lpj-tunagrahita kesehatan reproduksi
DESCRIPTION
Laporan pendahuluanTRANSCRIPT
LAPORAN PENDAHULUAN MENJAGA KESEHATAN
REPRODUKSI WANITA PADA REMAJA
TUNAGRAHITA
Oleh:
Putri Mareta Hertika
NIM 122310101014
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Analisis Situasi
Data Depkes tahun 2006-2007 terdapat 80.000 lebih penderita tunagrahita di
Indonesia. Jumlah ini mengalami kenaikan yang pesat pada tahun 2009,
diperkirakan kini terdapat di atas 100.000 penderita. Sedangkan menurut Survei
Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2004 mendata jumlah penderita
tunagrahita sebanyak 777.761 jiwa atau sebesar 12,8% dari jumlah penyandang
cacat di Indonesia. Selain itu, Menteri Kesehatan menetapkan tanggal 20
Desember sebagai Hari Kepedulian Tunagrahita. Penetapan tersebut agar
masyarakat lebih peduli kepada penderita tunagrahita. Tunagrahita adalah
gangguan intelegensi yang menyebabkan penurunan fungsi kecerdasan otak
terhadap seseorang. Hal ini menyebabkan terjadi masalah psikososial terhadap
penderita yang dialaminya sehari-hari.
Tunagrahita ialah anak yang memiliki tingkat kecerdasan jauh di bawah
rata-rata anak normal, sehingga tidak mampu mengikuti program sekolah yang
diperuntukan bagi anak-anak normal. American Asociation on Mental Deficiency
(AAMD) dalam BP3PTKSM, mendefinisikan tunagrahita sebagai kelainan fungsi
intelektual umum di bawah rata-rata, yaitu IQ 84 kebawah berdasarkan tes,
muncul sebelum usia 16 tahun dan menujukan hambatan dalam perilaku adaptif.
Mereka membutuhkan pelayanan pendidikan khusus. Anak ini disebut anak
terbelakang mental. Amin (1995:11) menyatakan bahwa anak tunagrahita kurang
cakap dalam memikirkan hal-hal yang bersifat abstrak, yang sulit-sulit dan yang
berbelit-belit. Mereka kurang atau terbelakang atau tidak berhasil bukan sehari
dua hari atau sebulan dua bulan, tetapi untuk selama-lamanya dan bukan hanya
dalam satu dua hal tetapi hampir segalanya.
Remaja putri merupakan aset yang paling penting karena berperan dalam
menentukan tingkat pertumbuhan suatu negara. karena penduduk usia muda
merupakan modal pembangunan yaitu sebagai faktor produksi tenaga manusia
(human resources), dan remaja putri dimasa dewasanya akan melahirkan calon
anak- anak bangsa,oleh sebab itu menjaga kesehatan merupakan hal yang mutlak
dilakukan terutama menjaga kesehatan organ reproduksinya.
Didalam budaya kita organ reproduksi memang kurang menjadi perhatian
karena pada umumnya orang merasa kurang nyaman membicarakan masalah
organ reproduksi ini . Padahal, organ tersebut sangat membutuhkan perhatian,
terutama kebersihan dan kesehatannya. Bila pengetahuan remaja putri tentang
perawatan daerah kewanitaan rendah hal ini berakibat pada rendahnya kesadaran
tentang pentingnya menjaga kebersihan organ reproduksi dan berdampak serta
berpengaruh pada perilaku remaja yang akibatnya dapat terjadi masalah pada
daerah kewanitaan.
Daerah genitalia wanita merupakan daerah yang penting untuk dirawat.
Karena letaknya yang tertutup, area kewanitaan ini butuh perhatian ekstra. Banyak
dampak yang ditimbulkan apabila seorang wanita tidak memperhatikan
kebersihan daerah genitalnya. Di antaranya adalah keputihan atau fluor albus, bau
tidak sedap, dll. (Manan, 2011). Pengetahuan mengenai fungsi dan struktur
reproduksi akan mengetahui bagaimana cara merawat, dan menjaganya dengan
benar.serta mempengaruhi remaja dalam memperlakukan organ reproduksinya,
yang akan berpengaruh pada kesehatan reproduksinya.
1.2 Perumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana cara menjaga kesehatan organ reproduksi wanita?
1.2.2 Bagaimana cara memasang pembalut yang benar?
BAB 2. TUJUAN DAN MANFAAT
2.1 Tujuan
2.1.1 Tujuan Umum
Setelah diberikan pendidikan tentang menjaga kesehatan organ reproduksi,
anak dengan tunagrahita dapat menerapkan ilmu yang telah didapat dan
mengetahui cara memasang pembalut yang benar dan dilakukan secara mandiri.
2.1.2 Tujuan Khusus
a. Anak-anak dengan tunagrahita dapat menjelaskan cara menjaga kesehatan
organ reproduksi
b. Anak-anak dengan tunagrahita dapat mempraktekkan cara memasang
pembalut yang benar
2.2 Manfaat
2.1.2 Bagi Penulis
Mendapatkan pengetahuan, informasi, dan wawasan mengenai kesehatan
reproduksi khususnya pada wanita.
2.1.2 Bagi Masyarakat
Memberi informasi kepada keluarga dan anak penyandang tunagrahita
untuk dapat melakukan perawatan oragan reproduksi serta menjaga
kesehatan organ reproduksi sehingga tidak terjangkit penyakit kelamin.
