lp2m.um.ac.idlp2m.um.ac.id/wp-content/uploads/2015/02/parlan_artikel.doc · web viewdata hasil...

22
1 DAMPAK PENERAPAN BAHAN AJAR IPA BERBASIS LEARNING CYCLE-3E TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS VII SMP Parlan; Dasna, IW.; Sari, I.R. Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang E-mail: parlan . f m i p a @ u m .ac . i d ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak penerapan bahan ajar IPA berbasis model pembelajaran Learning Cycle-3E (exploration, explanation/concepts introduction, and elaboration/concepts application) terhaap hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotor siswa kelas VII SMP. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian quasy experimental design dengan post-test only control group design dan rancangan deskriptif. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 1 Kauman Tulungagung semester II tahun ajaran 2014/ 2015. Subyek penelitian terdiri dari dua kelas, yaitu satu kelas sebagai kelas kontrol yang dibelajarkan dengan pembelajaran ekspositori dan satu kelas eksperimen yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Learning Cycle-3E berbantuan bahan ajar berbasis Learning Cycle-3E. Hasil belajar kognitif diukur dengan tes, sedangkan hasil belajar afektif dan psikomotor diukur dengan lembar observasi. Data hasil belajar kognitif siswa dianalisis secara statistik menggunakan uji-t sedangkan hasilbelajar afektif dan psikomotor dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan bahan ajar IPA berbasis Learning Cycle-3E efektif meningkatkan hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotor siswa, yang ditunjukkan dengan adanya perbedaan hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotor antara siswa yang dibelajarkan dengan bahan ajar IPA berbasis Learning Cycle 3E dan dengan model pembelajaran ekspositori. Hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan bahan ajar IPA berbasis Learning Cycle 3E ( = 80,16) lebih tinggi daripada siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran

Upload: lamliem

Post on 30-Jun-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: lp2m.um.ac.idlp2m.um.ac.id/wp-content/uploads/2015/02/PARLAN_artikel.doc · Web viewData hasil belajar kognitif siswa dianalisis secara statistik menggunakan uji-t sedangkan hasilbelajar

1

DAMPAK PENERAPAN BAHAN AJAR IPA BERBASIS LEARNING CYCLE-3ETERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS VII SMP

Parlan; Dasna, IW.; Sari, I.R.Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang

E-mail: parlan . f m i p a @ u m .ac . i d

ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak penerapan bahan ajar IPA berbasis model pembelajaran Learning Cycle-3E (exploration, explanation/concepts introduction, and elaboration/concepts application) terhaap hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotor siswa kelas VII SMP. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian quasy experimental design dengan post-test only control group design dan rancangan deskriptif. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 1 Kauman Tulungagung semester II tahun ajaran 2014/2015. Subyek penelitian terdiri dari dua kelas, yaitu satu kelas sebagai kelas kontrol yang dibelajarkan dengan pembelajaran ekspositori dan satu kelas eksperimen yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Learning Cycle-3E berbantuan bahan ajar berbasis Learning Cycle-3E. Hasil belajar kognitif diukur dengan tes, sedangkan hasil belajar afektif dan psikomotor diukur dengan lembar observasi. Data hasil belajar kognitif siswa dianalisis secara statistik menggunakan uji-t sedangkan hasilbelajar afektif dan psikomotor dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan bahan ajar IPA berbasis Learning Cycle-3E efektif meningkatkan hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotor siswa, yang ditunjukkan dengan adanya perbedaan hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotor antara siswa yang dibelajarkan dengan bahan ajar IPA berbasis Learning Cycle 3E dan dengan model pembelajaran ekspositori. Hasil belajar siswayang dibelajarkan dengan bahan ajar IPA berbasis Learning Cycle 3E (𝑥 = 80,16)lebih tinggi daripada siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaranekspositori (𝑥 = 69,96).

Kata kunci: Learning Cycle 3E, bahan ajar IPA, hasil belajar.

