lp bph
TRANSCRIPT
LAPORAN PENDAHULUAN
BENIGNA PROSTAT HIPERPLASI ( BPH )
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
BPH merupakan penyakit degeneratif yang lebih sering terjadi pada orang dengan
usia lebih lanjut. Pada usia yang lanjut masalah yang mungkin muncul pada kasus
BPH akan lebih komplek karena psikologis yang menurun, ketahanan tubuh yang
menurun.
Setiap pasien yang masuk rumah sakit pastilah mempunyai masalah, dan mereka
berharap besar bahwa masalahnya akan segera terselesaikan. Akan lebih baik
apabila kita tidak hanya berprioritas menyelesaikan masalaahnya saja tetapi juga
menyiapkan pasien agar mampu mengatasai masalah setelah sepulang dari rumah
sakit.
Agar hal tersebut bisa dicapai maka pasien BPH memerlukan perawatan yang
komprehensif dan profesional. Agar pasien merasa terlindungi dan terjaga dari
masalah yang muncul akibat penyakitnya.
B. TUJUAN
Tujuan dalam penulisan ini adalah :
1. Mengetahui dan memehami tentang penyakit BPH dan
penatalaksanaannya.
2. Mengetahui dan memahami masalah keperawatan yang muncul
pada kasus BPH
3. Menerapkan asuhan keperawatan kepada pasien dnegan BPH.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
BPH (Benigna Prostat Hyperplasi) adalah pembesaran progresif dari kelenjar
prostat yang dapat menyebabkan obstruksi dan ristriksi pada jalan urine (urethra).
B. Etiologi
Mulai ditemukan pada umur kira-kira 45 tahun dan frekuensi makin bertambah
sesuai dengan bertambahnya umur, sehingga diatas umur 80 tahun kira-kira 80 %
menderita kelainan ini.
Sebagai etiologi sekarang dianggap ketidakseimbangan endokrin. Testosteron
dianggap mempengaruhi bagian tepi prostat, sedangkan estrogen (dibuat oleh
kelenjar adrenal) mempengaruhi bagian tengah prostat.
C. Faktor Predisposisi/Faktor Pencetus
Karena etiologi yang belum jelas maka melahirkan beberapa hipotesa yang diduga
timbulnya Benigne Prostat Hyperplasia antara lain :
1. Hipotesis Dihidrotestosteron (DHT)
Peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen akan menyebabkan
epitel dan stroma dari kelenjar prostatmengalami hiperplasia.
2. Ketidak seimbangan estrogen – testoteron
Dengan meningkatnya usia pada pria terjadi peningkatan hormon Estrogen
dan penurunan testosteron sedangkan estradiol tetap. yang dapat
menyebabkan terjadinya hyperplasia stroma.
3. Interaksi stroma - epitel
Peningkatan epidermal gorwth faktor atau fibroblas gorwth faktor dan
penurunan transforming gorwth faktor beta menyebabkan hiperplasia
stroma dan epitel.
4. Penurunan sel yang mati
Estrogen yang meningkat menyebabkan peningkatan lama hidup stroma
dan epitel dari kelenjar prostat.
5. Teori stem cell
Sel stem yang meningkat mengakibatkan proliferasi sel transit.
D. Patofisiologi
BPH terjadi pada umur yang semakin tua (> 45 tahun ) dimana fungsi testis
sudah menurun. Akibat penurunan fungsi testis ini menyebabkan
ketidakseimbangan hormon testosteron dan dehidrotesteosteron sehingga memacu
pertumbuhan/pembesaran prostat. Makrokospik dapat mencapai 60 - 100 gram dan
kadang-kadang lebih besar lagi hingga 200 gram atau lebih. Tonjolan biasanya
terdapat pada lobus lateralis dan lobus medius, tetapi tidak mengenai bagian
posterior dari pada lobus medialis, yaitu bagian yang dikenal sebagai lobus
posterior, yang sering merupakan tempat berkembangnya karsinoma (Moore).
Tonjolan ini dapat menekan urethra dari lateral sehingga lumen urethra
menyerupai celah, atau menekan dari bagian tengah. Kadang-kadang penonjolan
itu merupakan suatu polip yang sewaktu-waktu dapat menutup lumen urethra.
Pada penampang, tonjolan itu jelas dapat dibedakan dengan jaringan prostat yang
masih baik. Warnanya bermacam-macam tergantung kepada unsur yang
bertambah.
Apabila yang bertambah terutama unsur kelenjar, maka warnanya kung
kemerahan, berkonsistensi lunak dan terbatas tegas dengan jaringan prostat yang
terdesak, yang berwarna putih keabu-abuan dan padat. Apabila tonjolan itu ditekan
maka akan keluar caiaran seperti susu. Apabila unsur fibromuskuler yang
bertambah, maka tonjolan berwarna abu-abu padat dan tidak mengeluarkan cairan
seperti halnya jaringan prostat yang terdesak sehingga batasnya tidak jelas.
Gambaran mikroskopik juga bermacam-macam tergantung pada unsur yang
berproliferasi. Biasanya yang lebih banyak berproliferasi ialah unsur kelenjar
sehingga terjadi penambahan kelenjar dan terbentuk kista-kista yang dilapisi oleh
epitel torak atau koboid selapis yang pada beberapa tempat membentuk papil-papil
ke dalam lumen. Membran basalis masih utuh. Kadang-kadang terjadi
penambahan kelenjar yang kecil-kecil sehingga menyerupai adenokarsinoma.
Dalam kelenjar sering terdapat sekret granuler, epitel yang terlepas dan corpora
anylacea. Apabila unsur fibromuskuler yang bertambah, maka terjadi gambaran
yang terjadi atas jaringan ikat atau jaringan otot dengan kelenjar-kelenjar yang
letaknya saling berjauhan. Gambaran ini juga dinamai hiperplasi fibrimatosa atau
hiperplasi leiomymatosa.
Pada jaringan ikat atau jaringan otot biasanya terdapat serbukan limfosit.
Selain gambaran di atas sering terdapat perubahan lain berupa :
1. Metaplasia skwamosa epitel kelenjar dekat uretra.
2. Daerah infark yang biasanya kecil-kecil dan kadang-kadang terlihat di bawah
mikroskop.
Tanda dan gejala dari BPH adalah dihasilkan oleh adanya obstruksi jalan keluar
urin dari kandung kemih.
Ada tiga cara pengkuran besarnya hipertropi prostat :
» Rectal Grading, yaitu dengan rectal toucher diperkirakan berapa cm
prostat yang menonjol ke dalam lumen rektum yang dilakukan sebaiknya pada
saat buli-buli kosong.
Gradasi ini adalah :
0 - 1 cm : grade 0
1 - 2 cm : grade 1
2 - 3 cm : grade 2
3 - 4 cm : grade 3
> 4 cm : grade 4
Pada grade 3 - 4 batas prostat tidak teraba. Prostat fibrotik, teraba lebih kecil
dari normal.
» Clinical Grading, dalam hal ini urine menjadi patokan. Pada pagi hari
setelah bangun pasien disuruh kencing sampai selesai, kemudian di masukan
kateter ke dalam buli-buli untuk mengukur sisa urine.
Sisa urine 0 cc : normal
Sisa urine 0-50 cc : grade 1
Sisa urine 50-150 cc : grade 2
Sisa urine > 150 cc : grade 3
Tidak bisa kencing : grade 4
» Intra Uretral Grading, dengan alat perondoskope dengan diukur /
dilihat bebrapa jauh penonjolan lobus lateral ke dalam lumen uretra.
Grade I :
Clinical grading sejak berbulan-bulan, bertahun-tahun, mengeluh kalau
kencing tidak lancar, pancaran lemah, nokturia.
Grade II :
Bila miksi terasa panas, sakit, disuria.
Grade III :
Gejala makin berat
Grade IV :
Buli-buli penuh, disuria, overflow inkontinence. Bila overflow inkontinence
dibiarkan dengan adanya infeksi dapat terjadi urosepsis berat. Pasien
menggigil, panas 40-41° celsius, kesadaran menurun.
E. Tanda dan gejala
Walaupun hyperplasi prostat selalu terjadi pada orangtua, tetapi tidak selalu
disertai gejala-gejala klinik.
Gejala klinik terjadi terjadi oleh karena 2 hal, yaitu :
1. Penyempitan uretra yang menyebabkan kesulitan berkemih.
2. Retensi air kemih dalam kandung kemih yang menyebabkan dilatasi kandung
kemih, hipertrofi kandung kemih dan cystitis.
Gejala klinik dapat berupa :
Frekuensi berkemih bertambah
Berkemih pada malam hari.
Kesulitan dalam hal memulai dan menghentikan berkemih.
Air kemih masih tetap menetes setelah selesai berkemih.
Rasa nyeri pada waktu berkemih.
Kadang-kadang tanpa sebab yang diketahui, penderita sama sekali tidak dapat
berkemih sehingga harus dikeluarkan dengan kateter.
