long case tumor buli-buli budi budi
TRANSCRIPT
LONG CASE BEDAH UROLOGIPERIODE 25 NOVEMBER - 1 DESEMBER 2012
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. Ninu
Umur : 60 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
RM : 579469
MRS : 19 November 2012
Status : Jamkesmas
Kamar : L2 Urologi Kamar 12 bed 3
Diperiksa pada tanggal : 26 November 2012
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Kencing bercampur darah
Anamnesis Terpimpin :
Dialami pertama kali sejak 4 tahun yang lalu berwarna merah seperti air bilasan
daging, yang kadang juga disertai gumpalan darah. Kencing berwarna kemerahan
dialami sepanjang kencing tapi tidak setiap kali buang air kecil. Pasien juga
mengeluhkan nyeri didaerah perut bagian bawah yang dialami terus menerus. Selain itu
pasien juga merasakan nyeri pada saat kencing. Keluhan kencing keruh tidak ada.,
kencing nanah tidak ada. Riwayat trauma dibagian perut atau pinggang tidak ada.
Karena keluhan diatas pasien lalu berobat ke puskesmas dan diberikan obat penghilang
sakit. Keluhan nyeri pasien berkurang, namun pasien tetap kencing berwarna merah.
Sekitar 2 tahun yang lalu, pasien mengeluhkan sulit untuk memulai kencing, dan
harus mengedan kuat untuk dapat kencing. Kencing dirasakan terputus-putus, pancaran
dirasakan melemah,.Pasien juga mengeluhkan rasa tidak puas setelah berkemih. Pasien
merasakan sering-sering kencing dan kadang tidak dapat menahan kencing. Pasien juga
sering terbangun pada malam hari untuk kencing sebanyak tiga hingga empat kali setiap
malamnya.
Keluhan kencing berwarna merah disertai sulit kencing memberat sejak 1
minggu terakhir. Kencing berwarna merah dialami sepanjang kencing disertai gumpalan
1
darah. Kencing berwarna merah dirasakan pasien bertambah sering dibandingkan
sebelumnya. Sehingga pasien dibawa kerumah sakit enrekang. Dirumah sakit enrekang,
pasien dipasang kateter dan tampak dari kateter keluar kencing disertai darah dan
bercampur gumpalan darah. Namun, keluhan pasien tidak berkurang sehingga pasien
dirujuk ke rumah sakit Wahidin Sudirohusodo.
Saat ini masih mengeluhkan kencing berwarna merah. Pasien juga masih
merasakan nyeri pada perut bagian bawah. Nyeri dirasakan terus menerus.Riwayat
demam dan menggigil tidak ada. Riwayat kencing berpasir dan keluar nanah tidak ada.
Riwayat minum obat paru-paru selama 6 bulan tidak ada. Riwayat gangguan perdarahan
tidak ada. Riwayat nyeri pinggang tidak ada. Riwayat merokok sebanyak kurang lebih 1
bungkus per hari selama kurang lebih 50 tahun. Riwayat keluarga dengan keluhan yang
sama ada, yaitu ayah pasien juga mengeluhkan kencing berwarna merah dan sulit
kencing. Riwayat penyakit gula tidak ada, riwayat tekanan darah tinggi tidak ada
riwayat penurunan nafsu makan ada sejak sakit disertai penurunan berat badan yang
bermakna.
III. PEMERIKSAAN FISIS
Status Present : Dibuat tanggal 26/11/2012
Status Generalis : Sakit sedang/ Gizi cukup / compos mentis
(BB: …. Kg, TB: ….. cm, IMT: ….. kg/m² )
Status Vitalis
TD : 130/70 mmHg
N : 88 kali/menit, reguler, kuat angkat.
P : 22 kali/menit, spontan.
S : 36.7 °C per axilla
Kepala
Rambut : Putih, lurus, sukar dicabut.
Mata : Kedua konjungtiva anemis, sclera tidak ikterus.
Hidung : Tidak ada rhinorhea, tidak ada epistaksis, tidak ada deformitas.
