makalah

25
CAIRAN ELEKTROLIT TUBUH Adhytia Pradiartha*, Wahyu Hendarto** ABSTRACT In the human body, the electrolytes have a function, among others, in maintaining the osmotic pressure of the body, regulate the distribution of fluid into the compartment water body (body's fluid compartement), maintaining the pH of the body and also be involved in each oxidation and reduction reactions and participate in every process metabolism. Most of the metabolic processes require and influenced by electrolyte. Abnormal electrolyte concentrations that can cause a lot of disruption. Maintenance of osmotic pressure and the distribution of some human body fluid compartment is the main function of four major electrolytes, namely sodium (Na + ), potassium (K + ), chloride (Cl - ), and bicarbonate (HCO 3 - ). Examination of the four major electrolytes in clinically known as "electrolyte profile". Keywords : body fluids, electrolytes, osmotic pressure ABSTRAK Pada tubuh manusia, elektrolit-elektrolit memiliki fungsi antara lain dalam menjaga tekanan osmotik tubuh, mengatur pendistribusian cairan ke dalam kompartemen badan air (body’s fluid compartement), menjaga pH tubuh dan juga akan terlibat dalam setiap reaksi oksidasi dan reduksi serta ikut berperan dalam setiap proses metabolisme. Sebagian besar proses metabolisme memerlukan dan dipengaruhi oleh elektrolit. Konsentrasi elektrolit yang tidak normal dapat menyebabkan banyak gangguan. Pemeliharaan tekanan osmotik dan distribusi beberapa kompartemen cairan tubuh manusia adalah fungsi utama empat elektrolit mayor, yaitu natrium 1

Upload: amro7190

Post on 28-Nov-2015

11 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

adfgga

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah

CAIRAN ELEKTROLIT TUBUH

Adhytia Pradiartha*, Wahyu Hendarto**

ABSTRACTIn the human body, the electrolytes have a function, among others, in

maintaining the osmotic pressure of the body, regulate the distribution of fluid into the compartment water body (body's fluid compartement), maintaining the pH of the body and also be involved in each oxidation and reduction reactions and participate in every process metabolism. Most of the metabolic processes require and influenced by electrolyte.

Abnormal electrolyte concentrations that can cause a lot of disruption. Maintenance of osmotic pressure and the distribution of some human body fluid compartment is the main function of four major electrolytes, namely sodium (Na+), potassium (K+), chloride (Cl-), and bicarbonate (HCO3

-). Examination of the four major electrolytes in clinically known as "electrolyte profile".

Keywords : body fluids, electrolytes, osmotic pressure

ABSTRAKPada tubuh manusia, elektrolit-elektrolit memiliki fungsi antara lain dalam

menjaga tekanan osmotik tubuh, mengatur pendistribusian cairan ke dalam kompartemen badan air (body’s fluid compartement), menjaga pH tubuh dan juga akan terlibat dalam setiap reaksi oksidasi dan reduksi serta ikut berperan dalam setiap proses metabolisme. Sebagian besar proses metabolisme memerlukan dan dipengaruhi oleh elektrolit.

Konsentrasi elektrolit yang tidak normal dapat menyebabkan banyak gangguan. Pemeliharaan tekanan osmotik dan distribusi beberapa kompartemen cairan tubuh manusia adalah fungsi utama empat elektrolit mayor, yaitu natrium (Na+), kalium (K+), klorida (Cl-), dan bikarbonat (HCO3

-). Pemeriksaan keempat elektrolit mayor tersebut dalam klinis dikenal sebagai ”profil elektrolit”.

Kata Kunci : Cairan tubuh, elektrolit, tekanan osmotik

PENDAHULUAN

Air (H20) merupakan komponen utama yang paling banyak terdapat di dalam

* Coassisten FK Universitas Islam Sultan Agung Semarang

** Dokter Spesialis Anestesiologi BLU RSUD Semanrang

1

Page 2: Makalah

tubuh manusia. Sekitar 60% dari total berat badan orang dewasa terdiri dari air.

Namun bergantung kepada kandungan lemak dan otot yang terdapat di dalam tubuh,

nilai persentase ini dapat bervariasi antara 50-70% dari total berat badan orang

dewasa.

Secara rata-rata tubuh orang dewasa akan kehilangan 2,5 liter cairan per

harinya. Sekitar 1,5 liter cairan tubuh keluar melalui urin, 500 ml melalui keringat,

400 ml keluar dalam bentuk uap air melalui proses respirasi (pernafasan) dan 100 ml

keluar bersama dengan tinja.

