lp gastroentritis
DESCRIPTION
samuelTRANSCRIPT
LAPORAN PENDAHULUAN GASTROENTERITIS
A. Pengertian
1. Gastroenteritis adalah suatu kondisi oleh muntah, diare yang disebabkan oleh infeksi, alergi,
intoleransi terhadap bahan makanan tertentu/ taksin yang masuk ke dalam lambung. (Susan Martin
Tucker, 1992)
2. Diare adalah suatu gejala klinis dari gangguan saluran pencernaan (usus) yang ditandai dengan
bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (berulang-ulang) disertai adanya perubahan
bentuk dan konsistensi dari feses menjadi lembek atau cair (Bambang Subagyo, 1997).
3. Gastroenteritis adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang tidak biasa (lebih dari 3 kali
sehari, juga perubahan dalam jumlah dan konsistensi (feses cair). (Brunner and Suddart, 2000)
4. Gastroenteritis adalah inflamasi membran mukosa lambung dan usus halus yang terjadi akibat salah
makan, biasanya disebabkan oleh penyebab mikrobiologi. (Cristin Hancock, 1999)
5. Gastroenteritis adalah frekuensi buang besar lebih dari 4x sehari pada bayi dan lebih dari 3x sehari
pada anak dengan konsistensi feces cair/encer berwarna hijau/ dapat pula bercampur lender dan
darah atau lender saja. (Ngastiyah, 1997)
Klasifikasi
Klasifikasi gastroenteritis menurut Kapita Selekta edisi 3, 1999:
a. Gastroenteritis koleriform
Disebabkan oleh fibrio, eschercia colli, clostriclia, dan intoksikosi makanan.
b. Gastroenteritis degentriforin
Disebabkan oleh sigella , salmonella, entamoeba histolitica
Adanya peningkatan frekuensi buang air besar dan keenceran tinja merupakan akibat dari iritasi usus
oleh suatu patogen yang mempengaruhi lapisan usus sehingga terjadi peningkatan produk-produk
sekretorik dan peningatan motilitas usus. Ini menyebabkan banyak air dan mineral terbuang karena
waktu penyerapan berkurang sehingga penderita gastroenteritis dapat mengalami dehidrasi.
Berdasarkan keadaan klinik, dehidrasi dapat dibagi 3 (Soeparman, 1997):
a. Dehidrasi ringan
Kehilangan cairan 2-5% dari berat badan
Gambaran klinis: dehidrasi, turgor kurang, suara serak, penderita belum jatuh dalam keadaan
preshock.
b. Dehidrasi sedang
Kehilangan cairan 5-10% dari berat badan. Gambaran klinis: turgor jelek, serak, penderita jatuh,
preshock, nadi cepat, nafas cepat dan dalam.
c. Dehidrasi berat
Kehilangan cairan lebih dari 10% dari berat badan
Gambaran klinis: turgor jelek, serak, penderita jatuh preshock atau shock nadi cepat, nafas cepat
dan dalam, kesadaran menurun, otot kaku, sianosis.
Gejala dehidrasi (Sagung Seto, 2005)
Gejala Hepatonik Isotonik Hipertonik
Rasa haus - - -
BB Menurut sekali Menurun Menurun
Turgor kulit Menurun sekali Menutup Tidak jelas
Kulit, Selaput lendir Basah Kering Kering sekali
Gejala SSP Apatis Jelek Relatif masih baik
Nadi Sangat lemah Cepat dan
lemah
Cepat dan keras
Tekanan darah Sangat rendah Rendah Rendah
Banyak kasus 10-30% 70% 10-20%
Perhitungan balance
Jumlah cairan yang masuk:
1) Air (makanan, minuman)
2) Cairan infus
3) Air metabolisme
4) Injeksi
Jumlah cairan yang keluar
1) Urine
2) IWL
3) Feses
4) Muntah, perdarahan, cairan drain, NGT
Catatan:
1) Urine normal > 0,5 – 1 cc / kg BB/jam
2) Feses 100 cc/hari
3) WIL: Dewasa 15 cc / kg BB/hari
Anak (30 – usia) cc/kg BB/hari
Kenaikan suhu IWL + 200 (suhu badan – 36,8oC
4) Air metabolisme balita: 8 cc/kg BB/hari
B. Penyebab
1. Faktor Infeksi
a. Infeksi enteral : infeksi saluran cerna yang merupakan penyebab utama diare pada anak.
1) Infeksi bakteri patogen : salmonella, shigella, eschercia colli, vibris colerae
2) Infeksi bakteri non patogen : staphilococus albus, streptococus, proteus klebaella, pseudomonas.
3) Infeksi virus enterovirus (polio, cock sack, ECHO) adenovirus, arbovirus.
4) Infeksi parasit : cacing ascaris, trichiuris, strongloides.
5) Infeksi jamur : cahaida (monilla)
b. Infeksi purenteral : infeksi di luar alat pencernaan makanan
Contoh : otitis medis akut, tonsila faringitis, bronkitis, ensefalitis
2. Faktor Malabsorpsi
a. Malabsorbsi karbohidrat
b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsorbsi protein
3. Faktor Makanan
Misal : makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
4. Faktor Psikologis
Misal : rasa takut, cemas dan stres.
C. Patofisiologi/ Pathway
Menurut Brunner dan Suddarth (2002) mekanisme yang menyebabkan diare adalah sebagai
berikut:
1. Diare sekresi biasanya diare dengan volume banyak disebabkan oleh peningkatan produksi dan
sekresi air serta elektrolit oleh mukosa usus ke dalam lumen usus.
2. Diare osmotik terjadi bila air terdorong ke dalam usus oleh tekanan osmotik dari partikel yang tidak
dapat diabsorbsi, sehingga reabsorbsi air menjadi lambat.
3. Diare campuran disebabkan oleh peningkatan kerja peristaltik dari usus (biasanya karena penyakit
usus inflamasi) dan kombinasi peningkatan skresi atau penurunan absorbsi dalam usus.
Menurut Cristin Hancock (1999), secara patofisiologi bakteri dan virus dapat menyebabkan
gastroenteritis dengan 3 cara :
1. Keracunan oleh enterotoxin eschersia colli
Dapat menyebabkan peradangan usus sehingga terjadi diare.
2. Invasi patogen
Shigella dan E. colli melalui penetrasinya dapat memperbesar usus, merusak sel dan potensial
ulserasi sehingga feses mengandung leukosit dan eritrosit.
3. Virus patogen
Menyerang mukos epitel dan merusak villi usus sehingga menyebabkan malabsorbsi elektrolit yang
dikeluarkan. Dengan cara ini dapat menyebabkan peningkatan peristaltik usus, peningkatan sekresi
air dan elektrolit.
a. Hiperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga
timbul diare dan sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri berkembang
pesat dan timbulkan diare.
b. Gangguan air dan elektrolit mengakibatkan gangguan keseimbangan asam-basa, gizi dan sirkulasi
darah akibatnya terdapat makanan/ zat yang tidak dapat diserap menyebabkan tekanan osmotik
dalam rongga usus, isi rongga usus berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkan sehingga
timbul diare.
D. PATHWAY
Pathway dapat dilihat disini.
E. Manifestasi Klinis dan Pemeriksaan Penunjang
1. Manifestasi Klinis (Ngastiyah, 1997)
a. Diare (BAB, lember, cair)
1) Faktor osmotik disebabkan oleh penyilangan air ke rongga usus dalam perbandingan isotonic,
ketidakmampuan larutan mengabsorbsi menyebabkan tekanan osmotik menghasilkan pergeseran
cairan dan Iodium ke rongga usus.
2) Penurunan absorbsi atau peningkatan sekresi sekunder ait dan elektrolit. Peningkatan ini disebabkan
sekresi sekunder untuk inflamasi atau sekresi aktif sekunder untuk merangsang mukosa usus.
