lobster ucu.docx

6
Modul :Teknologi Pembenihan Lobster Air Tawar Pengasuh Modul : Ir. Andi Yusuf Lingka, M.P Oleh : A.Citra Niantisari 09 24 001 Minat Pembenihan JURUSAN BUDIDAYA PERIKANAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKEP 2011 Lobster air tawar merupakan salah satu komoditas perikanan yang mulai dikembangkan untuk usaha budiadaya di

Upload: citra-niantisari

Post on 22-Oct-2015

114 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Modul :Teknologi Pembenihan Lobster Air Tawar

Pengasuh Modul : Ir. Andi Yusuf Lingka, M.P

Oleh :

A.Citra Niantisari

09 24 001

Minat Pembenihan

JURUSAN BUDIDAYA PERIKANAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI

PANGKEP 2011

Lobster air tawar merupakan salah satu komoditas perikanan yang mulai

dikembangkan untuk usaha budiadaya di Indonesia. Komoditas ini pada awalnya

diminati sebagai ikan hias karena memilki warna, postur, dan bentuk tubuh dan cukup

unik seperti capit yang besar dan warna biru metalik yang sangat atraktif seiring dengan

berjalannya waktu, lobster air tawar tidak hanya diminati sebagai udang hias, akan

tetapi dilirik sebagai udang konsumsi karena tekstur daging yang lembut, cita rasa yag

tinggi, kadar lemaknya rendah, dan mengandung selenium, omega 3, magnesium,

kalsium, dan fosfor.

Lobster air tawar (LAT) merupakan komoditas potensial yang dapat

dikembangkan karena memiliki nilai jual yang tinggi di bandingakan dengan organism

lainnya. Harga jualnya bias mencapai sebesar Rp 18.000 – Rp 20.000 per kilo gram,

sedangkan budidaya lobster air tawar dengan waktu pemeliharaan yang sama dapat

dijual dengan harga Rp 250.000 – Rp 300.000 per kilo gram untuk pasar domestik

(Iskandar, 2003). Selain itu lobster air tawar mempunyai prospek pasar luar negeri yang

masih terbuka lebar, seperti Australia, Jepang dan Amerika Sarikat, akan tetapi lobster

air tawar belum populer seperti udang windu yang sempat menduduki primadona di

subsektor perikanan. Hal ini disebabkan karena masyarakat belum mengetahui pangsa

pasar lobster air tawar dan masyarakat hanya mengetahui lobster air laut yang

ditangkap oleh nelayan.

Perkembangan telur

Induk betina yang sedang mengeluarkan telurnya akan tampak menekuk

tubuhnya ke dalam dan ia akan berdiam diri di tempat persembunyiannya. Telur-telur

yang dikeluarkan oleh induk betina tersebut akan menempel di sepanjang perutnya.

Selama proses pemijahan berlangsung, induk lobster diberi pakan, tetapi jangan sampai

berlebihan karena lobster yang gendong telur biasanya memiliki nafsu makan yang

berkurang.

Dari hasil perkembangan telur selama masa pengeraman sampai benih lepas

asuh membutuhkan waktu selama 55 hari, dimana fase perubahan warna telur di mulai

hari pertama sampai 7 hari berwarna kuning, setelah berumur 8 sampai 14 hari telur

akan berubah manjadi warna coklat tua, kemudian pada umur 15 sampai 27 hari akan

berubah menjadi orange, sekitar umur 28 sampai 35 hari warna telur akan berubah

menjadi orange berbintik. Pada umur 36 sampai 40 hari telur akan menetas. Dari hasil

data sekunder yang didapatkan, bahwa “perubahan warna telur di sebabkan karena

pada telur tersebut memiliki zat pigmen warna (Astaxanthin) yang dapat

mempengaruhi fase perkembangan telur”. Telur yang menetas tidak langsung lepas

dari induknya karena benih tersebut masih membutuhkan makanan dari induknya yang

berupa lendir, benih pada umur sekitar 55 hari sudah bisa lepas dari indukya atau biasa

di sebut lepas asuh.

Hasil pengamatan yang dilakukan berbeda dengan pendapat Iskandar (2002)

yang menyatakan bahwa sebelum telur menetas akan mengalami proses inkubasi oleh

induk betina. Proses ini melalui beberapa fase yang ditandai dengan perubahan warna

telur pada setiap fasenya. Pada saat baru dikeluarkan oleh induk betina (fase pertama),

telur berwarna krem. Setelah seminggu, warna telur akan berubah menjadi cokelat

muda (fase kedua), selanjutnya pada fase ketiga telur berubah warna menjadi cokelat

tua. Pada fase keempat, telur akan berubah warna menjadi ungu keabu-abuan sebagai

tanda bahwa telur telah siap menetas. Setiap fase perubahan warna telur berlangsung

selama satu minggu sehingga masa inkubasi telur semuanya berlangsung selama 30-35

hari. Proses inkubasi telur semuanya berlangsung pada brood chamber. Sedangkan

menurut Sukmajaya (2003), dalam perkembangan telur hingga terbentuknya juvenil ada

tiga tahapan kejadian alamiah, yakni : perkembangan embrio dalam telur (pre-larva),

perkembangan larva saat diasuh induk (larva), dan saat juvenil lepas dari abdomen

induknya (post-larva). Akan tetapi, menurut Rouse (2001) dalam Widha (2003), pada

tahap perkembangan telur (pra-larva) terdapat lima stadia yang dapat diidentifikasi

melalui perubahan warna dan penampakan struktur tubuh dalam pembentukan embrio.

Sedangkan pada tahap larva dibagi menjadi empat stadia yang terdiri atas Nauplius,

Protozoea, Mysis, dan Juvenil. Ciri-ciri tahap perkembangan telur dari Cherax

quadricarinatus dapat dilihat pada Tabel di bawah ini

Tahap Perkembangan Telur Cherax quadricarinatusTAHAP CIRI-CIRI Gambar STADIA

1 Telur berwarna kuning (1-2 hari) TAHAP PERKEMBANGAN

TELUR2 Telur berwarna hijau zaitun (3-4 hari)

3Telur berwarna khaki (5-7 hari)

4Telur berwarna coklat tua (8-14 hari)

5 Telur berwarna orange (15-17 hari)

6Telur berwarna merah tanpa bercak mata (18-21 hari)

NAUPLIUS

7Telur berwarna merah dengan bercak mata (22-27 hari)

PROTOZOEA

8 Telur berwarna merah hampir menetas (28-35 hari)

MYSIS

9Berwarna kelabu, dilepaskan, jatuh dari pleopoda induk (36-40 hari)

JUVENIL

10Terlihat jelas anakan lobster ( 41- 55 hari)