Dalam proses metabolisme yang terjadi di dalam tubuh, air mempunyai 2

fungsi utama yaitu sebagai pembawa zat-zat nutrisi seperti karbohidrat, vitamin, dan

mineral serta juga akan berfungsi sebagai pembawa oksigen (O2) ke dalam sel-sel

tubuh. Selain itu, air di dalam tubuh juga akan berfungsi untuk mengeluarkan produk

hasil metabolisme seperti karbon dioksida (CO2) dan juga senyawa nitrat. Selain

berperan dalam proses metabolisme, air yang terdapat di dalam tubuh juga akan

memiliki berbagai fungsi penting antara lain sebagai pelembab jaringan-jaringan

tubuh seperti mata, mulut, dan hidung, pelumas dalam cairan sendi tubuh, katalisator

reaksi biologik sel, pelindung organ dan jaringan tubuh serta juga akan membantu

dalam menjaga tekanan darah dan konsentrasi zat terlarut. Selain itu agar fungsi-

fungsi tubuh dapat berjalan dengan normal, air di dalam tubuh juga akan berfungsi

sebagai pengatur panas untuk menjaga agar suhu tubuh tetap berada pada kondisi

ideal yaitu ± 37O C.

Di dalam tubuh manusia, cairan akan terdistribusi ke dalam 2 kompartemen

utama yaitu cairan intraselular (ICF) dan cairan ekstrasellular (ECF). Cairan

intraselular adalah cairan yang terdapat di dalam sel, sedangkan cairan ekstraselular

adalah cairan yang terdapat di luar sel. Kedua kompartemen ini dipisahkan oleh sel

membran yang memiliki permeabilitas tertentu. Hampir 67% dari total badan air

(Body’s Water) tubuh manusia terdapat di dalam cairan intrasellular dan 33% sisanya

akan berada pada cairan ekstrasellular. Air yang berada di dalam cairan ekstrasellular

ini kemudian akan terdistribusi kembali kedalam 2 Sub kompartemen yaitu pada

cairan interstisial (ISF) dan cairan intravaskular (plasma darah). 75% dari air pada

2

Page 3: Makalah

kompartemen cairan ekstraselular ini akan terdapat pada sela-sela sel (cairan

interstisial) dan 25% nya akan berada pada plasma darah (cairan intravaskular).

Total Cairan Tubuh

67 %

Cairan Intraseluler

33 %

Cairan Ekstraselular

75 %

Cairan Intertisial

25 %

Cairan

Intravascular

Tabel 1. Total Cairan Tubuh1

Pendistribusian air di dalam 2 kompartemen utama (Cairan Intrasellular dan

Cairan Ekstrasellular) ini sangat bergantung pada jumlah elektrolit dan makromolekul

yang terdapat dalam kedua kompartemen tersebut. Karena sel membran yang

memisahkan kedua kompartemen ini memiliki permeabilitas yang berbeda untuk tiap

zat, maka konsentrasi larutan (osmolality) pada kedua kompartemen juga akan

berbeda.

Elektrolit yang terdapat pada cairan tubuh akan berada dalam bentuk ion

bebas (free ions). Secara umum elektrolit dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis yaitu

kation dan anion. Jika elektrolit mempunyai muatan positif (+) maka elektrolit

tersebut disebut sebagai kation sedangkan jika elektrolit tersebut mempunyai muatan

negatif (-) maka elektrolit tersebut disebut sebagai anion. Contoh dari kation adalah

natrium (Na+) dan nalium (K+) dan contoh dari anion adalah klorida (Cl-) dan

bikarbonat (HCO3-). Elektrolit-elektrolit yang terdapat dalam jumlah besar di dalam

tubuh antara lain adalah natrium (Na+), kalium (K+), kalsium (Ca2+), magnesium

(Mg+), klorida (Cl-), bikarbonat (HCO3+), fosfat (HPO4

2-) dan sulfat (SO42-)

Di dalam tubuh manusia, keseimbangan antara air (H2O) dengan elektrolit

diatur secara ketat agar sel-sel dan organ tubuh dapat berfungsi dengan baik. Pada

tubuh manusia, elektrolit-elektrolit ini akan memiliki fungsi antara lain dalam

menjaga tekanan osmotik tubuh, mengatur pendistribusian cairan ke dalam

kompartemen badan air (body’s fluid compartement), menjaga pH tubuh dan juga

3

Page 4: Makalah

akan terlibat dalam setiap reaksi oksidasi dan reduksi serta ikut berperan dalam setiap

proses metabolisme.

Dalam komposisi air keringat, tiga mineral utama yaitu natrium, kalium, dan

klorida merupakan mineral dengan konsentrasi terbesar yang terdapat di dalamnya.

Sehingga dengan semakin besar laju pengeluaran keringat, maka laju kehilangan

natrium, kalium, dan klorida dari dalam tubuh juga akan semakin besar. Diantara

ketiganya, natrium dan klorida merupakan mineral dengan konsentrasi tertinggi yang

terbawa keluar tubuh melalui kelenjar keringat (sweat glands).