3) Perubahan mobiliti
Hiperistaltik atau hipoperistaltik mempengaruhi absorpsi zat dalam usus.
b. Mual, muntah dan panas (suhu > 370C)
Terjadi karena peningkatan asam lambung dan karena adnaya peradangan maka tubuh juga akan
berespon terhadap peradangan tersebut sehingga suhu tubuh meningkat.
c. Nyeri perut dan kram abdomen
Karena adanya kuman-kuman dalam usus, menyebabkan peningkatan peristaltik usus dan efek yang
timbul adanya nyeri pada perut atau tegangan atau kram abdomen.
d. Peristaltik meningkat (> 35x/menit)
Akibat masuknya patogen menyebabkan peradangan pada usus dan usus berusaha mengeluarkan
ioxin dan meningkatkan kontraksinya sehingga peristaltik meningkat.
e. Penurunan berat badan
Terjadi karena sering BAB encer, yang mana feses marah mengandung unsur-unsur penting untuk
pertumbuhan dan perkembngan sehingga kebutuhan nutrisi kurang terpenuhi.
f. Nafsu makan turun
Terjadi karena peningkatan asam lambung untuk membunuh bakteri sehingga tumbuh mual dan rasa
tidak enak.
g. Turgor kulit menurun dan membran mukosa kering
Karena banyak cairan yang hilang dan pemasukan yang tidak adekuat.
h. Mata cowong
Adanya ketidakseimbangan cairan tubuh dan peningkatan tekanan osmotik mengakibatkan beberapa
jaringan kekurangan cairan dan oksigen.
i. Gelisah dan rewel
Ini terjadi karena kompleksitas dari tanda klinis yang dirasakan penderita sehingga tubuh tidak
merasa nyaman sebab adanya ketidak homeostasis dalam tubuh.
j. Kesadaran menurun
Gejala klinis 10,11,12 terjadi karena penurunan cairan tubuh yang mengakibatkan kerja jantung
ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan O2 dan nutrisi sistemik sehingga denyut jantung cepat, nadi
cepat tapi lemah, disebabkan peningkatan denyut jantung dengan peningkatan kepekaan dan
tekanan osmotik plasma darah. Efeknya ginjal berusaha ineretensi air dengan mencegah eksresi Na
sehingga urine pekat dan Na meningkat dengan cairan sirkulasi yang buruk dampaknya otak
kekurangan O2 dan nutrisi sehingga pusat kesadaran hipotalamus terganggu.
2. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Brunner dan Suddarth (2002), pemeriksaan diagnostik yang harus dilakukan untuk
mengetahui penyebab diare adalah:
a. Hitung darah lengkap
b. Sifat kimia
c. Urin analisis
d. Pemeriksaan feses rutin serta pemeriksaan feses untuk organisme infeksius atau parasit
e. Proktosigmoidoskopi dan enema berium.
Uji laboratorium (Betz, Cecily L. Edisi 3, 2002)
a. Hematoseses untuk memeriksa darah (lebih umum pada bakterial)
b. Evaluasi feses terhadap volume, warna, konsistensi, adanya pus
c. Hitung darah lengkap dengan deferensial
d. Uji antigen imonoesei enzim untuk memastikan rota virus
e. Kultur feses (jika anak dihospitalisasi, pus dalam feses atau diare yang berkepanjangan) untuk
menemukan patogen
f. Evaluasi feses terhadap telur cacing dan parasit
g. Aspirasi duodenum (jika diduga G. Lamblia)
h. Urinalisis dan kultur (berat jenis bertambah karena dihidrasi, organisme, shigella keluar melalui urine)
F. Diagnosa Keperawatan
1. Diare
2. Kekurangan volume cairan
3. Nyeri akut
4. Kurang pengetahuan orang tua
5. Hipertermi
G. Fokus Intervensi
1. Diare
Yang berhubungan malabsorbsi atau inflamasi sekunder terhadap gastritis, divertikulitis, usus yang
sensitif.
Proses infeksi : disentri, cholera, shgelosis
Tujuan : - Klien dapat mencapai keseimbangan cairan
- Klien dapat melakukana eliminasi dengan baik
Kriteria :
- Keseimbangan input dan output cairan
- Berat badan stabil
- Tidak terlihatnya mata cekung
- Tidak terasa haus, tidak ada nyeri tekan di perut
- Kulit lembab
- BAB lunak tidak cair
- Frekuensi defekasia kembali normal
Ket.penilaian :
1 : tidak pernah sesuai
2 : jarang sesuai
3 : kadang sesuai
4 :sering sesuai
5 : selalu sesuai
Intervensi :
a. Observasi dan catat frekuensi, karakteristik dan jumlah feses dan faktor presipitasi.
b. Kaji faktor-faktor penyebab/ yang mempengaruhi makan perselang, makan sembarangan, makanan
diperjalanan.
c. Kurangi diare
Hentikan makanan padat :
- Minum cairan bening (jus, buah, gatorade, air daging)
- Lanjutkan menyusui, hentikan ASI formula pada bayi
- Hindari produk susu, lemak tepung beras, buah segar dan sayuran
- Penyebaran infeksi (cuci tangan, penyimpanan makanan yang tepat, memasak dan mengolah
makanan)
- Secara bertahap bahkan makanan semi padat dan padat (krakers, yogurt, nasi, pisang, jus apel)
- Tingkatkan masukan oral untuk mempertahankan berat jenis normal urine
- Perbanyak cairan tinggi kalium dan natrium (jus jeruk, buah anggur, air daging)
- Jelaskan pada pasien dan orang terdekat tentang intervensi yang diperlukan untuk pencegahan.
- Laksanakan terapi kolaboratif : antikolinergik, antasid, antibiotik
2. Kekurangan volume cairan
Yang berhubungan dengan dampak diare, mual dan muntah.
Tujuan : cairan seimbang
Kriteria :
a. Mempertahankan masukan cairan dan elektrolit yang ditujukan oleh :
- Turgor kulit baik
- Jumlah minuman
- Mampu melaksanakan penggantian setiap ada cairan yang hilang (diare)
b. Mempertahankan berat jenis urine dalam batas normal
c. Mempertahankan berat badan
d. Tanda-tanda vital normal
e. Tidak terlihat mata cekung
f. Kulit lembab
g. Tidak terasa haus
h. Membran mukosa lembab
i. Serum elektrolit, hematokrit (dalam batas normal)
Ket.penilaian :
1 : tidak pernah sesuai
2 : jarang sesuai
3 : kadang sesuai
4 :sering sesuai
5 : selalu sesuai
Intervensi :
a. Kaji faktor penyebab
b. Kaji dan berikan cairan yang disukai dalam batas diit
c. Kaji pengertian pasien dan keluarga tentang pentingnya mempertahankan dehidrasi yang adekuata
dan metode pencapaiannya.
d. Hilangkan faktor penyebab
e. Rencanakan masukan cairan tiap shift
f. Menimbang berat badan dan cairan tiap hari dan monitor gejala
g. Monitor status hidrasi (mukosa baik, nadi normal, tekanan darah normal)
h. Monitor hasil laborat yang tepat (BUN ↑, ↓ HCl, kepekatan urine)
i. Monitor tanda-tanda vital
j. Ajarkana bahwa kopi, teh, jus buah anggur menyebabkan diuresis dan menambah kehilangan cairan.
k. Kolaborasi : hentikan cairan intravena sesuai skema rencana medik (dalam melaksanakan asuhan
sebutkan total dan jenis cairan sesuai advis dokter).
3. Nyeri akut
Yang berhubungan dengan hiperistaltik, diare yang berkepanjangan, iritasi kulit dan jaringan,
perlecetan perinatal, fisura.
Tujuan : nyeri dapat dikontrol
Kriteria :
- Klien mengontrol nyeri
- Klien menggunakan tindakan pencegahan munculnya nyeri
- Klien menggunakan tindakan non analgetik
- Klien menggunakan tindakan analgetik
- Melaporkan gejala nyeri
Ket.penilaian :
1 : tidak pernah sesuai
2 : jarang sesuai
3 : kadang sesuai
4 :sering sesuai
5 : selalu sesuai
Intervensi :
a. Dorong pasien untuk mengutarakan dan menggambarkan nyerinya
b. Kaji keluhan nyeri perut, tempat, lama, intensitas
c. Kaji dan laporkan perubahan karakteristik nyeri
d. Perhatikan petunjuk non verbal misal : tidak bisa diam, enggan bergerak, selalau menjaga perut,
menarik diri, gelisah.
e. Kaji faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkana nyeri.
f. Berikan tindakan yang meningkatkan rasa nyaman.
g. Bersihkan area rektal dengan sabun rektal dengan air, usapkan tiap BAB dan lakaukan perawatan
diri/ kulit.
h. Kolaborasi : berikan analgetik sesuai advis dokter
i. Menurunkan/ mengurangi faktor-faktor yang dapat mencetuskan atau meningkatkan pengalaman
nyeri (misalnya takut, lelah, bosan, kurang pengetahuan).
j. Memfasilitasi istirahat dan tidur yang adekuat untuk mengatasi nyeri.
4. Kurang pengetahuan tentang keadaan sakit, kebutuhan pengobatan dan pencegahan diare yang
berhubungan dengan kurangnya paparan informasi
Tujuan : klien mampu menjelaskan penyebab diare, tanda-tanda, cara untuk mencegah dan cara
mengatasinya.
Kriteria :
- Klien menjelaskan penyebab diare
- Klien menjelaskan tanda gejala diare
- Klien menjelaskan cara pencegahannya
- Klien menjelaskana cara mengatasianya
Ket.penilaian :
1 : tidak pernah sesuai
2 : jarang sesuai
3 : kadang sesuai
4 :sering sesuai
5 : selalu sesuai
Intervensi :
a. Kaji presepsi pasien dan keluarga tentang proses penyakit
b. Bahas dengan pasien dan keluarga tentang proses penyakit, penyebab, faktor presipitasi, dan
mengidentifikasi cara untuk mengurangi faktor pendorong timbulnya sakit.
c. Beri kesempatan kepada pasien/ keluarga untuk mengajukan pertanyaan
d. Bahas pengobatan, tujuan dosis dan efek sampingnya.
e. Tekana pentingnya merawat kulit : teknik cuci tangan yang baik dan perawatan perional.
