makalaah s. sensori persepsi seminar

44
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Otitis Media Akut (OMA) merupakan inflamasi akut telinga tengah yang berlangsung kurang dari tiga minggu (Donaldson, 2010). Yang dimaksud dengan telinga tengah adalah ruang di dalam telinga yang terletak antara membran timpani dengan telinga dalam serta berhubungan dengan nasofaring melalui tuba Eustachius (Tortora dkk, 2009). Perjalanan OMA terdiri atas beberapa aspek yaitu efusi telinga tengah yang akan berkembang menjadi pus oleh karena adanya infeksi mikroorganisme, adanya tanda inflamasi akut, serta munculnya gejala otalgia, iritabilitas, dan demam (Linsk dkk, 1997; Kaneshiro, 2010; WHO, 2010). Dalam realita yang ada, OMA merupakan salah satu dari berbagai penyakit yang umum terjadi di berbagai belahan dunia, termasuk di negara-negara dengan ekonomi rendah dan Indonesia, serta memiliki angka kejadian yang cukup bervariasi pada tiap- tiap negara (Aboet, 2006; WHO, 2006; WHO-SEARO, 2007). Penyakit ini juga telah menimbulkan beban lain yang cukup berarti, diantaranya waktu dan biaya. Ramakrishnan menemukan bahwa OMA merupakan penyakit infeksi yang paling sering terjadi di Amerika Serikat (Ramakrishnan, 2007). Salah satu laporan Center for Disease Control and Prevention (CDC) dalam salah satu programnya yaitu CDC’s Active Bacterial Core 1

Upload: agung-gutama

Post on 05-Dec-2014

69 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

sensori persepsi

TRANSCRIPT

Page 1: Makalaah s. Sensori Persepsi Seminar

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Otitis Media Akut (OMA) merupakan inflamasi akut telinga tengah yang berlangsung

kurang dari tiga minggu (Donaldson, 2010). Yang dimaksud dengan telinga tengah adalah

ruang di dalam telinga yang terletak antara membran timpani dengan telinga dalam serta

berhubungan dengan nasofaring melalui tuba Eustachius (Tortora dkk, 2009).

Perjalanan OMA terdiri atas beberapa aspek yaitu efusi telinga tengah yang akan

berkembang menjadi pus oleh karena adanya infeksi mikroorganisme, adanya tanda inflamasi

akut, serta munculnya gejala otalgia, iritabilitas, dan demam (Linsk dkk, 1997; Kaneshiro,

2010; WHO, 2010).

Dalam realita yang ada, OMA merupakan salah satu dari berbagai penyakit yang

umum terjadi di berbagai belahan dunia, termasuk di negara-negara dengan ekonomi rendah

dan Indonesia, serta memiliki angka kejadian yang cukup bervariasi pada tiap-tiap negara

(Aboet, 2006; WHO, 2006; WHO-SEARO, 2007).

Penyakit ini juga telah menimbulkan beban lain yang cukup berarti, diantaranya

waktu dan biaya. Ramakrishnan menemukan bahwa OMA merupakan penyakit infeksi yang

paling sering terjadi di Amerika Serikat (Ramakrishnan, 2007). Salah satu laporan Center for

Disease Control and Prevention (CDC) dalam salah satu programnya yaitu CDC’s Active

Bacterial Core Surveillance (ABCs) di Amerika Serikat tahun 1999 menunjukkan kasus

OMA terjadi sebanyak enam juta kasus per tahun.

Meropol, dkk juga mendapati 45-62% indikasi pemberian antibiotik pada anak-anak

di Amerika Serikat disebabkan OMA (Meropol dkk, 2008).

Di Indonesia sendiri, belum ada data akurat yang ditemukan untuk menunjukkan

angka kejadian, insidensi, maupun prevalensi OMA. Suheryanto menyatakan bahwa OMA

merupakan penyakit yang sering dijumpai dalam praktek sehari-hari, bahkan di poliklinik

THT RSUD Dr. Saiful Anwar Malang pada tahun 1995 dan tahun 1996, OMA menduduki

peringkat enam dari sepuluh besar penyakit terbanyak dan pada tahun 1997 menduduki

peringkat lima, sedangkan di poliklinik THT RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada tahun 1995

menduduki peringkat dua (Suheryanto, 2000). Di sisi lain, penelitian maupun pendataan yang

meninjau hubungan faktor usia dan kejadian OMA belum pernah dilakukan di Medan. Situasi

1

Page 2: Makalaah s. Sensori Persepsi Seminar

ini mencetuskan pemikiran untuk mengetahui hubungan faktor usia dengan terjadinya OMA,

secara khusus di RSUP H. Adam Malik Medan periode 2009-2010.

Dan pada Poli THT RSUD Lubuk Basung, di temukan kasus OMA yang terjadi pada

anak usia di atas 11 tahun, tepatnya usia 14 tahun yang berinisial Ny. R. Yang mana

merupakan kasus yang di angkat dalam pembuatan makalah ini.

1.2 TUJUAN

1.2.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui konsep dan asuhan keperawatan pada klien yaitu NY. R

1.2.2 Tujuan Khusus

Mahasiswa dapat memahami definisi OMA

Mahasiswa dapat memahami tentang penyebab OMA

Mahasiswa dapat memahami tentang patofisiologi OMA

Mahasiswa dapat memahami tentang manifestasi klinis OMA

Mahasiswa dapat menerapkan tentang asuhan keperawatan dengan OMA pada NY. R

1.3 BATASAN MASALAH

Agar batasan masalah ini tidak meluas penulis membatasi batasannya hanya seputar :

Defenisi

Anatomi Fisiologi

Etiologi

Patofisiologi

Manifestasi klinis

Penatalaksanaan

Asuhan keperawatan

P engkajian

Diagnosa Keperawatan

Intervensi

Implementasi

Evaluasi

2

Page 3: Makalaah s. Sensori Persepsi Seminar

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 DEFINISI

Otitis media akut merupakan radang infeksi atau inflamasi pada telinga tengah oleh

bakteri atau virus dengan gejala klinik nyeri telinga, demam, bahkan hingga hilangnya

pendengaran, tinnitus dan vertigo. Penyakit ini lebih sering terjadi pada anak-anak dan

umumnya berlangsung dalam waktu 3-6 minggu( Revai, Krystal et al. 2007).

