m e w a r t a k a n i m a n d a n k a s i h - uki.ca · kita saat ini adalah iman kita kepada tuhan...
TRANSCRIPT
M e w a r t a k a n I m a n d a n K a s i h
N O P E M B E R 2 0 1 6 / N O . 2 9 3 W W W . U K I . C A U K I T O R O N T O
Pastor Pamong Rm. Johanes Juliwan Maslim SCJ,
(647) 532.1318 [email protected]
Deacon Deacon Val Danukarjanto,
(416) 497.2274 [email protected]
DEWAN PENGURUS UMAT KATOLIK INDONESIA
Koordinator Damianus Indyarta, (416) 284.4707
Sekretaris Christianita Kuswoyo,
(647) 774.3801 [email protected]
Bendahara
Evy Patuwo, (647) 323.3525 [email protected]
WILAYAH TIMUR
Ketua Wilayah Harty Tantono-Doyle, (647) 533.6246
[email protected] Seksi Liturgi
Gabriella Eufrasia Laniewati, (647) 345.3896 [email protected]
Seksi Bina Iman Natalia Yurita Saputra, (647) 293-5338
[email protected] Seksi Sosial
Lusia Lie [email protected], (416) 903.9718
Seksi Rumah Tangga Isabella Iman, (416) 838.6282
[email protected] Usher
Janto Dinoto, (416) 402.7106 [email protected]
WILAYAH BARAT
Ketua Wilayah Michael Karta Lanson, (416) 917.3888
[email protected] Seksi Liturgi
Stephanus Limpi, (416)827.2800 [email protected]
Seksi Bina Iman Sri Ratna Sari Djunaedi, (647) 404.8901
[email protected] Seksi Sosial
Christine Tanuwijaya, (647) 818.2608 [email protected]
Seksi Rumah Tangga Rica Hendra, (647) 994.7789
[email protected] Usher
Diana Lucas, (416) 824.4069 [email protected]
BIDANG KHUSUS
Mudika, Felicia Wirahardja [email protected]
PELAKSANA KHUSUS
Ketua Lektor
Lilian Tjokro, (905) 887.9546 [email protected]
Ketua Sakristan/Pembagi Komuni Hendry Wijaya, (416) 450.6536
[email protected] Ketua Altar Server
Budiman Widjaja, (416) 250.1655 [email protected]
N O P E M B E R 2 0 1 6 / N O . 2 9 3 H A L A M A N 3
Bersambung ke halaman 4,
abda Bahagia..
Mengawali bulan November,
kita selalu akan merayakan
Semua Orang Kudus (All
Saints) dalam perjalanan Sejarah
Gereja. Mereka semua telah
memberikan hidup mereka kepada
Tuhan secara total, hingga
menumpahkan darah mereka bagi
Tuhan dan Gereja. Para Kudus
menjadi orang-orang terdepan dalam
Gereja yang telah menunjukkan
kepada kita semua hidup setia kepada
Tuhan walaupun harus menyerahkan
nyawa mereka. Jelas sekali ajaran
Yesus, bahwa yang mengikuti Yesus
harus siap memikul salib dan
menyangkal diri serta siap
memberikan nyawa bagi sahabatnya.
Setiap orang yang mengikuti Yesus,
siap juga untuk memberikan dirinya
seperti Yesus. Semuanya ini
menunjukkan kepada dunia dan
semua orang, bahwa mengikuti Yesus
adalah di atas segalanya.
Sabda Bahagia (Matius 5:1-
12) yang disampaikan Yesus dari atas
bukit, menjadi bacaan dalam
Perayaan Para Kudus ini. Dalam
Sabda bahagia ini menjadi jelas
bahwa tujuan hidup kita semua di
dunia ini adalah kebahagiaan abadi
dalam Kerajaan Surga. Kebahagiaan
akan dialami selamanya dan menjadi
milik kita secara abadi. Maka dari itu
bahagia tidak sama dengan senang,
karena senang hanyalah sebatas
duniawi dan manusiawi. Sedangkan
bahagia menyangkut seluruh
kehidupan kita, juga rohani kita.
Mungkin kita mengalami berbagai
tantangan sebagai seorang katolik,
namun kita bahagia dan menyatukan
semuanya itu dalam iman kepada
Tuhan.