5. Hipertermi
Yang berhubungan dengan tidak efektifnya termoregulator tubuh.
Tujuan : suhu tubuh dalam batas normal
Kriteria
- Suhu tubuh dalam batas normal (36-370C)
- Tubuh tak teraba panas
Ket.penilaian :
1 : tidak pernah sesuai
2 : jarang sesuai
3 : kadang sesuai
4 :sering sesuai
5 : selalu sesuai
Intervensi
a. Observasi tanda-tanda vital
b. Berikan kompres air hangat
c. Anjurkan klien untuk minum yang banyak
d. Anjurkan anak untuk membatasi mobilitas untuk kurangi metabolisme
e. Laksanakan program terapi dokter untuk pemberian antipiretik
Read more: http://perawatmasadepanku.blogspot.com/2012/09/laporan-pendahuluan-gastroenteritis-ii.html#ixzz2VPT2qEMV
I. KONSEP DASAR
A. Pengertian
Diare adalah pengeluaran tinja yang tidak normal atau cair (Hipocrates)
Diare adalah buang air besar yang tida nomral dan cair, dengan frekuensi lebih banyak dari
biasanya (Neonatus > 4 kali dan bayi-anak > 3 kali dalam sehari) (Lab IKA FKUI, 1988).
B. Etiologi
Penyebab diare (Lab IKA FKUA, 1984)
1. Infeksi
a. Infeksi enteral :
Ø Bakteri : Vibrio, entamoeba coli, salmonella, shigela
Ø Virus : enterovorus, adenovirus, rotavirus, asatrovirus
Ø Parasit : cacing, protozoa, jamur
b. Infeksi parenteral
Infeksi dibagian tubuh lain di luar alat pencernaan ( ISPA, saluran kemih dan OMA)
2. Malabsorbsi
a. Malabsorbsi karbohidrat (intoleransi laktosa)
b. Malabsorbsi protein
c. Malabsorbsi lemak
3. Faktor makanan
4. Faktor psikologis
Derajat Dehidrasi (Lab IKA FKUI, 1988)
1. Kehilangan berat badan
a. 2,5 % tidak ada dehidrasi
b. 2,5-5% Dehidrasi ringan
c. 5-10 % dehidrasi sedang
d. > 10% dehidrasi berat
1. Skor Maurice King
Bagian Tubuh N I L A I
Yang Diperiksa 0 1 2
Keadaan Umum
Turgor
Mata
UUB
Mulut
Denyut Nadi
Sehat
Normal
Nomral
Normal
Normal
Kuat
< 120
Gelisah cengeng,
apatis, ngantuk
Sedikit, kurang
Sedikit cekung
Sedikit cekung
Kering
Sedang
(120-140)
Mengigau,
koma/syok
Sangat kurang
Sangat cekung
Sangat cekung
Kering, sianosis
Lemah
> 140
KETERANGAN :
Ø Skor :
- 0-2 dehidrasi ringan
- 3-6 dehidrasi sedang
- 7-12 Dehidrasi berat
Ø Pada anak-anak Ubun Ubun Besar sudah menutup
Ø Untu k kekenyalan kulit :
- 1 detik : dehidrasi ringan
- 1-2 detik : dehidrasi sedang
- > 2 detik : dehidrasi berat
I. PENGKAJIAN
A. Identitas
Diare akut lebih sering terjadi pada bayi dari pada anak, frekuensi diare untuk neonatus > 4
kali/hari sedangkan untuk anak > 3 kali/hari dalam sehari. Status ekonomi yang rendah merupakan
salah satu faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya diare pada nak ditinjau dari pola makan,
kebersihan dan perawatan. Tingkat pengetahuan perlu dikaji untuk mengetahui tingkat perlaku
kesehatan dan komunikasi dalam pengumpulan data melalui wawancara atau interview. Alamat
berhubungan dengan epidemiologi (tempat, waktu dan orang) ( Lab. FKUI, 1988).
B. Keluhan utama
Keluhan yang membuat klien dibawa ke rumah sakit. Manifestasi klnis berupa BAB yang
tidaknomral/cair lebih banyak dari biasanya (LAN IKA, FKUA, 1984)
C. Riwayat Penyakit Sekarang
Paliatif, apakah yang menyebabkan gejala diare dan apa yang telah dilakukan. Diare dapat
disebabkan oleh karena infeksi, malabsorbsi, faktor makanan dan faktor psikologis.
Kuatitatif, gejala yang dirasakan akibat diare bisanya berak lebih dari 3 kali dalam sehari dengan
atau tanpa darah atau lendir, mules, muntak. Kualitas, Bab konsistensi, awitan, badan terasa
lemah, sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari .
Regonal,perut teras mules, anus terasa basah.
Skala/keparahan, kondisi lemah dapat menurunkan daya tahan tubuh dan aktivitas sehari-hari.
Timing, gejala diare ini dapat terjadi secara mendadak yang terjadi karena infeksi atau faktor lain,
lamanya untuk diare akut 3-5 hari, diare berkepanjangan > 7 hari dan Diare kronis > 14 hari (Lab
IKA FKUA, 1984)
D. Riwayat Penyakit sebelumnya
Infeksi parenteral seperti ISPA, Infeksi Saluran kemih, OMA (Otitis Media Acut) merupakan faktor
predisposisi terjadinya diare (Lab IKA FKUA, 1984)
E. Riwayat Prenatal, Natal dan Postnatal
1. Prenatal
Pengaruh konsumsi jamu-jamuan terutamma pada kehamilan semester pertama, penyakti selama
kehamilan yang menyertai seperti TORCH, DM, Hipertiroid yang dapat mempengaruhi pertunbuhan
dan perkembangan janin di dalam rahim.
2. Natal
Umur kehamilan, persalinan dengan bantuan alat yangdapat mempengaruhi fungsi dan maturitas
organ vital .
3. Post Natal
Apgar skor < 6 berhubungan dengan asfiksia, resusitasi atau hiperbilirubinemia. BErat badan dan
panjang badan untuk mengikuti pertumbuhan dan perkembangan anak pada usia sekelompoknya.
Pemberian ASI dan PASI terhadap perkembangan daya tahan tubuh alami dan imunisasi buatan
yang dapat mengurangi pengaruh infeksi pada tubuh.
F. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan dan perkembangan menjadi bahan pertimbangan yang penting karena setiap
individu mempunyai ciri-ciri struktur dan fungsi yang berbeda, sehingga pendekatan pengkajian
fisik dan tindakan haruys disesuaikan dengan pertumbuhan dan perkembangan (Robert Priharjo,
1995)
G. Riwayat Kesehatan Keluarga
1. Penyakit
Apakah ada anggota keluarga yangmenderita diare atau tetangga yang berhubungan dengan
distribusi penularan.
2. Lingkungan rumah dan komunitas
Lingkungan yang kotor dan kumuh serta personal hygiene yang kurang mudah terkena kuma
penyebab diare.
3. Perilaku yang mempengaruhi kesehatan
BAB yang tidak pada tempat (sembarang)/ di sungai dan cara bermain anak yangkurang higienis
dapat mempermudah masuknya kuman lewat Fecal-oral.
4. Persepsi keluarga
Kondisi lemah dan mencret yang berlebihan perlu suatu keputusan untuk penangan awal atau
lanjutan ini bergantung pada tingkat pengetahuan dan penglaman yang dimiliki oleh anggota
keluarga (orang tua).
H. Pola Fungsi kesehatan
1. Pola Nutrisi
Makanan yang terinfeksi, pengelolaan yang kurang hygiene berpengaruh terjadinya diare,
sehingga status gizi dapat berubah ringan samapai jelek dan dapat terjadi hipoglikemia.
Kehilangan Berat Badan dapat dimanifestasikan tahap-tahap dehidrasi. Dietik pada anak <
1tahun/> 1tahun dengan Berat badan < 7 kg dapat diberikan ASI/ susu formula dengan
rendahlaktosa, umur > 1 tahun dengan BB > 7 kg dapat diberikan makananpadat atau makanan
cair.
2. Pola eliminasi
BAB (frekuensi, banyak, warna dan bau) atau tanpa lendir, darah dapat mendukung secara
makroskopis terhadap kuman penyebab dan cara penangana lebih lanjut. BAK perlu dikaji untuk
output terhadap kehilangan cairan lewat urine.
3. Pola istirahat
Pada bayi, anak dengan diare kebutuhan istirahat dapat terganggu karena frekuensi diare yang
berlebihan, sehingga menjadi rewel.
4. Pola aktivitas
Klien nampak lemah, gelisah sehingga perlu bantuan sekunder untuk memenuhi kebutuhan sehari-
hari.
I. Pemeriksaan Fisik (Robert Priharjo, 1995).
1. Sistem Neurologi,
Subyektif, klien tidak sadar, kadang-kadang disertai kejang.
