majalah komunita edisi 7

27
Sidang pembaca yang budiman, Dalam perspektif global mengutip kesimpulan Margaret Miller dalam buku History of Entrepreuneur bahwa : “In this era of globalization, the pace of growth of entrepreneurship has increased in leaps and bounds and it has sky as its limit”. Lebih lanjut dikatakan : “Entrepreneurship has shown drastic changes in almost all economies of the world providing the mankind with new domains of globalization. It has turned the world into a global village and has made the world a better place to live in”. (Dalam era globalisasi ini, laju pertumbuhan kewirausahaan telah meningkat pesat dan hanya langit sebagai batasnya. Kewirausahaan telah menunjukkan perubahan drastis di hampir semua negara di dunia menyediakan manusia dengan domain baru globalisasi. Ini telah mengubah dunia menjadi sebuah desa global dan telah membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik untuk hidup). Ini artinya, bahwa entrepreuneur/kewirausahaan sudah merupakan arah bagi perekonomian di skala nasional, regional maupun global. Ini sebuah peluang dan tantangan. Fakta, semisal Jepang, Amerika, bahkan ASEAN (Singapura, Thailand) telah mendorong kewirausahaan sebagai kunci pertumbuhan ekonomi mereka. …………. Padahal kalau kita perhatikan sumber daya aalam mereka relative terbatas. Tetapi karena mereka sadar kunci utama adalah SDM, maka mereka membuat kebijakan konsisten bagi pengambangan SDM, khususnya terkait dengan kewirausahaan. Bagaimana dengan Indonesia ? Negeri yang kaya sumber daya alam maupun manusia, apakah terlena ? Negeri kepulauan yang terbentang di sepanjang garis khatulistiwa, dengan luas daratan 1, 9 juta km2 dan 3,1 juta km2 luas perairan, memiliki lebih dari 300 ragam suku dan 742 bahasan dan dialek, memiliki 8 World Heritage Cultural Sites. Sebagai negara archipelago terluas, Indonesia memiliki populasi pendudk terbesar ke empat di dunia, sekitar 337 juta orang yang merupakan potensi sekaligus pasar, sekaligus dalam ……… ke depan memiliki keuntungan demografis – dimana penduduk usia muda memiliki jumlah yang relatif besar. Kekayaan sumber daya alam dengan mega biodiversity (peringkat 17 dari 139 nengara), forest diversity-sebagai hutan tropis terbesar setelah Brazil. Tetapi kita masih miskin entrepreneur – dari 237 juta penduduk hanya 0,05 % terjun sebagai wirausaha, padahal kita Negara kaya sumber daya. Bahkan pengangguran kini prosesntasenya lebih besar porsinya pada pengguran terdidik (lulusan perguruan tinggi). Sejauh ini para usahawan kita kebanyakan bukan hasil pendidikan formal. Karena itu bagaimana peran perguruan tinggi menciptakan tenaga terdidik yang berjiwa entrepreneur ? Dalam kaitan itu, tema “KOMUNITA” edisi #7 adalah “Kewirausahaan/Entrepreneurship”. Melalui tema ini kami menghadirkan beberapa artikel yang mengupas kewirausahaan dari berbagai perspektif………………………. “KOMUNITA” juga menyajikan rubrik baru “BUAH PIKIR”. Sebuah forum yang me nyajikan buah pikir rekan-rekan dosen dan civitas academica dalam bidang keilmuan masing-masing. Buah pikir mengandung arti inisiatif, inspirasi, gagasan, opini menghasilkan buah piker yang menuju pada rintisan. Rintisan tentang apa tentunya banyak hal. Diharapkan rintisan tentang bebagai hal yang positif dan bermanfaat. Karena itu Rubrik baru ini diharapkan membuahkan harapan-harapan tadi. Pembaca yang budiman, kami hadirkan pula artikel rehat berupa mosaik berita kewirausahaan, aktivitas Universitas dan Yayasan Widyatama, serta Widyatama Inspiring. Semoga pembaca yang terhormat dapat memetik nilai-nilai yang terkandung dalam sajian kami. Seluruh jajaran redaksi mengharapkan saran dan masukan agar kami dapat menyajikan buah pikir dan informasi yang bernas, sekaligus menumbuhkan etos kerja institusi Widyatama. Vivat Widyatama, Vivat Civitas Academica, Vivat Indonesia dan Nusantara tercinta. Redaksi - Lili Irahali Media Komunikasi Pendidikan Widyatama EDITORIAL Editorial Rubrik Utama Wawancara Gubernur Lemhanas: Menjaga Rumah Kebangsaan, Realita Kebangsaan Di Tengah Globalisasi Perjalanan Pemuda Soekarno dan Hatta, Perspektif Kebangsaan Pemuda dalam Pembangunan Karakter Bangsa Pemuda, Keutuhan NKRI dan Wawasan Kebangsaan Upaya Meningkatkan Wawasan Kebangsaan melalui Pendidikan Widyatama Inspiring Yayasan Widyatama, dalam Pengabdian Sambutan Ketua Badan Pengurus Yayasan Widyatama Transformasi Mosaik Info Berita Mahasiswa & Kampus Galeri Kegiatan Sisipan Seminar Nasional Ergonomi Resensi Buku Majalah Triwulan Edisi VI Th. II Januari 2013 KOMUNITA 7 - 2013 1 Pemuda dan Wawasan Kebangsaan Pembina: Yayasan Widyatama Universitas WIdyatama Dewan Ahli: Prof. Karhi Nisjar Sarjudin, SE., MM., Ak. Prof. Dr. Davidescu Cristiana Victoria Pemimpin Umum: Lili Irahali Konsultan Media: Otang Fharyana Soendoro Dalil Redaksi Pelaksana: Redaktur Artikel : Devy M. Puspitasari; Abdul Rozak Redaktur Akademik: Arry Hutomo; Redaktur Komunitas : Eddy Budianto; Redaktur Placement Office, Alumni & Dunia Kerja : Anna Yudiana; Redaktur Info Kampus & Mahasiswa: Noer Adi K; Adi Utama Redaktur Artistik & Foto : Rudy Farid Sagir (Fak. DKV); Redaktur Supplement Komunita : Tubagus Zufri (Fak. DKV); Sekretaris Redaksi & Sirkulasi : Ferani Yushan Diterbitkan : Yayasan Widyatama Alamat Redaksi : Jl. Cikutra 204 A Bandung 40125 Gedung A, Lt. 2, Ruang A 215 Tlp. 022 7275855, ext. 122, 228; Fax. 022 7278861 Website : www. widyatama.ac.id Email : [email protected]

Upload: majalah-komunita

Post on 26-Jul-2016

323 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

Majalah Edukasi edisi ke-7 dari Yayasan Widyatama yang memuat konten hangat tentang pendidikan perguruan tinggi dan informasi eksternal dan internal.

TRANSCRIPT

Sidang pembaca yang budiman,Dalam perspektif global mengutip kesimpulan Margaret Miller

dalam buku History of Entrepreuneur bahwa : “In this era of globalization, the pace of growth of entrepreneurship has increased in leaps and bounds and it has sky as its limit”. Lebih lanjut dikatakan : “Entrepreneurship has shown drastic changes in almost all economies of the world providing the mankind with new domains of globalization. It has turned the world into a global village and has made the world a better place to live in”. (Dalam era globalisasi ini, laju pertumbuhan kewirausahaan telah meningkat pesat dan hanya langit sebagai batasnya. Kewirausahaan telah menunjukkan perubahan drastis di hampir semua negara di dunia menyediakan manusia dengan domain baru globalisasi. Ini telah mengubah dunia menjadi sebuah desa global dan telah membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik untuk hidup).

Ini artinya, bahwa entrepreuneur/kewirausahaan sudah merupakan arah bagi perekonomian di skala nasional, regional maupun global. Ini sebuah peluang dan tantangan. Fakta, semisal Jepang, Amerika, bahkan ASEAN (Singapura, Thailand) telah mendorong kewirausahaan sebagai kunci pertumbuhan ekonomi mereka. …………. Padahal kalau kita perhatikan sumber daya aalam mereka relative terbatas. Tetapi karena mereka sadar kunci utama adalah SDM, maka mereka membuat kebijakan konsisten bagi pengambangan SDM, khususnya terkait dengan kewirausahaan.

Bagaimana dengan Indonesia ? Negeri yang kaya sumber daya alam maupun manusia, apakah terlena ? Negeri kepulauan yang terbentang di sepanjang garis khatulistiwa, dengan luas daratan 1, 9 juta km2 dan 3,1 juta km2 luas perairan, memiliki lebih dari 300 ragam suku dan 742 bahasan dan dialek, memiliki 8 World Heritage Cultural Sites. Sebagai negara archipelago terluas, Indonesia memiliki populasi pendudk terbesar ke empat di dunia, sekitar 337 juta orang yang merupakan potensi sekaligus pasar, sekaligus dalam ……… ke depan memiliki keuntungan demografis – dimana penduduk usia muda memiliki jumlah yang relatif besar. Kekayaan sumber daya alam dengan mega biodiversity (peringkat 17 dari 139 nengara), forest diversity-sebagai hutan tropis terbesar setelah Brazil.Tetapi kita masih miskin entrepreneur – dari 237 juta penduduk hanya 0,05 % terjun sebagai wirausaha, padahal kita Negara kaya sumber daya. Bahkan pengangguran kini prosesntasenya lebih besar porsinya pada pengguran terdidik (lulusan perguruan tinggi).

Sejauh ini para usahawan kita kebanyakan bukan hasil pendidikan formal. Karena itu bagaimana peran perguruan tinggi menciptakan tenaga terdidik yang berjiwa entrepreneur ?

Dalam kaitan itu, tema “KOMUNITA” edisi #7 adalah “Kewirausahaan/Entrepreneurship”. Melalui tema ini kami menghadirkan beberapa artikel yang mengupas kewirausahaan dari berbagai perspektif………………………. “KOMUNITA” juga menyajikan rubrik baru “BUAH PIKIR”. Sebuah forum yang me nyajikan buah pikir rekan-rekan dosen dan civitas academica dalam bidang keilmuan masing-masing. Buah pikir mengandung arti inisiatif, inspirasi, gagasan, opini menghasilkan buah piker yang menuju pada rintisan. Rintisan tentang apa tentunya banyak hal. Diharapkan rintisan tentang bebagai hal yang positif dan bermanfaat. Karena itu Rubrik baru ini diharapkan membuahkan harapan-harapan tadi.Pembaca yang budiman, kami hadirkan pula artikel rehat berupa mosaik berita kewirausahaan, aktivitas Universitas dan Yayasan Widyatama, serta Widyatama Inspiring. Semoga pembaca yang terhormat dapat memetik nilai-nilai yang terkandung dalam sajian kami. Seluruh jajaran redaksi mengharapkan saran dan masukan agar kami dapat menyajikan buah pikir dan informasi yang bernas, sekaligus menumbuhkan etos kerja institusi Widyatama.Vivat Widyatama, Vivat Civitas Academica, Vivat Indonesia dan Nusantara tercinta.

Redaksi - Lili Irahali

Media Komunikasi Pendidikan Widyatama

EDITORIAL

Editorial

Rubrik UtamaWawancara Gubernur Lemhanas: Menjaga Rumah Kebangsaan, Realita Kebangsaan Di Tengah GlobalisasiPerjalanan Pemuda Soekarno dan Hatta, Perspektif KebangsaanPemuda dalam Pembangunan Karakter BangsaPemuda, Keutuhan NKRI dan Wawasan KebangsaanUpaya Meningkatkan Wawasan Kebangsaan melalui Pendidikan

Widyatama InspiringYayasan Widyatama, dalam PengabdianSambutan Ketua Badan Pengurus Yayasan Widyatama Transformasi

Mosaik Info Berita Mahasiswa & KampusGaleri Kegiatan

Sisipan Seminar Nasional Ergonomi

Resensi Buku

Majalah TriwulanEdisi VI Th. II Januari 2013

KOMUNITA 7 - 2013 1

Pemuda dan Wawasan Kebangsaan

Pembina:Yayasan WidyatamaUniversitas WIdyatama

Dewan Ahli:Prof. Karhi Nisjar Sarjudin, SE., MM., Ak.Prof. Dr. Davidescu Cristiana Victoria

Pemimpin Umum:Lili Irahali

Konsultan Media:Otang FharyanaSoendoro Dalil

Redaksi Pelaksana:Redaktur Artikel : Devy M. Puspitasari; Abdul RozakRedaktur Akademik: Arry Hutomo; Redaktur Komunitas : Eddy Budianto; Redaktur Placement Office, Alumni & Dunia Kerja : Anna Yudiana; Redaktur Info Kampus & Mahasiswa: Noer Adi K; Adi UtamaRedaktur Artistik & Foto : Rudy Farid Sagir (Fak. DKV); Redaktur Supplement Komunita : Tubagus Zufri (Fak. DKV);Sekretaris Redaksi & Sirkulasi : Ferani Yushan

Diterbitkan : Yayasan Widyatama

Alamat Redaksi :Jl. Cikutra 204 A Bandung 40125Gedung A, Lt. 2, Ruang A 215Tlp. 022 7275855, ext. 122, 228; Fax. 022 7278861Website : www. widyatama.ac.idEmail : [email protected]

KOMUNITA 7 - 20132 KOMUNITA 7 - 2013 3

Rubrik Utama

TOGETHER WE CANHarapan Ketua IKA UTama buat “KOMUNITA”

Salam sejahtera,

“Kreativitas dan inovasi perlu untuk seluruh pertumbuhan dalam persaingan pasar

global.” Inovasi berawal dari sebuah kreativitas, kreativitas dibangun dari sebuah

pemikiran-pemikiran bebas. Sedangkan pemikiran-pemikiran bisa dituangkan dalam

bentuk kata-kata sehingga kata-kata bukan lagi sekedar kumpulan huruf, tetapi kata-

kata menjelma menjadi kekuatan yang bisa memerdekakan bangsa, juga kekuatan yang

menjadikan manusia bodoh menjadi manusia yang memberi manfaat bagi orang lain.

Dan saya kira KOMUNITA akan dapat menjembatani terciptanya kekuatan tersebut.

Tidak perlu kekuatan besar karena besar kadang bukan berarti apa-apa, kadang

sekedar-pun jadilah.

Demikian-pun dengan IKA UTama, sekedar bisa dijadikan sarana temu kangen-pun tidak menjadi soal dan saya sadar, untuk

menjadikan IKA UTama sebagai sarana yang sekedarnya-pun membutuhkan perjuangan yang luar biasa dan dengan terbitnya

KOMUNITA semoga akan meringankan beban saya.

Kami, pengurus sangat memimpikan segera mewujudkan MISI IKA UTama sebagai:

- Wadah tempat berkumpul dan bersinerginya para alumni.

- Motivator bagi alumni agar mampu berkreasi dan berkarya untuk kepentingan dan kemajuan alumni dan almamaternya.

- Komunikator bagi alumni yang mempunyai kreasi, gagasan dan rencana karya, dan menjadi :

- Fasilitator agar kreasi, gagasan dan karya alumni dapat diwujudkan secara nyata serta berhasil guna untuk memberikan manfaat

bagi masyarakat luas dan kemajuan bagi alumni dan almamaternya.Dan BERSAMA KOMUNITA misi ini akan lebih mudah terwujud

dan akan menjadi titik balik eksistensi IKA UTama.

Together we can.

KETUA IKA UTama PERIODE 2012 – 2016

ANDRE ANDERSON,SE,MM,RFP-I,QWP,AEPP.

Angkatan 1983

Upaya menciptakan 4,7 Juta Wirausaha

INDONESIA NEGARA ENTREPRENEUR 2025 ?

Hatta Rajasa(Menko Perekonomian), Muhaimin Iskandar (Menaker), Edy Putra Irawady (Deputi Menko Perekonomian, Bidang Industri dan Perdagangan)

“…Without entrepreneur, economies become poor and weak. The old will not exist; the new can not enter”(Lester Thurow)

"Entrepreneurship makes an important contribution to economic growth, and creating an entrepreneurial economy has become a primary goal of public policy.

(Frank R. Lichtenberg, Columbia University) We find that entrepreneurial activity by nascent entrepreneurs and owner/managers of young businesses affects economic growth, but that this effect

depends upon the level of per capita income. This suggests that entrepreneurship plays a different role in countries in different stages of economic development.

(André van Stel - Max Planck Institute for Research into Economic Systems, Jena, Germany and EIM Business and Policy Research, Zoetermeer, The Netherlands; Martin Carree - University of Maastricht; Roy Thurik - Erasmus University Rotterdam, EIM, and Max Planck Institute Jena – “The Effect of Entrepreneurial Activity on National Economic Growth”)

ipotesis maupun kesimpulan penelitian pada pernyataan di Hatas bisa saja kita perdebatkan

demi pengetahuan. Namun realitasnya, b a n y a k n e g a r a m e n g a n d a l k a n kewirausahaan untuk dapat memacu perekonomiannya berkembang maju.

Pertemuan APEC tahun 2004 di Santiago – Chile, para anggota APEC sepakat akan pentingnya pengembangan kewirausahaan yang tertuang dalam “Santiago Agenda on Entrepreneurship”. Ada empat butir yang dijadikan agenda dalam pengembangan kewirausahaan, y a i t u : ( a ) k e b i j a k a n p r o m o s i kewirausahaan di APEC, (b) tujuan dari aktivitas promosi kewirausahaan APEC, (c) kriteria untuk intervensi, dan (d) strategi dan l ingkup inter vensi . Pengembangan kewirausahaan di kawasan APEC dipandang sangat penting karena basis bisnis dan kemampuan wirausaha suatu ekonomi merupakan faktor-faktor produksi yang pertama. Jumlah dan kualitas orang d e n g a n k e m a m p u a n w i r a u s a h a merupakan kunci untuk memaksimalkan efisiensi penggunaan faktor-faktor pengembangan daya saing ekonomi (I Wayan Dipta, 2004). Demikian pula Indonesia semakin berpacu dengan

bangsa lain yang sudah lebih dulu maju. Apalagi korporasi baru dunia yang terus bermunculan dan dikendalikan generasi muda dengan visi bisnis yang kuat, jiwa kewirausahaan yang tangguh. Pemimpin bisnis berusia muda terus bermunculan membawa perekonomian mengalami percepatan lebih pesat. Melalui kekuatan modal, teknologi, dan sumber daya manusia yang dimilikinya korporasi multinasional terus menggunakan segala kekuatan untuk melakukan ekspansi dan pengisapan kekayaan di negara-negara tertinggal atau berkembang tempat mereka beroperasi.

Menko Perekonomian menyatakan: kekuatan bangsa Indonesia mestinya terletak pada sumber daya manusia yang tercerahkan. Sekitar 238 juta penduduk Indonesia sesungguhnya aset utama untuk maju. Jangan berpikir potensi ini menjadi beban. Indonesia harus menumbuhkan jiwa kewirausahaan generasi muda, karena negara tidak akan maju tanpa kehadiran dan kontribusi kalangan wirausaha/enterpreneur. Wirausaha merupakan kunci bagi I n d o n e s i a d a l a m m e m a j u k a n perekonomian dan kesejahteraan. Wirausaha adalah salah satu motor

Rubrik Utama

mendidik 3000 tenaga logistik baru bersertifikat internasional. Tenaga ahli Indonesia banyak, tapi tidak memiliki sertifikat, akhirnya kami impor (tenaga ahli) dari India, Malaysia, Filipina, ujar Edy. Deputi Bidang Pengendalian dan Pelaksanaan Penanaman Modal Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Azhar Lubis, menjelaskan : BKPM biasanya memfasilitasi perusahaan asing yang hendak mencari mitra lokal. Tiap tahun, BKPM membawa sekitar 330 pengusaha UKM ke luar negeri untuk bertemu pengusaha besar. Fasilitas yang diberikan BKPM ini diharapkan mampu m e l a h i r k a n w i r a u s a h a b e s a r . Sementara itu, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Menakertrans), Muhaimin Iskandar menyatakan Kementerian Tenaga Ker ja dan Transmigras i ( K e m e n a k e r t r a n s ) m e n a r g e t k a n penciptaan 10 ribu wirausaha sukses yang bergerak di berbagai jenis usaha setiap tahun. Penciptaan wirausaha sukses ini bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, memperluas lapangan dan kesempatan kerja baru serta menopang perekonomian negara. Keberadaan organisasi kemasyarakatan d i b u t u h k a n d a l a m m e m b a n t u perkembangan kewirausahaan. Apalagi mereka langsung bersentuhan dengan masyarakat sehingga program-program pemerintah bisa dapat dengan cepat dilaksanakan di masyarakat, kata

penggerak perekonomian. Karena w i r a u s a h a m e m i l i k i s i f a t i n g i n meningkatkan nilai tambah bagi setiap apapun yang dia sentuh, dia lihat; serta sekaligus wirausaha tidak ingin menjadi beban. Wirausaha menjadi penting karena tidak ada satu bangsa di dunia yang mampu menjadi negara besar tanpa ditopang oleh pemuda dan masyarakat y a n g b e r w i r a u s a h a . I n d o n e s i a membuktikan pada krisis 2008 lalu, berhasil selamat dari krisis akibat b a n y a k n y a u s a h a k e c i l d a n menengah/UMKM (wirausaha) yang m a s i h b e r t a h a n j e l a s M e n k o P e r e k o n o m i a n , H a t t a R a j a s a . Deputi Bidang Industri dan Perdagangan - Kemenko Perekonomian, Edy Putra Irawady berharap Indonesia bisa menjadi negara entrepreneur di 2025. Ditargetkan jumlah wirausaha Indonesia bisa mencapai dua persen dari populasi penduduk. Sejauh ini jumlah wirausaha Indonesia baru mencapai 700.000, jauh dari syarat minimal jumlah wirausaha yang seharusnya mencapai 2 persen dari populasi penduduk. Sebagai pembanding jumlah wirausaha Amerika Serikat 11 persen, Singapura 7 persen, dan Malaysia 5 p e r s e n d a r i t o t a l p e n d u d u k . Karena itu, jumlah ideal wirausaha di Indonesia seharusnya mencapai 4,6 juta. Target ini harus dicapai untuk memenuhi target pendapatan pemerintah Indonesia dengan pendapatan per kapita sebesar 13.000 -16.000 dollar AS. Jumlah PDB mencapai 3,8 - 4,5 triliun dollar AS di tahun 2025. Kehadiran wirausaha akan m e n g h a s i l k a n s t i m u l u s b a g i perekonomian. Program pemerintah seperti MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011 – 2015) pun tidak akan berjalan tanpa dukungan para wirausaha yang memiliki inovasi dalam jumlah yang besar. Menurut Edy, upaya penciptaan wirausaha diperlukan bukan sekedar bagi pertumbuhan ekonomi, lebih dari itu u n t u k m e n y e l e s a i k a n m a s a l a h kemiskinan sekaligus pengangguran. Melalui wirausaha, sekaligus bekerja dan mengatasi kemiskinan, tegasnya. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, wirausaha di Indonesia saat ini masih didominasi oleh pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) seperti petani, nelayan, pedagangan asongan, dan industri rumahan. Pelaku usaha ini sebagian besar tidak terdaftar dan tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak. Karena itu, penciptaan wirausaha harus d i p r i o r i t a s k a n p a d a w i r a u s a h a profesional yang patuh terhadap kewajiban membayar pajak. Salah satu langkah yang ditempuh, pemerintah akan

Data BPS tahun 2010 menunjukkan sebaran kemiskinan dan pengangguran terbuka masih tersebar di seluruh provinsi sebagaimana tampak dalam gambar di bawah. Memang dalam perkembangannya penduduk miskin dan tingkat kemiskinan dari tahun ke tahun dalam 7 tahun terakhir menunjukkan angka penurunan.

Muhaimin. Dia menilai wirausaha merupakan salah satu solusi untuk menekan tingkat pengangguran yang terjadi saat ini. Selain menciptakan pekerjaan bagi diri sendiri, wirausaha juga dapat membuka kesempatan kerja bagi orang lain. Penduduk Indonesia yang berprofesi sebagai wirausaha masih t e r b i l a n g m i n i m d a n t e r b a t a s . Pe m e r i n t a h , t a m b a h M u h a i m i n menetapkan kebijakan-kebijakan pokok u n t u k m e m b a n g k i t k a n d a n mengembangkan potensi terpendam calon wirausaha, membentuk wirausaha baru dan mengembangkan wirausaha yang ada serta pendampingan wirausaha. Sasaran kelompok masyarakat yang menjadi calon grup kewirausahaan adalah penganggur/masyarakat miskin di pedesaan, penganggur terdidik di p e r k o t a a n , c a l o n T K I , d a n transmigran/calon transmigran.

Realitas Sosial EkonomiKebijakan Pemerintah mendorong pengembangan kewirausahaan, salah satunya Indonesia dihadapkan pada realitas sosial ekonomi yang relatif berat. Selain itu, jumlah dan kualitas sumber daya manusia dengan kemampuan wirausaha merupakan kunci untuk memaksimalkan efisiensi penggunaan faktor-faktor pengembangan daya saing ekonomi. Sumber daya alam yang kaya membutuhkan sumber daya manusia yang tercerahkan.

Demikian pula pengangguran dan tingkat pengangguran dalam 6 tahun terakhir juga menunjukkan angka penurunan, sementara tingkat inlasi tahun 2012 di bawah dua digit - yang berkisar pada 4,61 persen.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia semakin membaik dilihat dari kinerja ekspor, serta Produk Domestik Bruto. PDB Menurut Penggunaan, PDB Menurut Lapangan Usaha, Perkembangan Net Ekspor

Sumber : Menko Perekonomian

Demikian pula pertumbuhan PDB, Indonesia menunjukkan perbaikan dari tahun ke tahun setelah sempat minus 13,1 persen di tahun 1998, naik menjadi 5 persen di 2004 lalu naik menjadi 6,23 persen di 2012. Pendapatan per kapita juga kian meningkat dari 481,9 Dollar AS per kapita di 1998 menjadi 1187,7 dollar AS, di 2004 dan mencapai 3.850 Dollar AS di 2012.

Ini artinya, Indonesia memiliki harapan pertumbuhan yang baik di tengah p e re k o m o m i a n d u n i a y a n g d i l a n d a ketidakpastian. Walaupun baru-baru ini Standar & Poor's merevisi proyeksi ekonomi Indonesia dari positif menjadi stabil, karena Indonesia dianggap masih menyia-nyiakan momentum reformasi ekonomi. Khususnya kebijakan subsidi bahan bakar minyak (mencapai Rp 300 trilyun) yang membuat pemerintah tidak mungkin melakukan berbagai kebijakan pembangunan infrastruktur.

Melalui panduan arah pembangunan nasional berdasarkan RJPP 2005 – 2025 yang dijabarkan dalam RPJM 1 s/d RPJM 4. Untuk Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN 2) 2010-2014 capaian pertumbuhan diharapkan bisa meningkat sesuai yang ditargetkan bertumbuh sebesar 7-7,7 persen dengan pendapatan per kapita 4800-5000 dollar AS, kemiskinan berkurang menjadi 8-10 persen, pengangguran sebesar 5-6 persen, inflasi berada di angka 4-6 persen, dan pertumbuhan wirausaha akan memberikan stimulus ke depan.

Koordinasi Kebijakan Pengembangan Kewirausahaan

Deputy Menko Perekonomian Bidang Industri dan Pedagangan dalam Workshop Kewirausahaan menjelasan tentang Koordinasi K e b i j a k a n d a l a m P e n g e m b a n g a n Kewirausahaan dilandasi pada Instruksi Presiden 3/2006, 6/2007 dan 5/2008. Bahwa koordinasi kebi jakan pengembangan kewirausahaan dilandasi : a) kebijakan perekonomian dan kewirausahaan yang mengacu pada RPJP 2005 – 2025 yang dijabarkan dalam RPJM 1 (2005 – 2009) s/d RPJM 4 (2020 – 2024); b) Prioritas Bidang Ekonomi pada Pembangunan Nasional 2010 – 2014; c) Upaya Penanggulangan Kemiskinan; d) P r o g r a m - P r o g r a m Pe n a n g g u l a n g a n Ke m i s k i n a n ; e ) Ko o rd i n a s i Pro g r a m Kewirausahaan; serta f) Pengembangan Kewirausahaan itu sendiri.

Sumber : Menko Perekonomian

Sumber : Menko Perekonomian

KOMUNITA 7 - 20134 KOMUNITA 7 - 2013 5

Rubrik Utama

RPJM 2 (2010 – 2014) menetapkan titik berat pembangunan pada : meningkatkan kualitas sumber daya manusia, membangun kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta memperkuat daya saing perekonomian yang merupakan landasan bagi upaya pengembangan kewirausahaan. Sedangkan pada RPJM 3 (2015 – 2019) adalah menekankan pembangunan keunggulan kompetitif perekonomian berbasis sumber daya alam (SDA) yang tersedia, sumber daya manusia yang berkualitas, serta kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dan RPJM 4 (2020 – 2024) menekankan pada upaya pembangunan struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif di atas.

Pembangunan Nasional (RPJM 2) 2010 – 2014 pada bidang ekonomi memiliki 11 prioritas yang meliputi : peningkatan investasi, peningkatan ekspor, peningkatan daya saing pariwisata, peningkatan daya beli masyarakat, keuangan negara, stabilitas moneter, stabilitas sektor keuangan, revitalisasi industri, daya saing ketenagakerjaan, pemberdayaan koperasi dan UMKM, serta jaminan sosial.

Sumber : Menko Perekonomian

Sementara, upaya penanggulangan kemiskinan dikembangkan dalam tiga kluster program, yang meliputi : a) Kluster Program Bantuan Sosial (dikoordinasi Kementerian Kesra, Depsos, Diknas, Depkes, Bappenas) dengan sasaran rumah tangga sangat miskin; b) Kluster Program Pemberdayaan masyarakat (dikoordinasi Menko Kesra, Bappenas) dengan sasaran masyarakat miskin; c) Kluster Program UMKM untuk Kemandirian Masyarakat (dikoordinir Menko Perekonomian, Koperasi & UKM dengan sasaran kelompok masyarakat yang layak, sudah diberdayakan oleh PNPM dan hampir miskin sekaligus nasabah UMKM.

Sumber : Menko Perekonomian

Program-program penanggulangan kemiskinan tersebar dikoordinasikan dengan dan pada kementerian terkait sesuai dengan l ingkup ker ja kementr ian masing-masing.

Ditegaskannya bahwa mendukung kewirausahaan tentunya dilakukan upaya terintegrasi yang mencakup : a) menjadikan kurikulum pendidikan yang diwajibkan sejak dini, b) membuka kesempatan internship, c) memberi penghargaan. d) mengurangi beban gangguan, e) menutup peluang menjadi pegawai, f) memberikan kondisi yang kondusif dan atraktif, g) mempromosikan kewirausahaan (sinerji penempaan, pembinaan, dan pengembangan).

Koordinasi Program Kewirausahaan dilandasi Instruksi Presiden nomor 3/2006, nomor 6/2007, serta nomor 5/2008; Upaya pemberian Penghargaan, Standarisasi, Label dan Branding; Inkubator Bisnis; Pengembangan produk unggulan daerah; One Village One Product (OVOP); Industri Kreatif dan Pengembangan Model Model Kewirausahaan. Model Model Kewirausahaan mencakup : model Diklat Terapan, model Merit System, model Kemitraan, model Pengembangan Potensi yang masing-masing didukung : penguatan peran PI-UMKM, program pembiayaan, promosi quick wins, serta program kerjasama internasional.

Sumber : Menko Perekonomian

Sumber : Menko Perekonomian

Melalui kebijakan di atas, Pemerintah Indonesia menargetkan bakal menyandang predikat Republik Entrepreneur dengan pendapatan per kapita US$ 13 ribu-16 ribu dengan produk domestik bruto (PDB) US$ 3,8 triliun-4,5 triliun dan merupakan kekuatan ekonomi terbesar ke-12 dunia pada 2025. Pencapaian itu diharapkan dapat mendongkrak posisi Indonesia menjadi negara terkaya ke-7 di dunia di tahun 2030, ungkap Deputi Bidang Industri dan Perdagangan Kementerian Perekonomian, Eddy Putra Irawady di Jakarta, Senin (18/2/2013).

Dia merinci, pertumbuhan PDB Indonesia berhasil melonjak tajam menjadi 6,23 persen di tahun 2012 dibanding 1998 yang mencatatkan pertumbuhan minus 13,1%. PDB per kapita juga meningkat dari US$ 481,9 menjadi sekitar US$ 3.850. "Kemiskinan di tahun lalu sudah mencapai 11,96 persen turun dari tahun 2004 sebesar 16,66 persen. Begitu pula dengan angka pengangguran menjadi 6,1 persen dari 9,9 persen di 2004.

Sementara dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014, pemerintah telah memproyeksikan pertumbuhan PDB pada 2014 menembus angka 7-7,7 persen dengan PDB per kapita sekitar US$ 4.800-5.000. Angka kemiskinan pun diharapkan merangkak turun ke posisi 8-10 persen dan 5-6 persen untuk angka pengangguran.

Guna mencapai ambisi besar tersebut, proyek Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) dinilai sebagai acuan terobosan untuk mempercepat, serta memperluas pembangunan ekonomi 2011-2025. Pemerintah terus memperkenalkan 22 produk dari 6 koridor ekonomi, konektivitas nasional, pengembangan sumber daya manusia, inovasi serta teknologi, ujarnya.

Masterplan ini memiliki dua kata kunci, yaitu percepatan dan perluasan. Melalui Masterplan ini, diharapkan Indonesia mampu mempercepat pengembangan berbagai program pembangunan yang ada, terutama dalam mendorong peningkatan nilai tambah sektor-sektor unggulan ekonomi, pembangunan infrastruktur dan energi, serta pembangunan sumber daya manusia dan ilmu pengetahuan & teknologi. Percepatan pembangunan ini diharapkan akan mendongkrak pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depannya.

Selain percepatan, Pemerintah juga mendorong perluasan pembangunan ekonomi Indonesia agar efek positif dari pembangunan ekonomi Indonesia dapat dirasakan tidak saja di semua daerah di Indonesia tetapi juga oleh seluruh komponen masyarakat di seluruh wilayah Nusantara.

MP3EI sama sekali tidak untuk menggantikan RPJM Nasional ataupun proses perencanaan pembangunan nasional dan daerah yang selama ini berjalan. Justru sebaliknya, dokumen MP3EI ini berfungsi sebagai dokumen kerja yang komplementer terhadap dokumen-dokumen perencanaan pembangunan yang sudah ada.

Untuk mendapatkan manfaat yang konkret serta dampak yang terukur, langkah-langkah percepatan dan perluasan ini dirumuskan secara terfokus, berdasarkan kesepakatan dengan semua pemangku kepentingan terkait. Telah ditetapkan 8 program utama dan 22 kegiatan ekonomi utama. Selain itu, juga telah ditetapkan 6 (enam) koridor ekonomi sebagai pusat-pusat pertumbuhan yang diharapkan dapat mendorong perkembangan ekonomi di seluruh wilayah Nusantara. Dengan demikian, para pelaku ekonomi dapat memilih bidang usahanya secara jelas sesuai dengan minat maupun keunggulan potensi wilayahnya.

Perbaikan iklim investasi menjadi salah satu agenda utama dalam MP3EI. Untuk itu, dalam jangka pendek akan dilakukan sejumlah perbaikan iklim investasi melalui debottlenecking, regulasi, pemberian insentif maupun percepatan pembangunan infrastruktur yang dibutuhkan oleh para pelaku ekonomi. (lili irahali, dari berbagai sumber)

alam konteks kesejarahan, bangsa kita dikenal memiliki kerajaan-kerajaan besar yang konon Dmemberi kemakmuran bagi rakyatnya, semisal :

Sriwijaya, Sunda/Pajajaran, Majapahit, Samudra Pasai, Ternate, Banten, Mataram yang dikenal luas bangsa-bangsa lain melalui perdagangan. Objek perdagangan terutama hasil hutan atau kebun, seperti berbagai rempah-rempah : lada, gaharu, cendana, pala, kemenyan, serta gambir, juga emas dan perak.

Potensi kekayaan alam nusantara tersebut mengundang kedatangan bangsa-bangsa lain. Kedatangan bangsa-bangsa lain yang ekploratif tersebut akhirnya menguasai nusantara. 385 tahun kita tenggelam dalam periode penjajahan yang akhirnya membangkitkan semangat kebangsaan dan persatuan. Kini, hampir 68 tahun Indonesia sebagai bangsa yang telah memerdekakan diri dari penjajahan fisik Belanda maupun Jepang. Dalam usia tersebut Indonesia telah melewati dua generasi, dan memasuki generasi ketiga dalam mengisi kemerdekaan. Tetapi cita-cita menghantarkan bangsa ini bagi kesejahteraan seluruh warga bangsanya masih jauh. Data statistik terakhir memang mengatakan bahwa pertumbuhan perekonomian kita meningkat, sebaran kemiskinan semakin menurun. Tetapi capaian tersebut dibandingkan dengan populasi penduduk yang 337 juta justru belum menunjukan prestasi signifikan yang dirasakan kebanyakan warga bangsa. Pembangunan dan dampaknya masih dirasakan minim bagi sebagian besar warga bangsa.

Padahal tidak ada negera sekaya dan selengkap sumber daya alam Indonesia. Kekayaan sumber daya alam berupa bahan tambang, mega biodiversity (peringkat 17 dari 139 negara), forest diversity - sebagai hutan tropis terbesar setelah Brazil. Negeri kepulauan yang terbentang di sepanjang garis khatulistiwa, dengan luas daratan 1,9 juta km2 dan 3,1 juta km2 luas perairan beserta kekayaan lautnya. Secara budaya memiliki lebih dari 300 ragam suku dan 742 bahasa dan dialek, memiliki 8 World Heritage Cultural Sites. Sebagai negara kepulauan terbesar dan terluas, Indonesia memiliki populasi penduduk terbesar ke empat di dunia, sekitar 337 juta orang yang merupakan potensi sekaligus pasar. Bahkan Indonesia saat ini memiliki anugerah demografis – dimana penduduk usia muda berjumlah relatif besar - yang berpotensi sebagai generasi-generasi pembelajar, generasi pembangun yang kreatif, inovatif dan berdaya tahan. Sejauhmana potensi penduduk dan kekayaan tersebut dikelola dengan baik oleh warga bangsa, negara dan pemerintah bagi kepentingan bersama.

Ironi yang berlangsung sejak zaman penjajahan, bahwa nusantara sudah menjadi sumber utama dunia dalam hasil bumi dan laut. Komoditas pertanian, perkebunan, laut, dan pantai Indonesia sudah jadi pembicaraan para pebisnis dunia. Kedatangan para partikelir dari Eropa untuk berdagang, dan berujung penjajahan adalah bukti otentik catatan sejarah masa silam negeri ini.

MENGAPA DAN APA KEWIRAUSAHAAN ?

Republik Entrepreneur 2025 ?

KOMUNITA 7 - 20136 KOMUNITA 7 - 2013 7

Saat ini, Indonesia dikenal penghasil kopi terbaik di dunia. Kopi yang dihasilkan Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara, diakui kualitasnya. Tetapi Amerika Serikat melalui Starbucks merupakan perusahaan di bidang kopi terbesar di dunia yang memiliki cabang di berbagai negara termasuk Indonesia. Indonesia juga sebagai penghasil kakao terbesar ketiga di dunia, tapi bukan penghasil cokelat terkemuka. Swiss yang tidak punya lahan untuk menanam kakao menjadi produsen cokelat terkemuka.