Bibir : Tidak sianosis
Leher
Inspeksi : Warna kulit sama dengan sekitar, tidak tampak massa tumor.
2
Palpasi : Tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening dan nyeri tekan tidak ada.
Thoraks
Inspeksi : Bentuk dada simetris kiri dan kanan, gerakan dada simetris kiri dan kanan,
tipe pernapasan thorakoabdominal
Palpasi : Nyeri tekan tidak ada, massa tidak teraba, vokal fremitus simetris kiri dan
kanan kesan normal.
Perkusi : Sonor kiri sama dengan kanan, batas paru hepar ICS VI kanan depan.
Auskultasi : Bunyi pernapasan vesikuler, tidak ada ronkhi, tidak ada wheezing.
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Pekak, batas jantung kanan pada linea parasternal dextra, batas jantung
sinistra pada linea midclavicularis sinistra, batas jantung atas pada ICS II
kiri
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II murni reguler, murmur tidak ada
Abdomen
Inspeksi : Datar, ikut gerak nafas, warna kulit sama dengan sekitar.
Auskultasi : Peristaltik ada, kesan normal.
Palpasi : Nyeri tekan ada, massa tumor tidak teraba, lien dan hepar tidak teraba.
Perkusi : Tympani, nyeri ketok tidak ada.
Inguinal Dekstra dan Sinistra
Inspeksi : Tidak tampak benjolan
Palpasi : Tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening
Ekstremitas
Extremitas superior dextra et sinistra
Inspeksi : Warna kulit sama dengan sekitarnya, edema tidak ada.
Palpasi : Nyeri tekan tidak ada, krepitasi tidak ada
ROM : Dalam batas normal
NVD : Arteri radialis kanan dan kiri teraba, sensibilitas dalam batas normal, dan
Capilary Refill Time kurang dari 2 detik
3
Extremitas inferior dextra et sinistra
Inspeksi : Warna kulit sama dengan sekitarnya, edema tidak ada.
Palpasi : Nyeri tekan tidak ada, krepitasi tidak ada
ROM : Dalam batas normal
NVD : Arteri dorsalis pedis kanan dan kiri teraba, sensibilitas dalam batas normal,
dan Capilarry Refill Time kurang dari 2 detik
Status Urologi
- Regio costovertebralis dextra:
Inspeksi : Warna kulit sama dengan sekitarnya, alignment tulang baik, gibbus tidak
ada, skoliosis tidak ada, edema tidak ada.
Palpasi : Nyeri tekan tidak ada, massa tumor tidak ada, ballotement tidak teraba.
Perkusi : Nyeri ketok tidak ada
- Regio costovertebralis sinistra:
Inspeksi : Warna kulit sama dengan sekitarnya, alignment tulang baik, gibbus tidak
ada, skoliosis tidak ada, edema tidak ada.
Palpasi : Nyeri tekan tidak ada, massa tumor tidak ada, ballotement tidak teraba.
Perkusi : Nyeri ketok tidak ada
- Regio Suprapubik:
Inspeksi : Datar, tampak warna kulit sama dengan sekitar, tidak tampak jejas.
Palpasi : Massa tumor tidak teraba, buli-buli kesan kosong, nyeri tekan ada.
Genitalia Eksterna
Penis
Inspeksi : Tampak warna kulit lebih gelap dari sekitarnya, penis belum
disirkumsisi, Orificium urethrae externum di ujung glans penis, edema
tidak ada, discharge tidak ada.
Palpasi : Nyeri tekan tidak ada, massa tumor tidak teraba.
-Scrotum
4
Inspeksi : Tampak warna kulit lebih gelap dari sekitarnya, edema tidak ada, jejas
tidak ada.
Palpasi : Teraba 2 buah testis ukuran sama besar, nyeri tekan tidak ada, massa
tumor tidak teraba.
-Perineum
Inspeksi : Tampak warna kulit lebih gelap dari sekitarnya, edema tidak ada.