Inspeksi, Keadaan umum klien yang diamati mulai pertama kali bertemu dengan klien. Keadaan
sakit diamati apakah berat, sedang, ringan atau tidak tampak sakit. Keadaran diamati
komposmentis, apatis, samnolen, delirium, stupor dan koma.
Palpasi, adakah parese, anestesia,
Perkusi, refleks fisiologis dan refleks patologis.
2. Sistem Penginderaan
Subyektif, klien merasa haus, mata berkunang-kunang,
Inspeksi :
Kepala, kesemitiras muka, cephal hematoma (-), caput sucedum (-), warna dan distibusi rambut
serta kondisi kulit kepala kering, pada neonatus dan bayi ubun-ubun besar tampak cekung.
Mata, Amati mata conjunctiva adakah anemis, sklera adakah icterus. Reflek mata dan pupil
terhadap cahaya, isokor, miosis atau midriasis. Pada keadaan diare yang lebih lanjut atau syok
hipovolumia reflek pupil (-), mata cowong.
Hidung, pada klien dengan dehidrasi berat dapat menimbulkan asidosis metabolik sehingga
kompensasinya adalah alkalosis respiratorik untuk mengeluarkan CO2 dan mengambil O2,nampak
adanya pernafasan cuping hidung.
Telinga, adakah infeksi telinga (OMA, OMP) berpengaruh pada kemungkinaninfeksi parenteal yang
pada akhirnya menyebabkan terjadinya diare (Lab. IKA FKUA, 1984)
Palpasi,
Kepala, Ubun-ubun besar cekung, kulit kepala kering, sedangkan untuk anak-anak ubun-ubun
besar sudah menutup maximal umur 2 tahun. Mata,tekanan bola mata dapat menurun,
Telinga, nyeri tekan, mastoiditis.
3. Sistem Integumen
Subyektif, kulit kering
Inspeksi , kulit kering, sekresi sedikit, selaput mokosa kering
Palpasi, tidak berkeringat, turgor kulit (kekenyalan kulit kembali dalam 1 detik = dehidrasi ringan,
1-2 detik = dehidrasi sedang dan > 2 detik = dehidrasi berat (Lab IKA FKUI, 1988).
4. Sistem Kardiovaskuler
Subyektif, badan terasa panas tetapi bagian tangan dan kaki terasa dingin
Inspeksi, pucat, tekanan vena jugularis menurun, pulasisi ictus cordis (-), adakah pembesaran
jantung, suhu tubuh meningkat.
Palpasi, suhu akral dingin karena perfusi jaringan menurun, heart rate meningkat karena
casodilatasi pemuluh darah, tahanan perifer menurun sehingga cardiac output meningkat. Kaji
frekuensi, irama dan kekuatan nadi.
Perkusi, normal redup, ukuran dan bentuk jantung secara kasar pada kausus diare akut masih
dalam batas normal (batas kiri umumnya tidak lebih dari 4-7 dan 10 cm ke arah kiri dari garis
midsternal pada ruang interkostalis ke 4,5 dan 8.
Auskultasi, pada dehidrasiberat dapat terjadi gangguansirkulasi, auskulatasi bunyi jantung S1,
S2, murmur atau bunyi tambahan lainnya. Kaji tekanan darah.
5. Sistem Pernafasan
Subyektif, sesak atau tidak
Inspeksi, bentuk simetris, ekspansi , retraksi interkostal atau subcostal. Kaji frekuensi, irama dan
tingkat kedalaman pernafasan, adakah penumpukan sekresi, stridor pernafas inspirasi atau
ekspirasi.
Palpasi, kajik adanya massa, nyeri tekan , kesemitrisan ekspansi, tacti vremitus (-).
Auskultasi, dengan menggunakan stetoskop kaji suara nafas vesikuler, intensitas, nada dan
durasi. Adakah ronchi, wheezing untuk mendeteksi adanya penyakit penyerta seperti broncho
pnemonia atau infeksi lainnya.
6. Sistem Pencernaan
Subyektif, Kelaparan, haus
Inspeksi, BAB, konsistensi (cair, padat, lembek), frekuensilebih dari 3 kali dalam sehari, adakah
bau, disertai lendi atau darah. Kontur permukaan kulit menurun, retraksi (-) dankesemitrisan
abdomen.
Auskultasi, Bising usus (dengan menggunakan diafragma stetoskope), peristaltik usus meningkat
(gurgling) > 5-20 detik dengan durasi 1 detik.
Perkusi, mendengar aanya gas, cairan atau massa (-), hepar dan lien tidak membesar suara
tymphani.
Palpasi, adakahnyueri tekan, superfisial pemuluh darah, massa (-). Hepar dan lien tidak teraba.
7. Sistem Perkemihan
Subyektif, kencing sedikit lain dari biasanya
Inspeksi, testis positif pada jenis kelamin laki-laki, apak labio mayor menutupi labio minor,
pemebsaran scrotum (-), rambut(-). BAK frekuensi, warna dan bau serta cara pengeluaran kencing
spontan atau mengunakan alat. Observasi output tiap 24 jam atau sesuai ketentuan.
Palpasi, adakah pemebsaran scrotum,infeksi testis atau femosis.
8. Sistem Muskuloskletal
Subyektif, lemah
Inspeksi, klien tampak lemah, aktivitas menurun
Palpasi, hipotoni, kulit kering , elastisitas menurun. Kemudian dilanjutkan dengan pengukuran
berat badan dan tinggi badan , kekuatan otot.
J. Pemeriksaan Penunjang
1. ÿÿÿÿÿÿ80ÿÿÿÿÿÿÿÿlpÿÿÿÿaÿÿÿLaboratorium (Lab IKA FKUI, 1988)
a. Faeces lengkap
Ø Makroskopis dan mikroskopis (bakteri (+) mis. E. Coli)
Ø PH dan kadar gula
Ø Biakan dan uji resistensi
b. Pemeriksaan Asam Basa
Analisa Baood Gas Darah dapat menimbulkan Asidosis metabolik dengan kompensasi alkalosis
respiratorik.
c. Pemeriksaan kadar ureum kreatinin
Untuk mengetahui faali ginjal
d. Serum elektrolit (Na, K, Ca dan Fosfor)
Pada diare dapat terjadi hiponatremia, hipokalsemia yang memungkinkan terjadi penuruna
kesadaran dan kejang.
e. Pemeriksaan intubasi duedenum
Terutama untuk diare kronik dapat dideteksi jasad renik atau parasit secara kualitatif dan
kuantitatif.
2. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi diperlukan kalau ada penyulit atau penyakit penyerta seperti
bronchopnemonia dll seperti foto thorax AP/PA Lateral.
K. Penatalaksanaan (Lab IKA FKUI, 1988 dan FKUA, 1984)
1. Rehidrasi
a. Jenis cairan
- cara rehidrasi oral :
· Formula lengkap (NaCl, NaHCO3, KCl dan Glukosa) seperti oralit,pedyalit setiap kali diare.
· Formula sederhana (NaCl dan Sukrosa/KH lain) seperti LGG, tajin
- cairan parenteral :
· usia 0-2 hari dengan BB < 2500 D5%, BB > 2500 (aterm) D10%.
· Usia 2 hari-3 bulan d100,18 NS
· Usia 3 bulan- 3 tahun D51/4 NS
· Usia > 3 tahun D51/2NS
· HSD (Half Strength Darrow) D1/2 2,5 NS cairan khusus untuk diare > usia 3 bulan.
b. Jalan pemberian
- Oral (dehidrasi ringan, sedang dan tanpa dehidrasi, anak mau minum serta kesadaran baik)
- Intragastrik (dehidrasi ringan, sedang, tanpa dehidrasi, anak tidak mau makan dan kesadaran
menurun).
- IV line bila dehidrasi berat
c. Jumlah cairan
Jumlah cairan yang diberikan tergantung pada :
- Defisit (derajat dehidrasi)
- Kehilangan sesaat (concurent loss)
- Rumatan (maintenance)
d. Jadual/kecepatan
Jadual atau kecepatan pemeberian cairan tergantung pada tingkat dehidrasi dan umur. Untuk
defisit diberikan 3 jampertama dan dilanjutkan maintenance.
2. Obat-obatan
a. Obat anti sekresi
- Asetosal, 25 mg/hr dengan dosisminimal 30 mg
- Klorpromasin, 0,5-1 mg/ kg BB/hr
b. Obat antispasmotilitik
Papaverin, opium. loperamid
c. Antibiotik
- Penyebab jelas
- Ada penyakit penyerta
3. Dietetik
a. Anak < 1 tahun atau > 1 tahun denga BB < 7 kg
- Susu ASI/ susu formula dengan laktosa rendah
- Makanan setengah padat (bubur susu), makana padat
b. Umur > 1 tahun dengan BB > 7 kg
Makanan padat/ maknan cair/susu
c. Dalam keadaan malabsorbsi berat serta allergi protein susu sapi dapat diberikan elemental/semi
elemental formula.
