makalah bbm 1

44
BAB I PENDAHULUAN A. SKENARIO Seorang mahasiswa 20 tahun dating ke puskesmas dengan keluhan mata merah. Keluhan ini dirasakan sejak kemarin ketika bangun tidur pagi. Keluhan lain yang dirasakan adalah rasa gatal, perih dan berair pada kedua mata. Dari hasil anamnesa diketahui bahwa teman satu asramanya juga menderiata sakit yang sama beberapa hari sebelumnya. Dari hasil pemeriksaan diperoleh konjungtiva tampak hiperemis, terdapat sekret pada kedua mata, test ketajaman penglihatan dengan kartu snellen tidak ditemukan gangguan. Kemudian dokter menuliskan resep obat untuk ditebus oleh pasien. B. ANALISIS KASUS 1. Klarifikasi Kata 1. Hiperemi Bewarna kemerahan karena vasodilatasi pembuluh darah pada konjungtiva. 2. Sekret Produk dari kelenjar air mata yang dihasilkan sel goblet. 3. Kartu Snellen Kartu yang digunakan untuk tes penglihatan dengan jarak 5-6 m 1

Upload: pricilia-gunawan

Post on 22-Jun-2015

2.295 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: makalah BBM 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. SKENARIO

Seorang mahasiswa 20 tahun dating ke puskesmas dengan keluhan mata

merah. Keluhan ini dirasakan sejak kemarin ketika bangun tidur pagi. Keluhan

lain yang dirasakan adalah rasa gatal, perih dan berair pada kedua mata. Dari hasil

anamnesa diketahui bahwa teman satu asramanya juga menderiata sakit yang

sama beberapa hari sebelumnya. Dari hasil pemeriksaan diperoleh konjungtiva

tampak hiperemis, terdapat sekret pada kedua mata, test ketajaman penglihatan

dengan kartu snellen tidak ditemukan gangguan. Kemudian dokter menuliskan

resep obat untuk ditebus oleh pasien.

B. ANALISIS KASUS

1. Klarifikasi Kata

1. Hiperemi

Bewarna kemerahan karena vasodilatasi pembuluh darah pada

konjungtiva.

2. Sekret

Produk dari kelenjar air mata yang dihasilkan sel goblet.

3. Kartu Snellen

Kartu yang digunakan untuk tes penglihatan dengan jarak 5-6 m

4. Sklera

Jaringan ikat yang member bentuk bola mata dan melindungi kornea.

2. Daftar Masalah

1. Diagnosa kasus ?

2. Mengapa terjadi hiperemis dan mekanisme terjadinya ?

3. Mengapa terjadi rasa gatal, perih, dan berair pada mata ?

4. Mengapa terjadi sekret?

5. Bagaimana cara kerja tes dengan kartu snellen ?

6. Resep yang kira-kira dituliskan oleh dokter tersebut ?

1

Page 2: makalah BBM 1

7. Apakah etiologi penyakit tersebut ?

8. Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan untuk diagnosis penyakit ?

9. Apakah penyakit tersebut menular atau tidak ?

10. Anatomi dan Fisiologi dari mata ?

11. Faktor risiko bias terkena penyakit tersebut ?

12. Komplikasi penyakit tersebut bila tidak di obati ?

13. Prognosis penyakit tersebut ?

14. Penatalaksanaan penyakit tersebut ?

15. Epidemiologi dari kasus tersebut ?

16. Mengapa pada kasus tidak terjadi gangguan penglihatan ?

17. Mengapa gejala terjadi ketika bangun tidur ?

18. Mengapa gejala terjadi pada kedua mata ?

3. Analisis Masalah

1. Konjungtivitis

2. Hiperemis terjadi karena vasodilatasi dari pembuluh darah pada

konjungtiva mata akibat proses radang yang dikarenakan karena infeksi

sehingga menimbulkan mekanisme pertahanan tubuh yang melepaskan

mediator-mediator kimia yang berpengaruh pada pelebaran pembuluh

darah.

3. Rasa gatal, perih, dan berair pada mata diakibatkan karena adanya benda

asing yang masuk ke mata menyebabkan peradangan yang merangsang

refleks pengeluaran air mata dan akan terasa gatal serta perih, selain itu

juga dipacu oleh immunoglobulin dan reaksi alergi.

4. karena proses peradangan menghasilkan mediator inflamasi sebagai hasil-

hasil fibrin yang menghasilkan sekret di mata.

5. Cara kerja tes dengan kartu snellen merupakan uji ketajaman penglihatan

(visus) dengan jarak 5-6 m. 5-6 m (jarak normal penglihatan). Kartu

snellen yaitu kertas yang bertuliskan huruf balok dari ukuran besar – kecil.

2

Page 3: makalah BBM 1

6. Resep yang mungkin dituliskan yaitu golongan antibiotik (untuk

mencegah infeksi sekunder) misalnya gentamisin (topikal) atau

kloramfenikol.

7. Etiologi dari penyakit tersebut disebabkan oleh bakteri contohnya

golongan staphylococcus dan oleh virus yaitu golongan adenovirus.

8. Pemeriksaan yang dapat dilakukan yaitu pemeriksaan bakteri dengan

mengambil sekret dan pewarnaan giemsa, dan pemeriksaan optalmoskop.