Palpasi : Nyeri tekan tidak ada, massa tumor tidak teraba.
Rectal Toucher
Sphincter ani mencekik, mukosa rektum licin, ampulla recti kosong, teraba
pembesaran prostat 3 cm, simetris kiri kanan, konsistensi padat kenyal, permukaan licin,
batas tegas, pole atas dapat dicapai, nyeri tekan tidak ada.
Dengan pemeriksaan bimanual, ………………………………
Handschoen: Feses tidak ada, darah tidak ada, lendir tidak ada.
IV. RESUME
Laki-laki, 60 tahun, masuk rumah sakit dengan keluhan utama gross hematuria yang
bersifat total hematuria awalnya yang dialami sekitar 4 tahun yang lalu disertai bekuan darah
namun hematuria dialami tidak setiap kali miksi. Pasien juga mengeluhkan dysuria dan nyeri
suprapubik. Cloudy urine dan pyuria tidak ada, riwayat trauma tidak ada.
Dua tahun lalu, pasien mengalami hesitancy, intermittency, dan sense of residual
urine. Selain itu, pasien juga mengalami urgency, frekwensi, dan nocturi 3-4 kali. dan dibawa
oleh keluarga ke Puskesmas dan dilakukan kateterisasi. Dari kateter tampak gross hematuria
dan stolsel. Pasien tetap mengeluhkan hematuria dan bersifat intermittent sampai 1 bulan
terakhir. Keluhan gross hematuria kemudian menjadi semakin memberat dan bersifat total
hematuria yang bersifat konstan.
Dari pemeriksaan fisis, didapatkan pasien sakit sedang, gizi cukup, dan
composmentis. Tanda vital dalam batas normal meskipun pasien tampak anemis. Pada
pemeriksaan rectal toucher (bimanual), prostat tidak membesar konsistensi padat kenyal,
simetris, permukaan licin, batas tegas, pole atas mudah dicapai, nyeri tekan tidak ada. Dengan
pemeriksaan bimanual, teraba massa kesan di buli-buli bagian atas kanan yang tidak dapat
digerakkan atau digeser, dengan ukuran panjang sekitar 5 cm dan lebar 4 cm dengan
konsistensi padat kenyal, permukaan sulit dinilai, batas tidak tegas dan nyeri tekan tidak ada,
kesan suatu tumor.
5
V. DISKUSI
Berdasarkan hasil anamnesis, satu tahun yang lalu pasien mengalami terminal
hematuria. Kondisi ini dapat disebabkan oleh kelainan pada urethra posterior, bladder neck,
trigonum vesicae atau prostat. Kelainan pada daerah tersebut dapat mengakibatkan timbulnya
gejala-gejala LUTS yang juga dikeluhkan oleh pasien ini, berupa gejala iritatif dan gejala
obstruktif. Gejala iritatif yang ditemukan berupa urgensi, frekuensi, nokturia, dan disuria.
Sedangkan gejala obstruktif yang ditemukan pada pasien berupa incomplete emptying,
straining, dan intermittency . Gejala-gejala tersebut didapatkan pada kelainan traktus
urinarius bagian bawah seperti batu urethra, kontraktur bladder neck, median bar, benign
prostat hiperplasia, dan karsinoma prostat.
Pada batu uretra, ditemukan gejala-gejala obstruktif dan iritasi. Pada batu uretra,
biasanya pasien datang dengan keluhan nyeri yang bersifat kolik dan riwayat kencing keruh.
Tetapi pada pasien ini, tidak ada riwayat nyeri kolik dan kencing keruh sehingga diagnosis
batu uretra dapat disingkirkan.
Kontraktur bladder neck biasanya disebabkan oleh adanya infeksi kronik. Untuk
memastikan dilakukan pemeriksaan urethrosistografi yang akan memperlihatkan
penyempitan pada bladder neck.
Median bar adalah fibrotik lobus medius dari kelenjar prostat yang dapat menutup
bladder neck. Keadaan ini bisa dilihat dengan pemeriksaan sistoskopi yaitu terdapat
penebalan akibat fibrotik pada bladder neck.
