makala h
DESCRIPTION
Fisika Kuntum-Persamaan SchrodingerTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fisika yang berkembang sampai akhir abad ke 19 dikenal sebagai fisika klasik dan
mempunyai dua cabang utama yaitu mekanika klasik Newtonian dan teori medan
elektromagnetik. Mekanika klasik dicirikan oleh kehadiran partikel sebagai sesuatu yang
terkurung di dalam ruang. Istilah terkurung secara sederhana dapat dikatakan adanya batas
yang jelas antara materi dengan lingkungan di luar dirinya. Akhir abad ke 19 dan awal
abad ke 20 terjadi krisis dalam fisika. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa konsep-
konsep fisika yang berdasarkan hukum-hukum Newton tidak bisa digunakan untuk
menjelaskan hasil eksperimen sehingga diperlukan konsep baru yang tidak sama dengan
fisika klasik.
Para ilmuwan fisika telah mengembangkan teori kuantum sejak awal abad ke 20.
Fisika kuantum muncul dipelopori oleh Bohr, Heisenberg, Schodinger dan teori relativitas
yang diungkapkan Einstein. Pada tahun 1925-1926 Erwin Schrodinger menyatakan bahwa
perilaku elektron, termasuk tingkat-tingkat energi elektron yang diskrit dalam atom
mengikuti suatu persamaan diferensial untuk gelombang. Persamaan diferensial tersebut
kemudian dikenal dengan persamaan Schrodinger.
Persamaan Schrodinger menjadi tulang punggung dalam memahami fenomena
kuantum secara konsepsional dan matematis. Persamaan Schrodinger merupakan jantung
dalam mekanika kuantum. Energi dan fungsi gelombang suatu partikel dapat ditentukan
dengan menyelesaian persamaan Schrodinger. Energi dan fungsi gelombang digunakan
untuk mendiskripsikan perilaku sekelompok partikel. Penyelesaian persamaan
menggunakan mekanika kuantum dengan metode analitik bertujuan untuk mendapatkan
fungsi gelombang Schrodinger dan tingkat energi partikel yang berosilasi harmonik.
Persamaan gelombang Schrodinger osilator harmonik dapat diselesaikan menggunakan
persamaan diferensial biasa, deferensial (PD) orde II yang direduksi ke dalam PD orde dua
fungsi Hermit dan analitik.
Aplikasi fisika kuantum pada makalah ini digunakan untuk menyelesaikan osilator
harmonik. Osilasi satu dimensi. Secara mekanika kuantum energi partikel yang berosilasi
harmonik tidak boleh sama dengan nol tetapi E=Eo. Penelitian terdahulu menyebutkan
1
energi osilator harmonik ditentukan dari fungsi gelombang Schrodingernya. Cara yang
digunakan untuk menyelesaikan persamaan gelombang Schrodinger osilator harmonik
adalah dengan menggunakan fungsi pembangkit dari fungsi hermit. Disebut sebagai fungsi
pembangkit karena fungsi ini dapat membangkitkan fungsi hermit. Berdasarkan penelitian
sebelumnya fungsi pembangkit hanya digunakan untuk menentukan fungsi gelombang
saja sedangkan penyelesaian tingkat energinya tetap ditentukan menggunakan metode
analitik.
B. Perumusan Masalah
Adapun masalah yang dihadapi berdasarkan latar belakang diatas, yaitu:
1. Apa yang dimaksud Persamaan Schrodinger ?
2. Bagaimana menyelesaikan persamaan Schrodinger secara analitik untuk sistem
osilator harmonik satu dimensi ?