4. Supportif
a. Vitamin A 200.000 iu IM usia < 1 tahun
b. Vitamin A 100.000 iu IM usia 1-5 tahun
c. Vitamin A 5000 iu usia > 5 tahun
d. Vitamin A 2.500 iu po usia < 1 tahun
e. Vitamin A 5.000 iu po usia > 1 tahun
f. Vitamin B kompleks, vit C
Rencana Asuhan Keperawatan
I. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan
sekunder terhadap diare.
Tujuan : Keseimbangan cairan dan elektrolit dapat dipertahankan secara optimal.
Kriteria :
§ Tanda-tanda vital dalam batas normal
§ Tanda-tanda dehidrasi (-), turgor kulit elastis, membran mukosa basah, haluaran urine terkontrol,
mata tidak cowong dan ubun-ubun besar tidak cekung.
§ Konsistensi BAB liat/lembek dan frekuensi 1 kali dalam sehari
§ Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit BJ urine 1,008-1,010; BUN dalam batas normal.
§ BGA dalam batas normal
Intervensi :
1. Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan (dehidrasi)
R/ Penurunan volume cairan bersirkulasi menyebabkan kekeringan jaringan dan pemekatan urine.
Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian cairan segera untuk memperbaiki defisit.
2. Pantau intake dan out put
R/ Haluaran dapat melebihi masukan, yang sebelumnya tidak mencukupi untuk mengkompensasi
kehilangan cairan. Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus membuat haluaran tak
adeguat untuk membersihkan sesa metabolisme.
3. Timbang BB setiap hari.
R/ Penimbangan BB harian yang tepat dapat mendeteksi kehilangan cairan.
4. Penatalaksanaan rehidrasi :
a. Anjurkan keluarga bersama klien untuk meinum yang banyak (LGG, oralit atau pedyalit 10 cc/kg
BB/mencret.
R/ Kandungan Na, K dan glukosa dalam LGG, oralit dan pedyalit mengandung elektrolit sebagai
ganti cairan yang hilang secara peroral. Bula menyebarkan gelombang udara dan mengurangi
distensi.
b. Pemberian cairan parenteral (IV line) sesuai dengan umur dan penyulit (penyakit penyerta).
R/ Klien yang tidak sadar atau tingkat dehidrasi ringan dan sedang yang kurang intakenya atau
dehidrasi berat perlu pemeberian cairan cepat melalui IV line sebai pengganti cairan yang telah
hilang.
5. Kolaborasi :
a. Pemeriksaan serum elektrolit (Na, K dan Ca serta BUN)
R/ Serum elektrolit sebagai koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit. BUN untuk mengetahui
faali ginjal (kompensasi).
b. Obat-obatan (antisekresi, antispasmolitik dan antibiotik)
R/ Antisekresi berfungsi untuk menurunkan sekresi cairan dan elektrolit untuk keseimbangannya.
Antispasmolitik berfungsi untuk proses absrobsi normal. Antibiotik sebagai antibakteri berspektrum
luas untuk menghambat endoktoksin.
II. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak
adekuatnya intake dan diare
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria :
§ Nafsu makan baik
§ BB ideal sesuai dengan umur dan kondisi tubuh
§ Hasil pemeriksaan laborat protein dalam batas normal (3-5 mg/dalam)
Intervensi :
1. Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan yang berserat tinggi, berlemak dan
air panas atau dingin)
R/ Makanan ini dapat merangsang atau mengiritasi saluran usus.
2. Timbang BB setiap hari
R/ Perubahan berat badan yang menurun menggambarkan peningkatan kebutuhan kalori, protein
dan vitamin.
3. Ciptakan lingkungan yang menyenagkan selama waktu makan dan bantu sesuai dengan
kebutuhan.
R/ Nafsu makan dapat dirangsang pada situasi releks dan menyenangkan.
4. Diskusikan dan jelaskan tentang pentingnya makanan yang sesuai dengan kesehatan dan
peningkatan daya tahan tubuh.
R/ Makanan sebagai bahan yang dibutuhkan tubuh untuk proses metabolisme dan katabolisme
serta peningkatan daya tahan tubuh terutama dalam keadaan sakit. Penjelasan yang diterima
dapat membuka jalan pikiran untuk mencoba dan melaksanakan apa yang diketahuinya.
5. Kolaborasi :
a. Dietetik
- anak , 1 tahun/> 1 tahun dengan BB < 7 kg diberi susu (ASI atau formula rendah laktosa), makan
setengah padat/makanan padat.
R/ Pada diare dengan usus yang terinfeksi enzim laktose inaktif sehingga intoleransi laktose.
- Umur > 1 tahun dengan BB > 7 kg diberi makan susu/cair dan padat
R/ Makanan cukup gizi dan disesuaikan dengan kondisi kesehatan.
b. Rehidrasi parenteral (IV line)
R/ Klien yang tidak sadar atau tingkat dehidrasi ringan dan sedang yang kurang intakenya atau
dehidrasi berat perlu pemeberian cairan cepat melalui IV line sebai pengganti cairan yang telah
hilang.
c. Supporatif (pemberian vitamin A)
R/ Vitamin merupakan bagian dari kandungan zat gizi yang diperlukan tubuh terutama pada bayi
untuk proses pertumbuhan.
I. Risiko injuri kulit (area perianal) berhubungan dengan peningkatan frekuensi diare
Tujuan : Injuri kulit tidak terjadi
Kriteria :
§ Integritas kulit utuh
§ Iritasi tidak terjadi
§ Kulittidak hiperemia,atau iscemia
§ Kebersihan peranal terjaga dan tetap bersih
§ Keluarga dapat mendemonstrasikan dan melakasnakan perawatan perianal dengan baik dan
benar
Intervensi :
1. Diskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga kebersihan di tempat tidur .
R/ Kebersihan mencegah aktivitas kuman. Informasi yang adeguat melalui metode diskusi dapat
memberikan gambaran tentang pentingnya kebersihan dan keadaran partisipasi dalam
peningkatan kesehatan.
2. Libatkan dan demonstrasikan cara perawatan perianal bila basah akibat diare atau kencing
dengan mengeringkannya dan mengganti pakaian bawah. serta alasnya.
R/ Kooperatif dan partisipati sangat penting untuk peningkatan dan pencegahan untuk mencegah
terjadinya disintegrasi kulit yang tidak diharapkan.
3. Menganjurkan keluarga untuk mengganti pakaian bawah yang basah.
R/ Kelembaban dan keasaman faeces merupakan faktor pencetus timbulnya iritasi. Untuk itu
pengertian akan mendorong keluarga untuk mengatasi masalah tersebut.
4. Lindungi area perianal dari irtasi dengan pemeberian lotion.
R/ Sering BAB dengan peningkatan keasaman dapat dikurangi dengan menjaga kebersihan dan
pemberian lotion dari iritasi.
5. Atur posisi klien selang 2-3 jam.
R/ Posisi yang bergantian berpengaruh pada proses vaskularisasi lancar dan mengurangi
penekanan yang lama, sehingga mencegah ischemia dan iritasi.
APORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GASTROENTERITIS
A. KONSEP DASAR PENYAKIT1. Definisi
Gastroenteritis adalah imflamasi pada lapisan membran gastrointestinal disebabkan oleh berbagai varian entero pathogen yang luas yaitu bacteria, virus dan parasit. Manifestasi klinis utama yautu diare dan muntah yang menentukan jenis terapi.Diare adalah dimana terjadi frekuensi defekasi yang abnormal (lebih dari 3x per hari) serta perubahan dalam isi (lebih dari 200gr/hari) dan konsistensi feses cair. (Smeltzer,2001:1093)Diare adalah buang air besar (defekasi dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat),kandungan air tinja lebih bnyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200ml/24 jam.Definisi lain memakai criteria frekuensi,yaitu buang air encer lebih dari 3 kali per hari. Buang air besar tersebut dapat/tanpa disretai lender dan darah.(Sudoyo,2007:408)
2. EPIDEMIOLOGIPada penelitian diare akut pada 123 pasien di RS Persahabatan dari 1 Novenber 1993 sampai dengan 30 April 1994 Hendarwanto, Setiawan B dkk. Mendapatkan etiologi infeksi.World Gastroenterology Organisation global guldelines 2005 membuat daftar epidemiologi penyebab yang berhubungan dengan vehicle dan gejala klinik.(Sudoyo,2007:408)
3. ETIOLOGI1. Enteral Bakteri : shigela sp, E.coli pathogen, Salmonella sp, Vibrio cholera, Yersinia entero colytica,
campylobacter jejuni, V.parahaemoliticus, V.NAG.,staphylococcus aureus, Streptococcus, Klebsiella, Pseudomonas, aeromonas, Preteus dll.
o Bakteri noninvansif (enterotoksigenik)
Toksin yang diproduksi bakteri akan terikat pada mukosa usus halus, namun tidak merusak mukosa. Toksin menigkatkan kadar siklik AMP di dalam sel, menyebabkan sekresi aktif anion klorida ke dalam lumen usus yang diikuti air, ion karbonat, kation, natrium dan kalium. Bakteri ynag termasuk golongan ini adalah V. Cholera, Enterotoksigenik E. Coli (ETEC), C. Perfringers, S. Aureus, dan Vibriononglutinabel.
o Bakteri enteroinvansif
Diare menyebabkan kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan ulserasi dan bersifat sekretorik eksudatif. Cairan diare dapat bercampur lendir dan darah. Bakteri yang termasuk dalam golongan ini adalah Enteroinvansive E. Coli (EIEC), S. Paratyphi B. S. Typhimurium, S. Enteriditis, S. Choleraesuis, Shigela, Yersinia dan C. Perfringens tipe C.
