makala h
DESCRIPTION
kTRANSCRIPT
“MISTERI JALALAIN”
MAKALAH OLEH:
1. WAHID BASYARI
2. SURATIN
3. SUPARNO
Disampaikan
Sebagai Tugas Mata kuliah Tafsir Al-Qur’an
Program Pasca sarjana UnsiQ
Program MPdI
I. MUKODIMAH
Tafsir jalalain merupakan karya besar dari dua orang mufasir yang
cukup terkenal pada zamannya hingga abad sekarang. Karya beliau tersebut
termasuk karya besar yang sangat menumental. Hingga kini tafsir jalalain
banyak menjadi rujukan dan bahan islam sejak zamannya sampai sekarang
baik di dunia maupun di Indonesia.
Di Indonesia tafsir jalalain dijadikan kurikulum dan bahan kajian di
pondok-pondok pesantren, perguruan tinggi, ma’had Ali dan banyak forum
keilmuwan lainnya yang menjadikan jalalain sebagai sumber kajian utama.
Dengan gaya bahasa yang sederhana, mudah dipahami menjadikan
tafsir jalalain banyak diminati para pencari ilmu untuk memperlajarinya.
Disisi lain kedua sifat pembahasan yang globalitas memuat unsur-unsur
pokok penafsiran maka banyak para ilmuwan yang condong untuk
mengembangkan penafsiran itu pada karya yang lebih luas dan lebih terinci.
II. PEMBAHASAN dan RIWAYAT MUFASIR
A. Riwayat Mufasir
Kitab tafsir jalalain ini dikarang oleh dua orang Imam yang agung,
yakni Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin al-Suyuthi.
Jalaluddin al-Mahalli bernama lengkap Muhammad bin Ahmad bin
Muhammad bin Ibrahim bin Ahmad al-Imam al-Allamah Jalaluddin al-
Mahalli. Lahir pada tahun 791 H/1389 M di Kairo, Mesir. Ia lebih
dikenal dengan sebutan al-Mahalli yang dinisbahkan pada kampung
kelahirannya. Lokasinya terletak di sebelah barat Kairo, tak jauh dari
sungai Nil.
Sejak kecil tanda-tanda kecerdasan sudah mencorong pada diri
Mahalli. Ia ulet menyadap aneka ilmu, misalnya tafsir, ushul fikih,
teologi, fikih, nahwu dan logika. Mayoritas ilmu tersebut dipelajarinya
secara otodidak, hanya sebagian kecil yang diserap dari ulama-ulama
salaf pada masanya, seperti al-Badri Muhammad bin al-Aqsari, Burhan
al-Baijuri, A’la al-Bukhari dan Syamsuddin bin al-Bisati. Al-Mahalli
wafat pada awal tahun 864 H bertepatan dengan tahun 1455 M.
Sedangkan al-Suyuthi bernama lengkap Abu al-fadhl Abdurrahman
bin Abi Bakr bin Muhammad al-Suyuthi al-Syafi’i. Beliau dilahirkan
pada bulan Rajab tahun 849 H dan ayahnya meninggal saat beliau
berusia lima tahun tujuh bulan. Beliau sudah hafal al-Qur’an di luar
kepala pada usia delapan tahun dan mampu menghafal banyak hadis.
Beliau juga mempunyai guru yang sangat banyak. Di mana menurut
perhitungan muridnya, al-Dawudi, mencapai 51 orang. Demikian juga
karangan beliau yang mencapai 500 karangan. Beliau meninggal pada
malam Jum’at 19 Jumadil Awal 911 H di rumahnya.
B. Dasar-dasar dan metode penafsiran
1. Dasar-dasar penafsiran
Menurut Nasrudin Banidan, dasar penafsiran yang digunakan
dalam menafsirkan Al-Qur’an adalah
a. Tafsir Bi al-ma’tsur yaitu dasar penafsiran yang dipakai
adalah Al-Qur’an dan sunah
b. Tafsir bi al-ra’y adalah dasar penafsiran yang digunakan
adalah dengan ra’yu al, interpretasi pemikiran mufasir.
