lp vulnus
DESCRIPTION
Konsep dan Askep VulnusTRANSCRIPT
R e n y H a r t i k a s a r i / 0 8 1 0 7 2 0 0 5 8 | 1L a p o r a n p e n d a h u l u a n v u l n u s
1. DEFINISI
Luka adalah keadaan hilang/terputusnya kontinuitas jaringan Menurut
InETNA, luka adalah sebuah injuri pada jaringan yang mengganggu proses
selular normal, luka dapat juga dijabarkan dengan adanya kerusakan pada
kuntinuitas/kesatuan jaringan tubuh yang biasanya disertai dengan
kehilangan substansi jaringan (Mansjoer, 2001)
2. ETIOLOGI
a. Mekanik
Benda tajam
Merupakan luka terbuka yang terjadi akibat benda yang memiliki sisi
tajam atau runcing. Misalnya luka iris, luka bacok, dan luka tusuk
Benda tumpul
Ledakan atau tembakan
Misalnya luka karena tembakan senjata api
b. Non Mekanik
Bahan kimia
Terjadi akibat efek korosi dari asam kuat atau basa kuat
Trauma fisika
Luka akibat suhu tinggi
Suhu tinggi dapat mengakibatkan terjadinya heat exhaustion
primer, heat exhaustion sekunder, heat stroke, sun stroke, dan
heat cramps.
Luka akibat suhu rendah
Derajat Luka yang terjadi pada kulit karena suhu dingin
diantaranya hyperemia, edema dan vesikel,
Luka akibat trauma listrik
Luka akibat petir
Luka akibat perubahan tekanan udara (Mansjoer, 2001)
Radiasi
3. Klasifikasi
a. Berdasarkan derajat kontaminasi
Luka bersih
Luka bersih adalah luka yang tidak terdapat inflamasi dan infeksi,
yang merupakan luka sayat elektif dan steril dimana luka tersebut
R e n y H a r t i k a s a r i / 0 8 1 0 7 2 0 0 5 8 | 2L a p o r a n p e n d a h u l u a n v u l n u s
berpotensi untuk terinfeksi. Luka tidak ada kontak dengan orofaring,
traktus respiratorius maupun traktus genitourinarius. Dengan demikian
kondisi luka tersebut tetap dalam keadaan bersih. Kemungkinan
terjadinya infeksi luka sekitar 1%-5%.
Luka bersih terkontaminasi
Luka bersih terkontaminasi adalah luka pembedahan dimana saluran
pernafasan, saluran pencernaan dan saluran perkemihan dalam
kondisi terkontrol. Proses penyembuhan luka akan lebih lama namun
luka tidak menunjukkan tanda infeksi. Kemungkinan timbulnya infeksi
luka sekitar 3% - 11%.
Luka terkontaminasi
Luka terkontaminasi adalah luka yang berpotensi terinfeksi spillage
saluran pernafasan, saluran pencernaan dan saluran kemih. Luka
menunjukan tanda infeksi. Luka ini dapat ditemukan pada luka
terbuka karena trauma atau kecelakaan (luka laserasi), fraktur terbuka
maupun luka penetrasi. Kemungkinan infeksi luka 10% - 17%.
Luka kotor
Luka kotor adalah luka lama, luka kecelakaan yang mengandung
jaringan mati dan luka dengan tanda infeksi seperti cairan purulen.
Luka ini bisa sebagai akibat pembedahan yang sangat
terkontaminasi. Bentuk luka seperti perforasi visera, abses dan
trauma lama.
b. Berdasarkan penyebab
1) Luka akibat kekerasan benda tumpul
Vulnus kontusio/ hematom
Adalah luka memar yaitu suatu pendarahan dalam jaringan bawah
kulit akibat pecahnya kapiler dan vena yang disebabkan oleh
kekerasan tumpul
Vulnus eksoriasi (luka lecet atau abrasi)
adalah cedera pada permukaan epidermis akibat bersentuhan
dengan benda berpermukaan kasar atau runcing. Luka ini banyak
dijumpai pada kejadian traumatik seperti kecelakaan lalu lintas,
terjatuh maupun benturan benda tajam ataupun tumpul. Walaupun
kerusakannya minimal tetapi luka lecet dapat memberikan
petunjuk kemungkinan adanya kerusakan hebat pada alat-alat
R e n y H a r t i k a s a r i / 0 8 1 0 7 2 0 0 5 8 | 3L a p o r a n p e n d a h u l u a n v u l n u s
dalam tubuh. Sesuai mekanisme terjadinya luka lecet dibedakan
dalam jenis:
Luka lecet gores
Diakibatkan oleh benda runcing yang menggeser lapisan
permukaan kulit
Luka lecet serut (grzse)/geser (friction abrasion)
Adalah luka lecet yang terjadi akibat persentuhan kulit dengan
permukaan badan yang kasar dengan arah kekerasan sejajar/
miring terhadap kulit
Luka lecet tekan (impression, impact abrasion)
Luka lecet yang disebabkan oleh penekanan benda tumpul
secara tegak lurus terhadap permukaan kulit.
