madania: jurnal ilmu pendidikan

24
1 Jurnal “MADANIA”, Volume 3 Nomor 1, April 2020 Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yasika Majalengka http://journal.stkipyasika.ac.id/index.php/madania/index MADANIA: Jurnal Ilmu Pendidikan PEMAHAMAN DAN KESIAPAN WARGA MAN 4 CIREBON DALAM IMPLEMENTASI GERAKAN LITERASI SEKOLAH NURROHMAT Mahasiswa Pascasarjana IAIN Syekh Nurjati Cirebon Email: [email protected] ABSTRAK Dalam mengimplementasikan Gerakan Literasi Sekolah (GLS), pemahaman yang baik tentang Gerakan Literasi dan kesiapan yang baik untuk menerapkan Gerakan Literasi sudah semestinya dimiliki oleh semua warga sekolah/madrasah. Hal ini dikarenakan gerakan Literasi Sekolah merupakan gerakan partisipatif yang melibatkan semua komponen warga sekolah/madrasah, seperti kepala madrasah, guru, pustakawan, peserta didik, dan komite madrasah. Penelitian ini bertujuan untuk : 1) mendeskripsikan langkah-langkah kepala MAN 4 Cirebon dalam membangun pemahaman Gerakan Literasi Sekolah terhadap warga sekolah; 2) mendeskripsikan pemahaman warga MAN 4 Cirebon mengenai konsep Gerakan Literasi Sekolah, 3) mendeskripsikan kesiapan warga MAN 4 Cirebon dalam implementasi Gerakan Literasi Sekolah, dan 4) mendeskripsikan ketercapaian tahapan implementasi Gerakan Literasi Sekolah di MAN 4 Cirebon. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dan teknik analisis data menggunakan redukasi data, penyajian data, dan verifikasi data. Hasil penelitian menunjukan bahwa kepala MAN 4 Cirebon memiliki cara dalam membangun pemahaman Gerakan Literasi Sekolah terhadap warga MAN 4 Cirebon melalui unsur-unsur strategi komunikasi dan melalui langkah- langkah sebagai berikut: mengadakan pelatihan internal tentang Gerakan Literasi Sekolah; membentuk Tim Literasi Sekolah/Madrasah; menyusun rencana aksi Gerakan Literasi Sekolah; sosialisasi rencana aksi Gerakan Literasi Sekolah; dan adanya tindak lanjut. Adapun gambaran pemahaman yang dimiliki warga MAN 4 Cirebon terkait konsep Gerakan Literasi menunjukkan bahwa konsep Gerakan Literasi yang dipahami oleh kepala madrasah, guru, dan pustakawan tidak hanya terbatas pada komponen baca-tulis saja. Sedangkan konsep Gerakan Literasi yang dipahami oleh peserta didik dan komite madrasah masih terbatas pada komponen baca-tulis. Namun, pemahaman warga MAN 4 Cirebon mengenai peran mereka dalam mengimplementasikan Gerakan Literasi Sekolah sudah sangat baik. Kesiapan yang dimiliki oleh warga MAN 4 Cirebon terdiri dari kesiapan materiil seperti perpustakaan madrasah, pojok baca, mading, dan kesiapan anggaran. Sedangkan Article Received: 05 April 2020, Review process: 10 April 2020, Accepted: 20 April 2020, Article published: 30 April 2020

Upload: others

Post on 28-Oct-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MADANIA: Jurnal Ilmu Pendidikan

1

Jurnal “MADANIA”, Volume 3 Nomor 1, April 2020 Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yasika Majalengka

http://journal.stkipyasika.ac.id/index.php/madania/index

MADANIA: Jurnal Ilmu Pendidikan

PEMAHAMAN DAN KESIAPAN WARGA MAN 4 CIREBON DALAM

IMPLEMENTASI GERAKAN LITERASI SEKOLAH

NURROHMAT Mahasiswa Pascasarjana IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Email: [email protected]

ABSTRAK

Dalam mengimplementasikan Gerakan Literasi Sekolah (GLS), pemahaman yang baik tentang Gerakan Literasi dan kesiapan yang baik untuk menerapkan Gerakan Literasi sudah semestinya dimiliki oleh semua warga sekolah/madrasah. Hal ini dikarenakan gerakan Literasi Sekolah merupakan gerakan partisipatif yang melibatkan semua komponen warga sekolah/madrasah, seperti kepala madrasah, guru, pustakawan, peserta didik, dan komite madrasah. Penelitian ini bertujuan untuk : 1) mendeskripsikan langkah-langkah kepala MAN 4 Cirebon dalam membangun pemahaman Gerakan Literasi Sekolah terhadap warga sekolah; 2) mendeskripsikan pemahaman warga MAN 4 Cirebon mengenai konsep Gerakan Literasi Sekolah, 3) mendeskripsikan kesiapan warga MAN 4 Cirebon dalam implementasi Gerakan Literasi Sekolah, dan 4) mendeskripsikan ketercapaian tahapan implementasi Gerakan Literasi Sekolah di MAN 4 Cirebon. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dan teknik analisis data menggunakan redukasi data, penyajian data, dan verifikasi data. Hasil penelitian menunjukan bahwa kepala MAN 4 Cirebon memiliki cara dalam membangun pemahaman Gerakan Literasi Sekolah terhadap warga MAN 4 Cirebon melalui unsur-unsur strategi komunikasi dan melalui langkah-langkah sebagai berikut: mengadakan pelatihan internal tentang Gerakan Literasi Sekolah; membentuk Tim Literasi Sekolah/Madrasah; menyusun rencana aksi Gerakan Literasi Sekolah; sosialisasi rencana aksi Gerakan Literasi Sekolah; dan adanya tindak lanjut. Adapun gambaran pemahaman yang dimiliki warga MAN 4 Cirebon terkait konsep Gerakan Literasi menunjukkan bahwa konsep Gerakan Literasi yang dipahami oleh kepala madrasah, guru, dan pustakawan tidak hanya terbatas pada komponen baca-tulis saja. Sedangkan konsep Gerakan Literasi yang dipahami oleh peserta didik dan komite madrasah masih terbatas pada komponen baca-tulis. Namun, pemahaman warga MAN 4 Cirebon mengenai peran mereka dalam mengimplementasikan Gerakan Literasi Sekolah sudah sangat baik. Kesiapan yang dimiliki oleh warga MAN 4 Cirebon terdiri dari kesiapan materiil seperti perpustakaan madrasah, pojok baca, mading, dan kesiapan anggaran. Sedangkan

Article Received: 05 April 2020, Review process: 10 April 2020, Accepted: 20 April 2020, Article published: 30 April 2020

Page 2: MADANIA: Jurnal Ilmu Pendidikan

2

Jurnal “MADANIA”, Volume 3 Nomor 1, April 2020 Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yasika Majalengka

http://journal.stkipyasika.ac.id/index.php/madania/index

kesiapan non materiil yang dimiliki adalah kesiapan pengetahuan tentang Gerakan Literasi dan kesiapan manajerial melalui tim literasi sekolah/madrasah. Tahapan implementasi Gerakan Literasi pada MAN 4 Cirebon baru tahap pembiasaaan dengan bentuk kegiatan berupa pembiasaan membaca selama 15 menit dan kunjungan wajib ke perpustakaan, serta mengikuti lomba-lomba literasi. Indikator pencapaian tahapan literasi pada tahap pembiasaan di lingkungan warga MAN 4 Cirebon memenuhi sembilan indikator dari sepuluh indikator pencapaian.

Kata Kunci: Pemahaman GLS, Kesiapan GLS, Implementasi GLS.

PENDAHULUAN

Di era globalisasi informasi, kemampuan tinggi dalam literasi dan

komunikasi baik tulisan maupun lisan menjadi sangat dibutuhkan oleh peserta didik

karena kedua kemampuan tersebut dapat membuka ruang berpikir, merangsang

imajinasi serta menciptakan kreativitas, menuntun untuk bersikap kritis dan objektif

dengan multi perspektif, membuat pikiran lebih reflektif, dan tidak reaktif. Oleh

karena itu, di era saat ini hampir semua negara di dunia berupaya mengajak

warganya untuk membudayakan literasi (keberaksaraan) agar menjadi masyarakat

yang literat (berperadaban).1

Peserta didik saat ini dihadapkan tantangan abad ke-21 yang ditandai

dengan berkembangnya informasi digital secara cepat dan bersifat global. Untuk

menghadapi tantangan abad ke-21, mereka harus dibekali kompetensi tertentu

dalam menghadapi permasalahan dan tantangan hidup di Abad ke-21. Menurut

Morocco dkk. (dalam Abidin)2 bahwa dalam abad ke-21, kompetensi terpenting yang

harus dimiliki oleh manusia adalah kemampuan yang bersifat literasi yang ditandai

dengan empat hal penting, yakni kemampuan pemahaman yang tinggi, berpikir kritis,

kemampuan berkolaborasi dan berkomunikasi. Dalam narasi yang lain, kemampuan

literasi berkaitan erat dengan kemampuan membaca dan kemampuan memahami

informasi secara analitis, kritis, dan reflektif.3

Dengan demikian, dapat disarikan bahwa kemampuan inti yang dibutuhkan

oleh seorang peserta didik untuk mengisi abad ke-21 adalah kemampuan

pemahaman analitis, kritis, dan reflektif serta mampu berkolaborasi dan

1Ali Romdhoni, Al Qur’an dan Literasi, (Jakarta: Linus, 2013), hal.89.

