makalah antibiotik rasional

23
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bagi para ibu hamil, penggunaan obat-obatan memang sangat tidak dianjurkan. Mengapa? Karena ini dikhawatirkan dapat berdampak buruk pada janin selain juga berisiko menimbulkan kecacatan pada bayi. Pemakaian obat-obatan saat hamil dapat menimbulkan masalah, bukan saja akibat reaksi obat yang tak diharapkan pada ibu. Tetapi, janin pun perlu dipertimbangkan sebagai target potensial. Obat dapat memberi dampak pada sistem saraf pusat janin yang sedang berkembang. Salah satu dampak yang penting adalah efek teratogenik yang menimbulkan kecacatan. Menurut Guru Besar Farmakologi Universitas Gajah Mada (UGM) Prof Iwan Prahasto, sejumlah studi klinis mengindikasikan memang tak semua obat berbahaya bagi ibu hamil. Pasalnya, obat-obat itu tidak pernah diujikan pada ibu hamil dan hanya diujikan kepada binatang saja. Menurut Beliau, pada ibu hamil, hari pertama sampai ke-70 konsepsi adalah masa paling rawan terjadinya malformasi (janin kacau). "Bentuknya bisa ada cacat kalau obat-obat tertentu dikonsumsi pada the first seventy of pregnancy," tambahnya. 1

Upload: ari-pato-goziano-eloran

Post on 15-Feb-2016

19 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ANTIBIOTIK RASIONAL

TRANSCRIPT

Page 1: MAKALAH ANTIBIOTIK RASIONAL

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANGBagi para ibu hamil, penggunaan obat-obatan memang sangat tidak

dianjurkan. Mengapa? Karena ini dikhawatirkan dapat berdampak buruk pada

janin selain juga berisiko menimbulkan kecacatan pada bayi.

Pemakaian obat-obatan saat hamil dapat menimbulkan masalah, bukan

saja akibat reaksi obat yang tak diharapkan pada ibu. Tetapi, janin pun perlu

dipertimbangkan sebagai target potensial. Obat dapat memberi dampak pada

sistem saraf pusat janin yang sedang berkembang. Salah satu dampak yang

penting adalah efek teratogenik yang menimbulkan kecacatan.

Menurut Guru Besar Farmakologi Universitas Gajah Mada (UGM) Prof

Iwan Prahasto, sejumlah studi klinis mengindikasikan memang tak semua obat

berbahaya bagi ibu hamil. Pasalnya, obat-obat itu tidak pernah diujikan pada ibu

hamil dan hanya diujikan kepada binatang saja.

Menurut Beliau, pada ibu hamil, hari pertama sampai ke-70 konsepsi

adalah masa paling rawan terjadinya malformasi (janin kacau). "Bentuknya bisa

ada cacat kalau obat-obat tertentu dikonsumsi pada the first seventy of

pregnancy," tambahnya.

Meski begitu, bukan berarti setelah 70 hari seorang ibu hamil dapat

dengan bebas mengonsumsi obat-obatan. Ada beberapa obat yang berbahaya

kalau diberikan pada trimester dua atau tiga. Lalu, bagaimana jika ada seorang

ibu hamil terkena penyakit dan mengharuskannya mengonsumsi obat?

Dalam kasus ini, biasanya seorang dokter akan melihat, lebih banyak

risiko apa keuntungan yang akan didapat sang ibu dengan mengonsumsi obat.

"Misalnya dalam kasus yang menyangkut nyawa sang ibu, jika tidak

dikasih obat ibu itu meninggal, maka in anyway ini benefit. Kita ambil

benefitnya. Tetapi kalau ada obat lain yang lebih aman, atau dengan tidak minum

obat tidak mencelakakan si ibu, maka kita ambil risikonya," papar Iwan.

Sekalipun beberapa obat ada yang aman dikonsumsi bagi ibu hamil, jika

bisa tanpa obat sebaiknya pilih untuk tidak meminum obat. Untuk menjaga

1

Page 2: MAKALAH ANTIBIOTIK RASIONAL

kondisi ibu hamil tetap terjaga, bisa dilakukan dengan istirahat yang cukup,

minum air putih yang banyak, serta konsumsi buah dan sayuran.