Otitis media akut (OMA) adalah peradangan akut sebagian atau seluruh periosteum

telinga tengah (Kapita selekta kedokteran, 1999).

Otitis media adalah infeksi telinga tengah yang dapat terjadi dalam beberapa

bentuk. Otitis media akut (OMA) adalah efusi supuratif (nanah ) pada telinga tengah dan

tanda-tanda peradangan telinga tengah(Efiaty Arsyad, S, Nurbaiti Iskandar, 1997).

  OMA (Otitis Media Akut) adalah peradangan akut atau seluruh pericilium telinga

tengah (Mansjoer, 2001).

OMA adalah peradangan telinga bagian tengah yang disebabkan oleh pejalaran

infeksi dari tenggorok (farinitis) A sering terjadi pada anak-anak (Wikipedia Bahasa

Indonesia, Ensiklopedia Bebas).

2.2 ANATOMI FISIOLOGI

Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks (pendengaran

dan keseimbanga) anatominya juga sangat rumit . Indera pendengaran berperan penting pada

3

Page 4: Makalaah s. Sensori Persepsi Seminar

partisipasi seseorang dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Sangat penting untuk

perkembangan normal dan pemeliharaan bicara, dan kemampuan berkomunikasi dengan

orang lain melalui bicara tergantung pada kemampuan mendengar.

1. Telinga Luar

Telinga luar, yang terdiri dari aurikula (atau pinna) dan kanalis auditorius

eksternus, dipisahkan dari telinga tengan oleh struktur seperti cakram yang dinamakan

membrana timpani (gendang telinga). Telinga terletak pada kedua sisi kepala kurang

lebih setinggi mata. Aurikulus melekat ke sisi kepala oleh kulit dan tersusun terutama

oleh kartilago, kecuali lemak dan jaringan bawah kulit pada lobus telinga. Aurikulus

membantu pengumpulan gelombang suara dan perjalanannya sepanjang kanalis

auditorius eksternus. Tepat di depan meatus auditorius eksternus adalah sendi

temporal mandibular. Kaput mandibula dapat dirasakan dengan meletakkan ujung jari

di meatus auditorius eksternus ketika membuka dan menutup mulut. Kanalis

auditorius eksternus panjangnya sekitar 2,5 sentimeter. Sepertiga lateral mempunyai

kerangka kartilago dan fibrosa padat di mana kulit terlekat. Dua pertiga medial

tersusun atas tulang yang dilapisi kulit tipis. Kanalis auditorius eksternus berakhir

pada membrana timpani. Kulit dalam kanal mengandung kelenjar khusus, glandula

seruminosa, yang mensekresi substansi seperti lilin yang disebut serumen. Mekanisme

pembersihan diri telinga mendorong sel kulit tua dan serumen ke bagian luar tetinga.

Serumen nampaknya mempunyai sifat antibakteri dan memberikan perlindungan bagi

kulit.

2. Telinga Tengah

Telinga tengah tersusun atas membran timpani (gendang telinga) di sebelah

lateral dan kapsul otik di sebelah medial celah telinga tengah terletak di antara kedua

Membrana timpani terletak pada akhiran kanalis aurius eksternus dan menandai batas

lateral telinga, Membran ini sekitar 1 cm dan selaput tipis normalnya berwarna kelabu

mutiara dan translulen.Telinga tengah merupakan rongga berisi udara merupakan

rumah bagi osikuli (tulang telinga tengah) dihubungkan dengan tuba eustachii ke

nasofaring berhubungan dengan beberapa sel berisi udara di bagian mastoid tulang

temporal.

Telinga tengah mengandung tulang terkecil (osikuli) yaitu malleus, inkus stapes.

Osikuli dipertahankan pada tempatnya oleh sendian, otot, dan ligamen, yang

membantu hantaran suara. Ada dua jendela kecil (jendela oval dan dinding medial

telinga tengah, yang memisahkan telinga tengah dengan telinga dalam. Bagian dataran

4

Page 5: Makalaah s. Sensori Persepsi Seminar

kaki menjejak pada jendela oval, di mana suara dihantar telinga tengah. Jendela bulat

memberikan jalan ke getaran suara. Jendela bulat ditutupi oleh membrana sangat tipis,

dan dataran kaki stapes ditahan oleh yang agak tipis, atau struktur berbentuk cincin.

anulus jendela bulat maupun jendela oval mudah mengalami robekan. Bila ini terjadi,

cairan dari dalam dapat mengalami kebocoran ke telinga tengah kondisi ini

dinamakan fistula perilimfe.

Tuba eustachii yang lebarnya sekitar 1mm panjangnya sekitar 35 mm,

menghubungkan telingah ke nasofaring. Normalnya, tuba eustachii tertutup, namun

dapat terbuka akibat kontraksi otot palatum ketika melakukan manuver Valsalva atau

menguap atau menelan. Tuba berfungsi sebagai drainase untuk sekresi dan

menyeimbangkan tekanan dalam telinga tengah dengan tekanan atmosfer.

3. Telinga Dalam

Telinga dalam tertanam jauh di dalam bagian tulang temporal. Organ untuk

pendengaran (koklea) dan keseimbangan (kanalis semisirkularis), begitu juga kranial

VII (nervus fasialis) dan VIII (nervus koklea vestibularis) semuanya merupakan

bagian dari komplek anatomi. Koklea dan kanalis semisirkularis bersama menyusun

tulang labirint. Ketiga kanalis semisi posterior, superior dan lateral erletak

membentuk sudut 90 derajat satu sama lain dan mengandung organ yang berhubungan

dengan keseimbangan. Organ ahir reseptor ini distimulasi oleh perubahan kecepatan

dan arah gerakan seseorang.

