lp de quervain

30
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN DE QUERVAIN SYNDROME DI POLI ORTHOPEDI RSUD Dr. SOEBANDI JEMBER disusun untuk memenuhi tugas program pendidikan profesi ners (P3N) Stase Keperawatan Medikal Bedah oleh Muhammad Rofiq, S.Kep NIM. 102311101085

Upload: roviq-si-pengky

Post on 05-Sep-2015

314 views

Category:

Documents


27 download

DESCRIPTION

nursing is art

TRANSCRIPT

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN DE QUERVAIN SYNDROME DI POLI ORTHOPEDI RSUD Dr. SOEBANDI JEMBER

disusun untuk memenuhi tugas program pendidikan profesi ners (P3N)Stase Keperawatan Medikal Bedah

olehMuhammad Rofiq, S.KepNIM. 102311101085

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERSPROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANUNIVERSITAS JEMBER2015LAPORAN PENDAHULUANKLIEN DENGAN DE QUERVAIN SYNDROMEOleh : Muhammad Rofiq, S.Kep

1. General ConsiderationSecara anatomis regio pergelangan tangan, tangan dan jari-jari merupakan sendi yang sangat kompleks yaitu sebagai organ komunikator, sensor maupun motor, yang mempunyai ROM bervariasi, memiliki fungsi sebagai motorik kasar dan motorik halus dan sangat besar fungsinya dalam kehidupan sehari hari. Ibu jari tangan mempunyai peranan yang sangat penting dalam menjalankan aktifitas sehari-hari. Apabila ibu jari tangan terganggu, maka gerak dan fungsi tangan juga akan mengalami gangguan dan akan menghambat aktifitas yang melibatkan fungsi tangan. Gangguan pada ibu jari yang sering terjadi yaitu nyeri yang disebabkan oleh faktor mekanis, trauma dan inflamasi pada struktur jaringan di sekitar pergelangan tangan. Salah satu penyebab nyeri pada ibu jari tangan adalah timbulnya inflamasi akut pada daerah synovial sheet sehingga ibu jari terasa nyeri bila digerakkan kearah fleksi dan oposisi. Kondisi tersebut dikenal dengan de quervain syndrome (Low John dan Ann reed, 2000).

De Quervain disease merupakan bagian dari tenosinovitis yakni peradangan pada tendon yang disertai dengan peradangan pada selubung pelindung disekeliling tendon. Secara umum tendon merupakan jaringan fibrosa yang kuat, yang menghubungkan otot dengan tulang. Selubung tendon membungkus beberapa tendon. Pada De Quervain disease yang terjadi adalah tenosinovitis kronik sarung tendon muskulus abduktor polikis longus dan tendon muskulus ekstensor polikis brevis setinggi radius distal.De Quervain Syndrome merupakan problem nyeri yang dihasilkan oleh adanya peradangan tendon pada daerah pergelangan tangan tepatnya pada daerah ibu jari (Ilyass, 2008)

2. Anatomi dan FisiologiTendon adalah penghubung antara tulang dan otot. Tendon ada yang dibungkus dengan pembungkus tendon (tendon sheath), ada pula yang tidak dan langsung melekat pada tulang. Pergelangan tangan bagian dorsal yang terdiri dari otot-otot ekstensor dibungkus oleh sebuah retinakulum ekstensor yang berjalan melalui tulang-tulang karpal. Retinakulum ini terdiri dari jaringan fibrosa. Bagian medial dari retinakulum ini melekat pada os pisiform dan os hamate sementara bagian lateralnya melekat pada bagian distal dari os radius. Ada enam kompartemen jaringan fibrosa yang melalui otot-otot ekstensor ini. Kompartemen ini dipisahkan satu sama lain oleh jaringan fibrosa. Setiap kompartemen dibungkus oleh tendon sheath yang berisi cairan sinovial dan semuanya dibungkus oleh retinakulum tadi.