Kebahagiaan yang Yesus
sampaikan selalu didahului dengan
perjuangan yang terkadang tidak
selalu mudah. Bahkan harus juga siap
untuk memberikan hidup dan nyawa
bagi Kerajaan Allah. Menjadi nyata
bahwa mengikuti Yesus, bertujuan
untuk mencapai keselamatan kekal
dan bukan keselamatan di dunia ini.
Oleh sebab itu jangan heran dan
terkejut bahwa di dunia ini ada
kemungkinan kita mengalami
berbagai tantangan dan perjuangan
yang tidak mudah. Semuanya itu
sudah dikatakan Yesus sejak awal
dalam Sabda Bahagia perjalanan
untuk mengikutiNya. Oleh sebab itu
kita tidak perlu takut akan kenyataan
yang sekarang ini sedang kita hadapi,
karena kita berjalan bersama Tuhan.
Kita harus berani menghadapi
berbagai tawaran dunia yang
seringkali menyesatkan walau
tampaknya bagus dan menyenangkan.
Setelah Perayaan Para Kudus,
menyusul Peringatan semua arwah
orang beriman, yakni tanggal 2
November. Pada kesempatan ini kita
menghadirkan kembali semua saudara
kita dan keluarga kita yang telah
meninggal dunia. Mereka semua
masih tetap menjadi satu keluarga
dengan kita dalam persatuan seluruh
Gereja, Umat Allah. Mereka semua
kita hadirkan kembali untuk kita
doakan dan kita mohonkan
belaskasihan Allah bagi keselamatan
mereka semua. Kita percaya bahwa
Tuhan akan memberikan yang terbaik
bagi semua orang yang telah
meninggal. Doa orang beriman selalu
akan didengarkan oleh Tuhan, itulah
doa kita semua yang beriman.
Hidup yang indah...
Semua perayaan yang
mengawali bulan November ini mau
menunjukkan kepada kita semua
bahwa hidup yang berasal dari Tuhan
itu akan kembali kepada Tuhan.
Dalam hal inilah kita melihat bahwa
hidup itu sungguh indah, karena
berasal dari Tuhan dan akan kembali
kepadaNya dan bukan ke tempat lain.
Kita perlu menyadari bahwa Hidup
itu adalah Anugerah, yakni pemberian
dari Tuhan dan berarti pula milik
Fajar Kehidupan Baru yang Abadi
...mengintip Kehidupan
Kekal...
S
Oleh Rm Johanes Juliwan Maslim SCJ
H A L A M A N 4 N O P E M B E R 2 0 1 6 / N O . 2 9 3 Sambungan dari halaman 3,
Tuhan. Dalam perjalanan hidup kita
di dunia ini, selama sekarang kita
masih hidup di dunia, maka kita
selalu perlu ingat arti kehidupan ini.
Hidup yang indah ini perlu selalu kita
jaga agar tidak dirusak oleh pengaruh
dunia yang selalu ingin
menghancurkannya agar tersesat.
Tuhan telah memberikannya secara
gratis kepada kita, maka harus dijaga
dan dipertahankan sampai perjalanan
di dunia selesai.
Sekarang sudah banyak
pengaruh dan tawaran yang datang
kepada kita untuk merusak keindahan
hidup kita ini. Kita sudah
sering mendengar berita
pembunuhan, bunuh diri,
aborsi dan sekarang
euthanasia, yang juga adalah
pembunuhan. Hidup yang
indah dan penuh berkat ini
sedang dirusak dan
dihancurkan oleh manusia
sendiri yang sudah dikuasai
oleh si jahat, yang datang
dari pengaruh setan. Ketika
kita lemah dan iman tidak
kuat, maka mudah sekali
pengaruh jahat itu masuk sehingga
kita berpikir itu baik, walaupun
menghancurkan diri kita sendiri.
Maka tidak cukup hanya berpikir dan
menggunakan pengetahuan, iman
juga harus dilibatkan. Maka baiklah
kita selalu waspada terhadap semua
tawaran dunia yang tampak sangat
bagus itu.
Fajar kehidupan baru...