Dua dasar ini dijadikan pijakan dalam menafsiri Al-Qur’an
termasuk tafsir jalalain.
2. Metode penafsiran
Sedangkan metode penafsiran yang biasa dipakai, yaitu metode
tahlili dan metode ijmali.
Metode tahlili adalah metode yang dikembangkan dengan
menganalisis secara terinci dan detail tentang makna kandungan
ayat Al-Qur’an yang ada.
Metode ijmali (global), mufasir dalam hal ini menafsiri isi ayat
secara global, pokok-pokoknya saja dengan gaya bahasa yang
simpel, lugas, apa adanya dengan tidak merinci secara detail
tentang makna yang terkandung didalamnya.
Metode inilah yang diterapkan oleh syech jalalain dalam
menafsiri Al-Qur’an dalam karyanya tafsir jalalain dengan memuat
pokoknya saja bahkan apabila penafsiran didasarkan pada Al-sunah
hanya mencantumkan Kama Qola Fil Hadist Shohih dengan tidak
ditulis isi hadistnya.
C. Spesifikasi Tafsir Jalalain
Tafsir jalalain sebagai karya besar memiliki karakteristik yang
spesifik. Tafsir ini dikarang dua ulama besar syech jalaludin Al-mahali
dan syech jalaludin Al-suyuthi.
Tafsir jalalain dibagai menjadi 2 jus, jus pertama dari surat Al-
Baqarah sampai surat Al-Isro’ dikarang oleh syech jalaludin Al-mahali
dan jus 2 dari surat Al-kahfi sampai An-nas dikarang oleh syech
jalaludin Al-suyuthi. Dalam penafsiran jus 1 di awal penafsiran Al-
mahali belum mencantumkan tafsir surat Al-fatihah, maka pada jus
kedua oleh Al-suyuthi di tafsiri pada bagian paling akhir dari karya ini.
Ini masih menjadi misteri yang belum terungkap kenapa Al-mahali
tidak mencantumkan Al-fatihah pada awal penafsiran.
Hal lain yang menjadi misteri antar kedua ulama dalam menafsiri
Al-Qur’an itu, apakah ada komitmen untuk menulis satu tafsir antar
keduanya, ataukah Al-mahali dalam menafsiri belum selesai baru
sampai surat Al-isro’ berhenti dan dilanjutkan oleh Al-suyuthi tanpa
komitmen apapun.
Spesifikasi lain dalam tafsir jalalain bahwa tidak di tafsirnya lafadl
Basmalah tidak ditafsiri oleh mufasirnya baik oleh Al-mahali ataupun
oleh Al-suyuthi.
Menjadi pertanyaan yang belum terungkap jawabannya kenapa
kedua ulama tersebut Al-mahali dan Al-suyuthi tidak menentukan
penomoran dalam ayat per ayat, bahkan pembataspun tidak nampak
jelas, serta keterangan jus per jus hanya mencantumkan nama surat.
Masa hidup mereka bisa dibilang tidak sejaman, Al-mahali (79 H/
1389 M -864 H/1455 H) sedangkan Al-suyuthi (849 H/1470 H=-911 H
/ 1532 M) dari data itu dapat disimpulkan pada saat Al-mahali wafat,
Al-suyuthi berusia 15 th, dan penulis belum memiliki data kapan Al-
mahali menulis tafsirnya dan kapan Al-suyuthi menulis dan siapa yang
memberi nama tafsir jalalain.
Meskipun belum diketahui secara pasti tentang hubungan antara
Al-mahali dan Al-suyuthi, pada prinsipnya dalam menafsirkan Al-
jalalain tidak mengalami banyak perbedaan karakter. Dalam menafisiri
Al-Qur’an pada jalalain menggunakan metode ijmali, artinya kedua
ulama besar itu dalam menafsiri ayat per ayat kata-katanya, hal hal
yang bersifat pengembangan di minimalisir dan hanya memuat pokok-
pokoknya saja.
Untuk memberikan penjelasan ayat lebih terinci Al-mahali dengan
mencantumkan keterangan, Asbabun Nuzul.
