lssn kesmas - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/41162/9/614. 41162.pdf · dampak...
TRANSCRIPT
Kesmasfurnal Kesehatan Masyarakat Nasional
'Volume 6, Nomor 4, Februari 2012 lssN 1907-7505
Dua Bulanan
I
Ill.iI'1't.,i
!l-.- -
t:E-t.{llitirJ
fl,1
I
Perbedaan Pelayanan Kesehatan lbu dan Anakdi Perkotaan dan Daerah Terpencil
Pengaruh Kesehatan terhad ap Gizi BurukAnak Usia 6-24 Bulan
, .I
' ,','t
:,
I
l':
'i
i.
.i
l
qll:l -.
l
,,i.i
I
1!
Dampak Rehabilitasi Medis padaDisabilitas Kusta
Reimplantasi Lensa Setelah l(omplikasi operasiKatarak
IdentifikasiKerja pada
Keselamatan dan Kesehatan
ril
BahayaIkan Nelayan Muroami
Kesmas.f urnal Kesehatan Masyarakat Nasional
Volume 6, Nomor 4, Februari 2012
DAFTAR ISI
Editorial Kontroversi Penggunaan Vaksin H5Nl pada Manusia......Nasrin Kodim
Artikel Penelitian Perbedaan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak di Perkotaan danDaerah Terpencil.
sN 1907-7505
Soi M. Sarumpaet, Bisara L. Tobing, Albiner Siagian
Hubungan Pergantian Waktu Kerja dengan Pola Tidur pekerja........Yuli Amran, Putri Handayani
Dampak Rehabilitasi Medis pada Penyandang Disabilitas Kusta.Sylvia Nasution, M. Rusli Ngatimin, Muhammad Syafar
Reimplantasi Lensa Setelah Komplikasi Operasi Katarak.Gilbert W. S. Simanjuntak
ffii] tr\t;#ry\Rlmah pada Anak Balita dengan Kecacingan....
Mitigasi Kebakaran melalui MasyarakatYusran Nasution
Identifikasi Bahaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja padaPenangkapan Ikan Nelayan Muroami........Dimas Ari Dharmawirawan, Robiana Modjo
Berdasarkan Keputusan Direktur fenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan NasionalRepublik Indonesia Nomor: 85/DIKTI/Kep/2OO9 tanggal 6 luli 2OO9, Kesmas diakui sebagai
jurnal ilmiah nasional terakreditasi
Pengaruh Pelayanan Kesehatan terhadap Gizi Buruk Anak Usia 6 - 24 8u1an........ 158-162Erna Kusumaw ati, Setiyowati Rahardjo
145-146
147-152
153-157
163-167
l68-172
173-178
179-184
185-192
Kesmas.furnal Kesehatan Masyarakat Nasional
Volume 6, Nomor 4, Februari 2012 ISSN 1907-7505
Kesmas merupakan furnal Kesehatan Masyarakat Nasional !'ang memuilt naskah hasil pclitim mauPurl naskah konsep di
bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat, diterbitkan dua bulan sekali pada bulan Agustus, Oktober, D6€mber, Febnrari, April, dan funi.
Penanggung f awab/PemimFn I'imt'mBambang Wispril'ono. dn. Apt. PhD (Dekan FKM LJI)
Pemirpin RcdrhiProf. Nasrin Kodim, Ih, dr, MPH
Wakil Pemimpln PsdqksiDrs. AMur Rahman, MEnv
RedaksiDr. Dra. Dumilah Ayuningtyas, MARS
dr. Zarfiel Tafal, MPH
Web ProgrammerEddy Afriansyah, SKom, MSi
Redaksi PelaksanaDesy Hiryani, SKM
Sekretaris RedaksiDwicahyanti Utami, SKM
Redaksi KehormatanKetua
Prof. Kusharisupeni, Dr, dr, MScAnggota ;
Prof. Hasbullah Thabrany, MPH, DrPH (FKM Universitas Indonesia)
Prof. Alimin Maidin, dr, MD, MPH, DrPH (FKM Universitas Hasanuddin)
Djazuly Chalidyanto, SKM, MARS (FKM Universitas Airlangga)
Prof. Dr. Tan Malaka, MOH, DrPH, SpOk (FK Universitas Sriuriisf)dr. Drupadi HS Dillon, MSc, PhD, SpGK (FK Universitas Indcsir)
Prof. Ali Ghufron, dr, MPH, PhD (FK Universitas C,adFh M.dr)Prof. Sori Muda Sarumpaet, dr, MPH (FKM Univenitas Sroeuetlu)
Mitra Bestari pada Edisi iniProf. Dr. dr. J. Mukono, MS, MPH tFti\l Unisersiras -{irlag;et
Prof. Dr. Tan Malaka, MOH, DrPH. SpOk tFK Unirdsit s
Prof. dr. Dr. Tjipto Suwandi, MOH tFIC\t UrhEirProf. Dr. dr. Nila Djuwita Moeloek, SpM(K) (Depstm
Dr. Dewi Rahalu (Pusat Keselamatan dan Kesehatan KeriaDr. dr. S1'arief Hasan Lutfie, SpKFR
Dr. dra- Ratu Ayu Dewi Sartika, Apt, MSc (OepqaDt' Drs" Anrm Atrnawikarta, SKM, MPH
Fakulta-. Kesetnta lttasfr&Gd. Bl.t ilnAusB-uUL
Kebersihan Diri dan Sanitasi Rumah pada Anak Balitadengan Kecacingan
Personal Hygiene and House Sanitation among Children Under Five YearsOld with Helminthiasis
Ririh Yudhastuti, M. Farid D. Lusno
Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
Abstrak
Di lndonesia, prevalensi kecacingan berada pada kisaran 45% - 65% dan
masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting. Berbagai
cacing yang menginfeksi anak berusia di bawah 12 tahun dengan prevalen-
si tinggi meliputi Ascaris lumbricoides, Trichuis trichiura, Ancylostoma duo-