Vulnus laseratum (luka robek)
luka dengan tepi yang tidak beraturan atau compang camping
biasanya karena tarikan atau goresan benda tumpul. Luka ini
dapat kita jumpai pada kejadian kecelakaan lalu lintas dimana
bentuk luka tidak beraturan dan kotor, kedalaman luka bisa
menembus lapisan mukosa hingga lapisan otot.
2) Luka akibat kekerasan setengah tajam
Vulnus Morsum
Adalah luka karena gigitan binatang. Luka gigitan hewan memiliki
bentuk permukaan luka yang mengikuti gigi hewan yang
menggigit. Dengan kedalaman luka juga menyesuaikan gigitan
hewan tersebut
3) Luka akibat kekerasan tajam/ benda tajam
Vulnus scisum (luka sayat atau iris)
Luka sayat atau iris yang di tandai dengan tepi luka berupa garis
lurus dan beraturan. Vulnus scissum biasanya dijumpai pada
aktifitas sehari-hari seperti terkena pisau dapur, sayatan benda
tajam ( seng, kaca ), dimana bentuk luka teratur
Vulnus punctum (luka tusuk)
Luka tusuk adalah luka akibat tusukan benda runcing yang
biasanya kedalaman luka lebih dari pada lebarnya. Misalnya
tusukan pisau yang menembus lapisan otot, tusukan paku dan
R e n y H a r t i k a s a r i / 0 8 1 0 7 2 0 0 5 8 | 4L a p o r a n p e n d a h u l u a n v u l n u s
benda-benda tajam lainnya. Kesemuanya menimbulkan efek
tusukan yang dalam dengan permukaan luka tidak begitu lebar.
4) Vulnus scloperotum (luka tembak)
Adalah luka yang disebabkan karena tembakan senjata api
5) Luka akibat trauma fisika dan kimia
Vulnus combutio
Adalah luka karena terbakar oleh api atau cairan panas maupun
sengatan arus listrik. Vulnus combutio memiliki bentuk luka yang
tidak beraturan dengan permukaan luka yang lebar dan warna kulit
yang menghitam. Biasanya juga disertai bula karena kerusakan
epitel kulit dan mukosa
Sumber lain menyatakan pembagian umum luka :
a. Simple, bila hanya melibatkan kulit.
b. Kompukatum, bila melibatkan kulit dan jaringan dibawahnya.
Trauma arteri umumnya dapat disebabkan oleh trauma benda tajam ( 50
% ) misalnya karena tembakan, luka-luka tusuk, trauma kecelakaan kerja
atau kecelakaan lalu lintas, trauma arteri dibedakan berdasarkan
beratnya cidera :
a. Derajat I adalah robekan adviticia dan media, tanpa menembus
dinding.
b. Derajat II adalah robekan varsial sehingga dinding arteri juga terluka
dan biasanya menimbulkan pendarahan yang hebat.
c. Derajat III adalah pembuluh darah putus total, gambaran klinis
menunjukan pendarahan yang tidak besar, arteri akan mengalami
vasokontriksi dan retraksi sehingga masuk ke jaringan karen
elastisitasnya.
4. MANIFESTASI KLINIK
Menurut black (1993) manifestasi vulnus adalah sebagai berikut:
Deformitas: Daya terik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang
berpindah dari tempatnya perubahan keseimbangan dan contur
terjadi seperti: rotasi pemendekan tulang, penekanan tulang.
R e n y H a r t i k a s a r i / 0 8 1 0 7 2 0 0 5 8 | 5L a p o r a n p e n d a h u l u a n v u l n u s
Bengkak: edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi
darah dalam jaringan yang berdekatan dengan fraktur
Echumosis dari Perdarahan Subculaneous
Spasme otot spasme involunters dekat fraktur
Tenderness/keempukan
Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari
tempatnya dan kerusakan struktur di daerah yang berdekatan.
Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya
saraf/perdarahan)
Pergerakan abnormal
Krepitasi
(Black, 1993).
a. Vulnus kontusio
Luka Memar
Pendarahan tepi : pendarahan tidak diumpai pada lokasi yang
bertekanan, tetapi pendarahan akan menepi sehingga bentuk
pendarahan akan menepi sesuai dengan bentuk celah antara kedua
kembang yang berdekatan
Dilihat dari permukaan kulit tampak darah berwarna hitam kebiruan,
setelah sekitar dua hari terjadi perubahan pigmen darah menjadi
warna kuning.
b. Vulnus eksoriasi
Luka lecet
R e n y H a r t i k a s a r i / 0 8 1 0 7 2 0 0 5 8 | 6L a p o r a n p e n d a h u l u a n v u l n u s
Hilangnya epitel dan lapisan dermis atau subkutan hal ini
menyebabkan luka tampak kuning, putih, merah muda atau berdarah
tergantung pada jaringan yang terekspos / rusak
c. Vulnus laseratum
Vulnus laceratum adalah terjadinya gangguan kontinuitas suatu
jaringan sehingga terjadi pemisahan jaringan yang semula normal,
luka robek terjadi akibat kekerasan yang hebat sehingga memutuskan
jaringan.