9. Penyakit ini menular karena disebabkan oleh bakteri/virus bisa melalui

penggunaan barang2 secara bersama misalnya handuk, atau kontak

langsung.

10. Anatomi mata yaitu terdiri dari anatomi kelopak mata, anatomi sistem

lakrimal, anatomi konjungtiva, anatomi bola mata, dan retina. Fisiologi

mata adalah suatu organ kompleks yang berkembang sangat fotosensitif

yang memungkinkan analisis dengan tepat bentuk intensitas cahaya dan

warna yang dipantulkan oleh objek. Ada tiga komponen pada pengindraan

penglihatan yaitu mata yang memfokuskan bayangan ke retina, sistem

saraf yang memberi informasi ke otak, dan korteks penglihatan yang

menganalisa penglihatan tersebut.

11. Faktor resiko penyakit tersebut yaitu kebiasaan hidup kotor, iklim panas

yang kering, sanitasi lingkungan yang kotor, penggunaan barang yang

bersamaan dan sebagainya.

12. Komplikasi dapat menyebabkan konjungtivitis katarak, keratitis, glukoma,

keratoconus, kebutaan dan sebagainya.

13. Prognosis tidak terlalu berbahaya tapi bila tidak segera diobati dapat

menyebabkan kerusakan dan komplikasi seperti di atas.

14. Pencegahan dapat dilakukan dengan menutup bagian mata yang sakit

dengan kasa. Dan bila yang terkena kedua mata maka dapat dilakukan

kompres mata.

15. Bacterial conjunctivitis Banyak terjadi pada pasien segala usia. Di

Indonesia penyakit ini masih banyak terdapat dan paling sering

dihubungkan dengan penyakit tuberkulosis paru. Penderita lebih banyak

3

Page 4: makalah BBM 1

pada anak-anak dengan gizi kurang atau sering mendapat radang saluran

napas, serta dengan kondisi lingkungan yang tidak higiene. Pada orang

dewasa juga dapat dijumpai tetapi lebih jarang. Pada Neonatus,

conjunctivitis kebanyakan disebabkan bacterial, dan Rata-rata bakteri

penyebabnya adalah Chlamydia trachomatis.

16. Pada kasus penyakit tersebut tidak mengenai organ-organ yang berfungsi

untuk penglihatan.

17. Karena pada saat tidur kelopak mata tertutup sehingga secret terkumpul

pada pagi harinya saat bangun tidur.

18. Karena terjadi autoinfeksi.

5. Problem Tree

4

MATA MERAH

KONJUNGTIVITIS

ANATOMI MATA

PROGNOSIS

GLAUKOMA AKUT

FAKTOR RESIKO

KERATITIS

KOMPLIKASI

KLASIFIKASI

DEFINISI

ETIOLOGIPATOFISIOLOGI

PX FISIK DAN PENUNJANG

Page 5: makalah BBM 1

5. Menetapkan sasaran belajar

1. Menjelaskan anatomi dari mata ?

2. Menjelaskan definisi, etiologi dan epidemiologi dari konjungtivitis ?

3. Menjelaskan klasifikasi konjungtivitis tersebut ?

4. Menjelaskan patofisiologi dari konjungtivitis ?

5. Menjelaskan pemeriksaan fisik dan penunjang dari konjungtivitis ?

6. Menjelaskan komplikasi dan prognosis dari konjungtivitis tersebut ?

7. Menjelaskan tentang diagnosis banding konjungtivitis tersebut ?

5

Page 6: makalah BBM 1

BAB II

PEMBAHASAN

ANATOMI DAN FISIOLOGI MATA

ANATOMI MATA

Anatomi Kelopak Mata

Kelopak mata (palpebra) mempunyai lapis kulit yang tipis pada bagian

depan sedang di bagian belakang ditutupi selaput lendir tarsus yang disebut

konjungtiva tarsal. Pada kelopak, terdapat bagian-bagian:1

1. Kelenjar seperti: kelenjar sebasea, kelenjar keringat, kelenjar Zeis pada

pangkal rambut, kelenjar Meibom pada tarsus.

2. Otot seperti: M. orbikularis oculi, M. Levala lakrimal. toglandur palpebra.

Otot tersebut dipersarafi oleh n.III, yang berfungsi untuk mengangkat kelopak

mata atau membuka mata.

3. Di dalam kelopak terdapat tarsus yang merupakan jaringan ikat dengan

kelenjar di dalamnya atau kelenjar Meibom yang bermuara pada margo

palpebra.

4. Septum orbita yang merupakan jaringan fibrosis berasal dari rima orbita

merupakan pembatas isi orbita dengan kelopak depan.

5. Pembuluh darah yang memperdarahinya adalah a. Palpebrae.

6. Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontalis n.V

sedang kelopak bawah oleh cabang ke II saraf ke V.