2.2.3 Bagi Praktik Keperawatan
Memberi informasi bagi praktik keperawatan khususnya keperawatan anak
untuk dapat memberi promosi kesehatan kepada keluarga dan anak-anak
mengenai pentingnya menjaga kesehatan organ reproduksi, sehingga anak-
anak dengan Tunagrahita juga dpata secara mandiri untuk menjaga
kesehatan dan kebersihan organ reproduksi.
2.2.4 Bagi Pendidikan Keperawatan
Memberi pengetahuan dan wawasan tentang manfaat menjaga kebersihan
dan kesehatan organ reproduksi untuk mencegah terjadinya penyakit
kelamin. Selain itu, dapat menambah studi kepustakaan dan menjadi
masukan yang berarti dan bermanfaat bagi mahasiswa keperawatan dan
bidang kesehatan lainnya.
2.2.5 Bagi Penelitian Keperawatan
Sebagai bahan informasi dan referensi untuk penulisan atau penelitian
berikutnya yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi perempuan.
BAB 3. KERANGKA PENYELESAIAN MASALAH
3.1 Dasar Pemikiran
Anak berkebutuhan khusus dapat diartikan sebagai seorang anak yang
memerlukan pendidikan yang disesuaikan dengan hambatan belajar dan
kebutuhan masing-masing anak secara individual. Morrison (dalam
Patmonodewo, 2003) menyatakan bahwa anak yang berkebutuhan khusus adalah
anak yang mengalami keterbatasan fisik dan mental seperti sulit mendengar, tuli,
kelainan bicara, kelainan dalam penglihatan, gangguan emosi yang serius dan
kesulitan belajar. Salah satu anak berkebutuhan khusus adalah anak tunagrahita.
Anak dengan tunagrahita adalah anak dengan keterbatasan substansial
dalam memfungsikan diri. Keterbatasan ini ditandai dengan terbatasnya
kemampuan fungsi kecerdasan yang terletak dibawah rata-rata (IQ 70 atau
kurang) dan ditandai dengan terbatasnya kemampuan tingkah laku adaptif
minimal di 2 area atau lebih. Tingkah laku adaptif berupa kemampuan
komunikasi, merawat diri, menyesuaikan dalam kehidupan rumah, keterampilan
sosial, pemanfaatan sarana umum, mengarahkan diri sendiri, area kesehatan dan
keamanan, fungsi akademik, pengisian waktu luang dan kerja. Tunagrahita adalah
anak yang secara nyata mengalami hambatan dan keterbelakangan perkembangan
mental intelektual jauh dibawah rata-rata sedemikian rupa, sehingga mengalami
kesulitan dalam tugas-tugas akademik, komunikasi maupun sosial, dan karenanya
memerlukan pendidikan khusus (Dewanti, 2010).
Pendidikan bagi anak tunagrahita bertujuan mengembangkan potensi yang
masih dimiliki secara optimal, agar mereka dapat hidup mandiri dan dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan di mana mereka berada. Anak tunagrahita
merupakan individu yang utuh dan unik yang pada umumnya juga memiliki
potensi atau kekuatan dalam mengimbangi kelainan yang disandangnya, oleh
karena itu layanan pendidikan yang diberikan, diupayakan untuk dapat
mengembangkan potensi yang dimiliki oleh anak secara optimal (Nurlina,
2008:47 dalam Hakim dkk., 2013). Anak tunagrahita mampu didik merupakan
anak yang mengalami keterlambatan perkembangan tetapi dapat mempelajari
keterampilan akademis. Anak tunagrahita mampu didik adalah mereka yang
tergolong anak tunagrahita dengan tingkat kecerdasan antara 50/55-70/75, masih
memiliki kemampuan berkembang dalam hal pendidikan (Hakim dkk., 2013).
Menjaga kebersihan organ reproduksi juga harus dikenalkan pada anak
dengan tunagrahita, sehingga anak dengan tunagrahita dapat mengetahui
pentingnya menjaga organ reproduksi dan dapat secara mandiri melakukan
perawatan organ reproduksinya.
3.2 Kerangka Penyelesaian Masalah
Undang-Undang Republik Indonesia No.4 tahun 1997 tentang Penyandang
Cacat menyatakan bahwa penyandang cacat mempunyai hak dan kesempatan
yang sama dalam berbagai aspek kehidupan dan penghidupan. Hak tersebut
diperjelas dalam Undang-Undang No.23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
Penyandang Cacat mempunyai hak untuk kelangsungan hidup, tumbuh dan
berkembang, perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi serta hak untuk
didengar pendapatnya (Kemenkes RI, 2010).
Anak tunagrahita adalah anak yang memiliki intelegensi yang signifikan
berada di bawah rata-rata dan disertai dengan ketidakmampuan dalam adaptasi
perilaku yang muncul dalam masa perkembangan. Anak tunagrahita memiliki
prestasi sekolah kurang secara menyeluruh, tingkat kecerdasan (IQ) di bawah 70,
memiliki ketergantungan pada orang lain secara berlebihan, kurang tanggap,
penampilan fisiknya kurang proporsional, perkembangan bicara terlambat dan
bahasa terbatas (Kemenkes RI, 2010).
Berdasarkan undang-undang yang berlaku serta kebutuhan anak tunagrahita
yang sama dengan anak normal lainnya maka perlu diperhatikan untuk dapat
memberikan hak yang sama pada anak penyandang tunagrahita. Kebutuhan gerak
tubuh juga sangat dibutuhkan bagi setiap anak dalam memenuhi proses tumbuh
kembang anak. Anak penyandang tunagrahita dapat dibantu dengan memberikan
kesempatan seperti anak normal lainnya untuk beraktivitas melalui pendidikan
jasmani, olahraga, dan kesehatan. Dengan adanya dasar pemikiran seperti diatas
maka anak penyandang tunagrahita dapat dikenalkan dan dilatih untuk mengikuti
latihan senam irama yang dapat membantu meningkatkan kebugaran jasmani, rasa
percaya diri dan keterampilan gerak anak penyandang tunagrahita.