Pada benign prostat hiperplasia, terdapat gejala- gejala obstruktif dan iritatif, yang juga
dapat terjadi terminal hematuria apabila terjadi varikose pada plexus venosus pada daerah
prostat. Untuk diagnosis benign prostat hiperplasia, perlu dilakukan pemeriksaan rectal
toucher bimanual. Pemeriksaan rectal toucher pada pasien ini tidak didapatkan pembesaran
prostat ke arah rectum, pole atas mudah dicapai, permukaan rata tidak berbenjol-benjol,
konsistensi padat kenyal, dan nyeri tekan tidak ada. Meskipun demikian, diagnosis benign
prostat hyperplasia belum dapat disingkirkan karena mungkin saja terjadi pembesaran prostat
ke arah buli-buli.
Karsinoma prostat mempunyai keluhan yang sama dengan benign prostat hyperplasia
namun perbedaannya terletak pada pemeriksaan rectal toucher bimanual dimana pada
keganasan prostat biasanya ditemukan prostat yang berbenjol-benjol, konsistensi padat keras,
dan tidak simetris. Keadaan tersebut tidak ditemukan pada pasien ini. Meskipun demikian,
keganasan prostat belum dapat disingkirkan karena keganasan prostat tidak selamanya dapat
6
diraba dengan kondisi seperti ini, misalnya pada keganasan di zona transisional (10-20%)
atau tumor di zona perifer (60-70%) yang belum menembus kapsul. Untuk diagnosis pasti
diperlukan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan kadar serum PSA (prostatic spesifik
antigen) yang merupakan marker organ untuk karsinoma prostat. Pada pembesaran prostat
jinak akan didapatkan nilai kadar PSA berada pada kisaran normal yaitu < 4 ng/ml.
Peningkatan kadar PSA di atas normal tidak secara otomatis menunjukkan adanya tanda-
tanda malignancy sebab bisa juga disebabkan oleh pembesaran prostat jinak itu sendiri dan
bisa juga oleh karena instrumentasi urethra, infeksi dan manipulasi kelenjar prostat (RT).
Oleh sebab itu, bila ditemukan kadar PSA yang tinggi harus dikonfirmasikan dengan temuan
klinis. Selain PSA dapat dilakukan pemeriksaan imaging TRUS dan TAUS. Jika ditemukan
gambaran hipoechoic pada zona perifer di lobus posterior pada pemeriksaan TRUS maka
kemungkinan besar kelainan pada pasien ini mengarah ke karsinoma prostat.
Sekitar 4 bulan yang lalu, keluhan semakin memberat sampai terjadi retensi urine. Hal
ini dapat disebabkan oleh kelainan pada prostat misalnya fibrotik prostat (median bar),
infeksi yang menyebabkan daerah trigonum vesicae menjadi udema sehingga OUI tertutup,
bekuan-bekuan darah, atau tumor pada buli-buli itu sendiri yang dapat menyebabkan
obstruksi.
Berdasarkan hasil anamnesis, pasien mengalami silent hematuria, tanpa disertai nyeri
(painless) dan bersifat intermittency. Adapun gejala silent hematuria bisa kita dapatkan pada
tumor ginjal, batu staghorn, dan tumor buli-buli. Pada tumor ginjal biasanya didapatkan
hematuria, massa dan nyeri pada daerah flank. Pada pasien tidak didapatkan massa atau nyeri
di daerah flank pada pemeriksaan palpasi regio costovertebralis, sehingga tumor ginjal dapat
disingkirkan. Pada batu staghorn, silent hematuria terjadi terutama ketika sedang beraktivitas
berat namun pada pasien ini silent hematuria terjadi bukan hanya saat pasien beraktivitas
berat dan juga pada saat beraktivitas ringan atau istirahat. Diagnosis yang mendekati adalah
tumor buli-buli karena ketiga gejala di atas merupakan trias dari suatu tumor buli-buli.