Elektrolit adalah senyawa di dalam larutan yang berdisosiasi menjadi partikel

yang bermuatan (ion) positif atau negatif. Ion bermuatan positif disebut kation dan

ion bermuatan negatif disebut anion. Keseimbangan keduanya disebut sebagai

elektronetralitas1.

Sebagian besar proses metabolisme memerlukan dan dipengaruhi oleh

elektrolit. Konsentrasi elektrolit yang tidak normal dapat menyebabkan banyak

gangguan1. Pemeliharaan homeostasis cairan tubuh adalah penting bagi kelangsungan

hidup semua organisme. Pemeliharaan tekanan osmotik dan distribusi beberapa

kompartemen cairan tubuh manusia adalah fungsi utama empat elektrolit mayor, yaitu

natrium (Na+), kalium (K+), klorida (Cl-), dan bikarbonat (HCO3-). Pemeriksaan

keempat elektrolit mayor tersebut dalam klinis dikenal sebagai ”profil elektrolit”.2

PEMBAHASAN

A. Fisiologi Natrium, Kalium, Klorida, dan Kalsium

Cairan tubuh terdiri dari air dan elektrolit. Cairan tubuh dibedakan atas

cairan ekstrasel dan intrasel. Cairan ekstrasel meliputi plasma dan cairan

interstisial1.

1. Fisiologi Natrium

Natrium adalah kation terbanyak dalam cairan ekstrasel, jumlahnya bisa

mencapai 60 mEq per kilogram berat badan dan sebagian kecil (sekitar 10-14

mEq/L) berada dalam cairan intrasel3. Lebih dari 90% tekanan osmotik di

cairan ekstrasel ditentukan oleh garam yang mengandung natrium, khususnya

dalam bentuk natrium klorida (NaCl) dan natrium bikarbonat (NaHCO3)

4

Page 5: Makalah

sehingga perubahan tekanan osmotik pada cairan ekstrasel menggambarkan

perubahan konsentrasi natrium4.

Perbedaan kadar natrium intravaskuler dan interstitial disebabkan oleh

keseimbangan Gibbs-Donnan, sedangkan perbedaan kadar natrium dalam

cairan ekstrasel dan intrasel disebabkan oleh adanya transpor aktif dari natrium

keluar sel yang bertukar dengan masuknya kalium ke dalam sel (pompa

Na+,K+)5. Kadar natrium dalam cairan ekstrasel dan cairan intrasel dapat dilihat

pada Tabel 1.4

Jumlah natrium dalam tubuh merupakan gambaran keseimbangan antara

natrium yang masuk dan natrium yang dikeluarkan. Pemasukan natrium yang

berasal dari diet melalui epitel mukosa saluran cerna dengan proses difusi dan

pengeluarannya melalui ginjal atau saluran cerna atau keringat di kulit4.

Pemasukan dan pengeluaran natrium perhari mencapai 48-144 mEq3.Tabel 2. Kadar Elektrolit dalam Cairan Ekstrasel dan Intrasel4

Plasma

mEq/L

Cairan

Interstitial

mEq/L

Cairan

Intraseluler

mEq/L

Na+ 140 148 13

K+ 4,5 5 140

Ca2+ 5 4 1x10-7

Mg2+ 1,7 1,5 7

Cl- 104 115 3

HCO3 24 27 10

SO42- 1 1,2 -

PO42- 2 2,3 107

Protein 15 8 40

Anion Organik 5 5 -

Jumlah natrium yang keluar dari traktus gastrointestinal dan kulit kurang

dari 10%. Cairan yang berisi konsentrasi natrium yang berada pada saluran

cerna bagian atas hampir mendekati cairan ekstrasel, namun natrium

5

Page 6: Makalah

direabsorpsi sebagai cairan pada saluran cerna bagian bawah, oleh karena itu

konsentrasi natrium pada feses hanya mencapai 40 mEq/L3.

Keringat adalah cairan hipotonik yang berisi natrium dan klorida.

Kandungan natrium pada cairan keringat orang normal rerata 50 mEq/L.

Jumlah pengeluaran keringat akan meningkat sebanding dengan lamanya

periode terpapar pada lingkungan yang panas, latihan fisik, dan demam1.

Ekskresi natrium terutama dilakukan oleh ginjal. Pengaturan eksresi ini

dilakukan untuk mempertahankan homeostasis natrium, yang sangat diperlukan

untuk mempertahankan volume cairan tubuh. Natrium difiltrasi bebas di

glomerulus, direabsorpsi secara aktif 60-65% di tubulus proksimal bersama

dengan H2O dan klorida yang direabsorpsi secara pasif, sisanya direabsorpsi di

lengkung henle (25-30%), tubulus distal (5%), dan duktus koligentes (4%).