Salah satu obat yang sering digunakan di masyarakat adalah antibiotik.

Obat-obatan antibiotik itu termasuk obat keras yang mana membantu tubuh untuk

membunuh kuman ataupun bakteri yang masuk, yang tidak bisa dilawan dengan

sistem kekebalan tubuh. Karena obat-obatan ini bekerja dengan sistem

penghancuran total, maka tidak hanya bakteri saja, sel tubuh kita yang terinfeksi

dan disekitarnya akan ikut terkena imbas...untuk menghilangkan kesempatan

masih ada sisa-sisa koloni bakteri yang mungkin "bersembunyi". Makanya

pemberian obat antibiotik harus tuntas, sampai seluruh koloni bakteri benar-benar

habis terbunuh, jika tidak maka bisa dipastikan bakteri itu bisa "bersiap diri"

untuk menyerang kembali, atau bahkan bisa juga bakteri-bakteri itu bisa jadi

kebal dengan obat tersebut dan kalau sudah begitu diperlukan antibiotik generasi

lebih tinggi untuk membunuh kuman.

Oleh karena efek membunuh yang kuat, jika seorang pasien diberi obat

antibiotik, harus dipastikan sistem kekebalan tubuh pasien itu juga kuat, karena

untuk melawan efek dari antibiotik itu sendiri dan untuk sistem self-recovery

mengganti sel-sel tubuh yang telah rusak.

Untuk keadaan hamil, apalagi masih dalam trimester ketiga, pemberian

antibiotik bisa sangat membahayakan janin, karena hampir semua antibiotik

memberikan efek samping mual, muntah, pusing dan gangguan sistem

pencernaan. Efek-efek samping yang ditimbulkan juga akan menekan kehamilan.

Bahkan ada antibiotik yang bisa menembus sampai ke sistem kelenjar / cairan,

seperti liur, kelenjar getah bening, cairan otak dan ASI. Jika pada masa menyusui

minum antibiotik, maka obat akan merembes di ASI dan bayi akan minum ASI

bercampur obat, bisa dibayangkan apa yang akan terjadi.

Namun bukan berarti ibu hamil dan menyusui tidak boleh minum obat

antibiotik, harus hati-hati dan perhatikan petunjuk dokter tentang cara

pemakaiannya. Seorang dokter pasti lebih tahu bagaimana sebaiknya meminum

antibiotik untuk ibu hamil atau menyusui.

2

Page 3: MAKALAH ANTIBIOTIK RASIONAL

B. TUJUANTujuan utama pembuatan makalah ini adalah agar kita mengetahui

antibiotik yang aman dan yang tidak boleh diberikan saat ibu hamil.

3

Page 4: MAKALAH ANTIBIOTIK RASIONAL

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENDAHULUAN

Antibiotika adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik,

yang mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di

dalam organisme, khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri. Penggunaan

antibiotika khususnya berkaitan dengan pengobatan penyakit infeksi, meskipun

dalam bioteknologi dan rekayasa genetika juga digunakan sebagai alat seleksi

terhadap mutan atau transforman. Antibiotika bekerja seperti pestisida dengan

menekan atau memutus satu mata rantai metabolisme, hanya saja targetnya

adalah bakteri. Antibiotika berbeda dengan desinfektan karena cara kerjanya.

Desifektan membunuh kuman dengan menciptakan lingkungan yang tidak wajar

bagi kuman untuk hidup.

Antibiotika banyak digunakan secara luas pada kehamilan. Karena

adanya efek samping yang potensial bagi ibu maupun janinnya, penggunaan

antibiotika seharusnya digunakan jika terdapat indikasi yang jelas. Prinsip utama

pengobatan wanita hamil dengan penyakit adalah dengan memikirkan

pengobatan apakah yang tepat jika wanita tersebut tidak dalam keadaan hamil.