Kesehatan reproduksi merupakan masalah yang penting untuk
mendapatkan perhatian terutama di kalangan remaja. Masa remaja diwarnai oleh
pertumbuhan, perubahan, munculnya berbagai kesempatan, dan seringkali
menghadapi risiko-risiko kesehatan reproduksi. Kegiatan-kegiatan seksual
menempatkan remaja pada tantangan risiko terhadap berbagai masalah kesehatan
reproduksi. Risiko kesehatan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling
berhubungan, misalnya tuntutan untuk menikah muda dan hubungan seksual,
akses terhadap pendidikan dan pekerjaan, kurangnya perhatian terhadap
kebersihan organ reproduksi, ketidaksetaraan jender, kekerasan seksual, dan
pengaruh media massa maupun gaya hidup.
Masa remaja (adolescence/puberty) dimulai pada usia 11 atau 13
sampai usia 21 tahun. Masa preadolescence pada wanita terjadi pada usia 11–13
tahun. Secara fisik pada masa ini terjadi perubahan organ seksual. Salah satu
perubahan fisik yang dialami remaja putri adalah menstruasi pertama, yang
menuntut remaja putri mampu merawat organ reproduksi dengan baik terutama
dalam hal kebersihan pribadi (personal hygiene). Hal ini disebabkan oleh
peristiwa menstruasi yang merupakan darah kotor, yang jika kurang
dijagakebersihannya akan berpotensi untuk timbul infeksi pada organ reproduksi
(Yusuf, 2002).
Untuk menghindari infeksi vagina, remaja putri perlu memiliki perilaku
yang baik dalam kebersihan diri, khususnya kebersihan alat reproduksi, untuk itu
pendidikan kesehatan manajemen higiene menstruasi perludiberikan kepada
remaja-remaja putri supaya kebersihan diri bisa dijaga dengan baik. Guna
menciptakan perilaku tersebut, perlu diberikan pendidikan kesehatan khususnya
kesehatan reproduksi. Jika pengetahuan meningkat, diharapkan timbul sikap
positif dalam menjaga manajemen higiene menstruasi, yang menjadi dasar
terbentuknya perilaku menjaga personal hygiene.
BAB 4. RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN
4.1 Realisasi Penyelesaian Masalah
Penyelesaian masalah untuk anak-anak penyandang tunagrahita yaitu
dengan melakukan pendidikan kesehatan dan demonstrasi cara menjaga kesehatan
organ reproduksi. Demonstrasi ini akan dicontohkan oleh penyaji dan di
demonstrasikan ulang oleh anak dengan Tunagrahita.
4.2 Khalayak Sasaran
Target sasaran pendidikan kesehatan dan demonstrasi pendidikan
kesehatan menjaga kesehatan organ reproduksi merupakan anak penyandang
tunagrahita. Anak penyandang tunagrahita diberikan kesempatan untuk
mengetahui pentingnya menjaga kesehatan dan kebersihan organ reproduksi.
Tujuannya yaitu agar dapat meningkatkan pengetahuan tentang pentingnyan
menjaga kshatan organ reprduksi dan meningkatkan kemandirian anak dengan
Tunagrahita.
4.3 Metode yang Digunakan
Metode yang digunakan dalam pelaksanaan pendidikan kesehatan yang
dilakukan adalah dengan demonstrasi.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Pendekatan Suatu Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Hardjito, Koekoeh, Suwoyo, dan Aisyah, Siti. 2010. Perbedaan Perilaku Menjaga Personal Hygiene saat Menstruasi pada Remaja Putri antara Sebelum dan Sesudah Pemberian Penyuluhan tentang Pendidikan Kesehatan Reproduksi. Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes Vol.I No.2 April 2010. 125-129.
Munir, B. 1997. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat dengan Pendekatan Antropologi. Jakarta: Depkes RI.
Notoatmodjo, S. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Potter, P.A. dan Perry, A.G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi 4. Jakarta: EGC.
Yusuf, Syamsu. 2005. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Lampiran 1
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(PENDIDIKAN KESEHATAN)
Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Jember
Jalan Kalimantan No. 37 Kampus Bumi Tegal Boto Jember
Telp. (0331) 323450
Topik : Kesehatan Reproduksi Wanita
Sasaran : Siswa SMP penyandang tunagrahita
Waktu : 07.00-08.00 WIB (1 x 60 menit)
Hari/Tanggal : Selasa, 29 September 2015
Tempat : SLB-C di desa X
1. Standar Kompetensi
Setelah diberikan pendidikan kesehatan dan demonstrasi mengenai
pentingnya menjaga kesehatan dan kebersihan organ reproduksi, anak penyandang
tunagrahita dapat menerapkan cara merawat organ reproduksi dengan benar.
2. Kompetensi Dasar
Setelah diberikan pendidikan kesehatan dan demonstrasi senam irama,
anak tunagrahita diharapkan dapat:
a. Menjelaskan cara menjaga organ reproduksi
b. menjelaskan manfaat menjaga organ reproduksi
c. menerapkan cara-cara menjaga kesehatan organ reproduksi
3. Pokok Bahasan
Memberikan pendidikan kesehatan tentang pntngnya menjaga kesehatan
organ reproduksi.