Struktur kompartemen dari radial ke ulnar adalah kompartemen pertama yang terdiri dari tendon otot ekstensor polisis brevis dan tendon otot abduktor polisis longus, kompartemen kedua yang terdiri dari tendon otot ekstensor karpi radialis brevis dan tendon otot ekstensor karpi radialis longus, kompartemen ketiga yaitu tendon otot ekstensor polisis longus, kompartemen keempat yaitu tendon otot ekstensor digitorum dan otot ekstensor indicis, kompartemen kelima adalah tendon otot ekstensor digiti minimi, dan kompartemen keenam adalah tendon otot ekstensor karpi ulnaris. De Quervains syndrome adalah stenosis pada tendon sheath kompartemen dorsal pertama pergelangan tangan. Kompartemen ini terdiri dari tendon otot abduktor polisis longus dan otot ekstensor polisis brevis.

Tendon pada otot ekstensor polisis brevis berfungsi pada pergerakan ekstensi polluks, sedangkan tendon pada otot abduktor polisis longus berfungsi sebagai pergerakan abduksi pada polluks. Di antara kedua tendon ini berjalan cabang dari nervus radialis sebagai sensoriknya sehingga jika terjadi stenosis pada kompartemen ini akan merangsang terjadinya nyeri oleh iritasi pada nervus radialis.De quervain syndrome mempengaruhi dua tendon yaitu abductor pollicis longus dan extensor pollicis brevis, tendon ini berfungsi untuk menghubungkan otot ke tulang. Dalam perjalannya ke ibu jari, tendon abductor pollicis longus dan extensor pollicis brevis berjalan beriringan ke sisi tepi pergelangan tangan, kemudian melalui suatu terowongan (tunnel) di ujung tulang radius bagian bawah. Terowongan ini membantu tendon-tendon tersebut tetap selalu pada tempatnya. Terowongan ini merupakan saluran terselubung yang licin yang dinamakan tenosynovium yang mengarahkan kedua tendon untuk menggerakkan ibu jari dengan mudah. Bila terowongan ini mengalami peradangan maka gerakan tendon yang berada pada terowongan menjadi terhambat atau seret (satyanegara, 1978).

3. Etiologi1. Penggunaan sendi yang berlebihan atau overuse (terutama pada ibu jari). Gangguan ini biasanya terjadi setelah menggunakan pergelangan tangan berulang-ulang. Gejala utama adalah rasa nyeri pada samping ibu jari pada pergelangan tangan dan dasar ibu jari, saat menggenggam atau melakukan apapun dengan pergelangan tangan. Gerakan yang berulang-ulang pada tangan dan pergelangan tangan seperti menggenggam, mencubit/ menjepit, menekan dan memeras sehingga terjadi iritasi pada proccesus styloideus yang menyebabkan peradangan tenosynovitis. Peradangan ini bisa menyebabkan pembengkakan yang mengakibatkan gerakan tendon pada terowongan ini menjadi terhambat.2. Luka langsung pada pergelangan tangan atau tendon. Bekas luka menimbulkan bekas yang dapat membatasi pergerakan tendon. Terjadinya inflamasi sehingga terjadi stenosis (penyempitan) pada terowongan I dan adhesi (perlengketan) pada jaringan yaitu pada tendon atau selubung tendon sehingga terjadi fibrosis yang menyebabkan terbatasnya gerakan tendon m. extensor pollicis brevis dan m. abductor pollicis longus.3. Penyakit reumatoid arthritis. Penyakit reumatoid arthritis juga merupakan penyebab dari de quervain syndrome karena banyak pekerjaan yag melibatkan banyak pergerakan tangan seperti misalnya tukang kayu, pekerja kantoran, dan pemain alat musik. Rheumatoid arthritis yang terjadi diseluruh bagian tubuh sehingga menyebabkan tenosynovitis pada tendon abductor pollicis longus dan extensor pollicis brevis.4. Posisi pergelangan tangan dan tangan yang tidak biasa. Posisi pergelangan tangan dan tangan yang tidak biasa seperti pada orang tua baru yang menggendong anaknya juga dapat memicu kondisi ini.

