makalah agama islam - penyimpangan salafi wahabi

30
Makalah Pendidikan Agama Islam Penyimpangan dan Kebohongan Salafi Wahabi 1  , BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Adagium yang mengatakan bahwa, buku adalah pengikat ilmu, tidak ada yang mengingkarinya. Lebih dari itu, buku merupakan salah satu media utama dalam mencari kebenaran. Telah berabad-abad lamanya para ulama terdahulu mewarisi ilmu mereka kepada generasi berikutnya melalui buku yang mereka tulis. Buku-buku warisan para ulama tersebut menjadi amat berharga dan sangat penting bagi umat dalam rangka mencari kebenaran dan petunjuk Allah. Lalu apa jadinya jika buku-buku para ulama yang mewarisi ilmu dan petunjuk itu dikotori, diselewengkan dan bahkan dipalsukan? Sering terjadinya kasus-kasus penyelewengan dan kebohongan publik seperti ini dibenarkan oleh para ulama kawakan di Timur Tengah, semisal: Mufti Mesir, Syaikh Prof. Dr. Ali Jum’ah; toloh ulama Syria, al-Muhaddist asy-Syaikh Abdullah al-Harari al-Habasyi; tokoh ulama Maroko, al-Muhaddist as-Sayyid Ahmad al-Ghimari; tokoh ulama tasawuf di Makkah, al-Muhaddist as-Syaikh Muhammad ibnu Alawi al-Maliki, dan ulama-ulama lainnya. Salafi Wahabi sangat menyadari bahwa buku merupakan salah satu media paling efektif untuk ‘mengarahkan’ umat kepada paham yang mereka inginkan. Karenanya tidak aneh jika mereka sangat menaruh perhatian besar dalam ranah perbukuan, penerbitan, dan penerjemahan. Beragam jenis buku—baik buku

Upload: iriahus-shichibukai

Post on 23-Oct-2015

579 views

Category:

Documents


16 download

DESCRIPTION

Contoh Makalah tentang Penyimpangan aliran dalam agama Islam

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Agama Islam - Penyimpangan Salafi Wahabi

Makalah Pendidikan Agama Islam Penyimpangan dan Kebohongan Salafi Wahabi 1

 , 

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Adagium yang mengatakan bahwa, buku adalah pengikat ilmu, tidak ada

yang mengingkarinya. Lebih dari itu, buku merupakan salah satu media utama

dalam mencari kebenaran. Telah berabad-abad lamanya para ulama terdahulu

mewarisi ilmu mereka kepada generasi berikutnya melalui buku yang mereka

tulis. Buku-buku warisan para ulama tersebut menjadi amat berharga dan sangat

penting bagi umat dalam rangka mencari kebenaran dan petunjuk Allah. Lalu apa

jadinya jika buku-buku para ulama yang mewarisi ilmu dan petunjuk itu dikotori,

diselewengkan dan bahkan dipalsukan?

Sering terjadinya kasus-kasus penyelewengan dan kebohongan publik

seperti ini dibenarkan oleh para ulama kawakan di Timur Tengah, semisal: Mufti

Mesir, Syaikh Prof. Dr. Ali Jum’ah; toloh ulama Syria, al-Muhaddist asy-Syaikh

Abdullah al-Harari al-Habasyi; tokoh ulama Maroko, al-Muhaddist as-Sayyid

Ahmad al-Ghimari; tokoh ulama tasawuf di Makkah, al-Muhaddist as-Syaikh

Muhammad ibnu Alawi al-Maliki, dan ulama-ulama lainnya.

Salafi Wahabi sangat menyadari bahwa buku merupakan salah satu media

paling efektif untuk ‘mengarahkan’ umat kepada paham yang mereka inginkan.

Karenanya tidak aneh jika mereka sangat menaruh perhatian besar dalam ranah

perbukuan, penerbitan, dan penerjemahan. Beragam jenis buku—baik buku

Page 2: Makalah Agama Islam - Penyimpangan Salafi Wahabi

Makalah Pendidikan Agama Islam Penyimpangan dan Kebohongan Salafi Wahabi 2

 , 

kertas maupun buku digital (e-book)—mereka cetak untuk dibagikan secara

gratis maupun dijual dengan harga murah.

1.2 Tujuan Penulisan

Makalah ini dibuat dengan tujuan:

1. Untuk memenuhi tugas membuat makalah mata kuliah Pendidikan Agama

Islam yang diberikan kepada kami dengan mengambil tema yang telah

disebut di awal.

2. Secara gamblang dan ringkas makalah ini dimaksudkan untuk menyampaikan

informasi ilmiah tentang Wahabisme, didukung oleh fakta-fakta yang ada,

yang selama ini cenderung tertutup dan ditutup-tutupi dengan harapan kita

dapat mengambil pelajaran darinya.

3. Memberikan tambahan pengetahuan tentang aliran pemahaman yang

menyimpang dalam Islam sehingga saudara-saudara kaum muslimin dapat

mewaspadai segala bentuk pemikiran yang dapat menjerumuskan akidah

keislamannya, dan

4. Semoga makalah ini dapat menjadi amal saleh di sisi-Nya dan dapat

memperberat timbangan amal kebajikan kelak di akhirat. Amin.

1.3 Batasan Masalah

Mengingat luasnya masalah yang bisa dibahas dalam makalah ini baik

dari segi sejarah, ideologi, maupun perkembangannya sampai Salafi Wahabi

melakukan banyak penyelewengan, penyimpangan dan kebohongan utamanya

Page 3: Makalah Agama Islam - Penyimpangan Salafi Wahabi

Makalah Pendidikan Agama Islam Penyimpangan dan Kebohongan Salafi Wahabi 3

 , 

melalui propaganda buku dan pemalsuan kitab-kitab klasik karya ulama Islam,

maka kami membatasi pembahasan pada seputar sejarah dan sepak terjang

singkat Salafi Wahabi, beberapa poin penting penyelewengan dan penyimpangan

paham ini, serta beberapa bukti autentik dan ilmiah tentang pemalsuan kitab-kitab

karya ulama Islam, penyelewengan teks yang ada, serta komentar para ulama

terhadap paham ini.

1.4 Rumusan Masalah

Untuk memperjelas ulasan tentang tema makalah maka kami mengangkat

dua permasalahan pokok dalam bahasan makalah ini, yaitu:

1. Sejak berdiri dan dalam perkembangannya, apa saja bentuk penyelewengan

dan penyimpangan yang telah dilakukan oleh Salafi Wahabi?

2. Bukti-bukti autentik apa saja yang berkaitan dengan pemalsuan dan

penyelewengan teks kitab-kitab klasik karya ulama-ulama Islam?

Page 4: Makalah Agama Islam - Penyimpangan Salafi Wahabi

Makalah Pendidikan Agama Islam Penyimpangan dan Kebohongan Salafi Wahabi 4

 , 

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sekilas tentang Salafi Wahabi

Kata salafi merupakan sebuah bentuk penisbatan kepada as-salaf yang

mana secara bahasa bermakna ‘orang-orang yang hidup sebelum zaman kita’.1

Adapun secara terminologi as-salaf dapat dimaknai sebagai generasi tiga abad

pertama sepeninggal Rasulullah, yakni para sahabat Nabi Saw., kemudian para

tabi’in (pengikut Nabi setelah masa sahabat), dan tabi’ at-tabi’in (pengikut Nabi

setelah masa tabi’in). Hal ini berdasarkan pada sebuah hadist muttafaqun ‘alaih

yang berbunyi: “Sebaik-baik manusia adalah (yang hidup) di masaku, kemudian

yang mengikuti mereka (tabi’in), kemudian yang mengikuti mereka (tabi’ at-

tabi’in).” (HR. Bukhari dan Muslim). Oleh karena itu, seorang Salafi berarti

seseorang yang mengikuti jalan para sahabat Nabi Saw., tabi’in dan tabi’ at-

tabi’in dalam seluruh sisi ajaran dan pemahaman mereka.2

Sampai di sini sebenarnya tidak ada masalah dengan klaim salafi ini,

karena pada dasarnya setiap muslim akan mengakui legalitas kedudukan para

sahabat Nabi Saw. dan dua generasi terbaik umat Islam sesudahnya. Seorang

muslim mana pun sedikit banyak memiliki kadar ke‘salafi’an dalam dirinya,

meskipun tidak menggembar-gemborkan bahwa ia seorang Salafi. Sebab, dari

definisi ini, maksud dari kata salafi sebenarnya adalah Islam itu sendiri.

