makalah aqidah islam
DESCRIPTION
12TRANSCRIPT
AQIDAH ISLAM
Makalah untuk memenuhi
Tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam
Kelompok 3 :
1. Dendi Madisanto
2. Fauzi Abdullah
Dosen :
Politeknik Negeri Madiun
Th. Ajaran 2014/2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan karunia dan
rahmat-NYA kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah mata kuliah
pendidikan agama islam yang berjudul “ AQIDAH ISLAM “.
Tujuan pembuatan makalah ini tidak serta – merta sebagai tugas mata kuliah
pendidikan agama islam tetapi juga bertujuan agar para pembaca sekalian mendapatkan
pengetahuan tentang aqidah islam dan ruang lingkupnya. Makalah ini juga berfungsi sebagai
bahan referensi yang khususnya pada bidang mata kuliah pendidikan agama islam.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Madiun, 19 September 2014
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG...........................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH.......................................................................1
1.3 TUJUAN................................................................................................1
1.4 MANFAAT............................................................................................1
BAB II
PEMBAHASAN.......................................................................................................................2
2.1 PENGERTIAN AQIDAH..................................................................2
2.2 FUNGSI DAN PERANAN AQIDAH...............................................3
2.3 TINGKATAN AQIDAH...................................................................4
2.4 KEESAAN ALLAH..........................................................................4
2.5 MALAIKAT DAN MAKHLUK GHAIB LAINNYA......................5
2.6 AL- QURAN DAN KITAB SUCI LAINNYA.................................7
2.7 TUGAS RASUL DAN MUHAMMAD............................................9
2.8 HUKUM ALAM DAN HARI KIAMAT..........................................9
2.9 QADHA DAN QADAR....................................................................10
2.10 KETERKAITAN IMAN KEPADA ALLAH DAN RASUL
DALAM SYAHADAT....................................................................11
BAB III
PENUTUP................................................................................................................................12
3.1 KESIMPULAN.................................................................................12
3.2 KRITIK DAN SARAN....................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................13.
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Akidah islam ialah percaya dan yakin kepada allah serta beriman kepada nama –
namanya dan seluruh sifat – sifatnya juga beriman kepada malaikat allah, kitab – kitab, hari
akhir dan beriman kepada qada dan qadar Allah, menerima baik atau buruk termasuk juga
segala apa yang datang dari Allah. Seterusnya patuh dan taat pada segala ajaran dan
petunjuknya.
Dalam ajaran Islam, aqidah memiliki kedudukan yang sangat penting. Ibarat suatu
bangunan, aqidah adalah pondasinya, sedangkan ajaran Islam yang lain, seperti ibadah dan
akhlaq, adalah sesuatu yang dibangun di atasnya. Rumah yang dibangun tanpa pondasi adalah
suatu bangunan yang sangat rapuh. Tidak usah ada gempa bumi atau badai, bahkan untuk
sekedar menahan atau menanggung beban atap saja, bangunan tersebut akan runtuh dan
hancur berantakan.
Akidah harus dimiliki setiap manusia supaya Selamat dari pengaruh kepercayaan lain
yang hanya akan membawa kerusakan dan hidup yang jauh dari kebenaran.. Akidah juga
dapat Meneguhkan keimanan dan keyakinan kepada sifat-sifat kesempurnaan allah,
Memperoleh ketenteraman dan kebahagiaan hidup, Tidak mudah terpengaruh dengan
kemewahan hidup di dunia dan sebagainya. oleh karena itu manusia harus mempunyai aqidah
yang lurus agar tidak menyimpang dari apa yang diperintahkan Allah SWT.
1.2 Rumusan Masalah
a) Apa itu aqidah ?
b) Apakah dasar dasar aqidah ?
c) Apakah manfaat aqidah ?
1.3 Tujuan
Tujuan pokok :
Untuk memenuhi tugas mata kuliah pendidikan agama islam.
Tujuan Dasar :
1. Untuk menambah pengetahuan tentang aqidah
2. Untuk mengetahui dasar – dasar aqidah.
3. Untuk mengetahui manfaat aqidah.
1.4 Manfaat : Dapat menambah pengetahuan tentang pendidikan agama islam khusunya
dalam hal aqidah islam.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Aqidah
Secara bahasa Akidah diartikan dengan simpulan, ikatan dan sangkutan. Secara teknis
diartikan juga dengan: iman, kepercayaan dan keyakinan. Ahli bahasa memberi definisi
tentang Akidah, yaitu; yang dengan dia diikatkan hati dan perasaan halus manusia. Definisi
yang lain, yang dijadikan agama oleh manusia dan dijadikannya pegangan.