Sekresi natrium di urine <1%. Aldosteron menstimulasi tubulus distal untuk

mereabsorpsi natrium bersama air secara pasif dan mensekresi kalium pada

sistem renin-angiotensin-aldosteron untuk mempertahankan elektroneutralitas6.

Nilai rujukan kadar natrium pada :

Serum bayi : 134-150 mmol/L

Serum anak dan dewasa : 135-145 mmol/L

Urin anak dan dewasa : 40-220 mmol/24 jam

Cairan serebrospinal : 136-150 mmol/L

Feses : kurang dari 10 mmol/hari

2. Fisiologi Kalium

Sekitar 98% jumlah kalium dalam tubuh berada di dalam cairan intrasel.

Konsentrasi kalium intrasel sekitar 145 mEq/L dan konsentrasi kalium ekstrasel

4-5 mEq/L (sekitar 2%). Jumlah konsentrasi kalium pada orang dewasa berkisar

50-60 per kilogram berat badan (3000-4000 mEq). Jumlah kalium ini

dipengaruhi oleh umur dan jenis kelamin. Jumlah kalium pada wanita 25%

lebih kecil dibanding pada laki-laki dan jumlah kalium pada orang dewasa lebih

kecil 20% dibandingkan pada anak-anak7.

6

Page 7: Makalah

Perbedaan kadar kalium di dalam plasma dan cairan interstisial

dipengaruhi oleh keseimbangan Gibbs-Donnan, sedangkan perbedaan kalium

cairan intrasel dengan cairan interstisial adalah akibat adanya transpor aktif

(transpor aktif kalium ke dalam sel bertukar dengan natrium)7.

Jumlah kalium dalam tubuh merupakan cermin keseimbangan kalium

yang masuk dan keluar. Pemasukan kalium melalui saluran cerna tergantung

dari jumlah dan jenis makanan. Orang dewasa pada keadaan normal

mengkonsumsi 60-100 mEq kalium perhari (hampir sama dengan konsumsi

natrium). Kalium difiltrasi di glomerulus, sebagian besar (70-80%) direabsorpsi

secara aktif maupun pasif di tubulus proksimal dan direabsorpsi bersama

dengan natrium dan klorida di lengkung henle7. Kalium dikeluarkan dari tubuh

melalui traktus gastrointestinal kurang dari 5%, kulit, dan urin mencapai 90%8.

Nilai rujukan kalium serum pada:

Serum bayi : 3,6-5,8 mmol/L

Serum anak : 3,5-5,5 mmo/L

Serum dewasa : 3,5-5,3 mmol/L

Urin anak : 17-57 mmol/24 jam

Urin dewasa : 40-80 mmol/24 jam

Cairan lambung : 10 mmol/L

3. Fisiologi Klorida

Klorida merupakan anion utama dalam cairan ekstrasel. Pemeriksaan

konsentrasi klorida dalam plasma berguna sebagai diagnosis banding pada

gangguan keseimbangan asam-basa dan menghitung anion gap9.

Jumlah klorida pada orang dewasa normal sekitar 30 mEq per kilogram

berat badan. Sekitar 88% klorida berada dalam cairan ekstraseluler dan 12%

dalam cairan intrasel. Konsentrasi klorida pada bayi lebih tinggi dibandingkan

pada anak-anak dan dewasa10.

Keseimbangan Gibbs-Donnan mengakibatkan kadar klorida dalam cairan

interstisial lebih tinggi dibanding dalam plasma. Klorida dapat menembus

membran sel secara pasif11. Perbedaan kadar klorida antara cairan interstisial

7

Page 8: Makalah

dan cairan intrasel disebabkan oleh perbedaan potensial di permukaan luar dan

dalam membran sel11.

Jumlah klorida dalam tubuh ditentukan oleh keseimbangan antara klorida

yang masuk dan yang keluar. Klorida yang masuk tergantung dari jumlah dan

jenis makanan. Kandungan klorida dalam makanan sama dengan natrium.

Orang dewasa pada keadaan normal rerata mengkonsumsi 50-200 mEq klorida

per hari dan ekskresi klorida bersama feses sekitar 1-2 mEq perhari. Drainase

lambung atau usus pada diare menyebabkan ekskresi klorida mencapai 100

mEq perhari. Kadar klorida dalam keringat bervariasi, rerata 40 mEq/L. Bila

pengeluaran keringat berlebihan, kehilangan klorida dapat mencapai 200 mEq

per hari. Ekskresi utama klorida adalah melalui ginjal1.