Selain gejala-gejala di atas oleh karena air kemih selalu terasa dalam kandung
kemih, maka mudah sekali terjadi cystitis dan selanjutnya kerusakan ginjal
yaitu hydroneprosis, pyelonefritis.
Gejala klinis yang ditimbulkan oleh Benigne Prostat Hyperplasia disebut sebagai
Syndroma Prostatisme. Syndroma Prostatisme dibagi menjadi dua yaitu :
1. Gejala Obstruktif yaitu :
a. Hesitansi yaitu memulai kencing yang lama dan seringkali disertai
dengan mengejan yang disebabkan oleh karena otot destrussor buli-
buli memerlukan waktu beberapa lama meningkatkan tekanan
intravesikal guna mengatasi adanya tekanan dalam uretra prostatika.
b. Intermitency yaitu terputus-putusnya aliran kencing yang disebabkan
karena ketidakmampuan otot destrussor dalam pempertahankan
tekanan intra vesika sampai berakhirnya miksi.
c. Terminal dribling yaitu menetesnya urine pada akhir kencing.
d. Pancaran lemah : kelemahan kekuatan dan kaliber pancaran
destrussor memerlukan waktu untuk dapat melampaui tekanan di
uretra.
e. Rasa tidak puas setelah berakhirnya buang air kecil dan terasa belum
puas.
2. Gejala Iritasi yaitu :
a. Urgency yaitu perasaan ingin buang air kecil yang sulit ditahan.
b. Frekuensi yaitu penderita miksi lebih sering dari biasanya dapat
terjadi pada malam hari (Nocturia) dan pada siang hari.
c. Disuria yaitu nyeri pada waktu kencing.
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Radiologi
Pada Pemeriksaan Radiologi ditujukan untuk
a. Menentukan volume Benigne Prostat Hyperplasia
b. Menentukan derajat disfungsi buli-buli dan volume residual urine
c. Mencari ada tidaknya kelainan baik yang berhubungan dengan Benigne
Prostat Hyperplasia atau tidak
Beberapa Pemeriksaan Radiologi
a. Intra Vena Pyelografi ( IVP ) : Gambaran trabekulasi buli, residual urine
post miksi, dipertikel buli.
Indikasi : disertai hematuria, gejala iritatif menonjol disertai urolithiasis
Tanda BPH : Impresi prostat, hockey stick ureter
b. BOF : Untuk mengetahui adanya kelainan pada renal
c. Retrografi dan Voiding Cystouretrografi : untuk melihat ada tidaknya
refluk vesiko ureter/striktur uretra.
d. USG : Untuk menentukan volume urine, volume residual urine dan menilai
pembesaran prostat jinak/ganas
Pemeriksaan Endoskopi.
Pemeriksaan Uroflowmetri
Berperan penting dalam diagnosa dan evaluasi klien dengan obstruksi leher buli-
buli
Q max : > 15 ml/detik non obstruksi
10 - 15 ml/detik border line
< 10 ml/detik obstruktif
Pemeriksaan Laborat
Urinalisis (test glukosa, bekuan darah, UL, DL, RFT, LFT, Elektrolit,
Na,/K, Protein/Albumin, pH dan Urine Kultur)
Jika infeksi:pH urine alkalin, spesimen terhadap Sel Darah Putih, Sel
Darah Merah atau PUS.
RFT evaluasi fungsi renal
Serum Acid Phosphatase Prostat Malignancy
G. Penatalaksanaan
A. Non Pembedahan
1. Memperkecil gejala obstruksi hal-hal yang menyebabkan pelepasan
cairan prostat.
2. Menghindari minum banyak dalam waktu singkat, menghindari alkohol
dan diuretic mencegah oven distensi kandung kemih akibat tonus otot
detrussor menurun.
3. Menghindari obat-obat penyebab retensi urine seperti : anticholinergic,
anti histamin, decongestan.
4. Observasi Watchfull Waiting
Yaitu pengawasan berkala/follow – up tiap 3 – 6 bulan kemudian setiap
tahun tergantung keadaan klien
Indikasi : BPH dengan IPPS Ringan
Baseline data normal
Flowmetri non obstruksi
5. Terapi medikamentosa pada Benigne Prostat Hyperplasia
Terapi ini diindikasikan pada Benigne Prostat Hyperplasia dengan
keluhan ringan, sedang dan berat tanpa disertai penyulit serta indikasi
pembedahan, tetapi masih terdapat kontra indikasi atau belum “well
motivated”. Obat yang digunakan berasal dari Fitoterapi, Golongan
Supressor Androgen dan Golongan Alfa Bloker.
a. Fito Terapi
a) Hypoxis rosperi (rumput)
b) Serenoa repens (palem)
c) Curcubita pepo (waluh )
b. Pemberian obat Golongan Supressor Androgen/anti androgen :
a) Inhibitor 5 alfa reduktase
b) Anti androgen
c) Analog LHRH
c. Pemberian obat Golongan Alfa Bloker/obat penurun tekanan
diuretra-prostatika : Prazosin, Alfulosin, Doxazonsin, Terazosin
6. Bila terjadi retensi urine
a. Kateterisasi Intermiten
Indwelling
b. Dilakukan pungsi blass
c. Dilakukan cystostomy
7. Prostetron (Trans Uretral Microwave Thermoterapy/TUMT)
B. Pembedahan
1. Trans Uretral Reseksi Prostat : 90 - 95 %
2. Open Prostatectomy : 5 - 10 %
BPH yang besar (50 - 100 gram) Tidak habis direseksi dalam 1 jam.
Disertai Batu Buli Buli Besar (>2,5cm), multiple. Fasilitas TUR tak ada.
Mortalitas Pembedahan BPH
0 - 1 % KAUSA : Infark Miokatd
Septikemia dengan Syok
Perdarahan Massive
Kepuasan Klien : 66 – 95 %
Indikasi Pembedahan BPH
Retensi urine akut
Retensi urine kronis
Residual urine lebih dari 100 ml
BPH dengan penyulit
Hydroneprosis
Terbentuknya Batu Buli
Infeksi Saluran Kencing Berulang
Hematuri berat/berulang
Hernia/hemoroid
Menurunnya Kualitas Hidup
Retensio Urine
Gangguan Fungsi Ginjal
Terapi medikamentosa tak berhasil
Sindroma prostatisme yang progresif
Flow metri yang menunjukkan pola obstruktif
Flow. Max kurang dari 10 ml
Kurve berbentuk datar
Waktu miksi memanjang
Kontra Indikasi
IMA
CVA akut
Tujuan :
Mengurangi gejala yang disertai dengan obstruksi leher buli-buli
Memperbaiki kualitas hidup
Trans Uretral Reseksi Prostat 90 - 95 %
Dilakukan bila pembesaran pada lobus medial.
Keuntungan :
Lebih aman pada klien yang mengalami resiko tinggi pembedahan
Tak perlu insisi pembedahan
Hospitalisasi dan penyebuhan pendek
Kerugian :
Jaringan prostat dapat tumbuh kembali
Kemungkinan trauma urethra strictura urethra.
Retropubic Atau Extravesical Prostatectomy
Prostat terlalu besar tetapi tak ada masalah kandung kemih
Perianal Prostatectomy
Pembesaran prostat disertai batu buli-buli
Mengobati abces prostat yang tak respon terhadap terapi
conservatif
Memperbaiki komplikasi : laserasi kapsul prostat
Suprapubic Atau Tranvesical Prostatectomy
H. Pathway
Faktor usia Faktor hormonal
I. Pengkajian
1. Sirkulasi :
Peningkatan tekanan darah (efek lebih lanjut pada ginjal )
2. Eliminasi :
BPH
Kurangnya informasi, belum adanya pengalaman
Penatalaksanaan operasi : TURP & Open Prostatektomi
» Kesulitan berkemih
» Retensi urin
» Sakit saat berkemih
» Urin menetes
Masalah keperawatan ; Nyeri akut
Adanya luka operasi, terpasang
katetr
Masalah keperawatan : Retensi urin
Masalah keperawatan : Kurangnya pengetahuan
PK : Perdarahan
Masalah keperawatan : Risiko infeksi
Masalah keperawatan : Cemas
Penurunan kekuatan / kateter berkemih.
Ketidakmampuan pengosongan kandung kemih.
Nokturia, disuria, hematuria.
Duduk dalam mengosongkan kandung kemih.
Kekambuhan UTI, riwayat batu (urinary stasis).
Konstipasi (penonjolan prostat ke rektum)
Masa abdomen bagian bawah, hernia inguinal, hemoroid (akibat
peningkatan tekanan abdomen pada saat pengosongan kandung kemih)
3. Makanan / cairan:
Anoreksia, nausea, vomiting.
Kehilangan BB mendadak.