Manusia mengikat hati dan perasaan kita sendiri dengan suatu kepercayaan dan tidak hendak
ditukar lagi dengan yang lain. Jiwa raga, pandangan hidup, telah terikat oleh Akidah kita.
Tidak dapat dibebaskan lagi.
Aqa’id (jamak dari Akidah) adalah segala sesuatu yang ditegaskan dan diyakini oleh
hati manusia, segala sesuatu yang mereka terima sebagai suatu kebenaran. A.Hasan
mengatakan, Akidah itu artinya, simpulan, yakni kepercayaan yang tersimpul dihati.
M. Hasbi Ash-Shiddiqi mengatakan, akidah menurut ketentuan bahasa (bahasa arab) ialah,
sesuatu yang dipegang teguh dan terhunjam kuat di dalam lubuk jiwa dan tak dapat beralih
dari padanya.
Dinamakan Akidah Islam karena kepercayaan dan keyakinan itu tumbuh atau
dibicarakan atas dasar/menurut ajaran agama Islam. Akidah dalam Islam menunjukkan
masalah-masalah pengenalan yang disampaikan melalui firman-firman dan sabda-sabda
otentik dari Allah dan Rasul-Nya, dan seorang Muslim harus mengimaninya dengan sepenuh
hati, mengimani apa yang Allah firmankan dan apa yang Rasul-Nya sabdakan.
Adapun secara istilah ulama Islam mengatakan, Akidah ialah kepercayaan yang sesuai
dengan kenyataan yang dapat dikuatkan dengan dalil.
Ilmunya disebut dengan Ilmu Akidah atau ilmu Aqoid. Adapun pengertian ilmu Akidah
menurut Ulama Islam antara lain:
Ibnu Khaldun mengatakan, bahwa ilmu Akidah ialah, ilmu yang membahas
kepercayaan-kepercayaan iman dengan dalil-dalil akal dan mengemukakan alasan-
alasan untuk menolak kepercayaan yang bertentangan dengan kepercayaan golongan
salah dan Ahli Sunnah.
Syekh Muhammad Abduh mengatakan, bahwa ilmu Akidah ialah, ilmu yang
membahas tentang wujud Allah, tentang sifat-sifat yang wajib tetap pada-Nya, juga
membahas tentang Rasul-rasul-Nya, meyakinkan mereka, meyakinkan apa yang wajib
2
ada pada mereka, apa yang boleh dihubungkan pada diri mereka dan apa yang
terlarang menghubungkannya kepada diri mereka.
Syekh Husein mengatakan bahwa ilmu Akidah ialah, ilmu yang membicarakan
bagaimana menetapkan kepercayaan-kepercayaan keagamaan (Islam) dengan bukti-
bukti yang yakin.
2.2 Fungsi dan peran Aqidah
1. Menuntun dan mengembangkan dasar ketuhanan yang dimiliki manusia sejak lahir
Manusia sejak lahir memiliki potensi keberagamaan (fitrah) sehingga sepanjang hidupnya
membutuhkan agama dalam rangka mencari keyakinan terhadap Tuhan. Aqidah Islam
berperan memnuhi kebutuhan fitrah manusia tersebut, menuntun, dan mengarahkan manusia
pada keyakinan yang benar tentang Tuhan, tidak menduga-duga atau mengira-ngira,
melainkan menunjukkan Tuhan yang sebenarnya.
2. Memberikan ketenangan dan ketentraman jiwa
Agama sebagai kebutuhan fitrah akan senantiasa menuntut dan mendorong manusia untuk
terus mencarinya. Aqidah memberikan jawaban yang pasti sehingga kebutuhan rohaniahnya
dapat terpenuhi. Ia memperoleh ketenangan dan ketentraman jiwa yang diperlukannya.