I r o n i l a i n , i n d u s t r i kedirgantaraan dan kelautan sulit berkembang di negeri kepulauan ini, padahal industri tersebut dibutuhkan sebagai sarana transportasi dan logistik bagi per tumbuhan perekonomian. Industri kedirgantaraan yang dibangun serta dipelopori anak-anak bangsa bahkan sempat membawa nama bangsa di seluruh dunia di era tahun sembilan puluhan, terkerdilkan sejalan dengan krisis ekonomi tahun 1997. Sehingga industri ini merangkak di negerinya sendiri. Tetapi kini produk pesawat terbang luar digunakan bagi transportasi domestik, sementara anak-anak bangsa tidak mendapat bagian pekerjaan desain maupun produksi dari impor pesawat-pesawat tersebut. Padahal sebagai n e g a r a k e p u l a u a n p e r c e p a t a n perekonomian perlu didukung sistim transportasi dan logistik nasional melalui moda transportasi yang tepat. Buah-buahan lokal dan produk pertanian tidak berkembang salah satunya akibat sistem transportasi dan logistik yang relatif kurang mendukung.

Jepang tidak memiliki sumber daya alam berlebihan, tapi industri negara ini mampu memasok kebutuhan hidup bangsa-bangsa lain dalam barang elektronik, mobil dan teknologi tinggi lainnya. Demikian pula akhir-akhir ini China, Korea Selatan, dan India semakin mengibarkan produk-produk negerinya di pasar global, yang sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi mereka.

Bisnis korporasi multinasional t e r u s m e n g g u r i t a d i t a n a h a i r mengeploras i potens i domest ik , sementara pengusaha dan korporasi nasional belum juga memiliki satu pun produk bermerek global, kecuali terkenal sebatas pemasok komoditas primer bernilai tambah rendah. Sementara itu, negara lain memiliki wirausaha yang relatif banyak ketimbang Indonesia. Amerika Serikat, memiliki wirausaha 11,5 persen dari total penduduknya. Singapura sekitar 7,2 persen warganya adalah pengusaha. Indonesia dengan segala sumber daya alam yang dimilikinya

Rubrik Utama

ternyata hanya memiliki wirausaha tak lebih 0,18 persen dari total penduduknya. Padahal secara historis dan konsensus, sebuah negara minimal harus memiliki wirausaha 2 persen dari total penduduk agar perekonomian negara berkembang maju.

Kemajuan ekonomi akan dapat dicapai jika ada spirit kewirausahaan yang kuat dari warga bangsa yang didukung penuh oleh pemerintah. Karena itu wirausaha merupakan pilihan k e h a r u s a n k e d e p a n . D e n g a n berwirausaha tidak saja memungkinkan melakukan sesuatu sesuai keinginan m e l a l u i u p a y a m e m b u k a d i r i , meningkatkan semangat juang dan motivasi, mengoptimalkan seluruh potensi, minat dan kemampuan yang ada pada diri sendiri; juga membuka peluang bagi kesejahteraan banyak orang.

Apa Kewirausahaan/Entrepreneurship ? Era global sekarang ini merupakan era kewirausahaan. Para wirausahawan m e n g e n d a l i k a n r e v o l u s i y a n g mentransformasi dan memperbaharui perekonomian dunia. Ekonomi baru telah ditandai budaya kewirausahaan yang diaplikasi ke dalam aktivitas primer maupun pendukung. Siapa yang tidak kenal wirausahawan global yang mengubah dunia seperti : Steve Jobs yang mengembangkan Apple, Howard Schultz dengan Starbuks, Jeff Bezos dengan Amazon, Herb Kelleher dengan Southwest Airlines, Reid Hoffman dengan Linkedin, Bill Gates dengan Microsoft, Sir Richard Branson dengan Virgin Group, Oprah Winfrey dengan Harpo Inc., Ted Turner dengan Turner Broadcasting, Fred Smith d e n g a n Fe d e r a l E x p re s s C o r p . , Muhammad Yunus dengan Grameen Bank, Ratan Tata dengan Tata Group, Larry Page and Sergey Brin dengan Google, Phil Knight dengan Nike, Mark Zuckerberg dengan Facebook dan banyak lagi.

Indonesia semakin berpacu dengan bangsa lain yang sudah lebih dulu maju. Korporasi baru dunia yang terus bermunculan dikendalikan generasi muda dengan visi bisnis yang kuat, jiwa k e w i r a u s a h a a n y a n g t a n g g u h sebagaimana digambarkan di atas. Pemimpin bisnis berusia muda terus bermunculan membawa perekonomian melaju lebih pesat. Dengan kekuatan modal, teknologi, dan sumber daya manusia yang dimilikinya korporasi multinasional akan terus menggunakan segala kekuatan untuk melakukan ekspansi dan pengisapan kekayaan di n e g a r a - n e g a r a t e r t i n g g a l a t a u berkembang tempat mereka beroperasi.

S e b a l i k n y a k e b a n g k i t a n wirausaha muda Indonesia terasa lambat. Sementara itu, Indonesia dihadapkan pada masih kaburnya visi serta rendahnya komitmen birokrat dan pengambil kebijakan publik tentang pentingnya membangun semangat kewirausahaan masyarakat, khususnya di kalangan generasi muda. Padahal. kewirausahaan hanya bisa bangkit manakala diberi lahan subur untuk bersemai , dipupuk, dilindungi, dan dibela kepentingannya.

M e n g i m b a n g i s e m a k i n mengguritanya korporasi multinasional itu, tidak lain kecuali membangun semangat kewirausahaan di kalangan warga bangsa Indonesia seagresif mungkin sehingga lahir semakin banyak pelaku usaha, dan bertumbuhnya korporasi-korporasi nasional baru yang sehat dan tangguh. Oleh karena itu, untuk mempercepat pertumbuhan wirausaha di dalam negeri, harus ada upaya serius untuk menciptakan orang-orang yang mampu mengambil peluang yang ada dan menciptakan lapangan kerja untuk dirinya maupun untuk orang lain. Lembaga pendidikan semestinya berperan lebih banyak lagi untuk menumbuhkan s e m a n g a t k e w i r a u s a h a a n d a n membentuk orang-orang yang tahan banting dengan segala kesukaran yang dihadapi untuk membangun kemandirian.

Tanpa semua itu, Indonesia hanya akan menjadi pasar yang besar bagi produk bangsa dan korporasi asing. Kekayaan berupa potensi sumber daya alam akan lebih banyak dinikmati bangsa lain, sementara bangsa Indonesia cukup puas mengonsumsi karya bangsa lain. Dan semua itu bisa menjadi tinggal kenangan di tengah arus kapitalisme global yang mengutamakan keunggulan m o d a l , t e k n o l o g i , d a n i n o v a s i manus ianya , yang k in i men jad i kelemahan bangsa ini.

J a d i , a p a s e s u n g g u h n y a kewirausahaan ? Dr. H. Yoyon Bahtiar I r i a n t o , M . P d . d a l a m k o n s e p kewirausahaan menguraikan sebagai berikut. Kewirausahaan/Entrepreneurship merupakan esensi dari usaha bebas simetrik dan a-simetrik karena penciptaan dan kelahiran bisnis baru dalam industri yang telah ada dan industri baru yang memberi vitalitas bagi ekonomi pasar.

Dikatakannya, secara harfiah penggalan kata “usaha” dalam istilah “kewirausahaan” lebih berkonotasi “effort” atau “upaya”, bukan sekedar konotasi “bisnis” belaka. Karena itu, jiwa dan semangat kewirausahaan tidak hanya harus dimiliki oleh para pengusaha (business-man), melainkan sangat perlu

dimiliki oleh profesi dan peran apa saja dalam berbagai fungsi yang berbeda. A p a k a h p r o f e s i g u r u / d o s e n , murid/mahasiswa, dokter, tentara, polisi, dan sebagainya.

Entrepreneur berasal dari kata entrependre (bahasa Perancis) atau to undertake (bahasa Inggris) yang berarti melakukan. Karena itu kewirausahaan bukanlah mitos, atau bakat dari lahir atau milik etnis/suku tertentu melainkan sesuatu yang realistik atau construct yang dapat d ipe la jar i mela lu i proses pembelajaran, pelatihan, simulasi, dan magang secara intent.

S e o r a n g w i r a u s a h a w a n (entrepreneur) adalah seseorang yang memiliki visi dan intuisi yang realistik sekaligus seorang implementator yang handal dalam penguasaan detail-detail yang diperlukan untuk mewujudkan visi pribadi maupun organisasinya.

Jiwa entrepreneur tidak identik dengan bisnis komersial. Namun, mengapa seorang entrepreneur dapat lebih tangguh dari yang lain? Kuncinya adalah pada „etos kerja?, yaitu keyakinan yang kuat dan mendalam mengenai nilai penting dari bekerja yang ditekuninya. Seseorang dengan keyakinan bahwa usahanya bermakna penuh bagi hidupnya akan berjuang lebih keras untuk berhasil.

S c h u m p e t e r m e l a k u k a n investigasi terhadap dinamika di balik perubahan ekonomi dan menemukan unsur yang disebut “inovasi“. Aktor ekonomi yang membawa inovasi tersebut disebut entrepeneur. Jadi entrepreneur adalah pelaku ekonomi yang akan m e m b u a t p e r u b a h a n . Seorang entrepreneur akan mengarahkan usahanya untuk mencapai potensi keuntungan dan dengan demikian mereka mengetahui apa yang mungkin atau tidak mungkin mereka lakukan. Artinya seorang entrepreneur itu harus selalu mengetahui pengetahuan (atau informasi) baru - dimana orang banyak belum mengetahuinya. Kemudian pengetahuan a t a u i n f o r m a s i b a r u t e r s e b u t dimanfaatkan untuk memperoleh keuntungan. Bukankah dengan inovasi juga kita bisa mendapatkan pengetahuan, informasi, bahkan teknologi baru?

K e t i k a d u n i a d i p e n u h i ketidakpastian, proses tersebut kadang mengalami sukses dan gagal. Namun seorang entrepreneur selalu berusaha memperbaiki kesalahannya. Jadi, jangan heran kalau orang tua atau guru-guru kita selalu mengatakan bahwa ”kegagalan itu adalah sukses yang tertunda”, “Belajarlah dari kesalahan”.

Seorang wirausahawan selalu diharuskan menghadapi resiko atau

peluang yang muncul, serta sering dikaitkan dengan tindakan yang kreatif dan inovatif. Selain itu, seorang wirausahawan menjalankan peranan manajerial dalam kegiatannya, bukan manajemen rutin pada operasi yang sedang berjalan. Seorang individu m u n g k i n m e n u n j u k k a n f u n g s i kewirausahaan ketika membentuk sebuah organisasi, tetapi selanjutnya menjalankan fungsi manajerial tanpa menjalankan fungsi kewirausahaannya. Jadi kewirausahaan bisa bersifat kondisional.

Jika diamati, pertumbuhan kelompok wirausaha secara integral tidak terlepas dari lingkungan di mana k e l o m p o k - k e l o m p o k i t u b e r a d a . Wirausaha akan tumbuh jika lingkungan menghargai orang-orang yang kreatif dan menyediakan sarana dan prasarana agar kreat iv i tas i tu dapat memenuhi kebutuhan masyarakat lingkungan. Secara ekonomik, seorang wirausaha adalah seorang yang berkemampuan mengkomparasi “sumberdaya” untuk menghasilkan suatu output. Kelompok wirausaha dapat memberikan multiplier effect bagi lingkungannya, karena s e o r a n g w i r a u s a h a s e n a n t i a s a memberdayakan lingkungan dalam setiap aktivitas yang dilakukannya.

Wirausahawan adalah seorang katalisator. Mereka adalah orang-orang yang melakukan tindakan sehingga suatu gagasan bisa terwujud menjadi suatu kenyataan. Mereka menggunakan kreat iv i tasnya untuk senant iasa m e l a k u k a n p e n g e m b a n g a n berkesinambungan. Wirausahawan adalah seorang yang mengorganisasikan d a n m e n g a r a h k a n u s a h a d a n pengembangan baru, memperluas dan memberdayakan suatu organisasi, untuk memproduks i p roduk bar u a tau menawarkan jasa baru kepada pelanggan baru dalam suatu pasar yang baru (Rye, 1996:3-4)

Karakteristik yang dimiliki seorang wirausaha memenuhi syarat-syarat keunggulan bersaing bagi suatu perusahaan/organisasi, seperti : inovatif, kreatif, adaptif, dinamik, kemampuan berintegrasi, kemampuan mengambil risiko atas keputusan yang dibuat, integritas, daya-juang, dan kode etik n iscaya mewujudkan e fekt iv i tas perusahaan/organisasi.

Dengan demikian, seorang wirausahawan mengetahui berbagai fungsi yang terkait dalam mengelola suatu perusahaan/organisasi, seperti f u n g s i m a n a j e m e n , k e u a n g a n , p e m a s a r a n , p r o d u k s i , o p e r a s i , sumberdaya manusia, organisasi dan

kelembagaan. Wirausahawan adalah seorang yang berorientasi prestasi dan meyakini bahwa mereka menguasai kemampuan sendiri.

Tentunya kita mengharapkan m o t i v a s i k e w i r a u s a h a a n d a p a t membudaya dan menjadi salah satu k o n s e p p e re k o n o m i a n n a s i o n a l . Sesungguhnya, kewirausahaan memiliki potensi untuk itu. Potensi tersebut ditandai oleh beberapa keunggulan komparatif (comparative advantages). Di masa mendatang, para wirausahawan d i t u n t u t u n t u k m a m p u mentrans for mas ikan keunggulan kompetitif nasional.

Keunggulan komparatif tersebut adalah: Pertama, seorang entrepreneur memiliki legitimasi moral yang kuat untuk mewujudkan kese jahte raan dan menciptakan kesempatan kerja. Karena target entrepreneur adalah masyarakat kelas menengah dan bawah, maka entrepreneur memiliki peran penting dalam proses trickling down effect. Kedua, seorang entrepreneur memiliki visi bisnis, intuisi pengelolaan sumber daya, a d a p t a b l e t e rh a d a p p e r u b a h a n lingkungan dan kemampuan untuk berkerja sama secara integral.

Kewirausahaan memiliki proses yang saling terintegrasi satu dengan lainnya, meliputi seluruh fungsi, aktivitas, dan tindakan yang berhubungan dengan perolehan peluang dan penciptakan organisasi untuk merealisasikannya.

Kewirausahaan dalam Organisasi Bisnis

Entrepreneur dalam dunia bisnis telah banyak dijadikan pilihan bagi s e b a g i a n b e s a r p e l a k u b i s n i s . Entrepreneur telah dianggap memiliki kemampuan untuk mandiri dan berhasil, dan bahkan memberikan peluang kerja bagi orang lain. Dengan berentrepreneur, tidak saja memungkinkan orang dapat melakukan sesuatu yang sesuai dengan apa yang mereka inginkan, di samping itu juga berentrepreneur akan mendapatkan kebebasan keuangan dan waktu yang cukup untuk melakukan berbagai kegiatan yang mereka sukai bersama teman-teman dan keluarganya.

Memulai bisnis tidak semudah yang dibayangkan. Tidak sedikit orang yang tidak kunjung melangkah karena begitu banyak pertanyaan yang belum terjawab, bahkan keraguan sehingga membuat banyak orang menghabiskan waktu untuk merenung tanpa melakukan apa-apa. Banyak pula orang yang tidak segera memulai bisnis, meski sudah memutuskan menjadi pengusaha, karena selalu dibayang-bayangi oleh ketakutan: takut gagal dan hanya membayangkan

KOMUNITA 7 - 20138 KOMUNITA 7 - 2013 9

Rubrik Utama

kemudahan. Sebenarnya, di dalam dunia bisnis, kesuksesan dan kegagalan adalah hal yang sudah lumrah. Masalahnya apakah mereka sanggup mengatasi kegagalan untuk bangkit kembali mengejar keberhasilan. Itulah sebetulnya tantangan para entrepreneur dalam dinia bisnis.

Mengapa seorang entrepreneur dapat lebih tangguh dari yang lain? Kuncinya pada “etos bisnis”, yaitu keyakinan yang kuat dan mendalam mengenai nilai penting dari bisnis yang ditekuninya. Seseorang dengan keyakinan bahwa bisnisnya bermakna penuh bagi hidupnya, maka ia akan berjuang lebih keras untuk berhasil. Berbeda dengan seseorang yang menganggap bisnisnya sebagai alternatif mencari uang, bila menemui kesulitan, akan dengan cepat meninggalkannya untuk mencari alternatif baru yang diharapkan lebih mudah.

“Etos bisnis” sering dikaitkan dengan kepercayaan, mulai berkembang setelah Max Weber mengajukan tesisnya mengenai Protestan Ethic dalam kaitannya dengan pertumbuhan kapitalisme, yaitu living to work instead of working to live. Kemudian bermunculan pendapat lain yang memperjelas tesis tersebut, seperti Robert N. Bellah dengan konsep Tokugawa Religion, Clifford Geertz dengan Peddlers and Princes dan Peter Grant dengan Islamic Roots of Capitalism. Sikap hidup inilah menurut Yoyon Bahtiar Irianto menjadi etika kerja yang berlaku di negara-negara maju.

Seorang pelaku bisnis sejati “tidak takut melarat” untuk sementara, karena ia yakin melalui usahanya ia akan menjadi “kaya” di belakang hari. Karena itu, seorang pelaku bisnis selalu memiliki kesediaan untuk menunda kesenangan sementara, demi kebahagiaan yang lebih besar. Penundaan kesenangan (deference of gratification) adalah selaras dengan sikap hidup hemat dan tidak konsumtif.

Mari kita patahkan mitos yang mengatakan bahwa menjadi wirausahawan adalah proses panjang dari seleksi alamiah, sehingga sosok wirausahawan sukses itu adalah orang yang berusia lanjut dengan wajah lelah didera perjuangan hidup.

Sekarang kita melihat, sejak kecil anak-anak dididik dengan pengarahan untuk memiliki tujuan yang jelas untuk diharapkan menjadi apa nantinya. Ada investasi dan perhatian yang diberikan, sampai anak-anak tersebut semua menjadi “orang” sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya. Konsepnya adalah pola pertanian atau industri yang diarahkan, dibimbing dan disemangati, sehingga berkembang sehat menjadi sesuatu yang direncanakan.

Karena itu, pengarahan jangan berupa profesi yang dianggap memberikan jaminan (security), bukan sesuatu yang menjanjikan kesempatan atau peluang (opportunity). Sehingga tujuan hidup menjadi pegawai atau profesional seperti pegawai negeri, dokter, pilot, insinyur, pengacara dslb menjadi seolah tuntutan dan kebanggaan orang tua, yang hanya melahirkan generasi 'security seeker'! Tidak heranlah apabila kenyataannya hanya kurang dari satu persen saja dari masyarakat Indonesia yang konon berkeinginan menjadi wirausahawan, atau pencari peluang (opportunity seeker).

Mengapa tidak mengarahkan anak-anak menjadi wirausahawan atau pemilik Rumah Sakit dan mempekerjakan banyak dokter?, atau wirausahawan Real Estate yang mempekerjakan banyak arsitek? atau bahkan wirausahawan Pesawat Terbang atau pelayanan penerbangan misalnya? Yang Yang tentu saja akan memerlukan banyak tenaga pilot/penerbang.

Karena itulah, pengembangan jiwa wirausaha menjadi sesuatu yang masih merupakan tantangan kedepan. Indonesia masih memerlukan banyak wirausahawan untuk mengembangkan sumber daya alam yang kini banyak dieksploitasi wirausahawan asing dan sumber daya manusia, yang kini terpuruk dengan gelombang pengangguran yang tinggi.

Untuk menjadi wirausahawan tidak diperlukan bakat apapun, kecuali kemauan dan kerja keras pantang menyerah. Kegiatan semacam ini sangat memicu keinginan untuk berhasil, memompa semangat. Wirausahawan itu bukan hanyalah seorang pedagang, atau orang yang mempunyai perusahaan dan d i k e n a l s e b a g a i w i r a u s a h a w a n . Wirausahawan adalah orang yang berani menjadi pemula, yang memulai dari aktivitas “kelas ringan” atau dari aktivitas yang tidak biasa dipikirkan orang lain. Ia adalah seorang perencana dan pelaksana yang mampu mengorganis i r dan mengelola sebuah bisnis baru, mengatasi kendala untuk mendapatkan nilai-nilai guna yang lebih baik dan menguntungkan. Serta mampu membawa aktivitasnya berjalan dan berkembang meskipun tanpa kehad i rannya da lam operas iona l kegiatannya. Seorang wirausahawan meletakkan dasar-dasar aktivitas dengan sebuah visi jangka panjang, serta mampu membawa iklim perubahan ke dalam budaya organisasinya.

S e o r a n g w i r a u s a h a w a n mempunyai kepekaan khusus terhadap peluang yang diciptakan melalui terobosan inovasi untuk mendapatkan nilai tambah (added value). Ia tidak pernah menunggu peluang muncul, tetapi menciptakan adanya peluang dari pengamatan jeli terhadap perubahan, yang dapat diterapkan secara sistematis dalam tindakan nyata berupa bentuk produk atau jasa yang dibutuhkan orang banyak.

Menjadi karena mengalami. Hampir sama dengan ilmu bela diri atau profesi ketrampilan lainnya, wirausaha lebih tepat disebut sebagai seni wirausaha karena selain ilmu memerlukan latihan yang banyak untuk bisa menguasai kiatnya dengan tepat. Karena itulah muncul anggapan bahwa “ilmu” wirausaha

diturunkan sebagai bakat, dipelajari sejak kecil dari pengalaman yang dimulai sebagai magang. Pada hal banyak juga yang ditimba dari pengalaman pernah bekerja pada bidang aktivitas tertentu, kemudian menemukan kiat-kiat sukses dan berani memulai usaha sendiri.

Dari banyak kasus orang-orang yang menjadi wirausaha, karena “keberaniannya” untuk mencoba terjadi karena banyak alasan. Apakah itu karena telah terbiasa dengan lingkungan usahanya dari pengalaman keluarga, belajar atau “terpaksa” menjadi wirausaha melalui perjuangan penuh tantangan menghadapi seleksi alamiah. Apapun alasannya, bila telah “menjadi” atau “melakukan”, maka seseorang akan berusaha untuk terus belajar dari pengalamannya untuk menjadi lebih baik.

Kewirausahaan dalam Konteks Organisasi Pemerintah

Kewirausahaan di lingkungan organisasi pemerintah mulai populer pada tahun 1992, ketika David Osborne dan Gaebler mempopulerkan sepuluh prinsip menata ulang birokrasi pemerintahan (Reinventing the Government) yaitu pemerintahan katalis, pemerintahan milik masyarakat, pemerintah yang kompetitif, pemerintahan yang digerakan oleh misi, pemerintah yang berorientasi hasil, p e m e r i n t a h a n b e ro r i e n t a s i p a d a pelanggan, pemerintahan entrepreneur, pemerintahan antisipatif, pemeritahan desentra l isas i dan pemer intahan berorentasi pasar.

Terkait dengan kewirausahaan maka perlu disoroti tiga hal. Pertama, Pe m e r i n t a h a n y a n g b e ro r i e n t a s i pelanggan; memenuhi kebutuhan pelanggan (baca rakyat), bukan birokrat, dengan mendengarkan suara dan aspirasi rakyat, termasuk keluhan dan kritik pedas

mereka sekalipun. K e d u a , „Pemerintah entrepreneur? , ia lah pemerintahan yang menghasilkan ketimbang membelanjakan. Pesan penting yang tersirat dari prinsip ini, bahwa organisasi harus dijalankan dalam perspektif "investasi". Menurut Osborne & Gaebler, istilah „investasi? tidak dimaknai s e c a r a s e m p i t s e b a g a i c a r a „mendatangkan uang?, akan tetapi harus dimaknai sebagai aktivitas-aktivitas yang berkenaan dengan „menyimpan? . M e m b e l a n j a k a n a n g g a r a n u n t u k organisasi, harus dalam kerangka investasi, kendati secara langsung tidak rnenghasilkan uang. Karena itu, hal yang amat prinsipil, pemimpin organisasi harus mampu menjadikan setiap bawahannya „sadar pendapatan?. Gaji atau insentif yang diberikan oleh pimpinan organisasi harus mampu mendorong bawahannya untuk menghasilkan uang sebagaimana mereka mengeluarkannya.

K e t i g a , P e m e r i n t a h a n berorientasi pasar dengan mendongkrak perubahan melalui pasar. Birokrasi harus diubah dari pendekatan program menuju pendekatan pasar, dari pendekatan instruksi menuju pendekatan insentif. Intinya, cara kerja birokrasi harus diubah dari pendekatan program menuju pendekatan pasar, dari pendekatan instruksi menuju pendekatan insentif. Mekanisme pasar akan menciptakan insentif yang menggerakkan orang membuat keputusan sendi r i dan karenanya cenderung kompetitif di samping partisipatif. Ke depan, bentuk pemer intahan beror ientas i pasar merupakan alternatif yang sulit bisa ditawar karena cenderung responsif terhadap segala bentuk perubahan dan ketidakpastian yang akan menjadi ciri utama zaman ini.

I m p l i k a s i t e r h a d a p kepemimpinan pendidikan tidak lepas pengaruhnya dari tatanan birokrasi p e m e r i n t a h a n , k a re n a p e m i m p i n organisasi pendidikan ialah pemimpin yang dibentuk dan dilegitimasi oleh sistem pemerintahan.

Pada bulan Mei Tahun 2001, pejabat dari tingkat pusat dan daerah menghadiri seminar untuk membahas p e n e r a p a n b e r b a g a i e l e m e n penataanulang birokrasi pemerintahan sebagaimana disarankan Osborne & Gaebler melalui good governance (tata pemerintahan yang baik). Seminar tersebut merekomendasikan prinsip-prinsip good governance bagi pimpinan pemerintahan sebagai berikut: (1) Partisipatif (Participation), yaitu k e p e m i m p i n a n y a n g m e n d o ro n g bawahannya untuk menggunakan haknya untuk mengemukakan pendapat dalam penyusunan kebijakan organisasi,

(1) Daya gerak (drive), seperti inisiatif, semangat, tanggung-jawab, ketekunan dan kesehatan.

(2) Kemampuan berpikir (thinking ability), seperti gagasan asli, kreatif, kritis dan analitis.

(3) Kemampuan membina relasi (competency in human relation), seperti mudah bergaul (sociability), mempunyai

tingkat emosi yang stabil (EQ tinggi), ramah, suka membantu (cheer fullness), kerja sama, penuh pertimbangan

(consideration), dan bijaksana (tactfulness).(4) Mampu menyampaikan gagasannya (communication skills), seperti terbuka dan dapat menyampaikan pesan

secara lisan (bicara) atau tulisan (memo).(5) Keahlian khusus (technical knowledge), seperti menguasai proses produksi atau pelayanan yang

dibidanginya, dan tahu dari mana mendapatkan informasi yang diperlukan.

(1) Motivasi, yaitu keinginan menjadi sosok yang berguna bagi

masyarakat melalui prestasi kerja sebagai wirausaha.

(2) Pengetahuan, yaitu keinginan belajar terus agar tidak

menjadi usang dalam perubahan situasi persaingan usaha.

(3) Menjalani, yaitu keinginan berhasil yang didukung dengan

perencanaan matang yang dipersiapkan secara realistis sesuai

dengan kebutuhan menghadapi persaingan dan kemampuan

melaksanakannya.

Karakter-karakter yang mendukung munculnya seorang wirausaha berpeluang sukses :

Kunci sukses para wirausahawan:

cd

cd

KOMUNITA 7 - 201310 KOMUNITA 7 - 2013 11

Rubrik Utama

langsung atau tidak langsung; (2) Penegakan hukum (Law enforcement), yaitu kepemimpinan yang menjamin b a h w a p e n e g a k a n h u k u m d a n pengamanan hukum di lingkungan organisasi berlangsung secara adil dan tidak diskriminatif, serta mendukung hak a s a s i m a n u s i a d e n g a n mempertimbangkan tata nilai yang berlaku di masyarakat; (3) Keterbukaan (Transparency), yaitu k e p e m i m p i n a n y a n g b e r u p a y a membangun rasa saling percaya antara pemimpin dengan bawahannya, pemimpin harus memberikan informasi yang memadai pada bawahannya dan mempermudah akses bawahan terhadap berbagai informasi yang dibutuhkan masyarakat yang berkepentingan; ( 4 ) R e s p o n s i f ( R e s p o n s i v e n e s s ) , kepemimpinan yang dapat meningkatkan kecepatan penyelenggara organisasi dalam memberikan respon terhadap protes, permasalahan dan keinginan stakeholders tanpa pengecualian; ( 5 ) K e s e t a r a a n ( E q u i t y ) , y a i t u kepemimpinan yang dapat memberikan kesempatan yang sama pada semua b a w a h a n u n t u k m e n i n g k a t k a n kesejahteraannya tanpa pengecualian; (6) Visi yang strategis (Strategic vision), y a i t u k e p e m i m p i n a n y a n g memformulasikan strategi kelembagaan, y a n g d i t u n j a n g d e n g a n s i s t e m penganggaran yang memadai, akan meningkatkan rasa memiliki dan rasa tanggung jawab se lu r uh anggota organisasi untuk mendukung kemajuan organisasinya; (7) Efektif dan Efisien (Effectiveness and efficiency), yaitu kepemimpinan yang memberikan layanan untuk memenuhi k e b u t u h a n s t a k e h o l d e r s d e n g a n memanfaatkan sumberdaya secara optimal dan bertanggungjawab; (8) Profesionalisme (Profesionalism), yaitu kepemimpinan yang dapat meningkatkan kemampuan, keterampilan dan moral anggota anggota organisasi sehingga mereka memiliki rasa tanggungjawab untuk memberikan layanan yang mudah didapat, cepat, teliti dan terjangkau (murah); (9) Akuntabilitas (Accountability), yaitu kepemimpinan yang dapat memperkuat pertanggungjawaban para pembuat keputusan organisasi pada semua aspek (politik, keuangan, dan anggaran); (10) Pengawasan (Supervision), yaitu kepemimpinan yang dapat menerapkan control dan pengawasan yang lebih ketat terhadap operasional manajemen kelembagaan dengan cara melibatkan stakeholders.

Melalui penerapan ke sepuluh prinsip tersebut diharapkan sistem pengelolaan pembangunan berkembang

ke arah yang lebih baik. Hal yang lebih diutamakan tentunya berkenaan dengan pengembangan modal manusia sesuai d e n g a n t i n g k a t a n m a n a j e m e n pemerintahan. P e r t a m a , m e l a l u i pengembangan modal manusia. Hal yang perlu diupayakan tersebut ditujukan pada penciptaan budaya kewirausahaan melalui pelatihan siswa dari berbagai disiplin dan pada tingkatan pendidikan yang berbeda termasuk pekerja dan masyarakat/orang-orang bisnis, melalui kebijakan tentang: (1) Promosi budaya wirausaha; (2) Promosi penyuluhan dan kemampuan wirausaha melalui sistem pendidikan dan mendorong hubungan yang lebih dekat antara akademisi dan pasar tenaga kerja; (3) Pengembangan kerangka kerja untuk memfasilitasi dan penekanan dini tentang pelatihan kewirausahaan; (4) Rencana pendidikan dan pelatihan kewirausahaan nasional; ( 5 ) Pe n g e m b a n g a n p u s a t - p u s a t pendidikan untuk pengembangan kemampuan kewirausahaan antar siswa; (6) Pelatihan guru untuk pengembangan proyek pendidikan yang difokuskan pada kewirausahaan; (7) Mendorong pengembangan program yang memuat upaya pengembangan kemampuan kewirausahaan, pengambilan keputusan yang bertanggung jawab, analisis masalah yang sistematik, kreativitas, pengelolaan diri dan tanggung jawab antara siswa-siswa dari berbagai tingkatan pendidikan – dasar, lanjutan pertama dan lanjutan atas.

K e d u a , p e r h a t i a n u n t u k meningkatkan akses pendanaan bagi upaya-upaya wirausaha mel iput i implementasi mekanisme dan jejaring bagi pengusaha guna akses kepada sumber-sumber pendanaan yang dibutuhkan untuk pelaksanaan proyek yang dikembangkan, melalui: (1) Bantuan publik untuk mendukung akses finansial harus dibatasi dengan waktu, untuk menghindari ketergantungan terhadap pemerintah secara permanen oleh pelaku bisnis; (2) Regulasi untuk aktivitas finansial dan j a m i n a n p e m e r i n t a h u n t u k deposito/tabungan; (3) Praktek perbankan yang baik berkaitan dengan regulasi dan pengaturan pasar uang; (4) Dukungan finansial untuk operasi bukan harga atau tingkat suku bunga; (5) Koordinasi penjaminan antara lembaga keuangan swasta serta bisnis mikro dan kecil; (6) Pengembangan sektor lembaga keuangan khusus dan penciptaan platform layanan secara khusus bagi perusahaan yang sedang berkembang; (7) Pengembangan jejaring modal-modal awal dan modal ventura.

Ketiga, penghapusan hambatan bagi pengembangan bisnis ditujukan untuk menghilangkan masalah tersebut yang dapat menyediakan pengembangan aktivitas wirausaha secara memadai. Berbagai tindakan yang diberikan haruslah tidak menjadi distorsi pasar, melalui: (1) Dukungan bagi inkorporasi perusahaan; (2) Fasilitasi terhadap perusahaan gagal yang mau keluar; (3) Fasilitasi proses kelengkaan bisnis ditingkat pusat dan daerah; (4) Penghapusan hambatan-hambatan non ekonomi untuk akses pasar; (5) Desentralisasi pengambilan keputusan anggaran dari intervensi pengembangan ekonomi.

Keempat, inovasi teknologi, pengembangan dan adaptasi adalah faktor utama bagi pembentukan sisi kompetisi, nilai tambah inisiatif bisnis. Penekanan khusus har us d iupayakan untuk pengembangan jejaring ilmu pengetahuan ser ta pengembangan proyek dan kemampuan implementasi, melalui: (1) Pengembangan jejaring berbasis ilmu p e n g e t a h u a n d e n g a n p e n g u a t a n hubungan antara perguruan tinggi dan perusahaan; (2) Adaptasi dan pengembangan teknologi, khususnya yang memiliki ceruk dengan potensi tinggi atau industri yang sedang berkembang; (3) Pengembangan dan penguatan i n c u b a t o r u n t u k m e m b a n t u pengembangan basis inovasi dan atau sisi kompetisi perusahaan; (4) Promosi terhadap perlindungan hak kekayaan dan industri; (5) Mendorong pengembangan jejaring bisnis teknologi.

Kewirausahaan dalam Organisasi Pendidikan

Cukup banyak tulisan yang mengemukakan adanya upaya yang sudah cukup lama untuk memahami fenomena kewirausahaan. Siapa dan apa yang dilakukan secara khusus oleh wirausaha telah mulai dirumuskan sejak tahun 1730 oleh Richard Cantillon. Hingga saat ini upaya tersebut masih berlangsung, karena kegiatan yang bercirikan kewirausahaan tidak hanya terbatas dalam bidang bisnis dengan tujuan mencari laba. Yang membuat kewirausahaan menjadi menarik banyak pihak untuk memahaminya ialah kontribusi istimewa yang dihadirkan oleh mereka yang melakukan tindakan berkewirausahaan. Misalnya, Timmons dan Spinelliv membuat pengelompokan yang d iper lukan untuk t indakan kewirausahaan dalam enam (6) hal, yakni: k o m i t m e n d a n d e t e r m i n a s i , kepemimpinan, obsesi pada peluang, toleransi pada risiko-ambiguitas dan ketidakpastian, kreativitas-keandalan dan

daya beradaptasi, serta motivasi untuk unggul.

D a r i b a n y a k k a s u s y a n g menggambarkan perilaku para wirausaha sosial, misalnya para penerima Ashoka Fellows, dapat disimpulkan bahwa keenam hal tersebut di atas dapat diadopsi sebagai karakteristik perilaku dan sikap wirausaha sosial. Dengan demikian, pengertian kewirausahaan cenderung menjadi makin luas, tidak terbatas hanya pada wirausaha bisnis. Luasnya cakupan kewirausahaan menggugah kemungkinan untuk membuat tipologi wirausahaan.

Tidak semua wirausaha bisnis sama tingkat kewirausahaannya. Ada yang melakukan tindakan membuat usaha baru sebagai alternatif mengganti jalur sebagai karyawan. Tindakan itu bertujuan mencapai keberhasilan untuk bertahan hidup tanpa berada dalam organisasi yang dimiliki dan/atau dipimpin orang lain. Di lain pihak, terdapat tingkat kompleksitas yang ekstrim dalam berwirausaha, yakni melakukan tindakan kewirausahaan dengan tujuan menghasilkan karya yang dapat mengubah dunia. Misalnya, Steve Job berobsesi menghasilkan komputer yang mudah dipakai oleh banyak orang (personal computer), tidak hanya oleh ahli komputer. Di awal jaman bahasa komputer, penggunaan komputer hanya dikuasai oleh sejumlah ahli yang khusus mempelajari bahasa komputer tersebut. Gagasan Steve Job ditolak oleh perusahaan tempatnya bekerja. Ia memutuskan untuk keluar dan bersama temannya, Steve Wozniak, mendirikan perusahaan baru yang terkenal: Apple Computer.

Adanya pemahaman tentang heterogenitas wirausaha mengakibatkan perluasan bidang penelitian. Misalnya, kewirausahaan yang dikembangkan oleh mereka yang memanfaatkan teknologi tinggi/canggih akan menjadi bidang pengembangan “ technopreneur” . Munculnya cabang-cabang baru dalam kewirausahaan tidak dapat dihindari. Adanya organisasi besar dan mapan yang m e m b u t u h k a n k e l i n c a h a n d a l a m b e r i n o v a s i d a n b e r u b a h , t e l a h menumbuhkan jenis wirausaha di dalam perusahaan. Jenis wirausaha di dalam perusahaan disebut “intrapreneur” yang merupakan kependekan “intra corporate entrepreneur”. Salah satu bidang kewirausahaan baru yang juga menarik untuk dikembangkan adalah wirausaha pendidikan (edupreneur).

Sebagai bidang yang relatif baru berkembang, akan terdapat sejumlah pendapat yang tidak seragam tentang apa itu kewirausahaan pendidikan dan siapa yang disebut sebagai wirausaha pendidikan tersebut. Pendapat atau r u m u s a n y a n g a d a c e n d e r u n g menggambarkan suatu jenis wirausaha

pendidikan yang unggul beser ta karakteristik peran dan kegiatannya. Berdasarkan temuan adanya berbagai j e n i s w i r a u s a h a b i s n i s , s a n g a t dimungkinkan pula adanya sejumlah jenis wirausaha pendidikan.

Tugas wirausahawan pendidikan ialah mengenali adanya kemacetan atau kemandegan dalam kehidupan masyarakat dan menyediakan jalan keluar dari kemacetan atau kemandegan itu. Ia menemukan apa yang tidak berfungsi, memecahkan masalah dengan mengubah s i s t e m n y a , m e n y e b a r l u a s k a n pemecahannya, dan meyakinkan seluruh masyarakat untuk berani melakukan perubahan.

Wirausahawan tidak puas hanya memberi “ikan” atau mengajarkan cara “memancing ikan”. Ia tidak akan diam hingga “industri perikanan” pun berubah. Kasus bagaimana Mohammad Yunus mengembangkan bank untuk melayani kaum miskin merupakan suatu inovasi yang bertentangan dengan kaidah yang umumnya menjadi target pasar bank, yaitu mereka yang mampu dan berisiko kecil. Kemacetan akses pada dana yang dihadapi oleh kaum miskin telah dipecahkan dengan penyediaan sistem kredit mikro yang ditujukan kepada mereka dalam pola kelompok.