Anatomi Sistem Lakrimal

Sistem lakrimal terdiri dari 2 bagian, yaitu:1

i. Sistem produksi atau glandula lakrimal. Glandula lakrimal terletak di

temporo antero superior rongga orbita.

ii. Sistem eksresi, yang terdiri dari pungtum lakrimal, kanalikuli lakrimal, sakus

lakrimal, dan duktus nasolakrimal. Sakus lakrimal terletak di bagian nasal

depan rongga orbita. Air mata dari duktus lakrimal akan mengalir ke dalam

rongga hidung di dalam meatus inferior.

6

Page 7: makalah BBM 1

Anatomi Konjungtiva

Konjungtiva merupakan membran yang menutupi sklera dan kelopak

bagian belakang. Bermacam-macam obat mata dapat diserap melalui konjungtiva

ini. Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel goblet.

Musin bersifat membasahi bola mata terutama kornea.1

Konjungtiva terdiri atas 3 bagian, yaitu:1

1. Konjungtiva tarsal yang menutupi tarsus.

2. Konjungtiva bulbi menutupi sklera dan mudah digerakkan dari sklera di

bawahnya.

3. Konjungtiva fornises atau forniks konjungtiva yang merupakan tempat

peralihan konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi.

Konjungtiva bulbi dan forniks berhubungan sangat longgar dengan

jaringan dibawahnya sehingga bola mata mudah bergerak.1

Anatomi Bola Mata

Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm. Bola mata

bagian depan (kornea) mempunyai kelengkungan yang lebih tajam sehingga

terdapat bentuk dengan 2 kelengkungan yang berbeda.1

Bola mata dibungkus oleh 3 lapisan, yaitu:1

1. Sklera merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk pada

mata, merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata. Bagian terdepan

sklera disebut kornea yang bersifat transparan yang memudahkan air masuk

ke dalam bola mata. Kelengkungan kornea lebih besar dibandingkan sklera.

2. Jaringan uvea merupakan jaringan vaskular. Jaringan sklera dan uvea dibatasi

oleh ruang yang potensial mudah dimasuki darah bila terjadi perdarahan pada

perdarahan suprakoroid. Jaringan uvea ini terdiri dari iris, badan siliar, dan

koroid. Pada iris didapatkan pupil yang oleh 3 susunan otot dapat mengatur

jumlah sinar masuk ke dalam bola mata. Otot dilator dipersarafi oleh saraf

simpatis, sedang sfingter iris dan otot siliar dipersarafi oleh parasimpatis.

7

Page 8: makalah BBM 1

Otot siliar yang terletak di badan siliar mengatur bentuk lensa untuk

kebutuhan akomodasi.

3. Badan siliar yang terletak di belakang iris menghasilkan cairan bilik mata

(akuos humor) yang dikeluarkan melalui trabekulum yang terletak pada

pangkal iris di batas kornea dan sklera.

4. Lapis ketiga bola mata adalah retina yang terletak paling dalam dan

mempunyai susunan lapis sebanyak 10 lapis yang merupakan lapis membran

neuro sensoris yang merubah sinar menjadi rangsangan pada saraf optik dan

diteruskan ke otak. Terdapat rongga yang potensial antar retina dan koroid

sehingga retina dapat terlepas dari koroid yang disebut ablasi retina.

5. Badan kaca mengisi rongga di dalam bola mata dan bersifat gelatin yang

hanya menempel pada papil saraf optik, makula, dan pars plana. Bila terdapat

jaringan ikat di dalam badan kaca disertai dengan tarikan pada retina, maka

retina akan robek dan terjadi ablasi retina.

6. Lensa terletak di belakang pupil yang dipegang di daerah ekuatornya pada

badan siliar melalui zonula zinn. Lensa mata mempunyai peranan pada

akomodasi atau melihat dekat sehingga sinar dapat difokuskan di daerah

makula lutea.

7. Terdapat 6 otot penggerak bola mata, dan terdapat kelenjar lakrimal yang

terletak di daerah temporal atas di dalam rongga orbita. Sistem sekresi air

mata atau lakrimal terletak di daerah temporal bola mata. Sistem sekresi

mulai pada pungtum lakrimal, kanalikuli lakrimal, sakus lakrimal, duktus

nasolakrimal, meatus inferior.

Retina

Retina merupakan bagian mata yang mengandung reseptor yang menerima

rangsangan cahaya. Retina berbatas dengan koroid dengan sel pigmen epitel

retina, dan terdiri dari lapisan:1

1. Lapis fotoreseptor

2. Membran limitan eksterna

3. Lapisan nukleus luar

8

Page 9: makalah BBM 1

4. Lapis pleksiform luar

5. Lapis nukleus dalam

6. Lapis pleksiform dalam

7. Lapis sel ganglion

8. Lapis serabut saraf

9. Membran limitan interna

Fisiologi Penglihatan

Mata adalah suatu organ kompleks yang berkembang sangat fotosensitif

yang memungkinkan analisis dengan tepat bentuk intensitas cahaya dan warna

yang dipantulkan oleh objek. Ada tiga komponen pada pengindraan penglihatan

yaitu mata yang memfokuskan bayangan ke retina, sistem saraf yang memberi

informasi ke otak, dan korteks penglihatan yang menganalisa penglihatan

tersebut.2

Mata sebagai alat optik meliputi:3

1. Retina

Terdapat sel rod/batang dan sel kones/kerucut. Fungsi sel rod untuk melihat

pada malam hari, sedangkan sel kones untuk melihat pada siang hari. Dari

retina ini akan dilanjutkan ke saraf optikus.