2Yunus Abidin, dkk., Pembelajaran Literasi: Strategi Meningkatkan Kemampuan Literasi Matematika, Sains, Membaca, dan Menulis. (Jakarta: Bumi Aksara, 2017), hal. 276.

3 Wahidah Al Mutmainnah, dkk., Prosiding Seminar Nasional III Jurusan Biologi Tahun 2017, Analisis

Penerapan GLS di SMP N 1 Batu., hal. 180-192.

Page 3: MADANIA: Jurnal Ilmu Pendidikan

3

Jurnal “MADANIA”, Volume 3 Nomor 1, April 2020 Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yasika Majalengka

http://journal.stkipyasika.ac.id/index.php/madania/index

berkomunikasi yang baik. Dimana kemampuan-kemampuan tersebut dapat

ditumbuhkembangkan melalui kegiatan literasi.

Masalah yang menjadi perhatian utama pemerintah saat ini adalah

rendahnya kemampuan literasi peserta didik di Indonesia. Hal ini dapat ditunjukkan

dari beberapa hasil penelitian lembaga internasional dan nasional. Berdasarkan hasil

survei Progress International Reading Literacy Study (PIRLS) pada tahun 2011,

kemampuan literasi siswa SD di Indonesia menempati urutan ke-45 dari 48 negara

yang diteliti. Sedangkan menurut hasil survey Program for International Student

Assesment (PISA) pada tahun 2009, 2012, dan 2015 menunjukkan bahwa

kemampuan literasi siswa SMP di Indonesia masih rendah dibandingkan dengan

negara lain yang ikut diteliti. Sejalan dengan hal itu, hasil temuan UNESCO pada

tahun 2012 menunjukkan bahwa hanya satu dari 1.000 orang masyarakat Indonesia

yang rajin membaca.4

Skor INAP ( Indonesia National Assesment Program) yang mengukur

kemampuan membaca, matematika, dan sains bagi anak sekolah dasar juga

menunjukkan hasil yang memprihatinkan. Secara Nasional kemampuan membaca

yang masuk kategori kurang 46,83%, kemampuan matematika 77,13%, kemampuan

sains 73,61%.5 Bahkan berdasarkan survey yang diadakan oleh Central

Connecticut State University (2016) tentang perilaku literat, Indonesia menempati

urutan 60 diantara 61 negara yang berpartisipasi.6 Data terbaru berdasarkan skor

PISA 2018 yang mengukur kemampuan sains, matematika, dan literasi, Indonesia

berada pada urutan 71 dari 77 negara dengan skor 371 sementara skor rata-rata

negara-negera yang di survey adalah 487. 7

Serangkaian data empiris mengenai rendahnya kemampuan literasi siswa

di Indonesia setidaknya memberikan petunjuk bahwa ada yang belum tepat dalam

penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan, khususnya di sekolah. Untuk itu,

kemudian pemerintah menetapkan diberlakukannya kurikulum 2013 yang

didalamnya menekankan penumbuhan budi pekerti. Dalam upaya

menumbuhkembangkan budi pekerti peserta didik, pemerintah menggagas

4 Wiedarti Pangesti, dkk., Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah (Jakarta:Kemendikbud RI, 2016), hal. 2. 5 https://puspendik.kemendikbud.go.id/inap-sd diakses pada tanggal 27 Oktober 2018.

6 Sofie Dewayani, Menghidupkan Literasi di Ruang Kelas, (Yogyakarta: Kanisius, 2017), hal. 10.

7 https://edukasi.kompas.com diakses pada tanggal 7 Desember 2019.

Page 4: MADANIA: Jurnal Ilmu Pendidikan

4

Jurnal “MADANIA”, Volume 3 Nomor 1, April 2020 Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yasika Majalengka

http://journal.stkipyasika.ac.id/index.php/madania/index

pembudayaan ekosistem literasi di sekolah dari tingkat pendidikan dasar hingga

menengah atas dalam bentuk Gerakan Literasi Sekolah.

Gerakan Literasi Sekolah adalah upaya menyeluruh yang melibatkan semua

warga sekolah (pendidik, peserta didik, orang tua/wali murid) dan masyarakat

sebagai bagian dari ekosistem pendidikan. Adapun tujuan umum dari Gerakan

Literasi Sekolah adalah menumbuhkembangkan budi pekerti peserta didik melalui

pembudayaan ekosistem literasi sekolah agar mereka menjadi pembelajar

sepanjang hayat.8

Gerakan Literasi yang secara konseptual kelihatannya mudah diterapkan,

ternyata dalam tataran implementasi tidak semua sekolah/madrasah mudah dalam

melaksanakannya. Hal ini dikarenakan setiap sekolah/madrasah tidak memiliki

kemampuan yang sama dalam mengakomodasi penciptaan lingkungan

madrasah/sekolah yang literat.9 Selain itu, berdasarkan penelitian Tryanasari,

Aprilia, dan Cahya terdapat beberapa kendala dalam implementasi Gerakan Literasi

Sekolah diantaranya adalah; (1) perencanaan kegiatan literasi sulit dilakukan karena

lemahnya pemahaman guru terhadap Gerakan Literasi Sekolah, (2) kegiatan literasi

yang tidak terkoordinir dengan baik, (4) sarana yang tersedia belum memadai, dan

(4) sekolah tidak membentuk tim khusus pengembang literasi sehingga kegiatan

literasi tidak dievaluasi.10 Begitu pula dalam temuan penelitian Endaryanta

disebutkan bahwa faktor rendahnya pemahaman warga sekolah terhadap konsep

Gerakan Literasi Sekolah merupakan salah satu kendala dalam implementasi

Gerakan Literasi Sekolah dalam level mikro.11 Jadi, dari beberapa temuan penelitian

terdahulu, faktor pemahaman merupakan sesuatu yang kerap menjadi kendala

dalam pelaksanaan program Gerakan Literasi.

Tahapan Gerakan Literasi Sekolah dilaksanakan dengan

mempertimbangkan faktor kesiapan sekolah/madrasah di seluruh Indonesia.

Kesiapan ini mencakup kesiapan kapasitas sekolah (ketersediaan fasilitas, bahan

bacaan, sarana dan prasarana literasi), kesiapan warga sekolah, dan kesiapan

8 Sutrianto, Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Menengah Atas, (Jakarta: Kemendikbud RI,

2016),hal. 2.

9 Supiandi, Jurnal STUDIA : “Menumbuhkan Budaya Literasi Dengan Menggunakan “Program Kata” di SMA

Muhammadiyah Tobolali Kabupaten Bangka Selatan, Vol.1 No.1, Mei 2016, hal. 95.

10 Dewi Tryanasari, Septi Aprilia, & Winda Ayu Cahya, Jurnal Premiere Educandum : “Pembelajaran Literasi di SDN Rojosari 1 Kecamatan Kawedanan Kabupaten Magetan”, Volume VII No. 2, Desember 2017, hal. 172-179.

11 Eruin Endaryanta, , Jurnal Kebijakan Pendidikan : “Implementasi Program Gerakan Literasi Sekolah di SD

Kristen Kalam Mulia Kudus dan SD Muhammadiyah Suronatan”, Edisi 7 Vol. VI , Tahun 2017, hal. 732-744.

Page 5: MADANIA: Jurnal Ilmu Pendidikan

5

Jurnal “MADANIA”, Volume 3 Nomor 1, April 2020 Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yasika Majalengka

http://journal.stkipyasika.ac.id/index.php/madania/index

sistem pendukung lainnya(partisipasi publik, dukungan kelembagaan, dan kebijakan

yang relevan).12 Seperti diketahui tahapan pelaksanaan Gerakan Literasi bermula

dari tahap pembiasaan, kemudian berlanjut pada tahap pengembangan, dan terakhir

tahap pembelajaran.13 Dalam hal ini berarti faktor kesiapan sekolah, warga sekolah,

dan sistem pendukung turut menentukan bentuk tahapan Gerakan Literasi Sekolah,

sekaligus turut menentukan keberlangsungan implementasi Gerakan Literasi di

suatu sekolah. Berdasarkan paparan diatas peneliti ingin mengkaji pemahaman dan

kesiapan warga MAN 4 Cirebon dalam implementasi Gerakan Literasi Sekolah.