                                                            1 Abu al-Fadhl Muhammad ibnu Manzhur: Qamus Lisan al-Arab, Dar as-Shadir, Beirut, Lebanon 1410 H.

Cetakan ke-1, entri Sa-La-Fa, jilid 6, h. 330 2 Dari kata ini kemudian sering didengar kata bentukan lainnya, seperti Salafiyah (yang berarti ajaran atau

paham Salaf) atau Salafiyun/Salafiyin yang merupakan bentuk jamak dari Salafi

Page 5: Makalah Agama Islam - Penyimpangan Salafi Wahabi

Makalah Pendidikan Agama Islam Penyimpangan dan Kebohongan Salafi Wahabi 5

 , 

Namun demikian, saat ini penggunaan kata salafi menjadi tercemari. Kata

salafi—karena propaganda dan klaim yang gencar—saat ini secara khusus

mengarah kepada kelompok gerakan Islam tertentu. Lebih dari itu, kelompok

tersebut mengaku-aku sebagai satu-satunya kelompok salaf yang merasa paling

benar. Dan yang lebih berbahaya, kelompok ini cenderung menyimpang dari

ajaran Islam yang benar yang dianut oleh mayoritas umat Islam sejak zaman

Rasulullah Saw. hingga saat ini.

Siapakah sebenarnya kelompok yang mengklaim sebagai “Salafi” yang

akhir-akhir ini mulai marak tersebut? Ketahuilah, kelompok yang sekarang

mengaku-aku sebagai Salafi ini, dahulu dikenal dengan nama Wahabi. Tidak ada

perbedaan antara Salafi yang ini dengan Wahabi. Sewaktu di Jazirah Arab,

mereka lebih dikenal dengan Wahhabiyah Hanbaliyah. Namun, ketika di ekspor

ke luar Saudi, mereka mengatasnamakan dirinya dengan “Salafi”.3

Prof. Dr. Sa’id Ramadhan al-Buthi dalam bukunya, as-Salafiyah

Marhalah Zamaniyah Mubarakah La Madzhab Islami,4 mengungkapkan bahwa

Wahabi berganti baju menjadi Salafi atau terkadang Ahlussunnah—yang

seringnya tanpa didikuti dengan kata wal Jama’ah—karena mereka merasa risih

dengan penisbatan tersebut dan mengalami banyak kegagalan dalam dakwahya.

Pada hakikatnya, mereka bukanlah Salafi atau para pengikut Salaf.

Mereka lebih tepat jika disebut dengan ‘Salafi Wahabi’ seperti yang tertulis

dalam judul makalah ini. Sebutan Salafi Wahabi lebih tepat karena mereka adalah

                                                            3 Hasan bin Ali as-Segaf: as-Salafiyah al-Wahhabiyah, Dar al-Imam ar-Rawwas, Beirut, Lebanon, h. 20. 4 Dr. Sa’id Ramadhan al-Buthi: as-Salafiyah Marhalah Zamaniyah Mubarakah La Madzhab Islami, Dar al-Fikr,

Damaskus, Syria 1996, h. 236.

Page 6: Makalah Agama Islam - Penyimpangan Salafi Wahabi

Makalah Pendidikan Agama Islam Penyimpangan dan Kebohongan Salafi Wahabi 6

 , 

pengikut Muhammad ibnu Abdul Wahab yang lahir di Uyainah, Najd,5 Saudi

Arabia pada tahun 1115 H (1701 M) dan wafat tahun 1206 H (1792 M). Pendiri

Wahabi ini sangat mengagumi Ibnu Taimiyah, seorang ulama kontroversial yang

hidup di abad ke-8 Hijriah dan banyak mempengaruhi cara berpikirnya.6

Salafi Wahabi sangat erat kaitannya dengan dinasti Saud di Saudi Arabia.

Sampai akhir abad ke-17, Jazirah Arab masih terbagi empat wilayah, bagian utara

berpusat di Syam (Syria), timur di Najd, barat di Hijaz, dan selatan di Yaman.

Tapi awal abad ke-18, Gubernur Najd, Muhammad Ibnu Saud, yang didukung

oleh Muhammad bin Abdul Wahab, memisahkan diri dari Khalifah Utsmani.

Pertama kali muncul, gerakan ini langsung dihabisi oleh Khalifah Utsmani yang

memerintahkan Gubernur Mesir, Raja Fuad, untuk memerangi mereka. Dalam

pertempuran ini Muhammad Ibnu Saud bisa dikalahkan dan salah satu anaknya,

Faisal, terbunuh.

Akan tetapi, Abdul Aziz bin Abdurrahman bin Muhammad Saud, cucu

Muhammad Saud, melarikan diri ke luar negeri untuk menghimpun kekuatan.

Begitu ada kesempatan dengan dukungan pasukan yang sangat militan, Abdul

Aziz menyerang Mekah. Begitu masuk Mekah, mereka langsung meratakan

semua kuburan, termasuk kuburannya Siti Khadijah, Abdullah bin Zubaer, Asma

binti Abu Bakar, kuburan para sahabat, dan kuburan ulama.

Situs-situs sejarah perkembangan Islam juga dibongkar: rumah paman

Nabi Muhammad Saw. dijadikan toilet, rumah Siti Khadijah difungsikan sebagai

tempat pembuangan, rumah Sayyidina Ali dijadikan kandang keledai, rumah

                                                            5 Najd sekarang masku ke dalam kawasan Kota Riyadh, Saudi Arabia. 6 Muhammad Abu Zahrah: Tarikh al-Mazhabib al-Islamiyah al-Fiqhiyah, Dar al-Fikr al-Arabi, Cairo, h. 187.

Page 7: Makalah Agama Islam - Penyimpangan Salafi Wahabi

Makalah Pendidikan Agama Islam Penyimpangan dan Kebohongan Salafi Wahabi 7

 , 

kelahiran Nabi Saw. dibongkar, Bab Bani Syaibah (tempat bersejarah untuk

menentukan siapa yang berhak meletakkan Hajar Aswad) dihilangkan jejaknya,

Baitul Arqam dibongkar, Dar an-Nadwah diratakan dan tempat mengajar Imam

Syafi’i juga dibongkar.

2.2 Penyimpangan Salafi Wahabi

Salah satu propaganda Salafi Wahabi yang cukup mempedaya kaum

awam adalah ajakan mereka agar umat kembali kepada ‘pemahaman salaf’. Akan

tetapi, ajakan itu tidak semanis bunyinya. Sebab, jika kita cermati secara teliti,

kita akan melihat bahwa orang-orang yang mengajak kepada ‘pemahaman salaf’

itu justru melarang umat Islam untuk mengikuti pemahaman salaf semisal imam-

imam mazhab yang empat (Hanafi, Maliki, Syafi’i, Hanbali). Sebaliknya, mereka

malah menganjurkan untuk mengikuti atau bertaklid kepada pemahaman mereka,

atau jika tidak, kepada pemahaman orang-orang yang hidup setelah tiga abad

pertama utamanya kepada tiga tokoh utama Salafi Wahabi: Ibnu Abdul Wahab,

Ibnu Taimiyah, dan Muhammad Nashiruddin al-Albani. Oleh karena itu, pada

hakikatnya mereka bukanlah Salafi atau pengikut salaf sehingga seperti telah

disebut di awal mereka lebih tepat jika disebut sebagai Salafi Wahabi.

Lalu, dari manakah munculnya istilah Salafi untuk menggelari orang yang

mengklaim dirinya sebagai satu-satunya penerus ajaran as-Salafus as-Shalih

(yakni para sahabat, tabi’in dan tabi’ at-tabi’in)? Yang jelas, bukan dari para

sahabat Nabi Saw., bukan dari para ulama salaf terdahulu, dan bukan pula dari

para imam ahli hadist. Nashiruddin al-Albanilah (salah seorang tokoh sentral

Page 8: Makalah Agama Islam - Penyimpangan Salafi Wahabi

Makalah Pendidikan Agama Islam Penyimpangan dan Kebohongan Salafi Wahabi 8

 , 

Salafi Wahabi) yang pertama kali mempopulerkan istilah ini, sebagaimana

terekam dalam sebuah dialognya dengan salah satu pengikutnya, yaitu Abdul

Halim Abu Syuqqah, pada bulan Juli 1999 M (Rabiul Akhir 1420 H).7

Salafi Wahabi mengklaim bahwa—dalam memahami Al-Quran dan

Sunnah—umat Islam harus berdasarkan ‘pemahaman salaf’ dan wajib mengikuti

‘mazhab salaf’. Klaim ini disadari atau tidak telah mengandung dua kekeliruan

besar.