Biasanya terdapat berbagai macam pilihan, dan untuk alasan inilah prinsip yang

kedua adalah mengevaluasi keamanan obat bagi ibu dan janinnya.

Antimikroba adalah obat yang digunakan untuk memberantas infeksi

mikroba pada manusia. Sedang antibiotika adalah senyawa kimia yang dihasilkan

oleh mikroorganisme (khususnya dihasilkan oleh fungi) atau dihasilkan secara

sintetik yang dapat membunuh atau menghambat perkembangan bakteri dan

organisme lain.

Infeksi merupakan penyebab utama kematian prematur pada bayi.

Meskipun terapi profilaksis antibiotik belum terbukti bermanfaat, pemberian

obat-obat antibiotik kepada ibu hamil dengan ketuban pecah dini dapat

memperlambat kelahiran dan menurunkan insidens infeksi (Lamont dkk, 2001).

4

Page 5: MAKALAH ANTIBIOTIK RASIONAL

Kehamilan akan mempengaruhi pemilihan antibiotik. Umumnya penisilin

dan sefalosporin dianggap sebagai preparat pilihan pertama pada kehamilan,

karena pemberian sebagian besar antibiotik lainnya berkaitan dengan

peningkatan risiko malformasi pada janin. Bagi beberapa obat antibiotik, seperti

eritromisin, risiko tersebut rendah dan kadang-kadang setiap risiko pada janin

harus dipertimbangkan terhadap keseriusan infeksi pada ibu.

Beberapa jenis antibiotika dapat menyebabkan kelainan pada janin. Hal

ini terjadi karena antibiotika yang diberikan kepada wanita hamil dapat

mempengaruhi janin yang dikandungnya melalui plasenta. Antibiotika yang

demikian itu disebut teratogen. Definisi teratogen adalah suatu obat atau zat

yang menyebabkan pertumbuhan janin yang abnormal.

Kata teratogen berasal dari bahasa Yunani teras, yang berarti monster,

dan genesis yang berarti asal. Jadi teratogenesis didefinisikan sebagai asal

terjadinya monster atau proses gangguan proses pertumbuhan yang menghasilkan

monster.

Besarnya reaksi toksik atau kelainan yang ditimbulkan oleh antibiotika

dipengaruhi oleh besarnya dosis yang diberikan, lama dan saat pemberian serta

sifat genetik ibu dan janin. Pada manusia, periode terjadinya teratogenesis adalah

mulai hari ke 17 sampai hari ke 54 post konsepsi. Perlu diingat bahwa hanya

sekitar 2%-3% kejadian teratogenik berhubungan dengan pajanan obat-obatan,

sekitar 70% lainnya tidak diketahui. Sisanya kemungkinan berhubungan dengan

kelainan genetik atau pajanan lainnya.

Besarnya reaksi toksik atau kelainan yang ditimbulkan oleh antibiotika

dipengaruhi oleh besarnya dosis yang diberikan, lama dan saat pemberian serta

sifat genetik ibu dan janin.

B. RIWAYAT PENEMUAN ANTIBIOTIK

Penemuan antibiotika terjadi secara 'tidak sengaja' ketika Alexander

Fleming, pada tahun 1928, lupa membersihkan sediaan bakteri pada cawan petri

dan meninggalkannya di rak cuci sepanjang akhir pekan. Pada hari Senin, ketika

5

Page 6: MAKALAH ANTIBIOTIK RASIONAL

cawan petri tersebut akan dibersihkan, ia melihat sebagian kapang telah tumbuh

di media dan bagian di sekitar kapang 'bersih' dari bakteri yang sebelumnya

memenuhi media. Karena tertarik dengan kenyataan ini, ia melakukan penelitian

lebih lanjut terhadap kapang tersebut, yang ternyata adalah Penicillium

chrysogenum syn. P. notatum (kapang berwarna biru muda ini mudah ditemukan

pada roti yang dibiarkan lembap beberapa hari). Ia lalu mendapat hasil positif

dalam pengujian pengaruh ekstrak kapang itu terhadap bakteri koleksinya. Dari

ekstrak itu ia diakui menemukan antibiotik alami pertama: penicillin G.