Virus : Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus, Norwolk like virus, cytomegalovirus (CMV), echovirus, virus HIV.Merupakan penyebab diare akut terbanyak pada anak (70 – 80%). Beberapa jenis virus penyebab diare akut adalah Rotavirus serotype 1,2,8,dan 9 : pada manusia. Serotype 3 dan 4 didapati pada hewan dan manusia. Dan serotype 5,6, dan 7 didapati hanya pada hewan.Norwalk virus : terdapat pada semua usia, umumnya akibat food borne atau water borne transmisi, dan dapat juga terjadi penularanperson to person. Astrovirus, didapati pada anak dan dewasaAdenovirus (type 40, 41) Small bowel structured virus Cytomegalovirus
Parasit : - Protozoa: Entamoeba hitolytica, Giardia lamblia, Cryptosporidium parvum, Balantidium coli.Giardia lamblia. Parasit ini menginfeksi usus halus. Mekanisme patogensis masih belum jelas, tapi dipercayai mempengaruhi absorbsi dan metabolisme asam empedu. Transmisi melalui fecal-oral route. Interaksi host-parasite dipengaruhi oleh umur,status nutrisi,endemisitas, dan status imun. Didaerah dengan endemisitas yang tinggi, giardiasis dapat berupa asimtomatis, kronik, diare persisten dengan atau tanpa malabsorbsi. Di daerah dengan endemisitas rendah, dapat terjadi wabah dalam 5 – 8 hari setelah terpapar dengan manifestasi diare akut yang disertai mual, nyeri epigastrik dan anoreksia. Kadang-kadang dijumpai malabsorbsi dengan faty stools,nyeri perut dan gembung. Entamoeba histolytica. Prevalensi Disentri amoeba ini bervariasi,namun penyebarannya di seluruh dunia. Insiden nya mningkat dengan bertambahnya umur,dan teranak pada laki-laki dewasa. Kira-kira 90% infksi asimtomatik yang disebabkan oleh E.histolytica non patogenik (E.dispar). Amebiasis yang simtomatik dapat berupa diare yang ringan dan persisten sampai disentri yang fulminant.Cryptosporidium. Dinegara yang berkembang, cryptosporidiosis 5 – 15% dari kasus diare pada anak. Infeksi biasanya siomtomatik pada bayi dan asimtomatik pada anak yang lebih besar dan dewasa. Gejala klinis berupa diare akut dengan tipe watery diarrhea, ringan dan biasanya self-limited. Pada penderita dengan gangguan sistim kekebalan tubuh seperti pada penderita AIDS, cryptosporidiosis merupakan reemerging disease dengan diare yang lebih berat dan resisten terhadap beberapa jenis antibiotik. Microsporidium spp, Isospora belli, Cyclospora cayatanensis
Worm: A. lumbricoides, Cacing tambang, Trichuris trichiura, S. stercoralis, cestodiasis dll.Strongyloides stercoralis. Kelainan pada mucosa usus akibat cacing dewasa dan larva, menimbulkan diare. Schistosoma spp. Cacing darah ini menimbulkan kelainan pada berbagai organ termasuk intestinal dengan berbagai manifestasi, termasuk diare dan perdarahan usus. Capilaria philippinensis. Cacing ini ditemukan di usus halus, terutama jejunu, menyebabkan inflamasi dan atrofi vili dengan gejala klinis watery diarrhea dan nyeri abdomen.
Fungus: Kandida/ moniliasis.
Gambar 1:Penyebab diare
2. Parenteral: otitis media akut (OMA),pneumonia. Traveler’s diarrhea: E. coli, Giardia lamblia, singella, Entamoeba histolytica dll
Intoksikasi makanan: makanan beracunan atau mengandung logam berat, amakanan yang mengandung bakteri/toksin :clostridium perfringens, B. cereus, S. aureus, Streptocuccus anhaemo lyticus dll.
Alergi: susu sapi, makanan tertentu.Penggunaan obat dan makanan seperti obat pencahar, antibiotik dan atau mengkonsumsi makanan yang mengandung sorbitol dan fruktosa (Wong, 2008 : 1002).
Malabsorpsi/maldigensi: karbohidrat: monosakarida (Glukosa, laktosa, galaktosa), disakarida (sakarosa, laktosa), lemak: rantai panjang trigliserida protein: asam amino tertentu, celiacspure gluten malabsorption, protein intolerance,cows milk, vitamin dan mineral.(Sudoyo,2007:408)
4. GEJALA KLINISGejala klinis dari diare, yaitu :
a. Hausb. Lidah keringc. Turgor kulit menurund. Suara serake. Nadi meningkatf. Keringat dinging. Muka pucath. Mual, muntahi. Demamj. Nyeri perut/kejang perutk. Mata cowong
Pasien dengan diare akut akibat infeksi sering mengalami mual, muntah, nyeri perut sampai kejang perut demam dan diare. Terjadinya renjatan hipovolemic harus di hindari. kekurangan cairan menyebabkan pasien akan merasa haus, lidah kering, tulang pipi menonjol, tugor kulit menurun, mata cowong, gangguan biokimiawi seperti asidosis metabolic akan menyebabkan frekuensi pernafasan lebih cepat dan dalam ( pernafasan kusmaul). Bila terjadi renjatan hipovolemik berat maka denyut nadi cepat (lebih dari 120 kali/menit), tekanan darah menurun sampai tak terukur,pasien gelisah, muka pucat ujung-ujung extremitas dingin dan kadang sianosis. Kekurangan kalium dapat menimbulkan aritmia jantung. Perfusi ginjal dapat menurun sehinga timbul anuria, sehingga bila kekurangan cairan tidak segera di atasi dapat penyulit berupa mikrisis tubular akut. Secara klinis diare karena infeksi akut dibagi menjadi dua golongan. Pertama koleriform, dengan diare yang terutama atas cairan saja. Kedua, disentriform, pada diare didapatkan lendir kenal dan kadang-kadang darah.(Mansjoer,2001:502)
Menurut Wong (2008 :1002) pengkajian fisik meliputi semua parameter. Untuk pengkajian dehidrasi seperti berkurangnya haluaran urine menurunnya berat badan, membran mukosa kering, turgor kulit menurun, ubun-ubun yang cekung, kulit yang pucat. Pada dehidrasi yang lebih berat, gejala meningkatnya frekuensi nadi dan respirasi, menurunnya tekanan darah, dan waktu pengisian ulang kapiler yang memanjang (> 2 detik) yang dapat menunjukan syok yang mengancam.
5. PATOFISIOLOGIDiare akibat infeksi terutama ditularkan secara fekal oral. Hal ini disebabkan masuknya minuman atau makanan yang terkontaminasi tinja ditambah dengan ekskresi yang buruk, makanan yang tidak matang, bahkan yang disajikan tanpa dimasak. Penularannya adalah transmisis orang ke orang melalui aerosolisasi (Norwalk, Rotavirus), tangan yang terkontaminasi (Clostridium difficile), atau melalui aktifitas seksual. Faktor penentu terjadinyan diare akut adalah faktor penyebab (agen) dan faktor pejamu (host). Faktor pejamu adalah kemampuan pertahanan tubuh terhadap mikroorganisme, yaitu faktor daya tahan tubuh atau lingkungan lumen saluran cerna, seperti keasaman lambung, motilitas lambung, imunitas, juga mencakup lingkungan mikroflora usus. Faktor penyeban yang mempengaruhi patogenesis antara lain daya penetrasi yang merusak sel mukosa, kemampuan memproduksi toksin yang mempengaruhi sekresi cairan di usus, serta daya lekat kuman. Kuman tersebut membentuk koloni-koloni yang dapat menginduksi diare.
1. Bakteri noninvansif (enterotoksigenik)Toksin yang diproduksi bakteri akan terikat pada mukosa usus halus, namun tidak merusak mukosa. Toksin menigkatkan kadar siklik AMP di dalam sel, menyebabkan sekresi aktif anion klorida ke dalam lumen usus yang diikuti air, ion karbonat, kation, natrium dan kalium. Bakteri ynag termasuk golongan ini adalah V. Cholera, Enterotoksigenik E. Coli (ETEC), C. Perfringers, S. Aureus, dan Vibriononglutinabel.