ABSTRACT: This study aims to determine the impact of the implementation of Learning Cycle-3E model based science teaching materials on learning outcomes of cognitive, affective, and psychomotor seventh grade junior high school students. This research uses quasy research design with the post-test only control group and descriptive. The subjects of this study were students of seventh grade SMP Negeri1 Kauman Tulungagung on second semester of academic year 2014/2015. The study subjects consisted of two classes: one class as the control class that learnedwith expository and an experimental class that learned with a learning modelLearning Cycle-3E-aided teaching materials. Cognitive learning outcomes measured by the test, whereas affective and psychomotor learning outcomesmeasured by the observation sheet. Data cognitive learning outcomes of studentswere statistically analyzed using t-test, while affective and psychomotor learning outcomes analyzed descriptively. The results showed that the implementation of

Page 2: lp2m.um.ac.idlp2m.um.ac.id/wp-content/uploads/2015/02/PARLAN_artikel.doc · Web viewData hasil belajar kognitif siswa dianalisis secara statistik menggunakan uji-t sedangkan hasilbelajar

2

Learning Cycle-3E model based science teaching materials was effectively improve learning outcomes of cognitive, affective, and psychomotor student’s.

Keywords: Learning Cycle-3E, learning material, students’ learning outcomes.

Page 3: lp2m.um.ac.idlp2m.um.ac.id/wp-content/uploads/2015/02/PARLAN_artikel.doc · Web viewData hasil belajar kognitif siswa dianalisis secara statistik menggunakan uji-t sedangkan hasilbelajar

3

Mulai tahun 2013 pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan menerapkan Kurikulum 2013 pada sekolah dasar dan menengah. Elemen

penting dalam Kurikulum 2013 adalah digunakannya pendekatan saintifik untuk semua

matapelajaran. Pendekatan saintifik dalam pembelajaran dinyatakan dalam 5 kegiatan yaitu

mengamati, menanya, mencoba, menalar dan mengkomunikasikan. Melalui pendekatan

saintifik diharapkan terjadi proses pembelajaran yang bermakna (5M), karena siswa

melakukan langkah-langkah seperti para ilmuwan menemukan ilmu pengetahuan.

Salah satu kunci sukses keberhasilan pelaksanaan Kurikulum 2013 ada tersedianya

bahan ajar yang mendukung, yaitu bahan ajar yang membantu guru dan siswa melakukan

pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut telah

dikembangkan bahan ajar IPA SMP berbasis model pembelajaran Learning Cycle-3E (LC-

3E) yang dipadukan dengan pendekatan saintifik (5M) yang terdiri dari buku siswa dan buku

panduan guru. Dipilihnya model pembelajaran Learning Cycle karena sintak model

pembelajaran tersebut secara eksplisit tergambar pendekatan saintifik, yaitu eksplorasi,

eksplanasi, dan evaluasi. Para pneliti menemukan bahwa siswa akan memperoleh manfaat

jika ketiga tahapan tersebut ada dalam pembelajaran (Renner, Abraham, & Birnie 1988).

Pemaduan model pembelajaran Learning Cycle-3E dan pendekatan saintifik (5M)

sesuai dengan karakteristik pembelajaran IPA, yang memfokuskan pada kegiatan mengamati,

mengukur, mengajukan pertanyaan, mengelompokkan, merencanakan percobaan secara adil,

mengendalikan variabel, memecahkan masalah, dan memperjelas pemahaman. IPA

mengandung arti mengajukan pertanyaan, mencari jawaban, memahami jawaban,

menyempurnakan jawaban baik tentang gejala-gejala alam maupun karakteristik alam sekitar

melalui cara-cara sistematis (Depdiknas, 2002). Model pembelajaran Learning Cycle

memfasilitasi siswa untuk mengaitkan pengaman yang telah dimiliki dengan apa yang sedang

atau akan dipelajari. Pemahaman dapat diperoleh apabila siswa bisa mengaitkan ide-ide

barunya dengan pengalaman yang telah dimiliki dan menempatkan ide-ide baru tersebut

dalam kerangka berpikirnya (Bransford, Brown, & Cocking 2001).