Bentuk luka tidak beraturan
Tepi tidak rata
Akar rambut tampak hancur atau tercabut bila kekerasannya di
daerah yang berambut
Sering tampak luka lecet
Memar disekitar luka
d. Vulnus morsum
Luka mempunyai tepi rata
Dapat berbentuk luka lecet tekan berbentuk garis terputus-
putus ,hematoma atau luka robek dengan tepi rata
Luka gigitan masih baik strukturnya sampai 3 jam pasca trauma,
setelah itu dapat berubah bentuk akibat elastisitas kulit
Vulnus morsum merupakan luka yang tercabik-cabik yang dapat
berupa memar yang disebabkan oleh gigitan binatang atau manusia
R e n y H a r t i k a s a r i / 0 8 1 0 7 2 0 0 5 8 | 7L a p o r a n p e n d a h u l u a n v u l n u s
e. Vulnus scisum
Luka sayat lebar tapi dangkal
Luka menembus lapisan atas kulit atau lapisan dermis ke struktur
yang lebih dalam (Kartikawati, 2011)
f. Vulnus punctum
Kedalaman luka melebihi panjang luka
Kerusakan pembuluh darah tepi
g. Vulnus sclerotum
Luka tembak menimbulkan kerusakan jaringan pada organ yang
berada dibawahnya
Peluru dapat menghancurkan tulang dan menyebabkan cidera lebih
lanjut
Peluru dari senapan menyebabkan kerusakan lebih besar
h. Vulnus combutio
Luka bakar derajat 1
Kerusakan pada epidermis, kulit kering, kemerahan, nyeri sekali,
sembuh, dalam 3-7 dan tidak ada jaringan parut
Luka bakar derajat 2
R e n y H a r t i k a s a r i / 0 8 1 0 7 2 0 0 5 8 | 8L a p o r a n p e n d a h u l u a n v u l n u s
Kerusakan pada epidermis dan dermis, terdapat vesikel dan edema,
subkutan, luka merah, basah dan mengkilat, sangat nyeri, sembuh
dalam, 28 hari tergantung komplikasi infeksi.
Luka bakar derajat 3
Kerusakan pada semua lapisan kulit, tidak ada nyeri, luka merah
keputih-putihan, dan hitam keabu-abuan, tampak kering, lapisan yang
rusak tidak sembuh sendiri maka perlu Skin graff.
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan serum: hal ini dilakukan karena ada pada pasien
dengan luka bakar mengalami kehilangan volume
Pemeriksaan darah : misal pada pasien dengan luka gigitan dapat
dijumpai hipoprototrombinemia, trombositopenia, hipofibrinogemia,
dan anemia
Pemeriksaan elektrolit : pada pasien dengan luka bakar mengalami
kehilangan volume cairan dan gangguan Na-K pump
Analisa gas darah biasanya pasien luka bakar terjadi asidosis
metabolisme dan kehilanga protein
R e n y H a r t i k a s a r i / 0 8 1 0 7 2 0 0 5 8 | 9L a p o r a n p e n d a h u l u a n v u l n u s
Faal hati dan ginjal
CBC mengidentifikasikan jumlah darah yang ke dalam cairan,
penuruan HCT dan RBC, trombositopenia lokal, leukositosis, RBC
yang rusak
Elektolit terjadi penurunan calsium dan serum, peningkatan alkali
phosphate
Serum albumin : total protein menurun, hiponatremia
Radiologi : untuk mengetahui penumpukan cairan paru, inhalas asap
dan menunjukkan faktor yang mendasari ; pada pasien vulnus
morsum biasanya terdapat emboli paru/edema paru
ECG : untuk mengetahui adanya aritmia
6. PATOFISIOLOGI
Menurut Soejarto Reksoprodjo, dkk, 1995 ; 415) proses yang terjadi secara
alamiah bila terjadi luka dibagi menjadi 3 fase :
1) Fase inflamsi atau “lagphase“ berlangsung sampai 5 hari. Akibat luka
terjadi pendarahan, ikut keluar sel-sel trombosit radang. Trombosit
mengeluarkan prosig lalim, trombosam, bahan kimia tertentu dan asam
amoini tertentu yang mempengaruhi pembekuan darah, mengatur tonus
dinding pembuluh darah dan khemotaksis terhadap leukosit. Terjadi
Vasekontriksi dan proses penghentian pendarahan. Sel radang keluar
dari pembuluh darah secara diapedisis dan menuju dareh luka secara
khemotaksis. Sel mast mengeluarkan serotonin dan histamine yang
menunggalkan peruseabilitas kapiler, terjadi eksudasi cairan edema.
Dengan demikian timbul tanda-tanda radang leukosit, limfosit dan monosit
menghancurkan dan menahan kotoran dan kuman.
2) Fase proferasi atau fase fibriflasi. berlangsung dari hari ke 6-3 minggu.
Tersifat oleh proses preforasi dan pembentukan fibrosa yang berasal dari
sel-sel masenkim. Serat-serat baru dibentuk, diatur, mengkerut yang tidak
perlu dihancurkan dengan demikian luka mengkerut/mengecil. Pada fase
ini luka diisi oleh sel radang, fibrolas, serat-serat kolagen, kapiler-kapiler
baru: membentuk jaringan kemerahan dengan permukaan tidak rata,
disebut jaringan granulasi. Epitel sel basal ditepi luka lepas dari dasarnya
dan pindah menututpi dasar luka. Proses migrasi epitel hanya berjalan
kepermukaan yang rata dan lebih rendah, tak dapat naik, pembentukan
R e n y H a r t i k a s a r i / 0 8 1 0 7 2 0 0 5 8 | 10L a p o r a n p e n d a h u l u a n v u l n u s
jaringan granulasi berhenti setelah seluruh permukaan tertutup epitel dan
mulailah proses pendewasaan penyembuhan luka.