2. Bakteri enteroinvansifiDiare menyebabkan kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan ulserasi dan bersifat sekretorik eksudatif. Cairan diare dapat bercampur lendir dan darah. Bakteri yang termasuk
dalam golongan ini adalah Enteroinvansive E. Coli (EIEC), S. Paratyphi B. S. Typhimurium, S. Enteriditis, S. Choleraesuis, Shigela, Yersinia dan C. Perfringens tipe C.
6. KLASIFIKASIDiare dapat diklasifikasikan berdasarkan:
a. Lama waktu diare: Akut : Diare akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari 15 hari.sedangkan
menurut World Gastroenterologi Organisation global guidelines 2005, diare akut didefinisikan sebagai pasase tinja yang cair/ lemak dengan lebih banyak dari normal,berlangsung kurang dari 14 hari. (Sudoyo,2007:408)
Kronik : Diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 15 hari. Sebenarnya para pakar di dunia telah mengajukan beberapa kreteria mengenai batasankronik pada khasus diare tersebut,ada yang 15 hari, 3 minggu 1 bulan dan 3 bulan,tetapi di Indonesia dipilih waktu lebih15 hari agar dokter tidak lengah, dapat lebih cepat menginvestigasi penyebab diare dengan lebih tepat.(Sudoyo,2007:408)
b. Mekanisme patofisilogik: Osmotik : diindikasikan dengan adanya faktor malabsorpsi akibat adanya gangguan absorpsi
karbohidrat, lemak, atau protein, dan tersering adalah malabsopsi lemak. (Mansjoer,2001:502)
Sekretorik : terdapat gangguan transport akibat adanya perbedaan osmotik intralumen dengan mukosa yang besar sehingga terjadi penarikan cairan dan elektrolit ke dalam lumen usus dalam jumlah besar. (Mansjoer,2001:502)
Gambar 2:Gangguan penyerapan pada usus
c. Berat ringan diare: kecil atau besar,d. Penyebab infeksi atau tidak: Infektif dan non Infektif : Diare infektif adalah bila penyebabnya infeksi. Sedangkan diare
non infektif bila tidak ditemukan infeksi sebagai penyabab pada khasus tersebut. (Sudoyo,2007:408)
e. Penyebab organic atau fungsional : Diare organic adalah bila di temukan penyabab anatomic, bakteriologik, hormonal atau toksikologik. Diare fungsional bila tidak dapat di temukan penyabab organik. (Sudoyo,2007:408)
7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK DAN PENUNJANGPemeriksaan fisik
1. Inspeksi :a. muka pucatb. lidah keringc. nafas cepatd. mata cowonge. sianosis pada ujung extremitas
2. Palpasi :a. turgor kulit menurunb. denyut nadi meningkatc. keringat dingind. demam
3. Auskultasi :a. suara bising usus meningkatb. tekanan darah menurunc. suara serakd. gerakan peristaltik meningkat
4. Perkusi :a. suara perut timpani
8. Pemeriksaan diagnostik1. pemeriksaan darah tepi lengkap2. pemeriksaan, ureum, kreatinin, dan berat jenis plasma3. pemeriksaan urine lengkap4. pemeriksaan tinja lengkap dan biakan tinja dari colok dubur5. pemeriksaan biakan empedu bila demam tinggi dan dicurigai infeksi sistemik6. pemeriksaan sediaan darah malaria serta serologi Helicobacter Jejuni sangat dianjurkan7. duodenal intubation untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan kualitatif
tentang pada diare kronik.8. Pemeriksaan darah 5 darah perifer lengkap, analisis gas darah (GDA) & elektrolit (Na, K,
Ca, dan P serum yang diare disertai kejang)
Derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan :a. Kehilangan BB
1. Tidak ada dehidrasi : menurun BB < 2 %2. Dehidrasi ringan : menurun BB 2 - 5%3. Dehidrasi sedang : menurun BB 5 - 10%4. Dehidrasi berat : menurun BB 10%b. Menentukan kekenyalan kulit, kulit perut dijepit antara ibu jari dan telunjuk (selama 30-60
detik) kemudian dilepaskan, jika kulit kembali dalam :1. 1 detik ; turgor agak kurang (dehidrasi ringan)2. 1-2 detik : turgor kurang (dehidrasi sedang)3. 2 detik: turgor sangat kurang (dehidrasi berat)
Pada pasien yang mengalami dehidrasi atau toksisitas berat atau diare berlangsung lebiih dari beberapa hari, di perlukan beberapa pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan tersebut a.l pemeriksaan darah tepi lengkap (hemoglobin, hematokrit, leukosit, hitung jenis leukosit), kadar eliktrolit serum,ureum dan kretinin, pemeriksaan tinja dan pemeriksaan enzyme- linked immunorsorbent assay (ELISA) menditeksi giardiasis dan tes serologic amebiasis, dan foto x-ray abdomen. Pasien dengan diare karena virus,biasanya memiliki jumlah dan hitung jenis leukost yang normal atau limfositosis. pasien dengan infeksi bakteri terutama pada infeksi bakteri yang infasif ke mukosa, memiliki leukositosis dengan kelebihan darah putih muda. Neurotropenia dapat timbul pada salmonellosis. Ureum dan kreatinin di periksa untuk memeriksa adanya kekurangan volume cairan dan mineral tubuh pemeriksaaan tinja dilakukan untuk mellihat adanya leukosit dalam tinja yang menunjukan adanya infeksi bakteri,adanya telur cacing dan parasit dewasa..(Sudoyo,2007:408)
8. KOMPLIKASI Disritmia jantung akibat deplesi elektrolit yang berlebih. (Smetlzer, 2001 : 1094). Syok akibat terjadinya dehidrasi yang berlanjut hingga gangguan serius pada status
serkulasi. (Wong, 2008 : 999).9. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan Kegawat DaruratanMenurut John (2004:234)
a. Penggantian cairan intra vena ( IV bolus 500ml normal salin untuk dewasa, 10- 20mlb. Pemberian suplemen nutrisi harus diberikan segera pada pasien mual muntah.c. Antibiotik yang diberikan pada pasien dewasa adalah cifrofloksasin 500mg.d. Pemberian metronidazole 250-750mg selama 5-14 kali.e. Pemberian obat anti diare yang dikomendasikan antibioticf. Obat antiemetic yang digunakan pada pasien yang muntah dengan dehidrasi
Terapi/tindakan penanganan1. Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi Hal-hal yang harus diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi yang cepat dan akurat, yaitu:
a. Jenis cairan yang hendak digunakanCairan ringer laktat merupakan cairan pilihan dengan jumlah kalium yang rendah bila dibandingkan dengan kalium tinja. Bila tidak ada RL dapat diberikan NaCl isotonik (0,9%) yang sebaiknya ditambahkan dengan 1 ampul nabik 7,5% 50 ml pada setiap 1 It NaCl isotonik. Pada keadaan diare akut awal yang ringan dapat diberikan cairan oralit yang dapat mencegah dehidrasi dengan segala akibatnya.
Upaya Rehidrasi Oral (URO)URO berdasarkan prinsip bahwa absorpsi natrium usus (dan juga elektrolit lain dan air) dilakukan oleh absorpsi aktif molekul makanan tertentu seperti glukosa (yang dihasilkan dari pemecahan sukrosa ) atau L asam amino (yang dihasilkan daripemecahan protein dan peptida). Bila diberikan cairan isotonik yang seimbang antara glukosa dan garamnya, absorpsi ikatan glukosa-natrium akan terjadi dan ini akan diikuti dengan absorpsi air dan elektrolit yang lain. Proses ini akan mengoreksikehilangan air dan elektrolit pada diare. Campuran garam dan glukosa ini sinamakan Oral Rehydration Salt (ORS) atau di Indonesia dikenal sebagai cairan rehidrasi oral (Oralit).
2. memberikan cairan dan elektrolit3. pemberian obat antidiare untuk menormalkan sekresi sehingga dapat mengembalikan
keseimbangan cairan4. memberikan obat-obatan, sebagai berikut :a. Obat anti sekresi (asetosal, klorpromazin)b. Obat spasmolitik (papaverin, ekstrakbelladone)c. Antibiotik (diberikan bila penyebab infeksi telah diidentifikasi)
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN1. Pengkajian
Data Primer Data Subjektif
Keluhan utama : buang air besar lebih dari 3 hariRiwayat penyakit saat ini : buang air besar lebih dari 3 hari disertai nyeri perut.
Riwayat penyakit sebelumnya : alergi akibat penggunaan obat dan makanan seperti obat pencahar, antibiotik dan atau mengkonsumsi makanan yang mengandung sorbitol dan fruktosa.