Kekeliruan pertama, sesungguhnya para salaf tidak pernah sama dalam

memahami berbagai masalah agama yang begitu komplek. Mereka tidak pernah

berada dalam satu mazhab hingga sah untuk mengatakan ‘mazhab salaf’, atau

‘pemahaman salaf’. Dalam kitab-kitab hadist dan atsar, semisal kitab al-

Mushannaf karya al-Hafizh Abdurrazzaq dan Ibnu Abi Syaibah, terdapat contoh-

contoh yang begitu banyak tentang perbedaan salaf dalam memahami masalah

keislaman.

Kesalahan kedua, dalam Al-Quran dan Sunnah tidak ada satu dalil pun

yang mewajibkan kita untuk memahami sesuatu dengan ‘pemahaman salaf’ atau

‘mazhab salaf’ seperti klaim Salafi Wahabi. Al-Quran dan Sunnah tidak

menganjurkan kita untuk menanggalkan akal, juga tidak mewajibkan kita untuk

memahami Al-Quran dan Sunnah dengan pemahaman orang lain. Karena ilmu

atau pemahaman ahli istinbat (yakni para mujtahid) pada setiap masa dan tempat

diakui syar’i dan tidak khusus kepada Salafi. Begitu pula, ijma’ para mujtahid di

setiap masa, baik salaf maupun khalaf, juga diakui secara syari’i dan termasuk

                                                            7 Majalah As-Sunnah edisi 06/IV/1420, h. 20-25

Page 9: Makalah Agama Islam - Penyimpangan Salafi Wahabi

Makalah Pendidikan Agama Islam Penyimpangan dan Kebohongan Salafi Wahabi 9

 , 

salah satu dalil hukum. Selagi seseorang bisa sampai pada derajat pemahaman

yang benar, dan menguasai berbagai disiplin ilmu yang diperlukan untuk

memahami Al-Quran dan Sunnah, ia tidak wajib mengikuti ‘pemahaman salaf’.

2.2.1 Penyimpangan Ibnu Taimiyah

Nama lengkapnya adalah Ahmad ibnu Abdul Halim ibnu Taimiyah, cucu

dari seorang ulama terkemuka bermazhab Hanbali, al-Majdu ibnu Taimiyah al-

Hanbali. Ia dilahirkan pada 661 H di Jazirah Ibnu Amr yang terletak di antara

sungai Tigris (Daljah) dan Efrat, di Harran. Ayahnya, Syaikh Abdul Halim,

pindah bersama keluarganya dari Harran ke Damaskus untuk menghindari

serangan tentara Tartar pada 667 H.

Sangat banyak bid’ah-bid’ah yang dilakukan oleh Ibnu Taimiyah,

beberapa di antaranya adalah pernyataannya tentang kekalnya alam semesta ini,

wujud Allah seperti wujud manusia—punya mata, wajah, tangan, kaki, duduk,

naik-turun yang naik turunnya seperti manusia—seperti wujud lahir manusia

yang tampak di mata makhluk. Azab neraka hanya sementara bagi orang kafir,

larangan ziarah kubur, menyakan kemurnian Taurat dan Injil, wanita haid boleh

thawaf tanpa membayar kifarat,8 talak kepada istri tidak jatuh asalkan dia digauli.

Oleh karena itu, tidak mengherankan ketika ratusan, bahkan ribuan ulama—baik

yang sezaman dengannya maupun yang hidup setelahnya—menentang fahamnya

yang aneh itu. Di antara para ulama yang gigih membantah Ibnu Taimiyah adalah

                                                            8 Shahih bukhari no. 1540 dan 294; Shahih Muslim no. 1328 dan 2115; Musnad Imam Ahmad no. 35139;

Shahih Ibnu Hibban no. 3908; Musnad Imam Syafi’i no. 1371; Serta riwayat-riwayat lain seperti Abu Daud, Nasii, dan Ibnu Majah.

Page 10: Makalah Agama Islam - Penyimpangan Salafi Wahabi

Makalah Pendidikan Agama Islam Penyimpangan dan Kebohongan Salafi Wahabi 10

 , 

al-Hafidz Abu Said al-Alla’i, al-Hafidz al-Iraqi, al-Hafidz Syamsuddin ibnu

Tholon.

Beberapa penyimpangan Ibnu Taimiyah adalah sebagai berikut:

1. Ibnu Taimiyah mentasybih dan mentajsim Allah dengan makhluk-Nya.

Di antara bukti-bukti yang tak terbantahkan tentang masalah ini adalah

ungkapannya sendiri yang benar-benar menyatakan Allah memiliki anggota

tubuh seperti manusia, seperti yang tertulis dalam karyanya Bayan Talbis al-

Jahmiyah atau yang dikenal sebagai Naqdh Asas at-Taqdis jilid pertama

halaman 100-101.

“Yang disifati dengan sifat-sifat seperti ini pasti berupa jisim (benda). Maka, Allah adalah benda tetapi tidak seperti benda-benda kebanyakan. Tidak ada dalam Al-Qur’an dan Sunah Rasulnya, tidak juga pendapat Salaf dan ulamanya, yang mengatakan bahwa Allah bukan jisim dan sifat-sifat-Nya yang juga bukan jisim dan bendawi. Maka menolak makna yang datang dari syari’at dan itu sesuai akal dengan cara menolak lafazh-lafazh yang itu tidak ditolak oleh

syaria’at dan akal adalah suatu kebodohan dan kesesatan.”9

2. Ibnu Taimiyah meyakini kemurnian Injil dan Taurat, bahkan menjadikannya

referensi.

Sungguh aneh bin ajaib, Ibnu Taimiyah—sumber utama Salafi Wahabi—

sangat menyakini kebenaran Injil dan mengambil rujukan dari kitab tersebut

sebagai dalil untuk mempertahankan akidah tajsimnya yang sangat aneh itu.

Lihatlah pernyataannya dalam kitab Fatawa pada jilid 5 halaman 406.

“Dalam kitab Injil, Isa al-Masih a.sa mengatakan, ‘Janganlah kalian bersumpah dengan langit karena ia adalah kursi Allah.’ Isa berkata kepada pada muridnya, ‘Jika kalian memaafkan orang lain, maka tuhan bapak kalian—yang dilangit—akan memaafkan kalian semuanya. Lihatlah kepada burung-burung di langit, sesungguhnya burung-burung itu tidak menanam, tidak memanen, dan tidak pula berkumpul di udara. Bapak kalian yang di langitlah

                                                            9 Ibnu Taimiyah: at-Ta’sis fi Raddi Asasi at-Taqdis, jilid 1 h. 100-101

Page 11: Makalah Agama Islam - Penyimpangan Salafi Wahabi

Makalah Pendidikan Agama Islam Penyimpangan dan Kebohongan Salafi Wahabi 11

 , 

yang memberikan rejeki mereka. Bukankah kalian lebih utama dari burung-

burung itu?’ Hal-hal seperti ini banyak terdapat dalam Alkitab.”10

3. Menyatakan bahwa alam dunia dan makhluk kekal abadi.

Keanehan yang lain dari Ibnu Taimiyah tertulis dalam bukunya, Minhaj

as-Sunnah, dia mengatakan:

“(Ali k.w. adalah) orang yang sial. Dia berperang hanya untuk kekuasaan, bukan karena membela agama.. Kita tidak boleh membaiat orang yang lemah dalam berbuat adil, yaitu Ali, dan orang yang meninggalkan keadilan. Para ulama sunnah mengakui bahwa sesungguhnya peperangan (menumpas para bughat yang dilakukan Ali) itu tidak diperintahkan, tidak wajib, tidak juga sunnah. Tidak ada pendapat yang paling tercela daripada menumpahkan darah ribuan umat Islam yang lemah. Dalam menumpas mereka, tidak ada kemaslahatan bagi agamanya dan urusan dunianya, melainkan hanya mengurangi kebaikan yang telah ada dan memperburuk keadaan

sebelumnya.”11

4. Membenci keluarga Nabi Muhammad Saw. (Ahlul Bait).

Ibnu Taimiyah telah menuduh Ahlul Bait semisal Imam Ali k.w. sebagai

orang yang rakus kekuasaan, namun selalu sial dalam menggapainya,

sebagaimana ia ungkapkan dalam Minhaj as-Sunnah an-Nabawiyah:

“Jika kalian bertanya kepada kami, ‘Kalau begitu kalian meyakini makhluk itu kekal bersama Tuhan?’, maka kami menjawab, ‘Ya, inilah keyakinan kami yang ditopang oleh syari’at dan akal.’”