C. Tujuan Makalah
Tujuan dalam penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi nilai mata kuliah
Fisika kuantum. Selain itu, penyusun berharap dengan adanya makalah ini dapat
menambah wawasan mahasiswa mengenai penyelesain secara analitik persamaan
Schrodinger untuk sistem osilator harmonic satu dimensi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Persamaan Schrodinger
Prosedur untuk mendapatkan persamaan Schrodinger untuk partikel bebas
pada ruang satu dimensi diawali dengan fungsi gelombang partikel bebas,
Ψ(x,t) = Aexp[i(pxx − Et)/ħ] (2.1.1)
energi partikel bebas dalam mekanika klasik berkaitan dengan momentum sesuai
dengan relasi,
(2.1.2)
Jika mengerjakan turunan parsial dua kali terhadap x pada fungsi gelombang
partikel bebas (2.1.1) maka diperoleh,
(2.1.3)
dan seperti sebelumnya turunan parsial terhadap t, maka didapatkan,
(2.1.4)
Menggunakan relasi E = p2x/2m, maka persamaan (2.1.3) dan (2.1.4) dapat
disatukan dengan cara sebagai berikut:
(2.1.5)
(2.1.6)
3
Substitusi dengan persamaan (2.1.3), kemudian dihasilkan persamaan akhir yaitu:
(2.1.7)
Untuk menyederhanakan persamaan ini, dikali kedua sisi dengan iħ sehingga
diperoleh,
(2.1.8)
Persamaan ini dikaji kembali dengan memperhatikan definisi operator momentum
Pˆx dan operator energi Ê. Persamaan ini dapat ditulis kembali dengan
menggunakan operator momentum dan energi menjadi,
(2.1.9)
Generalisasi untuk ruang tiga dimensi dapat dilakukan dengan cara yang sama dan
menggunakan hubungan energi dan momentum (mekanika klasik),
(2.1.10)
dapat diperoleh persamaan gerak untuk partikel bebas yaitu,
(2.1.11)
atau
(2.1.12)
dimana Laplacian ∇2,
(2.1.13)
Generalisasi untuk sebuah partikel yang berada pada sebuah potensial V (r,t)
didapat dari hubungan energi,
E=P2
m+V (r , t) (2.1.14)
4
dan melakukan penggantian variabel klasik dengan operator, dapat ditulis
persamaan geraknya,
(2.1.15)
atau
(2.1.16)
Persamaan inilah yang dinamakan persamaan Schrodinger yang bergantung waktu.
Persamaan ini menentukan evolusi fungsi gelombang, untuk formulasi yang lebih
umum, kita perhatikan bahwa operator-operator pada sisi kanan persamaan
(2.1.15) adalah operator Hamiltonian,
(2.1.17)
Jadi persamaan Schodinger yang berlaku untuk semua keadaaan adalah,
(2.1.18)
Pada mekanika klasik, energi total dari suatu sistem yang diekspresikan dalam
bentuk variabel koordinat dan momentum disebut dengan fungsi Hamiltonian dari
sistemnya.
E=H (r , p , t )= P2
2 m+V (r ,t ) (2.1.19)
Dari fungsi Hamiltonian ini, operator Hamiltonian kuantum mekanik diperoleh
dengan melakukan penggantian variabel momentum dengan operator momentum,
p → pˆ = −iħ∇ atau,
H = H(r,−iħ∇,t)
(2.1.20)
5
Jadi dapat diringkas bahwa persamaan Schrodinger yan bergantung waktu dapat
diperoleh dengan penggantian variabel-variabel klasik dengan operator-operator
kuantum.
(2.1.21)
p → pˆ = −iħ∇ (2.1.22)
dan r → ˆr = r. Persamaan Schodinger di atas bersifat linier dan homogen.
Persamaan Schrodinger hanya terdapat turunan order satu terhadap variabel waktu.
Sehingga evolusi dari fungsi gelombang dapat diketahui jika fungsi gelombang
pada waktu tertentu t0 sudah diketahui. Fungsi gelombang untuk waktu yang lain
diperoleh dengan menyelesaikan persamaan Schodinger.
2.2 Penerapan Schrodinger pada Osilator Harmonik Sederhana
Persoalan lain yang dapat ditangani secara mudah dengan menggunakan
persamaan schrodinger adalah osilator harmonik sederhana satu dimensi. Osilator
seperti ini dapat dianalisis dengan menggunakan hukum Newton yang
mengungkapkan frekuensi ω0=√k /m dan periode T=2 π √m /k . Osilator harmonic
ini memiliki energy kinetic maksimum di x=0; energy kinetiknya nol pada titik
balik x=± A0, dimana A0 amplitudo geraknya. Pada titik balik, isolator berhenti
sejenak kemudian berbalik arah geraknya. Tentu saja gerakannya terbatasi pada
daerah −A0 ≤ x≤+ A0.
Meskipun dalam kehidupan sehari-hari tidak pernah menjumpai contoh
osilator kuantum satu dimensi, terdapat sebuah sistem yang berprilaku
menghampiri sistem ini, misalnya vibrasi sebuah molekul diatomik. Ternyata,
hingga orde hampir terendah setiap sistem pada daerah minimum sebuah potensial
berprilaku seperti sebuah osilator harmonik sederhana.