3) Fase “remodeling“ fase ini dapat berlangsung berbulan-bulan. Dikatakan
berakhir bila tanda-tanda radang sudah hilang. Parut dan sekitarnya
berwarna pucat, tipis, lemas, tidak ada rasa sakit maupun gatal
Web of caution
Etiologi vulnus
Mekanik : benda tajam, benda tumpul, tembakan/ledakan, gigitan binatang
Non mekanik:
bahan kimia, suhu tinggi, radiasi
Traumatic jaringan
Terputusnya kontinuitas
jaringan
Kerusakan syaraf perifer
Stimulasi neurotransmitter (histamine, prostaglandin, bradikinin, prostagladin)
Nyeri akut
Kerusakan pembuluh
darah
Pendarahan berlebih
Keluarnya cairan tubuh
Resiko syok :hipovolomik
ansietas
Gangguan pola tidurPergerakan terbaras
Gangguan mobilitas
fisik
Kerusakan integritas jaringan
Hipotensi, hipovolemi,
hipoksia, hiposemi
R e n y H a r t i k a s a r i / 0 8 1 0 7 2 0 0 5 8 | 11L a p o r a n p e n d a h u l u a n v u l n u s
7. KOMPLIKASI
Kerusakan arteri:
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya
nadi, CRT menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar,
dan dingin pada ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan
emergensi splinting, perubahan posisi pada yang sakit, tindakan
reduksi, dan pembedahan.
Kompartement Syndrom
Kerusakan intergritas kulit
Rusaknya barrier
pertahanan primer
Terpapar lingkungan
Resiko tinggi infeksi
R e n y H a r t i k a s a r i / 0 8 1 0 7 2 0 0 5 8 | 12L a p o r a n p e n d a h u l u a n v u l n u s
Kompartement Syndrom merupakan komplikasi serius yang terjadi
karena terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam
jaringan parut. Ini disebabkan oleh oedema atau perdarahan yang
menekan otot, saraf, dan pembuluh darah
Infeksi
Shock
Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya
permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi
Kontraktur
Hipertropi jaringan parut
8. PENYEMBUHAN LUKA
a. Tipe Penyembuhan luka
Terdapat 3 macam tipe penyembuhan luka, dimana pembagian ini
dikarakteristikkan dengan jumlah jaringan yang hilang.
1) Primary Intention Healing (penyembuhan luka primer) yaitu
penyembuhan yang terjadi segera setelah diusahakan bertautnya tepi
luka biasanya dengan jahitan.
2) Secondary Intention Healing (penyembuhan luka sekunder) yaitu
luka yang tidak mengalami penyembuhan primer. Tipe ini
dikarakteristikkan oleh adanya luka yang luas dan hilangnya jaringan
dalam jumlah besar. Proses penyembuhan terjadi lebih kompleks dan
lebih lama. Luka jenis ini biasanya tetap terbuka.
3) Tertiary Intention Healing (penyembuhan luka tertier) yaitu luka yang
dibiarkan terbuka selama beberapa hari setelah tindakan
debridement. Setelah diyakini bersih, tepi luka dipertautkan (4-7 hari).
Luka ini merupakan tipe penyembuhan luka yang terakhir
(Mansjoer,2001).
b. Fase Penyembuhan Luka
Proses penyembuhan luka memiliki 3 fase yaitu fase inflamasi,
proliferasi dan maturasi. Antara satu fase dengan fase yang lain
merupakan suatu kesinambungan yang tidak dapat dipisahkan.
- Fase Inflamasi
Tahap ini muncul segera setelah injuri dan dapat berlanjut sampai 5 hari.
Inflamasi berfungsi untuk mengontrol perdarahan, mencegah invasi
R e n y H a r t i k a s a r i / 0 8 1 0 7 2 0 0 5 8 | 13L a p o r a n p e n d a h u l u a n v u l n u s
bakteri, menghilangkan debris dari jaringan yang luka dan
mempersiapkan proses penyembuhan lanjutan.
- Fase Proliferasi
Tahap ini berlangsung dari hari ke 6 sampai dengan 3 minggu. Fibroblast
(sel jaringan penyambung) memiliki peran yang besar dalam fase
proliferasi.
- Fase Maturasi
Tahap ini berlangsung mulai pada hari ke 21 dan dapat berlangsung
sampai berbulan-bulan dan berakhir bila tanda radang sudah hilang.