5. Menghina para sahabat utama Nabi Muhammad Saw. dan para ulama.

Al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani yang bergelar Amirul Mukminin dalam

bidang Hadist dan seorang ulama yang amanah menyatakan, “Ibnu Taimiyah

dihukumi dengan munafik karena sikapnya kepada Sayyidina Ali,12 dan

                                                            10 Ibnu Taimiyah: Majmu’ Fatawa, Op.cit., jilid 5 h. 406. Atau dapat Anda jumpai pada jilid 1 h. 470 versi

Maktabah Syamilah yang bersumber dari www.al-islam.com 11 Ibnu Taimiyah: Minhaj as-Sunnah,Op.cit., jilid 2 h. 203-204, jilid 3 h. 156 12 Ibnu Hajar al-Asqalani: ad-Durar al-Kaminah, op.cit., jilid 1, h. 154-155

Page 12: Makalah Agama Islam - Penyimpangan Salafi Wahabi

Makalah Pendidikan Agama Islam Penyimpangan dan Kebohongan Salafi Wahabi 12

 , 

dihukumi zindiq karena berpendapat tidak boleh istighasah dengan kebenaran

Nabi Saw.13

“Dia merasa dirinya sebagai mujtahid. Sehingga dia membantah pendapat para ulama, baik yang kecil maupun yang besar, yang terdahulu maupun yang belakangan, sampai berujung kepada menyalahkan Umar r.a., dia juga menuduh Ali k.w. telah melakukan tujuh belas kesalahan yang menyalahi teks Al-Quran.” Dalam kitab Fath al-Bari, al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani menegaskan,

“Kesimpulannya, mereka telah berpegang dengan pendapat Ibnu Taymiyah

tentang haramnya melakukan perjalanan untuk ziarah ke makam Rasulullah

Saw. dan kami mengingkarinya. Inilah perkara paling buruk yang dinukil dari

Ibnu Taimiyah.14

6. Berbohong dan menipu untuk meyakinkan orang lain.

Tokoh ulama Ahlussunnah, Syihabuddin ibnu Jahbal al-Halabi asy-

Syafi’i, yang hidup sezaman dengan Ibnu Taimiyah mengatakan:

“Kelompok ini, telah berdusta kepada para as-Sabiqun al-Awwalun (para pendahulu) dari kalangan Sahabat Anshar dan Muhajirin. Mereka mengaku-aku telah berucap dengan ucapannya. Seandainya emas seluas bumi ini diinfakkah, niscaya satu kata pun tidak akan dapat membenarkan klaim mereka itu. Kelompok ini berlindung di balik kedok Salaf untuk melestarikan kekuasaannya. Tameng yang mereka gunakan adalah ‘Mereka ingin supaya merekan aman darimu dan aman pula dari kaumnya.’ (QS. 4:91). Orang-orang itu berhias denan riya dan kedok kesalehan, sehingga kotoran tinja mereka anggap perak, toilet sebagai tempat suci, dan jagung sebagai permata.”15

7. Melemahkan setiap Hadist yang bertentangan dengan pahamnya.

Ibnu Taimiyah kerap kali melemahkan Hadist yang bertentangan dengan

manhaj dan pemikirannya. Oleh karena itu, Imam adz-Dzahabi—yang di

                                                            13 Ibid 14 Ibnu Hajar al-Asqalani: Fathu al-Bari, jilid 3, h.66 15 Syihabuddin ibnu Jahbal al-Halabi asy-Syafi’i: al-Haqa’iq al-Jaliyah fi ar-Raddi ‘ala Ibni Taimiyah fi Ma

Auradahu fi al-Fatwa al-Himawiyah, h.32

Page 13: Makalah Agama Islam - Penyimpangan Salafi Wahabi

Makalah Pendidikan Agama Islam Penyimpangan dan Kebohongan Salafi Wahabi 13

 , 

masa mudanya sangat simpatik kepada Ibnu Taimiyah, tetapi kemudian

bertaubat—mengkritisinya dengan berkata:

“Alangkah indahnya jika semua Hadist shahih engkau (Ibnu Taimiyah) terima. Namun dalam setiap kesempatan, Hadist-hadist itu engkau katakan dha’if dan

engkau rusak, atau engkau takwil lain dan engkau ingkari.”16

8. Gampang mencaci, menghina, dan kurang santun

Kebanyakan kaum Salafi Wahabi, demikian pula Ibnu Taimiyah,

memiliki tabiat buruk dengan menghina dan mencaci-maki pihak lain jika

tersudut atau disalahkan. Dalam kitab kitab al-Faqih al-Mu’adzdzab Ibnu

Taimiyah pada halaman 152 disebutkan bahwa suatu ketika Ibnu Taimiyah

pernah berfatwa tentang suatu masalah, namun difatwakan berbeda oleh

ulama lain, lalu Ibnu Taimiyah mengomentarinya dengan kalimat:

“Orang yang mengatakan hal ini, maka ia seperti keledai yang ada dirumahnya.”

2.2.2 Penyimpangan Ibnu Abdul Wahab

Muhammad Ibnu Abdul Wahab (1701-1792 M) adalah pendiri paham

Salafi Wahabi sebagaimana telah disebut di awal. Secara garis besar, beberapa

penyimpangannya adalah: dengan mudah mengkafirkan orang lain, melakukan

persekongkolah demi kekuasaan,17 memerangi umat muslim dan menyebutnya

jihad,18 merampas harta umat Islam dan mengklaimnya sebagai ghanimah, dan

banyak lagi penyimpangan lainnya. Begitu banyaknya, maka makalah ini akan

                                                            16 Kautsari: Takmilatu as-Saif ash-Shaqil, h. 192. 17 Persekongkolan ini dimuat di koran harian al-Jazirah as-Suudiyah terbitan hari Senin tanggal 12 Rabiul

Awal 1422 H/4 Juni 2001 M; Utsman ibnu Abdullah Ibnu Bisyr an-Najdi (w. 1288 H): Unwan al-Majd fi Tarikh Najd, Maktabah Riyad al-Haditsah, t.t., jilid 1, h. 15.

18 Ibnu Bisyr: Unwan al-Majd fi Tarikh Najd, jilid 1, h. 12.

Page 14: Makalah Agama Islam - Penyimpangan Salafi Wahabi

Makalah Pendidikan Agama Islam Penyimpangan dan Kebohongan Salafi Wahabi 14

 , 

menjadi sangat tebal jika dipaparkan semuanya. Namun penulis akan

menyampaikan sebagian kecil penyimpangan-penyimpangan tersebut sebagai

berikut:

1. Mewajibkan hijarah ke Najd.

Muhammad ibnu Abdul Wahab mengharuskan setiap orang yang

mengikuti mazhabnya untuk berhijrah ke Najd, suatu amalan yang tidak

pernah dilakukan oleh Rasulullah Saw. dan para sahabatnya. Orang yang

pertama kali membongkar kerancuan pahamnya dalam masalah hijrah ini

adalah saudara kandungnya sendiri Sulaiman ibnu Abdul Wahab dalam

kitabnya as-Shawa’iq al-Muhriqah. Saat mensyarah hadis Nabi Saw. ‘La

Hijrata ba’da al-Fathi (tidak ada hijrah setelah penaklukan Mekah. Syaikh

Sulaiman membongkar kerancuan adiknya dalam mengharuskan pengikutnya

untuk tinggal di Najd dan larangannya untuk meninggalkan kota tersebut.19

2. Mengharamkan Shalawat kepada Nabi Muhammad Saw.

Mufti Mekah, Syaikh Ahmad Zaini Dahlan, dalam kitabnya ad-Durar as-

Sanniyyah mengatakan:

“Muhammad ibnu Abdul Wahab melarang shalawat kepada Nabi Saw. dia merasa tersiksa jika mendengar seorang bershalawat kepada Rasulullah. Dia juga melarang orang bershalawat Nabi pada malam jumat dan mengeraskan bacaan shalawatnya di atas menara. Bahkan, dia tidak segan untuk menyiksa orang yang melakukan itu dengan siksaan yang berat. Sampai-sampai dia tega untuk membunuh lelaki buta, seorang tukan adzan saleh yang memilikisuara merdu, hanya kerna dia bershalawat kepada Rasulullah selepas mengumandangkan adzannya. Dia telah mengelabui pengikutnya dengan alasan menjaga tauhid. Sungguh perkataannya itu sangat tidak bermoral dan perilakunya sangat rendah.”20

3. Menafsirkan Al-Qur’an dan berijtihad semaunya.

                                                            19 Sulaiman Ibnu Abdul Wahab: ash-Shawa’iq al-Ilahiyah fi ar-Radd ‘ala al-Wahhabiyah, tahkik Ibrahim

Muhammad al-Bathawi, Dar al-Ihsan, Cairo, Mesir, h. 123-124 20 Ahmad ibnu Zaini Dahlah: ad-Durar as-Saniyyah fi ar-Radd ‘ala al-Wahhabiyyah, Dar Jawami al-Kalim, cet.

ke-2, Cairo, Mesir, h. 142

Page 15: Makalah Agama Islam - Penyimpangan Salafi Wahabi

Makalah Pendidikan Agama Islam Penyimpangan dan Kebohongan Salafi Wahabi 15

 , 

Ia juga melarang dan mengingkari keberadaan ilmu nahwu dan ilmu

sharraf dan mengatakannya sebagai ilmu bid’ah. Bahkan dia mengajak para

pengikutnya untuk menafsirkan Al-Quran sesuai dengan pemahaman mereka

masing-masing tanpa perlu melihat kaidah ilmu nahwu, sharraf, ilmu bayan

dan ilmu mantiq. Dia berkata kepada para pengikutnya:

“Berijtihadlah sesuai pemahaman dan pendapat kalian. Hukumilah dengan apa yang kalian lihat cocok untuk agama ini, jangan kalian menoleh kepada buku-buku ini yang di dalamnya ada kebenaran dan kebatilan,”21

4. Sombong dan merasa lebih baik dari Rasulullah.

Ini terlihat dari ucapannya dalam masalah perdamaian Hudaibiyah. Dalam

kitab ad-Durar as-Sanniyyah disebutkan:

Muhammad Ibnu Abdul Wahab berkata, “Aku berpendapat, dalam perdamaian Hudaibiyah seharusnya Nabi begini dan begini.” Sikap seperti ini tidak jarang diikuti oleh para muridnya dengan

mencontoh sikap dan ucapannya itu, bahkan lebih buruk dari sikap gurunya.

Para muridnya memberitahukan kesamaan sikap mereka itu kepada

syaikhnya, dan sang syaikh pun mendukungnya. Sepertinya, itu dilakukan

dihadapan syaikhnya langsung. “Cukup masuk akal jika ada orang

mengatakan bahwa syaikhnya pernah mengklaim mendapat wahyu kenabian,

meski dia tidak mengikrarkannya.”22

5. Menyamakan orang-orang kafir dengan orang Islam, sementara umat Islam

diperangi.

                                                            21 Al-Mansuri: at-Taj al-Jami li al-Ushul, h. 52 22 Ahmad ibnu Zaini Dahlah: ad-Durar as-Saniyyah fi ar-Radd ‘ala al-Wahhabiyyah, Dar Jawami al-Kalim, cet.

ke-2, Cairo, Mesir, h. 144

Page 16: Makalah Agama Islam - Penyimpangan Salafi Wahabi

Makalah Pendidikan Agama Islam Penyimpangan dan Kebohongan Salafi Wahabi 16

 , 

Dalam kitab Kasyfu asy-Syubuhat halaman 9, ketika menyinggung kafir

Quraisy, Ibnu Abdul Wahab memuji habis-habisan kelebihan mereka dalam

beribadah kepada Allah dengan mengatakan:

“Mereka (kafir Quraisy) beribadah memohon kepada Allah siang dan malam. Di antara mereka ada yang memohon kepada malaikat untuk kemaslahatan dan kedekatan mereka kepada Allah agar mereka (para malaikat) memohonkan ampun kepada Allah untuknya. Atau memohon kepada orang saleh seperti Lata, atau kepada Nabi Isa. Dan aku paham betul bahwa Rasulullah memerangi mereka disebabkan kemusyriakan ini, karena Nabi Saw. mengajak mereka untuk ikhlas dalam beribadah...Rasulullah memerangi mereka agar semua doa hanya untuk Allah...”23 Lihatlah betapa Ibnu Abdul Wahab tersesat dalam membuat kesimpulan.

Kalau sudah menyembah Allah siang dan malam, lalu mengapa Nabi Saw.

masih mengajak mereka untuk menyembah Allah? Ini adalah sebuah ironi

bahwa pendiri Wahabi ini terlalu gegabah dan berkomentar sembarangan.

Ibnu Abdul Wahab memerangi umat Islam dikarenakan umat Islam itu

musyrik kepada Allah akibat tawassul, sebagaimana klaimnya. Dengan dalil

yang sangat rapuh ini di mencari-cari alasan bagi dirinya untuk menghalalkan

umat Islam yang bertawassul kepada Allah.

6. Mengkafirkan para ulama di zamannya secara terang-terangan.

Salah satu contoh, dalam sebuah surat yang dilayangkan kepada Syaikh

Sulaiman ibnu Suhaim, salah seorang tokoh mazhab Hanbali di zamannya,

Ibnu Abdul Wahab mengkafirkan ulama ini dan orangtuanya sebagaimana

terangkum dalam kumpulan makalah dan nasihatnya, ad-Durar as-Sanniyyah

jilid 10 halaman 31:

“Kuingatkan padamu, sesungguhnya engkau dan ayahmu telah jelas melakukan kekafiran, kemusyrikan dan kemunafikan! Engkau dan ayahmu bersungguh-

                                                            23 Muhammad Ibnu Abdul Wahab: Kasyfu asy-Syubuhat, h. 9

Page 17: Makalah Agama Islam - Penyimpangan Salafi Wahabi

Makalah Pendidikan Agama Islam Penyimpangan dan Kebohongan Salafi Wahabi 17

 , 

sungguh dalam menentang agama ini, siang dan malam! Engkau adalah seorang pembangkang, seorang yang sesat padahal itu kau sadari, dan kalian lebih memilih kekafiran daripada Islam! Ini kitab sucimu sendiri telah mengkafirkanmu!”24

Dalam buku yang sama pendiri Wahabi ini telah mengakafirkan ulama-

ulama lain seperti Ibnu Fairuz, Shalih ibnu Abdullah, Ibnu Abdul Lathif, Ibnu

Afaliq, dan Ibnu Mathlaq dengan menunjuk orang per orang. Lalu bagaimana

dengan orang awam muslim dalam pandangan Ibnu Abdul Wahab jika

ulamanya saja dikafirkan dan disesatkan sesesat-sesatnya?

2.2.3 Penyimpangan Nashiruddin al-Albani

Nama lengkapnya adalah Muhammad Nashiruddin ibnu Haji Nuh al-

Albani. Lahir pada tahun 1333 H (1914 M) di kota Ashkodera, ibu kota negara

Albania saat itu. Oleh kaum Wahabi ia dianggap sebagai Ahli Hadist kebanggaan

mereka. Beberapa penyimpangannya adalah:

1. Merasa lebih baik dari Imam Bukhari, Imam Muslim, dan Ulama Hadist lain.

Mari kita lihat perkataan Albani dalam kitabnya, Shahih al-Kalam ath-

Thayyib li Ibni Taimiyah, pada halaman 4, cetakan ke-4 tahun 1400 H:

“Aku nasehatkan kepada setiap orang yang membaca buku ini atau buku lainnya, untuk tidak cepat-cepat mengamalkan hadist-hadist yang ada di dalam buku-buku tersebut, kecuali setelah benar-benar menelitinya. Aku telah memudahkan jalan tersebut kepada kalian dengan komentar-komentar yang aku berikan. Jika komentar itu ada, barulah dia mengamalkan hadist itu dan menggigit gerahamnya. Jika tidak ada, maka tinggalkanlah hadist-hadist itu.”