Kita harus sadar dan tidak
hanya tahu, bahwa pada waktunya
kita semua akan mengakhiri
perjalanan kita di dunia ini. Kita akan
sampai ke tujuan akhir perjalanan
kita, yakni Kerajaan Surga. Oleh
sebab itulah lembaran baru akan
dibuka dan kehidupan kita akan
dilanjutkan bersama Sang Pencipta
kita yang senantiasa mencintai kita.
Inilah Fajar Kehidupan Baru, seperti
ketika kita menyambut hari baru
dengan matahari yang terbit, yang
kita sebut fajar yang baru. Jelas
Tuhan Yesus telah menantikan kita
dan tempat kita pun telah
disediakanNya.
Kehidupan yang akan datang
itu sungguh indah dan
membahagiakan, tidak ada yang perlu
dikawatirkan dan ditakutkan. Kita
tidak tidak perlu membawa
perlengkapan duniawi, semua akan
ditinggalkan. Yang kita bawa adalah
harta kekayaan rohani yang selama
ini sudah kita persiapkan. Harta ini
tidak kelihatan mata, namun sudah
dilihat Tuhan. Oleh sebab itulah,
jangan pernah lalai untuk mengisi diri
dengan bekal rohani atau spiritual.
Perpaduan antara jasmani dan rohani
ini akan menjadi sungguh indah dan
membuat hidup semakin
membahagiakan sejak dari sekarang.
Semua telah tersedia bagi kita
dalam Kerajaan Surga, di Rumah
Bapa kita. Maka kita siap untuk
memasuki kehidupan baru yang lebih
indah. Sekarang yang diperlukan
adalah keterbukaan hati kita dan
kesiapan kita semua untuk tetap setia
pada panggilan kita sebagai anak-
anak Allah. Tetaplah waspada akan
segala tawaran yang bisa
menyesatkan sehingga jalan kita bisa
tersesat. Selama masih ada di dunia
ini, kekuatan Tuhan haruslah menjadi
bagian dalam hidup kita. Karena jika
kita mengikuti jalan lain, kita tidak
akan sampai ke tujuan dan kita tidak
akan menemukan Fajar baru itu
melainkan malam kelam yang tidak
ada harapannya. Sebelum terlambat,
marilah kembali ke jalan Tuhan, jika
kita merasa mulai menyimpang.
Selalu ada kesempatan untuk kembali
selama masih di dunia ini.
Terus hidup dalam
pengharapan..
Perjalanan kita menuju ke
Kehidupan Abadi merupakan
perjalanan yang penuh harapan. Jelas
harapan ini bukannya harapan
palsu, melainkan harapan
nyata dan sudah tersedia bagi
kita. Ingatlah Para Kudus yang
telah mendahului kita semua,
mereka telah menunjukkan
kepada kita bahwa
kebahagiaan abadi itu sungguh
ada. Bahkan mereka pula yang
telah menguatkan dan
mendampingi perjalanan kita
sekarang ini. Dasar harapan
kita saat ini adalah iman kita
kepada Tuhan yang dengan
jelas telah memelihara kita sampai
hari ini. Iman kita ada karena
pengalaman akan kasih Tuhan yang
selalu mengalir di dalam diri kita
masing-masing. Santo Paulus pernah
mengatakan bahwa tidak ada yang
dapat memisahkan kita dari Cinta
Kristus, bahkan kematian pun tidak.
Oleh sebab itulah, jangan
pernah takut akan si jahat yang
kadang juga memakai manusia yang
hanya bisa menghancurkan badan
kita, namun tidak akan bisa
menghancurkan jiwa kita. Kuncinya
hanya satu, terus berharap dan
bersatu dengan Tuhan dalam hidup
harian kita, dalam doa dan sikap
hidup kita. Ingatlah, sekarang ini juga
kita sedang berjalan menuju
Kebahagiaan Abadi dalam memasuki
Hidup Abadi bersama Bapa di Surga.
□
H A L A M A N 5 N O P E M B E R 2 0 1 6 / N O . 2 9 3
Melihat Para Senior UKI berkumpul… saling
bercerita,.. ketawa-ketiwi…menyanyi dan
menari bersama di Basement St Anselm
pada acara Senior Day 23 Oktober 2016 yang
lalu, merupakan kebahagiaan tersendiri bagiku.