4. Nyeri / nyaman :
Suprapubis, panggul, nyeri belakang, nyeri pinggang belakang, intens
(pada prostatitis akut).
5. Rasa nyaman : demam
6. Seksualitas :
Perhatikan pada efek dari kondisinya/tetapi kemampuan seksual.
Takut beser kencing selama kegiatan intim.
Penurunan kontraksi ejakulasi.
Pembesaran prostat.
7. Pengetahuan / pendidikan :
Riwayat adanya kanker dalam keluarga, hipertensi, penyakit gula.
Penggunaan obat antihipertensi atau antidepresan, antibiotika /
antibakterial untuk saluran kencing, obat alergi.
PRE OPERATIF CARE
Mengkaji kecemasan klien, mengoreksi miskonsepsi tentang pembedahan dan
memberikan informasi yang akurat pada klien
Type pembedahan
Jenis anesthesi TUR – P, general / spina anesthesi
Cateter : folly cateter, Continuous Bladder Irigation (CBI).
Persiapan orerasi lainnya yaitu :
Pemeriksaan lab. Lengkap : DL, UL, RFT, LFT, pH, Gula darah, Elektrolit
Pemeriksaan EKG
Pemeriksaan Radiologi : BOF, IVP, USG, APG.
Pemeriksaan Uroflowmetri Bagi penderita yang tidak memakai kateter.
Pemasangan infus dan puasa
Pencukuran rambut pubis dan lavemen.
Pemberian Anti Biotik
Surat Persetujuan Operasi (Informed Concern).
POST OPERATIF CARE
Post operatif care pada dasarnya sama seperti pasien lainnya yaitu monitoring
terhadap respirasi, sirkulasi dan kesadaran pasien :
1. Airway : Bebaskan jalan fafas
Posisi kepala ekstensi
Breathing : Memberikan O2 sesuai dengan kebutuhan
Observasi pernafasan
Cirkulasi : mengukur tensi, nadi, suhu tubuh, pernafasan, kesadaran dan
produksi urine pada fase awal (6jam) paska operasi harus dimonitor setiap
jam dan harus dicatat.
Bila pada fase awal stabil, monitor/interval bisa 3 jam sekali
Bila tensi turun, nadi meningkat (kecil), produksi urine merah pekat harus
waspada terjadinya perdarahan segera cek Hb dan lapor dokter.
Tensi meningkat dan nadi menurun (bradikardi), kadar natrium menurun,
gelisah atau delir harus waspada terjadinya syndroma TUR segera lapor
dokter.
Bila produksi urine tidak keluar (menurun) dicari penyebabnya apakah
kateter buntu oleh bekuan darah terjadi retensi urine dalam buli-buli
lapor dokter, spoling dengan PZ tetesan tergantung dari warna urine yang
keluar dari Urobag. Bila urine sudah jernih tetesan spoling hanya
maintennens/dilepas dan bila produksi urine masih merah spoling diteruskan
sampai urine jernih.
Bila perlu Analisa Gas Darah
Apakah terjadi kepucatan, kebiruan.
Cek lab : Hb, RFT, Na/K dan kultur urine.
2. Pemberian Anti Biotika
Antibiotika profilaksis, diberikan bila hasil kultur urine sebelum operasi
steril. Antibiotik hanya diberikan 1 X pre operasi + 3 – 4 jam sebelum
operasi.
Antibiotik terapeutik, diberikanpada pasien memakai dower kateter dari
hasil kultur urine positif. Lama pemberian + 2 minggu, mula-mula
diberikan parenteral diteruskan peroral. Setiap melepas kateter harus
diberikan antibiotik profilaksis untuk mencegah septicemia.
3. Perawatan Kateter
Kateter uretra yang dipasang pada pasca operasi prostat yaitu folley kateter 3
lubang (treeway catheter) ukuran 24 Fr.
Ketiga lubang tersebut gunanya :
1. untuk mengisibalon, antara 30 – 40 ml cairan
2. untuk melakukan irigasi/spoling
3. untuk keluarnya cairan (urine dan cairan spoling).
Setelah 6 jam pertama sampai 24 jam kateter tadi biasanya ditraksi dengan
merekatkan ke salah satu paha pasien dengan tarikan berat beban antara 2 – 5
kg. Paha ini tidak boleh fleksi selama traksi masih diperlukan.
Paling lambat pagi harinya traksi harus dilepas dan fiksasi kateter dipindahkan
ke paha bagian proximal/ke arah inguinal agar tidak terjadi penekanan pada
uretra bagian penosskrotal. Guna dari traksi adalah untuk mencegah
perdarahan dari prostat yang diambil mengalir di dalam buli-buli, membeku
dan menyumbat pada kateter.
Bila terlambat melepas kateter traksi, dikemudian hari terjadi stenosis leher
buli-buli karena mengalami ischemia.
Tujuan pemberian spoling/irigasi :
1. Agar jalannya cairan dalam kateter tetap lancar.
2. Mencegah pembuntuan karena bekuan darah menyumbat kateter
3. Cairan yang digunakan spoling H2O / PZ
Kecepatan irigasi tergantung dari warna urine, bila urine merah spoling
dipercepat dan warna urine harus sering dilihat. Mobilisasi duduk dan berjalan
urine tetap jernih, maka spoling dapat dihentikan dan pipa spoling dilepas.
Kateter dilepas pada hari kelima. Setelah kateter dilepas maka harus
diperhatikan miksi penderita. Bisa atau tudak, bila bisa berapa jumlahnya harus
diukur dan dicatat atau dilakukan uroflowmetri.
Sebab-sebab terjadinya retensio urine lagi setelah kateter dilepas :
1. Terbentuknya bekuan darah
2. Pengerokan prostat kurang bersih (pada TUR) sehingga masih terdapat
obstruksi.
J. Diagnosa Keperawatan
1. Pre operasi
a. Retensi urin
b. Nyeri kronis
c. Cemas
2. Post operasi
d. Nyeri akut
e. Kurang pengetahuan
f. Risiko infeksi
K. Rencana Keperawatan
No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Kerusakan eliminasi urine urin
Definisi :Pengosongan kandung kemih yang tidak sempurna
Batasan karakteristik :- Distensi kandung kemih- Sedikit, sering kencing atau tidak adanya urin
yang keluar- Urin jatuh menetes- Disuria- Inkontinentia overflow- Urin residual- Sensasi penuh dari kandung kemih
Faktor yang berhubungan :- Infeksi traktus urinarus- Obstruksi anatomik- Penyebab multiple- Kerusakan sensori motorik
NOC : Urinary continence Urinary elimination
Kriteria Hasil : Pengeluaran urin dapat diprediksi Dapat secara sempurna dan teratur
mengeluarkan urin dari kandung kemih; mengukur volume residual urin < 150 – 200 ml atau 25 % dari total kapasitas kandung kemih
Mengoreksi atau menurunkan gejala obstruksi Klien bebas dari kerusakan saluran kemih
bagian atas.
NIC :Urinary Chateterization- Jelaskan prosedur dasn rasional dari intervensi- Sediakan peralartan kateterisasi- Pertahankan teknik aseptik yang ketat- Masukan secara langsung atau retensi kateter ke
dalam bladder- Hubungkan kateter pada kantung drainase- Amankan kateter pada kulit- Pertaahankan sistem drainase tertutup- Monitor intake dan input.
Urinary Retentiuon care- Monitor eliminasi urin- Monitor tanda dan gejala retensi urin- Ajarkan kepada klien tanda dan gejala retensi urin- Catat waktu setiap eliminasi urin- Anjurkan klien/keluarga untuk menmcatat outpout
urin- Ambil spesimen urin- Ajarkan klien meminum 8 gelasa cairan sehari- Bantu klien dalam BAK rutin
Fluid management Timbang popok/pembalut jika diperlukan Pertahankan catatan intake dan output yang akurat Monitor status hidrasi ( kelembaban membran mukosa,
nadi adekuat, tekanan darah ortostatik ), jika diperlukan Monitor vital sign Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake
kalori harian Lakukan terapi IV Monitor status nutrisi Berikan cairan Berikan cairan IV pada suhu ruangan Dorong masukan oral Berikan penggantian nesogatrik sesuai output Dorong keluarga untuk membantu pasien makan Tawarkan snack ( jus buah, buah segar ) Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul
meburuk Atur kemungkinan tranfusi Persiapan untuk tranfusi
2. Nyeri Kronis
Definisi : Sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang muncul secara aktual atau potensial kerusakan jaringan atau menggambarkan adanya kerusakan (Asosiasi Studi Nyeri Internasional): serangan mendadak atau pelan intensitasnya dari ringan sampai berat yang dapat diantisipasi dengan akhir yang dapat diprediksi dan dengan durasi lebih dari 6 bulan.