4. Subpokok Bahasan
a. Cara menjaga kesehatan organ reproduksi
b. Manfaat menjaga kesehatan organ reproduksi
c. Demonstrasi cara menjaga kesehatan reproduksi
5. Waktu: 1 x 60 menit
6. Bahan/Alat yang Diperlukan
a. LCD
b. Pembalut dan celana dalam
c. Leaflet
7. Model Pembelajaran
a. Jenis model penyuluhan: ceramah, tanya jawab, diskusi, demonstrasi
b. Landasan teori: konstruktivisme
c. Langkah pokok:
1) Menciptakan suasana pendidikan kesehatan yang baik
2) Mengajukan masalah
3) Membuat keputusan nilai personal
4) Mengidentifikasi pilihan tindakan
5) Memberi komentar
6) Menetapkan tindak lanjut
8. Persiapan
Penyuluh mencari referensi (buku, jurnal, hasil penelitian, artikel, dan
lain-lain) tentang senam irama dan membuat media penyuluhan serta berlatih
untuk demonstrasi senam irama.
9. Kegiatan Pendidikan Kesehatan
ProsesTindakan
WaktuKegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta
Pendahuluan a. Memberikan salam,
memperkenalkan diri, dan
membuka penyuluhan
b. Menjelaskan materi secara
umum dan manfaat bagi
anak tunagrahita
c. Menjelaskan tentang TIU
dan TIK
Memerhatikan dan
menjawab salam
Memerhatikan
Memerhatikan
5 menit
Penyajian a. Menanyakan kepada anak
tunagrahita tentang cara
dan manfaat menjaga
kebersihan organ
reproduksi
b. Menjelaskan cara dan
manfaat menjaga
kesehatan organ
reproduksi
c. Mendemonstrasikan cara
memakai pembalut
1) Menanyakan kepada
tunagrahita mengenai
demonstrasi yang
baru disampaikan
2) Mendiskusikan
Memberikan
pertanyaan
Memerhatikan
Memerhatikan
Memberikan
pertanyaan
Memerhatikan dan
memberi tanggapan
5 menit
10
menit
30
menit
bersama jawaban
yang diberikan
Penutup a. Menutup pertemuan
dengan memberi
kesimpulan dari materi
yang disampaikan
b. Mengajukan pertanyaan
kepada anaktunagrahita
c. Mendiskusikan bersama
jawaban dari pertanyaan
yang telah diberikan
d. Menutup pertemuan dan
memberi salam
Memerhatikan
Memberi saran
Memberi komentar
dan menjawab
pertanyaan bersama
Memerhatikan dan
membalas salam
10
menit
10. Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
1) Anak tunagrahita berada di tempat pertemuan sesuai kontrak.
2) Penyelenggaraan pendidikan kesehatan mengenai kesehatan reproduksi
wanita dilakukan di SLB.
3) Pengorganisasian penyelenggaraan kegiatan dilakukan sebelum
pelaksanaan.
b. Evaluasi Proses
1) Anaktunagrahita antusias terhadap kegiatan yang dilakukan.
2) Anaktunagrahita berpartisipasi dalam kegiatan dengan mengajukan dan
menjawab pertanyaan dengan benar.
c. Evaluasi Hasil
1) Anaktunagrahita memahami materi yang telah disampaikan.
2) Kegiatan pendidikan kesehatan dan demonstrasi sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai.
11. Referensi
a. Delphi, Bandi. 1996. Sebab-sebab Keterbelakangan Mental. Bandung:
Mitra Grafika.
b. Dewanti, Rizqa Dienda. 2010. Pola Komunikasi Antara Orang Tua Asuh
dengan Anak Tunagrahita. Tidak Diterbitkan. Skripsi. Surabaya: Program
Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Jawa Timur.
c. Dipi, Amin. 1995. Ortopedagogik Anak Tunagrahita. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
d. Hakim, Arif Rohman dkk. 2013. Pengaruh Usia dan Latihan
Keseimbangan terhadap Kemampuan Motorik Kasar Anak Tunagrahita
Kelas Bawah Mampu Didik Sekolah Luar Biasa. Journal of Physical
Education and Sports. [serial online].
www.journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jpes/article/.../1234. [11 November
2013].
e. Kementerian Kesehatan RI. 2010. Pedoman Pelayanan Kesehatan Anak di
Sekolah Luar Biasa (SLB) Bagi Petugas Kesehatan. Jakarta: Direktorat
Bina Kesehatan Anak Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
12. Lampiran
1. Materi
2. Media yang digunakan (booklet)
Pemateri,
Putri Mareta Hertika
Lampiran 2
MATERI PENDIDIKAN KESEHATAN
KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA PUTRI SENAM IRAMA
PADA ANAK TUNAGRAHITA
1. Pengertian Tunagrahita
Tunagrahita ialah anak yang memiliki tingkat kecerdasan jauh di bawah
rata-rata anak normal, sehingga tidak mampu mengikuti program sekolah yang
diperuntukan bagi anak-anak normal. Mereka membutuhkan pelayanan
penddidikan khusus. Anak ini disebut anak terbelakang mental. Pada umumnya
anak tunagrahita memiliki kelainan yaitu meliputi fungsi intelektual umum di
bawah rata-rata, yaitu IQ 84 kebawah berdasarkan tes, biasanya muncul sebelum
usia 16 tahun, dan menunjukan hambatan dalam perilaku adaptif.
