makalah bbm 1
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. SKENARIO
Seorang mahasiswa 20 tahun dating ke puskesmas dengan keluhan mata
merah. Keluhan ini dirasakan sejak kemarin ketika bangun tidur pagi. Keluhan
lain yang dirasakan adalah rasa gatal, perih dan berair pada kedua mata. Dari hasil
anamnesa diketahui bahwa teman satu asramanya juga menderiata sakit yang
sama beberapa hari sebelumnya. Dari hasil pemeriksaan diperoleh konjungtiva
tampak hiperemis, terdapat sekret pada kedua mata, test ketajaman penglihatan
dengan kartu snellen tidak ditemukan gangguan. Kemudian dokter menuliskan
resep obat untuk ditebus oleh pasien.
B. ANALISIS KASUS
1. Klarifikasi Kata
1. Hiperemi
Bewarna kemerahan karena vasodilatasi pembuluh darah pada
konjungtiva.
2. Sekret
Produk dari kelenjar air mata yang dihasilkan sel goblet.
3. Kartu Snellen
Kartu yang digunakan untuk tes penglihatan dengan jarak 5-6 m
4. Sklera
Jaringan ikat yang member bentuk bola mata dan melindungi kornea.
2. Daftar Masalah
1. Diagnosa kasus ?
2. Mengapa terjadi hiperemis dan mekanisme terjadinya ?
3. Mengapa terjadi rasa gatal, perih, dan berair pada mata ?
4. Mengapa terjadi sekret?
5. Bagaimana cara kerja tes dengan kartu snellen ?
6. Resep yang kira-kira dituliskan oleh dokter tersebut ?
1
7. Apakah etiologi penyakit tersebut ?
8. Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan untuk diagnosis penyakit ?
9. Apakah penyakit tersebut menular atau tidak ?
10. Anatomi dan Fisiologi dari mata ?
11. Faktor risiko bias terkena penyakit tersebut ?
12. Komplikasi penyakit tersebut bila tidak di obati ?
13. Prognosis penyakit tersebut ?
14. Penatalaksanaan penyakit tersebut ?
15. Epidemiologi dari kasus tersebut ?
16. Mengapa pada kasus tidak terjadi gangguan penglihatan ?
17. Mengapa gejala terjadi ketika bangun tidur ?
18. Mengapa gejala terjadi pada kedua mata ?
3. Analisis Masalah
1. Konjungtivitis
2. Hiperemis terjadi karena vasodilatasi dari pembuluh darah pada
konjungtiva mata akibat proses radang yang dikarenakan karena infeksi
sehingga menimbulkan mekanisme pertahanan tubuh yang melepaskan
mediator-mediator kimia yang berpengaruh pada pelebaran pembuluh
darah.
3. Rasa gatal, perih, dan berair pada mata diakibatkan karena adanya benda
asing yang masuk ke mata menyebabkan peradangan yang merangsang
refleks pengeluaran air mata dan akan terasa gatal serta perih, selain itu
juga dipacu oleh immunoglobulin dan reaksi alergi.
4. karena proses peradangan menghasilkan mediator inflamasi sebagai hasil-
hasil fibrin yang menghasilkan sekret di mata.
5. Cara kerja tes dengan kartu snellen merupakan uji ketajaman penglihatan
(visus) dengan jarak 5-6 m. 5-6 m (jarak normal penglihatan). Kartu
snellen yaitu kertas yang bertuliskan huruf balok dari ukuran besar – kecil.
2
6. Resep yang mungkin dituliskan yaitu golongan antibiotik (untuk
mencegah infeksi sekunder) misalnya gentamisin (topikal) atau
kloramfenikol.
7. Etiologi dari penyakit tersebut disebabkan oleh bakteri contohnya
golongan staphylococcus dan oleh virus yaitu golongan adenovirus.
8. Pemeriksaan yang dapat dilakukan yaitu pemeriksaan bakteri dengan
mengambil sekret dan pewarnaan giemsa, dan pemeriksaan optalmoskop.
9. Penyakit ini menular karena disebabkan oleh bakteri/virus bisa melalui
penggunaan barang2 secara bersama misalnya handuk, atau kontak
langsung.
10. Anatomi mata yaitu terdiri dari anatomi kelopak mata, anatomi sistem
lakrimal, anatomi konjungtiva, anatomi bola mata, dan retina. Fisiologi
mata adalah suatu organ kompleks yang berkembang sangat fotosensitif
yang memungkinkan analisis dengan tepat bentuk intensitas cahaya dan
warna yang dipantulkan oleh objek. Ada tiga komponen pada pengindraan
penglihatan yaitu mata yang memfokuskan bayangan ke retina, sistem
saraf yang memberi informasi ke otak, dan korteks penglihatan yang
menganalisa penglihatan tersebut.
11. Faktor resiko penyakit tersebut yaitu kebiasaan hidup kotor, iklim panas
yang kering, sanitasi lingkungan yang kotor, penggunaan barang yang
bersamaan dan sebagainya.
12. Komplikasi dapat menyebabkan konjungtivitis katarak, keratitis, glukoma,
keratoconus, kebutaan dan sebagainya.
13. Prognosis tidak terlalu berbahaya tapi bila tidak segera diobati dapat
menyebabkan kerusakan dan komplikasi seperti di atas.
14. Pencegahan dapat dilakukan dengan menutup bagian mata yang sakit
dengan kasa. Dan bila yang terkena kedua mata maka dapat dilakukan
kompres mata.
15. Bacterial conjunctivitis Banyak terjadi pada pasien segala usia. Di
Indonesia penyakit ini masih banyak terdapat dan paling sering
dihubungkan dengan penyakit tuberkulosis paru. Penderita lebih banyak
3
pada anak-anak dengan gizi kurang atau sering mendapat radang saluran
napas, serta dengan kondisi lingkungan yang tidak higiene. Pada orang
dewasa juga dapat dijumpai tetapi lebih jarang. Pada Neonatus,
conjunctivitis kebanyakan disebabkan bacterial, dan Rata-rata bakteri
penyebabnya adalah Chlamydia trachomatis.