3. Memberikan pedoman hidup yang pasti
Keyakinan terhadap Tuhan memberikan arahan dan pedoman yang pasti sebab aqidah
menunjukkan kebenaran keyakinan yang sesungguhnya. Aqidah memberikan pengetahuan
asal dan tujuan hidup manusia sehingga kehidupan manusia akan lebih jelas dan lebih
bermakna.
Aqidah Islam sebagai keyakinan akan membentuk perilaku bahkan mempengaruhi
kehidupan seorang muslim. Abu A’la Al Maududi menyebutkan pengaruh aqidah tauhid
sebagai berikut:
a. Menjauhi manusia dari pandangan yang sempit dan picik
b. Menanamkan kepercayaan terhadap diri sendiri dan tahu harga diri
c. Menumbuhkan sifat rendah hati dan khidmat
d. Membentuk manusia menjadi jujur dan adil
3
e. Menghilangkan sifat murung dan putus asa dalam menghadapi setiap persoalan dan situasi
f. Membentuk pendirian yang teguh, kesabaran, ketabahan dan optimisme
g. Menanamkan sifat ksatria, semangat dan berani; tidak gentar menghadapi resiko, bahkan tidak takut kepada maut
h. Menciptakan sikap hidup damai dan ridha
i. Membentuk manusia menjadi patuh, taat dan disiplin menjalankan peraturan Illahi.
2.3 Tingkatan Aqidah
Aqidah atau iman yang dimiliki seseorang tidak selalu sama dengan oleh orang lain.
Ia memiliki tingkatan-tingkatan tertentu bergantung pada upaya orang itu. Iman pada
dasarnya berkembang, ia bisa tumbuh subur atau sebaliknya. Iman yang tidak terpelihara
akan berkurang, mengecil atau hilng sama sekali. Tingkatan aqidah tersebut adalah:
a) Taqlid, yaitu tingkat keyakinan yang didasarkan atas pendapat orang yang diikutinya
tanpa dipikirkan.
b) Yakin, yaitu keyakinan yang didasarkan atas bukti, dan dalil yang jelas, tetapi belum
sampai menemukan hubungan yang kuat antara obyek keyakinan dan dalil yang
diperolehnya. Hal ini, memungkinkan orang terkecoh oleh sanggahan-sanggahan atau
dalil-dalil lain yang lebih rasional dan lebih mendalam.
c) ‘Ainul Yakin, yaitu tingkat keyakinan yang didasarkan atas dalil-dalil rasional, ilmiah dan
mendalam, sehingga mampu membuktikan hubungan antara obyek keyakinan dengan
dalil-dalil serta mampu memberikan argumentasi yang rasional terhadap sanggahan-
sanggahan yang datang. Ia tidak mungkin terkecoh oleh argumentasi lain yang dihadapkan
kepadanya.
d) Haqqul yakin, yaitu tingkat keyakinan yang di samping didasarkan atas dalil-dalil
rasional, ilmiah, dan mendalam, dan mampu membuktikan hubungan antara obyek
keyakinan dengan dalil-dalil serta mampu menemukan dan merasakan keyakinan tersebut
melalui pengalaman agamanya.
2.4 Keesaan Allah
Allah adalah esa; satu dalam dzat, sifat dan karya-nya.Keesaan Allah merupakan
gambaran kemahakuasaan-Nya yang tidak tertandingi oleh apa dan siapapun, sebab selain
Dia adalah ciptaan-Nya belaka. Tauhid merupakan keyakinan akan keesaan Allah, yaitu
4
keyakinan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah. Keyakinan akan keesaan Allah merupakan
ciri utama dari agama Islam yang berbeda dengan agama-agama lainnya di dunia.
Keesaan Allah dalam ajaran Islam berbeda dengan keyakinan monoteistik pada agama
Yahudi dan Nasrani. Tauhid merupakan keyakinan akan keesaan Allah yang meniadakan
segala unsur yang lain. Satu bukanlah terdiri dari unsur-unsur atau bagian dari bilangan,
tetapi satu yang utuh. Keesaan Allah dalam keyakinan muslim bukan hanya berupa
pengetahuan dan pengakuan tetapi mendorong dalam membentuk perilaku dan sikap tauhid
yang diawali dengan persaksian melalui syahadat. Syahadatain berbunyi:
“Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad
adalah Rasulullah Pengakuan dan keyakinan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah “
mengandung arti bahwa tidak ada bentuk apapun yang dipertuhankan selain Allah. Artinya
hanya Allah-lah satu-satunya Tuhan bagi seorang muslim.