Contoh lain, suatu terobosan atas kebuntuan hidup berdampingan antara etnis Cina dengan etnis setempat di Medan, telah dilakukan oleh Sofyan Tan, seorang lulusan sekolah dokter, dengan mendirikan sekolah di daerah miskin. Sekolah yang muridnya campuran antaretnis tersebut, khususnya dari kalangan miskin, merupakan hal yang baru. Menurut Sofyan Tan, penduduk miskin lebih sulit berintegrasi dengan etnis lain dibandingkan dengan penduduk yang berpendidikan tinggi. Wajarlah bila semula ada yang meragukan kualitas sekolah tersebut. Dengan sistem orang tua asuh asal dari etnis lain, sekolah tersebut telah menghasilkan lulusan yang mampu masuk ke perguruan tinggi negeri yang menjadi kebanggaan sekolah berpredikat sekolah unggulan.

Di website Ashoka Fellow, organisasi ini menyajikan informasi bahwa jumlah anggotanya mencapai 1.800 orang di 60 negara. Sofyan Tan adalah salah satu penerima Ashoka Fellow. Salah satu misi y a n g d i e m b a n n y a a d a l a h mengembangkan profesi kewirausahaan sosial di dunia. Cara yang dilakukannya ialah mengidentifikasi wirausaha sosial yang menonjol, menyediakan dana untuk mendukung orangnya, idenya, dan institusinya. Bidang garap kegiatan s o s i a l n y a m e l i p u t i : p e n d i d i k a n , lingkungan, kesehatan, hak asasi manusia, partisipasi masyarakat, dan pembangunan ekonomi.

Gregory Dees, seorang professor di Stanford University dan pakar di bidang kewirausahaan sosial menyatakan bahwa kewirausahaan sosia l merupakan kombinasi dari semangat besar dalam misi sosial dengan disiplin, inovasi, dan keteguhan seperti yang lazim berlaku di dunia bisnis. Kegiatan kewirausahaan sosial dapat meliputi kegiatan: (a) yang tidak bertujuan mencari laba, (b) melakukan bisnis untuk tujuan sosial, dan (c) campuran dari kedua tujuan itu, yakni tidak untuk mencari laba, dan mencari laba, namun untuk tujuan sosial.

Hal yang mirip dengan pendapat Dees di atas ditemukan pula dalam pengertian kewirausahaan sosial yang dirumuskan oleh Yayasan Schwab, sebuah yayasan yang bergerak dalam upaya mendorong kegiatan kewirausahaan sosial termasuk pendidikan kepada masyarakat. D a l a m w e b s i t e n y a d i j e l a s k a n , wirausahawan tersebut menciptakan dan memimpin organisasi, untuk menghasilkan laba ataupun tidak, yang ditujukan sebagai katalisator perubahan sosial dalam tataran sistem melalui gagasan baru, produk, jasa, metodologi, dan perubahan sikap. Wirausaha sosial dan pendidikan menciptakan organisasi campuran (hybrid) yang menggunakan metode-metode bisnis, namun hasil akhirnya adalah penciptaan nilai sosial di masyrakat yang tidak dapat diukur secara ekonomi.

Dibandingkan kewirausahaan bisnis, kewirausahaan sosial dan pendidikan relatif lebih baru dalam perkembangannya. Dengan gencarnya kegiatan pengembangan kewirausahaan di dunia sosial dan pendidikan yang semula memfokus pada tingkat peguruan tinggi untuk menyiapkan lulusannya mamp u b e r w i r au s ah a d an t id ak menganggur, tetapi kini bahkan mencakup dunia pendidikan yang lebih dini, citra kewirausahaan bisnis jauh lebih menonjol alih-alih wirausaha sosial. Pengembangan kewirausahaan sebagai disiplin ilmu, oleh Philip Wickham, dianalogikan sebagai tahapan “remaja”. Jika demikian, cabang kewirausahaan sosial dapat ditempatkan pada fase yang lebih dini, yakni pada tahapan “bayi”.

· T u l i s a n i n i m e r u p a k a n rangkuman dari Konsep Kewirausahaan yang ditulis Dr. H. Yoyon Bahtiar Irianto, M.Pd. serta dilengkapi informasi dari berbagai sumber (lili irahali)

KOMUNITA 7 - 201312 KOMUNITA 7 - 2013 13

Rubrik Utama

Perguruan Tinggi dan Peningkatan KewirausahaanIndonesia dihadapkan pada kenyataan jumlah pengangguran intelektual mencapai 1,1 juta (September 2011), naik

15,71 persen dibanding tahun 2010. Namun kecenderungannya di tahun 2012 pengangguran total dan tingkat pengangguran total dalam 6 tahun terakhir menunjukkan angka penurunan. Tetapi bagaimanapun jumlah pengangguran ini harus berlomba dengan lulusan sarjana baru dalam memperebutkan peluang kerja baru yang jumlahnya relatif masih terbatas.

Bagaimana perguruan tinggi meningkatkan perannya ? Memang tidak mudah hal ini dilakukan. Sekitar 7,2 % anak Indonesia memasuki pendidikan tinggi, sementara Perguruan tinggi saat ini masih menghadapi masalah internal yang klasik, yaitu konflik internal, mutu dosen dan akuntabilitas penyelenggaraan.

Perkembangan terakhir menyebutkan pendidikan tinggi Indonesia sedang menghadapi tantangan berat. Indonesia dituntut meningkatkan tenaga kerja terdidik ditengah naiknya pengangguran tenaga terdidik. Tahun 2025 proporsi tenaga kerja diperkirakan akan diisi oleh 8 persen lulusan berpendidikan S-1 dan 8 persen diploma I s/d III. Ini artinya komposisi tenaga terdidik akan menjadi 16 persen (Elfindri - Guru Besar Ekonomi SDM, Universitas Andalas, Kompas 21 Maret 2013). Sekarang terdapat 4,5 juta anak pada masa usia emas yang dilayani 3.095 perguruan tinggi (95 PTN dan 3000 PTS), 70 persen mengecap pendidikan tinggi di PTS.

Memang dengan pengembangan Masterplan Percepatan Peningkatan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) yang merupakan kelengkapan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Indonesia, memungkinkan peningkatan kebutuhan tenaga kerja cukup banyak. Untuk itu memerlukan suplai dari perguruan tinggi yang bukan hanya bersifat sebagai pencari kerja melainkan yang berjiwa wirausaha.

Karena itu lembaga pendidikan tinggi, perguruan tinggi memang dituntut untuk berperan aktif mengedepankan pendidikan kewirausahaan sebagai solusi mengatasi pengangguran. Melalui penanaman semangat dan karakter kewirausahaan dalam kurikulum dan proses belajar mengajar, lulusan perguruan tinggi diharapkan tidak sekedar mencari pekerjaan, tetapi menciptakan peluang kerja baru bagi diri dan orang lain.

Sebagai pembanding meningkatkan pendidikan kewirausahaan, berikut laporan penelitian Kauffman Panel tentang pengembangan kurikulum kewirausahaan di pendidikan tinggi Amerika Serikat.

A Report from the Kauffman Panel on

Entrepreneurship Curriculum in Higher Education

The report explains why entrepreneurship matters to American higher education and offers broad recommendations about the potential of entrepreneurship as a key element in undergraduate education, the major, graduate study, the evaluation of faculty, topics referred to as the “co-curriculum,” and the management of universities. In reaching its conclusions, the Panel examined an array of educational models and practices and also discussed the possibility of a disciplinary canon for entrepreneurship. It concluded—wisely, in our view—that the diversity of institutional types and educational missions of American colleges and universities make a single approach to entrepreneurship both unrealistic and inauthentic. Thus, the report aims to be suggestive rather than prescriptive and supplies illustrations from a variety of colleges and universities as concrete exemplars of its general points.

IntroductionHigher education is basic to the future of American life.

The nation's ability to prosper and to thrive in an increasingly knowledge-based global society and economy depends on our having a progressively well-educated population.

The values and practices of pure research—discovery, originality, innovation—shape and motivate American university learning. The American bachelor's degree has other objectives as well. Among the most frequently stated are critical thinking, scientific and quantitative reasoning, preparation for citizenship, moral reflection, readiness for work, respect for diversity, broad intellectual knowledge, the transmission of culture, and appreciation of our national values.

At the root of all these legitimate and important goals is an even more fundamental purpose of learning: intelligibility. We cannot improve a world we do not understand, and we cannot advance if we do not comprehend ourselves, our strengths, limitations, and motivations. By making the world and ourselves

increasingly comprehensible and thereby manageable, education establishes a foundation for human growth, creativity, fulfillment, and progress.

If intelligibility is a fundamental goal of learning, then American higher education must reflect the experience and conditions of contemporary life. Higher education cannot make intelligible a world from which it is removed or does not address. College learning must teach students how to make sense of and how to affect the reality in which they will actually live. Education cannot succeed if it becomes insular and static. To be sure, studying great works of the past and the persisting questions of human nature is basic to becoming an educated person. But a distinctive strength of American higher education also should be dynamism and adaptability, a capacity to address urgent, current questions of nature, society, and human experience as well as classic ones.

KOMUNITA 7 - 201314 KOMUNITA 7 - 2013 15

Pengaruh Pendidikan Versus PengalamanDalam Kewirausahaan (Penggerak Komunitas)Hingga kini masih ada perdebatan apakah seorang wirausaha dapat dilahirkan atau tumbuh hanya karena bakat alamiah. Ada orang sejak lahir sudah pandai, berani mengambil resiko, pandai berhitung dan lainnya. Tapi tidak dapat dipungkiri latihan, pendidikan dan praktek juga penting.

Dunia usaha Indonesia berupaya untuk menjangkau perguruan tinggi, sebagaimana yang dirintis Ciputra Grup, Bank Mandiri dll. Demikian pula, perguruan tinggi harus mengupayakan hubungan dengan dunia usaha agar dapat menumbuhkan generasi muda yang berwirausaha. Perguruan tinggi dituntut mempersiapkan mata kuliah kewirausahaan dalam kurikulum atau mengupayakan para generasi muda mengembangkan minat dan kemampuannya dalam kewirausahaan.

Ekonom Joseph Schumpeter mengatakan ada tiga elemen utama dalam kemajuan suatu bangsa, yakni wirausaha, inovasi dan creative destruction (kultur yang lama diganti dengan yang baru, yang lebih baik). Jadi, wirausaha yang berinovasi adalah kunci kemajuan suatu bangsa. Indonesia – pemerintah – dalam kebijakannya mulai mengambil bagian dengan menciptakan suasana bagi berkembangnya tiga elemen kemajuan bangsa tersebut.

Ilustrasi hasil penelitian Gist di atas mencoba menggambarkan wirausaha/ penggerak komunitas di negeri Paman Sam yang berbasis pendidikan versus berbasis p e n g a l a m a n . I l u s t r a s i t e r s e b u t membangunkan pertanyaan lama yang sering muncul dalam komunitas dunia teknologi. Lebih baik mana, apakah mendapat gelar master dari universitas atau mendapat gelar master dari sekolah kehidupan?

Saat ini dunia teknologi diisi banyak anak muda belum berpengalaman yang mendirikan perusahaan diawali ketika menangani proyek saat mereka kuliah. Kenyataan yang cukup berlawanan bahwa sesungguhnya mayoritas para pendiri adalah lulusan atau bahkan master di bidang ilmu kejuruan masing-masing. Perinciannya : 46% merupakan lulusan kuliah, 45% memiliki gelar master, 2% bergelar Doktor dan 7% tidak tamat jenjang kuliah. Akan tetapi , untuk permasalahan keuangan. Para wirausaha yang tidak tamat kuliah atau memiliki gelar master di bidang sains dan bisnis memiliki kemampuan mencapai atau meningkatkan keuangan lebih baik dibanding wirausaha yang memiliki gelar keilmuan. 4,3 juta US dollar merupakan rata-rata pertumbuhan para wirausaha non gelar keilmuan, 2,8 juta US dollar wirausaha atau pendiri bergelar MBA, 2,5 juta US dollar pendiri bergelar Master Sains, 2,2 juta US dollar wirausaha atau pendiri lulusan kuliah dan 1 juta US dollar bergelar MBA serta Master Sains. Mengenai rata-rata kegagalan saat memulai suatu usaha. Secara nasional, 40% usaha di bidang teknologi mengalami kegagalan di tahun pertama. Untuk alumni program Techstars tingkat kegagalan usaha sebesar hanya 6,5% sedangkan Y Combinator sebesar 22%. Beberapa nama wirausaha dan pendiri terkenal di bidang teknologi yang memiliki gelar master di bidang keilmuan seperti Mark Fincus pendiri Zynga lulusan Harvard bergelar MBA, Sergey Brin salah satu penggagas Google bergelar MBA dan Master Sains, Jerry Yang dan David Filo para pendiri Yahoo.

Sedangkan berikut ini adalah wirausaha atau pendiri alumni program Techstar dan Y Combinator. Diantaranya : Mike Lewis (pendiri Kapost), Trip Alder (Scribo), Steve Huffman (Reddit), Brian Chesky (Airbnb), Tom Chikoore (Filtrbox).Apabila ditelaah lebih mendalam, persentase kesuksesan para wirausaha atau pendiri yang mengkombinasikan ilmu dan pengalaman dalam dunia industri mencapai 85%. Program Techstar telah menciptakan perusahaan sebanyak 92 sejak tahun 2007. Sebanyak 79 perusahaan masih aktif beroperasi, 7 perusahaan mengalami akuisisi dan hanya 6 yang gagal. Sementara itu, program Y Combinator menciptakan 144 perusahaan sejak tahun 2005 dengan tingkat kesuksesan sebesar 57%. Jadi benang merah yang dapat dipaparkan adalah kombinasi antara ilmu pengetahuan dan pemberian pengalaman dalam dunia industri merupakan faktor yang sangat menunjang kesuksesan atau kegagalan suatu usaha/wirausaha, baik itu industri manufaktur maupun industri teknologi dan IT. (lee/ar/fe)TechStars TechStars adalah akselerator startup mentoring-driven didirikan oleh David Cohen, Brad Feld, David Brown, dan Jared Polis yang memegang 13 program mingguan untuk startups di Boulder, New York City, Boston, Seattle, dan San Antonio. TechStars menyediakan dana benih dari lebih 75 perusahaan modal ventura dan angel investor, serta bimbingan intensif dari ratusan pengusaha terbaik di dunia. http://en.wikipedia.org/wiki/Techstars Y Combinator Y Combinator (YC) mengembangkan model pendanaan baru startup. Dua kali setahun mereka menginvestasikan sejumlah kecil uang di sejumlah besar startups. Para pemula pindah ke Silicon Valley selama 3 bulan, bekerja intensif dengan mereka membentuk perusahaan terbaik dan memperbaiki lapangan kerja mereka kepada investor. Kami dan alumni jaringan YC terus membantu pendiri untuk kehidupan perusahaan mereka, dan seterusnya. Sejak tahun 2005, telah mendanai lebih dari 500 startups. http://ycombinator.com

Rubrik Utama

Entrepreneurship is a dominant force in contemporary America. It generates ongoing innovation and improvement of our goods, services, and institutions. It makes them more efficient, affordable, and, thus, effective.

Entrepreneurship enhances the quality of our collective and individual lives. It changes the way we work, the way we communicate, the way we live. Innovation and improvement depend on intelligibility. In the final analysis, we c a n n o t d e v i s e o r e n h a n c e t h e incomprehensible. We cannot repair what is mysterious to us. Because intelligibility is a fundamental purpose of higher educat ion , and generat ing new knowledge is the highest expression of American learning, entrepreneurship and college education are inextricably bound to one another. Each has an ineluctable interest in the success of the other.

Against this background, entrepreneurship should be both a l eg i t imate sub jec t in Amer ican undergraduate education and a pervasive approach to learning and the management of universities.

Why Entrepreneurship Matters

E n t r e p r e n e u r s h i p i s t h e transformation of an innovation into a sustainable enterprise that generates value. An entrepreneur is “any entity, new or existing, that provides a new product or service or that develops and uses new methods to produce or deliver existing goods and services at lower cost.”1“Entrepreneurs innovate new ways of manipulating nature, and new ways of assembling and coordinating people....The innovator shows that a product, a process, or a mode of organization can be efficient and profitable, and that elevates the entire economy.”2Entrepreneurs take risks to develop a novel, sustainable enterprise—a new or improved product, service, or mode of organization that can exist independent of its originator—that benefits the economy and society.

Though entrepreneurship can involve—and thus often is mistaken for—invention, creativity, management, starting a small business, or becoming self-employed, it is neither identical with nor reducible to any of them. The defining trait of entrepreneurship is the creation of a novel enterprise that the market is

willing to adopt. Hence, entrepreneurship entails the commercialization (or its functional equivalent) of an innovation. New ideas, products, or organizational schemes matter little until they achieve concrete reality in the marketplace—that is, until they are actually used. The market judges utility and need along with excellence. It does not value—and does not need to value—every good idea. The entrepreneur's risk, therefore, is not a gamble but an informed calculation about the viability of the new enterprise in the market, about its capacity to meet a d e m a n d o r n e e d o f o t h e r s . Entrepreneurship emerges from the realm of commerce, but it cannot be restricted there. Business is part of society. Cultural and social values and economic policies and behaviors shape and validate one another. For entrepreneurship to be a mainstream and routine business practice, it must reflect its society's view of how the world should work and how human beings should behave. Social attitudes, political practices, economic policies, and the legal system must support creativity, risk-taking, and the implementation of new enterprises.

Entrepreneurship cannot thrive if its society's values undermine it. Entrepreneurship is a process of fundamental transformation: from innovative idea to enterprise and from enterprise to value. The very ordinariness of entrepreneurship in American commerce points to a society that prizes originality and improvement and the human traits that enable both. Thus, entrepreneurship is more than a business practice. As a distinct mode of thought and action, it derives from business but can operate in any realm of human endeavor. Entrepreneurship merges the visionary and the pragmatic. It requires knowledge, imagination, perception, practicality, persistence, and attention to others. Entrepreneurship is a self-actualizing and a self-transcending activity that—through responsiveness to the market—integrates the self, the entrepreneur, with society.

U n a v o i d a b l y, t h e r e f o r e , entrepreneurship is an exercise in social responsibility. To suppress or constrain innovation and improvement—and their implementation—ignores a society's needs and wants, holds it back, and diminishes its future. Entrepreneurship is the unique process that, by fusing innovation and implementation, allows individuals to bring new ideas into being for the benefit of themselves and others. It is sui generis, an irreducible form of freedom.

1William J. Baumol, Robert E. Litan, and Carl J. Schramm, Good Capitalism, Bad Capitalism, and the Economics of Growth and Prosperity (Yale University Press, 2007), p. 3. This definition reflects the authors' critical distinction between “'replicative' entrepreneurs—those producing or selling a good or service already available through other sources” and “'innovative' entrepreneurs,” who matter for economic growth.2J.Bradford DeLong, “Creative Destruction's Reconstruction: Joseph Schumpeter Revisited,” The Chronicle of Higher Education, December 7, 2007, www.chronicle.com; Section: The Chronicle Review, Volume 54, Issue15, Page B8.

Why Entrepreneurship Belongs in CollegeOur recommendation is based on

f o u r k e y c o n s i d e r a t i o n s . Fi r s t , entrepreneurship is cr i t ical to understanding and succeeding in the contemporary global economy. Second, entrepreneurship is already an expanding area of American college learning. Third, entrepreneurship is becoming a basic part of what universities themselves do. Fourth, entrepreneurship meets many of the goals of a quality American undergraduate education.

To neglect entrepreneurship or relegate it to the educational sidelines makes undergraduate learning orthogonal to the world it is supposed to help students learn to understand. Entrepreneurship has long been overlooked as a topic of economic study, but recent scholarship has underscored its leading role as a major generator of wealth in the contemporary economy. The continual creation of new enterprises is a fundamental reason for the economic growth and technological innovation of the American economy over at least the past two decades. Entrepreneurship's centrality to the steady improvement of human welfare explains its pertinence to American college learning.

Although entrepreneurship has been a relatively standard component of the curricula of business schools, it has begun to emerge as a discrete area of study of ever broadening interest and applicability. The increased importance of entrepreneurship is evident in the academy.

Entrepreneurship is one of the fastest growing subjects in today's undergraduate curricula. In the past three decades, formal programs (majors, minors and certificates) in entrepreneurship have more than quadrupled, from 104 in 1975 to more than 500 in 2006. The development of discrete courses in entrepreneurship has been exponential. The Kauffman Foundation has stimulated and helped focus this curricular deve lopment wi th i ts Kauf fman CampusesSM Initiative, which fosters c r o s s - c a m p u s e d u c a t i o n i n entrepreneurship and now covers

nineteen universities of varying sorts across the United States. The exceptional curricular expansion of entrepreneurship is a good reason to rethink its place in the general undergraduate curriculum.

Increas ing ly, un ivers i t ies t h e m s e l v e s a r e a g e n t s o f entrepreneurship. Through offices of “technology transfer,” schools encourage and enable their faculty to create ventures that transform their research into products for the market. Research universities are a n i m p o r t a n t — t h o u g h n o t t h e only—source of innovation and the creation of new products and processes that become the foundation of new firms and enterprises. For universities to advocate entrepreneurship as a core activity for faculty and then fail to teach that activity broadly to their students disconnects the school's mission from its practice and is educationally incoherent.

Finally, although it is among the newer subjects in the academy, entrepreneurship fulfills many of the established goals of a high-quality education. Entrepreneurship is not an isolated activity. It is embedded in larger structures. Even if conceived narrowly as s o l e l y a b u s i n e s s p r a c t i c e , e n t r e p r e n e u r s h i p u l t i m a t e l y i s unintelligible without knowledge of the interlocking and reinforcing systems of law, economics, politics, finance, and cultural values that make it plausible and thereby foster it. Moreover, because entrepreneurship has a practical focus, its study naturally and easily demonstrates how ideals and theories—so called “pure” knowledge—actually affect behavior. Indeed, entrepreneurship's focus on the pragmatic can channel the ambition and talent of young people away from fanciful speculation and toward concrete projects. As a magnet for the authentic integration of varied fields of learning and as a bridge b e t w e e n t h e o r y a n d p r a c t i c e , entrepreneurship is a superb vehicle with which to achieve the aims of the broad, effective, and integrated learning that marks a strong college education.

Entrepreneurship is a distinctive form of human agency that fuses the human desire for the ever better with confidence in the human ability to fulfill that desire. It mixes optimism with realism. As a defining characteristic of American society, economics, and culture, entrepreneurship has a valuable role to play in American higher education.

How Entrepreneurship Fits in CollegeIf entrepreneurship belongs in

college learning, how should we teach it and learn

it? Does it need to become a distinct field of learning, a discipline, in order to find a durable place in the overall curriculum? L i k e p h i l o s o p h y o r m u s i c , entrepreneurship is a field of study that generates—rather than discovers or encounters—its subject matter. Unlike history, sociology, or a n t h r o p o l o g y , f o r i n s t a n c e , entrepreneurship creates what it studies. Because o f i t s p rac t i ca l f ocus , entrepreneurship's greatest exponents are its innovators and practitioners—the creators of new enterprises, firms, products, and services—rather than its students. Like m u s i c , b u t u n l i k e p h i l o s o p h y, entrepreneurship requires more than other professionals to be consequential.

Philosophers may write primarily for other philosophers, but entrepreneurs and musicians (both composers and performers) require a population of amateurs in order to be complete.

For music, that population is the audience. For entrepreneurs, it is the market. To see how entrepreneurship can find its place in a college curriculum, a comparison of entrepreneurship to music is instructive.

Education in entrepreneurship, as in music, operates along a continuum of lear n ing that extends f rom the professional to the amateur. In music, at one end of the continuum is the composer or the virtuoso performer. At the other end is the audience, which values what the composer and performer do. Along the way are multiple, discrete aspects of music—conducting, mastering a specific instrument, theory, history, etc.—that contribute to the overall intelligibility of the subject and improve performance.

Comprehensive and substantive education in music embraces this continuum and neglects none of it. It teaches the virtuoso how to improve and the amateur how to appreciate. It shows how music works, charts its changes, and analyzes its elements. Increasingly, it examines the conditions of music's creation and persistence.

In the final analysis, music is not and cannot be solely self-referential. It reaches outwards to non-specialists to bring benefit and enrichment to their lives. Music also is a competitive field and therefore a meritocracy. But its notion of merit is neither pristine nor absolute. It is affected by the audience, which helps to shape the subject and determine the kind and quality of music that will matter. The higher the audience's taste and level of expectation, the better the music becomes and must become.

Because of its focus on the audience, music has a capacity to affect a vast population. Nearly everything that is t r ue for music a lso is t r ue for entrepreneurship. At one level, education in entrepreneurship must be about the e n t r e p r e n e u r, t h e p r a c t i t i o n e r. Entrepreneurship education must give students the practical, how-to technical skills to create, manage, assess, and sustain new enterprises. Among other things, they need to learn to devise a product, create a business plan, find new resources, build a company, market heir innovation, and so forth. To be sure, skills alone hardly generate new enterprises, but they sure ly fac i l i ta te the i r development. At the other end of the continuum, education in entrepreneurship also must be for the amateur, the consumer, who is the ultimate focus of entrepreneurship . The amateurs constitute the market. They consume, and, in so doing, they assess. Just as education can help students who are not musicians learn how to appreciate the skills, intelligence, and artistic values that go into the creation and performance of great music, so education can help students who are not entrepreneurs understand the skills, intelligence, and the political, cultural, and economic infrastructure that enable the generation of new enterprises.

Entrepreneurship also is a matter of merit, but, as in music, what counts as entrepreneurial merit is constrained by the market. Between the ends of this continuum of learning, as in music, there a re many d isc re te e lements o f entrepreneurship—some applied, some theoretical—that can constitute the foci of individual courses and projects. When one views the comprehensive framework of entrepreneurship education against the d iverse ins t i tu t iona l types and educational missions that comprise American higher learning, it seems unlikely that any single set of educational practices or programs can apply uniformly across the board. Different schools have discrete populations, histories, cultures, and purposes, and American colleges and universities serve a variety of educational functions with increasingly diverse age groups. For instance, entrepreneurship in a university with a business school may differ from entrepreneurship in a university without one.

Entrepreneurship in community colleges, which educate an important sector of the American population, may diverge from entrepreneurship in a research university. Entrepreneurship cannot be a “one size fits all” discipline. Each program will have a particular set of

KOMUNITA 7 - 201316 KOMUNITA 7 - 2013 17

Rubrik Utama

outcomes, a defined target audience, and will fit into a local ecosystem. Our aim, therefore, is not to prescribe a single set of educational practices. Rather, we want to encourage educational communities, including their faculties, administrations, staffs, students, parents, and trustees, to devise the kinds of education in entrepreneurship that are appropriate to their goals, populations, heritages, and resources, and that find a legitimate place in the continuum of learning sketched above. Education in entrepreneurship needs to be as responsive to the concreteness and integrity of its diverse contexts of learning—its varied markets—as entrepreneurship itself.

This report focuses on three major areas: the curriculum, the co-curriculum, and the management of universities. We aim to be suggestive rather than prescriptive, to indicate both substantive rationales and concrete measures that universities can adopt to make entrepreneurship fundamental to what they do and how they do it.

1. Entrepreneurship in General Education

All—or nearly all—American colleges and universities share a basic interest in general education. This is the realm of learning that aims to equip American college students with both a set of skills—quantitative, verbal, analytical, etc.—that is essential to all fields but particular to none and a breadth of intellectual experience that can help them integrate knowledge from different fields. By definit ion, general education articulates the core educational mission of a college or university. As such, it is the province of no discrete school or department. It represents institution-wide, trans-disciplinary learning.

Increasingly, general education requirements focus on helping students gain basic competence in writing, quantitative analysis, interdisciplinary, research, globalization, ethics, and citizenship. General education is where students are expected to acquire the fundamentals of learning that they can then apply to more specialized areas of study and to the rest of their lives.

Entrepreneurship is ideal for general education because it is a practice that applies to many fields and because it provides a revealing lens for studying how cultural values, social institutions, economic policies, and legal practices interrelate to shape human behavior. E n t re p re n e u r s h i p n a t u r a l l y a n d authentically draws together subjects usually taught and studied separately. For example, an introductory, foundational course in entrepreneurship—designed for all students—can explore and explain how core cultural values come to expression in a broad range of human activities—from economics to law to politics to culture to religion—and how these realms must collaborate to make entrepreneurship routine in American society. To take one instance, contemporary American entrepreneurship depends on the legal concept of “intellectual property,” the notion that ideas can be “owned” and their use restricted to and by the owner. Beneath this legal concept are logically

prior notions of the self, the autonomy of the individual, and that our ideas come from within us and therefore belong to us. This range of values and practices is the c o n t e x t f o r o u r p r a c t i c e o f entrepreneurship. The entrepreneurial lens illustrates concretely how big theoretical, philosophical, and sometimes theological constructs become real, practical, and affect everyday life—in short, how values matter. In doing so, a foundational course in entrepreneurship can admirably fulfill the ideals of broad, interconnected, and relevant learning that mark a quality general education. It also brings entrepreneurship into the mainstream of students' discourse about their own education and helps them apply it when they turn to more specialized study.

Fo r g e n e r a l e d u c a t i o n , entrepreneurship has yet another pertinence. In the United States, entrepreneurship is a primary way in which our free society grows and improves not only our economy, but our cultural and social lives as well. Entrepreneurship is a fundamental means by which a free society comes to know itself.

T h r o u g h t h e c o n t i n u a l innovation, the ongoing transformation of ideas and enterprises, and the persistent testing which takes place in the market, American society learns about itself and its culture in the very process of developing that culture.

Nothing else we do—even, and particularly, holding elections—gives us such comprehensive collective self-knowledge. By showing students how American politics, law, culture, and economics actually interact—and must interact—to produce tangible results, the broad study of entrepreneurship in general education can be a fresh and stimulating way for students to achieve a realistically comprehensive picture of the concrete machinery of their own economy and society. The study of entrepreneurship thereby helps ready students for informed citizenship.

2. Entrepreneurship and the Disciplines

Entrepreneurship in the Curriculum

3Catherine Hoffman Beyer, Gerald M. Gilmore, and Andrew T. Fisher, Inside the Undergraduate Experience: The University of Washington's Study of Undergraduate Learning (Bolton, Mass., Anker Publishing Company, 2007), p. 234Political movements and evangelical religions, both of which outlive their founders, may be inherently entrepreneurial, though their markets, in the first instance, are not economic. In some forms of contemporary Protestantism, the connection between religion and entrepreneurship is explicit. See, for instance, www.pastorpreneur.com.

A very promising area that may well become fundamental to entrepreneurship education builds on research in psychology and sociology. This area of learning analyzes and teaches the traits that correlate with entrepreneurial achievement, such as creativity, innovation, and self-efficacy.

Integrating entrepreneurship i n t o d i s c re t e c o u r s e s — h o w e v e r valuable—addresses only par t of students' experience with the disciplines. The major, the collection of courses that constitutes an extended and integrated program of learning, shapes what students know about their most important subject and how they know it. The major brings them into a community of inquiry and, teaches them an intellectual discourse, the discipline's language of knowledge. The courses in the major reinforce habits of mind, analytical practices, and approaches to problem-solving.

Entrepreneurship will have its most durable impact on higher education if it not only finds an appropriate place in the disciplinary subjects, but shapes the major itself. For example, to enhance students' sense of entrepreneurial possibility, some educators suggest that courses in commercialization should be available to, if not required of, students who major in any of the STEM (science, technology, engineering, mathematics) subjects.

The issue goes deeper than this. Since the major is likely the most influential component of students' learning, it is the logical context in which they can explore and experience what we might call the entrepreneurial move from inte l l ig ib i l i ty to innovat ion . An entrepreneurial approach to the major might stress both the mastery of basic information and insight into the new ideas that have altered a field of learning over time. While the major conventionally gives students extensive exposure to a subject, its structure often does not address systemic innovation in a field. Thus, students cannot always see how change and progress have affected their own

learning and thinking. An articulated emphasis in the major on how a field has i m p r o v e d a n a l y s i s , a d v a n c e d understanding, and implemented change could help students learn to innovate about what they know and thereby make innovation itself more a part of their educational experience and discourse. Again, the analogy to music may be helpful. Departments of music composition cannot make students creative.

But studying how great music is made can ignite whatever creativity students possess and help bring it to expression. The aim of studying composition is to unpack works of genius and excellence and thereby lead students beyond imitation to originality.5

Students are more likely to practice innovation if their education values it, and it is a basic part of their learning. So it is with entrepreneurship. Making innovation intelligible may help students to imagine and engage in entrepreneurial activities they otherwise might not have considered.

T h e i n t e g r a t i o n o f entrepreneurship into the major is more than a departmental matter. Academic guilds and accrediting agencies determine the form and contents of majors in many fields, particularly those outside of arts and sciences and t r a d i t i o n a l l y d e e m e d a s “preprofessional,” i.e., business, education, communication, engineering, architecture, etc. Any movement to make majors more entrepreneurial will ask the guilds and accrediting agencies to rethink the so -cal led “ learning outcomes” of their subjects and to establish new standards and directions of educational consequence for them.

This is particularly pertinent to undergraduate business programs, which traditionally attract the nation's largest numbers of majors, and where entrepreneurship is assumed to have its most natural educational home. Altering certified majors can be a slow process, and we encourage universities, learned societies, and accrediting agencies not to delay in initiating serious discussions about entrepreneurial change.5This formulation derives from Shelton Berg, dean of the Frost School of Music, University of Miami.

T h e a r g u m e n t s f o r entrepreneurship in the undergraduate major apply with even greater force to graduate and professional studies. As graduate students craft their own

A m e r i c a n b a c c a l a u r e a t e education is built around academic disciplines. Whatever else they may do in college, all students pursue a “major” or “concentration” in a particular subject or subjects. Recent scholarship makes clear that disciplinary learning—at least as much as, and possibly more than, general education—is central to students' experience.

...the academic disciplines shape students' educational experience in every way. What students learn about diversity, critical thinking, writing, quantitative reasoning, information literacy, and technology—including how these terms are defined—is mediated by the disciplines, as are the best pedagogical strategies to teach students these skills. This mediation is not only true for students' third and fourth years in college...but for the first two years as well....[T]here is no such thing as an undergraduate education; instead we have many undergraduate educations filtered through the lenses of particular disciplines....3

If this account is even reasonably accurate—and there are reasons to think it is more than that—entrepreneurship must find its place among and within the discipl ines to become genuinely mainstream. Entrepreneurship's natural and broad applicability enables such curricular integration at the level of both the discrete course and the disciplinary program, the major or concentration.

T h e r e l e v a n c e o f entrepreneurship to studies in business and economics goes without saying. But courses in history or literature could focus on entrepreneurs or entrepreneurial themes. The study of the impact of government policies on entrepreneurship easily fits within political science or economics. Entrepreneurship is becoming increasingly relevant in nursing and the delivery of health care. The broad area of environmental studies and sustainability is rich with entrepreneurial possibility. Religion and political science offer interesting options to explore the power of entrepreneurial activity outside the realm of business.4

independent research projects and thereby fulfill the American educational ideal of a career in the work of discovery a n d c r e a t i v i t y , e x p o s u r e t o entrepreneurship may trigger an awareness of how their new ideas can have broad impact.

In principle, graduate education need not be inimical to the creation of new enterprises. Indeed, in some graduate programs, new products are the natural outcomes of research. The educational practices of such programs could be adapted and applied to other fields and institutions. This is not to suggest that graduate work must be applied research, but rather that an entrepreneurial climate can offer an enriched perspective on the consequences of pure research.

1. Entrepreneurship in the Co-Curriculum

B y i t s v e r y n a t u r e , entrepreneurship in college cannot be limited to the classroom. Students interested in it and committed to it will want the opportunity to try it out—to actually do it. For students drawn to business or engaged in addressing p e r s i s t i n g s o c i a l p r o b l e m s , ent repreneursh ip ' s emphas is on implementing new enterprises provides a constructive and practical outlet for their natural idealism and its associated enthusiasm. It can help them see how to solve problems and get things done. In this regard, the environment outside the classroom is critical. Again, a comparison to music is illustrative. Because it depends on an audience, music, unlike most other academic subjects, thrives outside as well as inside the classroom.

Most American colleges and universities regard musical performance as a natural part of campus life. They routinely sponsor multiple co-curricular, non-credit musical groups—from a capella ensembles, to glee clubs, to orchestras, to jazz and rock bands. With a supportive c a m p u s e n v i ro n m e n t , A m e r i c a n undergraduates can increase their musical skills and fulfill their interests in music whether or not they study and perform it for credit.

S o i t s h o u l d b e f o r entrepreneurship. Students interested in starting their own businesses or other enterprises benefit from a campus environment that takes entrepreneurship seriously and suppor ts it . Some universities have opened dedicated offices and workspaces that allow student entrepreneurs to find both the resources of information and fellowship that help to foster their work. Other schools have

KOMUNITA 7 - 201318 KOMUNITA 7 - 2013 19

Rubrik Utama

established special residence halls for entrepreneurs or created programs of student-initiated and student-owned businesses.

Many university career centers provide regular opportunities for students to meet and learn from local and alumni entrepreneurs. The Enterprisers program, offered by Cambridge University, is a useful example of a short, focused co-curricular program with consequential results, particularly in concert with inter nsh ips and other pract ica l experiences.6

These activities easily can be applied to students' efforts in the nonprofit sector as well. All university efforts along these lines help student entrepreneurs find substantive advice and meaningful encouragement to persist with their projects. The universities also benefit. Student entrepreneurs bring a distinctive vitality and energy to campus life. They help make a college campus fun and exciting. Entrepreneurship is among a handful of careers—most of which are not represented in the curriculum—that students can pursue while they are in college. Student entrepreneurs integrate learning with the off-campus world of work, problem-solving, and achievement. They add a rich and leavening dimension to a campus culture.6www.enterprisers.org.uk

Entrepreneurship and the Management of Universities

Students learn best when they can live what they learn. By being more entrepreneurial in their academic and administrative practices, universities can help students become independent and innovative risk-takers. The more comprehensively students encounter entrepreneurial concepts and behaviors in their college experience, the more likely they are to assimilate them.

The proliferation of offices of technology transfer suggests that universities increasingly recognize the economic benefit of entrepreneurship. But most students and faculty encounter technology transfer only indirectly. The more basic issue is how entrepreneurial values can become broadly integral to a university's culture.

Entrepreneurship is about devising and implementing new ideas and practices or improving old ones. In a progressively technological, scientific, and interconnected world, the quality of innovation in large measure increasingly relies on superior advanced learning.

Arizona State UniversityTempe, Arizona

Year Founded: 1885Enrollment: 64,394Cornell UniversityIthaca, New York

Year Founded: 1865Enrollment: 20,638Lake Erie CollegePainesville, Ohio

Year Founded: 1856Enrollment: 1,100

www.asu.edu

www.cornell.edu

www.lec.edu

Kauffman CampusesSM—An OverviewThe Kauffman Foundation has spent much of the last

fifteen years helping accelerate the development of entrepreneurship programs at colleges and universities, most recently operating on the belief that teaching students about running an enterprise and thinking innovatively should not be solely the province of business schools.

In 2003, the Kauffman Foundation announced its commitment to the idea of cross-campus entrepreneurship programs by launching the Kauffman CampusesSM Initiative, awarding a total of $25 million to eight American institutions of higher education. The recipients were selected after a highprofile competition among twenty-six colleges and universities. Building on the success of those grants, the Kauffman Foundation awarded at total of $23 million in Kauffman CampusesSM grants to eleven more schools in late 2006.

“Kauffman Campuses II,” as the program has been dubbed, not only builds on the best aspects of “Kauffman Campuses I,” it significantly leverages the Foundation's investment through partnerships with other funding sources.

By involving others in the program, the Kauffman Foundation hopes to leverage its commitment and get foundations and other entities thinking entrepreneurially as well. The goal, as it always has been, is to create a cultural transformation on college campuses that results in graduates who are dynamic thinkers and risk-takers—no matter what major areas of study the students pursue.