Nilai rujukan klorida pada :

Serum bayi baru lahir : 94-112 mmol/L

Serum anak : 98-105 mmol/L

Serum dewasa : 95-105 mmol/L

Keringat anak : <50 mmol/L

Keringat dewasa : <60 mmol/L

Urin : 110-250 mmol/24 jam

Feses : 2 mmol/24 jam

4. Fisiologi Kalsium

Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat di dalam tubuh,

yaitu 1,5-2% dari berat badan orang dewasa. Di dalam tubuh manusia terdapat

kurang lebih 1 kg kalsium12. Dari jumlah ini, 99% berada di dalam jaringan

keras, yaitu tulang dan gigi terutama dalam bentuk hidroksiapatit Kalsium

tulang berada dalam keadaan seimbang dengan kalsium plasma pada

konsenterasi kurang lebih 2,25-2,60 mmol/l (9-10,4 mg/100ml). Densitas tulang

berbeda menurut umur, meningkat pada bagian pertama kehidupan dan

menurun secara berangsur setelah dewasa. Selebihnya kalsium tersebar luas di

dalam tubuh. Di dalam cairan ekstraselular dan intraselular kalsium memegang

peranan penting dalam mengatur fungsi sel, seperti untuk transmisi saraf,

8

Page 9: Makalah

kontraksi otot, penggumpalan darah, dan menjaga permebilitas membran sel.

Kalsium juga mengatur pekerjaan hormon-hormon dan faktor pertumbuhan13.

B. Gangguan Keseimbangan Natrium, Kalium, Klorida, dan Kalsium

1. Gangguan Keseimbangan Natrium

Seseorang dikatakan hiponatremia, bila konsentrasi natrium plasma dalam

tubuhnya turun lebih dari beberapa miliekuivalen dibawah nilai normal (135-

145 mEq/L) dan hipernatremia bila konsentrasi natrium plasma meningkat di

atas normal. Hiponatremia biasanya berkaitan dengan hipoosmolalitas dan

hipernatremia berkaitan dengan hiperosmolalitas14.

i. Penyebab Hiponatremia

Kehilangan natrium klorida pada cairan ekstrasel atau penambahan air

yang berlebihan pada cairan ekstrasel akan menyebabkan penurunan

konsentrasi natrium plasma. Kehilangan natrium klorida primer biasanya

terjadi pada dehidrasi hipoosmotik seperti pada keadaan berkeringat selama

aktivitas berat yang berkepanjangan, berhubungan dengan penurunan volume

cairan ekstrasel seperti diare, muntah-muntah, dan penggunaan diuretik secara

berlebihan15.

Hiponatremia juga dapat disebabkan oleh beberapa penyakit ginjal yang

menyebabkan gangguan fungsi glomerulus dan tubulus pada ginjal, penyakit

Addison, serta retensi air yang berlebihan (overhidrasi hipoosmotik) akibat

hormon antidiuretik15. Kepustakaan lain menyebutkan bahwa respons

fisiologis dari hiponatremia adalah tertekannya pengeluaran ADH dari

hipotalamus (osmolaritas urin rendah)4.

Pseudohiponatremia dapat dijumpai pada penurunan fraksi plasma, yaitu

pada kondisi hiperlipidemia dan hiperkolesterolemia, hiperproteinemia, dan

hiperglikemia serta kelebihan pemberian manitol dan glisin7.

Menurut waktu terjadinya, hiponetremia dapat dibagi dalam 2 jenis16 :

a. Hiponatremia akut

Hiponatremia akut adalah kejadian hiponatremi yang berlangsung

cepat yaitu kurang dari 48 jam. Pada keadaan ini akan terjadi gejala yang

berat seperti penurunan kesadaran dan kejang.

9

Page 10: Makalah

b. Hiponatremia kronik

Hiponatremia kronik adalah kejadian hiponatremia yang berlangsung

lambat yaitu lebih dari 48 jam. Pada keadaan ini tidak terjadi gejala yang

berat seperti penurunan kesadaran dan kejang (ada proses adaptasi), gejala

yang timbul hanya ringan seperti lemas atau mengantuk.

ii. Penyebab Hipernatremia

Peningkatan konsentrasi natrium plasma karena kehilangan air dan

larutan ekstrasel (dehidrasi hiperosmotik pada diabetes insipidus) atau karena

kelebihan natrium dalam cairan ekstrasel seperti pada overhidrasi osmotik

atau retensi air oleh ginjal dapat menyebabkan peningkatan osmolaritas dan

konsentrasi natrium klorida dalam cairan ekstrasel7.