Meskipun tidak dalam kontek tafsirnya langsung tetap
dicantumkan pada sisi pinggir dari tafsir jalalain itu, dan diberi
identitasi sendiri “Lubabun Nukul Fi Asbabin Nuzul”, untuk
memberikan kejelasan yang sangat manfaat seperti dalam ayat.
1. Qs Al-araf :
Asbabun Nuzulnya menurut riwayat imam muslim dari ibnu abbas
bahwa ada seorang wanita pada zaman jahiliyah melakukan thawaf
di baitullah dalam keadaan telanjang bulat tampak kemaluannya,
lalu turun ayat
Sebagai teguran dari Allah bahwa telanjang hukumnya haram.
(Tafsir jalalain halaman 162, pinggir atas)
2. Dan mengeluarkan (Hadits) Ibnu Jarir, Abu ya’la dan Ibnu
Mardawaih dari Thariq-Zaid ibnu Aslam dari Atho’ ibnu yasar dari
Abi sa’id al khudzriyyi: sesungguhnya ada seorang laki-laki
(suami) menganti istrinya lewat jalan belakang (backstreet), lalu
dikutuk oleh banyak orang, maka turunlah ayat:
(Tafsir Aljalalain halaman 52 baris ke sebelas (11) pinggir).
Syech Al-Iman Abi Al-Qosim Bin Salam menambah keterangan
tafsir jalalain dengan mengungkap makna kata dan asal kata itu di
ambil, dengan memberi judul pada karya itu.
“Risalah jalilah taudzimina ma waroda fi Al-Qur’an Al-karim min
Lughoti Al-Qobail seperti dalam kata”
Pengungkapan asal kata:
1.
Ayat 6 yang memiliki makna berasal dari
bahasa Quraisy (tafsir jalalain hal 240 baris ke 13 dari atas); yang
artinya = merusak atau membunuh
dirimu sendiri.
2.
Ayat 9 yang memiliki makna atau
Berasal dari bahasa Ruum ( ) yang berarti
papan atau = al kitab
(Tafsir Aljalalain hal 241 baris pertama)
III. PENUTUP
Al-Qur’an sebagai sumber dari segala sumber hokum peradaban islam
telah banyak dikupas tuntas oleh para ilmuwan islam dalam segala zaman.
Ratusan karya besar oleh para ulama-ulama yang agung dalam bentuk tafsir
besar oleh para ulama-ulama yang agung dalam bentuk tafsir dan sarah dalam
berbagai bentuk dan karakter yang berbeda-beda, walaupun intinya sama
mengangkat ilmu, menata kehidupan, sejahtera dunia dan akhirat.
Menjadi tanggung jawab kita bersama, generasi keislaman dalam
peradaban islam, mempelajari, memahami, mengamalkan dan
mengembangkan kary-karya beliau untuk menata peradaban yang lebih
manfaat dalam kehidupan duniawi dna ukhrowi.
Dengan segala keterbatasan yang ada, penulis berharap semoga
makalah ini bermanfaat.
SPESIFIKASI
Disamping metode yang dikembangkan tersebut diatas Syeh Jalaludin Al suyuti
dan Syeh Jalaludin Al mahali menafsiri Alqur'an dalam tafsir jalalen dengan
pendekatan lain yang tidak digunakan oleh mufasir lain yaitu:
a.Menafsiri ayat dengan menggunakan Asbabun nuzun dari ayat
tersebut.seperti dalam surat
b.Menjelaskan pengertian kata dalam Alqur'an dengan dicantumkannya asal
kata itu dicatat.Seperti dalam kata
Pandangan penulis Makalah tentang tafsiir jalalen
Dengan segala keterbatasan penulis dalam keilmuan ini,penulis makalah
mencoba memberikan pandangan tentang Tafsir Jalalen,bukan bermaksud
memberikan pandangan dari segi keilmuan tafsir jalalen, melainkan untuk
memenuhi tugas mata kuliahnya Alqur'an.
Penulis dalam hal ini memandang bahwa spesifikasi dari tafsir jalalen Syeh
Jalaludin Al Suyuti dan Syeh Jalaludin Al mahali dengan mencantumkan asbabun
nuzun adalah suatu langkah yang cerdas untuk menjelaskan makna Alqur'an.