Batinku berbisik,” Karena upaya mereka… UKI tetap
ada sampai hari ini. Selagi mereka muda, ..tentunya
mereka membawa anak, cucu mereka, juga
teman-teman memperkenalkan UKI
Toronto kepada para pendatang baru, juga
berdoa bagi UKI. Syukur kepada Tuhan atas
penyertaanNya kepada para Senior UKI di-
sepanjang kehidupan dengan warna warni
kenangan...
“Terimakasih Oma-Opa, Oom dan Tante,
kehadiran anda semua menyemangati pelayanan kami.
Bergembiralah selalu.… Serahkan seluruh hidup dan
persoalan kita kepada Bapa ..DIA SANGGUP
memberikan kelegaan. Hati Yang Gembira adalah Obat ,
.. sehat terus,… sampai berjumpa lagi di Senior day
tahun mendatang.□ |Christine Tanuwijaya|
adalahadalah ObatObat Hati yang GembiraHati yang Gembira
M
Team Panitia Senior Day UKI 2016
H A L A M A N 8 N O P E M B E R 2 0 1 6 / N O . 2 9 3
Rekan-rekan peminat Injil! Pada hari raya Kristus Raja Semesta Alam tahun ini untuk penghabisan kalinya Injil Minggu diambil dari “Injil menurut Lukas”. Oleh Gus saya diminta membicarakannya langsung di sini. Ringkasnya, Luk 23:35-43 mengisahkan bagaimana Yesus yang bergantung di salib diolok-olok tiga macam orang, yakni para pemimpin (ayat 35), para serdadu (ayat 36), dan bahkan oleh salah seorang penjahat yang ikut disalibkan bersama dia (ayat 39). Cemoohan mereka intinya begini: kalau memang benar dipilih Allah jadi “Mesias”, “Raja”, dan “Kristus”, coba selamatkan diri sendiri dulu! Orang sekarang akan bilang, apa dasar bagi klaim sebesar itu. CEMOOH DAN GODAAN Kalian masih ingat kan, peristiwa itu juga pernah disampaikan oleh Mark (Mrk 15:29-32) yang jadi sumber Matt (Mat 27:39-44). Tapi dua rekan kita itu hanya menyebut hujatan dari dua kelompok orang, yakni mereka yang lewat di situ dan para imam kepala bersama ahli Taurat. Sumber khusus saya memuat cercaan yang diucapkan seorang dari dua penjahat yang disalibkan bersama Yesus. Juga saya temukan catatan berharga mengenai penjahat lain yang menegur kawannya yang menghina Yesus tadi. Katanya, apa tak takut kepada Yang Mahakuasa, kita ini memang pantas dihukum, tapi orang ini – maksudnya Yesus – tak bersalah (ayat 40-41). Kemudian ia malah minta Yesus mengingatnya apabila nanti datang sebagai Raja (ayat 42). Dan Yesus pun berjanji, hari itu juga orang itu akan ada bersama dia di dalam Firdaus (ayat 43). Ketiga macam orang tadi sesungguhnya tidak mau percaya bahwa Yesus datang untuk menyelamatkan, melepaskan manusia dari marabahaya sehingga bisa terus hidup sampai akhir perjalanan. Dengan begitu mereka menyangkal semua upaya penyelamatan yang dilakukan Yesus sepanjang hidupnya: menyembuhkan, memberitakan Kerajaan Allah, mengusir setan, mengajar tentang Bapanya, memilih murid-murid untuk meneruskan kegiatannya. Tetapi Yesus tidak menuruti godaan untuk turun dari salib menyelamatkan diri. Sama seperti di padang gurun dulu, ia tidak membiarkan godaan menyeretnya ke tempat lain (Luk 4:1-13). Dari mana dia punya kekuatan bertahan ini? Saya kira karena ia sadar bahwa tujuan perjalanannya ialah mencarikan keselamatan bagi orang lain, bukan bagi diri sendiri. Juga sudah terlalu banyak orang yang mengikutinya, kan tidak fair bila tinggal gelanggang. Dan siapa yang akan menanggung orang yang disalibkan di sampingnya yang sedemikian mempercayakan diri kepadanya itu? Ah, tak satu domba pun akan ditinggalkan di jalan kehancuran, tak satu mata uang yang terselip pun akan dilupakan, setakpantas apapun anak yang kembali akan menggembirakan (Luk 15:1-32). Tapi siapa yang akan mengurus mereka kalau ia berhenti? Para pemangsa yang tak kelihatan sudah siap di sekitar, dan mereka semakin menjadi-jadi. Yesus itu lifeline dari atas sana bagi manusia yang terancam. Kalau putus bagaimana? NOBLESSE OBLIGE Harapan, kecemasan, dan penderitaan manusia, itulah yang