Dalam fase ini terdapat remodeling luka yang merupakan hasil dari
peningkatan jaringan kolagen, pemecahan kolagen yang berlebih dan
regresi vaskularitas luka (Mansjoer,2001).
c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka
Penyembuhan luka merupakan suatu proses yang kompleks dan
dinamis karena merupakan suatu kegiatan bioseluler dan biokimia yang
terjadi saling berkesinambungan. Proses penyembuhan luka tidak hanya
terbatas pada proses regenerasi yang bersifat lokal saja pada luka,
namun dipengaruhi pula oleh faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik
- Faktor Instrinsik adalah faktor dari penderita yang dapat berpengaruh
dalam proses penyembuhan meliputi : usia, status nutrisi dan hidrasi,
oksigenasi dan perfusi jaringan, status imunologi, dan penyakit
penyerta (hipertensi, DM, Arthereosclerosis).
- Faktor Ekstrinsik adalah faktor yang didapat dari luar penderita yang
dapat berpengaruh dalam proses penyembuhan luka, meliputi :
pengobatan, radiasi, stres psikologis, infeksi, iskemia dan trauma
jaringan
d. Komplikasi Penyembuhan Luka
Komplikasi dan penyembuhan luka timbul dalam manifestasi yang
berbeda-beda. Komplikasi yang luas timbul dari pembersihan luka yang
tidak adekuat, keterlambatan pembentukan jaringan granulasi, tidak
adanya reepitalisasi dan juga akibat komplikasi post operatif dan adanya
infeksi.
R e n y H a r t i k a s a r i / 0 8 1 0 7 2 0 0 5 8 | 14L a p o r a n p e n d a h u l u a n v u l n u s
Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi adalah : hematoma,
nekrosis jaringan lunak, dehiscence, keloids, formasi hipertropik scar dan
juga infeksi luka
e. Penatalaksanaan/Perawatan Luka
Dalam manajemen perawatan luka ada beberapa tahap yang
dilakukan yaitu evaluasi luka, tindakan antiseptik, pembersihan luka,
penjahitan luka, penutupan luka, pembalutan, pemberian antiboitik dan
pengangkatan jahitan.
1. Evaluasi luka meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik (lokasi dan
eksplorasi).
2. Tindakan Antiseptik, prinsipnya untuk membersihkan kulit. Untuk
melakukan pencucian/pembersihan luka biasanya digunakan cairan
atau larutan antiseptik seperti:
Alkohol, sifatnya bakterisida kuat dan cepat (efektif dalam 2
menit).
Halogen dan senyawanya
a) Yodium, merupakan antiseptik yang sangat kuat, berspektrum
luas dan dalam konsentrasi 2% membunuh spora dalam 2-3
jam
b) Povidon Yodium (Betadine, septadine dan isodine),
merupakan kompleks yodium dengan polyvinylpirrolidone yang
tidak merangsang, mudah dicuci karena larut dalam air dan
stabil karena tidak menguap.
c) Yodoform, sudah jarang digunakan. Penggunaan biasanya
untuk antiseptik borok.
d) Klorhesidin (Hibiscrub, savlon, hibitane), merupakan senyawa
biguanid dengan sifat bakterisid dan fungisid, tidak berwarna,
mudah larut dalam air, tidak merangsang kulit dam mukosa,
dan baunya tidak menusuk hidung.
Oksidansia
- Kalium permanganat, bersifat bakterisid dan funngisida agak
lemah berdasarkan sifat oksidator.
- Perhidrol (Peroksida air, H2O2), berkhasiat untuk
mengeluarkan kotoran dari dalam luka dan membunuh kuman
anaerob
R e n y H a r t i k a s a r i / 0 8 1 0 7 2 0 0 5 8 | 15L a p o r a n p e n d a h u l u a n v u l n u s
Logam berat dan garamnya
- Merkuri klorida (sublimat), berkhasiat menghambat
pertumbuhan bakteri dan jamur.
- Merkurokrom (obat merah)dalam larutan 5-10%. Sifatnya
bakteriostatik lemah, mempercepat keringnya luka dengan
cara merangsang timbulnya kerak (korts)
Asam borat, sebagai bakteriostatik lemah (konsentrasi 3%).
Derivat fenol
Trinitrofenol (asam pikrat), kegunaannya sebagai antiseptik
wajah dan genitalia eksterna sebelum operasi dan luka bakar.
Heksaklorofan (pHisohex), berkhasiat untuk mencuci tangan.
Basa ammonium kuartener, disebut juga etakridin (rivanol),
merupakan turunan aridin dan berupa serbuk berwarna kuning
dam konsentrasi 0,1%. Kegunaannya sebagai antiseptik borok
bernanah, kompres dan irigasi luka terinfeksi (Mansjoer, 2001).
Dalam proses pencucian/pembersihan luka yang perlu
diperhatikan adalah pemilihan cairan pencuci dan teknik pencucian
luka. Penggunaan cairan pencuci yang tidak tepat akan
menghambat pertumbuhan jaringan sehingga memperlama waktu
rawat dan meningkatkan biaya perawatan. Pemelihan cairan dalam
pencucian luka harus cairan yang efektif dan aman terhadap luka.
Selain larutan antiseptik yang telah dijelaskan diatas ada cairan
pencuci luka lain yang saat ini sering digunakan yaitu Normal
Saline. Normal saline atau disebut juga NaCl 0,9%. Cairan ini
merupakan cairan yang bersifat fisiologis, non toksik dan tidak
mahal. NaCl dalam setiap liternya mempunyai komposisi natrium
klorida 9,0 g dengan osmolaritas 308 mOsm/l setara dengan ion-ion
Na+ 154 mEq/l dan Cl- 154 mEq/l (ISO Indonesia,2000).