Koklea berbentuk seperti rumah siput dengan panjang sekitar 3,5 cm dengan

dua setengah lingkaran spiral dan mengandung organ akhir untuk pendengaran,

dinamakan organ Corti. Di dalam lulang labirin, namun tidak sem-purna

mengisinya,Labirin membranosa terendam dalam cairan yang dinamakan perilimfe,

yang berhubungan langsung dengan cairan serebrospinal dalam otak melalui

aquaduktus koklearis. Labirin membranosa tersusun atas utrikulus, akulus, dan kanalis

semisirkularis, duktus koklearis, dan organan Corti. Labirin membranosa memegang

cairan yang dina¬makan endolimfe. Terdapat keseimbangan yang sangat tepat antara

perilimfe dan endolimfe dalam telinga dalam; banyak kelainan telinga dalam terjadi

bila keseimbangan ini terganggu. Percepatan angular menyebabkan gerakan dalam

cairan telinga dalam di dalam kanalis dan merang-sang sel-sel rambut labirin

membranosa. Akibatnya terja¬di aktivitas elektris yang berjalan sepanjang cabang

vesti-bular nervus kranialis VIII ke otak. Perubahan posisi kepala dan percepatan

linear merangsang sel-sel rambut utrikulus. Ini juga mengakibatkan aktivitas elektris

5

Page 6: Makalaah s. Sensori Persepsi Seminar

yang akan dihantarkan ke otak oleh nervus kranialis VIII. Di dalam kanalis auditorius

internus, nervus koklearis (akus-dk), yang muncul dari koklea, bergabung dengan

nervus vestibularis, yang muncul dari kanalis semisirkularis, utrikulus, dan sakulus,

menjadi nervus koklearis (nervus kranialis VIII). Yang bergabung dengan nervus ini

di dalam kanalis auditorius internus adalah nervus fasialis (nervus kranialis VII).

Kanalis auditorius internus membawa nervus tersebut dan asupan darah ke batang

otak

2.3 ETIOLOGI

Penyebab utama otitis media akut (OMA) adalah invasi bakteri piogenik ke dalam

telinga tengah yang normalnya adalah steril. Kuman penyebab OMA adalah bakteri piogenik,

seperti Streptococcus hemoliticus, Haemophilus Influenzae (27%), Staphylococcus aureus

(2%), Streptococcus Pneumoniae (38%), Pneumococcus. Selain itu kadang-kadang

ditemukan juga Haemofilus influenza, Escherichia coli, Streptokokus anhemolitikus, Proteus

vulgaris dan Pseudomonas aurogenosa. Haemofilus influenza sering ditemukan pada anak

berusia dibawah 5 tahun. Infeksi saluran napas atas yang berulang dan disfungsi tuba

eustachii juga menjadi penyebab terjadinya OMA pada anak dan dewasa.

Pada anak-anak, makin sering terserang ISPA, makin besar kemungkinan terjadinya

otitis media akut (OMA). Pada bayi, OMA dipermudah karena tuba eustachiusnya pendek,

6

Page 7: Makalaah s. Sensori Persepsi Seminar

lebar, dan letaknya agak horisontal(Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas).

2.4 PATOFISIOLOGI

Tabung eustachius melindungi telinga tengah dari sekresi dan memungkinkan untuk

drainase sekret ke nasofaring. Hal ini juga memungkinkan pemerataan tekanan udara dengan

tekanan atmosfer di telinga tengah. Sebuah obstruksi mekanis tabung eustachius dapat

mengakibatkan infeksi dan efusi telinga tengah. Sebuah obstruksi fungsional dapat terjadi

dengan terus-menerus dari pembuluh, terutama pada bayi dan anak kecil, karena jumlah dan

kekakuan tulang rawan mereka kurang dibandingkan anak yang lebih tua dan orang dewasa.

Obstruksi tuba Eustachius menyebabkan tekanan telinga tengah dan negatif MEE steril.

Drainase efusi ini dihambat oleh aksi mukosiliar gangguan dan tekanan negatif yang

berkelanjutan. Kontaminasi dari telinga tengah dapat terjadi dari sekret nasofaring dan

menyebabkan infeksi. Karena bayi dan anak-anak memiliki tabung estachius lebih pendek

dari anak yang lebih tua, itu membuat mereka lebih rentan terhadap refluks sekresi nasofaring

ke telinga tengah dan pengembangan infeksi. Faktor predisposisi lainnya termasuk infeksi

saluran pernapasan atas, alergi, sindrom Down(Kapita selekta kedokteran, 1999).

Bakteri masuk ke tabung eustachius menyebabkan akumulasi cairan purulen di telinga

tengah. Bakteri umum termasuk Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, dan

Moraxella catarrhalis. S. pneumoniae adalah jenis yang paling umum infeksi (40 persen

sampai 50 persen dari semua kasus) dan yang paling mungkin untuk menyelesaikan tanpa

pengobatan antibiotik.

2.5 KOMPLIKASI

Sebelum ada antibiotika, OMA dapat menimbulakn komplikasi. Baru setelah ada

antibiotika, semua jenis komplikasi itu biasanya didapatkan sebagai komplikasi dari OMSK.

Bila pengobatan OMA tidak tepat dan adekuat, maka OMA bisa memberikan komplikasi atau

perluasan ke mastoid.

Komplikasi OMA menurut Mawson 1978, Youwer 1983 dan Paparella 1988 dapat

dibagi menjadi:

1. Komplikasi Intra temporal

7

Page 8: Makalaah s. Sensori Persepsi Seminar

a. Otitis media supuratif kronik

Dapat terjadi karena penanganan OMA yang terlambat, penanganan

yang tidak adekuat, daya tahantubuh yang lemah dan virulensi kuman yang

tinggi. Secara klinis ada 2 stadium yaitu stadium aktif dimana dijumpai sekret

pada liang telinga dan stadium nonaktif dimana tidak ditemukan sekret di

liang telinga.

b. Mastoiditis Akut

Adanya jumlah pus yang berlebihan akan masuk mendesak selulae

mastoid dan terjadi nekrosis pada dinding selule dengan bentuk empiema,

mastoidkapsul akan terisi sel peradangan sehingga bentuk anatomi akan

hilang. Dan infeksi dapat melanjut menembus tulang korteks sehingga terjadi

abses subperiosteal.

Pada beberapa kasus dimana drainase cukup baik akan terjadi keadaan

kronik dimana didapat retensi pus di dalam selule mastoid yang disebut

sebagai mastoid reservoir dengan gejala utama otore profus. Klinis : panas

tinggi, rasa sakit bertambah hebat, gangguan pendengaran bertambah, sekret

bertambah, bengkak dan rasa sakit di daerah mastoid.

c. Petrositis

Terjadi karena pneumotisasi di daerah os petrosus umumnya kurang

baik. Walau demikian, petrositis jarang terjadi pada OMA.

d. Fasial paralisis

Adanya pembengkakan pada selubung saraf di dalam kanalis falopian

akan terjadi penekanan pada saraf fasial. Pada OMA jarang terjadi kecuali bila

ada kelainan kongenital di mana terdapat hiatus pada kanal falopian.