Penemuan efek antibakteri dari Penicillium sebelumnya sudah diketahui

oleh peneliti-peneliti dari Institut Pasteur di Perancis pada akhir abad ke-19

namun hasilnya tidak diakui oleh lembaganya sendiri dan tidak dipublikasi.

C. MACAM-MACAM ANTIBIOTIK

Antibiotika dapat digolongkan berdasarkan sasaran kerja senyawa

tersebut dan susunan kimiawinya. Ada enam kelompok antibiotika dilihat dari

target atau sasaran kerjanya(nama contoh diberikan menurut ejaan Inggris karena

belum semua nama diindonesiakan atau diragukan pengindonesiaannya):

Inhibitor sintesis dinding sel bakteri, mencakup golongan Penicillin,

Polypeptide dan Cephalosporin, misalnya ampicillin, penicillin G;

Inhibitor transkripsi dan replikasi, mencakup golongan Quinolone,

misalnya rifampicin, actinomycin D, nalidixic acid;

Inhibitor sintesis protein, mencakup banyak jenis antibiotik, terutama

dari golongan Macrolida, Aminoglycoside, dan Tetracycline, misalnya

gentamycin, chloramphenicol, kanamycin, streptomycin, tetracycline,

oxytetracycline;

Inhibitor fungsi membran sel, misalnya ionomycin, valinomycin;

Inhibitor fungsi sel lainnya, seperti golongan sulfa atau sulfonamida,

misalnya oligomycin, tunicamycin; dan

Antimetabolit, misalnya azaserine.

6

Page 7: MAKALAH ANTIBIOTIK RASIONAL

D. FARMAKOKINETIKA ANTIBIOTIKAgar suatu obat efektif untuk pengobatan, maka obat itu harus

mencapai tempat aktifitasnya di dalam tubuh dengan kecepatan dan jumlah yang

cukup untuk menghasilkan konsentrasi efektif.

Faktor-faktor yang penting dan berperan dalam farmakokinetika obat

adalah absorpsi, distribusi, biotransformasi, eliminasi, faktor genetik dan

interaksi obat. Antibiotika yang akan mengalami transportasi tergantung dengan

daya ikatnya terhadap protein plasma. Bentuk yang tidak terikat dengan protein

itulah yang secara farmakologis aktif, yaitu punya kemampuan sebagai

antimikroba. Transport antibiotika ditentukan oleh proses difusinya, luas daerah

transfer, kelarutan dalam lemak, berat molekul, derajat ionisasi, koefisien partisi

dan perbedaan konsentrasi meternofetal.

Perubahan fisiologis pada ibu yang terjadi selama kehamilan bisa

mempengaruhi konsentrasi antibiotika dalam serum, sehingga bisa

mempengaruhi efek obat. Perubahan-perubahan itu adalah :

1. Kehamilan bisa merubah absorpsi obat yang diberikan peroral

2. Kehamilan bisa merubah distribusi obat yang disebabkan karena

peningkatan distribusi volume (intravaskuler, interstisial dan di dalam

tubuh janin) serta peningkatan cardiac output

3. Kehamilan merubah interaksi obat-reseptor karena timbul dan

tumbuhnya reseptor obat yang baru di plasenta dan janin

4. Kehamilan dapat merubah ekskresi obat melalui peningkatan aliran

darah ginjal dan filtrasi glomerulus

E. EFEK TERATOGENIKTeratologi adalah ilmu yang mempelajari tentang perkembangan

abnormal dan malformasi kongenital. Termasuk disini mempelajari klasifikasi,

frekuensi, penyebab dan mekanisme perkembangan janin dan embrio yang

mengalami penyimpangan.Teratogenisitas didefinisikan sebagai kemampuan

suatu zat eksogen (disebut teratogen) untuk menimbulkan malformasi kongenital

yang tampak jelas saat lahir bila diberikan selama kehamilan. Efek teratogen

yang terjadi tergantung dari :

1. Kepekaan genetis janin

7

Page 8: MAKALAH ANTIBIOTIK RASIONAL

2. Masa gestasi

3. Dosis obat yang diberikan

4. Kondisi ibu seperti umur, nutrisi, patologi

Pada tahun 1980, Food and Drug Administration memperkenalkan 5

kategori untuk obat-obat yang diberikan selama kehamilan. Lima kategori itu

adalah :

1. Kategori A :

Obat-obat yang menurut studi terkontrol tidak menimbulkan resiko pada

janin.