denale, Necator americanus, dan Enteroblus vermicularis. lnfeksi cacingperut diduga menyebar melalui sanitasi lingkungan dan higiene perorangan
yang buruk. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara
lingkungan rumah dan kejadian kecacingan pada anak di bawah lima tahun(balita). Penelitian dilaksanakan pada anak balita di Kampung Keputih
Kecamatan Sukolilo Surabaya selama bulan Maret - Mei 2010 dengan de-
sain penelitian kasus kontrol terhadap 51 kasus dan 51 kontrol.Pengumpulan data melalui pemeriksaan laboratorium, wawancara, dan ob-
servasi. Analisis data dengan uji chi square dan regresi logistik. prevalensi
kejadian kecacingan dengan pemeriksaan tinja pada anak balita adalah
9,8%. Faktor yang berhubungan dengan kejadian kecacingan pada anak
balita adalah keberadaan sarana sanitasi fiamban) (OR = 5,245), kebiasa-
an buang air besar (BAB) (OR = 4,821), masih adanya lantai tanah (OR =
5,342), kebiasaan cuci tangan setelah BAB (OR = 4,654), dan pengetahuan
ibu tentang kecacingan (OR = 2,425). Disarankan untuk pengadaan jamban
yang memenuhi syarat kesehatan dan plester rumah, meningkatkan penyu-
luhan pada orang tua balita dan kader kesehatan tentang kejadian ke-
cacingan.
Kata kunci: Lingkungan rumah, kecacingan, anak di bawah lima tahun
was analyze an association between housing environmental and helminthi-
asis among students of early childhood age. This research conducted since
March until May 2010 with case control design and sample size was 51 sub-jects for cases and 51 subjects for control. Data analysis used chi square
test and logislic regression. The prevalence of helminthiasis with feces exa-
mination among the students was 9,8%. The factors associated with
helminthiasis were presence of latrines (0R = 5,245), defecation habits
(OR = 4,821), type of floor (OR = 5,342), washing hands after defecation
(OR = 4,654), and parental knowledge (OR = 2,425). lt's appleated to pro-
vide a close with good standard of environmental health, making the cement
floor, increase knowledge about helminthiasis and the risk factors
Key words: Housing environmental, helminthiasis, children under five
years old
PendahuluanDalam membangun sumber daya manusia (SDM)
yang berkualitas terutama pada anak-anak di bawah limatahun (balita) sebagai penerus bangsa, harus menjadiperhatian serius. Sesuai konsep paradigma sehat yangberorientasi pada kesehatan masyarakat maka harus diu-payakan pencegahan penyakit dan pemeliharaan kese-hatan. Di Indonesia, masih banyak penyakit yang menja-di permasalahan di dunia kesehatan, di antaranya adalahcacing perut yang ditularkan melalui tanah. Kecacinganlebih banyak menyerang anak-anak karena aktivitasmereka yang lebih banyak berhubungan dengan tanah.Kecacingan memang tidak membahayakan nyawa, na-
Alam at Korespondensi : Ririh Yudhastuti, Departemen Kesehatan LingkunganKampus C FKM Universilas Airlanga, Jl. Mulyorejo Surabaya 60115,H p. O8 1 65 42 2 697, e- mail: y udha stuti 1@unair. ac. id
Abstract
ln Indonesia, helminthiasis is still a public health problem due to its preva-
lence. The prevalence is 45% - 65%. The species of helminthes whom in-
fecting children under 12 years old are Ascans lumbricoides, Trichuristichiura, Ancylostoma duodenale, Necator ameicanus, and Enterobius ver-
miculais.lt suspected that infestation of helmint can transmit through lack
of environment sanitation and personal hygiene. The objective of research
173
Kesmas, Jumal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol.6, No. 4, Februai 2012
mun mampu membuat kualitas hidup penderitanya turundrastis karena dapat menurunkan kondisi kesehatan,gizi, kecerdasan, dan produktivitas penderitanya sehing-ga secara ekonomi dapat menyebabkan kerugian. Selainitu, dapat menyebabkan kehilangan karbohidrat, proteinserta darah sehingga menurunkan kualitas SDM.1-3 Padainfeksi berat (hiperinfeksi), terutama pada anak-anak,dapat terjadi gangguan pencernaan dan penyerapan pro-tein sehingga penderita mengalami gangguan pertum-buhan dan anemia akibat kurang gizi. Cairan tubuh ca-cing yang beracun dapat menimbulkan gejala miriptifoid, disertai tanda-tanda alergi misalnya urtikaria, ede-ma pada wajah, konjungtivitis, dan iritasi pernapasanbagian atas.