Klinis : gejala pertama adalah klemahan pada sudut mulut yanng

cenderung menjadi berat. Paralisis terjadi pada stadium hiperemi atau

supurasi. Kelumpuhan ini akan sembuh sempurna bila otitis medianya

sembuh.

e. Labirintitis

Meskipun jarang terjadi perlu diketahui bahwa infeksi disini adalah

kelanjutan dari petrositis atau karena masuknya kuman melaui foramen ovale

8

Page 9: Makalaah s. Sensori Persepsi Seminar

dan rotundum. Peradangan ini dapat mengenai koklea, vestibulum dan kanalis

semi sirkularis. Klinis : mual, tumpah, vertigo dan kurang pendengaran tipe

sensorineural.

f. Proses adhesi atau perlengketan

Dapat 6 minggu. Sekret mukoid lebih dari terjadi pada otitis media yang

berlangsung yang kental dapat menyebabkan kerusakan tulang pendengaran

atau menyebabkan perleketan tulang pendengaran dengan dinding cavum

timpani.

g. Ketulian

2. Komplikasi Intrakranial

a. Abses extradural

Terjadi penimbunan pus antara duramater dan tegmen timpani.

Seringkali tegmen timpani mengalami erosi dan kuman masuk ke dalam

epitimpani, antrum, adn celulae mastoid. Penyebaran infeksi dapat pula

melalui pembuluh darah kecil yang terdapat pada mukosa periosteum menuju

bulbus jugularis, nervus facialis, dan labirin. Klinis : otalgia, sakit kepala,

tampak lemah.

b. Abses subdural

Jarang terjadi penimbunan pus di ruang antara duramater dan arachnoid.

Penyebaran kuman melalui pembuluh darah. Klinis : sakit kepala, rangsang

meningeal, kadang – kadang hemiplegi.

c. Abses otak

Terjadi melalui trombophlebitis karena ada hubunganb antara vena –

vena daerah mastoid dan vena – vena kecil sekitar duramater ke substansia

alba. Klinis : sakit kepala hebat, apatis, suhu tinggi, tumpah, kesadaran

menurun, kejang, papil edema.

d. Meningitis otogenik

Terjadi secara hematogen, erosi tulang atau melalui jalan anatomi yang

telah ada. Pada anak komplikasi ini sering terjadi karena pada anak jarak

9

Page 10: Makalaah s. Sensori Persepsi Seminar

antara ruang telinga tengah dan fossa media relatif pendek dan dipisahkan oleh

tegmen timpani yang tipis. Klinis : tampak sakit, gelisah, iritabel, panas tinggi,

nyeri kepala, rangsang meningeal.

e. Otitic Hodrocephalus

Jarang terjadi. Infeksi ini terjadi melalui patent sutura petrosquamosa.

Klinis : sakit kepala terus – menerus, diplopia, paresis N VI sisi lesi, mual,

tumpah, papil edem.

2.6 FAKTOR PREDISPOSISI

Faktor pencetus terjadinya OMA dapat didahului oleh terjadinya infeksi saluran

pernapasan atas yang berulang disertai dengan gangguan pertahanan tubuh oleh silia dari

mukosa tuba eusthachii,enzim dan antibodi yang menimbulkan tekanan negative sehingga

terjadi invasi bakteri dari mukosa nasofaring ke dalam telinga tengah melalui tuba eusthachii

dan menetapdi dalam telinga tengah menjadi otitis media akut.

Ada 5 stadium otitis media akut (OMA) berdasarkan pada perubahan mukosa telinga

tengah, yaitu :

1. Stadium Oklusi

Ditandai dengan gambaran retraksi membrane timpani akibat tekanan negative

telinga tengah. Kadang- kadang membrane timpani tampak normal atau berwarna

keruh pucat. Efusi mungkin telah terjadi tetapi sulit di deteksi.

2. Stadium Hiperemis

Tamapak pembuluh darah yang melebar di sebagian atau seluruh membrane

timpani disertai oedem. Sekret yang mulai terbentuk masih bersifat eksudat serosa

sehingga sukar dinilai.

3. Stadium Supurasi

Oedem yang hebat pada mukosa telinga tengah disertai dengan hancurnya sel

epitel superficial serta terbentuknya eksudat purulen di kavum timpani menyebabkan

membrane timpani menonjol kea rah liang telinga luar. Gejala klinis pasien Nampak

terasa sakit, nadi, demam, serta rasa nyeri pada telinga bertambah hebat. Pada

keadaan lebih lanjut, dapat terjadi iskemia akibat tekanan eksudat purulent yang

10

Page 11: Makalaah s. Sensori Persepsi Seminar

makin bertambah, tromboflebitis pada vena-vena kecil bahkan hingga nekrosis

mukosa dan submukosa.

4. Stadium Perforasi

Rupturnya membrane timpani sehingga nanah keluar dari telinga tengah ke liang

telinga luar. Kadang pengeluaran secret bersifat pulsasi. Stadium ini sering

diakibatkan oleh terlambatnya pemberian antibiotika dan tingginya virlensi kuman.

5. Stadium Resolusi

Ditandai oleh membrane timpani yang berangsur normal hingga perforasi

membrane timpani menutup kembali dan sekret purulen tidak ada lagi. Hal ini terjadi

jika membrane timpani masih utuh, daya tahan tubuh baik dan virulensi kuman

rendah(Kapita selekta kedokteran, 1999).

2.7 MANIFESTASI KLINIS

Gejala yang timbul bervariasi bergantung pada stadium dan usia pasien, pada usia

anak – anak umumnya keluhan berupa.

Rasa nyeri di telinga dan demam.

Biasanya dari riwayat infeksi saluran pernafasan atas sebelumnya.

Pada remaja atau orang dewasa biasanya selain nyeri terdapat gangguan

pendengaran dan telinga terasa penih.

Pada bayi gejala khas Otitis Media akut adalah panas yang tinggi, anak gelisah

dan sukar tidur, diare, kejang-kejang dan sering memegang telinga yang sakit.

OMA harus dibedakan dari otitis media dengan efusi yang dapat menyerupai OMA.

Untuk membedakannya dapat diperhatikan hal-hal berikut.