Sebuah gaya F=−kx memiliki potensial V=12
k x2, sehingga diperoleh
persamaan schrodinger:
6
−ℏ2
2md2ψd x2 +1
2k x2ψ=Eψ (2.2.1)
Persamaan diferensial ini sulit sekali dipecahkan secara langsung, karena
itu kita akan menebak saja pemecahannya. Semua pemecahan persamaan (2.2.1)
harus menuju nol bila x→ ± ∞, dan untuk limit x→ ± ∞. Prilakunya haruslah
seperti ekponensial −x2. Oleh karena itu, dengan ψ ( x )=A e−a x2
, dimana A dan a
adalah dua tetapan yang ditentukan dengan mengevaluasikan persamaan (2.2.1)
bagi pilihan ψ ( x ) ini dan mengevaluasi d2 ψ /d x2.
dψdx
=−2 ax ( A e−a x2 ) (2.2.2)
d2ψd x2 =−2 a ( A e−a x2 )−2 ax (−2 ax ) A e−ax2
(2.2.3)
Dan kemudian menyisipkan ψ ( x ) dan d2 ψ /d x2 kedalam (2.2.1) untuk
melihat apakah piliahan ini memberikan suatu pemecahan.
−ℏ2
2m(−2aA e−a x2
+4 a2 x2 A e−a x2 )+ 12
k x2 ( A e−a x2 )=EA e−a x2
(2.2.4)
Pembagian dengan factor sekutu A e−a x2
memberikan
ℏ2
m−2 a2ℏ2
mx2+ 1
2k x2=E (2.2.5)
Persamaan (2.2.5) bukanlah pesamaan yang harus dipecahkan bagi x,
karena sedang mencari pemecahan yang berlaku bagi semuax, bukan hanya bagi
nilai x tertentu. Agar hal ini berlaku bagi sembarang x, maka semua koefisien dari
x2 haruslah saling menghapuskan dan semua tetapan yang sisa haruslah sama
(misal, tinjau persamaan ax+b=0. Persamaan ini tentu berlaku bagi x=−b /a,
tetapi bila kita mengiginkan persamaan ini berlaku bagi sembarang dan semua x,
maka persyaratannya a=0 dan b=0. Jadi:
−2 a2ℏ2
m+ 1
2k=0 (2.2.6)
7
dan
−ℏ2 am
=E (2.2.7)
yang menghasilkan
a=√km2ℏ
(2.2.8)
dan
E=12ℏ√ k
m (2.2.9)
Pernyataan energy ini dapat pula kita nyatakan dalam frekuensi klasik
ω0=√k /m sebagai:
E=12ℏω0 (2.2.10)
Salah satu ciri pemecahan ini yang mencolok adalah bahwa probabilitas
untuk menemukan pertikel di luar titik balik x=± A0 adalah tidak nol. Karena
diluar x=± A0 energi potensial lebih besar dari pada energy total E tetap, maka
energi kinetiknya menjadi negative, ini adalah adalah hal yang tidak mungkin
terjadi dalam kerangka fisika klasik, karena itu partikel klasik tidak memungkinkan
ditemukan di |x|> A0. Tetapi sebaliknya dalah mungkin bagi gelombang kuantum
untuk merembes kedaerah terlarang klasik ini.
2.3 Penyelesaian Schrodinger Osilator Harmonik Satu Dimensi dengan Metode
Analitik (Diferensial Hermite)
solusi persamaan Schrodinger dengan menggunakan metode analitik atau
metode deret pangkat. Persamaan Schrodinger,
(2.3.1)
8
Dapat disederhanakan agar mudah dalam melakukan simulasi dengan menggunakan variabel baru yaitu,
(2.3.2)
Dalam bentuk menjadi,
(2.3.3)
dimana K adalah energi dalam satuan :
(2.3.4)
Permasalahannya yaitu menyelesaikan persamaan 2.3.3 yang dalam prosesnya untuk mendapatkan nilai K yang “diijinkan” (tentunya juga E).
Untuk memulainya, ingat bahwa untuk yang sangat besar (yang juga dapat dikatakan, pada nilai x yang sangat besar), menjadi sangat dominan dari pada kontanta K, maka persamaan 2.3.3 bisa dreduksi menjadi,
(2.3.5)
yang mempunyai solusi taksiran,
(2.3.6)
Konstanta B jelas sekali tidak ternormalisasi (karena nilainya akan menjadi tak terhingga pada ; solusi yang dapat diterima secara fisika adalah pada bagian yang pertama dan memiliki bentuk yang asimtotik)
(2.3.7)
pada yang besar.
