makala h

18
KATA PENGANTAR Pertama-tama kami mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah memberkahi kami sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini dan berbagai sumber yang telah kami gunakan sebagai data dan fakta pada makalah ini. Makalah ini memuat tentang “Nasionalisme di Kalangan Politisi” dan sengaja dipilih karena menarik untuk dicermati. Kami mengakui bahwa kami adalah manusia yang mempunyai keterbatasan dalam berbagai hal. Oleh karena itu tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan sangat sempurna. Begitu pula dengan makalah ini yang telah kami selesaikan. Tidak semua hal dapat kami analisa dengan sempurna dalam karya tulis ini. Kami melakukannya semaksimal mungkin dengan kemampuan yang kami miliki. Di mana kami juga memiliki keterbatasan kemampuan. Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan kita. Terima kasih. Penulis 1

Upload: gopan-irvan

Post on 24-Nov-2015

22 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah memberkahi kami sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini dan berbagai sumber yang telah kami gunakan sebagai data dan fakta pada makalah ini.

Makalah ini memuat tentang Nasionalisme di Kalangan Politisi dan sengaja dipilih karena menarik untuk dicermati. Kami mengakui bahwa kami adalah manusia yang mempunyai keterbatasan dalam berbagai hal. Oleh karena itu tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan sangat sempurna. Begitu pula dengan makalah ini yang telah kami selesaikan. Tidak semua hal dapat kami analisa dengan sempurna dalam karya tulis ini. Kami melakukannya semaksimal mungkin dengan kemampuan yang kami miliki. Di mana kami juga memiliki keterbatasan kemampuan.

Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan kita. Terima kasih.

Penulis DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

1DAFTAR ISI

2I PENDAHULUANA. Latar Belakang

3B. Perumusan Masalah.................................................................................

3C. Tujuan Penelitian.....................................................................................

3

II TINJAUAN PUSTAKAA. Nasionalisme

4

B. Partai Politik

5III PEMBAHASAN A. Hal Yang Mempengaruhi Memudarnya Rasa Nasionalisme Para Politisi

9B. Cara Untuk Menguatkan Rasa Nasionalisme Para Politisi

9IV KESIMPULAN

10DAFTAR PUSTAKA

10BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangBanyaknya masalah yang dihadapi oleh Bangsa Indonesia mulai dari masalah kemiskinan, pengangguran, terorisme dan lain sebagainya. Menimbulkan banyak permasalahan, salah satunya adalah rendahnya rasa nasionalisme bangsa Indonesia. Hal ini disebabkan individualis-individualis yang lebih memilih untuk kelangsungan hidupnya dari pada memikirkan hal-hal seperti itu yang dianggapnya tidak penting. Padahal rasa nasionalisme itu sangat penting sekali bagi bangsa Indonesia untuk bisa menjadi bangsa yang aman, adil dan sejahtera. Berbanding terbalik dengan situasi yang terjadi pada sejarah bangsa Indonesia di masa penjajahan Belanda. Bangsa Indonesia mencapai puncak kejayaan rasa nasionalime pada masa tersebut. Dimana pejuang-pejuang terdahulu kita bersatu dari sabang sampai merauke untuk membebaskan diri dari penjajah. Dan telah terbukti kita bisa memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia dengan semangat juang yang tinggi.

Masalah nasionalisme di Indonesia saat ini tengah menghadapi tantangan yang berat, banyaknya korupsi yang terjadi di kalangan elite politik menjadi salah satu tolak ukur bagaimana nasionalisme para elite politik yang menduduki kursi pemerintahan. Sekarang ini partai politik hanya dijadikan sarana guna menduduki kursi pemerintahan. Dengan melihat latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk mengkaji sikap nasionalisme dikalangan para politisi. Dimana nasionalisme ini seharusnya wajib dimiliki setiap anggota partai politik yang saat ini mulai kehilangan rasa nasionalismenya.B. Perumusan MasalahDengan melihat latar belakang di atas maka penulis merumuskan masalah yaitu:

1. Apa yang mempengaruhi para politisi sehingga rasa nasionalismenya memudar? 2. Bagaimana cara untuk menguatkan rasa nasionalisme para politisi?C. Tujuan PenelitianBerdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.1. Mengetahui dan menjelaskan hal hal yang mempengaruhi hilangnya rasa nasionalisme