2. Fovea sentralis

Daerah cekung yang berukuran 0,25 mm di tengah-tengahnya terdapat makula

lutea (bintik kuning).

3. Kornea dan lensa

Kornea merupakan lapisan mata paling depan dan berfungsi memfokuskan

benda dengan cara refraksi, tebalnya 0,5 mm, sedangkan lensa terdiri dari

kristal mempunyai dua permukaan dengan jari-jari kelengkungan 7,8 mm

yang berfungsi untuk memfokuskan objek pada berbagai jarak.

4. Pupil

9

Page 10: makalah BBM 1

Di tengah-tengah iris terdapat pupil yang fungsinya mengatur cahaya yang

masuk. Apabila cahaya terang, pupil akan menguncup, demikian sebaliknya.

Mata mempunyai susunan lensa, sistem diafragma yang dapat berubah-

ubah (pupil), dan retina yang dapat disamakan sebagai film. Susunan lensa mata

yang terdiri atas empat perbatasan refraksi: (1) perbatasan antara permukaan

anterior kornea dan udara, (2) perbatasan antara permukaan posterior kornea dan

humour aqueous, (3) perbatasan antara humor aqueous dengan permukaan

anterior lensa kristalina, dan (4) perbatasan antara permukaan posterior lensa dan

vitreous humor. Indeks bias udara adalah 1; kornea 1,38; humor aqueous 1,33;

lensa kristalina (rata-rata) 1,40; dan humor vitreous 1,34.2

Dalam hal memfokuskan objek pada retina, lensa mata memegang peranan

penting karena mempunyai fungsi memfokuskan objek secara tetap demikian pula

bola mata (diameter bola mata 20-30 mm). Kemampuan lensa mata untuk

memfokuskan objek disebut daya akomodasi. Selama mata melihat jauh, tidak

terjadi akomodasi. Makin dekat benda yang dilihat, semakin kuat mata/lensa

berakomodasi.3

Daya akomodasi ini tergantung kepada umur. Dengan meningkatnya usia,

lensa semakin besar dan menebal serta menjadi kurang elastik, sebagian

disebabkan oleh denaturasi protein yang progesif. Akibatnya kemampuan lensa

untuk berubah bentuk akan berkurang secara progresif seiring dengan

bertambahnya usia. Daya akomodasi berkurang dari 14 dioptri pada usia anak-

anak sampai 50 tahun dan menjadi berkurang 0 pada usia 70 tahun, sesudah itu

dapat dikatakan lensa sama sekali tak dapat berakomodasi keadaan ini disebut

sebagai presbiopi.2

Pada mata terdapat beberapa refraksi/pembiasan mata yaitu:2

1. Emetropia ialah suatu keadaan dimana sinar sejajar dari objek jauh difokuskan

di retina pada keadaan otot siliaris relaksasi total/tanpa akomodasi.

2. Hipermetropia ialah suatu keadaan dimana sinar sejajar difokuskan dibelakang

retina dalam keadaan tanpa akomodasi. Kelainan ini sering dapat diatasi

dengan akomodasi, sehingga tidak menyebabkan keluhan. Hipermetropia yang

tidak dapat diatasi dengan akomodasi disebut hipermetropia manifest atau

10

Page 11: makalah BBM 1

hipermetropia absolut, sedangkan yang dapat diatasi dengan akomodasi

disebut hipermetrop fakultatif atau hipermetrop relatif. Untuk mengatasi

kelainan ini, otot siliaris berkontraksi untuk meningkatkan kekuatan lensa.

Oleh karena itu, dengan menggunakan mekanisme akomodasi, penderita ini

dapat memfokuskan bayangan dari objek jauh di retina. Bila penderita

menggunakan sebagian dari kekuatan otot siliarisnya untuk melakukan

akomodasi jarak jauh, ia tetap memiliki sisa daya akomodasi untuk melihat

dengan tegas objek yang mendekati mata sampai otot siliaris berkontraksi

maksimum.Hipermetropia biasanya akibat bola mata terlalu pendek atau

kadang-kadang karena susunan lensa terlalu lemah. Kelainan ini dapat

dikoreksi dengan lensa sferis (+).

3. Miopia ialah suatu keadaan dimana sinar sejajar difokuskan di muka retina.

Pada miopia, sewaktu otot siliaris relaksasi cahaya dari objek jauh difokuskan

di depan retina. Keadaan ini biasanya akibat bola mata yang terlalu panjang

atau kadang-kadang karena daya bias susunan lensa terlalu kuat. Tidak ada

mekanisme bagi miopia untuk mengurangi kekuatan lensanya karena memang

otot siliaris dalam keadaan relaksasi sempurna. Kaarena itu, penderita miopia

tidak mempunyai mekanisme untuk memfokuskan bayangan dari objek jauh

dengan tegas di retina. Namun, dengan cara mendekatkan objek ke mata,

bayangan akhirnya dapat difokuskan di retina. Bila objek terus didekatkan ke

mata, penderita miopia dapat menggunakan mekanisme akomodasi agar

bayangan yang terbentuk terfokus tepat di retina. Keadaan ini dapat diatasi

dengan lensa sferis (-).