2. Kategori B :

Untuk obat-obat yang berdasarkan studi pada binatang dan manusia tidak

menunjukkan resiko yang bermakna. Termasuk disini adalah :

a. Dari studi pada binatang tidak menunjukkan resiko, tetapi belum ada studi

pada manusia mengenai hal tersebut.

b. Dari studi pada binatang menunjukkan adanya resiko, tetapi dari hasil studi

yang terkontrol baik pada manusia menunjukkan tidak adanya resiko.

3. Kategori C :

Untuk obat-obat yang belum didukung studi adekuat, baik pada binatang

maupun pada manusia atau obat-obat yang menunjukkan efek yang

merugikan pada studi binatang tetapi belum ada studi pada manusia.

4. Kategori D :

Untuk obat-obat yang ada bukti resikonya pada janin tetapi manfaatnya jauh

lebih besar.

5. Kategori X :

Untuk obat-obat yang terbukti mempunyai resiko terhadap janin dan resiko

itu lebih berat daripada manfaatnya.

Antibiotika tidak ada yang termasuk kategori X. Umumnya masuk kategori

B, kecuali beberapa yang masuk kategori C atau D. Telah disebut sebelumnya bahwa

antibiotika yang bebas yang mempunyai efek farmakologis dan mampu ditransfer

melalui plasenta untuk selanjutnya terdistribusi dalam tubuh janin. Obat yang berada

di dalam tubuh janin inilah yang bisa mempengaruhi pertumbuhan dan

8

Page 9: MAKALAH ANTIBIOTIK RASIONAL

perkembangan janin. Menurut Eriksson dkk, ada 4 prinsip teratogenik yang

menyebabkan suatu antibiotika bisa menimbulkan efek teratogenik yaitu :

1. Sifat antibiotika dan kemampuannya untuk memasuki tubuh janin

2. Saat obat bekerja

3. Kadar dan lama pemberian (dosis)

4. Kesempurnaan genetik janin

F. ANTIBIOTIK RASIONAL DALAM KEHAMILAN

1. Antibiotik yang aman dalam kehamilan

a. PenisilinPenisilin adalah antibiotika yang termasuk paling banyak dan paling

luas dipakai. Obat ini merupakan senyawa asam organik, terdiri dari satu inti

siklik dengan satu rantai samping. Inti sikliknya terdiri dari cincin tiazolidin

dan cincin betalaktam. Rantai samping merupakan gugus amino bebas yang

dapat mengikat berbagai jenis radikal.

Mekanisme kerjanya dengan menghambat pembentukan dinding sel

mikroba yaitu dengan menghambat pembentukan mukopeptida yang

diperlukan untuk sintesis dinding sel mikroba.

Mikroba yang memproduksi enzim betalaktamase resisten terhadap

beberapa penisilin karena enzim tersebut akan merusak cincin betalaktam dan

akhirnya obat menjadi tidak aktif.

Setelah pemberian parenteral, absorpsi penisilin terjadi cepat dan

komplit. Pada pemberian peroral hanya sebagian obat yang diabsorpsi

tergantung dengan stabilitas asam, ikatan dengan makanan dan adanya buffer.

Untuk mengatasi hal itu pemberian peroral sebaiknya dilakukan 1 jam

sebelum makan.

Penisilin mempunyai batas keamanan yang lebar. Pemberian obat ini

selama masa kehamilan tidak menimbulkan reaksi toksik baik pada ibu

maupun janin, kecuali reaksi alergi.