2. Mengetahui dan menjelaskan cara untuk menguatkan rasa nasionalisme para politisiBAB IITinjauan PustakaA. Nasionalisme 1. PengertianNasionalismeNasionalisme berasal dari kata nation yang berarti bangsa. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Ali dkk., 1994:89), kata bangsa memiliki arti: (1) kesatuan orang yang bersamaan asal keturunan, adat, bahasa, dan sejarahnya serta pemerintahan sendiri; (2) golongan manusia, binatang, atau tumbuh-tumbuhan yang mempunyai asal-usul yang sama dan sifat khas yang sama atau bersamaan; dan (3) kumpulan manusia yang biasanya terikat karena kesatuan bahasa dan kebudayaan dalam arti umum, dan yang biasanya menempati wilayah tertentu di muka bumi. Beberapa makna kata bangsa diatas menunjukkan arti bahwa bangsa adalah kesatuan yang timbul dari kesamaan keturunan, budaya, pemerintahan, dan tempat. Pengertian ini berkaitan dengan arti kata suku yang dalam kamus yang sama diartikan sebagai golongan orang-orang (keluarga) yang seturunan; golongan bangsa sebagai bagian dari bangsa yang besar (ibid, 1994:970).

Beberapa suku atau ras dapat menjadi pembentuk sebuah bangsa dengan syarat ada kehendak untuk bersatu yang diwujudkan dalam pembentukan pemerintahan yang ditaati bersama. Kata bangsa mempunyai dua pengertian: pengertian antropologis-sosiologis dan pengertian politis. Menurut pengertian antropologis-sosiologis, bangsa adalah suatu masyarakat yang merupakan persekutuan-hidup yang berdiri sendiri dan masing-masing anggota masyarakat tersebut merasa satu kesatuan suku, bahasa, agama, sejarah, dan adat istiadat. Pengertian ini memungkinkan adanya beberapa bangsa dalam sebuah negara dan sebaliknya satu bangsa tersebar pada lebih dari satu negara.

Sementara dalam pengertian politis, bangsa adalah masyarakat dalam suatu daerah yang sama dan mereka tunduk kepada kedaulatan negaranya sebagai suatu kekuasaan tertinggi ke luar dan ke dalam. Bangsa (nation) dalam pengertian politis inilah yang kemudian menjadi pokok pembahasan nasionalisme (Nur dalam Yatim, 2001:57-58). Istilah nasionalisme yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia memiliki dua pengertian: paham (ajaran) untuk mencintai bangsa dan negara sendiri dan kesadaran keanggotan dalam suatu bangsa yang secara potensial atau aktual bersama-sama mencapai, mempertahankan, dan mengabadikan identitas, integritas, kemakmuran, dan kekuatan bangsa itu (Op. cit, 1994:684).Dengan demikian, nasionalisme berarti menyatakan suatu kelompok yang didasarkan atas kesamaan bahasa, budaya, dan wilayah. Istilah nasionalis dan nasional, yang berasal dari bahasa Latin yang berarti lahir di, kadangkala tumpang tindih dengan istilah yang berasal dari bahasa Yunani, etnik. Namun istilah yang disebut terakhir ini biasanya digunakan untuk menunjuk kepada kultur, bahasa, dan keturunan di luar konteks politik (Riff, 1995: 193-194).

2. Nasionalisme PancasilaPada prinsipnya nasionalisme Pancasila adalah pandangan atau paham kecintaan manusia Indonesia terhadap bangsa dan tanah airnya yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila. Prinsip nasionalisme bangsa Indonesia dilandasi nilai-nilai Pancasila yang diarahkan agar bangsa Indonesia senantiasa:

1. Menempatkan persatuan kesatuan, kepentingan dan keselamatanbangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau kepentingangolongan

2. Menunjukkan sikap rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara

3. Bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia serta tidak merasa rendah diri

4. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban antara sesama manusia dan sesama bangsa

5. Menumbuhkan sikap saling mencintai sesama manusia

6. Mengembangkan sikap tenggang rasa

7. Tidak semena-mena terhadap orang lain

8. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan

9. Senantiasa menjunjung tinggi nilai kemanusiaan

10. Berani membela kebenaran dan keadilan

11. Merasa bahwa bangsa Indonesia merupakan bagian dari seluruh umat manusia

12. Menganggap pentingnya sikap saling menghormati dan bekerja samadengan bangsa lain.B. Partai Politik1. Pengertian PolitikSecara etimologi politik berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata polistaia. Polis diartikan negara, kota yakni suatu masyarakat yang mampu mengurus diri sendiri atau mandiri, sementara taia berarti urusan. Secara sederhana dari tata bahasanya politik dapat diartikan urusan yang mengurusi masalah negara kota.Menurut para pakar dan ahli politik.

1. Thomas M. Magstadt dan Peter M. Schotten dalam Dorothy (1990), politik adalah segala sesuatu mengenai bagaimana manusia diperintah, yang berkaitan dengan tatanan, kekuasaan, dan keadilan.

2. Cecep Darmawan (2009), politik ialah segala sesuatu yang berkenaan dengan negara, termasuk didalamnya kekuasaan, pengambilan keputusan, kebijakan, maupun pembagian dan pengalokasian nilai-nilai didalam masyarakat yang bersangkutan.