Batasan karakteristik : - Laporan secara verbal atau non verbal - Fakta dari observasi - Posisi antalgic untuk menghindari nyeri - Gerakan melindungi - Tingkah laku berhati-hati- Muka topeng - Gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, sulit atau
gerakan kacau, menyeringai)- Terfokus pada diri sendiri
NOC : Pain Level, Pain control, Comfort level
Kriteria Hasil :Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri,
mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
Tanda vital dalam rentang normal
NIC :PAIN MANAGEMENT Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
mengetahui pengalaman nyeri pasien Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang
ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
menemukan dukungan Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan Kurangi faktor presipitasi nyeri Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non
farmakologi dan inter personal) Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi Ajarkan tentang teknik non farmakologi
- Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu, kerusakan proses berpikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan)
- Tingkah laku distraksi, contoh : jalan-jalan, menemui orang lain dan/atau aktivitas, aktivitas berulang-ulang)
- Respon autonom (seperti diaphoresis, perubahan tekanan darah, perubahan nafas, nadi dan dilatasi pupil)
- Perubahan autonomic dalam tonus otot (mungkin dalam rentang dari lemah ke kaku)
- Tingkah laku ekspresif (contoh : gelisah, merintih, menangis, waspada, iritabel, nafas panjang/berkeluh kesah)
- Perubahan dalam nafsu makan dan minum
Faktor yang berhubungan : Agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis)
Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri Evaluasi keefektifan kontrol nyeri Tingkatkan istirahat Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak berhasil Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri
Analgesic Administration Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan
frekuensi Cek riwayat alergi Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari
analgesik ketika pemberian lebih dari satu Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya
nyeri Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis
optimal Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan
nyeri secara teratur Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek
samping)
3. Nyeri akut b/d cidera fisik akibat pembedahan
Definisi : Sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang muncul secara aktual atau potensial kerusakan jaringan atau menggambarkan adanya kerusakan (Asosiasi Studi Nyeri Internasional): serangan
NOC : Pain Level, Pain control, Comfort level
Kriteria Hasil :Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri,
mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi
II. Pain Management Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
mengetahui pengalaman nyeri pasien
mendadak atau pelan intensitasnya dari ringan sampai berat yang dapat diantisipasi dengan akhir yang dapat diprediksi dan dengan durasi kurang dari 6 bulan.
Batasan karakteristik : - Laporan secara verbal atau non verbal - Fakta dari observasi - Posisi antalgic untuk menghindari nyeri - Gerakan melindungi - Tingkah laku berhati-hati- Muka topeng - Gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, sulit atau
gerakan kacau, menyeringai)- Terfokus pada diri sendiri - Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu,
kerusakan proses berpikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan)
- Tingkah laku distraksi, contoh : jalan-jalan, menemui orang lain dan/atau aktivitas, aktivitas berulang-ulang)
- Respon autonom (seperti diaphoresis, perubahan tekanan darah, perubahan nafas, nadi dan dilatasi pupil)
- Perubahan autonomic dalam tonus otot (mungkin dalam rentang dari lemah ke kaku)
- Tingkah laku ekspresif (contoh : gelisah, merintih, menangis, waspada, iritabel, nafas panjang/berkeluh kesah)
- Perubahan dalam nafsu makan dan minum
Faktor yang berhubungan : Agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis)
untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan
menggunakan manajemen nyeriMampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi
dan tanda nyeri)Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurangTanda vital dalam rentang normal
Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang
ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
menemukan dukungan Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan Kurangi faktor presipitasi nyeri Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non
farmakologi dan inter personal) Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi Ajarkan tentang teknik non farmakologi Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri Evaluasi keefektifan kontrol nyeri Tingkatkan istirahat Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak berhasil Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri
Analgesic Administration Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan
frekuensi Cek riwayat alergi Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari
analgesik ketika pemberian lebih dari satu Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya
nyeri Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis
optimal Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan
nyeri secara teratur Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek
samping)
4. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis,kebutuhan pengobatan b/d keterbatasan kognitif.
Definisi : Tidak adanya atau kurangnya informasi kognitif sehubungan dengan topic spesifik.
Batasan karakteristik : memverbalisasikan adanya masalah, ketidakakuratan mengikuti instruksi, perilaku tidak sesuai.
Faktor yang berhubungan : keterbatasan kognitif, interpretasi terhadap informasi yang salah, kurangnya keinginan untuk mencari informasi, tidak mengetahui sumber-sumber informasi.
NOC : Kowlwdge : disease process Kowledge : health BehaviorKriteria Hasil : Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman
tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan
Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar
Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya
NIC :Teaching : disease Process Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien
tentang proses penyakit yang spesifik Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal
ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat
Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat identifikasi kemungkinan penyebab, dengna cara yang
tepat Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan
cara yang tepat Hindari harapan yang kosong Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan
pasien dengan cara yang tepat Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin
diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit
Diskusikan pilihan terapi atau penanganan Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan
second opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan
Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang tepat
Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada pemberi perawatan kesehatan, dengan cara yang tepat.
5. Resiko Infeksi b/d tindakan invasive Resiko Infeksi b/d tindakan invasive
Definisi : Peningkatan resiko masuknya organisme patogen
Faktor-faktor resiko : - Prosedur Infasif- Ketidakcukupan pengetahuan untuk menghindari
paparan patogen - Trauma - Kerusakan jaringan dan peningkatan paparan
lingkungan - Ruptur membran amnion- Agen farmasi (imunosupresan)- Malnutrisi - Peningkatan paparan lingkungan patogen - Imonusupresi - Ketidakadekuatan imum buatan - Tidak adekuat pertahanan sekunder (penurunan Hb,
Leukopenia, penekanan respon inflamasi)- Tidak adekuat pertahanan tubuh primer (kulit tidak
utuh, trauma jaringan, penurunan kerja silia, cairan tubuh statis, perubahan sekresi pH, perubahan peristaltik)
- Penyakit kronik
NOC : Immune Status Knowledge : Infection control Risk control
Kriteria Hasil : Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi Mendeskripsikan proses penularan penyakit,
factor yang mempengaruhi penularan serta penatalaksanaannya,
Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
Jumlah leukosit dalam batas normal Menunjukkan perilaku hidup sehat
NIC :Infection Control (Kontrol infeksi) Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain Pertahankan teknik isolasi Batasi pengunjung bila perlu Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan
saat berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien
Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan
kperawtan Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing
sesuai dengan petunjuk umum Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi
kandung kencing Tingktkan intake nutrisi Berikan terapi antibiotik bila perlu
Infection Protection (proteksi terhadap infeksi) Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal Monitor hitung granulosit, WBC Monitor kerentanan terhadap infeksi Batasi pengunjung Saring pengunjung terhadap penyakit menular Partahankan teknik aspesis pada pasien yang beresiko Pertahankan teknik isolasi k/p Berikan perawatan kuliat pada area epidema Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap
kemerahan, panas, drainase Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
Dorong masukkan nutrisi yang cukup Dorong masukan cairan Dorong istirahat Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resep Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi Ajarkan cara menghindari infeksi Laporkan kecurigaan infeksi Laporkan kultur positif
6. Cemas b/d perubahan status kesehatan (rencana tindakan operasi )
Definisi : Perasaan gelisah yang tak jelas dari ketidaknyamanan atau ketakutan yang disertai respon autonom (sumner tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu); perasaan keprihatinan disebabkan dari antisipasi terhadap bahaya. Sinyal ini merupakan peringatan adanya ancaman yang akan datang dan memungkinkan individu untuk mengambil langkah untuk menyetujui terhadap tindakanDitandai dengan
Gelisah Insomnia Resah Ketakutan Sedih Fokus pada diri Kekhawatiran Cemas
NOC : Anxiety control Coping Impulse control
Kriteria Hasil : Klien mampu mengidentifikasi dan
mengungkapkan gejala cemas Mengidentifikasi, mengungkapkan dan
menunjukkan tehnik untuk mengontol cemas Vital sign dalam batas normal Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan
tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan
NIC :Anxiety Reduction (penurunan kecemasan) Gunakan pendekatan yang menenangkan Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama
prosedur Pahami prespektif pasien terhdap situasi stres Temani pasien untuk memberikan keamanan dan
mengurangi takut Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan
prognosis Dorong keluarga untuk menemani anak Lakukan back / neck rub Dengarkan dengan penuh perhatian Identifikasi tingkat kecemasan Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan
kecemasan Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi Barikan obat untuk mengurangi kecemasan
III. TINJAUAN KASUS
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
Nama Mahasiswa : Clara Agustina, Muji Ageng S, dan SobihinNIM : N1B 005018, N1B 005030, dan N1B 005016Tempat Praktek : Ruang Edelwais RSU BanyumasTanggal : 16 – 21 April 2007
A. PENGKAJIANTanggal : 16 April 2007Waktu : Pukul 13.00 wib
I. Identitas KlienNama : Tn. KmjUmur : 67 TahunJenis Kelamin : Laki - lakiPendidikan : SDPekerjaan : TaniStatus Perkawinan : KawinAgama : IslamSuku : JawaAlamat : Gerduren 2/4 Purwojati, BanyumasRekam Medis : 387219Tanggal MRS : 13 April 2007Diagnosa Medis : BPH Pre Operasi dan Post OperasiSumber Informasi : Pasien dan keluarga
II. Riwayat KesehatanA. Keluhan utama saat masuk rumah sakit :
Tanggal 16 April 2007 : BAK tidak lancar, sakit saat BAK, sedikit – sedikit.