Diagnosis ini didukung oleh pemeriksaan rectal toucher bimanual dimana didapatkan adanya
massa buli-buli yang terfiksir dengan ukuran 5x4 cm di daerah atas kanan. Posisi dan ukuran
tumor kemungkinan belum menyebabkan obstruksi total berdasarkan keluhan pasien yang
masih dapat berkemih. Demikian juga posisi tumor belum dapat menyebabkan obstruksi pada
ureter dan ginjal, dimana pasien tidak memiliki keluhan nyeri pinggang. Dan pada
pemeriksaan regio costovertebralis, tidak didapatkan ballotement.
Keluhan yang dialami pasien sekitar 1 bulan terakhir, dimana keluhannya bertambah
berat hingga tidak sadarkan diri diduga disebabkan anemia yang disebabkan oleh perdarahan
7
yang terus-menerus. Adanya bekuan-bekuan darah pada urine pasien mengindikasikan
perdarahan yang jumlahnya cukup besar karena urine mampu menghambat koagulasi darah
melalui adanya sitrat dalam urine.
Pasien memiliki faktor resiko untuk terjadinya tumor buli-buli yaitu riwayat merokok
yang lama dan riwayat minum kopi sejak usia remaja. Dalam 4 bulan terakhir pasien
mengeluh adanya penurunan berat badan. Kemungkinan karena terjadinya proses
pertumbuhan tumor buli-buli.
Pada pasien ini belum dapat dicurigai telah terjadi tumor buli-buli dengan keganasan
stadium lanjut atau metastasis karena tidak adanya keluhan atau tanda metastasis seperti pada
tulang yaitu nyeri tulang dan sendi, pada hepar tidak ada nyeri epigastrium ataupun
pembesaran hepar dan pada paru-paru tidak ditemukan batuk maupun nyeri dada, ronki
maupun wheezing. Infiltrasi ke nodul mungkin tidak terjadi karena apabila terjadi infiltrasi ke
kelenjar limfe iliaka dan paraaorta maka akan terjadi edema pada tungkai karena sumbatan
aliran limfe.
8
Untuk konfirmasi diagnosis pada pasien ini maka dapat dilakukan pemeriksaan
penunjang, antara lain:
9
10
a. Sitologi Urine; untuk melihat adanya sel-sel atipik (malignansi) di dalam urine.
b. USG Abdomen; USG dapat membantu menemukan adanya massa pada buli-buli,
USG juga dapat membantu menemukan kemungkinan kelainan lain misalnya adanya
batu ginjal/buli-buli (acoustic shadow), tumor ginjal, obstruksi di bagian distal ginjal
(pelviocalyectasis) atau adanya tanda-tanda metastasis jauh (misalnya nodul pada
hepar).
c. Cystoscopy+biopsi ; adalah tes untuk melihat keadaan uretra terutama di bagian
posterior, ada fibrotik prostat atau tidak, kontraktur bladder neck, dan isi buli-buli.
Ini merupakan gold standard untuk mendiagnosis karsinoma buli-buli.
d. BNO; pemeriksaan ini dilakukan sebagai rangkaian dalam pemeriksaan IVP dan
dapat mendeteksi jika terdapat batu radioopak.
e. IVP; pada buli-buli dapat ditemukan gambaran filling defect dengan tepi irreguler,
walaupun bila negatif tidak dapat menyingkirkan adanya karsinoma buli-buli. Pada
batu yang lusen juga dapat terlihat gambaran filling defect. Pemeriksaan IVP hanya
dapat dilakukan pada pasien yang fungsi ginjalnya masih baik yang dapat diketahui
dengan melakukan pemeriksaan ureum-kreatinin sebelumnya.
f. MRI/CT-Urografi. Dapat membantu menemukan adanya massa pada buli-buli dan
menilai kedalaman invasinya pada buli-buli, serta ekstensi ke organ sekitarnya dan
menyingkirkan kemungkinan lain dalam abdomen.