16. Pada kasus penyakit tersebut tidak mengenai organ-organ yang berfungsi
untuk penglihatan.
17. Karena pada saat tidur kelopak mata tertutup sehingga secret terkumpul
pada pagi harinya saat bangun tidur.
18. Karena terjadi autoinfeksi.
5. Problem Tree
4
MATA MERAH
KONJUNGTIVITIS
ANATOMI MATA
PROGNOSIS
GLAUKOMA AKUT
FAKTOR RESIKO
KERATITIS
KOMPLIKASI
KLASIFIKASI
DEFINISI
ETIOLOGIPATOFISIOLOGI
PX FISIK DAN PENUNJANG
5. Menetapkan sasaran belajar
1. Menjelaskan anatomi dari mata ?
2. Menjelaskan definisi, etiologi dan epidemiologi dari konjungtivitis ?
3. Menjelaskan klasifikasi konjungtivitis tersebut ?
4. Menjelaskan patofisiologi dari konjungtivitis ?
5. Menjelaskan pemeriksaan fisik dan penunjang dari konjungtivitis ?
6. Menjelaskan komplikasi dan prognosis dari konjungtivitis tersebut ?
7. Menjelaskan tentang diagnosis banding konjungtivitis tersebut ?
5
BAB II
PEMBAHASAN
ANATOMI DAN FISIOLOGI MATA
ANATOMI MATA
Anatomi Kelopak Mata
Kelopak mata (palpebra) mempunyai lapis kulit yang tipis pada bagian
depan sedang di bagian belakang ditutupi selaput lendir tarsus yang disebut
konjungtiva tarsal. Pada kelopak, terdapat bagian-bagian:1
1. Kelenjar seperti: kelenjar sebasea, kelenjar keringat, kelenjar Zeis pada
pangkal rambut, kelenjar Meibom pada tarsus.
2. Otot seperti: M. orbikularis oculi, M. Levala lakrimal. toglandur palpebra.
Otot tersebut dipersarafi oleh n.III, yang berfungsi untuk mengangkat kelopak
mata atau membuka mata.
3. Di dalam kelopak terdapat tarsus yang merupakan jaringan ikat dengan
kelenjar di dalamnya atau kelenjar Meibom yang bermuara pada margo
palpebra.
4. Septum orbita yang merupakan jaringan fibrosis berasal dari rima orbita
merupakan pembatas isi orbita dengan kelopak depan.
5. Pembuluh darah yang memperdarahinya adalah a. Palpebrae.
6. Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontalis n.V
sedang kelopak bawah oleh cabang ke II saraf ke V.
Anatomi Sistem Lakrimal
Sistem lakrimal terdiri dari 2 bagian, yaitu:1
i. Sistem produksi atau glandula lakrimal. Glandula lakrimal terletak di
temporo antero superior rongga orbita.
ii. Sistem eksresi, yang terdiri dari pungtum lakrimal, kanalikuli lakrimal, sakus
lakrimal, dan duktus nasolakrimal. Sakus lakrimal terletak di bagian nasal
depan rongga orbita. Air mata dari duktus lakrimal akan mengalir ke dalam
rongga hidung di dalam meatus inferior.
6
Anatomi Konjungtiva
Konjungtiva merupakan membran yang menutupi sklera dan kelopak
bagian belakang. Bermacam-macam obat mata dapat diserap melalui konjungtiva
ini. Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel goblet.
Musin bersifat membasahi bola mata terutama kornea.1
Konjungtiva terdiri atas 3 bagian, yaitu:1
1. Konjungtiva tarsal yang menutupi tarsus.
2. Konjungtiva bulbi menutupi sklera dan mudah digerakkan dari sklera di
bawahnya.
3. Konjungtiva fornises atau forniks konjungtiva yang merupakan tempat
peralihan konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi.
Konjungtiva bulbi dan forniks berhubungan sangat longgar dengan
jaringan dibawahnya sehingga bola mata mudah bergerak.1
Anatomi Bola Mata
Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm. Bola mata
bagian depan (kornea) mempunyai kelengkungan yang lebih tajam sehingga
terdapat bentuk dengan 2 kelengkungan yang berbeda.1
Bola mata dibungkus oleh 3 lapisan, yaitu:1
1. Sklera merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk pada
mata, merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata. Bagian terdepan
sklera disebut kornea yang bersifat transparan yang memudahkan air masuk
ke dalam bola mata. Kelengkungan kornea lebih besar dibandingkan sklera.
2. Jaringan uvea merupakan jaringan vaskular. Jaringan sklera dan uvea dibatasi
oleh ruang yang potensial mudah dimasuki darah bila terjadi perdarahan pada
perdarahan suprakoroid. Jaringan uvea ini terdiri dari iris, badan siliar, dan
koroid. Pada iris didapatkan pupil yang oleh 3 susunan otot dapat mengatur
jumlah sinar masuk ke dalam bola mata. Otot dilator dipersarafi oleh saraf
simpatis, sedang sfingter iris dan otot siliar dipersarafi oleh parasimpatis.
7
Otot siliar yang terletak di badan siliar mengatur bentuk lensa untuk
kebutuhan akomodasi.
3. Badan siliar yang terletak di belakang iris menghasilkan cairan bilik mata
(akuos humor) yang dikeluarkan melalui trabekulum yang terletak pada
pangkal iris di batas kornea dan sklera.
4. Lapis ketiga bola mata adalah retina yang terletak paling dalam dan
mempunyai susunan lapis sebanyak 10 lapis yang merupakan lapis membran
neuro sensoris yang merubah sinar menjadi rangsangan pada saraf optik dan
diteruskan ke otak. Terdapat rongga yang potensial antar retina dan koroid
sehingga retina dapat terlepas dari koroid yang disebut ablasi retina.
5. Badan kaca mengisi rongga di dalam bola mata dan bersifat gelatin yang
hanya menempel pada papil saraf optik, makula, dan pars plana. Bila terdapat
jaringan ikat di dalam badan kaca disertai dengan tarikan pada retina, maka
retina akan robek dan terjadi ablasi retina.