Inaugural Kauffman Campuses -

Kauffman Campuses Second Round

Florida International University - University of Rochester - Howard University - University of Texas at El Paso - University of Illinois at Urbana–Champaign - Wake Forest University - University of North Carolina at Chapel Hill Washington - University in St. Louis

- Arizona State University - Syracuse University - Georgetown University - University of Maryland, Baltimore County Purdue

University - University of Wisconsin–Madison

Northeast Ohio College Entrepreneurship Program in partnership with the Burton D. Morgan Foundation:

- Baldwin-Wallace College - Oberlin College Hiram College - The College of Wooster

A strong educational foundation helps ensure that new ideas will be effective and substantive. Because entrepreneurship promotes, implements, and rewards innovation, it necessarily correlates with education. In this light, a key task of American higher education surely is to continue to stress and reward innovation and its implementation as a core educational goal.

C u r r i c u l u m i s t h e b a s i c enterprise of education. In American universities, our administrative processes for curricular innovation, at the levels of both the course and the program, run the gamut from open to restricted. Continuous curricular innovation is hardly a uniform practice.

An educational culture of what we might call curricular entrepreneurship would create budgetary practices and incentive structures to reward faculty and departments for curricular innovations, fresh interdisciplinary partnerships, experiments with new modes of instruction, etc. A more explicit educational focus on innovation and its implementation—to be sure, in ways that respect the integrity of the varied academic disciplines—would help encourage university faculty and academic departments continually to adopt, apply, and assess methods of teaching and learning that foster creativity and originality.7

The same considerations should apply to the areas of research and tenure. One obvious consequence of universities' new emphasis on technology transfer is a fresh perspective on and appreciation of translational research. In our view, universities should treat translational research as basic research, and the “measure of impact” of research should be part of the review for tenure and promotion.

An academic culture animated by entrepreneurial values not only enhances innovation in research, it also creates a comprehensive educational climate for students. Good teachers are more than sources of information for students. They can be important role models as well. Entrepreneurial students will learn most from entrepreneurial teachers.

ConclusionThere are compelling reasons to

make entrepreneurship a mainstream subject and an animating force in American higher education. As the world's natural resources ebb and technology advances, humanity increasingly will live by its wits. Human understanding,

ingenuity, and inventiveness will become ever more critical to creating a sustainable future. But innovation alone will not suffice. We will need people who know how to implement new ideas and make them accessible to large populations. 7For example, see the work of the Hasso Plattner Institute of Design at Stanford U n i v e r s i t y : www.stanford.edu/group/dschool/projects/labs.html

An entrepreneurial society will not emerge or persist by accident. We will have to build it and maintain it. To do both, we will have to understand why entrepreneurship matters, how it works, and how to sustain it. That understanding is the result of education.

Advanced education is one of our nation's greatest cultural resources. Students from all over the world come here to learn in the unique research-based and research-driven educational framework of American universities—an environment defined by free inquiry, autonomous thinking, intellectual passion, and originality.

I n A m e r i c a n e d u c a t i o n , intelligibility is a basic goal, and innovation and discovery are the most consequential results. Entrepreneurship is higher education's authentic and natural ally.

An entrepreneurial education is an enabling education. The union of the two is our best hope to bring humanity the greatest benefit from the finest outcomes of independent and creative learning.

Profiles of Innovative Entrepreneurship Education Programs

During the past two decades, tremendous growth has occurred in the number of entrepreneurship courses offered by colleges and universities. In 1985, studies indicate there were about 250 entrepreneurship courses offered across all college campuses in the United States . Today, more than 5 ,000 entrepreneurship courses are now offered in two-year and four-year institutions.

The profiles on the following pages offer a few examples of innovative courses and programs in entrepreneurship that colleges and universities now offer to introduce and engage students into the process, opportunities, and excitement generated through entrepreneurship. While these are by no means the only exciting things happening in universities across America, these profiles do illustrate concretely how the suggestions in this report can and have been implemented.

Purdue UniversityWest Lafayette, Indiana

Year Founded: 1869Enrollment: 69,594StanfordUniversityStanford, California

Year Founded: 1891Enrollment: 19,782University of Maryland, Baltimore CountyBaltimore, Maryland

Year Founded: 1966Enrollment: 12,041

www.purdue.edu

www.stanford.eduwww.stanford.edu

www.umbc.edu

University of MiamiCoral Gables, FL

Year Founded: 1925Enrollment: 15,400University of North Carolina at Chapel HillChapel Hill, North Carolina

Year Founded: 1789Enrollment: 27,700University of Rochester

www.miami.edu

www.unc.edu

Rochester, New York

Year Founded: 1850Enrollment: 8,700University of Wisconsin–MadisonMadison, Wisconsin

Year Founded: 1848Enrollment: 42,041Washington University in St. LouisSt. Louis, Missouri

Year Founded: 1853Enrollment: 11,010

www.rochester.edu

www.wisc.edu

www.wustl.edu

KOMUNITA 7 - 201320 KOMUNITA 7 - 2013 21

Rubrik Utama

ekelompok mahasiswa berkerumun di bawah pohon rindang duduk mengelilingi seorang pria muda yang dengan sabarnya menjelaskan dan menjawab, serta melayani berbagai pertanyaan mengenai banyak hal berkaitan dengan kegiatan wirausaha. SMulai dengan bagaimana membuat proposal bisnis plan untuk mengembangkan usaha yang sudah dirintis namun masih perlu

bantuan permodalan, atau berbagai kendala hubungan usaha yang masih belum membantu mendorong usaha yang sedang dirintis. Atau bahkan ada yang bertanya bagaimana memulai usaha baru, agar tidak mengalami kesulitan dalam mengembangkan usahanya. Pria bernama Iwan Ridwansyah, 33 yang pernah mendapatkan penghargaan pada : “ The Indonesian Small and Medium Business Entrepreneur Award (Ismbea) 2009” itu dengan tenangnya dan sangat bersahabat melayani serta menjelaskan berbagai hal tentang upaya pengembangan usaha, cara-cara menghadapi kendala di lapangan terkait dengan implementasi di lapangan usaha, dan financial method . Pendiri WEC (Widyatama Entrepreneur Community) Bandung ini tidak segan-segannya memberikan konsep atau rahasia menjalankan usaha, dimana para mahasiswanya diajak meninjau langsung ke lapangan usaha baik pada unit usaha yang dikelolanya sendiri maupun bidang usaha rekan sejawatnya. Dosen Fakultas Bisnis dan Manajemen Universitas Widyatama Bandung (FBM – UTama) dan pernah menjadi sekertaris program studi S1 itu bertekad untuk menyebarkan virus semangat berwirausaha di kalangan mahasiswa.

TIPS MEMULAI BISNIS BAGI MAHASISWA Berwirausaha saat masih kuliah ? Kenapa tidak ? Banyak sekali contoh mahasiswa sukses karena mencoba memulai usahanya sambil kuliah. Baik dari usaha jual beli pulsa – sampai jual beli handphone; dari menjajakan

cemilan – sampai bisa buka restoran di pinggir jalan; dari reseller kaos produk orang lain – sampai bisa punya distro sendiri. Banyak sebenarnya cara-cara untuk menjadikan wirausaha sebagai bagian kehidupan belajar & bekerja

untuk diri sendiri. Apalagi kegiatan pendidikan dimaksudkan mempersiapkan mahasiswa agar memperoleh pekerjaan layak setelah lulus kuliah. Dengan berwirausaha atau berbisnis, mahasiswa belajar bekerja bagi dirinya

dan mengajak orang lain menjadi produktif. Berikut tips dan trik berwirausaha saat sekolah atau kuliah, yang relatif tidak mengganggu aktifitas kuliah. Tips dan trik ini masih mengupas kulitnya, belum pada permasalahan berwirausaha. Namun hal ini bisa dijadikan

acuan mahasiswa yang ingin segera membuka usaha.1. Jangan pikirkan tentang modal. Sebagian besar mahasiswa pasti memikirkan modal untuk bisa memulai usaha.

Padahal modal bukanlah hal utama yang harus ada dalam memulai usaha. Memang benar sebagian usaha memerlukan modal, tapi bukan yang utama. Salah satunya meminjam dana. Jika orang tua tidak bisa

meminjamkan dana, kamu bisa membuat proposal usaha. Proposal usaha ini bisa kamu ajukan ke kompetisi lomba bussiness plan. Atau mengajak beberapa teman kuliahmu untuk membangun bisnis bersama dengan panduan

proposal bisnis tersebut. Banyak hal yang bisa dilakukan memulai usaha tanpa modal. Paling mudah adalah kamu bisa menjadi makelar dari produk orang lain. Tidak perlu biaya kan? Hanya usaha untuk menjualkan produk orang

lain dan nantinya kamu bisa mendapatkan uang dari hasil penjualan produknya. Nah, jangan jadikan alasan ya modal sebagai penghambat memulai usaha.

2. Bingung buka usaha apa. Kebingungan buka usaha apa biasanya terjadi saat mahasiswa berpikir terlalu jauh bahwa bisnis yang akan digelutinya akan menghasilkan uang banyak dengan mudah dan cepat. Jika berpikir

demikian, maka memulai usaha akan sangat sulit. Mulailah dengan hal sederhana yang bisa kamu jual pada teman-teman kampusmu. Bisa jualan pulsa, jualan kaos, jualan stiker, pernak pernik meja belajar, atau hal apapun yang

dianggap sepele untuk memulainya. Anggap saja itu sebagai batu loncat. Usaha itu adalah awal kamu untuk bisa memulai usaha lain yang lebih besar. Karena dengan memulai yang mudah, bisa mengerti bagaimana sistem

wirausaha/bisnis bekerja. Setelah mapan sekitar satu tahun memulai usaha, barulah mencari usaha lain yang lebih besar dari segi modalnya, dari segi aspek keuntungannya, dari aspek rekrutmen karyawan, karena belajar itu

memang dari awal.3. Jangan mudah bosan Pengalaman terbaik wirausaha atau bisnis memang banyak. Salah satunya menjalani

kebosanan. Bosan saat usaha atau pun saat mengalami kebuntuan di tengah jalan memang menyebalkan. Walaupun usaha itu dimulai dari hobi, perlu visi ke depan agar belajar berwurausaha tidaklah sekedar iseng atau main-main. Sehingga perubahan perjalanan bisnis semakin terasa baik sedikit ataupun banyak. Jadi, catatlah visi wirausahamu itu untuk tiga bulan ke depan, enam bulan kedepan, satu tahun kedepan, dua tahun kedepan. Bosan memang cenderung untuk menyerah. Bisa juga bosan setelah visi dan target dibentuk tapi meleset pada faktanya,

Jika visi meleset, karena ada hambatan saat berbisnis, adalah hal wajar. Namun kelolalah rasa bosan agar tidak segera berhenti belajar berwirausaha.

4. Carilah tentor bisnismu Mencari guru memang sulit, apalagi untuk bisnis. Perlu diperhatikan guru dalam wirausahamu itu tidaklah tetap. Kadang seorang teman bisa menemanimu untuk memulainya, tapi tidak

menjalankannya bersama. Terkadang seorang yang baru kamu kenal dalam organisasi di kampus malah sudah ahli dan baru kamu ketahui. Bahkan guru bisnis juga bisa datang dari saudara sepupu atau paman, pa'de, om, dan

lainnya. Carilah tentormu dalam bisnis atau wirausaha, agar keyakinan bisa menjalankan bisnis itu lebih siap dan tidak mudah putus asa.

Tentunya kamu harus “take action” agar bisa direalisasikan dan dipraktekkan dengan sangat mudah. Kamu juga bisa mencari tambahan tips lainnya agar kehidupan belajar dan kuliah kamu tidak melulu soal akademis.

tetapi juga bisa berisi nilai kemandirian; mencari uang sendiri dan menghargai diri agar lebih layak mendapatkan uang yang barokah.

Let's Keep spirit! Tetap semangat ya…(Rozak/April13)

.

.

Kiprah Widyatama Entrepreneur Community (WEC) Bandung

Semangat yang tinggi dikobarkan kepada mahasiswa yang menjadi anggota WEC Bandung bukan hanya ketika berada di lingkungan kuliah, namun benar-benar d ipraktekkan d i lapangan yang sebenarnya, sehingga pembelajaran dan pelatihan ketrampilan berwirausaha itu berjalan seiring (learning by doing). Para anggota WEC Bandung ini ditempa dengan caranya sendiri, antara lain latihan membuat perencanaan bisnis yang dituangkan melalui pembuatan p r o p o s a l u s a h a ( p e r e n c a n a a n usaha/business plan), mencari dan atau menggalang mitra usaha, menawarkan produk, mempelajari perilaku pasar, dan berbagai hal lainnya, sehingga para anggota benar-benar siap menjalankan usahanya dimulai dari yang ukuran kecil, disertai kebanggaan/kepercayaan diri yang tinggi, kemauan yang kuat untuk maju, dan kekuatan mental atau daya t a h a n t e r h a d a p p e r k e m b a n g a n perlawanan lingkungan yang di luar prediksinya.Saat in i sudah terbukt i banyak mahasiswa/anggota WEC Bandung yang dapat bertahan dan usahanya semakin maju bahkan berkembang pesat menjadi

entrepreneur muda yang sukses.Sebagai contoh tokoh muda sukses M a y a n g A z k a , b a i k d i k a m p u s (menyelesaikan kuliah tepat waktu) maupun di lapangan usaha dengan merek REGEN BOGEN produknya berupa Bolu Pelangi, dengan omset usaha per bulan Rp 52.000.000,- WEC Bandung dibentuk dengan idealisme yang tinggi dan tekad membangun visi untuk membentuk para wirausahawan muda dari kalangan kampus. Pandangan sebagian orang bahwa kampus hanya menjadi tempat bagi para calon ilmuwan masa depan dan bukan untuk para calon wirausahawan yang merintis lapangan kerjanya sendiri selayaknya dirubah. Melalui langkah kecil WEC akan diupayakan terbentuk citra positif menjadikan kampus sebagai candradimuka wirausahawan muda yang ampuh, tangguh dan berwibawa di dunia kewirausahaan.

Pembekalan UsahaKegiatan WEC Bandung yang paling mendasar antara lain menanamkan pola berpikir tentang kewirausahaan sebelum membangun usaha. Pola berpikir yang perlu diperhatikan antara lain tanggapan tentang karakteristik perorangan dalam merespon perkembangan lingkungannya, serta bagaimana pula dengan pola karakteristik kelompok sosial pada lingkungannya.

Pa r a a n g g o t a k o m u n i t a s d i b e r i pandangan mengenai karakteristik perseorangan maupun ke lompok s o s i a l n y a d a l a m m e n a n g g a p i perkembangan lingkungannya, dengan cara membangun rangsangan cara berfikir positif terhadap stimulant yang sengaja diciptakan. Ini dimaksudkan untuk melihat sampai sejauhmana reaksi/tanggapan, serta ke arah mana suatu kondisi itu berkembang.

Juga diberi panangan tentang pola peluang yang berkaitan dengan k e b u t u h a n e k o n o m i l i n g k u n g a n sekitarnya. Apakah dapat menjadi peluang untuk pengembangan suatu usaha baru dan berciri khas.

Setelah kedua pola dasar itu terbentuk dalam cara berfikir anggota. Selanjutnya diberikan pula pemahaman tentang metoda-metoda mendirikan usaha baru dengan mempertimbangkan secara cermat prinsip dasar memanfaatkan sumber daya yang minimum tapi dapat menghasilkan karya yang maksimum. Dalam setiap proses untuk memulai langkah awal, selalu mengidentifikasi pergerakan sekecil apapun yang menyimpang dari perencanaan semula, dan mengupayakan perbaikannya sesegera mungkin. Hal ini dilakukan dengan cara didiskusikan dan dijadikan topik bahasan oleh kelompok komunitas, sehingga didapat jalan keluar untuk memperbaiki pengelolaannya.

Setelah usaha yang dirintis tersebut dapat b e r j a l a n s t a b i l ( p e r m a s a l a h a n penyimpangan dari perencanaan tidak terlalu mengganggu rencana semula dan langsung dapat ditanggulangi sendiri). D i l a n j u t k a n m e n g u p a y a k a n pengembangannya , ya i tu s is t im pengelolaan sudah dapat distandarkan. Tahap ini menjadi bahan bahasan pula bagaimana cara mengembangkan tanpa harus mengganggu proses yang sedang berjalan dan sudah dianggap stabil tersebut. Banyak contoh usaha yang sudah berkembang dengan mudah dikuasai o r a n g l a i n , k a r e n a t e r l a m b a t dilembagakan. Merek dagang sebagai usaha baru yang berciri khas masih sering diabaikan untuk dilembagakan. Padahal sebagai pionir di bidang tersebut

merupakan modal dasar dalam citra dagangannya. Oleh sebab itu pada tahapan ini anggota komunitas diberi pengetahuan tentang bagaimana proses membangun ekuitas merek seharusnya dilakukan, dan bagaimana membuat legal formal agar tidak ditiru orang lain bahkan d iambi l a l ih o rang la in ka rena ketidaktahuannya. Metoda ini tetap dengan cara diskusi dan sedikit study literature, wawancara dengan pengusaha yang sudah berpengalaman, dan atau pakar kewirausahaan.Semua upaya itu selalu diarahkan kepada prinsip dasar tentang hasil usahanya. Ya i t u b e n t u k p e r u s a h a a n y a n g mengutamakan pada prinsip apakah usaha yang telah dirintis dan berjalan itu h a s i l n y a s u d a h t e p a t g u n a ? ? Mempertimbangkan penghematan dalam seluruh prosesnya ? Mengupayakan agar seluruh alur proses sudah unggul mutunya dibanding dengan usaha lainnya ??. Lebih penting lagi adalah apakah usahanya ini dapat dikategorikan sebagai pionir di bidangnya dan dapat disebut sebagai agen pembaharu penuh inovasi. Proses learning by doing dalam komunitas ini tidak selalu membahas usaha yang sedang dirintis oleh rekan sesama anggota komunitasnya. Namun juga membahas usaha orang lain yang sedang menjadi bahan pembicaraan (booming) karena berciri khas. Mencari jawaban mengapa dan bagaimana mereka dapat dengan pesat meningkatkan usahanya secara signifikan, kemudian dijadikan b a h a n c a t a t a n r u m u s a n d a l a m membangun usaha baru tersebut.

Analisis UsahaDisamping membangun pola berfikir tentang berwirausaha, komunitas WEC Bandung juga menganalisis faktor-faktor apa saja yang menjadi pendorong bagi suatu usaha. Sebagai contoh, mereka dapat merumuskan bahwa suatu usaha ternyata didorong oleh empat faktor yang mungkin dipandang orang sangat sederhana. Bahwa suatu usaha dilakukan dengan tingkat kebersihan yang tinggi, bukan hanya kebersihan fisik saja. Dimulai dari memilih bahan baku, proses produksi atau objek yang dijadikan jasa layanannya. Prosesnya harus bersih, hasilnya harus bersih, bahkan dalam menentukan harga jualnya pun atau tarif layanannya harus dengan kebersihan niat / jujur. Faktor ber ikutnya adalah upaya mendapatkan pengakuan dari pelanggan bahwa hasil produk memang sangat memuaskan. Disamping tentunya keunggulan dari sisi kreativitas, karena usaha pionir memang mengedepankan hasil karya kreativitasnya.Faktor kunci yang sangat mendasar selain

ketiga faktor tersebut adalah tanggung jawab terhadap hasil karyanya, yaitu terus menjaga mutu proses, mutu layanan.Selain keempat faktor di atas, masih ada factor-faktor yang memelihara proses berjalan dengan baik agar mutu hasil tetap terjaga dengan baik. Pertama, menjaga lingkungan kerja tetap bersih, nyaman, aman, menimbulkan gairah kerja bagi personil yang terlibat pada proses sehingga produktivitas kerja terus meningkat. Jaminan keselamatan kerja diutamakan, bahkan diupayakan mencapai zero accident dan incident di lingkungan kerja. Kedua, membangun hubungan kerja yang harmonis antar fungsi yang terlibat dalam proses tersebut. Lebih bagus dikuatkan dengan sistim insentif kerja yang memadai sehingga mendorong semangat kerja untuk mencapai suatu yang terbaik dan mendapatkan insentif yang memadai.

Pembahasan rutin mengenai hal-hal tersebut dilakukan anggota komunitas di tempat yang tidak resmi, terkadang di bawah pohon rindang, atau di café, di ruang kelas yang sedang idle, bahkan di

kelas perkuliahan kewirausahaan.

PenutupDua tahun terakhir terjadi penurunan aktivitas bagi komunitas ini. Mereka yang telah berkiprah lama, kini harus meninggalkan kampus karena telah lulus menyandang predikat kesarjanaannya dan berstatus alumni. Namun usaha yang telah dirintisnya semakin maju, dapat menjadi contoh positif bagi generasi barunya yang kini sedang memulai kembali proses yang sama seperti seniornya terdahulu. Demikianlah tradisi kehidupan kegiatan mahasiswa di kampus dimanapun, bahwa ketika proses metamorfosa atau kaderisasi tradisi terlambat dilakukan, maka mata rantai k e g i a t a n p u n t e r s e n d a t p u l a . W E C / W i d y a t a m a E n t r e p r e n e u r Community Bandung kini sedang berupaya kembali membangun proses lanjutannya meningkatkan aktivitas dan kualitas prosesnya sambil membentuk w i r a u s a h a w a n m u d a d a r i candradimukanya. Selamat beraktivitas, d a n t e t a p s e m a n g a t . V i v a t academia.(eddyb/April13)

KOMUNITA 7 - 201322 KOMUNITA 7 - 2013 23

ada saat duduk di bangku SMA, saya tidak berfikir menjadi seorang entrepreneur. Fokus saya saat itu melanjutkan Sekolah Ikatan Dinas karena saya berpendapat bahwa jika masuk Sekolah Ikatan Dinas, saya bisa bersekolah gratis dan dibiayai PNegara. Namun, harapan saya tidak terpenuhi karena gagal mengikuti seleksi beberapa Sekolah Ikatan Dinas. Lalu saya

ditawari salah satu anggota keluarga untuk melanjutkan ke Perguruan Tinggi. Saya segera mencari peluang di berbagai Universitas dan Politeknik di Kota Bandung, baik Negeri dan Swasta. Saya mendaftarkan diri ke Perguruan Tinggi di Kota Bandung diantaranya melalui jalur Undangan, PMDK dan USM. Singkat cerita, saya diterima di empat Perguruan tinggi swasta. Salah satunya Universitas Widyatama, Fakultas Bisnis Manajemen.

Saya memutuskan menempuh pendidikan S1 di Univesitas Widyatama. Setelah kuliah di Fakultas Bisnis Manajemen Universitas Widyatama saya memutar cara pandang saya 360°, yang semula ingin mengabdi kepada negara berputar arah menjadi seorang enterpreneur. Menjadi entrepreneur memang sebuah pilihan. Pilihan yang kadang kala tidak masuk akal namun, bisa menimbulkan kecanduan bagi yang sudah merasa menguasai bedanya dan tahu kira-kira rintangan apa yang bakal dihadapi.

Nama: Rian Pite Budi Reza.Nama Panggilan: Rian.Jurusan/Angkatan: Manajemen S1 tingkat 1 angkatan 2012.Hobi: Wirausaha

Berbagi Semangat Wirausaha Bersama Rian“Menumbuhkan jiwa enterpreneur di kalangan muda guna ikut serta dalam pembangunan Ekonomi Global.”

Semisal seorang bankir (jabatan yang tinggi dalam sebuah Bank) malah mengundurkan diri dari jabatannya dan memilih untuk mengikuti training di salah satu negara di Asia Tenggara hanya untuk memperoleh lisensi sebuah restoran fastfood terkenal di negeri ini. Ternyata usaha beliau berbuah hasil, malahan sekarang beliau memiliki jaringan restoran terbesar di Indonesia (dikutip dari jangan mau seumur hidup jadi orang gajian hal.137). Menurut pengalamannya dari 100 orang pengusaha baru 80% akan jatuh bangkrut karena “ignorance”. Salah satu persyaratan penting untuk menjadi wirausaha sukses adalah “jiwa wirausaha” dan pantang menyerah. Jika takdir memberikan rasio yang sedemikian maka tinggal kita memilih. Menjadi satu dari 80% yang gagal atau menjadi satu dari 20% yang berhasil. Karena itu kita harus selalu istiqomah, tidak bisa di sini coba lagi dan banyak-banyaklah diskusi dengan orang yang ahli di bidangnya.

Saat mulai mengikuti pendidikan di Univeristas Widyatama hal utama yang saya lakukan adalah mencari wadah untuk mengembangkan jiwa enterpreneur yang saya miliki. Saat itu saya bertemu dengan rekan satu angkatan yang kemudian menjadi partner bisnis hingga saat ini. Dia mengajak saya menjadi anggota salah satu unit kegiatan mahasiswa yang disebut BCD (Bussines Community Development).

Disitulah saya mulai mengenal banyak tentang enterpreneur. Akhirnya saya memutuskan untuk berbisnis, berjualan sepatu online dengan merk-merk terkenal. Ketika terfikirkan hal itu saya dan rekan saya langsung melakukan survey mencari distruibutor-distributor yang akan menjalin kerjasama. Saat itu saya dan rekan, bergerak cepat karena kami berfikir bisnis adalah kesempatan. Dan kesempatan belum tentu datang dua kali. Harapan saya menjadi wirausaha mulai menemui titik terang. Setelah menemui distributor-distributor saya mulai memfokuskan diri memulai bisnis ini. Konsekuensi-konsekuensi yang bakal timbul saya fikirkan sebaik mungkin.

Karena seorang enterpreneur adalah orang yang siap menaggung rugi demi meraih tingkat kepuasan lebih dari apa yang telah dikorbankan.

Seiring berjalannya waktu, para pelanggan mengalami peningkatan. Saat itu saya mulai berfikir bahwa saya harus mempunyai Brand dari Online Shop ini agar lebih mudah dikenal pelanggan. Sejak saat itu saya dan rekan membuat Brand “Syahritz". Dengan memiliki brands Online Shop bisnis kami semakin dikenal di kalangan situs jual beli Online terbaik di Indonesia. Pelanggan demi pelanggan mulai order.

Seiring peningkatan jumlah pelanggan yang signifikan menumbuhkan optimisme kami bahwa kerja keras kami tidak sia-sia. Namun, kami tidak puas sampai disitu. Saya berfikir bahwa tidak mungkin tetap menjadi reseller dari berbagai distributor. Kami juga harus bisa menjadi distributor. Saat itu kami memutuskan meminjam sejumlah dana dari kreditur. Bermodalkan pinjaman kami memiliki stok sepatu yang harganya jauh lebih murah dibanding yang lain. Kami juga memiliki produk-produk baru dan memperluas jaringan usaha, seperti konveksi dengan produk : kain, celana katun, kemeja, sepatu handmade yang dapat dipesan sesuai permintaan pelanggan.

Suatu saat kami iseng-iseng melakukan iklan produk di salah satu situs jual beli online di Malaysia. Ternyata produk kami dipesan meskipun dalam skala kecil. Dengan penuh semangat kami melakukan pelayanan yang terbaik. Menggunakan jasa salah satu ekspedisi yang sudah terkenal di banyak negara Asia usaha kami berjalan sesuai rencana. Sampai saat ini kami terus melakukan pengembangan bisnis ke berbagai sektor industri kecil dan menengah guna ikut serta dalam pembangunan ekonomi kerakyatan. Mari berwirausaha.

“Seorang enterperenuer mengorbankan sesuatu untuk menghasilkan sesuatu yang

MOSAIK INFO KEWIRAUSAHAAN

"The Power of Husnudhzon" Inspirasi Tentang Intrepreneurship

akarta - Rudi Wirawan Rusli dalam buku yang ditulisnya berjudul The Power of Husnudhzon mengatakan, setiap entrepreneur sukses harus memiliki integritas Jdengan falsafah "Husnudhzon" yang ditopang lima pilar.

"Para wirausaha harus memiliki character building. Saya berharap kepada masyarakat, khususnya generasi muda dapat memaknai isi buku ini dan menjadikannya sebagai inspirasi untuk hidup penuh bersyukur kepada Tuhan YME, berakhlaq mulia, berusaha dengan berintegritas, melaksanakan amar ma'ruf nahi mungkar," ujar Rudi di Jakarta, kemarin. Dalam buku itu, Rudi yang juga Chairman Eurocapital Peregrine Securities (EPS) ini juga menuliskan strategi atau kiat-kiat sukses berwirausaha dan berbagi pengalaman kisah nyata tentang perjuangannya mulai dari masa SLTA, kuliah

sambil jual pempek dan bekerja menjadi tukang cuci piring saat kuliah di AS, membuka usaha travel, serta kiprahnya di pasar modal hingga menang melawan mafia pasar modal di tingkat MA. Dari pengalaman ini akan memberikan pembelajaran yang tak ternilai bagi masyarakat.

Menanggapi isi buku ini, Ketua Program Pendidikan Entrepreneurship Universitas Brawijaya Malang, Prof. DR. Lilik Setyobudi mengatakan, buku The Power of Husnudhzon harus menjadi handbook para pemula yang ingin masuk ke sektor pasar modal.

"Buku ini bisa menjadi refrensi bagi para entrepreneur yang akan memulai usahanya atau masyarakat yang ingin mengetahui seluk-beluk pasar modal," pungkas dia.

Ia menambahkan, semangat kewirausahaan yang berintegritas, juga memang sangat diperlukan dan telah ditunggu kehadirannya oleh rakyat Indonesia umumnya dan dunia usaha Indonesia khususnya.

Dia menambahkan, sebaiknya para wirausaha sektor pasar modal juga harus mencermati berbagai aturan yang ada di lantai bursa. Berdasarkan pengamatannya, saat ini banyak dari peraturan yang saling bertentangan satu sama lain."Peraturan itu tidak hanya akan berdampak pada sektor pasar modal, tetapi juga akan mempengaruhi 'trust' investor untuk menanamkan modalnya di Tanah Air," ujar Lilik.

Dia mencontohkan kasus yang pernah dialami Rudi yang akhirnya dibebaskan oleh Mahkamah Agung karena tak terbukti melakukan pidana pencemaran nama baik terhadap Bapepam-LK, dimenangkan gugatan PTUN nya mulai dari tingkat pertama hingga Mahkamah Agung.Sumber: Investor Daily, http://www.beritasatu.com/, Minggu, 24 Februari 2013

2013 Wirausaha Indonesia Tembus 2,5%

IMQ, Jakarta — Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop) menargetkan pertumbuhan wirausaha Indonesia tahun depan akan melampaui jumlah ideal sebesar 2% dari jumlah populasi penduduk, yakni menembus angka 2,5% atau 6.128.655 orang.

“Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan wirausaha Indonesia hampir mendekati angka ideal sebesar 2%, yakni 1,56% atau 3.707.205 orang. Target tersebut kami perkirakan bisa tercapai, karena banyak program pendukung dari Kemenkop untuk menciptakan wirausaha-wirausaha baru,” kata Sekretaris Kemenkop, Agus Muharram pada acara dengar pendapat dengan Komite II Dewan Perwakilan Daerah (DPD) di Jakarta, Senin (3/9).

Jumlah wirausaha Indonesia dua tahun lalu, menurut Agus, masih sekitar 0,24% (570.339). Peningkatan jumlah ini terjadi, karena terdorong dari program-program pengembangan wirausaha.

“Program penciptaan wirausaha yang diusung Kemenkop seperti Gerakan Kewirausahaan Nasional (GKN) yang diimplementasikan pada tingkat pusat dan daerah, pelatihan nasional kewirausahaan, sosialisasi kewirausahaan di seluruh provinsi. Untuk event ekspo kewirausahaan, program magang di perusahaan, pembekalan teknis dan manajerial bagi wirausaha, dan pengembangan inkubator bisnis melalui perguruan tinggi ser ta program pengembangan kewirausahaan pada kementerian, lembaga maupun asosiasi usaha terus kami tingkatkan,” paparnya.

Potensi paling besar, lanjut Agus, juga dihasilkan melalui Tempat Pelatihan Ketrampilan Usaha (TPKU) yang dipusatkan pada sekolah-sekolah kejuruan di daerah maupun di Pondok Pesantren yang jumlahnya mencapai ribuan titik.

”Para siswa yang dilatih pada TPKU, bahkan terus dikawal sejak mengikuti program pelatihan hingga permodalannya. Kami mempersiapkan akses pembiayaan bagi usaha mereka melalui program kredit usaha rakyat (KUR) maupun dari lembaga keuangan lain,” ujarnya.

Agus menambahkan, TPKU menjadi basis penciptaan wirausaha paling besar, karena programnya juga didukung pembiayaan dari Kementerian Koperasi dan UKM. Tepatnya melalui Deputi Bidang Pengembangan SDM.

“Bantuan yang dialokasikan sebesar Rp100 juta kepada setiap TPKU. Hal tersebut merupakan wujud pemerintah meningkatkan wirausaha baru,” tandasnya. Sumber: http://www.imq21.com/ Published: 3 Sep 2012

KOMUNITA 7 - 201324 KOMUNITA 7 - 2013 25

Mahasiswa & Pelajar Dorong Daya Saing WirausahaJAKARTA - Agar kewirausahaan Indonesia memiliki daya saing tinggi kita memerlukan strategi khusus. Dan sebagai generasi dengan posisi dan peran strategis dalam kehidupan bangsa, mahasiswa dan pelajar ternyata berperan penting untuk mengembangkan daya saing kewirausahaan Tanah Air. "Mahasiswa dan pelajar berperan penting karena memiliki nilai dan posisi strategis dalam masyarakat. Oleh karena itu, pengembangan kewirausahaan dari kalangan generasi muda merupakan keharusan," ujar Deputi Kemenko Perekonomian Bidang Industri dan Perdagangan Edy Putra Irawadi saat membacakan Keynote Speech Menteri Perekonomian, di kantor Kemenko Pe r e k e o n o m i a n , J a k a r t a , S e n i n (18/2/2013).

Edy mengimbuh, pemerintah mendukung upaya keluarga dan perlahan-lahan mahasiswa untuk mendorong mereka berwirausaha. Maka dari itu, diharapkan pihak lain dan berbagai komponen juga dapat berperan mendorong minat berwirausaha di k a l a n g a n g e n e r a s i m u d a . "Untuk itu, perlunya adanya kepatuhan keunggulan daya saing, memanfaatkan hak karya intelektual, dan upaya untuk membranding sendiri produk mereka," kata Edy.

Kepatuhan keunggulan daya saing, imbuhnya, juga termasuk persyaratan labelisasi dengan mematuhi persyaratan lingkungan dan keamanan. Dengan demikian, ketika berwirausaha, mahasiwa dapat menghindari beban-beban di masa depan.

" S e d a n g k a n p e n i n g k a t a n kapasitas wiruasaha perlu didorong dengan berbagai kegiatan seperti pelatihan, inkubasi, dan kemitraan," imbuhnya.(rfa)Sumber : http://kampus.okezone.com Senin, 18 Februari 2013,Hatta: Kewirausahaan Penting untuk Membangun BangsaBANDUNG -- Negara yang mampu berinovasi adalah negara yang menang. Inovasi tersebut digalakkan baik dalam hal sumber daya manusia maupun teknologi. Dengan inovasi, negara dapat meningkatkan pembangunan ekonomi bangsa.

Salah satu inovasi adalah kewirausahaan. Hal ini dikemukakan Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa saat menjadi pembicara kunci di 'ITB Entrepreneurship Challenge 2013', di Sabuga, Bandung, Sabtu (9/1).

"Kewirausahaan adalah pilar utama meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi. Jika tidak ada hal ini, inovasi tidak akan berjalan. Kewirausahaan penting untuk membangun bangsa," kata Hatta di depan ratusan mahasiswa dan tamu undangan.

Hatta menyebutkan, penelitian Unpad pada 2009 menyimpulkan, kewirausahaan juga merupakan solusi maraknya terorisme, instabilitas politik, mendukung tumbuhnya toleransi dan memperluas jaringan komunikasi antar peradaban. Tentunya, kata Hatta, solusi ini tak akan tercapai jika entrepreneur di Indonesia hanya 1,4 persen jumlahnya.

Ke m e n t e r i a n Ko o rd i n a t o r (Kemenko) Perekonomian sendiri sudah mendorong peningkatan kualitas dan k u a n t i t a s w i r a u s a h a n a s i o n a l . D iharapkan , dengan tumbuhnya kewirausahaan, Indonesia tak hanya dilihat dari pasar yang besar, tapi juga jadi pusat produksi di negara ASEAN. Untuk itu, wirausaha muda harus berani bermimpi membangun kemandirian diri. Dari mimpi itu, nanti akan muncul niat, keberanian mencoba sesuatu, mucul ide kreatif sehingga menghasilkan sesuatu yang inovatif.

" W i r a u s a h a m u d a p e r l u menempa diri untuk menjadi job creator, menciptakan produk-produk unggulan yang mampu bersaing di pasar lokal dan internasional secara sustainable," ungkap Hatta.

Untuk menjadi wirausahawan, jelasnya, tak ada kata pantang menyerah untuk meraih kesuksesan. Ada kalanya dicaci, ditipu dan kemungkinan gagal yang tinggi. "Kedua, percaya kepada orang. Selalu ada orang yang bisa membuat kita sukses. Buka jaringan," jelasnya. Kemudian, jelasnya, lakukan yang bisa dilakukan. "Percaya bahwa akan ada peker jaan-peker jaan ber ikutnya, " jelasnya.

Dengan entrepreunership, ungkap Hatta, Indonesia bisa menjadi negara dengan kekuatan ekonomi ke tujuh pada 2030 mendatang.

Seminar IEC akan berlanjut hingga kompetisi kewirausahaan untuk mahasiswa se-Indonesia dan melahirkan para wirausahawan muda yang inovatif, kreatif dan berkualitas.

Hadir dalam seminar beberapa entrepreuner tanah air diantaranya Direktur Utama Telkom Arief Yahya, p e m i l i k Q B I n t e r n a s i o n a l B e t t i Alisjahbana, pendiri Kinara Indonesia Dondi Hananto, Dan Deputi IV Menteri Koordinator Perekonomian RI Bidang Perindustrian dan Perdagangan.Sumber :

http://www.republika.co.id/ Sabtu, 09 Februari 2013Kampus Adalah Tempat Paling Tepat untuk Mulai Bisnis

JAKARTA - Kehadiran Mark Zuckerberg membuat tren menjadi pengusaha booming di kalangan mahasiswa. Tidak heran, mereka terus berlomba-l o m b a m e n j a d i p e n c i p t a s i t u s j e j a r i n g s o s i a l s e l a n j u t n y a .

Pendiri PieBoy Clothing and C l i c k M e c h a n i c , A n d r e w J e r v i s mengungkapkan, universitas adalah tempat yang tepat untuk memulai sebuah bisnis. Mantan mahasiswa Jurusan Wirausaha itu menambahkan, terdapat beberapa alasan mengapa kawula muda harus memulai usaha mereka sejak dini, seperti dikutip dari Telegraph, Selasa (20/11/2012).Cepat memulai, cepat gagal

Di Inggris, kegagalan sering dilihat sebagai sebuah ketidakmampuan, s e o l a h - o l a h m e n j a d i b u k t i ketidakmampuan dalam menjalankan bisnis yang sukses di masa depan. Berbeda dengan Amerika Serikat (AS). Di AS, kegagalan justru dianggap sebagai pengalaman. Tidak ada yang menyukai kegagalan, tetapi itu terjadi. Kegagalan saat memulai usaha di universitas membuat Anda memiliki bantalan pengaman.Dukungan

Dukungan untuk pengusaha muda seperti mahasiswa berlimpah. Terdapat berbagai organisasi yang dapat dimintai "bantuan". "Maka kemungkinan besar universitas Anda akan memiliki masyarakat perusahaan sendiri, seperti yang saya lakukan dalam bentuk Pengusaha Manchester. National Association of College and University Entrepreneur (NACUE) dan Shell LiveWIRE juga menjalankan berbagai acara untuk membantu memberikan p e n g u s a h a m a h a s i s w a m u d a keterampilan berharga dan kesempatan jaringan," ujar Jervis.