Tuhan diartikan sebagai segala sesuatu yang mendominasi diri, atau yang membuat
orang tergantung kepadanya. Apabila ada seseorang memiliki sesuatu baik orang maupun
barang atau kedudukan, apabila dominan dan membuat orang itu tergantung kepadanya,
maka orang itu tidaklah bertauhid. Karena itu, persaksian yang dinyatakan dalam syahadat itu
tidak terbatas pada ucapan dua kalimat syahadat (syahadatain), melainkan dibuktikan dalam
berpikir, bertindak, dan bersikap. Berpikir tauhid adalah berpikir utuh dan intgral, ia akan
memandang alam maupun manusia sebagai sesuatu sistem yang integral. Dengan demikian ia
akan mampu memberikan penilaian dan bertindak secara adil. Sementara dalam hubungannya
dengan sikap, maka tauhid memiliki implikasi dalam bentuk sikap hidup yang tidak
tergantung pada siapapun selain pada Allah, karena itu ia akan hidup berani, merdeka dan
mandiri.
2.5 Malaikat dan Makhluk Ghaib Lainnya.
1.Malaikat diciptakan dari cahaya sedangkan jin diciptakan dari api.
Hal ini ditunjukkan dalam hadits Aisyah Radhiallahu ‘anha dalam Shahih Muslim (2996) dia
berkata, “bersabda Rasulullah Shallallohu ‘alaihi wasallam :
ار� م� م�ن� ان� الج� ل�ق� و�خ� ن�و�ر� م�ن� ئ�ك�ة� الم�ال� ت� ل�ق� خ�
Ini merupakan perbedaan yang mencolok dalam hal asal penciptaan, terlebih lagi ada
perbedaan lain dalam sifat dan perbuatannya.
Artinya :
“Malaikat diciptakan dari cahaya dan jin diciptakan dari api yang bercampur dengan
5
hitamnya api.”
2. Malaikat memiliki jumlah yang sangat banyak dan jumlahnya melebihi jumlah jin,
manusia dan hewan
Karena mereka senantiasa mengurusi para makhluk tersebut dan mengurusi yang lainnya.
Diantara mereka ada yang ruku’, ada yang sujud, adapula yang bertasbih dan beristighfar
serta yang lainnya.
3. Para malaikat diciptakan oleh Allah SWT dengan tabiat selalu taat kepada Allah
SWT, dan tidak ada pilihan bagi malaikat apakah dia mau taat atau tidak.
Berbeda dengan jin yang selalu membangkang kepada Allah SWT dan manusia yang
sebagian ada yang taat dan ada sebagian yang membangkang.
4. Malaikat Selalu berdzikir dan bertasbih kepada Allah swt
Jika manusia ada yang beriman dan ada yang kafir, dan Jin / Iblis Senantiasa mengajak
manusia berbuat dosa.
5. Para malaikat tidak memiliki syahwat
Oleh karena itu, para malaikat tidak makan, tidak minum dan tidak menikah. Sedangkan jin
dan manusia makan, minum, menikah dan yang lainnya.
6. Para malaikat tidak pernah bermaksiat kepada Allah SWT, sedikit pun walaupun
hanya sekejap mata.
Adapun mayoritas jin adalah kafir bahkan kekufuran pada mereka lebih banyak jika
dibandingkan dengan kekufuran pada manusia. Apa yang tersebar bahwa Harut dan Marut
adalah nama 2 malaikat, tidaklah benar bahkan keduanya adalah jin. Barangsiapa yang
berpendapat bahwa keduanya adalah malaikat, mereka bersandar pada kisah-kisah Israiliyyat
yang tidak bisa dijadikan sebagai sandaran dan tidak bisa ditegakkan sebagai hujjah serta
tidak ada satu pun hadits shahih tentang hal ini.
7. Malaikat mampu menguasai jin dengan izin Allah SWT.
Oleh karena itu, malaikat mampu melihat jin dan mencabut ruh-ruh mereka serta mampu
menghalangi kaum jin ketika hendak menyakiti manusia sesuai dengan kehendak Allah SWT.
Adapun jin tidak mampu menguasai para malaikat dan hal ini sudah diketahui secara pasti.