Gejala dan tanda OMA Otitis media dengan

11

Page 12: Makalaah s. Sensori Persepsi Seminar

efusi

Nyeri telinga, demam,

rewel

+ -

Efusi telinga tengah + +

Gendang telinga suram + +/-

Gendang yang

menggembung

+/- -

Gerakan gendang

berkurang

+ +

Berkurangnya pendengaran+ +

2.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan dengan atoskop (alat untuk memeriksa liang-liang gendang telinga

dengan jelas).

2. Melihat ada tidaknya gendang telinga yang menggembung, perubahan warna gendang

telinga menjadi kemerahan / agak kuning dan suram, serta cairan di liang telinga.

3. Otoskopi pneumatik (pemeriksaan telinga dengan otoskop untuk melihat gendang

telinga yang dilengkapi dengan udara kecil). Untuk menilai respon gendang telinga

terhadap perubahan tekanan udara.

2.9 PENATALAKSANAAN

A. Antibiotik

OMA umumnya adalah penyakit yang akan sembuh dengan sendirinya.

Sekitar 80% OMA sembuh dalam 3 hari tanpa antibiotic. Penggunaan antibiotic tidak

mengurangi komplikasi yang terjadi, termasuk berkurangnya pendengaran. Jika gejala

tidak membaik dalam 48-72 jam atau ada perburukan gejala, antibiotic diberikan.

America Academy of Pediatric (APP) mengkatagorikan OMA yang dapat diobservasi

dan yang harus segera di terapi dengan antibiotic sebagai berikut;

12

Page 13: Makalaah s. Sensori Persepsi Seminar

USIA DIAGNOSIS PASTI

< 6 bulan Antibiotik

6 bulan – 2 tahun Antibiotik

>2 tahun Antibiotik jika gejala berat, observasi jika gejala

ringan

Gejala ringan adalah apabila nyeri telinga ringan dan demam <390C dalam 24

jam terakhir. Sedangkan gejala berat adalah nyeri telinga sedang sampai berat atau

demam 390C.

Pilihan observasi selama 48-72 jam hanya dapat dilakukan pada anak usia 6

bulan-2 tahun dengan gejala ringan saat pemeriksaan atau diagnosis meragukan pada

anak di atas 2 tahun. Analgesia harus tetap diberikan selama observasi.

Pilihan pertama pemberian antibiotik pada OMA adalah dengan amoxycilin.

American Academy of Family Physicians (AAFP) menganjurkan pemberian dosis

standar 40mg/kgBB/hari pada anak dengan resiko rendah (umur >2tahun, tidak dalam

perawatan intensif, belum pernah menerima pengobatan antibiotik dalam 3 bulan

terakhir). Sedangkan pemberian dosis tinggi 80mg/kgBB/hari diberikan pada anak

dengan resiko tinggi ( umur <2tahun, dalam perwatan, ada riwayat pemberian

antibiotik dalam 3 bulan terakhir serta resisten terhadap pemberian dosis rendah

amoxycilin) . Sementara itu The Centre for Disease Control and Prevention (CDC)

merekomendasikan terapi antibiotik pada OMA sebagai berikut :

KKONDISI TERAPI

Otitis media dengan penonjolan

(bulging) membrane timpani

High-dose amoxycilin

(80-100mg/kgBB/hari per oral)

selama 7 hari

Otitis media tanpa bulging membrane

timpani

Penundaan pemberian antibiotik,

(sembuh spontan)

Otitis media berulang Penundaan pemberian antibiotic,

pemberian vaksin influenza

Otitis media e.cre sistensi bakteri High-dose amoxycilin clavulanate

13

Page 14: Makalaah s. Sensori Persepsi Seminar

terhadap amoxycilin dosis tinggi (80-90 mg/kgBB/hari per oral selama

7 hari); cefuroxime axetil (30

mg/kgBB 2 kali/hari per oral);

ceftriaxone (50mg/kg/hari IM selama

3 hari)

Penundaan antibiotik dan pengaturan pemberian antibiotik dilakukan pada

otitis media tanpa bulging karena pada otitis media jenis ini umumnya dapat sembuh

spontan tanpa pemberian antibiotik sebab pemberian antibiotic pada kasus ini

dianggap hanya akan menambah efek samping terhadap tubuh. Pengaturan pemberian

resep dapat dilakukan dengan pemberian acetaminophen jika terjadi otalgia serta

demam, dan jika setelah pemberian tersebut demam masih berlangsung serta tidak

ada perbaikan gejala klinis selama 3 hari , maka baru diberikan amoxycilin dosis

tinggi. Antibiotik pada OMA akan menghasilkan perbaikan gejala dalam waktu 48-72

jam. Dalam 24 jam pertama terjadi stabilisasi, sedangkan pada 24 jam kedua mulai

terjadi perbaikan. Jika pasien tidak membaik dalam 3 hari atau kembali muncul dalam

14 hari kemungkinan ada penyakit lain atau pengobatan yang diberikan tidak

memadai/kurang adekuat atau bahkan telah terjadi resistensi bakteri terhadap

antibiotik tersebut.

Jika pasien alergi terhadap golongan Penicilin alternative antibiotik yang

digunakan adalah cefuroxime axetil, ceftriaxone injeksi (2-3x50mg/kg/hari) atau

generasi kedua sefalosporin seperti cefdinir, cefpodoxime atau cefuroxime. Pilihan

lainnya adalah golongan makrolid seperti azithromycin dan clarithromicyn.

B. Analgesia/ pereda nyeri

Selain antibiotik, penanganan OMA selayaknya disertai penghilang nyeri.

Analgesia yang umumnya digunakan adalah analgesia sederhana seperti paracetamol

atau ibuprofen. Namun perlu diperhatikan bahwa pada penggunaan ibuprofen harus

dipastikan bahwa anak tidak mengalami gangguan pencernaan karena pemberian

ibuprofen dapat memperburuk keadaan tersebut.

Pemberian antihistamin (antialergi) atau dekongestan tidak memberikan

manfaat pada anak.

14

Page 15: Makalaah s. Sensori Persepsi Seminar

Pemberian kortikosteroid juga tidak dianjurkan.

Miringotomy, dengan melubangi gendang telinga untuk mengeluarkan cairan

dari dalam telinga juga tidak dianjurkan, kecuali jika terjadi komplikasi berat.