Pengertian politik dapat dilihat dan diklasifikasikan juga dalam ranah-ranah sebagai berikut:1. Politik dalam arti kepentingan,

Politik adalah ilmu yang menjelaskan tentang kepentingan, baik dalam kontek individu, kelompok, cara meraih, merebut, atau memperhatikan kepentingan perorangan maupun kelompok.2. Politik dalam arti kebijakan

Politik adalah aturan main dalam mengurusi masalah kebijakan-kebijakan dalam mempertahankan kepentingan yang dapat diterima oleh berbagai kalangan. Dengan karakteristik terjadinya sebuah pengembangan makna politik, luas dan berkembangnya kajian atau objek ilmu politik.

3. Politik secara institusional

Politik adalah ilmu yang mempelajari lembaga-lembaga politik seperti negara, pemerintah, DPR dsb semuanya terkait dengan kajian ilmu politik.

4. Menurut hakikat politik itu sendiri

Politik adalah ilmu yang meneliti manusia dalam usahanya memperoleh kekuasaan (postulation approach), tentang kehausan kekuasaan, motivasi memperoleh dan menggunakan kekuasaan (psocologys approach) juga sebagai kajian kekuasaan sebagai gejal sosial, dimana kekuasaan itu berlaku atau digunakan sebagai alat untuk menjelaskan keadaan masyarakat (sociologis approach).

2. Konsep Dasar Ilmu Politik

Jika kita kaji lebih dalam mengenai objek kajian ilmu politik maka jawabannya akan sangat banyak dan beragam, namun agar kajiannya menjadi lebih sederhana dan lebih mudah dipahami maka kami akan menguraikan dalam kajian-kajian sebagai berikut:1. Negara

Negara adalah organisasi masyarakat yang memiliki wilayah, memiliki kekuasaan dan diaukui secara de yure dan de facto oleh angotanya (rakyat) juga oleh beberapa negara lain secara sah dan ditaati oleh raakyatnya. Dalam hal ini Negara berfungsi sebagai agen bagi proses pelaksanaan kepentingan politik atau aspirasi masyarakat. Adapun yang menjadi tugas negara dalam hal ini ialah:

a. mengendalikan dan mengatur gejala-gejala kekuasaan pada masyarakat

b. mengorganisir dan mengintegrasikan kegiatan manusia dan golongan-golongan kearah tercapainya tujuan-tujuan dari masyarakat umum.

2. Kekuasaan

Kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau kelompok manusia untuk memengaruhi tingkah laku seseorang atau kelompok lain dengan sedemikian rupa sehingga tingkah lakunya sesusi dengan yang dinginkan oleh orang atau kelompok yang memepengaruhinya (Miriam Budiardjo,1992:35). Dalam hal ini kekuasaan juga jelas sangat terkait erat dengan politik. Kekuasaan menjadi objek yang cukup vital dalam kajian politik. Dan selama kekuasaan itu diingikan untuk ada maka selama itu pula politik akan tetap ada dalam kehidupan umat manusia.

3. Kebijakan dan Pengambilan Keputusan

Berpolitik adalah bertindak sesuai dengan kondisi dan situasi tertentu dalam mengarahkan tindakan pada sebuah tujuan. Dalam hal ini perlu diketahui bahwa politik merupakan alternatif yang diterapkan untuk mencapai suatu tujuan, salah satunya tujuan untuk mengangkat seorang pemimpin, maka politiklah alternatifnya.

4. Konflik dan Kerjasama

Hal ini pula yang cukup menjadi sorotan penting dalam kajian ilmu politik. Karena manusia itu pada dasarnya memiliki keinginan dan harapan masing-masing serta diberkahi cara pandang yang berbeda maka hal ini akan mengakibatkan kemungkinan munculnya kerjasama atau sebaliknya konflik. Dalam dunia perpolitikan hal ini sangat mungkin terjadi. Namun itu adalah hal yang wajar dan alamiah.

3. Definisi partai politik.

Menurut Carl J. Friedrich, partai politik adalah sekelompok manusia yang teroragisir secara stabil dengan tujuan untuk merebut atau mempertahankan kekuasaan terhadap pemerintahan (bagi pimpinan partainya), dimana kekuasaan ini akan memberikan manfaat yang bersifat idiil dan materil kepada anggota partainya.Partai politik adalah sekelompok warga negara yang sedikit banyak terorganisir, yang bertindak sebagai suatu kesatuan politik dan yang memanfaatkan kekuasaannya dengan tujuan untuk menguiasai pemerintah dan melaksanakan kebijakan umum mereka.Sigmun Meuman mengartikan partai politik sebagi organisasi dari aktivis-aktivis politik yang berusaha untuk mengusai kekuasaan didalam pemerintahan serta merebut dukungan rakyat, yang didasari oleh persaingan dengan suatu golongan atau golongan-golongan lain yang mempunyai pandangan yang berbeda.