Implementasi model pembelajaran Learning Cycle-3E dalam kegiatan belajar dapat

membantu siswa memahami konsep melalui tahap pengumpulan data (exploration),

penjelasan/pengenalan konsep (explanation/concept indtroduction), dan evaluasi/penerapan

konsep (evaluation/concept application) (Lorsbach, 2002). Aktivitas ilmiah yang terjadi pada

tahap eksplorasi adalah mengamati, menanya, dan mengumpulkan informasi; pada tahap

pengenalan konsep adalah menalar; dan pada tahap penerapan konsep adalah menerapkan

pemahamannya pada situasi baru dan mengkomunikasikannya kepada teman lain.

Proses mengamati, menanya, dan mengumpulkan informasi memberikan kesempatan

kepada siswa untuk memperoleh pengalaman baru yang bermakna berdasarkan pengalaman

Page 4: lp2m.um.ac.idlp2m.um.ac.id/wp-content/uploads/2015/02/PARLAN_artikel.doc · Web viewData hasil belajar kognitif siswa dianalisis secara statistik menggunakan uji-t sedangkan hasilbelajar

4

belajar yang telah dimiliki sebelumnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman

yang laih baik dan retensi lebih lama diperoleh apabila konsep-konsep dikenalkan setelah

siswa memperoleh pengalaman (Renner, Abraham, & Birnie 1988). Informasi-informasi

yang diperoleh selanjutnya dimaknai dan dijelaskan pada tahap menalar (reasoning). Siswa

yang dibelajarkan dengan Learning Cycle ternyata memiliki kemampuan menalar yang lebih

baik pada tes penalaran (Gerber, Cavallo, & Marek, 2001). Hasil-hasil penelitian

menunjukkan bahwa penggunaan model Learning Cycle membantu siswa menjadi lebih peka

terhadap ide- ide ilmiah, meningkatkan kemampuan bernalar ilmiah, dan meningkatkan

ketertarikan kepada pembelajaran sains (Beeth & Hewson, 1999).

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak penerapan bahan ajar IPA

berbasis Learning Cycle-3E terhadap hasil belajar (kognitif, afektif, dan psikomotor) siswa

SMP kelas VII.

METODE

Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan

penelitian eksperimental semu (Quasy Experimental Design) dengan model post-test only

control group design dan rancangan deskriptif. Subyek penelitian terdiri dari dua kelas yang

memiliki kemampampuan awal yang sama. Satu kelas sebagai kelas eksperimen yang

dibelajarkan menggunakan bahan ajar IPA berbasis Learning Cycle 3E dan satu kelas sebagai

kelas kontrol dibelajarkan menggunakan model pembelajaran ekspositori. Rancangan

penelitian ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1 Rancangan Penelitian

Subjek Perlakuan PostestKelas kontrol X1 O1

Kelas eksperimen X2 O2

Keterangan:X1: Perlakuan yang diberikan pada kelas kontrol, yaitu berupa model pembelajaran ekspositoriX2: Perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen, yaitu berupa pembelajaran menggu-

nakan bahan ajar IPA berbasis Learning Cycle-3EO1: Hasil belajar kelas kontrol setelah diberi perlakuan model pembelajaran ekspositoriO2: Hasil belajar kelas eksperimen setelah diberi pembelajaran menggunakan bahan ajar IPA

berbasis Learning Cycle 3E

Hasil belajar siswa diukur dengan tes. Instrumen pengukuran (tes) yang digunakan

memiliki reliabilitas 0,814 dan validitas isi 95%. Hasil belajar afektif dan psikomotor

diperoleh melalui hasil pengamatan selama pembelajaran menggunakan lembar oservasi.

Analisis data dalam penelitian ini meliputi analisis (1) analisis statistik untuk data hasil

belajar

Page 5: lp2m.um.ac.idlp2m.um.ac.id/wp-content/uploads/2015/02/PARLAN_artikel.doc · Web viewData hasil belajar kognitif siswa dianalisis secara statistik menggunakan uji-t sedangkan hasilbelajar

5

kognitif siswa digunakan uji-t. (2) hasil belajar afektif dan psikomotor dianalisis secara

deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi data hasil belajar kognitif siswa pada kelas kontrol (dibelajarkan dengan

ekspositori) dan kelas eksperimen (dibelajarkan dengan model learning cycle menggunakan

bahan ajar berbasis learning cycle-3E) disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Deskripsi Data Hasil Belajar Kognitif Siswa

Uraian K el as K ontrol Eksperim en

Jumlah siswa 30 31Rata-rata 69,96 80,16Standar deviasi 12,16 6,24Nilai tertinggi 90,00 90,00Nilai terendah 43,30 66,70

Tabel 2 menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar kognitif siswa kelas

eksperimen (𝑥 = 80,16) lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol (𝑥 = 69,96).