Kadar penisilin di dalam serum wanita hamil lebih rendah daripada

wanita yang tidak hamil, sedang clearancenya lewat ginjal lebih tinggi selama

masa kehamilan.

9

Page 10: MAKALAH ANTIBIOTIK RASIONAL

Pemberian pada wanita hamil untuk golongan penisilin dengan ikatan

protein yang tinggi, misal oksasilin, kloksasilin, dikloksasilin dan nafsilin

akan menghasilkan kadar obat di dalam cairan amnion dan jaringan di dalam

tubuh janin yang lebih rendah dibandingkan bila yang diberikan adalah

golongan penisilin dengan ikatan protein yang rendah seperti ampisilin dan

metisilin.

b. SefalosporinStruktur sefalosporin mirip dengan penisilin, yaitu adanya cincin

betalaktam yang pada sefalosporin berikatan dengan cincin dihidrotiazin.

Modifikasi R1 pada posisi 7 cincin betalaktam dihubungkan dengan aktivitas

antimikrobanya, sedangkan subtitusi R2 pada posisi 3 cincin dihidritiazin

mempengaruhi metabolisme dan farmakokinetiknya.

Penggunaan sefalosporin dalam obstetrik makin meluas. Obat ini

digunakan sebagai profilaksis dalam seksio sesarea dan dalam pengobatan

abortus septik, pielonefritis dan amnionitis. Dan sampai saat ini efek

teratogenik dalam penggunaan obat ini belum ditemukan. Transfer

transplasental dari sefalosporin cepat dan konsentrasi bakterisidnya adekuat,

baik pada jaringan janin maupun cairan amnion. Pemberian dosis tinggi

secara bolus yang berulang menunjukkan hasil kadar di dalam serum janin

dan cairan amnion yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemberian secara

infus dalam jumlah obat yang sama besarnya.

c. EritromisinEritromisin termasuk antibiotika golongan makrolid yang sama-sama

mempunyai cincin lakton yang besar dalam rimus molekulnya. Antibiotika

ini tidak stabil dalam suasana asam, kurang stabil pada suhu kamar, tetapi

cukup stabil pada suhu rendah. Aktivitas invitro paling besar dalam suasana

alkalis. Eritromisin merupakan alternatif pilihan setelah penisilin dalam

pengobatan terhadap gonore dan sifilis dalam kehamilan. Diantara berbagai

bentuk eritromisin yang diberikan peroral, bentuk estolat diabsorpsi paling

baik, tetapi sediaan ini sekarang tidak lagi beredar di Indonesia karena

hepatotoksik.

10

Page 11: MAKALAH ANTIBIOTIK RASIONAL

d. KlindamisinKlindamisin merupakan derivat linkomisin, tetapi mempunyai sifat

yang lebih baik. Klindamisin lebih aktif, lebih sedikit efek sampingnya serta

pada pemberian peroral tidak terlalu dihambat oleh adanya makanan dalam

lambung Obat ini umumnya digunakan pada infeksi postpartum, tidak biasa

digunakan alam kehamilan. Walaupun obat ini melintas plasenta dengan

cepat dan mencapai kadar terapeutik yang adekuat pada janin, tetapi tidak

dilaporkan adanya efek teratogenik yang terjadi.

2. Antibiotik yang merugikan / berefek samping

a. TetrasiklinGolongan tetrasiklin termasuk antibiotik yang terutama bersifat

bakteriostatik dan bekerja dengan jalan menghambat sintesis protein

kuman. Dikatakan juga bahwa tetrasiklin mampu bertindak sebagai

chelator logam berat, khususnya kalsium. Tetrasiklin tidak

direkomendasikan untuk penggunaan dalam kehamilan. Obat ini melintas

plasenta dengan cepat dan terikat pada tulang dan gigi yang.