4. Tanda dan GejalaGejala yang sering muncul adalah nyeri tekan, bengkak pada ibu jari dan kesulitan dalam aktivitas menggenggam. Beberapa gejala yg dapat terjadi akibat penyakit De Quervain Syndrome menurut (Prasetya Hudaya) diantaranya adalah:1. Jika ditekan terasa tidak nyaman pada daerah tersebut2. Terkadang terasa adanya hambatan gerak pada ibu jari3. Adanya nyeri tekan pada proccesus styloideus radii4. Gerakan aktif menimbulkan nyeri yang hebat.5. PatofisiologiKompartemen dorsal pertama pada pergelangan tangan termasuk pembungkus tendon yang menutupi tendon otot abduktor polisis longus dan tendon otot ekstensor polisis brevis pada tepi lateral. Inflamasi pada daerah ini umumnya terlihat pada pasien yang menggunakan tangan dan ibu jarinya untuk kegiatan-kegiatan yang repetitif. Karena itu, de Quervains syndrome dapat terjadi sebagai hasil dari mikrotrauma kumulatif (repetitif). Pada trauma minor yang bersifat repetitif atau penggunaan berlebih pada jari-jari tangan (overuse) menyebabkan malfungsi dari tendon sheath.

Tendon sheath yang memproduksi cairan sinovial mulai menurun produksi dan kualitas cairannya. Akibatnya, pada penggunaan jari-jari selanjutnya terjadi pergesekan otot dengan tendon sheath karena cairan sinovial yang berkurang tadi berfungsi sebagai lubrikasi. Sehingga terjadi proliferasi jaringan ikat fibrosa yang tampak sebagai inflamasi dari tendon sheath. Proliferasi ini menyebabkan pergerakan tendon menjadi terbatas karena jaringan ikat ini memenuhi hampir seluruh tendon sheath. Terjadilah stenosis atau penyempitan pada tendon sheath tersebut dan hal ini akan mempengaruhi pergerakan dari kedua otot tadi. Pada kasus-kasus lanjut akan terjadi perlengketan tendon dengan tendon sheath. Pergesekan otot-otot ini merangsang nervus yang ada pada kedua otot tadi sehingga terjadi perangsangan nyeri pada ibu jari bila digerakkan yang sering merupakan keluhan utama pada penderita penyakit ini. Pembungkus fibrosa dari tendon abduktor polisis longus dan ekstensor polisis brevis menebal dan melewati puncak dari prosesus stiloideus radius.

6. TerapiTerapi De Quervain disease pada prinsipnya adalah untuk mengurangi nyeri yang diakibatkan oleh adanya inflamasi. Terapinya sendiri dibagi menjadi dua yakni penatalaksanaan konservatif dan tindakan pembedahan. Tindakan pembedahan sangat jarang dilakukan. Sedangkan untuk penatalaksanaan konservatif diuraikan sebagai berikut :1. MedikamentosaPemberian obat anti-inflamasi non-steroid sering diberikan kepada pasien untuk mengurangi nyeri. Kadang juga diberikan injeksi kortikosteroid untuk mengatasi inflamasi yang terjadi.

2. RehabilitatifFisioterapi: dengan memberikan modalitas terapi berupa stimulasi listrik TENS untuk mengurangi nyeri dan terapi panas SWD yang juga digunakan untuk mengurangi nyeri serta mengurangi inflamasi yang terjadi. Ortotik-Prostetik: dengan memberikan splint untuk mengistirahatkan ibu jari dan pergelangan tangan.