6. Lensa terletak di belakang pupil yang dipegang di daerah ekuatornya pada
badan siliar melalui zonula zinn. Lensa mata mempunyai peranan pada
akomodasi atau melihat dekat sehingga sinar dapat difokuskan di daerah
makula lutea.
7. Terdapat 6 otot penggerak bola mata, dan terdapat kelenjar lakrimal yang
terletak di daerah temporal atas di dalam rongga orbita. Sistem sekresi air
mata atau lakrimal terletak di daerah temporal bola mata. Sistem sekresi
mulai pada pungtum lakrimal, kanalikuli lakrimal, sakus lakrimal, duktus
nasolakrimal, meatus inferior.
Retina
Retina merupakan bagian mata yang mengandung reseptor yang menerima
rangsangan cahaya. Retina berbatas dengan koroid dengan sel pigmen epitel
retina, dan terdiri dari lapisan:1
1. Lapis fotoreseptor
2. Membran limitan eksterna
3. Lapisan nukleus luar
8
4. Lapis pleksiform luar
5. Lapis nukleus dalam
6. Lapis pleksiform dalam
7. Lapis sel ganglion
8. Lapis serabut saraf
9. Membran limitan interna
Fisiologi Penglihatan
Mata adalah suatu organ kompleks yang berkembang sangat fotosensitif
yang memungkinkan analisis dengan tepat bentuk intensitas cahaya dan warna
yang dipantulkan oleh objek. Ada tiga komponen pada pengindraan penglihatan
yaitu mata yang memfokuskan bayangan ke retina, sistem saraf yang memberi
informasi ke otak, dan korteks penglihatan yang menganalisa penglihatan
tersebut.2
Mata sebagai alat optik meliputi:3
1. Retina
Terdapat sel rod/batang dan sel kones/kerucut. Fungsi sel rod untuk melihat
pada malam hari, sedangkan sel kones untuk melihat pada siang hari. Dari
retina ini akan dilanjutkan ke saraf optikus.
2. Fovea sentralis
Daerah cekung yang berukuran 0,25 mm di tengah-tengahnya terdapat makula
lutea (bintik kuning).
3. Kornea dan lensa
Kornea merupakan lapisan mata paling depan dan berfungsi memfokuskan
benda dengan cara refraksi, tebalnya 0,5 mm, sedangkan lensa terdiri dari
kristal mempunyai dua permukaan dengan jari-jari kelengkungan 7,8 mm
yang berfungsi untuk memfokuskan objek pada berbagai jarak.
4. Pupil
9
Di tengah-tengah iris terdapat pupil yang fungsinya mengatur cahaya yang
masuk. Apabila cahaya terang, pupil akan menguncup, demikian sebaliknya.
Mata mempunyai susunan lensa, sistem diafragma yang dapat berubah-
ubah (pupil), dan retina yang dapat disamakan sebagai film. Susunan lensa mata
yang terdiri atas empat perbatasan refraksi: (1) perbatasan antara permukaan
anterior kornea dan udara, (2) perbatasan antara permukaan posterior kornea dan
humour aqueous, (3) perbatasan antara humor aqueous dengan permukaan
anterior lensa kristalina, dan (4) perbatasan antara permukaan posterior lensa dan
vitreous humor. Indeks bias udara adalah 1; kornea 1,38; humor aqueous 1,33;
lensa kristalina (rata-rata) 1,40; dan humor vitreous 1,34.2
Dalam hal memfokuskan objek pada retina, lensa mata memegang peranan
penting karena mempunyai fungsi memfokuskan objek secara tetap demikian pula
bola mata (diameter bola mata 20-30 mm). Kemampuan lensa mata untuk
memfokuskan objek disebut daya akomodasi. Selama mata melihat jauh, tidak
terjadi akomodasi. Makin dekat benda yang dilihat, semakin kuat mata/lensa
berakomodasi.3
Daya akomodasi ini tergantung kepada umur. Dengan meningkatnya usia,
lensa semakin besar dan menebal serta menjadi kurang elastik, sebagian
disebabkan oleh denaturasi protein yang progesif. Akibatnya kemampuan lensa
untuk berubah bentuk akan berkurang secara progresif seiring dengan
bertambahnya usia. Daya akomodasi berkurang dari 14 dioptri pada usia anak-
anak sampai 50 tahun dan menjadi berkurang 0 pada usia 70 tahun, sesudah itu
dapat dikatakan lensa sama sekali tak dapat berakomodasi keadaan ini disebut
sebagai presbiopi.2
Pada mata terdapat beberapa refraksi/pembiasan mata yaitu:2
1. Emetropia ialah suatu keadaan dimana sinar sejajar dari objek jauh difokuskan
di retina pada keadaan otot siliaris relaksasi total/tanpa akomodasi.
2. Hipermetropia ialah suatu keadaan dimana sinar sejajar difokuskan dibelakang
retina dalam keadaan tanpa akomodasi. Kelainan ini sering dapat diatasi
dengan akomodasi, sehingga tidak menyebabkan keluhan. Hipermetropia yang
tidak dapat diatasi dengan akomodasi disebut hipermetropia manifest atau
10
hipermetropia absolut, sedangkan yang dapat diatasi dengan akomodasi
disebut hipermetrop fakultatif atau hipermetrop relatif. Untuk mengatasi
kelainan ini, otot siliaris berkontraksi untuk meningkatkan kekuatan lensa.
Oleh karena itu, dengan menggunakan mekanisme akomodasi, penderita ini
dapat memfokuskan bayangan dari objek jauh di retina. Bila penderita
menggunakan sebagian dari kekuatan otot siliarisnya untuk melakukan
akomodasi jarak jauh, ia tetap memiliki sisa daya akomodasi untuk melihat
dengan tegas objek yang mendekati mata sampai otot siliaris berkontraksi
maksimum.Hipermetropia biasanya akibat bola mata terlalu pendek atau
kadang-kadang karena susunan lensa terlalu lemah. Kelainan ini dapat
dikoreksi dengan lensa sferis (+).