sedang tumbuh. Karena dapat menyebabkan reaksi toksik yang

berat baik pada janin maupun pada ibu, maka penggunaan obat ini dalam

kehamilan harus dihindarkan. Pemberian obat ini dalam terimester

pertama kehamilan dapat menyebabkan kelainan pada janin berupa

mikromelia dan keabnormalan tulang rangka ; pada kehamilan trimester

kedua dapat menyebabkan penghambatan pertumbuhan tulang dan

pembentukan desiduous gigi. Jika diberikan pada trimester ketiga obat ini

akan disimpan dalam tulang dan desiduous gigi. Tetrasiklin juga dapat

menyebabkan efek toksik pada ibu yaitu terjadinya “acute fatty necrosis”

hati, pankreatitis dan kerusakan ginjal. Kerusakan yang. terjadi pada hati

berhubungan dengan dosis yang diberikan, dan ini bisa berakibat fatal.

b. AminoglikosidAminoglikosid bersifat bakterisid yang terutama tertuju pada basil

gram negatif (–) yang aerobik. Sedang aktifitas terhadap mikroorganisme

anaerobik atau bakteri fakultatif dalam kondisi anaerobik rendah sekali.

11

Page 12: MAKALAH ANTIBIOTIK RASIONAL

Termasuk golongan obat ini ialah : streptomisin, neomisin, kanamisin,

amikasin, gentamisin, tobramisin, netilmisin dan sebagainya.

Pengaruhnya menghambat sintesis protein sel mikroba dengan jalan

menghambat fungsi ribosom. Pada umumnya obat golongan ini

mempunyai reaksi toksik berupa ototoksik dan nefrotoksik. Ototoksik

ditunjukkan dengan hilangnya pendengaran (kerusakan koklear) dan

kerusakan vestibular (vertigo, ataksia dan gangguan keseimbangan).

Nefrotoksik yang terjadi bisa diketahui dengan adanya peningkatan kadar

kreatinin serum dan penurunan clearance kreatinin.

Walaupun baru streptomisin yang dilaporkan menimbulkan

gangguan pada janin akibat pemberian pada ibu selama kehamilan dalam

jangka waktu yang lama, tetapi karena obat yang lain potensial ototoksik

maka sebaiknya pemakaian obat golongan aminoglikosid ini dihindarkan

selama masa kehamilan.

c. SulfonamidSulfonamid adalah antimikroba yang digunakan secara sistemik

maupun topikal untuk mengobati dan mencegah beberapa penyakit

infeksi. Sebelum ditemukan antibiotik, sulfonamid merupakan

kemoterapeutik yang utama. Kemudian penggunaannya terdesak oleh

antibiotik. Dengan ditemukannya preparat kombinasi trimetoprim

sulfametoksazol meningkatkan kembali penggunaan sulfonamid untuk

pengobatan penyakit infeksi tertentu. Nama sulfonamid adalah nama

generik derivat paraamino benzen sulfonamid (sulfanilamide).

Sulfonamid memperlihatkan spektrum antibakteri yang luas terhadap

bakteri gram + maupun gram -, meskipun kurang kuat dibandingkan

dengan antibiotik lainnya. Umumnya hanya bersifat bakteriostatik

kecuali pada kadar yang tinggi dalam urin, sulfonamid bersifat bakterisid.

Obat ini menghambat pertumbuhan bakteri dengan mencegah penggunaan

PABA (para amino benzoic acid) oleh bekteri untuk mensintesis PGA

(pteroylglutamic acid). Trimetoprim-sulfametoksazol menghambat reaksi

enzimatis pada dua tahap yang berturutan pada mikroba, sehingga

kombinasi kedua obat memberikan efek sinergis. Sulfonamid belum

12

Page 13: MAKALAH ANTIBIOTIK RASIONAL

diketahui menyebabkan kerusakan pada janin, tetapi jika diberikan selama

kehamilan bisa menimbulkan gangguan pada neonatus. Sulfonamid

berkompetisi dengan bilirubin pada tempat ikatan di albumin sehingga

meningkatkan bilirubin bebas dalam serum. Akibatnya resiko terjadinya

kern-ikterus meningkat. Atas dasar alasan ini obat golongan sulfonamid

jangan diberikan pada trimester akhir kehamilan.

d. KloramfenikolSejak ditemukan pertama kali dan diketahui bahwa daya

antimikrobanya kuat, maka penggunaan obat ini meluas dengan cepat

sampai tahun 1950 ketika diketahui bahwa obat ini dapat menimbulkan

anemia aplastik yang fatal. Kloramfenikol umumnya bersifat

bakteriostatik. Pada konsentrasi tinggi kadang-kadang bersifat bakterisid

terhadap kuman-kuman tertentu. Kerjanya dengan jalan menghambat

sintesis protein kuman.