Splint tidak diperkenankan dipakai sepanjang hari secara terus menerus, pasien perlu membuka splint minimal 2 kali dalam sehari. Saat splint dilepas, pasien dapat melakukan latihan-latihan sebagai berikut :1. Opposition stretch: letakkan tangan anda di atas meja, angkat pergelangan tangan. Kemudian ujung ibu jari menyentuh ujung jari kelingking. Tahan posisi tersebut selama kurang lebih 6 detik. Ulangi 10 kali.2. Wrist stretch: dengan tangan yang lain, Bantu tangan sisi yang lain untuk menahan dalam posisi fleksi selama 15-30 detik. Kemudia dengan cara yang sama, tahan dalam posisi ekstensi dalam rentang waktu yang sama. Lakukakan masing-masing 3 kali untuk tiap tangan. Sendi siku tetap dalam kondisi lurus.3. Wrist flexion: genggam sebuah sabun dalam posisi tangan supinasi. Lakukan gerakan fleksi pada sendi pergelangan tangan secara perlahan. Lakukan 10 kali. Beban dapat secara perlahan ditingkatkan.4. Wrist radial deviation strengthening: tangan diposisikan miring, sehingga ibu jari berada di bagian atas. Genggan sabun. Lakukan gerakan deviasi kea rah radial tanpa menggerakkan lengan. Lakukan 10 kali. Wrist extension: genggam sebuah sabun dalam posisi tangan pronasi. Lakukan gerakan fleksi pada sendi pergelangan tangan secara perlahan. Lakukan 10 kali. Beban dapat secara perlahan ditingkatkan.5. Grip strengthening: genggam sebuah bola. Lalu remas-remas selama 5 detik. Lakukan 10 kali.6. Finger spring: letakkan karet gelang sehingga melingkari semua jari-jari tangan. Lakukan gerakan abduksi dan aduksi. Ulangi 10 kali

Jika langkah-langkah terapi non operasi diatas semuanya gagal, pembedahan mungkin jalan satu-satunya. Tujuan pembedahan ini adalah untuk memberikan ruang yang lebih untuk tendon-tendon tersebut, sehingga tidak akan lagi terjadi gesekan di dalam terowongan. Yaitu dengan cara membuka atap dari terowongan ini. Jadi, incisi/sayatan dibuat untuk merobek terowongan bagian atap atau atas, membuat atap terowongan jadi terbuka, menyediakan ruang yang lebih luas untuk tendonya. Terowongan ini dalam penyembuhannya akan menutup lagi secara cepat, tetapi akan lebih lebar dari sebelumnya, jaringan parutnya akan mengisi celah bekas pemotongan terowongan tersebut.Rehabilitasi akan lebih diperhatikan setelah pembedahan, oleh karena penyembuhan secara maksimal memakan waktu beberapa bulan. Nyeri dan gejala-gejala secara umum akan lebih terasa setelah pembedahan, tetapi selama beberapa bulan area lukanya akan menjadi lebih empuk. Elevasikan tangan dan lengan anda lebih tinggi dari jantung anda secara rutin setiap harinya, dan sekali-kali gerakkan jari-jari dan ibu jari anda. Jahitan anda akan diambil setelah 10 sampai 14 hari.