3. Miopia ialah suatu keadaan dimana sinar sejajar difokuskan di muka retina.
Pada miopia, sewaktu otot siliaris relaksasi cahaya dari objek jauh difokuskan
di depan retina. Keadaan ini biasanya akibat bola mata yang terlalu panjang
atau kadang-kadang karena daya bias susunan lensa terlalu kuat. Tidak ada
mekanisme bagi miopia untuk mengurangi kekuatan lensanya karena memang
otot siliaris dalam keadaan relaksasi sempurna. Kaarena itu, penderita miopia
tidak mempunyai mekanisme untuk memfokuskan bayangan dari objek jauh
dengan tegas di retina. Namun, dengan cara mendekatkan objek ke mata,
bayangan akhirnya dapat difokuskan di retina. Bila objek terus didekatkan ke
mata, penderita miopia dapat menggunakan mekanisme akomodasi agar
bayangan yang terbentuk terfokus tepat di retina. Keadaan ini dapat diatasi
dengan lensa sferis (-).
4. Astigmatisma ialah suatu keadaan dimana sinar sejajar tidak difokuskan
berupa satu titik, akan tetapi berupa suatu garis. Hal ini disebabkan oleh
karena adanya kelainan pada kelengkungan (kurvatura) pada meridian dari
susunan lensa mata. Kelainan ini dapat dikoreksi dengan lensa silindris.
Adanya kelainan ini perlu dipikirkan, jika pada koreksi dengan lensa sferis (+)
maupun (-), visus tidak dapat mencapai 6/6.
11
Gambar. Kelainan-kelainan refraksi mata
Ketajaman penglihatan dipergunakan untuk menentukan penggunaan kaca
mata, di klinik dikenal dengan nama visus. Tapi bagi seorang ahli fisika,
ketajaman penglihatan ini disebut resolusi mata. Visus penderita bukan saja
memberi pengertian tentang optiknya (kaca mata), tetapi mempunyai pengertian
lain yang lebih luas, yaitu memberi keterangan tentang baik buruknya fungsi mata
keseluruhan. Oleh karena itu definisi visus adalah : nilai kebalikan sudut (dalam
menit) terkecil di mana sebuah benda masih kelihatan dan dapat dibedakan.3
12
DEFINISI
Konjungtivitis adalah suatu peradangan pada konjungtiva atau radang
selaput lendir yang melapisi permukaan dalam kelopak mata (bagian putih mata).1
konjungtivitis yang merupakan infeksi pada konjungtiva mata, terdiri dari:1
1. Konjungtivitis alergi (keratokonjungtivits atopik, simple alergik
konjungtivitis, konjungtivitis seasonal, konjungtivitis vernal, giant
papillary conjunctivitis)
2. Konjungtivitis bakterial (hiperakut, akut, kronik)
3. Konjungtivitis virus (adenovirus, herpetik)
4. Konjungtivitis klamidia
5. Bentuk konjungtivitis lain (Contact lens-related, mekanik, trauma, toksik,
neonatal, Parinaud’s okuloglandular syndrome, phlyctenular, sekunder).
13
Konjungtivitis flikten adalah suatu peradangan konjungtiva karena reaksi
alergi yang dapat terjadi bilateral ataupun unilateral, biasanya terdapat pada anak-
anak dan kadang-kadang pada orang dewasa.1
Penyakit ini merupakan manifestasi alergi endogen, tidak hanya disebabkan
protein bakteri tuberkulosis tetapi juga oleh antigen bakteri lain seperti
stafilokokus. Dapat juga ditemukan pada kandidiasis, askariasis, helmintiasis.
Pada binatang percobaan ternyata flikten juga dapat ditemukan dengan penetesan
tuberkuloprotein, bahan-bahan yang berasal dari stafilokokus, serum kuda dan
bahan kimia pada sakus konjungtiva. Penderita biasanya mempunyai gizi yang
buruk.1
ETIOLOGI
Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, seperti :1
a. Infeksi oleh bakteri.(Staphyloccocus aereus,Streptoccocus pneumonia,
Haemophilus inluenzae,escereschia coli),virus (Adenovirus tipe 3,7,8,19
dan HPV) dan jamur (klamidia)
b. reaksi alergi terhadap debu, serbuk sari, bulu binatang.
c. iritasi oleh angin, debu, asap dan polusi udara lainnya; sinar ultraviolet
dari las listrik atau sinar matahari yang dipantulkan oleh salju.
d. pemakaian lensa kontak, terutama dalam jangka panjang, juga bisa
menyebabkan konjungtivitis.
EPIDEMIOLOGI
Bacterial conjunctivitis Banyak terjadi pada pasien segala usia. Di Indonesia
penyakit ini masih banyak terdapat dan paling sering dihubungkan dengan
penyakit tuberkulosis paru. Penderita lebih banyak pada anak-anak dengan gizi
kurang atau sering mendapat radang saluran napas, serta dengan kondisi
lingkungan yang tidak higiene. Pada orang dewasa juga dapat dijumpai tetapi
lebih jarang.4
14
Pada Neonatus, conjunctivitis kebanyakan disebabkan bacterial, dan Rata-
rata bakteri penyebabnya adalah Chlamydia trachomatis.4
keratoconjunctivitis Vernal adalah penyakit alergi konjungtivitis khususnya
terjadi pada anak Laki-laki yang mempunyai keluarga dengan riwayat penyakit
keluarga penyakit atopic , seperti asthma, rhinitis, dan eczema.5
Meskipun sering dihubungkan dengan penyakit tuberkulosis paru, tapi tidak
jarang penyakit paru tersebut tidak dijumpai pada penderita dengan konjungtivitis
flikten. Penyakit lain yang dihubungkan dengan konjungtivitis flikten adalah
helmintiasis. Di Indonesia umumnya, terutama anak-anak menderita helmintiasis,
sehingga hubungannya dengan konjungtivitis flikten menjadi tidak jelas.5
KLASIFIKASI
Klasifikasi berdasarkan onset(akut/kronik) dan etiologi
Etiologi :1
1. Bakteri
2. Virus
3. Alergi terhadapdebu, serbuk sari, bulubinatangdsb
4. Giant papillary conjunctivitis (pengguna lensa kontak)
5. Iritasiolehangin, debu, asap,zat kimiadanpolusiudaralainnya
PATOFISIOLOGI KONJUNGTIVITIS
Konjungtivitis adalah peradangan selaput bening yang menutupi bagian
putih mata dan bagian dalam kelopak mata. Peradangan tersebut menyebabkan
timbulnya berbagai macam gejala, salah satunya adalah mata merah.