Obat ini dipakai dalam pengobatan infeksi-infeksi anaerob dan

dikatakan bahwa kloramfenikol berhubungan dengan terjadinya “drug-

induced aplastic anemia” serta dengan terjadinya “gray baby syndrome”

jika digunakan untuk

neonatus. Adanya resiko terjadinya “gray baby syndrome” ini

menyebabkan kloramfenikol tidak direkomendasikan untuk pemakaian

pada trimester tiga kehamilan.

e. MetronidazolObat ini digunakan dalam obstetrik untuk trikomoniasis vagina dan

endometritis postpartum. Di dalam studi pada binatang obat ini dikatakan

dapat menyebabkan timbulnya adenomatosis paru, tumor mamae dan

karsinoma hepar sehingga dikatakan obat ini berifat karsinogenik. Tetapi

tidak ada studi yang mendukung terjadinya akibat itu pada manusia. Oleh

karena adanya potensi karsinogenik maka obat ini sebaiknya tidak

digunakan dalam kehamilan kecuali betul-betul mutlak diperlukan untuk

pengobatan.

13

Page 14: MAKALAH ANTIBIOTIK RASIONAL

f. IsozianidObat ini termasuk obat tuberkulosis yang dikatahui menghambat

pembelahan kuman tuberkulosis. Isoniazid merupakan obat dengan

potensi hepatotoksik yang toksisitasnya dapat meningkat jika diberikan

selama kehamilan. Untuk wanita hamil yang telah terinfeksi TBC tetapi

tidak aktif maka wanita ini tidak perlu profilaksis dengan INH sampai

setelah melahirkan. Tetapi jika telah ada tuberkulosis aktif pengobatan

dengan INH diperbolehkan.

g. NitrofurantoinNitrofurantoin adalah antiseptik saluran kemih derivat furan. Obat

ini biasa digunakan untuk infeksi saluran kemih baik pada wanita hamil

ataupun tidak hamil. Nitrofurantoin bisa menyebabkan hemolisis, anemia

dan hiperbilirubinemia pada bayi yang menderita defisiensi enzim G6PD

yang dilahirkan dari ibu yang mendapat terapi obat ini. Selain potensi

tersebut tidak ada efek teratogenik lain yang dilaporkan.

14

Page 15: MAKALAH ANTIBIOTIK RASIONAL

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULANTelah dibicarakan aspek-aspek pemakaian antibiotika dalam kehamilan.

Dari pembahasan tersebut diketahui bahwa tidak semua antibiotika aman

digunakan dalam kehamilan. Semua antibiotika yang beredar dalam darah

wanita hamil dapat melintasi plasenta untuk kemudian beredar di dalam darah

janin. Kecepatan melintasi plasenta dan kadar obat di dalam tubuh janin

tergantung pada sifat fisiko-kimia obat dan keadaan fisiologis ibu dan janin.

Pengaruh antibiotik pada wanita yang sedang hamil tidak berbeda jauh dengan

wanita yang tidak hamil. Tetapi penggunaan antibiotika pada wanita hamil

harus memperhitungkan pengaruhnya pada janin yang dikandungnya. Dari

semua antibiotika, hanya tetrasiklin yang terbukti punya efek merugikan pada

janin bila dipakai sepanjang masa kehamilan. Adapun antibiotika yang

mempunyai efek atau potensi merugikan pada janin ialah : Tetrasiklin,

aminoglikosid (khususnya streptomisin), sulfonamid, kloramfenikol, isoniazid,

metronidazol, nitrofurantoin.

15