membuat Yesus maju terus. Penderitaan tidak hanya menyakitkan tapi bisa menebalkan integritas siapa saja yang menaruh diri menjadi sesama bagi yang menderita (bdk. Luk 10:25-37 tentang orang Samaria yang jadi sesama bagi orang yang malang). Jalan terus sampai akhir, itulah mahkota menjadi sesama bagi manusia. Ia itu Raja yang tak membiarkan orang sendirian di tengah bahaya. Tindakan Yesus itu pernyataan teologis yang amat berani: Tuhan dimuliakan karena peduli dan berhasil jadi sesama bagi manusia! Inkarnasi bukanlah Yang Ilahi “nitis” dalam diri manusia pilihan, melainkan menjadi orang yang mengerti kelemahan manusia, yang peduli akan keadaan manusia. Di antara orang-orang yang melihat kejadian di Golgota itu tentunya ada juga yang ikut mengelu-elukannya sebagai raja ketika datang memasuki Yerusalem (Luk 19:28-38 Mat 21:1-11 Mrk 11:1-10 Yoh 12:12). Matt bicara mengenai orang-orang bijak tahu bahwa seorang raja baru lahir dan mau menyatakan hormat kepadanya (Mat 2:2 dan 11). Itu kebahagiaan orang yang bijak. Namun kehadirannya langsung menjadi ancaman bagi orang yang lalim - Herodes. Kini di Golgota ia dikitari kelaliman yang sampai tiga kali menguaknya. Dan orang banyak melihat semua itu. Tetapi mereka belum siap mengambil sikap. Satu-satunya tokoh yang berbicara, baik dengan pencemooh maupun dengan Yesus, ialah penjahat yang sadar tadi. Begitulah ia bisa menjadi tuntunan suara hati orang. Tidak ikut-ikutan. Bahkan ia menegur kawannya. Ia mengakui patut dihukum. Kemudian ia minta kepada Yesus, agar mengingatnya nanti bila datang sebagai Raja. Orang itu sudah bisa berdamai dengan diri sendiri. Karena itu ia juga bisa melihat dan mengakui siapa sebenarnya Yesus itu. Para pemimpin tak bisa, juga para serdadu tak mampu. Mereka belum dapat berekonsiliasi dengan diri sendiri. Apalagi penjahat yang ikut-ikutan mengumpat tadi. Ia tak bisa menerima dirinya sendiri, maka tidak melihat siapa yang ada di sampingnya itu. Omong-omong, menurut Oom Hans, Pilatus mendengar dari Yesus sendiri penjelasan mengenai kedudukannya sebagai Raja, tetapi ia tidak menangkap (Yoh 18:33-38a). Mungkin itu cara Oom Hans menyampaikan bahwa untuk memahami Yesus sang Raja orang perlu bimbingan dari kebenaran sendiri. Tapi ah, Oom kita itu orang mistik. Saya menempuh jalan lain. Saya mau bilang, sejahat-jahatnya orang, kalau sudah bisa berdamai dengan diri sendiri, akan menemukan kebenaran. Karena itulah saya anggap penting memasukkan perkara itu dalam tulisan saya. Jawaban Yesus (ayat 43) itu saya dapati dalam himpunan perkataannya yang beredar pada waktu saya mulai menulis. Dag-dig-dug hati saya, rasanya ia sedang berbicara kepada saya juga meskipun saya belum sepasrah orang yang disalibkan di samping Yesus itu. Kata pembimbing rohani, masih ada beban yang perlu dibenahi dulu. Tetapi kata-kata Yesus itu menyapa terus dan serasa ada daya luarbiasa yang mendorong menuliskan semuanya sampai plong. Berada kembali di Firdaus! Byaar! Seperti ketika manusia diciptakan dalam gambar dan rupa Pencipta sendiri (Kej 1:26-27). Pernah dengar cerita orang bijak mengenai Yang Mahakuasa ketika
Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam 20 November 2016 (Luk 23:35-43) RAJA MACAM APA DIA ITU? RAJA MACAM APA DIA ITU? |Oleh Prof. A Gianto SJ|
Berssambung ke halaman 9,
N O P E M B E R 2 0 1 6 / N O . 2 9 3 H A L A M A N 9