KONSEP LITERASI

Kata Literasi merupakan adopsi dari bahasa asing, dalam bahasa Inggris,

literacy yang berarti kemampuan baca-tulis. Dalam bahasa Yunani, littera artinya

teks atau tulisan beserta sistem yang menyertainya. Dalam bahasa Latin, literatus

yang artinya seseorang yang bisa membaca, menulis, dan bercakap-cakap dalam

bahasa latin.14

Orang yang memiliki kemampuan membaca dan menulis atau

pengetahuan tertentu sering disebut sebagai literat. Literat sering dimaknai sebagai

berpendidikan baik, intelektual, terdidik, terpelajar, berbudaya, kaya informasi,

canggih.15

Menurut Kirsch & Jungeblut (dalam Putri & Lifia) mendefinisikan literasi

sebagai kemampuan seseorang dalam menggunakan informasi untuk

mengembangkan pengetahuan sehingga mendatangkan manfaat bagi masyarakat.16

Sedangkan menurut Spencer ( dalam Ali Ramdhoni) mendefinisikan bahwa literasi

adalah the ability to read and write, kemampuan untuk membaca dan menulis.17

Menurut Zaenuri, literasi diartikan sebagai sebuah gerakan membaca dan menulis.18

Dalam konteks saat ini, menurut Gee dan Heath (dalam Sofie Dewayani) 19

literasi tidak hanya diartikan sebagai mampu membaca dan menulis, lebih dari itu

literasi diartikan sebagai praktik sosial yang melibatkan kegiatan berbicara,

12 Syaifurrohman, Membangun Budaya Membaca Pada Anak Melalui Program Gerakan Literasi Sekolah, Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Dasar, Vol.4 No.1, Juni 2017, hal. 151-161.

13 Wiedarti Pangesti, Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah, hal. 27.

14 Farid Ahmadi & Hamidulloh Ibda, Media Literasi di Sekolah, (Semarang: Pilar Nusa, 2018), hal. 12.

15 Pangesti Wiedarti, Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah, hal. 7. 16 Putri Oviolanda I. & Lifia Yola F., The 1st Education and Language International Conference Proceedings

Center for International Language Development of Unissula, 2017: “Pentingnya Penguasaan Literasi Bagi Generasi Muda

Dalam Menghadapi MEA”, hal. 641.

17 Ali Ramdhoni, Al Qur’an dan Literasi, hal. 1. 18 Ahmad Zainuri, Literasi, Diskusi, & Intelektualitas, (Malang: FDK Mantek UIN Maulana Malik Ibrahim,

2017), hal. 3.

19 Sofie Dewayani, Menghidupkan Literasi di Ruang Kelas, (Yogyakarta: Kanisius, 2017), hal. 12.

Page 6: MADANIA: Jurnal Ilmu Pendidikan

6

Jurnal “MADANIA”, Volume 3 Nomor 1, April 2020 Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yasika Majalengka

http://journal.stkipyasika.ac.id/index.php/madania/index

membaca, menulis, menyimak dalam proses memproduksi ide dan mengkontruksi

makna yang terjadi dalam konteks budaya yang spesifik. Dalam konteks Gerakan

Literasi, literasi tidak saja dimaknai sebagai kecakapan dan pengetahuan baca tulis,

melainkan juga kemampuan numerasi, sains, digital, finansial, budaya dan

kewarganegaraan yang bermuara dalam perilaku yang diterima dalam kehidupan

sehari-hari.20

Dari beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa literasi

adalah kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu yang

berkaitan dengan kemampuan membaca, menulis, dan berbicara dalam bidang

baca tulis, numerasi, sains, finansial, budaya dan kewarganegaraan untuk kemudian

dimaknai dan diproduksi kembali untuk kemanfaatan dirinya dan masyarakat.

LITERASI DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Sejalan dengan istilah literasi, dalam Al-Qur‟an terdapat kata iqra‟ yang

terdiri dari huruf alif mahmūzah, qāf, rā‟,dan hamzah, merupakan kata perintah dari

kata qara‟a-yaqra‟u berasal dari huruf qāf, rā‟, dan hamzah. Ketiga huruf ini secara

leksikal membentuk kata yang mengandung arti membaca, mengumpulkan,

menjamu tamu, hamba yang zuhud, melahirkan atau hamil untuk unta, dan haid

untuk manusia. 21

Doktrin keislaman untuk berliterasi sejatinya terdapat dalam al- Qur‟an

surat al- Alaq 1-5:

نسان من علق )1اقرأ باسم ربك الذي خلق ) (3( اقرأ وربك الكرم )2( خلق ال

نسان مالم علم )5 الذي علم بالقلم )4( علم ال

Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan

(1) Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah (2) Bacalah, dan

Tuhanmulah yang Maha pemurah (3) yang mengajar (manusia) dengan perantaran

kalam (4) Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (5)”. (QS. Al-

„Alaq [ 96 ] : 1-5)22

Kata lain dalam Al-Qur‟an yang memiliki kemiripan dengan kata iqra‟

adalah talā-yatlū-tilāwah-utlu. Kata ini terdiri dari huruf tā‟, lam, dan wawu. Secara

20 Pangesti Wiedarti, Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah, hal. 9.

21 Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, Kamus al-‘Aṣri, (Krapyak: Multi karya Grafika, cetakan ke-8, 2010), hlm. 1441

22 Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: El Misykaah, cetakan ke-2,

2016), hal. 597.

Page 7: MADANIA: Jurnal Ilmu Pendidikan

7

Jurnal “MADANIA”, Volume 3 Nomor 1, April 2020 Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yasika Majalengka

http://journal.stkipyasika.ac.id/index.php/madania/index

leksikal kata ini memiliki arti kelanjutan, mengikuti perkembangan sesuatu, sisa, anak

binatang, bengkok, dan pengikut.23

Dalam Al-Qur‟an surat al-Ankabut ayat 45 :

لة لة إن الص ك من الكتاب وأقم الص إل علم اتل ما أوح أكبر والل تنهى عن الفحشاء والمنكر ولذكر الل

ما تصنعون

Artinya: “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al

Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-

perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah

lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa

yang kamu kerjakan.”24

Disamping memiliki kemiripan antara kata iqra‟ dan utlu yang bermakna

perintah untuk „membaca‟ namun keduanya memiliki penekanan yang berbeda. Kata

iqra‟ adalah perintah untuk melakukan pembacaan terhadap suatu informasi yang

baru dengan menelaahnya secara ketat dan berulang-berulang membaca informasi

tersebut, kemudian bersikap realistis dalam menerimanya dengan melakukan

validitas data. Sedangkan kata utlu adalah perintah untuk membaca lebih lanjut

dengan terus menerus mengikuti perkembangan informasi tersebut,

menginderakannya, dan memperluas wawasan lain yang berkaitan dengan informasi

tersebut. Ini sebabnya perintah tilawah seringnya diberikan kepada mereka yang

sudah memahami ajaran Allah.25

KONSEP GERAKAN LITERASI SEKOLAH

Gerakan Literasi Sekolah adalah usaha atau kegiatan yang bersifat

partisipatif dengan melibatkan warga sekolah untuk mewujudkan sekolah sebagai

organisasi pembelajaran yang literat sepanjang hayat. Kegiatan yang diusahakan

dapat berupa perpaduan pengembangan kemampuan reseptif (membaca atau

menyimak) dan kemampuan produktif (berbicara dan menulis). Ada dua tujuan dari

Gerakan Literasi Sekolah, diantaranya adalah : (1) menjadikan sekolah sebagai

organisasi pembelajaran berbudaya literasi; (2) membentuk warga sekolah yang

literat dalam hal: (a) baca tulis; (b) numerasi; (c) sains; (d) digital; (e) finansial; (f)

23 Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, Kamus al-‘Aṣri,hal.569. 24 Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, hal. 401.

25 Siti Rohmatul Ummah, Jurnal PANCAWAHANA: “Relevansi Perintah Iqra’ Pada Wahyu Pertama Bagi Masyarakat

Modern”, Vol. 12, No.1, April 2017.

Page 8: MADANIA: Jurnal Ilmu Pendidikan

8

Jurnal “MADANIA”, Volume 3 Nomor 1, April 2020 Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yasika Majalengka

http://journal.stkipyasika.ac.id/index.php/madania/index

budaya dan kewarganegaraan. Adapun sasaran dari Gerakan Literasi Sekolah

adalah ekosistem sekolah dari jenjang pendidikan dasar hingga menengah.26

Gerakan literasi sekolah dalam kurikulum K13 edisi revisi 2017 sudah

menjadi kewajiban yang harus dilakukan dalam pembelajaran baik dari tingkat

sekolah dasar sampai dengan sekolah menengah atas.27 Dalam panduan

pelaksanaannya, kegiatan literasi di sekolah/madrasah terbagi menjadi tiga tahap,

yaitu: (1) tahap pembiasaan; (2) tahap pengembangan; (3) tahap pembelajaran.