B. Riwayat Penyakit Sekarang :Sejak 2 minggu yang lalu pasien menyatakan BAK tidak lancar, sakit dan mengejan, kemudian ke dokter umum dirujuk ke dokter bedah dan dianjurkan operasi, kemudian masuk Rumah Sakit Umum Banyumas.
C. Riwayat Penyakit Dahulu :Pasien menyatakan bahwa BAK tidak lancar seperti saat ini sejak ± 6 bulan yang lalu dan sangat mengganggu. Pasien menyatakan sering kumat-kumatan, saat kambuh dibawa ke dokter sembuh kemudian sakit lagi.
D. Riwayat Penyakit Keluarga :Pasien menyatakan tidak ada keluarga yang sakit seperti ini sebelumnya.
III. Pengkajian saat ini (mulai hari pertama saudara merawat klien)A. Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Pengetahuan tentang penyakit/perawatan Pasein menyatakan sakit pada saat BAK sejak ± 6 bulan yang lalu dan sangat mengganggu. Pasien selalu berobat ke dokter saat sakit. Dan sakit ini sering kambuhan.
B. Pola Nutrisi dan MetabolikProgram diit RS : Diit nasi biasa lauk pauk 3 kali sehari, tidak ada pantangan selama ini, minum air putih.
Intake makanan : Pre operasi ( 16 April 2007 ): makan 3 kali sehari, porsi habis, minum air putih ± 5 gelas sehari.
C. Pola EliminasiSebelum operasi :1. Buang air besar : 1 kali/hari, lembek, tidak sembelit.2. Buang air kecil : tidak lancar, nyeri saat BAK, tambah nyeri saat
awal-awal BAK, tidak merasa puas setelah BAK, sejak pagi tadi sudah BAK 6 kali, jumlah sedikit.
Setelah operasi :1. BAB : Belum BAB sejak post operasi 2. BAK : terpasang kateter, dengan irigasi, cairan irigasi guyur, tetesan lancar, warna kuning bercampur darah, tidak ada stonsel
D. Pola Aktifitas dan Latihan (pre operasi)Kemampuan perawatan diri 0 √ 1 2 3 4Makan/minum √Mandi √Toileting √Berpakaian √Mobilitas di tempat tidur √Berpindah √Ambulasi/ROM √
0 : Mandiri1 : Bantuan alat minimal2 : Bantuan manusia minimal3 : Bantuan alat dan manusia4 : Bantuan totalOksigenasi tidak ada. Aktifitas baik, pasien mampu berjalan sendiri, aktifitas tidak ada masalah
E. Pola Persepsi diri(pandangan klien tentang sakitnya, kecemasan, konsep diri).Pasien sudah menyadari sakitnya dan menyatakan pasrah dengan keadaannya, siap menghadapi operasi. Pandangan mata pasin yakin, mantap. Pasien bertanya tentang rencana operasinya, kapan operasinya, persiapannya apa saja. wajah pasien bertanya-tanya, gelisah.
F. Pola Istirahat dan Tidur(lama tidur, gangguan tidur, perasaan saat bangun tidur)Pasien menyatakan tidur cukup, tidur malam 6 – 7 jam, selama di rumah sakit tiduran.
G. Pola Perseptual(penglihatan, pendengaran, pengecap, sensasi)Pendengaran baiok, penglihatan baik, tidak menggunakan kaca mata,
H. Pola Peran dan Hubungan(komunikasi, hubungan dengan orang lain, kemampuan keuangan) :
Pasien senang dan bahagia sebagai kakek melihat cucunya sudah besar-besar, hubungan dengan keluarga baik, pasien ditunggui oleh anak-anaknya dan cucunya, serta istrinya.
I. Pola Reproduksi dan Sexualitas(fertilitas, libido, menstruasi, kontrasepsi, dll)Pasien mempunyai seorang istri, 6 orang anak dan 7 orang cucu.
J. Pola Pertahanan diri/Koping-stres(perubahan terbesar dalam hidup pada akhir-akhir ini) :Pasien hanya pasrah kepada Tuhan dengan kondisinya.
K. Pola Keyakinan dan Nilai(pandangan klien tentang agama, kegiatan keagamaan, dll)Pasien beragama Islam dan taat beribadah, pasien menyatakan tidak ada kendala dalam beribadah selama sakit.
IV. Pemeriksaan Fisik(chepalocaudal)Keluhan yang dirasakan saat ini : Bak tidak lancar dan sakit,
Keadaan Umum : BaikKesadaran : Compos mentisTanda Vital : T : 130/80 mmHG N : 82 X/Mnt R : 18 X/mnt S : 37 ° C1. Kepala : mesocepal
Rambut : bersih, pendek, berubanMata : tidak memakai kaca mata, sklera tak ikterik, konjungtiva tak
anemis.Mulut : bersih, mukosa bibir kemerahanHidung : bersih, tidak beringusTelinga : bersih, tidak ada kotoran.
2. Leher : tidak ada pembesaran tiroid.3. Thorak : dada simetris, tidak ada jejas.
Paru : suara paru vesikuler, ronchi ( - )Jantung : suara jantung reguler, mur-mur ( - ).
4. Abdomen : 16 April 2007 : turgor baik, bunyi usus (+)
5. Inguinal : tak terkaji6. Ekstremitas (termasuk keadaan kulit, kekuatan):
Kekuatan ekstremitas kuat, skala kekuatan 5, pergerakan ROM baik, penuh.
V. Pemeriksaan PenunjangRadiologi : Cystografi : Dinding vesica urinaria sebagian tampak ireguler, tampak indentasi bulat batas tegas, Batu (-), Kesan : Cystitis dengan prostat hipertropi.
Thorak : Pulmo normal, Cor normal.
EKG : Normal Sinus Rate, dengan HR : 67 X / menit.
Laboratorium
NO Tanggal Pemeriksaan Hasil
1. 13/4/07 HemoglobinGolongan darah
LeukositTrombosit
GDSProt. TotalAlbuminGlobulinCT/BTUreum
CreatininNatriumKaliumClorida
13,4O
8.700210.000
1557,63,54,1
5’ / 2’180,81403,7106
VI. Program Therapi
NO Tanggal Therapi Dosis
16/4/07 - Siapkan informed consent
- Puasakan 8 jam pre op- Siapkan darah 2 kalf
VII. Lain – Lain :
B. ANALISA DATA
No Tanggal Data Masalah Etiologi
1.
2.
16/4/07
16/4/07
DS : pasien menyatakan BAk tidak lancar, nyeri saat BAK, lebih nyeri saat awal BAK, Bak sedikit – sedikit, menetes pada akhir BAK, tidak merasa puas setiap kali BAK, sejak pagi sampai sekarang sedah 6 kali BAK, dialami sejak 6 bulan yang lalu, kumat-kumatan.
DO : Kandung kemih tidak teraba penuh/tegang, cistogravi : Cystografi : Dinding vesica urinaria sebagian tampak ireguler, tampak indentasi bulat batas tegas, Batu (-), Kesan : Cystitis dengan prostat hipertropi.
DS : Pasien bertanya tentang rencana operasinya, kapan operasinya, persiapannya apa saja.
DO : wajah pasien bertanya-tanya, gelisah.
Retensi urin
Kurang pengetahuan, tentang penyakit, proses penyakit, prosedur tindakan operasi dan perawatannya
Tekanan uretral karena pembesaran prostat
Kurangnya paparan informasi
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pre Operasi
1. Retensi urin berhubungan dengan Tekanan uretral karena pembesaran prostat
2. Kurang pengetahuan, tentang penyakit, proses penyakit, prosedur tindakan
operasi dan perawatannya berhubungan dengan kurangnya paparan informasi
Post Operasi
3. Nyeri akut berhubungan dengan Prosedur agen injuri agen pembedahan
( operasi ).
4. Kerusakan mobilitas berhubungan dengan Terapi pembatasan gerak,
perawatan post anestesi lokal.
5. PK : Perdarahan
D. NURSING CARE PLAN
NoNo
diagnosaTujuan dan criteria Hasil Intervensi
1. 1. Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 X 24 jam klien mennunjukan :
- Kontrol eliminasi urin- Urinari elimination
Dengan kriteria :- Mampu memprediksi pengeluaran urin- Mengeluarkan urin secara sempurna dan teratur
» Urinari retention care1. Monitor pola eliminasi urin, frekuensi, warna urin dan hambatan
dalam eliminasi.2. monitor tanda dan gejala3. Ajarkan kepada pasien tentang tanda dan gejala retensi urin4. Ajarkan klien unutk minum 8 gelas / hari5. Bantu pasien BAK secara rutin6. Ajarkan teknik nafas dalam apabila nyeri saat BAK.