Amin (1995:11), menguraikan gambaran tentang anak tunagrahita yaitu,
anak tunagrahita kurang cakap dalam memikirkan hal-hal yang bersifat abstrak,
yang sulit-sulit dan yang berbelit-belit. Mereka kurang atau terbelakang atau tidak
berhasil bukan sehari dua hari atau sebulan dua bulan, tetapi untuk selama-
lamanya dan bukan hanya dalam satu dua hal tetapi hampir segala-galanya.
Seperti dalam pelajaran, seperti mengarang, menyimpulkan isi bacaan,
menggunakan symbol-simbol berhitung, dan dalam semua pelajaran yang bersifat
teoritis. Mereka kurang atau terhambat dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungannya.
2. Penyebab Tunagrahita
Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang menjadi
tunagrahita. Faktor-faktor penyebab ini diantaranya adalah sebagai berikut.
a. Faktor keturunan
Adanya kelainan kromosom baik autosom yaitu mempunyai kromosom 3
ekor pada kromosom nomor 21 sehingga anak mengalami Langdon Down’s S
yndrome dan pada trisomi kromosom nomor 15 anak akan menderita Patau’s
Syndrome dengan ciri-ciri berkepala kecil, mata kecil, berkuping aneh, sumbing,
dan kantung empedu yang besar. Selain itu, setelah mencapai masa puber
tubuhnya menjadi panjang, gayanya mirip wanita, berpayudara besar.
b. Gangguan metabolisme dan gizi
Metabolisme dan gizi merupakan hal yang penting bagi perkembangan
individu terutama perkembangan sel-sel otak. Beberapa kelainan yang disebabkan
oleh kegagalan metabolisme dan kekurangan gizi diantaranya adalah sebagai
berikut.
1) Phenylketonuria
Salah satu akibat gangguan metabolisme asam amino juga kelainan
gerakan enzym phenylalanine hydroxide. Gejala umum yang nampak
adalah tunagrahita, kekurangan pigmen, microcephaly, serta kelainan
tingkah laku.
2) Cretinisme
Kelainan ini disebabkan oleh keadaan hypohyroidism kronik yang
terjadi selama masa janin atau segera setelah melahirkan. Berat ringan
kelainan tergantung pada tingkat kekurangan thyroxin. Gejala utama
yang tampak adalah adanya ketidaknormalan fisik yang khas dan
ketunagrahitaan dan awal gejalanya dengan kurangnya nafsu makan,
anak menjadi sangat pendiam, jarang tersenyum dan tidur yang
berlebihan.
c. Infeksi dan keracunan
Adanya infeksi dan keracunan terjangkitnya penyakit-penyakit selama
janin masih berada dalam kandungan ibunya yang menyebabkan anak lahir
menjadi tunagrahita. Beberapa penyakit yang mampu menyebabkan
ketunagrahitaan meliputi:
1) Rubella
Penyakit ini menjangkiti ibu pada dua belas minggu pertama kehamilan.
Selain tunagrahita, ketidaknormalan yang disebabkan penyakit ini adalah
kelainan pendengaran, penyakit jantung bawaan, berat badan yang sangat
rendah pada waktu lahir dan lain-lain.
2) Syphilis bawaan
Kondisi bayi yang terkena Syphilis adalah kesulitan pendengaran, hidungnya
tampak seperti hidung kuda.
3) Syndrome gravidity beracun
Ketunagrahitaan yang timbul dari syndrome gravidity beracun terjadi pada
sebagian bayi yang lahir prematur, kerusakan janin yang disebabkan oleh zat
beracun, dan berkurangnya aliran darah pada rahim dan plasenta.
a. Trauma dan zat radioaktif
Trauma otak yang terjadi di kepala dapat menimbulkan pendarahan
intracranial terjadinya kecacatan pada otak. Ini biasanya disebabkan
karena kelahiran yang sulit sehingga memerlukan alat bantu. Selain itu
penyinaran atau radiasi sinar X selama bayi dalam kandungan
mengakibatkan cacat mental microcephaly.
b. Masalah pada kelahiran
Adanya kelahiran yang disertai kejang dan nafas pendek dipastikan bahwa
bayi yang akan dilahirkan menderita kerusakan otak.
c. Faktor lingkungan
Latar belakang pendidikan orang tua sering juga dihubungkan dengan
masalah-masalah perkembangan. Kurangnya kesadaran orang tua akan
pentingnya pendidikan dini serta kurangnya pengetahuan dalam
memberikan rangsang-rangsang positif dalam masa perkembangan anak
dapat menjadi salah satu penyebab timbulnya gangguan atau hambatan
dalam perkembangan anak. Kurangnya kontak pribadi dangan anak,
misalnya dengan tidak mengajaknya berbicara, tersenyum, bermain yang
mengakibatkan timbulnya sikap tegang, dingin dan menutup diri. Kondisi
demikian akan berpengaruh buruk terhadap perkembangan anak baik fisik
maupun mental intelektualnya.
3. Klasifikasi Tunagrahita
Ada 4 tingkatan tunagrahita menurut tingkat intelejensinya yaitu:
a. retardasi mental ringan (mild mental retardation dengan IQ 55–69;
b. retardasi mental sedang (moderate mental reterdation dengan IQ 40–54;
c. retardasi mental berat (severe mental retardation dnegna IQ 20 – 39;
d. retardasi mental sangat berat (provan mental retardation IQ <20.
Penggolongan anak tunagrahita menurut perilaku adaptif tidak berdasarkan
tingkat intelegensi, tetapi berdasarkan kematangan sosial. Hal ini juga mempunyai
4 tingkat yaitu:
a. ringan;
b. sedang;
c. berat;
d. sangat berat.