Adapun ruang lingkup Gerakan Literasi Sekolah di SMA/MA meliputi : (1)

lingkungan fisik sekolah, dalam bentuk ketersediaan fasilitas, sarana prasarana

literasi; (2) lingkungan sosial dan afektif, dalam bentuk dukungan dan partisipasi aktif

warga sekolah/madrasah dalam melaksanakan kegiatan literasi di

sekolah/madrasah; (3) lingkungan akademik, dalam bentuk program literasi yang

nyata dan bisa dilaksanakan oleh seluruh warga sekolah.28

Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah harus mengacu pada prinsip-prinsip

sebagai berikut: (1) sesuai dengan tahapan perkembangan peserta didik; (2)

dilaksanakan menggunakan berbagai ragam teks; (3) dilaksanakan secara

terintegrasi dan holistik di semua area kurikulum; (4) dilakukan secara berkelanjutan;

(5) melibatkan kecakapan berkomunikasi lisan, dan (6) mempertimbangkan

keberagaman.29

Sedangkan menurut Gufran Ali Ibrahim dkk., prinsip-prinsip Gerakan

Literasi diantaranya adalah:30 (1) berkesinambungan, artinya literasi harus

dilaksanakan secara terus menerus dan berkesinambungan, tidak bergantung pada

pergantian pemerintahan. Literasi harus menjadi program prioritas pemerintah yang

selalu dikampanyekan kepada seluruh lapisan masyarakat, pemimpin, tokoh

masyarakat, tokoh agama, cendekia, remaja, orang tua, dan warga masyarakat

sehingga budaya literasi terbentuk di lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat;

(2) terintegrasi, artinya implementasi literasi harus terintegrasi dengan program yang

dilaksanakan oleh Kemendikbud dan kementerian dan/atau lembaga lain, termasuk

26 Wiedarti Pangesti, Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah, hal.3-10.

27 Abdul Aziz, Jurnal Autentik : “Implementasi Gerakan Literasi Sekolah Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia

di Sekolah Dasar”, Vol. 2, No. 1, Januari 2018, hal. 60. 28 Sutrianto, dkk., Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Menengah Atas, (Jakarta: Dirjendikdasmen

Kemendikbud, 2016), hal.3.

29Batubara, Hamdan Husein, Dessy Noor Ariani, Jurnal JPSD : “Implementasi Program Gerakan

Literasi Sekolah Di Sekolah Dasar Negeri Gugus Sungai Miai Banjarmasin”, Vol. 4 No. 1, Maret 2018. 30 Gufron Ali Ibrahim, dkk., Peta Jalan Gerakan Literasi Nasional, (Jakarta: Kemendikbud, 2017), hal. 7.

Page 9: MADANIA: Jurnal Ilmu Pendidikan

9

Jurnal “MADANIA”, Volume 3 Nomor 1, April 2020 Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yasika Majalengka

http://journal.stkipyasika.ac.id/index.php/madania/index

nonpemerintah. Dengan demikian, literasi menjadi bagian yang saling menguatkan

dengan program lain; (3) melibatkan semua pemangku kepentingan, artinya sebagai

suatu gerakan, literasi harus memberikan kesempatan dan peluang untuk

keterlibatan semua pemangku kepentingan, baik secara individual maupun

kelembagaan. Literasi harus menjadi milik bersama, menyenangkan, dan mudah

dilaksanakan, baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat, sesuai

dengan kapasitas dan kemampuan masing-masing.

Sebelum Gerakan Literasi Sekolah (GLS) diimplementasikan, sudah

semestinya semua warga madrasah memiliki pemahaman yang baik tentang

Gerakan Literasi Sekolah dikarenakan Gerakan Literasi Sekolah merupakan gerakan

partisipatif yang melibatkan semua komponen warga sekolah bahkan masyarakat di

luar sekolah. Warga sekolah/madrasah yang dimaksud disini adalah semua guru,

karyawan sekolah, peserta didik, komite sekolah.31 Untuk itu dalam penyusunan

rencana aksi program Gerakan Literasi Sekolah, institusi sekolah harus

memperhatikan dua kondisi penting, yaitu:

(1) Memastikan bahwa semua warga madrasah memahami dengan baik tujuan,

sasaran, dan ketentuan-ketentuan yang ada dalam perencanaan program, dalam

hal ini adalah buku panduan Gerakan Literasi Sekolah.

(2) Warga madrasah memiliki pemahaman yang relatif sama tentang tata kelola

pelaksanaan program, batas-batas kewenangan (peran), hambatan-hambatan

pelaksanaan, keterbatasan personel, dan keterbatasan lainnya. 32

MEMBANGUN PEMAHAMAN TENTANG GERAKAN LITERASI

Menurut Anderson dan Karthwool, pemahaman merupakan tahapan proses

kognitif yang ditempuh sebelum mengimplementasikan suatu materi atau konsep

dan pengetahuan konseptual menjadi dasar untuk memahami.33 Berdasarkan Kamus

Umum Bahasa Indonesia, pemahaman merupakan hal, cara, hasil kerja, memahami,

dibutuhkan suatu hal terkait mengenai perkara yang bersangkutan.34 Sedangkan

menurut KBBI, pemahaman merupakan proses, perbuatan, cara memahami, atau

31 Kemendikbud RI, Buku Saku Gerakan Literasi, (Jakarta: Dirjendikdasmen, 2016), hal.3.

32 Martin, Perencanaan Pendidikan: Perspektif Proses dan Teknik dalam Penyusunan Rencana Pendidikan,

(Jakarta: Rajawali Press, 2015), hal. 185.

33 Lorin W. Anderson & David R. Karthwool, Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen, Penerjemah Agung Prihantoro, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hal. 43 -106.

34 J.S Badudu dan Sutan Muhammad Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,

1994), hlm. 977

Page 10: MADANIA: Jurnal Ilmu Pendidikan

10

Jurnal “MADANIA”, Volume 3 Nomor 1, April 2020 Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yasika Majalengka

http://journal.stkipyasika.ac.id/index.php/madania/index

memahamkan.35 Dari beberapa pengertian di atas yang dimaksud dengan

pemahaman adalah kemampuan untuk menafsirkan atau hal memahami mengenai

konsep terntentu sebelum mengimplementasikan konsep tersebut dalam suatu aksi

nyata.

Keberhasilan membangun pemahaman warga madrasah terkait Gerakan

Literasi banyak ditentukan oleh penentuan strategi komunikasi pimpinan madrasah

terhadap seluruh warga madrasah. Dilain pihak jika tidak ada strategi komunikasi

yang baik, efek dari komunikasi bukan tidak mungkin akan menimbulkan pengaruh

yang buruk

Strategi komunikasi menurut Smith adalah kegiatan yang sifatnya

informasional maupun persuasif untuk membangun pemahaman dan dukungan

terhadap suatu ide, gagasan atau kasus, produk, jasa, yang terencana yang

dilakukan oleh suatu organisasi baik yang berorientasi laba maupun nirlaba, memiliki

tujuan, rencana, dan berbagai alternatif berdasarkan kajian, dan memiliki evaluasi.36

Terdapat unsur-unsur strategi komunikasi diantaranya adalah:komunikator,

komunikan, pesan, media, dan efek/pengaruh.

KESIAPAN DALAM IMPLEMENTASI GERAKAN LITERASI SEKOLAH

Selain pemahaman, unsur kesiapan (readiness) juga diperlukan dalam

implementasi Gerakan Literasi Sekolah. Kesiapan sangat penting sebelum memulai

pekerjaan karena dengan memiliki kesiapan yang matang, apapun dapat teratasi dan

dapat dilaksanakan dengan lancar dengan hasil maksimal.37 Menurut KBBI (Kamus

Besar Bahasa Indonesia), kesiapan adalah keadaan siap, sudah siap atau sudah

disediakan (tinggal memakai saja), sudah bersedia (untuk)38. Menurut Slameto,

kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang yang menunjukkan siap untuk

memberi respon terhadap suatu situasi. Slameto menjelaskan bahwa kondisi

tersebut terdiri atas tiga aspek, yaitu; pertama, kondisi fisik, mental dan emosional.

Kedua, kebutuhan-kebutuhan, motif, dan tujuan. Ketiga, Pengetahuan yang telah

dipelajari. 39 Ketiga aspek tersebut akan mendorong individu atau sekelompok

individu untuk bertindak sesuatu. Terdapat dua kategori kesiapan dalam

35 http://kbbi.kemendikbud.go.id/entri/Pemahaman. Diakses tanggal 30 Oktober 2018

36 Ronald D. Smith, Strategic Planning For Public Relations, Second Edition, (London : Lawrence Erlbaum Associates

Publisher, 2005), hal. 3.

37Rudy Fatchurrochman, Jurnal INVOTEC: “ Pengaruh Motivasi Berprestasi Terhadap Kesiapan Belajar, Pelaksanaan Prakerin dan Pencapaian Kompetensi Mata Pelajaran Produktif”, Vol. VII, No.2, Tahun 2011, hal. 175-188.

38 http://kbbi.kemendikbud.go.id/entri/Kesiapan. Diakses tanggal 30 Oktober 2018

39 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2015), hal. 113.

Page 11: MADANIA: Jurnal Ilmu Pendidikan

11

Jurnal “MADANIA”, Volume 3 Nomor 1, April 2020 Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yasika Majalengka

http://journal.stkipyasika.ac.id/index.php/madania/index

implementasi Gerakan Literasi Sekolah, diantaranya kesiapan materiil dan non

materiil. Adapaun kesiapan materiil diantaranya adalah: perangkat kurikulum, sarana

dan prasarana, lingkungan fisik, akademik, maupun sosial. Sedangkan kesiapan non

materiil, diantaranya adalah: kepemimpinan kepala sekolah, kompetensi guru, dan

kemauan peserta didik.