Konjungtivitis adalah peradangan konjungtiva yang ditandai oleh dilatasi
vaskular, infiltrasi selular dan eksudasi. Konjungtivitis dapat disebabkan oleh
virus, bakteri, alergi, atau kontak dengan benda asing, misalnya kontak lensa.6
15
Kerusakan jaringan akibat masuknya benda asing ke dalam konjunctiva akan
memicu suatu kompleks kejadian yang dinamakan respon radang atau inflamasi.
Tanda-tanda terjadinya inflamasi pada umumnya adalah kalor (panas), dolor
(nyeri), rubor (merah), tumor (bengkak) dan fungsiolesa. Masuknya benda asing
ke dalam konjungtiva tersebut pertama kali akan di respon oleh tubuh dengan
mengeluarkan air mata. Air mata diproduksi oleh Apartus Lakrimalis, berfungsi
melapisi permukaan konjungtiva dan kornea sebagai Film air mata. Fungsi air
mata:6
1. Menghaluskan permukaan air kornea
2. Memberi nutrisi pada kornea
3. Anti bakteri
4. Perlindungan mekanik terhadap benda asing
5. Lapisan Akuos (berada di tengah)
Pada air mata terdapat lapisan tebal terdapat kelenjar Lakrimal asesorius
sebagai nutrisi dan antibakteri terdiri dari air, elektrolit, glaukosa, albumin,
globulin, lissozim. Lisozim ini lah yang akan merusak dinding sel bakteri pertama
kali dan berusaha mengeluarkan bakteri dengan mengeluarkan air mata yang
berlebih. Jika bakteri tersebut gagal dihancurkan maka tubuh akan mengaktifkan
sistem komplemen yang merupakan mekanisme pertahanan non spesifik humoral
utama tubuh yaitu :6
• Sistem terdiri atas >20 protein, yang dapat diaktifkan untuk merusak
bakteri.
• Sekali komplemen diaktifkan maka dapat memicu peningkatan
permeabilitas vaskuler, rekrutmen fagosit serta lisis dan opsonisasi bakteri.
• Menyelubungi mikroba dengan molekul-molekul yang membuatnya lebih
mudah ditelan oleh fagosit.
• Mediator permeabilitas vaskuler meningkatkan permeabilitas kapiler
sehingga dapat menambah aliran plasma dan komplemen ke lokasi infeksi,
juga mendorong marginasi (fagosit menempel di dinding kapiler). Sekali
fagosit bekerja, mereka akan mati. Sel-sel mati ini bersama jaringan rusak
16
dan air membentuk pus, inilah yang menyebabkan munculnya sekret pada
mata, semakin banyak sel bakteri yang mati maka sekret pun semakin
banyak terbentuk.
Gambar 1. Proses inflamasi secara umum
Terjadinya suatu peradangan pada konjungtiva juga akan menyebabkan
vasokonstriksi segera pada area setempat, peningkatan aliran darah ke lokasi
(vasodilatasi) dalam hal ini adalah a. ciliaris anterior dan a.palpebralis sehingga
mata terlihat menjadi lebih merah, terjadi penurunan velocity aliran darah ke
lokasi radang (lekosit melambat dan menempel di endotel vaskuler), terjadi
peningkatan adhesi endotel pembuluh darah (lekosit dapat terikat pada endotel
pembuluh darah), terjadi peningkatan permeabilitas vaskuler (cairan masuk ke
jaringan), fagosit masuk jaringan (melalui peningkatan marginasi dan
ekstravasasi), pembuluh darah membawa darah membanjiri jaringan kapiler
jaringan memerah (RUBOR) dan memanas (KALOR), peningkatan permeabilitas
17
kapiler, masuknya cairan dan sel dari kapiler ke jaringan terjadi akumulasi cairan
(eksudat) dan bengkak (edema), peningkatan permeabilitas kapiler, penurunan
velocity darah dan peningkatan adhesi, dan migrasi lekosit (terutama fagosit) dari
kapiler ke jaringan.6
Inflamasi diawali oleh kompleks interaksi mediator-mediator kimiawi
yakni:6
1. Histamin
Dilepaskan oleh sel merangsang vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas
kapiler.
2. Lekotrin
Dihasilkan dari membran sel meningkatkan kontraksi otot polos mendorong
kemotaksis untuk netrofil.
3. Prostaglandin
Dihasilkan dari membran sel meningkatkan vasodilatasi, permeabilitas
vaskuler mendorong kemotaksis untuk netrofil.
4. Platelet aggregating factors
Menyebabkan agregasi platelet mendorong kemotaksis untuk netrofil.
5. Kemokin
Dihasilkan oleh sel pengatur lalu lintas lekosit di lokasi inflamasi) beberapa
macam kemokin: IL-8 (interleukin-8), RANTES (regulated upon activation
normal T cell expressed and secreted), MCP (monocyte chemoattractant
protein).
6. Sitokin
Dihasilkan oleh sel-sel fagosit di lokasi inflamasi pirogen endogen yang
memicu demam melalui hipotalamus, memicu produksi protein fase akut
oleh hati, memicu peningkatan hematopoiesis oleh sumsum tulang à
lekositosis beberapa macam sitokin yaitu: IL-1 (interleukin-1), IL-6
(interleukin-6), TNF-a (tumor necrosis factor alpha).
7. Mediator lain (dihasilkan akibat proses fagositosis).
18
Beberapa mediator lain: nitrat oksida, peroksida dan oksigen radikal.
Oksigen dan nitrogen merupakan intermediat yang sangat toksik untuk
mikroorganisme.