8. Para malaikat bisa terbang ke langit yang tinggi karena asal penciptaan malaikat
mampu terbang ke atas langit yang tinggi dan kemana saja sesuai dengan kehendak
Allah SWT.
Berbeda dengan jin dimana asal penciptaan mereka tidak mampu terbang namun hanya
berjalan melata di permukaan bumi dan bisa terbang jika mereka berubah bentuk. Adapun
6
kemampuan terbang jin itu sangat lemah jika dibandingkan dengan kemampuan terbang para
malaikat.
9. Allah SWT, menciptakan malaikat untuk melayani bani Adam dan merekapun (para
malaikat) senantiasa melakukan tugas tersebut.
Adapun mayoritas jin berusaha menyesatkan manusia dan menyimpangkan mereka dari jalan
Allah SWT. Yang berada di baris terdepannya adalah nenek moyang mereka yaitu Iblis
sebagaimana yang telah diketahui secara pasti dalam agama ini.
10. Malaikat mampu melihat jin di setiap waktu.
Adapun jin tidak bisa melihat malaikat kecuali jika malaikat itu berubah bentuk dengan
bentuk yang mampu dilihat oleh jin. Karena jika jin melihat malaikat, maka tidak tersisa
sedikitpun dari ilmu ghaib yang wajib diimani oleh mereka.
2.6 Al quran dan Kitab Suci Lainnya
Telah diterangkan sebelumnya bahwa seorang Nabi menerima syariat melalui wahyu yang
berasal dari tuhan untuk dan dirinya dan juga bisa diberikan kepada selainnya, sedangkan
rasul adalah seorang Nabi yang bertugas menyampaikan syariat, petunjuk aatau hal lainnya
kepada sebagian umat yang menjadi tanggungannya, jadi seorang Rasul pastilah dia seorang
Nabi dan dengan demikian seorang Nabi belum tentu berfungsi sebagai Rasul.
Rasul menerima suhuf atau Kitab yang dalam arti harfiahnya bermakna lembaran-lembaran
yang tertulis, tertulis dalam arti belum tentu yang ditulis oleh si penerima wahyu, tentang
syariat, perintah atau larangan, diantaranya adalah :
1. Nabi ibrahim AS
2. Nabi Musa AS, disebut Taurat, berisi hukum syariat yang ditujukan kepada Bani
Israil.
3. Nabi Daud AS, disebut Zabur, juga ditujukan kepa Bani Israil.
4. Nabi Isa al-Masih AS, disebut injil yang merupakan penyempurnaan dan penjelas
bagi kitab-kitab sebelumnya yaitu Zabur dan Taurat dan ditujukan juga untuk Bani
Israil.
5. Nabi Muhammad SAW, disebut Al-Qur'an, merupakan petunjuk berupa syariat dan
hukum bagi seluruh umat manusia dan sebagai penjelas dan penyempurna kitab-kitab
Allah sebelumnya. Jadi Al-Quran merupakan wahyu tertulis terakhir (Final
Revelation) berisi tentang penjelasan segala sesuatu yang diperlukan manusia dalam
menempuh kehidupan di dunia agar mencapai kesejahteraan, keselamatan dengan
tujuan akhir adalah kebahagiaan hidup di akhirat nanti.
7
Semua kitab-kitab tersebut berasal dari Yang Maha Kuasa, Yang Maha Tahu, Tuhan
Semesta Alam, Allah SWT. Oleh karena sumbernya satu, maka semua ajarannya adalah
sejalan selaras dan bisa dijadikan dasar untuk membenarkan kitab-kitab sebelumnya.
Allah SWT menurunkan kitab kepada umat manusia dengan tujuan memberikan petunjuk
jalan, hukum-hukum dan syariat yang bisa digunakan oleh manusia yang beriman untuk
keselamatan dunia dan akhirat.
Pengertian Kitab dan Suhuf
Kitab yaitu kumpulan wahyu Allah yang disampaikan kepada para rasul untuk diajarkan
kepada manusia sebagai petunjuk dan pedoman hidup. Suhuf yaitu wahyu Allah yang
disampaikan kepada rasul, tetapi masih berupa lembaran-lembaran yang terpisah.