3. Pembersihan Luka
Tujuan dilakukannya pembersihan luka adalah meningkatkan,
memperbaiki dan mempercepat proses penyembuhan luka;
menghindari terjadinya infeksi; membuang jaringan nekrosis dan
debris.
Beberapa langkah yang harus diperhatikan dalam pembersihan luka
yaitu :
R e n y H a r t i k a s a r i / 0 8 1 0 7 2 0 0 5 8 | 16L a p o r a n p e n d a h u l u a n v u l n u s
i. Irigasi dengan sebanyak-banyaknya dengan tujuan untuk
membuang jaringan mati dan benda asing.
ii. Hilangkan semua benda asing dan eksisi semua jaringan
mati.
iii. Berikan antiseptik
iv. Bila diperlukan tindakan ini dapat dilakukan dengan
pemberian anastesi lokal
v. Bila perlu lakukan penutupan luka
4. Penjahitan luka
Luka bersih dan diyakini tidak mengalami infeksi serta
berumur kurang dari 8 jam boleh dijahit primer, sedangkan luka yang
terkontaminasi berat dan atau tidak berbatas tegas sebaiknya dibiarkan
sembuh per sekundam atau per tertiam.
5. Penutupan Luka
Adalah mengupayakan kondisi lingkungan yang baik pada
luka sehingga proses penyembuhan berlangsung optimal.
6. Pembalutan
Pertimbangan dalam menutup dan membalut luka sangat
tergantung pada penilaian kondisi luka. Pembalutan berfungsi sebagai
pelindung terhadap penguapan, infeksi, mengupayakan lingkungan yang
baik bagi luka dalam proses penyembuhan, sebagai fiksasi dan efek
penekanan yang mencegah berkumpulnya rembesan darah yang
menyebabkan hematom.
7. Pemberian Antibiotik
Prinsipnya pada luka bersih tidak perlu diberikan antibiotik dan
pada luka terkontaminasi atau kotor maka perlu diberikan antibiotik.
9. MASALAH KEPERAWATAN
Data Etiologi Masalah
DS:
Kien mengatakan
nyeri
DO:
Terdapat luka
pada bagian
Benda tajam, tumpul, suhu
tinggi, bahan kimia
↓
Perlukaan pada kulit
↓
Proses inflamasi
↓
Nyeri akut
R e n y H a r t i k a s a r i / 0 8 1 0 7 2 0 0 5 8 | 17L a p o r a n p e n d a h u l u a n v u l n u s
tubuh
Grimace
Peningkatan
RR & HR
Pelepasan substansi kimia
(histamine, bradikinin)
↓
Stimulasi ujung saraf
↓
nyeri
DS:
Klie n melaporkan
nyeri pada daerah
perlukaan
DO:
Kerusakan lapisan
dermis
Benda tajam, tumpul, suhu
tinggi, bahan kimia
↓
Traumatic jaringan
↓
Kerusakan integritas jaringan
Kerusakan integritas
jaringan
Benda tajam, tumpul, suhu
tinggi, bahan kimia
↓
Traumatic jaringan
↓
Kerusakan pembuluh darah
↓
Perdarahan berlebih
↓
Keluarnya cairan tubuh
↓
Resiko syok : hypovolemik
Resiko syok
DS:-
DO:
Tampak adanya
luka pada kulit
Perlukaan pada jaringan kulit
↓
Kerusakan epidermis, dermis
↓
Fungsi kulit sebagain
pertahanan primer hilang
↓
Terpapar lingkungan
↓
Resiko infeksi
R e n y H a r t i k a s a r i / 0 8 1 0 7 2 0 0 5 8 | 18L a p o r a n p e n d a h u l u a n v u l n u s
Resiko infeksi
10. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri akut berhubungan
b. Kerusakan integritas jaringan
c. Resiko syok
d. Resiko infeksi
11. TUJUAN DAN INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa 1 nyeri akut
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi selama 1x24 jam nyeri terkontrol
KH: Melaporkan nyeri terkontrol/ berkurang, ekspresi wajah rileks, mampu
menggunakan tehnik relaksasi
Intervensi Rasional
Kaji tanda-tanda vital (TD,suhu,
Nadi,RR)
Nyeri cenderung membuat TD,
suhu,nadi, dan RR meningkat
Kaji keluhan nyeri termasuk lokasi,
karateristik, durasi, frekuensi, dan
identifikasi faktor yang memperberat
dan menurunkan nyeri
Pengkajian berkelanjutan membatu
meyakinkan bahwa penanganan dalam
memenuhi kebutuhan pasien dalam
mengurangi nyeri
Berikan tindakan kenyamanan dasar
(mis pijatan pada erea yang tidak sakit)
Menurunkan ketegangan otot
Ajarkan tehnik relaksasi (mis nafas
dalam)
Memfokuskan kembali perhatian,
meningkatkan relaksasi, dan
meningkatkan rasa control yang dapat
menurunkan ketergantungan
farmakologis
Berikan obat analgesik sesuai indikasi.