Biasanya penyakit ini dapat sembuh dengan sendirinya (self limiting disease), hal
ini disebabkan oleh faktor-faktor :6
1. Konjungtiva selalu dilapisi oleh tears film yang mengandung zat-zat anti
mikrobial
2. Stroma konjungtiva pada lapisan adenoid mengandung banyak kelenjar
limfoid
3. Epitel konjungtiva terus menerus diganti
4. Temperatur yang relatif rendah karena penguapan air mata, sehingga
perkembangbiakan mikroorganisme terhambat
5. Penggelontoran mikroorganisme oleh aliran air mata
6. Mikroorganisme tertangkap oleh mukous konjungtiva hasil sekresi sel-sel
goblet kemudian akan digelontor oleh aliran air mata
KOMPLIKASI
Komplikasi Konjungtivitis
• Keratitis ulseratif = ulserasi kornea = ulkus kornea (terdapatnya
destruksi/kerusakan pada bagian epitel kornea) → pada konjungtivitis
bakteri, viral, alergi.5
• Perforasi kornea → pada infeksi N gonorrhoea.6
• Simblefaron (perlengketan antara konjungtiva tarsalis/palpebra dgn
konjungtiva bulbi) → pada infeksi bakteri.5
Endoftalmitis (peradangan seluruh lapisan mata bagian dalam, cairan bola mata &
bagian putih mata) → pada infeksi N gonorrhoeae, Pseudomonas.6
• Keratoconus (perubahan bentuk (penipisan) kornea sehingga bentuknya
menyerupai kerucut, bukan radang) → pada konjungtivitis alergi.5
19
• Punctate keratitis (inflamasi pada kornea dengan hilangnya epitel kornea)
→ pada konjungtivitis viral.5
• Blefarokonjungtivitis (inflamasi pada kelopak mata dan konjungtiva;
berupa gatal pada mata & ada krusta pada tepi kelopak) → pada infeksi
Staphilococcus.5
• Pneumonia → terjadi 10-20% pd bayi karena chlamydial conjunctivitis.6
• Conjunctival scarring → pada chlamydial conjunctivitis pada orang
dewasa yang tidak diobati.5
• Meningitis → pada infeksi N meningitidis.5
• Konjungtivitis bakterial akut hampir selalu sembuh sendiri.5
• - diobati à 10 – 14 hari, + obati à 1 – 3 hari.5
• Kecuali K.stafilokokkus à dpt berlanjut menjadi blefarokonjungtivitis
dan mjd kronik.5
• Konjungtivitisbakterial kronik à tidak dapat sembuh sendiri.5
• Trakoma, dengan kondisi higiene yang baik ( khususnya mencuci muka pd
anak ), penyakit Ini dapat sembuh atau bertambah ringan.5
PEMERIKSAAN LABORATURIUM
Pemeriksaan Giemsa/ pengecatan gram dapat dijumpai sel-sel radang
polimorfonuklear, sel-sel morfonuklear, juga bakteri atau jamur penyebab
konjungtivitis.
Pemeriksaan Visus
Catat derajat pendangan perifer klien karena jika terdapat sekret yang
menempel pada kornea dapat menimbulkan kemunduran visus.
20
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan sediaan langsung
sekret dengan pewarnaan gram atau Giemsa untuk mengetahui kuman penyebab
dan uji sensitivitas untuk perencanaan pengobatan.7
Untuk diagnosis pasti konjungtivitis gonore dilakukan pemeriksaan sekret
dengan pewarnaan metilen biru, diambil dari sekret atau kerokan konjungtiva,
yang diulaskan pada gelas objek, dikeringkan dan diwarnai dengan metilen biru
1% selama 1 – 2 menit. Setelah dibilas dengan air, dikeringkan dan diperiksa di
bawah mikroskop. Pada pemeriksaan dapat dilihat diplokok yang intraseluler sel
epitel dan lekosit, disamping diplokok ekstraseluler yang menandakan bahwa
proses sudah berjalan menahun. Morfologi dari gonokok sama dengan
meningokok, untuk membedakannya dilakukan tes maltose, dimana gonokok
memberikan test maltose (-). Sedang meningokok test maltose (+).7
Bila pada anak didapatkan gonokok (+), maka kedua orang tua harus
diperiksa. Jika pada orang tuanya ditemukan gonokok, maka harus segera diobati.
3,4,7,9 Dibuat dengan sediaan apus sekret konjungtiva dengan pewarnaan biru
metilen sehingga akan terlihat diplokok intraseluler (di dalam leukosit).7
PROGNOSIS
Prognosis5
• Konjungtivitis bakterial akut hampir selalu sembuh sendiri
• Kalautidakdiobati à 10 – 14 hari, Kalaudiobati à 1 – 3 hari
• Kecuali K.stafilokokkus à dapat berlanjut menjadi blefarokonjungtivitis
dan menjadi kronik
• k. bakterial kronik à tidak dapat sembuh sendiri
• Trakoma, dengan kondisi higiene yang baik ( khususnya mencuci muka
pada anak ), penyakitini dapat sembuh atau bertambah ringan.
21
PENCEGAHAN
Untuk mencegah penularan, ada beberapa hal yang dapat kita lakukan,
yaitu:3
a. Hindari kontak langsung dengan penderita.
b. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan suatu pekerjaan.
c. Jangan menggunakan obat tetes mata tanpa mengetahui kandungan dan
kegunaan obat tersebut. Karena dengan penggunaan obat tetes mata yang
tidak rasional, apalagi dengan pemakaian yang terus-menerus, akan
mengganggu sistem pertahanan di dalam kelopak mata (enzim dalam air
mata terganggu). Akibatnya, akan terjadi penurunan daya tahan tubuh
yang ada pada mata tersebut.
d. Menjaga kesehatan secara umum, hindari kelelahan baik pada mata
maupun tubuh dengan tidur yang cukup dan teratur.