Untuk

mengetahui apakah perbedaan tersebut signifikan dilakukan uji beda (t-test) yang didahului

dengan uji prasyarat analisis (uji normalitas dan homogenitas varians). Ringkasan hasil uji-t

disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Hasil Uji-t Data Hasil Belajar Kognitif Siswa

Kelas t -t es t f or Equalit y of Me ans Kesimpulan

Sig. (2-tailed)Kontrol

0,000 Ada perbedaan hasil belajar

E k sp eri m en k o g n it i f s i swa

Tabel 3 menunjukkan bahwa ada perbedaan hasil belajar kognitif antara siswa yang

dibelajarkan dengan model pembelajaran ekspositori dengan siswa yang dibelajarkan dengan

bahan ajar IPA berbasis Learning Cycle-3E dan pada bahan kajian ‘materi dan

perubahannya’. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar kognitif siswa yang dibelajarkan

dengan bahan ajar IPA berbasis Learning Cycle-3E lebih baik dibandingkan kelas yang

dibelajarkan dengan model ekspositori.

Pada pembelajaran dengan model ekspositori dilakukan dengan lima tahapan (Sanjaya,

2011), yaitu; 1) persiapan, berupa orientasi dan penyampaian tujuan pembelajaran, 2)

penyajian/presentasi yaitu penyajian materi oleh guru diikuti denga tanya jawab, 3)

menghubungkan/korelasi, yaitu menghubungkan materi yang dipelajri dengan pengetahuan

siswa dan pemberian contoh, 4) menyimpulkan yaitu penyampaian kesimpulan terhadap

Page 6: lp2m.um.ac.idlp2m.um.ac.id/wp-content/uploads/2015/02/PARLAN_artikel.doc · Web viewData hasil belajar kognitif siswa dianalisis secara statistik menggunakan uji-t sedangkan hasilbelajar

materi yang telah disampaikan guru atau menyimpulkan hasil kegiatan praktikum, dan 5)

penerapan, yaitu pemberian tugas atau tes yang relevan kepada siswa. Pembelajaran dengan

model ekspositori kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat aktif dalam

pembelajaran, akibatnya proses belajar yang dialami siswa kurang bermakna.

Menurut Sanjaya (2011), ada beberapa penyebab model pembelajaran ekspositori

yang memiliki penyampaian secara direct instruction ini memiliki kelemahan, diantaranya:

(a) model pembelajaran ini efektif diterapkan hanya pada siswa yang memiliki kemampuan

mendengar dan menyimak dengan baik, (b) gaya komunikasi pada model ini lebih banyak

terjadi satu arah (one-way communication), sehingga mengakibatkan kesempatan untuk

mengontrol pemahaman siswa akan pemahaman materi pembelajaran terbatas. Beberapa

kelemahan tersebut yang kemudian menyebabkan hasil belajar kognitif siswa di kelas kontrol

memiliki selisih yang lebih rendah daripada nilai kemampuan awalnya.

Dalam bahan ajar IPA berbasis model pembelajaran learning cycle-3E, penyajian

materi di dalamnya mengacu pada langkah-langkah pembelajaran dalam model learning

cycle-

3E dan dipadukan dengan pendekatan saintifik seperti yang disarankan dalam Kurikulum

2013 (mengamati, menanya, mengobservasi, menalar, dan mengkomunikasikan). Perpaduan

model pembelajaran LC-3E denngan pendekatan saintifik memungkinkan siswa untuk belajar

secara bermakna. Siswa diberikan kesempatan untuk menggali pengetahuan dan memahami

konsep seperti layaknya seorang ilmuwan menemukan ilmu.