7. KomplikasiKomplikasi yang paling serius dari intervensi bedah adalah lintang dari punggung sensori saraf radial yang terletak dekat dengan kompartemen punggung 1 yaitu dapat meninggalkan area kecil mati rasa atau tidak adanya sensasi. Pembatasan pergerakan tangan dan pergelangan tangan untuk menghindari rasa nyeri jika dibiarkan dan tidak dilakukan terapi. Dengan terbatasnya pergerakan, menimbulkan nyeri yang lebih besar dan juga menyebabkan berkurangnya kekuatan dan fleksibilitas tangan yang selanjutnya dapat membatasi pergerakan tangan anda sama sekali.8. Pemeriksaan PenunjangKelainan ini sering ditemukan pada wanita umur pertengahan. Gejala yang timbul berupa nyeri bila menggunakan tangan dan menggerakkan kedua otot tersebut yaitu bila menggerakkan ibu jari, khususnya tendon otot abduktor polisis longus dan otot ekstensor polisis brevis. Perlu ditanyakan juga kepada pasien riwayat terjadinya nyeri. Sebagian pasien akan mengungkapkan riwayat terjadinya nyeri dengan trauma akut pada ibu jari mereka dan sebagian lainnya tidak menyadari keluhan ini sampai terjadi nyeri yang lambat laun makin menghebat. Untuk itu perlu ditanyakan kepada pasien apa pekerjaan mereka karena hal tersebut akan memberikan kontribusi sebagai onset dari gejala tersebut khususnya pada pekerjaan yang menggunakan jari-jari tangan. Riwayat penyakit lain seperti pada rheumatoid arthritis dapat menyebabkan pula deformitas dan kesulitan menggerakkan ibu jari. Pada kasus-kasus dini, nyeri ini belum disertai edema yang tampak secara nyata (inspeksi), tapi pada kasus-kasus lanjut tampak edema terutama pada sisi radial dari polluks.Pada pemeriksaan fisik, terdapat nyeri tekan pada daerah prosesus stiloideus radius, kadang-kadang dapat dilihat atau dapat teraba nodul akibat penebalan pembungkus fibrosa pada sedikit proksimal prosesus stiloideus radius, serta rasa nyeri pada adduksi pasif dari pergelangan tangan dan ibu jari. Bila tangan dan seluruh jari-jari dilakukan deviasi ulnar, penderita merasa nyeri oleh karena jepitan kedua tendo di atas dan disebut uji Finkelstein positif.

Tanda-tanda klasik yang ditemukan pada de Quervains syndrome adalah tes Finkelstein positif. Cara melakukannya adalah dengan menyuruh pasien untuk mengepalkan tanganya di mana ibu jari diletakkan di bagian dalam dari jari-jari lainnya. Si pemeriksa kemudian melakukan deviasi ulnar pasif pada pergelangan tangan si pasien yang dicurigai di mana dapat menimbulkan keluhan utama berupa nyeri pergelangan tangan daerah dorsolateral.Lakukan tes Finskelstein secara bilateral untuk membandingkan dengan bagian yang tidak terkena. Hati-hati memeriksa the first carpometacarpal (CMC) joint sebab bagian ini dapat menyebabkan tes Finskelstein positif palsu. Selain dengan tes Finkelstein harus diperhatikan pula sensorik dari ibu jari, refleks otot-otot, dan epikondilitis lateral pada tennis elbow untuk melihat sensasi nyeri apakah primer atau merupakan referred pain.

Pemeriksaan laboratorium tidak ada yang spesifik untuk menunjang diagnosis penyakit ini. Kadang dilakukan pemeriksaan serum untuk melihat adanya faktor rheumatoid untuk mengetahui penyebab penyakit ini, tetapi hal ini juga tidak spesifik karena beberapa penyakit lain juga menghasilkan faktor rheumatoid di dalam darahnya.Pemeriksaan radiologik secara umum juga tidak ada yang secara spesifik menunjang untuk mendiagnosis penyakit ini. Akan tetapi, penemuan terbaru dalam delapan orang pasien yang dilakukan ultrasonografi dengan transduser 13 MHz resolusi tinggi diambil potongan aksial dan koronal didapatkan adanya penebalan dan edema pada tendon sheath. Pada pemeriksaan dengan MRI terlihat adanya penebalan pada tendon sheath tendon otot ekstensor polisis brevis dan otot abduktor polisis longus. Pemeriksaan radiologis lainnya hanya dipakai untuk kasus-kasus trauma akut atau diduga nyeri oleh karena fraktur atau osteonekrosis.9. Peran Perawat1. Memberikan informed consent pada pasien dan keluarga sebelum dilakukan tindakan pembedahan2. Menjelaskan prosedur pembedahan pada pasien dan keluarga3. Memberikan exercise pada pasien sebelum dilakukan tindakan operatif4. Memberikan ketenangan lingkungan dan mengurangi terjadinya kegelisahan/stress5. Meningkatkan intake makanan dengan memberi makanan sesering mungkin walaupun sedikit6. Membatasi makanan atau minuman yang mengandung kafein.