2. Albani berani melemahkan ratusan Hadist Shahih Imam Bukhari dan Muslim.

                                                            24 Muhammad Ibnu Abdul Wahab: ad-Durar as-Saniyyah, op.cit, jilid 10, h. 31

Page 18: Makalah Agama Islam - Penyimpangan Salafi Wahabi

Makalah Pendidikan Agama Islam Penyimpangan dan Kebohongan Salafi Wahabi 18

 , 

Terlalu banyak hadist-hadist shahih yang ia dha’ifkan, begitu juga hadist

dha’if yang ia shahihkan, mencapai ratusan jumlahnya. Namun di sini penulis

mencantumkan sedikit saja, di antaranya:

a. Dalam buku Dha’if al-Jami wa Ziyadatuh 4/208, nomor hadist 4489,

Albani berkata bahwa hadist berikut adalah dha’if. Padahal perawi hadist

ini adalah Imam Bukhari dari Sahl ibnu Sa’ad r.a.

Hadist: “Rasulullah Saw. mempunyai seekor kuda bernama al-Lahif.”25 (HR. Bukhari)

b. Dalam buku yang sama, 2/14 nomor 1425, Albani menyatakan bahwa

hadist berikut juga dha’if walaupun diriwayatkan oleh Imam Muslim dari

Abu Hurairah.

Nabi Saw. bersabda, “Engkau akan naik ke atas di hari kiamat dengan cahaya di muka, cahaya di tangan dan kaki dari bekas wudhu’ yang sempurna.” (HR. Muslim no. 246)

c. Dalam buku lain, Irwa al-Ghalil 4/408 nomor hadist 1178, al-Albani

melemahkan hadist Imam Bukhari dan Imam Muslim di bawah ini. Tapi

anehnya, hadist ini ia shahihkan pada buku lain as-Silsilah ash-Shahihah

3/33, nomor hadist 1040.

“Nama-nama yang paling dicintai Allah adalah Abdullah dan Abdurrahman, dan yang paling disetujui semisal Harits dan Himam, dan yang paling buruknya adalah Harb dan Murrah.” (HR. Bukhari)

3. Gemar mencaci-maki dan menyumpahi para ulama.

Tentang hal ini, sampai-sampai ahli hadist Yordania, Syaikh Hasan ibnu

Ali as-Segaf merangkum cercaan dan makian yang dilakukan Albani dalam

sebuah buku yang berjudul Qamus Syat’im al-Albani (Kamus caci-maki

                                                            25 Shahih Bukhari: Hadist no 2114 dalam versi Bahasa Arab dan versi Bahasa Inggris 3/430, h. 236

Page 19: Makalah Agama Islam - Penyimpangan Salafi Wahabi

Makalah Pendidikan Agama Islam Penyimpangan dan Kebohongan Salafi Wahabi 19

 , 

Albani) setebal 206 halaman yang isinya adalah tentang cacian al-Albani

terhadap ulama terdahulu maupun ulama kontemporer. Jika ia adalah pakar

ulama hadist—seperti klaim para pengikutnya—maka apakah layak dirinya

dipercaya dalam menshahihkan atau mendha’ifkan hadist-hadist Nabi Saw.

Seorang perawi hadist yang gemar mencaci-maki (apalagi sudah terbukti

kecerobohan dan kebohongannya), apakah pantas ulama hadist dengan akhlak

demikian diterima hadist-hadistnya? Tidakkah dia mengamalkan hadist-hadist

yang diriwayatkannya sendiri?

4. Kerap mengeluarkan fatwa-fatwa menyimpang. Berikut adalah beberapa dari

ratusan fatwa menyimpangnya:

a. Dalam kitab Mukhtasar al-‘Ulum, Albani menyatakan bahwa Allah

berbicara dengan suara dan huruf sebagaimana tercantum pada halaman 7,

156, dan 258

b. Mengkafirkan orang-orang yang bertawasul dan beristighasah dan para

Nabi dan orang saleh sebagaimana disebut dalam kitabnya at-Tawassul

dan Fatawa al-Albani

c. Dalam Fatawa al-Albani dia juga menyerukan umat Islam di Palestina

untuk menyerahkan Palestina kepada orang-orang Yahudi

d. Mengharamkan perempuan dari segala perhiasan, sebagaimana dalam

kitabnya Adab az-Zifaf

e. Mengharamkan umat Islam untuk membawa shibah (tasbih) untuk

dzikrullah, tersebut dalam kitabnya Silsilah al-Ahadist adh-Dha’ifah

Page 20: Makalah Agama Islam - Penyimpangan Salafi Wahabi

Makalah Pendidikan Agama Islam Penyimpangan dan Kebohongan Salafi Wahabi 20

 , 

f. Mengharamkan umat Islam tarawih dua puluh rakaat di bulan Ramadan,

sebagaimana disebut dalam kitabnya Qiyam Ramadhan

g. Dia juga mengharamkan umat Islam untuk melakukan salat sunnah

Qabliyah Jumat, sebagaimana disebut dalam kitanya al-Ajwibah an-

Nafi’ah

h. Ia menyatakan bahwa Allah ada di dalam ciptaan-Nya, disebut dalam

kitabnya Shahih at-Targhib wa at-Tharib

5. Albani bukan Ahli Hadist apalagi seorang Muhaddist.

Setelah kita menyimak berbagai contoh kesalahan dan penyimpangan

yang dilakukan dengan sengaja atau tidak oleh Albani, kita bisa menarik

kesimpulan bahwa ia bukanlah seorang ahli hadist. Untuk menjadi seorang

ahli hadist para ulama telah menetapkan kriteria yang sangat ketat, agar hanya

orang-orang yang benar-benar memenuhi kriteria sajalah yang layak

menyandang gelar ini.

Bidang ini tidak dapat digeluti oleh sembarang orang, apalagi orang yang

tidak memenuhi standar kualifikasi untuk menyandang gelar al-Muhaddist

(ulama perawi hadist) sebagaimana dirinya, dia juga tidak memperoleh

pendidikan formal dalam ilmu hadist dari universitas-universitas Islam yang

terkemuka, atau pernah berguru kepada para syaikh ulama hadist, melainkan

hanya sebatas membaca dari buku-buku di perpustakaan.

2.3 Bukti-Bukti Autentik Pemalsuan dan Penyelewengan Kitab

Page 21: Makalah Agama Islam - Penyimpangan Salafi Wahabi

Makalah Pendidikan Agama Islam Penyimpangan dan Kebohongan Salafi Wahabi 21

 , 

Salafi Wahabi menggunakan segala usaha untuk menghadapi orang-orang

yang tidak sesuai dengan akidah mereka. Lebih parah dari itu, para pendukung

kelompok Salafi Wahabi—yang didukung dana begitu besar—bahkan berani

melakukan perubahan dan pemalsuan pada kitab-kitab ulama terdahulu maupun

ulama saat ini, yang mana kitab-kitab tersebut menjadi rujukan dan tumpuan

umat dalam mengklarifikasi kebenaran.

Bentuk penyelewengan Salafi Wahabi dalam amanah keilmuan sangatlah

banyak dan beragam, di antaranya:

1. Pemusnahan dan pembakaran puluhan ribu buku yang tidak sejalan dengan

paham mereka.

Pada tahun 1224 H misalnya, mereka membumihanguskan Perpustakaan

al-Aidrusiyah dan Perpustakaan al-Handawaniyah di Hadhramaut Yaman di

mana puluhan ribu turats dan manuskrip sangat berharga yang tersimpan di

kedua perpustakaan tersebut habis tanpa sisa.26 Begitu juga dengan

pembakaran sekitar 60.000 buku-buku langka yang ada diperpustakaan

Maktabah Arabiyah, Mekah al-Mukarromah.27

2. Sengaja mentahkik, mentakhrij dan meringkas kitab-kitab hadist yang jumlah

halamannya besar untuk menyembunyikan hadist-hadist yang tidak mereka

sukai.