Kepustakaan lain menyebutkan bahwa hipernatremia dapat terjadi bila

ada defisit cairan tubuh akibat ekskresi air melebihi ekskresi natrium atau

asupan air yang kurang. Misalnya pada pengeluaran air tanpa elektrolit

melalui insensible water loss atau keringat, diare osmotik akibat pemberian

laktulose atau sorbitol, diabetes insipidus sentral maupun nefrogenik, diuresis

osmotik akibat glukosa atau manitol, gangguan pusat rasa haus di hipotalamus

akibat tumor atau gangguan vaskular4.

2. Gangguan Keseimbangan Kalium

Bila kadar kalium kurang dari 3,5 mEq/L disebut sebagai hipokalemia

dan kadar kalium lebih dari 5,3 mEq/L disebut sebagai hiperkalemia.

Kekurangan ion kalium dapat menyebabkan frekuensi denyut jantung

melambat4. Peningkatan kalium plasma 3-4 mEq/L dapat menyebabkan aritmia

jantung, konsentrasi yang lebih tinggi lagi dapat menimbulkan henti jantung

atau fibrilasi jantung4.

i. Penyebab Hipokalemia

Penyebab hipokalemia dapat dibagi sebagai berikut :

a. Asupan Kalium Kurang

Orang tua yang hanya makan roti panggang dan teh, peminum

alkohol yang berat sehingga jarang makan dan tidak makan dengan baik,

10

Page 11: Makalah

atau pada pasien sakit berat yang tidak dapat makan dan minum dengan

baik melalui mulut atau disertai oleh masalah lain misalnya pada

pemberian diuretik atau pemberian diet rendah kalori pada program

menurunkan berat badan dapat menyebabkan hipokalemia1.

b. Pengeluaran Kalium Berlebihan

Pengeluaran kalium yang berlebihan terjadi melalui saluran cerna

seperti muntah-muntah, melalui ginjal seperti pemakaian diuretik,

kelebihan hormon mineralokortikoid primer/hiperaldosteronisme primer

(sindrom barter atau sindrom gitelman) atau melalui keringat yang

berlebihan4. Diare, tumor kolon (adenoma vilosa), dan pemakaian pencahar

menyebabkan kalium keluar bersama bikarbonat pada saluran cerna bagian

bawah (asidosis metabolik)1. Licorice (semacam permen) yang

mengandung senyawa yang bekerja mirip aldosteron, dapat menyebabkan

hipokalemia jika dimakan berlebihan1.

c. Kalium Masuk ke Dalam Sel

Kalium masuk ke dalam sel dapat terjadi pada alkalosis ekstrasel,

pemberian insulin, peningkatan aktivitas beta-adrenergik (pemakaian β2-

agonis), paralisis periodik hipokalemik, dan hipotermia4.

ii. Penyebab Hiperkalemia

Hiperkalemia dapat disebabkan oleh :

a. Keluarnya Kalium dari Intrasel ke Ekstrasel

Kalium keluar dari sel dapat terjadi pada keadaan asidosis metabolik

bukan oleh asidosis organik (ketoasidosis, asidosis laktat), defisit insulin,

katabolisme jaringan meningkat, pemakaian obat penghambat β-

adrenergik, dan pseudohiperkalemia4.

b. Berkurangnya Ekskresi Kalium melalui Ginjal

Berkurangnya ekskresi kalium melalui ginjal terjadi pada keadaan

hiperaldosteronisme, gagal ginjal, depresi volume sirkulasi efektif,

pemakaian siklosporin atau akibat koreksi ion kalium berlebihan dan pada

kasus-kasus yang mendapat terapi angiotensin-converting enzyme inhibitor

11

Page 12: Makalah

dan potassium sparing diuretics4. Pseudohiperkalemia dapat disebabkan

oleh hemolisis, sampel tidak segera diperiksa atau akibat kesalahan

preanalitik yang lain yaitu tornikuet pada lengan atas tidak dilepas sebelum

diambil darah setelah penderita menggenggam tangannya berulangkali

(peningkatan sampai 2 mmol/L). Jumlah trombosit >500.000/mm3 atau

leukosit >70.000/mm3 juga dapat meningkatkan kadar kalium serum9.

3. Gangguan Keseimbangan Klorida

i. Penyebab Hipokloremia

Hipokloremia terjadi jika pengeluaran klorida melebihi pemasukan.

Penyebab hipokloremia umumnya sama dengan hiponatremia, tetapi pada

alkalosis metabolik dengan hipokloremia, defisit klorida tidak disertai defisit

natrium. Hipokloremia juga dapat terjadi pada gangguan yang berkaitan

dengan retensi bikarbonat, contohnya pada asidosis respiratorik kronik dengan

kompensasi ginjal9.

ii. Penyebab Hiperkloremia

Hiperkloremia terjadi jika pemasukan melebihi pengeluaran pada

gangguan mekanisme homeostasis dari klorida. Umumnya penyebab

hiperkloremia sama dengan hipernatremia. Hiperkloremia dapat dijumpai

pada kasus dehidrasi, asidosis tubular ginjal, gagal ginjal akut, asidosis

metabolik yang disebabkan karena diare yang lama dan kehilangan natrium

bikarbonat, diabetes insipidus, hiperfungsi status adrenokortikal dan

penggunaan larutan salin yang berlebihan, alkalosis respiratorik. Asidosis

hiperkloremia dapat menjadi petanda pada gangguan tubulus ginjal yang luas9.