Model pembelajaran LC-3E terdiri dari 3 fase yaitu eksplorasi, eksplanasi, dan

elaborasi. Pada fase eksplorasi siswa dihadapkan pada sebuah fenomena atau obyek yang

dijumpai dalam kehidupan sehari-hari untuk diamati dengan seksama sehingga

membangkitkan minat siswa untuk mempelejari materi yang terkait. Kegiatan ini diikuti

dengan menggali atau mengumpulkan informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan

yang diajukan dan belum terjawab. Pada fase ini siswa melakukan kegiatan mengamati,

menanya, dan mencoba/mengumpulkan data. Selanjutnya pada fase eksplanasi siswa

mengolah dan memaknai informasi/data yang telah diperoleh sehingga diperoleh makna atau

pemahaman tentang fenomena atau konsep-konsep. Pada kegiatan ini siswa terlibat dalam

kegiatan mengasosiasi atau menalar. Pada fase terakhir siswa diberikan kesempatan untuk

menerapkan pemahaman yang telah diperoleh dalam situasi baru (elaborasi) untuk menguji

pemahamannya. Siswa juga diberikan kesempatan untuk menyampaikan pemahamannya

kepada teman lain melalui kegiatan presentasi dan diskusi (tanya jawab). Pada tahab ini siswa

terlibat dengan kegiatan mengkomunikasikan.

Fase-fase dalam model pembelajaran Learning Cycle 3E yang dipadukan dengan

tahapan pembelajaran dengan pendekatan saintifik secara berurutan membantu siswa dalam

Page 7: lp2m.um.ac.idlp2m.um.ac.id/wp-content/uploads/2015/02/PARLAN_artikel.doc · Web viewData hasil belajar kognitif siswa dianalisis secara statistik menggunakan uji-t sedangkan hasilbelajar

Jumlah Presentase Jumlah PresentaseSangat kurang 0 0% 0 0%

Kurang 0 0% 0 0%Cukup 0 0% 1 3,22%Baik 30 100% 25 80,65%

Sangat Baik 0 0% 5 16,13%

mengkonstruk pengetahuannya sendiri sehingga pembelajaran lebih bermakna dan bertahan

lama, karena setiap tahap pada model pembelajaran ini berurutan dan saling berkaitan.

Hasil belajar afektif siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen disajikan padaTabel 4.

Tabel 4 Data Distribusi Siswa Berdasarkan Kriteria Ranah Afektif

KriteriaKelas Kontrol Kelas Eksperimen

Tabel 4 menunjukkan bahwa persentase nilai afektif siswa kelas eksperimen

terdistribusi dalam tiga kroteria yaitu cukup, baik dan sangat baik, sedangkan pada kelas

kontrol hanya pada satu kriteria yaitu baik. Distribusi nilai tiap aspek afektif siswa dapat

dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Data Distribusi Nilai Tiap Aspek Afektif Siswa

No Aspek Kelas Kontrol Kelas Eksperimen1. Ketelitian 67,50 72,582. Kejujuran dan bertanggung jawab 91,11 90,323. Kedisiplinan 91,66 93,284. Keaktifan dalam mengemukakan pendapat 59,17 70,165. Frekuensi bertanya 35,84 45,97

Rata-rata 69,06 74,30

Tabel 5 menunjukkan bahwa ada tiga aspek nilai afektif pada kelas kontrol yang

berbeda dengan kelas eksperimen, yaitu aspek ketelitian, keaktifan dalam mengemukakan

pendapat, dan frekuensi bertanya. Nilai afektif pada ketiga aspek tersebut kelas eksperimen

lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Sementara dua aspek yang lain yaitu kejujuran dan

kedisiplinan hamper sama antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Rata-rata sebaran nilai

afektif menunjukkan bahwa nilai rata- rata afektif siswa kelas eksperimen adalah 74,30,

sedangkan nilai rata-rata pada kelas kontrol adalah 69,06. Distribusi nilai afektif tiap aspek

dan rata-rata nilai afektif kelas kontrol dan eksperimen disajikan pada Gambar 1 dan Gambar

2.