Pemberian antibiotik sebagai profilaksis hanya akan meningkatkan resistensi

bakteri terhadap antibiotik

15

Page 16: Makalaah s. Sensori Persepsi Seminar

2. 10 WOC

16

Infeksi sekunder (ISPA) Bakteri Streptococcus, Hemophylus Influenza

Trauma, Benda Asing

Ruptur Gendang Telinga

Invasi Bakteri

Infeksi telinga tengah

(kavum timpani, tuba eustachius)

Proses peradangan Peningkatan produksi cairan serosa

Tekanan udara pd telinga tengah (-)

Pengobatan tdk tuntas

Episode berulangNyeri

Akumulasi cairan mukus dan serosa

Ruptur membran timpani krn desakan

Sekret keluar dan berbau tidak enak

(otorrhoe)

Ggn Body Image

Retraksi membran timpani

Hantaran suara / udara yg diterima menurun Tinitus Penurunan fungsi

pendengaran Tuli konduktif ringan

Ggn persepsi sensori pendengaran

Infeksi berlanjut dpt sampai ke telinga dalam

Tjd erosi pd kanalis semisirkularis

Pening / vertigo Kesimb. Tbh menurun

Resiko tjd injuri / trauma

Kurangnya Informasi

Kurang pengetahuan

Kesulitan/sakit menelan dan mengunyah

Resiko pemenuhan kebuth nutrisi kurang dari kebuth

Merusak tulang krn adanya epitel

skuamosa di dlm rongga telinga tengah

(kolesteatom)

Tindakan operasi dgn mastoidektomi

Nyeri akut

Cemas Resiko Infeksi

Page 17: Makalaah s. Sensori Persepsi Seminar

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN OMA PADA NY. R

Nama Kelompok : I (satu)

Hari/ tanggal Pengakajian : kamis 19 Juli 2012

3.1 PENGKAJIAN

1. Identitas Pasien :

Nama Pasien : Ny. R

Umur : 18 tahun

Suku / Bangsa : Minang/ Indonesia

Status Perkawinan : Belum Kawin

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Alamat : PT. MA

Tanggal / waktu datang : 19 Juli 2012

Orang yang dapat dihubungi

Nama : -

Alamat : -

Hubungan dengan pasien : -

Diterima dari : Poli THT

Diagnosa Medis : OMA

2. Riwayat Kesehatan

17

Page 18: Makalaah s. Sensori Persepsi Seminar

1. Keluhan Utama

Klien datang ke rumah sakit dengan keluhan nyeri pada telinga dan susah untuk

mendengar serta keluarnya cairan (pus) dari telinga

2. Riwayat Kesehatan Dahulu

Klien mengatakan pernah mengalami penyakit yang sama semenjak kecil, umur

12 tahun. Klien tidak ada riwayat penyakit seperti DM dan penyakit pada organ

pernapasan.

3. Riwayat Kesehatan Sekarang

Klien mengalami nyeri pada telinga dan adanya gangguan pendengaran seperti

ada yang menyumbat dan pendengaran menurun. Dari telinga klien keluar pus,

mukus dan juga rubor

4. Riwayat Kesehatan Keluarga

Klien mengatakan tidak ada keluarga yang menderita penyakit yang sama. Klien

juga mengatakan dari keluarga tidak ada riwayat DM, hipertensi, dan penyakit

jantung.

5. Riwayat Kesehatan Lingkungan

Klien mengatakan lingkungannya di sekitar rumah tenang, karena tidak di tepi

jalan. Klien mengatakan masyarakat di sana mandi dan nyuci di sungai yang tidak

jernih.

6. Riwayat Kesehatan Psikososial

Klien mengatakan hubungan dengan keluarga terjalin baik, tetapi agak susah

dalam berkomunikasi

3. Pemeriksaan Fisik

a) Keadaan umum

Kesadaran : Composmetis

b) Tanda vital

Tekan darah : 100/ 90 mmHg

Nadi : 80 x/i

Pernafasan : 22 x/i

Suhu : 36, 5 º C

c) Kulit

18

Page 19: Makalaah s. Sensori Persepsi Seminar

Warna : Sawo matang

Turgor : Baik/ elastis

Kelembaban : Lembab

Edema : Tidak ada tanda edema

d) Rambut

Warna : Hitam

Disribusi : Tebal

Karakteristik : Tidak rontok

e) Kelenjar getah bening

Bentuk : Normal

Tanda radang : Tidak ada tanda radang

Lainnya : Tidak ada

f) Kepala

Bentuk : Normochepal

Ukuran : -

Rambut : Hitam

Kulit kepala : Bersih

Edema : Tidak ada edema

g) Mata

Visus : Baik, simetris kiri dan kanan

Silia dan supersilia : Simetris kiri dan kanan

Kornea : Jernih

Palpepbra : Tidak ada edema

Konjungtiva : Tidak anemis

Sklera : Tidak ada ikterik

Pupil : 3mm/ 3mm, sama besar kiri dan kanan

Refleks Pupil : Sama baik kiri dan kanan

Lensa : Jernih

Lapang Pandang : Sama baik kiri dan kanan

Persepsi Warna : Baik

h) Telinga

Membran timpani : Infeksi pada telinga tengah dan berlubang, ada pus

Mastoid : Adanya pembengkakan

19

Page 20: Makalaah s. Sensori Persepsi Seminar

Telinga luar

o Kartilago : Ada tekanan nyeri

o Tragus : Simetris kiri dan kanan

o Lainnya : Ada ptanda peradangan

Webber : Telinga kiri (+), telinga kanan (-)

Rinne : Telinga kiri (+), telinga kanan (-)

i) Hidung

Bentuk : Simertis kiri dan kanan

Tanda radang : Tidak ada tanda peradangan

Septum hidung : Ada

Mukosa : Tidak ada tanda radang

j) Mulut

Mukosa bibir : Bersih, tidak anemis

Gusi : Warna merah muda, tidak ada pendarahan

k) Leher

Carotid bruit : Tidak ada pembesaran

Vena (JVP) : 5-2 H2O

Kelenjer : Tidak ada pembesaran kelenjer

l) Dada/thorax

Bentuk dada

Postur : Tegap

Bentuk dada : Normal

Kesimetrisan dada : Simetris kiri dan kanan

m) Ektremitas/ muskuloskeletal

Kekuatan otot : 5555 5555

5555 5555

Tonus otot : Bernilai 5

4. Pengakajian Pendekatan Fungsional

Pola persepsi terhadap kesehatan dan pemeliharaan kesehatan.