4. Gangguan Keseimbangan Kalsium

i. Penyebab Hipokalsemia

Kekurangan kalsium pada masa pertumbuhan dapat menyebabkan

ganggguan pertumbuhan. Tulang kurang kuat, mudah bengkok, dan rapuh.

Semua orang dewasa, terutama setelah usia 50 tahun, kehilangan kalsium dari

tulangnnya. Tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Hal ini dinamakan

osteoporosis yang dapat dipercepat oleh keadaan stress sehari-hari.

12

Page 13: Makalah

Osteoporosis lebih banyak terjadi pada wanita daripada laki-laki dan lebih

banyak pada orang kulit putih daripada kulit berwarna. Di samping itu

osteoporosis lebih banyak terjadi pada perokok dan peminum alkohol13.

FDA (1998) menegaskan bahwa asupan kalsium yang rendah adalah

salah satu faktor risiko terjadinya osteoporosis, suatu kondisi dari rendahnya

massa tulang atau kepadatannya. Osteoporosis terjadi pada 25% wanita

pascamenopause, nampaknya defisiensi estrogen pada masa itu ikut berperan

sehingga insidensnya pada wanita lebih tinggi17. Karena terapi osteoporosis

sulit dan sering kurang memuaskan, pencegahan sejauh ini merupakan cara

terbaik untuk menangani masalah kesehatan ini. Pencegahan osteoporosis

dapat dimulai ketika tulang seseorang dibentuk. Pembentukan tulang yang

kuat sebelum menopause melalui makanan yang kaya kalsium dan olahraga

yang adekuat tampaknya merupakan tindakan yang terbaik. Adanya cadangan

tulang pada usia pertengahan dapat memperlambat munculnya manifestasi

klinis osteoporosis pada usia selanjutnya. Akivitas fisik yang berlanjut seumur

hidup tampaknya dapat menunda atau mencegah pengeroposan tulang, bahkan

pada orang berusia lanjut18. Kekurangan kalsium dapat menyebabkan

osteomalasia, yang dinamakan juga riketsia pada orang dewasa dan biasanya

terjadi karena kekurangan vitamin D dan ketidakseimbangan konsumsi

kalsium terhadap fosfor. Mineralisasi matriks tulang terganggu, sehingga

kandungan kalsium di dalam tulang menurun13.

ii. Penyebab Hiperkalsemia

Konsumsi kalsium hendaknya tidak melebihi 2500 mg sehari. Kelebihan

kalsium dapat menimbulkan batu ginjal atau gangguan ginjal. Di samping itu,

dapat menyebabkan konstipasi (susah buang air besar). Kelebihan kalsium

bisa terjadi bila menggunakan suplemen kalsium berupa tablet atau bentuk

lain13.

KESIMPULAN

Di dalam tubuh manusia, cairan akan terdistribusi ke dalam 2 kompartemen

utama yaitu cairan intraselular (ICF) dan cairan ekstrasellular (ECF). Kedua

kompartemen ini dipisahkan oleh sel membran yang memiliki permeabilitas tertentu.

13

Page 14: Makalah

Pendistribusian air di dalam 2 kompartemen utama (Cairan Intrasellular dan Cairan

Ekstrasellular) ini sangat bergantung pada jumlah elektrolit dan makromolekul yang

terdapat dalam kedua kompartemen tersebut.

Di dalam tubuh manusia, keseimbangan antara air (H2O) dengan elektrolit

diatur secara ketat agar sel-sel dan organ tubuh dapat berfungsi dengan baik. Pada

tubuh manusia, elektrolit-elektrolit ini akan memiliki fungsi antara lain dalam

menjaga tekanan osmotik tubuh, mengatur pendistribusian cairan ke dalam

kompartemen badan air (body’s fluid compartement), menjaga pH tubuh dan juga

akan terlibat dalam setiap reaksi oksidasi dan reduksi serta ikut berperan dalam setiap

proses metabolisme.