Kecacingan di Indonesia masih merupakan masalahkesehatan masyarakat karena prevalensinya masih sangattinggi antara 45o/o - 650/o. Bahkan di area tertentu yangsanitasinya buruk, prevalensi kecacingan dapat mencapai80%.2 Cacing-cacing yang menginfestasi anak denganprevalensi tinggi adalah cacing gelang (Ascaris lumbri-coides), cacing ini tersebar luas di dunia, terutamadaerah tropis dan subtropis yang kelembaban udaranyatinggi, berwarna putih kecoklatan atau kuning pucat,berukuran 10 - 31 cm, telur berbentuk lonjong beruku-ran 45 - 70 mikron x 35 - 50 mikron. Selain itu, terda-pat cacing cambuk (Trichuris trichiura), cacing ini terse-bar luas di daerah tropis dan berhawa panas berbentukmirip cambuk; Ancylostoma duodenale; cacing tambang(Necator americanus), dan cacing kremi (Enterobius ver-micularis).4-6 Prevalensi kecacingan di Surabaya masihtercatat cukup tinggi yaitu sekitar 360/o.
Infestasi cacing pada manusia dipengaruhi oleh peri-laku, lingkungan, tempat tinggal, dan manipulasinya ter-hadap lingkungan. Kecacingan banyak ditemukan didaerah dengan kelembaban yang tinggi. Selain itu, faktorkelompok masyarakat dengan higine perorangan dansanitasi dasar perumahan yang kurang baik juga dapatmenyebabkan terjadinya kecacingan. Penularankecacingan dapat terjadi melalui beberapa jalan, yaitutelur infektif masuk ke mulut bersama makanan danminuman yang tercemar melalui tangan yang kotor ter-cemar terutama pada anak.6-8
Berdasarkan latar belakang tersebut maka perlu di-lakukan studi untuk mengurangi masalah kecacinganyang saat ini banyak terjadi di Indonesia maupunSurabaya. Peneliti bermaksud menganalisis hubunganantara kontaminasi tanah oleh cacing Ascaris lumbri-coides, Trichuris trichiura, Ancylostoma duodenale,Necator americanus, dan Enterobius vermicularis sertakejadian infeksi kecacingan pada anak balita.
MetodePenelitian ini menggunakan desain studi kasus kon-
trol di Kampung Keputih Kecamatan Sukolilo Surabaya
dalam periode 3 bulan yaitu bulan Maret hingga Mei2010. Kampung Keputih dahulu adalah kawasan tempatpembuangan akhir (TPA) sampah di Surabaya, tetapi se-jak tahun 2000 kawasan TPA ini ditutup. Sejak saat itu,Kampung Keputih digunakan sebagai perkampungankhususnya para pemulung dan keluarganya. Populasipenelitian adalah anak-anak berusia I - 5 tahun yangtinggal di wilayah Kecamatan Sukolilo Surabaya.eSampel dalam penelitian adalah anak-anak berusia 1 - 5tahun yang meliputi kasus dan kontrol.g Kasus adalahanak sehat dengan tinja positif telur atau larva cacing pe-rut dengan pemeriksaan tinja metode hapusan langsungdengan larutan NaCl (metode Willis).6 Kriteria inklusimeliputi: anak balita (usia I - 5 tahun) dalam keadaansehat tidak menderita diare atau disentri, bertempat ting-gal di wilayah Kampung Keputih Kecamatan SukoliloSurabaya, mendapat izin dari orang tua. Kontrol adalahanak sehat yang di dalam tinjanya tidak terdapat teluratau larva cacing.
Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumusukuran sampel untuk desain kasus kontrol. Pada pene-litian ini, jumlah kasus sebanyak 63 responden dan kon-trol sebanyak 65 responden. Variabel yang ditelitimeliputi sanitasi dasar perumahan yang meliputi 4 sub-variabel yaitu penyediaan air bersih, sarana jamban, lan-tai rumah, dan sarana pembuangan sampah menggu-nakan lembar observasi. Karakteristik responden meli-puti usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjan, pendapat-an orang tua, serta higiene perorangan meliputi kebi-asaan rnencuci tangan, kebiasaan memotong dan mem-bersihkan kuku, kebiasaan menggunakan alas kaki, dankebiasaan mandi. Kelembaban udara diukur dengan hi-grometer dan suhu ruangan diukur dengan termometerruang. Analisis menggunakan analisis univariat, bivariatdengan uji chi square, dan multivariat dengan uji regresilogistik.e
HasilAnalisis Bivariat
Pemeriksaan telur pada tinja dengan menggunakanmetode hapusan langsung dengan larutan NaCl (metodeWillis) dilakukan pada 57 responden kasus dan 63 res-ponden kontrol pada balita. Kejadian kecacingan ber-dasarkan pemeriksaan telur atau larva cacing menggu-nakan metode hapusan langsung dengan larutan NaCl(metode Willis) dalam tinja pada anak balita didapatkanpada 43o/o dari 126 anak balita yang diperiksa tinjanya.Proporsi telur atau larva positif pada kelompok kasus(36,7o/o) lebih besar dibandingkan kelompok kontrol(28,3%). Kelompok kasus yang menggunakan penyedia-an air bersih (73,3o/o) lebih kecil dari kelompok kontrol(26,7o/o). Sarana sanitasi pembuangan kotoran (jamban)yang tidak memenuhi syarat pada kelompok kasus(56,00/o) lebih besar dari kelompok kontrol (44,0o/o).
174
Yudhastuti & Lusno, Kebersihan Dii dan Sanitasi Rumah pada Anak Balita dengan Kecacingan
Tabel l. Hubungan Variabel Penelitian dengan Kejadian Kecacingan pada Anak Usia di Bawah Lima Tahun
Variabel Kategori Kasus Kontrol OR 95o/o Cl Nilai p(o/o)(o/o)
Luas ventilasi rumah
Kepadatan hunian ruang tidur
Suhu dalam kamar
Kelembaban dalam kamar
fenis lantai
Keberadaan jamban
Sumber air bersih
Kebiasaan BAB
Kebiasaan penggunaan alas kaki
Mencuci tangan sehabis BAB
Mencuci tangan sebelum makan
Kebiasaan memotong kuku
Pengetahuan orang tua (ibu)
TMS (< 10olo luas lantai)MS (> 10olo luas lantai)TMS (< 4 mzlorang)MS (> 4 m2lorang)TMS/tidak nyaman (< 18oC/> 30 oC)
MS/nyaman (> 1SoC- 30oC)TMS (< 40olo atau7Oo/o)MS (4oo/o - 7Oo/o)
TMS berupa tanah tidak diplesterMS plester, ubin, keramik (4Oo/o -7lo/o)Tidak ada
AdaTidak ada
AdaTidak di jamban
Di jamban
Tidak biasa
Biasa
Tidak biasa
Biasa
Tidak biasaBiasa
Tidak biasa
Biasa
RendahTinggl
69,1
42,956,047,959,1
44,95qq37,556,548,856,037,973,343,652,829,486,82t,786,433,869,329,888,734,569,729,1
50,957 ,1
44,052,1
41,955, I40,1
62,543,551,24,062,1
26,756,447,270,613,2
78,311,6
66,230,770,221,365,530,370,9
3,520
1,667
2,678
|,705
2,681
5,525
3,51 I
2,268
31,765
) )q\
5,543
o,682
s,555
0,009
0,179
0,122
0, 131
0,000
0,000
0,007
0,000
0,181
0,000
0,111
o,t2t
0,000
1,445 - 8,5
0,796 - 3,200
0,890 - 8,005
0,879 - 8,050
0,554 - 3,550
2,710 - 8,327
1,457 - 8,609
0,897 - 8,044
8,467 - I 1,00
4,727 - 15,97
2,709 - 11,32
7,868 - 34,33
2,781 - 8,786
Keterangan ;
TMS = tidak memenuhi syaratMS = memenuhi syarat