Pantau adanya reaksi yang tidk
diinginkan terhadap obat
Membantu menurunkan intensitas
nyeri. Untuk menentukan keefektifan
obat
Diagnos 2 : kerusakan integritas jaringan
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam kerusakan
integritas jaringan pasien teratasi
KH:
R e n y H a r t i k a s a r i / 0 8 1 0 7 2 0 0 5 8 | 19L a p o r a n p e n d a h u l u a n v u l n u s
Perfusi jaringan normal
Tidak ada tanda-tanda infeksi
Ketebalan dan tekstur jaringan normal
Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan
mencegah terjadinya cidera berulang
Menunjukkan terjadinya proses penyembuhan luka
Intervensi Rasional
Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien)
setiap dua jam sekali
Monitor kulit akan adanya kemerahan Memeriksa adanya kemungkinan
infeksi berlanjut
Monitor aktivitas dan mobilitas klien Mobilitas yang terlalu berlebihan akan
menghambat penyembuhan luka
Observasi luka : lokasi, dimensi, kedalaman luka, karakteristik,warna cairan, granulasi, jaringan nekrotik, tanda-tanda infeksi lokal, formasi traktus
Menunjukkan perkembangan luka dan
keefektifan terapi serta kemungkinan
infeksi berlanjut
Periksa luka secara teratur, catat
karateristiknya
Pengenalan akan adanya proses
kegagalan penyembhan luka/
perkembangannya
Berikan penguatan pada balutan awal/
penggantian sesuai indikasi
Melindungi luka dari perlukaan
mekanis dan kontaminasi
Pastikan daerah luka kering dan bersih
dan berikan rangsangan peningkatan
sirkulsi ke daerah sekitar luka
Merangsang proses penyembuhan
luka secara alami
Tingkatkan hidrasi adekuat Untuk mencegah kehilangan cariran
via transepidermal
Monitor status nutrisi pasien Nutrisi juga menentukan tingkat masa
penyembuhan luka
kolaborasi : diet TKTP dan pemberian vitamin
Mempercepat tingkat penyembuhan
luka
Ajarkan pada keluarga tentang luka dan perawatan luka
Memandirikan keluarga pasien dalam
intervensi keperawatan pasien jika
R e n y H a r t i k a s a r i / 0 8 1 0 7 2 0 0 5 8 | 20L a p o r a n p e n d a h u l u a n v u l n u s
nanti sudah pulang
Berikan posisi yang mengurangi tekanan pada luka
Menghindari komplikasi lebih lanjut
Diagnos 3 : resiko syok
Tujuan: dalam 2x60 menit resiko syok tidak terjadi
KH: suhu normal 36,5-37,5c, tidak terjadi hipotensi akut (TD normal),
perdarahan berhasil di atasi, pasien mulai tenang
Intervensi Rasional
Monitor keadaan umum pasien. Untuk memantau kondisi pasien
selama masa perawatan teruta-ma
saat terjadi perdarahan.
Dengan memonitor keadaan umum
pasien, perawat dapat segera me-
ngetahui jika terjadi tanda-tanda pre
syok/syok sehingga dapat se-gera di
tangani.
Observasi tanda-tanda vital tiap 2-3
jam.
Tanda vital dalam batas normal
menandakan keadaan umum pasien
baik, perawat perlu terus mengob-
servasi tanda-tanda vital selama
pasien mengalami perdarahan un-tuk
memastikan tidak terjadi pre syok/syok.
Monitor tanda-tanda perdarahan Perdarahan yang cepat diketahui dapat
segera diatasi, sehingga pasi-en tidak
sampai ke tahap syok hi-povolemik
akibat perdarahan he-bat.
Jelaskan pada pasien/keluarga tentang tanda-tanda perdarahan yang mungkin dialami pasien
Dengan memberi penjelasan & me-
libatkan keluarga diharapkan tan-da-
tanda perdarahan dapat diketa-hui
lebih cepat & pasien/ keluarga menjadi
kooperatif se-lama pasien di rawat.
Anjurkan pasien/keluarga untuk se-
gera melapor jika ada tanda-tanda
perdarahan.
Keterlibatan keluarga untuk segera
melaporkan jika terjadi perdarahan
terhadap pasien sangat membantu tim
R e n y H a r t i k a s a r i / 0 8 1 0 7 2 0 0 5 8 | 21L a p o r a n p e n d a h u l u a n v u l n u s
perawatan untuk segera mela-kukan
tindakan yang tepat.
Pasang infus, beri terapi cairan in-
travena jika terjadi perdarahan
(kolaborasi dengan dokter).
Pemberian cairan intravena sangat
diperlukan untuk mengatasi kehi-
langan cairan tubuh yang hebat yai-tu
untuk mengatasi syok hipovo-lemik.
Pemberian infus dilakukan dengan
kolaborasi dokter.
Cek Hb, Ht, trombosit (sito). Untuk mengetahui tingkat kebo-coran
pembuluh darah yang di alami pasien
& untuk acuan me-lakukan tindakan
lebih lanjut terhadap perdarahan
tersebut.
Perhatikan keluhan pasien seperti
mata berkunang-kunang, pusing,
lemah, ekstremitas dingin, sesak nafas.