4. Karakteristik Anak Tunagrahita
Anak tunagrahita memiliki karakteristik tersendiri pada segi tingkah laku,
emosi dan sosialnya, cara belajarnya dan kesehatan pada fisikya. Untuk
karakteristik tersebut, setiap anak tunagrahita memiliki karakteristik yang berbeda
sesuai dengan tingkat kekurangannya. Secara umum karakteristik ters6ebut dapat
digeneralkan ke dalam beberapa hal yaitu sebagai berikut.
a. Segi intelektualnya
1) Anak tunagrahita mampu mengetahui atau menyadari situasi, benda-
benda dan orang di sekitarnya, namun mereka tidak mampu memahami
keberadaan dirinya. Hal tersebut disebabkan oleh faktor bahasa yang
manjadi hambatan, dikarenakan mereka pada umunya sulit untuk
mengatakan atau menyampaikan kata yang sesuai dengan keadaan yang
diinginkannya.
2) Mereka berkesulitan untuk memecahkan masalah-masalah yang ada,
tidak mampu membuat suatu rencana bagi dirinya, dan anak tersebut pun
sulit untuk memilih alternatif pilihan yang berbeda.
3) Mereka sulit sekali untuk menuliskan simbol-angka, sehingga secara
umum mereka memiliki kesulitan dalam bidang membaca, menulis dan
berhitung.
4) Kemampuan belajar anak tunagrahita terbatas. Mereka mengalami
kesulitan yang berarti dalam pengetahuan yang bersifat konsep dan
dalam menempatkan dirinya dengan keadaan situasi lingkungannya.
b. Segi tingkah laku (perilaku adaptif)
1) Perkembangan anak tunagrahita lamban. Sulit mempelajari sikap
tertentu, bahkan sulit melakukan pekerjaan yang ditugaskan walaupun
tugas tersebut bagi orang normal sangat sederhana.
2) Faktor kognitif merupakan hal yang sulit bagi anak tersebut, khususnya
yang berkenaan dengan perhatian dengan atau konsentrasi, ingatan,
berbicara dengan bahasa yang benar, dan dalam kemampuan
akademiknya.
3) Anak tunagrahita seringkali merasakan ketidakmampuan dalam
melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang diberikan padanya, karena
seringnya melakukan kesalahan-kesalahan pada saat melakukannya.
Mereka pada umunya kurang percaya diri dan seringkali
menggantungkan bimbingan atau bantuan orang lain, atau dengan kata
lain rasa kemampuan dirinya kurang. Mereka juga seringkali sulit dalam
memilih lingkungan pergaulan yang baik, sehingga mudah terjerumus
pada hal-hal yang bersifat negatif.
5. Implikasi pendidikan bagi anak tunagrahita
Pendekatan yang dapat diberikan kepada anak tunagrahita adalah sebagai
berikut.
a. Occuppasional therapy, (terapi gerak)
Terapi ini diberikan kepada anak tunagrahita untuk melatih gerak fungsional
anggota tubuh gerak kasar atau halus.
b. Play therapy (terapi bermain)
Terapi yang diberikan kepada anak tunagrahita dengan cara bermain,
misalnya: anak diajarkan tentang tata cara sosial drama, bermain jual beli.
c. Activity Daily Living (ADL) atau kemampuan merawat diri
Untuk memandirikan anak tunagrahita, mereka harus diberian pengetahuan
dan keterampilan tentang kegiatan kehidupan sehari-hari (ADL) agar mereka
dapat merawat diri sendiri tanpa bantuan orang lain dan tidak tergantung
kepada orang lain.
d. Live skill (keterampilan hidup)
Anak yang memerlukan layanan khusus, terutama anak dengan IQ di bawah
rata-rata biasanya tidak diharapkan bekerja sebagai administrator.
e. Focational therapy (terapy bekerja)
Selain diberikan latihan keterampilan, anak tunagrahita juga diberikan latihan
kerja. Dengan bekal lathan yang telah dimilikinya, anak tunagrahita
diharapkan dapat bekerja.
6. Pengertian Higiene
Higiene adalah ilmu kesehatan tentang bagaimana cara perawatan diri pada
individu agar dapat memelihara kesehatannya dengan baik atau disebut juga
dengan higiene perorangan (personal higiene). Personal higiene berasal dari
bahasa Yunani yaitu personal yang artinya perorangan dan higiene berarti sehat.
Personal higiene (kebersihan perorangan) adalah suatu tindakan untuk memelihara
kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis.
Pemeliharaan higiene perorangan diperlukan untuk kenyamanan individu,
keamanan dan kesehatan. Seperti pada orang sehat mampu memenuhi kebutuhan
kesehatannya sendiri, pada orang sakit atau tantangan fisik memerlukan bantuan
perawat untuk melakukan praktik kesehatan yang rutin.
7. Cara Menjaga Kesehatan Reproduksi Wanita
a. Disarankan agar kaum wanita membersihkan bagian luar vagina setelah
buang air kecil atau air besar, seeloknya menggunakan air.
b. Ketika haid, Anda disarankan sering mengganti pembalut terutama pada
hari-hari yang banyak darah. Ini karena darah merupakan media yang
paling sesuai untuk kuman berkembang biak.
c. Hindari sering berlatih douching yaitu memasukkan jari atau ejakulasi ke
dalam vagina dengan tujuan membersihkan bagian dalam vagina.