Data Objektif Airway : Jalan nafas paten Tidak ada obstruksi pada pernafasan Breathing / Pernafasan
Nafas spontan Irama nafas cepat Pola nafas tidak teratur Jenis pernafasan; Kusmaul
Adanya sesak nafas Adanya pernafasan cuping hidung RR > 24x/menit Circulation
Nadi > 120x/menit Tekanan darah menurun Wajah tampak pucat Akral hangat Kadang Ada sianosis Suhu > 37,50C CRT > 2 detik Mukosa bibir kering Tidak terjadi perdarahan Turgor kulit lambat Riwayat kelebihan cairan akibat diare Disability
Pasien tampak lemah
Data sekunder Eksposure
Tidak adanya edema ekstremitas Tidak ada jejas pada kepala Five intervention
Pemeriksaan Laboratorium:- Pemeriksaan darah tepi lengkap (hemoglobin, hematokrit, leukosit, hitung jenis leukosit),
kadar elektrolit serum,ureum dan kretinin,- Pemeriksaan tinja dan pemeriksaan enzyme- linked immunorsorbent assay (ELISA)
menditeksi giardiasis dan tes serologic amebiasis, dan foto x-ray abdomen. Give comfort
Pasien tampak nyeri Nyeri di sekitar perut Head to toe
Kepala dan wajah : mata cowong Leher : pada pemeriksaan leher tidak ada data yang abnormal Dada : tidak ada data yang bermasalah pada pemeriksaan dada. Abdomen dan pinggang :
Inspeksi : distensi abdomenAuskultasi : Bising usus meningkat
Gerakan peristaltic meningkatPerkusi : suara perut timpaniPalpasi : tidak di temukan adanya pembesaran hati.
Pelvis dan perineum : tidak ada masalah pada pemeriksaan pelvis dan perenium. Ekstremitas : tidak ada masalah pada pemeriksaan ekstremitas.
Inspect the posterior surface
Tidak ada masalah pada pemeriksaan bagian belakang.
2. DiagnosaDx1: Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan banyak melalui rute normal (diare
berat, muntah).Dx2 : Nyeri akut berhubungan dengan hiperperistaltik, diare lama.
Dx3 : Hipertemia berhubungan dengan dehidrasi.Dx4 : Diare berhubungan dengan inflamasi, iritasi, atau malabsorpsi usus.
Dx5: Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan gangguan absorpi nutrien.
Dx6: Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan abnormalitas metabolik atau ketidak seimbangan asam basa.
Dx7 : Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan inflamasi antara dermal-epidermal sekunder akibat : diareDx8 : PK Disritmia jantung.
3. IntervensiDx 1 : Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan banyak melalui rute normal (diare
berat, muntah).Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x30 menit diharapkan pasien mampu
mempertahankan volume cairan adekuat dengan kriteria hasil : Tanda-tanda vital stabil (TD : 100-120/70-90mmHg, N : 60-100x/menit, S : 36,5-37,50C, RR
: 12-24x/menit). Membran mukosa lembab. Turgor kulit membaik. Keseimbangan masukan dan haluaran dengan urin normal dalam konsentrasi/jumlah (0,5-
1cc/kg BB/jam). CRT < 2 detik. Mata tidak cowong.
Intervensi :1. Kaji tanda vital (TD, nadi, suhu).
R/ : hipotensi (termasuk postural), takikardial, demam dapat menunjukan respon terhadap dan/ atau efek kehilangan cairan.
2. Awasi masukan haluaran, karakter, dan jumlah feses ; perkirakan kehilangan yang tak terlihat misalnya berkeringat. Ukur berat jenis urine ; observasi oliguria.R/ : memberikan informasi tentang keseimbangan cairan. Fungsi ginjal dan control penyakit usus juga merupakan pedoman untuk penggantian cairan.
3. Observasi kulit kering berlebihan dan membran mukosa, penurunan turgor kulit, pengisian kapiler lambat.R/ : menunjukan kehilangan cairan berlebih atau dehidrasi.Kolaborasi :
1. Berikan cairan parenteral sesuai indikasi.R/ : mempertahankan istirahat usus akan memerlukan penggantian cairan untuk memperbaiki kehilangan. Catatan : cairan mengandung natrium dapat dibatasi pada adanya enteritis regional.
2. Berikan obat sesuai indikasi anti diare.R/ : menurunkan kehilangan cairan dari usus.
3. Berikan obat antiemetic misalnya trimetobenzamida (tigan) ; hidroksin (pistaril) ; proklorperasin (kompazine).
R/ : digunakan untuk mengontrol mual/muntah pada heksaserbasi akut.4. Berikan cairan Elektrolit misalnya tambahan kalium (LCI-IP : K-lyte, slow-K).
R/ : elektrolit hilang dalam jumlah besar, khususnya pada usus yang gundul, area ulkus, dan diare dapat juga menimbulkan asedosis metabolit karena kehilangan bikarbonat (HCO3).(vitamin K mephyton)
Dx 2 : Hipertemia berhubungan dengan dehidrasi.Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 2x30 menit diharapkan suhu tubuh pasien
kembali normal dengan kriteria hasil : Tanda-tanda vital stabil (TD : 100-120/70-90mmHg, N : 60-100x/menit, S : 36,5-37,50C, RR
: 12-24x/menit). Membran mukosa lembab. Turgor kulit baik, kulit tidak kemerahan.
Intervensi :1. Control suhu pasien (derajat dan pola) ; perhatikan mengigil/diaporosis.
R/ : suhu 38,9-41,1 C menunjukan proses penyakit impesius akut. Pola demam dapat membantu dalam dianogsis.Kolaborasi :
1. Berikan antipiretik misalnya ASAL (aspirin), asetaminofen (Tylenol).R/ : digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi centralnya pada hipotalamus, meskipun demam mungkin dapat berguna dalam membatasi pertumbuhan organism, dan meningkatkan autodekstruksi dari sel-sel yang terinfeksi.
Dx 3 : Nyeri akut berhubungan dengan hiperperistaltik, diare lama.Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x30 menit diharapkan nyeri pasien
berkurang/terkontrol dengan kriteria hasil : Pasien melaporkan hilang atau terkontrol. Pasien tampak rileks/mampu istirahat dengan tepat. Pasien tidak gelisah.
Intervensi :1. Dorong pasien untuk melaporkan nyeri.
R/ : mencoba untuk mentoleransi nyeri, dari pada meminta analgesic.2. Kaji laporan keram abdomen atau nyeri, catat lokasi, lamanya, intensitas (skala 0-10). Selidiki
dan laporkan perubahan karakteristik nyeri.
R/ : nyeri kulit hilang timbul pada penyakit crohn. Nyeri sebelum defekasi sering terjadi pada KU dengan tiba-tiba, dimana dapat berat dan terus menerus. Perubahan pada karakteristik nyeri dapat menunjukan penyebaran penyakit/terjadinya komplikasi, misalya pistula kandung kemih, perporasi, toksik megakolon.
3. Catat petunjuk non verbal misalnya gelisah, menolak untuk bergerak, berhati-hati dengan abdomen, menarik diri dan depresi. Selidiki perbedaan penunjuk verbal dan non verbal.R/ : bahasa tubuh/petunjuk non verbal dapat secara psikologis dan visiologis dan dapat digunakan pada hubungan petunjuk verbal untuk mengidentifikasi luas dari beratnya masalah.
4. Kaji ulang factor-faktor yang meningkatkan atau menghilangkan nyeri.R/ : dapat menunjukan dengan tepat pencetus factor-factor pemberat (seperti kejadian stress, tidak toleran terhadap makanan) atau mengidentifikasi terjadinya komplikasi.
5. Izinkan pasien untuk memulai posisi yang nyaman misalnya lutut fleksi.R/ : menurunkan tegangan abdomen dan meningkatkan rasa control.Kolaborasi :
1. Berikan obat analgetik sesuai indikasi.R/ : nyeri bervariasi dari ringan sampai berat dan perlu penanganan untuk memudahkan istirahat ade kuat dan penyembuhan. Catatan : kopiat harus digunakan dengan hati-hati karena dapat menimbulkan toksik megakolon.Intervensi antikolinergig.
4. EvaluasiDx1 : Volume cairan adekuat
Tanda-tanda vital stabil (TD : 100-120/70-90mmHg, N : 60-100x/menit, S : 36,5-37,50C, RR : 12-24x/menit).
Membran mukosa lembab. Turgor kulit membaik. Keseimbangan masukan dan haluaran dengan urin normal dalam konsentrasi/jumlah (0,5-
1cc/kg BB/jam). CRT < 2 detik. Mata tidak cowong
Dx2 : Suhu tubuh stabil. Tanda-tanda vital stabil (TD : 100-120/70-90mmHg, N : 60-100x/menit, S : 36,5-37,50C, RR
: 12-24x/menit). Membran mukosa lembab. Turgor kulit baik, kulit tidak kemerahan.
Dx3 : Nyeri berkurang/terkontrol. Pasien melaporkan hilang atau terkontrol. Pasien tampak rileks/mampu istirahat dengan tepat. Pasien tidak gelisah.
DAFTAR PUSTAKA Smeltzer, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal Bedah volume 1. Jakarta : EGC Sudoyo. 2007. Wong, Donna L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik edisi 6. Jakarta : EGCMasjoer, Arief. 1999. Kapita Selekta Kedokteran edisi 3. Jakarta : EGCDoengoes, Marylynn E. Dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGCCapernito, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGCMa, O. John. 2004. Emergency Medicine Manual. USA : The Mc.Graw-Hill Companies