Tujuan dan fungsi partai poltik

Tujuan partai politik sesuai dengan yang tertuang dalam Undang-Undang No. 2 tahun 2008,

1. Tujuan umum:

a. Mewujudkan cita-cita nasional bangsa

b. Menjaga dan memelihara keutuhan NKRI

c. Mengembangkan kehidupan demokrasi berdasarkan pancasila

d. Mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat indonesia

2. Tujuan khusus:

a. Meningkatkan partisipasi politik anggota dan masyarakat dalam rangka penyelenggaraan kegiatan politik dan pemerintaan

b. Memperjuangkan cita-cita partai politik dalam kehidupam bermasyarakat,berbangsa dan bernegara

c. Membangun etika dan budaya politik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Fungsi Partai politik:

1. Sebagai sarana komunikasi politik

2. Sebagai sarana sosialisasi politik

3. Sebagai sarana rekrutmen politik

4. Sebagai sarana pengatur konplik

BAB IIIPembahasan A. Hal Yang Mempengaruhi Memudarnya Rasa Nasionalisme Para PolitisiMunculnya globalisasi juga berdampak pada aspek ekonomi. Yakni, semakin hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri. Halliday (1994) mengungkapkan bahwa globalisasi dapat menjadi ancaman bagi nasionalisme, namun dapat juga menghasilkan nasionalisme. Globalisasi menyebabkan semakin abstraknya batas-batas yang ada dunia, sehingga mampu mengancam identitas lokal yang secara mudah berintegrasi dengan identitas lainnya. Sebab, sudah semakin banyaknya produk luar negeri yang diimpor oleh para politisi sebagai suatu bentuk kebijakan, yang membanjiri dunia pasar di Indonesia. Politisi kita, banyak yang lupa mengenai identitas diri sebagai bangsa Indonesia. Karena sikap individualisme mereka, yang membuat lupa dengan masyarakat mereka.

Kapitalisme benar-benar sudah meracuni para politisi, secara jelas terlihat di kalangan politisi. Kapitalisme menimbulkan kesenjangan sosial yang sangat tinggi. Rasa nasionalisme telah hilang dimana seharusnya rasa kebersamaan, rasa sepenanggunganyang dulu pernah ada sekarang secara umum telah hilang. Kapitalisme telah memicu KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) meraja lela. Sungguh keadaan yang sangat memprihatinkan melihat indonesia sekarang ini dikuasai sistem kapitalis, sistem yang merusak bangsa dan menyengsarakan masyararakat.B. Cara Untuk Menguatkan Rasa Nasionalisme Para Politisi.Untuk menguatkan rasa nasionalisme para politisi maka perlu adanya pengawasan yang sangat ketat terhadap para politisi yang menjabat sebagai stakeholder. Dengan adanya pengawasan maka tindakan-tindakan yang tidak nasionalis akan mendapat larangan yang keras. Sanksi yang keras terhadap para politisi ini, dengan sanksi yang keras diharapkan mampu menambah rasa nasionalisme para politisi yang duduk di pemerintahan. Dengan adanya sanksi yang keras para politisi akan berfikir ulang untuk melakukan tindakan-tindakan yang tidak bersifat nasionalis.BAB IVKESIMPULANRasa nasionalisme para politisi di Indonesia tengah mengalami penurun yang sangat hebat, adanya globalisasi dan kapitalisme membuat rasa nasionalisme para politisi menurun. Untuk menanggulangi hal tersebut perlu adanya pengawasan dan sanksi yang keras untuk mengontrol rasa nasionalisme para politisi.DAFTAR PUSTAKAAli, Lukman. Dkk. 1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.Friedrich, Carl J. 1963. Man and His Government. New York: McGraw Hill.Darmawan, Cecep.2009. Memahami Demokrasi Perspektif Teoris dan Empiris. Bandung: Pustaka Aulia Press.

Hallday, J. 1994. Nationalism in Baylis, John & Smith, Steve (eds.). The Globalization of World Politics, 2nd edition, Oxford University Press, pp. 440-455Miriam, Budiardjo. 1991. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama. Pickles, Dorothy. 1990. Pengantar Ilmu Politik. Jakarta. Rineka Cipta.Ryff, D. & Keyes, C. L. 1995. The Structure of Psychological Well-Being Revisited. Journal of Personality and Social Psychology, 69. 719-727.

Yatim, Riyanto. 2001 Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya : SICNasionalisme di Kalangan PolitisiMakalah

Nama : Irvan Nur RidhoNIM : 201320270211028 Magister Sosiologi

Pascasarjana Universitas Muhammadiyah

Malang

2014

6