Sarana luas ventilasi yang tidak memenuhi syarat padakelompok kasus (69,1o/o) lebih besar dari kelompok kon-trol (30,90o/o). Suhu yang tidak memenuhi syarat padakelompok kasus (59,1%) lebih besar dari kelompok kon-trol (4l,9oo/o). Kelembaban yang tidak memenuhi syaratpada kelompok kasus (59,90o/o) lebih besar dari kelom-pok kontrol (4O,l0o/o). Sarana jenis lantai yang tidakmemenuhi syarat pada kelompok kasus (56,50lo) lebihbesar dari kelompok kontrol (43,5%). Tingkat penge-tahuan orang tua (ibu) yang rendah pada kelompok ka-sus (69,3o/o) lebih besar dari kelompok kontrol (30,7o/o).Kepadatan hunian ruang tidur yang tidak memenuhisyarat pada kelompok kasus (56,00/o) lebih besar darikelompok kontrol (44,4o/o). Kebiasaan buang air besar(BAB) yang tidak memenuhi syarat pada kelompok kasus(52,8o/o) lebih besar dari kelompok kontrol (47,2%).Pada variabel higine perorangan, kebiasaan mencucitangan pada kelompok kasus yang tidak memenuhisyarat (88,7o/o) lebih besar dari kelompok kontrol(21,3o/o), kebiasaan memotong dan membersihkan kukuyang tidak memenuhi syarat pada kelompok kasus(69,3o/o) lebih besar dari kelompok kontrol (30,7 o/o), ke-biasaan menggunakan alas kaki pada kelompok kasusyang tidak memenuhi syarat (86,80/o) lebih besar dari
kelompok kontrol (13,2o/o), kebiasaan mencuci tangansebelum dan setelah BAB yang tidak memenuhi syarat pa-da kelompok kasus (86,40/o) lebih besar dari kelompokkontrol (13,60/o) (Lihat Tabel 1).
Analisis MultivariatMelului uji regresi logistik dilakukan analisis hubung-
an variabel dengan kejadian kecacingan Ascaris lumbri-coides, Trichuris trichiura, Ancylostoma duodenale,Necator americanus, dan Enterobius vermicularis secarabersama-sama. Ditemukan 5 variabel yang bermaknadengan kejadian kecacingan secara bersama yaitu saranasanitasi pembuangan kotoran (jamban), kebiasaan BABtidak di jamban, jenis lantai rumah yang masih berupatanah, kebiasaan cuci tangan setelah BAB, dan penge-tahuan orang tua terutama ibu (Lihat Tabel 2).
PembahasanKejadian Kecacingan
Ukuran ventilasi atau luas ventilasi rumah menye-babkan sinar matahari dan pergantian udara ruangandalam rumah terbatas sehingga tidak cukup mengurangikelembaban dan kelembaban yang tinggi disukai jeniscacing tertentu. Variabel ventilasi, kelembaban, dan suhu
175
Jenis lantaiKeberadaan jamban
Kebiasaan BABMencuci tangan sehabis BABPengetahuan orang tua (ibu)
0,0030,0000,0010,0070,003
5,3425,4254,8214,6542,425
Kesmas, Jurnal Kesehatan Masyarakat Naslona/ VoL6, N0.4, Februai 2012
Tabel 2. Hasil Analisis Multivariat
Variabel Nilai p OR 95o/" Cl
telur/larva infektif dari feses ke lingkungan sekitarnya.l'4Hasil penelitian sebagian besar kasus tidak mempun-
yai jamban atau BAB di jamban (560/o) lebih besar di-bandingkan kontrol. Hasil uji multivariat menunjukkanbahwa kebiasaan BAB tidak di jamban memberikan pelu-ang 4 hingga 5 kali dibandingkan BAB di jamban. Ber-dasarkan uji multivariat, rendahnya pengetahuan orangtua terutama ibu anak balita tentang kesehatan lingkung-an dan kecacingan 2 kali lebih besar dibandingkan deng-an orang tua yang berpengetahuan tinggi.
Prevalensi kejadian kecacingan pada anak balita diKampung Keputih Kecamatan Sukolilo Surabaya dalampenelitian ini sebesar 9,8o/o. Hasil penelitian ini lebih ke-cil angka prevalensinya dari hasil penelitian ShowkatAchmad Wani, et al,5 di Gurez-fammu dan Kashmir StateIndia dimana didapat prevalensi kejadian kecacingan pa-da 352 anak-anak yang disurvei sebesar 7 5,28o/o menun-jukkan Iebih dari satu jenis cacing yang menginfeksiseperti prevalensi Ascaris lumbricoides (7 l,l8o/o),Trichuris trichiura (26,420/o), dan Enterobius vermicu-laris (13,92o/o).