Di Indonesia, mahasiswa yang memulai wirausaha bisa meminta bantuan dana kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dit jen Dikt i ) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Selain itu banyak perusahaan dan bank yang juga membuka program bantuan kewirausahaan bagi kalangan mahasiswa.

Jeli melihat celah Universitas menawarkan lingkungan yang sempurna untuk memulai bisnis. Sebab, di sekitar kampus kita dikelilingi pelanggan potensial, yakni teman-teman, dosen, maupun warga sekitar. Sehingga

penjualan tanpa waktu."Murid bisnis saya, PieBoy

Clothing, melihat celah di pasar untuk pakaian modis bermerek di universitas. Maka, dia menjadi pemasok di beberapa perguruan tinggi di seluruh negeri dan masih berlanjut hingga hari ini," urainya. Mencoba sebelum melamar kerjaKebanyakan lulusan perguruan tinggi otomatis akan mencari pekerjaan di perusahaan segera setelah lulus. Ini memang tindakan wajar, tetapi sebagian besar para lulusan justru merasa tidak menyukai pekerjaan mereka dan mulai bermimpi tentang memulai bisnis sendiri. "Bagaimana Anda dapat mengetahui apakah Anda lebih suka cobaan dan penderitaan saat memulai bisnis jika belum pernah mencoba?" paparnya. Siapa yang tahu? Semua orang mungkin sudah tahu jika Mark Zuckerberg mendirikan situs jejaring sosial Facebook di kamar asramanya, Harvard University. "Jadi, siapa tahu Anda juga bisa membuat hal besar selanjutnya?" tutup Jervis.(rfa) Sumber : http://kampus.okezone.com/ Selasa, 20 November 2012

Wirausaha Mahasiswa Terkendala ModalYOGYAKARTA – Minimnya permodalan, utamanya bantuan pinjaman dari perbankan menjadi kendala utama bagi mahasiswa dan pengusaha mikro dalam mengembangkan wirausaha mandiri. Hal ini dikarenakan keterbatasan modal m e m b u a t p a r a m a h a s i s w a d a n pengusaha kecil kesulitan menghadapi kondisi pasar yang makin kompetitif.

"Sekira 98,8 persen usaha ekonomi yang ada di Indonesia adalah usaha mikro. Namun sayangnya, banyak Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), termasuk mahasiswa, yang tidak memiliki cukup modal. Selain keterbatasan mengakses perbankan dan tidak punya agunan untuk dijadikan jaminan, dunia perbankan sendiri mempunyai keterbatasan memberikan permodalan karena regulasi," ujar Direktur Utama BPD DIY Dr Supriyatno MBA di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Selasa (30/10/2012).

Dalam penandantanganan MoU antara UMY dengan Bank BPD DIY serta Pemkab Bantul, Supriyatno mengatakan, perguruan tinggi dirasa mampu untuk menjembatani antara UMKM dengan perbankan. Dalam hal ini, perguruan tinggi bisa menjadi channel link dalam menyalurkan dana yang dimiliki lembaga perbankan untuk dimanfaatkan sebagai pinjaman lunak bagi UMKM dan mahasiswa yang mau memulai usahanya.

"Bahkan kami nilai perguruan

tinggi bisa sekaligus memonitor penggunaan dana bergulir tersebut agar termanfaatkan secara tepat. Karenanya BPD bekerjasama dengan UMY untuk menjadi mitra bank dalam menyalurkan dana bergulir bagi UMKM dan mahasiswa y a n g m e m b u t u h k a n , " j e l a s n y a .

Supriyatno menambahkan, pihaknya mengucurkan dana sekira Rp100-200 juta per tahun selama tiga tahun sesuai kebutuhan untuk membantu permodalan mahasiswa maupun UMKM lainnya. Dana tersebut bersifat pinjaman yang akan diserahkan pada sekira 100-200 UMKM dan mahasiswa dengan besaran antara Rp500 ribu hingga Rp1juta dengan bunga rendah, yakni enam persen per tahun.

" K a m i p u n m e m u d a h k a n perolehan pinjaman ini karena UMKM dan mahasiswa yang ingin meminjam tidak perlu menggunakan agunan. Lembaga Penelitian, Pengembangan Pendidikan dan Pengabdian Masyarakat (LP3M) UMY yang akan bertugas menyeleksi UMKM dan mahasiswa yang mengajukan pinjaman bergulir tersebut," imbuhnya. Sumber : http://kampus.okezone.com/ Ratih Keswara/Koran SI/rfa,Selasa, 20 November 2012 10:22 wib, Selasa, 30 Oktober 2012

Kongres Mahasiswa Cetak EntrepreneurSURABAYA - Keterampilan mahasiswa mula i mendapat perhat ian dar i perusahaan-perusahaan swasta. Kali ini, PT SWAT memanggil mahasiswa-m a h a s i s w a u n t u k m e n d a p a t k a n p e n d i d i k a n e n t r e p r e n e u r .

Untuk tahap awal, PT SWAT 28 memanggil perwakilan dari 35 universitas negeri maupun swasta dalam satu forum yang disebut Kongres Mahasiswa Nasional Indonesia (KMNI) di Universitas Widya Mandala (UWM), Surabaya. Kongres ini bertemakan "Fly High" dengan tujuan mahasiswa bisa menggapai cita-cita dan menjadi entrepreneur muda.

Targetnya, sekira 10 r ibu mahasiswa akan berkumpul pada 16 Desember 2012 mendatang. Dalam per temuan tersebut, mahasiswa-mahasiswa ini akan diberikan motivasi pengembangan diri untuk meraih masa depan yang cerah. Mereka diajak untuk memiliki mindset cerdas, sukses dalam dunia kerja atau pekerjaan yang mereka geluti.

"Gol kami adalah mencetak satu juta entrepreneur sukses dan kaya sebelum usia 30 tahun. Target kami, tiga hingga lima tahun ke depan hal tersebut t e r w u j u d , " k a t a K e t u a K o m i t e Penyelenggara KMNI Darmadi, kemarin.

Gelaran yang digadang-gadang

sebagai yang pertama di Surabaya ini juga akan memberikan apresiasi kepada mahasiswa yang berprestasi. Sumber : www.okezone.com, Rabu, 19 September 2012Hatta Rajasa: Kampus Harus Kembangkan WirausahaJAKARTA - Perguruan tinggi memiliki peran penting dalam kemajuan dunia wirausaha Indonesia. Kampus, kata Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa, diminta untuk berinovasi dan m e n i n g k a t k a n k e b e r a d a a n wirausahawan muda.

Saat memberikan kuliah umum di hadapan mahasiswa Universitas Profesor Hazairin, Bengkulu, hari ini Hatta berujar, dengan semangat wirausaha, ketika seorang mahasiswa lulus, dia bisa langsung mengembangkan ekonominya sendir i tanpa harus d i h a n t u i m a u k e r j a d i m a n a .

"Penciptaan wirausahawan di setiap perguruan tinggi akan mendorong mahasiswa lebih mandiri dalam dunia kerja," kata Hatta, seperti dikutip dari keterangan tertulisnya kepada Okezone, Jumat (14/9/2012).

Menurut politikus Partai Amanat Nasional (PAN) tersebut, saat ini kita masih sangat kekurangan wirausahawan. Oleh karena itu, harus ada mata kuliah khusus mengenai wirausaha di kampus. Selain itu, untuk bisa menciptakan wirausahawan muda, dunia kampus pun dituntut terus berinovasi dalam bidang ekonomi dan teknologi.

"Inovasi yang merupakan produk pengetahuan adalah salah satu kunci keberhasilan bangsa," imbuhnya. (rfa) Sumber : www.okezone,com/ Jum'at, 14 September 2012

"Entreprenurship Itu Bukan Bakat" JAKARTA - Banyak wirausahawan sukses memulai bisnis mereka dari nol. Kerja keras, keuletan, dan ketangguhan mengantarkan mereka ke tangga kesuksesan.

Bahkan, pendiri sekaligus Ketua Dewan Pembina Mien R Uno Foundation (MRUF), Mien R Uno menegaskan, kemampuan wirausaha bukanlah pembawaan alami atau bakat yang dimiliki seseorang. "Entrepreneurship itu bukan bakat, tapi bisa dikembangkan oleh siapa saja, termasuk oleh mahasiswa," kata Mien.

Pernyataan Mien disampaikan ketika menyerahkan fasilitas belajar kepada Center Entrepreneurship Development (CED) Universitas Gadjah Mada (UGM), di Yogyakarta, baru-baru ini. Menurut Mien, pendidikan, perubahan pola pikir, dan motivasi akan mendorong

KOMUNITA 7 - 201326 KOMUNITA 7 - 2013 27

mahasiswa untuk mampu menciptakan peluang kerja.

"Dan hal ini merupakan langkah positif guna menumbuhkan jumlah entrepreneur atau wirausahawan handal di Tanah Air," ujar Mien, seperti dikutip dari laman UGM, Jumat (27/7/2012).

Direktur Kemahasiswaan UGM Drs . Har yanto , M.S i mengamin i pernyataan Mien. Menurutnya, kendala umum yang dihadapi para mahasiswa ketika mulai berwirausaha adalah soal pola pikir. Haryanto mengimbuh, selama ini lulusan perguruan tinggi selalu berpikir untuk mencari pekerjaan, bukan menciptakannya.

"Pola pikir tersebut mestinya secara perlahan diubah dengan sikap mental yang berjiwa kewirausahaan," imbuhnya.

Haryanto menambah, perubahan pola pikir ini juga perlu diperkuat dengan penghargaan terhadap waktu, sikap berkomunikasi dan selalu berproses usaha. Tidak hanya itu, sebuah bisnis wirausaha juga memerlukan pola partnership dengan kelembagaan dan pelatihan yang baik untuk mencatatkan kesuksesan.

Tidak hanya member ikan fasilitas belajar MRUF juga rutin memberikan pelatihan kewirausahaan bagi mahasiswa. Di Yogyakarta, mereka melatih 43 mahasiswa dari enam kota dan 16 universitas. Para calon wirausahawan muda itu berasal dari Padang, Jakarta, Bogor, Bandung, Yogyakar ta dan

Surabaya.Mien berharap, melalui pelatihan

dua hari itu, pihaknya dapat memberikan c o n t o h m o d e l p e m b e l a j a r a n kewirausahaan bagi mahasiswa. Para peserta dilatih untuk mengenali kondisi keuangan perusahaan dan diajari tentang pengelo laan yang e fekt i f da lam wirausaha. Dengan demikian, para wirausahawan muda dapat memiliki kinerja yang standar dan bisa masuk dalam level dunia.

"Sikap kewirausahaan itu salah satunya, mampu membuat terobosan," tutur Mien menegaskan.(rfa) Sumber : www.okezone.com, Jum'at, 27 Juli 2012

Triple Helix Turunkan Pengangguran TerdidikYOGYAKARTA – Sistem pendidikan yang belum mengacu pada sinkronisasi triple helix (pemerintah, lembaga pendidikan, dan dunia industri) ditengarai menjadi penyebab tingginya angka pengangguran terdidik, khususnya para sarjana di Indonesia.

Terbukti, para lulusan dari perguruan tinggi tersebut sebagian besar masih menjadi job seekers atau pencari kerja, bukan job creators atau pencipta lapangan kerja. Data per Januari 2012 menyebutkan, sarjana yang masih menganggur mencapai 1,1juta orang.

"Selain itu, belum adanya sinkronisasi triple helix ini juga menyebabkan ijazah para lulusan tidak

sesuai dengan kebutuhan dunia kerja atau indust r i , " ungkap Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Irman Gusman saat menjadi keynote speaker dalam s e m i n a r n a s i o n a l b e r t e m a "Pendidikan untuk Kejayaan Bangsa Indonesia" di Universitas Sanata D h a r m a , Yo g y a k a r t a , k e m a r i n .

Menurut Irman, untuk mengatasi hal tersebut sekaligus meningkatkan mutu pendidikan, maka perlu ada revisi terhadap sistem pendidikan di semua strata dan bidang. Selain itu, agar perguruan tinggi di setiap daerah dapat menjadi pusat unggulan, kurikulum pendidikan perlu disesuaikan dengan kondisi dan potensi daerah masing-masing.

Presiden Direktur Dewata Group Paulus W Broto berkata, secara umum saat ini Indonesia belum jaya. Terbukti, posisi Indonesia saat ini masih berada di urutan tengah dalam hal perekonomian.

Karena itu, sebagai salah satu langkah untuk mentransformasikan struktur ekonomi low middle income country ke struktur ekonomi negara maju adalah dengan mendorong lahirnya wirausahawirausaha baru. Pertumbuhan wirausahawan baru akan meningkat pesat dengan fasilitas dan insentif yang disediakan pemerintah. Sumber : www.okezone.com, (priyo setyawan/koran si) (//rfa), Senin, 02 Juli 2012

Seiring dengan perkembangan teknologi dan informasi sebagaimana diramalkan futuris Alvin Tofler maupun Arbundance. Wirausaha-wirausaha muda secara spektakuler muncul dan bertumbuh. Di era lalu dikenal Bill Gates yang mengembangkan Microsoft dan internet, Steve Jobs yang mengembangkan Apple, Howard Schultz dengan Starbuks, Jeff Bezos dengan Amazon, Herb Kelleher dengan Southwest Airlines, Reid Hoffman dengan Linkedin, Sir Richard Branson dengan Virgin Group dsb.

Kini wirausaha muda yang mendunia menampakkan diri. Kapankah Indonesia menghasilkan wirausaha yang mampu mewarnai bisnis global ?

Rubrik Jendela DuniaSavannah Britt:

Penerbit Majalah termuda Dunia pada usia 14

avannah Britt adalah seorang penyair sejak usia delapan tahun. Usia Sembilan tahun, dia bekerja sebagai penulis untuk resensi buku anak-anak pada rubric “The Kitchen Table News” – di surat kabar New Jersey dengan pembaca 70.000. Ketika surat kabar Stersebut bangkrut, Savannah menganggur pada usia 11.

Seperti pengusaha besar, Savannah menarik diri. Dia mulai publikasi sendiri - sebuah majalah bernama Girlpez - membuatnya menjadi penerbit termuda majalah di dunia. Majalah ini memiliki cakupan acara, seperti konser dan fashion show, wawancara dengan orang seperti : Shwayze, Kevin Rudolf, dan Dawn dari Dannity Kane.

Sekarang di usia 15, Savannah telah menalihkan majalahnya ke format online, “Girlpez.com”. Dia berharap menggunakan pengaruhnya untuk memperkuat perempuan dan komunitas mereka.

Berikut ini kutipan wawancara singkat Nick Scheidies and Nick Tar dengan Savannah.Tanya (T): Apa yang mendorong kamu menggeluti kewirausahaan?Jawab (J): Saya suka tantangan. Saya pikir apa yang mendorong saya untuk memulai majalah saya adalah kenyataan bahwa saya masih sangat muda, dan saya melakukan sesuatu yang tak seorang pun di sekitar saya lakukan. Itu mendorong saya, jujur, untuk memulai menggarap majalah saya. Saya yakin bisa menjadi orang yang kompetitif.Ayah dan ibu saya mendorong saya. Ayah saya telah menerbitkan tiga buku dan dia adalah orang yang sangat menentukan. Jika dia mengatakan sesuatu, dia akan melakukannya. Dia juga optimistis dan dia tidak menunda-nunda. Saya pikir dia menginspirasi saya.T: Bagaimana Anda menyeimbangkan bisnis Anda dengan prioritas lain?J: Ini sangat sulit. Aku memandang semua kegiatan sesuatu yang bernilai, jadi saya harus menyeimbangkan studi dengan majalah. Saya pergi ke sekolah enam jam sehari dan saya harus latihan basket setelahnya. Lalu saya langsung pulang dan melakukan wawancara jika saya bisa. Bahkan beberapa Sabtu pagi saya akan melakukan wawancara, karena itu satu-satunya waktu yang saya bisa. Saya juga sedang mengerjakan sebuah proyek musik , dan saya mencoba untuk mendapatkan perhatian dari label.

Entah bagaimana aku melakukan semuanya. Aku tidak tahu bagaimana, tapi itu saya dilakukan. Saya punya kalender di depan saya. Sulit memang, tapi saya membuatnya sebagai panduan bekerja. Ketika saya masih sekitar usia 14 tahun, di kelas delapan, saya berpikir bahwa [Girlpez] menempatkan ketegangan pada saya dan bahwa saya tidak akan bisa fokus pada nilai. Tapi saya mampu bangkit kembali. Saya selalu menjadi orang yang sangat independen, tapi akhirnya aku meminta bantuan dari orang tua saya.T: Apa yang ingin kamu tambahkan?J: Saya ingin mengumpulkan uang untuk Haiti [setelah gempa Januari 2010]. Itu adalah pengalaman yang menyedihkan yang terjadi di sana, tapi itu jelas sesuatu yang saya inginkan. Ini adalah panggilan membangun dunia, bahwa ada banyak orang yang terserang kemiskinan.

Saya juga bekerja dengan pengusaha muda lain yang menjalankan sebuah blog, Jayswag.com. Kami ingin mengumpulkan sebuah konferensi yang akan

menampilkan orang dalam industri yang berpengalaman di bidang hip-hop. Kami ingin memiliki sebuah panel dan remaja yang bisa datang bertanya dan berdiskusi.

Ada beberapa hal di industri hip-hop yang berangkat dari bawah dan mereka perlu ditangani - seperti cara mereka menggambarkan perempuan dalam video musik, orang-orang dalam iklan, dan tidak ada masalah warna kulit. Ini adalah sesuatu yang perlu dibicarakan.

Savannah meninggalkan saya beberapa kali dalam wawancara ini. Ini luar biasa untuk berbicara dengan seorang gadis muda yang memiliki begitu banyak arah dan tekad dalam hidupnya. Anda akan melihat lebih banyak dari dirinya.

Quote Savannah Britt :"Tidak ada alasan untuk ragu-ragu ... menjadi seorang pengusaha adalah pengalaman belajar."

TIPS BUAT CALON PENGUSAHA MUDA

KOMUNITA 7 - 201328 KOMUNITA 7 - 2013 29

In Memoriam: Ibu Koesbandijah, Sosok Pengabdi Pendidikan dan Edupreneur

Prof. Dr. Hj. Koesbandijah, AK. M.S., Ak. (Ibu Koes) pendiri Yayasan Widyatama – badan penyelenggara Universitas Widyatama yang juga Anggota Dewan Penasihat Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) Wilayah Jawa Barat telah berpulang ke Rahmatullah.

Ibu Koes adalah sosok yang begitu intens menggeluti profesinya sebagai pendidik sekaligus praktisi akuntansi (akuntan). Sebagai akuntan beliau merintis profesi sejak tahun 1970, di Kantor Akuntan Publik Dra. Koesbandijah yang selanjutnya pada tahun 1995 s/d sekarang menjadi Kantor Akuntan Publik Koesbandijah-Beddy Samsi-Setiasih/KAP KBS.

Di lingkungan pendidikan – pendidikan tinggi – Ibu Koes adalah sosok yang mencintai pendidikan dan memberikan pengabdian penuh. Jiwa pengabdiannya diwujudkan melalui upaya beliau mendirikan yayasan dan lembaga pendidikan yang sekarang dikenal dengan Yayasan Widyatama dan Universitas Widyatama. Karena itu tidak berlebihan Ibu Koes adalah sosok yang begitu lekat dengan dunia akuntansi dan pendidikan. Sebagai akuntan beliau teguh dalam prinsip. Sebagai pendidik beliau

sangat peduli dengan pendidikan anak-anak bangsa, mahasiswa bimbingannya, serta para asisten yang mendampinginya. Beliau selalu berpesan bahwa lembaga pendidikannya harus memberi akses yang luas bagi anak-anak bangsa. Implikasi dari itu, setiap tahun sekitar 200 mahasiswa berprestasi diberikan beasiswa dari lembaga yang dipimpinnya.

Sebagai pimpinan beliau adalah pengayom terhadap semua jajaran. Beliau adalah figur “seorang ibu” yang selalu mengayomi anak-anaknya dalam arti yang luas. Berkembangnya suatu organisasi tentunya tidak terlepas dari bagaimana organisasi tersebut dikelola, dan dipimpin. Demikian pula, keberhasilan mengelola perguruan tinggi dan yayasan pendidikan tentunya tidak lepas dari manajemen dan kepemimpinan.

Dalam minggu-minggu terakhir memang beliau mengalami gangguan kesehatan sehingga harus dirawat di Rumah Sakit Abdi Waluyo – Jakarta. Innalillahi wa inna ilaihi rojiun, pada hari Minggu, 28 April 2013 pukul 10.50 WIB beliau dipanggil Allah SWT dalam usia 88 tahun dan meninggalkan 7 putera-puteri, 22 cucu dan 21 cicit. Almarhumah, lahir di Muntilan 25 Januari 1925, anak ke-6

dari pasangan R. Soekarso Joedosepotro dengan R.A. Oeminonah. Almarhum dimakamkan pada hari Senin, 29 April di Sidoarjo – Jawa Timur, di samping suaminya, Abdoelkadir Reksodiprojo, yang lebih dulu kembali kepangkuan Illahi.

Kecintaan Ibu Koes terhadap pendidikan mendorong beliau belajar di Nederlandse Economische Hogeschool di Rotterdam – sekarang menjadi Erasmus University. Dua tahun, 1970 – 1972 dengan segala tantangan yang dihadapi di negeri kincir angin Ibu Koes menyelesaikan studi akuntansi.

Perjalanan pendidikan selama dua tahun di Nederlandse Economische Hogeschool (NEH) telah membangunkan angan-angan beliau mendirikan lembaga pendidikan seperti halnya Nederlandse Economische Hogeschool. Tujuannya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Menjelang akhir tahun 1972, tepatnya 28 Desember 1972 cita-cita mendirikan lembaga pendidikan secara nyata diwujudkan. Melalui Kantor Notaris Noezar pendir ian Yayasan yang

menyelenggarakan Lembaga Pendidikan khusus di bidang Akuntansi dipersiapkan dan pada tanggal 3 Januari 1973 Yayasan Pendidikan dan Pengajaran Akuntansi Bandung (YPPAB) berdiri. Kemudia di bulan yang sama - Januari 1973 - dibuka lembaga pendidikan akuntansi dengan nama Institut Akuntansi Bandung/IAB.

Gairah serta cintanya Ibu Koes terhadap pendidikan menjadikan beliau selalu memikirkan keberlanjutan Yayasan dan Universitas Widyatama. Hal ini merupakan wujud kepedulian beliau akan pendidikan anak-anak bangsa yang menjadi cita-citanya sejak dahulu. Beliau merintis lembaga pendidikan ini dengan sepenuh hati dan pengorbanan total sampai akhir hayatnya.

Dedikas i , k reat iv i tas dan kebaikan Ibu Koes telah menginspirasi banyak orang. Semangatnya selalu menginspirasi generasi-generasi muda dan orang-orang di sekitarnya. Keluarga besar Ikatan Akuntan Indonesia mengatakan bahwa beliau adalah tokoh Akuntan Indonesia, yang tercatat sebagai anggota Dewan Penasihat Ikatan

Akuntan Indonesia/IAI Wilayah Jawa Barat.

Erry Ryana Hardjapamekas, m a n t a n W a k i l K e t u a K o m i s i Pemberantasan Korupsi, yang juga salah seorang mahasiswanya mengatakan : “Ibu Koes adalah wanita profesor akuntansi pertama di Indonesia, guru besar Ilmu Akuntansi, dan merupakan pendiri Yayasan/Universitas Widyatama, Bandung”.

Rektor Universitas Widyatama, Dr. Ir. Mame S. Sutoko DEA menyatakan bahwa :” Ibu Koes telah menunjukkan pengabdian, dedikasi, dan loyalitas pada pendidikan serta memiliki sikap hidup seorang ibu, pejuang, entrepreneur. Ini merupakan sauri tauladan yang luar biasa, perwujudan nyata cita-cita ibu Kartini, serta contoh bagi generasi muda. Selama 40 tahun membangun komunitas pendidikan Widyatama, mencerdaskan ribuan generasi muda penerus bangsa dan negara, cerminan pengabdian dan kebajikan tanpa henti sampai akhir hayatnya”. Ini tentunya merupakan kehilangan bagi dunia bagi dunia pendidikan, maupun sosok wanita

Catherine Cook (usia 20 tahun): myYearbook berpendapatan $ 20 Juta dolar

etika Catherine Cook dan saudara laki-lakinya, David, yang tumbuh di New Jersey, mereka mendirikan perpustakaan kecil di rumah mereka dan Kmenyewakan buku untuk orang tua mereka dengan biaya murah. Pada saat

mereka berada di sekolah tinggi, mereka telah meluncurkan situs jejaring sosial myYearbook.com dengan investasi $ 250.000 dari mereka kakak Geoff.

Catherine adalah junior berusia 20 tahun di Universitas Georgetown di Washington, DC dan myYearbook.com yang ia kembangkan memiliki lebih dari 20 juta anggota. Di sela-sela mempelajari pemasaran, operasi dan manajemen informasi, dan psikologi, Catherine menemukan waktu untuk mengembangkan markas myYearbook nya di Pennsylvania beberapa kali dalam sebulan.

Di markasnya, 80 karyawan b e k e r j a k e r a s u n t u k m e m b u a t myYearbook untuk bertemu orang baru secara online melalui game yang memecahkan kebekuan dan fitur. myYearbook adalah 25 situs peringkat atas yang paling diperdagangkan di Amerika Serikat menurut comScore dan menghasilkan pendapatan tahunan 20 juta dolar.

Sebagai co-founder, Catherine Cook terus sibuk mengembangkan fitur baru agar myYearbook di masa depan menjadi jejaring sosial terkemuka . Dia juga merupakan pengguna myYearbook aktif dan teman pertama setiap anggota baru.

Berikut ini kutipan wawancara singkat Nick Scheidies and Nick Tar dengan Catherine.Tanya (T): Apa yang mendorong kamu menggeluti kewirausahaan?Jawab (J): Sebagian besar adalah pengaruh orang tua yang membawa kami memasuki dunia kewirausahaan. Kami selalu diajarkan untuk menjadi pemimpin. Misalnya, jika kita tidak tahu apa kata berarti, kita harus mencarinya di kamus. Orang tua kami tidak akan hanya memberitahu kami. Kam melakukannya sendiri dan menemukan jalan kami sendiri.

Salah satu hal yang mendorong kami langsung untuk berwirausaha a d a l a h m e l i h a t k a k a k k a m i melakukannya. Geoff yang 11 tahun lebih tua dariku, memulai sebuah perusahaan di Harvard selama tahun kedua.

Pada saat itu, Dave dan saya berusia 9 dan 10 tahun. Melihat dia memiliki sebuah perusahaan, melihatnya bertumbuh, dan hidup bersamanya selama musim panas di California. Itu sebuah lingkungan yang berbeda. Kemudian, Geoff menjadi investor pertama kami dan ia melangkah sebagai CEO.

T: Bagaimana orang-orang di sekitar kamu bereaksi terhadap kesuksesan kamu?J: Hal seperti ini sulit bagi saya untuk mencoba menutupnya. Saya tidak benar-benar berbicara tentang hal itu. Jika saya membawanya dalam percakapan, menjadi pembicaraan. Tentu saja, saya senang berbicara tentang hal itu. Tapi saya tidak ingin merasa seperti saya memonopoli pembicaraan.

Saya mahasiswa yang menjalani tahun-tahun kuliah, tidak ada yang tahu kecuali untuk sahabatku. Dia tidak menyadari berapa jam saya masuk ke situs saya setiap malam. Saya di situs larut malam dan saya juga cenderung bangun pagi. Jadi, ketika kita mulai hidup

bersama, dia seperti, "Kamu tidak pernah tidur!"

Ada seorang pria yang bekerja di kantin kami. Dia melihat saya setiap hari karena saya makan di kantin. Di sekitar bulan November, dia bertanya, "Kamu gadis yang menciptakan myYearbook, kan?" Rupanya dia anggota. Ini menyenangkan untuk bertemu orang-orang yang menggunakan situs ini.

Saya membuat semua teman-teman saya di Georgetown mendapatkan account. C'mon - mereka teman-teman saya, sehingga mereka harus mendukung apa yang saya lakukan! Sekarang mereka berada di situs sepanjang waktu. Bagian permainan kasual adalah benar-benar besar dengan mereka dan setidaknya salah satu teman saya termasuk dalam daftar skor tinggi setiap minggu. Aku tidak pernah bisa mendapatkan skor tinggi! Mereka benar-benar baik.

T: Apa yang ingin kamu tambahkan?J: Jika gagasan pertama kamu tidak berhasil, cobalah sesuatu yang baru. Ubah sedikit gagasan kamu dan itu bisa membuat dunia yang berbeda. Pergi untuk tujuan kamu. Jangan biarkan orang lain mengatakan bahwa kamu tidak dapat m e l a k u k a n n y a . B a n y a k o r a n g mengatakan kepada kita bahwa kita tidak bisa: "Tiga juta anggota? Kamu tidak akan pernah mendapatkan itu. "Sekarang, kami memiliki 22 juta anggota. Jika kamu memiliki tujuan raksasa, kamu tidak perlu mendapatkan semua jalan untuk itu agar menjadi pemain utama.

Per jalanan kewirausahaan Catherine benar-benar luar biasa dan itu hanya awal. Temuka dia di myYearbook!

Quote Catherine Cook :"Untuk setiap pengusaha: jika Anda ingin melakukannya, lakukan sekarang. Jika Anda tidak, Anda akan menyesal. ""Jika Anda tidak membuat kesalahan, maka Anda tidak membuat keputusan." Sumber : http://juniorbiz.com

KOMUNITA 7 - 201330 KOMUNITA 7 - 2013 31

sebagaimana yang dicita-citakan Kartini dan Dewi Sartika.

Di usianya yang 88 tahun beliau tetap aktif bekerja mencurahkan segala daya untuk memenuhi kewajibannya sebagai pendidik, sekaligus pimpinan. Dalam sambutan di hari Jadi Yayasan ke 40 tanggal 5 Januari 2013 lalu, beliau menyampaikan harapan dan pesan, bahwa ”Sebagaimana manusia biasa, saya adalah seseorang yang diberi berbagai keterbatasan dan kemampuan oleh Yang Maha Kuasa. Dari faktor usia, saya sekarang ini bukanlah termasuk dalam kategori usia produktif, karena usia saya sudah cukup tua, yaitu akan 88 tahun. Namun, di sela-sela ketuaan saya ini, saya tetap memiliki semangat untuk tetap menjaga dan mendorong agar Widyatama baik Yayasan maupun Universitasnya terus berkibar dan takkan pernah mundur selangkah pun untuk membangun manusia-manusia Indonesia yang berguna bagi kemajuan dan kesejahteraan bangsa ini. Walaupun saya sudah berada di usia senja takkan pupus kebanggaan saya terhadap Widyatama yang pernah saya rintis sejak nol sampai menjadi seperti sekarang ini, tentunya saya berkeinginan agar perkembangan Widyatama tetap berlanjut terus bahkan terus membaik manakala saya sudah tidak berkiprah lagi”.

Apa yang dilakukan Ibu Koes merintis pendidikan tinggi selama 40 tahun sesungguhnya mer upakan wirausaha pendidikan atau edupreuner. Ibu Koes mencoba mengenali adanya kemandegan dalam pendidikan akuntansi dan menyediakan jalan keluar dari kemandegan tersebut . Ibu Koes menemukan apa yang tidak berfungsi, memecahkan masalah, menyebarluaskan pemecahannya, dan meyakinkan seluruh masyarakat untuk berani melakukan

perubahan di bidang pendidikan. Sebagai edupreneur Ibu Koes tidak puas hanya memberi “ikan” atau mengajarkan cara “memancing ikan”. Beliau tidak akan diam hingga “industri perikanan” pun berubah. Itulah inovasi Ibu Koes dalam dunia pendidikan.

Selanjutnya Ibu Koes mengajak kepada semua pihak yang berada di lingkungan Widyatama untuk menumbuh kembangkan rasa memiliki Widyatama ini, agar sinarnya tetap terpancar mewarnai rona pendidikan di Nusantara ini. Ibu Koes menekankan beberapa hal untuk kemajuan Widyatama, yaitu :1. Agar terus ditumbuh kembangkan

budaya berorganisasi yang efisien dan efektif. Organisasi yang kita k e l o l a h a r u s m a m p u didinamisasikan ke arah tujuan dan sasaran yang tepat dan benar, dengan terus memperhatikan perkembangan lingkungan, peluang dan kendala. Oleh karena itu penyesuaian struktur maupun kinerja organisasi harus mampu menjawab tantangan yang dihadapi dari masa ke masa.

2. Tumbuhkan hubungan dan kerja sama yang harmonis di antara para pengawak organisasi yayasan maupun universitas beserta jajarannya, agar timbul dedikasi, loyalitas dan soliditas yang kondusif dan kontributif terhadap pencapaian tugas yang dibebankan sehari-hari.

3. Tanamkan dalam-dalam rasa memiliki organisasi ini, agar setiap saat langkah dan perjuangan kita s e l a l u b e r o r i e n t a s i k e p a d a k e p e n t i n g a n d a n k e m a j u a n organisasi.

4. Yakinkan pada diri sendiri, bahwa pekerjaan yang kita lalukan sehari hari itu, bukanlah semata-mata

untuk mendapatkan nafkah demi kelangsungan hidup keluarga, melainkan juga adalah untuk menuntaskan tugas mulia, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.”

Ibu Koes telah menghantarkan Widyatama dari tiada menjadi ada. Ibu Koes telah menghantarkan Widyatama melewati chapter pertamanya. Kini, Widyatama perlu mempersiapkan chapter kedua dan seterusnya yang tentunya harus semakin antisipatif dan adaptif dalam menghadapi tantangan dan peluang yang semakin dinamis dan kompleks. Untuk itu, generasi-generasi penerus Widyatama perlu dipersiapkan, d i b a n g u n a t m o s f i r k e r j a d a n kepemimpinannya, serta mendapat ruang u n t u k b e r b u a t s a l a h s e r t a mempertanggungjawabkannya sebagai bentuk pendewasaan kepemimpinan di masa depan. Harapan ini, selanjutnya semoga mewujud dan menghantarkan Widyatama memberikan kontribusi yang berkelanjutan bagi masyarakat bangsa sesuai cita-cita Ibu Koes.

Ibu Koes adalah tokoh pionir pendirian perguruan tinggi swasta bidang Akuntansi di Jawa Barat, bahkan Indonesia. Konsistensi dan upaya Ibu Koes dalam pendidikan, khususnya pendidikan tinggi menghantarkannya menerima penghargaan “Sewaka Winayaroha“ dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi - Depar temen Pendidikan Nasional.

Meskipun Ibu Koes tidak lagi di s e k i t a r k i t a , t e t a p i s e m a n g a t kreativitasnya tetap hidup dan TETAP HIDUP.(liliirahali/2mei2013)

Layaknya puisi Kahlil Gibran: “Suara kehidupanku memang tak akan m a m p u m e n j a n g k a u t e l i n g a kehidupanmu; tapi marilah kita coba saling bicara barangkali kita dapat mengusir kesepian dan tidak merasa jemu”.

Berikut ini fragmen-fragmen kata-kata kenangan sebagian keluarga besar Widyatama mengiringi kepergian beliau selamanya ke pangkuan Illahi Robbi.(lee)Almh. Prof. Dr. Koesbandijah AK, Selamat Jalan Ibu Teladan.

Semoga beristirahat dengan tenang di sisi Allah SWT. Pengabdian, dedikasi, loyalitas kepada pendidikan dan sikap hidup seorang ibu, pejuang, enterpreneur yang ditunjukan merupakan sauri tauladan yang luar biasa, perwujudan nyata cita-cita ibu Kartini, contoh bagi generasi muda.

40 tahun membangun komunitas pendidikan Widyatama, mencerdaskan ribuan generasi muda penerus bangsa dan negara, cerminan pengabdian dan kebajikan tanpa henti sampai akhir hayatnya.

Semoga Allah SWT memberikan pahala yang setimpal dan tempat yang mulia di sisi-Nya. Mudah-mudahan generasi penerus Widyatama mampu membawa amanah lembaga dan komunitas keluarga besar ini ke arah yang l e b i h b a i k , l e b i h b e r m a r t a b a t sebagaimana dicita-citakan Ibu Pendiri, Almh. Prof. Dr. Koesbandijah AK. Selamat Jalan Ibunda.Mame S.Sutoko dan Keluarga, 2 Mei 2013

Kata Kenangan dan Nasihat Bu Koes, · Selalu berusaha mengajarkan kebenaran dan kerjakan kebenaran menurut Alloh SWT· Jangan malu hidup sederhana, sederhana bukan berarti tidak memilik apa-apa.· Selalu mendoakan orang tua dan Jalani hidup dengan "prihatin" untuk hidup lebih sukses (prihatin maksudnya mau bekerja keras lebih dari kerja keras orang lain)

Semoga kata kenangan ini tidak hanya menjadi sekedar kenangan tetapi juga menjadi manfaat dan titipan beliau untuk dijalani dalam menjalani hidup. Semoga menjadikan kita untuk hidup lebih mengayomi dan peduli dengan sesama.Fanto @farisahasnanto, 2 Mei 13

· Semangat dan vitalitas hidup yang tak pernah lapuk oleh waktu [email protected], 2 Mei 13

· Kalau kita benar, jangan takut. Jalan Terus !!!Pipin Sukandi, 2 Mei 13

Filsafat Waktu dari seorang Ibu, Prof. Dr. Hj. Koesbandijah Abdul Kadir, M.S., Ak.

Tepat waktu adalah terlambat, seperti itulah Ibu Koes berfilsafat dengan waktu. Yaaah...sebuah filsafat waktu sarat makna yang belum sepenuhnya teramalkan oleh kita sebagai bagian dari tuan rumah keluarga Widyatama.

Bagi Ibu, mengajar adalah sebuah panggilan, dan bila beliau mengajar, sudah menjadi bagian dari body clock untuk datang 5 – 10 menit sebelum waktu/jadwal mengajar. Oleh karenanya, bila Ibu datang tepat waktu (sesuai jadwal), baginya adalah sebuah keterlambatan, (apalagi datang terlambat – dapat dibayangkan – mungkin bagi beliau itu dianggap sebuah kecelakaan besar). Sungguh luar biasa, sikap pemuliaan & penghargaan terhadap waktu dari seorang Guru Besar, yang secara jujur, masih cukup berat untuk kita teladani.

Suatu ketika saya mendengarkan acara inspirasi di sebuah radio swasta, dan yang mengejutkan saya adalah bahwa yang menjadi dasar topik inspirasi oleh si pembicara pada saat itu adalah tepat waktu adalah terlambat. Pembicara inspirasi di radio tersebut tidak segan-segan menjelaskan kurang lebih seperti berikut: “Ibu Koesbandijah, seorang pendiri Yayasan Widyatama, memiliki komitmen waktu yang sangat tinggi. Bagi beliau tepat waktu adalah terlambat, dan i tu d i terapkannya dalam set iap perkuliahan beliau”. Lagi-lagi sungguh

luar biasa, di luar sana, betapa harumnya filsafat waktu dari seoarng Ibu Pendidik yang berdedikasi tinggi itu.Adakah kita siap meneladani filsafat waktu yang telah memfosil dalam diri seorang Ibu Besar di kampus kita ini? atau it resides in the fact that this philosophy still becomes a big question and endless home work.