Sebagian besar proses metabolisme memerlukan dan dipengaruhi oleh

elektrolit. Konsentrasi elektrolit yang tidak normal dapat menyebabkan banyak

gangguan1. Pemeliharaan homeostasis cairan tubuh adalah penting bagi kelangsungan

hidup semua organisme. Pemeliharaan tekanan osmotik dan distribusi beberapa

kompartemen cairan tubuh manusia adalah fungsi utama empat elektrolit mayor, yaitu

natrium (Na+), kalium (K+), klorida (Cl-), dan bikarbonat (HCO3-). Pemeriksaan

keempat elektrolit mayor tersebut dalam klinis dikenal sebagai ”profil elektrolit”.2

DAFTAR PUSTAKA

1. Wilson L.M, ‘Keseimbangan Cairan dan Elektrolit serta Penilaiannya’ dalam: Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Edisi ke-4. Jakarta : Buku Kedokteran EGC ; 1995 : 283-301.

2. Scott M.G., LeGrys, V.A. and Klutts J,‘Electrochemistry and Chemical Sensors and Electrolytes and Blood Gases’’ In: Tietz Text Book of Clinical Chemistry and Molecular Diagnostics, 4th Ed. Vol.1. Philadelphia : Elsevier Saunders Inc ; 2006 : 93-1014.

3. Matfin G. and Porth C.M, ‘Disorders of Fluid and Electrolyte Balance’ In: Pathophysiology Concepts of Altered Health States, 8th Edition. USA : McGraw Hill Companies ; 2009 : 761-803.

4. Darwis D, Moenajat Y, Nur B.M, Madjid A.S, Siregar P, Aniwidyaningsih W, dkk, ’Fisiologi Keseimbangan Air dan Elektrolit’ dalam Gangguan

14

Page 15: Makalah

Keseimbangan Air-Elektrolit dan Asam-Basa, Fisiologi, Patofisiologi, Diagnosis dan Tatalaksana, ed. ke-2. Jakarta : FK-UI ; 2008 : 29-114.

5. Sacher R.A. dan Mcpherson R.A,‘Pengaturan Asam-Basa dan Elektrolit’ pada : Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium, edisi kedua. Jakarta : Buku Kedokteran EGC ; 2002 : 320-340.

6. Stefan Silbernagl and Florian Lang, Teks dan Atlas Berwarna Patofisiologi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC ; 2007 : 92-125.

7. Reilly R.F and Perazella M.A, In: Lange Acid-Base Fluids and Electrolytes. USA : McGraw Hill Companies Inc ; 2007 : 21-170.

8. Ganong W.F, ’Fungsi Ginjal dan Miksi’ pada Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, edisi ke-22. Jakarta : Buku Kedokteran EGC ; 2005 : 725-756.

9. Klutts J.S. and Scott M.G, ‘Physiology and disorders of Water, Electrolyte, and Acid-Base Metabolism’ In: Tietz Text Book of Clinical Chemistry and Molecular Diagnostics, 4th Ed. Vol.1. Philadelphia : Elsevier Saunders Inc ; 2006 : 1747-1775.

10. Priest G, Smith B and Heitz, ’9180 Electrolyte Analyzer Operator’s Manual’ 1st Ed. USA : AVL Scientifi Corporation ; 1996 : 1-120.

11. Eaton D.C. and Pooler J.P, in: Vander’s Renal Physiology, 7th Ed. Atlanta : McGraw Hill Companies Inc ; 2009 : 77-154.

12. Mayes, P.A. Metabolisme asam lemak tak jenuh dan eikosanoid. In: Murray, R.K., D.K. Granner, P.A. Mayes, V.W. Rodwell. (Eds). Biokimia Harper. Alih bahasa oleh Andry Hartono, Editor edisi bahasa Indonesia, Anna P. Bani, Tiara M.N. Sikumbang. Ed. 25. Jakarta : EGC ; 2003 : 242-259

13. Almatsier, S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Umum ; 2004

14. O’Callaghan C, ’Sains Dasar Ginjal dan Gangguan Fungsi Metabolik Ginjal’ At a Glance Sistem Ginjal, Edisi Kedua. Jakarta : Erlangga ; 2009 : 22-68.

15. Fischbach F, Dunning M.B, Talaska F, Barnet M, Schweitzer T.A, Strandell C, et al, ‘Chlorida, Potassium, Sodium’ In: A Manual of Laboratory and Diagnostic Test, 8th Ed. Philadelphia : Lippincot Wiliams and Wilkins ; 2009 : 997-1009.

16. [UPK-PKB] Unit Pendidikan Kedokteran-Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan. Gangguan Keseimbangan Air-Elektrolit dan Asam- Basa. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ; 2007

15

Page 16: Makalah

17. Hillegas, K, Patofisiologi Konsep Klinis dan Proses-Proses Penyakit, Edisi 6. Jakarta : EGC ; 2005

18. Sherwood, L. Fisiologi Manusia : Dari Sel ke Sistem. Jakarta : EGC ; 2001.

16