Ada persamaan dan perbedaan antara kitab dan suhuf
Persamaan
Kitab dan suhuf sama-sama wahyu dari Allah.
Perbedaan
1. Isi kitab lebih lengkap daripada isi suhuf
2. Kitab dibukukan sedangkan suhuf tidak dibukukan.
Allah menyatakan bahwa orang mukmin harus meyakini adanya kitab-kitab suci yang turun
sebelum Al Qur’an seperti disebutkan dalam firman Allah SWT:
“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan rasul-Nya dan
kepada kitab yang Allah turunkan kepada rasul-Nya, serta kitab yang Allah turunkan
sebelumnya”. (QS An Nisa : 136)
Selain menurunkan kitab suci, Allah juga menurunkan suhuf yang berupa lembaran-lembaran
yang telah diturunkan kepada para nabi seperti Nabi Ibrahim a.s dan nabi Musa a.s. Firman
Allah SWT: “ (yaitu) suhuf-suhuf (kitab-kitab) yang diturunkan kepada Ibrahim dan Musa”
(Al A’la : 19)
Kitab-kitab Allah berfungsi untuk menuntun manusia dalam meyakini Allah SWT dan apa
yang telah diturunkan kepada rasul-rasul-Nya sebagaimana digambarkan dalam firman Allah
SWT: “Katakanlah (hai orang-orang mukmin), kami beriman kepada Allah dan apa yang
diturunkan kepada kami dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub, dan
anak cucunya dan apa yang kami berikan kepada Musa dan Isa seperti apa yang diberikan
kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun diantara
mereka dan kami hanya patuh kepada-Nya.” (QS Al Baqarah : 136)
Prilaku yang mencerminkan Keimanan Kepada Kitab Allah
1. Meyakini bahwa Kitab Allah itu benar datang dari Allah.
8
2. Menjadikan kitab Allah sebagai Pedoman (hudan) khusus kitab yang diturunkan kepada kita
3. Memahami isi kandungannya.
4. Mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari Umat manusia, khususnya umat muslim harus
meyakini bahwa Allah SWT telah menurunkan kitab-kitab Nya kepada para nabi atau Rasul
sebagai pedoman hidup bagi umatnya masing-masing. Al Qur’an sebagai kitab Allah yang
terakhir dan penyempurna sebelumnya telah diturunkan kepada nabi Muhammad SAW..
2.7 Tugas Rasul dan Muhammad
Rasul secara bahasa berasal dari kata irsal yang bermakna membimbing atau memberi
arahan. Definisi secara syar’i yang masyhur, nabi adalah orang yang mendapatkan wahyu
namun tidak diperintahkan untuk menyampaikan sedangkan Rasul adalah orang yang
mendapatkan wahyu dalam syari’at dan diperintahkan untuk menyampaikannnya. Allah
mengutus pada setiap umat seorang Rasul. Walaupun penerapan syari’at dari tiap Rasul
berbeda-beda, namun Allah mengutus para Rasul dengan tugas yang sama. Beberapa diantara
tugas tersebut adalah:
1. Menyampaikan risalah Allah ta’ala dan wahyu-Nya.
2. Dakwah kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
3. Memberikan kabar gembira dan memperingatkan manusia dari segala kejelekan.
4. Memperbaiki jiwa dan mensucikannya.
5. Meluruskan pemikiran dan aqidah yang menyimpang.
6. Menegakkan hujjah atas manusia.
7. Mengatur umat manusia untuk berkumpul dalam satu aqidah.
2.8 Hukum Alam dan Hari Kiamat
Hukum alam ialah hukum yang berlaku sesuai dengan kodrat alam. Bentuk
keteraturan benda alam ini semua tunduk pada hukum alam yang ada. Mulai dari matahari
bersinar, bumi berputar mengelilingi matahari, dll itu semua tidak lepas dari kebijakan Allah
yang Maha pencipta dan yang mengatur seluruh alam ini. Adapun fenomena hukum alam
ialah hal hal yang terjadi di alam ini yang dapat diselesaikan dengan panca indra, dan dapat
diterangkan serta dapat dinilai secara ilmiah.