4. Astigmatisma ialah suatu keadaan dimana sinar sejajar tidak difokuskan

berupa satu titik, akan tetapi berupa suatu garis. Hal ini disebabkan oleh

karena adanya kelainan pada kelengkungan (kurvatura) pada meridian dari

susunan lensa mata. Kelainan ini dapat dikoreksi dengan lensa silindris.

Adanya kelainan ini perlu dipikirkan, jika pada koreksi dengan lensa sferis (+)

maupun (-), visus tidak dapat mencapai 6/6.

11

Page 12: makalah BBM 1

Gambar. Kelainan-kelainan refraksi mata

Ketajaman penglihatan dipergunakan untuk menentukan penggunaan kaca

mata, di klinik dikenal dengan nama visus. Tapi bagi seorang ahli fisika,

ketajaman penglihatan ini disebut resolusi mata. Visus penderita bukan saja

memberi pengertian tentang optiknya (kaca mata), tetapi mempunyai pengertian

lain yang lebih luas, yaitu memberi keterangan tentang baik buruknya fungsi mata

keseluruhan. Oleh karena itu definisi visus adalah : nilai kebalikan sudut (dalam

menit) terkecil di mana sebuah benda masih kelihatan dan dapat dibedakan.3

12

Page 13: makalah BBM 1

DEFINISI

Konjungtivitis adalah suatu peradangan pada konjungtiva atau radang

selaput lendir yang melapisi permukaan dalam kelopak mata (bagian putih mata).1

konjungtivitis yang merupakan infeksi pada konjungtiva mata, terdiri dari:1

1. Konjungtivitis alergi (keratokonjungtivits atopik, simple alergik

konjungtivitis, konjungtivitis seasonal, konjungtivitis vernal, giant

papillary conjunctivitis)

2. Konjungtivitis bakterial (hiperakut, akut, kronik)

3. Konjungtivitis virus (adenovirus, herpetik)

4. Konjungtivitis klamidia

5. Bentuk konjungtivitis lain (Contact lens-related, mekanik, trauma, toksik,

neonatal, Parinaud’s okuloglandular syndrome, phlyctenular, sekunder).

13

Page 14: makalah BBM 1

Konjungtivitis flikten adalah suatu peradangan konjungtiva karena reaksi

alergi yang dapat terjadi bilateral ataupun unilateral, biasanya terdapat pada anak-

anak dan kadang-kadang pada orang dewasa.1

Penyakit ini merupakan manifestasi alergi endogen, tidak hanya disebabkan

protein bakteri tuberkulosis tetapi juga oleh antigen bakteri lain seperti

stafilokokus. Dapat juga ditemukan pada kandidiasis, askariasis, helmintiasis.

Pada binatang percobaan ternyata flikten juga dapat ditemukan dengan penetesan

tuberkuloprotein, bahan-bahan yang berasal dari stafilokokus, serum kuda dan

bahan kimia pada sakus konjungtiva. Penderita biasanya mempunyai gizi yang

buruk.1

ETIOLOGI

Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, seperti :1

a. Infeksi oleh bakteri.(Staphyloccocus aereus,Streptoccocus pneumonia,

Haemophilus inluenzae,escereschia coli),virus (Adenovirus tipe 3,7,8,19

dan HPV) dan jamur (klamidia)

b. reaksi alergi terhadap debu, serbuk sari, bulu binatang.

c. iritasi oleh angin, debu, asap dan polusi udara lainnya; sinar ultraviolet

dari las listrik atau sinar matahari yang dipantulkan oleh salju.

d. pemakaian lensa kontak, terutama dalam jangka panjang, juga bisa

menyebabkan konjungtivitis.

EPIDEMIOLOGI

Bacterial conjunctivitis Banyak terjadi pada pasien segala usia. Di Indonesia

penyakit ini masih banyak terdapat dan paling sering dihubungkan dengan

penyakit tuberkulosis paru. Penderita lebih banyak pada anak-anak dengan gizi

kurang atau sering mendapat radang saluran napas, serta dengan kondisi

lingkungan yang tidak higiene. Pada orang dewasa juga dapat dijumpai tetapi

lebih jarang.4

14

Page 15: makalah BBM 1

Pada Neonatus, conjunctivitis kebanyakan disebabkan bacterial, dan Rata-

rata bakteri penyebabnya adalah Chlamydia trachomatis.4

keratoconjunctivitis Vernal adalah penyakit alergi konjungtivitis khususnya

terjadi pada anak Laki-laki yang mempunyai keluarga dengan riwayat penyakit

keluarga penyakit atopic , seperti asthma, rhinitis, dan eczema.5

Meskipun sering dihubungkan dengan penyakit tuberkulosis paru, tapi tidak

jarang penyakit paru tersebut tidak dijumpai pada penderita dengan konjungtivitis

flikten. Penyakit lain yang dihubungkan dengan konjungtivitis flikten adalah

helmintiasis. Di Indonesia umumnya, terutama anak-anak menderita helmintiasis,

sehingga hubungannya dengan konjungtivitis flikten menjadi tidak jelas.5

KLASIFIKASI

Klasifikasi berdasarkan onset(akut/kronik) dan etiologi

Etiologi :1

1. Bakteri

2. Virus

3. Alergi terhadapdebu, serbuk sari, bulubinatangdsb

4. Giant papillary conjunctivitis (pengguna lensa kontak)

5. Iritasiolehangin, debu, asap,zat kimiadanpolusiudaralainnya

PATOFISIOLOGI KONJUNGTIVITIS

Konjungtivitis adalah peradangan selaput bening yang menutupi bagian

putih mata dan bagian dalam kelopak mata. Peradangan tersebut menyebabkan

timbulnya berbagai macam gejala, salah satunya adalah mata merah.