Menurut World Heolth Organization (WHO), tingkatinfeksi kecacingan menunjukkan indeks sanitasi dimasyarakat.4.l0 Kgsdssn kemampuan sosial ekonomimasyarakat yang rendah menyebabkan kondisi higienedan sanitasi yang rendah.T'8 Kecacingan di negaraberkembang seperti Indonesia memang tidak cepatmenimbulkan kematian atau case fatality rate (CFR) ren-dah, tetapi dapat mengganggu tumbuh kembang manusiaterutama anak-anak karena adanya gangguan saluranpencernaan sehingga mengganggu nutrisi dan menye-babkan anemia.5 Kondisi anemia mengakibatkan produk-tivitas dalam belajar maupun bekerja menjadi menurun.Kecacingan ditularkan melalui kontaminasi tanahmaupun air akibat higiene dan sanitasi yang buruk. Hal inidapat diperburuk dengan perilaku yang tidak 5sh31.1,6,10
Menurut perkiraan WHO, secara global terdapat 800
- 1.000 juta kasus Ascaris dan 7 - 900 kasus Trichurisia-sis.3,11,12 Untuk di Indonesia, belum ada data prevalensikecacingan yang pasti dan diperkirakan 40o/o - 60 o/o un-tuk semua umur dan 600/o - 80olo untuk murid sekolahdasar.2 Kebiasaan anak-anak dalam bermain banyakmenggunakan sarana tanah sebagai tempat aktivitas se-hingga kemungkinan terkontaminasi cacing melalui tanahcukup besar. Risiko terjadinya kecacingan yang ditunjangdengan perilaku membuang tinja sembarangan cukup be-sar sehingga sarana jamban keluarga sangat diperlukanuntuk menurunkan angka kejadian kecacingan.
Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian KecacinganBerdasarkan analisis multivariat regresi logistik, varia-
bel yang bermakna dengan kejadian kecacingan adalahsarana sanitasi (jamban), kebiasaan BAB, jenis lantairumah, kebiasaan cuci tangan setelah BAB, dan penge-
r,554 - 8,5504,727 - 15,9701,897 - 7 ,0442,7 t0 - 8,327I,781 -6,786
ruangan tidak berhubungan secara bermakna dengan ke-cacingan. Hal tersebut disebabkan persentase ventilasi,kelembaban, dan suhu yang tidak memenuhi syarat baikpada kasus (59,1o/o) dan kontrol (41,9o/o) tidak menun-jukkan perbedaan yang bermakna. Sebagian besar kasusmenempati rumah dengan kepadatan hunian ruang tiduryang tidak memenuhi syarat atau kurang. Menempatirumah dengan ruang tidur yang tidak memenuhi syarat(< 4 m2/orang) berisiko terjadi penularan kecacingandibandingkan menempati rumah dengan kepadatan huni-an ruang tidur memenuhi syarat. Hal tersebut mungkindisebabkan persentase kepadatan hunian ruang tidurtidak memenuhi syarat baik pada kasus (560lo) dan kon-trol (44o/o) sehingga tidak menunjukkan perbedaan yangbermakna.
Sumber air bersih responden didapatkan melalui airperusahaan daerah air minum (PDAM) yang dikirim kerumah responden melalui gerobak dorong berisi jeriken,yang dikirim secara rutin/setiap hari. Variabel sumberair bersih tidak berhubungan bermakna dengan kejadiankecacingan. Demikian pula variabel cuci tangan danmemotong kuku tidak berhubungan bermakna dengankejadian kecacingan. Hal ini mungkin disebabkan kare-na responden memakan makanannya menggunakansendok atau masih disuapi oleh orang tuanya. Variabelpenggunaan alas kaki juga tidak berhubungan secarabermakna karena responden masih banyak yang digen-dong orang tuanya dan bermain-main di atas tempattidur kayu di teras rumah. Semua responden dalam kate-gori ini memiliki jenis lantai plester di ruang tamu dan ru-ang tidur, tetapi teras dan dapur masih berlantai tanahyang dikombinasikan dengan bata atau batako yang eratkaitanya dengan tanah. Berdasarkan uji multivariatdiperoleh hasil bahwa menempati rumah yang berlantaitanah memberikan peluang 5 kali lebih besar dibanding-kan dengan rumah plester/tegel/keramik seluruhnya. Halini karena pengambilan data pada bulan Maret dan Mei,dimana menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, danGeofisika (BMKG) bulan Oktober - Maret adalah bulanyang bercurah hujan tinggi dan kelembaban tinggi,kelembaban tinggi berpengaruh pada tanah karena airpada tanah yang lembab merupakan media penyebaran
176
Yudhastuti & Lusno, Kebersihan Dii dan Sanitasi Rumah pada Anak Balita dengan Kecacingan