Hari kiamat merupakan akhir perjalanan kehidupan alam raya dan pintu masuk alam
akhirat. Peristiwa kiamat adalah hari kehancuran dunia yang di gambarkan Alquran Surat. Al
Zalzalah (kegoncangan) sebagai saat penghancuran total yang tidak ada satu makhluk pun
yang tertinggal, semua hancur. Hari kiamat memiliki nama – nama lain diantaranya :
1. Yaumul Qiyamah (hari kiamat)
9
2. Yaumul Hasroh (hari penjelasan sebab sudah tidak ada lagi kesempatan bagi umat manusia
untuk beriman dan beramal saleh guna menembus dosa-dosanya)
3. Yaumul Hisab (hari perhitungan segala amal perbuatan baik dan buruk manusia)
4. Yaumul Zilzalah (hari kegemparan, sebab bumi ketika itu mengalami kegoncangan yang
sangat dahsyat)
5. Yaumul Waqi’ah (hari kejatuhan sebab segala makhluk Allah swt benar-benar terhenti)
6. Yaumul Roojifah (hari gempa besar)
7. Yaumul Haaqqoh (hari kebenaran sebab semua janji Allah dalam Al Quran tentang adanya
kehidupan di alam akhirat mulai terbukti)
8. Yaumul Thoommah (hari kesulitan sebab setiap manusia tidak dapat menyelamatkan
diri mereka sendiri)
9. Yaumul Talaaq (hari pertemuan, sebab orangorang yang beriman dan beramal saleh akan
dipertemukan dengan Tuhannya)
10. Yaumul Ghosyiyah (hari pingsan karena kehidupan segala makhluk Allah swt benarbenar
terhenti)
2.9 Qadha dan Qadar
Pengertian Qadha dan Qadar
Menurut bahasa qadha memiliki beberapa arti yaitu hukum, ketetapan, perintah, kehendak,
pemberitahuan, dan penciptaan. Sedangkan menurut istilah, qadha adalah ketentuan atau
ketetapan Allah SWT dari sejak zaman azali tentang segala sesuatu yang berkenaan dengan
makhluk-Nya sesuai dengan iradah (kehendak-Nya), meliputi baik dan buruk, hidup dan
mati, dan seterusnya.
Menurut bahasa, qadar berarti kepastian, peraturan, dan ukuran. Sedangkan menurut istilah,
qadar adalah perwujudan ketetapan (qadha) terhadap segala sesuatu yang berkenaan dengan
makhluk-Nya yang telah ada sejak zaman azali sesuai dengan iradah-Nya. Qadar disebut juga
dengan takdir Allah SWT yang berlaku bagi semua makhluk hidup, baik yang telah, sedang,
maupun akan terjadi.
Takdir
Takdir adalah ketentuan suatu peristiwa yang terjadi di alam raya ini yang meliputi semua sisi
kejadiannya baik itu mengenai kadar atau ukurannya, tempatnya maupun waktunya. Dengan
demikian segala sesuatu yang terjadi tentu ada takdirnya, termasuk manusia. Ada 2 jenis
macam takdir :
a. Takdir mua’llaq
Yaitu takdir yang erat kaitannya dengan ikhtiar manusia. Contohnya seorang siswa bercita-
10
cita ingin menjadi insinyur pertanian. Untuk mencapai cita-citanya itu ia belajar dengan
tekun. Akhirnya apa yang ia cita-citakan menjadi kenyataan. Ia menjadi insinyur pertanian.
b. Takdir mubram
Yaitu takdir yang terjadi pada diri manusia dan tidak dapat diusahakan atau tidak dapat di
tawar-tawar lagi oleh manusia. Contoh. Ada orang yang dilahirkan dengan mata sipit , atau
dilahirkan dengan kulit hitam sedangkan ibu dan bapaknya kulit putih dan sebagainya.
Hikmah Beriman kepada Qada dan qadar
Dengan beriman kepada qadha dan qadar, banyak hikmah yang amat berharga bagi kita
dalam menjalani kehidupan dunia dan mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat. Hikmah
tersebut antara lain:
a. Melatih diri untuk banyak bersyukur dan bersabar
b. Menjauhkan diri dari sifat sombong dan putus asa
c. Memupuk sifat optimis dan giat bekerja
d. Menenangkan jiwa.
