran Lainnya Tahun 2010-2015 ...........
44 Gambar 9. Perkembangan Produksi dan Luas Panen
Aneka Jeruk Tahun 2010-2015 ..................
44 Gambar 10. Perkembangan Produksi dan Luas Panen
Buah Lainnya Tahun 2010-2015 ................
46 Gambar 11. Perkembangan Produksi dan Luas Panen
Bunga dan Daun Potong Lainnya Tahun 2010-2015 .................................................
48 Gambar 12. Perkembangan Produksi dan Luas Panen
Tanaman Hias Pot dan Lansekap Tahun 2010-2015 ..................................................
48
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
xiv
Gambar 13. Perkembangan Produksi dan Luas Panen Bunga Tabur Tahun 2010-2015 ................ 49
Gambar 14. Perkembangan Produksi dan Luas Panen Tanaman Obat Tahun 2010-2015 ............. 50
Gambar 15. Capaian Realisasi Produksi Aneka Cabai Tahun 2015 terhadap Target Produksi dan Capaian Produksi Tahun 2014 .................. 62
Gambar 16. Lokasi Pengembangan Kawasan Cabai Rawit di Kab. Tasikmalaya ........................ 63
Gambar 17. Kunjungan Kerja dan Panen Cabai Merah oleh Direktur Jenderal Hortikultura ............ 63
Gambar 18. Capaian Realisasi Produksi Bawang Merah Tahun 2015 terhadap Target Produksi dan Capaian Produksi Tahun 2014 ........................................................... 64
Gambar 19. Kegiatan Panen Raya dan Pengecekan Ketersediaan Pasokan Bawang Merah yang dilakukan oleh Menteri Pertanian dan Dirjen Hortikultura (Kab. Nganjuk, Bima, Majalengka dan Cirebon) .......................... 65
Gambar 20. Capaian Realisasi Produksi Aneka Jeruk Tahun 2015 terhadap Target Produksi dan Capaian Produksi Tahun 2014 .................. 66
Gambar 21. Kunjungan Direktur Jenderal Hortikultura pada Kebun Jeruk dekopon tanpa biji di Kec. Ciwidey, Kab. Bandung ..................... 68
Gambar 22. Pengembangan Kawasan Sayuran Lainnya ...................................................... 71
Gambar 23. Mentan dan Dirjen Hortikultura Melepas Ekspor Pisang ke Tiongkok dan Amerika Serikat ....................................................... 74
Gambar 24. Kunjungan Dirjen Hortikultura ke Kebun Durian di Gunung Sindur, Kab. Bogor ....... 77
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
xv
Gambar 25. Kunjungan Kerja Menteri Pertanian pada Pertanaman Salak di Kab. Magelang dalam rangka Pengiriman Ekspor Salak ke China dan Penandatanganan Prasasti Bangsal Pascapanen .................................
78 Gambar 26. Panen Melon di Kab. Lombok Timur dan
Kab. Grobogan ...........................................
79 Gambar 27. Kelompok Komoditas Bunga dan Daun
Potong ........................................................
83 Gambar 28. Kunjungan Menteri pertanian ke Gapoktan
Alamanda, Kab. Sukabumi ........................
84 Gambar 29. Kelompok Komoditas Tanaman Pot dan
Lansekap ...................................................
86 Gambar 30. Pengembangan Bunga Tabur (melati) di
Kab. Pekalongan, Bangkalan dan Tegal ....
88 Gambar 31. Grafik Proporsi Luas Serangan OPT
Hortikultura terhadap Luas Panen Tahun 2015 ...........................................................
93 Gambar 32. Biakan Murni Agens Hayati ........................ 96 Gambar 33. Model Gerakan Pengendalian OPT pada
Tanaman Cabai .........................................
97 Gambar 34. Model Penerapan Teknologi Adaptasi dan
Mitigasi DPI Menggunakan Irigasi Tetes Sederhana pada Tanaman Cabai ..............
102 Gambar 35. Lokasi Penerapan PHT pada Komoditas
Bawang Merah di Provinsi D.I Yogyakarta
104 Gambar 36. Kegiatan Perbanyakan Agens Hayati di
LAH Maros, Prov. Sulawesi Selatan ..........
106 Gambar 37. Ketersediaan Benih Hortikultura Tahun
2014-2015 ..................................................
108 Gambar 38. Benih Kentang dan Pertanaman Kentang
di Dataran Tinggi ........................................
110 Gambar 39. Kegiatan Jambore Varietas Bawang
Merah Tahun 2015 di Kab. Pidie, Prov. Aceh ...........................................................
112
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
xvi
Gambar 40. Perkembangan Pendanaan/Alokasi Anggaran Ditjen Hortikultura Tahun 2012-2015 dan Beberapa Tahun mendatang .....
145
Gambar 41. Capaian Kinerja Produksi Hortikultura Tahun 2015 dan Beberapa Tahun sebelumnya ...............................................
146
Gambar 42. Proporsi Anggaran Direktorat Jenderal Hortikultura menurut Kegiatan Utama Tahun 2015 ...............................................
151
Gambar 43. Serapan Anggaran Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2015 per-triwulanan ....
152
xviiLaporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
Lampiran 1. Struktur Organisasi Direktorat Jenderal
Hortikultura Lampiran 2. Komposisi Pegawai Direktorat Jenderal
Hortikultura Tahun 2015 Berdasarkan Golongan dan Tingkat Pendidikan
Lampiran 3. Sasaran Kerja Pegawai Eselon I dan II lingkup Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2015
Lampiran 4. Rencana Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Hortikultura
Lampiran 5. Pernyataan Penetapan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura
Lampiran 6. Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2015
Lampiran 7. Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2015 (Revisi)
Lampiran 8. Data Perkembangan Produksi Hortikultura Tahun 2015 dan Beberapa Tahun Sebelumnya
Lampiran 9. Pengembangan Kawasan Aneka Cabai Tahun 2015
Lampiran 10. Pengembangan Kawasan Bawang Merah Tahun 2015
Lampiran 11. Pengembangan Kawasan Aneka Jeruk Lampiran 12. Pengembangan Kawasan Kentang Tahun
2015 Lampiran 13. Pengembangan Kawasan Wortel Tahun 2015 Lampiran 14. Pengembangan Kawasan Sayuran Lainnya
Tahun 2015 Lampiran 15. Pengembangan Kawasan Tanaman Obat
Tahun 2015
BAB IPENDAHULUAN
1Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
BAB I
1.1. Latar Belakang
Pembangunan Hortikultura Tahun 2015 merupakan bagian dari Perencanaan Strategis tahun 2015 - 2019 yang telah menyelaraskan dengan adanya reformasi perencanaan dan penganggaran, dimana setiap Eselon I hanya memiliki 1 (satu) program. Pelaksanaan kegiatan tahun 2015 ini merupakan awal dari perencanaan Tahun 2015-2019.
Direktorat Jenderal Hortikultura pada tahun 2015 telah diamanahkan untuk melaksanakan pembangunan hortikultura di Indonesia melalui Program Peningkatan Produksi dan Produktivitas Hortikultura Ramah Lingkungan, mencakup pengembangan komoditi buah, florikultura, sayuran dan tanaman obat beserta pengembangan sistem perbenihan, sistem perlindungan hortikultura, dan dukungan manajemen teknis.
Dukungan dana pembangunan hortikultura bersumber dari APBN yang dialokasikan melalui Kementerian Pertanian. Selanjutnya, Direktorat Jenderal Hortikultura memiliki kebijakan mengalokasikan anggaran tersebut menjadi dana dekonsentrasi dan dana tugas pembantuan. Dukungan dana dekonsentrasi dialokasikan untuk pelaksanaan kegiatan pendukung berupa pengembangan sistem perbenihan, pengembangan sistem perlindungan dan dukungan manajemen. Sedangkan dana tugas
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
2
pembantuan dialokasikan untuk pelaksanaan kegiatan teknis budidaya dan pascapanen yang dilakukan oleh daerah (provinsi/kabupaten/kota), serta kegiatan dukungan manajemen.
Pembangunan hortikultura selama ini telah berjalan cukup baik, hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan produksi hortikultura khususnya pada komoditas unggulan yang menjadi fokus Direktorat Jenderal Hortikultura (Aneka Cabai, Bawang merah, Jeruk), maupun pada komoditas hortikultura lainnya. Dengan demikian kebutuhan domestik akan produk hortikultura dapat terpenuhi, menyebabkan harga komoditas relatif stabil dan inflasi terkendali. Di samping itu, volume impor beberapa produk hortikultura menurun dan volume ekspor meningkat.
Sejalan dengan dinamika pembangunan, maka pembangunan hortikultura tidak terlepas dari permasalahan dan tantangan kedepan. Permasalahan yang dihadapi antara lain payung hukum hortikultura belum sepenuhnya menjadi acuan penetapan kegiatan hortikultura, pembinaan teknis belum optimal, kapasitas SDM belum memadai, kelembagaan hortikultura masih lemah, serta penerapan inovasi teknologi belum optimal. Oleh karena itu, kedepan beberapa tantangan yang harus dihadapi untuk memperbaiki kinerja pembangunan hortikultura antara lain; 1) peningkatan daya saing meliputi produktivitas dan mutu hasil, efisiensi proses produksi, penerapan prinsip ramah lingkungan, harga dan ketersediaan pasokan, 2) penyediaan lahan baru, pembangunan infrastuktur, sistem irigasi, 3) pengelolaan rantai dingin yang efisien dan efektif dari lahan produksi ke bandara atau pusat pemasaran, 4)
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
3
mendorong kebijakan investasi, 5) pencapaian MDGs yang mencakup pengentasan kemiskinan, pengangguran dan kelaparan serta kelestarian lingkungan, 6) Pengembangan ekspor.
Lebih lanjut, beberapa isu strategis yang patut menjadi fokus perhatian bagi pembangunan hortikultura antara lain; 1) pengendalian inflasi, 2) peningkatan kemampuan subtitusi impor, 3) pembangunan hortikultura ramah lingkungan, 4) pemanfaatan hasil kreativitas, inovatif dan kearifan lokal, 5) peningkatan kecintaan dan apresiasi terhadap produksi hortikultura nusantara, dan 6) kemitraan usaha hortikultura yang tangguh.
Dengan demikian, dalam rangka melanjutkan program dan kebijakan yang sudah ada serta meningkatkan kinerja pembangunan hortikultura maka Direktorat Jenderal Hortikultura melakukan penekanan yang signifikan pada peningkatan produksi melalui budidaya hortikultura ramah lingkungan sebagai upaya mempersiapkan produk hortikultura Indonesia yang bermutu, aman konsumsi dan berdaya saing di pasar domestik dan internasional.
Sebagai wujud pertanggungjawaban atas pelaksanaan program/kegiatan pembangunan hortikultura, setiap tahunnya Direktorat Jenderal Hortikultura menyusun laporan kinerja yang mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 29 tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi pemerintah dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2015 tentang petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
4
1.2. Kedudukan, Tugas dan Fungsi
Dalam melaksanakan pembangunan hortikultura, Direktorat Jenderal Hortikultura memiliki tugas dan fungsi yang mengacu pada dasar hukum berikut; 1) Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2015 tentang Kementerian Pertanian, 2) Permentan Nomor: 43/Permentan/OT.010/8/2015 tanggal 3 Agustus 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, 3) Permentan Nomor 61/Permentan/ OT.140/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian.
Berdasarkan Permentan 2015 tersebut, tugas Direktorat Jenderal Hortikultura yaitu: “Menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan produksi aneka cabai, bawang merah, aneka jeruk dan tanaman hortikultura lainnya”. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Bab VII, Pasal 382 Direktorat Jenderal Hortikultura menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:
1. Perumusan kebijakan di bidang penyediaan perbenihan, penyelenggaraan budidaya, peningkatan pascapanen, pengolahan, dan pemasaran hasil produksi aneka cabai, bawang merah, aneka jeruk, dan tanaman hortikultura lainnya, serta pengendalian hama penyakit dan perlindungan hortikultura;
2. Pelaksanaan kebijakan di bidang penyediaan perbenihan, penyelenggaraan budidaya, peningkatan pascapanen, pengolahan, dan pemasaran hasil produksi aneka cabai, bawang merah, aneka jeruk, dan tanaman
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
5
hortikultura lainnya, serta pengendalian hama penyakit dan perlindungan hortikultura;
3. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang penyediaan perbenihan, penyelenggaraan budidaya, peningkatan pascapanen, pengolahan, dan pemasaran hasil produksi aneka cabai, bawang merah, aneka jeruk, dan tanaman hortikultura lainnya, serta pengendalian hama penyakit dan perlindungan hortikultura;
4. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang penyediaan perbenihan, penyelenggaraan budidaya, peningkatan pascapanen, pengolahan, dan pemasaran hasil produksi aneka cabai, bawang merah, aneka jeruk, dan tanaman hortikultura lainnya, serta pengendalian hama penyakit dan perlindungan hortikultura;
5. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang penyediaan perbenihan, penyelenggaraan budidaya, peningkatan pascapanen, pengolahan, dan pemasaran hasil produksi aneka cabai, bawang merah, aneka jeruk, dan tanaman hortikultura lainnya, serta pengendalian hama penyakit dan perlindungan hortikultura;
6. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Hortikultura; dan
7. Pelaksanaan fungsi yang diberikan oleh Menteri.
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
6
1.3. Susunan Organisasi dan Tata Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura
Pada pertengahan tahun 2015 tepatnya tanggal 3 Agustus telah diterbitkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 43/Permentan/OT.010/8/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian. Namun, mengacu pada pasal 1254 pada Permentan tersebut dinyatakan bahwa semua peraturan pelaksanaan dari Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/OT.140/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan/atau belum diubah atau diganti dengan peraturan pelaksanaan yang baru berdasarkan Peraturan Menteri ini.
Oleh karena itu, susunan organisasi dan tata laksana unit kerja Direktorat Jenderal Hortikultura selanjutnya dijabarkan melalui unit-unit kerja Eselon II pada tahun 2015 masih mengacu pada Peraturan Menteri Pertanian yang terdahulu Nomor 61/Permentan/ OT.140/10/2010 mengingat kegiatan pengembangan hortikultura masih dilaksanakan dengan struktur organisasi sesuai Permentan 61/2010 tersebut. Adapun, susunan organisasi dan tata laksana unit kerja Eselon II tersebut terdiri dari:
1. Sekretariat Direktorat Jenderal mempunyai tugas memberikan pelayanan teknis dan administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan Direktorat Jenderal Hortikultura;
2. Direktorat Perbenihan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan, pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
7
prosedur, dan kriteria serta bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perbenihan hortikultura;
3. Direktorat Budidaya dan Pascapanen Buah mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang budidaya dan pascapanen tanaman buah;
4. Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang budidaya dan pascapanen tanaman sayuran dan tanaman obat;
5. Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang budidaya dan pascapanen tanaman florikultura;
6. Direktorat Perlindungan Hortikultura mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perlindungan hortikultura.
Secara rinci struktur organisasi Direktorat Jenderal Hortikultura disajikan pada Lampiran 1.
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
8
1.4. Sumber Daya Manusia Direktorat Jenderal Hortikultura
Jumlah Sumberdaya manusia (SDM) yang dimiliki oleh Direktorat Jenderal Hortikultura dalam rangka mendukung pelaksanaan kegiatan Pengembangan Hortikultura Tahun 2015 adalah sebanyak 377 orang, dengan golongan I sebanyak 5 orang, golongan II sebanyak 65 orang, golongan III sebanyak 255 orang dan golongan IV sebanyak 52 orang.
Komposisi pegawai berdasarkan jenis kelamin yaitu laki-laki sejumlah 203 orang, dan perempuan sebanyak 174 orang. Sedangkan, rekapitulasi SDM berdasarkan tingkat pendidikan yaitu; Doktor (S3) sebanyak 4 orang, Master/Pasca Sarjana (S2) sebanyak 84 orang, Sarjana (S1) sebanyak 166 orang, Diploma (D3) sebanyak 10 orang, SLTA sebanyak 94 orang, SLTP sebanyak 10 orang, dan SD sebanyak 9 orang.
Potensi SDM yang dimiliki oleh Direktorat Jenderal Hortikultura ini tersebar secara merata pada masing-masing Eselon II lingkup Direktorat Jenderal Hortikultura berdasarkan kebutuhan instansi. Rincian komposisi pegawai Direktorat Jenderal Hortikultura berdasarkan golongan dan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Lampiran 2.
1.5. Dukungan Anggaran
Pagu awal yang diterima oleh Direktorat Jenderal Hortikultura pada tahun 2015 adalah sebesar Rp1.129.094.900.000,-. Namun, seiring dengan
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
9
pelaksanaan kegiatan, terjadi penambahan dan pengurangan anggaran pada tahun 2015 antara lain: 1) perubahan anggaran melalui penambahan alokasi APBN-P untuk pengembangan komoditas cabai merah, cabai rawit merah dan bawang merah senilai Rp20.331.846.000,- sehingga pagu setelah APBN-P menjadi Rp1.149.426.746.000,-; 2) pengurangan senilai 4 milyar rupiah pada bulan Desember 2015 dikarenakan adanya peralihan anggaran ke Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian untuk alokasi kenaikan tunjangan kinerja selanjutnya menjadi Rp1.145.426.746.000,-.
Sebagian besar anggaran yang diterima oleh Direktorat Jenderal Hortikultura dialokasikan untuk pelaksanaan kegiatan di daerah dalam bentuk dana dekonsentrasi dan dana tugas pembantuan pada 186 satker.
BAB IIPERENCANAAN DAN
PERJANJIAN KINERJA
11Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
BAB II
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) tersusun atas beberapa komponen yang merupakan satu kesatuan. Komponen-komponen tersebut antara lain; Perencanaan Kinerja, Pengukuran Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Evaluasi Kinerja. Komponen Perencanaan Kinerja meliputi; a) Indikator Kinerja Sasaran Program (IKSP), b) Rencana Strategis (Renstra), c) Rencana Kinerja Tahunan (RKT), dan Perjanjian Kinerja (PK).
Dalam mendukung pelaksanaan kegiatan telah disusun Sasaran Kinerja Pegawai (SKP) yang digunakan sebagai alat untuk menilai keberhasilan pencapaian sasaran. Penilaian kinerja pegawai berdasarkan SKP dimulai sejak Tahun 2014. Pelaksanaan tugas Eselon I dan II lingkup Direktorat Jenderal Hortikultura sesuai dengan Tupoksi dapat dilihat berdasarkan SKP seperti pada Lampiran 3.
2.1 Perencanaan Kinerja
2.1.1 Rencana Strategis (Renstra)
Rencana Strategis (Renstra) dirancang sebagai acuan untuk menyusun kebijakan, strategi, program dan kegiatan pembangunan hortikultura. Dokumen Renstra tersebut berisi visi, misi, dan tujuan Direktorat Jenderal
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
12
Hortikultura yang untuk selanjutnya dijabarkan dalam kegiatan Eselon II lingkup Direktorat Jenderal Hortikultura.
Sesuai dengan Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat Jenderal Hortikultura sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/ OT.140/10/2010; serta Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 43/Permentan/OT.010/8/2015 tanggal 3 Agustus 2015 dan dengan berpedoman kepada Peraturan Presiden Nomor: 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015–2019 serta Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 19/Permentan/HK.140/4/2015 tentang Rencana Strategi Kementerian Pertanian Tahun 2015–2019, untuk kemudian disusun Renstra Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2015–2019. Namun demikian, saat pelaksanaan Renstra di awal periode ini telah terdapat kesepakatan akan dilakukan revisi pada Renstra Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2015-2019. Proses revisi Renstra pada tahun 2015 masih dalam proses penyesuaian, dan belum disahkan oleh Pimpinan.
Adapun Renstra Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2015-2019, berisikan sebagai berikut:
A. Visi dan Misi
Dengan memperhatikan prioritas pembangunan nasional dan dinamika lingkungan strategis, maka visi Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2015 - 2019 adalah: “Mewujudkan Industri Hortikultura Ramah Lingkungan yang Kuat dan Mandiri untuk Kesejahteraan Petani”.
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
13
Untuk mencapai visi yang telah ditetapkan tersebut Direktorat Jenderal Hortikultura mengemban misi yang harus dilaksanakan: 1. Melakukan percepatan pengembangan kawasan
hortikultura yang ramah lingkungan; 2. Meningkatkan penerapan teknik budidaya dan pasca
panen yang baik dengan pendekatan ramah lingkungan;
3. Menguatkan Sistem dan Industri Perbenihan Hortikultura;
4. Menguatkan Sistem Perlindungan Hortikultura, serta mitigasi dan adaptasi dampak perubahan iklim;
5. Mengembangkan pelaku usaha dan kelembagaan hortikultura yang professional;
6. Menerapkan tata kelola pengembangan hortikultura yang bersih, dan transparan dan professional;
7. Mendukung pengembangan bio–industri hortikultura berkelanjutan;
8. Mendorong kerjasama dan kemitraan usaha serta perdagangan komoditas hortikultura yang transparan, jujur dan berkeadilan.
B. Tujuan dan Sasaran Strategis
Tujuan Pembangunan Hortikultura Tahun 2015–2019 adalah: 1. Meningkatkan produksi hortikultura yang aman
konsumsi, bermutu dan diproduksi secara ramah lingkungan;
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
14
2. Meningkatkan ketersediaan produk hortikultura untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, industri dan ekspor;
3. Mempertahankan mutu dan menekan kehilangan produk hortikultura;
4. Meningkatkan produksi dan ketersediaan benih bermutu;
5. Menekan kehilangan hasil hortikultura akibat dari serangan OPT dan dampak perubahan lingkungan, serta kehilangan hasil pascapanen.
Kementerian Pertanian selama lima tahun kedepan (Tahun 2015-2019) telah mencanangkan 4 (empat) sasaran utama, yaitu: 1) Peningkatan Ketahanan Pangan; 2) Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing, Ekspor dan Subtitusi Impor; 3) Penyediaan dan Peningkatan Bahan Baku Bioindustri dan Bioenergi; 4) Peningkatan Kesejahteraan Petani.
Mengacu pada sasaran utama Kementerian Pertanian, maka sasaran umum yang akan dicapai Direktorat Jenderal Hortikultura pada periode 2015-2019 adalah Peningkatan produksi dan mutu hortikultura serta perbaikan sistem usaha hortikultura yang diproduksi secara ramah lingkungan dalam rangka mendukung peningkatan industri hortikultura, diversifikasi pangan, peningkatan nilai tambah, daya saing, ekspor dan subtitusi impor; Peningkatan kesejahteraan petani, pemenuhan kebutuhan dalam negeri, serta pengendalian laju inflasi nasional yang disebabkan oleh cabai, bawang merah dan jeruk.
Oleh karena itu, pengembangan hortikultura nasional difokuskan pada 3 (tiga) komoditi utama yaitu aneka cabai,
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
15
bawang merah dan jeruk. Dengan sasaran terpenuhinya sebagian besar konsumsi cabai, bawang merah dan aneka produk hortikultura di dalam negeri.
Sasaran Strategis Tahun 2015-2019 dalam rangka mewujudkan sasaran pengembangan hortikultura adalah “Terpenuhinya kebutuhan sebagian besar konsumsi cabai, bawang merah, jeruk dan aneka produk hortikultura lainnya dalam negeri dan ekspor secara ramah lingkungan”. Adapun, indikator dari sasaran strategis dapat dilihat pada Tabel 1 berikut:
Tabel 1. Indikator Sasaran Strategis Pembangunan Hortikultura Tahun 2015
No Indikator Strategis
Komoditas
Buah (Ton )
Florikultura (tangkai/phn/kg)
Sayur (Ton)
Tan. Obat (Ton)
1
Produksi hortikultura
1. Aneka Jeruk: 1.640.377
2. Buah lainnya : 17.988.469
1. Bunga dan daun potong lainnya : 703.030.721 tangkai
2. Tanaman Hias Pot dan Lansekap : 35.337.327 pohon
3. Bunga Tabur : 24.344.203 kg
1. Aneka Cabai : 1.883.419
2. Bawang merah : 1.125.247
3. Sayuran lainnya : 10.887.768
563.702
2 Ketersediaan benih bermutu (%)
4 3 3 2
3 Pengamanan Produksi dari serangan OPT *) (%)
Min 95% Min 95% Min 95% Min 95%
Sumber: Ditjen Hortikultura, 2015 Keterangan: minimal sebesar 95%
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
16
C. Strategi, Arah Kebijakan dan Program
Strategi yang dikembangkan dalam rangka mewujudkan tujuan pembangunan hortikultura 2015-2019 secara rinci sebagai berikut:
1. Pengembangan Usaha Budidaya dan Pascapanen Hortikultura: a. Pengaturan pola produksi dan rancang bangun
pengembangan komoditas sebagai upaya stabilisasi harga;
b. Penyediaan benih hortikultura bermutu; c. Ketersediaan rantai pasok benih bermutu sampai
ke petani; d. Peningkatan ketersediaan kawasan hortikultura
termasuk di wilayah perkotaan (Urban Farming); e. Fasilitasi sarana budidaya Hortikultura; f. Fasilitasi pascapanen Hortikultura.
2. Pengembangan Pertanian Hayati dan Ramah Lingkungan (biofarming, green agriculture, zero waste, pertanian konservasi, hemat energi, Low External Input Sustainable Agriculture-LEISA):
a. Penerapan Good Agricultural Practices (GAP), Good Handling Practices (GHP) dan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) untuk mewujudkan budidaya hortikultura yang ramah lingkungan dan berkelanjutan;
b. Pengembangan pertanian di wilayah perkotaan (Urban Farming);
c. Optimalisasi Gerakan Pengendalian OPT Ramah Lingkungan;
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
17
d. Pengembangan sistem pertanian organik; e. Adaptasi dan Mitigasi Dampak Perubahan Iklim dan
Lingkungan serta penurunan emisi gas rumah kaca. 3. Penerapan IPTEK mutakhir dan apresiasi kearifan
lokal: a. Diseminasi teknologi budidaya dan pascapanen
hortikultura unggulan; b. Penerapan teknik budidaya sesuai dengan kultur
dari setiap daerah di seluruh Indonesia; c. Penerapan kegiatan penanganan pascapanen
untuk meningkatkan daya saing produk hortikultura;
d. Penerapan teknologi pengelolaan OPT yang ramah lingkungan.
4. Peningkatan pengetahuan, keterampilan petani dan kelembagaan petani di bidang produksi, pascapanen, pasar dan permodalan: a. Pelatihan, magang, kursus, diklat, studi banding
dan lain-lain; b. Penerapan PHT, GAP dan GHP.
5. Penguatan jejaring kerja intra dan antar pelaku kelembagaan usaha hortikultura:
a. Pemberdayaan kelembagaan petani/ pelaku usaha menuju kemandirian usaha hortikultura;
b. Pemberdayaan asosiasi dan kelompok usaha tani hortikultura sebagai mitra pemerintah;
c. Pengembangan Sistem Informasi Manajemen Hortikultura.
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
18
6. Peningkatan investasi dan promosi: a. Kemudahan dalam memperoleh akses permodalan,
pembiayaan dan investasi hortikultura; b. Pemasyarakatan dan promosi produk hortikultura; c. Fasilitasi regulasi hortikultura secara kondusif dan
melindungi kelompok usaha tani hortikultura di Indonesia.
Kebijakan yang akan dilakukan dalam mencapai visi dan misi pembangunan hortikultura 2015-2019 fokus pada usaha pengembangan kawasan, pengembangan sistem perbenihan dan pengembangan sistem perlindungan, serta tata kelola manajemen. Untuk mencapai hal tersebut maka arah kebijakan Direktorat Jenderal Hortikultura adalah sebagai berikut:
1. Pengembangan Kawasan
a. Peningkatan produksi, produktivitas, mutu dan daya saing produk hortikultura secara berkelanjutan melalui intensifikasi maupun ekstensifikasi;
b. Pemberdayaan kelembagaan petani/pelaku usaha menuju kemandirian usaha hortikultura;
c. Peningkatan ketersediaan produk melalui pengaturan pola produksi dan penanganan pasca panen.
2. Pengembangan Sistem Perbenihan Hortikultura a. Penguatan kelembagaan perbenihan (BPSB,
BBI/BBH, Laboratorium kultur jaringan, penangkar benih);
b. Penumbuhan industri perbenihan dalam rangka penggandaan dan penyediaan/distribusi benih bermutu;
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
19
c. Fasilitasi regulasi perbenihan secara kondusif untuk kemandirian benih dalam negeri;
d. Penyediaan benih sumber untuk menghasilkan benih bermutu;
e. Pemasyarakatan dan promosi penggunaan benih bermutu.
3. Pengembangan Sistem Perlindungan Tanaman Hortikultura
a. Pengelolaan OPT melalui pendekatan konsep PHT; b. Fasilitasi pelaksanaan perlindungan Tanaman
Hortikultura; c. Penguatan dan Pengembangan Kelembagaan
Perlindungan (BPTPH, Laboratorium PHP/Agens Hayati/Lab. Pestisida, Klinik PHT dan PPAH);
d. Peningkatan Pengendalian OPT Ramah Lingkungan; e. Fasilitasi regulasi perlindungan dalam rangka
peningkatan mutu dan daya saing produk hortikultura; f. Penanganan Dampak Perubahan Iklim dan Bencana
Alam.
4. Tata Kelola Manajemen
a. Pengelolaan anggaran berbasis kinerja; b. Peningkatan pengendalian internal; c. Peningkatan pengelolaan data dan informasi; d. Peningkatan pengelolaan aset; e. Peningkatan aspek kehumasan; f. Pengelolaan regulasi hortikultura; g. Pengelolaan sumberdaya hortikultura.
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
20
Program pengembangan hortikultura Direktorat Jenderal Hortikultura tahun 2015-2019 adalah: “Peningkatan Produksi dan Produktivitas Hortikultura Ramah Lingkungan”. Pencapaian program tersebut diimplementasikan ke dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Eselon II lingkup Direktorat Jenderal Hortikultura. Berikut adalah 6 (enam) kegiatan utama yang dilakukan pada tahun 2015:
1. Peningkatan Produksi dan Produktivitas Produk Buah Ramah Lingkungan;
2. Peningkatan Produksi dan Produktivitas Produk Florikultura Ramah Lingkungan;
3. Peningkatan Produksi dan Produktivitas Produk Sayuran dan Tanaman Obat Ramah Lingkungan;
4. Pengembangan Sistem Perbenihan Hortikultura; 5. Pengembangan Sistem Perlindungan Hortikultura Ramah
Lingkungan; 6. Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya pada Direktorat
Jenderal Hortikultura.
Adapun langkah operasional yang akan dilakukan untuk mempertajam pencapaian strategi pembangunan hortikultura tahun 2015-2019 antara lain:
1. Langkah Operasional Pengembangan Kawasan
a. Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu produk hortikultura secara berkelanjutan melalui intensifikasi maupun ekstensifikasi
- Peningkatan luas tanam untuk memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat didalam negeri , bahan baku industri dan pasar ekspor
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
21
- Pengembangan 8.646 ha/tahun khusus untuk mendukung kawasan tanaman sayuran (cabai dan bawang merah)
- Perbaikan infrastruktur kebun/lahan usaha - Pelaksanaan 718 Sekolah Lapang GAP khusus untuk
mendukung cabai dan bawang merah - Penerapan GAP/penerapan sistem budidaya
organik/ramah lingkungan - Registrasi 5.000 lahan usaha/kebun - Fasilitasi 1.000 unit bangsal pasca panen - Sarana pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat
42.619 unit - Sarana budidaya Sayuran dan Tanaman Obat 20.393
unit - Penerapan teknologi inovatif
b. Pemberdayaan kelembagaan petani/pelaku usaha menuju kemandirian usaha hortikultura - Penguatan kelompok/gapoktan/asosiasi - Peningkatan kerjasama dan kemitraan usaha - Penataan kelembagaan pelaku usaha dalam rantai
pasok c. Peningkatan ketersediaan dan daya saing produk melalui
pengaturan pola produksi dan penanganan pasca panen - Koordinasi dan evaluasi pengaturan dan penetapan
pola produksi - Fasilitasi sistem distribusi penyimpanan dan rantai
dingin - Penerapan GHP dan pembinaan pengelolaan
bangsal pascapanen - Penyediaan sarana prasarana pascapanen
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
22
2. Langkah Operasional Pengembangan Sistem dan Industri Perbenihan Hortikultura
a. Penyediaan benih bermutu melalui:
- Penyediaan benih sumber - Penataan Blok Fondasi (BF) dan Blok Penggandaan
Mata Tempel (BPMT)
b. Penguatan Kelembagaan
- Penumbuhan dan pengembangan produsen/ penangkar benih
- Peningkatan kompetensi pengelola dan fasilitas BPSB, BBI, Laboratorium kultur jaringan, produsen benih
c. Penyediaan sarana prasarana perbenihan di balai-balai benih pemerintah/masyarakat
d. Pengawasan peredaran dan penggunaan benih bermutu
3. Langkah Operasional Pengembangan Sistem Perlindungan Tanaman
a. Peningkatan Pengendalian OPT Ramah Lingkungan
- Gerakan pengendalian OPT secara ramah lingkungan - Fasilitasi model penerapan pengendalian OPT yang
ramah lingkungan - Pengamatan lapang terhadap serangan OPT dan DPI - pemasyarakatan sistem perlindungan tanaman
hortikultura ramah lingkungan - Sistem peringatan dini
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
23
b. Penguatan dan Pengembangan Laboratorium PHP/Agens Hayati/Lab. Pestisida
- Sertifikasi/ akreditasi Lab PHP/ Lab agens hayati/ Lab pestisida
- Peningkatan kompetensi POPT - Peningkatan teknologi pengendalian OPT ramah
lingkungan melalui kaji terap - Pengusulan sertifikasi produk
c. Penguatan dan Pengembangan Klinik PHT dan PPAH
- Fasilitasi pemberdayaan klinik PHT-PPAH - Perbanyakan produk bahan pengendali OPT - Pemasyarakatan pemanfaatan bahan pengendali
OPT
d. Mitigasi Dampak Perubahan Iklim dan Penanganan Bencana Alam (Banjir dan Kekeringan)
- Peramalan OPT - Analisa DPI
4. Langkah Operasional Pengembangan Sistem Manajemen Penggelolaan Usaha Hortikultura
a. Penguatan peran kapasitas lembaga pengelola
- Penguatan peran dan fungsi organisasi pengelola hortikultura di level pusat hingga SKPD di provinsi dan kabupaten
- Pelaksanaan reformasi kelembagaan secara tepat dan berkelanjutan
- Peningkatan kompetensi dan akses pelaku usaha hortikultura terhadap sumber-sumber informasi pasar,
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
24
perbankan, kelembagaan, teknologi serta aspek peningkatan daya saing usaha.
b. Penguatan kapasitas sumberdaya aparatur pengelola
- Peningkatan pengembangan sikap dan perilaku aparatur
- Pembinaan etos kerja, moral dan disiplin pegawai - Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan teknis - Perbaikan sistem kinerja, prosedur dan budaya kerja
pegawai - Perbaikan sistem rekruitmen, penataan serta
penempatan aparatur sesuai kompetensi dan analisa jabatan
- Perbaikan sarana dan lingkungan kerja - Pengembangan rumpun jabatan fungsional
c. Penerapan manajeman pembangunan berbasis Clean and Good Governance
- Peningkatan kualitas perencanaan kinerja yang akuntabel
- Peningkatan nilai capaian audit kinerja birokrasi dan audit laporan keuangan
- Pengurangan kerugian negara akibat penyimpangan pengelolaan APBN
- Peningkatan kualitas penataan dan penggelolaan asset BHMN
- Peningkatan pengawasan akuntabilitas pelaksanaan penggunaan APBN
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
25
d. Peningkatan kualitas pelayanan publik
- Penyediaan dan perluasan sarana akses data dan informasi hortikultura
- Percepatan penyelesaian proses perijinan yang melibatkan instansi hortikultura
- Perbaikan kualitas perlengkapan dan dukungan kearsipan hortikultura
- Peningkatan kemitraan dan kerjasama pelaksanaan pengembangan hortikultura di masyarakat.