Ini berkesan kalau mengupas habis bagian eksponensial,
(2.3.8)
9
[ ] memiliki bentuk fungsional yang lebih sederhanya dari pada itu sendiri. Dengan mendiferensialkan persamaan maka didapatkan
(2.3.9)
dan
(2.3.10)
maka persamaan Shroedinger (Persamaan 2.3.3) menjadi
(2.3.11)
Lalu mencari solusi dari Persamaan 2.3.11 dalam bentuk deret :
(2.3.12)
lalu diferensialkan terhadap maka didapatkan
(2.3.13)
dan
(2.3.14)
Persamaan 2.3.14 disubstitusi ke dalam Persamaan 2.3.11, maka didapatkan
(2.3.15)
Ini berarti bahwa (dari keunikan ekspansi deret) koefisien dari masing-masing anggota deret haruslah nol,
(2.3.16)
10
maka dari itu
(2.3.17)
Formula rekursi ini seluruhnya ekuivalen dengan persamaa Shroedinger itu sendiri. Diberikan memungkinkan prinsipnya untuk membangkitkan , dan diberikan akan membangkitakan . Maka didapatkan,
(2.3.18)
dimana
(2.3.19)
adalah fungsi genap dari , yang dibangun dari , dan
(2.3.20)
adalah fungsi ganjil, yang dibangun dari . Dengan demikian Persamaan 2.3.17 menghasilkan dalam dua bentuk konstanta sembarang ( dan ), yang diharapkan untuk persamaan diferensial orde dua.
Bagaimanapun, tidak semua solusi yang diperoleh ternormalisasi. Pada j yang sangat besar, formula rekursi menjadi (perkiraan)
(2.3.21)
dengan solusinya (perkiraan)
(2.3.22)
untuk suatu konstanta C, dan ini menghasilkan (pada , di mana deret yang besar yang paling dominan)
(2.3.23)
Sekarang, jika berbanding lurus dengan , maka berbanding lurus dengan (Persamaan 2.3.8), yang secara presisi memiliki sifat asimtotik. Untuk solusi ternormalisasi, deret harus berhenti pada suatu titik. Harus ada nilai j
11
“tertinggi” (namakan dengan n) yang membuat formula rekursi tersebut hingga menjadi (ini akan memotong salah satu dari dua deret, deret ataukah deret , sehingga salah satunya harus bernilai nol dari awal). Solusi fisis dari pernyataan tersebut adalah
(2.3.24)
untuk suatu nilai integer n, yang dikatakan bahwa energi harus dalam bentuk
, untuk (2.3.25)
Untuk nilai K yang diijinkan, formula rekursi menjadi
(2.3.26)
jika , hanya ada satu bentuk dalam deret (maka harus mengambil nilai untuk menghilangkan , dan dalam Persamaan 2.3.26 menghasilkan nilai ):
(2.3.27)
maka dari itu,
(2.3.28)
Untuk dapat mengambil dan persamaan 2.3.26 dengan menghasilkan , sehingga
(2.3.29)
maka dari itu
(2.3.30)
Untuk , , menghasilkan dan menghasilkan , jadi
(2.3.31)
dan
12
(2.3.32)
dan seterusnya. Pada prinsipnya, akan berupa polinomial sudut n dalam , di mana berupa deret genap saja, jika n adalah integer genap, dan berupa deret ganjil saja jika n adalah integer ganjil. Terlepas dari semua ini, sebenarnya deret yang telah kita hitung adalah sebuah deret yang dinamakan dengan Polinomial Hermite, Di mana nilai koefisien deret terbesar pangkat tertinggi dari adalah . Dengan faktor konvensi ini, normalisasi keadaan stasioner untuk osilator harmonik adalah
(2.3.33)
About these ads
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem osilator harmonik banyak digunakan diberbagai sistem, terutama untuk
sistem yang berkaitan dengan vibrasi molekul atau atom. Ini karena sumur potensial, pada
posisi sekitar titik minimum, dapat didekati dengan sebuah fungsi kuadrat.
Persamaan Schrodinger dapat diterapkan dalam berbagai persoalan fisika. Dimana
pemecahan persamaan Schrodinger yang disebut fungsi gelombang, memberikan
informasi tentang perilaku gelombang dari partikel.
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menyelesaikan persamaan Schrodinger
ini, tetapi pada umumnya hanya dua yang sering digunakan Metode yang pertama yaitu
metode aljabar dengan menggunakan operator-operator dan yang kedua menggunakan
metode analitik dengan deret pangkat. Dalam makalah ini menggunakan metode analitik.
Metode analitik dapat disebut juga diferensial hermit atau deret pangkat. Secara umum
solusi persamaan Schrodinger untuk osilator harmonik dengan metode analitik adalah:
13
DAFTAR PUSTAKA
Singh, Kamal & S.P. Singh. 2005. Elements of quantum mechanics. New Delhi: S. Chand &
Company
Paradoks.Persamaan Schrodinger. http://paradoks77.blogspot.com/2011/06/persamaan-
schrodinger.html (diakses tanggal 19 Desember 2014)
Khusnul.“PersamaanSchrodinger.”
khusnull.weebly.com/uploads/1/1/4/4/11448634/cd_fismod_jadi.docx. (diakses tanggal 19
Desember 2014)
14