Konjungtivitis mudah menular, karena itu sebelum dan sesudah
membersihkan atau mengoleskan obat, penderita harus mencuci tangannya bersih-
bersih. Usahakan untuk tidak menyentuh mata yang sehat sesudah menangani
mata yang sakit. Jangan menggunakan handuk atau lap bersama-sama dengan
penghuni rumah lainnya. Gunakan lensa kontak sesuai dengan petunjuk dari
dokter dan pabrik pembuatnya.3
PENATALAKSANAAN
Non medikamentosa.7
1. Kelopak mata dibersihkan dengan air hangat
2. Kompres hangat di daerah mata untuk meringankan gejala.
3. Air mata buatan, dapat diberikan agar mata terasa lebih nyaman, sekaligus
melindungi mata dari paparan alergen, atau mengencerkan alergen yang
ada di lapisan air mata.
4. Pada konjungtivitis karena virus, biasanya diberikan larutan astringen agar
mata senantiasa bersih sehingga infeksi sekunder oleh bakteri tidak terjadi
22
dan air mata buatan untuk mengatasi kekeringan dan rasa tidak nyaman di
mata.
Medikamentosa.7
Pengobatan sebelum pemeriksaan mikrobiologi, diberikan antibiotik
tunggal seperti neosporin, basitrasin, gentamisin, kloramfenikol, polimiksin,
tobramisin, eritromisin dan sulfa. Bila pengobatan tidak memberikan hasil dengan
antibiotik setelah 3-5 hari maka pengobatan dihentikan dan ditunggu hasil
pemeriksaan mikrobiologi.6
Apabila tidak ditemukan kuman dalam sediaan langsung, maka diberikan
antibiotik spektrum luas dalam bentuk tetes mata tiap jam atau salep mata 4
sampai 5 kali sehari, seperti sulfasetamid 10-15 %, gentamisin atau
kloramfenikol. Apabila tidak sembuh selam satu minggu maka dilakukan
pemeriksaan resistensi kuman.6
Alasan yang paling lazim dari penggunaan antibiotik adalah untuk
membunuh bakteri yang dianggap sebagai penyebab terjadinya penyakit
konjungtivitis bakterialis. Penggunaan antibiotik diharapkan mampu menghambat
atau bahkan membunuh bakteri penyebab penyakit. Bagaimanapun juga terapi
antibiotik yang berlebihan dapat menimbulkan kuman menjadi resisten sehingga
terapi yang dilakukan akan gagal atau sia-sia. Karenanya, penggunaan antibiotik
membutuhkan pemantauan yang cermat pada keadaan pasien dan suatu
pemahaman tentang patofisiologi kondisi yang mendasarinya.6
Kloramfenikol mempunyai suatu spektrum lebar dari aktivitas dan adalah
obat pilihan untuk infeksi atau peradangan mata superfisial. Terutama infeksi
bakteriostatik, yang berspektrum luas terhadap bakteri Gram-positive dan Bakteri
Gram negatif.6
Fusidic acid bermanfaat untuk infeksi atau peradangan Staphylococcal
dan merupakan salah satu alternatif anti bakteri seperti kloramfenikol. Beberapa
percobaan-percobaan komparatip menunjukkan bahwa topical fusidic acid itu
sama efektifnya dengan topical chloramphenicol.7
Fluoroquinolones seperti ciprofloxacin, lomefloxacin dan ofloxacin
diberikan untuk infeksi/peradangan pada mata untuk membatasi perkembangan
23
dari bakteri. Fluoroquinolones mempunyai efektivitas rendah (dari jenis
Streptococcus. Ciprofloxacin sebagai tetes mata harus diberikan secara intensive
(terutama pada 2 hari pertama pemberian) siang dan malam.6
Gentamicin, ciprofloxacin, levofloxacin, ofloxacin, dan polymyxin B
bersifat efektif terhadap infeksi atau peradangan yang disebabkan oleh
Pseudomonas aeruginosa (pemakai kontak lensa rentan terhadap peradangan yang
diakibatkan oleh pseudomonal).6
Untuk konjungtivitis karena alergi, antihistamin per oral (melalui mulut)
bisa mengurangi gatal-gatal dan iritasi. Atau bisa juga diberikan tetes mata yang
mengandung corticosteroid.
Resep rasional
1. Chloramphenicol eye drop (Gentamisin) dosis 2 tetes atau lebih tiap 3 jam
pada mata yang meradang
2. larutan astringent sebagai larutan pembersih mata.
DIAGNOSIS BANDING
A. Glaukoma Akut
1. Definisi
Glaukoma adalah penyakit mata yang ditandai ekskavasi glaukomatosa,
neuropati saraf optik, serta kerusakan lapangan pandang yang khas.1
Glaukoma akut disebut juga glaukoma sudut tertutup yang sangat mengancam
terjadinya kebutaan karena terjadi secara tiba-tiba. Istilah glaukoma sudut tertutup
didasarkan pada pemeriksaan gonoskopi. Sedangkan istilah glaukoma akut lebih
menggambarkan kondisi klinis pasien yang terlihat oleh dokter berupa rasa nyeri
yang mendadak (akut), mata merah, palpebrae membengkak (kongestif).1,8
24
2. Etiologi
Glaukoma terjadi karena kelainan tekanan bola mata yang tidak normal.