tahuan orang tua balita terutama ibu mempunyai nilai p> 0,05, tetapi secara substansi kebiasaan cuci tanganmerupakan faktor penting pada kejadian kecacingananak balita. Kebiasaan cuci tangan sebelum makanmenggunakan air sabun mempunyai peranan pentingdalam kaitannya dengan pencegahan infeksi kecacingankarena dengan menggunakan air dan sabun dapat lebihefektif menghilangkan kotoran, debu, dan telur cacingyang menempel pada permukaan kulit dan kuku padakedua tangan.l5 Hasil analisis didapatkan odds ratio(OR) variabel sarana sanitasi (jamban) adalah 5,245 danmerupakan variabel dengan nilai OR terbesar yangartinya sarana sanitasi (jamban) merupakan variabelyang berhubungan sangat erat dengan kejadian kecacing-an.4,t0,14
Menurut penelitian Bundhy DA,14 dan Albonico etal,1'llpenyakit infeksi kecacingan merupakan penyakityang dipengaruhi oleh keadaan sanitasi lingkunganterutama sarana pembuangan tinja (jamban). Penyakitinfeksi kecacingan ditularkan melalui soil transmittedhelminthiasis sehingga pembuangan tinja yangmemenuhi syarat serta saniter akan mengurangi risikokejadian penyakit. Salah satu faktor yang dapat mem-pengaruhi terjadinya penyakit infeksi kecacingan adalahjamban yang tidak r2n11gL1,3,8,7 Pembuangan kotoranmanusia bila tidak dikelola dengan baik sering mence-mari air bersih sehingga air tersebut dapat menyebabkanpenyakit atau mencemari permukaan tanah sertamakanan.l,7 Salah satu perilaku manusia yang ber-hubungan dengan penyebaran penyakit infeksi kecacing-an adalah kebersihan perorangan seperti kebiasaan cucitangan sebelum makan dan setelah BAB.15 Berdasarkanpenelitian Albonico et al,1 dan WHO,6,10 tanah dan airyang terkontaminasi telur cacing memiliki peranan dalamkejadian infeksi kecacingan. Telur cacing sampai padamanusia melalui tanah yang terkontaminasi oleh tinjayang mengandung telur cacing Infsklif. 2,s,8, I 1' 1 2
Penyediaan air bersih dan jamban keluarga yang tidakmemenuhi syarat dapat menjadi faktor risiko terjadinyapenyakit infeksi yang ditularkan melalui tanah dan airseperti infeksi kecacingan. Kepemilikan jamban yangbaik akan menurunkan prevalensi kecacingan, tetapi haltersebut harus diikuti dengan perilaku anak, sosialekonomi, dan sarana air bersih yang baik.15 Menurutpenelitian Albonico et al,1 faktor-faktor yang berperanpada kejadian infeksi kecacingan melalui kontaminasitanah selain daerah kumuh dengan penduduk yang padatadalah tingkat pendapatan keluarga rendah. Hal ini jugadapat disebabkan karena tingkat pendapatan keluarga diwilayah penelitian hampir merata antara tingkat penda-patan rendah dengan tingkat pendapatan cukup.3'1+
KesimpulanPrevalensi kejadian infeksi kecacingan dengan pe-
meriksaan tinja anak balita adalah 9,8o/o. Tanah yangpositif telur cacing sebanyak 6,50/o.Terdapat hubunganyang bermakna antara sarana sanitasi (jamban) dengankejadian infeksi kecacingan anak balita dengan nilai OR= 5,245. Anak balita yang mempunyai sarana sanitasi(jamban) tidak memenuhi syarat mempunyai peluang5,245 kali terkena infeksi kecacingan dibandingkan anakyang mempunyai sarana sanitasi (jamban) yangmemenuhi syarat. Ada hubungan yang bermakna antarakebiasaan cuci tangan anak setelah BAB dengan kejadianinfeksi kecacingan anak balita dengan nilai OR = 4,821.Anak balita yang tidak mempunyai kebiasaan cuci tangansetelah BAB mempunyai peluang 4,821kali terkena in-feksi kecacingan dibandingkan anak yang mempunyaikebiasaan cuci tangan setelah BAB. Ada hubungan yangbermakna antara kebiasaan BAB tidak di jamban kejadi-an infeksi kecacingan anak balita dengan nilai OR =4,654. Anak balita yang tidak mempunyai kebiasaan BABdi jamban mempunyai peluang 4,654kali terkena infeksikecacingan dibandingkan anak yang mempunyai kebi-asaan BAB di jamban. Terdapat hubungan yang bermak-na antara rumah berlantai tanah dengan kejadian infeksikecacingan anak balita dengan nilai OR = 5,342. Anakbalita yang tinggal di rumah berlantai tanah mempunyaipeluang 5,342 kali terkena infeksi kecacingan diban-dingkan anak balita yang tinggal di rumah yang tidakberlantai tanah. Ada hubungan yang bermakna antarapengetahuan orang tua, dalam hal ini ibu, dengan kejadi-an infeksi kecacingan anak balita dengan nilai OR =2,425. Rendahnya pengetahuan orang tualibu tentang ke-sehatan lingkungan dengan kecacingan mempunyai pelu-ang 2,425 kali terkena infeksi kecacingan dibandingkandengan orang tua (ibu) yang berpengetuhan kesehatanlingkungan dan kecacingan yang tinggi.