mengusir manusia dari Firdaus karena melanggar perintahnya (Kej 3:23)? Sebelum mengeluarkan mereka, ia membuatkan mereka pakaian dan mengenakannya sendiri pada mereka (Kej 3:21). Kiranya ini cara-Nya mengatakan bahwa Ia tidak membenci manusia walau mereka dikenai-Nya hukuman. Ia menunggu mereka selesai menjalani hukuman dan kembali ke Firdaus. Diam-diam Ia tetap menyertai manusia dalam ujud suara hati yang bisa didengarkan dan yang menuntun di jalan setapak kembali ke Firdaus lewat jalan lain yang tidak dihadang penjaga berpedang api. Ini bukan hasil angan-angan. Lihat yang terjadi di Golgota! Apa yang dilakukan suara hati si terhukum yang berdamai dengan diri sendiri itu? Si terhukum itu menemukan jalan kembali ke Firdaus, dan bukan sendirian, melainkan bersama dengan Yang Punya Kuasa – dengan Raja itu! Yang Mahakuasa itu punya seribu satu cara menggapai manusia yang kehilangan arah. Dan taruh kata manusia putus asa, mblungker dan Tuhan sendiri sudah mau mutung kehabisan akal, masih ada “pengurus kebun” yang tak takut memintakan kelonggaran. Perumpamaan ini pernah saya sampaikan dalam Luk 13:1-9. Kalian yang mendampingi orang percaya akan mendapat kekuatan luar biasa bila belajar dari ketekunan serta keberanian pengurus kebun itu. INRI Mungkin ada yang ingin tahu tentang tulisan di kayu salib yang disuruh pasang oleh Pilatus. Memang dari kami berempat hanya Oom Hans sajalah yang pernah melihatnya sendiri. Tapi karena bukunya baru terbit lama sesudah kami bertiga selesai menulis, kesaksiannya tidak sempat kami kutip. Ia mencatat begini (Yoh 19:19) “Yesus orang Nazaret, raja orang Yahudi” yang katanya “...ditulis dalam bahasa Ibrani, Latin, dan Yunani” (ayat 20). Latinnya sering kalian lihat: “Iesus Nazarenus, Rex Iudaeorum”, disingkat jadi INRI. Sumber Mark hanya memuat “Raja orang Yahudi” (Mrk 15:26). Tapi Mark juga menegaskan, Yesus disalibkan karena ia Raja orang Yahudi. Matt mengikuti Mark dan membuat kalimatnya lebih terang dengan menyebut nama Yesus: “Inilah Yesus, raja orang Yahudi” (Mat 27:37). Semaksud dengan mereka, saya menyampaikannya sebagai “Inilah raja orang Yahudi” (Luk 23:38). Catatan kami bertiga pada dasarnya cocok dengan yang dilihat dan diingat oleh Oom Hans. Jadi kami berempat melaporkan bahwa tulisan yang disuruh pasang oleh Pilatus itu menandai siapa yang disalib di situ, yakni raja orang Yahudi, dan itulah alasannya ia disalibkan. Tulisan itu bukan dimaksud untuk menghina orang Yahudi, bukan pula untuk melecehkan Yesus seperti disangka beberapa penafsir. Pilatus tak butuh mengolok-olok. Ia mau menandaskan bahwa ia punya wewenang mensahkan hukuman bagi raja orang Yahudi, bukan orang yang diaku-akukan demikian. Pilatus tetap pada putusannya itu ketika imam-imam kepala Yahudi, seperti diingat Oom Hans, sia-sia mendesak agar rumusan tulisan itu diubah menjadi “Ia mengatakan: Akulah Raja orang Yahudi” (Yoh 19:21). Pilatus tegas, “Yang sudah kutulis tetap tertulis!” PAMITAN Rekan-rekan yang baik, dengan ini saya juga mau minta diri pamitan. Setahun genap saya bertamu di ruang Alkitab. Tahun ini menyenangkan, antara lain karena sering diundang ke Roma makan minum di Biblicum. Terkenang kembali tahun-tahun menunggui Paul keluar masuk bui kena perkara politik, juga sampai saat-saat terakhir hidupnya. Apartemen saya dahulu bagian rumah Linus yang pernah dipakai Simon Petrus bersama asistennya, Mark, yang