Page 8: lp2m.um.ac.idlp2m.um.ac.id/wp-content/uploads/2015/02/PARLAN_artikel.doc · Web viewData hasil belajar kognitif siswa dianalisis secara statistik menggunakan uji-t sedangkan hasilbelajar

69.06 74.3

Kelas Kontrol Kelas Eksperimen

Cukup

Baik

Sangat baik

Cukup

Baik

Sangat baik

Gambar 1 Distribusi Siswa Berdasarkan Kriteria Ranah Afektif pada Kelas Kontrol danEksperimen

100

50

0Kelas kontrol Kelas eksperimen

Kelas Kontrol Kelas eksperimem

Gambar 2 Perbandingan Nilai Afektif Siswa Kelas Kontrol dan Eksperimen

Tabel 5 dan Gambar 2 secara umum menunjukkan bahwa hasil belajar afektif siswa

kelas eksperimen yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Learning Cycle 3E

berbantuan bahan ajar lebih baik dibandingkan kelas kontrol yang dibelajarkan dengan model

ekspositori. Faktor yang menyebabkan hasil belajar afektif siswa kelas eksperimen lebih baik

dibandingkan kelas kontrol dapat dijelaskan dari lima aspek yang diamati pada saat proses

pembelajaran berlangsung. Kelima aspek tersebut meliputi ketelitian, jujur dan

bertanggungjawab, kedisiplinan, keaktifan dalam mengemukakan pendapat atau ide, serta

frekuensi dalam bertanya. Perbandingan nilai tiap aspek afektif siswa merujuk pada Tabel 5

dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 menunjukkan bahwa keempat aspek afektif siswa kelas eksperimen lebih

tinggi dibandingkan kelas kontrol dan satu aspek afektif siswa kelas eksperimen lebih rendah

daripada kelas kontrol. Penjelasan mengenai kelima aspek tersebut adalah sebagai berikut.

Nilai rata-rata pada aspek ketelitian kelas eksperimen lebih tinggi (72,6) daripada

kelas kontrol (67,5). Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan model learning cycle

3E berbantuan bahan ajar lebih dapat mengembangakan sikap pada aspek kedisiplinan. Pada

pembelajaran dengan model learning cycle membiasakan siswa untuk mengikuti langkah-

langkah seperti mengumpulkan informasi, menganalisis, dan mengambil kesimpulan.

Page 9: lp2m.um.ac.idlp2m.um.ac.id/wp-content/uploads/2015/02/PARLAN_artikel.doc · Web viewData hasil belajar kognitif siswa dianalisis secara statistik menggunakan uji-t sedangkan hasilbelajar

100

80

60

40

20

0 Kelas kontrol

Kelas eksperimen

Gambar 3 Perbandingan Nilai Tiap Aspek Afektif Siswa

Nilai aspek kejujuran dan tanggung jawab pada siswa kelas eksperimen hampir sama

(90,3) dengan kelas kontrol (91,1). Hal ini menunjukkan bahwa nilai afeksif pada aspek

kejujuran dan tanggung jawab pada kedua kelas tidak berbeda jauh. Kedua model

pembelajaran sama-sama memberikan kesempatan untuk mengembangkan sikap jujur dan

bertanggung jawab. Aspek tersebut terutama dibentuk selama kegiatan praktikum.

Nilai aspek tanggung jawab pada siswa kelas kontrol (91,7) hamper sama dengan

kelas eksperimen (93,3). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kedisiplinan individu yang

dibangun dalam kelompok pada kelas eksperimen sedikit lebih baik dibandingkan kelas

kontrol.

Nilai afektif pada aspek keaktifan dalam mengemukakan pendapat pada siswa kelas

kontrol (59,2) lebih rendah dibandingkan kelas eksperimen (70,2). Hal ini dikarenakan pada

kelas kontrol siswa kurang aktif dalam melaksanakan diskusi kelas dan komunikasi banyak

terjadi hanya satu arah dari guru, sehingga siswa di masing-masing kelompok kurang aktif

dalam mengemukakan pendapat. Berbeda pada kelas eksperimen, masing- masing kelompok

memiliki kesadaran untuk mengetahui hasil praktikum dari kelompok lain sehingga lebih

aktif dalam mengemukakan pendapat apabila ada hal yang berbeda saat penyampaian hasil

praktikum.