SaranUntuk mengurangi prevalensi kejadian kecacingan
diperlukan berbagai upaya antara lain penyuluhan ten-tang penyakit infeksi kecacingan dan faktor-faktor yangmempengaruhinya kepada orang tua, anak balita, dankader kesehatan; membangun sarana jamban umum yangmemenuhi syarat kesehatan; membiasakan cuci tanganpakai sabun sebelum makan dan setelah BAB; sertamemberikan obat cacing sebagai sarana preventif ter-hadap kecacingan pada anak balita 6 bulan sekali.
Daftar Pustaka1. Albonico M, Allen H, Chitsulo L, Engels D, Gabrielli AF. Controlling
soil transmitted helminthiasis in pre school age children through pre-
ventive chemotherapy. Plos Negl Tiop Dis. 2008; 2 (3\: e 126.
2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Hasil survei morbiditas
cacingan tahun 2005. lakarta: Sub Direktorat Diare dan Penyakit
Pencemaan Direktorat fenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan; 2005.
177
)--
Kesmas, Jumal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 6, No. 4, Februai 2012
3. Legesse M, Erko B. Prevalence of intestinal parasites among schoot chil-dren in South East of Lake Longano Ethopia. Europ I Health Develop.
2004;18;116-2O.
4. Achmed B, Bhanti G, Thokar MA, Malla N. Human toxocariasis and as-
cariasis: Concomitant parasitism in Srinagar Kashmir India. India IPathol Microbiol. 2002; 45 ; j I 5 -8.
5. Showkat AW, Fayas A, Showkat AZ, Ayesha A, Zubair AD, pervaiz AD.Intestinal helminthiasis in children of Gurez Valley and Kasmir State
India. Clinical Epidemiolgy. 2O1O; 2: 91-4.
6. Soedarto. Parasitologi klinik. Surabaya: Airlangga University press;
2008. halm 7l-91.
7. Norhayati M, Oothuman P, Fatimah MS. Some risk factors of ascaris
and trichuris infection in Malaysian aborigine children. Med I Mal.1998: 5;401-7.
8. Rodrigurez ZR, Lozano CG, Diaz I, Cheng R, Rucson G. Intestinalparasites in schoolchildren at a public institution in MaracaiboMunicipality Venezuela. Invent Clin. 2OOO; 4t : 37 -57 .
9. Lemeshow S. Besar sampel dalam penelitian kesehatan. yogyakarta:
UGM press; 1997. halm 23-10.
10. Srisasi G, Herry DI, Wita P. Parasitologi kedokteran. 3rd ed. fakarta:Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 20OO. halm 23-26.
I l. World Health Organization. Prevention and control of intestinal para-
sitic infection. Ti:chnical Report series 854. Geneva, Switzerland: WorldHealth Organization ; 1997.
12. World Health Organization. Schistosomiasis and soil-transmittedhelminth infection preliminary estimates of the number of children treat-
ed with albendazole or mebendazole. Wkly Epidemiol Rec. 2006; 16:
145-64.
13. Umar Z. Perilaku cuci tangan sebelum makan dan kecacingan pada
murid SD di Kabupaten Pesisir Selatan Sumatera Barat. Kesmas furnalKesehatan Masyarakat. 2AO8; 2 (6\: 249-54.
14. Bundhy DA, Kan SB Rose R. Age related prevalence, intestinal, and fre-
quency distribution of gastrointestinal helmints in urban slum childrenfrom Kuala Lumpur Malaysia. Trans R soc Trop Med Hyg. 1988; 82:
289-94.
1 5. Ginting L. Infestasi kecacingan pada anak SD di Kecamatan Sei Bingai
Langkat Sumut 2005. Kesmas fumal Kesehatan Masyarakat, 2006; 1
(1): l8-25.
't78