pindah ke Roma dari Yerusalem. Sepeninggal Simon Petrus, Mark membuat diktat ringkas yang beredar awal tahun 70-an di kalangan mereka yang penasaran ingin kenal siapa Yesus. Dalam jangka 10 tahun setelah itu bermunculan beberapa bahan lain. Atas permintaan Sir Theophilus, bangsawan yang gandrung ilmu ketuhanan itu, saya teliti kembali siapa Yesus itu dari dokumen-dokumen dan kesaksian orang-orang tua. Semuanya saya olah kembali menjadi sebuah narasi supaya gampang ditangkap, sambil tetap memanfaatkan pokok-pokok yang kalian kenal dari tulisan Mark yang cekak aos itu. Garis besarnya sudah saya singgung dalam surat perkenalan beberapa waktu yang lalu. Beberapa tahun sebelum saya, hal serupa dikerjakan pula oleh Matt. Tapi ia lebih banyak menyusun kembali catatan Mark serta meluaskannya, biasanya dengan menyertakan bahan-bahan baru sambil menunjukkan hubungannya dengan Kitab Suci orang Yahudi. Gus akan menjelaskan selebihnya nanti. Hari-hari ini ia pergi rapat di Bologna, lalu katanya akan ikut pertemuan di Venezia sambil tengok Mark di sana dan pulangnya mau mampir Padua menziarahi ke relikui saya! Kata orang, ada juga saya di Praha. Malah tanpa mengajak bicara saya sendiri, satu tim ahli kedokteran, sejarah, dan teolog (!) memutuskan berdasarkan penelitian dari th. 1998 hingga awal th. 2004, bahwa kepala yang ada di Praha itu cocok bila dipasangkan di badan yang ada di Padua dan diperkirakan berasal individu yang sama, namanya “Loukas” seperti tertera di petinya, usia sekitar 84 tahun, jarang sakit kecuali encok tulang punggung di usia tua. Siapa itu ya? Jangan-jangan memang saya! Tapi mengapa mereka samasekali tidak bicara mengenai Luculius, kawan setia yang selalu digambar bersama saya? Luculius itu lembu yang bertahun-tahun menarik gerobak saya. Dia pensiun ketika tidak kuat lagi naik tanjakan dan mesti didorong beramai-ramai bersama anak-anak di jalanan. Sehabis ngos-ngosan begitu, kami istirahat dan anak-anak itu minta upah diceritain tentang zaman dulu. Sebagian dari cerita-cerita itu kemudian jadi Kisah Para Rasul. Anak-anak itu senang dengar Paulus menang sihir-sihiran melawan Elimas (Kis 13:6-12), mereka menikmati cerita mengenai tujuh dukun yang dihajar kapok dan ditelanjangi orang kerasukan setan (19:13-20), dan terharu oleh kisah tentang Eutikhus, remaja yang jatuh dari lantai ketiga karena tertidur sewaktu Paulus berkhotbah tapi syukur Paulus menghidupkannya kembali (20:7-12). Luculius tua ini kemudian lebih suka duduk seharian memamah biak dan menemani saya menulis. Ada yang tanya apa Luculius membisiki tentang orok yang terbungkus kain lampin dan dibaringkan di palungan (Luk 2:7) milik turun temurun keluarganya! Agak berlebihan juga fantasi beberapa pelukis bahwa Luculius punya sayap dan dulu suka menerbangkan saya pulang pergi Roma-Yerusalem riset buat jilid satu saya. Ah, Luculius, lembu tuaku itu! Selama saya bepergian, ia tinggal bersama anak cucunya di ranch milik benefaktor kami, Sir Theophilus, yang mengira di Roma sini naikan saya bebek Jepang atau kodok Jerman sampai Luculius terpingkal-pingkal. Rekan saya Matt sudah berjanji menyertai kalian mulai Adven nanti. Ia itu lagaknya kayak guru bila menjelaskan, serba teratur, terencana jauh-jauh, dakik-dakik, ngutip PL sana sini seperti kaum sarjana. Pasti ia akan tuntas mengutarakan hal-hal yang belum sempat saya jelaskan. Mudah-mudahan pula Gus masih bisa membantu. Dan kalian akan tetap saya ingat dalam pembicaraan
Sambungan dari halaman 8,
Berssambung ke halaman 11,
N O P E M B E R 2 0 1 6 / N O . 2 9 3 H A L A M A N 1 0
hen we are the recipients of another’s sharing, it is very important to be explicitly grateful. We have just received an important and valua-ble gift: part of another human being and anoth-er human life.