Sebagai contoh, kasus hilangnya beberapa hadist dari kitab Shahih

Bukhari, Shahih Muslim, Musnad Ahmad dan lainnya, yang diringkas dengan

alasan untuk memudahkan dalam membacanya. Padahal, dalam buku-buku

                                                            26 Muhammad bin Ahmad bin Umar asy-Syathiri, al-Allamah: Adwar at-Tarikh al-Hadhrami, cet. ke-3, Alam al-

Ma’rifah, Jeddah, Saudi Arabia, 1983, www.alsufia.org\ta3toshdam6.html 27 Muhammad Awadh al-Khatib, Dr.: Shafahat min Tarikh al-Jazirah, h. 189

Page 22: Makalah Agama Islam - Penyimpangan Salafi Wahabi

Makalah Pendidikan Agama Islam Penyimpangan dan Kebohongan Salafi Wahabi 22

 , 

ringkasan dan takhrij tersebut, banyak hadist-hadist penting yang mereka

buang karena tidak sesuai dengan faham mereka. Kasus ini diakui oleh tokoh-

tokoh ulama Timur tengah.28

3. Memotong-motong dan mencuplik pendapat ulama terkenal sehingga menjadi

tidak sempurna, untuk kemudian diselewengkan maksud dan tujuannya.

Hal ini seperti yang terjadi pada pendapat Imam Syatibi dan Ibnu Hazm.

Salafi Wahabi mengklaim bahwa Ibnu Hazm mengatakan, “Taklid (mengikuti

dan mencontoh ulamga dalam beragama) itu haram.” Padahal, kalimat Ibnu

Hazm itu sengaja mereka potong dan belum sampai titik. Adalah benar Ibnu

Hazm mengharamkan taklid, akan tetapi keharamannya itu hanya bagi umat

Islam yang mampu berijtihad dalam hukum, bukan bagi setiap orang Islam

seperti yang diklaim oleh Salafi Wahabi.

Sering terjadinya kasus ‘pemotongan pendapat ulama’ seperti ini

dibenarkan oleh Syaikh Prof. Dr. Ali Jum’ah (mufti Mesir), Syaikh Abdullah

al-Harari al-Habasyi, al-Muhaddist as-Sayyid al-Ghimari,29 Prof. Dr.

Muhammad Sa’id Ramadhan al-Buthi, Syaikh Muhammad ibnu Alawi al-

Maliki, dan ulama-ulama lainnya.

4. Mengarang-ngarang hadist dan perkataan ulama.

Sayyid al-Milani mengatakan bahwa dia banyak menemukan kejanggalan

dan penyelewengan dalam kitab al-Murtadha karangan Abu Hasan an-Nadwi,

seorang ulama Salafi India. Sebagai contoh, dalam kitabnya itu an-Nadwi

menuliskan:

                                                            28 As-Sayyid Muhammad al-Kautsari: as-Salafiyyah baina Ahli as-Sunnah wa al-Imamiyah, h. 488-508. 29 Ahmad ibnu Muhammad ash-Shiddiq al-Ghimari menuis beberapa buku yang mengkritik pedas paham Ibnu

Taimiyah, di antaranya adalah kitab al-Burhan al-Jaliy, Mathba’ah as-Sa’adah, Cairo, Mesir, 1389 H

Page 23: Makalah Agama Islam - Penyimpangan Salafi Wahabi

Makalah Pendidikan Agama Islam Penyimpangan dan Kebohongan Salafi Wahabi 23

 , 

Ibnu Katsir berkata, “Nabi Saw. mempersaudarakan Sahl ibnu Hanif.” Setelah dicek di kitab Ibnu Katsir, dengan jilid dan halaman sesuai

petunjuk yang tertera di buku an-Nadwi, ternyata hadist itu tidak ditemukan.

5. Mencuri buku-buku induk dan manuskrip untuk dihilangkan sebagian isinya

atau dimusnahkan seluruhnya.

Contohnya adalah apa yang mereka lakukan terhadap kitab Sair A’lam

an-Nubala karya al-Hafizh adz-Dzahabi. Penerbit-penerbit Salafi Wahabi

hanya mencetak 23 jilid dari kitab tersebut, sedangkan jilid yang berisi

tentang kritikan-kritikan terhadap Ibnu Taimiyah tidak mereka cetak, dengan

alasan jilid kitab tersebut hilang.

6. Membuang hadist-hadist yang tidak mereka sukai dalam buku-buku yang

mereka terbitkan sehingga tidak sesuai dengan buku asli yang diterbitkan

penerbit lain.

Hal ini terjadi pada kitab Syarh Shahih Muslim di mana mereka

membuang hadist-hadist tentang sifat Allah. Sebagaimana hilangnya 49

kalimat dalam kitab Shahih Bukhari, dan raibnya beberapa hadist tentang

keutamaan Sayyidina Ali k.w. dalam kitab ash-Shawa’iq al-Muhriqah fi ar-

Rad’ala Ahli al-Bid’a wa az-Zindiqah.

Kasus ini juga dialami oleh Imam al-Kautsari ketika dia mentahkik kita

al-Asma wa ash-Shifat karya Imam Baihaqi. Dia mengatakan bahwa hadist

yang disebutkan oleh Abu Bakr ash-Shamit al-Hanbali yang diriwayatkan

Abudullah ibnu Ahmad ibnu Hanbal dalam kitab as-Sunnah telah menghilang

dari buku terbitan mereka. Al-Buthi berkata, “Aku tidak menemukan hadist

Page 24: Makalah Agama Islam - Penyimpangan Salafi Wahabi

Makalah Pendidikan Agama Islam Penyimpangan dan Kebohongan Salafi Wahabi 24

 , 

itu dalam buku yang mereka terbitkan, sepertinya dewan editornya sengaja

menghapusnya sebagai bentuk penyelewengan.”30

7. Membajak buku, membeli manuskrip dan menyogok penerbit.

Yang mengkhawtirkan adalah bahwa modal besar yang dimiliki Salafi

Wahabi sebagian dipergunakan untuk menyogok penerbit lain dengan uang,

sehingga si penerbit diam, bungkam seribu bahasa dan mengamini segala

penyelewengan yang mereka inginkan. Oleh karena itu tidak aneh jika Hadist

Shahih ad-Dar 31 yang begitu terkenal dan banyak diriwayatkan oleh ulama-

ulama Hadist, menghilang dari kitab Hayat Muhammad (Kehidupan Nabi

Muhammad) karya Muhammad Husein Haikal pada cetakan kedua dari buku

tersebut. Padahal pada cetakan pertamanya, Hadist-hadist ad-Dar tersebut ada

dalam kitab itu, dan kabarnya, Salafi Wahabi menyogok penerbit dan pemilik

buku itu dengan jumlah besar.32

8. Memerintahkan ulama mereka untuk mengarang suatu buku, lalu

mengatasnamakan buku itu dengan nama orang lain.

Terkadang mereka juga mengarang suatu kitab yang mereka anggap

penting sebagai upaya membentengi paham mereka, namun kitab tersebut

mereka nisbatkan kepada tokoh ulama mereka, seperti Ibnu Taimiyah,

padahal tokoh tersebut tidak pernah menulis kitab itu. Adalah kitab al-Asma

wa ash-Shifat yang mereka nisbatkan kepada Ibnu Taimiyah untuk

menandingi ktab al-Asma wa ash-Shifat karya Imam Baihaqi. Mereka juga

                                                            30 Muhammad al-Kautsari: al-Asma wa ash-Shifat li al-Baihaqi, pada hamisy, h. 356 31 Ibnu Katsir: al-Bidayah wa an-Nihayah, jilid 3, h. 40 32 Sayed Ja’far Murthadha al-Amili: I’raf al-Kutub al-Muharrafah, www.alhuda5.com/malakat/tahrif.htm

Page 25: Makalah Agama Islam - Penyimpangan Salafi Wahabi

Makalah Pendidikan Agama Islam Penyimpangan dan Kebohongan Salafi Wahabi 25

 , 

mengarang kitab lain yaitu Daqa’ia at-Tafsir yang dinisbatkan kepada Ibnu

Taimiyah padahal Ibnu Taimiyah tidak pernah mengarang kitab tersebut

9. Melakukan tindakan provokasi, kekerasan, dan intimidasi terhadap para

penulis yang isi karangannya berseberangan dengan paham mereka.

Kasus jenis ini, misalnya, sebagaimana aksi penculikan yang dilakukan

Salafi Wahabi terhadap Nashir as-Sa’id dari Lebanon, penulis buku Tarikh

Ali Saud yang di dalamnya membongkar asal-usul keluarga Saud dari bangsa

Yahudi dan membuktikan bahwa keluarga Saud masih memiliki keterikatan

emosional yang kuat dengan mereka.