Selamat jalan Ibunda tercinta, semoga diampuni segala kekhilafannya, d i l a p a n g k a n , d i t e r a n g i d a n disejahterakan di alam kuburnya. Amieen...Dari seorang independent learner,Hero Gunawan, 3 Mei 2013

W I D Y A T A M A B E R D U K AI n n a l i l l a h i w a i n n a i l a i h i r o j i u nTelah berpulang salah satu putra terbaik Indonesia : Prof. Dr. Hj. Koesbandijah A b d o e l k a d i r , M S , A k .Selamat jalan Ibu, jasa-jasa ibu tidak akan pernah kami lupakan. Semoga amal ibadah ibu diterima disisi Tuhan YME, dan d o s a - d o s a n y a d i a m p u n i - N y a .Sekali lagi SELAMAT JALAN IBU, wejangan, ajaran, prinsip Ibu tidak akan p e r n a h k a m i l u p a k a n .Widyatama Bersatu, 28 April 2013

Akan tetap kami jaga bunga-bunga perjuanganmu. Selamat beristirahat dengan tenang panutan kami. Tim Asdos FE- Hoirina Rosindah S

Selamat jalan pendiri Universitas Widyatama. Kami tidak akan lupa jasa mu dalam dunia pendidikan.A g n e z P r a d i b t a H a l i m

Semoga amal jariyah beliau tetap mengalir walaupun beliau telah tiada. aamiin . . . Muh. Fitra Ramadhan <[email protected], 9 Mei 2013Untuk Almh. Ibu Prof. Dr. Hj. Koesbandijah

Kan kami kenang segala jasa-jasa mu Ibu kami tercinta, engkau laksana R.A. Kartini masa kini, yang memberi pelita bagi semua orang tidak terkecuali itu pria atau wanita, miskin atau kaya, engkau rangkul semuanya dengan

KOMUNITA 7 - 201332 KOMUNITA 7 - 2013 33

Sebagai mahluk ciptaan Allah yang paling mulia, manusia dipercaya menjadi khalifah di muka bumi. Dengan segala usaha, kerja keras, dan do'a manusia menemukan jalan kehidupannya masing-masing. Kecuali beberapa ketetapan yang tidak bisa diubah : jodoh, rezeki dan kematian.

Ibu Koesbandijah Abdoel-kadir sebagai pendiri lembaga pendidikan Widyatama, sekaligus komunitas pendidikan Widyatama yang telah berusia 40 tahun adalah sosok yang dekat, familiar, penuh perhatian kepada siapapun. Dalam rentang waktu tersebut ibu telah menjalin relation-ship dan komunikasi yang intens dengan seluruh keluarga besar Widyatama. Upaya beliau selalu mencoba membangun kehidupan Widyatama yang bersemangat dan bergairah dengan landasan DJITU (Disiplin, Jujur, Inovatif, Tekun dan Ulet) telah beliau tunaikan hingga akhir hayatnya.

SELAMAT JALAN IBU KOESBANDIJAH

Renungan untuk IbuIbu adalah segalanya, dialah penghibur dalam kesedihan, pemberi harapan dalam penderitaan, dan pemberi kekuatan ketika kita berada

dalam kelemahan.Dia juga adalah sumber cinta, belas kasih, simpati dan pengampunan.

..........................................................Segala sesuatu di alam ini kerap melukiskan tentang sosok ibu.

Matahari adalah ibu dari planet bumi yang memberikan makanannya dengan pancaran sinarnya yang panas. Matahari tak pernah meninggalkan alam semesta. pada malam hari matahari meminta bumi untuk tidur sejenak di dalam nyanyian lautan dan siulan burung-

burung dan anak-anak sungai.Sementara itu, Bumi adalah ibu dari pepohonan,

dan bunga-bunga menjadi ibu yang baik bagi buah-buahan dan biji-bijian.Ibu sebagai pembentuk dasar dari seluruh kewujudan dan adalah roh kekal, penuh dengan keindahan dan cinta. (Kahlil Gibran)

petuah-petuah yang sangat bijak. Terima kasih Ibu kami tercinta, selamat jalan, dan semoga mendapatkan kesejahteraan di rumah Alloh SWT. Amin. Esti Prihanti [email protected], 7 Mei 2013 Kenangan tentang ibu Profesor Koesbandijah,· Semangat ibu untuk maju selalu jauh melebihi usianya, ini teladan yang sangat sulit ditemukan bandingannya. · Beliau selalu berbicara dengan santun meski pada saat yang seharusnya marahAgoestiana Budiprasetya, 10 Mei 2013

Selamat Jalan Ibu Pendidik Sejati, Prof. Dr. Hj. Koesbandijah AK, M.S., Ak. Tanpa terasa ibu telah menjalani banyak hal dalam dunia Pendidikan, demikian pula pengabdian dan pengorbanan yang telah ibu berikan. Goresan tangan ibu akan tetap abadi dikenang oleh banyak orang yaitu: para mahasiswa, dosen, praktisi , rekan sejawat, mitra dan partner ibu dalam berkarya. Ini semua akan tetap menjadi kenangan dan suri tauladan bagi kami semua generasi penerus ibu, baik yang berada di lingkungan Universitas Widyatama maupun yang di tempat lain. SELAMAT JALAN IBU TERCINTA BERISTIRAHATLAH DENGAN TENANG. Wien Dyahrini, 10 Mei 2013

Selamat beristirahat Ibu, Perjuangan dan

PengorbananMu Inspirasi bagi kami

40 tahun perjalanan Ibu menapaki dunia pendidikan dengan segala ketekunan

dan pengorbanan. Widyatama telah berdiri

sebagai wujud komitmen Ibu mendidik anak-anak bangsa. Semoga cita-cita Ibu dapat

dilanjutkan kader-kader Widyatama. Perjuangan dan pengorbanan Ibu inspirasi

bagi kami untuk melanjutkannya bagi

kemaslahatan anak-anak bangsa. Selamat beristirahat

Ibu tercinta.Dyah Kusumastuti, 15 Mei

2013

IBU KOESBANDIJAH, TAULADANKU KETIKA KABAR ITU DATANG…..

RASANYA BARU KEMARIN KITA BERBINCANG ….TENTANG MALAM SETELAH PETANG ….

BAHWA BESOK MENTARI AKAN MENJELANG ….KETIKA BERITA ITU DATANG ……

PETUAHMU MASIH TERNGIANG ….TENTANG KEIKHLASAN YANG LAPANG ….

BAHWA NURANI JERNIH JANGAN SAMPAI HILANG ….KETIKA JELANG SIANG ….

KABAR ITU MELILIT SEMPIT DIHATI…SESAK MEMUTUS NAFAS SATU-SATU…

TAK SANGGUP KATA TERUCAP ….SESAK DIHATI MENGHUJAM DALAM ….

PAHLAWANKU TELAH PAMIT …DALAM DIAM YANG TENANG ….PAHLAWANKU TELAH KEMBALI

KEHARIBAAN SANG KHALIQPAHLAWAN BAGI RIBUAN ANAK BANGSA

YANG PERNAH MERASAKAN PELUKAN KASIHMUPAHLAWAN DARI MEREKA YANG KINI SUKSES

MENJADI INSAN BERGUNA DISEGALA PENJURUPAHLAWAN YANG MENANAMKAN NILAI-NILAI

KEDISIPLINAN, KEJUJURAN, INOVATIF, KETEKUNAN, KEULETAN…IBU, KINI ENGKAU DALAM KEABADIAN

ABADI PULA JEJAK LANGKAHMU DISINI…CANDRADIMUKA BAGI PEMUDA-PEMUDI….

YANG SIAP MENEMPA DIRI MENJADI AMPUH, TANGGUH, BERWIBAWA..IBU, KERINDUAN KAMI PADAMU TAK PERNAH PUPUS….

PERGILAH DENGAN DAMAI ….KAMI SIAP MENERUSKAN CITA-CITAMU.Dengan penuh hormat, Eddy B. Misnan

KOMUNITA 7 - 201332 KOMUNITA 7 - 2013 33

Empat puluh tahun Widyatama menapaki perjalanan kedewasaan sebuah lembaga. Dalam rentang tersebut sebagian cita-cita Widyatama telah mewujud, sebagian lagi belum berwujud. Ibu Koesbandijah melalui semangat dan pengorbanannya telah mewujudkan Widyatama dari tiada menjadi ada. Di usia 88 tahun semangat dan tekad beliau masih berkobar, walau beliau menyadari akan keterbatasan fisiknya. Karena itu, selayaknya kita menyimak sedikit aktivitas beliau selaku pendidik serta ibu bagi warga Widyatama dalam mengenang jasa-jasa beliau untuk keberadaan kita saat ini.

Berikut mosaik fragmen-fragmen kegiatan akademik dan sosial kemasyarakatan beliau sebelum meninggalkan kita selamanya. Fragmen-fragmen yang terekam dalam lukisan cahaya ini semoga memberi inspirasi bagi Widyatama ke depan.(lee)

Ibu Koesbandijah MemorialMEMBANGUN SEMANGAT, MEMBANGUN WIDYATAMA

Setelah melewati masa yang tak berujung, syukur Alhamdulliah......akhirnya MUNAS IKA UTAMA dapat dilaksanakan dan memilih secara aklamasi sdr. Andre Anderson ( Angkatan 1983 ) sebagai Ketua IKA UTAMA periode 2012 – 2016 dan dilantik Ibu Koesbandijah selaku Ketua Badan Pengurus Yayasan Widyatama. IKA UTAMA merupakan titipan dan harapan Ibu Koesbandijah agar menjadi forum silaturahmi antar alumni dan almamater yang saling menguatkan.

Sejenak berfoto setelah menerima sumbangan bus dari Menteri Perhubungan, Freddy Numberi

Bincang akrab dengan Isteri Menteri Perhubungan.

Selamatan Peresmian Gedung Pascasarjana Silaturahmi Lebaran di Kampus

Keceriaan peringatan 17 Agustus dengan warga Widyatama. Berbagai dengan warga sekitar menjelang lebaran.Pemberian beasiswa kepada para mahasiswa berprestasi .

Pemberian beasiswa kepada para mahasiswa berprestasi .

Peresmian Plaza Widyatama bertepatan dengan hari Wisuda Mahasiswa.

Kuliah Umum Entrepreneur Prof. Dorodjatun Kuntjoro Djakti tidak luput dari perhatian Ibu Koesbandijah.

Berfoto bersama Mario Teguh.

Bersama Walikota Bandung, Dada Rosada menanam pohon di Kampus. Keceriaan setelah melepas burung bersama Walikota Bandung di kampus Widyatama.

Mendorong cinta buku, Ibu Koes bersama Ibu Netty Herawati, Ketua PKK Prov. Jawa Barat, Rektor UTama pada acara Widyatama Berpagar Buku memperingati Ulang Tahun Yayasan Widyatama ke 37.

Ibu Koes mendampingi Menteri Kelautan dan Perikanan, Freddy Numberi (2004 – 2009) pada acara kuliah umum Menteri di Universitas Widyatama Widyatama.

Ibu Koes mendampingi Menteri Kelautan dan Perikanan, Freddy Numberi (2004 – 2009) pada acara kuliah umum Menteri di Universitas Widyatama Widyatama.

Menyambut Hidayat Nur Wahid, Ketua MPR RI (2004 – 2009) saat kehadiran beliau pada

Seminar dan Mukernas I ASASI (Asosiasi Akademisi Perguruan Seluruh Tinggi).

Sejenak bersama Duta-Duta Kampus Widyatam.

Berfoto bersama Miranda S. Gultom, Gubernur Bank Indonesia (2009) usai Seminar Knowledge Management, dan memberi selamat kepada para pembicara.

Bersama Prof. Mathias Aroef dan perwakilan Unesco pada kegiatan Seminar dam Meeting Unesco di Universitas

Widyatama, tahun 2002.

KOMUNITA 7 - 201334 KOMUNITA 7 - 2013 35

alam pelbagai kesempatan saya pernah ditanya orang tentang bagaimana cara sukses belajar di Perguruan Tinggi (PT). Hal ini wajar ditanyakan kepada saya Ddan muncul ke permukaan karena saya sering mengatakan kepada publik

bahwa meraih suskes akademik itu mudah, dan –- tambahan lagi—pendidikan di PT itu mahal (apalagi kalau dilakukan di luar negeri).Tak seperti yang terjadi di Indonesia yang tampaknya menganggap kisah dan strategi sukses itu merupakan masalah nasib-peruntungan (a matter of luck) belaka dan, oleh karena itu, tidak menarik perhatian para peneliti. Di dalam tradisi penelitian di luar negeri, sukses dan kegagalan dipandang sebagai sesuatu yang perlu dijelaskan. Dari cara pandang semacam ini lahir berbagai studi tentang peran strategi-mengolah diri dalam berbagai bentuknya dan dengan segala konsekuensinya. Dari riset yang

Bachrudin Musthafa*)Dekan Fakultas Bahasa, Universitas Widyatama

SUKSES BELAJAR DI PERGURUAN TINGGI ITU MUDAH

dilakukan terus-menerus dan dikelola melalui sistem publikasi yang sistematis dan terbuka, telah banyak strategi-sukses yang ditemukan dan strategi ini telah diverifikasi secara terbuka oleh peneliti di mancanegara.Tulisan ringkas ini bertujuan memaparkan berbagai strategi sukses belajar di PT dan menjelaskan mengapa berbagai kebiasaan yang baik umumnya menyifati orang-orang yang kemudian terbukti sukses dalam bidangnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, tulisan ini—pertama-tama—menggambarkan pelbagai kebiasaan yang umumnya dilakukan mahasiswa yang berkinerja akademik tinggi. Setelah itu, menjelaskan cara berpikir strategis yang telah terbukti membawa mahasiswa ke puncak prestasinya. Dengan cara ini diharapkan sidang pembaca dapat menyadap strategi pengolahan-diri yang baik, sehingga menjadi pantas untuk meraih tingkat sukses akademik yang diinginkannya.

Kebiasaan Strategis Para Mahasiswa UnggulKebiasaan-kebiasaan “pembawa sukses” sebenarnya tidak asing bagi kebanyakan mahasiswa; dan kebiasaan ini sedemikian wajar dan masuk-akal, sehingga banyak mahasiswa terkecoh dan menganggap enteng faedahnya. Kebiasaan yang dimaksud mencakup : datang ke kelas dengan persiapan yang baik; menghadiri semua sesi yang dijadualkan dosen; bersikap takzim kepada dosen/instruktur yang mengajar; belajar dengan jadual tetap dan teratur; mengembangkan perangkat keterampilan-strategis yang menguntungkan (Nelson, 1998).Kebiasaan #1: Mahasiswa unggul menyiapkan diri sebelum datang ke kelas.Pada pertemuan pertama, lazimnya, dosen memperkenalkan matakuliah yang diampu dan diajarkannya kepada mahasiswa. Pada pertemuan ini dibahas tujuan dan cakupan matakuliah serta berbagai pengalaman-belajar yang utama, juga topik-topik utama yang akan dibahas setiap pertemuan dilengkapi dengan tugas dan referensinya. Inilah “menu” pendidikan-pengajaran yang telah diracik dosen untuk matakuliah ini yang – bila dikelola dengan baik—akan m e n g a n t a r k a n m a h a s i s w a p a d a pengetahuan, keterampilan, sikap, serta kebiasaan berpikir tertentu. Target-target capaian setiap matakuliah biasanya telah disusun dosen pengampu

d a l a m b e n t u k t o p i k a t a u t e m a pengetahuan/keterampilan dan/atau kebiasaan berpikir, yang pencapaiannya dibangun setahap-demi-setahap melalui rangkaian dari satu sesi ke sesi lainnya. Untuk memastikan pencapaian ini, dosen lazimnya akan menugaskan bacaan dan/atau lat ihan ter tentu untuk dikerjakan mahasiswa di luar kelas untuk kemudian dibahas di dalam sesi berikutnya bersama dosen.Mahasiswa yang kemudian terbukti berprestasi tinggi adalah mereka yang melakukan tugas-tugas membaca dan/atau mengerjakan latihan mandiri sebelum datang ke kelas untuk mengikuti k u l i a h . K a re n a p e r s i a p a n y a n g dilakukannya sebelum bertemu dosen, para mahasiswa unggul ini memperoleh kesempatan lebih dari satu kali memahami yang dipelajarinya: pertama, pemahaman dibangun melalui upaya mandirinya dalam mengerjakan tugas yang ditugaskan; kedua, penguatan-pemahaman diperolehnya ket ika memperoleh konfirmasi dan/atau penjelasan dari dosen secara langsung di kelas.Kebiasaaan#2: Mahasiswa unggul menghadiri semua sesi kuliah yang dijadualkan dosen.Sebagai tenaga professional yang menguasai bidang keahliannya, dosen umumnya mengetahui secara persis tahapan-tahapan yang harus dilalui

mahasiswanya dari suatu sesi ke sesi lainnya dalam satu semester. Dalam sistem semester yang umumnya berisi 16 sesi itu, misalnya, dosen menjadualkan sesi satu untuk memperkenalkan matakul iahnya (dari segi tujuan matakuliah, cakupan matakuliah, dan ekspekstasi dosen tentang apa yang harus dilakukan mahasiswa, dan sistem penilaian yang diberlakukan untuk matakuliah yang diampunya ini). Pada sesi dua sampai sesi tujuh adalah sesi-sesi penting yang sarat akan konsep dan kegiatan pengembangan keterampilan yang umumnya kemudian diujikan dalam UTS (ujian tengah semester) pada pekan ke delapan. Pada sesi pekan ke sembilan sampai dengan sesi pekan ke limabelas umumnya diisi dengan konsep-konsep baru dan/atau kegiatan pendalaman serta pelanjutan pengembangan keterampilan. Sesi pekan ke enambelas umumnya diisi dengan ujian akhir semester (UAS) yang cakupannya menyeluruh: materi dari sesi awal sampai sesi terakhir dalam semester yang bersangkutan.Oleh karena rangkaian sesi perkuliahan yang disusun dosen ini telah sedemikian ketat dan saling-berkait, kemangkiran kuliah sangat merugikan mahasiswa itu sendiri karena hal ini dapat membuat pemahamannya tidak lengkap dan/atau ketempilannya menjadi rumpang. Untuk alasan ini pulalah, para mahasiswa unggul lazimnya akan mengupayakan

INTEGRASI CRITICAL THINKING DALAM PEMBELAJARAN

Universitas WidyatamaJl. Cikutra No. 204A BandungEmail : [email protected]

Hero GunawanProdi Bahasa Inggris

KOMUNITA 7 -2013 Dalam proses pembelajaran secara umum, menjawab pertanyaan lebih populer dibanding mengajukan pertanyaan. Pola komunikasi pembelajaran nyaris satu arah, hampir tidak ada ruang bertanya bagi mahasiswa, atau kalaupun ada, mahasiswa tidak cukup berani menyampaikan pertanyaannya. Fenomena seperti ini sudah seharusnya menjadi kegelisahan akademis bagi kalangan akademisi karena atmosfir pembelajaran seperti ini tampaknya tidak akan mampu melahirkan mahasiswa yang cerdas, kritis dan memiliki daya saing di masa mendatang.

Mahasiswa sering dianggap kurang berani, kurang percaya diri, kurang kreatif dalam proses pembelajaran. Padahal dalam konteks pembelajaran terdapat dua aktor utama yaitu mahasiswa dan dosen. Sekedar introspeksi diri seorang dosen, seberapa sering kita mengajukan pertanyaan kepada mahasiswa baik di awal, tengah atau akhir perkuliahan, dan apakah pertanyaan itu mampu mendorong mahasiswa untuk berpikir kritis atau pertanyaan yang kita ajukan hanya berada pada level remembering, level yang paling rendah dalam new version of Bloom's taxonomy (Anderson & Krathwohl, 2001: 67-68) sehingga tidak mampu memprovokasi mahasiswa untuk berpikir kritis.Pertanyaan memainkan peranan penting dalam menciptakan suasana belajar yang produktif, dan diyakini mampu mengarahkan mahasiswa berpikir kritis sebagaimana yang diisyaratkan oleh Campbell (2004: 13) yang menyatakan bahwa questions that stimulate discussion should be thought-provoking and not easily answered in a few words. Oleh karena itu, amatlah penting bagi dosen untuk gemar mengajukan pertanyaan terbuka dan menarik (open-ended, interesting questions) sehingga mampu memberi inspirasi dan pemahaman terhadap suatu kemungkinan baru dalam pembelajaran.

Aktivitas berpikir, termasuk di dalamnya mengajukan pertanyaan, tidak lepas dari gagasan Benjamin Samuel Bloom yang lebih dikenal dengan Bloom's taxonomy, gagasan yang sangat fenomenal, monumental, dan influensial di kalangan akademisi dan praktisi pendidikan.

1.Taksonomi BloomBloom menganggap bahwa learning, teaching, identifying educational goals, and thinking are complicated concepts interwoven in an intricate web. Bagi Bloom pembelajaran, tujuan pendidikan, dan berpikir merupakan konsep yang terkait erat satu sama lain dalam struktur yang cukup rumit. Permasalahan seperti ini pun menurut Houghton (2004) sering dihadapai oleh para pendidik “where do we begin in seeking to improve human thinking?” karena berpikir bagi Bloom dapat meningkatkan mutu pembelajaran mahasiswa. Bloom menyusun taksonomi kaitannya dengan tujuan pendidikan ke dalam tiga ranah: cognitive, affective, dan psychomotoric. Akan tetapi taksonomi Bloom yang akan dibahas dalam artikel ini adalah taksonomi pada level cognitive domain.Sejak tahun 1990an taksonomi Bloom sudah mengalami perubahan yang dikenal dengan revised Bloom's taxonomy (RBT). RBT ini digagas oleh murid Bloom, Lorin Anderson. Perbedaan yang mendasar antara original cognitive taxonomy (old version) dengan RBT (new version) adalah terletak pada jumlah dimensi yang dimilikinya. Versi lama hanya memiliki satu bentuk dimensi (knowledge, comprehension, application, analysis, synthesis, dan evaluation), sedangkan versi baru memiliki dua dimensi: dimensi yang pertama adalah dimensi pengetahuan yang mengidentifikasi jenis pengetahuan yang harus

dipelajari (knowledge to be learned); dimensi yang kedua adalah dimensi proses kognitif yang mengident i f i kas i p roses yang dipergunakan untuk belajar (process used to learn).

Yang perlu dicermati dari RBT di atas adalah komposisi pembagian dimensi pengetahuan yang terdiri dari empat level (factual, conceptual, procedural, dan meta-cognitive), dan komposisi pembagian dimensi proses kognitif yang terdiri dari enam level (remember, understand, apply, analyze, evaluate, create). Yang mendasari RBT ini adalah bahwa kemampuan pembelajar harus bisa diukur sehingga perlu dimunculkan verba yang dapat mengukur perilaku intelektual dalam pembelajaran. Alat ukur yang representatif dalam proses kognitif adalah tinggi rendahnya kapasitas critical thinking.

Critical Thinking Ada dua kata dan satu frasa penting terkait dengan critical thinking, yaitu critical, thinking, dan critical thinking. Dari sembilan makna kata critical dalam Webster's Encyclopedic Unabridged Dictionary of the English Language (1989: 344), semuanya menunjukkan pada kondisi yang sangat serius sehingga membutuhkan perhatian, judgement, dan analisis yang tajam, dan bila perlu, pada titik ter tentu dilakukan suatu perubahan. Pemahaman ini memiliki hubungan yang erat dengan kata thinking sebagai proses aktif.

Kata thinking yang dimaksud di sini bukanlah berasal dari verba think yang tergolong sebagai stative verb melainkan sebagai verb of action. Kata thinking berkaitan erat dengan kata mind, idea, conception, dan opinion; sebagai ajektiva, kata thinking dipadupadankan dengan kata rational, reasoning, thoughtful, dan reflective;

dan kata thinking, sebagai gerund, dihubungkan dengan kata thought, judgement, dan reflection (Webster's Encyclopedic Unabridged Dictionary of the English Language, 1989: 1475). Dari keragaman rangkaian makna leksikal tersebut di atas, semuanya menunjukkan adanya proses berpikir sebagai aktivitas nalar kita. Penggunaan kata 'kita' di sini sangat tepat karena yang memiliki nalar hanya manusia, dan kalaupun ada kata lain misalnya: 'thinking animal' itu pasti mengacu pada manusia sehingga kita mengenal adanya ungkapan 'man is a thinking animal'. Frasa critical thinking ini sudah dikenal sejak jaman Socrates sekitar 2,500 tahun yang silam. Pandangan Socra tes da lam praktek pengajarannya mengutamakan dialog produktif (asking deep questions) terhadap suatu permasalahan melalui proses berpikir sebelum menerima gagasan untuk kemudian diyakini kebenarannya. Kemudian di penghujung abad ke-20, critical thinking kembali diintegrasikan ke dalam proses pembelajaran secara s istematis dan melembaga.Elder (2010) mendefiniskan critical thinking sebagai berikut: ”the ability and disposition to improve one's thinking by systematically subjecting it to intellectual self-assessment”. Definisi tersebut cukup singkat namun sarat makna, dikatakannya bahwa critical thinking sebagai kemampuan dan kualitas berpikir guna meningkatkan keberpikiran seseorang yang dialaminya secara sistematis sehingga dapat melakukan penilaian terhadap intelektualitas diri. Lebih lanjut Elder (2010) mengatakan bahwa pada dasarnya manusia ini adalah critical thinkers, akan tetapi yang membedakannya adalah pada tingkatannya. Dia membaginya ke

Rubrik Buah pikir

sekuat tenaga agar semua sesi perkul iahan dihadir inya. Dengan kehadirannya ini—paling tidak— topik yang dibahas di kelas diketahui secara persis dan penjelasan serta pesan-pesan dari dosen terikuti secara langsung dan lengkap.

Kebiasaan#3: Mahasiswa unggul besikap takzim kepada dosen yang mengajarnya.Tanyakan kepada dosen: mahasiswa yang seperti apa yang diperkirakannya akan “menjadi orang” kelak di kemudian hari. J a w a b a n n y a — k e m u n g k i n a n b e s a r — m e n g a n d u n g k o m p o n e n -komponen berikut: menghormati dan berbaik sangka kepada gurunya. Sikap takzim dapat mewujud dalam berbagai bentuk, termasuk menganggap bahwa dosen itu menguasai bidangnya—atau, paling tidak, mengetahui lebih banyak dan lebih mendalam dari mahasiswa yang diajarnya. Selain itu, mahasiswa unggul merasakan maksud baik dosennya: dosen menginginkan agar mahasiswa yang diajarnya mengerti dan terampil—bila perlu, melebihi dirinya sendiri.Oleh karena mahasiswa unggul selalu menyiapkan diri sebelum datang ke kelas, dan dia hadir pada semua sesi yang dijadualkan dosen, mahasiswa ini memiliki rasa percaya-diri (confidence) untuk berdekat-dekat dengan dosen. Mahasiswa yang baik merasakan sinyal dari dosennya bahwa dia dapat didekati: untuk keperluan penjelasan tambahan yang mungkin diperlukan, atau bahan-bahan bacaan tambahan yang mungkin d a p a t m e m b a n t u p e n d a l a m a n pemahaman mahasiswa. Dengan demikian, mahasiswa yang baik ini melihat banyak pintu terbuka bagi kemajuannya yang optimal dan tidak harus menunggu punya masalah bila ingin berbicara dengan dosen.Kebiasaan #4 Mahasiswa unggul belajar secara teratur dan memiliki jadual tetap.Mahasiswa unggul itu teratur: dia tahu kapan harus mengerjakan tugas yang mana; dia tahu tugas mana saja yang dapat dikerjakan belakangan; dan dia tahu dengan pasti kegiatan mana yang dapat dikesampingkan (karena mungkin memang tak memberi manfaat baginya). Mahasiswa unggul memiliki kontrol yang baik terhadap penggunaan waktu, dan dia tahu kapan harus kerja-keras dan kapan boleh bersantai-santai. Keteraturannya dalam belajar membuatnya cenderung “berada di depan” di kelasnya, dan—oleh karena itu-- dia bisa-jadi diperlakukan sebagai tempat bertanya bagi teman-temannya.Kebiasaan#5: Mahasiswa unggul mengembangkan keterampilan-strategis

yang menguntungkan.Dari kebiasaannya mengulang-ulang bahan yang dipelajarinya, dan dari kebiasaannya membanding-kontraskan berbagai strategi yang telah diketahui dan dialaminya dalam praktik, mahasiswa unggul lazimnya memiliki cara-cara yang kreatif untuk mengorganisasikan segenap pengetahuan yang telah diperolehnya. Misalnya, sebagai contoh, mahasiswa ini mungkin meringkas pengetahuan dan pemahamannya tentang konsep-konsep penting ke dalam kartu-kartu catatan (index cards), ke dalam lembar-lembar catatan ringkasan (summary notes), diagram dan bagan-bagan yang dapat m e m b a n t u n y a m e n g i n g a t d a n menjelaskan konsep serta pengetahuan yang berharga itu dengan mudah dan cepat.Selain kreativitasnya dalam mengelola p e n g e t a h u a n y a n g d i m i l i k i n y a , mahasiswa unggul juga memiliki keterampilan metakogniti f—yakni kemampuan untuk memikirkan apa yang diketahuinya, yang ujung-ujungnya memungkinkannya mengatur strategi dan mengontrol proses belajarnya sendiri (lihat, misalnya, Anderson 2008). Mahas iswa dengan kemampuan metakogitif seperti ini—tanpa dikomando pihak lain—dapat mengatur dirinya sendiri dengan baik. Misalnya, ketika hendak menyiapkan diri menghadapi UAS, mahasiswa ini mungkin mengisolasi diri dan menyibukkan dirinya mereviu catatan-catatannya, mempelajari ulang semua tugas-tugas yang pernah dikerjakannya, dan dia lakukan semua ini jauh-jauh hari sebelum jadual UAS tiba.Kebiasaan#6: Mahasiswa unggul m e n g a m b i l i n i s i a t i f d a n bertanggungjawab atas keberhasilan-belajarnya sendiri.Dengan cara berpikir dan cara belajar yang telah dipilih dan dipraktikannya, mahasiswa unggul memiliki sikap re a l i s t i s t e rh a d a p w a k t u y a n g diperlukannya untuk belajar. Dia akan mencicil waktu belajarnya dalam blok-blok waktu relatif kecil (misalnya satu-dua jam belajar sekali duduk) dan secara strategis mendistribusikan beban belajarnya dari suatu hari ke hari lainnya. Mahasiswa unggul memprioritaskan tugas kemahasiswaannya – yakni belajar—daripada kongkow-kongkow secara sosial dengan konco-konconya. M a h a s i s w a s e m a c a m i n i s i a p mengorbankan kesenangan-kesenangan pribadinya demi peningkatan capaian belajarnya. Mahasiswa semacam ini tahu persis untuk apa dia kuliah dan akan melakukan apa setamat kuliah.

Pentingnya Memiliki TujuanSeperti tercermin dari konsentrasinya dalam menjalani hari-harinya, dan ketelatenannya mengerjakan tugas demi tugas yang diterimanya sebagai bagian dari mata-mata kuliah yang diambilnya, mahasiswa unggul mempunyai tujuan sangat khusus yang hendak diraihnya. Tujuan yang jelas dan menuntun serta mengerangkakan setiap gerak usahanya ke puncak sukses akademiknya itu m e m b u a t m a h a s i s w a i n i terfokus—bahkan mungkin nyaris dapat dikatakan “obsessed”. Hanya dengan o b s e s i s e m a c a m inilah—memang—mahasiswa pantas mencapai apa yang diangankannya (lihat, misalnya, Cortina & Elder, 2000). Pentingnya Mengetahui Proses Membaca dan BelajarSelain kebiasaan-kebiasaan unggul, berbagai strategi belajar yang teruji serta terfokus pada tujuan yang hendak dicapai, memahami dengan baik proses membaca dan proses belajar merupakan aset tambahan yang krusial. Mahasiswa yang memimpikan sukses harus memahami proses membaca untuk berbagai tujuan yang berbeda: membaca untuk memahami isi teks, membaca cepat untuk menemukan gagasan dan informasi yang d iper lukan , dan membaca “sintopikal”—yakni membaca untuk menciptakan pengetahuan baru. Kalau dapat dikatakan bahwa pelbagai kebiasaan unggul yang dipaparkan di muka tadi sebagai kondisi yang memungkinkan mahasiswa beroleh sukses akademik yang tinggi, maka kemampuan membaca untuk pelbagai t u j u a n — k h u s u s n y a m e m b a c a sintopikal—memungkinkan mahasiswa pengguna pengetahuan yang unggul menjadi pencipta pengetahuan yang orisinal. Ini manusia langka yang diidamkan Indonesia.RujukanAnderson, N.J.(2008). Metacognition and good language learners, in C. Griffiths (Ed), Lessons from Good Language Learners (pp.99-109).New York, NY: Cambridge University Press.Cortina, J. & Elder, J. (2000). New Worlds.New York, NY: Mc Graw Hill.Nelson, R. (1998). Using a Student Performance Framework to Analyze Success and Failure. Journal of College Reading and Learning, 29(1), pp.82-89.

*) Bachrudin Musthafa memperoleh gelar M.A. dalam English Rhetoric & Linguistics dari Indiana University of Pennsylvania (IUP, 1992), USA, dengan IPK=4,00; dan PhD. dalam Literacy Studies dari The Ohio State University (OSU, 1997), USA, dengan IPK=3,99.

KOMUNITA 7 - 201336 KOMUNITA 7 - 2013 37

dalam enam tingkatan: 1) stage one: the unreflective thinker, 2) stage two: the challenged thinker, 3) stage three: the beginning thinker, 4) stage four: the practicing thinker, 5) stage five: the advanced thinker, dan 6) stage six: the accomplished thinker. Bahkan dia menegaskan bahwa kualitas hidup dan kualitas apa yang kita hasilkan, (per)buat, atau bangun sangat bergantung pada kualitas berpikir. Semakin baik kualitas berpikir seseorang maka semakin baik pula kualitas hidupnya. Critical thinking sangat strategis untuk diintegrasikan ke dalam suatu proses pembelajaran yang sistematis sehingga tidak berlebihan bila Campbell (2004: 198) begitu yakin mengatakan bahwa para pendidik, filsuf, dan psikolog sepakat bahwa tujuan utama pendidikan adalah untuk mengajarkan berpikir (the teaching of thinking). Masih dari Campbell (2004) bahwa dewasa ini masyarakat membutuhkan para pemikir kritis dan kreatif, k h u s u s n y a d a r i m a h a s i s w a u n t u k mengantisipasi perubahan dunia yang semakin cepat. Dengan demikian, metode pendidikan yang lebih mementingkan jawaban benar dan salah tidak akan mampu menghasilkan generasi yang memiliki pemikiran yang kritis. Untuk mewujudkan generasi yang kritis, perlu ada pembalikan paradigma dalam proses pembelajaran, bukan menjawab pertanyaan tetapi mengajukan pertanyaan.

Seni Mengajukan PertanyaanMengajukan pertanyaan, menurut Campbell (2004: 44), menjadi tradisi di kalanagn para filsuf, bahkan jauh sebelum zaman Socrates. Proses bertanya (questioning) dianggap sebagai praktek mengajar yang sangat lazim. Pertanyaan yang biasa diajukan dalam kelas sangat beragam sesuai dengan kapasitas berpikir dari peserta didik. Sejalan dengan itu, Ramsey et al. (1990) juga menempatkan questioning sebagai metode pengajaran yang efektif. Pe m a k n a a n q u e s t i o n i n g s e m u a n y a menunjukkan kondisi yang memungkinkan adanya proses dialogis yang sistematis dan terarah guna memperoleh pengetahuan yang ingin diketahui dengan menggunakan kapasitas intelektual. Dalam konteks critical thinking, peran questioning sangat signifikan dalam peningkatan kualitas berpikir. Kualitas pertanyaan yang diajukan mahasiswa menentukan kualitas berpikirnya. Dengan demikian, questioning dan critical thinking merupakan satu paket yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain.Questioning dalam konteks critical thinking a d a l a h a k t i v i t a s b e r t a n y a g u n a mengembangkan kapasitas kognitif, dan questioning seperti ini memiliki karakteristik tersendiri. Karakteristik tersebut antara lain: 1) questioning yang membangkitkan pertanyaan lebih jauh, bukan questioning yang mengharapkan thought-stopping answers, 2) questioning yang mampu mendorong ke arah berpikir mendalam, underneath the surface of things, dan 3) questioning yang mampu merangsang diskusi lebih mendalam, dan mampu menjadi thought-provoking, bukan questioning yang dapat dijawab dengan mudah dalam untaian beberapa kata saja.

Ketiga karakteristik tersebut haruslah terintegrasi dalam pembelajaran secara substansial sehingga proses questioning mampu berkembang secara produktif, s is temat is , mendalam, dan terarah . Terminologi lain yang dikenal dan diyakini dapat meningkatkan kapasitas critical thinking adalah socratic questioning.

Socratic Questioning Critical thinking memiliki hubungan yang spesial dengan socratic questioning karena keduanya menunjukkan adanya kesamaan tujuan akhir. Critical thinking memberikan pandangan yang komprehensif mengenai bagaimana memfungsikan pikiran dalam m e n e m u k a n m a k n a d a n k e b e n a r a n , s e d a n g a k a n s o c r a t i c q u e s t i o n i n g memanfaatkan pandangan tersebut guna menyusun pertanyaan yang esensial dalam pencarian makna dan kebenaran tersebut. Dengan demikian, menyiapkan pertanyaan yang produktif, sistematis, mendalam, dan terarah menjadi keniscayaan bagi para dosen. Selain itu, pertanyaan harus mengundang dan mengandung pemikiran yang komprehensif dan mendalam.Terkait dengan relevansi kualitas pertanyaan, berikut ini serangkaian prinsip socratic questioning yang dapat diimplementasikan oleh para dosen selama proses pembelajaran berlangsung:1. Merespon jawaban dengan pertanyaan yang lebih jauh (yang dapat memungkinkanmahasiswa mengembangkan pemikirannya secara lengkap dan mendalam).2. Memahami tentang mengapa dasar pemikiran i tu disampaikan dan apa implikasinya melalui pertanyaan lebih lanjut.3. Menyampaikan pernyataan yang tegas sebagai titik hubung terhadap pemikiran lebih jauh.4. Menyampaikan pemikiran demi kepentingan pengembangan diskusi selanjutnya.5. Menyadari bahwa setiap pemikiran akan utuh bila pemikiran tersebut saling terkait satu sama lain.6. Menyadari bahwa semua pertanyaan harus mendasari pertanyaan sebelumnya, dan semua pemikiran harus mendasari pemikiran sebelumnya. Keenam prinsip di atas membutuhkan kemampuan konseptual dan skill yang memadai, dan hal itu tidak akan pernah tercapai bila tidak dipersiapkan dengan baik dan memulainya dengan sungguh-sungguh sebagai aktualisasi akademisi. Konstruksi Pertanyaan DialogisLayaknya sebuah konstruksi bangunan, satu bagian memperkuat bagian yang lain. Demikian pula konstruksi pertanyaan, pertanyaan satu haruslah menjadi dasar dari p e r t a n y a a n l a i n s e c a r a u t u h d a n berkesinambungan. Untuk menyusun questioning dalam socratic dialog, tentukan terlebih dahulu pertanyaan yang sangat penting untuk dibahas dengan pendekatan pengembangan pertanyaan sebelumnya. Per tanyaan sebelumnya mer upakan per tanyaan yang sudah diperkirakan oleh pertanyaan lainnya.