Perbuatan ini akan menyingkirkan sejenis bakteri loctobacili dari vagina di
samping mengungkapkan vagina dan bagian luar kemaluan pada bahan
kimia yang dapat menyebabkan iritasi kulit.
d. Hindari menggunakan sabun atau menyapu shower gel pada alat kelamin
karena dapat menyebabkan kekeringan dan iritasi kulit dan akan menjadi
gatal. Beberapa wanita sensitif dan alergi pada kandungan pewangi serta
buih sabun.
e. Pasangan suami istri diggalakkan membersihkan alat kelamin dengan air
sebelum dan setelah hubungan kelamin untuk menjamin kebersihan yang
optimal. Amalkan membuang air kecil lebih kurang setengah jam setelah
hubungan seks untuk mengurangi risiko infeksi pada kandung kemih.
f. Celana dalam harus diganti setiap hari dan pada hari-hari yang mengalami
keputihan, lebih baik memakai panty liner sehingga tidak menempel pada
pakaian dalam yang menyebabkan ketidaknyamanan.
g. Selain dari itu, bengkak nanah juga dikaitkan dengan infeksi dan pasien
mengeluh sakit dan demam. Perawatan adalah secara incisional dan
drainage untuk menggeluarkan nanah dan konsumsi antibiotik. Bisul juga
bisa terjadi pada wanita yang sering mencukur. Jadi kebersihan cukur
harus dititikberatkan.
h. Wanita yang mengalami keputihan pada alat sulit seharusnya harus tahu
membedakan antara keputihan biasa dan yang berpenyakit. Keputihan
normal dapat terjadi pada waktu-waktu seperti beberapa hari sebelum haid,
ketika gairah seks, kehamilan dan klimakterik atau setelah menopause.
i. Tanda-tanda keputihan yang berpenyakit seperti pertukaran warna dari
jernih, putih kekuningan atau kehijauan atau berdarah. Jika keputihan
terlalu banyak, kental kecil, gatal dan berbau, tanda-tanda bengkak, pedih
atau sakit pada alat kelamin. Jika infeksi menyebar ke leher rahim atau
sistem peranakan, wanita akan mengeluh sakit pada bagian bawah perut
serta demam.
j. Sebaiknya wanita yang mengalami masalah keputihan disarankan dokter
untuk mendapatkan konfirmasi apakah dia sakit atau tidak, sehingga
pengobatan dapat diberikan sebelum penyakit menjadi lebih serius.
k. Kebanyakan wanita sebenarnya tidak membutuhkan produk atau obat
perawatan alat kelamin jika langkah-langkah yang disarankan diikuti
dengan bijak. Obat hanya harus diambil untuk mengobati infeksi dan
keputihan yang tidak normal.
l. Kebanyakan wanita merasa nyaman dan puas ketika mereka
membersihkan dan merawat alat kelamin dengan produk yang berada di
pasar. Anda disarankan memikirkan bahan makanan yang tidak
mendatangkan efek samping, yang tidak mengubah ph vagina dan telah
diuji kebersihannya.
m. Jika setelah menggunakan produk tersebut dan timbul rasa gatal, pedih,
kemerahan, Anda disarankan tidak menggunakannya lagi dan jumpalah
dokter untuk mendapatkan pengobatan yang tepat.
8. Pengertian Menstruasi
Menstruasi adalah pelepasan dinding rahim (endometrium) yang disertai
dengan pendarahan dan terjadi secara berulang setiap bulan kecuali pada saat
kehamilan. Menstruasi merupakan siklus pada reproduksi wanita yang ditandai
dengan pengeluaran sel telur setiap bulan secara alami, hal ini terjadi jika ovum
tidak dibuahi kira-kira 2 hari sebelum akhir siklus bulanan.
9. Gangguan saat Menstruasi
a. Nyeri haid (dismenore)
Dismenore atau kram usus uterus merupakan nyeri selama menstruasi
yang disebabkan oleh kejang otot uterus.
b. Pre Menstruasi Syndrome (PMS)
Adalah gabungan sari gejala-gejala fisik dan psikologis yang terjadis
selama fase luteal siklus menstruasi dan akan menghilang setelah
menstruasi dimulai. Gangguan psikologis seperti kecemasan dan depresi.
c. Amenore
Adalah tidak terjadinya menstruasi. Dibagi menjadi amenore primer
(tidak menstruasi sampai usia 17 tahun) dan amenore sekunder (tidak
menstruasi selama 3 bulan bagi wanita yang sudah menstruasi
sebelumnya).
10. Pengertian Manajemen Higiene Menstruasi
Higiene menstruasi adalah komponen higiene perorangan yang memegang
peranan penting dalam perilaku kesehatan seorang perempuan khususnya
kebersihan alat reproduksinya saat mengalami menstruasi. Manajemen higiene
menstruasi adalah dasar pengelolaan saat menstruasi agar dapat beraktivitas dalam
kehidupan sehari-hari dengan nyaman seperti pergi ke sekolah, bekerja, dan lain-
lain.
11. Tujuan, Manfaat, dan Pentingnya Perawatan Diri bagi Perempuan saat
Menstruasi.
Tujuan dan manfaat perawatan diri yaitu:
a. Meningkatkan derajat kesehatan seseorang
b. Memelihara kebersihan diri seseorang
c. Memperbaiki personal higiene yang kurang
d. Mencegah penyakit
e. Menciptakan keindahan
f. Meningkatkan rasa percaya diri
Jika remaja putri melakukan perilaku higienis pada saat menstruasi maka
akan terhindar dari kanker rahim, merasa nyaman beraktivitas sehari-hari, percaya
diri, bersemangat dan tidak malas-malasan lagi, tidak dijauhi teman-teman karena
bau badan amis dan tidak mempercayai mitos-mitos yang beredar di masyarakat
karena sudah memahami kebenarannya.