Konjungtivitis adalah peradangan konjungtiva yang ditandai oleh dilatasi

vaskular, infiltrasi selular dan eksudasi. Konjungtivitis dapat disebabkan oleh

virus, bakteri, alergi, atau kontak dengan benda asing, misalnya kontak lensa.6

15

Page 16: makalah BBM 1

Kerusakan jaringan akibat masuknya benda asing ke dalam konjunctiva akan

memicu suatu kompleks kejadian yang dinamakan respon radang atau inflamasi.

Tanda-tanda terjadinya inflamasi pada umumnya adalah kalor (panas), dolor

(nyeri), rubor (merah), tumor (bengkak) dan fungsiolesa. Masuknya benda asing

ke dalam konjungtiva tersebut pertama kali akan di respon oleh tubuh dengan

mengeluarkan air mata. Air mata diproduksi oleh Apartus Lakrimalis, berfungsi

melapisi permukaan konjungtiva dan kornea sebagai Film air mata. Fungsi air

mata:6

1. Menghaluskan permukaan air kornea

2. Memberi nutrisi pada kornea

3. Anti bakteri

4. Perlindungan mekanik terhadap benda asing

5. Lapisan Akuos (berada di tengah)

Pada air mata terdapat lapisan tebal terdapat kelenjar Lakrimal asesorius

sebagai nutrisi dan antibakteri terdiri dari air, elektrolit, glaukosa, albumin,

globulin, lissozim. Lisozim ini lah yang akan merusak dinding sel bakteri pertama

kali dan berusaha mengeluarkan bakteri dengan mengeluarkan air mata yang

berlebih. Jika bakteri tersebut gagal dihancurkan maka tubuh akan mengaktifkan

sistem komplemen yang merupakan mekanisme pertahanan non spesifik humoral

utama tubuh yaitu :6

• Sistem terdiri atas >20 protein, yang dapat diaktifkan untuk merusak

bakteri.

• Sekali komplemen diaktifkan maka dapat memicu peningkatan

permeabilitas vaskuler, rekrutmen fagosit serta lisis dan opsonisasi bakteri.

• Menyelubungi mikroba dengan molekul-molekul yang membuatnya lebih

mudah ditelan oleh fagosit.

• Mediator permeabilitas vaskuler meningkatkan permeabilitas kapiler

sehingga dapat menambah aliran plasma dan komplemen ke lokasi infeksi,

juga mendorong marginasi (fagosit menempel di dinding kapiler). Sekali

fagosit bekerja, mereka akan mati. Sel-sel mati ini bersama jaringan rusak

16

Page 17: makalah BBM 1

dan air membentuk pus, inilah yang menyebabkan munculnya sekret pada

mata, semakin banyak sel bakteri yang mati maka sekret pun semakin

banyak terbentuk.

Gambar 1. Proses inflamasi secara umum

Terjadinya suatu peradangan pada konjungtiva juga akan menyebabkan

vasokonstriksi segera pada area setempat, peningkatan aliran darah ke lokasi

(vasodilatasi) dalam hal ini adalah a. ciliaris anterior dan a.palpebralis sehingga

mata terlihat menjadi lebih merah, terjadi penurunan velocity aliran darah ke

lokasi radang (lekosit melambat dan menempel di endotel vaskuler), terjadi

peningkatan adhesi endotel pembuluh darah (lekosit dapat terikat pada endotel

pembuluh darah), terjadi peningkatan permeabilitas vaskuler (cairan masuk ke

jaringan), fagosit masuk jaringan (melalui peningkatan marginasi dan

ekstravasasi), pembuluh darah membawa darah membanjiri jaringan kapiler

jaringan memerah (RUBOR) dan memanas (KALOR), peningkatan permeabilitas

17

Page 18: makalah BBM 1

kapiler, masuknya cairan dan sel dari kapiler ke jaringan terjadi akumulasi cairan

(eksudat) dan bengkak (edema), peningkatan permeabilitas kapiler, penurunan

velocity darah dan peningkatan adhesi, dan migrasi lekosit (terutama fagosit) dari

kapiler ke jaringan.6

Inflamasi diawali oleh kompleks interaksi mediator-mediator kimiawi

yakni:6

1. Histamin

Dilepaskan oleh sel merangsang vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas

kapiler.

2. Lekotrin

Dihasilkan dari membran sel meningkatkan kontraksi otot polos mendorong

kemotaksis untuk netrofil.