Misalnya, untuk menjawab pertanyaan “What is multi-culturalism?” harus terlebih dahulu menjawab pertanyaan “What is culture?” dan untuk menjawab pertanyaan “What is culture?” juga terlebih dahulu harus menjawab pertanyaan “What is the basis of culture?” dan seterusnya dapat dilakukan dengan melakukan prosedur seperti tersebut. Dengan menggunakan model questioning seperti itu, atmosfir akademis kelas diharapkan menjadi lebih kondusif. Selain itu, perhatian mahasiswa terhadap topik perkuliahan semakin terarah.

SimpulanCritical thinking tidak akan terbangun tanpa adanya optimalisasi thought-provoking questioning yang terintegrasi dalam pembelajaran. Integrasi critical thinking ini diharapkan mampu memberdayakan nalar mahasiswa secara produktif, sistematis, terarah, dan mendalam, yang pada gilirannya akan mampu menguraikan akar permasalahan secara jelas terhadap pokok bahasan selama proses pembelajaran berlangsung. Aktivitas seperti ini dapat mendorong pada penguatan ranah kognitif dalam Bloom's taxonomy yang berujung pada peningkatan kualitas proses pembelajaran.

Suggested Readings[1]. Campbell, Linda, et al., 2004, Teaching and

Learning through Multiple Intelligences, Pearson Education Inc.Boston.

[2]. Elder, Linda, Richard Paul, 2010, Critical Thinking Development: A Stage Theory with Implications for Instruction,tersedia pada http://www.criticalthinking.org/articles/ct-development-a-stage-theory...

[3]. Forehand, Mary, 2005, Bloom's Taxonomy,

tersedia padahttp://projects.coe.uga.edu/epltt/index.php?title=Blooms_Taxonomy

[4]. Houghton, R.S., 2004, Communities Resolving Our Problems (CROP): The BasicIdea: Bloom's Taxonomy-Overview.Tersediapada ,

[5]. Paul, Richard, Elder, Linda, 2009, The Miniature Guide to Critical Thinking: Concepts and Tools, The Foundation for Critical Thinking

[6]. Paul, Richard, et al., 1997, A Brief History of the Idea of Critical Thinking, tersedia padahttp://www.criticalthinking.org/aboutCT/briefHistoryCT.cfm

[7]. 2009, The Role of Socratic Questioning in Thinking, Teaching, & Learning, The Critical T h i n k i n g C o m m u n i t y - Fo u n d a t i o n o f CriticalThinking, tersedia pada http://www.criticalthinking.org/page.cfm?PageID=522&CategoryID=71

[8]. Ramsey et al., 1990, Questioning: An Effective Teaching Method, 00098655, May90, Vol.63, Issue 9 Academic Search Premier

[9]. Webster ' s Encyc lopedic Unabr idged Dictionary of the English Language, 1989, Portland House, New York.

KOMUNITA 7 - 201338 KOMUNITA 7 - 2013 39

INOVASIoendoro Dalil

Dalam menjalani kehidupan tidak selalu berjalan mulus, kita terkadang berbenturan dengan permasalahan dan persoalan. Namun kita harus cepat tanggap seberapa besar kemampuan kita untuk memecahkan permasalahan tersebut, dengan melakukan inovasi melalui cara berfikir kreatif, mencari gagasan dan solusi untuk melakukan perubahan–perubahan.

Banyak kejadian kita temui dalam suatu organisasi yang menciptakan kondisi mengganggu dan menghambat kelancaran organisasi dalam melakukan penataan dan perubahan, baik dari unsur internal maupun ekternal. Kondisi tersebut menjadi syarat bagi organisasi untuk mencari solusi. Organisasi memang tergantung pada pengambil keputusan untuk masalah yang tidak mekanistik, oleh karena itu untuk anggota organisasi yang kreatif dan banyak gagasan seharusnya dihargai lebih besar. Karena merekalah yang mempunyai langkah-langkah inovasi sebelum peluang itu hilang.

Memahami kinerja organisasi pasti akan membicarakan sistem. Artinya organisasi harus semakin “Percaya pada Sistem “. Banyak organisasi harus belajar untuk percaya pada sistem, sekaligus mendorong para anggota organisasi melakukan inovasi dalam koridor sistem dengan menumbuhkan dan meningkatkan daya kreatif untuk lebih bermanfaat. Kreatif adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, dan menciptakan nuansa baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, baik dalam bentuk karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada, atau belum pernah ada. Kreatif juga berarti mencari peluang untuk menciptakan usaha baru, menciptakan proses dan metoda, menghasilkan suatu produk baru dan bermanfaat.

Inovasi mencerminkan sikap perilaku kreatif menumbuhkan jiwa kewirausahaan yang berorientasi ke depan, percaya diri,

mengejar prestasi, berdisiplin tinggi, jujur, tekun, ulet dan berani bertanggung jawab yang mengarah pada pribadi unggul, rasional, responsif terhadap kekuatan l i n g k u n g a n , r i s k t a k i n g mengimplementasi pemikiran dan mentalitas wirausaha. Sesuatu yang baru d i k a t a k a n e f e k t i f k a re n a d a p a t mempermudah cara kerja dan hasil bermanfaat.

Pemikiran kreatif berhubungan secara langsung dengan penciptaan nilai tambah, serta penemuan peluang bisnis. Pola pemikiran kreatif juga dibutuhkan untuk menggambarkan keadaan masa depan, di mana seorang wirausaha akan memberikan gambaran yang tidak dapat dihasilkan oleh eksplorasi masa kini. Dalam mengelola usaha, keberhasilan seorang wirausaha terletak pada sikap dan kemampuan berusaha secara mandiri serta memiliki semangat kerja yang tinggi. Sedangkan semangat atau etos kerja tinggi seorang wirausaha itu terletak pada kreativitas dalam melakukan inovasi dan rasa percaya pada diri sendiri untuk maju dalam berwirausaha. Seorang w i r a u s a h a y a n g k r e a t i f d a p a t menciptakan hal-hal yang baru untuk mengembangkan usahanya. Kreativitas dapat menyalurkan inspirasi dan ilham terhadap gagasan-gagasan baru untuk kemajuan dalam melakukan inovasi di bidang usahanya.

Artinya inovasi didesain oleh manusia bukan oleh mesin. Gagasan untuk menghemat biaya, menata

organisasi, perbaikan sistem, dan produktivitas berakar pada inovasi yang menentukan bagaimana suatu pekerjaan itu didesain serta bagaimana suatu organisasi itu me-manage pekerjaan. Jadi inovasi mengacu pada proses membawa sesuatu yang baru dan efektif yang diaplikasikan dalam pemecahan masalah serta mampu memanfaatkan peluang. Inovasi dalam Wirausaha Seorang wirausaha adalah seorang yang memiliki j iwa dan kemampuan tertentu dalam berkreasi dan berinovasi. Ia adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda atau kemampuan kreatif dan inovatif. Kemampuan kreatif dan inovatif tersebut secara riil tercermin dalam kemampuan dan kemauan untuk memulai usaha, kemampuan untuk mengerjakan sesuatu yang baru (creative), kemampuan untuk m e n c a r i p e l u a n g ( o p p o r t u n i t y ) , keberanian untuk menanggung risiko (risk t a k i n g ) d a n k e m a m p u a n u n t u k mengembangkan gagasan–gagasan.

Kemauan dan kemampuan tersebut diperlukan terutama untuk melakukan inovasi melalui mengkreasi proses/teknik baru, menghasilkan produk atau jasa baru, menghasilkan nilai tambah dan bermanfaat, merintis usaha baru yang mengacu pada pasar dan dengan menata organisasi.

Dalam berwirausaha terdapat p e r s a i n g a n y a n g k e t a t . U n t u k memenangkan persaingan, seorang

wirausahawan harus memiliki daya kreativitas yang tinggi dalam melakukan inovasi. Daya kreativitas tersebut sebaiknya dilandasi oleh cara berpikir maju, penuh dengan gagasan-gagasan baru yang berbeda dengan produk-produk yang telah ada. Gagasan-gagasan yang kreatif umumnya tidak dapat dibatasi oleh ruang, bentuk ataupun waktu. Justru seringkali gagasan-gagasan jenius yang memberikan terobosan-terobosan baru dalam dunia usaha awalnya adalah dilandasi oleh gagasan-gagasan kreatif yang kelihatannya mustahil.

Memerlukan “ Perangkat Ampuh “ Inovasi menyangkut implikasi strategi, sumberdaya dan organisasional dalam upaya memperbaiki kinerja organisasi. Kecakapan wirausaha dapat tumbuh subur dalam organisasi yang kaya inovasi. Seorang inovator dapat berhasil bila didukung oleh perangkat yang ampuh (Power Tools), yaitu : unsur Informasi, dukungan dan sumberdaya.

Informasi sangat penting untuk membentuk gagasan dan menjadi kreatif, sebagai petunjuk tentang adanya kebutuhan, petanda adanya peluang. Inovator potensial perlu memilih perspektifnya untuk menemukan sudut pandang yang khas, yang di luar kebiasaan terhadap suatu masalah, mereka lalu memerlukan data dan informasi untuk menindak lanjuti. “Pola Komunikasi Terbuka“ menghasilkan nafas segar bagi inovator untuk

Rubrik Buah pikir

Rubrik Buah pikir

mengkreasi gagasan–gagasan baru menjadi lebih tumbuh dan berkembang. O r g a n i s a s i t e t a p m e n j a g a d a n memelihara agar anggotanya senantiasa m e n g e m b a n g k a n h a s r a t u n t u k berkomunikasi tatap muka, pada saat informasi dirasa sangat dibutuhkan. Dengan begitu anggota organisasi yang mendapat informasi dengan baik menjadi lebih mampu memecahkan masalah dan memanfaatkan peluang untuk melakukan inovasi. Dengan mengenali kreativitas yang dihasilkan oleh komunikasi lintas unit kerja, maka kelompok–kelompok kerja menjadi berperan dan berfungsi lebih efektif saling berbagi informasi dalam melakukan inovasi. Dengan demikian pengambilan keputusan berdasarkan sumber informasi yang jelas, valid, f a k t u a l , a k t u a l d a n d a p a t dipertanggungjawabkan, bukan dari issue–issue yang berkembang dan tidak jelas sumbernya.

Dukungan. Jika gagasan suatu program sudah terbentuk, diperlukan p e r a n g k a t d u k u n g a n . I n o v a t o r memerlukan isyarat jalan terus atau tidaknya dari tokoh kunci pimpinan, serta kesediaan anggota organisasi untuk bekerjasama. Maka sangatlah penting dukungan lingkungan yang terbuka untuk inovasi. Dukungan akan semakin mudah diperoleh dalam organisasi, manakala ada d o ro n g a n d a r i p i m p i n a n u n t u k membentuk kelompok-kelompok kerja, membiasakan memberi kesempatan untuk bertemu, berkomunikasi dengan pimpinan. Selain itu pimpinan inovatif harus mempercayai anggota organisasi yang la in dengan memotivasi , mengarahkan dan memberi kesempatan untuk mengemukakan gagasan-gagasan yang baru. Pimpinan organisasi menjadi panutan bagi sub ordinate-nya s a m p a i l e v e l t e r e n d a h u n t u k menumbuhkan kreativitas. Pimpinan organisas i ber tanggung jawab mengembangkan nilai-nilai organisasi yang bersifat terbuka kepada gagasan-gagasan, kebijakan yang membentuk dan menumbuhkan iklim organisasi serta m e n y u b u r k a n k re a t i v i t a s u n t u k melakukan inovasi, menghilangkan perilaku-perilaku yang menghambat tumbuhnya kreativitas. Perlu recognition dan apresiasi dari pimpinan terhadap anggota organisasi yang kreatif dan inovatif. Inovator dalam organisasi juga memiliki kepastian dan harapan yang jelas tentang penempatan posisi diharapkan dan adanya rasa bangga pada anggota organisasi.

Sumberdaya. Unsur pokok terakhir bagi upaya inovasi yang berhasil adalah sumberdaya yang sangat

berpengaruh pada kreativitas. Untuk m e l a k s a n a k a n n y a m e m e r l u k a n penanganan yang profesional. Seperti menempatkan anggota organisasi dalam unit/kelompok kerja sesuai dengan tugas dan kompetensinya; technical know how, management know how maupun p e r s o n a l i t y ; s e r t a b a g a i m a n a menentukan budget, waktu dan target pada unit/kelompok kerja. Untuk itu diperlukan sophisticated judgment. Pengalokasian ini jangan sampai mematikan kreativitas dan membuat kelompok kerja tak termotivasi. Tidak semua inovasi memerlukan sumber dana yang besar, tapi yang jelas inovasi perlu difasilitasi sistem informasi & teknologi informasi.

Semangat wirausaha untuk menghasilkan inovasi ternyata terkait dengan berpikir secara kreatif. Bagaimana seseorang memandang persoalan dan pemecahannya yaitu kapasitas untuk memadukan berbagai cara dalam mendekati masalahnya, yang saya namakan “integratif“. Kesediaan untuk bergerak cepat di luar kebiasaan yang ada, untuk menggabungkan gagasan dan sumberdaya yang terkait, untuk merangkul perubahan sebagai kesempatan dalam menguji peluang. Memandang masalah secara integratif berarti memandang mereka sebagai sebuah kesatuan yang saling terkait dengan kesatuan lain yang lebih besar, sehingga menantang praktek yang telah ada. Seseorang akan lebih kreatif bila tidak cepat puas dengan hasil karyanya, bahkan berani mengambil resiko untuk melakukan ekperimen yang bersifat terobosan.

Apabila inovator harus dilandasi d e n g a n k e c a k a p a n d a l a m mengembangkan gagasan-gagasan yang kreatif dan membangun kerjasama, maka l i n g k u n g a n o r g a n i s a s i h a r u s dipersiapkan. Apabila segmentasi terlalu jauh hingga menciptakan kerenggangan dan kesenjangan antar unit kerja, antar tingkat/level dalam organisasi, bahkan antar anggota, maka sirkulasi informasi, dukungan dan sumberdaya akan kurang terjamin. Akhirnya inovator akan sulit mendapatkan perangkat ampuh yang dibutuhkan. Tetapi apabila di situ terdapat kerjasama kelompok, dengan banyak sumberdaya, dan rasa integratif itu tumbuh menyebar luas, maka upaya dari inovator diperkirakan akan berhasil. Inovasi satu-satunya harapan masa depan. Meskipun demikian, keberhasilan juga dapat juga menjadi musuh inovasi. Ketika semua hal berjalan dengan baik tanpa adanya kendala, kita merasa puas dan dapat menjadi terlena. Kemapanan

dan kenyamanan sering menjadi musuh kreativitas. Terlalu banyak contoh, organisasi-organisasi yang mempunyai nama besar yang pada akhirnya menjadi pecundang karena hal itu.

Bila organisasi enggan menumbuhkan dan memelihara kreativitas, jelas kreativitas mati, inovasi terhenti. Artinya senjata strategis organisasi berupa gagasan-gagasan brilian sebagai energi dan semangat organisasi menjadi sirna dan yang menjadi pertanyaan, bagaimana sustainbility organisasi ?Bandung, 26 April 2013

KOMUNITA 7 - 201340 KOMUNITA 7 - 2013 41

PAGELARAN SENI MAHASISWA 2013 telah dilaksanakan pada Sabtu, 4 Mei 2013 Gedung Seba Guna (GSG) Universitas Widyatama. Dalam acara ini kita harus mengingat kembali apa yang sudah dilupakan oleh kita yaitu kebudayaan. Kebudayaan merupakansesuatu hal yang memiliki nilai jual tinggi bila dilestarikan dan dipertahankan eksistensinya sehingga diketahui oleh masyarakat umum. Namun, sayangnya hal ini tidak disadari oleh seluruh masyarakat. Belum banyal masyarakat yang tergerak untuk bangga dan mempromosikan budaya itu sendir. Sehingga, keberadaan budaya-budaya lama maupun baru kini semakin terancam keberadaanHal inilah yang melatarbelakangi pembuatan event plasma 2013 ini. Dengan semangat melestarikan beberapa bentuk kebudayaan yang memiliki potensi nilai jual tinggi bilamana dilestarikan dan disosialisasikan ke mata masyarakat umum. Selain itu, kami juga memiliki banyak harapan untuk membentuk jalinan silahturahmi di internal mahasiswa Widyatama dan anatr mahasiswa dari beberapa universitas yang terkait dari pelaksanaan kegiatan ini.Karena itu, memang telah sepatutnya setiap budaya yang berada dan berkembang di Indonesia diberikan satu pemfasilitasan sebagai sarana untuk mengenalkan kebudayaan Indonesia ke mata anak bangsa Indonesia. Yang mana itu merupakan salah satu upaya kita untuk menjadi suatu bangsa yang besar. Dengan cara mempromosikan dan melestarikan budaya negeri kita sendiri.Widyatama Tuan Rumah Seleksi OSN 2013

PLASMA PROUDLY PRESENT 2013

Dinas Pendidikan Kota Bandung menyelenggarakan Seleksi Olimpiade Sains Nasional (OSN) tingkat SMA di Universitas Widyatama Bandung, Minggu (24/3). Mata lomba yang diujikan adalah Matematika, Ekonomi dan Komputer. “Ratusan siswa dari berbagai SMA dikota Bandung, telah berkumpul sejak pagi untuk mengikuti kegiatan ini”, Ujar Devy Mawarnie, Kepala Biro Marketing Universitas Widyatama. Ini merupakan bentuk partisipasi Perguruan Tinggi kepada dinas terkait dalam upaya suksesi perwakilan kota Bandung untuk kegiatan Olimpiade Sains tingkat Propinsi bahkan N a s i o n a l , t a m b a h n y a .Peser ta yang lolos seleksi akan d i i k u t s e r t a k a n p a d a O S N y a n g direncanakan akan diselenggarakan diBandung. Olimpiade Sains Nasional merupakan kompetisi bidang sains bagi para siswa yang telah lolos seleksi tingkat kabupaten dan propinsi. Olimpiade Sains Nasional diadakan setiap tahun di kota yang berbeda-beda. Kegiatan ini merupakan salah satu bagian dari rangkaian seleksi untuk mendapatkan siswa-siswi terbaik dari seluruh Indonesia yang akan dibimbing lebih lanjut oleh tim bidang kompetisi masing-masing dan akan diikutsertakan pada o l i m p i a d e - o l i m p i a d e t i n g k a t internasional.

Seminar Nasional tentang Perkembangan Peraturan Pajak Terkini

Akan diselenggarakan pada Hari Sabtu, 15 Juni 2013, Jam 08.30-12.00, Tempat Ruang Audio Visual Lt. 1, Sayap Timur Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM, Jalan Humaniora Nomor 1, Bulaksumur, Yo g y a k a r t a . D e n g a n Pe m b i c a r a diantaranya yaitu Eko Suwardi, M.Sc., Ph.D. (Akademisi FEB UGM), Donny Danardono (Praktisi , PT. Danone Indonesia), dan Ir. Sunoto, M.Si. Pe s e r t a s e m i n a r n a s i o n a l a k a n mendapatkan fasilitas berupa seminar kit,

sertifikat, makan siang, dancoffee break. Pendaftaran dimulai pada tanggal 22 April s.d 10 Juni 2013. Informasi lebih lanjut dapat menghubungi nomor telp: (0274) 548 517/548 510 ext. 250/213, CP: Intan Wijaya Utami (081804385129) atau e-mail [email protected]

Al Masoem Jalin Kerjasama dengan Universitas WidyatamaUniversitas Widyatama (UTAMA) dilirik Yayasan Pendidikan Al Masoem, yayasan yang bergerak dibidang pendidikan juga salah satu produsen air minum kemasan t e r k e m u k a d i B a n d u n g , d a l a m p e n y e l e n g g a r a a n p e n d i d i k a n pascasarjana yang dituangkan dalam penandatangan nota kesepahaman bersama antara Rektor Universitas Widyatama, Mame S. Sutoko dan Ketua Yayasan Pendidikan Al Masoem, Nanang Iskandar Masoem, Selasa (19/3) di Ruang Rapat Rektorat lantai 2 Universitas Widyatama.Dalam kesempatan tersebut kedua belah pihak sepakat bekerjasama dalam penyelenggaraan pendidikan pasca sarjana. Bagi para staf, karyawan dan guru yang bernaung dibawah yayasan Al Ma'soem dapat melanjutkan studi program Magister Manajemen selama tiga tahun. “Ini bukan kali pertama kita bekerjasama dengan (Yayasan) Al Masoem, saat ini kita sudah melakukan kerjasama dalam bentuk penyediaan air minum kemasan”, ujar Rektor UTama. Hal ini merupakan tindak lanjut atas kerjasama sebelumnya dan tidak m e n u t u p k e m u n g k i n a n u n t u k beker jasama dalam bidang lain, tambahnya.Berduka cita wafatnya pendiri dari Yayasan Universitas WidyatamaTelah berpulangnya Prof. Dr. Hj. Koesbandijah A.K. M.S., Ak” sebagai pendiri yayasan Universitas Widyatama dan Teacher Mentor Role Model. Beliau wafat di Rumah Sakit Abdi Waluyo daerah menteng Jakarta pada 28 April 2013

sek i tar puk ul 11 .00 WIB. Te lah dilaksanakan penghormatan terakhir beliau diadakan dua kali yaitu pada Minggu malam 28 April 2013 di kediaman Jl. Brantas No. 3 Bandung dan Senin pagi 29 April 2013 di Gedung Serba Guna Universitas Widyatama pada pukul 07.00. Pada Pukul 08.00 rombongan keluarga besar Universitas Widyatama Dan Keluarga Besar beliau berangkat dari Univerisitas Widyatama menuju Bandara Husein karena beliau akan dimakamkan di pemakaman keluarga daerah Sidoarjo. Beliau dilihat sebagai sosok yang baik hati dan rendah hati yang banyak disenangi oleh banyak orang. Beliau juga sangat peduli dengan dunia pendidikan dengan tujuan mulia untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Wafatnya beliau meninggalkan 7 orang anak, 22 cucu dan 20 cicit yang dimiliki oleh beliau. Dan sudah 40 tahun beliau membina Universitas Widyatama menjadi besar.

Berita Kampus

GALERI KEGIATAN

Open House Widyatama Seminar Tekhnologi & BudayaStand Up Comedy 15 Maret 2013

PROGRAM APTISI, 12 Februari 2013

MoU Al-Ma'soem, 19 Maret 2013MBS(Mind, Body and Soul)

Training,16-03-2013

BEJ Kunjungan Mercu Buana, 1 Maret 2013

Kunjungan Presiden Universitas, 15 Maret 2013

Seminar Young Entrepreneur 2013, Rex Marindo, 16 Maret 2013

KOMUNITA 7 - 201342 KOMUNITA 7 - 2013 43

Young on Top Campus Ambassadors

Judul Buku : Young on Top Campus AmbassadorsKarya : Citra Natasya, David Immanuel, Jonathan C. Susanto, Muhammad Iman, Palmira VidyaPengantar : Prof. Firmanzah, Ph.D.Penerbit : Penerbit B first, YogyakartaDistribusi : Mizan Media Utama, BandungCetakan : I, Oktober 2012Tebal : xxiv + 158 halaman

Define your own success!!!

“If a man is called to be a street sweeper, he should sweep streets as Michelangelo painted, or Beethoven composed music, or Shakespeare wrote poetry. He should sweep streets so well that all the hosts of heaven and earth will pause to say. Here lived a great street sweeper who did his job well”

-Martin Luther King

Sukses merupakan impian semua orang yang terlahir ke muka bumi ini. Definisi sukses tiap individu sangatlah beragam sesuai dengan hasrat individu masing-masing. Sukses tidaklah selalu terkait dengan material belaka. Bagi sebagian individu, sukses dapat berkaitan erat dengan eksistensi dan apresiasi nonmateri yang memiliki nilai tambah. Menjadi sukses merupakan hak semua orang baik itu yang telah berusia matang maupun para generasi muda. Tetapi kesuksesan terkadang terkendala berbagai hambatan dan kesulitan.

Fenomena t idak l inear nya hubungan kesuksesan dengan usia tentunya bukanlah hal yang baru. Kisah sukses Mark Zuckerberg yang dinobatkan majalah Forbes sebagai anak muda terkaya di dunia atau Leanna Archer, CEO Leanna's Inc. yang berusia 16 tahun dengan estimasi pendapatan bersih lebih dari US$600 ribu oer tahun yang setara dengan enam miliar rupiah, atau Alia Sabur yang tercatat sebagai professor doktor termuda di bidang matematika modern saat usianya baru menginjak 19 tahun. Atau cerita heroik Iqbal Masih, anak berusia 12 tahun yang berjuang sebagai duta internasional untuk advokasi buruh anak. Atau fenomena Gregory Smith penerima Nobel Perdamaian pada usia 12 tahun karena berhasil mendirikan International Youth Advocates, dan masih banyak lagi tentunya anak muda di dunia ini yang berhasil meraih kesuksesan dibidangnya masing0masing.

Seperti kisah para pemuda diatas, buku Young on Top Campus Ambassadors: Learn & Share merupakan sharing dari lima anak muda yang berprestasi di bidang yang berbeda. Mereka awalnya memulai dengan hasrat dan mimpi yang besar, keinginan yang kuat, motivasi tinggi yang dipicu oleh

Resensi Buku

mimpi tersebut yang pada akhirnya telah menjadikan mereka orang-orang hebat yang pernah ada dalam sejarah peradaban manusia.

Kisah pertama dibuka oleh Citra Natasya yang menyelesaikan studi strata satu di FISIP, Hubungan Internasional, Universitas Pelita Harapan, lulus dengan predikat cum laude dalam waktu 3,5 tahun. Ketertarikannya akan kesenian telah berhasil membawanya ke berbagai belahan dunia untuk memperkenalkan tarian berbagai daerah Indonesia. Pada usianya yang masih muda, Citra kini dipercaya memimpin sebuah divisi dan menjadi marketing manager di kantor media online, kapanlagi.com

Citra mengungkapkan bahwa untuk menggapai kesuksesan adalah harus berani untuk bermimpi dan tetap menjaga mimpi tersebut sehingga dapat membuahkan keberhasilan dan kesuksesan. Selanjutnya dia mengungkapkan bahwa komitmen untuk bahagia harus ditanamkan dalam diri. Bahagia adalah hal yang sangat sederhana ungkapnya. Tergantung dari sudut pandang apa menyikapi akan kata bahagia. Terkadang manusia terjebak bahwa bahagia selalu berkonotasi dengan jabatan tinggi, karier dan harta melimpah. Bagi citra, sukses yang hakiki adalah saat diri bahagia memiliki sesuatu yang telah didapat atau dicapai dan memiliki kpmitmen untuk mencintai hidup.

Selanjutnya, David Immanuel Sihombing, lahir pada 31 Mei 1990 yang lulus pada tahun 2011 dari Teknik Sipil dan Lingkungan, Universitas Indonesia. David membentuk komunitas pemberdayaan anak muda yaitu GARUDA Youth Community (GYC) yang bergerak dibidang pemberdayaan masyarakat berbasis kegiatan kewirausahaan di Kampung Bambu, pesisir utara pantai Jakarta. David merupakan penerima beasiswa pertukaran pelajar ke berbagai Negara mulai di benua Asia, Eropa dan Amerika.

Sebuah cobaan hidup yang cukup berat hampir merengut masa depan dari David. Kala berusia 15 tahun salah satu pembuluh darah di mata kirinya pecah sehingga memaksanya harus melalui berbagai pengobatan. Tetapi bukannya menyerah, dia terus semangat menjalani hidup yang pada akhirnya seijin yang maha kuasa, david diberikan kesembuhan. Sama seperti Citra, David memulai segalanya dari impian yang besar dalam meraih kesuksesan. Walaupun bagi sebagian orang, bermimpi hanyalah omong kosong belaka, hiburan bagi pengkhayal dan kebanggaan para pembual.

Campus ambassadors berikutnya adalah Muhammad Iman Usman, pemuda berusia 20 tahun yang menimba ilmu di Universitas Indonesia jurusan Ilmu Hubungan Internasional. M Iman Usman juga merupakan pendiri dan pemimpin inspire-cast.com. Dia percaya bahwa melalui platform ini dapat tersebar virus positif bagi khalayak banyak terutama anak-anak muda bangsa Indonesia. Aktifitas dan dedikasi Muhammad Iman Usman dalam pemberdayaan generasi muda mengantarkannya memperoleh sejumlah apresiasi baik di dalam maupun luar negeri, termasuk penghargaan dari presiden Republik Indonesia berupa penghargaan pemimpin muda Indonesia pada tahun 2008.

Menurut Iman, kunci meraih kesuksesan adalah jangan pernah takut merasakan kegagalan. Walau banyak yang menganggap keberuntungan yang dimilki oleh setiap orang berbeda tetapi pada hakikatnya setiap manusia harus berusaha semaksimal mungkin untuk berusaha meraih apa yang diinginkan dengan berusaha keras tanpa takut merasakan kegagalan. Meski secara hakikat setiap manusia tidak akan dapat mencapai

semua keinginannya. Selanjutnya masih menurut Iman, jangan takut akan segala hal dan tetap percaya diri maka lambat laun sukses akan dating dengan sendirinya. Terakhir, tetap semangat dalam menjalani segala hal seperti kala kita masuk hari pertama bersekolah. Makna yang dapat diambil bahwa setiap hari pertama bersekolah semua sisawa pasti akan merasakan antusias yang sangat besar dalam belajar.

Selanjutnya adalah Jonathan Christian Susanto yang lahir pada tahun 1989 di kota Surabaya. Ia merupakan mahasiswa jurusan public Relations di STIKOM The London School of Public Relations Jakarta. Jonathan pernah meraih berbagai penghargaan seperti Global Peace Young Foundation.

Menurut Jonathan, cita-cita adalah kekuatan visi yang terbesar yang dimiliki seseorang untuk membangun masa depannya kelak. Jadi bangunlah visi yang besar yang dapat membuat diri sendiri menjadi sukses suatu saat kelak. Dalam hidup, kita sebagai manusia selalu dihadapkan pada pilihan-pilihan. Setiap pilihan memiliki konsekuensi tersendiri. Kegagalan dan keberhasilan adalah muara dari pilihan yang diambil atau dijalani. Saat mengalami kegagalan kita dipaksa untuk survive atau bertahan menghadapinya sehingga sejalan dengan berjalannya waktu kita menjadi diri yang tangguh dan mampu untuk bangkit kembali dari kegagalan.

Campus ambassadors yang terakhir bernama Palmira Vidya Mumpuni yang lahir pada 4 Oktober 1990. Dia seorang mahasiswi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Selama SMA, Palmira mengikuti program pertukaran pelajar antarbudaya AFS Jenesys ke Nagoya Jepang. Selain itu, Palmira juga sangat concern di bidang social sehingga dia pernah menjadi presiden Leo Young Club-Jakarta.

Menurut Palmira, kesuksesan yang besar dimulai dari hal-hal yang kecil terlebih dahulu. Keseimbangan hidup merupakan fundamental yang tepat menuju kesuksesan menurutnya. Family balance, health balance, fun balance dan love balance merupakan keseimbangan-keseimbangan yang ada dalam setiap diri manusia apabila ingin meraih kesuksesan.

Dalam hidup itu sebenarnya hanya ada dua hal yang harus kita lakukan secara terus menerus. Hal tersebut adalah bela jar dan berbagi - - -Bi l ly Boen, penyunting buku Young on Top Campus Ambassadors. (Ferani Yushan)

StuDenT CoRneRBanDunG EvEnT AgEndA INFO BANDUNG (Mei, Juni, Juli) 2013

FestivalBandung Fashion Fest 2013Tanggal Event 09 - 12 Mei 2013.Lokasi event: Jl. Sukajadi 137 -139, Graha Tirta Siliwangi. Bandung

Konser musikDeftones ConcertTanggal Event: 30 Mei 2013 Lokasi Event: TheVenue,BandungBIGSOUND FEST. : BLUR-TheTemperTrap-Tegan&Sara-VanShe - 15 May '13AEROSMITH - JIEXPO Kemayoran Jakarta, 11 Mei '13SIGUR ROS - 10 Mei 2013, Istora Senayan, JakartaMIKA - 10 Mei 2013, Skenoo Hall - Gandaria City, JakartaMetal YOUNGER GENERATION Tanggal Event: 23 Juni 2013Lokasi event: Karamba Cafe Jln.Sultan Tirtayasa No.26 Dago-Bandung. Bandung

PertunjukanOpen Audition for Acoustic Tanggal Event Mei - 30 Juni 2013Lokasi event: Foodgarden, Miko Mall - Kopo. Bandung

Seminar Entrepreneurial Youth (E-Youth)dengan tema Sociopreneur Goes Beyond Profit But Benefit.diselenggarakan pada 18 Mei 2013. Dalam Seminar & Workshop kamu bisa mendapatkan ilmu mengenai entrepreneur, sociopreneur, dan juga Social Media Optimization (SMO). Pembicara yang akan mengisi materi ini antara lain Chairul Tanjung, Rhenald Khasali, Ali Akbar, dan banyak lainnya.

Kuliner BandungSiete CafeJl. Sumur Bandung No. 20 Bandung, Jawa Barat, IndonesiaKopi Selasar Coffe & Galary+62 22 2507939Selasarsunaryo.comCabe RawitJl. Teuku Umar no. 7 – DagoT: (022) 250-1452Sunny and GreenJl. Dago No. 14022-4265090The LoftJl. Sumatra No. 5-7(022) 4228899Kopi IrengJl. Bukit Pakar Timur Ciburial No. 1 Bandung.18 hrsJl. Dr. Setiabudi No. 103 F(022) 203-2600T: (022) 91156299, (022) 253 1074Green CafeJl. Diponegoro No. 26T: (022)7273626Sobber,Jl. Setiabudi No. 41 FT: (022) 7518-3693

Pasar Apung LembangFloating Market LembangPasar fantastis itu ditawarkan di kawasan Situ Umar, Lembang,tiket masuk senilai Rp 10.000 per orang.1. Curug Dago

Kampung Curug Dago, Kecamatan Cidadap BandungTlp: 022-02515895 | www.curugdago.com

2. Curug MalelaDesa Cicadas Kec. Ronga, Kab. Bandung Barat

3. Curug TiluDesa Gn Rahayu, Kec. Parongpong KBB

4. Curug PengantenParongpong, Kab Bandung Barat

5. Curug CimahiJl. Kol Masturi – Cisarua, Kabupaten Bandung Barat

Kolam renang recommended di Bandung1. Batununggal Indah Club

Lokasi: Kompleks Batununggal Indah. 2. Eldorado

Lokasi: Jl. Raya LembangTransportasi: St. Hall – Lembang

3. Sampoerna Sport CenterJl. Padasaluyu No 10 Bandung ; Telp (022) 2011865 – 2011634

4. D'Groove Sports & Wellness CenterJl. Soekarno Hatta No. 27 (daerah Holis, dekat bunderan Rajawali) ; 022-91808085kolam baby dengan air hangat indoor, kolam anak dgn sliding indoor (dingin), dewasa outdoor (dingin)

5. Graha Tirta SiliwangiKompl. Stadion Siliwangi, Jl. Belitung.

Letaknya tepat di belakang Graha Tirta Siliwangi Conv. Center; Tel. +62.22-4220757;

Crafts & Souvenir1. Angklung Udjo Bandung

+62 22 7271714Angklung-udjo.co.id

2. Barli Gallery Painting Bandung+62 22 2011898Museumbarli.com

3. Cupumanik Bandung+62 22 82063611Geraikumkm.com

4. Jalu Braga Painting Bandung+62 85794699379Jalubragaartgalery.blogspot.com

BazarBursa Mobil Bekas ACC (Astra Credit Companies) Pelaksanaan Event : setiap hari MingguLokasi event: Gedung ACC Bandung - Jl. Naripan 24-26. BandungBursa Mobil Kopo Tanggal Event: setiap hari Minggu. Mulai jam 09.00 wib sampai jam 18.00 wib.Lokasi event: MIKO Mall - Kopo Bandung. BandungBursa Mobil Bekas Kawasan Lotte Mart Pelaksanaan Event : setiap hari MingguLokasi event: Lotte Mart Jl. soekarno Hatta 646. Bandung

Sumber : http://www.kulinerbdg.com/

KOMUNITA 7 - 201344 KOMUNITA 7 - 2013 45

Bincang-Bincang dengan

AGUS PRIBADI, PENERIMA PENGHARGAAN BSMR

Sosoknya tenang, low profile, bicaranya hati-hati dan teratur, terkesan teguh memegang prinsip serta pekerja keras. Itulah kesan pertama dari Agus Pribadi, alumni STIEB jurusan Manajemen, angkatan 1988 (sekarang Universitas Widyatama).

Kesan ini terbuktikan ketikan “Komunita” berbincang lebih jauh dengannya. Saat ini ia menempati posisi sebagai Distribution Head Emerging Business OCBC-NISP untuk Bandung (tahun 2009 sampai dengan sekarang), setelah mengalami perpindahan bagian dari Analis Kredit, Komersial Kredit sampai Consumer Cash Manajemen Service. Saat ini tugasnya didukung tim berjumlah 34 orang terdiri : 2 (dua) Cluster Head dan 5 (lima) Manajer, yaitu 4 (empat) Manajer Landing dan 1 (satu) Manajer Funding. Setiap Manajer membawahi Account Officer. Produk yang dikelola adalah Consumer Cash loan (Landing & Funding) dengan jenis produk Rekening Giro dan Time Deposite.

Posisi ini diraih ketika terjadi perubahan struktur di OCBC-NISP yang mengadopsi konsep pemegang saham baru NISP - dari Singapur. Ia dipercaya menjadi konseptor untuk membuat penghitungan terkait dengan penerapan sistem baru, yang bisa implementasi di Indonesia. Tahun 2009 sistem berjalan sesuai dengan konsep organisasi induk (Singapore minded) dan sekarang sistem tersebut sudah bisa disesuaikan dengan keadaan di Indonesia.

Setelah menjalani pekerjaan dan komitmennya di OCBC NISP lebih kurang 14 tahun (dari tanggal 13 Desember 1999), ia merasa tetap betah karena iklim kekeluargaan yang baik di antara karyawan dan juga di antara nasabah dan karyawan.

Terkait dengan tugas dan tanggungjaabnya, ia mendapat tugas dari perusahan dan pimpinannya untuk mengikuti Sertifikasi Manajemen Resiko yang merupakan hal penting dalam dunia perbankan. Manajemen Risiko merupakan serangkaian prosedur dan metodologi yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau dan mengendalikan risiko yang timbul dari kegiatan usaha Bank.

Program sertifikasi di atas memiliki 5 (lima) tingkat berdasarkan jenjang jabatan dan struktur organisasi bank, masing-masing tingkatan memiliki bobot penekanan yang berbeda-beda terhadap 5 aspek penilaian, yaitu masa kerja di industri perbankan (years of service), pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills), perilaku/sikap (attitude), dan pengalaman (experience). Sertifikasi ditujukan kepada seluruh pengurus dan pejabat bank dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas manajemen risiko perbankan Indonesia dan corporate governance. Mereka adalah Pengurus Bank (Komisaris dan Direksi Bank); Pejabat Bank adalah pegawai bank yang menduduki jabatan di bawah Direksi sesuai dengan ukuran dan kompleksitas usaha , te r masuk pegawai bank mempunyai pengaruh terhadap kebijakan dan operasional bank.

Ia menjalani tugas lembaganya mengikuti sertifikasi dan menerima penghargaan tertinggi dari Badan Sertifikasi Manajemen Resiko (BSMR) dengan nilai 100, score tertinggi yang diperolehnya. Untuk mencapai hal itu ia berusaha keras sesuai dengan prinsip-prinsip yang ia yakini sebagai seorang bankir.