DO : Personal hygiene klien tampak bersih

20

Page 21: Makalaah s. Sensori Persepsi Seminar

DS : Klien mengatakan jarang membersihkan telinganya

Pola aktivitas Latihan

DO : Klien tampak dapat beraktivitas dengan baik

DS : Klien mengatakan tidak ada masalah dalam beraktivitas

Pola eliminasi

DS : Klien mengatakan BAK dan BAB normal

Pola tidur dan istirahat

DS : Klien mengatakan tidur biasanya pukul 11.00 WIB

Pola nutrisi dan metabolisme

DO : Tubuh klien tamapak bugar dan segar

DS : Klien mengatakan ada memakan sayur, buah dan daging

Pola persepsi

DO : Klien tampak payah dalam mendengar

DS : Klien mengatakan suara terdengar kurang jelas pada telinga kanan

Pola toleransi dan koping terhadap stress.

DO : Klien tampak tidak suka dengan penyakit

DS : Klien mengatakan ingin cepat sembuh, agar tidak menganggu sekolah

Pola nilai dan keyakinan

DO : Klien terdengar mengucapakan “Ya Allah” dalam menahan kesakitan

DS : Klien mengatakan ada dalam beribadah

3.2 ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH

21

Page 22: Makalaah s. Sensori Persepsi Seminar

1 DO:

Klien tampak meringis

kesakitan

Klien tampak sering

memegang telinga

Skala nyeri klien

adalah 7 (1-10)

Telinga klien terlihat

berwarna merah

DS:

Klien mengatakan

nyeri pada telinga

Klien mengatakan

telinga terasa panas

Klien mengatakan

sukar tidur karena

nyeri

Invasi bakteri

Infeksi telinga tengah

Proses peradangan

Nyeri

Gangguan rasa nyaman

: Nyeri

2 DO:

Klien tampak susah

mendengar

Dari telinga klien

tampak ada pus dan

mukus

Klien tampak

kebingungan

Invasi bakteri

Infeksi telinga tengah

Tekanan udara pada telinga

tengah (-)

Retraksi membran tympani

Hantaran udara menurun

Penurunan persepsi

sensori : pendengaran

22

Page 23: Makalaah s. Sensori Persepsi Seminar

DS:

Klien mengatakan

adanya terasa

penyumbatan pada

telinga

Klien mengatakan

payah dalam

mendengar

Klien mengatakan

terasa pekak pada

telinga

Klien mengatakan ada

cairan keluar dari

telinga dan berbau

3. DO :

Telinga kanan klien

berbau tidak enak

Sekret sering keluar

Klien terlihat minder

DS :

Klien menyatakan

selama sakit, malas

masuk sekolah

Klien mengatakan

merasa di asingkan

oleh temannya

Klien mengatakan

tidak percaya diri

Invasi bakteri

Infeksi telinga tengah

Peningkatan produksi cairan

serosa

Akumulasi cairan mukus

dan serosa

Ruptur membran tympani

karena desakan

Sekret keluar dan berbau

tidak enak

Gangguan body image

23

Page 24: Makalaah s. Sensori Persepsi Seminar

keluar rumah

3.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa yang akan muncul sebagai berikut :

1 Nyeri berhubungan dengan proses peradangan pada telinga

2 Perubahan sensori-persepsi : Auditorius berhubungan dengan Gangguan penghantar

bunyi pada organ pendengaran

3 Gangguan body image berhubungan dengan adanya sekret pada telinga

3.4 INTERVENSI

NoDiagnosa

Keperawatan

Tujuan dan Kriteria

HasilIntervensi Rasional

1. Nyeri berhubungan

dengan proses

peradangan pada

telinga

Tujuan : nyeri

berkurang atau

hilang

KH :

Klien tidak

meringis

Skala nyeri : 1/2

a. Kaji tanda-tanda

perluasan infeksi,

mastoiditis,

vertigo

b. Jaga kebersihan

pada daerah liang

telinga

c. Hindari

mengeluarkan

ingus dengan

paksa/ terlalu

keras (sisi)

tengah.

d. Kompres hangat

e. Teknik relaksasi :

tarik nafas dalam

f. Kolaborasi

pemberian terapi :

a. Untuk

mengantisipasi

perluasan lebih

lanjut.

b. Untuk

mengurangi

pertumbuhan

mikroorganism

e

c. untuk

menghindari

transfer

organisme dari

tuba eustacius

ke

telinga

d. mengurangi

nyeri karena

infeksi

24

Page 25: Makalaah s. Sensori Persepsi Seminar

pemberian obat

antibiotik, seperti

amoxcylin dan

analgesia, seperti

paracetamol dan

ibuprofen

e. mengurangi

rasa nyeri

f. Mempercepat

proses

penyembuhan

2. Perubahan sensori-

persepsi :

Auditorius

berhubungan

dengan Gangguan

penghantar bunyi

pada organ

pendengaran

Tujuan :

memperbaiki

komunikasi

KH :

a. Klien dapat

kembali

mendengar

dengan normal

b. Komunikasi

terjalin baik

a. Mengurangi

kegaduhan pada

lingkungan klien.

b. Memandang klien

ketika berbicara.

c. Berbicara jelas

dan tegas pada

klien tanpa perlu

berteriak.

d. Memberikan

pencahayaan yang

baik bila klien

bergantung pada

gerak bibir.

e. Menggunakan

tanda-tanda non-

verbal (mis.

Ekspresi wajah,

mununjuk, atau

gerakan tubuh)

dan komunikasi

lainnya.

f. Instruksikan

a. Mengurang

bising pada

klien

b. Membuat klien

lebih mengerti

dalam

berkomunikasi

c. Membuat klien

lebih mengerti

tanpa harus

berteriak

d. Berkomunikasi

berfokus pada

gerak bibir

e. Memperlancar

komunikasi dan

membuat klien

lebih mengerti

f. Dapat saling

berinteraksi

dengan klien

dengan baik.