Nilai aspek bertanya pada siswa kelas kontrol pada (35,8) lebih rendah dibandingkan

kelas eksperimen (45,8). Hal ini dikarenakan pada kelas kontrol sedikit sekali siswa yang

bertanya saat diskusi kelas. Komunikasi banyak terjadi satu arah dari guru, mengakibatkan

siswa pasif dan lebih banyak mendengarkan apa yang disampaikan guru. Pada kelas

eksperimen, sedikit juga siswa yang bertanya tetapi lebih banyak bila dibandingkan yang

terjadi di kelas kontrol. Persentase aspek bertanya ke dua kelas yang di bawah 50% ini

Page 10: lp2m.um.ac.idlp2m.um.ac.id/wp-content/uploads/2015/02/PARLAN_artikel.doc · Web viewData hasil belajar kognitif siswa dianalisis secara statistik menggunakan uji-t sedangkan hasilbelajar

74.29 79.05

dimungkinkan karena pada kelas eksperimen buku siswa yang menjadi panduan masing-

masing siswa telah diberikan materi dan pengetahuan yang jelas dan lengkap sehingga siswa

cukup paham dengan membaca buku tersebut setelah melakukan praktikum sesuai petunjuk

dalam buku, sementara di kelas kontrol pengetahuan yang dimiliki dimungkinkan kurang

sehingga pemahaman akan materi yang dibelajarkan kurang. Hal ini mengakibatkan siswa

bingung ingin menanyakan apa pada guru saat diskusi berlangsung.

Hasil penelitian Fatma & Ramazan (2009) menunjukkan bahwa model pembelajaran

learning cycle dapat meningkatkan sikap positif terhadap pelajaran IPA (sains).

Hasil belajar psikomotorik siswa kelas eksperimen dan kelas control disajikan pada

Tabel 6.

Tabel 5 Hasil Belajar Psikomotorik Siswa

Rata-Rata HasilBelajar Psikomotorik

K el a s E k s per i m e n K el a s Ko nt ro l 79,05 74,29

Tabel 5 menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar psikomotorik siswa kelas

eksperimen lebih tinggi daripada hasil belajar psikomotorik kelas kontrol. Nilai psikomotorik

siswa diperoleh dengan cara melakukan penilaian kinerja siswa saat kegiatan praktikum

berlangsung oleh observer dengan mengisi lembar penilaian psikomotorik. Skor yang

diberikan didasarkan pada rubrik yang tertera pada rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

Pada penelitian ini setiap pertemuan dilakukan kegiatan praktikum pada kelas eksperimen,

sementara kegiatan praktikum di kelas kontrol dilakukan pada pertemuan kedua dan ketiga.

Skor yang diperoleh siswa dihitung rata-ratanya berdasarkan nilai kelompok dan

persentasenya merujuk pada Tabel 5 dapat dilihat pada Gambar 5.6

100

50

0Kelas kontrol Kelas Eksperimen

Kelas kontrol kelas eksperimen

Gambar 4 Perbandingan Nilai Psikomotorik Siswa Kelas Kontrol dan Eksperimen

Page 11: lp2m.um.ac.idlp2m.um.ac.id/wp-content/uploads/2015/02/PARLAN_artikel.doc · Web viewData hasil belajar kognitif siswa dianalisis secara statistik menggunakan uji-t sedangkan hasilbelajar