2.1.2 Indikator Kinerja Sasaran Program (IKSP)
Indikator Kinerja Sasaran Program (IKSP) Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2015 telah disusun dan sedang dalam proses pengesahan di lingkup Kementerian Pertanian. Sasaran pada IKU Direktorat Jenderal Hortikultura dinilai melalui pencapaian produksi hortikultura, peningkatan ketersediaan benih bermutu dan penurunan luas serangan OPT. Indikator Kinerja Sasaran Program (IKSP) Direktorat Jenderal Hortikultura disajikan dalam tabel berikut:
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
26
Tabel 2. Indikator Kinerja Sasaran Program (IKSP) Direktorat Jenderal Hortikultura
No Sasaran Strategis Uraian Sumber Data 1 Terpenuhinya
kebutuhan sebagian besar cabai, bawang merah, jeruk dan aneka produk hortikultura lainnya dalam negeri dan ekspor secara ramah lingkungan
1 Produksi Aneka Cabai
Laporan dari Dinas Pertanian Provinsi/ Kabupaten/Kota, BPS, Laporan Ditjen Hortikultura.
2 Produksi Bawang merah
3 Produksi Aneka Jeruk
4 Produksi hortikultura lainnya
5 Pengamanan Produksi dari serangan OPT
Laporan dari Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura
2 Ketersediaan benih bermutu
Laporan dari Ditjen Hortikultura, Dinas Pertanian Provinsi/ Kabupaten/Kota BPSBTPH, BBH.
Sumber: Kementerian Pertanian, 2015
2.1.3 Rencana Kinerja Tahunan (RKT)
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2015 telah disusun, dan sasaran strategis yang akan dicapai pada Tahun 2015 telah sejalan dengan Indikator Kinerja Sasaran Program (IKSP) dan disesuaikan dengan sasaran strategis pada Rencana Strategis 2015-2019 yang telah disepakati di tingkat Kementerian Pertanian. Di dalam RKT telah ditetapkan target outcome yang akan dijadikan ukuran tingkat keberhasilan dan atau kegagalan pencapaiannya. Adapun
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
27
target Rencana Kinerja Tahunan 2015 disajikan pada Tabel 3 sedangkan Formulir Rencana Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2015 dapat dilihat pada Lampiran 4.
Tabel 3. Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2015
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan Target 1 Terpenuhinya
kebutuhan sebagian besar konsumsi cabai, bawang merah, jeruk dan aneka produk hortikultura lainnya dalam negeri dan ekspor secara ramah lingkungan
1. Produksi Aneka Cabai Ton 1.779.304 2. Produksi Bawang
Merah Ton 1.061.716
3. Produksi Aneka Jeruk Ton 1.587.103 4. Produksi hortikultura
lainnya
a. Buah Ton 17.637.922 b. Sayuran Ton 10.673.961 c. Florikultura
- Bunga dan daun potong lainnya
Tangkai 676.016.821
- Tanaman hias pot dan lansekap
Pohon 13.026.904
- Bunga Tabur Kg 23.591.630 d. Tanaman Obat Ton 542.849 5. Luas serangan OPT
terhadap Luas Panen % Minimal 5
3. Ketersediaan benih bermutu
% 2 - 4
Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura, 2014
Target kinerja yang ditetapkan pada RKT memiliki nilai yang berbeda dengan target kinerja yang terdapat pada Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura. Hal ini dikarenakan RKT dibuat setelah pagu indikatif terbit yaitu
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
28
di bulan Maret 2014. Sedangkan PK dibuat pada bulan Maret 2014 setelah pagu definitif terbit. Sejalan dengan dinamika pengembangan hortikultura yang sedang berjalan, maka dilakukan perubahan angka target kinerja yang dicantumkan pada PK Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2015.
2.2 Perjanjian Kinerja
Perjanjian kinerja merupakan dokumen kesepakatan kerja yang terukur antara pimpinan unit tertinggi beserta jajarannya (pemberi amanah dan penerima amanah). Perjanjian kinerja lebih dikenal dengan PK.
PK Direktorat Jenderal Hortikultura merupakan bagian dari dokumen yang ditetapkan oleh Menteri Pertanian guna mencapai target sukses Kementerian Pertanian. Adapun Direktorat Jenderal Hortikultura dalam pelaksanaan kegiatannya melakukan revisi PK pada bulan Maret dan Desember 2015 dikarenakan adanya; 1) penambahan alokasi anggaran melalui APBN-P, 2) pengalihan anggaran untuk alokasi kenaikan tunjangan kinerja tahun 2015 sehingga terdapat pengurangan anggaran kegiatan. Selanjutnya, dokumen Pernyataan PK Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2015 dengan pagu awal disajikan pada Lampiran 5, Dokumen PK disajikan pada Lampiran 6, dan dokumen PK revisi disajikan pada Lampiran 7.
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
29
Tabel 4. Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2015
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan Target 1 Terpenuhinya
kebutuhan sebagian besar konsumsi cabai, bawang merah, jeruk dan aneka produk hortikultura lainnya dalam negeri dan ekspor secara ramah lingkungan
1. Produksi Aneka Cabai
Ton 1.833.419
2. Produksi Bawang Merah
Ton 1.125.247
3. Produksi Aneka Jeruk
Ton 1.640.377
4. Produksi hortikultura lainnya a. Buah Ton 17.988.469 b. Sayuran Ton 10.887.768 c. Florikultura
- Bunga dan daun potong lainnya
Tangkai 703.030.721
- Tanaman hias pot dan lansekap
Pohon 35.337.327
- Bunga Tabur Kg 24.344.203 d. Tanaman Obat Ton 563.702 5. Pengamanan
produksi dari serangan OPT
% Minimal 95
3. Ketersediaan benih bermutu
a. Benih buah % 4 b. Benih florikultura % 3 c. Benih sayur % 3 d. Benih tanaman
obat % 2
Sumber: Direktorat Jenderal Hortikultura, 2015
BAB IIIAKUNTABILITAS KINERJA
31Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
BAB III
3.1 Capaian Kinerja Organisasi
3.1.1 Capaian Produksi Hortikultura
A. Capaian Realisasi Produksi Tahun 2015 dibandingkan Target
Dalam rangka mengukur realisasi pencapaian kinerja atas kegiatan pembangunan hortikultura yang telah difasilitasi melalui dukungan dana APBN, maka pengukuran dilakukan dengan membandingkan pengukuran target yang telah ditetapkan dengan pencapaian realisasi target tersebut.
Capaian produksi komoditas hortikultura yang dipakai pada Laporan Kinerja ini merupakan angka prognosa produksi hortikultura Tahun 2015. Angka prognosa diperoleh dari angka realisasi yang masuk berdasarkan laporan Rekapitulasi Provinsi Statistik Pertanian Hortikultura (RPSPH) yang dikirimkan oleh Dinas Pertanian provinsi setiap bulan dan estimasi dari laporan yang belum masuk. Angka prognosa tersebut masih akan mengalami perubahan pada waktu penetapan Angka Tetap pada bulan Juni 2016. Sehingga, angka prognosa produksi hortikultura Tahun 2015 tidaklah sepenuhnya merupakan cerminan kinerja dengan alokasi anggaran yang disediakan, melainkan merupakan akumulasi peran
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
32
dan dukungan pihak swasta dan dukungan swadaya masyarakat luas. Sedangkan capaian produksi berdasarkan hasil pengembangan hortikultura dukungan dana APBN dan APBN-P Tahun 2015 akan dijelaskan lebih lanjut pada sub bagian lain.
Secara rinci realisasi pencapaian target Penetapan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2015 dapat dilihat pada Tabel 5 berikut:
Tabel 5. Pengukuran Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2015
No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi*) %
1. Terpenuhinya kebutuhan sebagian besar konsumsi cabai, bawang merah, jeruk dan aneka produk hortikultura lainnya dalam negeri dan ekspor secara ramah lingkungan
1. Produksi Aneka Cabai (ton)
1.833.419 1.965.382 107,20
2. Produksi Bawang Merah (ton)
1.125.247 1.253.775 111,42
3. Produksi Aneka Jeruk (ton)
1.640.377 1.970.429 120,12
4.
Produksi Hortikultura Lainnya
a. Buah lainnya (ton)
17.988.469 18.303.077 101,73
b. Sayuran lainnya (ton)
10.887.768 8.938.390 82,10
c. Florikultura - Bunga dan Daun
Potong lainnya (tangkai)
703.030.721 781.820.662 111,21
- Tanaman Hias Pot dan Lansekap (pohon)
35.337.327 43.864.143 124,13
- Bunga Tabur (kg) 24.344.203 38.772.110 159,27 d. Tanaman obat
(ton) 563.702 615.369 109,17
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
33
No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi*) %
5. Pengamanan Produksi dari Serangan OPT
Min 95% 98,75% 100,00
6. Ketersediaan Benih
a. Benih Buah (%) 4 4,20 105,00 b. Benih Florikultura
(%) 3 3,60 120,00
c. Benih Sayur (%) 3 4,70 156,67 d. Benih Tanaman
Obat (%) 2 2,45 122,50
Sumber: Ditjen Hortikultura, 2015 Keterangan: *) Berdasarkan angka dalam Perjanjian Kinerja (PK) Ditjen Hortikultura
Tahun 2015 **) Berdasarkan angka prognosa Tahun 2015 per tanggal 6 Januari 2016 - Angka ketersediaan benih bermutu adalah realisasi Tahun 2015
Realisasi Capaian produksi hortikultura utama Tahun 2015 bila dibandingkan dengan target produksi pada PK Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2015 secara umum tercapai untuk semua komoditas. Realisasi produksi berhasil mencapai bahkan melebihi target, berikut adalah capaian tertinggi ke terendah yaitu komoditas florikultura bunga tabur sebesar 159,27%, diikuti oleh produksi tanaman hias pot dan lansekap 124,13%, produksi aneka jeruk 120,12%, produksi bawang merah 111,42%, produksi bunga dan daun potong lainnya 111,21%, produksi tanaman obat 109,17%, produksi aneka cabai 107,20%, produksi buah lainnya 101,75% dan produksi sayuran lainnya 82,10%. Rincian target dan realisasi produksi komoditas hortikultura Tahun 2015 dapat dilihat pada Tabel 6 sebagai berikut.
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
34
Tabel 6. Target dan Realisasi Produksi Komoditas Hortikultura Tahun 2015
No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target*) Realisasi**) %
1. Terpenuhinya kebutuhan sebagian besar konsumsi cabai, bawang merah, jeruk dan aneka produk hortikultura lainnya dalam negeri dan ekspor secara ramah lingkungan
1.
Produksi Aneka Cabai (ton)
1.833.419 1.965.382 107,20
2.
Produksi Bawang Merah (ton)
1.125.247 1.253.775 111,42
3.
Produksi Aneka Jeruk (ton)
1.640.377 1.970.429 120,12
4.
Produksi Hortikultura Lainnya
a. Buah (ton) 17.988.469 18.303.077 101,73 b. Sayuran (ton) 10.887.768 8.938.390 82,10 c. Florikultura - Bunga dan
Daun Potong lainnya (tangkai)
703.030.721 781.820.662 111,21
- Tanaman Hias Pot dan Lansekap (pohon)
35.337.327 43.864.143 124,13
- Bunga Tabur (kg)
24.344.203 38.772.110 159,27
d. Tanaman obat (ton)
563.702 615.369 109,17
Sumber: Ditjen Hortikultura, 2015
Keterangan: *) Berdasarkan angka dalam Perjanjian Kinerja (PK) Ditjen Hortikultura Tahun 2015
**) Berdasarkan angka prognosa Tahun 2015 per tanggal 6 Januari 2016 - Angka ketersediaan benih bermutu adalah realisasi Tahun 2015
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
35
Capaian atas kinerja produksi komoditas hortikultura dijelaskan sebagai berikut:
Capaian produksi aneka cabai di tahun 2015 jika dibandingkan dengan target sasaran mencapai 107,20%, produksi bawang merah mencapai 111,42%, sedangkan produksi sayuran lainnya mencapai 82,10%. Gambaran capaian realisasi produksi dibandingkan dengan target disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1. Realisasi Produksi Aneka Cabai, Bawang Merah dan Sayuran Lainnya Tahun 2015 dibandingkan Target Produksi
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
36
Total capaian produksi aneka Jeruk dibandingkan dengan targetnya mencapai 120,12% sedangkan buah lainnya mencapai 101,75%. Capaian produksi aneka jeruk termasuk didalamnya adalah jeruk siam dan jeruk besar. Keberhasilan melebihi
target produksi pada komoditas aneka jeruk dan buah lainnya disebabkan oleh beberapa faktor antara lain hasil pengembangan kawasan pada tahun-tahun sebelumnya yang sudah mulai produktif, semakin baiknya pengelolaan kebun oleh petani sehingga produktivitas mengalami peningkatan.
Gambar 2. Capaian Realisasi Produksi Aneka Jeruk dan Buah lainnya
Tahun 2015 dibandingkan Target
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
37
Capaian produksi florikultura di tahun 2015 pada umumnya dapat melebihi target yang telah ditetapkan, bahkan melebihi capaian 100%. Keberhasilan pencapaian produksi bunga dan daun potong tahun 2015 yang melebihi target ini disebabkan adanya peningkatan luas areal tanam dan meningkatnya produktivitas karena proses budidaya yang sudah menerapkan standar budidaya yang baik (GAP) serta berkurangnya kehilangan hasil produksi karena menerapkan GHP.
Nilai capaian untuk produksi florikultura yaitu; capaian produksi bunga dan daun potong lainnya tahun 2015 sebesar 781.820.662 tangkai (112,21%). Produksi bunga dan daun potong lainnya setiap tahunnya menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan dengan rata-rata pertumbuhan 4-15%.
Gambar 3. Capaian Realisasi Produksi Bunga dan Daun Potong
lainnya Tahun 2015 dibandingkan Target
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
38
Trend yang sama ditunjukkan pula oleh capaian realisasi produksi tanaman hias pot dan lansekap, dengan persentase mencapai 124,13%. Target dan capaian produksi tanaman pot dan lansekap dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 4. Capaian Realisasi Produksi Tanaman Hias Pot dan Lansekap Tahun 2015 dibandingkan Target
Untuk komoditas florikultura bunga tabur (melati), setiap tahunnya memperlihatkan trend produksi yang meningkat. Keberhasilan atas pelampauan target produksi bunga tabur di tahun 2015 dikarenakan adanya peremajaan pada beberapa daerah sentra, perbaikan sarana prasarana budidaya seperti fasilitas irigasi, fasilitasi sarana prasarana pascapanen dan peningkatan kompetensi petani dalam
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
39
pengelolaan usaha melalui sekolah lapang (SL GAP dan GHP).
Gambar 5. Capaian Realisasi Produksi Bunga Tabur Tahun 2015 dibandingkan Target
Realisasi produksi tanaman obat tahun 2015 dibandingkan dengan targetnya mencapai 615.369 ton atau 109,17%. Trend peningkatan produksi tanaman obat dipengaruhi oleh adanya peningkatan kesadaran
masyarakat terhadap khasiat tanaman obat asli Indonesia dalam rangka menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh yang berdampak positif terhadap kualitas kesehatan untuk jangka panjang, sehingga berakibat terdongkraknya permintaan tanaman obat sebagai bahan baku obat herbal.
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
40
B. Capaian Realisasi Produksi Tahun 2015 dibandingkan Tahun-tahun Sebelumnya
Pencapaian produksi tahun 2015 dibandingkan dengan produksi beberapa tahun sebelumnya disampaikan untuk memperlihatkan dinamika capaian realisasi produksi selama periode tahun 2010 hingga 2015, seperti yang disajikan pada Tabel 7. Berdasarkan data pada Tabel 7 terlihat bahwa kinerja produksi komoditas hortikultura selama 6 tahun terakhir (tahun 2010 s.d 2015) menunjukkan trend peningkatan. Pada tahun 2015 memperlihatkan volume produksi yang lebih tinggi dibandingkan dengan produksi di tahun 2014, dan tahun-tahun sebelumnya. Kenaikan produksi komoditas hortikultura pada tahun 2015 dibandingkan dengan tahun 2014 berkisar antara 1,6 – 7,2%, dimana peningkatan produksi terendah ditunjukkan oleh produksi sayuran lainnya (1,46%), dan bawang merah (1,60%), sedangkan peningkatan produksi tertinggi dicapai oleh produksi bunga tabur (7,22%). Sedangkan rata-rata pertumbuhan selama periode 2010 hingga 2015 tertinggi dicapai oleh komoditas bunga dan daun potong lainnya sebesar 15,55%, tanaman hias pot dan lansekap 13,85% dan terendah dicapai oleh sayuran lainnya sebesar 1,43% dan aneka jeruk dengan pertumbuhan minus 0,07%. Data perkembangan produksi hortikultura tahun 2015 dan beberapa tahun sebelumnya terdapat pada Lampiran 8.
Perkembangan capaian produksi hortikultura tahun 2015 dan beberapa tahun sebelumnya dijelaskan sebagai berikut:
Pada komoditas aneka cabai pertumbuhan produksi menunjukkan trend positif, dengan rata-rata pertumbuhan
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
41
sebesar 8,19% dan pertumbuhan tertinggi dicapai pada tahun 2012 sebesar 11,69%. Selanjutnya, pertumbuhan produksi melambat sejak 2013 hingga tahun 2015 dengan kenaikan hanya sebesar 4,22%, 8,61% dan 4,82%. Pada komoditas aneka cabai trend produksi memperlihatnya kecenderungan trend yang sama dengan luas panen selama periode tahun yang sama. Dari Gambar 6, terlihat bahwa peningkatan produksi dipengaruhi oleh penambahan luas panen cabai. Trend peningkatan luas panen cabai sangat signifikan, dikarenakan komoditas cabai mendapatkan perhatian intensif terlebih pada tahun 2015 dimana terdapat upaya khusus pengembangan kawasan cabai melalui kegiatan Gerakan Tanam Cabai di Musim Kering (GTCK). Sedangkan, hasil produksi dari kegiatan ini baru dapat terhitung pada tahun 2016.
Gambar 6. Perkembangan Produksi dan Luas Panen Aneka
Cabai Tahun 2010-2015
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
42
Untuk komoditas bawang merah rata-rata pertumbuhan selama tahun 2010 hingga 2015 sebesar 4,32%, dengan trend pertumbuhan berfluktuasi. Pertumbuhan produksi bawang merah pada tahun 2011 menurun 14,85%, kemudian sejak tahun 2012 hingga 2 tahun kedepan terjadi peningkatan dengan kenaikan tertinggi sebesar 22,08% terjadi di tahun 2014. Pada tahun 2015, pertumbuhan produksi bawang merah cenderung melambat dikarenakan kenaikan hanya sebesar 1,60% dibandingkan tahun 2014. Pertumbuhan produksi dan luas panen bawang merah tahun 2015 dan lima tahun sebelumnya disajikan pada Gambar 7. Berdasarkan gambar tersebut dapat terlihat saling keterkaitan antara produksi dan luas panen bawang merah, keduanya menunjukkan trend grafik yang serupa.
Gambar 7. Perkembangan Produksi dan Luas Panen Bawang
Merah Tahun 2010-2015
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
43
Tabe
l 7.
Per
kem
bang
an P
rodu
ksi K
omod
itas
Hor
tikul
tura
Tah
un 2
010-
2015
No
Kom
odita
s Pr
oduk
si %
Rat
a-ra
ta
pertu
mbu
han
Ta
hun
2010
Ta
hun
2011
Ta
hun
2012
Ta
hun
2013
Ta
hun
2014
Ta
hun
2015
*)
1 An
eka C
abai
(ton)
1.3
28.86
4 1.4
83.07
9 1.6
56.52
4 1.7
26.38
2 1.8
75.07
5 1.9
65.38
2 8,1
9
2 Ba
wang
Mer
ah (t
on)
1.048
.934
893.1
24
964.1
95
1.010
.773
1.233
.984
1.253
.775
4,32
3 An
eka J
eruk
(ton
) 2.0
28.90
4 1.8
18.94
9 1.6
11.76
9 1.6
54.73
2 1.9
26.54
4 1.9
70.42
9 -0
,07
4 Ho
rtikult
ura L
ainny
a
a.
Buah
(ton
) 13
.461.4
69
16.49
4.558
17
.304.9
62
16.63
3.548
17
.879.4
33
18.30
3.077
6,6
8
b.
Sayu
ran (
ton)
8.328
.588
8.495
.021
8.644
.253
8.821
.294
8.809
.512
8.938
.390
1,43
c.
Florik
ultur
a
-
Bung
a dan
Dau
n Po
tong l
ainny
a (ta
ngka
i)
385.7
86.92
6 49
1.402
.431
620.0
51.57
0 68
7.491
.716
745.0
37.71
7 78
1.820
.662
15,55
-
Tana
man H
ias P
ot da
n Lan
seka
p (p
ohon
)
23.82
0.765
29
.412.4
49
27.31
2.151
32
.060.8
71
42.13
2.118
43
.864.1
43
13,85
-
Bung
a Tab
ur (k
g)
21.60
0.442
22
.541.4
85
22.86
2.322
30
.258.6
48
36.16
1.072
38
.772.1
10
12,97
d.
Tana
man o
bat (
ton)
418.6
83
398.4
81
449.4
46
541.4
25
595.4
23
615.3
69
8,35
Sum
ber:
Ditj
en H
ortik
ultu
ra, 2
015
Ket
eran
gan:
*)
Ber
dasa
rkan
ang
ka p
rogn
osa
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
44
Gambar 8. Perkembangan Produksi dan Luas Panen Sayuran Lainnya Tahun 2010-2015
Gambar 9. Perkembangan Produksi dan Luas Panen Aneka Jeruk
Tahun 2010-2015
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
45
Selanjutnya, untuk komoditas sayuran lainnya volume produksi menunjukkan peningkatan selama periode tahun 2010 hingga 2013, kemudian di tahun 2014 mengalami sedikit penurunan namun kembali meningkat di tahun 2015. Rata-rata pertumbuhan produksi sayuran lainnya adalah sebesar 1,43%. Berdasarkan Gambar 8 terlihat kecenderungan pola produksi komoditas sayuran lainnya yang berfluktuasi, dengan laju pertumbuhan tertinggi terjadi di tahun 2013 sebesar 2,05% dari produksi di tahun 2012 sebesar 8.644.253 ton meningkat menjadi 8.821.294 ton di tahun 2013.
Trend produksi aneka jeruk selama 6 tahun terakhir memperlihatkan penurunan pada 2 tahun pertama, namun beranjak naik di tahun 2013 hingga 2015. Rata-rata pertumbuhan produksi selama tahun 2010-2015 adalah minus 0,07%. Volume produksi tertinggi terjadi di tahun 2010 sebesar 2.028.904 ton, selanjutnya menurun menjadi 1.654.732 ton di tahun 2013 untuk kemudian merangkak naik menjadi 1.926.543 ton di tahun 2014 dan 1.970.429 ton di tahun 2015. Pada komoditas aneka jeruk, penambahan dan atau penurunan luas panen memiliki pengaruh langsung terhadap peningkatan dan atau penurunan volume produksi. Perkembangan volume produksi dan luas panen aneka jeruk diperlihatkan pada Gambar 9.
Sedangkan, untuk komoditas buah lainnya selama tahun 2010-2015 volume produksi memiliki rata-rata pertumbuhan sebesar 2,37%. Volume produksi buah lainnya sejak tahun 2010 mengalami peningkatan hingga tahun 2012 dari sebesar 13.461.469 ton menjadi 17.304.962 ton, dan menurun di tahun 2013 menjadi 16.633.548 ton. Selanjutnya, produksi buah lainnya terus meningkat hingga tahun 2015 menjadi sebesar 18.303.077 ton, dengan laju pertumbuhan tertinggi terjadi di tahun 2014
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
46
dengan peningkatan sebesar 7,49% dan terendah pada tahun 2013 yaitu menurun 3,88%. Pada komoditas buah lainnya juga menunjukkan adanya keterkaitan perubahan luas panen terhadap volume produksi, seperti disajikan pada Gambar 10.
Gambar 10. Perkembangan Produksi dan Luas Panen Buah Lainnya Tahun 2010-2015
Pada komoditas florikultura terdapat gambaran hubungan yang menarik antara volume produksi dan luas panen. Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 11 dan 12, untuk komoditas bunga dan daun potong lainnya serta tanaman hias pot dan lansekap tidak terdapat keterkaitan yang signifikan antara penambahan dan atau pengurangan luas panen terhadap penambahan dan atau
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
47
pengurangan volume produksi. Dikarenakan terlihatnya fenomena penurunan luas panen diikuti dengan peningkatan volume produksi. Hal ini dikarenakan adanya trend positif pada produktivitas komoditas tersebut. Selain itu, terdapat beberapa faktor lain yang dapat mengungkit peningkatan produksi komoditas florikultura antara lain penggunaan benih varietas unggul, pupuk, teknologi, penerapan GAP dan GHP, serta tingkat ketrampilan SDM yang semakin meningkat.
Selama periode tahun 2010 hingga 2015, volume produksi bunga dan daun potong lainnya secara signifikan mengalami peningkatan, dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 15,55%. Volume produksi pada tahun 2015 sebesar 781.820.662 tangkai adalah capaian tertinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Sedangkan untuk komoditas tanaman hias pot dan lansekap, volume produksi di tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 7,14% dari sebesar 29.412.449 tangkai menjadi 27.312.151 tangkai. Volume produksi selanjutnya sampai dengan tahun 2015 terus mengalami peningkatan, dengan rata-rata pertumbuhan tertinggi dicapai pada tahun 2014 sebesar 31,41%. Sedangkan rata-rata pertumbuhan produksi sejak tahun 2010 hingga 2015 adalah sebesar 13,85%.
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
48
Gambar 11. Perkembangan Produksi dan Luas Panen Bunga dan
Daun Potong Lainnya Tahun 2010-2015
Gambar 12. Perkembangan Produksi dan Luas Panen Tanaman Hias
Pot dan Lansekap Tahun 2010-2015
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
49
Untuk komoditas bunga tabur, volume produksi tahun 2015 sebesar 43.864.143 pohon merupakan capaian produksi tertinggi dibandingkan dengan 5 tahun sebelumnya. Rata-rata pertumbuhan produksi adalah sebesar 12,97% dengan pertumbuhan tertinggi dicapai pada tahun 2013 sebesar 32,35%. Pada komoditas bunga tabur perubahan luas panen terlihat sangat berpengaruh pada perubahan volume produksi. Gambaran perkembangan produksi dan luas panen bunga tabur disajikan pada Gambar 13.
Gambar 13. Perkembangan Produksi dan Luas Panen Bunga Tabur Tahun 2010-2015
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
50
Selanjutnya, capaian volume produksi untuk komoditas tanaman obat selama tahun 2010 hingga 2015 memperlihatkan pertumbuhan yang sangat baik dengan rata-rata pertumbuhan mencapai 8,35%, dengan capaian pertumbuhan tertinggi di tahun 2013 sebesar 20,46%. Namun demikian, capaian produksi sebesar 615.369 ton di tahun 2015 merupakan volume produksi tertinggi yang terjadi selama periode tahun 2010 hingga 2015, dengan peningkatan sebesar 3,35% dibandingkan tahun sebelumnya. Pada komoditas tanaman obat perubahan luas panen setiap tahunnya sangat berhubungan dengan perubahan volume produksi seperti ditunjukkan pada Gambar 14.
Gambar 14. Perkembangan Produksi dan Luas Panen Tanaman Obat Tahun 2010-2015
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
51
3.1.2 Capaian Pengamanan Produksi dari Serangan Organisme Penggangu Tumbuhan (OPT)
Pada tahun 2015, selain indikator kinerja produksi komoditas hortikultura, juga terdapat indikator lainnya berupa pengamanan produksi dari serangan OPT. Capaian pengamanan produksi hortikultura tahun anggaran 2015 dari serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) berhasil melebihi target yang ditetapkan, yaitu luas serangan OPT hanya terjadi 1,25% atau pengamanan produksi hortikultura terhadap serangan OPT pada Tahun 2015 mencapai 98,75%. Hal ini melebihi target capaian kinerja yaitu pengamanan produksi dari serangan OPT minimal sebesar 95%. Dengan demikian program perlindungan hortikultura pada TA 2015 mempunyai peran yang besar dalam mendukung pencapaian produksi dan mutu hortikultura pada taraf tinggi.
Pada tahun sebelumnya, indikator pengamanan produksi dari serangan OPT ini diukur melalui indikator proporsi luas serangan OPT utama terhadap total luas panen dengan target capaian kinerja maksimal 5%. Kedua hal tersebut sebenarnya berkaitan, dikarenakan indikator kinerja pengamanan produksi hortikultura dihitung berdasarkan angka proporsi luas serangan OPT terhadap total luas panen.
Sehingga, dapat dijelaskan bahwa capaian kinerja pengamanan produksi dari serangan OPT pada tahun 2015 lebih baik jika dibandingkan dengan beberapa tahun sebelumnya. Dikarenakan proporsi luas serangan OPT
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
52
terhadap luas panen mencapai angka terendah sehingga tingkat pengamanan produksi terhadap serangan OPT lebih tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Berikut secara berturut-turut capaian pengamanan produksi beberapa tahun ke belakang. Pada tahun 2012 capaian proporsi luas serangan OPT terhadap luas panen sebesar 2,28%, sehingga pengamanan produksi terukur sebesar 97,72%. Pada tahun 2013, capaian proporsi luas serangan OPT terhadap luas panen sebesar 1,83%, sehingga pengamanan produksi terukur sebesar 98,17%. Selanjutnya, di tahun 2014 capaian proporsi luas serangan OPT terhadap luas panen sebesar 1,94%, sehingga pengamanan produksi terukur sebesar 98,06%.
Pencapaian kinerja atas pengamanan produksi dari serangan OPT ini dikarenakan keberhasilan peran sistem perlindungan hortikultura ramah lingkungan yang telah dilakukan oleh Direktorat Jenderal Hortikultura melalui beberapa kegiatan di daerah antara lain kegiatan penerapan PHT/SLPHT, gerakan pengendalian OPT hortikultura ramah lingkungan, model penerapan adaptasi dan mitigasi iklim, penguatan kelembagaan perlindungan hortikultura (pengembangan LPHP/LAH/Lab. Pestisida, dan pengembangan Klinik PHT), serta kegiatan pendukung lainnya yaitu sinergisme sistem perlindungan menghadapi SPS-WTO (Sanitary and Phytosanitary of the World Trade Organization), dan kerjasama ACIAR (Australian Centre for International Agriculture Research) dalam penanganan lalat buah yang mampu menurunkan luas serangan OPT hortikultura.
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
53
3.1.3 Capaian Ketersediaan Benih Hortikultura Tahun 2015
Indikator kinerja lainnya yang harus dicapai oleh Direktorat Jenderal Hortikultura pada tahun 2015 sesuai dengan PK adalah terkait dengan ketersediaan benih hortikultura. Perkembangan ketersediaan benih hortikultura meliputi benih buah, florikultura, sayuran dan tanaman obat pada tahun 2015 cukup baik, dimana seluruh ketersediaan benih dapat melebihi target yang ditetapkan.
Tabel 8. Target dan Realisasi Ketersediaan Benih Hortikultura
No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi*) %
1. Terpenuhinya kebutuhan sebagian besar konsumsi cabai, bawang merah, jeruk dan aneka produk hortikultura lainnya dalam negeri dan ekspor secara ramah lingkungan
Ketersediaan Benih a. Benih Buah (%) 4 4,20 105,00 b. Benih Florikultura (%) 3 3,60 120,00 c. Benih Sayur (%) 3 4,70 156,67 d. Benih Tanaman Obat
(%) 2 2,45 122,50
Sumber: Ditjen Hortikultura, 2015 Penghitungan capaian indikator kinerja ketersediaan benih hortikultura berdasarkan pada capaian peningkatan ketersediaan benih hortikultura pada tahun 2015 dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini dapat dilihat dari ketersediaan benih buah pada tahun 2015 sebanyak 32.209.242 batang atau meningkat 4,20%, dibandingkan ketersediaan benih tahun 2014 sebanyak 30.910.981 batang. Selanjutnya, ketersediaan benih
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
54
florikultura tahun 2015 sebesar 140.420.241 tanaman atau meningkat 3,60% dibandingkan ketersediaan tahun sebelumnya sebesar 135.540.773 tanaman. Untuk ketersediaan benih sayuran pada tahun 2015 sebesar 73.835.581 kg atau meningkat 4,70% dibandingkan ketersediaan tahun 2014 sebanyak 70.521.376 kg. Sedangkan, ketersediaan benih tanaman obat pada tahun 2015 sebesar 663.896 kg atau meningkat 2,45% dibandingkan tahun 2014 sebanyak 648.020 kg. Sehingga diperoleh realisasi ketersediaan benih buah sebesar 4,2%, benih florikultura 3,6%, benih sayuran sebesar 4,7% dan benih tanaman obat mencapai 2,45% seperti yang disajikan pada Tabel 9.
Bila dibandingkan capaian ketersediaan benih dengan target peningkatan ketersediaan benih hortikultura berdasarkan perjanjian kinerja dengan realisasi ketersediaan benih tahun 2015, secara umum kenaikannya diatas 100. Rincian masing-masing adalah capaian ketersediaan benih buah 105%, benih florikultura sebesar 120%, benih sayuran 156,67% dan benih tanaman obat sebesar 122,50%.
Tabel 9. Ketersediaan Benih Hortikultura
No Komoditas Ketersediaan benih
% 2014 2015
1 Benih buah (batang) 30.910.981 32.209.242 4,20 2 Benih florikultura (tanaman) 135.540.773 140.420.241 3,60
3 Benih sayuran (kg) 70.521.376 73.835.881 4,70
4 Benih obat (kg) 648.020 663.896 2,45
Sumber: Ditjen Hortikultura, 2015
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
55
Peningkatan ketersediaan benih hortikultura pada tahun 2015 jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya disajikan pada Tabel 10. Tabel 10. Perkembangan Ketersediaan Benih Hortikultura
Tahun 2012 - 2015
No Indikator Kinerja Peningkatan Ketersediaan Benih
(%) 2012 2013 2014 2015
1 Ketersediaan Benih Buah 3,69 4,75 4,80 4,20
2 Ketersediaan Benih Florikultura 2,50 4,00 4,10 3,60
3 Ketersediaan Benih Sayuran 1,89 5,20 5,25 4,70
4 Ketersediaan Benih Tanaman Obat 0,01 2,50 4,50 2,45
Sumber: Direktorat Jenderal Hortikultura, 2015
Berdasarkan data di atas dapat terlihat bahwa peningkatan ketersediaan benih sangat berfluktuasi. Untuk ketersediaan benih buah, capaian tahun 2015 sedikit lebih rendah jika dibandingkan dengan peningkatan ketersediaan benih buah di tahun 2013 sebesar 4,75% dan 2014 sebesar 4,80% dari target 4%.
Untuk ketersediaan benih florikultura, terdapat signifikansi kenaikan pada peningkatan ketersediaan benih, dimana pada tahun 2012 hanya sebesar 2,5% kemudian meningkat hingga mencapai 4,10% dari target 3% (capaian kinerja 120%) di tahun 2014, untuk selanjutnya menurun di tahun 2015 menjadi 4,20% (capaian kinerja 105%).
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
56
Sedangkan, untuk ketersediaan benih sayuran, peningkatan ketersediaan benih maupun capaian kinerja pada tahun 2015 memperoleh nilai capaian tertinggi dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya yaitu nilai peningkatan ketersediaan benih sebesar 4,70% dari target 3%.
Selanjutnya, untuk ketersediaan benih tanaman obat, peningkatan ketersediaan benih tertinggi dicapai pada tahun 2014 dengan peningkatan ketersediaan benih sebesar 4,50% dari target 2% atau capaian kinerja sebesar 225%.
3.1.4 Capaian Kinerja Tahun 2015 dibandingkan dengan
Target Jangka Menengah
Berdasarkan Rencana Strategis Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2015-2019 telah ditetapkan target kinerja outcome yang harus dicapai selama periode lima tahun kedepan. Pada laporan kinerja ini, analisa atas capaian kinerja tahun 2015 terhadap target jangka menengah diperlukan untuk melihat tingkat efektifitas kebijakan dan program yang telah diterapkan pada tahun berjalan serta tahun mendatang.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa capaian kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura pada tahun 2015 telah berhasil melebihi target yang ditetapkan dalam PK tahun 2015, kecuali untuk capaian produksi sayuran lainnya. Hal ini menunjukkan, kebijakan dan program yang ditetapkan oleh Kementerian Pertanian dan dijalankan Direktorat Jenderal Hortikultura telah berhasil
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
57
berkontribusi pada pemenuhan kebutuhan sebagian besar konsumsi cabai, bawang merah, jeruk dan produk hortikultura lainnya untuk keperluan domestik maupun ekspor.
Namun demikian, jika mengacu pada target jangka menengah dalam hal ini tahun 2019 diperlukan upaya dan kerja keras dari seluruh pemegang kebijakan, penanggungjawab dan pelaksana kegiatan pembangunan hortikultura serta seluruh stakeholder terkait. Dikarenakan, beberapa capaian kinerja tahun 2015 yang jika dibandingkan dengan target di tahun 2019 masih jauh dibawah angka capaian yang diharapkan. Berikut disajikan sandingan capaian kinerja tahun 2015 dengan target jangka menengah pada Tabel 11.
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
58
Tabe
l 11.
Pen
capa
ian
Kin
erja
Tah
un 2
015
diba
ndin
gkan
den
gan
Targ
et J
angk
a M
enen
gah
(Tah
un 2
019)
No.
Sasa
ran
Stra
tegi
s In
dika
tor K
iner
ja Ta
hun
2015
Tah
un
2019
T
arge
t**)
% 20
15
terh
adap
20
19
Targ
et
Reali
sasi*
) %
1.
Terp
enuh
inya k
ebutu
han
seba
gian b
esar
ko
nsum
si ca
bai, b
awan
g me
rah,
jeruk
dan a
neka
pr
oduk
hortik
ultur
a lai
nnya
dalam
nege
ri dan
ek
spor
seca
ra ra
mah
lingk
unga
n
1.Pr
oduk
si An
eka C
abai
(ton)
1.833
.419
1.965
.382
107,2
0 2.0
04.19
8 98
,062.
Prod
uksi
Bawa
ng M
erah
(ton
)1.1
25.24
7 1.2
53.77
5 11
1,42
1.359
.412
92,23
3.Pr
oduk
si An
eka J
eruk
(ton
)1.6
40.37
7 1.9
70.42
9 12
0,12
1.915
.998
102,8
44.
Prod
uksi
Hortik
ultur
a Lain
nya
a. Bu
ah (t
on)
17.98
8.469
18
.303.0
77
101,7
5 19
.510.0
39
93,81
b. Sa
yura
n (ton
) 10
.887.7
68
8.938
.390
82,10
11
.782.1
87
75,86
c. Flo
rikult
ura
-
Bung
a dan
Dau
n Poto
ng
lai
nnya
(tan
gkai)
70
3.030
.721
781.8
20.66
2 11
1,21
936.4
87.36
9 83
,48
-
Tana
man H
ias P
ot da
n
Lans
ekap
(poh
on)
35.33
7.327
43
.864.1
83
124,1
3 42
.228.7
14
103,8
7
-
Bung
a Tab
ur (k
g)24
.344.2
03
38.77
2.110
15
9,27
27.60
1.332
14
0,47
d. Ta
nama
n oba
t (ton
)56
3.702
61
5.369
10
9,17
654.3
26
94,05
5.Pe
ngam
anan
Pro
duks
i dar
i Ser
anga
n OP
T Mi
n 95%
98,75
100,0
0 Mi
n 95%
10
0,00
6.Ke
terse
diaan
Ben
ih
a.
Benih
Bua
h (%
)4
4,210
5,00
4 10
5,00
b. Be
nih F
loriku
ltura
(%)
33,6
120,0
0 3
120,0
0c.B
enih
Sayu
ran (
%)
34,7
156,6
7 3
156,6
7d.B
enih
Tana
man O
bat (
%)
22,4
512
2,50
2 12
2,50
Sum
ber:
Dire
ktor
at J
ende
ral H
ortik
ultu
ra, 2
015
Ket
eran
gan:
*) A
ngka
Rea
lisas
i Pro
duks
i Tah
un 2
015
mer
upak
an a
ngka
pro
gnos
a *
*) T
arge
t tah
un 2
019
berd
asar
kan
angk
a R
enca
na S
trate
gis
Dire
ktor
at J
ende
ral H
ortik
ultu
ra T
ahun
201
5
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
59
Berdasarkan data pada tabel 11, realisasi capaian kinerja produksi pada tahun 2015 yang telah berhasil melebihi target jangka menengah adalah komoditas bunga tabur (140,47%), tanaman hias pot dan lansekap (103,87%), dan aneka jeruk (102,84%). Sedangkan, capaian realisasi produksi di tahun 2015 untuk komoditas lainnya seperti aneka cabai (98,06%), bawang merah (92,23%), buah lainnya (93,81%), sayuran lainnya (75,86%), serta bunga dan daun potong lainnya (83,48%) jika dibandingkan dengan target jangka menengah masih jauh dibawah target yang ditetapkan. Oleh karena itu, hal ini menjadi fokus perhatian bagi pimpinan untuk dapat melakukan reviu atas kebijakan tahun kedepan. Reviu tersebut kiranya terkait dengan program, kegiatan dan upaya-upaya percepatan sebagai terobosan untuk mencapai target jangka menengah yang telah ditetapkan.
Berbeda halnya dengan capaian kinerja lainnya yaitu pengamanan produksi dari serangan OPT dan ketersediaan benih hortikultura. Target kinerja untuk kedua indikator kinerja ini ditetapkan sama setiap tahunnya. Sehingga, tidak terdapat perbedaan pada nilai acuan target kinerja di tahun 2015 maupun jangka menengah. Oleh karena itu, capaian kedua indikator kinerja ini sudah berhasil melebihi target jangka menengah.
Namun demikian, pengawalan terhadap kebijakan, program, kegiatan dan upaya-upaya peningkatan kinerja pengamanan produksi dan ketersediaan benih tetap perlu dilakukan agar nilai capaian kinerja maksimal.
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
60
3.2 Analisis Pencapaian Kinerja
3.2.1 Analisis Capaian Realisasi Produksi terhadap Sasaran Strategis
Dana yang dialokasikan dalam rangka mencapai sasaran strategis Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2015, seperti yang tercantum pada dokumen Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura, untuk pagu awal sebesar Rp1.129.094.900.000,- dan setelah terdapat penambahan APBN-P menjadi sebesar Rp1.149.426.746.000,- dan pagu akhir menjadi Rp1.145.426.000.000,-. Berdasarkan input dana APBN tersebut telah dilaksanakan 1 (satu) program melalui 6 (enam) kegiatan utama dalam rangka mencapai sasaran strategis pembangunan hortikultura tahun 2015. Adapun capaian strategis tersebut diindikasikan sebagai berikut:
A. Analisis Capaian Produksi Tahun 2015
Pada sub bab ini akan disajikan analisis capaian realisasi produksi tahun 2015 dibandingkan dengan target produksi termasuk dengan tahun sebelumnya. Dengan begitu dapat diketahui kecenderungan produksi komoditas tersebut, dan faktor-faktor yang secara signifikan mempengaruhi keberhasilan dan atau kegagalan produksi.
Secara umum capaian produksi hortikultura telah dapat mencapai dan atau melebihi target. Keberhasilan capaian yang cukup baik ini disebabkan adanya dukungan keberhasilan pengembangan kawasan hortikultura mulai dari tahun sebelumnya yang sudah berproduksi, pengelolaan lahan/kebun yang semakin baik oleh petani,
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
61
dukungan dana tugas pembantuan dan dekonsentrasi dalam upaya perbaikan kawasan, adanya registrasi kebun, alih teknologi melalui SL-GAP, SL-GHP dan SL-PHT, gerakan pengendalian OPT dan peningkatan kelembagaan petani semakin baik. Disamping itu, dukungan ketersediaan benih bermutu dan dukungan penanganan pengelolaan OPT Hortikultura secara terpadu juga menjadi faktor penentu dalam peningkatan pencapaian produksi.
Adapun, analisis capaian realisasi produksi hortikultura dibandingkan dengan target produksi sesuai PK Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2015-2019 dan produksi tahun sebelumnya secara rinci per komoditas adalah sebagai berikut:
1. Produksi Aneka Cabai
Nilai capaian produksi cabai tahun 2015 telah melebihi target dengan nilai sebesar 1.965.382 ton atau 107,20% dari target produksi 1.833.419 ton. Jika dibandingkan dengan produksi tahun 2014 sebesar 1.875.075 ton maka produksi aneka cabai pada tahun 2015 meningkat sebesar 4,82%.
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
62
Gambar 15. Capaian Realisasi Produksi Aneka Cabai Tahun 2015
terhadap Target Produksi dan Capaian Produksi Tahun 2014
Keberhasilan ini tidak terlepas dari peran pelaku usaha cabai dalam mendukung program Direktorat Jenderal Hortikultura dalam perluasan kawasan dan adanya kegiatan klaster cabai dari Bank Indonesia. Selain itu, penggunaan benih unggul bersertifikat, pendampingan GAP/SOP secara intensif, serta penurunan luas serangan OPT turut mendongkrak produksi cabai tahun 2015.
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
63
Gambar 16. Lokasi Pengembangan Kawasan Cabai Rawit di Kab. Tasikmalaya
Gambar 17. Kunjungan Kerja dan Panen Cabai Merah oleh
Direktur Jenderal Hortikultura
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
64
Sentra pengembangan cabai merah terdapat di 17 provinsi dan 63 kabupaten/kota, sedangkan sentra pengembangan cabai rawit terdapat di 16 provinsi dan 64 kabupaten/kota (Lampiran 9).
Guna menjaga kestabilan pasokan yang merata sepanjang tahun dan gejolak harga cabai di pasaran, maka Direktorat Jenderal Hortikultura akan terus melakukan koordinasi dengan pemerintah daerah dalam rangka pengaturan pola produksi terutama pada daerah sentra produksi.
2. Produksi Bawang Merah
Nilai capaian produksi bawang merah tahun 2015 mampu melampaui target yang ditetapkan yaitu mencapai 1.253.775 ton atau 111,42% dari target yang ditetapkan sebesar 1.125.247 ton.
Gambar 18. Capaian Realisasi Produksi Bawang merah Tahun 2015
terhadap Target Produksi dan Capaian Produksi Tahun 2014
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
65
Komoditas Bawang merah pada tahun 2015 mengalami peningkatan produksi yang cukup baik yaitu sebesar 1,60% dibandingkan produksi tahun 2014 sebesar 1.233.984 ton. Keberhasilan capaian target bawang merah dikarenakan adanya dukungan dari pelaku usaha bawang merah dalam mensukseskan program pengembangan kawasan bawang merah, meningkatnya penggunaan benih bermutu dan bersertifikat, pendampingan GAP/SOP secara intensif, serta penurunan luas serangan OPT.
Gambar 19. Kegiatan Panen Raya dan Pengecekan Ketersediaan
Pasokan Bawang Merah yang dilakukan oleh Menteri Pertanian dan Dirjen Hortikultura (Kab. Nganjuk, Bima, Majalengka dan Cirebon)
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
66
Sentra pengembangan bawang merah pada tahun 2015 terdapat di 14 provinsi dan 66 kabupaten/kota (Lampiran 10).
Disamping itu, Direktorat Jenderal Hortikultura terus melakukan koordinasi dengan pemerintah daerah dalam melakukan pengaturan jadwal tanam terutama pada daerah sentra produksi guna menjaga kestabilan pasokan bawang merah sepanjang tahun.
3. Produksi Aneka Jeruk
Produksi aneka Jeruk tahun 2015 sebesar 1.970.429 ton telah melebihi target yang ditetapkan sebesar 1.640.377 ton, atau capaiannya sebesar 120,12%. Produksi di tahun 2015 ini mengalami peningkatan sebesar 2,28% dibandingkan pencapaian produksi di tahun 2014 sebesar 1.926.544 ton.
Gambar 20. Capaian Realisasi Produksi Aneka Jeruk Tahun 2015
terhadap Target Produksi dan Capaian Produksi Tahun 2014
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
67
Hal ini dikarenakan dukungan pemerintah terhadap pengembangan jeruk sejak tahun 2008 di beberapa lokasi secara luas terutama di wilayah Provinsi Sumatera Barat (Kab. Agam, Limapuluh Kota, Solok Selatan), Jawa Barat (Kab. Garut dan Bandung), Jawa Tengah (Kab. Purbalingga), Jawa Timur (Kab. Malang, Tuban, dan Banyuwangi), Sumatera Utara (Kab. Karo, dan Simalungun), Kalimantan Timur (Paser, Nunukan, Berau, Bulungan, Kutai Timur) Kalimantan Selatan (Barito Kuala dan Tapin), Bali (Bangli), Sulawesi Selatan (Kab. Bantaeng dan Mamuju Utara), dan NTT (Timor Tengah Selatan dan Timor Tengah Utara). Lokasi pengembangan kawasan jeruk sejak tahun sebelumnya disajikan pada Lampiran 11.
Dukungan ketersediaan benih jeruk bermutu dengan beberapa jenis varietas yaitu; Keprok Batu 55, Keprok Tejakula, Borneo Prima, Gunung Omeh, Siam Madu, Siam Banjar dan lain-lain membuat kawasan jeruk semakin meluas pada daerah tersebut. Selain itu fasilitasi sarana budidaya dan pascapanen yang diberikan oleh pemerintah kepada petani mampu meningkatkan produksi dan perbaikan mutu sehingga dapat memenuhi kebutuhan konsumen dalam negeri.
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
68
Gambar 21. Kunjungan Dirjen Hortikultura pada Kebun Jeruk dekopon tanpa biji di Kecamatan Ciwidey
Kab. Bandung
4. Produksi Hortikultura lainnya
a. Produksi Sayuran lainnya Capaian produksi sayuran lainnya pada tahun 2015 sebesar 8.938.390 ton atau 82,10% dari target sebesar 10.887.768 ton. Capaian produksi sayuran lainnya ini merupakan capaian produksi dari 22 jenis sayuran selain aneka cabai dan bawang merah yaitu meliputi kentang, bawang putih, bawang daun, kol/kubis, kembang kol, petsai/sawi, wortel, lobak, kacang merah, kacang panjang, paprika, jamur, tomat, terung, buncis, ketimun, labu siam, kangkung, bayam, melinjo, petai dan jengkol.
Pencapaian total produksi sayuran lainnya pada tahun 2015 belum dapat memenuhi target produksi
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
69
yang ditetapkan. Meskipun, jika dibandingkan dengan capaian produksi tahun 2014 sebesar 8.809.512 ton, terdapat peningkatan sebesar 1,46%. Belum optimalnya pencapaian target produksi sayuran lainnya disebabkan oleh adanya dampak iklim El-Nino.
Berdasarkan angka produksi prognosa tahun 2015, beberapa penyumbang terbesar atas pencapaian target produksi sayuran lainnya adalah komoditas kol/ kubis, kentang, tomat, petsai atau sawi, bawang daun, terung dan wortel.
Komoditas kol/kubis, petsai atau sawi, bawang daun, merupakan kelompok sayuran daun yang mempunyai hasil produksi cukup baik di tahun 2015 yaitu masing-masing sebesar 1.456.834 ton, 603.691 ton dan 585.664 ton. Masing-masing komoditas tersebut memberikan kontribusi terhadap capaian target produksi sayuran lainnya sebesar 16,29%, 6,75% dan 6,55%.
Kentang merupakan salah satu komoditas yang permintaannya selalu tinggi sehingga kentang menjadi salah satu sayuran yang harus dijamin ketersediaannya. Dalam beberapa tahun kebelakang, trend produksi komoditas kentang
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
70
sangat positif yaitu meningkat dengan rata-rata pertumbuhan mencapai 3% per tahunnya.
Produksi kentang pada tahun 2015 mencapai 1.358.739 ton atau berkontribusi sebesar 15,20% terhadap capaian target produksi sayuran lainnya.
Sentra pengembangan kentang terdapat di 17 kabupaten (Lampiran 12). Daerah-daerah tersebut merupakan daerah pemasok yang terus dikelola, digarap dan mendapatkan alokasi anggaran pemerintah baik APBN maupun APBD sebagai upaya menjamin ketersediaan produk di pasaran sepanjang tahun.
Produksi Tomat pada tahun 2015 mencapai 960.416 ton, atau berkontribusi pada capaian target produksi sebesar 10,74%. Pengembangan sentra tomat hampir merata di seluruh tanah air, dan tahun aggaran 2015 tidak mendapatkan alokasi anggaran dari APBN disebabkan komoditi tersebut sudah mandiri.
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
71
Gambar 22. Pengembangan Kawasan Sayuran Lainnya
Komoditas sayuran lainnya yaitu wortel dan terung merupakan komoditas dengan hasil produksi yang cukup baik di tahun 2015 yaitu sebesar 496.690 ton dan 557.214 ton. Capaian produksi komoditas tersebut diatas memberikan kontribusi pada capaian terget produksi sayuran lainnya untuk wortel sebesar 5,55% dan terung 6,23%. Capaian yang cukup baik ini dikarenakan adanya peningkatan pengembangan sentra wortel di 20 Kabupaten/Kota (Lampiran 13).
Secara umum, produksi kelompok sayuran lainnya belum memberikan sumbangan positif untuk mencapai target yang ditetapkan. Belum tercapainya target produksi sayuran lainnya disebabkan skala usaha untuk komoditas
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
72
sayuran tersebut tidak terlalu luas dan umumnya penanaman dilakukan dengan sistem tumpang sari dan dirotasi dengan tanaman sayuran lainnya. Selain itu, pengembangan kawasan pada tahun 2015 lebih difokuskan kepada pengembangan aneka cabai dan bawang merah. Rincian pengembangan kawasan sayuran daun, sayuran dataran rendah dan bawang putih disajikan pada Lampiran 14.
b. Produksi Buah lainnya
Produksi buah lainnya pada tahun 2015 sebesar 18.303.077 ton telah melebihi target yang ditetapkan yaitu 17.988.469 ton atau mencapai 101,75%. Produksi buah lainnya pada tahun 2015 mengalami peningkatan sebesar 2,31% dibandingkan produksi tahun 2014 sebesar 17.879.433 ton.
Buah lainnya yang mendapat dukungan anggaran pembangunan APBN antara lain durian, mangga, manggis, pisang, jambu kristal, alpukat, nenas, melon, pepaya, salak, sawo, nangka, srikaya, apel, buah naga dan markisa.
Untuk kelompok buah semusim (melon, pepaya, nenas, pisang, buah naga, jambu kristal, salak, buah naga, dan markisa) akan mulai berproduksi pada tahun 2016 dan 2017, sedangkan buah tahunan (jeruk, mangga, sawo, nangka, srikaya, apel dan alpukat) akan berproduksi setelah tahun 2018. Hal ini menyebabkan data produksi buah tersebut tidak bisa disajikan sebagai laporan kinerja tahun 2015.
73Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
Produksi buah lainnya merupakan kontribusi dari produksi buah yang telah masuk masa usia produktif yang telah ditanam beberapa tahun yang lalu terutama untuk komoditas durian, mangga, manggis dan salak. Kontribusi peningkatan produksi dari beberapa buah adalah sebagai berikut:
1) Pisang
Capaian produksi pisang tahun 2015 cukup baik yaitu sebesar 6.969.199 ton, dan berperan sebagai penyumbang terbesar atas capaian target produksi buah lainnya yaitu sebesar 38,12%. Peningkatan produksi tersebut disebabkan oleh pengembangan kawasan pisang yang didanai oleh APBN di 10 (sepuluh) kabupaten/kota yaitu Kabupaten Cianjur, Kendal, Lumajang, Ogan Komering Ulu, Lampung Barat, Seruyan, Lombok Barat, Ende, Teluk Wondama, dan Biak Numfor.
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
74
Gambar 23. Mentan dan Dirjen Hortikultura Melepas Ekspor
Pisang ke Tiongkok dan Amerika Serikat.
2) Mangga
Pada tahun 2015 produksi mangga sebesar 2.479.956 ton, angka produksi ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan produksi tahun 2014 sebesar 2.431.330 ton dengan kenaikan sebesar 2,00%. Produksi mangga memberikan kontrubusi terhadap capaian terget produksi sebesar 13,56%. Capaian produksi mangga telah cukup baik yang ditandai dengan banyaknya pasokan mangga ke pasar dan kios buah pada hampir semua kota di Indonesia.
Kawasan mangga yang menyumbang peningkatan produksi adalah Provinsi
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
75
Banten (Kota Cilegon), Jawa Tengah (Kab. Sragen, Karanganyar, Pekalongan), Jawa Timur (Kab. Ngawi).
Dukungan iklim yang baik dan bimbingan terkait budidaya dan pascapanen membuat produksi mangga petani meningkat dengan mutu yang lebih baik pula. Hal ini mampu memberikan pasokan mangga cukup banyak untuk pasar dalam negeri.
3) Nanas
Produksi nanas di tahun 2015 mencapai 1.893.243 ton dengan besar kontribusi mencapai 10,34 %. Produksi nanas tahun 2015 mengalami peningkatan sebesar 3,15% dibandingkan produksi tahun 2014 sebesar 1.835.483 ton.
Keberhasilan dalam peningkatan produksi nanas ini disebabkan adanya pengembangan nanas tahun sebelumnya yang terdapat di Kab. Kediri, Tolikara, Pemalang dan Blitar dengan luasan masing-masing 20 ha.
Namun kontribusi produksi yang cukup signifikan merupakan hasil dari pengembangan nanas oleh PT. Great Giant Pineaple di Kabupaten Lampung Timur.
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
76
4) Durian
Produksi durian mencapai 876.300 ton pada tahun 2015, sedangkan pada tahun 2014 produksi hanya sebesar 859.118 ton. Hal ini menunjukan adanya peningkatan produksi durian sebesar 2,00%.
Produksi durian menyumbang sebesar 4,79% terhadap keberhasilan capaian terget produksi buah lainnya.
Peningkatan produksi durian ini disebabkan karena kawasan pengembangan durian pada 10 tahun terakhir sudah berbuah sehingga memberikan sharing produksi yang signifikan. Selain itu, capaian produksi durian tahun 2015 didukung oleh hasil produksi dari pengembangan kawasan yang sudah dilakukan sejak tahun 2006 di beberapa lokasi yaitu; Provinsi Aceh (Kab. Aceh Tamiang dan Aceh Barat), Sumatera Utara (Kab. Labuhan Batu Utara, dan Tapanuli Tengah), Riau (Kab. Pelelawan), Kepri (Kab. Lingga adan Bintan); Bengkulu (Kab. Rejang Lebong), Provinsi Sulawesi Selatan (Kab. Luwu, Kota Palopo dan Kab. Luwu Utara) dan Provinsi Sulawesi Tengah (Kab. Parigi Mautong dan Kab.Buol), Kalimantan Barat (Kab. Sanggau).
Selain itu, keberhasilan ini dikarenakan adanya peningkatan produksi buah di beberapa daerah sentra pada triwulan III dan IV di bulan Juni – Oktober akibat dukungan kondisi iklim yang memungkinkan musim panen menjadi lebih panjang, bahkan ada yang berbuah 2 kali seperti di Kabupaten Indragiri
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
77
Hulu, Indragiri Ilir, Rokan, Kepulauan Meranti dan Pekanbaru di Provinsi Riau, dan Kabupaten Manokwari, Provinsi Papua Barat.
Gambar 24. Kunjungan Dirjen Hortikultura ke Kebun Durian di
Gunung Sindur, Kab. Bogor.
5) Salak
Pada tahun 2015 produksi salak sebesar 1.141.332.000 ton, angka produksi ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan produksi tahun 2014 sebesar 1.118.950 ton dengan kenaikan sebesar 2,00%.
Capaian produksi salak didukung oleh adanya perluasan kawasan salak pada sentra utama di Kabupaten Magelang dan Kabupaten Sleman setelah proses pemulihan pasca erupsi Gunung Merapi tahun
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
78
2012 seluas lebih dari 500 Ha. Kawasan salak yang menyumbang pada peningkatan produksi antara adalah Provinsi Jawa Tengah (Kab. Magelang dan Banjar Negara), DIY (Kab. Sleman), Jawa Timur (Kab. Lumajang), dan Bali (Kab. Karang Asem).
Gambar 25. Kunjungan Kerja Menteri Pertanian pada
Pertanaman Salak di Kab. Magelang dalam rangka Pengiriman Ekspor Salak ke China dan Penandatanganan Prasasti Bangsal Pascapanen
6) Melon
Pada tahun 2015 produksi melon sebesar 172.772 ton, angka produksi ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan produksi tahun 2014 sebesar 150.347 ton dengan kenaikan sebesar 14,92 %. Capaian produksi melon telah cukup baik yang ditandai dengan banyaknya pasokan melon ke pasar dan kios buah pada hampir semua kota di Indonesia.
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
79
Kawasan melon yang menyumbang peningkatan produksi tahun 2015 antara lain Provinsi Banten (Kota Cilegon 5 ha), Jawa Tengah (Sragen 15 ha, Karanganyar 15 ha, Pekalongan 12 ha) dan Jawa Timur (Kab. Ngawi 20 ha).
Gambar 26. Panen Melon di Kab. Lombok Timur dan Kab. Grobogan
7) Manggis
Produksi manggis tahun 2015 sebesar 121.784 ton telah melebihi produksi tahun 2014 yaitu 114.755 ton atau pertumbuhan produksi meningkat sebesar 6,13%. Peningkatan produksi ini karena adanya peningkatan produktivitas pertanaman yang disebabkan
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
80
pengelolaan kebun pada kawasan manggis yang semakin intensif akibat dorongan harga dan permintaan pasar semakin meningkat serta iklim dan cuaca yang mendukung saat pembuahan. Dukungan pemerintah untuk pengembangan manggis telah dilakukan sejak tahun 2005 hingga saat ini.
Beberapa daerah sentra yang mengalami peningkatan produksi secara signifikan antara lain di Provinsi: Jawa Barat (Bogor, Sukabumi, Tasikmalaya, Ciamis dan Purwakarta), Jawa Timur (Kab. Banyuwangi, Trenggalek), Sumatera Utara (Kabupaten Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah); Sumbar (Kab. Sawah Lunto, Pesisir Selatan, Padang Pariaman, Solok Selatan, Agam dan Sijunjung); Jambi (Kab. Kerinci), Riau (Kampar, Indragiri Hilir, Peleawan dan Rokan Hulu), NTB (Lombok Barat, Lombok Tengah), dan Bali (Kab. Tabanan, Gianyar), dan Banten (Kab Lebak dan Pandegelang).
c. Produksi Florikultura
1) Bunga dan Daun Potong lainnya
Kelompok komoditas bunga dan daun potong lainnya meliputi anggrek, anthurium bunga, anyelir, gerbera, gladiol, heliconia, krisan, mawar, sedap malam, dracaena, cordyline dan monstera.
Produksi bunga dan daun potong lainnya pada tahun 2015 meningkat 4,70% jika dibandingkan produksi tahun 2014 sebesar 745.037.717 tangkai
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
81
Beberapa komoditas yang berkontribusi cukup signifikan pada capaian target produksi bunga dan daun potong lainnya adalah Krisan, Mawar, Gerbera, Sedap Malam, Anggrek, dan Dracaena.
Capaian produksi krisan pada tahun 2015 sebesar 449.456.600 tangkai, memberikan kontribusi yang cukup besar dan signifikan pada pencapaian target produksi bunga dan daun potong yaitu sebesar 57,49%.
Capaian produksi krisan yang sangat baik disebabkan karena adanya peningkatan luas areal tanam pada beberapa sentra utama kawasan krisan. Selain itu terjadi juga peningkatan produktivitas krisan di beberapa daerah sentra, peningkatan permintaan pasar serta meningkatnya daya beli masyarakat yang berdampak pada peningkatan luas tanam krisan.
Mawar merupakan komoditas bunga potong yang menempati posisi kedua sebagai kontributor terbesar atas pencapaian target produksi bunga dan daun potong lainnya. Produksi mawar di tahun 2015 mencapai 182.445.084 ton, berkontribusi sebesar 23,34% terhadap capaian target. Kenaikan ini terjadi karena adanya perubahan trend pasar dalam penggunaan bunga potong yang bergeser ke mawar yang berdampak pada meningkatnya minat petani untuk menanam mawar, sehingga produksi mawar meningkat.
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
82
Gerbera merupakan komoditas florikultura yang juga cukup diminati saat ini, terlebih saat event-event tertentu. Permintaan pasar yang cukup baik, diikuti dengan peningkatan produksi gerbera di tahun 2015 yaitu mencapai 7.726.347 ton atau berkontribusi sebesar 0,99% terhadap capaian target produksi bunga dan daun potong lainnya.
Produksi Sedap malam mencapai 107.931.444 ton, memberikan kontribusi pada capaian target produksi bunga dan daun potong lainnya sebesar 13,81%. Pada tahun 2015 telah difasilitasi pengembangan kawasan sedap malam di beberapa daerah antara lain Kabupaten Tanggamus, Pandeglang, Kabupaten Serang, Kabupaten Magelang dan Kota Mataram.
Capaian produksi Anggrek pada tahun 2015 sebesar 20.302.496 tangkai, memberikan kontribusi sebesar 2,60% atas capaian target produksi bunga dan daun potong lainnya. Tercapainya target produksi disebabkan adanya peningkatan produksi anggrek di beberapa sentra pengembangan anggrek, serta dampak fasilitasi pengembangan kawasan anggrek pada tahun sebelumnya dan tahun 2015 yaitu pada 10 kabupaten/kota yaitu Kota Bandung, Kota Bogor, Kota Binjai, Kota Medan, Kab. Bungo, Kota Jambi, Kota Bandarlampung, Kota Tangerang Selatan, dan Kota Palu. Peningkatan produksi Anggrek disebabkan karena membaiknya pasar dalam negeri, khususnya untuk Anggrek Phalaeonopsis.
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
83
Hal ini mendorong penambahan investasi pada pelaku usaha menengah dan besar. Sedangkan untuk Anggrek Dendrobium dan lain-lain, permintaan pasarnya cenderung stabil.
Gambar 27. Kelompok komoditas Bunga dan Daun Potong
(dracaena, monstera, cordyline, gerbera, anyelir, krisan, mawar, anggrek, sedap malam, heliconia).
Selanjutnya, komoditas dracaena yang merupakan kelompok komoditas daun potong juga turut meyumbang untuk kesuksesan pencapaian target produksi bunga dan daun potong lainnya dengan kontribusi sebesar 0,51%. Meskipun kontribusi dracaena tidak terlalu signifikan terhadap pencapaian target produksi, namun komoditas ini
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
84
patut dipertimbangkan dalam pengembangan florikultura ke depan. Melihat prospek pasar yang baik atas rangkaian komoditas dracaena, produk ini telah berhasil menembus pasar internasional dengan permintaan tinggi ke Korea Selatan, Singapura, Malaysia, Jepang, Azarbaijan, Iran, Uni Emirat Arab, Saudi Arabia dan beberapa negara Timur Tengah lainnya.
Gambar 28. Kunjungan Menteri Pertanian ke
Gapoktan Alamanda, Kab. Sukabumi
Tercapainya target produksi bunga dan daun potong lainnya sesuai dengan target yang ditetapkan, disebabkan oleh fasilitasi pengembangan kawasan serta beberapa komoditas tanaman hias menjadi trend setter di masyarakat seperti mawar, gerbera dan lain-lain. Masyarakat banyak memanfaatkan tanaman hias
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
85
bunga dan daun lainnya pada event – event tertentu seperti pesta pernikahan, hari raya keagamaan, thanksgiving, hari ibu, hari valentine, upacara adat dan upacara keagamaan lainnya.
2) Tanaman Pot dan Lansekap
Jenis tanaman yang termasuk tanaman pot dan lansekap sangat banyak, namun yang terdata di BPS meliputi tanaman aglaonema, adenium, euphorbia, phylodendron, pakis, diffenbachia, anthurium daun, caladium, palem, dan ixora/soka. Berdasarkan PK, target produksi tanaman pot dan lansekap pada tahun 2015 sebesar 35.337.327 pohon dapat terealisasi sebesar 43.864.143 pohon atau tercapai 124,13%.
Pada tahun 2015 peningkatan produksi pada kelompok komoditas tanaman pot dan lansekap mencapai 3,95% jika dibandingkan dengan produksi tahun 2014 sebesar 42.132.118 pohon.
Komoditas yang memberikan kontribusi cukup tinggi atas keberhasilan capaian target produksi tanaman pot dan lansekap adalah tanaman pakis, phylodendron, dan palem.
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
86
Gambar 29. Kelompok Komoditas Tanaman Pot dan Lansekap
Pada tahun 2015, produksi tanaman pakis sebesar 19.534.666 pohon memberikan sumbangan cukup signifikan terhadap capaian target produksi tanaman pot dan lansekap yaitu sebesar 44,53%. Selanjutnya produksi phylodendron mencapai 15.269.503 pohon atau berkontribusi sebesar 34,51% terhadap capaian target produksi. Komoditas lainnya yang juga berperan sangat baik dalam pencapaian target produksi adalah palem dengan capaian produksi sebesar 2.458.584 pohon dan menyumbang sebesar 5,60% atas capaian target produksi.
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
87
Tercapainya produksi tersebut disebabkan oleh semakin meningkatnya penggunaan taman dan lansekap pada real estate, fasilitas umum, hotel, dan perkantoran yang mendorong permintaan dan investasi pelaku usaha produksi tanaman lansekap. Untuk tanaman pot disebabkan oleh semakin membaiknya permintaan tanaman hias pot plant/hobbies.
3) Tanaman Bunga Tabur
Tanaman bunga tabur dalam hal ini adalah tanaman melati. Dari target produksi bunga tabur tahun 2015 sebesar 24.344.203 kg melati dapat terealisasi sebesar 38.772.110 kg (159,27 %).
Terdapat peningkatan cukup baik untuk produksi bunga tabur pada tahun 2015 yaitu sebesar 6,73% jika dibandingkan dengan capaian produksi tahun 2014 sebesar 36.161.072 kg. Tercapainya target produksi sesuai sasaran karena adanya perluasan kawasan melati di 4 sentra utama (Kabupaten Tegal, Pemalang, Batang, Bangkalan dan Pekalongan).
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
88
Gambar 30. Pengembangan Bunga Tabur (melati) di Kabupaten
Pekalongan, Bangkalan dan Tegal
d. Produksi Tanaman Obat
Capaian produksi tanaman obat tahun 2015 sebesar 615.369 ton (109,17%) dari target produksi yang ditetapkan sebesar 563.702 ton. Produksi tanaman obat tahun 2015 meningkat 3,35% dibandingkan dengan produksi tahun 2014 sebesar 595.423 ton.
Realisasi produksi yang melampaui target disebabkan karena meningkatnya permintaan dari industri jamu terutama di Jawa serta meningkatnya penerapan program saintifikasi jamu telah mendorong masyarakat untuk berbudidaya tanaman obat secara swadaya.
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
89
Adapun tiga komoditas tanaman obat yang berperan penting sebagai kontributor utama kesuksesan capaian target tanaman obat yaitu jahe, kunyit dan kapulaga.
Jahe merupakan komoditas tanaman obat jenis rimpang yang memiliki angka produksi paling tinggi yaitu mencapai 237.086 ton atau berkontribusi sebesar 42,05% terhadap pencapaian target produksi. Dibandingkan produksi tahun 2014 (226.115 ton), terdapat peningkatan produksi jahe sebesar 4,85% di tahun 2015. Rincian pengembangan kawasan tanaman obat disajikan pada Lampiran 13. Pengembangan jahe merupakan salah satu fokus pengembangan tanaman obat di Indonesia, mengingat komoditas ini memiliki permintaan yang sangat tinggi untuk konsumsi segar dan bahan baku industri jamu maupun minuman herbal. Pada tahun 2015 pengembangan jahe terdapat di 27 kabupaten/kota seluas 540 Ha.
Komoditas lainnya yang cukup berperan baik yaitu kunyit dengan angka produksi mencapai 113.818 ton dan menyumbang sebesar 20,19% pada capaian produksi tanaman obat. Produksi tahun 2015 meningkat 1,54%
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
90
dibandingkan dengan produksi tahun 2014 sebesar 112.088 ton.
Kapulaga dengan angka produksi sebesar 75.938 ton di tahun 2015, memberikan kontribusi pada capaian produksi tanaman obat sebesar 13,47%. Produksi tahun 2015 mengalami peningkatan sebesar 4,37% dibandingkan dengan produksi tahun 2014 sebesar 72.760 ton.
Realisasi capaian produksi tanaman obat yang melampaui target produksi ini didukung oleh adanya program saintifikasi jamu di puskesmas dan Rumahsakit, gaya hidup masyarakat yang kembali ke alam (back to nature), dan semakin maraknya pengobatan berbasis herbal dan pelayanan kecantikan berbasis jamu.
3.2.2 Analisis Capaian Pengamanan Produksi dari Serangan OPT
Capaian pengamanan produksi hortikultura dari serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) pada tahun 2015 sebesar 98,75% telah berhasil melebihi target yang ditetapkan yaitu minimal 95%. Keberhasilan pengamanan produksi hortikultura ini antara lain disebabkan menurunnya luas serangan OPT, dimana pada tahun 2015 proporsi luas serangan OPT terhadap luas panen rata-rata sebesar 1,25% dari target maksimal 5%. Dengan demikian program perlindungan hortikultura pada TA 2015 mempunyai peran yang besar dalam mendukung pencapaian produksi dan mutu hortikultura pada taraf tinggi.
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
91
Hasil pengukuran pencapaian masing-masing sasaran di atas secara umum menunjukkan bahwa pencapaian kegiatan Perlindungan Hortikultura Tahun 2015 rata-rata 1,25%. Capaian tersebut relatif lebih tinggi dibandingkan dengan rata - rata pencapaian tahun 2014 yaitu sebesar 1,94%.
Indikator kinerja pengamanan produksi hortikultura dari serangan OPT dengan target minimal 95%, dapat tercapai bila sasaran strategi proporsi luas serangan OPT utama terhadap total luas panen hortikultura ditetapkan maksimal 5,0%. Target sasaran 5% merupakan target rasional yang dimungkinkan dapat dicapai berdasarkan kemampuan penganggaran, SDM, dan peningkatan koordinasi antar instansi terkait di pusat dan daerah.
Rincian proporsi luas serangan OPT terhadap luas panen pada tanaman buah, sayuran, florikultura dan tanaman obat dua tahun terakhir (2014-2015) disajikan pada Tabel 12 dan Gambar 31 berikut:
Tabel 12. Perkembangan Luas Serangan OPT Dibandingkan Luas Panen Hortikultura Tahun 2014-2015
Uraian Nilai LS/LP *) +/-
2015 thd 2014 2014 2015*
Buah-buahan Luas panen (LP) (ha) 100.793,67 457.308,84 Luas serangan OPT (LS) (ha) 3.147,54 4.315,75 Porsi LS/LP (%) 3,12 0,94 (2,18) Sayuran Luas panen, LP (ha) 519.806,3 582.735 Luas serangan OPT, (LS) (ha) 20.901,1 18.655,7 Porsi LS/LP (%) 4,00 3,20 (0,8)
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
92
Uraian Nilai LS/LP *) +/-
2015 thd 2014 2014 2015*
Florikultura Luas panen, LP (ha) 1.110.518 3.331,68 Luas serangan OPT, (LS) (ha) 3.918 183,6 Porsi LS/LP (%) 0,35 0,45 0,1Tanaman Obat Luas panen, LP (ha) 26.930 18.933,9 Luas serangan OPT, (LS) (ha) 82.4 35,1 Porsi LS/LP (%) 0,30 0,40 0,1
Rerata 1,94 1,25 (0,79)
Keterangan: - Nilai LS / LP, proporsi luas serangan terhadap luas panen - *) Data sementara, blm semua data terkumpul
Capaian Proporsi Luas Serangan OPT Terhadap Luas Panen, sampai dengan bulan Desember 2015, rata-rata adalah 1,25% dengan kisaran antara 0,4% - 3,20% dari target maksimal 5% atau pengamanan produksi minimal sebesar 95%. Meliputi OPT buah 0,94% (pengamanan produksi sebesar 99,06%), OPT Sayuran 3,20% (pengamanan produksi sebesar 96,80%), OPT Florikultura 0,45% (pengamanan produksi sebesar 99,55%) dan OPT tanaman obat 0,40% (pengamanan produksi sebesar 99,60%). Proporsi luas serangan OPT Tahun 2015 turun 0,69% dibandingkan dengan TA 2014 sebesar 1,94 %.
Berdasarkan data di atas diketahui bahwa terjadi penurunan luas serangan OPT dan peningkatan pengamanan produksi dari serangan OPT pada tahun 2015 dibandingkan dengan data proporsi luas serangan OPT di tahun 2014 sebesar 1,94% dengan pengamanan produksi sebesar 98,06%.
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
93
Gambar 31. Grafik Proporsi Luas Serangan OPT Hortikultura
terhadap Luas Panen Tahun 2015
Keberhasilan pencapaian pengamanan produksi hortikultura dari serangan OPT yang cukup baik ini merupakan hasil atas dukungan pemerintah melalui kegiatan penerapan PHT/SLPHT, gerakan pengendalian OPT hortikultura ramah lingkungan, model penerapan adaptasi dan mitigasi iklim, penguatan kelembagaan perlindungan hortikultura (pengembangan LPHP/LAH/ Lab. Pestisida, dan pengembangan Klinik PHT), serta kegiatan pendukung lainnya sinergisme sistem perlindungan menghadapi SPS–WTO (Sanitary and Phytosanitary of the World Trade Organization) dan kerjasama ACIAR (Australian Centre for International
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
94
Agriculture Research) dalam penanganan lalat buah dalam rangka menurunkan luas serangan OPT hortikultura.
Disamping itu, berikut adalah dukungan kegiatan perlindungan hortikultura dalam upaya pencapaian kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2015, baik yang dilaksanakan di pusat maupun daerah:
1. Pengelolaan dan Pengendalian OPT Hortikultura Ramah Lingkungan
Untuk meningkatkan produksi dan mutu hasil hortikultura yang aman dikonsumsi dan ramah lingkungan, telah dilakukan upaya pengelolaan dan pengendalian OPT melalui gerakan pengendalian OPT ramah lingkungan dengan pemanfaatan bahan pengendali OPT yang ramah lingkungan sesuai sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Pelaksanaan gerakan pengendalian OPT ramah lingkungan ditargetkan dapat dilakukan pada 33 provinsi sebanyak 2.179 kali, sampai dengan kondisi bulan Desember 2015 baru tercapai sebanyak 1.717 kali atau 78,80 %. Sedangkan, kegiatan pengamanan produksi cabai dan bawang merah di lokasi Gerakan Tanam Cabai di Musim Kering/Kemarau (GTCK) dalam bentuk gerakan pengendalian OPT hortikultura ramah lingkungan dilaksanakan di 22 provinsi pada 133 kabupaten/kota. Salah satu kegiatan pengelolaan dan pengendalian OPT ramah lingkungan yang telah dilakukan dalam rangka mengurangi penggunaan pestisida kimia
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
95
adalah pengendalian hayati/biologis dengan memanfaatkan organisme hidup lain musuh alami (predator, parasitoid, dan patogen penyebab penyakit pada serangga hama). Kegiatan ini terus dilakukan dilapangan untuk menekan tingginya penggunaan pestisida kimiawi pada komoditas hortikultura khususnya tanaman semusim.
Keunggulan pengendalian berbasis pestisida dibandingkan dengan pengendalian menggunakan agens hayati tersebut adalah aman bagi manusia dikarenakan produk yang dihasilkan bebas residu pestisida, dapat mencegah timbulnya ledakan OPT sekunder, musuh alami terdapat disekitar lingkungan pertanaman sehingga petani tidak akan tergantung lagi dengan pestisida sintetis dan menghemat biaya produksi. Beberapa agens hayati yang telah dikembangkan untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman antara lain Trichoderma sp., Pseudomonas fluorescens, Metharhizium sp., Beauveria bassiana, Corynebacterium sp., Bacillus subtilis, PGPR, dan MOL (Mikroorganisme Lokal).
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
96
Gambar 32. Biakan murni agens hayati: (1) Beauveria bassiana; (2) Metarhizium anisopliae; (3) Pseudomonas fluorescens; (4) Trichoderma sp.
Keberhasilan pengendalian hayati juga tidak lepas dari penggunaan musuh alami serangga hama. Dengan adanya musuh alami yang mampu menekan populasi hama, diharapkan di dalam agroekosistem terjadi keseimbangan populasi antara hama dengan musuh alaminya, sehingga populasi hama tidak melampaui ambang toleransi tanaman. Salah satu upaya dalam konservasi musuh alami yaitu dengan penggunaan tanaman perangkap/border seperti tanaman jagung, tagetes, orok – orok, dan lainnya. Penanaman tanaman perangkap/border berguna bagi musuh alami sebagai tanaman pelindung dan refurgia/habitat musuh alami.
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
97
Gambar 33. Model Gerakan Pengendalian OPT pada Tanaman
Cabai (a) dan Model Gerakan Pengendalian OPT pada Tanaman Bawang Merah (b).
Lebih lanjut, pada era pasar global dan tuntutan konsumen dengan kecenderungan memilih produk hortikultura ramah lingkungan dan aman dikonsumsi, mendorong pemerintah dan stakeholder untuk meningkatkan penyediaan pestisida biologi di lapangan. Hal ini relevan dengan paradigma baru pembangunan pertanian, yaitu pertanian bioindustri. Terkait hal tersebut, Direktorat Jenderal Hortikultura melalui peran Direktorat Perlindungan Hortikultura telah melakukan upaya peningkatan mutu pestisida biologi yang berupa agens hayati serta telah menyusun 7 (tujuh) standar mutu minimal agens hayati yang dimulai pada tahun 2014 dan 2015. Agens hayati tersebut yaitu Pseudomonas fluorescens, Bacillus subtilis, Trichoderma viridae., Spodoptera nucleopolyhedrosis virus (Se-NPV), Mikoriza, Paecilomyces sp., dan Paenibacillus polimexa.
a b
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
98
Kegiatan pengelolaan dan pengendalian OPT lainnya adalah kegiatan survailans OPT hortikultura dengan hasil akhir berupa draft 14 pest list hortikultura, identifikasi OPT hasil survailans, pembuatan koleksi, penyusunan laporan di 13 provinsi, penerapan AWM (Area Wide Management) pada tanaman mangga Gedong di Indramayu. Hal ini dilakukan sebagai upaya mendukung peningkatan daya saing produk hortikultura dan pemenuhan persyaratan SPS–WTO yang mengikat dalam perdagangan global produk pertanian. Dimana setiap negara anggotanya diminta untuk memenuhi tuntutan yang dipersyaratkan oleh pasar internasional akan produk hortikultura bermutu yang diyakini tidak terinfeksi atau bebas dari kandungan OPT dan residu pestisida.
Upaya lain dalam rangka pemenuhan tujuan ekspor dan pemantauan produk dari penggunaan pestisida antara lain pelaksanaan analisa residu pestisida pada produk hortikultura. Pada tahun 2015, produk hortikultura yang telah dianalisa residunya sebanyak 38 sampel buah impor (jeruk, anggur, apel, pear, plum, blueberries, nectarine, peach, lengkeng, kiwi, jambu, srikaya dan buah naga), dan 3 (tiga) sampel sayuran impor yaitu bawang putih, wortel, dan kubis. Sedangkan 2 (dua) sayuran lokal yang dianalisa residu pestisidanya yaitu bawang merah, dan cabai. Hasil analisa residu pestisida pada produk hortikultura umumnya masih di bawah BMR dengan rincian dapat dilihat pada tabel.
Selain menganalisa residu pestisida pada produk hortikultura, juga dilakukan analisa kandungan formalin pada buah impor. Buah impor yang diuji kandungan
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
99
formalin sebanyak 100 sampel yang diambil dari supermarket/pasar buah di Jakarta yang terdiri atas buah jeruk, jambu air, kiwi, apel, lengkeng bangkok, pear, peach yellow, plum, dan anggur. Tabel 13. Hasil Analisis Residu Pestisida pada Produk
Hortikultura Tahun 2015
No. Komoditas Terdeteksi dibawah BMR
Tidak terdeteksi
Belum ditetapkan
1. Buah Impor 1 (2,5 %) 39 (97,5%) 0 (0%) 2. Sayur - - - Jumlah 1 (2,5%) 39 (97,5%) 0 (0%)
Sumber: Ditjen Hortikultura, Tahun 2015
Dari 40 sampel bahan aktif yang diuji pada 38 sampel buah impor dengan menggunakan uji kromatografi gas, yang terdeteksi dibawah BMR sebanyak 1 bahan aktif atau 2,5%. Sedangkan yang tidak terdeteksi sebanyak 39 bahan aktif atau 97,5 %. Dari hasil analisis residu formalin pada 100 sampel buah dengan menggunakan metode uji spektrofotometer tidak terdeteksi adanya kandungan formalin pada buah impor tersebut. Sedangkan pada produk sayuran lokal yang diuji masih dalam proses analisa residu pestisida.
2. Adaptasi dan Mitigasi Iklim
Usaha peningkatan produksi pertanian khususnya tanaman hortikultura sangat dipengaruhi oleh faktor iklim. Iklim dan cuaca merupakan sumber daya alam, yang hingga belum mampu dikendalikan oleh manusia. Oleh karena itu tindakan yang paling tepat untuk memanfaatkan
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
100
sumberdaya iklim dan mengurangi dampak dari sifat ekstrimnya adalah penyesuaian kegiatan pertanian dengan perubahan musim pada masing-masing wilayah.
Banjir dan kekeringan merupakan bentuk bencana alam yang hampir setiap tahun terjadi, akibat dampak perubahan iklim (DPI) terutama di daerah rawan banjir dan kekeringan. Langkah penanganan untuk mengantisipasi dan menanggulangi dampak bencana alam terhadap tanaman hortikultura, secara konseptual dapat dibagi menjadi tiga, yaitu pendekatan strategis, taktis dan operasional. Pendekatan strategis lebih bertitik tolak pada identifikasi biofisik iklim (iklim dan tanah). Pendekatan ini didasarkan kepada kondisi rata-rata iklim dan/atau kekerapan (frekuensi) terjadinya bencana.
Dalam rangka mengantisipasi DPI, pendekatan strategis dan operasional merupakan langkah awal yang paling tepat dan dilakukan secara sistematis dan menyeluruh. Upaya tersebut menyangkut inventarisasi dan identifikasi di wilayah yang berindikasi rawan bencana alam akibat perubahan iklim, pemanfaatan sumber air alternatif baik memanfaatkan air tanah, air permukaan (sungai, danau, empang), atau hujan buatan, serta langkah antisipasi adaptasi dan mitigasinya.
Upaya antisipasi dan mitigasi dalam rangka menekan kehilangan hasil hortikultura akibat DPI telah dilaksanakan kegiatan utama dalam bentuk analisa hasil penerapan teknologi adaptasi dan mitigasi DPI di 32 provinsi dan peramalan OPT hortikultura yang dilakukan oleh Balai Besar Peramalan OPT (BBPOPT) Jatisari. Selain itu,
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
101
kegiatan pendukung lainnya meliputi inventarisasi data dan informasi tentang iklim, serta koordinasi penanganan DPI. Target dari pelaksanaan adaptasi dan mitigasi iklim adalah tersusunnya 75 rekomendasi yang akan bermanfaat pada pengamanan produksi hortikultura nasional. Sampai dengan bulan Desember 2015 telah terselesaikan 69 rekomendasi atau 92,00%.
Salah satu upaya dalam penerapan model adaptasi dan mitigasi DPI yaitu penerapan teknologi irigasi tetes sederhana pada tanaman cabai dalam bentuk petak percontohan. Tujuan dari model penerapan teknologi ini adalah untuk mendapatkan rakitan teknologi adaptasi dan mitigasi penanganan DPI khususnya di musim kemarau serta memasyarakatkan teknologi adaptasi dan mitigasi terhadap DPI pada tanaman hortikultura pada umumnya. Hasil penerapan irigasi tetes sederhana pada tanaman cabai, selain hemat penggunaan air juga menghemat waktu dan tenaga kerja.
Kegiatan pengembangan dan penerapan peramalan OPT yang telah dilakukan dapat diimplementasikan pada berbagai komoditas tanaman hortikultura unggulan. Namun untuk mendapatkan model peramalan yang lebih baik diperlukan upaya pengembangan model peramalan yang lebih sesuai dengan karakteristik OPT hortikultura. Saat ini, optimalisasi pengembangan, penerapan dan evaluasi model peramalan serangan OPT dilakukan dengan mengintensifkan kegiatan bimbingan teknis oleh Balai Besar Peramalan OPT ke UPTD Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura. Substansi materi bimbingan teknis tersebut meliputi substansi; 1) penguatan sistem
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
102
pengamatan OPT, 2) pengembangan model peramalan OPT, 3) teknik penyajian data prakiraan dan evaluasi peramalan OPT melalui pemetaan, dan 4) pengendalian OPT.
Gambar 34. Model Penerapan Teknologi Adaptasi dan Mitigasi DPI Menggunakan Irigasi Tetes Sederhana pada Tanaman Cabai
3. Penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PPHT)
Pengembangan Program Nasional Pengendalian Hama Terpadu (PHT) melalui Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SL-PHT) merupakan dasar bagi terwujudnya ”PHT oleh Petani”. Sumber Daya manusia (SDM) atau petani yang memiliki keterampilan dan pengetahuan dalam menerapkan PHT hortikultura perlu menyebarluaskan dan memberikan keyakinan bagi petani sekitarnya dalam mengimpementasikan teknologi perlindungan tanaman, yang salah satunya melalui Petak
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
103
Percontohan Penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PPHT).
Petak percontohan penerapan PHT dilaksanakan di wilayah pengembangan sentra komoditas di 32 provinsi oleh alumni SLPHT dan diharapkan akan menjadi andalan dalam pelaksanaan SOP-GAP pada komoditas yang dikembangkan di wilayah tersebut. Kegiatan tersebut merupakan salah satu gerakan pendukung keberhasilan capaian kinerja pengamanan produksi hortikultura dari serangan OPT. Pada tahun 2015 telah berhasil dilaksanakan kegiatan PPHT pada 594 kelompok dari target 660 kelompok.
Petak percontohan penerapan PHT menerapkan 4 prinsip PHT guna melindungi tanaman dari serangan OPT dapat dilaksanakan dalam bentuk skala kawasan, pada 1 kelompok pelaksanaan penerapan PHT pada petak percontohan diawali dengan pertemuan koordinasi, pelaksanaan (penyediaan sarana produksi, komponen bahan pengendalian, pestisida biologi dan kompensasi lahan), pengamatan agroekosistem, pembinaan teknis, temu lapang dan pelaporan. Luasan minimal 2.000 m2 per satu petak percontohan di tiap kecamatan sentra/kawasan di tiap kecamatan sentra/kawasan pengembangan hortikultura
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
104
Gambar 35. Lokasi Penerapan PHT pada Komoditas Bawang Merah di Provinsi D.I Yogyakarta
4. Pengembangan Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit (LPHP) / Laboratorium Agens Hayati (LAH)/ Laboratorium Pestisida
Upaya pengendalian OPT sesuai dengan kebijakan pemerintah dalam UU No. 12/1992 dan PP No. 6/1995 mengisyaratkan bahwa perlindungan tanaman dilakukan sesuai sistem PHT. Pengembangan kelembagaan pemerintah dalam bidang perlindungan hortikultura sesuai dengan prinsip - prinsip PHT di daerah (BPTPH dan LPHP) diarahkan untuk meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan tugas dan fungsinya terutama dalam hal menyediakan teknologi pengendalian OPT yang spesifik lokasi, serta sebagai pusat pengembangan Agens Hayati. Oleh karena itu untuk mendukung kegiatan Pengembangan Sistem Perlindungan Hortikultura Ramah Lingkungan maka
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
105
dilakukan kegiatan Pengembangan Lab. PHP/Lab. Agensia Hayati/Lab. Pestisida.
Kegiatan ini dilaksanakan di LPHP yang berada di wilayah 32 UPTD BPTPH terdiri dari 116 unit LPHP dan Laboratorium Pestisida. Lokasi kegiatan difokuskan di sentra-sentra produksi hortikultura dan sekitarnya, di lokasi pengembangan kawasan hortikultura di seluruh provinsi. Kegiatan yang dilakukan berupa pengembangan teknologi pengendalian OPT hortikultura yang ramah lingkungan yang diimplementasikan sebagai perbanyakan pengembangan agensia hayati dan biopestisida di tingkat kelompok tani pengembang agens hayati dan pestisida nabati (dengan berbagai nama lokal seperti Pos Pengembangan Agens Hayati/PPAH, Pos IPAH, PUSPAHATI), serta fasilitasi sarana prasarana laboratorium pengembang agens hayati/pestisida nabati. Capaian kinerja pengembangan LPHP/LAH/Laboratorium pestisida sebesar 112 unit dari 116 unit atau sama dengan 96,55%.
Dalam rangka mendorong peningkatan mutu produk LPHP/LAH, maka sejak tahun 2014 Direktorat Perlindungan Hortikultura telah menginisiasi sertifikasi ISO 9001:2008 pada beberapa LPHP/LAH di Indonesia. LPHP yang telah berhasil tersertifikasi pada tahun 2014 yaitu LPHP Pandak, Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta, dan LPHP Temanggung, Provinsi Jawa Tengah. Pada tahun 2015, 3 LPHP/LAH dalam proses sertifikasi yaitu LPHP Banyumas, Provinsi Jawa Tengah, LAH Bukit Tinggi Provinsi Sumatera Barat, dan LAH Maros, Provinsi Sulawesi Selatan.
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
106
Gambar 36. Kegiatan Perbanyakan Agens Hayati di LAH
Maros, Provinsi Sulawesi Selatan
5. Pengembangan Klinik PHT
Upaya pengendalian OPT sesuai dengan prinsip – prinsip PHT, pengembangan, penerapan hingga pemasyarakatan teknologi pengembangan agens hayati dan biopestisida dalam usaha budidaya tanaman sangat diperlukan. Oleh karena itu perlu dilakukan inisiasi pengembangan fasilitasi, koordinasi dan konsultasi berbagai upaya pengendalian OPT di tingkat lapangan dengan melibatkan partisipasi para petani maju dan petugas melalui inisiasi dan pengembangan Klinik PHT dengan jumlah unit minimal 1 Klinik PHT per Kecamatan.
Klinik PHT komoditas hortikultura merupakan kegiatan yang dilaksanakan di daerah, dengan tujuan untuk meningkatkan
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
107
pengetahuan petugas perlindungan maupun petani dalam mengidentifikasi dan mengelola OPT hortikultura, serta diharapkan dapat memberikan pelayanan kepada petani lainnya dalam memecahkan permasalahan perlindungan tanaman hortikultura secara ramah lingkungan di lapang.
Fasilitasi yang dilakukan melalui kegiatan ini berupa forum koordinasi dan konsultasi bagi kelompok tani maju dalam berkoordinasi/berkomunikasi untuk memecahkan permasalahan dan mengantisipasi terjadinya serangan OPT di luar kebiasaan. Disamping itu dalam cakupan komponen kegiatan ini juga memberikan saran/bahan/materi pengendalian OPT sebagai upaya antisipatif terjadinya serangan OPT, yang dihasilkan dari hasil koordinasi dan konsultasi diantara para kelompok tani maju tersebut. Capaian kinerja pelaksanaan kegiatan ini yaitu sebesar 278 unit klinik PHT dari 286 unit target yang ditetapkan atau sama dengan 97,20%.
3.2.3 Analisis Capaian Ketersediaan Benih Hortikultura
Ketersediaan benih hortikultura pada tahun 2015 telah berhasil mencapai target yang ditetapkan. Ketersediaan akan benih hortikultura menunjukkan peningkatan jumlah baik untuk benih buah, florikultura, sayuran maupun tanaman obat. Adapun ketersediaan benih hortikultura pada tahun 2015 dibandingkan dengan ketersediaan pada tahun sebelumnya adalah sebagai berikut; 1) ketersediaan benih buah meningkat 4,20%, 2) ketersediaan benih florikultura meningkat 3,60%, 3) ketersediaan benih sayuran meningkat 4,70%, 4) ketersedian benih tanaman obat meningkat 2,45%.
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
108
Gambar 37. Ketersediaan Benih Hortikultura Tahun 2015 dan
Tahun 2014 Dari peningkatan ketersediaan benih tersebut, dapat digambarkan bahwasanya petani hortikultura sudah memahami akan pentingnya benih bermutu dalam berbudidaya hortikultura yang baik dan benar. Sehingga penangkar benih dan produsen benih sudah harus meningkatkan hasil produksi benih hortikultura untuk memenuhi kebutuhan benih nasional.
Secara rinci penjelasan masing-masing ketersediaan benih hortikultura dapat dilihat pada uraian berikut:
1. Benih Tanaman Buah
Tahun 2015 peningkatan ketersediaan benih buah mencapai 4,20%, dari target yang ditetapkan sebesar 4%, dengan demikian capaian peningkatan ketersediaan
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
109
benih buah sebesar 105%. Capaian kinerja ketersediaan benih buah didukung dari; fasilitasi bantuan benih sumber kepada BBH dan penangkar; bantuan screenhouse kepada BBH dan penangkar; bantuan sarana produksi lainnya kepada penangkar; pelatihan-pelatihan teknologi perbanyakan benih buah; pedoman perbanyakan benih buah; sosialisasi peraturan tentang perbenihan tanaman buah; pemasyarakatan benih buah bermutu dalam bentuk kebun contoh, demplot dan jambore varietas; pendampingan dan pembinaan kepada penangkar dan bimbingan sertifikasi benih.
Ketersediaan benih tanaman buah lebih banyak pada komoditas jeruk yang merupakan komoditas strategis. Selanjutnya komoditas pisang, dimana perbanyakannya dilakukan secara kultur jaringan, dan pengembangan kawasan pisang saat ini secara besar-besaran dilaksanakan oleh BUMN maupun swasta. Untuk beberapa daerah kebutuhan benih tanaman buah sangat bervariasi disesuaikan dengan spesifik lokasi daerah dan buah-buah unggul nasional, antara lain mangga, duren, rambutan, pepaya, jambu kristal, srikaya rovi, dan lain-lain.
Ketersediaan benih buah sebagai kesiapan pemenuhan kebutuhan pengembangan kawasan buah seluas 6.169 ha (beragam jenis buah), penanaman tanaman buah di
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
110
daerah penyangga kawasan hutan, penanaman tanaman buah di aliran sungai, program-program pemasyarakatan benih bermutu kepada masyarakat, pertanaman di dalam kota (horti park) dan penghijauan kota.
2. Benih Tanaman Sayuran
Peningkatan ketersediaan benih sayur pada tahun 2015 adalah 4,70% dari target yang ditetapkan sebesar 4%, dengan demikian capaian peningkatan ketersediaan benih sayur sebesar 156%. Angka ketersediaan benih sayur sebesar 73.835.881 kg terdiri dari benih sayuran biji dan umbi, dimana benih umbi adalah bawang merah, kentang dan bawang putih, dan benih biji sayuran antara lain cabe, kangkung, wortel, buncis, bayam, dll.
Gambar 38. Benih Kentang dan Pertanaman Kentang di
Dataran Tinggi
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
111
Meningkatnya capaian ketersediaan benih sayur karena beberapa faktor; fasilitasi pemerintah pusat berupa bantuan screenhouse kentang kepada BBH dan penangkar dan screenhouse cabe kepada penangkar cabe; bantuan gudang bawang merah kepada penangkar bawang merah; bantuan benih sumber cabe; bawang merah dan kentang kepada penangkar; pelatihan-pelatihan teknologi perbanyakan benih sayur; sosialisasi peraturan perbanyakan benih sayur; sosialisasi benih unggul bermutu dalam bentuk bantuan benih kepada kelompok tani, demplot dan jambore varietas unggul sayur; serta pendampingan dan pembinaan.
Jambore varietas unggul sayuran merupakan salah satu cara yang tepat dalam memasyarakatkan penggunaan benih bermutu, karena diperagakan dalam bentuk fase vegetatif maupun siap panen. Dengan demikian masyarakat petani akan dapat secara langsung melihat dan memilih varietas yang cocok untuk dibudidayakan di tempatnya masing-masing. Untuk jambore varietas hortikultura pelaksanaannya terkait dengan kegiatan PF2N dan HPS, selain itu juga dilaksanakan jambore varietas kentang di Berastagi Kabupaten Karo dan di Modoinding Kabupaten Minahasa Selatan; jambore varietas bawang merah di kec. Peukan Baro Kabupaten Pidie, Kabupaten Jeneponto dan jambore varietas sayuran biji di Manokwari Selatan.
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
112
Gambar 39. Kegiatan Jambore Varietas Bawang Merah Tahun 2015
di Kab. Pidie, Provinsi Aceh
Pendampingan dan pembinaan kepada penangkar benih sayur yang sudah terdaftar di Dinas Kabupaten/Kota oleh BPSB setempat adalah dalam rangka meningkatkan kompetensi penangkar dari kelas benih yang lebih rendah kepada kelas benih yang lebih tinggi, dengan tujuan meningkatkan ketersediaan benih sayur bermutu. Untuk penangkar/produsen benih sayur skala menengah sampai besar, beberapa telah diberikan sertifikat sertifikasi mandiri/LSSM.
Meningkatnya ketersediaan benih sayur tahun 2015 dari target yang telah ditetapkan, untuk memenuhi kebutuhan pengembangan kawasan sayur di 131 kabupaten/kota dengan luas areal 4.246 Ha untuk pengembangan bawang merah dan 4400 Ha untuk pengembangan cabai serta 1648 Ha untuk pengembangan sayuran lainnya; program
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
113
pemasyarakatan benih sayur P2KP dan KRPL; dan meningkatnya kebutuhan konsumsi pangan sayuran.
3. Benih Tanaman Florikultura
Peningkatan ketersediaan benih florikultura pada Tahun 2015 adalah 3,60% dari target yang ditetapkan sebesar 3%, dengan demikian capaian peningkatan ketersediaan benih florikultura sebesar 120%. Dari angka ketersediaan benih florikultura sebesar 140.420.241 tanaman, produksi benih terbesar adalah komoditas krisan dan anggrek, kemudian benih tanaman hias daun dan bunga potong, seperti; antara lain anyelir, gerbera, gladiol, heliconia, mawar, sedap malam, dracaena, philodendron, monstera, cordyline, anthurium daun dan pakis atau leatherleaf, dll.
Meningkatnya ketersediaan benih tanaman florikultura karena fasilitasi screenhouse krisan di Balai Benih Hortikultura dan penangkar; bantuan benih sumber/induk kepada BBH dan penangkar florikultura; fasilitasi sarana perbanyakan benih florikultura di laboratorium kultur jaringan; pelatihan peningkatan teknologi perbanyakan benih tanaman florikultura secara kultur jaringan, buku pedoman SOP perbanyakan benih florikultura; fasilitasi kepada penangkar untuk ikut pameran baik itu dalam maupun luar negeri; magang di produsen benih florikultura yang sudah maju; dan
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
114
pembinaan kepada penangkar-penangkar khususnya penangkar pemula.
Meningkatnya capaian ketersediaan benih florikultura adalah untuk memenuhi kebutuhan permintaan pasar akan bunga potong, bunga pot dan bunga tabur semakin tinggi, terutama di daerah perkotaan; penataan kota dalam rangka penghijauan kota/green city; dan kegiatan pengembangan kawasan florikultura.
Penyediaan benih florikultura sangat bervariasi tergantung kepada selera konsumen. Oleh karena itu penangkar harus mengetahui permintaan pasar. Hal yang menjadi kendala bagi penangkar benih tanaman florikultura adalah, trend pasar yang sangat cepat perubahannya.
4. Benih Tanaman Obat
Tahun 2015 ketersediaan benih tanaman obat sebesar 663.896 kg atau peningkatanan ketersediaan mencapai 2,45%, dari target yang ditetapkan sebesar 2%, dengan demikian capaian peningkatan ketersediaan benih buah sebesar 122,5%. Sedangkan data ketersediaan benih tanaman obat tahun 2014 sebesar 648.020 ton.
Ketersediaan benih tanaman obat terdiri dari benih tanaman rimpang dan non rimpang. Peningkatan ketersediaan benih tanaman obat disebabkan oleh banyaknya tumbuh petani/penangkar benih baru, akibat banyaknya permintaan dari kelompok tani yang bekerjasama dengan industri pengolahan jamu, kosmetika dan obat. Selain itu juga dukungan benih untuk pengembangan kawasan tanaman obat di daerah-daerah pengembangan kawasan biofarmaka.
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
115
Harga jual yang bagus di tingkat petani juga membuat semangat petani/penangkar untuk memperbanyak benih tanaman obat. Hal ini dapat dilihat dari luas tanam petani/penangkar yang meningkat hampir 100% dari areal pertanaman sebelumnya.
Karena komoditas tanaman obat bukanlah termasuk komoditas prioritas yang dikembangkan, sehingga tidak banyak bantuan-bantuan penunjang perbanyakan benih yang difasilitasi oleh pemerintah pusat. Tetapi pendampingan dan pembinaan tetap dilakukan untuk meningkatkan ketersediaan benih. Daerah sentra berkembangnya perbanyakan benih tanaman obat terdapat di Jawa Barat (Sukabumi, Ciamis, Bogor, dll); Jawa Tengah (Kabupaten Semarang, Karanganyer, dll); Lampung dan Bengkulu. Jenis-jenis komoditas tanaman obat yang dikembangkan antara lain: jahe, kencur, temulawak, kunyit, purwoceng, lidah buaya, dll.
Keberhasilan pencapaian ketersediaan benih hortikultura antara lain juga disebabkan oleh adanya dukungan kegiatan dalam rangka pengembangan sistem perbenihan hortikultura yang dilakukan melalui instansi perbenihan dan penangkar benih. Berikut diuraikan dukungan kegiatan dan upaya pencapaian ketersediaan benih hortikultura yang telah dilakukan oleh Direktorat Jenderal Hortikultura:
1. Penguatan Kelembagaan Perbenihan
Dalam rangka peningkatan ketersediaan benih bermutu, Direktorat Jenderal Hortikultura melakukan kegiatan penguatan kelembagaan perbenihan. Kegiatan berupa fasilitasi kepada petani/penangkar dan Balai Benih
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
116
Hortikultura yaitu bantuan benih sumber, alat mesin pertanian, screenhouse benih, shading net, gudang benih, rumah semai, dan lain-lain.
Kegiatan lainnya berupa pembinaan kepada petugas Balai Benih Hortikultura (BBH) dan petani/penangkar melalui fasilitasi magang di sentra-sentra produksi benih, serta melakukan bimbingan dalam proses sertifikassi benih hortikultura.
2. Pemasyarakatan Benih Bermutu
Pemasyarakatan benih bermutu bertujuan untuk mensosialisasikan penggunaan benih bermutu kepada masyarakat. Dengan harapan kesadaran akan penggunaan benih bermutu oleh petani semakin meningkat yang berakibat pada peningkatan hasil produksi dan pendapatan petani.
Kegiatan pemasyarakatan benih bermutu meliputi bantuan benih hortikultura kepada kelompok tani di daerah pengembangan kawasan hortikultura, pelaksanaan demplot maupun jambore varietas.
3. Pengawasan dan Sertifikasi Benih serta Pembinaan kepada Petani/Penangkar di Kawasan Sentra Hortikultura.
Pengawasan mutu benih dilaksanakan dari saat sebelum tanam sampai dengan pasca panen dan selama benih tersebut diperdagangkan. Tujuannya adalah untuk melindungi konsumen dari perolehan benih yang tidak benar baik varietas maupun mutunya.
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
117
Kegiatan pembinaan sertifikasi dan pengawasan mutu benih meliputi melakukan pelatihan untuk petugas pengawas benih tanaman yang ada di daerah, pembinaan penerapan sistem manajemen mutu produksi benih untuk produsen benih, sosialisasi peraturan perbenihan kepada stakeholder perbenihan hortikultura, menyusun peraturan yang terkait perbenihan hortikultura, melakukan penilaian terhadap calon varietas yang akan didaftarkan sebagai komoditas unggul yang didaftar di Kementerian Pertanian serta mengevaluasi penerapan peraturan perbenihan terhadap benih yang beredar di pasaran.
3.2.4 Analisis Capaian Produksi Berdasarkan Data Primer di Lapangan
Untuk mengukur realisasi pencapaian kinerja atas kegiatan pembangunan hortikultura yang telah difasilitasi melalui dukungan dana APBN dan APBNP pada tahun 2015 sebesar Rp1.145.426.746.000,- maka pada laporan kinerja ini berupaya untuk dapat menyajikan hasil outcome dari Pelaksanaan Program Peningkatan Produksi dan Produktiviitas Hortikultura Ramah Lingkungan dalam rangka mencapai sasaran strategis Direktorat Jenderal Hortikultura.
Hasil pengembangan kawasan hortikultura pada tahun 2015 pada sebagian besar pertanaman belum berproduksi. Hasil pertanaman sampai dengan akhir tahun 2015 hanya berasal dari komoditas sayuran yang berhasil ditanam pada bulan Juni s.d Agustus 2015 dan
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
118
panen di bulan Agustus s.d Desember 2015. Namun, data produksi tersebut pun belum dapat ditampilkan secara utuh pada laporan kinerja ini, dikarenakan pencatatan dan atau administrasi masih belum optimal dilakukan oleh kelompok tani pelaksana bantuan. Oleh karena itu, data primer hasil pengembangan kawasan di daerah pada tahun 2015 ini belum dapat dilaporkan secara akurat, mengingat Laporan Kinerja Tahun 2015 merupakan awal penyajian data outcome rill di lapangan.
Disamping itu, hasil produksi berdasarkan pengembangan kawasan hortikultura yang dilaksanakan di daerah pada tahun 2015 ini tidak sepenuhnya mencerminkan keseluruhan realisasi capaian produksi yang telah ditargetkan sesuai pada PK Direktorat Jenderal Hortikultura. Dikarenakan target produksi hortikultura yang terdapat pada PK tersebut mengacu pada trend produksi hortikultura secara nasional, bukan berdasarkan hasil pengembangan kawasan hortikultura di tahun berjalan.
Realisasi produksi hortikultura melalui pengembangan kawasan hortikultura dengan dukungan dana APBN dan APBNP tahun 2015 sesungguhnya hanya menyumbang sekitar 1-10% dari keseluruhan target produksi yang telah ditetapkan. Hal ini menunjukkan bahwa pelaku usaha hortikultura di Indonesia baik petani/kelompok tani sudah mampu secara swadaya melakukan usahatani hortikultura. Walaupun dukungan dana bantuan ataupun stimulan dari pemerintah untuk pembangunan hortikultura kepada petani/kelompok tani memiliki porsi yang kecil, produksi hortikultura secara keseluruhan sangat baik dan
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
119
mampu memenuhi kebutuhan pasar domestik bahkan menembus pasar international. Disamping itu, peran swasta terhadap pengembangan hortikultura juga cukup marak beberapa tahun belakangan ini. Dibuktikan dengan makin luasnya peran swasta yang mulai melakukan diversifikasi usaha mengembangkan bisnis hortikultura seperti pada PT. Perkebunan Nusantara, PT. Great Giant Pineaple, dan PT. Nusantara Tropical Farm.
Namun demikian, dalam rangka mewujudkan peningkatan produksi hortikultura, pemerintah melalui Direktorat Jenderal Hortikultura pada tahun 2015 dan beberapa tahun sebelumnya tidak hanya fokus pada penambahan luas areal hortikultura dan atau pengembangan kawasan. Tetapi juga berupaya terus memperbaiki tingkat produktivitas dan mutu produk hortikultura dengan menekankan pada upaya peningkatan SDM/pelaku usaha hortikultura melalui berbagai pelatihan yang dilaksanakan dalam sistem sekolah lapangan (SL-GAP, SL-GHP, SL-PHT), penerapan teknologi terbarukan, pemasyarakatan benih varietas unggul, dan registrasi kebun/lahan usaha.
Berikut disajikan capaian hasil produksi yang dilakukan melalui pengembangan kawasan hortikultura tahun 2015 pada Tabel 14 berikut:
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
120
Tabe
l 14.
C
apai
an K
iner
ja P
enge
mba
ngan
Hor
tikul
tura
Tah
un 2
015
berd
asar
kan
Dat
a P
rimer
No
Sasa
ran
Stra
tegi
s In
dika
tor K
iner
ja Ta
rget
Pr
oduk
si
Targ
et
Luas
Ta
nam
(P
MK)
Reali
sasiL
uas T
anam
(P
MK)
Prod
uktiv
itas
Pred
iksi
Prod
uksi
(reali
sasi
luas
ta
nam
* pro
vitas
)
Pred
iksi
Wak
tu
Pane
n (T
ahun
) 1.
Terp
enuh
inya
kebu
tuhan
se
bagia
n bes
ar
kons
umsi
caba
i, ba
wang
mer
ah,
jeruk
dan a
neka
pr
oduk
ho
rtikult
ura
lainn
ya da
lam
nege
ri dan
ek
spor
seca
ra
rama
h lin
gkun
gan
1 Pr
oduk
si An
eka
Caba
i (to
n)
1.833
.419
4.400
ha
4.313
ha
30.79
5 to
n
-
Caba
i Bes
ar
2.5
43 ha
8,35
ton/ha
ton
2016
- Ca
bai R
awit
1.8
57 ha
5,93
ton/ha
ton
2016
2
Prod
uksi
Bawa
ng
Mera
h (to
n)
1.125
.247
4.246
ha
4.226
ha
10,22
ton/
ha43
.190
ton
2
016
3 Pr
oduk
si An
eka
Jeru
k (to
n)
1.640
.377
4.136
ha
3.872
ha
29,94
to
n/ha
11
5.928
to
n 20
18
4 Pr
oduk
si Ho
rtiku
ltura
La
inny
a
a.
Buah
lain
nya
(ton)
17
.988.4
692.3
88 h
a 2.3
61 h
a
54
.968
ton
-
Duria
n 55
8 ha
558 h
a 12
,68
ton/ha
7.0
75
ton
2020
- Sa
lak
65 ha
65
ha
39,16
ton
/ha
2.545
ton
20
17
-
Pisa
ng
225 h
a 22
5 ha
68,22
ton
/ha
15.34
9 ton
20
16
-
Mang
ga
466 h
a 46
6 ha
9,07
ton/ha
4.2
26
ton
2019
- Na
ngka
10
ha
10 ha
11
,57
ton/ha
11
5,7
ton
2020
- Pe
paya
10
2 ha
102 h
a 82
,23
ton/ha
8.3
87
ton
2016
- Ma
nggis
44
4 ha
444 h
a 7,5
5 ton
/ha
3.352
ton
20
22
-
Nena
s 10
6 ha
60 ha
11
7,53
ton/ha
7.0
52
ton
2017
- Ja
mbu K
ristal
15
0 ha
150 h
a 20
,76
ton/ha
3.1
14
ton
2017
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
121
No
Sasa
ran
Stra
tegi
s In
dika
tor K
iner
ja Ta
rget
Pr
oduk
si
Targ
et
Luas
Ta
nam
(P
MK)
Reali
sasiL
uas T
anam
(P
MK)
Prod
uktiv
itas
Pred
iksi
Prod
uksi
(reali
sasi
luas
ta
nam
* pro
vitas
)
Pred
iksi
Wak
tu
Pane
n (T
ahun
)
- Al
puka
t 12
0 ha
120 h
a 12
,70
ton/ha
1.5
24
ton
2019
- Sa
wo
28 ha
-
ha
12,55
ton
/ha
- ton
20
19
-
Melon
10
3 ha
103 h
a 18
,37
ton/ha
1.8
92
ton
2016
- Ap
el 3 h
a 3 h
a 87
,59
ton/ha
26
3 ton
20
18
-
Buah
Nag
a 2 h
a 2 h
a
ton/ha
ton
2016
- Ma
rkisa
1 h
a 1 h
a 73
,97
ton/ha
73
,97
ton
2016
- Sr
ikaya
5 h
a 5 h
a
ton/ha
ton
2018
b. S
ayur
anlai
nnya
(to
n)
10.88
7.768
1.648
ha 1.
648 h
a
-
Kenta
ng
314 h
a 31
4 ha
17,67
ton
/ha
5.548
ton
20
16
-
Bawa
ng pu
tih
303 h
a 30
3 ha
8,83
ton/ha
2.6
75
ton
2016
- Sa
yura
n dau
n (b
ayam
, ka
ngku
ng, la
bu
siam)
102 h
a 10
2 ha
ton
/ha
ton
20
16
-
Kol/k
ubis,
62
6 ha
626 h
a 22
,75
ton/ha
14
.241
ton
2016
- Sa
yura
n Data
ran
rend
ah (t
eron
g, ka
cang
panja
ng)
148 h
a 14
8 ha
ton
/ha
ton
20
16
c.
Flor
ikultu
ra (M
2)
1) B
unga
dan
Daun
Poto
ng
lainn
ya
(tang
kai)
703.0
30.72
146
5.110
m2
447.4
00 m
2
11
.567.9
95
tang
kai
2016
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
122
No
Sasa
ran
Stra
tegi
s In
dika
tor K
iner
ja Ta
rget
Pr
oduk
si
Targ
et
Luas
Ta
nam
(P
MK)
Reali
sasiL
uas T
anam
(P
MK)
Prod
uktiv
itas
Pred
iksi
Prod
uksi
(reali
sasi
luas
ta
nam
* pro
vitas
)
Pred
iksi
Wak
tu
Pane
n (T
ahun
)
2) A
nggr
ek
31.00
0 m2
29.30
0 m2
14,17
tan
gkai/
m2 41
5.181
tan
gka
i 2
015 d
an
2016
3) K
risan
84.80
0 m2
84.80
0 m2
44,98
tan
gkai/
m2 3.8
14.30
4 tan
gka
i 20
15 da
n 20
16
4)
Maw
ar12
.500 m
2 12
.500 m
2 49
,96
tangk
ai/m2
624.5
00
tang
kai
2016
5)
Sed
ap M
alam
122.5
00 m
2 12
2.500
m2
41,93
tan
gkai/
m2 5.1
36.42
5 tan
gka
i 20
15
6)
Heli
conia
5.0
00 m
2 5.0
00 m
2 5,3
tan
gkai/
m2 26
.500
tang
kai
2015
7)
Bun
ga P
otong
lai
nnya
18
.500 m
2 18
.500 m
2 23
,37
tangk
ai/m2
432.3
45
tang
kai
2015
-
Tana
man H
ias
Pot d
an
Lans
ekap
(p
ohon
)
35.33
7.327
1)
Tan
aman
Pot
dan L
anse
kap
112.8
00 m
2 96
.800 m
2 11
,00
poho
n/m2
1.064
.800
poh on
2015
2)
Rap
his
15.00
0 m2
15.00
0 m2
2,63
poho
n/m2
39.45
0 po
h on
2016
- B
unga
Tab
ur
(kg
) 24
.344.2
0363
.000 m
2 63
.000 m
2 2,3
kg
/m2
144.9
00
kg
2015
dan
2016
d. T
anam
an o
bat
(ton)
56
3.702
763 h
a73
7 ha
ton/
ha
20
16
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
123
No
Sasa
ran
Stra
tegi
s In
dika
tor K
iner
ja Ta
rget
Pr
oduk
si
Targ
et
Luas
Ta
nam
(P
MK)
Reali
sasiL
uas T
anam
(P
MK)
Prod
uktiv
itas
Pred
iksi
Prod
uksi
(reali
sasi
luas
ta
nam
* pro
vitas
)
Pred
iksi
Wak
tu
Pane
n (T
ahun
)
- Ja
he
539 h
a51
3 ha
22,00
ton/ha
11.28
6 to
n 20
16
-
Kapu
laga
80 ha
80 ha
17,20
ton/ha
1.376
ton
20
16
-
Kenc
ur
90 ha
90 ha
17,60
ton/ha
1.584
ton
20
16
-
Lidah
Bua
ya
5 ha
5 ha
127,3
0ton
/ha63
6 ton
20
16
-
Purw
ocen
g 2 h
a2 h
aton
/ha
ton
2016
-
Temu
lawak
20
ha20
ha19
,10ton
/ha38
2 ton
20
16
-
Tana
man o
bat
lainn
ya
27 ha
27 ha
ton/ha
ton
20
16
Sum
ber:
Ditj
en H
ortik
ultu
ra, 2
015
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
124
3.3 Analisis Penyebab Keberhasilan/Kegagalan Kinerja dan Solusi Tindak Lanjut
Seiring dengan pelaksanaan pembangunan hortikultura selama tahun 2015, berbagai permasalahan dan hambatan, baik dari aspek teknis maupun aspek manajemen muncul bergantian di beberapa Provinsi/Kabupaten/Kota pelaksana kegiatan. Begitu pula untuk kegiatan pembangunan hortikultura yang dilaksanakan di pusat. Permasalahan dan kendala tersebut sebagian besar memberikan pengaruh pada keberhasilan dan atau kegagalan pelaksanaan kegiatan pengembangan Hortikultura tahun anggaran 2015. Berikut disampaikan beberapa penyebab keberhasilan/ kegagalan pencapaian kinerja hortikultura pada tahun 2015 antara lain:
1. Fasilitasi Bantuan untuk Pengembangan Kawasan yang menggunakan sistem lelang capaian realisasi fisik masih terkendala beberapa hal misalnya menunggu waktu musim yang tepat, kendala benih yang harus mendatangkan dari luar, dan masalah lainnya;
2. Pengembangan kawasan buah di beberapa Prov/Kab/Kota tidak dapat dilaksanakan dikarenakan tidak tersedianya benih buah bermutu seperti di Provinasi Sulawesi Barat, Kab. Blitar, Kaur, Lebong, Berau. Sedangkan untuk pengembangan jeruk di Prov. Kalimantan Utara tidak terlaksana disebabkan karena petugas pengelola Satker tidak mampu menyelesaikan dokumen pengadaan. Sedangkan untuk jeruk di Kota
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
125
Bengkulu, lahan yang tersedia hanya 5 ha dari target pengembangan kawasan seluas 25 ha;
3. Sama halnya dengan pengembangan buah, kegiatan pengembangan kawasan sayuran dan tanaman obat (cabai dan bawang merah) juga tidak dapat terlaksana di beberapa prov/kab/kota seperti pada Prov. D.I Yogyakarta, Kab. Nunukan, Mojokerto, Bengkalis, Bandung, Bogor, Ciamis, Kota Tasikmalaya, Indramayu, Cirebon, Bulungan dan Bengkulu Utara. Hal ini disebabkan karena mekanisme pelelangan yang menyita waktu (terjadinya lelang berulang kali), ketidaksesuaian agroklimat di daerah sasaran pengembangan kawasan serta permasalahan lainnya terkait pengelolaan administrasi kesatkeran;
4. Pengembangan sistem perlindungan OPT hortikultura pada UPTD BPTPH masih belum didukung sarana laboratorium dan fasilitas klinik PHT yang memadai, sehingga pengamanan produksi hortikultura dari serangan OPT belum tercapai maksimal;
5. Penguatan sistem perbenihan hortikultura terutama dalam pembinaan dan penumbuhan penangkar benih hortikultura, pengawasan mutu dan sertifikasi benih, serta penguatan kelembagaan dan fasilitasi pembinaan perbenihan masih belum optimal. Beberapa daerah juga masih tergantung pada pasokan benih;
6. Kemampuan SDM pengelola Satker belum memadai terutama pada daerah yang mendapatkan alokasi dana cukup besar dan adanya alih tugas tenaga yang belum terlatih, menyebabkan kegiatan pembangunan
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
126
hortikultura tidak dapat berjalan maksimal bahkan tidak berjalan seperti yang terjadi di Provinsi Kalimantan Utara, Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Sampang, Kabupaten Berau, dan Kota Batu;
7. Masih adanya pengelola Satker dan atau pelaksana kegiatan yang belum mencermati POK, Pedum dan Juklak secara cermat. Sehingga masih terdapat kegiatan yang tidak megacu pada aturan dan atau ketentuan yang berlaku;
8. Kurangnya koordinasi antara petugas/pelaksana kegiatan di daerah dengan petugas/pelaksana di pusat, sehingga capaian target pelaksanaan kegiatan belum optimalMasih adanya beberapa Satker yang belum melaporkan capaian output fisik, sehingga capaian realisasi fisik tidak sesuai dengan capaian realisasi keuangan;
9. Kelembagaan petani pada umumnya masih lemah dan adopsi teknologi maju masih rendah;
10. Pemahaman tentang GAP-SOP masih kurang sehingga kesadaran untuk meregistrasi kebun atau lahan usaha masih rendah;
Sedangkan, beberapa upaya tindaklanjut yang telah dan akan dilakukan oleh Direktorat Jenderal Hortikultura untuk perbaikan pembangunan hortikultura kedepan tersebut antara lain:
1. Melakukan penyempurnaan dokumen-dokumen pemantapan kawasan hortikultura, sekaligus
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
127
pengawalan dan pembinaan pelaksanaan pengembangan kawasan secara fisik di lapangan;
2. Melakukan pencermatan pada Pedoman Teknis dan Petunjuk Pelaksanaan kegiatan agar pelaksanaan kegiatan berjalan dengan benar dan sesuai aturan. Disamping itu pencermatan POK perlu dilakukan agar jika terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan rencana semula dapat segera dilakukan ralat dan atau revisi POK;
3. Identifikasi CP/CL agar dapat dilakukan di tahun sebelumnya, proses lelang dapat dilakukan di awal tahun, sehingga pelaksanaan kegiatan tanam juga dapat dilakukan pada musim tanam di awal tahun;
4. Peningkatan kemampuan kelembagaan petani dan peningkatan kualitas pelaksanaan SL-GAP, SL-GHP dan SL-PHT;
5. Berkoordinasi secara intensif antara Pusat, Provinsi dan Kabupaten dalam rangka mempercepat pelaksanaan kegiatan strategis;
6. Peningkatan kuantitas dan kualitas SDM POPT dan sarana pengamatan OPT dan iklim serta gerakan pengelolaan OPT Hortikultura ramah lingkungan dengan optimalisasi pelaksanaan SLPHT, Klinik PHT, dan pengembangan agens hayati pada masing-masing lokasi kawasan pengembangan hortikultura dan peningkatan kualitas laboratorium pengamatan hama penyakit serta laboratorium pestisida pada wilayah tertentu;
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
128
7. Meningkatkan pembinaan kepada penangkar benih hortikultura dan pemantapan sistem perbenihan khususnya dalam optimalisasi BBH dan BPSBTH. Selain itu, melakukan sosialisasi penggunaan benih bersertifikat kepada penanggung jawab dan pelaksana kegiatan. Penguatan sistem perbenihan secara luas yang meliputi; a) Pemberdayaan kelembagaan perbenihan, b) Perbaikan sistim informasi supply/demand benih, c) Fasilitasi akses modal untuk mendukung pengembangan perbenihan, d) Penumbuhan penangkar di sentra-sentra produksi, e) Pemberdayaan stakeholder perbenihan untuk menciptakan varietas yang berdayasaing dengan teknologi produksi f) Pilot proyek penangkaran benih bermutu;
8. Optimalisasi kapasitas petugas perencana baik di pusat maupun di daerah, sehingga revisi dan perbaikan POK, DIPA dan lain sebagainya dapat diminimalisir;
9. Peningkatan kompetensi petugas pelaporan, monitoring dan evaluasi serta petugas SAI baik di provinsi maupun kabupaten/kota dalam upaya memperbaiki tingkat pelayanan dan kinerja pelaporan realisasi keuangan maupun fisik kegiatan;
10. Meningkatkan upaya-upaya perbaikan atas saran dan masukan pengawas fungsional. Utamanya dalam perbaikan berbagai dokumen perencanaan dan peningkatan kualitas hasil kegiatan, misalnya melalui optimalisasi SPI dan pengendalian internal.
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
129
3.4 Analisis Program/Kegiatan yang Menunjang Keberhasilan/Kegagalan Pencapaian Pernyataan Kinerja
Keberhasilan capaian kinerja produksi hortikultura pada Tahun 2015 ini antara lain disebabkan oleh adanya dukungan pengembangan kawasan, pengembangan sistem perbenihan dan perlindungan hortikultura.
Secara garis besar, capaian produksi yang cukup baik di tahun 2015 merupakan hasil dukungan pelaksanaan 6 kegiatan utama yang dilakukan oleh masing-masing Eselon II lingkup Direktorat Jenderal Hortikultura yaitu:
1. Peningkatan Produksi dan Produktitas Buah Ramah Lingkungan;
2. Peningkatan Produksi dan Produktitas Florikultura Ramah Lingkungan;
3. Peningkatan Produksi dan Produktitas Sayuran dan Tanaman Obat Ramah Lingkungan;
4. Pengembangan Sistem Perlindungan Hortikultura Ramah Lingkungan;
5. Pengembangan Sistem Perbenihan Hortikultura; 6. Dukungan Manajemen dan Teknis lainnya pada
Direktorat Jenderal Hortikultura.
Pelaksanaan 3 kegiatan utama (poin 1 s.d 3) yaitu Peningkatan Produksi dan Produktvitas Buah, Florikultura, Sayuran dan Tanaman Obat Ramah Lingkungan secara langsung berdampak pada perluasan pengembangan kawasan/sentra produksi komoditas hortikultura dan atau pemantapan pengembangan kawasan hortikultura yang telah ada. Disamping itu, secara nyata kegiatan tersebut
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
130
diatas berdampak pada peningkatan produktivitas dan penurunan losses/kehilangan hasil produksi hortikultura. Sehingga terdapat peningkatan produksi hortikultura di kantong-kantong produksi di Indonesia.
Berikut adalah uraian kegiatan yang menunjang keberhasilan/kegagalan pencapaian produksi hortikultura:
1. Pengembangan kawasan
Kegiatan dalam pengembangan kawasan merupakan kegiatan-kegiatan yang berorientasi pada upaya meningkatkan produksi, produktivitas hortikultura dalam rangka mencapai target sasaran produksi hortikultura meliputi tanaman buah, florikultura, sayuran dan tanaman obat yang telah ditetapkan setiap tahun berjalan. Dalam upaya meningkatkan produksi dan produktivitas hortikultura diberikan fasilitasi bantuan pengembangan kawasan untuk petani hortikultura berupa sarana prasarana produksi. Luas pengembangan kawasan hortikultura pada tahun 2015 disajikan pada tabel berikut:
Tabel 15. Target dan Realisasi Capaian Pengembangan Kawasan Hortikultura Tahun 2015
No Kegiatan Pengembangan Kawasan Target Realisasi %
1 Buah (ha) 6.524 6.186 94,82 2 Florikultura (m2) 465.110 447.400 96,19 3 Sayuran (ha) 10.221 10.112 98,93 4 Tanaman Obat (ha) 763 737 96,59
Sumber: Ditjen Hortikultura berdasarkan Laporan PMK 249/2011 per tanggal 20 Januari 2015
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
131
Berikut adalah rincian pengembangan kawasan hortikultura yang telah dilakukan dalam rangka pencapaian target produksi hortikultura tahun 2015:
1. Pengembangan kawasan buah ditargetkan seluas 6.524 ha dengan rincian untuk kawasan aneka jeruk seluas 4.100 ha dan sisanya adalah untuk pengembangan buah lainnya. Pengembangan kawasan buah jeruk yang didanai biaya APBN telah dilaksanakan sejak tahun 2011 sampai sekarang. Pengembangan jeruk tahun 2011 seluas 348 ha, tahun 2012 seluas 1.963 ha, tahun 2013 seluas 1.816 ha, tahun 2014 seluas 3.487 ha dengan total 7.614 ha. Tanaman buah yang ditanam pada tahun 2011 telah berproduksi sehingga mampu memberikan sumbangan terhadap peningkatan produksi buah jeruk pada tahun 2015. Selain jeruk juga telah dikembangkan beberapa jenis buah dan mulai menghasilkan sejak tahun 2014 dan berlanjut hingga tahun 2015 yaitu: mangga, pisang, pepaya, nenas, salak, srikaya, melon, dan semangka. Lokasi pengembangan buah menyebar di hampir seluruh Indonesia terutama pada kabupaten dan kota yang merupakan sentra utama komoditas tersebut. Pengembangan kawasan buah yang telah dilaksanakan sejak tahun 2011 hingga sekarang adalah seluas 27.287 ha.
2. Pengembangan kawasan florikultura dari yang ditargetkan seluas 465.100 m2, terealisasi 441.400 m2. Pengembangan kawasan tanaman florikultura pada tahun 2015, telah dapat memberikan kontribusi
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
132
produksi di tahun 2015, meskipun masih dapat memberikan kontribusi produksi pada tahun 2016. Lokasi pengembangan kawasan florikultura pada tahun 2015 tersebar di 23 provinsi dan 50 kabupaten/kota.
3. Pengembangan kawasan tanaman sayuran tahun 2015 ditargetkan seluas 10.221 ha di dalamnya termasuk cabai merah 2.543 ha, cabai rawit merah 1.857 ha, dan bawang merah 4.246 ha, dalam pelaksanaannya terealisasi seluas 10.112 ha dan tidak dapat direalisasikan seluas 109 ha. Kegiatan pengembangan kawasan sayuran sejak tahun 2011 sampai dengan saat ini telah direalisasikan seluas 25.431 ha.
Pengembangan kawasan sayuran mengalami peningkatan luasan cukup tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang disebabkan oleh adanya upaya khusus Gerakan Tanam Cabai dan Bawang Merah di Musim Kering (GTCK) melalui dana APBN-P Tahun 2015. Upaya khusus peningkatan produksi aneka cabai dan bawang merah melalui kegiatan GTCK ini dimaksudkan untuk memenuhi pasokan aneka cabai dan bawang merah dalam negeri, menjamin stabilisasi harga serta inflasi.
Kegiatan GTCK meliputi pengembangan kawasan cabai merah yang dilaksanakan di 16 Propinsi dan 17 Kabupaten. Sedangkan, pengembangan kawasan cabai rawit merah dilaksanakan 14 Propinsi dan 27 Kabupaten. Adapun, pengembangan kawasan bawang merah dilaksanakan pada 26 Propinsi dan 4
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
133
Kabupaten. Namun, upaya khusus GTCK ini belum mampu memberikan kontribusi positif terhadap peningkatan produksi aneka cabai dan bawang merah tahun 2015 dikarenakan rencana tanam komoditas tersebut yang seharusnya dilaksanakan pada bulan Agustus s.d September 2015 mundur menjadi bulan November s.d Desember 2015. Sehingga, dampak kegiatan GTCK terhadap peningkatan produksi aneka cabai dan bawang baru dapat terlihat di tahun 2016.
4. Pengembangan kawasan tanaman obat, sesuai dengan Perjanjian Kinerja Tahun 2015 ditargetkan seluas 763 ha, dalam pelaksanaannya terealisasi 737 ha. Sehingga, kawasan tanaman obat yang tidak dapat direalisasikan adalah seluas 26 ha yaitu kawasan jahe di Bengkulu Utara. Kegiatan pengembangan kawasan tanaman obat sejak tahun 2011 sampai dengan saat ini telah direalisasikan seluas 2.136ha.
2. Registrasi Kebun/Lahan Usaha
Penerapan GAP pada komoditas hortikultura telah dilaksanakan di berbagai kawasan. GAP mengatur berbagai aspek mulai dari aspek lahan, penggunaan benih, budidaya, pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT). Sebagai bukti penerapan GAP suatu kebun/lahan usaha dilakukan dengan penerbitan nomor registrasi melalui kegiatan registrasi yang mengacu kepada Pedoman Umum Registrasi Kebun/Lahan Usaha. Kebun/lahan usaha yang telah mendapat nomor registrasi
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
134
tersebut diharapkan dapat mendapatkan sertifikasi seperti Prima, Global GAP maupun berbagai standar mutu lainnya. Jumlah registrasi kebun/lahan usaha yang berhasil dilaksanakan pada tahun 2015 disajikan pada tabel berikut:
Tabel 16. Target dan Realisasi Capaian Registrasi Kebun/Lahan Usaha Tahun 2015
No Kegiatan Registrasi Kebun/Lahan Usaha Target Realisasi %
1 Buah (kebun) 870 670 77,01
2 Florikultura (lahan usaha) 56 53 94,64
3 Sayuran dan Tan. Obat (lahan usaha)
1.200 1.100 91,67
Sumber: Ditjen Hortikultura berdasarkan Laporan PMK 249/2011 per tanggal 20 Januari 2015
Kegiatan registrasi kebun/lahan usaha telah dimulai sejak tahun 2011 sampai dengan tahun 2015, semenjak itu telah dilakukan registrasi kebun/lahan usaha untuk kebun buah sebanyak 3.597 kebun, sedangkan registrasi lahan usaha florikultura sebanyak 334 lahan usaha. Untuk komoditas sayuran dan tanaman obat sebanyak 4.229 lahan usaha.
3. Sekolah Lapang GAP (SL-GAP)
Kegiatan Sekolah Lapang GAP Hortikultura merupakan salah satu metode belajar dengan pendekatan orang dewasa dalam meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan petani dalam menerapkan prinsip-prinsip GAP Tanaman Hortikultura. Pola pembelajaran dilakukan melalui pengalaman, dengan menggunakan
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
135
lahan usaha sebagai tempat belajar, memantau secara teratur setiap minggu atau dua minggu sepanjang musim tanam, mengkaji dan membahasnya sehingga petani menjadi ahli dan dapat mengambil keputusannya sendiri.
Pelaksanaan kegiatan sekolah lapangan GAP dilaksanakan di Kabupaten/Kota dengan pendampingan dari PL1 (Provinsi) dan PL2 (Kab/Kota) yang telah mengikuti peningkatan kapabilitas pemandu lapang yang diselenggarakan pusat.
Kegiatan Sekolah Lapang GAP dilaksanakan pada lokasi pengembangan hortikultura (buah, florikultura, sayuran dan tanaman obat) dengan tujuan diantaranya adalah untuk; meningkatkan produktivitas tanaman, memperbaiki mutu, efisiensi produksi, dan mendorong petani dan kelompok tani untuk memiliki sikap mental yang bertanggung jawab terhadap produk yang dihasilkan baik untuk konsumen maupun lingkungan. Berikut disajikan data kegiatan SL-GAP yang telah dilaksanakan pada tahun 2015.
Tabel 17. Target dan Realisasi Capaian Kegiatan SL-GAP Tahun 2015
No Kegiatan SL-GAP Target Realisasi % 1 Buah (kelompok) 197 192 97,46 2 Florikultura
(kelompok) 44 43 97,73
3 Sayuran dan Tanaman Obat (kelompok)
718 707 98,47
Sumber: Ditjen Hortikultura berdasarkan Laporan PMK 249/2011 per tanggal 20 Januari 2015
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
136
Penerapan budidaya yang baik dan benar mengacu kepada GAP yang akan menghasilkan kebun-kebun/lahan usaha hortikultura yang dikelola dengan baik dan memenuhi standart yang telah ditetapkan dalam pedoman GAP sehingga mandapatkan nomor registrasi. Kegiatan SL-GAP telah dilaksanakan sejak tahun 2011 hingga 2015 dengan realisasi kelompok tani buah mencapai 1.402 kelompok, florikultura sebanyak 557 kelompok, sayuran dan tanaman obat sebanyak 1.581 kelompok.
4. Sekolah Lapang GHP (SL-GHP)
Perbaikan sistem pengelolaan produk hortikultura dalam teknologi pemanenan dan penanganan pascapanen merupakan unsur-unsur yang diperlukan untuk meningkatkan mutu produk hortikultura. Usaha untuk mempertahankan mutu dan keutuhan produk hortikultura segar agar tetap prima sampai ke tangan konsumen perlu dilaksanakan melalui penanganan pascapanen yang baik sesuai Good Handling Practices (GHP).
SL-GHP Hortikultura merupakan salah satu metode belajar dengan pendekatan orang dewasa dalam meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan petani dalam menerapkan prinsip-prinsip penanganan pascapanen yang baik.
Pelaksanaan kegiatan sekolah lapangan GHP dilaksanakan di Kabupaten/Kota dengan pendampingan dari PL1 (Provinsi) dan PL2 (Kab/Kota) yang telah mengikuti peningkatan kapabilitas pemandu lapang yang diselenggarakan pusat. Kegiatan SL-GHP yang telah
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
137
dilaksanakan pada tahun 2015 disajikan pada tabel berikut:
Tabel 18. Target dan Realisasi Capaian Kegiatan SL-GHP Tahun 2015
No Kegiatan SL-GHP Target Realisasi %
1 Buah (kelompok) 110 106 96,36
2 Florikultura (kelompok) 33 31 93,94
3 Sayuran dan Tanaman Obat (kelompok)
58 58 100,00
Sumber: Ditjen Hortikultura berdasarkan Laporan PMK 249/2011 per tanggal 20 Januari 2015
Kegiatan Sekolah Lapang GHP dilaksanakan pada lokasi pengembangan komoditas hortikultura dengan tujuan memperbaiki mutu produk, penampilan produk hortikultura agar lebih menarik, memperpanjang daya simpan dan menurunkan kehilangan hasil. Kegiatan SL-GHP telah dilaksanakan sejak tahun 2013 hingga saat ini dan telah diikuti oleh petani yang tergabung dalam kelompok tani. Sampai dengan tahun 2015, kegiatan SL-GHP buah telah dilaksanakan pada 374 kelompok, SL-GHP Florikultura telah dilakukan sebanyak 151 kelompok, SL-GHP Sayuran dan tanaman obat sebanyak 249 kelompok.