Consequently, we should practice the habit of thanking others for their self-disclosure and for their trust in us. When self-disclosure is an obvious risk (the confiding of a deep and dark secret), gratitude comes most easily. It is likewise pleasant and easy to acknowledge a self-disclosure that affirms us and our worth. It gets a bit more difficult when the sharer offer to take us into the valleys of his or her sadness or depression. It is also difficult to feel grateful when others share with us their problems, personal labyrinths that seem to have no exit. The situation is which it is the most difficult to be openly grateful, I would think, is one created by a self-disclosure that is directly or indirectly critical of us. Yet most of us know how hard it is to express our negative reactions. When someone does bring up an issue that implies some fail-ure on our part or some negative reaction to our persons, we can be sure that this person has probably had to work up extra courage to share these negative-type feelings. It is therefore especially important for us to be explicitly grateful for such a sharing. If I do think of you as a gift to be given and if I do think of your sharing with me as the giving of that gift, I will certainly want to thank you. In addition to the contents of your sharing, you also give me your trust. I could react badly, looking hurt and angry or expressing dis-appointment in me. I might even refuse to listen to your sharing. Yet in sharing yourself you hold out your offering in uncer-tain, trembling hands. Thank-you, thank-you, thank-you. From: Will The Real Me Please Stand Up? by Fr. John Powell
W
Habit The
of Thanking
“Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik,
aku telah mencapai garis akhir dan aku telah
memelihara iman.” (2 Tim 4:7)
Telah berpulang ke rumah Bapa di surga:
Bp. Karel Liem (82 tahun) Tutup usia di Mississauga, 31 Oktober 2016
Istri: Annie Liem
Anak: Alm. Eka Liem
Bp. Andre So Poo Giap (88 tahun) Tutup usia di Mississauga, 8 November 2016
Istri: Patricia Oei Giok Yong
Anak & Menantu: Christopher So & Stephanie Hebb
Cucu-cucu:
Rebecca and Jessica
Bp. Yohanes Tasrim Herman (79 tahun) Tutup usia di Jakarta, 8 November 2016
Istri: Katarina Guntirta Gunawan
Anak / Menantu: Regine / Richard Winkler
Hera / Jason Landry — Kitchener Murniyati / Luigi Wiranda
Subianto Herman
Cucu-cucu: Aurelia Herman, Ryo Herman, Bryan Wiranda,
Lynn Wiranda,Dinda Winkler, Nadia Winkler, Nathalie Landry
Ibu Veronica Sulastini (64 tahun)
Tutup usia di Jakarta, 15 November 2016
Anak / Menantu: Monica D M Sari / Aloysius K. Danarto (Canada) Melania D T Hatmani / Rio N Surnyaman (Bali)
Maria D Anggraini / Agustinus A Sudiarto (Bekasi)
Beserta para cucu dan keluarga besar
Pengurus dan Keluarga besar UKI - Toronto menyatakan rasa duka yang mendalam. Semoga Tuhan memberikan pengampunan dan kedamaian abadi bagi Almarhumah, serta kekuatan dan penghiburan bagi seluruh
keluarga yang ditinggalkan.
dengan Oom Hans, Oma Miryam, dan Mbak-mbak Martha dan Maria serta kawan-kawan lain. Mudah-mudahan bagi kalian kami juga bukan hanya serangkaian huruf yang tercetak dalam Alkitab.
Selamat tinggal, Luc
Sambungan dari halaman 9,
Senior Day UKI, 23 Oktober 2016