Setelah diagnosa ditegakkan maka perlu dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan
penunjang untuk kelengkapan kelayakan operasi. Pemeriksaan penunjang antara lain:
1. Darah Rutin
Pemeriksaan darah rutin dilakukan untuk menilai adanya toleransi dalam melakukan
operasi yaitu jumlah leukosit lebih dari 10x103, Hb <10gr/dl, PLT <150x103, adanya
pemanjangan dari faktor-faktor pembekuan darah seperti CT, BT, PT, APTT dapat
meningkatkan resiko perdarahan intra dan post operasi.
2. Tes Kimia Darah
Dilakukan untuk menilai fungsi ginjal, fungsi hati, GDS, Eektrolit darah. Ureum dan
kreatinin juga diperiksa untuk melihat fungsi filtrasi ginjal.
3. Foto thorax dan tes faal paru (spirometri)
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai kelayakan operasi dengan menilai kelainan
pada thorax serta melihat adanya restriksi atau obstruksi pada paru bahkan tanda-tanda
metastasis.
4. Urinalisa
11
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat apakah ada proses infeksi, apabila terdapat
leukosit dalam urine maka infeksi harus dihilangkan terlebih dahulu sebelum menjalani
tindakan selanjutnya.
5. EKG
Pada pasien ini dengan >40 tahun sebaiknya diikuti dengan EKG. Pemeriksaan ini
dilakukan untuk menilai kelayakan operasi dengan menilai kelainan pada jantung.
I. DIAGNOSIS KERJA
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisis maka diagnosis yang paling mendekati
pada pasien ini adalah tumor buli-buli suspek malignancy + hipertrofi prostat.
II. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada pasien ini tergantung pada hasil dari sistoskopi, di mana jika
daerah bebas tumor (2 cm dari tepi tumor) tidak mengenai daerah trigonum vesicae maka
dapat dilakukan sistektomi parsial.. Jika setelah dilakukan sistektomi parsial, vesica urinaria
yang tersisa terlalu sedikit dapat diambil dari usus atau augmentasi. Pada pasien ini, letak
tumor yang berada di kanan atas vesica urinaria sehingga dapat dilakukan sistektomi parsial
apabila daerah free margin tidak mengenai ureter ataupun trigonum vesicae. Namun apabila
hasil sistoskopi, tumor mengenai daerah trigonum vesicae ataupun muara ureter, maka
dilakukan sistektomi total ataupun radikal. Pada sistektomi total, vesica urinaria, 1/3 distal
ureter, dan prostat diangkat. Sedangkan sistektomi radikal dilakukan apabila didapatkan
tanda-tanda infiltrasi ke daerah sekitar dan mengenai kelenjar limfe sehingga kelenjar limfe
juga ikut diangkat bersama vesica urinaria. Setelah dilakukan sistektomi total ataupun
radikal, maka dilakukan diversi urine dilanjutkan dengan radioterapi dan adjuvant
kemoterapi. Pada pasien ini, mungkin belum terjadi penyebaran ke kelenjar limfe, hal ini
dilihat dari pemeriksaan fisis di mana tidak terjadi masalah pada extremitas (edema ataupun
nyeri tulang), akan tetapi hal ini tetap harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan biopsi.
Rencana pasca bedah selanjutnya sangat menentukan hasil terapi. Sistoskopi untuk
mengontrol kekambuhan biasanya diadakan setiap 3 bulan selama satu tahun dan kemudian
setiap enam bulan pada tahun selanjutnya.
III. PROGNOSIS
Prognosis dari tumor buli-buli bergantung pada tingkat perluasan dan derajat
keganasan. Pada karsinoma buli-buli superfisial yang tidak ditangani maka tumor ini lama
kelamaan dapat mengadakan infiltrasi ke lamina propria, otot dan lemak perivesika yang
12
kemudian menyebar langsung ke jaringan sekitarnya. Sedangkan pada tumor stadium lanjut
yang telah bermetastasis lebih dari 50% pasien akan meninggal dalam jangka waktu satu
tahun.
13