1. Data Yang Perlu Dikajia) Demografi 1) Umur: biasanya terjadi pada usia produktif karena pekerjaan yaitu sekitar 30-50 tahun. 2) Jenis Kelamin: Kasus ini sering terjadi pada wanita yang baru melahirkan. De quervain syndrome umumnya terjadi pada wanita karena rata-rata wanita mempunyai proccesus styloideus yang lebih besar dari pada laki-laki.3) Pekerjaan: sering terjadi pada seseorang terutama di antara orang-orang yang menunjukkan aktivitas yang menggunakan tangan berulang-ulang, seperti pekerja pemasangan bagian-bagian mesin tertentu dan sekretaris.b) Keluhan Utama Nyeri terus menerus pada pergelangan tangan.c) Riwayat Kesehatan 1) Riwayat penyakit sekarang Riwayat terjadinya trauma baik langsung / tidak langsung, bagaimana posisi saat terjadi, keadaan setelah terjadi hingga dibawa rumah sakit. 2) Riwayat kesehatan dahulu Riwayat trauma baik fisik pada masa lalu, riwayat artritis, osteomielitis. 3) Riwayat kesehatan keluarga Ada riwayat keluarga yang menderita sarcoma tulang, osteoporosis, DMd) Pola Kesehatan dan Pemeliharaan Kesehatan Pola kesehatan fungsional Gordon yang mungkin mengalami masalah : 1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatanCara pasien dalam memelihara kesehatan, kebiasaan mengkonsumsi obat-obat tertentu, kebiasaan ke rumah sakit / ke panti pijat untuk berobat. 2) Pola aktivitas dan latihanBiasanya pasien akan mengalami gangguan dalam menggenggam atau melakukan apapun dengan pergelangan tangan. 3) Pola istirahat tidur Apakah dampak peradangan terhadap pemenuhan istirahat tidur. 4) Pola persepsi sensori dan kognitif Biasanya akan mengalami rasa nyeri pada samping ibu jari pada pergelangan tangan dan dasar ibu jari.e) Pemeriksaan Fisik 1) Status generalis2) Nyeri pada lokasi peradangan terutama pada saat digerakkan 3) Pembengkakan 4) Paralisis (kehilangan daya gerak) 5) Angulasi ekstremitas yang sakit 6) Krepitasi 7) Spasme otot 8) Parastesi (penurunan sensasi)