5. Fasilitasi sarana prasarana budidaya dan pascapanen
Untuk menghasilkan produk yang bermutu dalam budidaya beberapa jenis komoditas hortikultura membutuhkan sarana prasarana budidaya sesuai dengan karakteristik tanamannya. Pengadaan sarana prasarana untuk mendukung kegiatan budidaya hortikultura
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
138
bertujuan agar tanaman dapat tumbuh baik sesuai dengan karakteristik biologis tanaman tersebut, mengkondisikan tanaman dapat tumbuh sesuai dengan mikro klimat yang dibutuhkan.
Sedangkan, bagi perbaikan penanganan pascapanen sesuai kebutuhan masing-masing sentra serta dalam rangka peningkatan produksi dan mutu hortikultura diperlukan fasilitasi bantuan sarana prasarana pascapanen hortikultura. Penanganan pascapanen merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan setelah panen sampai dengan siap dimanfaatkan dan atau diolah.
Untuk mendukung upaya peningkatan produksi dan mutu produk hortikultura telah dialokasikan anggaran untuk fasilitasi bantuan sarana budidaya dan pascapanen yang diberikan kepada kelompok tani hortikultura. Kegiatan pengadaan sarana prasarana budidaya dan pascapanen hortikultura dilaksanakan oleh Dinas Pertanian Provinsi dan Kabupaten/Kota. Jumlah fasilitasi sarana prasarana budidaya dan pascapanen tahun 2015 disajikan pada Tabel berikut.
Tabel 19. Target dan Realisasi Capaian Kegiatan Fasilitasi Sarana Prasarana Budidaya dan Pascapanen Tahun 2015
No Kegiatan Target Realisasi %
A Fasilitasi Sarana Prasarana Budidaya (unit)
1 Buah 129 129 100,00
2 Florikultura 540 545 100,93
3 Sayuran dan Tanaman Obat
20.393 19.957 97,86
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
139
No Kegiatan Target Realisasi %
B Fasilitasi Sarana Prasarana Pascapanen (unit)
1 Buah 126.163 11.757 96,66
2 Florikultura 533 483 90,62
3 Sayuran dan Tanaman Obat
42.372 40.522 95,63
Sumber: Ditjen Hortikultura berdasarkan Laporan PMK 249/2011 per tanggal 20 Januari 2015
Sarana budidaya yang telah diberikan untuk membantu petani buah meliputi sarana produksi (benih, pupuk), plastik mulsa, pembrongsong buah dan rumah plastik.
Untuk pengembangan florikultura, fasilitasi sarana prasarana budidaya dapat diberikan antara lain berupa; 1) peralatan dan mesin seperti cultivator, generator listrik, pompa air, power sprayer, sarana pendukung screen house, 2) bangunan berupa screen house, pergola dan lain-lain, 3) sarana irigasi dan jaringan baik irigasi springkel, irigasi tetes, irigasi penguatan nursery, tower, selang air, bak penampungan dan lain-lain, 4) fasilitasi sarana prasarana perbanyakan tanaman meliputi bak semai/tray, rumah aklimatisasi/rumah semai (sungkup), rumah repotting, irigasi dan instalansinya, sarana angkut (gerobak dorong), rak tanaman, sarana pencahayaan baik mulsa atau net, plastik UV, shading net untuk rumah lindung dan lain-lain.
Fasilitasi sarana prasarana budidaya sayuran dan tanaman obat diberikan dalam bentuk pilihan oleh petani, seperti netting house, shading net, rumah plastik UV, alat jaringan irigasi, cultivator, pH meter, sprayer electric.
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
140
Sarana penanganan pascapanen komoditas buah yang diberikan meliputi keranjang panen, kantong panen, gerobak dorong, gunting panen, timbangan, alat angkut/ kendaraan roda tiga, tempat pengumpul/penanganan pascapanen dan lain sebagainya.
Fasilitasi sarana prasarana pascapanen untuk tanaman florikultura meliputi; 1) Tanaman daun dan bunga potong; kegiatan yang dilakukan adalah pemanenan, sortasi, grading, precooling, perendaman/pulling, pengikatan, pembungkusan, pengepakan, penyimpanan dan pengangkutan; 2) Tanaman pot dan taman; kegiatan yang dilakukan adalah pemanenan/pembongkaran, sortasi, grading, pembersihan/pencucian, penanaman di pot/ repotting, transplantasi, pemeliharaan setelah panen, penyungkupan, pengemasan dan pengangkutan.
Lebih lanjut, kegiatan pengembangan sistem perbenihan dan perlindungan hortikultura juga turut berperan penting dalam pencapaian keberhasilan kinerja. Dukungan kegiatan sistem perbenihan hortikultura berkontribusi pada pencapaian kinerja ketersediaan benih hortikultura dan produksi hortikultura. Melalui penyediaan benih hortikultura maka penggunaan akan benih hortikultura bermutu/bersertifikat dari varietas unggul sangat berpengaruh dan atau berkontribusi sangat signifikan terhadap produtivitas, mutu produk dan nilai ekonomi suatu komoditas. Oleh karena itu, penggunaan benih bermutu pada skala luas akan berdampak pada peningkatan produksi dan kualitas produk. Rangkaian kegiatan perbenihan yang memiliki daya ungkit atas capaian pernyataan kinerja Direktorat Jenderal
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
141
Hortikultura yaitu kegiatan perbanyakan benih hortikultura bermutu (benih buah, florikultura, sayuran dan tanaman obat), penguatan kelembagaan perbenihan, pemasyarakatan benih hortikultura bermutu, penilaian varietas, sertifikasi benih, pengawasan peredaran benih, serta fasilitasi sarana dan prasarana pada laboratorium BPSBTPH dan Balai Benih Hortikultura.
Disamping itu, pencapaian produksi hortikultura tidak terlepas dari gangguan-gangguan sistem produksi yang dialami di lapangan. Berbagai serangan OPT dan gangguan akibat anomali iklim/bencana alam sering mengakibatkan kerugian hasil yang cukup besar, apalagi dilihat ditingkat petani secara individual. Dengan pengelolaan perlindungan tanaman yang baik, diharapkan gangguan-gangguan tersebut dapat dihilangkan atau diminimalisasikan, sehingga pencapaian target produksi tidak terganggu.
Maka dari itu, peran sistem perlindungan hortikultura secara signifikan berpengaruh pada capaian pengamanan produksi hortikultura dari serangan OPT. Berdasarkan data proporsi luas serangan OPT yang terjadi di tahun 2015, terjadi penurunan luas serangan OPT hortikultura terhadap luas panen yang berdampak pada peningkatan persentase pengamanan produksi hortikultura pada tahun 2015.
Keberhasilan ini merupakan dampak dari pelaksanaan rangkaian kegiatan sistem perlindungan hortikultura ramah lingkungan antara lain; pelaksanaan SLPHT, adaptasi dan mitigasi iklim, pengelolaan dan
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
142
pengendalian OPT hortikultura, fasilitasi laboratorium PHP/Lab. Agensia Hayati/Lab. Pestisida, dan pengembangan klinik PHT. Melalui beragam kegiatan tersebut, maka penerapan pengendalian OPT hortikultura ramah lingkungan oleh petani/pelaku usaha meningkat.
3.5. Analisis atas Efisiensi Penggunaan Sumber Daya
Pembangunan hortikultura selama beberapa tahun ke belakang menunjukkan hasil yang cukup menggembirakan, hal ini ditunjukkan dengan kinerja hortikultura yang memperlihatkan kecenderungan meningkat setiap tahunnya. Mengacu pada efisiensi penggunaan sumberdaya, maka pada sub bab ini akan dibahas mengenai keterkaitan alokasi anggaran yang diterima oleh Direktorat Jenderal Hortikultura selama periode tahun 2015 dihubungkan dengan pencapaian kinerja. Adapun keterkaitan tujuan organisasi, sasaran strategis, capaian kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura serta pendanaan pada tahun 2015 disajikan pada Tabel berikut.
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
143
Tabe
l 20.
Ket
erka
itan
Tuju
an O
rgan
isas
i, S
asar
an S
trate
gis,
Cap
aian
Kin
erja
dan
Alo
kasi
Ang
gara
n
Tahu
n 20
15
Sum
ber:
Dire
ktor
at J
ende
ral H
ortik
ultu
ra, 2
015
Ket
eran
gan:
Rea
lisas
i pro
duks
i tah
un 2
015
mer
upak
a an
gka
prog
nosa
No.
Tuju
anSa
sara
n St
rate
gis
Targ
etRe
alisa
si%
Prog
ram
Ang
gara
n (R
p.)
Rea
lisas
i (Rp
.) %
1.Pr
oduk
si An
eka C
abai
(ton)
1.833
.419
1.96
5.385
10
7,20
2.Pr
oduk
si Ba
wang
Mer
ah (t
on)
1.125
.247
1.25
3.775
111
,42
3.Pr
oduk
si An
eka J
eruk
(ton
)1.6
40.37
7
1.
970.4
29
120,1
2
Prod
uksi
Hortik
ultur
a Lain
nya
a. Bu
ah (t
on)
17.98
8.469
1
8.303
.077
101,7
5
b. Sa
yura
n (ton
)10
.887.7
68
8.
938.3
90
82,10
c.
Florik
ultur
a
- B
unga
dan D
aun P
otong
l ai
nnya
(tan
gkai)
703.0
30.72
1
781.8
20.66
2
11
1,21
- Ta
nama
n Hias
Pot
dan
L ans
ekap
(poh
on)
35.33
7.327
4
3.864
.183
124,1
3
- B
unga
Tab
ur (k
g)24
.344.2
03
38.7
72.11
0
15
9,27
d. Ta
nama
n oba
t (ton
)56
3.702
61
5.369
109
,17
4.Me
neka
n keh
ilang
an ha
sil
hortik
ultur
a akib
at da
ri se
rang
an O
PT da
n da
mpak
peru
baha
n lin
gkun
gan,
serta
ke
hilan
gan h
asil
pasc
apan
en.
5.Pe
ngam
anan
Pro
duks
i dar
i Se
rang
an O
PT (%
)Mi
n 95%
98,75
100
,00
4 P
enge
mban
gan S
istem
Pe
rlindu
ngan
Hor
tikult
ura R
amah
Lin
gkun
gan
95.88
4.777
.000
86.57
1.442
.000
90,29
Keter
sedia
an B
enih
a. Be
nih B
uah (
%)
4
4,2
1
05,00
b.
Benih
Say
ur (%
)3
4,7
156
,67
c. Be
nih T
anam
an O
bat (
%)
2
2
,45
1
22,50
d.
Benih
Flor
ikultu
ra (%
)3
3,6
120
,00
6 D
ukun
gan M
anaje
men d
an T
eknis
lai
nnya
pada
Dire
ktora
t Jen
dera
l H o
rtikult
ura
161.7
87.02
7.000
14
2.453
.812.8
63
88,05
1.145
.426.7
46.00
0
988.6
94.27
7.737
86
,32To
tal A
ngga
ran
Terp
enuh
inya k
ebutu
han
seba
gian b
esar
ko
nsum
si ca
bai, b
awan
g me
rah,
jeruk
dan a
neka
pr
oduk
hortik
ultur
a lai
nnya
dalam
nege
ri da
n eks
por s
ecar
a ra
mah l
ingku
ngan
5 P
enge
mban
gan S
istem
Per
benih
an
Hortik
ultur
a 88
.706.3
99.00
0
6.
Indi
kato
r Kin
erja
Memp
ertah
anka
n mutu
dan
mene
kan k
ehila
ngan
pr
oduk
hortik
ultur
a;
115.6
93.86
0.000
48.96
4.178
.000
4.
1. 2.Me
ningk
atkan
keter
sedia
an
prod
uk ho
rtikult
ura u
ntuk
meme
nuhi
kebu
tuhan
ko
nsum
si, in
dustr
i dan
ek
spor
;
Pen
ingka
tan P
rodu
ksi
dan P
rodu
ktivit
as
Hortik
ultur
a Ram
ah
Lingk
unga
n
634.3
90.50
5.000
5.
Kegi
atan
Penin
gkata
n Pro
duks
i dan
Pr
oduk
tvitas
Pro
duk S
ayur
an da
n Ta
nama
n Oba
t Ram
ah Li
ngku
ngan
1 Pe
ningk
atan P
rodu
ksi d
an
Prod
uktvi
tas P
rodu
k Bua
h Ram
ah
Lingk
unga
n
2
3 P
ening
katan
Pro
duks
i dan
Pr
oduk
tvitas
Pro
duk F
loriku
ltura
Ra
mah L
ingku
ngan
Men
ingka
tkan p
rodu
ksi
hortik
ultur
a yan
g ama
n ko
nsum
si, be
rmutu
dan
dipro
duks
i sec
ara r
amah
lin
gkun
gan;
3.
93,41
89,43
90,8583,22
52
7.917
.216.0
00
82.85
6.821
.874
10
5.107
.547.0
00
43.78
7.438
.000
Menin
gkatk
an pr
oduk
si da
n ke
terse
diaan
benih
be
rmutu
;
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
144
Berdasarkan data pada Tabel 20, pada tahun 2015 pagu anggaran yang digunakan oleh Direktorat Jenderal Hortikultura untuk melaksanakan Program “Peningkatan Produksi dan Produktivitas Hortikultura Ramah Lingkungan” adalah sebesar 1,145 triliun rupiah. Berdasarkan pendanaan tersebut, terdapat beberapa target kinerja yang wajib dicapai meliputi produksi hortikultura, pengamanan produksi dari serangan OPT dan peningkatan ketersediaan benih hortikultura. Secara garis besar, semua target tersebut diatas sudah berhasil tercapai kecuali untuk produksi sayuran lainnya yang masih berada di bawah target yang ditetapkan. Selain itu pula, hasil capaian produksi tahun 2015 lebih baik jika dibandingkan dengan capaian realisasi produksi tahun sebelumnya.
Sebelumnya, untuk melihat efisiensi penggunaan sumber daya, maka akan dibandingkan terlebih dahulu pendanaan atau input yang diterima oleh Direktorat Jenderal Hortikultura pada tahun 2015 dan beberapa tahun sebelumnya. Selanjutnya, akan dibandingkan capaian indikator kinerja produksi selama periode waktu yang sama. Sehingga dapat dilihat kesesuaian trend pada alokasi anggaran dan capaian kinerjanya. Trend yang diharapkan adalah jika terdapat penambahan alokasi anggaran atau pendanaan, maka akan diikuti pula dengan peningkatan pada capaian indikator kinerja dan atau capaian produksi. Pagu anggaran yang diterima oleh Direktorat Jenderal Hortikultura pada tahun 2015 lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Seperti yang diperlihatkan pada Gambar 40. Alokasi anggaran yang diterima pada tahun 2012 sebesar 565,52 milyar rupiah,
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
145
meningkat di tahun 2013 menjadi 736,95 milyar rupiah kemudian menurun di tahun 2014 karena adanya penghematan anggaran menjadi sebesar 524, 66 milyar rupiah dan di tahun 2015 meningkat cukup tinggi menjadi sebesar 1,145 triliun rupiah. Peningkatan yang sangat tinggi ini disebabkan adanya penambahan dana melalui APBN-P tahun 2015. Trend pagu anggaran selama periode 4 tahun cenderung meningkat, meskipun terdapat sedikit penurunan di tahun 2013.
Gambar 40. Perkembangan Pendanaan/Alokasi Anggaran Ditjen
Hortikultura Tahun 2012-2015 dan Beberapa Tahun mendatang
Pada tahun mendatang alokasi anggaran pembangunan hortikultura direncanakan akan terus meningkat seiring dengan peningkatan target kinerja 4 tahun kedepan, seperti yang tercantum pada Renstra Direktorat Jenderal Hortikultura.
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
146
Gambar 41. Capaian Kinerja Produksi Hortikultura Tahun 2015 dan
Beberapa Tahun sebelumnya
Sedangkan pada capaian kinerja produksi yang ditunjukkan pada Gambar 41 (a, b, c), terlihat bahwa secara umum capaian produksi komoditas hortikultura selama periode 2010 hingga 2015 menunjukkan trend peningkatan dari tahun ke tahunnya, kecuali untuk produksi aneka jeruk dengan kecenderungan berfluktuasi dan meningkat di akhir
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
147
periode. Dengan demikian, perkembangan volume produksi selama lima tahun menunjukkan peningkatan dan perkembangan yang cukup menggembirakan. Sedangkan untuk capaian kinerja lainnya, trend realisasi kinerja pengamanan produksi dan peningkatan ketersediaan benih hortikultura seperti yang diperlihatkan pada Gambar 41(d) adalah meningkat secara perlahan hingga tahun 2014 namun sedikit menurun di tahun 2015.
Sehingga dapat dikatakan bahwa dengan alokasi anggaran yang diterima pada tahun 2015 sebesar Rp1.145.426.746.000,-, Direktorat Jenderal Hortikultura mampu mencapai target kinerja sasaran produksi yang telah ditetapkan, dengan didukung pula oleh capaian kinerja perbenihan dan perlindungan.
Sesungguhnya, pada analisis atas efisensi penggunaan sumberdaya dimana analisis input pendanaan dibandingkan outcome pada kelompok komoditas hortikultura tidak dapat menggambarkan pencapaian kinerja sepenuhnya. Hal ini dikarenakan beberapa outcome hasil pelaksanaan program dan kegiatan di tahun berjalan tidak dapat terukur pada tahun yang sama. Outcome tersebut baru akan terlihat di tahun mendatang atau sesuai dengan karakteristik komoditas. Contohnya adalah pada komoditas buah, dengan fasilitasi bantuan pengembangan kawasan yang diberikan di tahun 2015 hasil produksi baru dapat diketahui 5-7 tahun mendatang. Begitupula untuk komoditas lainnya, baik sayuran, tanaman obat maupun florikultura jika kemungkinan jadwal tanam baru dilakukan di akhir tahun anggaran, maka panen baru akan dilakukan pada tahun mendatang.
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
148
Selanjutnya, penambahan alokasi anggaran yang sangat besar di tahun 2015 dialokasikan untuk upaya khusus pengembangan aneka cabai dan bawang merah yang baru ditanam di bulan November dan Desember 2015, sehingga hasil produksi akan masuk kedalam data produksi tahun 2016. Selain itu, pagu anggaran Direktorat Jenderal Hortikultura tidak sepenuhnya digunakan untuk mendukung peningkatan produksi hortikultura secara keseluruhan. Terdapat sebagian kecil alokasi anggaran yang digunakan untuk pengawalan upaya khusus peningkatan produksi padi, jagung dan kedelai.
Sehingga, pada pembangunan hortikultura trend peningkatan ataupun penurunan anggaran, tidak serta merta akan diikuti dengan peningkatan dan atau penurunan kinerja outcome di tahun yang sama.
3.6. Akuntabilitas Keuangan
Analisis pencapaian kinerja keuangan dilakukan untuk melihat sejauh mana pencapaian sasaran strategis yang telah tergambar dalam Penetapan Kinerja (PK) dapat dicapai dengan sumber keuangan yang ada. Pagu awal sesuai PK sebesar Rp1.129.094.900.000,- dan selanjutnya menjadi Rp1.149.426.746.000,- karena adanya penambahan APBN-P sebesar Rp20.331.846.000,- Selanjutnya per bulan Desember 2015, anggaran menjadi Rp1.145.426.746.000,- dikarenakan adanya peralihan anggaran sebesar 4 milyar untuk tunjangan kinerja yang dialokasikan ke Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian.
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
149
Realisasi keuangan berdasarkan laporan pemantauan keuangan spanint per tanggal 20 Januari 2016 menurut jenis kewenangan adalah sebesar Rp988.684.724.542,- atau 86,32%, secara rinci dapat dilihat pada Tabel 21. Capaian ini belum optimal dikarenakan masih adanya outstanding kontrak yang belum selesai. .
Tabel 21. Realisasi Anggaran Satuan Kerja Pusat dan Daerah Tahun 2015 Menurut Kewenangan Instansi
No Kegiatan Pagu (Rp 000)
Realisasi*)
(Rp.000) (%)
1. Pusat 191.395.841 170.943.977 89,31
2. Daerah 954.030.905 817.741.589 85,71
Dekonsentrasi 211.099.636 196.848.679 93,25
Tugas Pembantuan 742.931.269 620.892.910 83,57
- TP Provinsi 471.675.816 381.324.924 80,84
- TP Kab/Kota 271.255.453 239.566.986 88,32
TOTAL 1.145.426.746 988.684.568 86,32
Sumber: Direktorat Jenderal Hortikultura, per tanggal 20 Januari 2016 (diolah berdasarkan laporan pemantauan keuangan spanint-Kemenkeu)
Adapun realisasi Tahun 2014 berdasarkan jenis belanja dan kegiatan utama dan dapat dilihat pada Tabel 22 dan Tabel 23 berikut:
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
150
Tabel 22. Realisasi Anggaran Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Menurut Jenis Belanja TA.2015
Jenis Belanja Pagu (Rp.000)
Realisasi (Rp.000) %
Belanja Pegawai 29.010.186 22.885.227 78,89 Belanja Barang 1.108.541.118 959.055.590 86,52 Belanja Modal 7.875.442 6.743.749 85,63
Total 1.145.426.746 988.684.568 86,32
Sumber: Direktorat Jenderal Hortikultura, per tanggal 20 Januari 2016 (diolah berdasarkan laporan pemantauan keuangan spanint-Kemenkeu)
Tabel 23. Realisasi Anggaran Satuan Kerja Pusat dan Daerah
Tahun 2015 Menurut Kegiatan Utama
No Kegiatan Pagu (Rp 000)
Realisasi*)
(Rp.000) (%) 1. Peningkatan Produksi dan
Produktivitas Buah Ramah Lingkungan
115.693.860 105.107.547 90,85
2. Peningkatan Produksi dan Produktivitas Florikultura Ramah Lingkungan
48.964.178 43.787.438 89,43
3.
Peningkatan Produksi dan Produktivitas Sayuran dan Tanaman Obat Ramah Lingkungan
634.390.505 527.917.216 83,22
4. Pengembangan Sistem Perbenihan Hortikultura 88.706.399 82.856.821 93,41
5. Pengembangan Sistem Perlindungan Hortikultura Ramah Lingkungan
95.884.777 86.571.442 90,29
6. Dukungan Manajemen dan Teknis lannya pada Ditjen Hortikultura
161.787.027 142.453.859 88,05
TOTAL 1.145.426.746 988.684.568 86,32
Sumber: Direktorat Jenderal Hortikultura, per tanggal 20 Januari 2016 (diolah berdasarkan laporan pemantauan keuangan spanint-Kemenkeu)
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
151
Berdasarkan proporsi anggaran Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2015, dapat dilihat pada Gambar 42 diatas terlihat bahwa sebagian besar anggaran dialokasikan untuk Peningkatan Produksi dan Produktivitas Sayuran dan Tanaman Obat Ramah Lingkungan yaitu sebanyak 56%, sedangkan porsi terkecil yaitu 4% dialokasikan untuk Peningkatan Produksi dan Produktivitas Florikultura Ramah Lingkungan.
Gambar 42. Proporsi Anggaran Direktorat Jenderal Hortikultura menurut Kegiatan Utama Tahun 2015
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
152
Adapun, penyerapan anggaran Direktorat Jenderal Hortikultura per triwulanan disajikan pada Tabel 24, dan Gambar 43.
Tabel 24. Serapan Anggaran Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2015 per Triwulanan
Tri wulan
Pagu (Rp.000)
Realisasi Target
(Rp.000) % (Rp.000) %
TW I 1.129.094.900 13.615.882 1,21 282.273.725 25
TW II 1.129.094.900 124.525.837 11,03 564.547.450 50
TW III 1.149.426.746 363.845.224 31,65 862.070.059 75
TW IV 1.149.426.746 988.684.568 86,32 1.145.426.746 100
Sumber: Direktorat Jenderal Hortikultura Keterangan: Realisasi Tahun 2015 per tanggal 20 Januari 2016
Gambar 43. Serapan Anggaran Direktorat Jenderal Hortikultura
Tahun 2015 per-triwulanan.
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
153
Dari Gambar 43 diatas menunjukkan bahwa kemampuan penyerapan anggaran mengalami keterlambatan atau tidak sesuai dengan target yang disebabkan oleh:
1. Terdapat berbagai permasalahan manajemen dan pengelolaan kesatkeran misalnya di beberapa daerah terjadi pergantian pengelola kesatkeran KPA/PPK/bendahara/ULP sehingga berbagai kegiatan yang sudah di proses kemudian diralat.
2. Adanya satker yang tidak melaksanakan kegiatan disebabkan tidak ditetapkan pejabat KPA (Provinsi Kalimantan Utara, Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Sampang dan Kota Batu);
3. Tidak sesuainya capaian realisasi dengan target disebabkan; a) efisiensi anggaran yang disebabkan karena terjadinya harga penawaran yang lebih rendah dari harga di POK (terjadinya efisiensi penggunaan anggaran), adanya ralat fasilitasi sarana dan prasarana produksi pada pengembangan sayuran yang semula dialokasikan untuk sarana irigasi tetes berubah menjadi sarana irigasi sederhana; b) tidak terserapnya perjalanan menghadiri pertemuan di luar kota, uang lembur dan belanja pegawai transito, c) tidak dilaksanakannya beberapa kegiatan Satker yang tidak mampu melaksanakan karena kendala teknis di Kab. Bengkalis, Kab. Berau (jeruk), keterbatasan lahan seperti di Kota Bengkulu (jeruk), masalah kesulitan benih seperti di Prov. Sulawesi Barat (nenas), Kab. Blitar (nanas), Kab. Lebong (jeruk), Kab. Kaur (sawo), dan Bengkulu Utara (jahe);
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
154
4. Adanya beberapa kali proses revisi DIPA akibat adanya penambahan anggaran (APBN-P) dan relokasi dana APBN-P yang menyebabkan POK revisi baru terbit bulan Maret (SP DIPA-018.04.1.625875/2015 tanggal 6 Maret 2015, serta revisi terkait relokasi dana APBN-P tahun 2015 antar Satker-Satker lingkup Direktorat Jenderal Hortikultura diterbitkan bulan Juli (SP DIPA-018.04.1.625875/2015 tanggal 1 Juli 2015, sehingga kegiatan lelang terlambat dilaksanakan;
5. Adanya Surat Kementerian Keuangan Nomor S-798/MK.02/2015 tentang Pemantauan dan Pengendalian Revisi Anggaran TA. 2015, menyebabkan sebagian besar Satker Daerah tidak dapat mengoptimalkan sisa anggaran;
6. Terdapat beberapa SKPD yang mempunyai pagu hortikultura cukup besar tetapi kekurangan SDM dalam pelaksanaan kegiatannya. SDM yang ada lebih memprioritaskan kegiatan yang didanai APBD, atau komoditas/kegiatan dengan dana yang lebih besar dibandingkan dengan pagu pengembangan hortikultura;
7. Terjadinya proses lelang yang berulang kali disebabkan oleh gagal lelang dalam Pengadaan Barang seperti yang dialami di Provinsi Jawa Barat, Kab. Kampar;
8. Pergantian CP/CL atau pengalihan lokasi pelaksana kegiatan Gerakan Tanam Cabai dan Bawang merah di Musim Kering (GTCK) di beberapa daerah seperti di Provinsi Bali, dan Jawa Barat;
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
155
9. Penanaman tanaman buah tahunan dan tanaman obat pada umumnya dilaksanakan pada akhir tahun, karena menunggu musim hujan.
10. Seringnya terjadi alih tugas atau mutasi SDM di lingkup SKPD. sehingga menghambat penyelesaian kegiatan. Hal ini terjadi pada petugas pelaporan baik SIMAK BMN, SAI maupun RSPH mengakibatkan berbagai kegiatan yang telah dilaksanakan tidak terlaporkan secara baik dan sistematis;
Upaya tindak lanjut yang telah dilakukan oleh Direktorat Jenderal Hortikultura dalam rangka percepatan pelaksanaan pengembangan hortikutura Tahun 2015 antara lain sebagai berikut:
1. Penugasan eselon II, III, dan IV untuk monitoring serapan anggaran sesuai dengan SK Dirjen Nomor: 1417/Kpts/OT.320/D/10/2015 tentang pembentukan tim monitoring dan evaluasi untuk melakukan pendampingan baik secara teknis maupun manajerial;
2. Melaksanakan workshop efisiensi anggaran Tahun 2015 dalam rangka mendukung kegiatan Tahun 2016;
3. Mengirim surat kepada seluruh satker agar segera melakukan percepatan anggaran,memberikan peringatan kepada satker yang mempunyai realisasi rendah dengan tidak memberikan alokasi anggaran di Tahun 2016;
Dalam rangka memperbaiki kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura kedepan, berikut adalah beberapa hal yang harus menjadi penekanan tindaklanjut ke depan atas permasalahan penyerapan anggaran ini;
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
156
1. Penerapan Sistem Pengendalian Intern (SPI) secara optimal. Sesuai PP 60 Tahun 2008 menyatakan bahwa SPI adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan yang memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Diharapkan kegiatan di Direktorat Jenderal Hortikultura berdasarkan SPI.
2. Efisiensi dan harmonisasi cara kerja kesatkeran dan membuat skala prioritas kegiatan-kegiatan pokok sesuai dengan dukungan penganggaran yang memadai. Selain itu juga berusaha terus melakukan perbaikan pengelolaan manajemen kesatkeran utamanya pola koordinasi dan optimalisasi SDM pengelola kegiatan.
3. Mematuhi anjuran dan arahan Menteri Pertanian sesuai dengan target-target serapan triwulanan sehingga fokus kegiatan dapat lebih terarah utamanya dalam kaitannya dengan serapan dan realisasi kegiatan;
4. Untuk pelaksanaan tahun 2016, identifikasi CP/CL dilakukan sebelumnya pada akhir tahun 2015, sehingga jadwal tanam dapat dilaksanakan di musim hujan pada bulan Januari-Maret. Hal ini untuk menghindari keterlambatan jadwal tanam seperti yang terjadi pada tahun-tahun sebelumya yaitu menunggu tanam di bulan November-Desember;
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
157
5. Pengadaan barang dan jasa yang bersifat lelang agar melakukan persiapan lelang di akhir tahun 2015, sehingga pada awal tahun 2016 sudah dapat ditetapkan pemenang lelang dan barang dapat didistribusikan kepada kelompok tani yang akan melakukan tanam di bulan Januari-Maret 2016;
6. Pengkaderan dan harmonisasi SDM harus tetap berjalan sehingga pada saatnya pengalih tugasan tidak terhambat.
5
BAB IVP E N U T U P
159Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
BAB IV
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura ini merupakan bagian dari pelaksanaan SAKIP, sebagai bentuk pertanggungjawaban segenap pimpinan Direktorat Jenderal Hortikultura selaku penerima mandat Negara dalam melaksanakan pembangunan di sub sektor Hortikultura pada Tahun 2015. Upaya keras telah dilakukan melalui sinergi dengan seluruh pemangku kepentingan untuk mewujudkan tercapainya kemajuan dan peningkatan produksi hortikultura.
Capaian sasaran strategis Direktorat Jenderal Hortikultura sebagian besar sudah dapat mencapai bahkan melebihi target yang ditetapkan. Seperti yang ditunjukkan pada kinerja capaian produksi aneka cabai (107,20%), bawang merah (111,42%), aneka jeruk (120,12%), buah lainnya 101,73%, florikultura (bunga dan daun potong lainnya 111,21%; tanaman pot dan lansekap 124,13%; bunga tabur 159,27%), dan tanaman obat (109,17%). Hanya capaian produksi sayuran lainnya yang belum optimal yaitu hanya mencapai 82,10%.
Untuk capaian pengamanan produksi dari serangan OPT telah terealisasi sebesar 98,75% dari target yang ditetapkan yaitu minimal 95%. Keberhasilan capaian pengamanan produksi dari serangan OPT disebabkan oleh adanya pencapaian penurunanan proporsi luas serangan OPT terhadap luas panen, dengan rata-rata proporsi 1,25% meliputi OPT buah 0,94%, OPT Sayuran 3,20%, OPT Florikultura 0,45% dan OPT tanaman obat
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
160
0,4%. Selain itu, proporsi luas serangan OPT Tahun 2015 turun 0,69% dibandingkan dengan TA 2014 sebesar 1,94 % dengan pengamanan produksi sebesar 98,06%.
Sedangkan untuk Capaian ketersediaan benih hortikultura tahun 2015 seluruhnya tercapai dengan baik, seperti peningkatan ketersediaan benih buah sebesar 4,2% dari target 4%. Sedangkan peningkatan ketersediaan benih sayuran sebesar 4,7% dari target 3%, peningkatan benih tanaman obat sebesar 2,45% dari target yang ditetapkan sebesar 2%, dan peningkatan benih florikultura sebesar 3,6% dari target sebesar 3%.
Secara umum keberhasilan pencapaian produksi hortikultura disebabkan oleh adanya dukungan pengembangan kawasan yang secara intensif telah dilakukan oleh Direktorat Jenderal Hortikultura, diperkuat dengan dukungan peningkatan ketrampilan dan kapabilitas petani melalui pelaksanaan sekolah lapang cara berbudidaya yang baik dan benar (SL-GAP), penanganan pascapanen yang baik (SL-GHP) serta penerapan dan pengelolaa hama terpadu (SL-PHT). Disamping itu untuk menjamin dan memperbaiki mutu produk hortikultura dilakukan registrasi kebun/lahan usaha pada kebun/lahan usaha yang telah menerapkan GAP.
Perlu disadari bahwa tidak mudah untuk mendapatkan hasil yang optimal sesuai dengan target yang telah direncanakan. Akan tetapi kerja keras dan belajar dari kekurangan merupakan pengalaman yang sangat berharga untuk menghasilkan perbaikan ke depan. Tidak lupa keberhasilan pembangunan hortikultura sebagaimana halnya subsektor lainnya dalam sektor pertanian banyak ditentukan oleh peran institusi lain diluar Direktorat Jenderal Hortikultura.
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
161
Untuk perbaikan pencapaian kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura kedepan, maka perlu dilakukan beberapa upaya tindaklanjut antara lain; 1) Penerapan SPI secara optimal, 2) Pencermatan pedoman, juklak dan POK agar kegiatan berjalan sesuai dengan rencana, 3) Penyempurnaan dokumen-dokumen pemantapan kawasan hortikultura, sekaligus pengawalan dan pembinaan pelaksanaan pengembangan kawasan untuk pencapaian target output fisik di lapangan, 4) Pelaksanaan identifikasi CP/CL di tahun sebelumnya, proses lelang dapat dilakukan di awal tahun, sehingga pelaksanaan kegiatan tanam juga dapat dilakukan pada musim tanam di awal tahun, 5) Peningkatan kuantitas dan kualitas SDM pengelola kegiatan sub sektor hortikultura di pusat dan daerah, 6) Koordinasi secara intensif antara pelaksana kegiatan di pusat dan daerah.
Oleh karenanya kerjasama yang harmonis, sinergis, dan terintegrasi selalu diharapkan agar pembangunan hortikultura yang dilakukan oleh Pemerintah melalui Kementerian Pertanian, Direktorat Jenderal Hortikultura, serta instansi pemerintah lain dapat sejalan dengan peran swasta dan pemangku kepentingan lainnya. Dengan harapan, hasil outcome pembangunan hortikultura ini dapat memberikan kontribusi yang positif pada peningkatan produksi hortikultura, pembangunan ekonomi nasional serta memperbaiki kesejahteraan petani hortikultura pada khususnya. Selain itu, segala macam saran, kritik dan masukan yang konstruktif untuk perbaikan program dan kegiatan Direktorat Jenderal Hortikultura ke depan sangat kami hargai.
LAMPIRAN
Lampiran 1
Struktur OrganisasiDirektorat Jenderal Hortikultura
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
163
LA
MP
IRA
N 1
Se
kret
aris
Dire
ktor
at Je
nder
al Ir.