IMPLEMENTASI GERAKAN LITERASI SEKOLAH

Dalam Permendikbud No. 23 Tahun 2015 menyatakan bahwa sekolah perlu

menyediakan waktu secara berkala untuk pembiasaan membaca sebagai bagian

dari penumbuhan budi pekerti. Menurut Pilgreen (dalam Kemendikbud)40 agar

program membaca bebas dapat berjalan baik maka sekolah harus memastikan

warga sekolah memiliki pemahaman yang sama tentang prinsip-prinsip kegiatan

membaca bebas, bagaimana cara pelaksanaan dan pengelolaan programnya. Untuk

itu, kepala sekolah selaku top manager di sekolah tersebut perlu mengadakan

suatu pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan yang akan menjadi Tim Literasi

Sekolah/Madrasah.

1. Membentuk Tim Literasi di Sekolah/Madrasah.

Tim Literasi Sekolah adalah tim kerja yang bertugas pokok

menumbuhkembangkan Gerakan Literasi Sekolah di setiap sekolah. Adapun tujuan

dibentuknya Tim Literasi Sekolah adalah untuk membantu para guru; membuat dan

menyepakati petunjuk praktis pelaksanaan program Gerakan Literasi di tingkat

sekolah/madrasah; menjalankan peran mereka sebagai fasilitator yang membantu

peserta didik agar terhubung secara emosi dan pikiran dengan buku. 41

Agar Tim Literasi Sekolah dapat bekerja lebih fokus dan terjaga maka

kepala sekolah harus mengeluarkan Surat Tugas (ST) atau Surat Keputusan (SK)

yang menguatkan tugas pokok dan fungsi Tim Literasi Sekolah. Dalam konteks

sekolah/madrasah Tim Literasi Sekolah adalah tulang punggung yang perlu terus

diperkuat dan dikembangkan. Berikut adalah salah satu alternatif langkah-langkah

pembentukan Tim Literasi di sekolah/madrasah: 42

a) Kepala sekolah/madrasah mencermati para guru yang diyakini dapat

menumbuhkembangkan literasi di sekolah, yakni guru bahasa dan guru mata

pelajaran lain yang peduli terhadap literasi.

40 Kisyani Laksono, Manual Pendukung Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah,( Jakarta: Dirjen Dikdasmen, 2016), hal. 1.

41 Kisyani Laksono, Manual Pendukung Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah,hal. 2-3.

42 Kisyani Laksono, Manual Pendukung Gerakan Literasi Sekolah, hal. 2.

Page 12: MADANIA: Jurnal Ilmu Pendidikan

12

Jurnal “MADANIA”, Volume 3 Nomor 1, April 2020 Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yasika Majalengka

http://journal.stkipyasika.ac.id/index.php/madania/index

b) Kepala sekolah melalui rapat menetapkan formatur Tim Literasi Sekolah.

c) Kepala sekolah membuat surat tugas atau surat keputusan secara resmi

mengenai Tim Literasi Sekolah.

d) Para personel Tim Literasi diberi tugas untuk mengikuti pelatihan-pelatihan atau

workshop tentang literasi.

Selain ditugaskan untuk meningkatkan kapasitas pengetahuan dan

pemahaman tentang Gerakan Literasi Sekolah melalui workshop dan pelatihan-

pelatihan tentang literasi, Tim Literasi Sekolah bertugas dalam merencanakan,

melaksanakan, melaporkan, dan melakukan asesmen serta mengevaluasi

pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah di unit madrasah/sekolahnya masing-masing.

Tugas perencanaan misalnya dilakukan dengan menjadwalkan lima belas menit

membaca setiap hari dan merencanakan berbagai langkah untuk menyukseskan

peningkatan minat baca peserta didik, seperti membuat survei sederhana tentang

minat baca untuk menjaring tema-tema yang diminati peserta didik, membuat daftar

buku yang direkomendasikan berdasarkan hasil survei, merancang pengembangan

perpustakaan dan sudut baca, merancang pengembangan jejaring internal dan

eksternal.

Adapun tugas pelaksanaan Tim Literasi Sekolah, contohnya adalah

mengawal pembiasaan membaca lima belas menit setiap hari, memastikan

kelangsungan program-program Gerakan Literasi Sekolah, bekerja sama dengan

guru dan peserta didik membangun sudut baca kelas, membangun jejaring internal

dan eksternal dalam menggalang pelaksanaan Gerakan Literasi serta pencitraan

Gerakan Literasi melalui berbagai acara, dan mengupayakan ekosistem sekolah

yang literat. 43

43 Kisyani Laksono, Manual Pendukung Gerakan Literasi Sekolah, hal.4.

Page 13: MADANIA: Jurnal Ilmu Pendidikan

13

Jurnal “MADANIA”, Volume 3 Nomor 1, April 2020 Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yasika Majalengka

http://journal.stkipyasika.ac.id/index.php/madania/index

Deskripsi struktur organisasi Tim Literasi Sekolah dapat dilihat pada bagan

2.2 berikut ini.

Bagan 2.2 Struktur Organisasi Tim Literasi Sekolah

Sumber bagan: Kemendikbud RI, Manual Pendukung Gerakan Literasi

Sekolah, 2016.

Dalam gambar tersebut Tim Literasi Sekolah dibawah koordinasi langsung

kepala sekolah, dimana Tim Literasi Sekolah terdiri atas satu orang ketua dan

minimal dua orang anggota yang terdiri dari pustakawan sekolah dan satu orang

guru yang peduli terhadap literasi. Posisi Tim Literasi Sekolah setara dengan Tim

Adiwiyata sekolah.

2. Tahapan Implementasi Gerakan Literasi

Berdasarkan buku Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah, tahap-tahap

implementasi Gerakan Literasi di sekolah/madrasah terdiri dari tiga tahap, yaitu:

(a) tahap pembiasaan; (b) tahap pengembangan; dan (c) tahap pembelajaran.44

a) Tahap pembiasaan

Pada tahap ini, peserta didik membiasakan membaca dalam hati. Secara

umum kegiatan pembiasaan ini bertujuan untuk: meningkatkan rasa cinta baca di

luar jam pelajaran; meningkatkan kemampuan memahami bacaan; meningkatkan

rasa percaya diri sebagai pembaca yang baik; menumbuhkembangkan berbagai

sumber bahan literasi.45 Bahan bacaan yang dibaca oleh peserta didik adalah bahan

bacaan non pelajaran dan tidak ada tagihan laporan bahan bacaan yang sudah

44 Pangesti Wiedarti,dkk., Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah, hal. 28.

45 Sutrianto, Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Menengah Atas, hal.8.

Page 14: MADANIA: Jurnal Ilmu Pendidikan

14

Jurnal “MADANIA”, Volume 3 Nomor 1, April 2020 Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yasika Majalengka

http://journal.stkipyasika.ac.id/index.php/madania/index

dibaca oleh peserta didik. Kegiatan membaca pada tahap ini dapat diikuti oleh

diskusi informal tentang buku yang dibaca.

b) Tahap pengembangan

Pada tahap ini merupakan upaya tindak lanjut dari tahap pembiasaan

kegiatan membaca 15 menit setiap hari. Dalam tahap pengembangan upaya tindak

lanjut dilakukan secara berkala (1 - 2 minggu sekali). Buku bacaan yang dibaca

adalah buku non teks pelajaran yang dapat diikuti oleh tugas-tugas presentasi

singkat, menulis sederhana. Pendidik dapat memberikan masukan dan komentar

sebagai bentuk apresisasi. Pada tahap ini sebaiknya Tim Literasi Sekolah sudah

benar-benar terbentuk untuk melaksanakan tindak lanjut kegiatan Gerakan Literasi

Sekolah. Adapun contoh alternatif kegiatan yang dilakukan pada tahap

pengembangan diantaranya adalah : menulis komentar singkat terhadap buku yang

dibaca di jurnal membaca harian, bedah buku, reading award, mengembangkan ilkim

literasi sekolah/madrasah. 46

c) Tahap pembelajaran

Menurut Anderson & Karthwool (dalam Sutrianto)47 kegiatan literasi pada

tahap pembelajaran bertujuan untuk: mengembangkan kemampuan memahami

teks dan mengaitkannya dengan pengalaman pribadi sehingga terbentuk pembelajar

sepanjang hayat; mengembangkan kemampuan berpikir kritis; mengolah dan

mengelola kemampuan komunikasi secara kreatif (verbal, tulisan, visual, digital)

melalui kegiatan menanggapi teks buku bacaan dan buku pelajaran.