Glaukoma akut hanya terjadi pada mata yang sudut bilik depan matanya sempit
yang merupakan faktor predisposisi penutupan sudut bilik depan mata.1,8,9
3. Patofisiologi
Pada glaukoma akut, hambatan terjadi karena iris perifer menutup sudut mata
bilik depan sehingga akuos tidak dapat mencapai jaringan trabekulum.1
Sempitnya bilik depan mata akibat lensa berada dekat dengan iris
mengakibatkan hambatan aliran akuos humor dari bilik mata belakang ke bilik
mata depan (pupillary block). Hambatan ini menyebabkan meningkatnya tekanan
di bilik mata belakang. Pada sudut depan yang tadinya memang sudah sempit,
dorongan ini akan menyebabkan iris menutupi jaringan trabekulum. Akibatnya
akuos humor tidak dapat atau sukar mencapai jaringan ini dan tidak dapar
disalurkan keluar dan terjadi glaukoma sudut tertutup.1,9
Glaukoma dapat menyebabkan kebutaan ketika saluran cairan yang keluar dari
bola mata terhambat sehingga bola mata akan membesar dan bola mata akan
menekan saraf mata yang berada di belakang bola mata yang akhirnya saraf mata
tidak mendapatkan aliran darah sehingga saraf mata akan mati.10
4. Gejala Klinis
Gejala klinis yang dapat dijumpai pada pasien dengan glaukoma
akut/glaukoma sudut tertutup, antara lain :1,8,10
1. Merah pada seluruh permukaan mata
2. Fotophobia
3. Nyeri hebat pada mata dan seluruh N.V
4. Penglihatan tidak jelas dan terdapatnya kesan halo (bulatan cahaya pada
sekeliling cahaya lampu)
5. Mata menjadi keras dan sensitif
6. Biasanya didahului mual, muntah
25
7. Anak mata hitam (pupil) membesar (dilatasi)
8. Terasa sakit di dahi atau kepala
Glaukoma akut termasuk salah satu diagnosis banding pada penyakit mata
seperti konjungtivitis akut. Penyingkiran diagnosa glaukoma akut pada kasus
konjungtivitis terletak pada gejala klinis yang membedakannya, antara lain:1,8,9,10
1. Pada glaukoma akut rasa nyeri dapat terjadi hebat, sedangkan pada
konjungtivitis tidak ada nyeri mata atau mungkin jika ada hanya sedikit.
2. Pada glaukoma akut terjadi gangguan visus, pada konjungtivitis tidak ada
gangguan visus.
3. Pada glaukoma tidak didapati adanya sekret mata, pada konjungtivitis
seringkali ditemukan sekret mata.
4. Pada glaukoma hiperemi konjungtiva terjadi sampai perikorneal, pada
konjungtivitis hiperemi konjungtiva berat tidak sampai perikorneal.
5. Pada glaukoma akut pasien dapat mengalami fotophobia, sedangkan pada
konjungtivitis fotophobia tidak terjadi.
6. Gambaran halo (bulatan cahaya pada sekeliling cahaya lampu) terjadi ada
pasien glaukoma akut, tidak didapati pada konjungtivitis.
B. Keratitis
Keratitis adalah infeksi pada kornea yang biasanya diklasifikasikan menurut
lapisan kornea yang terkena, yaitu keratitis superfisialis apabila mengenai lapisan
epitel atau bowman dan keratitis profunda atau keratitis interstisialis atau disebut
juga keratitis parenkimatosa) yang mengenai lapisan stroma.1
Pada keratitis didapatkan gejala klinis mata merah sama halnya dengan
konjungtivitis. Warna merah yang terdapat pada keratitis lokal dan terletak di
bagian kornea. Keratitis juga menghasilkan eksudat sama seperti konjungtivitis.
Oleh karena itu keratitis dijadikan diagnosis banding dalam kasus ini.7
Keratitis memiliki gejala klinis gangguan penglihatan, sedangkan pada
penderita tidak didapatkan gangguan penglihatan. Penderita mengalami mata gatal
dan perih, sedangkan gejala klinis pada keratitis disertai dengan nyeri hebat.
Keratitis juga disertai dengan fotofobia sedangkan konjungtivitis tidak. Gejala-
26
gejala klinis inilah yang menyingkirkan diagnosa banding keratitis dari kasus
yang dialami penderita.7
BAB III
27
PENUTUP
Simpulan
Dari makalah ini dapat diambil beberapa simpulan , yaitu :
1. Konjungtivitis adalah suatu peradangan pada konjungtiva atau radang selaput
lendir yang melapisi permukaan dalam kelopak mata (bagian putih mata).
2. Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, seperti : Infeksi
oleh bakteri, virus dan jamur (klamidia), reaksi alergi terhadap debu, serbuk
sari, bulu binatang, iritasi oleh angin, debu, asap dan polusi udara lainnya;
sinar ultraviolet dari las listrik atau sinar matahari yang dipantulkan oleh salju,
pemakaian lensa kontak, terutama dalam jangka panjang, juga bisa
menyebabkan konjungtivitis.
3. Komplikasi Konjungtivitis: Keratitis ulseratif, Perforasi kornea, Simblefaron,
Endoftalmitis, Keratoconus, Punctate keratitis, Blefarokonjungtivitis,
Pneumonia, Conjunctival scarring, Meningitis, Konjungtivitisbakterial kronik,
Trakoma.
4. Pemeriksaan yang bisa dilakukan: Pemeriksaan Giemsa/ pengecatan gram,
Pemeriksaan Visus.
5. Terapi dapat berupa Non medikamentosa dan medikamentosa.
Saran
1. Diharapkan dalam makalah ini lebih membahas mengenai konjungtivitis
2. Adanya penjelasan mengenai ilmu oftalmologi dengan hubungannya
dalam makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
28
1. Sidarta I. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, 1999.
2. Guyton AC dan Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta:
EGC, 1997.
3. Gabriel JF. Fisika Kedokteran. Jakarta: EGC, 1996.
4. AHMAD B. TARABISHY, MD, BENNIE H. JENG, MD. Bacterial
conjunctivitis: A review for internists. CLEVELAND CLINIC JOURNAL
OF MEDICINE VOLUME , 2008:7:321-325
5. S Boninil, M Coassinl, S Aronni and A Lambiase. Vernal keratoconjunctivitis.
Eye, 2004;18:345–351
6. Vaughan, Daniel G. dkk. Oftalmologi umum. Jakarta : Widya Medika, 2000
7. Mansjoer Arif, Triyanti Kuspuji, Savitri Rakhmi, Wardhani Wahyu Ika,
Setiowulan Wiwik, “Kapita Selekta Kedokteran” Edisi ke-3 jilid 1, Media
Aesculapius Fakultas Kedokteran UI, Jakrta, 1999.
8. Pardianto G et al. Difficulties on glaucoma. Mimbar Ilmiah Oftalmologi
Indonesia, 2006;3: 48-49.
9. Rhee DJ, Katz LJ, Spaeth GL, Myers JS. Complementary and alternative
medicine for glaucoma. Surv Ophthalmol 2001;46: 43–55.
10. Levin LA, Peeples P. History of neuroprotection and rationale as a therapy for
glaucoma. Am J Manag Care ,2008;14:11–14.
29