2. 2. Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 X 24 jam Pasien menunjukan :
- Pengetahuan : proses penyakit- Pengetahuan : perawatan, program operasi dan
prosedur operasi
Dengan kriteria :- Pasein dan keluarga menyatakan pemahaman
tentang penyakit- Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman
tentang perawatan dan pengobatan penyakit
» Pembelajaran : proses penyakit, prosedur tindakan operasi, program perawatan dan pengobatan
1. Jelaskan tentang penyakit dan proses penyakit ysang diderita pasien kepada pasien dan keluarga
2. Jelaskan tentang program pengobatan, prosedur operasai yang akan dilaksanakan kepada pasien dan keluarga
3. Persiapkan fisik dan mental pasien untuk tindakan operasi4. Evaluasi persiapan operasi sebelum masuk kamar operasi
E. IMPLEMENTASI
TGL/JAM
NO
DPImplementasi Evaluasi Paraf
16/4/0713.3014.00
14.00
14.00
17.00
1.1. Mengkaji pola eliminasi BAK pasien2. Mengukur vital sign : temperatur,
tekanan darah, nadi, dan respirasi3. Menganjurkan untuk minum hangat
dan minum banyak (2 liter / hari atau 8 gelas/hari)4. Menganjurkan unutk BAK sebelum
meras penuh pada kandung kemih dengan cara di bawa ke kamar mandi dan ujung-ujung kaki disiram dengan air dingin
5. Memonitor pola BAK, jumlah dan frekuensinya
Pukul 17.30S : Pasein menyatakan BAK 5 X hari ini sejak tadi pagi
samapai sore ini, sedikit-sedikit dan nyeri saat mengejan.
O : Pasien BAK darah (-), jumlah ± 200 ml setiap kali BAK, pasien minum 4-5 gelas sampai sore ini, suhu 36,2 ‘C, nadi : 80 x/mnt, nadi kuat dan regelur, T : 130/80 mmHg, R : 18 x/mnt, dalam dan teratur.
A : Masalah retensi urine belum teratasiP : Lanjutkan rencana perawatan selanjutnya
17/4/0713.3013.3013.4513.4517.00
17.30
1.1. Mengkaji keluhan pasien, keadaan
umum pasien.2. Memonitor vital sign3. Menghitung output urin pasien4. mengkaji pola BAK pasien5. Memberikan terapi oral Ciprofloxasin
500 mg dan asam mefenamat 1 tablet6. Mengevaluasi keadaan pasien
Pukul 17.45S : Pasien menyatakan hari ini BAK 6 kali, sedikit sedikit, nyeri
saat BAK masih, mengejan.O : Urin jumlah ± 1200 ml/hari, pasien minum 6-7 gelas, suhu
35,8 ‘C, nadi 68 x/mnt, T : 120/70 mmHg, R : 16 x/mnt. Obat oral diminum. Program terapi : Pro open prostatektomi besok.
A : Masalah retensi urin belum teratasiP : Lanjutkan : - Persiapkan perawatan post operatif
18/4/0713.30
1.1. Menjemput pasien dari kamar operasi2. Memindah pasien dari brankart ke tempat tidur dengan
hati-hati3. Mengatur posisi pasein yang nyaman, telentang tanpa
Pukul 13.45S : Pasien menyatakan nyeri pada perut bawah, pada luka
operasi, bertambah nyeri saat bergerak dan batuk, skala nyeri 8.
Pasien mngeluh lemes, lemah, pasien tiduran di tempat
13.45bantal
4. Mengaturv tetesan infus, letak kateter dan irigasi kateter, serta drain luka.
5. Mengkaji keadaan umum pasien
tidur miring ke kanan.
O : Nyeri tekan sekitar luka operasi, gerakan menghindari pemeriksaan daerah nyeri, pergerakan hati-hati saat terhadap nyeri saat tiduran
Pasien terlihat lemah, tiduran di tempat tidur, program bedrest 24 jam post op.
Terpasang kateter dengan irigasi, cairan irigasi lancar, warna kekuningan bercampur darah, stolsel (-), terdapat luka operasi di bawah pusar diatas simpisis pubis, terbalut sepanjang 20 cm, balutan bersih terdapat drain luka, cairan ± 50 ml, kemerahan, stolsel (-). Terdapat luka operasi prostatektomi
A : Masalah retensi urin teratasi Masalah keperawatan baru :
3. Nyeri akut berhubungan agen injuri (prosedur pembedahan proatatektomi)
4. Defisit self care behubungan dengan kelemaham umum pasien
5. PK : Peradarahan
P : 1. Diagnosa perawatan 3 :NOC :Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 X 24 jam pasien menunjukan :
- Kontrol nyeri- Keadaan nyaman
Dengan kriteria :- Pasien mampu mengontrol nyeri (mengetahui
penyebab, mampu menggunakan teknik nonfarmakologi
unutk mengurangi nyeri)- Pasien menyatakan rasa nyaman setelah nyeri
berkurangNIC :» Manajemen nyeri
1. Kaji keluhan nyeri, skala, dan karakteristik nyeri2. Monitor vital sign setiap 8 jam3. jelaskan tentang nyeri, penyebab, dan proses nyeri.4. Ajarkan teknik mengurangi nyeri dengan nafas dalam
dan batuk efektif.
» Manajemen analgetik1. Kolaborasikan dengan dokter tentang pemberian
analgetik2. Berikan injeksi remopain 3 X 1 ampul ( 14, 22, 05 )3. Berikan analgetik tepat waktu secara intravena4. Jelaskan tentang prosediur pemberian terapi analgetik
2. Masalah keperawatan 4 :NOC :Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 X 24 jam Pasien menunjukan :
- Toleransi aktifitas- Self care : ADL
Dengan kriteria :- Pasien mampu beraktifitas secara mandiri dengan
bantuan minimal- Pasien mampu dudk dan pergerakan nyaman
NIC :» Terapi aktifitas
1. Pindahkan pasien dengan hati-hati dari brankart ke tempat tidur
2. Atur posisi yang nyaman, telentang dengan satu bantal3. Jelaskan tentang perawatan bedrest total untuk 24 jam
peratama.4. Jaga kebersihan alat linen dan hindari lipatan linen di
bawah badan pasien.» Bantuan perawatan diri (self care assintance)
1. Libatkan keluarga dalam perawatan diri pasien
2. Bantu pasien berpakaian, makan, minum, dan personal hygiene
3. Anjurkan keluarga untuk membantu pasien.
3. Masalag keperawtan 4 : PK : PerdarahanNOC :Setelah dilakukan tindakan keperawatan 5 X 24 jam pasien menunjukan :
- Kontrol perdarahan
Dengan kriteria :- Pasien terbebas dari tanda dan gejala perdarahan.
NIC :» Kontrol perdarahan
1. Kaji keadaan ;luka operasi setiap pergantian shif dan bila perlu
2. jaga posisi kateter dan drain luka tetap aman dan bersih3. Monitor vital sign setiap pergantian shif4. Jelaskan tentang tanda dan gejala perdarahan5. Kolaborasikan untuk pemberian diit tinggi kalori tinggi
protein setelah pasien sadar penuh.6. Monitor laboratorium darah rutin ( hemoglobin) post
operasi.7. monitor tanda dan gejala perdarahan8. Monitor balutan luka, kateter, dan drain lluka operasi9. Berikan terapi :- Injeksi Cefotaxim 2 X 1 gram ( 16. 04 )- Injeksi Kalnek 3 X 1 amp ( 16. 00. 08 )
- Jaga kebersihan kateter
16/4/0713.30
14.30
15.0015.00
15.30
2.1. Menjelaskan tentang rencana prosedur operasi2. Menjelaskan tentang persiapan operasi
- Puasa mulai jam 21.00 nanti malam, boleh minum air putih sampai 4 jam sebelum operasi
- Menganjurkan persiapan transfusi- Melaksanakan kolaborasi dengan dokter anestesi
3. Melakukan tindakan skeren4. Menjelaskan tentang tujuan operasi dan minta inform
consent dari pasien dan keluarga5. Memberikan baju operrasi unutk dipakai besok6. Melaksanakan lavement letak rendah.7. menjelasakan ggambaran proses operasi dan perawatan
setelah operasi8. menjelaskan kepada keluarga untuk mencari darah ke PMI
atau usaha keluarganya untuk donor untuk persiapan operasi dan menjelaskan pentingnya transfusi darah
9. Menyediakan blanko transfusi darah dan mengambil darah sampel pasien.
S : Pasien dan keluarga menyatakan paham dan mengerti tentang penyakitnya dan program operasi yang akan dilakukan besok. Pasien dan keluarga menyatakan paham dengan rencana operasi, persiapan sebelum operasi dan rencana perawatannya. Pasien menyatakan siap untuk tindakan operasi.