Pada tahap pembelajaran, kegiatan literasi dilakukan sebagai pendukung

pelaksanaan kurikulum 2013 yang mensyaratkan peserta didik membaca buku

nonteks pelajaran.48 Beberapa hal yang menjadi prinsip dalam tahap ini, diantaranya

adalah buku yang dibaca tentang pengetahuan umum, kegemaran, atau teks

multimodal, yang dapat dikaitkan dengan mata pelajaran tertentu; ada tagihan yang

bersifat akademik (terkait dengan mata pelajaran).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif karena peneliti ingin

mengetahui lebih mendalam mengenai pemahaman dan kesiapan warga MAN 4

Cirebon dalam mengimplementasikan Gerakan Literasi Sekolah. Penelitian ini

46 Sutrianto, Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Menengah Atas, hal.16-19.

47 Sutrianto, dkk., Panduan Gerakan Literasi di Sekolah Menengah Atas, hal. 21.

48 Sutrianto, dkk., Panduan Gerakan Literasi di Sekolah Menengah Atas, hal. 22.

Page 15: MADANIA: Jurnal Ilmu Pendidikan

15

Jurnal “MADANIA”, Volume 3 Nomor 1, April 2020 Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yasika Majalengka

http://journal.stkipyasika.ac.id/index.php/madania/index

disebut penelitian kualitatif karena peniliti menggunakan data kualitatif sehingga

analisisnya juga menggunakan analisis kualitatif (deskriptif) atau penggambaran

temuan lapangan yang naturalistik atau apa adanya sesuai kondisi lapangan.49

Dalam penelitian ini terdapat dua sumber data yang saling melengkapi, yaitu sumber

data primer dan sumber data sekunder. Adapun sumber data primer dalam penelitian

ini yaitu kepala sekolah MAN 4 Cirebon, guru yang diberi tugas sebagai Tim Literasi

di MAN 4 Cirebon, Peserta didik, dan Pustakawan MAN 4 Cirebon. Adapun sumber

data sekunder dalam penelitian ini yaitu ketua komite sekolah di MAN 4 Cirebon.

Metode yang digunakan dalam mengumpulkan data pada penelitian ini

adalah: (1) Metode wawancara, wawancara dilakukan terhadap Kepala madrasah,

wakil kepala sekolah, guru, pustakawan madrasah, peserta didik, komite sekolah

MAN 4 Cirebon dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat umum

mengenai Gerakan Literasi Sekolah yang mereka pahami dan kesiapan mereka

dalam implementasi Gerakan Literasi Sekolah. (b) Metode Observasi; Observasi

dilakukan dengan mengamati kondisi umum tempat penelitian, kesiapan Gerakan

Literasi ( perangkat kurikulum, sarana dan prasarana madrasah, lingkungan fisik

madrasah seperti poster yang memotivasi berliterasi dsb.), sejauh mana

ketercapaian implementasi Gerakan Literasi Sekolah di MAN 4 Cirebon sesuai

indikator tahapan ketercapaian implementasi Gerakan Literasi Sekolah menurut

Kemendikbud. (c) Metode Dokumentasi : mencari data mengenai hal-hal atau

variabel yang berupa catatan, rapat, dan agenda yang berhubungan dengan

masalah penelitian. Metode dokumentasi digunakan peneliti untuk mengumpulkan

beberapa dokumen terkait penelitian antara lain data catatan program Gerakan

Literasi Sekolah di MAN 4 Cirebon, jadwal kegiatan yang berkaitan dengan

pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah, foto atau rekaman kegiatan literasi sekolah.

Analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang telah

dikumpulkan dari berbagai sumber, yaitu dari observasi, wawancara, dan

dokumentasi, yang sudah tertulis dalam catatan lapangan, hasil wawancara, hasil

observasi dan lain sebagainya.

Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam analisis data mengacu pada

Miles dan Huberman yang menyatakan bahwa “Langkah yang ditempuh dalam

49Asep Kurniawan, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2018), hal.29.

Page 16: MADANIA: Jurnal Ilmu Pendidikan

16

Jurnal “MADANIA”, Volume 3 Nomor 1, April 2020 Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yasika Majalengka

http://journal.stkipyasika.ac.id/index.php/madania/index

analisis data adalah pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan

mengambil kesimpulan dan verifikasi”.50

Proses dalam analisis data ini dapat penulis gambarkan sebagai berikut:

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Langkah-Langkah Kepala MAN 4 Cirebon dalam Membangun Pemahaman

Gerakan Literasi Sekolah terhadap Warga MAN 4 Cirebon

Langkah-langkah Kepala MAN 4 Cirebon dalam membangun pemahaman

Gerakan Literasi Sekolah di kalangan warga MAN 4 Cirebon sangat berkaitan

dengan strategi komunikasi yang dilakukan oleh kepala madrasah yang

bersangkutan. Tujuan dari strategi dalam berkomunikasi adalah agar pesan yang

disampaikan oleh komunikator kepada komunikan melalui media tertentu dapat

diterima dan dipahami sesuai dengan apa yang diharapkan oleh komunikator.

a. Strategi Komunikasi Kepala MAN 4 Cirebon

1) Komunikator

Berdasarkan hasil temuan penelitian, tampak bahwa selain kepala

MAN 4 Cirebon yang menyampaikan informasi tentang Gerakan Literasi

Sekolah kepada warga MAN 4 Cirebon adalah narasumber pelatihan di

sekolah, wakil kepala madrasah, Tim Literasi Sekolah/Madrasah, seluruh wali

kelas XI, dan pustakawan.

2) Pesan

Pesan yang disampaikan berupa informasi dan propaganda mengenai

Gerakan Literasi Sekolah sesuai buku desain induk gerakan literasi dan buku

50 Miles dan Huberman, Qualitative Data Analysis (Analisis Data Kualitatif), Alih Bahasa Tjetjep Rohendi

Rohidi, (Jakarta: Universitas Indonesia, 1984), hal. 20.

PENGUMPULAN

DATA PENYAJIAN

DATA

REDUKSI

DATA

VERIFIKASI DAN

KESIMPULAN

Page 17: MADANIA: Jurnal Ilmu Pendidikan

17

Jurnal “MADANIA”, Volume 3 Nomor 1, April 2020 Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yasika Majalengka

http://journal.stkipyasika.ac.id/index.php/madania/index

panduan gerakan literasi untuk peserta didik SMA/MA yang diterbitkan oleh

kemendikbud. Pesan yang disampaikan masih bersifat informatif dan

persuasif (ajakan).

3) Komunikan

Ada beberapa lapisan komunikan, yang pertama adalah dewan guru

dan pustakawan, kemudian yang kedua adalah peserta didik kelas XI MAN 4

Cirebon dan ketiga adalah komite sekolah/orang tua peserta didik.

4) Media

Secara umum, media yang digunakan untuk menyampaikan informasi

dan persuasi Gerakan Literasi Sekolah di MAN 4 Cirebon berbentuk saluran

kelompok, dan saluran massa dimana komunikator mensosialisasikannya di

ruang-ruang kelas, melalui media sosial WA grup, dan secara umum di

lapangan upacara.

5) Efek atau pengaruh

Secara umum, ada pengaruh positif karena peserta didik mau

melaksanakan kegiatan literasi dan secara umum dewan guru dan

pustakawan memahami konsep umum gerakan literasi.

b. Langkah-langkah Kepala MAN 4 Cirebon dalam Membangun Pemahaman GLS

1) Mengadakan pelatihan internal tentang Gerakan Literasi Sekolah

Pelatihan internal yang diselenggarakan oleh pihak sekolah rutin

diadakan setiap tahun ajaran baru dimulai. Guru-guru di MAN 4 Cirebon

sering menyebutnya sebagai In House Training (IHT) yang diselenggarakan

oleh pihak sekolah dengan mengundang beberapa narasumber dan

pengawas madrasah.

2) Membentuk Tim Literasi

Langkah kepala MAN 4 Cirebon setelah melaksanakan pelatihan untuk

guru dan tenaga kependidikan adalah membentuk Tim Literasi Sekolah. Tim

Literasi Sekolah sangat berguna dalam hal mengawal pembiasaan membaca

lima belas menit setiap hari, memastikan kelangsungan program-program

Gerakan Literasi Sekolah, bekerja sama dengan guru dan peserta didik

membangun sudut baca kelas, membangun jejaring internal dan eksternal

dalam menggalang pelaksanaan Gerakan Literasi serta pencitraan Gerakan

Literasi melalui berbagai acara, dan mengupayakan ekosistem sekolah yang

literat.

Page 18: MADANIA: Jurnal Ilmu Pendidikan

18

Jurnal “MADANIA”, Volume 3 Nomor 1, April 2020 Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yasika Majalengka

http://journal.stkipyasika.ac.id/index.php/madania/index

3) Membuat Rencana Aksi

Langkah berikutnya adalah menyusun rencana aksi gerakan literasi.

Rencana aksi program literasi merupakan salah satu kegiatan dalam tata

kelola Gerakan Literasi yang bertujuan untuk membuat tujuan kegiatan, target

dan sasaran kegiatan, serta berbagai rencana untuk mencapai tujuan yang

telah direncanakan.

4) Sosialisasi rencana aksi/program literasi

Langkah yang berikutnya yang dilakukan oleh kepala MAN 4 cirebon

adalah menggerakkan sumber daya yang sudah dimiliki untuk

mensosialisasikan program literasi ke warga MAN 4 Cirebon. Sosialisasi

program literasi diperlukan agar seluruh warga MAN 4 Cirebon memahami

apa, siapa, bagaimana, kapan, dan dimana kegiatan literasi itu dilaksanakan.

Dalam proses sosialisasi dibutuhkan komunikator, pesan, media, komunikan,

dan mengevaluasi efek yang ditimbulkannya, apakah positif atau negatif.

5) Tindak lanjut

Tindak lanjut merupakan langkah yang dilakukan oleh pihak pimpinan

MAN 4 Cirebon setelah tahapan sosialiasasi diselesaikan. Hal ini untuk

memastikan dan menguji suatu rencana aksi yang sudah disepakati, sehingga

dapat diketahui faktor-faktor penghambat dan pendukung suatu program

literasi yang dilaksanakan.