Untuk mengetahui seberapa jauh
pengaruh perdarahan tersebut pada
pasien sehingga tim kesehatan le-bih
waspada.
Berikan tranfusi sesuai dengan
program dokter.
Untuk menggantikan volume darah
serta komponen darah yang hilang.
Monitor masukan & keluaran, catat &
ukur perdarahan yang terjadi, produksi
urin.
Pengukuran & pencatatan sangat
penting untuk mengetahui jumlah
perdarahan yang dialami pasien.
Untuk mengetahui keseimbangan
cairan tubuh. Produksi urin yang lebih
pekat & lebih sedikit dari normal
(sangat sedikit) menunjukkan pasien
kekurangan cairan & mengalami syok.
Hati-hati terha-dap perdarahan di
dalam.
Berikan obat-obatan untuk me-ngatasi
perdarahan sesuai dengan program
dokter.
memandirikan keluarga pasien dalam
intervensi keperawatan pasien jika
nanti sudah pulang
Berikan terapi oksigen sesuai dengan
kebutuhan.
Pemberian O2 akan membantu ok-
sigenasi jaringan, karena dengan
terjadinya perdarahan hebat maka
R e n y H a r t i k a s a r i / 0 8 1 0 7 2 0 0 5 8 | 22L a p o r a n p e n d a h u l u a n v u l n u s
suplai oksigen ke jaringan terganggu.
Segera lapor dokter jika tam-pak
tanda-tanda syok hipovolemik &
observasi ketat pasien serta perce-pat
tetesan infus sambil menunggu
program dokter selanjutnya
Untuk mendapatkan penanganan lebih
lanjut sesegera mungkin.
4. resiko infeksi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 24 jam, pasien tidak
mengalami infeksi dengan kriteria hasil:
Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
Suhu dalam rentang 36,5-37,5 °C
Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
Jumlah leukosit dalam batas normal
Keadaan luka bersih
Intervensi Rasional
1. Monitor tanda dan gejala infeksi
sistemik dan lokal
2. Kaji suhu badan pada pasien
neutropenia setiap 4 jam dan
laporkan jika di atas 38,50C
3. Pertahankan teknik aseptif
4. Batasi pengunjung bila perlu
5. Cuci tangan setiap sebelum dan
sesudah tindakan keperawatan,
ajarkan dan anjurkan pasien untuk
melakukan hal yang sama.
6. Gunakan baju, sarung tangan
sebagai alat pelindung
7. Ganti letak IV perifer dan dressing
sesuai dengan petunjuk umum
8. Gunakan kateter intermiten dan
teknik steril pemasangannya
selama perawatan di RS
1. Untuk
menentukan intervensi yang akan
dilakukan
2. Mengeta
hui kenaikan suhu dan mencegah
keadaan penyakit yang lebih serius
3. Memperk
ecil resiko komplikasi lebih lanjut
4. Pengunj
ung yang keluar masuk
mempertinggi transmisi bakteri
Mencegah pemasukan bakteri dan
infeksi/sepsis lebih lanjut
5. Mempert
ahankan prinsip steril
Menghilangkan kontak dengan
kuman penyakit, dan memandirikan
R e n y H a r t i k a s a r i / 0 8 1 0 7 2 0 0 5 8 | 23L a p o r a n p e n d a h u l u a n v u l n u s
9. Kolaborasi terapi antibiotik
10. Pantau dan laporkan tanda dan
gejala ISK (Infeksi Saluran Kemih),
lakukan tindakan untuk mencegah
ISK.
11. Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase
12. Monitor adanya luka
13. Dorong istirahat
14. Ajarkan pasien dan keluarga tanda
dan gejala infeksi
klien dalam perawatan diri
6. Untuk
upaya meproteksi diri tenaga
kesehatan
7. Untuk
mengurangi resiko infeksi lebih
lanjut
8. untuk
menurunkan infeksi kandung
kencing, Mencegah pemasukan
bakteri dan infeksi/sepsis lebih
lanjut
9. untuk
mengurangi infeksi yang terjadi
10. ISK
adalah salah satu komplikasi BPH
yang perlu ditangani lebih lanjut
11. Kemerah
an, panas, kondisi drainase adalah
indicator perkembangan kondisi
infeksi
12. Bagi
pasien BPH, luka baik dari
pemasangan kateter, tirah baring,
pemasanagan IV perlu diperhatikan
untuk mengantisipasi komplikasi
infeksi lebih lanjut
13. Istirahat
yang cukup akan mempercepat
penyembuhan
14. Memandi
rikan klien dan keluarga dalam
perawatan diri klien
R e n y H a r t i k a s a r i / 0 8 1 0 7 2 0 0 5 8 | 24L a p o r a n p e n d a h u l u a n v u l n u s
12. REFERENSI
Doengoes, Marilynn E., Mary Frances Moorhouse., & Alice C. Murr. 2010.
Nursing Diagnosis Manual : Planning, Individualizing, and Documenting
Client Care. Philadelphia : F.A Davis Company
Mansjoer, Arif.,dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. FKUI : Media Aesculapius
NANDA. Nanda International Nursing Diagnosis : Definitions and Classification.
West Ssussex-United Kingdom : Wiley-Blackwell