f) Keadaan Lokal Harus diperhitungkan keadaan proksimal serta bagian distal terutama mengenai status neurovaskuler (untuk status neurovaskuler 5 P yaitu Pain, Palor, Parestesia, Pulse, Pergerakan). Pemeriksaan pada sistem muskuloskeletal adalah: 1) Look (inspeksi) Perhatikan apa yang dapat dilihat antara lain: a) Inspeksi mulai dari saat pasien masuk ruang terapi dan melakukan gerakan ibu jari sekaligus diperhatikan kemauan dan kemampuan gerakan yang meliputi tahap meraih, memegang, mempertahankan dan melepaskan obyek.b) Warna kemerahan atau kebiruan (livide) atau hyperpigmentasi. c) Benjolan, pembengkakan, atau cekungan dengan hal-hal yang tidak biasa (abnormal). 2) Feel (palpasi) Pada waktu akan palpasi, terlebih dahulu posisi penderita diperbaiki mulai dari posisi netral (posisi anatomi). Pada dasarnya ini merupakan pemeriksaan yang memberikan informasi dua arah, baik pemeriksa maupun klien.Yang perlu dicatat adalah: a) Perubahan suhu disekitar trauma (hangat) dan kelembaban kulit. Capillary refill time Normal 3 5 menitb) Apabila ada pembengkakan, apakah terdapat fluktuasi atau oedema terutama disekitar persendian. c) Nyeri tekan (tenderness), krepitasi. Otot: tonus pada waktu relaksasi atau kontraksi. Selain itu juga diperiksa status neurovaskuler. Apabila ada benjolan, maka sifat benjolan perlu dideskripsikan permukaannya, konsistensinya, pergerakan terhadap dasar atau permukaannya, nyeri atau tidak, dan ukurannya. 3) Move (pergerakan terutama lingkup gerak) Setelah melakukan pemeriksaan feel, kemudian diteruskan dengan menggerakan ekstrimitas dan dicatat apakah terdapat keluhan nyeri pada pergerakan. Pencatatan lingkup gerak ini perlu, agar dapat mengevaluasi keadaan sebelum dan sesudahnya. Gerakan pergelangan tangan dicatat dengan ukuran derajat, dari tiap arah pergerakan mulai dari titik 0 (posisi netral) atau dalam ukuran metrik. Pemeriksaan ini menentukan apakah ada gangguan gerak (mobilitas) atau tidak. Pergerakan yang dilihat adalah gerakan aktif dan pasif.

2. Diagnosis KeperawatanDiagnosa yang bisa muncul antara lain adalah: a) Nyeri berhubungan dengan pergesekan otot.b) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan kerangka neuromoskuler, pembatasan gerak, nyeri. c) Kurang pengetahuan kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakitnya.d) Hipertermi berhubungan dengan proses peradangan

3. PathwayPenggunaan sendi berlebihan/overuseLuka pergelangan tangan/tendonReumatoid Arthritis fungsi selaput tendon/tendon sheat jumlah dan kualitas cairan sinovialPerlengketan tendon dan selaput tendon/ tendon sheatPergesekan otot dan tendon sheat/selaput tendonNyeri akutProliferasi jaringan ikat fibrosa/inflamasi tendon sheatProliferasi jaringan ikat hampir menyeluruh tendon sheatPergerakan tendon terbatasStenosis/penyempitan tendon sheath pergerakan otot extensor policis brevis dan abductor policis longusHambatan mobilitas fisikPengeluaran zat pirogenMempengaruhi hipotalamusMempengaruhi set pointHipertermiKurang pengetahuan

4. Intervensi KeperawatanNoDiagnosa KeperawatanTujuanIntervensiRasional

1Nyeri akut berhubungan dengan peregsekan otot dan tendon.

NOC I: Kontrol NyeriKriteria Hasil:1. Mengetahui faktor penyebab nyeri2. Mengetahui permulaan terjadinya nyeri3. Menggunakan tindakan pencegah4. Melaporkan gejala5. Melaporkan kontrol nyeri

NOC II: Tingkat NyeriKriteria Hasil:1. Melaporkan nyeri berkurang atau hilang2. Frekuensi nyeri berkurang3. Lamanya nyeri berlangsung4. Ekspresi wajah saat nyeri5. Posisi tubuh melindungi

NIC: Manajemen Nyeri1. Pertahankan imobilasasi bagian yang sakit dengan tirah baring, gips, bebat dan atau traksi2. Tinggikan posisi ekstremitas yang terkena. 3. Lakukan dan awasi latihan gerak pasif/aktif.4. Lakukan tindakan untuk meningkatkan kenyamanan (masase, perubahan posisi)5. Ajarkan penggunaan teknik manajemen nyeri (latihan napas dalam, imajinasi visual, aktivitas dipersional)6. Lakukan kompres dingin selama fase akut (24-48 jam pertama) sesuai keperluan.7. Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi. Evaluasi keluhan nyeri (skala, petunjuk verbal dan non verval, perubahan tanda-tanda vital)

1. Mengurangi nyeri dan mencegah malformasi.

2. Meningkatkan aliran balik vena, mengurangi edema/nyeri.

3. Mempertahankan kekuatan otot dan meningkatkan sirkulasi vaskuler.4. Meningkatkan sirkulasi umum, menurunakan area tekanan lokal dan kelelahan otot.5. Mengalihkan perhatian terhadap nyeri, meningkatkan kontrol terhadap nyeri yang mungkin berlangsung lama.