12. Manajemen Higiene Menstruasi
Untuk menjaga kebersihan dan kesehatan, idealnya penggunaan pembalut
selama menstruasi harus diganti secara teratur 4 sampai 5 kali sehari atau setiap 3-
4 jam sekali apalagi jika sedang banyak-banyaknya pada 2-3 hari pertama
menstruasi. Setelah mandi atau buang air, vagina harus dikeringkan dengan tisu
atau handuk agar tidak lembab. Selain itu pemakaian celana dalam hendaknya
bahan yang terbuat dari yang mudah menyerap keringat.
Beberapa aspek penting yang harus diperhatikan remaja putri dalam
menjaga kesehatan organ reproduksinya yaitu:
a. Saat menstruasi wajib menggunakan pembalut untuk menyerap darah yang
keluar dari vagina. Bila menggunakan tampon dari kain, harus dibersihkan
dan dipakai lagi setelah kering.
b. Syarat penggunaan pembalut yaitu pembalut yang berbahan lembut dan
menyerap dengan baik, penggantian pembalut minimal dua kali sehari
pada saat menstruasi dan jangan membiarkan pembalut lengket seharian,
pembalut yang sudah dipakai dibersihkan dengan benar sampai bersih
dengan mencucinya sampai tidak tersisa lagi darah dan kemudian buang ke
tempat sampah.
c. Selalu mencatat siklus menstruasi mulai awal sampai akhir dan
mengontrol kondisi tubuh saat menstruasi untuk mendeteksi adanya
gangguan kesehatan.
d. Mengatur jadwal tidur
e. Mengkonsumsi susu berkalsium tinggi dan makanan kaya zat besi saat
menstruasi
f. Latihan ringan dan olahraga membantu mengatasi nyeri haid
g. Rajin mengganti celana dalam 2-3 kali sehari
h. Pembersihan vagina yaitu pembilasan dengan air bersih dari arah depan ke
belakang dan baiknya menggunakan air mengalir , mencuci tangan terlebih
dahulu saat pertama kali membasuh area vagina, dan pastikan kuku tidak
panjang karena akan melukai vagina
i. Menjaga organ reproduksi tidak lembab
j. Memakai celana dalam yang terbuat dari katun karena dapat menyerap
keringat dan sebaiknya tidak terlalu ketat
k. Mandi minimal 2 kali sehari dengan air bersih lebih baik lagi air hangat
l. Membuang sampah pembalut secara teratur. Jangan sembarangan karena
akan menyumbat saluran pembuangan.
13. Dampak jika Perempuan tidak Merawat Diri dengan Baik saat
Menstruasi
Peristiwa menstruasi yang merupakan darah kotor, yang jika kurang dijaga
kebersihannya akan berpotensi untuk timbul infeksi pada organ reproduksi
(Yusuf, 2002). Sedangkan apabila perilaku higienis tersebut tidak dilakukan dan
remaja putri kurang peduli akan kebersihan alat reproduksinya, tidak menjaga
penampilan dan kesehatan sewaktu menstruasi, mereka dapat terkena kanker
rahim, keputihan, mengurangi aktivitas saat menstruasi karena malas, kurang
percaya diri, percaya akan mitos-mitos seputar menstruasi yang beredar di
masyarakat, dijauhi teman-teman karena bau badan amis dan lainnya.
Hasil penelitian yang telah dilakukan menyatakan bahwa kurangnya
perilaku perawatan diri saat menstruasi dapat menyebabkan berbagai penyakit
misalnya kanker rahim. Berdasarkan data dari badan kesehatan Dunia (WHO),
kanker serviks merupakan kanker nomor dua terbanyak pada perempuan berusia
15–45 tahun setelah kanker payudara. Tidak kurang dari 500.000 kasus baru
dengan kematian 280.000 penderita terjadi setiap tahun di seluruh dunia.
Indonesia berada pada peringkat pertama untuk kasus wanita penderita
kanker mulut rahim (serviks) sedunia, sedangkan data dari Yayasan Kanker
Indonesia, bahwa penyakit penyakit kanker leher rahim (serviks) mengakibatkan
korban meninggal dunia sedikitnya 555 wanita perharinya dan 200.000 wanita per
tahunnya. Menurut beberapa penelitian menyebutkan bahwa kanker ini
disebabkan oleh virus Human Papilloma Virus (HPV) yang muncul antara lain
karena perilaku sering berganti-ganti pasangan seks dan perilaku yang tidak
higienis pada saat menstruasi.
Virus ini hidup di daerah yang lembab, persisnya dalam cairan vagina yang
diidap oleh penderita keputihan (leukore). Jika keputihan ini tidak
segera membaik, virus ini bisa memunculkan kanker rahim. Biasanya keadaan ini
ditandai dengan banyaknya cairan keputihan yang disertai bau tidak sedap dan
perdarahan yang keluar dari vagina. Tapi ada kalanya kanker yang muncul itu
tidak memberikan gejala -gejala sakit seperti itu. Ditemukan penyebab utama
kanker mulut rahim di Indonesia adalah pembalut berkualitas buruk.
Oleh karena itu pada saat menstruasi seharusnya perempuan benar-
benar dapat menjaga kebersihan organ reproduksi secara ekstra terutama pada
bagian vagina, karena kalau tidak dijaga kebersihannya, akan menimbulkan
mikroorganisme yang berlebih sehingga mengganggu fungsi organ reproduksi.
Lampiran 3 : Media Leaflet
Lampiran 4: Media PPT