2. Pemahaman Warga MAN 4 Cirebon tentang Gerakan Literasi Sekolah

a. Pemahaman Kepala madarasah, guru dan pustakawan tentang konsep

Gerakan Literasi Sekolah

Berdasarkan analisis data pada temuan penelitian menunjukkan

bahwa secara umum pemahaman warga MAN 4 Cirebon kategori kepala

madrasah, guru, dan pustakawan memiliki pemahaman konsep yang baik

tentang Gerakan Literasi Sekolah karena secara umum mereka memahami

bahwa Gerakan Literasi tidak terbatas pada komponen baca tulis saja.

Mereka memahami tujuan umum Gerakan Literasi Sekolah, dan mereka juga

memahami bahwa masih terdapat komponen-komponen lain dari Gerakan

Literasi Sekolah.

b. Pemahaman Peserta didik dan Komite Madrasah

Berdasarkan analisis data pada temuan penelitian menunjukkan bahwa

peserta didik bersama komite sekolah masih memahami Gerakan Literasi

Page 19: MADANIA: Jurnal Ilmu Pendidikan

19

Jurnal “MADANIA”, Volume 3 Nomor 1, April 2020 Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yasika Majalengka

http://journal.stkipyasika.ac.id/index.php/madania/index

Sekolah terbatas pada komponen baca tulis. Namun demikian, mereka

memahami bahwa Gerakan Literasi memiliki tujuan penting dalam

menumbuhkembangkan karakter peserta didik agar gemar membaca.

3. Kesiapan Warga MAN 4 Cirebon dalam Implementasi Gerakan Literasi

Sekolah

Sebagaimana temuan penelitian tentang analisis data kesiapan warga MAN

4 Cirebon dalam implementasi Gerakan Literasi Sekolah dapat diuraikan sebagai

berikut:

a. Kesiapan Materiil

Kesiapan materiil yang dimiliki oleh warga MAN 4 Cirebon diantaranya

adalah :

1) Sarana perpustakaan yang representatif

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, sarana perpustakaan di

MAN 4 Cirebon berada di lantai atas dengan jumlah koleksi judul buku lebih

dari seribu judul buku. Buku-buku tersebut dikelompokkan dalam beberapa

kategori sesuai dengan pengkodean standar perpustakaan, didalam ruang

perpustakaan juga terdapat unit komputer yang berfungsi untuk mendata

kunjungan peserta didik ke perpustakaan.

2) Pojok baca di tiap kelas XI

Berdasarkan hasil observasi, MAN 4 Cirebon sudah memiliki pojok

baca di ruang kelas khususnya kelas XI. Pojok baca tersebut masih tampak

seadanya, dengan koleksi buku yang masih sedikit. Namun, demikian untuk

langkah awal dalam memulai Gerakan Literasi Sekolah sudah cukup bagus.

Pojok baca berfungsi sebagai perpustakaan mini di kelas, dengan tujuan agar

peserta didik dekat dengan lingkungan yang kaya teks.

3) Majalah dinding

Majalah dinding dimiliki oleh warga MAN 4 Cirebon sebagai sarana

unjuk karya peserta didik, berupa karya jurnalistik, sastra, senirupa, dan

sebagainya. Dalam hal ini, menunjukkan bahwa warga MAN 4 Cirebon sudah

memiliki kesiapan materiil yang cukup baik untuk melaksanakan Gerakan

Literasi Sekolah.

Page 20: MADANIA: Jurnal Ilmu Pendidikan

20

Jurnal “MADANIA”, Volume 3 Nomor 1, April 2020 Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yasika Majalengka

http://journal.stkipyasika.ac.id/index.php/madania/index

4) Kesiapan anggaran

Setiap tahun komite sekolah di MAN 4 Cirebon menggalang dana untuk

mendukung pelaksanaan program pendidikan. Penggalangan dana komite

dilakukan oleh pengurus komite kepada orang tua peserta didik baru, karena

MAN 4 Cirebon tidak memungut SPP bulanan.

b. Kesiapan non Materiil

Kesiapan non materiil yang dimiliki oleh MAN 4 Cirebon diantaranya

adalah:

1). Kesiapan pengetahuan

Pelatihan yang sudah diselenggarakan mengenai Gerakan Literasi

Sekolah menjadikan modal berharga untuk melaksanakan Gerakan Literasi

Sekolah di MAN 4 Cirebon. Seperti yang diungkapkan oleh Jejen Musfah

bahwa pelatihan atau seminar dan workshop memberikan beragam

pengetahuan untuk guru, sehingga guru dan tenaga kependidikan di MAN 4

Cirebon memiliki kesiapan yang baik untuk memulai pelaksanaan Gerakan

Literasi Sekolah.

2) Kesiapan Manajerial

MAN 4 Cirebon tampak memiliki kesiapan manajerial yang baik, hal ini

sebagaimana dilihat dari hasil analisis data berdasarkan wawancara,

observasi, dan dokumentasi melalui verifikasi. Hal ini dibuktikan dengan

dibentuknya Tim khusus yang menangani Gerakan Literasi Sekolah yang

terdiri dari dua orang yakni koordinator literasi dan kepala pustakawan.

4. Ketercapaian Tahapan Implementasi Gerakan Literasi Sekolah di MAN 4

Cirebon

a. Tahap Implementasi

Berdasarkan analisis data dari temuan penelitian menunjukkan bahwa

tahapan implementasi Gerakan Literasi di MAN 4 cirebon masih berupa tahan

pembiasaan.

b. Bentuk Implementasi Gerakan Literasi Sekolah

Dari hasil analisis data temuan penelitian menunjukkan bahwa bentuk

implementasi Gerakan Literasi Sekolah yang dilaksanakan pada tahap

pembiasaan di MAN 4 Cirebon adalah sebagai berikut:

1) Kegiatan membaca 15 menit setiap hari

Page 21: MADANIA: Jurnal Ilmu Pendidikan

21

Jurnal “MADANIA”, Volume 3 Nomor 1, April 2020 Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yasika Majalengka

http://journal.stkipyasika.ac.id/index.php/madania/index

Kegiatan membaca 15 menit tiap hari yang dilaksanakan di MAN 4

Cirebon pelaksanaannya beragam, kegiatan wajib baca tidak harus buku non

teks pelajaran terkadang kegiatan membaca yang dilaksanakan adalah

membaca kitab suci Al-Qur‟an.

2) Kunjungan wajib perpustakaan

Masing-masing peserta didik diwajibkan untuk mengunjungi

perpustakaan paling sedikit seminggu sekali, hal ini agar peserta didik

dibiasakan untuk dekat dengan lingkungan yang kaya teks.

3) Mengikuti lomba-lomba Literasi

Kegiatan ini bersifat kondisional, tidak bersifat rutin karena

pelaksanaan kegiatan ini menunggu undangan dari pihak luar MAN 4 Cirebon.

Namun demikian, MAN 4 Cirebon pernah mengukir prestasi melalui lomba

pengembangan web site pelajar tingkat kabupaten Cirebon yang

diselenggarakan oleh Diskominfo Kabupaten Cirebon pada tahun 2019.

c. Ketercapaian Indikator Tahapan Implementasi Gerakan Literasi Sekolah

Berdasarkan analisis data pada hasil temuan penelitian didapatkan

bahwa MAN 4 Cirebon memenuhi sembilan indikator dari sepuluh indikator

ketercapaian tahapan implementasi Gerakan Literasi Sekolah. Dengan

demikian, dapat disimpulkan bahwa ketercapaian indikator tahapan

implementasi Gerakan Literasi Sekolah di MAN 4 Cirebon mencapai 90%.

SIMPULAN

1. Kepala MAN 4 Cirebon dalam membangun pemahaman konsep Gerakan

Literasi Sekolah terhadap warga MAN 4 Cirebon menggunakan strategi

komunikasi dalam membagun pemahaman konsep Gerakan Literasi Sekolah

terhadap warga MAN 4 Cirebon. Adapun strategi komunikasi tersebut memuat

unsur-unsur sebagai berikut: (a) Menjadikan pengawas madrasah, kepala

madrasah, Tim Literasi Sekolah, wali kelas, guru-guru sebagai komunikator

dalam penyampaian informasi tentang Gerakan Literasi Sekolah; (b) Terdapat

tiga kategori komunikan diantara warga MAN 4 Cirebon yakni; peserta didik,

guru dan tenaga kependidikan, serta komite sekolah/orang tua siswa; (c)

Pesan yang disampaikan tentang Gerakan literasi Sekolah bersifat informatif

dan persuasif; (d) Media yang digunakan dalam penyampaian pesan

beragam, tatap muka di kelas (saluran kelompok), tatap muka saat upacara

bendera (saluran massa), dan saluran kelompok daring seperti WA grup

Page 22: MADANIA: Jurnal Ilmu Pendidikan

22

Jurnal “MADANIA”, Volume 3 Nomor 1, April 2020 Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yasika Majalengka

http://journal.stkipyasika.ac.id/index.php/madania/index

kelas; (e) Efek/pengaruh strategi komunikasi menimbulkan warga MAN 4

Cirebon secara umum memahami dan mau mengikuti pelaksanaan Gerakan

Literasi dengan baik. Selain itu, Kepala MAN 4 Cirebon juga mengambil

langkah-langkah dalam membangun pemahaman konsep Gerakan Literasi

Sekolah terhadap warga MAN 4 Cirebon sebagai berikut: (a) Mengadakan In

House Training yang memuat tentang Gerakan Literasi Sekolah untuk seluruh

guru dan pustakawan; (b) Membentuk Tim Literasi Sekolah; (c) Menyusun

rencana aksi kegiatan literasi; (d) Mensosialisasikan program ke seluruh

warga MAN 4 Cirebon dengan memberdayakan komunikator dari Tim Literasi,

wakil kepala madrasah, wali kelas, guru-guru pengajar, dan pustakawan; (e)

Membuat tindak lanjut.