2.10 keterkaitan Iman Kepada Allah dan Rasul Dalam Syahadat
Syahadat atau syahadah berasal dari kata syahida, yang berarti "memberi tahu dengan
berita yang pasti" atau "mengakui apa yang diketahui" (Al-Mu'jam Al-Wasith), sedangkan
iman Secara bahasa, kata "iman" berasal dari kata kerja "amina" yang berarti aman, tenang,
dan tidak merasa takut. Dari sini muncul kata "aamana" yang berarti "menjadikan tenang",
"percaya", dan "membenarkan". Kata "aamana" inilah yang kemudian melahirkan istilah
"iman" (Al-Mu'jam Al-Wasith).
Iman dan syahadat tidak dapat dipisahkan oleh orang yang beragama islam, syahadat
merupakan ikrar, sumpah dan janji. Iman sebagai dasar dan juga hasil dari pengertian
syahadat yang betul. Iman secara sebutan oleh mulut, juga diyakini oleh hati dan diamalkan
oleh perbuatan sebagai pengertian yang sebenarnya dari iman. Apabila kita mengamalkan
syahadat dan mendasarinya dengan iman yang konsisten dan istiqamah, maka beberapa hasil
akan dirasakan seperti keberanian, ketenangan dan optimis menjalani kehidupan. Kemudian
Allah Swt memberikan kebahagiaan kepada mereka di dunia dan di akhirat.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Aqidah adalah keimanan yang teguh kepada Allah, bertauhid, taat kepada-NYA, dan
beriman kepada Malaikat-malaikat-Nya, Rasul-rasul-Nya, Kitab-kitab-Nya, dan lain-lain.
Atas dasar ini kita mengetahui bahwa aqidah harus dimiliki setiap manusia, karena tanpa
aqidah manusia tidak akan tahu kepada siapa beribadah. Dengan memiliki aqidah manusia
akan terhindar dari perbuatan penghambaan kepada selain Allah, merasa tenang karena yakin
bahwa Allah selalu bersama kita.
3.2 Kritik dan Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai aqidah islam. Kami sebagai penyusun
meminta maaf masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan
dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini. Kami
berharap pembaca memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penyusun demi
sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan – kesempatan
berikutnya.
Semoga makalah ini berguna bagi kami selaku penyusun pada khususnya juga para pembaca.
12
DAFTAR PUSTAKA
IslamGRid.2012.Akidah.” http://www.islamgrid.gov.my/articles/akidah/akidah”. php.19 September 2014.
Acver_boy.2009.Aqidah Islamiyah.(online) “http://erik-acver-qincai.blogspot.com/2009/03/aqidah-islamiyah.html”. Diakses : 19 September 2014.
Syahminan Zaini, Kuliah Akidah Islam, (Al-Ikhlas, Surabaya, 2000). Hamka, Studi Islam, (Pustaka Panjimas, Jakarta, 1983). Umar Al-Asyqar, Belajar Tentang Allah, (Sahara Publishers, Jakarta, 2008).
Ardiansyah dan Aryanto .2012. “Aqidah Islam”. Makalah Tugas Pendidikan Agama. Jurusan Elektro Universitas Fajar.
Fela_a7x. 2013. “Perbedaan Malaikat dan Makhluk Ghaib Lainnya”. (online) http://felathefreak.blogspot.com/2013/04/perbedaan-malaikat-dengan-makhluk.html. Diakses : 19 september 2014
Setiawan, A. 2013. “Perbandingan Al- Quran Dengan Kitab Lainnya”. (online). http://ilumukehidupan.blogspot.com/2013/05/perbandingan-al-quran-dengan-kitab.html. Diakses : 19 september 2014.
Nura, v. 2013.” Kejadian Luar Biasa Pada Hari Kiamat”. (online) http://vyenan.blogspot.com/2013/05/hukum-alam.html. Diakses : 19 september 2014.
Alfan, A. 2013. “Pengertian Qadha dan Qadar”. (online) http://abalhafiz.blogspot.com/2013/06/pengertian-qadha-dan-qadar.html. Diakses : 19 September 2014.
Blora, P. 2013.” Syahadat dan Iman”. (online) http://jamaah-liqo.blogspot.com/2013/05/materi-tarbiyah-syahadat-dan-iman.html. Diakses: 19 September 2014.
Nurlaeni, E. 2008. “Syahadat”. (Online) http://asepjundullah.blogspot.com/2008/06/syahadat.html. Diakses : 19 September 2014
13