madu toni

4
Memburu yang tak seharusnya kami Buru Kehidupan itu memang banyak rasa dan warna, Manis pahit kelam indah itulah rasa dan warna kehidupan. Semua itu terbentuk karena adanya pengalaman, sebuah pengalaman yang mengingatkanku akan saat saat yang berkesan dalam hidup saya, Pengalaman memburu yang tak seharusnya kami buru. Dimulai dengan ide salah satu sahabat saya yang bernama Khoirul anam untuk memburu Duren di pegunungan belakang pondok pesantren. Yah, kami memang tinggal dipondok pesantren, sudah 3 tahun ini kami selalu bersama meski saat saat dimana uang bulanan sudah habis semua. Kami berlima disatukan dalam sebuah wadah yaitu ISTABA VOICE Nasyid pertama yang ada di pesantren kami, semenjak itu kami menjadi sering berkumpul untuk latihan atau sekedar mengobrol sampai sampai kami pernah mengikuti sebuah Kontes Nasyid tingkat provinsi di pondok pesantren Khusnul Khotimah Kuningan. Okeh, Lanjut kecerita pengalaman saya.. Musim durian adalah Surga nya para santri, setiap sore Ba’da Ashar para santri rela mencari duren meski Tugas hafalan menumpuk dipikiran. Termasuk kami, Jum’at sore adalah Freeday nya santri kami yang sudah merencanakan untuk kegunung belakang pondokpun segera mempersiapkan segalanya termasuk sebuah tas besar yang rencananya sebagai wadah durian. Untuk mencapai gunung belakang pondok kami harus melewati sebuah pemakamam umum, sawah yang luas serta Sungai yang deras dan

Upload: dede-syarifudin

Post on 06-Nov-2015

9 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

xsghfg

TRANSCRIPT

Memburu yang tak seharusnya kami BuruKehidupan itu memang banyak rasa dan warna, Manis pahit kelam indah itulah rasa dan warna kehidupan. Semua itu terbentuk karena adanya pengalaman, sebuah pengalaman yang mengingatkanku akan saat saat yang berkesan dalam hidup saya, Pengalaman memburu yang tak seharusnya kami buru.Dimulai dengan ide salah satu sahabat saya yang bernama Khoirul anam untuk memburu Duren di pegunungan belakang pondok pesantren. Yah, kami memang tinggal dipondok pesantren, sudah 3 tahun ini kami selalu bersama meski saat saat dimana uang bulanan sudah habis semua. Kami berlima disatukan dalam sebuah wadah yaitu ISTABA VOICE Nasyid pertama yang ada di pesantren kami, semenjak itu kami menjadi sering berkumpul untuk latihan atau sekedar mengobrol sampai sampai kami pernah mengikuti sebuah Kontes Nasyid tingkat provinsi di pondok pesantren Khusnul Khotimah Kuningan. Okeh, Lanjut kecerita pengalaman saya..Musim durian adalah Surga nya para santri, setiap sore Bada Ashar para santri rela mencari duren meski Tugas hafalan menumpuk dipikiran. Termasuk kami, Jumat sore adalah Freeday nya santri kami yang sudah merencanakan untuk kegunung belakang pondokpun segera mempersiapkan segalanya termasuk sebuah tas besar yang rencananya sebagai wadah durian. Untuk mencapai gunung belakang pondok kami harus melewati sebuah pemakamam umum, sawah yang luas serta Sungai yang deras dan banyak batu batuannya. Berhubung kami sudah biasa seperti ini jadi kami santai saja. Tak perlu waktu lama. kami sudah sampai ditempat tujuan dan tepat didepan beberapa pohon durian, alangkah buruknya nasib kami ketika melihat pohon durian yang sudah tak berbuah lagi atau memang buahnya sudah habis diambil oleh santri lainnya.Tak ada tujuan lagi selain pohon Durian ini, perjalanan kami pulang melewati jalur lain yang tak biasanya kami lewati karena agar lebih cepat sampai pemakaman umum tanpa harus melewati sawah dan sungai. Tiba tiba salah satu teman kami melihat sebuah batang pohon kecil yang mungkin sudah mati, tapi dipenuhi serombongan Lebah madu bahkan dari jauhpun sudah terlihat besarnya hampir sebesar pintu. Secara otomatis langkah kaki kami pun menuju ke tempat tujuan tersebut. Saya kira tempatnya dekat dan mudah untuk dilalui, ternyata oh ternyata untuk mencapainya kami harus memanjat tebing kira kira setinggi 20 meter dan melewati kebun bunga kertas yang banyak durinya. Mata kami sudah dibutakan dengan Nikmatnya madu lebah tersebut sehingga kami tak memperdulikan semua itu.Sepuluh meter dari tempat lebah tersebut saya dan khoirul anam membuat perapian agar lebah tak menggigit kami, sedangkan yang lainya menuju lebah. Dengan peralatan seadanya dan posisi tubuh tertutup semua, sahabat kami Uca sudrajat berhasil secara perlahan menepis lebah yang sedang menempel pada sarang madu tersebut, sedangkan posisi fajar tepat berada disamping uca untuk memotong kecil kecil bagian sarang madu tersebut, Dalam pikiran saya Dengan madu sebesar itu semua santri pasti akan bisa merasakan nikmatnya madu murni. Dalam beberapa menit setelah saya berfikir seperti itu, sikap Jail dari salah satu sahabat saya yang bernama Edi itu muncul dan mengacaukan semuanya, Ia memukul madu tersebut Bak memukul pintu sehingga semua lebah bertaburan, sontak saya dan khoirul anam langsung kaget dan lari pada ketinggian 20 meter dengan kemiringan tebing 45 derajat kami tidak bisa lari begitu saja, ribuan Lebah langsung berhamburan dan mengejar kami yang lari ketakutan, yang awalnya kami meiliki rute untuk mencapai sarang lebah itu ternyata pas pulang kami hanya mencari jalan seadanya saja, saya edi dan anam sudah pesimis hidup pokoknya yang ada difikiran kami pun Mati,Mati dan Mati mati terkena ribuan sengatan lebah atau mati jatuh dari tebing. Pohon durian inilah sebagai garis Finish pelarian kami dari lebah lebah tersebut, lebah tadi tidak mengikuti kami tapi lebah tadi meninggalkan banyak sekali jarum jarum sengatan ditubuh kami, Kami bertiga langsung tertawa terbahak bahak dengan kejadian seperti itu kamipun saling membantu mencabuti jarum jarum tersebut sampai sampai kami baru ingat kalau uca dan fajar masih berada diatas sana dekat dengan sarang lebah. Mau tak mau kami mesti kembali lagi ke bawah tebing untuk mencarinya, Sesampainya ditebing kami teriak nama uca dan fajar dan mereka keluar dengan keadaan selamat serta membawa seember madu murni dan membawa ratu lebahnya. Perjalanan pulang pun kami lalui dengan cerita cerita kejadian tadi, serta Uca pun menasehati kami bahwa ia tersadar ketika lebah itu bertaburan, bahwasanya kita semua telah merusak ketentraman sebuah mahluk hidup, karena kami mengganggu mereka maka mereka pun membalasnya begitupun juga kita ketika keluarga kita sedang kumpul tapi ada orang luar yang tak kita kenal merusak ketentraman keluarga kita ini maka kita pun tidak ambil diam dan pasti kita memiliki respon tersendiri. Maka dari itu Uca sudrajat membawa sang ratu lebah untuk diletakan di sarang madu dekat pondok kami agar sang ratu bisa berkumpul kembali bersama kawan kawanya.