Gambar 4 menunjukkan bahwa persentase rata-rata nilai psikomotorik siswa yang

dibelajarkan bahan ajar IPA berbasis Learning Cycle 3E lebih tinggi daripada rata-rata nilai

psikomotorik siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran ekspositori. Hal tersebut

terjadi karena kelas eksperimen telah mendapatkan bimbingan dari guru sesuai dengan

petunjuk yang ada pada buku siswa dengan tahapan-tahapan yang sistematis, sehingga siswa

lebih mudah mengkonstruk pemahaman awalnya sendiri dan menemukan pengetahuan

berdasarkan arahan kegiatan yang ada dalam buku siswa. Berbeda pada kelas kontrol, siswa

hanya diberikan apersepsi awal dan penjelasan satu arah dari guru ke siswa, sehingga hanya

siswa yang memiliki kemampuan menyimak dan mendengarkan dengan baik yang dapat

menerima apa yang disampaikan guru. Sementara siswa yang suka berbicara sendiri dengan

temannya dan kurang menyimak akan kurang paham dengan yang dijelaskan oleh guru. Hal

ini yang menjadi salah satu penyebab siswa mengalami kesulitan dalam melakukan

praktikum yang mengakibatkan nilai psikomotorik siswa tersebut rendah.

PENUTUP

Kesimpulan

Penerapan bahan ajar (buku siswa dan buku guru) dalam pembelajaran di kelas

menunjukkan bahwa siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan bahan ajar berbasis LC-

3E memiliki hasil belajar kognitif, afektif, psikomotor yang lebih baik daripada siswa yang

dibelajarkan dengan model ekspositori. Dengan demkian dapat disimpulkan bahwa

penerapan model learning cycle-3E berbantuan bahan ajar dapat meningkatkan hasil

belajar kognitif,

afekf, dan psikomotor siswa.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lain untuk mengetahui dampak implementasi bahan ajar

terhadap peningkatan kemampuan kemampuan siswa dalam hal ketrampilan proses sains dan

kemampuan literasi sains.

DAFTAR RUJUKAN

Anderson, G. V., & Krathwohl, D. R. 1956. Three Domais- Cognitive, Affective, and Psychomotor. Dalam David Mc. (Ed.), Taxonomy of Educational Objectives (hlm.7). Canada: United State of America.

Blank, L. M. 1999. A Metacognitive Learning Cycle: A Better Warranty for StudentUnderstanding, (Online), ( h tt p : / / www . r e s e a r ch g a t e .n e t ), diakses 21 April 2015.

Bransford, J., A. Brown, and R. Cocking. 2001. How people learn: Brain, mind, experience, and school. Washington, DC: National Academy Press.

Page 12: lp2m.um.ac.idlp2m.um.ac.id/wp-content/uploads/2015/02/PARLAN_artikel.doc · Web viewData hasil belajar kognitif siswa dianalisis secara statistik menggunakan uji-t sedangkan hasilbelajar

Bransford, J., A. Brown, and R. Cocking. 2001. How people learn: Brain, mind, experience, and school. Washington, DC: National Academy Press.

Bybee, R.W. et al, 1989. The 5E Learning Cycle Model. Inquiry Approach, 65: 1-2.

Depdikbud. 2013. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 tentangPerubahan dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang StandarNasional Pendikan. Jakarta: Depdikbud.

Depdiknas. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Kimia Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah (Draf). Jakarta: Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan

Depdiknas. 2008. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas. Jakarta: Depdiknas.

Fatma, S.O. & Ramazan, T. 2009. The Effectiveness of the Learning Cycle Approach on Learners’Attitude toward Science in S eventh Grade Science Classes of Elementary School. Elementary Education Online, 8(1), 103-118.

Gerber, B.L., A.M.L. Cavallo, and E.A. Marek. 2001. Relationship among informal learning environments, teaching procedures, and scientific reasoning abilities. International Journal of Science Education 23(5): 535–549.

Lorsbach, A. W. 2002. The Learning Cycle as A Tool for Planning Science Instruction,(Online), ( h t t p : // w eb .s j sd. k 12. m o.us ), diakses 21 April 2015.

Rubba, P. A. 1992. The Learning Cycle as a Model for the Design of Science TeacherPreservice and Inservice Education. Journal of Science Teacher Education, (Online)3 (4): 97-101, (htt p: // www.nati onalf or um.com) , diakses 15 Februari 2015.

Renner, J.W., M.R. Abraham, and H.H. Birnie. 1988. The necessity of each phase of the learning cycle in teaching high school physics. Journal of Research in Science Teaching 25(1): 39–58.

Sanjaya, W. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana