makala h
TRANSCRIPT
MAKALAH PRESENTASI
MATA KULIAH AGAMA DAN ETIKA ISLAM
(ETIKA PENGEMBANGAN IPTEKS DAN LINGKUNGAN)
KELOMPOK 4 :
1. Lu’lu Adninnafia’ah (10112091)
2. Elfina Marchantia Karima (10512039)
3. Restu Annisa Rachmah (10612077)
4. R.A Indira (11611013)
5. Nisrina Nur Aini (11612031)
6. Dita Nur Hanifah (12012034)
7. Anti Dwi Putri (12111031)
8. Rodiyatun Khotijah (12212047)
9. Dwitami Puspaningrum (15412085)
10. Nibras Khairiyah (17012017)
11. Riska Audina Anindyasari (18112036)
12. Andhina Amalia R (18212020)
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
OKTOBER 2013
I. PENDAHULUAN
Ilmu pengetahuan dan teknologi pada masa sekarang telah mengalami perkembangan
yang sangat pesat. Setiap saatnya selalu ada penelitan dan penemuan yang melahirkan
inovasi-inovasi terbaru. Selain ilmu pengetahuan dan teknologi, seni juga mengalami
perkembangan yang sama pesatnya seperti kedua hal tersebut. Ketiganya bahkan seperti
berkaitan erat satu sama lain.
Begitu pun secara Islam, jika ditinjau dari sisi ilmu pengetahuan/sains, maka Al-
Qur’an sebagai petunjuk merupakan peletak landasan filosofi manusia dalam memandang
dan memahami alam semesta. Untuk itu manusia harus benar-benar mengkaji Al-Qur’an
karena Al-Qur’an juga merupakan sumber fenomena yang layak untuk diriset, artinya
permasalahan riset dapat saja muncul setelah orang membaca dan mengkaji Al-Qur’an.
Sedangkan teknologi dalam Islam adalah bukan merupakan tujuan, tetapi sebagai alat yang
digunakan untuk meneropong terhadap ayat-ayat Allah. Semakin maju teknologi, semakin
banyak informasi yang diperoleh. Dengan demikian, diharapkan akan semakin memperbesar
peran manusia sebagai khalifah Allah di permukaan bumi yakni memakmurakan bumi dan
mengusahakan kesejahteraan bagi segenap bumi untuk menciptakan manusia yang Rahmatan
lil Alamin.
Bila ada pemahaman atau tafsiran ajaran agama Islam yang menentang fakta-fakta
ilmiah, maka kemungkinan yang salah adalah pemahaman dan tafsiran terhadap ajaran agama
tersebut. Bila ada ’ilmu pengetahuan’ yang menentang prinsip-prinsip pokok ajaran agama
Islam maka yang salah adalah tafsiran filosofis atau paradigma materialisme-sekular yang
berada di balik wajah ilmu pengetahuan modern tersebut. Karena alam semesta yang
dipelajari melalui ilmu pengetahuan dan ayat-ayat suci Allah.SWT (Al-Quran) dan Sunnah
Rasulullah saw yang dipelajari melalui agama adalah sama-sama ayat-ayat (tanda-tanda dan
perwujudan/tajaliyat) Allah swt, maka tidak mungkin satu sama lain saling bertentangan dan
bertolak belakang, karena keduanya berasal dari satu Sumber yang Sama, Allah Yang Maha
Pencipta dan Pemelihara seluruh Alam Semesta.
Namun sebelum kita menciptakan ilmu dan pengetahuan yang ada hingga pada saat
ini , Allah SWT telah lebih dahulu menciptakan bumi ini dalam keadaan seimbang, alam
yang indah, binatang dan tanaman yang bermacam-macam dan semua itu Allah
S
SWT ciptakan untuk kesinambungan kehidupan manusia di bumi ini. Ketika
pertama kali Allah SWT menciptakan Nabi Adam AS, bumi
dalam keadaan sangat ideal untuk mendukung kehidupan manusia di bumi
ini. Namun keidealan ini makin lama makin berkurang seiring
bertambahnya jumlah manusia di muka bumi ini dan sikap beberapa orang
yang suka berbuat onar di muka bumi inilah yang membuat bumi ini tidak
lagi ideal untuk ditinggali.
Karena itu, seiring berkembangnya zaman, manusia terus berusaha untuk
menyelesaikan permasalahan yang terjadi di alam ini.Etika Lingkungan atau Etika Ekologi
muncul sebagai solusi untuk menyelesaikan permasalahan antara manusia dengan alam dan
memberikan solusi bagaimana seharusnya manusia bersikap terhadap alam.
II. PEMBAHASAN
A. BUKTI SEJARAH KEMAJUAN IPTEKS ISLAM
A.1 Sejarah Kemajuan Iptek Islam
Jaman Daulah Abbasiyah dikatakan sebagai masa menjamurnya kesastraan dan ilmu
pengetahuan serta ilmu-ilmu purbakala yang disalin ke dalam bahasa Arab. Lahirlah pada
masa itu sekian banyak penyair, pujangga, ahli bahasa, ahli sejarah, ahli hukum, ahli tafsir,
ahli hadits, ahli filsafat, thib, ahli bangunan dan sebagainya. Dinasti Abbasiyiah membawa
Islam ke puncak kejayaan. Saat itu, dua pertiga bagian dunia dikuasai oleh kekhalifahan
Islam.
Ilmu pengetahuan pada saat itu dipandang sebagai suatu hal yang sangat mulia dan
berharga. Para khalifah dan para pembesar lainnya mengantisipasi kemungkinan seluas-
luasnya untuk kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan. Kecanggihan teknologi masa
ini juga terlihat dari peninggalan-peninggalan sejarahnya, seperti arsitektur mesjid Agung
Cordoba Blue Mosque di Konstantinopel atau menara spiral di Samara yang dibangun oleh
khalifah al-Mutawakkil.
Saat itu banyak lahir tokoh dunia yang kitabnya menjadi referensi ilmu pengetahuan
modern. Salah satunya adalah bapak kedokteran Ibnu Sina atau yang dikenal saat ini di Barat
dengan nama Avicenna. Tidak hanya itu, terjemahan buku-buku bangsa Arab, terutama buku-
buku keilmuan hampir menjadi satu-satunya sumber-sumber bagi pengajaran di perguruan-
perguruan tinggi Eropa selama lima atau enam abad. Selain itu, buku-buku bangsa Arab-
Persia juga dijadikan sandaran oleh para ilmuwan Barat seperti Roger Bacon, Leonardo da
Vinci, Arnold de Philipi, Raymond Lull, san Thomas, Albertus Magnus dan Alfonso X dari
Castella. Itu sebabnya, perpustakaan umum banyak dibangun di masa kejayaan Islam. Saat
itu peradaban Islam memang peradaban emas yang mencerahkan dunia. Bahkan menurut
Montgomery, tanpa dukungan peradaban Islam yang menjadi dinamonya, Barat bukanlah
apa-apa.
Berikut ini adalah beberapa penemu atau ilmuan muslim yang sangat berpengaruh
terhadap ilmu pengetahuan yang hingga sekarang masih bermanfaat dan masih digunakan.
1. Al-Khawarizmi: penemu ilmu aljabar di dalam matematika.
2. Ibnu Sina: penulis buku tentang kedokteran
3. Jabbir Ibnu Hayyan: ahli kimia yang di kenal sebagai bapak kimia
4. Albiruni: bapak antropologi
5. Abu Alzahwari: penulis kitab untuk menyembuhkan luka pada saat operasi
6. Ibnu Haitham: bapak ilmu mata yang menjelaskan bagaimana mata bekerja
7. Ar-Razi: orang pertama yang bisa menjelaskan tentang penyakit cacar
Beberapa bukti penemu-penemu yang berasal dari orang Islam tersebut membuktikan
bahwa Islam telah memberikan dampak besar bagi ilmu pengetahuan dan teknologi yang
sedang berkembang pesat pada saat ini. Sebagai muslim atau muslimah kita seharusnya
bangga dan menyadari hal tersebut agar tetap bersemangat untuk belajar dan tidak mudah
menyerah untuk mengembangkan dan meneruskan perjuangan umat kita sendiri.
Penemuan-penemuan sains dan teknologi tersebut sebagian besar berasal dari masa
kejayaan Kekhalifahan Islam, oleh para sarjana Muslim. Hal tersebut tentu merupakan bukti
sejarah untuk generasi Islam sepanjang masa yang dapat dijadikan potensi besar untuk
mengembangkan dan menguasai sains dan teknologi masa kini.
Beberapa bukti yang menunjukkan sejarah Iptek yang ditemukan Islam, antara lain :
1. Masaru Emoto ( Universitas Yohokama ) membuktikan bahwa air memiliki
kehidupan dan bisa merespon rangsangan yang diberikan padanya. Hal tersebut
memperkuat bukti bahwa segala sesuatu yang hidup diciptakan dari air. Seperti yang
tertulis dalam Alquran surah Al-anbiya:30 “ Dan Kami ciptakan dari air segala
sesuatu yang hidup”
2. Dr. Fidelmina (dokter ahli neurologi dari Amerika) mengakui bahwa adanya
peredaran darah pada saat tubuh melakukan gerakan shalat, dapat mencegah
terjadinya stroke dan meningkatkan kecerdasan orang. Ia menemukan fungsi yang
dahsyat pada gerakan shalat dalam bidang kesehatan. Karena kekagumannya pada hal
tersebut, ia percaya bahwa Islam adalah agama yang sempurna.
3. Ignaro dan Murat membuktikan bahwa orang yang melakukan shalat shubuh
mendapat beberapa keuntungan, seperti di bidang kesehatan, shalat subuh
memberikan pengaruh baik untuk pencegahan kardiovaskuler. Selain itu, orang-orang
yag melakukan aktivitas pada waktu shubuh, mampu memproduksi zat Nitrioksida
yang berfungsi baik untuk mencegah pembekuan darah.
Ilmu pengetahuan dianggap sebagai sesuatu yang sangat berharga dan berguna. Dengan
ilmu pengetahuan semua hal dapat dikembangkan. Kecanggihan teknologi masa ini terlihat
dari peninggalan-peninggalan sejarahnya. Islam telah terbukti mampu mengadopsi teknologi
dari luar. Peradaban Islam mampu memberi pencerahan pada dunia yang kini melahirkan
teknologi yang lebih canggih lagi. Beberapa kecanggihan teknologi peninggalan Islam, di
antaranya :
1. Arsitektur mesjid Agung Cordoba Blue Mosque di Konstantinopel yang megah
2. Menara spiral di Samara yang dibangun oleh khalifah al-Mutawakkil,
3. Istana al-Hamra (al-Hamra Qasr) yang dibangun di Seville, Andalusia pada tahun 913
M.
4. Senjata ‘manzanik’, sejenis ketepel besar pelontar batu atau api yang dibuat oleh
tentara Islam
5. Kincir angin pertama tidak diciptakan di Belanda, melainkan di Arab pada awal abad
ke7. Kincir angin ini awalnya dibuat untuk bangsa Persia yang tinggal di padang pasir
yang tidak berujung dengan banyak udara panas untuk dimanfaatkan.
6. Pada abad ke 9, Abbas Ibn Firnas mencetus gagasan pesawat layang (glider) pertama
dengan membuat sayap menggunakan bulu-bulu burung pemakan bangkai yang
kemudian dipasangkan ke tangannya. Percobaannya itu gagal dan menyebabkan
cedera punggung. Dinilai kegagalannya karena tidak ada ekor pada glider.
7. Di abad ke-10, Abu al-Qasim al-Zahrawi (lebih dikenal dengan nama Albucasis),
seorang fisikawan dan dokter bedah andal menciptakan set alat-alat operasi pertama.
8. Di abad ke-10 pula Abu Tamim Ma’ad al-Mu’izz Li-Dinillah membuat pena pertama
atas permintaan Raja Mesir Al-Mu’izz untuk membuatkannya pena untuk kaligrafi
yang tidak mengotori tangan atau pakaiannya. Akhirnya terciptalah pena yang
menyatu dengan kontainer tintanya dan dapat diisi ulang.
9. Di abad ke-11 Ibn al-Haytham membuat kamera optik pertama. Ibn al-Haytham
merupakan seorang ilmuwan yang banyak meneliti tentang cahaya yang akhirnya
membuahkan Pinhole Camera. Teori dan temuan-temuannya merupakan penggagas
pertama kamera dan proyektor modern.
A.2 Sejarah Kemajuan Seni Islam
Kebudayaan Islam pada masa Dinasti Bani Umayyah
Pada masa itu mengalami kemajuan yang pesat daripada pada zaman Khulafaur
Rasyidin. Hal ini sesuai dengan ajaran islam yang menyuruh para penganutnya untuk
meningkatkan kualitas diri ke arah yang lebih baik dan maju. Adapun kebudayaan yang
menonjol pada saat itu seperti qiraat, qasidah, seni ukir dan seni bangunan. Pada seni ukir dan
seni bangunan ini tampak dengan jelas pengaruh kebudayaan Persia dan Romawi yang telah
diwarnai oleh hal-hal bersifat islami. Di antara kebudayaan islam yang mengalami
perkembangan pada masa Dinasti Bani Umayyah adalah kesenian dan arsitektur.
Kesenian
Kesenian yang berkembang pada masa dinasti Bani Umayyah adalah kasidah, qiraat
dan seni ukir. Seni kasidah ini sudah ada dari semenjak islam belum lahir. Kemudian setelah
islam lahir yaitu pada masa khulafaur rasyidin dan Bani Umayyah seni kasidah lebih
dikembangkan. Bait-bait sajak yang dinyanyikan dalam kasidah berupa pujian kepada Allah
SWT dan RasulNya, seruan bertakwa kepada Allah SWT. Kesenian lainnya adalah qiraat,
yaitu cara-cara mengucapkan kalimat-kalimat atau ayat-ayat Al-qur’an dengan baik, indah
dan benar. Pada masa dinasti Bani Umayyah lahir tujuh macam cara membaca Al-qur’an
yang disebut Qiraat Sab’ah, harus dijadikan sebagai pedoman oleh umat islam dalam
membaca Al-qur’an. Selain kasidah dan qiraat, seni ukir mengalami perkembangan yang
lebih maju. Motif ukiran yang menonjol dan digunakan pada masa dinasti Bani Umayyah
adalah khat (tulisan) Arab. Banyak ayat Al-qur’an , hadist Nabi SAW, syair-syair yang
bermutu dan kata-kata mutiara yang diukir dengan indah di dinding mesjid, tembok istana
dan gedung megah. Bani Umayyah memiliki peninggalan ukiran yang indah yaitu ukiran
yang berpahat pada dinding tembok istana yang dibangun oleh Khalifah Walid bin Abdul
Malik, istananya bernama Qusair Amrah (istana mungil amrah).
Arsitektur
Arsitektur pada masa dinasti Bani Umayyah adalah seni bangunan sipil, seni
bangunan agama dan seni bangunan militer. Yang termasuk bangunan sipil seperti istana
yang megah dan gedung milik pemerintah atau pribadi. Sedangkan yang dimaksud bangunan
agama adalah mesjid dan bangunan militer adalah benteng.Gedung atau bangunan tersebut
pada umumnya bergaya campuran antara Romawi, Persia dan Arab yang kemudian diwarnai
dengan warna islam. Gedung-gedung tersebut telah tersebar di berbagai kota, seperti
Damaskus (ibukota Bani Umayyah), Kairawan (Afrika Utara) dan Kordoba ( Spanyol).
Kebudayaan Islam pada masa Dinasti Abbasiyah
Dalam bidang kebudayaan, dinasti Abbasiyah mengalami kemajuan yang amat pesat. Hal ini
dapat dilihat dari seni pahat, seni ukir, seni sulam, seni lukis, seni suara, seni musik, seni tari,
seni bahasa dan arsitektur. Perkembangan kebudayaan pada masa dinasti Abbasiyah lebih
maju dibandingkan dengan perkembangan pada masa dinasti Bani Umayyah. Sebab-sebabnya
antara lain :
Dapat dilihat dari segi faktor internal, yaitu perintah dari ajaran islam terhadap para
penganutnya agar melakukan usaha-usaha dalam bidang kebudayaan, sehingga hari
ini lebih maju dari hari kemarin.
Dapat dilihat dari segi faktor eksternal, yaitu adanya kestabilan dalam bidang politik,
kemakmuran dalam bidang ekonomi, adanya partisipasi dari para khalifah dan pejabat
negara dan adanya akulturasi antara kebudayaan islam dan kebudayaan yang terdapat
di wilayah kekuasaan islam seperti Persia, Hindu dan Yunani.
Kemajuan kebudayaan pada masa Dinasti Abbasiyah dapat dilihat dari berbagai bidang seni,
yaitu antara lain :
Seni bangunan
Pada masa dinasti Abbasiyah telah dilaksanakan pembangunan kota-kota baru dan
pembaharuan kota-kota lama dalam berbagai wilayah. Kota-kota baru yang dibangun, seperti
Bagdad dibangun oleh khalifah Abu Ja’far Al-Mansur dan Samara dibangun oleh khalifah
Al-Mu’tasim , yang kemudian dijadikan ibukota negara yang sebelumnya kota Bagdad.
Seni rupa
Bidang seni rupa yang mengalami perkembangan lebih maju pada masa dinasti Abbasiyah
adalah seni pahat, seni ukir, seni sulam dan seni lukis.
Seni suara, seni tari dan seni musik
Pada masa dinasti Abbasiyah seni suara, seni tari dan seni musik juga mengalami kemajuan.
Hal itu ditandai dengan bermunculan penyanyi-penyanyi terkenal, didirikannya sekolah-
sekolah musik dan pabrik-pabrik yang memproduksi alat musik serta dipentaskan seni tari di
berbagai tempat.
Seni bahasa
Kemajuan seni bahasa pada masa dinasti Abbasiyah ditandai dengan lahirnya para penyair
terkenal, banyaknya para pengarang novel baik yang asli maupun terjemahan dan lahirnya
seni drama.
B. EKSISTENSI DAN KEDUDUKAN ILMUWAN
Secara bahasa, ulama berasal dari kata kerja dasar ‘alima (telah mengetahui), berubah
menjadi kata ‘alimun dan ulama (orang yang mengetahui). Berdasarkan istilah, pengertian
ulama dapat dirujuk pada Al-Quran pada ayat berikut ini :
“Sesungguhnya yang paling takut kepada Allah diantara hambaNya adalah ulama (Q.S.
Fathir : 28). Merujuk dari lafadz tersebut, ulama dapat diartikan sebagai hamba Allah yang
takut melanggar perintah Allah dan takut melalaikan perintahNya dikarenakan dengan
ilmunya ia sangat mengenal keagungan Allah. Beberapa tokoh ilmuwan dalam sejarah Islam
jelas menjadi bukti janji Allah akan terangkatnya derajat mereka dihadapan Allah maupun
sesama manusia. Ilmuwan ini seperti Imam Bukhari, Imam Muslim, Al Turmudzi dalam
bidang hadits; Al Khuwarizmi ilmuwan Muslim perintis ilmu pasti; Al Farghani atau
Farghanus seorang ahli astronomi. Di bidang kedokteran, ilmuwan Muslim yang terkenal
antara lain Abu Ali Al Husain bin Abdullah bin Sina atau Avicenna.
“Dan sesungguhnya para ulama itu adalah pewaris para nabi. Dan sesungguhnya para nabi
tidaklah mewariskan dinar maupun dirham, hanya saja mereka mewariskan ilmu. Maka
barang siapa yang mengambilnya (ilmu tersebut) berarti dia telah mengambil bagian ilmu
yang banyak.” (HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi). Hadits ini dishahihkan oleh Al-Albani dalam
Shahih Al-Jami’ no. 6298 dari Abud Darda’)
KEDUDUKAN ULAMA
1. Orang yang berkedudukan tinggi di sisi Allah
Hal ini ditegaskan Allah di Al-Quran Surat Al Mujadalah ayat 11, Allah berfirman :
“Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan
beberapa derajat”.
Asy-Syaikh Abdurrahman As-Sa’di berkata dalam tafsirnya : “Allah akan
mengangkat ahlul ilmi dan ahlul iman beberapa derajat, sesuai dengan apa yang Allah
khususkan kepada mereka (berupa ilmu dan iman).”
2. Orang yang paling khasyyah/taqwa kepada Allah
Sebagaimana dalam Al Quran Surat Fathir : 28, “Sesungguhnya yang paling takut
kepada Allah diantara hambaNya adalah ulama.”
3. Orang yang paling peduli terhadap umat
Seperti dalam firman Allah : “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk
manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar serta
beribadah kepada Allah.” (Ali ‘Imran : 110). Dalam ayat ini sangat jelas kedudukan
ulama sangat peduli kepada umat karena di dunia sangat getol menyiarkan ‘amar
ma’ruf dan nahi munkar.
4. Ulama adalah rujukan umat dan pembimbing mereka ke jalan yang benar
Allah berfirman, “Maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika
kamu tiada mengetahui.” (Al Anbiya’ : 7)
C. PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN IPTEKS DAN LINGKUNGAN
Islam pada zaman khalifah memang begitu pesat perkembangannya, apalagi di bidang
sains dan teknologi, mulai dari sistem pemerintahan sampai dengan sistem pertahanan
sehingga dapat melahirkan cendikiawan-cendikiawan yang sangat berperan besar dalam
mengembangkan sains dan teknologi di dalam Islam. Tapi lama kelamaan Islam mengalami
kemunduran akibat masuknya budaya barat yang sedikit demi sedikit terkikisnya Islam. Bisa
dilIhat dari hal-hal yang melanda umat pada zaman sekarang ini, seperti rusaknya
lingkungan, tercemarnya bumi, terancamnya kehidupan makhluk hidup, yang itu semua
merupakan peradaban yang bertentangan pada fitrah manusia itu sendiri. Selain itu dunia
barat juga membuat kerusakan moral dan akhlak, rapuhnya mentalitas manusia dan nilai-nilai
kemanusiaan. Hal ini membuat umat islam mengalami kemunduran yang begitu pesat, namun
dapat mendorong umat islam untuk terus dan selalu berfikir untuk pengembangan di dalam
dunia sains dan teknologi.
Adapun alternatif-alternatif dalam memecahkan masalah kemunduran umat islam di
bidang peradaban, antara lain :
a. Faktor Internal, yaitu dengan :
Mengkaji, memahami dan mengamalkan Al-Qur’an dan Sunnah Rasul.
Mencari ilmu pengetahuan (sains) dan teknologi, serta mengembangkanya.
Menggalang persatuan dan persaudaraan umat islam (ukhuwah islamiyah).
Meningkatkan bidang dakwah.
Amar ma’ruf nahi munkar (menganjurkan kebaikan dan membrantas kemungkaran).
Melaksanakan kewajiban “jihad fi sabilillah”.
Melaksanakan akhlak islam dan etika serta memegang teguh nilai-nilai dalam setiap ucapa
dan perbuatan.
Menyelesaikan dengan cara yang Islami paham-paham dan aliran-aliran yang menyimpang
dari kebenaran.
Pembinaan masyarakat Islam (al-Mujtama’al-Islamiyah).
Revolusi informasi.
Rekontruksi ilmu pengetahuan, bila diperlukan.
Sintesis pemehaman filsafat perifatetik (teologi Mu’tazilah; teologi Liberal) dengan filsafat
iluinatif (teologi al-Asy’ariah/teologi tradisonal).
b. Faktor External, yaitu dengan :
Berupaya menjinakan musuh dengan cara-cara yang diperbolehkan dalam islam.
Mengambil sikap terhadap badan-badan internasional dan fakta-fakta yang memusihi islam.
Mengambil sikap tegas terhadap peperangan yang direkayasa di dunia Islam.
Perasaan bangga (mulia) dengan Dieul Islam.
Setiap muslim harus menyiapkan dirinya untuk memikul kewajiban islam.
Membuat rumah tangga mulim yang sakinah.
Berusaha semaksimal mungkin untuk membebaskan negerinya maupun negri kaum muslimin
Krisis Lingkungan: Penyebab dan Solusi
Keprihatinan terhadap krisis lingkungan dimulai dengan dua proposisi berikut.
Pertama, saat ini kita sedang menghadapi dan berjuang atas isu penting mengenai krisis
lingkungan hidup yang semakin meluas dan menyebar. Kedua, kita harus mencari jalan untuk
mengatasi krisis tersebut dengan menimbang dan mengevaluasi berbagai solusi yang telah
dikemukakan oleh para pemikir dan kaum intelektual.
Secara garis besar, terdapat dua pendekatan yang digunakan sebagai solusi untuk
mengatasi krisis lingkungan baik secara individual maupun sosial.
1. pemecahan krisis melalui pertimbangan atas segala sesuatu yang langsung terlihat, situasi
yang sedang berlangsung, membuat perubahan jangka pendek dan membuat suatu
perencanaan ulang.
2. pemecahan krisis melalui penjabaran sebab dan faktor yang mendorong munculnya krisis
(aspek ontologis), melalui dasar kelimuan (aspek epistemologis), kerangka rohani, dan
intelektual, serta paradigma budaya yang menyebabkan krisis tersebut terjadi dengan tetap
mengacu kepada pendekatan pertama.
Nampaknya pendekatan kedua merupakan solusi yang memberikan pengaruh lebih
nyata. Jika kita hanya berpegang pada pendekatan pertama, maka masalah akan muncul
kembali dan menjadi lebih serius karena krisis sebelumnya masih aktif. Meskipun beberapa
percobaan penting telah dilakukan semisal proyek penggantian kelengkapan transportasi,
membuat bahan bakar non-fosil, merancang teknologi ramah lingkungan, pendekatan
pertama tidaklah dapat menghapus krisis lingkungan dan tidak dapat menjadi solusi yang
memadai bagi masalah tersebut.
Penyebab munculnya krisis lingkungan (penyebab eksistensi dan kognisi) harus
diketahui sebelum kita dapat mengatasi masalah tersebut. Dugaan penyebab kerusakan,
kehancuran, dan krisis dalam lingkungan adalah perspektif mengenai manusia dan alam
semesta pada era modern, sebuah pandangan-dunia yang merupakan imitasi mutlak
saintisme. Perspektif tersebut mengabaikan semua unsur filosofi, budaya, dan kerangka
spiritual; mengurangi tingkat kebenaran dan membatasi ruang lingkup kognisi (pengenalan)
manusia dan tingkat eksistensi hanya kepada sains sensasional dan segala sesuatu yang
bersifat material. Manusia modern yang menyenangi sains, melalui penempatan manusia
sebagai poros alam raya (humanisme) dan mengabaikan Tuhan dan memutuskan hubungan
dengan-Nya, memaksa alam untuk mengupas misterinya (melalui pengaruh sains modern)
dengan tujuan untuk memperkaya seseorang, lebih berkuasa, dan memenuhi keinginan dari
ketamakan dan jiwa yang tak pernah puas.
Dalam pandangan modern, manusia menganggap alam raya sebagai partikel yang
tidak suci, dia menganggap dirinya sebagai dewa yang memiliki segala kekeistimewaan,
memerintah, dan menguasai alam raya, tidak memiliki kewajiban terhadap Tuhan dan alam,
dan tidak bertanggung jawab terhadap semua orang. Dalam perspektif modern, manusia
melalui pencarian kekuasaan dan kedaulatan intelektual akan memisahkankan etika dan
spriritualitas dari sains dan alam raya dan berusaha mempopulerkan kapitalisme; pada proses
yang merusak ini, semua nilai kemanusiaan dan ekonomi merupakan ikatan materiil.
Selama perspektif ini tidak berubah dan kita tidak memberikan upaya pada dimensi
spiritual lingkungan, tidak akan banyak harapan untuk mengembangkan lingkungan hidup.
Manusia harus kembali kepada akar spritualnya; dia harus kembali kepada kesucian dirinya,
Tuhan dan alam; hanya dengan pendekatann ini dia akan berhenti merusak rangkaian alam,
dan disinilah nilai penting untuk kembali kepada agama dan spritulitas menjadi nyata.
Prinsip-prinsip Pemikiran Mulla Shadra untuk Lingkungan
Mazhab filsafat Mulla Shadra yang mendalam dan menarik dapat berperan dalam
mendesain filsafat lingkungan hidup serta menguatkan dasar-dasar filosofisnya. Filosof
muslim ini telah melahirkan sebuah mazhab filsafat paripurna. Ia berkembang dengan
menggunakan ayat-ayat al-Quran, sunnah Nabi Muhammad Saw dan Ahlulbayt. Di samping
itu ia juga terilhami oleh filsafat yang diajarkan oleh Al-Farabi, Ibnu Sina, Suhrawardi,
pemikiran Yunani, Persia kuno, dan Irfan yang mendalam dari Muhyiddin Ibn Arabi.
Filsafat Mulla Shadra membawa berita gembira keserasian teori-teori filsafat dengan
obyek-obyek syuhud para arif, dengan Kitab takwini Allah yaitu keindahan alam semesta dan
apa yang di baliknya dan dengan Kitab Tadwini Allah yaitu Al-Quran. Mulla Shadra
meyakini bahwa Akal, Kalbu dan Al-Quran adalah tiga jalur yang identik untuk mengenali
rahasia alam. Ia berusaha keras untuk mendirikan sebuah mazhab filsafat yang:
1. Dapat menjelaskan syuhud para urafa secara rasional juga berdasarkan ajaran agama.
2. Dapat mendukung dakwaan-dakwaan akal dengan syuhud para urafa.
Dengan kata lain, akal dan kalbu berjalan seiring dengan kandungan ayat-ayat al-
Quran dan riwayat-riwayat yang shohih. Untuk itu ia berdalil bahwa Tuhan yang merupakan
awal dari alam semesta adalah juga yang mengirim Al-Quran, memberi manusia kemampuan
berpikir dan juga kalbu yang berkemampuan untuk syuhud hakikat alam. Oleh sebab itu
wajar jika ketiganya saling mendukung dan seiring.
Prinsip pertama adalah bahwa semua yang ada, termasuk di dalamnya Tuhan
maupun ciptaan Tuhan yang dengan sendirinya memiliki hirarki dan strata keberadaan yang
beragam, memiliki persamaan yang penting dan mendasar serta kesatuan erat yang tak dapat
dipisahkan. Untuk memperjelas masalah ini, Mulla Shadra menggunakan perumpamaan
yang berawal dari filsafat Persia kuno.
Cahaya memiliki misdaq (ekstensi, denotasi) yang banyak. Misdaq-misdaq ini
berbeda dari sisi kekuatan, kelemahan dan keragaman. Silsilah ini berawal dari cahaya lilin
yang lemah, cahaya lampu kecil, cahaya lampu besar hingga berakhir ke cahaya matahari
atau bahkan lebih kuat dari itu. Walaupun cahaya menjelma dalam beragam bentuk dan
persona yang tak terhingga; dari segi ini cahaya sangat banyak jumlahnya, namun segenap
bentuk dan corak memiliki kesatuan dari sisi ke'cahaya'an mereka. Jika kita menempatkan
kegelapan di hadapan cahaya, semua persona cahaya akan serentak dan sepakat sebagai
sesuatu yang mematahkan kegelapan. Ia berpendapat bahwa semua 'yang ada' sejalan dan
laksana rantai yang terkait satu dengan yang lain dalam rangka menentang dan melawan
ketiadaan. 'Yang ada' mencakup Tuhan, malaikat, manusia, langit, bumi, galaksi, binatang,
pohon, tumbuh-tumbuhan, air dan benda-benda padat dan lain sebagainya. Tidak satupun
keluar dari lingkaran kebersamaan dan kesatuan ini.
Prinsip kedua Mulla Shadra menyatakan bahwa hubungan antara sebab dan akibat
merupakan hubungan yang eksis secara khas dan semacam hubungan matematis. Dalam
silsilah angka, misalnya, kita tidak dapat mencabut angka 4 antara 3 dan 5 lalu
menempatkannya di tempat lain. Tempat angka 4 hanya antara 3 dan 5. begitupula hubungan
antara sebab 'A' dan akibatnya 'B'. Hubungan tersebut tidak dapat diubah dikarenakan
sinkronisitas keberadaan di antara keduanya. Hubungan itu tidak dapat diubah.
Tuhan adalah sebab dari 'keberadaan' semua maujud. Oleh sebab itu, hubungan
keberadaanNya dengan maujud lain seperti langit, alam, bumi, manusia dan yang lain adalah
sebuah hubungan keniscayaan. Begitu pula hubungan antara masing-masing akibat-Nya.
Dengan demikian dapat dimengerti bahwa hubungan antara satu maujud dengan yang lain di
alam ini bersifat keniscayaan.
Karena Allah Swt, Maha Bijak dan Maha Mengetahui, Dia telah menciptakan alam
dengan tatanan terbaik yang mungkin terjadi. Mustahil dibayangkan sebuah tatanan yang
lebih baik dari yang ada. Jika mungkin maka pastilah telah diciptakannya. Dalam tatanan
terbaik ini, posisi manusia sangat istimewa. Karena memiliki kehendak, ia berbeda dengan
maujud yang tidak berkehendak atau berkehendak namun berlandaskan insting. Manusia
memiliki kehendak yang bebas dan selalu berada antara dua jalur kebenaran dan kesalahan.
Al-Quran menyatakan, "Telah Kami tunjukkan kepadanya jalan, terkadang ia bersyukur dan
terkadang mengingkari" (QS Al Insan:3). Karena merupakan maujud yang berkehendak
bebas, manusia bisa menjadi salah satu kategori berikut di bawah ini :
a) Hanya memikirkan dorongan syahwat kebinatangan dan mengatur hidupnya berdasarkan
itu. Dengan demikian ia telah merubah dirinya menjadi binatang seperti yang tidak
memikirkan kecuali perut dan libido.
b) Melakukan penghancuran, aniaya dan kezaliman terhadap diri, masyarakat dan Tuhan.
Dengan demikian ia berubah menjadi srigala yang tidak memikirkan selain kebuasan dan
kekejaman.
c) Selalu berpikir untuk menipu orang lain dan mendasari tindakannya dengan itu. Dengan
demikian ia menjadi manusia jelmaan setan
d) Hanya mencari kesempurnaan, kejernihan dan kebersihan. Menghiasi jiwa dengan nilai-
nilai kesempurnaan dengan menambah pengetahuan dan beramal salih. Ia adalah manusia
yang menjadi malaikat.
Oleh sebab itu dalam tatanan terbaik alam semesta ini, hanya manusia yang memiliki
peranan yang menentukan dan Tuhan menyerahkan pembentukan alam ciptaan sesuai dengan
kehendaknya. Hanya manusia yang dapat menyampaikan tatanan terbaik ini ke posisi
semestinya dan hanya ia pula yang dapat mendatangkan kerusakan di dalamnya. Itulah
harmoni yang sesungguhnya di dalam tatanan keberadaan. Dengan demikian ia menjadi
khalifah Tuhan di muka bumi dan cermin seutuhnya Tuhan. Atau sebaliknya, dengan
menginjak nilai-nilai moral dan spiritual, ia jatuh ke lembah terdalam kehinaan.
Prinsip ketiga filsafat Mulla Shadra menyatakan bahwa segenap maujud di alam
semesta, baik yang material maupun yang metafisikal, kesemuanya adalah tampilan dan
jelmaan Tuhan. Semua laksana cermin menampakkan Tuhan di dalamnya. Poin lain adalah
bahwa sebenarnya jelmaan dan pemunculan Tuhan tidak berbilang dan beragam. Dengan
ungkapan lain, Tuhan tidak memiliki lebih dari satu jelmaan dalam tahapan kreasi dan aksi.
Sebagai contoh jika kita memancarkan cahaya dari atas ke sejumlah kaca dengan warna yang
beragam, cahaya yang terpentul ke benda-benda lain melewati kaca-kaca tersebut akan
menjadi beragam sebanyak warna yang ada pada kaca-kaca tadi. Padahal hanya ada satu
cahaya yang dipancarkan. Mulla Shadra berpandangan bahwa jelmaan dan emanasi Tuhan ke
alam semesta hanya satu. Namun karena terkena pada banyak hal, menjadi beragam dan
banyak.
Contoh lain Mulla Shadra mengenai hal ini dinukil dari Ibnu Arabi. Manusia
memproduksi suara dengan cara melewatkan nafas yang keluar dari paru-paru melalui
banyak titik yang berbeda; lidah, gigi dan bibir. Susunan suara menjadi ribuan kata, susunan
kata menjadi kalimat, susunan kalimat menjadi media komuniklasi yang dapat memindahkan
ide, pandangan dan informasi yang tertutup di hati. Akan tetapi kesemuanya itu tidak lain
hanya nafas yang keluar dari paru-paru manusia. Perbedaan hanya disebabkan karena nafas
tersebut dalam perjalanannya telah membentur dinding dan permukaan yang berbeda-beda di
mulut manusia.
Prinsip keempat Mulla Shadra adalah bahwa setiap maujud alam ini, yang berada di
martabat dan level keberadaan manapun, memiliki semua sifat kesempurnaan. Sifat-sifat
kesempurnaan mengalir di segenap maujud alam ini baik yang material maupun yang tidak.
Itu karena semua sifat kesempurnaan adalah eksisten (bersifat ada). Maka, setiap 'yang ada'
pasti memiliki sifat kesempurnaan. Semua mencintai Tuhan sebagai pelopor cahaya,
kebaikan dan sebagai kekasih yang mereka semua menujuNya. Mereka tidak kunjung tenang
sebelum mencapai cahaya, kesenangan dan kesempurnaan absolut, yaitu Allah SWT.
Kesemua makhluk itu bertutur kata dengan mengingatNya, bertasbih, dan bersujud
kepadaNya; sebagaimana Al-Quran menjelaskan:
"Tidak satupun makhluk kecuali bertasbih dengan memujiNya akan tetapi kalian tidak
mengerti tasbih mereka" (Al-Israa': 44)
"Dan kepada Allah sajalah bersujud segala apa yang berada di langit dan semua makhluk
yang di bumi…" (An-Nahl: 49)
D. ETIKA TERHADAP LINGKUNGAN
Etika lingkungan merupakan bagian dari kebijaksanaan yang ditentukan oleh manusia
dalam bergaul dengan lingkungannya. Etika lingkungan mengendalikan kegiatan manusia
yang berhubungan dengan pemanfaatan dan pelestarian lingkungan. Berdasarkan kebutuhan
manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat berdiri sendiri.
TIGA TEORI ETIKA LINGKUNGAN
a. Antroposentrisme
Teori antroposentrisme berpendapat bahwa manusia adalah pusat dari alam semesta.
Manusia memiliki hak, kepentingan dan nilai atas alam. Sehingga manusia memiliki
kebebasan penuh untuk memanfaatkan alam, mengeksploitasinya untuk pemenuhan
kebutuhan manusia. Karena manusia adalah penguasa tunggal atas alam.
Teori ini diperkuat dengan paradigma ilmu Cartesian yang bersifat mekanistik
reduksionis, dimana adanya pemisahan yang tegas antara manusia sebagai subjek dan
alam sebagai objek ilmu pengetahuan yang menyebabkan terjadinya pemisahan antara
fakta dengan nilai. Adalah tidak relevan jika menilai baik buruk ilmu pengatahuan
dan teknologi beserta segala dampaknya dari segi moral dan agama.
Antroposentrisme melahirkan sikap dan perilaku eksploitatif tanpa kepedulian sama
sekali terhadap alam.
b. Biosentrisme
Teori biosentrisme memandang setiap bentuk kehidupan dan makhluk hidup memiliki
nilai dan berharga bagi kehidupan dan makhluk hidup memiliki nilai dan berharga
bagi dirinya sendiri sehingga pantas dan perlu mendapat penghargaan dan kepedulian
moral atas nilai dan harga dirinya itu, terlepas apakah ia bernilai tidak bagi manusia.
Harus ada perluasan lingkup diberlakukannya etika dan moralitas untuk mencakup
seluruh kehidupan di alam semesta. Etika seharusnya tidak lagi dipahami secara
terbatas dan sempit yang berlaku pada komunitas manusia, tetapi etika berlaku bagi
seluruh komunitas biotic, baik manusia maupun makhluk hidup lainnya.
c. Ekosentrisme
Teori Ekosentrisme mengembangkan wilayah pandangan etika pada seluruh
komunitas ekologis, baik yang hidup maupun tidak. Secara ekologis, sistem alam
semesta dibentuk dan disusun oleh sistem hidup (biotic) dan benda-benda abiotik
yang saling berinteraksi satu sama lin. Masing-masing saling membutuhkan dan
memiliki fungsi yang saling mengisi dan melengkapi. Kewajiban dan tanggung jawab
moral tidak hanya dibatasi pada makhluk hidup, melainkan juga berlaku bagi seluruh
entenitas ekologis.
Implementasinya yaitu gerakan Deep Ecology (DE) yang mengupayakan aksi-aksi
konkret dari prinsip moral etika ekosentrisme secara komprehenseif menyangkut
seluruh kepentingan elemen ekologis, tidak sekedar sesutau yang instrumental dan
ekspansif seperti pada antroposentrisme.
Kaitannya dengan ekologi, adanya paham environmentalisme yang berkeyakinan
bahwa lingkungan haruslah dipertahankan dan dilindungi dari kerusakan akibat ulah
manusia. Pandangan ini terdisi dari pandangan pragmatic yaitu untuk mengeksploitasi
berbagai sumber daya alam, sumber-sumber itu terkadang harus dilestarikan, pandangan
kedua yaitu preservasionisme dimana melibatkan perubahan cara berfikir yang lebih
fundamental, gagasan bahwa alam memiliki nilai intrinsic dan harus dilindungi demi alam itu
sendiri.
Beberapa contoh tindakan tindakan yang sesuai dengan etika lingkungan adalah sebagai
berikut:
1. Membuang sampah (missal bungkus permen) pada tempatnya. Jika belum ditemukan
tempat sampah, bungkus permen itu hendaknya dimasukkan ke saku terlebih dahulu
sebelum di buang pada tempatnya.
2. Menggunakan air secukupnya. Jika tidak sedang digunakan, matikan keran. Dari
keran yang menetes selama semalam, dapat ditampung air sebanyak 5- 10 liter, cukup
untuk minum bagi dua orang dalam sehari. Ingat, sesungguhnya air itu tidak hanya
untuk manusia, tetapi juga untuk makhluk hidup lainnya.
3. Hemat energi. Mematikan lampu listrik jika tidak digunakan. Jika kamu memasak air,
kecilkan api kompor tersebut segera setelah air mendidih. Menurut hukum fisika, jika
air mendidih, suhunya tidak dapat ditingkatkan lagi. Menggunakan api kompor besar
ketika air sudah mendidih hanya memboroskan bahan bakar.
4. Tidak membunuh hewan yang ada di lingkungan, menangkap, atau memeliharanya.
5. Tidak memetik daun, bunga, ranting, atau menebang pohon tanpa tujuan yang jelas
dan bermanfaat.
6. Gemar menanam bunga, merawat tanaman, melakukan penghijauan.
7. Mencegah terjadinya pencemaran lingkungan
8. Mengembalikan hewan atau tumbuhan ke habitat aslinya.
. Etika dan hukum islam yang membahas tentang lingkungan dikenal dengan istilah
Fiqih Lingkungan (Fiqh Al-Bi’ah). Beberapa firman Allah SWT yang memperkuat keharusan
akan menjalankan Etika Lingkungan adalah :
Sesungguhnya yang menyuruh berbuat kebaikan dan tidak membuat kerusakan (QS 7:35;56)
Menghormati segala makhluk di bumi karena mereka juga umat seperti halnya manusia (QS
6:38)
Sebagai khalifah manusia telah sanggup menerima amanah, sedangkan makhluk yang lain
seperti langit, bumi, dan gunung-gunung enggan menerimanya (QS 33:72).
Surat Al-Baqarah ayat 26-27 Allah SWT berfirman yang artinya “(yaitu) orang-orang yang
melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang
diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya dan berbuat kerusakan di
muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi”.
Surat Al a`raf ayat 56 yang artinya : “Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi,
sesudah Allah memperbaikinya dan berdo`alah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan
diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada
orang-orang yang berbuat baik”
Mengapa manusia harus menjalankan Etika Lingkungan?
Karena tanpa menjalankan Etika Lingkungan, maka lingkungan akan menjadi rusak.Padahal
manusia, sebagai khalifah di bumi ini wajib menjaga dan melestarikan lingkungan. Seperti
yang ditulis Prof. Mustafa Abu Sway, pada tahun 1998 tentang Towards an Islamic
Jurisprudence of the Environment (Fiqh al-Bi’ah fil-Islam), memasukkan khalifah sebagai
kategori pertama antara hubungan manusia dengan lingkungan.
Mohammad Idrus menulis tentang tahapan-tahapan beragama secara tuntas dapat
menjadi sebuah landasan etika lingkungan dalam perspektif Islam.Pertama ta`abbud.Bahwa
menjaga lingkungan adalah merupakan impelementasi kepatuhan kepada Allah.Karena
menjaga lingkungan adalah bagian dari amanah manusia sebagai khalifah. Bahkan dalam
ilmu fiqih menjaga kelestarian dan keseimbangan lingkungan berstaus hukum wajib karena
perintahnya jelasa baik dalam Al Qur`an maupun sabda Rasulullah Saw. Menurut Ali Yafie
masalah lingkungan dalam ilmu fiqih masuk dalam babjinayat (pidana) sehingga jika ada
orang yang melakukan pengrusakan terhadap lingkungan dapat dikenakan sangsi atau
hukuman. Kedua, ta`aqquli.Perintah menjaga lingkungan secara logika dan akal pikiran
memiliki tujuan yang sangat dapat difahami.Lingkungan adalah tempat tinggal dan tempat
hidup makhluk hidup. Lingkungan alam telah didesain sedemikian rupa oleh Allah dengan
keseimbangan dan keserasiaanya serta saling keterkaitan satu sama lain. Apabila ada ketidak
seimbangan atau kerusakan yang dilakukan manusia. Maka akan menimbulkan bencana yang
bukan hanya akan menimpa manusia itu sendiri tetapi semua makhluk yang tinggal dan hidup
di tempat tersebut akan binasa. Ketiga, takhalluq.Menjaga lingkungan harus menjadi akhlak,
tabi`at dan kebiasaan setiap orang. Karena menjaga lingkungan ini menjdi sangat mudah dan
sangat indah manakala bersumber dari kebiasaan atau keseharian setiap manusia sehingga
keseimbangan dan dan kelestarian alam akan terjadi dengan dengan sendirinya tanpa harus
ada ancaman hukuman dan sebab-sebab lain dengan iming-iming tertentu.
Lalu, beberapa etika terhadap lingkungan secara luas yaitu :
1. Sikap Hormat terhadap Alam (Respect For Nature)
Di dalam AlQur’an surat Al-Anbiya 107, Allah SWT berfirman:
“Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.”
Rahmatan lil alamin bukanlah sekedar motto Islam, tapi merupakan tujuan dari Islam
itu sendiri.Sesuai dengan tujuan tersebut, maka sudah sewajarnya apabila Islam menjadi
pelopor bagi pengelolaan alam dan lingkungan sebagai manifestasi dari rasa kasih bagi alam
semesta tersebut.Selain melarang membuat kerusakan di muka bumi, Islam juga mempunyai
kewajiban untuk menjaga lingkungan dan menghormati alam semesta yang mencakup jagat
raya yang didalamya termasuk manusia, tumbuhan, hewan, makhluk hidup lainnya, serta
makhluk tidak hidup.
Hormat terhadap alam merupakan suatu prinsip dasar bagi manusia sebagai bagian
dari alam semesta seluruhnya.Seperti halnya, setiap anggota komunitas sosial mempunyai
kewajiban untuk menghargai kehidupan bersama (kohesivitas sosial), demikian pula setiap
anggota komunitas ekologis harus menghargai dan menghormati setiap kehidupan dan
spesies dalam komunitas ekologis itu, serta mempunyai kewajiban moral untuk menjaga
kohesivitas dan integritas komunitas ekologis, alam tempat hidup manusia ini.Sama halnya
dengan setiap anggota keluarga mempunyai kewajiban untuk menjaga keberadaan,
kesejahteraan, dan kebersihan keluarga, setiap anggota komunitas ekologis juga mempunyai
kewajiban untuk menghargai dan menjaga alam ini sebagai sebuah rumah tangga.
2. Prinsip Tanggung Jawab (Moral Responsibility For Nature)
Terkait dengan prinsip hormat terhadap alam di atas adalah tanggung jawab moral
terhadap alam, karena manusia diciptakan sebagai khalifah (penanggung jawab) di muka
bumi dan secara ontologis manusia adalah bagian integral dari alam. Sesuai dengan firman
Allah dalam surah al Baqarah : 30
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi.”
Kenyataan ini saja melahirkan sebuah prinsip moral bahwa manusia mempunyai
tanggung jawab baik terhadap alam semesta seluruhnya dan integritasnya, maupun terhadap
keberadaan dan kelestariannya Setiap bagian dan benda di alam semesta ini diciptakan oleh
Tuhan dengan tujuannya masing-masing, terlepas dari apakah tujuan itu untuk kepentingan
manusia atau tidak. Oleh karena itu, manusia sebagai bagian dari alam semesta, bertanggung
jawab pula untuk menjaganya.
3. Solidaritas Kosmis (Cosmic Solidarity)
Terkait dengan kedua prinsip moral tersebut adalah prinsip solidaritas.Sama halnya
dengan kedua prinsip itu, prinsip solidaritas muncul dari kenyataan bahwa manusia adalah
bagian integral dari alam semesta. Lebih dari itu, dalam perspektif ekofeminisme, manusia
mempunyai kedudukan sederajat dan setara dengan alam dan semua makhluk lain di alam ini.
Kenyataan ini membangkitkan dalam diri manusia perasaan solider, perasaan
sepenanggungan dengan alam dan dengan sesama makhluk hidup lain.
4. Prinsip Kasih Sayang dan Kepedulian terhadap Alam (Caring For Nature)
Sebagai sesama anggota komunitas ekologis yang setara, manusia digugah untuk
mencintai, menyayangi, dan melestarikan alam semesta dan seluruh isinya, tanpa
diskriminasi dan tanpa dominasi.Kasih sayang dan kepedulian ini juga muncul dari kenyataan
bahwa sebagai sesama anggota komunitas ekologis, semua makhluk hidup mempunyai hak
untuk dilindungi, dipelihara, tidak disakiti, dan dirawat. Sebagaimana dimuat dalam sebuah
Hadis shahih yang diriwayatkan oleh Shakhihain:
“Dari Anas radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tidak
seorang pun muslim yang menanam tumbuhan atau bercocok tanam, kemudian buahnya
dimakan oleh burung atau manusia atau binatang ternak, kecuali yang dimakan itu akan
bernilai sedekah untuknya.”
Dalam hadis lain dijelaskan
“Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Jauhilah dua perbuatan yang mendatangkan laknat!” Sahabat-sahabat bertanya, ”Apakah
dua perbuatan yang mendatangkan laknat itu?” Nabi menjawab, “Orang yang buang air
besar di jalan umum atau di tempat berteduh manusia”
Secara khusus, etika terhadap flora dan fauna, diantaranya :
Mendirikan cagar alam dan suaka margasatwa.
Melarang kegiatan perburuan liar.
Menggalakkan kegiatan penghijauan
Reboisasi atau penanaman kembali hutan yang gundul.
Melarang pembabatan hutan secara sewenang-wenang.
Menerapkan sistem tebang pilih dalam menebang pohon.
Menerapkan sistem tebang–tanam dalam kegiatan penebangan hutan.
Tidak membunuh hewan yang ada di lingkungan, menangkap, atau memeliharanya.
Tidak memetik daun, bunga, ranting, atau menebang pohon tanpa tujuan yang jelas dan
bermanfaat
Gemar menanam bunga, merawat tanaman, melakukan penghijauan.
Mengembalikan hewan atau tumbuhan ke habitat aslinya.
Etika terhadap Air, terutama laut, pantai dan sungai, diantaranya :
Menanggulangi kasus pencemaran.
Mengawasi bahan berbahaya dan beracun (B3).
Melakukan reklamasi pantai dengan menanam kembali tanaman bakau di areal sekitar pantai.
Melarang pengambilan batu karang yang ada di sekitar pantai maupun di dasar laut, karena
karang merupakan habitat ikan dan tanaman laut.
Melarang pemakaian bahan peledak dan bahan kimia lainnya dalam mencari ikan.
Melarang pemakaian pukat harimau untuk mencari ikan
Menggunakan air secukupnya. Jika tidak sedang digunakan, matikan keran. Dari keran yang
menetes selama semalam, dapat ditampung air sebanyak 5- 10 liter, cukup untuk minum bagi
dua orang dalam sehari. Ingat, sesungguhnya air itu tidak hanya untuk manusia, tetapi juga
untuk makhluk hidup lainnya.
Dan untuk Etika terhadap Energi adalah hemat energi. Mematikan lampu listrik jika
tidak digunakan. Jika kamu memasak air, kecilkan api kompor tersebut segera setelah air
mendidih. Menurut hukum fisika, jika air mendidih, suhunya tidak dapat ditingkatkan lagi.
Menggunakan api kompor besar ketika air sudah mendidih hanya memboroskan bahan bakar.
E. SIKAP MUSLIM MENGHADAPI KEMAJUAN IPTEK
Bagi orang beriman, iman dan ilmu harus seimbang. Iman merupakan kompas
sehingga orang beriman tidak kehilangan arah, dan tidak akan melupakan Allah SWT sebagai
penciptanya. Kemajuan ilmu pengetahuan dan pesatnya peradaban di dunia ini bagi umat
muslim tidaklah akan melupakan dirinya untuk mempersiapkan bekal kehidupan yanag kekal
di akhirat. Dalam mengukur kemajuan, umat mukminin, tidak melihat hanya pada sisi
peradaban dunia belaka, tapi bagaimana kehidupan mereka sekaligus dapat menjalankan
ajaran agamanya (mengikuti Al Qur’an dan Sunnah), di samping kemajuan di dunia ini.
Dalam rangka ini hendaklah kaum muslimin tidak tertinggal di bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi dengan upaya-upaya berikut :
a. Cekatan Menciptakan Alat
Al Qur’an menyebutkan ‘allama bil qalam (Tuhan mengajar manusia dengan qalam)
apa yang belum diketahuinya. Qalam artinya alat tulis. Bahwa Tuhan mengajar manusia
tanpa qalam bisa saja, tapi Dia hendak mendidik manusia untuk menulis dan membaca.
Tulisan membantu manusia untuk menyimpan ilmu dan mengembangkannya. Manusia dapat
saja menghafal banyak ilmu, tapi kemampuan daya ingat manusia terbatas, sehingga tanpa
alat tulis, ilmu tidak dapat disimpan lama dan tidak dapat cepat menyebar.
Sudahkah umat Islam menemukan dan menciptakan alat? Kemajuan zaman ditandai
dengan ditemukannya alat-alat yang kini dikenal dengan teknologi. Siapapun masyarakat
yang terus mencari dan menemukan alat-alat, akan hidup lebih mudah dan maju pesat dalam
peradaban.
b. Menghargai Waktu
Ibarat pedang, kalau tak pandai memakainya, bisa melukai diri sendiri. Demikianlah
pula waktu, kalau tak cerdas menggunakannya akan berbahaya. Masyarakat maju adalah
masyarakat yang pandai dan amat menghargai waktu. Bagi pebisnis, waktu diibaratkan uang.
Sedikit lengah menggunakan waktu, akan mengakibatkan kerugian. Tapi waktu dapat
menggilas siapa saja yang tak mau menggunakannya dengan baik. Masyarakat yang santai,
malas-malasan dan tak pandai menggunakannya bukan saja takkan maju, tapi juga akan
tertinggal dan akan tergilas oleh zaman.
Untuk menghargai dan memberikan arti yang tinggi, Allah SWT sering bersumpah
menggunakan ungkapan “Demi Waktu”. Demi Waktu Malam, Waktu Siang, Waktu Subuh,
Waktu Dhuha, Demi Waktu Ashar, dsb. Maka sebagai umat Islam, sudahkah kita
memanfaatkan waktu sebaik-baiknya? Jawabannya akan dibuktikan oleh kemajuan yang
telah dan akan kita capai.
c. Memiliki Etos Kerja yang Kuat
Orang-orang Islam, terutama yang berada di wilayah-wilayah yang subur dan makmur
tidak suka bekerja keras, dan tak tahan menghadapi kesulitan. Di Indonesia, dimana
penduduknya mayoritas umat Islam memiliki tanah yang subur sehingga diibaratkan dengan
tongkat yang dilempar saja ke tanah akan tumbuh sebagai tanaman.
Di daerah-daerah berpenduduk muslim, seperti negeri Arab dan kawasan Teluk yang
makmur dengan petrodolarnya, masyarakatnya tidak maksimal bekerja. Belum pernah kita
mendengar akhir-akhir ini ada penemuan baru di bidang teknologi yang dihasilkan oleh orang
muslim disana. Negara-negara yang maju di bidang iptek dan peradaban adalah negara-
negara di mana masyarakatnya suka bekerja keras, memiliki etos kerja yang tinggi, tekun dan
sungguh-sungguh menghadapi berbagai kesulitan. Hasil dari bersulit-sulit menciptakan
berbagai alat adalah kemudahan-kemudahan, yang kini dinikmati bukan saja oleh mereka
yang menemukannya, melainkan untuk kemakmuran bagi seluruh umat manusia. Al Qur’an
mengatakan bahwa di samping kesulitan itu pasti ada kemudahan. Dinyatakan dalam QS. 94
(Al-Nasyrah): 5-8.
Secara lebih spesifik, integrasi pendidikan imtak dan IPTEK ini diperlukan karena
empat alasan yang berupa:
Pertama, sebagaimana telah dikemukakan, IPTEK akan memberikan berkah dan
manfaat yang sangat besar bagi kesejahteraan hidup umat manusia bila IPTEK disertai oleh
asas iman dan takwa kepada Allah SWT. Sebaliknya, tanpa asas imtak, IPTEK bisa
disalahgunakan pada tujuan-tujuan yang bersifat destruktif. IPTEK dapat mengancam nilai-
nilai kemanusiaan. Jika demikian, IPTEK hanya absah secara metodologis, tetapi batil dan
miskin secara maknawi.
Kedua, pada kenyataannya, iptek yang menjadi dasar modernisme, telah
menimbulkan pola dan gaya hidup baru yang bersifat sekularistik, materialistik, dan
hedonistik, yang sangat berlawanan dengan nilai-nilai budaya dan agama yang dianut oleh
bangsa kita.
Ketiga, dalam hidupnya, manusia tidak hanya memerlukan kebutuhan jasmani tetapi
juga membutuhkan kebutuhan spiritual. Oleh karena itu, penekanan pada salah satunya,
hanya akan menyebabkan kehidupan menjadi berat sebelah dan menyalahi hikmat
kebijaksanaan Allah SWT yang telah menciptakan manusia dalam kesatuan jiwa raga, lahir
dan bathin, dunia dan akhirat.
Keempat, imtak menjadi landasan dan dasar paling kuat yang akan mengantar
manusia menggapai kebahagiaan hidup. Tanpa dasar imtak, segala atribut duniawi, seperti
harta, pangkat, iptek, dan keturunan, tidak akan mampu alias gagal mengantar manusia
meraih kebahagiaan. Kemajuan dalam semua itu, tanpa iman dan upaya mencari ridha Tuhan,
hanya akan mengahsilkan fatamorgana yang tidak menjanjikan apa-apa selain bayangan palsu
(Q.S. An-Nur:39). Maka integrasi imtak dan iptek harus diupayakan dalam format yang
tepat sehingga keduanya berjalan seimbang (hand in hand) dan dapat mengantar kita meraih
kebaikan dunia (hasanah fi al-Dunya) dan kebaikan akhirat (hasanah fi al-akhirah) seperti
do’a yang setiap saat kita panjatkan kepada Tuhan (Q.S. Al-Baqarah :201)
Sikap muslim dalam menanggapi IPTEK, tentunya harus menanggapi dengan bijak.
Cara menanggapi IPTEK diantaranya, yaitu :
1. Resesif, kita harus menerimanya dengan bijak. Jangan sampai kita menolaknya
terhadap perkembangan IPTEK. Kemajuan IPTEK itu tidak bisa kita tolak.
2. Selektif, setelah menerima kita harus memilah dan memilih mana yang baik dan
mana yang tidak. Dengan dasar Al-Quran, hadits dan sunnah tentu kita bisa
melakukan hal ini.
3. Digesif, IPTEK itu perlu kita arahkan, tentunya untuk amal ma,ruf nahi munkar.
4. Adaftif, perlu juga kita sesuaikan dengan dengan jati diri kita sebagai muslim
yang sesuai dengan dasar islam.
5. Transmitif, kembangkanlah IPTEK untuk menyiarkan agama islam. Sebagai
contoh dengan adanya Al-Qur’an seluler ataupun digital dan sebagainya.
Kemajuan teknologi adalah sesuatu yang tidak bisa kita hindari dalam kehidupan ini,
karena kemajuan teknologi akan berjalan sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan.
Perkembangan teknologi memang sangat diperlukan.
Setiap inovasi diciptakan untuk memberikan manfaat positif bagi kehidupan manusia.
Memberikan banyak kemudahan, serta sebagai cara baru dalam melakukan aktifitas manusia.
Khusus dalam bidang teknologi masyarakat sudah menikmati banyak manfaat yang dibawa
oleh inovasi- inovasi yang telah dihasilkan dalam dekat terakhir ini. Namun manusia tidak
bisa menipu diri sendiri akan kenyataan bahwa teknologi mendatangkan berbagai efek negatif
bagi manusia.
Oleh karena itu untuk menyikapi terhadap iptek dan untuk mencegah atau mengurangi
akibat negatif kemajuan teknologi, pemerintah di suatu negara harus membuat peraturan-
peraturan atau melalui suatu konvensi internasional yang harus dipatuhi oleh pengguna
teknologi.
Di era globalisasi mendobrak dan memaksa manusia untuk memahami teknologi
terbaru yang sangat canggih dan banyak bermanfaat dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari
dan ilmu pengetahuan teknologi sangat berpengaruh dan penurunan intensitas moral sangat
pesat menghancurkan mental manusia. Oleh karena itu, manusia butuh penyelarasan dalam
menggunakan IPTEK.
III. KESIMPULAN
IPTEK merupakan dasar dan fondasi yang menjadi penyangga bangunan peradaban
moderen barat sekarang ini. Masa depan suatu bangsa akan banyak ditentukan oleh tingkat
penguasaan bangsa itu terhadap Iptek. Suatu masyarakat atau bangsa tidak akan memiliki
keunggulan dan kemampuan daya saing yang tinggi, bila ia tidak mengambil dan
mengembangkan IPTEK. Bisa dimengerti bila setiap bangsa di muka bumi sekarang ini,
berlomba-lomba serta bersaing secara ketat dalam penguasaan dan pengembangan IPTEK
dan diakui bahwa disatu sisi, telah memberikan berkah dan anugerah yang luar biasa bagi
kehidupan umat manusia. Namun di sisi lain, IPTEK telah mendatangkan petaka yang pada
gilirannya mengancam nilai-nilai kemanusiaan. Kemajuan dalam bidang IPTEK telah
menimbulkan perubahan sangat cepat dalam kehidupan umat manusia.
Perubahan ini, selain sangat cepat memiliki daya jangkau yang amat luas. Hampir
tidak ada segi-segi kehidupan yang tidak tersentuh oleh perubahan. Perubahan ini pada
kenyataannya telah menimbulkan pergeseran nilai nilai dalam kehidupan umat manusia,
termasuk di dalamnya nilai-nilai agama, moral, dan kemanusiaan. Selain itu, kerusakan
lingkungan pun tidak dapat dihindarkan akibat kemajuan IPTEK ini. Setidaknya ada etika-
etika lingkungan yang wajib kita hargai untuk mengimbangi hal tersebut.
IV. DAFTAR PUSTAKA
www.blog.umy.ac.id
www.famousscientist.org
ww.alhassanain.com/indonesian/articles/articles/Philosophy_and_gratitude_library/prinsip_prinsip_islam
http://psl.uii.ac.id/berita/penelitian/etika-lingkungan-dalam-mengatasi-kerusakan-lingkungan-
hidup.html
Shihab, Quraisy. Membumikan Al Qur`an. Bandung: Mizan, 1999
Yafli, Ali. Menjaga alam wajib hukumnya, Jakarta: Republika, 2007
Theria Wasim, Alef. Ekologi Agama dan Studi Agama-agama, Yogyakarta: Oasis Pulisher, 2005.
Departemen Agama RI. Al Qur`an dan Terjemahnya. Surakarta: Media Insani Publishing, 2007.
Ahmad, Abdullah bin Muhammad bin Hanbal. Musnad Imam Ahmad (terj). Jakarta: Pustaka Azzam, 2006.
M. Mangunjaya, Fachruddin dkk. Menanam sebelum kiamat. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2007.
Fakhruddin, Ahmad. Sebuah Renungan tentang Fiqih Lingkungan.Jakarta : Republika, 2010