6. Menurunkan edema dan mengurangi rasa nyeri

7. Menurunkan nyeri melalui mekanisme penghambatan rangsang nyeri baik secara sentral maupun perifer. Menilai perkembangan masalah klien.

2Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan kerangka neuromoskuler, pembatasan gerak, nyeri.NOC: AmbulasiKriteria HasilPasien akan menunjukan tingkat mobilitas optimal NIC: Tirah Baring1. Kaji kebutuhan akan pelayanan kesehatan dan kebutuhan peralatan. 2. Tentukan tingkat motivasi pasien dalam melakukan aktivitas.3. Ajarkan dan pantau pasien dalam hal penggunaan alat bantu.4. Ajarkan dan dukung pasien dalam latihan ROM aktif dan pasif.5. Kolaborasi dengan ahli terapi fisik atau okupasi. 1. Mengidentifikasi masalah, memudahkan intervensi

2. Mempengaruhi penilaian terhadap kemampuan beraktifitas, apakah karena ketidakmampuan atau ketidakmauan. 3. Menilai batasan kemampuan aktivitas optimal.

4. Mencegah komplikasi fraktur akibat imobilisasi.

5. Sebagai bentuk sumber mengembangkan perencanaan dan mempertahankan atau meningkatkan mobilitas pasien.

3Kurang pengetahuan kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakitnya.NOC: Pengetahuan: proses penyakit, pengobatan.Kriteria hasil:a) Klien dan keluarga mampu menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan.b) Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang telah dijelaskan perawat/ tim kesehatan lainnya.NIC: Mengajarkan: Proses penyakit1. Pertimbangkan kemampuan dan kesiapan klien untuk belajar (mis. mental, kemampuan melihat dan mendengar, adanya nyeri, kesiapan emosional, motivasi dan pengetahuan sebelumnya) ketika mengajarkan klien. 2. Gambarkan proses penyakit dengan cara yang tepat.3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit1. Mempermudah dalam memberikan penjelasan pada klien.

2. Memudahkan klien dalam memahami proses penyakit

3. Klien mengetahui tanda dan gejala sehingga jika terjadi kegawatan, klien dapat melapor kepada petugas kesehatan/ perawat dan mendapatkan penanganan yang tepat.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Linda Jual. 1995. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan (terjemahan). PT EGC. Jakarta.Chaidir, M.Rizal. 1999. Tenosynovitis. Bandung: Petang Ilmiah IKABI Jawa Barat.Doenges, et al. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan (terjemahan). PT EGC.Jakarta.

Nanda International. 2013. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC.

Rasjad, C. 1998. Penyakit de Quervain (Tenovaginitis Stenosans) dalam Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Ujung Pandang: Penerbit Bintang Lamumpatue.

Sjamsuhidajat, R. 1998. Tenosinovitis Stenosans dalam Buku-Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.

Sulistyowati, Anik. 2012. Beda Efek Pengurangan Nyeri Pada Penambahan Iontophoresis Dengan EFAC Terhadap Intervensi MWD dan Elastic Bandage Kasus De Quervain Syndrome. Bandung: RS. Advent Bandung.

Yusuf & Irine. 2011. Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Dequervain Syndrome Menggunakan Ultrasound, TENS dan Terapi Latihan Di Rsud Kraton Kab. Pekalongan. Pekalongan: FIK UNIKAL.