O : - Keluarga sedang usaha darah transfusi- Skeren sudah terlaksana, rambut bersih.- Baju operasi sudah di pasien- Lavemen sudah dilaksanakan, BAB sedikit, lunak.- Inform consent sudah ditrandatangani- dokter anaestesi dan ahli penyakit dalam sudah visite dan
ACC untuk operasi bila darah siap.A : Masalah kurang pengetahuan teratasi sebagianP : Lanjutkan sampai dengan operasi terlaksanan.
17/4/0713.25
15.30
17.00
17.15
17.30
21. Menjelaskan kepada pasein dan keluarga pasien tentang
mengapa operasi ditunda tidak hari ini, tetapi besok2. Mengkaji ulang persiapan operasi untuk besok, inform
consent dll.3. Memberikan terapi oral : asam mefenamat 1 tablet,
Ciprofloksasin 1 tablet.4. Melaksanakan kolaborasi dengan dokter penyakit dalam
untuk persiapan operasi dan analisa EKG5. Memonitor vital sign.
S : Pasien dan keluarga menyatakan mengerti dam memahami mengapa operasi ditunda hari ini.O : - persiapan operasi siap- darah sudah dapat II kalp- obat oral masuk- T : 130/70, N : 72 x /mnt, R : 20 x mnt, S : 35, 8 A : Masalah kurang pengetahuan teratasiP : Lanjutkan bila diperlukan.
Paraf
18/4/0713.30
13.4514.1515.45
3.1. Mengkaji keluhan pasien tentang nyeri, skala nyeri, dan
karakteristik nyeri.2. Memonitor vital vital sign3. Memberikan injeksi remopain 1 amp4. menjelaskan tentang program pemberian diit post operasi,
dan memberikan diit cair bertahap dan hati-hati untuk mengurangi nyeri.
S : Pasien mengeluh nyeri pada luka operasi, bertambah untuk gerak dan apabila batuk, skala nyeri 8.O : Suhu 36,2 C, N : 90 X/mnt, T : 140/90 mmHG, R : 20 x/mnt, Injeksi remopain 1 amp masuk intravena, Pasein makan diit cair habis separo.A : Masalah nyeri akut belum teratasiP : Lanjutkan
19/4/0713.3014.00
16.00
3.1. Melakuakan evaluasi kepada pasien tentang
keluhan nyeri2. Melatih klien duduk dengan hati-hati agar tidak
menambah nyeri3. Memberikan terapi injeksi remopain 1 amp
intravena4. menganjurkan untuk mengurangi rangsangan
batuk.
S : Pasien menyatakan nyeri berkurang, hanya terasa nyeri terbatuk, skala nyeri 5O : pasien sudah bisa duduk tanpa sandaran, injeksi re,opain 1 amp masuk intravena, batuk jarangA : Masalah nyeri teratasi sebagianP : Lanjutkan
20/4/0713.3016.0017.0017.1517.30
31. Mengkaji keluhan nyeri2. Memberikan injeksi Remopain 1 ampul intravena3. Mengukur vital sign4. Membnatu pasien duduk dengan hati-hati5. Melakukan evaluasi tentang nyeri
S : Pasien enyatakan keluhan nyeri berkurang, skala nyeri 3.O : Pasien duduk tanpa bantuan, gerakan bebas. Injkesi Remopain 1 ampul masuk intra vena. Ekspresi wajah ceria, bercanda dengan pasien sekitar.A : Masalah nyeri teratasi sebagianP : lanjutkan. Delegasikan kepada perawat ruangan
18/4/0713.00
14.15
4.1. Menjemput pasien dari kamar operasi2. Memindah pasien dari brankart ke tempat tidur
dengan hati-hati3. Mengatur posisi pasein yang nyaman, telentang
tanpa bantal4. Mengaturv tetesan infus, letak kateter dan
irigasi kateter, serta drain luka.5. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga
S : Pasien menyetakan sakit saat dipindah dan bergerak. Pasien mengerti penjelasan perawat untuk bedrest total selama 24 jam.O : Klien tiduran telentang di tempat tidur- Infus RL 20 Tetes/ menit lancar- Irigasi kateter lancar dengan guyur NaCL 0,9 %.- Alat linen bersih dan rapih- Klien tidur lelapA : Masalah kerusakan mobilitas teratasi sebagian
15.45
tentang perawatan post operasi, yaitu bedrest total unutk 24 jam pertama setelah operasi, belum boleh duduk atau miring.
6. Menjaga kebersihan dan kepatenan alat linen7. Menjelaskan tentang perawatan post operasi :
mobilisasi bertahap, makanan bertahap apabila sudah sadar penuh boleh makan dan minum.
P : Lanjutkan
19/4/0713.45
14.30
17.30
4.1. Melatih pasien untuk duduk dan bersandar pada bantal2. Menganjurkan pasien unutk latihan duduk dan makan
minum sendiri.3. Menjelaskan kepada keluarga untuk membantu pasien
dalam kebutuhan sehari-hari, makan, mandi, minum, berpakaian.
4. Mengkaji keadaan umum pasien
S : Pasien menyatakan sudah bisa duduk, O : Pasien terlihat sedang duduk, ditunngguin oleh keluarga, wajah ceria.A : masalah defisit perawatan diri teratasiP : Pertahankan
18/4/0713.30
16.00
16.10
16.30
17.00
5.1. Mengkaji luka operasi dan mengatur posisi kateter dan
drain luka operasi yang aman.2. Mengatur tetesan infus RL 20 tetes/mnt dan tetesan irigasi
dengan guyr NaCL 0,9 %.3. Memberikan Terapi dokter : Injeksi Cefotaxim 1 gram skin
test negatif Memberikan injeksi Kalnek 1 ampul,. Masuk intravena selang infus.
4. Menganjurkan keluarga untuk membantu menjaga kebersihan personal dan tempat tidur
5. Mengambil darah untuk pemeriksaan hemoglobin sebanyak 1 cc dan mengantar ke laboratorium
6. Memonitor tanda-tanda perdarahan pada drain dan kateter7. Memonitor tanda vital8. Menganjurkan minum banyak
S : -O : Balutan luka bersih dengan hipavik, tak ada rembesan, drain luka tidak produktif, irigasi lancar, drain kemerahan, stonsel (-). Injeksi Cefotaxim masuk intravena selang infus. Infus RL 20 tetes/mnt. Hasil hemoglobin 11,0 dan leukosit 9.200. S : 36,2. N : 88 x/mnt. R : 18x/mnt T : 130/90 mmHg.Terapi dokter post operasi :- Monitor keadaan umum- Infus RL : D5 % 2 : 2 20 tts/mnt- Injeksi Cefotaxim 2 X 1 gram- Injeksi Remopain 3 X 1 ampul- Irigasi guyur- Traksi kateter 24 jamA : PK : perdarahan teratasi sebagianP : Lanjutkan
19/4/07 5 S : Pasien merasa nyaman dan tidak ada keluhan panas.
13.30
14.0015.4516.00
1. Memonitor keadaan balutan luka, drain dan kateter. Mengkaji etesan infus dan irigasi kateter.
2. Melepas traksi kateter3. Mengukur vital sign 4. Memonitor tanda-tanda perdarahan pada drain dan kateter5. Memberikan terapi dokter Injeksi Cefotaxim 1 gram
intravena selang infus6. Memberikan injeksi Kalnek 1 ampul7. Menganjurkan minum banyak8. Mengganti alat linen yang kotot
O : Luka operasi balutan dengan hipavik bersih, tidak ada rembesan, Linen bersih. Cateter dan irigasi lancar, warna kuning kemerahan, perdarahan tidak ada. Injeksi Cefotaxim masuk intravena selang infus. S : 36,2 N : 86x/mnt T : 130/70 mmHg R : 18 X/mnt.A : Maslaah PK : Peradarahan teratasi sebagianP : lanjutkan
20/4/07 5 1. Mengkaji keadaan luka operasi, drain luka dan irigasi kateter.
2. Mengganti infus D5 % 20 tetes /menit3. Mengganti cairan infus irigasi dengan 40 tetes/menit4. Memberikan diit nasi lunak tinggi kalori tinggi protein5. Memonitor tanda vital6. Memonitor tanda-tanda perdarahan pada drain dan
kateter7. Memberikan injeksi Kalnek 1 ampul Memberikan terapi
dokter injeksi Cefotaxim 1 gram intravena selang infus8. Menganjurkan minum banyak
S : -O : Luka operasi balutan bersih, tidak ada rembesan, Infus D5 % 20 ttts/mnt lancar, tidak ada plebitis. Irigasi lancar, jernih, tidak ada perdarahan. Injeksi masuk intravena, diit lunak TKTP habis.A : Masalah PK : Peradarahan teratasi sebgainP : Lanjutkan dan delegasikan kepada perawat ruangan.