3. Prostaglandin

Dihasilkan dari membran sel meningkatkan vasodilatasi, permeabilitas

vaskuler mendorong kemotaksis untuk netrofil.

4. Platelet aggregating factors

Menyebabkan agregasi platelet mendorong kemotaksis untuk netrofil.

5. Kemokin

Dihasilkan oleh sel pengatur lalu lintas lekosit di lokasi inflamasi) beberapa

macam kemokin: IL-8 (interleukin-8), RANTES (regulated upon activation

normal T cell expressed and secreted), MCP (monocyte chemoattractant

protein).

6. Sitokin

Dihasilkan oleh sel-sel fagosit di lokasi inflamasi pirogen endogen yang

memicu demam melalui hipotalamus, memicu produksi protein fase akut

oleh hati, memicu peningkatan hematopoiesis oleh sumsum tulang à

lekositosis beberapa macam sitokin yaitu: IL-1 (interleukin-1), IL-6

(interleukin-6), TNF-a (tumor necrosis factor alpha).

7. Mediator lain (dihasilkan akibat proses fagositosis).

18

Page 19: makalah BBM 1

Beberapa mediator lain: nitrat oksida, peroksida dan oksigen radikal.

Oksigen dan nitrogen merupakan intermediat yang sangat toksik untuk

mikroorganisme.

Biasanya penyakit ini dapat sembuh dengan sendirinya (self limiting disease), hal

ini disebabkan oleh faktor-faktor :6

1. Konjungtiva selalu dilapisi oleh tears film yang mengandung zat-zat anti

mikrobial

2. Stroma konjungtiva pada lapisan adenoid mengandung banyak kelenjar

limfoid

3. Epitel konjungtiva terus menerus diganti

4. Temperatur yang relatif rendah karena penguapan air mata, sehingga

perkembangbiakan mikroorganisme terhambat

5. Penggelontoran mikroorganisme oleh aliran air mata

6. Mikroorganisme tertangkap oleh mukous konjungtiva hasil sekresi sel-sel

goblet kemudian akan digelontor oleh aliran air mata

KOMPLIKASI

Komplikasi Konjungtivitis

• Keratitis ulseratif = ulserasi kornea = ulkus kornea (terdapatnya

destruksi/kerusakan pada bagian epitel kornea) → pada konjungtivitis

bakteri, viral, alergi.5

• Perforasi kornea → pada infeksi N gonorrhoea.6

• Simblefaron (perlengketan antara konjungtiva tarsalis/palpebra dgn

konjungtiva bulbi) → pada infeksi bakteri.5

Endoftalmitis (peradangan seluruh lapisan mata bagian dalam, cairan bola mata &

bagian putih mata) → pada infeksi N gonorrhoeae, Pseudomonas.6

• Keratoconus (perubahan bentuk (penipisan) kornea sehingga bentuknya

menyerupai kerucut, bukan radang) → pada konjungtivitis alergi.5

19

Page 20: makalah BBM 1

• Punctate keratitis (inflamasi pada kornea dengan hilangnya epitel kornea)

→ pada konjungtivitis viral.5

• Blefarokonjungtivitis (inflamasi pada kelopak mata dan konjungtiva;

berupa gatal pada mata & ada krusta pada tepi kelopak) → pada infeksi

Staphilococcus.5

• Pneumonia → terjadi 10-20% pd bayi karena chlamydial conjunctivitis.6

• Conjunctival scarring → pada chlamydial conjunctivitis pada orang

dewasa yang tidak diobati.5

• Meningitis → pada infeksi N meningitidis.5

• Konjungtivitis bakterial akut hampir selalu sembuh sendiri.5

• - diobati à 10 – 14 hari, + obati à 1 – 3 hari.5

• Kecuali K.stafilokokkus à dpt berlanjut menjadi blefarokonjungtivitis

dan mjd kronik.5

• Konjungtivitisbakterial kronik à tidak dapat sembuh sendiri.5

• Trakoma, dengan kondisi higiene yang baik ( khususnya mencuci muka pd

anak ), penyakit Ini dapat sembuh atau bertambah ringan.5

PEMERIKSAAN LABORATURIUM

Pemeriksaan Giemsa/ pengecatan gram dapat dijumpai sel-sel radang

polimorfonuklear, sel-sel morfonuklear, juga bakteri atau jamur penyebab

konjungtivitis.

Pemeriksaan Visus

Catat derajat pendangan perifer klien karena jika terdapat sekret yang

menempel pada kornea dapat menimbulkan kemunduran visus.

20

Page 21: makalah BBM 1

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pada pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan sediaan langsung

sekret dengan pewarnaan gram atau Giemsa untuk mengetahui kuman penyebab

dan uji sensitivitas untuk perencanaan pengobatan.7

Untuk diagnosis pasti konjungtivitis gonore dilakukan pemeriksaan sekret

dengan pewarnaan metilen biru, diambil dari sekret atau kerokan konjungtiva,

yang diulaskan pada gelas objek, dikeringkan dan diwarnai dengan metilen biru

1% selama 1 – 2 menit. Setelah dibilas dengan air, dikeringkan dan diperiksa di

bawah mikroskop. Pada pemeriksaan dapat dilihat diplokok yang intraseluler sel

epitel dan lekosit, disamping diplokok ekstraseluler yang menandakan bahwa

proses sudah berjalan menahun. Morfologi dari gonokok sama dengan

meningokok, untuk membedakannya dilakukan tes maltose, dimana gonokok

memberikan test maltose (-). Sedang meningokok test maltose (+).7

Bila pada anak didapatkan gonokok (+), maka kedua orang tua harus

diperiksa. Jika pada orang tuanya ditemukan gonokok, maka harus segera diobati.