Yas
id T
aufik
, MM
Dire
ktur
Bud
iday
a dan
Pa
scap
anen
Bua
h Ir.
Rah
man
Pin
em, M
M
DIRE
KTUR
JEND
ERAL
D
r.Ir
. Spu
dnik
Suj
ono,
K, M
M
Dire
ktur
Bud
iday
a dan
Pa
scap
anen
Flo
rikul
tura
Pl
t.
Dire
ktur
Bud
iday
a dan
Pa
scap
anen
Say
uran
da
n Ta
nam
an O
bat
Ir. Y
anua
rdi, M
M
Dire
ktur
Per
beni
han
Horti
kultu
ra
Ir. S
ri W
ijaya
nti Y
usuf
, M.A
gr.S
c
Dire
ktur
Per
llindu
ngan
Ho
rtiku
ltura
Ir.
Soe
silo,
M.S
i
STR
UK
TUR
OR
GA
NIS
AS
I D
IREK
TOR
AT
JEN
DER
AL
HO
RTI
KU
LTU
RA
Lampiran 2
Komposisi Pegawai Direktorat Jenderal Hortikultura
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
165
NO
GOL.
/RUA
NG
S3
S2
S1
D4
SM
D3
D2
D1
SLTA
SL
TP
SD
JUM
LAH
1 I/d
2 3
5 2
II/a
2 2
6 10
3
II/b
10
5
15
4 II/c
3
15
1
19
5
II/d
3
18
21
6 III/
a
19
1
14
34
7 III/
b
8 71
1
34
114
8 III/
c 1
20
29
2
52
9 III/
d 1
15
38
1
55
10
IV/a
2 21
3
26
11
IV/b
18
3
21
12
IV
/c
3
3 13
IV
/d
1 1
2
JU
MLA
H 5
86
163
2
8
94
10
9
377
KO
MP
OS
ISI
PE
GA
WA
I D
IRE
KT
OR
AT
JEN
DER
AL H
OR
TIK
ULTU
RA
TA
HU
N 2
01
5
MEN
UR
UT
GO
LO
NG
AN
RU
AN
G D
AN
PEN
DID
IKA
N A
KH
IR
LA
MP
IRA
N 2
.
Lampiran 3
SKP Eselon I dan Eselon II lingkup Direktorat Jenderal Hortikultura
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
167
NO
.N
O.
1N
ama
12
NIP
23
Pang
kat/G
ol.R
uang
/TM
T3
4Ja
bata
n4
5U
nit K
erja
5
KU
ALIT
AS/
MU
TUB
IAYA
(Rp)
1-
1do
kum
en10
07
bln
6.36
1.51
3.00
0
2-
1do
kum
en10
07
bln
5.68
7.19
1.00
0
3-
1do
kum
en10
07
bln
19.4
49.4
20.0
00
4-
1do
kum
en10
07
bln
33.4
72.6
80.0
00
5-
1do
kum
en10
07
bln
10.7
23.1
70.0
00
6-
1do
kum
en10
07
bln
115.
701.
867.
000
Peja
bat P
enila
i,
Dr.
Ir. H
. And
i Am
ran
Sula
iman
NIP
. -D
r. Ir.
Spu
dnik
Suj
ono
K, M
M
Mer
umus
kan
kebi
jaka
n da
lam
rang
ka p
enge
mba
ngan
sis
tem
pe
rben
ihan
hor
tikul
tura
Mer
umus
kan
kebi
jaka
n da
lam
rang
ka m
enge
mba
ngka
n si
stem
pe
rlind
unga
n ta
nam
an h
ortik
ultu
ra y
ang
ram
ah li
ngku
ngan
Mer
umus
kan
kebi
jaka
n da
lam
rang
ka p
enin
gkat
an d
ukun
gan
man
ajem
en te
knis
lain
nya
pada
Ditj
en H
ortik
ultu
ra
NIP
. 195
8020
6 19
8503
1 0
01
Pega
wai
Neg
eri S
ipil
Yang
Din
ilai
Jaka
rta,
1 J
uni 2
015
WAK
TU
TAR
GET
KU
ANTI
TAS/
OU
TPU
T
Mer
umus
kan
kebi
jaka
n da
lam
rang
ka p
enin
gkat
an p
rodu
ksi d
an
prod
uktiv
itas
tana
man
flor
ikul
tura
yan
g ra
mah
ling
kung
an
Mer
umus
kan
kebi
jaka
n da
lam
rang
ka p
enin
gkat
an p
rodu
ksi d
an
prod
uktiv
itas
tana
man
say
uran
dan
tana
man
oba
t yan
g ra
mah
lin
gkun
gan
AK
Mer
umus
kan
kebi
jaka
n da
lam
rang
ka p
enin
gkat
an p
rodu
ksi d
an
prod
uktiv
itas
tana
man
bua
h ya
ng ra
mah
ling
kung
an
NO
.III
. KEG
IATA
N T
UG
AS J
ABAT
AN
SASA
RAN
KER
JA P
EGAW
AI
KEM
ENTE
RIA
N P
ERTA
NIA
N
Dr.
Ir. S
pudn
ik S
ujon
o K,
MM
I. PE
JAB
AT P
ENIL
AIII.
PEG
AWAI
NEG
ERI S
IPIL
YAN
G D
INIL
AIN
ama
Dr.
Ir. H
. And
i Am
ran
Sula
iman
Uni
t Ker
ja E
selo
n I :
Dire
ktor
at J
ende
ral H
ortik
ultu
ra
Jaba
tan
Dire
ktor
at J
ende
ral H
ortik
ultu
ra
- - Men
teri
Perta
nian
Kem
ente
rian
Perta
nian
1958
0206
198
503
1 00
1N
IP
Uni
t Ker
ja
Pang
kat/G
ol.R
uang
/TM
TPe
mbi
na U
tam
a, IV
/e, 1
Okt
ober
201
5
Dire
ktur
Jen
dera
l Hor
tikul
tura
Dr.
DDDDDDDDDD Ir
. Spu
dnik
Suj
ono
K, M
M
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
168
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
169
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
170
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
171
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
172
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
173
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
174
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
175
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
176
NO
.N
O.
1N
ama
12
NIP
23
Pang
kat/G
ol.R
uang
/TM
T3
4Ja
bata
n4
5U
nit K
erja
5
KU
ALIT
AS/
MU
TUB
IAYA
(Rp)
1-
1do
kum
en10
05
bln
13.1
73.1
26.0
00
2-
3do
kum
en10
05
bln
22.3
18.2
48.0
00
3-
1do
kum
en10
05
bln
25.6
03.7
36.0
00
4-
1do
kum
en10
05
bln
390.
300.
000
5-
1do
kum
en10
05
bln
103.
864.
000
6-
1do
kum
en10
05
bln
5.56
7.89
0.00
0
7-
1do
kum
en10
05
bln
48.5
44.7
03.0
00
Peja
bat P
enila
i,
Dr.
Ir. S
pudn
ik S
ujon
o K,
MM
NIP
. 195
8020
6 19
8503
1 0
01Ir.
Yas
id T
aufik
, MM
Men
gkoo
rdin
asik
an p
enge
lola
an p
eral
atan
dan
fasi
litas
per
kant
oran
Men
yele
ngga
raka
n fa
silit
asi p
elay
anan
per
kant
oran
Ditj
en H
ortik
ultu
ra
Men
gkoo
rdin
asik
an p
elak
sana
an p
emel
ihar
aan
gedu
ng/b
angu
nan
Men
gkoo
rdin
asik
an p
enge
lola
an p
eran
gkat
pen
gola
h da
ta d
an
kom
unik
asi
NIP
. 196
2053
1 19
8903
1 0
01
Pega
wai
Neg
eri S
ipil
Yang
Din
ilai
Jaka
rta, 7
Agu
stus
201
5
WAK
TU
TAR
GET
KU
ANTI
TAS/
OU
TPU
T
Men
yele
ngga
raka
n pe
nata
an d
an p
enge
lola
an p
eren
cana
an, k
euan
gan,
da
n ke
pega
wai
an li
ngku
p D
itjen
Hor
tikul
tura
Men
gkoo
rdin
asik
an p
elak
sana
an b
antu
an p
enge
mba
ngan
usa
ha
horti
kultu
ra k
epad
a PM
D ta
hun
2015
AK
Men
yele
ngga
raka
n pe
nata
an d
an p
enge
lola
an la
pora
n pe
laks
anaa
n ke
giat
an p
enge
mba
ngan
hor
tikul
tura
NO
.III
. KEG
IATA
N T
UG
AS J
ABAT
AN
SASA
RAN
KER
JA P
EGAW
AI
KEM
ENTE
RIA
N P
ERTA
NIA
N
Ir. Y
asid
Tau
fik, M
MI.
PEJA
BAT
PEN
ILAI
II. P
EGAW
AI N
EGER
I SIP
IL Y
ANG
DIN
ILAI
Nam
aD
r. Ir.
Spu
dnik
Suj
ono
K, M
M
Uni
t Ker
ja E
selo
n I :
Dire
ktor
at J
ende
ral H
ortik
ultu
ra
Jaba
tan
Sekr
etar
iat D
irekt
orat
Jen
dera
l Hor
tikul
tura
1958
0206
198
503
1 00
1Pe
mbi
na U
tam
a M
adya
, IV/
d, 1
Okt
ober
200
9
Dire
ktur
Jen
dera
l Hor
tikul
tura
Dire
ktor
at J
ende
ral H
ortik
ultu
ra
1962
0531
198
903
1 00
1N
IP
Uni
t Ker
ja
Pang
kat/G
ol.R
uang
/TM
TPe
mbi
na U
tam
a M
uda,
IV/c
, 1 O
ktob
er 2
012
Sekr
etar
is D
irekt
orat
Jen
dera
l Hor
tikul
tura
Dr.
Ir. S
pudn
ik S
ujon
o K,
M
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
177
Lampiran 4
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2015
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
179
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
180
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
181
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
182
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
183
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
184
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
185
Lampiran 5
Dokumen Pernyataan PK Direktorat Jenderal Hortikultura
Tahun 2015
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
187
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
188
Lampiran 6
Dokumen PK Direktorat Jenderal Hortikultura
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
189
NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA1 1. Produksi Aneka Cabai 1.833.419 ton
2. Produksi Bawang Merah 1.125.247 ton
3. Produksi Aneka Jeruk 1.640.377 ton
4. Produksi Hortikultura lainnya :
a. Buah 17.988.469 ton
b. Sayuran 10.887.768 ton
c. Florikultura :
- Bunga dan daun potong lainya 703.030.721 tangkai
- Tanaman Hias Pot dan Lansekap 35.337.327 pohon
- Bunga tabur 24.344.203 kg
d. Tanaman obat 563.702 ton
5. Pengamanan produksi dari serangan OPT Min 95 %
6. Ketersedian Benih :
a. Benih Buah 4 %
b. Benih Sayur 3 %
c. Benih Tanaman Obat 2 %
d. Benih Florikultura 3 %
Program Anggaran
Peningkatan Produksi dan Produktivitas Hortikultura Ramah Lingkungan
Rp. 1.129.094.900.000,-
Jakarta, Maret 2015Menteri Pertanian, Direktur Jenderal Hortikultura
A. Amran Sulaiman Hasanuddin Ibrahim
PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA
Terpenuhinya kebutuhan sebagian besar konsumsi cabai, bawang merah, jeruk dan aneka produk hortikultura lainnya dalam negeri dan ekspor secara ramah lingkungan
TARGET
Lampiran 7
Dokumen PK Direktorat Jenderal Hortikultura (Revisi)
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
191
NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA1 1. Produksi Aneka Cabai 1.833.419 ton
2. Produksi Bawang Merah 1.125.247 ton
3. Produksi Aneka Jeruk 1.640.377 ton
4. Produksi Hortikultura lainnya :
a. Buah 17.988.469 ton
b. Sayuran 10.887.768 ton
c. Florikultura :
- Bunga dan daun potong lainya 703.030.721 tangkai
- Tanaman Hias Pot dan Lansekap 35.337.327 pohon
- Bunga tabur 24.344.203 kg
d. Tanaman obat 563.702 ton
5. Pengamanan produksi dari serangan OPT Min 95 %
6. Ketersedian Benih :
a. Benih Buah 4 %
b. Benih Sayur 3 %
c. Benih Tanaman Obat 2 %
d. Benih Florikultura 3 %
Program Anggaran
Peningkatan Produksi dan Produktivitas Hortikultura Ramah Lingkungan
Rp. 1.149.426.746.000,-
Jakarta, Maret 2015Menteri Pertanian, Direktur Jenderal Hortikultura
A. Amran Sulaiman Hasanuddin Ibrahim
TARGET
PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA
Terpenuhinya kebutuhan sebagian besar konsumsi cabai, bawang merah, jeruk dan aneka produk hortikultura lainnya dalam negeri dan ekspor secara ramah lingkungan
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
192
NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA1 1. Produksi Aneka Cabai 1.833.419 ton
2. Produksi Bawang Merah 1.125.247 ton
3. Produksi Aneka Jeruk 1.640.377 ton
4. Produksi Hortikultura lainnya :
a. Buah 17.988.469 ton
b. Sayuran 10.887.768 ton
c. Florikultura :
- Bunga dan daun potong lainya 703.030.721 tangkai
- Tanaman Hias Pot dan Lansekap 35.337.327 pohon
- Bunga tabur 24.344.203 kg
d. Tanaman obat 563.702 ton
5. Pengamanan produksi dari serangan OPT Min 95 %
6. Ketersedian Benih :
a. Benih Buah 4 %
b. Benih Sayur 3 %
c. Benih Tanaman Obat 2 %
d. Benih Florikultura 3 %
Program Anggaran
Peningkatan Produksi dan Produktivitas Hortikultura Ramah Lingkungan
Rp. 1.145.426.746.000,-
Jakarta, Desember 2015Menteri Pertanian, Direktur Jenderal Hortikultura
A. Amran Sulaiman Spudnik Sujono Kamino
TARGET
PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA
Terpenuhinya kebutuhan sebagian besar konsumsi cabai, bawang merah, jeruk dan aneka produk hortikultura lainnya dalam negeri dan ekspor secara ramah lingkungan
Spudnik Sujono Kamino
Lampiran 8
Data Perkembangan Produksi Hortikultura Tahun 2015 dan
Beberapa Tahun Sebelumnya
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
193
LA
MP
IRA
N 8
. P
ER
KEM
BA
NG
AN
PR
OD
UK
SI
DA
N L
UA
S P
AN
EN
HO
RT
IKU
LT
UR
A T
AH
UN
20
10
-20
15
*)
2010
2011
2012
2013
2014
2015
*)1
Ane
ka C
abai
(Ton
)1.
328.
864
1.
483.
079
1.
656.
524
1.
726.
382
1.
875.
075
1.
965.
382
4,82
2B
awan
g M
erah
(To
n)1.
048.
934
89
3.12
4
96
4.19
5
1.
010.
773
1.
233.
984
1.
253.
775
1,60
3A
neka
Jeru
k (T
on)
2.02
8.90
4
1.81
8.94
9
1.61
1.76
9
1.65
4.73
2
1.92
6.54
3
1.97
0.42
9
2,
28H
ortik
ultu
ra la
inny
a4
Bua
h La
inny
a (T
on)
13.4
61.4
69
16
.494
.558
17.3
04.9
62
16
.633
.548
17.8
79.4
34
18
.303
.077
2,
375
Sayu
ran
Lain
nya
(Ton
)8.
328.
588
8.
495.
021
8.
644.
253
8.
821.
294
8.
809.
512
8.
938.
390
1,46
6Fl
orik
ultu
ra :
7B
unga
dan
Dau
n Po
tong
la
inny
a (ta
ngka
i)38
5.78
6.92
6
491.
402.
431
62
0.05
1.57
0
687.
491.
716
74
5.03
7.71
7
781.
820.
662
4,
948
Tana
man
Hia
s Pot
dan
La
nsek
ap (p
ohon
)23
.820
.765
29.4
12.4
49
27
.312
.151
32.0
60.8
71
42
.132
.118
43.8
64.1
43
4,11
9B
unga
Tab
ur (K
g)21
.600
.442
22.5
41.4
85
22
.862
.322
30.2
58.6
48
36
.161
.072
38.7
72.1
10
7,22
10Ta
nam
an O
bat (
Ton)
418.
683
398.
481
449.
446
541.
425
595.
423
615.
369
3,
35K
eter
anga
n: *
)Ang
ka P
rogn
osa
NO
KO
MO
DIT
AS
Prod
uksi
%
201
5 th
dp
2014
Tah
un
PRO
DU
KSI
KO
MO
DIT
AS
HO
RT
IKU
LT
UR
A U
NG
GU
LA
N (S
ESU
AI I
ND
IKA
TO
R K
INE
RJA
) PE
RIO
DE
201
0- 2
015*
)
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
194
2010
2011
2012
2013
2014
2015
*)
1B
awan
g M
erah
1.04
8.93
4
893.
124
964.
195
1.01
0.77
3
1.23
3.98
4
1.25
3.77
5
1,
60
2B
awan
g Pu
tih12
.295
14.7
49
17
.630
15.7
66
16
.893
17.6
04
4,21
3B
awan
g D
aun
541.
374
526.
774
596.
805
579.
973
584.
624
585.
664
0,
18
4K
enta
ng1.
060.
805
95
5.48
8
1.
094.
232
1.
124.
282
1.
347.
815
1.
358.
739
0,81
5K
ol/K
ubis
1.38
5.04
4
1.36
3.74
1
1.45
0.03
7
1.48
0.62
5
1.43
5.83
3
1.45
6.83
4
1,
46
6K
emba
ng K
ol10
1.20
5
11
3.49
1
13
5.82
4
15
1.28
8
13
6.50
8
13
6.95
3
0,33
7Pe
tsai
/Saw
i58
3.77
0
58
0.96
9
59
4.91
1
63
5.72
8
60
2.46
8
60
3.69
1
0,20
8W
orte
l40
3.82
7
52
6.91
7
46
5.52
7
51
2.11
2
49
5.79
8
49
6.69
0
0,18
9Lo
bak
32.3
81
27
.279
39.0
48
32
.372
31.8
61
32
.736
2,
75
10K
acan
g M
erah
116.
397
92.5
08
93
.409
103.
376
100.
316
102.
031
1,
71
11K
acan
g Pa
njan
g48
9.44
9
45
8.30
7
45
5.56
2
45
0.85
9
45
0.70
9
45
4.43
5
0,83
12C
abe
Bes
ar80
7.16
0
88
8.85
2
95
4.31
0
1.
012.
879
1.
074.
602
1.
114.
885
3,75
13C
abe
Raw
it52
1.70
4
59
4.22
7
70
2.21
4
71
3.50
2
80
0.47
3
85
0.49
7
6,25
14Pa
prik
a5.
533
13
.068
8.61
0
6.83
3
7.03
1
7.09
1
0,
85
15Ja
mur
61.3
76
45
.854
40.8
86
44
.565
37.4
10
37
.806
1,
06
16To
mat
891.
616
954.
046
893.
463
992.
780
915.
987
960.
416
4,
85
17Te
rung
482.
305
519.
481
518.
787
545.
646
557.
040
557.
214
0,
03
18B
unci
s33
6.49
4
33
4.65
9
32
2.09
7
32
7.37
8
31
8.21
4
32
5.18
5
2,19
NO
KO
MO
DIT
AS
PRO
DU
KSI
TA
NA
MA
N S
AY
UR
AN
DI I
ND
ON
ESI
APE
RIO
DE
201
0- 2
015*
)
Prod
uksi
(Ton
)T
ahun
%
201
5 th
dp
2014
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
195
19K
etim
un54
7.14
1
52
1.53
5
51
1.48
5
49
1.63
6
47
7.97
6
48
4.96
0
1,46
20La
bu S
iam
369.
846
428.
197
428.
061
387.
617
357.
552
358.
678
0,
31
21K
angk
ung
350.
879
355.
466
320.
093
308.
477
319.
607
320.
856
0,
39
22B
ayam
152.
334
160.
513
155.
070
140.
980
134.
159
143.
202
6,
74
23M
elin
jo21
4.35
5
21
7.52
4
22
4.33
3
22
0.83
7
19
7.64
7
20
2.52
4
2,47
24Pe
tai
139.
927
218.
625
216.
194
207.
016
230.
401
238.
084
3,
33
25Je
ngko
l50
.235
65.8
30
62
.189
61.1
47
53
.661
56.9
97
6,22
10.7
06.3
86
10
.871
.224
11.2
64.9
72
11
.558
.449
11.9
18.5
71
12
.157
.547
2,01
Ket
eran
gan:
*)A
ngka
Pro
gnos
a
Tot
al sa
yura
n
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
196
2010
2011
2012
2013
2014
2015
*)
1A
lpuk
at22
4.27
8
27
5.95
3
29
4.20
0
28
9.89
3
30
7.31
8
33
3.44
9
8,
50
2B
elim
bing
69.0
89
80
.853
91.7
88
79
.634
81.6
53
84
.933
4,02
3D
uku
228.
816
171.
113
258.
453
233.
118
208.
424
218.
356
4,77
4D
uria
n49
2.13
9
88
3.96
9
88
8.12
7
75
9.05
5
85
9.11
8
87
6.30
0
2,
00
5Ja
mbu
Biji
204.
551
211.
836
208.
151
181.
632
187.
406
194.
479
3,77
6Ja
mbu
Air
85.9
73
10
3.15
6
10
4.39
3
91
.284
91.9
75
93
.814
2,00
7Je
ruk
siam
1.
937.
773
1.
721.
880
1.
498.
394
1.
548.
394
1.
785.
256
1.
826.
934
2,
33
8Je
ruk
Bes
ar91
.131
97.0
69
11
3.37
5
10
6.33
8
14
1.28
8
14
3.49
5
1,
56
9M
angg
a1.
287.
287
2.
131.
139
2.
376.
333
2.
192.
928
2.
431.
330
2.
479.
956
2,
00
10M
angg
is84
.538
117.
595
190.
287
139.
602
114.
755
121.
784
6,13
11N
angk
a/C
empe
dak
578.
327
654.
808
663.
930
586.
356
644.
291
657.
177
2,00
12N
enas
1.40
6.44
5
1.54
0.62
6
1.78
1.89
4
1.88
2.80
2
1.83
5.48
3
1.89
3.24
3
3,15
13Pe
paya
675.
801
958.
251
906.
305
909.
818
840.
112
856.
714
1,98
14Pi
sang
5.75
5.07
3
6.13
2.69
5
6.18
9.04
3
6.27
9.27
9
6.86
2.55
8
6.96
9.19
9
1,55
15R
ambu
tan
522.
852
811.
909
757.
336
582.
456
737.
239
753.
981
2,27
16Sa
lak
749.
876
1.08
2.12
5
1.03
5.40
6
1.03
0.40
1
1.11
8.95
3
1.14
1.33
2
2,00
17Sa
wo
122.
813
118.
138
135.
322
127.
686
138.
206
149.
399
8,10
18M
arki
sa13
2.01
1
14
0.89
5
13
4.52
7
14
1.19
0
10
8.14
5
11
0.30
8
2,
00
% 2
015
thdp
20
14N
OK
OM
OD
ITA
S
PER
IOD
E 2
010-
201
5*)
Prod
uksi
(Ton
)T
ahun
PRO
DU
KSI
TA
NA
MA
N B
UA
H D
I IN
DO
NE
SIA
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
197
19Si
rsak
60.7
54
59
.844
51.8
02
52
.081
53.0
59
62
.927
18,6
0
20Su
kun
89.2
31
10
2.08
9
11
1.76
6
10
6.93
4
10
3.48
3
10
5.55
3
2,
00
21A
pel
190.
609
200.
173
247.
073
255.
245
242.
915
247.
774
2,00
22A
nggu
r11
.700
11.9
38
10
.161
9.47
3
11.1
43
11
.970
7,43
23M
elon
85.1
61
10
3.84
0
12
5.44
7
12
5.20
7
15
0.34
7
17
2.77
2
14
,92
24Se
man
gka
348.
631
497.
650
515.
505
460.
628
653.
974
667.
054
2,00
25B
lew
ah30
.668
62.9
28
57
.917
26.4
93
38
.666
40.5
42
4,
85
26St
robe
ri24
.846
41.0
35
16
9.79
6
90
.352
58.8
82
60
.060
2,00
15.4
90.3
7318
.313
.507
18.9
16.7
3118
.288
.279
19.8
05.9
7720
.273
.506
2,36
Tot
al B
uah-
Bua
han
Ket
eran
gan:
*)A
ngka
Pro
gnos
a
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
198
2010
2011
2012
2013
2014
2015
*)B
unga
Pot
ong
1A
nggr
ek14
.050
.445
15.4
90.2
56
20
.727
.891
20.2
77.6
72
19
.739
.627
20.3
02.4
96
2,
852
Ant
huriu
m B
unga
7.65
5.54
2
4.72
4.73
0
6.73
1.21
1
4.04
4.01
2
2.80
5.54
8
2.87
6.49
3
2,53
3A
nyel
ir7.
607.
588
5.
130.
332
5.
299.
671
3.
164.
326
2.
934.
039
3.
133.
964
6,
814
Ger
bera
( H
erbr
as )
9.69
3.48
7
10.5
43.4
45
9.
854.
787
7.
735.
806
7.
454.
459
7.
726.
347
3,
655
Gla
diol
10.0
64.0
82
5.
448.
740
3.
417.
580
2.
581.
063
1.
884.
719
1.
996.
925
5,
956
Hel
icon
ia2.
961.
385
2.
791.
257
3.
306.
604
2.
043.
579
1.
122.
419
1.
168.
692
4,
127
Kris
an18
5.23
2.97
0
305.
867.
882
39
7.65
1.57
1
387.
208.
754
42
7.24
8.05
9
449.
456.
600
5,
208
Maw
ar82
.351
.332
74.3
19.7
73
68
.671
.463
152.
066.
469
17
3.07
7.81
1
182.
445.
084
5,
419
Seda
p M
alam
59
.298
.954
62.5
35.4
65
10
1.19
7.84
7
104.
975.
942
10
4.62
5.69
0
107.
931.
444
3,
16T
otal
Bun
ga P
oton
g37
8.91
5.78
5
486.
851.
880
61
6.85
8.62
5
684.
097.
623
74
0.89
2.37
1
777.
038.
045
4,
88
Dau
n Po
tong
10D
raca
ena
4.62
5.92
5
2.44
7.31
4
2.06
7.62
7
2.87
7.74
5
3.53
1.04
8
3.98
5.35
4
12,8
712
Cor
dyle
ne2.
154.
822
1.
995.
326
1.
032.
996
12
4.05
8
11
1.66
9
60
0.67
9
43
7,91
11M
onst
era
90.3
94
10
7.91
1
92
.322
392.
290
502.
629
196.
584
-60,
89T
otal
Dau
n Po
tong
6.87
1.14
1
4.55
0.55
1
3.19
2.94
5
3.39
4.09
3
4.14
5.34
6
4.78
2.61
7
15,3
7
Tan
aman
Pot
- Rum
pun
13Sa
nsev
ierr
ia (P
edan
g-pe
dang
an) *
***)
2.45
4.37
3
4.55
3.67
4
5.02
5.37
0
1.97
2.80
8
1.25
6.14
7
1.31
2.73
5
4,50
- Poh
on14
Agl
aone
ma
**)
1.75
9.95
3
1.55
3.42
9
1.20
9.21
8
1.24
7.18
9
996.
647
1.13
4.57
2
13,8
415
Ade
nium
(Kam
boja
Jepa
ng) *
* )3.
362.
736
1.
452.
423
1.
475.
235
1.
389.
355
1.
063.
776
1.
069.
346
0,
5216
Euph
orbi
a **
)3.
979.
417
1.
601.
503
1.
499.
264
1.
929.
946
1.
353.
678
1.
555.
635
14
,92
KO
MO
DIT
AS
% 2
015
thdp
20
14
Prod
uksi
(Tan
gkai
)T
ahun
NO
PRO
DU
KSI
PER
IOD
E 2
010-
201
5*)
FLO
RIK
UL
TU
RA
DI I
ND
ON
ESI
A
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
199
17Ph
ylod
endr
on *
*)5.
259.
980
14
.906
.151
13.9
48.8
18
18
.280
.140
14.4
95.8
20
15
.269
.503
5,34
18Pa
kis *
*)4.
652.
838
4.
747.
829
4.
631.
296
5.
055.
069
19
.261
.157
19.5
34.6
66
1,
4219
Die
ffen
bach
ia *
*)30
0.71
8
31
9.99
0
15
4.21
2
15
6.73
3
18
6.83
6
19
7.77
2
5,
8520
Ant
huriu
m D
aun
**)
1.80
0.71
6
1.32
1.38
5
1.29
9.23
7
1.01
9.37
3
1.05
4.88
8
1.31
5.48
1
24,7
021
Cal
adiu
m *
*)54
0.08
4
31
2.27
0
36
6.79
7
26
5.60
2
28
6.50
5
29
9.87
5
4,
67T
otal
Tan
aman
Pot
(Poh
on)
21.6
56.4
42
26
.214
.980
24.5
84.0
77
29
.343
.407
38.6
99.3
07
40
.376
.850
4,33
Bun
ga T
abur
22M
elat
i***
)21
.600
.442
22.5
41.4
85
22
.862
.322
30.2
58.6
48
36
.161
.072
38.7
72.1
10
7,
22
Lan
seka
p23
Pale
m**
)1.
098.
197
1.
261.
445
1.
592.
339
1.
552.
882
2.
427.
287
2.
458.
584
1,
2924
Soka
(Ixo
ra) *
*)1.
066.
126
1.
936.
024
1.
135.
735
1.
164.
582
1.
005.
524
1.
028.
709
2,
31T
otal
Lan
seka
p2.
164.
323
3.
197.
469
2.
728.
074
2.
717.
464
3.
432.
811
3.
487.
293
1,
59K
et.
*)A
ngka
Pro
gnos
a**
) Sat
uan
prod
uksi
dal
am p
ohon
***)
Sat
uan
prod
uksi
dal
am K
g**
**) S
atua
n pr
oduk
si d
alam
rum
pun
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
200
2010
2011
2012
2013
2014
2015
*)
Rim
pang
1Ja
he
107.
734.
608
94
.743
.139
114.
537.
658
15
5.28
6.28
8
226.
114.
819
23
7.08
6.98
7
4,85
2Le
ngku
as58
.961
.844
57.7
01.4
84
58
.186
.488
69.7
30.0
91
62
.520
.835
63.1
42.2
27
0,
993
Ken
cur
29.6
38.1
27
34
.016
.850
42.6
26.2
07
41
.343
.456
37.7
15.6
53
38
.279
.675
1,50
4K
unyi
t10
7.37
5.34
7
84.8
03.4
66
96
.979
.119
120.
726.
111
11
2.08
8.18
1
113.
818.
968
1,
545
Lem
puya
ng8.
520.
161
8.
717.
497
7.
296.
025
11
.407
.985
7.35
5.58
4
7.86
0.15
2
6,86
6Te
mul
awak
26.6
71.1
49
24
.105
.870
44.0
85.1
51
35
.664
.756
25.1
28.1
89
26
.023
.468
3,56
7Te
mui
reng
7.14
0.92
6
7.92
0.57
3
6.11
2.76
5
9.58
3.67
0
6.48
7.73
7
6.85
9.28
1
5,73
8Te
muk
unci
4.35
8.23
6
3.95
1.93
2
4.30
7.31
8
8.82
9.43
7
5.99
9.88
6
6.17
8.18
5
2,97
9D
ringo
754.
551
611.
608
526.
090
634.
330
601.
305
609.
816
1,42
Tot
al R
impa
ng35
1.15
4.94
9
316.
572.
419
37
4.65
6.82
1
453.
206.
124
48
4.01
2.18
9
499.
858.
759
3,
27
10K
apul
aga
28.5
50.2
82
47
.231
.297
42.9
73.2
64
54
.171
.417
72.7
60.2
95
75
.938
.531
4,37
11M
engk
udu/
Pace
14.6
13.4
81
14
.411
.737
8.96
7.75
0
8.43
2.11
9
8.57
7.34
7
8.57
9.07
5
0,02
12M
ahko
ta D
ewa
15.0
72.1
18
12
.072
.154
11.2
36.8
81
11
.795
.760
13.0
91.2
31
13
.325
.930
1,79
13K
ejib
elin
g1.
139.
223
94
9.01
7
83
4.47
2
96
3.58
5
69
9.04
9
70
8.96
9
1,
4214
Sam
bilo
to3.
845.
063
3.
286.
262
96
4.88
8
2.
257.
368
1.
091.
489
1.
130.
547
3,
5815
Lida
h B
uaya
4.30
8.51
9
3.95
8.74
1
9.81
2.62
2
10.5
99.5
02
15
.191
.612
15.8
27.9
34
4,
19T
otal
Non
Rim
pang
67.5
28.6
86
81
.909
.208
74.7
89.8
77
88
.219
.751
111.
411.
023
11
5.51
0.98
6
3,68
418.
683.
635
39
8.48
1.62
7
449.
446.
698
54
1.42
5.87
5
595.
423.
212
61
5.36
9.74
5
3,35
PRO
DU
KSI
KO
MO
DIT
AS
Tah
un
JUM
LA
H
TA
NA
MA
N O
BA
T D
I IN
DO
NE
SIA
PER
IOD
E 2
010-
201
5*)
% 2
015
thdp
20
14N
OPr
oduk
si (K
g)
Ket
eran
gan:
*)A
ngka
Pro
gnos
a
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
201
2010
2011
2012
2013
2014
2015
*)
1B
awan
g M
erah
109.
634
93.6
67
99
.519
98.9
37
12
0.70
4
12
2.64
0
1,
60
2B
awan
g Pu
tih1.
816
1.
828
2.
632
2.
479
1.
913
1.
993
4,
21
3B
awan
g D
aun
57.5
93
55
.611
58.4
27
57
.264
58.3
62
58
.466
0,18
4K
enta
ng66
.531
59.8
82
65
.989
70.1
87
76
.291
76.9
09
0,
81
5K
ol/K
ubis
67.5
31
65
.323
64.2
77
65
.248
63.1
16
64
.039
1,46
6K
emba
ng K
ol8.
728
9.
441
11
.776
12.4
22
11
.303
11.3
40
0,
33
7Pe
tsai
/Saw
i59
.450
61.5
38
61
.059
62.9
51
60
.804
60.9
27
0,
20
8W
orte
l27
.149
33.2
28
29
.331
32.0
70
30
.762
30.8
17
0,
18
9Lo
bak
2.08
3
1.81
3
2.26
9
2.07
4
2.05
5
2.11
1
2,75
10K
acan
g M
erah
22.2
51
17
.684
19.9
62
18
.881
16.1
70
16
.446
1,71
11K
acan
g Pa
njan
g85
.828
79.6
23
75
.739
76.2
09
72
.448
73.0
47
0,
83
12C
abe
Bes
ar12
2.75
5
12
1.06
3
12
0.27
5
12
4.11
0
12
8.73
4
13
3.56
0
3,
75
13C
abe
Raw
it11
4.35
0
11
8.70
7
12
2.09
1
12
5.12
2
13
4.88
2
14
3.31
1
6,
25
14Pa
prik
a16
1
22
1
15
7
28
4
31
6
32
1
1,
49
15Ja
mur
684
497
575
584
586
592
1,06
16To
mat
61.1
54
57
.302
56.7
24
59
.758
59.0
08
61
.870
4,85
17Te
rung
52.1
57
52
.233
50.5
59
50
.718
50.8
75
50
.891
0,03
Lua
s Pan
en( H
a )
LU
AS
PAN
EN
TA
NA
MA
N S
AY
UR
AN
DI I
ND
ON
ESI
APE
RIO
DE
201
0- 2
015*
)
KO
MO
DIT
AS
NO
% 2
015
thdp
201
4
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
202
18B
unci
s36
.483
32.0
63
31
.021
30.0
94
28
.632
29.2
59
2,
19
19K
etim
un56
.921
53.5
96
51
.283
49.2
96
48
.578
49.2
88
1,
46
20La
bu S
iam
10.6
93
9.