25

Page 26: Makalaah s. Sensori Persepsi Seminar

kepada keluarga

atau orang

terdekat klien

tentang

bagaimana teknik

komunikasi yang

efektif

g. Bila klien

menginginkan,

klien dapat

menggunakan alat

bantu

pendengaran.

g. Alat bantu yang

menggantikan

fugsi dari

gendang telinga

3. Gangguan body

image berhubungan

dengan adanya

sekret pada telinga

Tujuan : gangguan

body image klien

teratasi

KH :

Body image

positif

Mendiskripsikan

secara faktual

perubahan fungsi

tubuh

Mempertahankan

interaksi sosial

a. Kaji secara verbal

dan nonverbal

respon klien

terhadap tubuhnya

b. Monitor frekuensi

mengkritik dirinya

c. Jelaskan tentang

pengobatan,

perawatan,

kemajuan dan

prognosis

penyakit

d. Dorong klien

mengungkapkan

perasaannya

a. Mengetahui

respect klien

b. Mengetahui

berapa besarnya

respon klien

terhadap

penyakitnya

c. Menerangkan

dalam

mempercepat

proses

penyembuhan

d. Memberikan

kekuatan batin

pada klien

untuk lebih

tegar

26

Page 27: Makalaah s. Sensori Persepsi Seminar

e. Identifikasi arti

pengurangan

melalui

pemakaian alat

bantu

e. Mengembalikan

fungsi telinga

dengan alat

bantu

3.5 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

No Tanggal/ jam Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi (SOAP) Paraf

1. 19-07-12/

Pukul 09.00

wib

Nyeri berhubungan

dengan proses

peradangan pada telinga

a. periksa adanya

tanda-tanda

perluasan infeksi

b. bersihkan daerah

liang telinga

S : Klien

mengatakan nyeri

pada telinga

O : Klien tampak

meringis

27

Page 28: Makalaah s. Sensori Persepsi Seminar

c. beritahu klien agar

tidak memaksa

dalam

mengeluarkan

ingus

d. Berikan kompres

hangat

e. Ajarkan teknik

relaksasi : tarik

nafas dalam

f. Berikan anti

inflamasi sesuai

resep

A : Masalah belum

teratasi

P : Intervensi di

lanjutkan oleh

klien

2. 19-07-12/

Pukul 11.00

wib

Perubahan sensori-

persepsi : Auditorius

berhubungan dengan

Gangguan penghantar

bunyi pada organ

pendengaran

a. Hindari kegaduhan

di dekat klien

b. Pandangi klien

ketika berbicara

c. Berbicara yang

jelas, jangan

berteriak

d. Berikan

pencahayaan pada

bibir klien

e. Gunakan

komunikasi non-

verbal

f. Ajari keluarga

cara menggunakan

teknik komunikasi

S : Klien

mengatakan terasa

ada hambatan pada

lubang telinga

O : Dari telinga

klien tampak pus

dan mukus

A: Masalah belum

teratasi

P: Intervensi di

lanjutkan oleh

klien

28

Page 29: Makalaah s. Sensori Persepsi Seminar

yang efektif

g. Beri alat bantu

pendengaran bila

klien ingin

3. 19-07-12/

Pukul 12.00

wib

Gangguan body image

berhubungan dengan

adanya sekret pada

telinga

a. Kaji respon klien

secara verbal dan

non verbal

b. Kaji frekuensi

mengkritik dirinya

c. Beritahu tentang

perawatan dan

pengobatan

penyakit klien

d. Dorong klien

mengungkapkan

perasaannya

e. Selidiki arti

kekurangan

melalui alat bantu

S : Klien

mengatakan tidak

percaya diri keluar

rumah

O : Sekret berbau

tidak enak

A : Masalah belum

teratasi

P : Intervensi

dilanjutkan oleh

klien

BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Otitis media akut merupakan radang infeksi atau inflamasi pada telinga tengah oleh

bakteri atau virus dengan gejala klinik nyeri telinga, demam, bahkan hingga hilangnya

29

Page 30: Makalaah s. Sensori Persepsi Seminar

pendengaran, tinnitus dan vertigo. Penyakit ini lebih sering terjadi pada anak-anak dan

umumnya berlangsung dalam waktu 3-6 minggu.

Kuman penyebab OMA adalah bakteri piogenik, seperti Streptococcus hemoliticus,

Haemophilus Influenzae (27%), Staphylococcus aureus (2%), Streptococcus Pneumoniae

(38%), Pneumococcus.

Diagnosa yang muncul pada Ny. R adalah :

1 Nyeri berhubungan dengan proses peradangan pada telinga

2 Perubahan sensori-persepsi : Auditorius berhubungan dengan Gangguan penghantar

bunyi pada organ pendengaran

3 Gangguan body image berhubungan dengan adanya sekret

4.2 SARAN

Berdasarkan hasil pembuatan makalah dan hasil dari pengkajian di ruangan Poli THT

dengan kasus OMA, diharapkan khususnya pada mahasiswa/i mampu memahami dan

melakukan pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, dan implementasi serta evaluasi

yang sesuai dengan standar asuhan keperawatan yang sudah di pelajari baik dikampus

maupun di RSUD Lubuk Basung khususnya di Ruangan Poli THT.

DAFTAR PUSTAKA

Charismawati, Anisa, Otitis Media Akut, Kepaniteraan Klinik lab/SMF Ilmu Farmasi

Fakultas Kedokteran UNS / RSUD DR. MOERWADI. Surakarta. 2011

Efiaty Arsyad, S, Nurbaiti Iskandar, Buku Ajar Ilmu Penyakit TelingaHidung Tenggorokan,

Edisi III, FKUI,1997.

Diagnosis and Management of Acute Otitis Media. PEDIATRICS Vol. 113 No. 5 May 2004,

pp.1451-1456.

30

Page 31: Makalaah s. Sensori Persepsi Seminar

Djaafar, Zainul A., Helmi, Ratna D. Restuti. Kelainan Telinga Tengah. Dalam: Buku Ajar

Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher Edisi Keenam. Jakarta: Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia; 2007. h. 65-68

Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R. Kapita Selekta Kedokteran Bagian THT FK UI. Penerbit :

Media Aeusculapeus FK UI, Jakarta, 2001 ; hal. 79..

Revai, Krystal et al. 2007. IncidenceofAcuteOtitisMedia and Sinusitis Complicating

Riece H. Komplikasi Otitis Media Akuta. Kumpulan Karya Ilmiah

Wellbery C. Standard-Dose Amoxicilin for Acute Otitis Media May 1 2005

31