F. EVALUASI
TGL/JAMNODP
Evaluasi Paraf
18/4/0717.30
1. S : -O : Pasien terpasang kateter, irigasi lancar, jernih kekuningan, kandung kemih tidak tegang, A : Masalah retensi urin teratasiP : pertahankan
18/4/0717.30
2. S : Pasien dan keluarga mengerti dan paham tentang penyakit serta perawatan dan tindakan operasi yang dilakuan. O : Persiapan operasi siap, pasien selesai operasi tanpa masalah, pasien tidur di tempat tidur setelah operasi.A : Masalah kurang pengetahuan teratasiP : Pertahankan
20/4/0717.30
3. S : Pasien mengaku keluhan nyeri berkurang, sakala nyeri : 3, merasa nyaman , semalam tidur bisa lelapO : Pasien duduk tanpa bantuan, pergerakan bebas, ekspresi wajah ceria, berbincang-bincang dengan keluarga. Injeksi remopain masuk intravena.A : Masalah nyeri teratasi sebagianP : lanjutkan dan delegasikan kepada perawat ruangan
19/4/0717.30
4. S : Pasien menyatakan bisa tidur, dan sudah bisa duduk tanpa bantuan, pasien mengerti tentang program pengobatan bedrest 24 jam.O : Pasien duduk tanpa bantuan, pergerakan bebas.A : masalah Kerusakan mobilitas treratasiP : Pertahankan jika diperlukan
20/4/0717.30
5. S : -O : Luka operasi balutan bersih, tidak ada rembesan, Infus D5 % 20 ttts/mnt lancar, tidak ada plebitis. Irigasi lancar, jernih, tidak ada perdarahan. Injeksi masuk intravena, diit lunak TKTP habis. tidak ada tanda-tanda perdarahanA : Maslaah PK : Peradarahan teratasi sebagianP : Lanjutkan dan delegasikan kepada perawat ruangan.
IV. PEMBAHASAN
Dalam konsep teori pada pasien dengan BPH kemungkinan masalah
keperawatan yang muncul adalah :
1. Pre operasi
a. Retensi urin
b. Nyeri kronis
c. Cemas
2. Post operasi
d. Nyeri akut
e. Kurang pengetahuan
f. Risiko infeksi
Sedangkan pada kasus pasien dengan BPH yang diambil pada Tn. K masalah
keperawatan yang muncul adalah :
1. Retensi urin berhubungan dengan Tekanan uretral karena
pembesaran prostat
2. Kurang pengetahuan, tentang penyakit, proses penyakit,
prosedur tindakan operasi dan perawatannya berhubungan dengan kurangnya
paparan informasi
3. Nyeri akut berhubungan dengan Prosedur agen injuri agen
pembedahan ( operasi ).
4. Kerusakan mobilitas berhubungan dengan Terapi pembatasan
gerak, perawatan post anestesi lokal.
5. Risiko infeksi dengan faktor risiko Prosedur invasif (tindakan
operasi).
6. PK : Perdarahan
Terdapat perbedaan dalam masalah keperawatan yang muncul pada kasus
dengan konsep teori yang ada yaitu :
1. Nyeri kronis.
Nyeri kronis dalam teori muncul karena bahwa pada pasien dengan BPH akan
menimbulkan gejala retensi urin yang disertai dengan nyeri saat berkemih, dan
disebutkan bahwa BPH merupakan salah satu penyakit yang disebabkan oleh faktor
usia, yaitu bertambahnya usia semakin risiko terkena BPH dan perkembangan
penyakit sejalan dengan perkembangan usia, sehingga perjalanan waktu berjalan
lama dan biasanya bertahap dari gejala ringan sampai berat dalam waktu yang lama.
sehingga keluhan nyeri akan diorasakan lama dan kambuh-kambuhan. Namun dalam
kasus Tn. K bukan menjadi masalah karena pada saat ditanyakan kepada pasien saat
di rumah sakit sebelum operasi sedang tidak merasakan nyeri dan tidak merasa ada
masalah nyeri. Sehingga masalah nyeri kronis tidak dirasakan dan tidak muncul pada
kasus Tn. K.
2. Cemas
Masalah keperawatan cemas pada kasus BPH muncul karena adanya rencana
operasai, dimana hal ini dipengaruhi oleh pengalaman tindakan bedah sebelumnya,
paparan informasi yang didapat. Kecemasan ini terkait dengan ketakutan kematian,
ketakutan kegagalan operasi. Pada kasus Tn. K masalah keperawatan cemas tidak
muncul karena pada saat pasien ditanya pasien sudah merasa jenuh dengan keluhan
sulit kencingnya dan pasien sudah merasa siap untuk operasi karena sudah
diberitahukan akan operasai oleh dokter, serta pasien pasrah kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
3. Defisist self care
Masalah keperawatan defisit self care dalam konsep belum disebutkan, karena
keterbatasan penulis dalam nara sumber. Bisa juga karena dalam kasus BPH tidak
terlihat prioritasnya terkait dengan defisit self care. Pada kasus Tn K muncul
masalah keperawatan defisit self care karena anestesi pada tindakan operasi Tn. K
menggunakan lumbal anestesi yang mengharuskan pasien imobilisai selama 24 jam.
Hal ini untuk menjaga komplikasi terkait dengan tekanan cairan lumbal ataupun
adanya kerusakan pada luka bekas tusukan jaruim anestesi yang bisa menyebabkan
bocornya cairan lumbal yang akan sangat membahayakan pasien. Untuk itu masalah
defisit self care perrlu diangkat agar masalah imobilisasi ini pasien dapat terpenuhi
perawatan diri pasien oleh keluarga.
4. PK : Perdarahan
Dalam konsep teori tidak dimunculkan adanya masalah PK : Perdarahan karena
bahwa ada bermacam-macam teknik operasi yang masih memungkinkan minimalnya
risiko perdarahan yaitu dengan Trans Uretral Reseksi Prostat yang tidak perlu
tindakan insisi dan berdasarkan konsep hal ini lebih banyak dilakukan, dengan tidak
perlunya tindakan insisi maka masalah PK : Perdarahan sangat mungkin tidak
muncul. Pada kasus Tn. K masalah PK : Perdarahan muncul karena tindakan
prostatektomi yang dilakukan adalah dengan metode apembedahan dengan insisi dan
pengangkatan prostat dan pembedahan vesica urinaria yang akan sangat
memungkinkan terjadinya perdarahan karena adanya insisi jaringan.
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
1. BPH merupakan masalah kesehatan yang lebih sering terjadi
pada usia lanjut, dan berlangsung lama seiring dengan pertambahan usia.
2. Teknik pembedahan BPH bermacam-macan dan pilihan terapi
disesuaikan dengan keadaan pasien.
3. Setiap pasien akan mengalami masalah keperawatan yang
berbeda meskipun dengan penyakit dan program pengobatan yang sama, hal
ini dipengaruhi salah satunya oleh, pengalaman individu dalam hal tersebut,
kematangan kedewasaan pasien, paparan informasi yang benar, koping dan
ketahanan poasien terhadap suatu masalah.
4. Apapun masalah yang muncul pada pasien maka wajib bagi kita
untuk membantu dan menyelesaikan maslaah tersebut.
5. Asuhan keperawatan meliputi pengkajian, perencanaan, analisa
data, diagnosa keperawatan, tindakan keperawatan dan evaluasi merupakan
langkah dalam asuhan keperawatan
6. Pasien perlu mendapatkan asuhan keperawatan yang
komprehensif dan profesional karena masalah keperawatan yang dialami oleh
pasien juga sangatlah komplek dan berbeda-beda untuk setiap individu.
B. Saran
1. Perawat senantiasa meningkatkan keilmuan dan ketrampilan
dalam pemberian asuhan keperawatan.
2. Perlu adanya kerjasama yang baik dengan tenaga akesehatan
yang lain.
3. Perawat harus berusaha mengkaji segala aspek dan masalah
yang ada pada pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Linda Jual. (1995). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan (terjemahan). PT EGC. Jakarta.
Doenges, et al. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan (terjemahan). PT EGC. Jakarta.
Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume I (terjemahan). PT EGC. Jakarta.
Hardjowidjoto S. (1999).Benigna Prostat Hiperplasia. Airlangga University Press. Surabaya
Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Volume I. (terjemahan).Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran. Bandung.
Soeparman. (1990). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. FKUI. Jakarta.
Guyton, Arthur C, Fisiologi manusia dan mekanisme penyakit, EGC Penerbit buku kedokteran, Jakarta, 1987.
Johnson., Mass. 1997. Nursing Outcomes Classification, Availabel on: www.Minurse.com, 14 Mei 2004
McCloskey, Joanne C,. Bulecheck, Gloria M. 1996. Nursing Intervention Classsification (NIC). Mosby, St. Louise.
NANDA, 2002. Nursing Diagnosis : Definition and Classification (2001-2002), Philadelphia.