669
10
.588
10.9
38
9.
502
9.
532
0,
31
21K
angk
ung
55.1
64
55
.704
53.3
52
54
.124
52.5
41
52
.746
0,39
22B
ayam
48.8
44
46
.882
46.2
11
45
.294
45.3
25
48
.380
6,74
23M
elin
jo14
.905
15.7
48
16
.716
16.7
41
15
.383
15.7
63
2,
47
24Pe
tai
20.7
78
29
.013
31.4
70
27
.223
30.0
95
31
.098
3,33
25Je
ngko
l6.
943
7.
907
7.
407
6.
838
6.
678
7.
093
6,
22
1.11
0.58
6
1.08
0.24
3
1.08
9.40
9
1.09
9.84
6
1.12
5.06
3
1.15
2.44
2
2,43
Ket
.*)
Ang
ka S
emen
tara
Tot
al S
ayur
an
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
203
2010
2011
2012
2013
2014
2015
*)
1A
lpuk
at20
.507
21.6
53
20
.985
22.2
14
24
.200
26.2
58
8,
50
2B
elim
bing
2.82
2
3.14
5
3.19
2
3.11
7
3.06
6
3.19
0
4,02
3D
uku
28.2
83
21
.282
29.2
11
26
.560
23.2
12
24
.319
4,77
4D
uria
n46
.290
69.0
45
63
.189
61.2
46
67
.779
69.1
34
2,
00
5Ja
mbu
Biji
10.0
11
9.
644
9.
753
9.
654
9.
028
9.
369
3,
77
6Ja
mbu
Air
11.8
82
13
.423
13.3
93
13
.036
13.2
27
13
.491
2,00
7Je
ruk
siam
50
.906
47.1
81
46
.187
48.1
54
51
.098
52.2
90
2,
33
8Je
ruk
Bes
ar6.
177
4.
507
5.
608
5.
362
5.
665
5.
753
1,
56
9M
angg
a13
1.67
4
20
8.28
0
21
9.66
6
24
7.23
9
26
8.05
3
27
3.41
4
2,
00
10M
angg
is10
.231
16.1
80
17
.852
18.2
00
15
.197
16.1
28
6,
13
11N
angk
a/C
empe
dak
50.7
67
60
.896
57.3
40
53
.217
55.6
93
56
.806
2,00
12N
enas
12.1
41
12
.335
16.9
97
15
.807
15.6
17
16
.108
3,15
13Pe
paya
9.22
5
11.0
55
11
.702
11.3
04
10
.217
10.4
19
1,
98
14Pi
sang
101.
276
104.
156
103.
157
103.
449
100.
600
102.
163
1,55
15R
ambu
tan
80.4
92
11
6.99
1
96
.287
87.0
63
10
2.84
3
10
5.17
9
2,
27
16Sa
lak
27.2
23
24
.729
26.9
41
29
.711
28.5
75
29
.147
2,00
17Sa
wo
9.82
0
10.1
03
10
.342
10.0
18
11
.009
11.9
01
8,
10
Lua
s Pan
en( H
a )
% 2
015
thdp
201
4N
OK
OM
OD
ITA
S
LU
AS
PAN
EN
TA
NA
MA
N B
UA
H D
I IN
DO
NE
SIA
PER
IOD
E 2
010-
201
5*)
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
204
18M
arki
sa1.
719
1.
747
1.
712
1.
899
1.
462
1.
491
2,
00
19Si
rsak
5.11
1
4.22
1
4.68
7
4.88
6
4.90
0
5.81
2
18,6
0
20Su
kun
10.0
36
12
.015
11.1
17
11
.214
11.1
90
11
.414
2,00
21A
pel
3.82
8
3.72
8
4.26
5
3.73
4
2.77
3
2.82
9
2,00
22A
nggu
r20
5
39
0
19
3
16
7
21
9
23
5
7,
43
23M
elon
5.37
2
6.34
3
7.11
0
7.06
8
8.18
5
9.40
6
14,9
2
24Se
man
gka
27.4
93
33
.445
33.0
12
32
.210
35.8
02
36
.518
2,00
25B
lew
ah3.
222
5.
123
4.
341
2.
289
3.
435
3.
602
4,
85
26St
robe
ri1.
159
98
7
81
0
74
5
78
7
80
3
2,
00
667.
872
822.
604
819.
049
829.
563
873.
833
897.
179
2,67
Ket
.*)
Ang
ka P
rogn
osa
Tot
al B
uah-
Bua
han
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
205
2010
2011
2012
2013
2014
2015
*)
Bun
ga P
oton
g1
Ang
grek
1.82
8.54
6
1.94
5.87
8
1.64
1.35
2
1.98
3.07
8
1.47
3.76
0
1.51
6.24
3
2,88
2A
nthu
rium
61
7.96
6
37
6.87
2
47
2.66
9
40
8.98
8
20
3.82
9
20
9.04
7
2,
563
Any
elir
367.
069
233.
304
300.
467
146.
546
117.
453
125.
459
6,82
4G
erbe
ra (
Her
bras
)48
8.80
3
39
6.81
6
42
1.45
7
37
2.90
9
35
2.75
6
36
5.65
8
3,
665
Gla
diol
484.
111
302.
273
230.
265
209.
871
161.
977
171.
557
5,91
6H
elic
onia
492.
418
324.
159
350.
007
272.
336
219.
220
228.
260
4,12
7K
risan
10.5
35.8
14
8.
811.
941
9.
852.
612
9.
080.
709
9.
647.
827
10
.150
.330
5,21
8M
awar
5.82
7.06
9
3.32
6.12
0
2.74
4.23
3
3.28
5.61
2
3.41
4.00
5
3.59
8.52
2
5,40
9Se
dap
Mal
am
2.57
8.73
2
2.96
1.79
9
3.10
8.02
1
3.63
9.62
3
2.49
5.25
6
2.57
4.08
6
3,16
Tot
al B
unga
Pot
ong
23.2
20.5
28
18
.679
.164
19.1
21.0
83
19
.399
.672
18.0
86.0
83
18
.939
.163
4,72
Dau
n Po
tong
10D
raca
ena
259.
753
191.
053
130.
268
125.
849
143.
582
162.
072
12,8
811
Mon
ster
a 25
.161
33.1
55
20
.283
22.4
59
21
.132
113.
765
438,
3512
Cor
dylin
e 15
5.34
5
16
1.84
8
10
3.08
2
41
.720
36.0
40
14
.092
-60,
90T
otal
Dau
n Po
tong
440.
259
386.
056
253.
633
190.
028
200.
754
289.
929
44,4
2
Tan
aman
Pot
- Rum
pun
13Sa
nsev
ierr
ia (P
edan
g-pe
dang
an46
8.66
0
52
7.32
4
36
3.01
8
22
0.22
3
19
5.04
3
20
3.84
1
4,
51
- Poh
on14
Agl
aone
ma
381.
031
323.
475
219.
700
212.
712
159.
475
181.
532
13,8
3
Lua
s Pan
en( M
2 )
PER
IOD
E 2
010-
201
5*)
% 2
015
thdp
201
4N
OK
OM
OD
ITA
S
LU
AS
PAN
EN
FLO
RIK
UL
TU
RA
DI I
ND
ON
ESI
A
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
206
15A
deni
um (K
ambo
ja Je
pang
) 61
1.21
4
31
9.47
0
22
3.05
0
25
0.75
7
17
9.21
3
18
0.02
5
0,
4516
Euph
orbi
a 52
1.07
7
35
1.11
2
20
9.35
5
20
8.07
1
15
3.89
3
17
6.77
7
14
,87
17Ph
ylod
endr
on
617.
897
566.
141
982.
222
510.
737
483.
195
508.
983
5,34
18Pa
kis
668.
662
567.
689
484.
848
566.
910
959.
239
972.
842
1,42
19D
ieff
enba
chia
43.9
84
44
.542
23.7
47
20
.055
17.9
32
18
.980
5,84
20A
nthu
rium
Dau
n 52
3.97
6
32
0.64
2
22
8.96
3
15
2.23
0
11
8.00
8
14
7.14
6
24
,69
21C
alad
ium
82.4
82
54
.656
46.7
96
37
.401
44.1
37
46
.206
4,69
Tot
al T
anam
an P
ot (P
ohon
)3.
450.
323
2.
547.
727
2.
418.
681
1.
958.
873
2.
115.
092
2.
232.
489
5,
55
Bun
ga T
abur
22M
elat
i8.
115.
836
7.
522.
981
8.
278.
415
9.
790.
724
15
.693
.611
16.8
57.4
39
7,
42
Lan
seka
p23
Pale
m**
)61
8.75
5
78
9.25
5
75
5.42
2
82
4.21
2
92
2.98
5
93
4.82
3
1,
2824
Soka
(Ixo
ra)
220.
034
219.
967
139.
024
140.
434
150.
954
154.
461
2,32
Ket
.*)
Ang
ka P
rogn
osa
**) S
atua
n Lu
as p
anen
dal
am p
ohon
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
207
2010
2011
2012
2013
2014
2015
*)
Rim
pang
1Ja
he
64.1
63.2
87
58
.618
.773
59.7
60.9
17
73
.160
.887
102.
793.
227
10
7.76
6.81
2
4,84
2Le
ngku
as23
.188
.265
22.7
04.9
38
22
.878
.537
23.2
93.7
10
22
.245
.426
22.4
70.5
44
1,
013
Ken
cur
20.1
46.6
44
22
.363
.761
23.4
12.0
61
23
.593
.254
21.4
34.6
00
21
.749
.815
1,47
4ku
nyit
48.6
77.0
74
41
.704
.551
49.3
88.8
50
54
.285
.554
50.4
64.5
23
51
.269
.805
1,60
5Le
mpu
yang
4.41
9.35
6
4.41
7.12
5
4.28
6.95
5
5.67
1.10
2
3.64
4.37
7
3.89
1.16
4
6,77
6Te
mul
awak
14.4
06.5
19
13
.599
.228
18.6
06.9
58
19
.069
.698
13.1
78.0
25
13
.624
.852
3,39
7Te
mui
reng
4.09
0.85
4
3.13
0.29
9
3.72
2.52
7
5.07
2.61
2
3.40
6.42
3
3.61
0.14
8
5,98
8Te
muk
unci
3.05
7.17
2
2.51
2.97
6
2.63
3.45
2
5.15
3.41
0
2.88
2.55
2
2.97
0.28
1
3,04
9D
ringo
481.
281
417.
611
338.
647
326.
484
301.
717
304.
908
1,06
Tot
al R
impa
ng18
2.63
0.45
2
169.
469.
262
18
5.02
8.90
4
209.
626.
711
22
0.35
0.87
0
227.
658.
330
3,
32
10K
apul
aga
18.5
44.1
64
33
.182
.417
27.7
05.1
86
38
.451
.656
42.3
03.4
33
44
.150
.309
4,37
11M
engk
udu/
Pace
**1.
500.
398
3.
371.
345
92
7.83
4
75
7.99
6
73
9.90
6
74
0.21
4
0,
0412
Mah
kota
Dew
a**
425.
650
356.
224
381.
444
257.
169
530.
443
539.
949
1,79
13K
ejib
elin
g67
0.51
6
43
4.29
8
51
7.44
6
55
8.46
2
40
7.73
5
41
4.60
2
1,
6814
Sam
bilo
to1.
941.
623
1.
409.
009
90
3.39
7
1.
897.
377
95
0.15
6
98
3.08
5
3,
4715
Lida
h B
uaya
866.
443
722.
955
921.
458
1.25
8.07
2
1.19
3.03
5
1.24
3.35
7
4,22
Ket
.*)
Ang
ka P
rogn
osa
**) S
atua
n lu
as p
anen
dal
am p
ohon
KO
MO
DIT
AS
NO
PER
IOD
E 2
010-
201
5*)
Lua
s Pan
en( M
2 )
% 2
015
thdp
201
4
LU
AS
PAN
EN
TA
NA
MA
N O
BA
T D
I IN
DO
NE
SIA
Lampiran 9
Pengembangan Kawasan Aneka Cabai Tahun 2015
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
209
LAMPIRAN 9. PENGEMBANGAN KAWASAN ANEKA CABAI TAHUN 2015
No ProvinsiLuas Area
(Ha) Dekon Provinsi
1 Provinsi Jawa Barat 42 Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam 53 Provinsi Bengkulu 44 Provinsi Jawa Tengah 45 Provinsi DIY 46 Provinsi Sumatera Utara 47 Provinsi Riau 48 Provinsi Jambi 49 Provinsi Sumatera Selatan 4
10 Provinsi Lampung 411 Provinsi Kalimantan Barat 312 Provinsi Kalimantan Timur 413 Provinsi Nusa Tenggara Barat 714 Provinsi Banten 315 Provinsi Kepulauan Riau 216 Provinsi Bangka Belitung 617 Provinsi Sumatera Barat 4
TP Kabupaten/Kota1 Aceh 1 Kab. Pidie 20
2 Kab. Aceh Besar 303 Kab. Aceh Tengah 30
2 Sumatera Utara 4 Kab. Deli Serdang 335 Kota Medan 136 Kab. Tapanuli Utara 20
3 Sumatera Barat 7 Kab. Limapuluh Kota 308 Kab. Tanah Datar 409 Kota Padang Panjang 20
10 Kota Padang 2011 Kab. Pasaman Barat 1012 Kab. Agam 2013 Kab. Pesisir Selatan 50
4 Jambi 14 Kab. Merangin 5015 Kab. Muaro Jambi 1016 Kota Jambi 14
5 Riau 17 Kota Dumai 3018 Kota Pekanbaru 10
6 Kepulauan Riau 19 Kota Batam 23
Kabupaten/Kota
Pengembangan Kawasan Cabai Merah
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
210
No ProvinsiLuas Area
(Ha) 7 Bengkulu 20 Kab. Mukomuko 19
21 Kab. Lebong 2922 Kab. Kepahiang 3423 Kab. Rejang Lebong 2724 Kab. Kaur 33
8 Bangka Belitung 25 Kab. Bangka Tengah 2826 Kab. Belitung 15
9 Sumatera Selatan 27 Kab. Ogan Ilir 1028 Kab. OKI 3029 Kab. OKU 5830 Kab. Banyuasin 5031 Kota Palembang 20
10 Lampung 32 Kab. Lampung Selatan 2333 Kab. Lampung Tengah 3034 Kab. Pesawaran 3035 Kab. Mesuji 1036 Kab. Tanggamus 25
11 Banten 37 Kab. Lebak 3012 Jawa Barat 38 Kab. Sukabumi 10
39 Kab. Ciamis 3040 Kab. Ciamis (BI) 141 Kab. Cianjur 3142 Kab.Garut 2643 Kab. Sumedang 2544 Kab. Tasikmalaya 3545 Kab. Purwakarta (Contoh) 1
13 DIY 46 Kab. Sleman 1047 Kab. Kulon Progo 2348 Kab. Bantul 32
14 Jawa Tengah 49 Kab. Grobogan 3050 Kab. Pati 3251 Kab. Rembang 3252 Kab. Blora 4253 Kab. Pekalongan 3354 Kab. Sragen 23
15 Jawa Timur 55 Kab. Tuban 3016 Kalimantan Barat 56 Kab. Kubu Raya 20
57 Kab. Melawi 2558 Kota Pontianak (BI) 1
17 Sulawesi Tenggara 59 Kab. Konawe Selatan 2318 Nusa Tenggara Barat 60 Kab. Lombok Timur 1219 Nusa Tenggara Timur 61 Kota Kupang 120 Gorontalo 62 Kab. Gorontalo 3021 Maluku Utara 63 Kota Ternate (BI) 1
Kabupaten/Kota
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
211
No ProvinsiLuas Area
(Ha) Dekon Provinsi
1 Provinsi Jawa Timur 42 Provinsi Kalimantan Selatan 43 Provinsi Kalimantan Tengah 34 Provinsi Sulawesi Utara 65 Provinsi Sulawesi Tenggara 46 Provinsi Maluku 77 Provinsi Bali 48 Provinsi Nusa Tenggara Timur 49 Provinsi Maluku Utara 2
10 Provinsi Papua 211 Provinsi Papua Barat 612 Provinsi Sulawesi Barat 513 Provinsi Sulawesi Selatan 314 Provinsi Gorontalo 415 Provinsi Sulawesi Tengah 416 Provinsi Kalimantan Utara 1
TP Kabupaten/Kota1 Bangka Belitung 1 Kab. Belitung 102 Banten 2 Kab. Pandeglang 39
3 Kota Tangerang Selatan 63 Jawa Barat 4 Kab. Bandung 25
5 Kab. Sukabumi 156 Kota Tasikmalaya 107 Kab. Bandung Barat 148 Kab.Garut 25
4 DIY 9 Kab. Sleman 105 Jawa Tengah 10 Kab. Boyolali 28
11 Kab. Magelang 2512 Kab. Wonosobo 1013 Kab. Brebes 1214 Kab. Demak 2215 Kab. Purworejo 2216 Kab. Sragen 15
6 Jawa Timur 17 Kab. Bangkalan 1018 Kab. Jember 2519 Kab. Kediri 3320 Kab. Lamongan 2321 Kab. Lumajang 4322 Kab. Magetan 22
Pengembangan Kawasan Cabai Rawit
Kabupaten/Kota
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
212
No ProvinsiLuas Area
(Ha) 7 Bali 23 Kab. Buleleng 20
24 Kab. Klungkung 208 Kalimantan Selatan 25 Kota Banjar Baru/Kab. Tabalong 10
26 Kab. Tapin 209 Kalimantan Tengah 27 Kota Palangkaraya 10
28 Kab. Kotawaringin Timur 1010 Kalimantan Timur 29 Kota Samarinda 13
30 Kab. Penajam Paser Utara 1311 Sulawesi Barat 31 Kab. Mamuju 10
32 Kab. Majene 2033 Kab. Mamuju Utara 23
12 Sulawesi Selatan 34 Kab. Enrekang 2735 Kab. Jeneponto 2936 Kab. Pinrang 2037 Kab. Soppeng 1038 Kab. Maros 10
13 Sulawesi Tengah 39 Kab. Donggala 2214 Sulawesi Tenggara 40 Kab. Konawe Selatan 10
41 Kab. Kolaka Utara 1042 Kab. Kolaka Timur 1043 Kab. Konawe 10
15 Sulawesi Utara 44 Kab. Minahasa 3345 Kab. Bolaang Mongondow Timur 25
16 Gorontalo 46 Kab. Bone Bolango 1017 Nusa Tenggara Barat 47 Kab. Lombok Timur 13
48 Kota Mataram 2318 Nusa Tenggara Timur 49 Kab. Kupang 20
50 Kab. Lembata 1051 Kab. Rote Ndao 10
19 Maluku 52 Kab. Seram Bagian Barat 1053 Kab. Maluku Tengah 1054 Kab. Maluku Tenggara 2555 Kota Ambon 10
20 Maluku Utara 56 Kab. Halmahera Timur 2021 Papua 57 Kab. Jayawijaya 10
58 Kab. Merauke 2159 Kota Jayapura 2060 Kab. Biak Numfor 2961 Provinsi Papua/Kota Jayapura 23
22 Papua Barat 62 Kab. Sorong 2563 Kota Sorong 2064 Kab. Tambrauw 24
Kabupaten/Kota
Lampiran 10
Pengembangan Kawasan Bawang Merah Tahun 2015
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
213
LAMPIRAN 10. PENGEMBANGAN KAWASAN BAWANG MERAH TAHUN 2015
No Provinsi Kabupaten/KotaLuas Area
(Ha) TP/Dekon Provinsi
1 Provinsi Jawa Timur 3 2 Provinsi Riau 4 3 Provinsi Jawa Tengah 4 4 Provinsi Lampung 1 5 Provinsi Jawa Barat 4 6 Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam 4 7 Provinsi Sumatera Utara 4 8 Provinsi Kalimantan Timur 4 9 Provinsi Sulawesi Utara 5
10 Provinsi Sulawesi Tengah 4 11 Provinsi Nusa Tenggara Barat 6 12 Provinsi Banten 4 13 Provinsi Sulawesi Selatan 4 14 Provinsi Sumatera Barat 4
TP Kabupaten/Kota1 Papua 1 Kab. Jayawijaya 10
2 Kab. Tambrauw 15 2 Jawa Barat 3 Kab. Indramayu 3
4 Kab. Cirebon 24 5 Kab. Indramayu 20 6 Kab.Kuningan 30 7 Kab. Majalengka 36
3 Jawa Tengah 8 Kab. Brebes 40 9 Kab. Demak 35
10 Kab. Grobogan 29 11 Kab. Pati 40 12 Kab. Purworejo 15 13 Kab. Rembang 25 14 Kab. Tegal 23
4 DI Yogyakarta 15 Kab. Bantul 30 5 Jawa Timur 16 Kab. Bangkalan 13
17 Kab. Nganjuk 52 18 Kab. Sumenep 57 19 Kab. Probolinggo 57
6 Aceh 20 Kab. Aceh Besar 18 21 Kab. Aceh Tengah 24
7 Sumatera Utara 22 Kab. Simalungun 33 23 Kab. Tapanuli Utara 23 24 Kab. Toba Samosir 33 25 Kab. Humbang Hasundutan 10 26 Kab. Samosir 50
8 Sumatera Barat 27 Kab. Agam 26 28 Kab. Pesisir Selatan 34
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
214
No Provinsi Kabupaten/KotaLuas Area
(Ha) 9 Riau 29 Kab. Kampar 27
30 Kota Pekanbaru 12 10 Sumatera Selatan 31 Kab. Musi Rawas 20
32 Kab. OKI 30 33 Kab. OKU 5 34 Kab. Banyuasin 12
11 Lampung 35 Kab. Lampung Selatan 20 36 Kab. Lampung Tengah 2 37 Kab. Tanggamus 15
12 Kalimantan Barat 38 Kota Pontianak 11 39 Kab. Kubu Raya 11
13 Kalimantan Tengah 40 Kab. Kapuas 12 41 Kota Palangkaraya 10
14 Kalimantan Selatan 42 Kab. Tapin 20 43 Kab. Paser 20
15 Sulawesi Utara 44 Kab. Minahasa 30 16 Sulawesi Tengah 45 Kab. Donggala 25
46 Kota Palu 43 47 Kab. Sigi 20
17 Sulawesi Selatan 48 Kab. Bone 10 49 Kab. Enrekang 20 50 Kab. Jeneponto 20 51 Kab. Pinrang 10
18 Sulawesi Tenggara 52 Kab. Kolaka Utara 20 19 Maluku 53 Kab. Buru 10
54 Kab. Seram Bagian Barat 23 20 Bali 55 Kab. Bangli 38
56 Kab. Buleleng 15 21 Nusa Tenggara Barat 57 Kab. Bima 38 22 Nusa Tenggara Timur 58 Kab. Kupang 5
59 Kab. Lembata 10 60 Kab. Rote Ndao 15 61 Kab. Manggarai Barat 24
23 Maluku Utara 62 Kota Tidore Kepulauan 10 63 Kab. Halmahera Selatan 10
24 Bangka Belitung 64 Kab. Bangka Tengah 10 25 Papua Barat 65 Kab. Teluk Wondama 11 26 Sulawesi Barat 66 Kab. Mamuju 28
Lampiran 11
Pengembangan Kawasan Aneka Jeruk Tahun 2015
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
215
Lampiran 11. Lokasi Pengembangan Kawasan Jeruk Tahun 2011-2015
No Tahun Provinsi/Kabupaten/Kota
1 2011 Bireun, Tanah Karo, Tobasa, Tapsel, Agam, Lima Puluh Kota, Kerinci, Batanghari, Tanjung Jabung Barat, Bengkulu Selatan, Bengkulu Utara, OKU Timur, Garut, Majalengka, Cilacap, Wonosobo, Magelang, Malang, Sumenep, Magetan, Banyuwangi, Kota Batu, Jember, Sambas, Berau, Nunukan, Bulungan, Tapin, Barito Kuala, Banjar, Bangli, Buleleng, Bantaeng, Mamuju, Buton, Bangka Tengah, Jayapura, Nabire, Maluku Barat Daya.
2 2012 Aceh Tengah, Bener Meriah, Simalungun, Tapanuli Utara, Agam, Lima Puluh Kota, Solok Selatan, Kerinci, Muaro Jambi, Lebong, Bandung Barat, Malang, Tuban, Ponorogo, Berau, Nunukan, Bulungan, Paser, Kutai Timur, Tapin, Barito Kuala, Bangli, Bantaeng, Mamuju Utara, Jayapura, Nabire, Lombok Timur, TTS, TTU, Sorong Selatan
3 2013 Bener Meriah, Simalungun, Tapanuli Utara, Tanah Karo, Agam, Lima PUluh Kota, Solok Selatan, Lebong, Malang, Tuban, Berau, Nunukan, Bulungan, Kutai Timur, Tapin, Barito Kuala, Bangli, Badung, Bantaeng, Lombok Timur, TTS, TTU, Sorong Selatan dan Sorong
4 2014 Aceh Tengah, Bener Meriah, Simalungun, Tapanuli Utara, Tanah Karo, Tobasa, Tapsel, Dairi, Agam, Lima Puluh Kota, Solok Selatan, Kerinci, Lebong, Bengkulu Selatan, Bengkulu Utara, Kota Bengkulu, Kampar, OKU, Musi Rawas, Bandung Barat, Garut, Indramayu, Bandung, Purbalingga, Sragen, Banjarnegara, Malang, Tuban, Magetan, Banyuwangi, Jember, Bojonegoro, Situbondo, Lamongan, Pacitan, Sambas, Berau, Nunukan, Bulungan, Paser, Kutai Timur, Penajam Paser Utara, Tapin, Barito Kuala, Kota Banjar Baru, Kota Palangkaraya, Bangli, Badung, Bantaeng, Mamuju Utara, Mamuju, Konawe Selatan, Nabire, Lombok Timur, Sumbawa, TTS, Sorong, Tambrau
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
216
No Tahun Kabupaten
5 2015 Provinsi Bali, Kab. Buleleng, Kab. Gianyar, Kab. Bangli, Kab. Bangka Tengah, Kab. Kepahiang, Kota Bengkulu, Kab. Bengkulu Utara, Kab. Lebong, Kab. Tanjung Jabung Barat, Kab. Kerinci, Provinsi Jambi, Kab. Bandung Barat, Kab. Bandung Barat, Kab. Bandung, Kab.Garut, Provinsi Jawa Barat , Kab. Purbalingga, Kab. Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah, Kab. Jember, Kab. Pacitan, Kab. Lamongan, Kab. Magetan, Kab. Banyuwangi, Kab. Situbondo, Kab. Malang, Kab. Tuban, Provinsi Jawa Timur, Kab. Pontianak, Kab. Kubu Raya, Kab. Bengkayang, Kab. Sambas, Provinsi Kalimantan Barat, Kab. Barito Kuala, Kota Palangkaraya, Kab. Pasir, Kab. Penajam Paser Utara, Kab. Berau, Kab. Kutai Timur, Kab. Bulungan, Kab. Nunukan, Kota Tarakan, Kab. Lampung Selatan, Kab. Way Kanan, Kab. Seram Bagian Barat, Kab. Maluku Tengah, Kota Tidore Kepulauan, Kab. Halmahera Tengah, Kab. Aceh Jaya, Kab. Bener Meriah, Kab. Aceh Tengah, Kab. Lombok Timur, Kab. TTS, Kab. Biak Numfor, Kab. Mimika, Kab. Nabire, Kab. Tambrauw, Kab. Indragiri Hilir (TP Prov), Kab. Kuantan Sengigi, Kab. Kampar, Kab. Mamuju, Kab. Mamuju Utara, Kab. Kepulauan Selayar, Kab. Bulukumba, Kab. Jeneponto, Kab. Bantaeng, Kab. Poso, Kab. Parigi Moutong, Kab. Konawe Utara, Kab. Konawe Selatan, Kab. Buton, Provinsi Sulawesi Tenggara, Kab. Minahasa, Kab. Solok Selatan, Kab. Tanah Datar, Kab. Agam, Kab. Limapuluh Kota, Kab. Ogan Ilir, Kab. OKU, Provinsi Sumatera Utara, Kab. Tapanuli Selatan, Kab. Tapanuli Utara, Kab. Dairi, Kab. Simalungun, Kab. Tanah Karo
Lampiran 12
Pengembangan Kawasan Kentang Tahun 2015
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
217
LAMPIRAN 12. PENGEMBANGAN KAWASAN KENTANG TAHUN 2015
No ProvinsiLuas Area
(Ha) TP Kabupaten/Kota
1 Jawa Tengah 1 Kab. Pekalongan 30 2 Aceh 2 Kab. Bener Meriah 19 3 Sumatera Utara 3 Kab. Simalungun 13
4 Kab. Tanah Karo 13 4 Sumatera Barat 5 Kab. Solok 30
6 Kab. Solok Selatan 30 5 Sulawesi Utara 7 Kab. Bolaang Mongondow Timur 13
8 Kab. Bolaang Mongondow 12 9 Kab. Minahasa Selatan 10
10 Kota Tomohon 10 6 Sulawesi Selatan 11 Kab. Bantaeng 12 7 Papua 12 Kab. Jayawijaya 30 8 Bengkulu 13 Kab. Rejang Lebong 17
14 Kab. Kepahiang 13 9 Jambi 15 Kab. Kerinci 30
10 Nusa Tenggara Timur 16 Kab. Ende 13 17 Kab. Ngada 19
Kabupaten/Kota
Lampiran 13
Pengembangan Kawasan Wortel Tahun 2015
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
219
LAMPIRAN 13. PENGEMBANGAN KAWASAN WORTEL TAHUN 2015
No ProvinsiLuas Area
(Ha) TP Kabupaten/Kota
1 Jawa Barat 1 Kab. Cianjur 40 2 Kab. Bogor 30
2 Jawa Tengah 3 Kab. Tegal 20 3 Jawa Timur 4 Kab. Magetan 48
5 Kota Batu (Tidak Terlaksana) 50 4 Sumatera Barat 6 Kab. Solok 40
7 Kab. Tanah Datar 50 8 Kab. Solok Selatan 40
5 Jambi 9 Kab. Kerinci 40 10 Kab. Merangin 40
6 Sulawesi Utara 11 Kab. Minahasa Selatan 30 12 Kota Tomohon 40
7 Sulawesi Selatan 13 Kab. Enrekang 40 14 Kab. Bantaeng 40 15 Kab. Gowa 40
8 Nusa Tenggara Timur 16 Kab. Ende 40 17 Kab. Ngada 40
9 Papua 18 Kab. Jayawijaya 20 10 Bengkulu 19 Kab. Rejang Lebong 40 11 Aceh 20 Kab. Bener Meriah 50
Kabupaten/Kota
Lampiran 14
Pengembangan Kawasan Sayuran lainnya Tahun 2015
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
221
LAMPIRAN 14. PENGEMBANGAN KAWASAN SAYURAN LAINNYA TAHUN 2015
No Provinsi Luas Area (Ha) TP Kabupaten/Kota
1 Sumatera Utara 1 Kab. Tanah Karo 1 2 Kab. Samosir 1 3 Kota Medan 30
2 Jawa Tengah 4 Kab. Temanggung 40 3 Papua Barat 5 Kab. Sorong 30
No Provinsi Luas Area (Ha) TP Kabupaten/Kota
1 Jawa Tengah Kab. Blora 30 2 Riau Kota Dumai 30 3 Gorontalo Kab. Bone Bolango 30 4 Kepulauan Riau Kota Batam 30 5 Papua Barat Kota Sorong 28
Kabupaten/Kota
Pengembangan Kawasan Sayuran Daun TA 2015
Pengembangan Kawasan Sayuran Dataran Rendah TA 2015
Kabupaten/Kota
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
222
No Provinsi Luas Area (Ha) Dekon Provinsi
1 Provinsi Jawa Barat 12 Provinsi Nusa Tenggara
Barat 1
3 Provinsi Sumatera Barat
1
TP Kabupaten/Kota1 Jawa Barat 1 Kab. Bandung 302 Jawa Tengah 2 Kab. Magelang 12
3 Kab. Tegal 503 Nusa Tenggara Barat 4 Kab. Bima 30
5 Kab. Lombok Timur 504 Jawa Tengah 6 Kab. Karanganyar 40
7 Kab. Pemalang 288 Kab. Temanggung 20
5 Sumatera Barat 9 Kab. Solok 206 Bali 10 Kab. Tabanan 20
Kabupaten/Kota
Pengembangan Kawasan Bawang Putih TA 2015
Lampiran 15
Pengembangan Kawasan Tanaman Obat Tahun 2015
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
223
LAMPIRAN 15. PENGEMBANGAN KAWASAN TANAMAN OBAT TAHUN 2015
No Provinsi Luas Area (Ha) 1 Jawa Barat 1 Kab. Bogor 10
2 Kab. Purwakarta 14 2 Jawa Tengah 3 Kab. Boyolali 20
4 Kab. Wonogiri 30 5 Kota Semarang 20 6 Kab. Brebes 14 7 Kab. Karanganyar 25 8 Kab. Magelang 20 9 Kab. Semarang 34
10 Kab. Temanggung 32 11 Kab. Wonosobo 30
3 DIY 12 Kab. Kulon Progo 20 4 Jawa Timur 13 Kab. Situbondo 20 5 Aceh 14 Kab. Aceh Besar 25 6 Jambi 15 Kota Jambi 20 7 Sumatera Selatan 16 Kab. OKU 14 8 Kalimantan Tengah 17 Kab. Kapuas 10 9 Kalimantan Timur 18 Kab. Paser 14
19 Kota Samarinda 20 20 Kab. Penajam Paser Utara 14
10 Kalimantan Barat 21 Kab. Pontianak/Mempawah 20 11 Kalimantan Utara 22 Kab. Nunukan 20 12 Sulawesi Selatan 23 Kab. Bone 10
24 Kab. Maros 10 13 Bengkulu 25 Kab. Kepahiang 20
26 Kab. Bengkulu Utara 33 14 Nusa Tenggara Timur 27 Kab. Manggarai 20
No Provinsi Luas Area (Ha) 1 Jawa Barat 1 Kab. Ciamis 40
2 Kab. Tasikmalaya 40
Kabupaten/Kota
Pengembangan Kawasan Jahe
Pengembangan Kawasan Kapulaga
Kabupaten/Kota
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
224
No Provinsi Luas Area (Ha) 1 Jawa tengah 1 Kab. Wonogiri 20 2 Bengkulu 2 Kab. Bengkulu Utara 30 3 DIY 3 Kab. Kulon Progo 10 4 Kalimantan Utara 4 Kab. Nunukan 20 5 Sulawesi Selatan 5 Kab. Soppeng 10
No Provinsi Luas Area (Ha) 1 Kalimantan Barat 1 Kota Pontianak 5 2 Jawa Tengah 2 Kab. Wonosobo 2
No Provinsi Luas Area (Ha) 1 Jawa Barat 1 Kab. Sukabumi 5 2 Jawa Tengah 2 Kab. Semarang 15
No Provinsi Luas Area (Ha) 1 Jawa tengah 1 Provinsi Jawa Tengah 4
2 Kab. Purworejo 23
Pengembangan Kawasan Lidah Buaya dan Purwoceng
Kabupaten/Kota
Pengembangan Kawasan Temulawak
Kabupaten/Kota
Pengembangan Kawasan Tanaman Obat lainnya
Kabupaten/Kota
Kabupaten/Kota
Pengembangan Kawasan Kencur