Hancurnya bank-bank di masa lalu karena ulah para bankir yang kurang memahami risiko dan tidak mempunyai kompetensi dalam mengelola bank yang sering dipenuhi risiko: risiko pasar, risiko operasional, risiko reputasi, dan beberapa risiko lainnya (Eko B. Supriyanto)

Para bankir wajib punya sertifikat halal yang berlabel sertifikat menajemen risiko (risk management). Ada lima level yang harus diikuti seorang bankir dan ketentuan ini berlaku hingga jenjang direksi. Jadi, bankir sudah seperti malaikat saja, selain harus lolos uji kelayakan dan kepatutan (fit & proper test), ia juga harus punya sertifikat manajemen risiko. Semua ini ditujukan agar para bankir mampu meminimalisasi risiko yang datang secara

Mengapa BSMR ?

Badan Sertifikasi Manajemen Risiko (BSMR) adalah lembaga independen berdiri dan diresmikan pertama kalinya pada tanggal 08 Agustus 2005 sebagai tindak lanjut dari Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/19/PBI/2009 tentang Sertifikasi Manajemen Risiko Bagi Pengurus dan Pejabat Bank Umum.

Sertifikasi di atas sebagai upaya pemerintah untuk menjawab lemahnya sistem perbankan Indonesia.

Krisis perbankan tahun 1997 menun-jukkan kondisi mikro perbankan nasional mengalami kerentanan terhadap gejolak ekonomi yang disebabkan antara lain oleh : pengabaian prinsip kehati-hatian dalam kegiatan operasional, tingginya risiko kemacetan kredit, kemampuan manajerial bank yang lemah sehingga meng-akibatkan penurunan kualitas asset produktif serta semakin mening-katnya risiko yang dihadapi bank. Krisis yang berdampak sistemik tersebut menunjukkan bahwa industri perbankan nasional belum memiliki kelembagaan perbankan yang kokoh dan didukung dengan infrastruktur perbankan yang baik untuk dapat mengatasi gejolak internal maupun eksternal.

. Upaya meningkatkan kualitas manaje-men risiko dan penerapan good corporate governance di sektor perbankan, memerlukan tersedianya sumber daya manusia yang qualified dan memiliki kompetensi di bidang manajemen risiko serta memiliki standar profesi dan kode etik yang baik. Karena itu dalam upaya menciptakan sumber daya manusia sebagaimana yang diharapkan maka Bank Indonesia meluncurkan Program Sertifikasi Manajemen Risiko.

Badan Sertifikasi Manajemen Risiko (BSMR) bertugas untuk menyelenggarakan sertifikasi manajemen risiko yang mengacu pada international best practices, menerbitkan sertifikat manajemen risiko, mencabut sertifikat apabila pemegang sertifikat terbukti bersalah melakukan pelanggaran di bidang perbankan berdasarkan putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap atau pelanggaran kode etik profesi, serta melaporkan kegiatan yang berhubungan dengan sertifikasi secara berkala kepada Bank Indonesia.

mendadak, kendati ongkosnya terlalu besar bagi bank-bank.

Semua tahu bahwa industri perbankan merupakan industri yang sarat dengan risiko. Selain mengelola uang masyarakat, bank juga mempunyai tugas menyalurkan kredit. Pendeknya, kegiatan bank, baik dari sisi aktiva maupun sisi pasiva, mengandung berbagai jenis risiko.

Nah, karena banyaknya risiko—seperti risiko pasar, risiko kredit, risiko likuiditas, dan risiko reputasi serta empat risiko lainnya—diperlukan seorang bankir yang ahli dan mampu dalam memandang dan mengantisipasi risiko. Semua itu dimaksudkan untuk menjaga agar banknya tidak jatuh atau minimal dapat mengurangi kerugian yang timbul. Semua pejabat bank, tidak terkecuali, wajib memiliki sertifikasi manajemen risiko.

Perjalanan Karier dan HarapanSebelum lulus Pak Agus Pribadi sudah bekerja di Show Room mobil “Cahaya Motor” di Jalan Soekarno Hatta Bandung. Bekerja selama 1 (satu) tahun, dibagian Accounting.Dan beliau selama kuliah juga menjadi Asisten Dosen selama 2 (dua) tahun. Mengajar mata kuliah Akuntansi Dasar dan Intermediate (Akuntansi Menengah).Waktu menjelang Skripsi beliau diterima di “Bank Nusantara Parahyangan” bagian Accounting, tetapi bekerja di Bank tersebut hanya i (satu) bulan. Dan pak Agus ada yang menawari pekerjaan di Bank Umum Nasional (BUN).Ada yang menarik di bank Umum Nasional (BUN) saya bekerja di bagian Accounting. Tetapi pimpin Bank Umum Nasional (BUN)

tersebut menyuruh pak Agus untuk mengikuti phsychotest dan hasilnya mengharuskan pak Agus yang baik di bagian Analis Kredit yaitu menganalisis proposal kredit. Di bagian alais kredit ini pak Agus bekerja selama 3 (tiga) tahun.Kemudian di BUN masuk program yang namanya Manajemen Development Program (MDP) yang mau bekerja dibagian ini persyaratannya mengharuskanmempunyai pengalaman kerja 3 (tiga) tahun. Program MDP tersebut ternyata dipending dulu. Jadi minta saya (pak Agus) minta pindah bagian tetapi tidak disetujui harus tetap dibagian Analis Kredit.Pada saat itu ada teman orang tua saya yang bekerja di PT. Jarum dan mempunyai Bank yang BADAN SERTIFIKASI MANAJEMEN RESIKO (BSMR)

Tahun 1997 Indonesia mengalami krisis perbankan, pada saat itu kondisi mikro perbankan nasional mengalami kerentanan terhadap gejolak ekonomi yang disebabkan antara lain oleh pengabaian prinsip kehati-hatian dalam kegiatan operasional, tingginya risiko kemacetan kredit, kemampuan mana-jerial bank yang lemah sehingga meng-akibatkan penurunan kualitas asset produktif serta semakin meningkatnya risiko yang dihadapi bank.Krisis tersebut menunjukkan bahwa industri perbankan nasional belum me-miliki kelembagaan perbankan yang kokoh dan didukung dengan infra-struktur perbankan yang baik untuk dapat mengatasi gejolak internal mau-pun eksternal.Tanggal 9 Januari 2004 Bank Indo-nesia meluncurkan Arsitektur Perbank-an Indonesia (API) sebagai salah satu upaya menyehatkan kembali industri perbankan nasional. Arsitektur Per-bankan Indonesia (API) bertujuan un-tuk menghasilkan serangkaian kebijak-an sehingga tercipta sistim perbankan yang sehat, kuat, dan efisien.Upaya meningkatkan kualitas manaje-men risiko dan penerapan good cor-porate governance di sektor perbankan Indonesia, memerlukan tersedianya sumber daya manusia yang qualified dan memiliki kompetensi di bidang manajemen risiko serta memiliki stan-dar profesi dan kode etik yang baik, oleh karenanya dalam upaya mencip-takan sumber daya manusia sebagai-mana yang diharapkan maka Bank Indonesia meluncurkan Program Serti-fikasi Manajemen Risiko.Badan Sertifikasi Manajemen Risiko (BSMR) berdiri dan diresmikan perta-ma kalinya pada tanggal 08 Agustus 2005 sebagai tindak lanjut dari Pera-turan Bank Indonesia Nomor 11/19/PBI/2009 tentang Sertifikasi Ma-najemen Risiko Bagi Pengurus dan Pejabat Bank Umum.Agar kualitas Sertifikasi Manajemen Risiko bagi perbankan yang ada di Indonesia memiliki standar kualitas internasional maka BSMR melakukan kerjasama dengan Global Asso-ciation of Risk Professional (GARP), yaitu sebuah asosiasi profesi mana-jemen risiko yang memiliki reputasi international sebagai penyelenggara sertifikasi Financial Risk Manager (FRM) yang khususnya ditujukan bagi para pelaku industri jasa keuangan. Kerjasama ini dilakukan dalam bentuk penyusunan silabus, buku kerja, materi dan soal ujian Program Sertifikasi Ma-najemen Risikonamanya HAGA BANK. Dan sekarang bernama RABO BANK. Pimpinan Cabangnya mencari orang untuk dibagian Marketing mengenai kredit.Orang tua saya menyarankan untuk mencoba langsung melamar ke HAGA BANK. Saya menyetujui untuk langsung melamar kerja di HAGA Bank dan ternyata langsung diterima dibagian Marketing pada tahun 1995.Saya merintis marekting ini di HAGA Bank jalan 3 (tiga) tahun dan teman saya Pak Edi dipindahkan ke cabang Surabaya. Dan belum ada penggantinya (Pak Edi adalam Pemimpin Cabang ditempat bekerja pak Agus). Sehingga karena belum ada

BADAN SERTIFIKASI MANAJEMEN RESIKO (BSMR)

Tahun 1997 Indonesia mengalami krisis perbankan, pada saat itu kondisi mikro perbankan nasional mengalami kerentanan terhadap gejolak ekonomi yang disebabkan antara lain oleh pengabaian prinsip kehati-hatian dalam kegiatan operasional, tingginya risiko kemacetan kredit, kemampuan mana-jerial bank yang lemah sehingga meng-akibatkan penurunan kualitas asset produktif serta semakin meningkatnya risiko yang dihadapi bank.

Krisis tersebut menunjukkan bahwa industri perbankan nasional belum me-miliki kelembagaan perbankan yang kokoh dan didukung dengan infra-struktur perbankan yang baik untuk dapat mengatasi gejolak internal mau-pun eksternal.

Tanggal 9 Januari 2004 Bank Indo-nesia meluncurkan Arsitektur Perbank-an Indonesia (API) sebagai salah satu upaya menyehatkan kembali industri perbankan nasional. Arsitektur Per-bankan Indonesia (API) bertujuan un-tuk menghasilkan serangkaian kebijak-an sehingga tercipta sistim perbankan yang sehat, kuat, dan efisien.

Upaya meningkatkan kualitas manaje-men risiko dan penerapan good cor-porate governance di sektor perbankan Indonesia, memerlukan tersedianya sumber daya manusia yang qualified dan memiliki kompetensi di bidang manajemen risiko serta memiliki stan-dar profesi dan kode etik yang baik, oleh karenanya dalam upaya mencip-takan sumber daya manusia sebagai-mana yang diharapkan maka Bank Indonesia meluncurkan Program Serti-fikasi Manajemen Risiko.

Badan Sertifikasi Manajemen Risiko (BSMR) berdiri dan diresmikan perta-ma kalinya pada tanggal 08 Agustus 2005 sebagai tindak lanjut dari Pera-turan Bank Indonesia Nomor 11/19/PBI/2009 tentang Sertifikasi Ma-najemen Risiko Bagi Pengurus dan Pejabat Bank Umum.

Agar kualitas Sertifikasi Manajemen Risiko bagi perbankan yang ada di Indonesia memiliki standar kualitas internasional maka BSMR melakukan kerjasama dengan Global Asso-ciation of Risk Professional (GARP), yaitu sebuah asosiasi profesi mana-jemen risiko yang memiliki reputasi international sebagai penyelenggara sertifikasi Financial Risk Manager (FRM) yang khususnya ditujukan bagi para pelaku industri jasa keuangan. Kerjasama ini dilakukan dalam bentuk penyusunan silabus, buku kerja, materi dan soal ujian Program Sertifikasi Ma-najemen Risiko

KOMUNITA 7 - 201346 KOMUNITA 7 - 2013 47

dari Singapura. Kalau saya bilang saya tidak cocok dibagian Emerging, karena saya orangnya kritis, khawatir akan menjadi masalah bagi Emerging yang baru dan saya orangnya konseptor. Akhirnya saya dipercaya menjadi konseptor dan pimpinan dari Singapore minta tolong untuk penghitungan. Karena m e m b u t u h k a n o r a n g y a n g b i s a menghitung konsep ini jalan atau tidak.Ttahun 2009 sistem berjalan sesuai dengan konsep Singapura (Singapore minded) dan sekarang sistem tersebut sudah bisa disesuaikan dengan keadaan di Indonesia.Untuk Singapore tidak confidence untuk Indonesia circle businessnya bersih. Idle money (pengendapan uang). Masyarakat Indonesia untuk pengendapan dananya kecil tetapi perputaran uangnya yang besar untuk profit.Orang Singapore untuk pengendapan danannya konsumer pinjam uang tetapi untuk pembayarannya menyicil setiap bulan. Kalau di Indonesia fluktuatif dan fleksibel.

Bapak Agus atasan langsungnya adalah orang Singapore (Division Head Jakarta).

Hambatannya banyak sekali. Terutama untuk meyakinkan orang Indonesia ini berbeda dan untuk member ikan pandangan ini bukan jelek.

Saya menjabat sebagai Distribution Head Emerging Business untuk Bandung, dan dibantu oleh 2 (dua) kluster Head dan 5 (lima) Manajer. Yang terdiri dari 4 (empat) Manajer Landing dan 1 (satu) Manajer Funding.Untuk produk yang dijual sedikit hanya : Rekening Giro dan Time Deposite.Setiap Manajer membawahi Account Officer.Untuk Relationship Manajer itu ada:1. Hunter = cari nasabah yang baru;2. F a r m e r =

memantau/memantanence/memelihara yang sudah ada. (mempunyai 3000 nasabah).

Kesulitannya transisi 2009 sampai dengan sekarang “Rule of The Game nya Singapore”.Sisi positive nya : teratur / tertib. Relationship itu dulu sekarang System yang Integrated. Harus bisa memberikan edukasi kepada nasabah. Nasabah transisi jadi ada masa transisi itu selama 6 (enam) bulan atau 1 (satu) tahun.Saya bekerja di OCBC NISP dari tanggal 13 Desember 1999 sampai dengan sekarang lebih kurang 14 tahun.Yang membuat saya betah adalah adanya

kekeluargaan yangbaik diantara nasabah dan karyawan. Contoh kecilnya seerti pada saat karyawan ada yang ulang tahun nasabah memberikan selamat Ulan tahun.

Pesan untuk MahasiswaKelemahannya adalah Sekarang dengan mahasiswa mempunyai IPK tinggi menarik/ mengambil SKS banyak dan bisa mencapai 24 SKS setiap kuliah itu harus dibarengi dengan praktisinya juga.

Cara berpikir saya seperti contoh Jurnal. Ratio = Gross Profit Margin 10%. Yang saya pikirkan bukan 10 % nya, tetapi kenapa bisa 10 % darimana ini. Apakah tidak efisien atau tidak kompetitif.Distribusi normal tujuannya apa di dunia kerja ada yang dikorbankan dan diuntungkan.

Inspirasi saya adalah relationship / kejujuran karakter1. Halal rejeki;2. Menjaga nilai-nilai kepercayaan

setiap awal komitmen di sis saya harus stand by;

3. Kenyamanan;4. Menjaga semua yang kita miliki

seperti : nama baik, nama keluarga.

Tambahan untuk orang baru lulus harus mempunyai :1. Integritas;2. Inisiaif;3. Da lam d i r inya har us t imbu l

kesadaran;4. Doa.

Bagi alumni harus diketahui dunia kerja adalah dunia nyata, bukan seperti di dunia pendidikan yang hanya belajar, main, pulang.

Pengalaman saya pada saat saya menerima : “ Penghargaan Badan Sertifikasi Manajemen Resiko” yang diadakan 4 (empat) tahun sekali. Ini adalah lembaga Independent yang didirikan oleh Bank Indonesia, Level 2 (dua) pencapaian nilai tertinggi. Dan saya mendapatkan nilai sempurna yaitu 100.Itu adalah pengalaman yang sangat berat karena saya harus belajar demi tercapainya nilai tinggi. Tetapi bukan sempurna. Berkat usaha dan kerja keras saya, sehingga saya dipercaya oleh mereka yang membutuhkan tenaga dan pikiran saya. Dan saya tidak lupa bersyukur atas semua ini kepada Tuhan, dan keluarga saya yang telah mendukung saya.

Harapan yang saya inginkan adalah mengharapakan pendidikan anak itu penting, harus lebih baik dari saya.

pimpinannya maka keputusan harus ke pusat di Jakarta. Pimpinan Bank Umum Nasional (BUN) tempat kerja pak Agus yang lama ternyata sekarang bekerja di Bank PELITA yang pemiliknya adalah Bapak Hasyim Joyodiningrat membutuhkan Analis Kredit. Saya melamar bekerja di bank PELITA dibagian Analisis Kredit se Jawa Barat (reviewenya).Saya disini begitu dimanja contohnya seperti ; mau gaji berapa, mau buat rumah, mau jadi karyawan tetap dan apa yang saya mau diberi. Puji Tuhan semua itu berkat kerja keras saya selama ini sehingga orang mempercayai saya sampai begitu.Bekerja di Bank PeLITA saya hanya 1 (satu) tahun lebih karena pada saat itu krisis moneter, dan saya berhenti bekerja di Perbankan.

Pada tahun 1998 – 1999 saya mulai merintis usaha Bisnis sendiri dibidang Desain Grafis bersama teman-teman saya dengan modal perorang 5 (lima) juta r u p i a h . S a y a d i s i n i d i b a g i a n Marketingnya. Klien kami adalah INVIO, busana Cemerlang, Edward Forer, Catering dan lain-lain.

Di akhir tahun 1999, mantan Pimpinan saya di Bank Umum Nasional pindah ke Bank NISP, dan karyawan-karyawan yang pernah bekerja di BUN dihubungi satu persatu. Dan kemudian saya diterima kembali bekerja di Bank kembali yaitu di Bank NISP dan lagi, lagi diterima di bagian Analis Kredit di kantor pusat. Dan pada tahun 2001 di Bank NISP ada perubahan sistem. Salah satunya mengenai : Factoring (anjak piutang); Giro-giro mundur. Saya baru bekerja 6 (enam) bulan diberhentikan dibagian Analis Kredit dan ditarik sama bagian Komersial Kredit. Baru sebentar dirubah kembali menjadi struktur ke Consumer Cash Manajemen Service. Saya ditempatkan di bagian Consumer Manajer & Cash Manajemen Service Manajer baru 1 (satu) tahun dirubah lagi sistemnya, dan saya diminta lagi untuk ditempatkan dibagian Comersial di Rajawali pada tahun 2008 – 2009 NISP di beli oleh Singapore sudah pasti ada perubahan sistem. Saya ditempatkan sebagai Distribution Head Emerging Business di NISP Bandung (tahun 2009 sampai dengan sekarang), yang memgang anak buah/tim = 34 orang.Produk nya CC loan (Landing & Funding). Dan terjadi kembali perubahan struktur Siapa yang mau menjadi Emerging (konsep Singapura memakai Score Card = Prostar namanya), parameternya semua

Cita-cita saya sekarang menjadi Direktur.Pandangan saya saat ini adalah : Indonesia kalau melihat pertumbuhannya pada saat sekarang sangat bagus. Dan pengusaha-pengusaha tidak memikirkan dana di luar negeri.Pemerintah harus berubah jangan korupsi, karena dengan Singapore pangsa pasar di Indonesia sangat besar.

Pesan dari Bapak Agus adalah :Mahasiswa sekarang dalam mencari kerja harus mempunyai :1. Mental yang kuat.2. Harus mempunyai inisiatif.3. Harus ingin yang terbaik.4. Segala sesuatu tidak ada yang

instan, perlu proses.5. Berhasi l atau t idak berhasi l

tergantung dari diri sendiri.

Siapa yang Harus DisertifikasiSertifikasi ditujukan kepada seluruh pengurus dan pejabat bank dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas manajemen risiko perbankan Indonesia dan corporate governance.1. Pengurus Bank (Komisaris dan

Direksi Bank)2. Pejabat Bank adalah pegawai bank

yang menduduki jabatan di bawah Direksi sesuai dengan ukuran dan kompleksitas usaha, termasuk pegawai bank mempunyai pengaruh terhadap kebijakan dan operasional bank, yaitu :

· Manajer Risiko adalah Direksi dan Pejabat Bank yang membawahi pengelolaan dan atau pengambilan keputusan risiko sesuai dengan kewenangannya pada Core Risk Taking Unit, Satuan Kerja Manajemen Risiko (Risk Management Unit), Satuan Kerja Audit Intern, dan Satuan Kerja Kepatuhan.

· Core Risk Taking Unit adalah satuan kerja operasional utama yang mengambil dan melaksanakan keputusan atas risiko yang antara lain meliputi namun tidak terbatas pada kegiatan perkreditan, treasury, sistem informasi, dan akunting termasuk kantor operasional.

· Supporting Taking Unit adalah satuan kerja operasional pendukung yang antara lain meliputi namun tidak terbatas pada kegiatan yang berkaitan dengan hukum, logistik, dan sumber daya manuasia.

· Satuan Kerja Kepatuhan adalah satuan kerja yang melakukan k e g i a t a n u n t u k m e m a s t i k a n kepatuhan Bank terhadap ketentuan yang berlaku.

· Satuan Kerja Audit Intern (SKAI) a d a l a h s a t u a n k e r j a y a n g melaksanakan fungsi audit internal

KOMUNITA 7 - 201348 KOMUNITA 7 - 2013 49

well: making lots of money and lots of points.” – Michael Dunlop [tweet]

Bonus Quote: “If you think that you are going to love something, give it a try. You're going to kick yourself in the butt for the rest of your life if you don't.” – Joe Penna [tweet]1. "Semuanya dimulai sebagai apa-apa." -

Ben Weissenstein [menciak]2. "Untuk setiap pengusaha: jika Anda ingin

melakukannya, lakukan sekarang. Jika Anda tidak, Anda akan menyesal "-. Catherine Masak [menciak]

3. "Jika Anda tidak melakukan hal-hal yang Anda cintai, maka hidup Anda tidak layak hidup. Apa kau di sini untuk "-? Raja Sidharth [menciak]

4. "Tenaga kerja manual menyebalkan, dude." - Alex Fraiser [menciak]

5. "Banyak orang mengatakan bahwa internet adalah remaja. Tebak yang memahami remaja terbaik:. Remaja "- Syed Balkhi [menciak]

6. "Mulai hari ini, bukan besok. Jika ada, Anda harus sudah mulai kemarin. Semakin awal Anda mulai, semakin banyak waktu yang Anda miliki untuk mengacaukan "-. Emil Motycka [menciak]

7. "Tidak ada komite yang mengatakan, 'Ini adalah tipe orang yang dapat mengubah dunia - dan Anda tidak bisa." Menyadari bahwa siapa pun bisa melakukannya adalah langkah pertama. Langkah selanjutnya adalah mencari tahu bagaimana Anda akan melakukannya "-. Adora Svitak [menciak]

8. "Setiap orang yang saya tahu yang sukses pada apa yang mereka lakukan adalah s u k s e s k a r e n a m e r e k a s u k a melakukannya." - Joe Penna [menciak]

9. "Over-memberikan setiap waktu." - Alex Maroko [menciak]

10. "Tidak ada alasan untuk ragu-ragu ... menjadi seorang pengusaha adalah pengalaman belajar." - Savannah Britt [menciak

11. "Aku tidak pernah bisa belajar apa yang saya belajar di perguruan tinggi. Mereka tidak mengajarkan hal itu ada, karena tidak dapat dipelajari dengan cara yang "-. Philip Hartman [menciak]

12. "Kau harus berhenti melakukan semua hal yang orang telah mencoba, diuji, dan menemukan tidak bekerja." - Michael Dunlop [menciak]

13. "Saya pikir apa yang remaja kurang adalah keyakinan bahwa mereka dapat menjadi unik dan luar biasa dalam hidup. Manfaatkan usia Anda karena Anda tidak akan menjadi remaja selamanya "-! Sabirul Islam [menciak]

14. "Anda bisa memiliki sejuta ide, tapi mereka semua tidak berharga jika Anda tidak mendapatkan mereka lakukan." - Lauren Amarante [menciak]

15. "Sukses datang ke kerja keras ditambah gairah, dari waktu ke waktu. Jika Anda bekerja sangat, sangat keras selama jangka waktu yang panjang, itu akan membayar "-. Stanley Tang [menciak]

Entrepreneurship Quotes1. “Everything started as nothing.” – Ben

Weissenstein [tweet]2. “To any entrepreneur: if you want to do it,

do it now. If you don't, you're going to regret it.” – Catherine Cook [tweet]

3. “If you're not doing the things that you love, then your life is not worth living. What are you here for?” – King Sidharth [tweet]

4. “Manual labor sucks, dude.” – Alex Fraiser [tweet]

5. “A lot of people have said that the internet is a teenager. Guess who understands a teenager best: a teenager.” – Syed Balkhi [tweet]

6. “Start today, not tomorrow. If anything, you should have started yesterday. The earlier you start, the more time you have to mess up.” – Emil Motycka [tweet]

7. “There's no committee that says, 'This is the type of person who can change the world – and you can't.' Realizing that anyone can do it is the first step. The next step is figuring out how you're going to do it.” – Adora Svitak [tweet]

8. “Every single person I know who is successful at what they do is successful because they love doing it.” – Joe Penna [tweet]

9. “Over-deliver every time.” – Alex Maroko [tweet]

10. “There is no reason to be hesitant… becoming an entrepreneur is a learning experience.” – Savannah Britt [tweet]

11. “I could never learn what I'm learning at college. They don't teach it there, because it can't be learned in that way.” – Philip Hartman [tweet]

12. “You've got to stop doing all the things that people have tried, tested, and found out don't work.” – Michael Dunlop [tweet]

13. “I think what teenagers lack is the belief that they can be unique and extraordinary in life. Make the most of your age because you're not going to be a teenager forever!” – Sabirul Islam [tweet]

14. “You could have a million ideas, but they're all worthless if you don't get them done.” – Lauren Amarante [tweet]

15. “Success comes down to hard work plus passion, over time. If you work really, really hard over a long period of time, it will pay off.” – Stanley Tang [tweet]

16. “If you have a goal, be relentless in your pursuit.” – Keith J. Davis Jr. [tweet]

17. “I just try to think of myself as an entrepreneur who happens to be a teen.” – Mark Bao [tweet]

18. “I'm going to reinvent the wheel. My vision of the wheel is unique.” – King Sidharth [tweet]

19. “I would like to be the messed-up child of Steve Jobs, Mark Zuckerberg, Bill Gates, and Tim Ferriss – morphed into super-genius entrepreneur.” – Marshall Haas [tweet]

20. “It's not about how many years of experience you have. It's about the quality of your years of experience.” – Jacob Cass [tweet]

21. “If you're not making mistakes, then you're not making decisions.” – Catherine Cook [tweet]

22. “If you pursued something that you felt strongly about, then I call that success.” – Adora Svitak [tweet]

23. “I like the idea of working hard now, so you can earn big later.” – Alex Fraiser [tweet]

24. “Failures are the stepping stones to success.” – Farrhad Acidwalla [tweet]

25. “I hope my companies will help create value and make people happier in the long run. That's what I'm in it for.” – Mark Bao [tweet]

26. “All of my friends were doing babysitting jobs. I wanted money without the job.” – Adam Horwitz [tweet]

27. “The hardest part about being an entrepreneur is that you'll fail ten times for every success.” – Adam Horwitz [tweet]

28. “It was just one year ago that I realized t h a t w h a t I w a s d o i n g w a s entrepreneurship. Just two weeks ago, I learned how to spell it [laughs].” – King Sidharth [tweet]

29. “You always want to surround yourself with people who are rooting for you and who want you to succeed. Stay away from the naysayers who couldn't do it themselves.” – Arjun Rai [tweet]

30. “You should always stay hungry. Stay hungry, so you can eat.” – Syed Balkhi [tweet]

31. “If you can't communicate, you're going to find yourself a lonely businessperson.” – Keith J. Davis Jr. [tweet]

32. “I don't want to look too far ahead. The journey is what's happening right now, not what's on the finishing line.” – Sabirul Islam [tweet]

33. “Starting your own business is like riding a roller coaster. There are highs and lows and every turn you take is another twist. The lows are really low, but the highs can be really high. You have to be strong, keep your stomach tight, and ride along with the roller coaster that you started.” – Lindsay Manseau [tweet]

34. “If you start with nothing and end up with nothing, there's nothing lost.” – Michael Dunlop [tweet]

35. “The biggest failure you can have in life is not trying at all.” – Emil Motycka [tweet]

36. “If you're not in an uncomfortable situation every single day, then you're doing something wrong.” – Lauren Amarante [tweet]

37. “If you can find people who think that what you're doing is great, they're going to do everything in their power to make it a success.” – Juliette Brindak [tweet]

38. “All that you need to become an entrepreneur and change the world is a working brain – and pretty much nothing else.” – Adora Svitak [tweet]

39. “Make it happen now, not tomorrow. Tomorrow is a loser's excuse.” – Andrew Fashion [tweet]

40. “I like computer games and I treat business a bit like a computer game. I count money as points. I'm doing really

16. "Jika Anda memiliki tujuan, menjadi kenal lelah dalam mengejar Anda." - Keith J. Davis Jr [menciak]

17. "Saya hanya mencoba untuk memikirkan diri saya sebagai pengusaha yang kebetulan menjadi seorang remaja." - Mark Bao [menciak]

18. "Aku akan menemukan kembali roda. Visi saya roda yang unik "-. Raja Sidharth [ m e n c i a k ]19. "Saya ingin menjadi anak yang kacau dari Steve Jobs, Mark Zuckerberg, Bill Gates, dan Tim Ferriss - berubah menjadi super-jenius pengusaha." - Marshall Haas [menciak]

20. "Ini bukan tentang berapa banyak tahun pengalaman yang Anda miliki. Ini tentang kualitas tahun Anda pengalaman "-. Jacob Cass [menciak]

21. "Jika Anda tidak membuat kesalahan, maka Anda tidak membuat keputusan." - Catherine Masak [menciak]

22. "Jika Anda mengejar sesuatu yang Anda merasa kuat tentang, maka saya sebut kesuksesan itu." - Adora Svitak [menciak]

23. "Saya suka ide bekerja keras sekarang, sehingga Anda bisa mendapatkan besar nanti." - Alex Fraiser [menciak]

24. "Kegagalan adalah batu loncatan untuk sukses." - Farrhad Acidwalla [menciak]

25. "Saya berharap perusahaan saya akan membantu menciptakan nilai dan membuat orang lebih bahagia dalam jangka panjang. Itulah apa yang saya di dalamnya untuk "-. Mark Bao [menciak]

26. "Semua teman-teman saya melakukan pekerjaan menjaga anak. Saya ingin uang tanpa pekerjaan "-. Adam Horwitz [menciak]

27. "Bagian tersulit tentang menjadi seorang pengusaha adalah bahwa Anda akan gagal sepuluh kali untuk setiap keberhasilan." - Adam Horwitz [menciak]

28. "Itu hanya satu tahun yang lalu saya menyadari bahwa apa yang saya lakukan adalah kewirausahaan. Hanya dua minggu lalu, saya belajar bagaimana mengeja itu [tertawa] "-. Raja Sidharth [menciak]

29. "Anda selalu ingin mengelilingi diri Anda dengan orang-orang yang rooting untuk Anda dan yang ingin Anda berhasil. Tinggal jauh dari penentang yang tidak bisa melakukannya sendiri "-. Arjun Rai [menciak]

30. "Anda harus selalu tetap lapar. Tetap lapar, sehingga Anda dapat makan "-. Syed Balkhi [menciak]

31. "Jika Anda tidak dapat berkomunikasi, Anda akan menemukan diri Anda seorang pengusaha kesepian." - Keith J. Davis Jr [menciak]

32. "Saya tidak ingin melihat terlalu jauh ke depan. Perjalanan adalah apa yang terjadi sekarang, bukan apa yang ada di garis finish "-. Sabirul Islam [menciak]

33. "Memulai bisnis Anda sendiri adalah seperti naik roller coaster. Ada pasang surut dan setiap giliran Anda ambil adalah twist. Lows benar-benar rendah, tapi tertinggi dapat benar-benar tinggi. Anda harus kuat, menjaga perut Anda

ketat, dan naik bersama dengan roller coaster yang Anda mulai "-. Lindsay Manseau [menciak]

34. "Jika Anda memulai dengan apa-apa dan berakhir dengan apa-apa, tidak ada yang hilang." - Michael Dunlop [menciak]

35. "Kegagalan terbesar yang dapat Anda miliki dalam hidup tidak mencoba sama sekali." - Emil Motycka [menciak]

36. "Jika Anda tidak dalam situasi yang tidak nyaman setiap hari, maka Anda melakukan sesuatu yang salah." - Lauren Amarante [menciak]

37. "Jika Anda dapat menemukan orang-orang yang berpikir bahwa apa yang Anda lakukan adalah besar, mereka akan melakukan semuanya dalam kekuasaan mereka untuk membuatnya sukses." - Juliette Brindak [menciak]

38. "Semua yang Anda butuhkan untuk menjadi seorang pengusaha dan mengubah dunia adalah otak bekerja - dan yang lain cukup banyak apa-apa." - Adora Svitak [menciak]

39. "Buatlah terjadi sekarang, bukan besok. Besok adalah alasan pecundang ini "-. Andrew Mode [menciak]

40. "Saya suka game komputer dan saya memperlakukan bisnis sedikit seperti game komputer. Aku menghitung uang sebagai poin. Saya lakukan dengan sangat baik:. Membuat banyak uang dan banyak poin "- Michael Dunlop [menciak]Penawaran Bonus: "Jika Anda berpikir bahwa Anda akan mencintai sesuatu, mencobanya. Anda akan menendang diri sendiri di pantat untuk sisa hidup Anda jika Anda tidak "-. Joe Penna [menciak]

June 2013

5th Oil & Gas Asia Dispute Resolution ConferenceJakarta, Indonesia9th THE 4TH INTERNATIONAL CONFERENCE ON ACEH AND INDIAN OCEAN STUDIES (ICAIOS) Banda Aceh, Indonesia13thInternational Conference on Enterprise Information Systems and Applications (ICENTRISA) 2013 Yogyakarta, Indonesia16th The 2013 International Conference on Computer Science and Information Technology (CSIT-2013)Yogyakarta, Indonesia23rd 2013 International Conference on Technology, Informatics, Management, Engineering & Environment Bandung, Indonesia25th The 4th International Seminar of Department of Environmental Engineering (ISEE) Denpasar, Indonesia25th The 5th Indonesia International Conference on Innovation, Entrepreneurship, and Small Business (IICIES 2013) Bandung, Indonesia25th QiR 2013 - The 13th International Conference on Quality in Research Yogyakarta, Indonesia25th SMART Terminals Asia 2013 Jakarta, Indonesia25th SMART Traffic Asia 2013 Jakarta, Indonesia25th SMART Passenger Rail Asia 2013 Jakarta, Indonesia27th1st International Conference on Sustainable Agriculture and Environment SOLO, Indonesia27th The 3rd International Forum & Conference on Logistic and Supply Chain Management (LSCM) 2013 Denpasar, Indonesia27thInternational Conference on Mycological Aspects of Food and Feed Safety” (IC-MAFFS) on 27-29 June 2013 Yogyakarta, Indonesia28th International Research Conference on Business and Economics Semarang, Indonesia

July 20132nd PRSCO 2013: the 23rd Pacific Conference of the Regional Science Association International (RSAI) and the 4th Indonesian Regional Science Association (IRSA) Institute Bandung, Indonesia4th Transformational Communication and the New Asia Yogyakarta, Indonesia4th'' International Partnerships Related to the Development of Technology and MaritimeSurabaya, Indonesia7th 2013 International Conference on Business and Information (BAI2013) Bali, Indonesia12th Natural Pigments Conference for South-East Asia (NP-SEA) 2013 Malang, Indonesia13th 2013 2nd International Conference on Knowledge, Culture and Society - ICKCS 2013 Jakarta, Indonesia13th 2013 5th International Conference on Information and Financial Engineering (ICIFE 2013) Jakarta, Indonesia13th 2013 the 2nd International Conference on Network and Computational Intelligence (ICNCI 2013) Jakarta, Indonesia13th 2013 4th International Conference on Education and Management Technology (ICEMT 2013) Jakarta, Indonesia13th 2013 the 2nd International Conference on Intelligent Information Processing (ICIIP 2013) Jakarta, Indonesia13th2013 the 2nd International Conference on Advances in Mechanics Engineering (ICAME 2013) Jakarta, Indonesia13th 2013 3rd Journal Conference on Trade, Economics and Finance (JCTEF 2013 3rd) Jakarta, Indonesia

JADWAL SEMINAR LUAR NEGERI

May 201317th Hope, Betrayal and Trust, 1st International Symposium Toronto, Canada

Agenda SeminarSEMINAR INDONESIA

KOMUNITA 7 - 201348 KOMUNITA 7 - 2013 49

18th5th Global Conference: Evil, Women and the Feminine Prague, Czech Republic21st 3rd Global Conference: Femininities and Masculinities Prague, Czech Republic21st Creating Characters, Inventing Lives: The Art of the Self, 1st International Symposium Toronto, Canada21st 4th Global Conference: Storytelling Prague, Czech Republic24th Mobile Telephony in the Developing World Jyväskylä, Finland25th Speed, Silence and Solitude, 1st International Symposium Toronto, Canada

June 20133rdJURIS DIVERSITAS ANNUAL CONFERENCE Lausanne, Switzerland6thACSS 2013 - The Fourth Asian Conference on the Social Sciences 2014 Osaka, Japan6th International Symposium on Urbanism, Spirituality & Well Being Cambridge, United States of America8th The Modern Erotic London, United Kingdom8th Bangor 'Visions' - Paradise Lost? The World of 2050 Bangor, United Kingdom9th THE 4TH INTERNATIONAL CONFERENCE ON ACEH AND INDIAN OCEAN STUDIES (ICAIOS) Banda Aceh, Indonesia11th NESS2013 - Nordic Environmental Social Science Conference 2013 Copenhagen, Denmark13th CONTEMPHOTO '13: Conference on Contemporary Photography Istanbul, Turkey15th 2013 2nd International Conference on Psychological Sciences and Behaviors - ICPSB 2013Colombo, Sri Lanka17th 2nd International Conference on Humanities, Economics and Geography (ICHEG'2013)London, United Kingdom17th Responding to Environmental Complexity London, United Kingdom

July 20131st CEPE 2013- Computer Ethics: Philosophical Enquiry Lisbon, Portugal2nd 7th EuroSEAS Conference Lisbon, Portugal4th ECSS 2013 - The European Conference on the Social Sciences Brighton , United Kingdom6th 6th Global Conference: Forgiveness Oxford, United Kingdom8th DELEUZE STUDIES CONFERENCE Lisbon, Portugal10th 2nd Global Conference: Apocalypse: Imagining the EndOxford, United Kingdom10th Rust, Regeneration and Romance: Iron and Steel Landscapes and Cultures Ironbridge, United Kingdom10th 12th Global Conference: Environmental Justice and Citizenship Oxford, United Kingdom14th 5th Global Conference: Videogame Cultures and the Future of Interactive Entertainment Oxford, United Kingdom14th 4th Global Conference: Revenge Oxford, United Kingdom15th International Conference on Women's StudiesColombo, Sri Lanka15th Infertility and Sacred Space: From Antiquity to the Early Modern Cambridge, United Kingdom15th International Conference on Religious Studies (ICRS 2013) Colombo, Sri Lanka18th 8th Global Conference: Visions of Humanity in Cyberculture, Cyberspace and Science FictionOxford, United Kingdom20th Food, Memory & Identity in Greece & in the Diaspora Amari, Greece22nd 2nd Global Conference,Making Sense Of: Play Oxford, United Kingdom22nd 3rd Global Conference: Images of Whiteness Oxford, United Kingdom26th International Conference on Education, Psychology and SocietyBangkok, Thailand

27th 2013 International Symposium on Business and Social Science Bangkok, Thailand27th IACSS 2013 - International Academic Conference on Social Sciences Istanbul, Turkey29th VII Congress of the Bolivian Studies Association Sucre, Bolivia30th Eighth International Conference on Interdisciplinary Social Sciences Prague , Czech Republic