Dalam sejarahnya bahwa Alqur'an diturunkan oleh Allah melalui malaikat jibril
pada nabi Muhammad untuk semua umatnya tidak secara langsung seluruh
Alqur'an melainkan ayat demi ayat artinya bertahap.Hal ini disesuaikan dengan
peristiwa dan kejadian yang waktu itu sedang di alami rosul dan umatnya.Dengan
turunnya ayat Alqur'an merupakan jawaban dari masalah yang terjadi.
Dengan mencantumkan Asbabun nuzul maka memberi kegamblangan bagi
pembaca yang sudah jauh tidak sezaman dengan peristiwa itu terjadi dan sekaligus
memberikan kejelasan tentang maksud dan tujuan serta makna yang terkandung
dalam ayat tersebut.
Spesifikasi lain lain yang ditonjolkan dalam penafsiran Alqur'an oleh Syeh
Jalaludin Al Suyuti dan Syeh Jalaludin Al mahali dengan menyingkat asal bahasa
yang termahtub dalam Alqur'an ,adalah memberikan kekuatan psikologis bagi
suku atau daerah yang bahasanya terakumulir dalam Alqur'an,artinya dalam
Alqur'an tidak hanya menggunakan bahwasanya nabi Muhammad saja,melainkan
bahasa lain yang ada di daratan Arabia.
Alqur'an adalah alat pemersatu yang mengakomudik spisikologis dan karakter semua
komponem yang ada.Dimana bahwasannya bangsa arab sangat bangga dengan
suku,bahasa ,adat budaya,harkat dan martabat dari kelompok dari sukunya masing-
masing sehingga tidak jarang terjadi peperangan antar suku dan kelompok serta antar
bani.Dengan bahasanya terakomodir dalam Alqur'an maka merasa bahwa
suku,kelompok dan baninya mereka juga tercatat dalam Alqur'an sehingga
menjunjung tingi nilai–nilai yang ada didalamnya.
Hal ini suatu penulisan yang sangat berlian untuk mengangkat motivasi bagi umat
islam untuk mengkaji dan mempelajari Alqur'an sebagai dasar idiologi mereka,dalam
kesetaraan antar bahasa ,suku dan baninya.
Bagi generasi yang jauh dari zaman Rosul akan merasa bahwa sangatlah tidak strategi
membela bahasa,suku dan baninya secara tidak proposional,toh pada dasar agama kita
yaitu Alqur'an mengangkat harkat dari martabat suku-suku yang ada dalam kesetaran.
Dalam menafsirkan Al-Qur’an syekh jalaludi……… yang termaktudb dalam
karya besarnya tafsir jalalain adalah
a. Penafsiran ayat Al-Qur’an dengan ayat yang lain
Dalam metode ini syekh jalaludi........ menafsirkan ayat dengan ayat
yang lain: penafsiran dengan metode ini adalah penafsiran yang nilai
akurasi kebenarannya paling maksimal artinya bahwa ayat Al-Qur’an
tingkat kebenarannya tidak ada yang menolak, sehingga apabila ayat
Al-Qur’an tingkat controversi tanggapan atas penafsiran itu dapat
diminimalisasi.
Contoh:
b. Penafsiran ayat Al-Qur’an dengan hadits atau sunah
Dalam metode ini syekh jalaludi....... menafsirkan ayat Al-Qur’an
dengan Hadits/sunah rosul.
Penafsiran metode ini nilai kebenarannya cukup tinggi dan tinggi
controversinya cukup rendah tergantung bagaimana kondisi
sunah/hadits yang digunakan untuk menafisiri.
Apabila yang untuk menafsiri haditsnya shoheh maka nilai akurasinya
dapat dijamin. Sedangkan apabila haditsnya di bawahnya hadits shoheh
maka dapat menimbulkan interpretasi yang berbeda atas mufasir yang
lain.
Contoh:
c. Penafsiran ayat Al-Qur’an dengan Ro’yu atau interprestasi penafsiran