2. Pemahaman warga MAN 4 Cirebon tentang konsep Gerakan Literasi Sekolah

menunjukkan bahwa terdapat gradasi dalam memahami konsep Gerakan

Literasi Sekolah diantara warga MAN 4 Cirebon. Untuk kepala madrasah,

guru, dan pustakawan memahami konsep Gerakan Literasi Sekolah tidak

terbatas pada komponen baca tulis, mereka memahami masih banyak

komponen-komponen literasi lainnya selain baca tulis, yakni sains, digital,

numerasi, finansial, budaya dan kewarganegaraan. Untuk ketua komite dan

peserta didik memahami Gerakan Literasi Sekolah masih terbatas pada

gerakan baca-tulis. Namun demikian, mereka secara umum memahami

bahwa Gerakan Literasi Sekolah bertujuan untuk menumbuhkembangkan

karakter warga madrasah agar menjadi pembelajar sepanjang hayat. Selain

itu, pemahaman warga MAN 4 Cirebon terkait peran mereka dalam

implementasi Gerakan Litersai Sekolah secara umum memahami dengan baik

peran mereka sebagai warga MAN 4 Cirebon dalam implementasi Gerakan

Literasi Sekolah.

3. Kesiapan warga MAN 4 Cirebon dalam mengimplementasikan Gerakan

Literasi Sekolah terdiri dari kesiapan materiil dan kesiapan non materiil.

Kesiapan materiil yang dimiliki oleh warga MAN 4 Cirebon diantaranya adalah:

(a) Perpustakaan; (b) pojok baca di kelas; (c) majalah dinding; (d) sokongan

anggaran dari komite madrasah untuk pemeliharaan perpustakaan. Adapun

kesiapan non materiil yang dimiliki oleh warga MAN 4 Cirebon, diantaranya

adalah : (a) kesiapan pengetahuan, dan ; (b) kesiapan manajerial, yakni

melalui pembentukan Tim Literasi Sekolah.

Page 23: MADANIA: Jurnal Ilmu Pendidikan

23

Jurnal “MADANIA”, Volume 3 Nomor 1, April 2020 Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yasika Majalengka

http://journal.stkipyasika.ac.id/index.php/madania/index

4. Ketercapaian tahapan implementasi Gerakan Literasi Sekolah di MAN 4

Cirebon menunjukkann bahwa: (a) Tahapan Gerakan Literasi yang

dilaksanakan .di MAN 4 Cirebon adalah tahapan pembiasaan; (b) Bentuk

implementasi Gerakan Literasi yang dilaksanakan adalah kegiatan membaca

15 menit setiap hari sebelum KBM di mulai, bahan bacaan yang dibaca bisa

tidak hanya buku teks non pelajaran melainkan juga kitab Al- Qur‟an,

kunjungan wajib perpustakaan, dan mengikuti lomba-lomba literasi; (c)

Indikator ketercapaian tahapan implementasi Gerakan Literasi pada tahap

pembiasaan di MAN 4 Cirebon memenuhi sembilan indikator dari sepuluh

indikator yang ada.

DAFTAR PUSTAKA Abidin, Yunus. 2017. Pembelajaran Literasi: Strategi Meningkatkan Kemampuan

Literasi Matematika, Sains, Membaca, dan Menulis. Jakarta: Bumi Aksara. Ahmadi, Farid & Ibda, Hamidulloh. 2018. Media Literasi di Sekolah. Semarang: Pilar

Nusa. Al Mutmainnah, Wahidah. 2017. Prosiding Seminar Nasional III Jurusan Biologi

Tahun 2017: “ Analisis Penerapan GLS di SMP N 1 Batu”. Ali, Atabik dan Muhdlor, A. Zuhdi. 2010. Kamus al-„Aṣri. Krapyak: Multi karya Grafika,

cetakan ke-8. Aziz, Abdul. 2018. Jurnal Autentik : “Implementasi Gerakan Literasi Sekolah Pada

Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar”, Vol. 2, No.1 Anderson, L. & Karthwool, D. 2010. Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran,

Pengajaran, dan Asesmen, Penerjemah Agung Prihantoro. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Badudu , J. S. dan Zain, S. 1994. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Batubara, dkk. 2018. Jurnal JPSD : “Implementasi Program Gerakan Literasi Sekolah Di Sekolah Dasar Negeri Gugus Sungai Miai Banjarmasin”, Vol. 4 No. 1.

Dewayani, Sofie. 2017. Menghidupkan Literasi di Ruang Kelas. Yogyakarta: Kanisius.

Endaryanta, Eruin. 2017. Jurnal Kebijakan Pendidikan : “Implementasi Program Gerakan Literasi Sekolah di SD Kristen Kalam Mulia Kudus dan SD Muhammadiyah Suronatan”, Edisi 7 Vol. VI.

Fatchurrochman, R. 2011. Jurnal INVOTEC: “ Pengaruh Motivasi Berprestasi Terhadap Kesiapan Belajar, Pelaksanaan Prakerin dan Pencapaian Kompetensi Mata Pelajaran Produktif”, Vol. VII, No.2.

https://edukasi.kompas.com diakses pada tanggal 7 Desember 2019. http://kbbi.kemendikbud.go.id/entri/Pemahaman. Diakses tanggal 30 Oktober 2018 https://puspendik.kemendikbud.go.id/inap-sd diakses pada tanggal 27 Oktober 2018. Ibrahim, G.A. dkk. 2017. Peta Jalan Gerakan Literasi Nasional. Jakarta:

Kemendikbud RI. Kementerian Agama Republik Indonesia. 2016. Al-Qur‟an dan Terjemahnya.

Jakarta: El Misykaah

Page 24: MADANIA: Jurnal Ilmu Pendidikan

24

Jurnal “MADANIA”, Volume 3 Nomor 1, April 2020 Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yasika Majalengka

http://journal.stkipyasika.ac.id/index.php/madania/index

Kemendikbud RI. 2016. Buku Saku Gerakan Literasi Sekolah. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.

Kurniawan, Asep. 2018. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung : Remaja Rosda Karya.

Laksono, Kisyani 2018. Seri Manual GLS Guru Sebagai Teladan Literasi. Jakarta: Dirjen Dikdasmen Kemendikbud RI.

Martin. 2015. Perencanaan Pendidikan: Perspektif Proses dan Teknik dalam Penyusunan Rencana Pendidikan,. Jakarta: Rajawali Press.

Miles & Huberman, 1984. Qualitative Data Analysis (Analisis Data Kualitatif), Alih Bahasa Tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta: Universitas Indonesia.

Oviolanda I., Putri & Yola, F. Lifia. 2017. The 1st Education and Language International Conference Proceedings Center for International Language Development of Unissula, 2017: “Pentingnya Penguasaan Literasi Bagi Generasi Muda Dalam Menghadapi MEA”.

Pangesti, Wiedarti. 2016. Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah. Jakarta:Kemendikbud RI.

Romdhoni, Ali. 2013. Al Qur‟an dan Literasi. Jakarta: Linus.

Slameto. 2015. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.

Smith, D. Ronald. 2005. Strategic Planning For Public Relations, Second Edition. London : Lawrence Erlbaum Associates Publisher.

Supiandi. 2016. Jurnal STUDIA : “Menumbuhkan Budaya Literasi Dengan Menggunakan “Program Kata” di SMA Muhammadiyah Tobolali Kabupaten Bangka Selatan, Vol.1 No.1.

Sutrianto. 2016. Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Menengah Atas. Jakarta: Kemendikbud RI.

Syaifurrohman. 2017. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Dasar: “ Membangun Budaya Membaca Pada Anak Melalui Program Gerakan Literasi Sekolah”, Vol.4 No.1.

Tryanasari, Dewi, dkk. 2017. Jurnal Premiere Educandum : “Pembelajaran Literasi di SDN Rojosari 1 Kecamatan Kawedanan Kabupaten Magetan”, Volume VII No. 2.

Ummah, Siti Rohmatul. 2017. Jurnal PANCAWAHANA: “Relevansi Perintah Iqra‟ Pada Wahyu Pertama Bagi Masyarakat Modern”, Vol. 12, No.1.

Zainuri, Ahmad. 2017. Literasi, Diskusi, & Intelektualitas, (Malang: FDK Mantek UIN Maulana Malik Ibrahim, 2017), hal. 3.