Kasus lain seperti yang dialami oleh penertbit Dar al-Bidayah di Kairo

Mesin. Salafi Wahabi menyebarkan brosur-brosur provokatif kepada umat

Islam untuk tidak membeli buku-buku penerbit Dar al-Bidayah, merobek dan

mencopot semua iklan dan brosurnya, dan mengancam para pegawainya,33

10. Mencetak suatu kitab induk dengan menghilangkan syarah (komentar) ulama

atas kitab tersebut, padahal buku induk tersebut sangat terkait erat dengan

syarahnya.

Hal ini seperti yang mereka lakukan terhadap kitab al-Asma wa ash-Shifat

karya al-Hafizh al-Baihaqi, yang mana mereka melakukan penghapusan

terhadap bab Furqan Al-Quran dari kitab induk tersebut. Selain itu mereka

membuang mukaddimah Imam al-Kautsari dari kitab tersebut, bahkan

                                                            33 As-Sayyid Shalih al-Wardani: Asy-Syi’ah fi Misr min al-Imam Ali hatta al-Imam Ali Khumaini, cet. ke-1,

Madbuli ash-Shaghir, Cairo, Mesir 1414 H, h. 145-148

Page 26: Makalah Agama Islam - Penyimpangan Salafi Wahabi

Makalah Pendidikan Agama Islam Penyimpangan dan Kebohongan Salafi Wahabi 26

 , 

menghapus semua komentar dan penjelasan-penjelasan yang diberikan oleh

Imam al-Kautsari yang ada di dalamnya.34

11. Memalsukan buku-buku ulama yang mereka pandang strategis bagi umat

dengan cara mencetak ulang buku tersebut. Namun, hal itu dilakukan setelah

tangan-tangan terampil mereka mengedit, mengubah dan memalsukannya

sesuai keinginan, pesanan, paham, dan cara berpikir mereka.

                                                            34 Hassan as-Seggaf: at-Tandid bi Man ‘Addada at-Tauhid, op.ct., h.45

Page 27: Makalah Agama Islam - Penyimpangan Salafi Wahabi

Makalah Pendidikan Agama Islam Penyimpangan dan Kebohongan Salafi Wahabi 27

 , 

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Wahabisme digambarkan sebagai aliran pemikiran, mazhab, dan gerakan

paling tidak toleran dalam Islam, yang berusahan dengan cara apa pun—termasuk

kekerasan—untuk pengembangan dan penerapan ‘Islam Murni’ yang mereka

pandang sebagai Islam yang paling benar, namun pada hakikatnya mereka

bukanlah salafi atau para pengikut salaf, mereka lebih tepat jika disebut Salafi

Wahabi. Ini bisa terlihat dari pemikiran dan kiprah Muhammad Ibnu Abdul

Wahhab (pendiri aliran Wahhabiyah) yang sejak abad ke-18 menguasai lanskap

keagamaan di Arabia, setelah mereka menduduki Mekah dan Madinah dengan

kekerasan. Ia sangat menekankan pentingnya bagi kaum muslimin untuk kembali

kepada Islam yang ‘murni’ yang bersih dari bid’ah, khurafat, dan takhayul;

semua harus dibasi dengan cara apa pun termasuk dengan kekerasan.

Meskipun banyak gambaran yang serba negatif tentang pemikiran dan

gerakan Wahabiyyah, sampai kini ia merupakan paham atau aliran keagamaan

yang di anut dan diterapkan pemerintahan Kerajaan Arab Saudi. Oleh karena itu

pemerintah dan lembaga-lembaga Arab Saudi berusaha melakukan penyebaran

Wahabisme lewat pemberian dana dan bantuan lainnya kepada institusi,

organisasi, dan kelompok muslim di berbagai wilayah dunia. Mereka juga

membagi-bagikan Al-Qur’an dan literatur Islam, khususnya buku-buku karya

Page 28: Makalah Agama Islam - Penyimpangan Salafi Wahabi

Makalah Pendidikan Agama Islam Penyimpangan dan Kebohongan Salafi Wahabi 28

 , 

Syaikh Muhammad Ibnu Abdul Wahhab (1701-1792 M) dan Ibnu Taimiyah

(1263-1328 M), yang merupakan sumber pokok Wahabisme dan Salafisme.

Dalam perjalanan dan perkembangannya Salafi Wahabi ini banyaka sekali

memalsukan atau mengubah sebagian kitab-kitab karya ulama Islam sesuai

dengan selera mereka, bahkan sampai pada perusakan serta melenyapkan buku-

buku karya ulama Islam. Mereka melakukan hal-hal tidak terpuji di atas karena

karena penyelewengan, pemalsuan dan bahkan perusakan serta pemusnahan buku

adalah doktrin utama mereka, sebagai bagian dari upaya memperjuangkan akidah

Salafi Wahabi yang mereka yakini paling benar. Para pembaca mungkin tidak

percaya, tetapi inilah makalah ini telah memaparkan beberapa bukti yang

menunjukkan bahwa, sekte Salafi Wahabi mendoktrinkan para pengikutnya untuk

membakar dan melenyapkan buku-buku karya ulama Islam.

Ulama-ulama Salafi Wahabi, yang tentu saja bekerja sama dengan

penerbit-penerbit buku mereka, banyak sekali melakukan pemalsuan terhadap

kitab-kitab klasik karya ulama Islam. Mereka sengaja meringkas, mentahkik, dan

mentakhrij kitab-kitab hadist yang jumlah halamannya besar untuk

menyembunyikan hadist-hadist yang tidak mereka sukai; menghilangkan hadist-

hadist tertentu yang tidak mereka sukai dan tidak sesuai dengan faham mereka;

memotong-motong dan mencuplik pendapat ulama untuk kemudian

diselewengkan maksud dan tujuannya; mengarang hadist dan pendapat ulama;

memerintahkan ulama mereka untuk menulis suatu buku, lalu mengatasnamakan

buku itu dengan orang lain; melakukan intimidasi; menyogok penerbit; membeli

Page 29: Makalah Agama Islam - Penyimpangan Salafi Wahabi

Makalah Pendidikan Agama Islam Penyimpangan dan Kebohongan Salafi Wahabi 29

 , 

manuskrip; sampai kepada pencurian buku-buku induk dan manuskrip untuk

dihilangkan sebagian isinya atau dimusnahkan semuanya.

Dari sinilah betapa penyelewengan dan kebohongan Salafi Wahabi yang

selama ini tertutup dan mungkin ditutup-tutupi harus diwaspadai kerena secara

tanpa sadar akan dapat menyesatkan umat Islam dengan harapan kebenaran

sampai kepada kita semua, dan dapat mengambil pelajaran darinya.

3.2 Saran

Sebagai pemuda, generasi penerus bangsa, utamanya sebagai generasi

muda Islam, ada beberapa hal yang harus diwaspadai dan dilakukan, di

antaranya:

1. Berdoa kepada Allah Swt. setiap saat agar kita, keluarga dan saudara-saudara

kaum muslimin diberikan perlindungan dan petunjuk dari segala hal yang

dapat menyesatkan akidah Islam kita.

2. Selektif dalam memilih buku atau kitab yang berisi paham Wahabisme, jika

perlu mintalah bimbingan kepada alim ulama yang ahli dalam bidangnya agar

kita tidak terjerumus ke dalam pemikiran yang ektreme.

3. Hendaknya dapat menilai suatu aliran pemikiran dalam Islam berdasarkan Al-

Qura’an dan Al-Hadist maupun pendapat para jumhur ulama, jika perlu

sertailah argumen dan bukti-bukti konkret tentang ajarannya sehingga kita

dapat menilai secara adil dan tidak pragmatis untuk menghindari salah

persepsi tentang suatu aliran pemikiran yang akhir-akhir marak berkembang

dan menjadi isu nasional. Nabi Muhammda Saw menjamin bahwa selama kita

Page 30: Makalah Agama Islam - Penyimpangan Salafi Wahabi

Makalah Pendidikan Agama Islam Penyimpangan dan Kebohongan Salafi Wahabi 30

 , 

berpegang kepada Al-Qur’an dan Al-Hadist serta bimbingan dan pendapat

dan fatwa jumhur ulama, Insya Allah, kita selama-lamanya tidak akan pernah

tersesat.