3,4,7,9 Dibuat dengan sediaan apus sekret konjungtiva dengan pewarnaan biru

metilen sehingga akan terlihat diplokok intraseluler (di dalam leukosit).7

PROGNOSIS

Prognosis5

• Konjungtivitis bakterial akut hampir selalu sembuh sendiri

• Kalautidakdiobati à 10 – 14 hari, Kalaudiobati à 1 – 3 hari

• Kecuali K.stafilokokkus à dapat berlanjut menjadi blefarokonjungtivitis

dan menjadi kronik

• k. bakterial kronik à tidak dapat sembuh sendiri

• Trakoma, dengan kondisi higiene yang baik ( khususnya mencuci muka

pada anak ), penyakitini dapat sembuh atau bertambah ringan.

21

Page 22: makalah BBM 1

PENCEGAHAN

Untuk mencegah penularan, ada beberapa hal yang dapat kita lakukan,

yaitu:3

a. Hindari kontak langsung dengan penderita.

b. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan suatu pekerjaan.

c. Jangan menggunakan obat tetes mata tanpa mengetahui kandungan dan

kegunaan obat tersebut. Karena dengan penggunaan obat tetes mata yang

tidak rasional, apalagi dengan pemakaian yang terus-menerus, akan

mengganggu sistem pertahanan di dalam kelopak mata (enzim dalam air

mata terganggu). Akibatnya, akan terjadi penurunan daya tahan tubuh

yang ada pada mata tersebut.

d. Menjaga kesehatan secara umum, hindari kelelahan baik pada mata

maupun tubuh dengan tidur yang cukup dan teratur.

Konjungtivitis mudah menular, karena itu sebelum dan sesudah

membersihkan atau mengoleskan obat, penderita harus mencuci tangannya bersih-

bersih. Usahakan untuk tidak menyentuh mata yang sehat sesudah menangani

mata yang sakit. Jangan menggunakan handuk atau lap bersama-sama dengan

penghuni rumah lainnya. Gunakan lensa kontak sesuai dengan petunjuk dari

dokter dan pabrik pembuatnya.3

PENATALAKSANAAN

Non medikamentosa.7

1. Kelopak mata dibersihkan dengan air hangat

2. Kompres hangat di daerah mata untuk meringankan gejala.

3. Air mata buatan, dapat diberikan agar mata terasa lebih nyaman, sekaligus

melindungi mata dari paparan alergen, atau mengencerkan alergen yang

ada di lapisan air mata.

4. Pada konjungtivitis karena virus, biasanya diberikan larutan astringen agar

mata senantiasa bersih sehingga infeksi sekunder oleh bakteri tidak terjadi

22

Page 23: makalah BBM 1

dan air mata buatan untuk mengatasi kekeringan dan rasa tidak nyaman di

mata.

Medikamentosa.7

Pengobatan sebelum pemeriksaan mikrobiologi, diberikan antibiotik

tunggal seperti neosporin, basitrasin, gentamisin, kloramfenikol, polimiksin,

tobramisin, eritromisin dan sulfa. Bila pengobatan tidak memberikan hasil dengan

antibiotik setelah 3-5 hari maka pengobatan dihentikan dan ditunggu hasil

pemeriksaan mikrobiologi.6

Apabila tidak ditemukan kuman dalam sediaan langsung, maka diberikan

antibiotik spektrum luas dalam bentuk tetes mata tiap jam atau salep mata 4

sampai 5 kali sehari, seperti sulfasetamid 10-15 %, gentamisin atau

kloramfenikol. Apabila tidak sembuh selam satu minggu maka dilakukan

pemeriksaan resistensi kuman.6

Alasan yang paling lazim dari penggunaan antibiotik adalah untuk

membunuh bakteri yang dianggap sebagai penyebab terjadinya penyakit

konjungtivitis bakterialis. Penggunaan antibiotik diharapkan mampu menghambat

atau bahkan membunuh bakteri penyebab penyakit. Bagaimanapun juga terapi

antibiotik yang berlebihan dapat menimbulkan kuman menjadi resisten sehingga

terapi yang dilakukan akan gagal atau sia-sia. Karenanya, penggunaan antibiotik

membutuhkan pemantauan yang cermat pada keadaan pasien dan suatu

pemahaman tentang patofisiologi kondisi yang mendasarinya.6

Kloramfenikol mempunyai suatu spektrum lebar dari aktivitas dan adalah

obat pilihan untuk infeksi atau peradangan mata superfisial. Terutama infeksi

bakteriostatik, yang berspektrum luas terhadap bakteri Gram-positive dan Bakteri

Gram negatif.6

Fusidic acid bermanfaat untuk infeksi atau peradangan Staphylococcal

dan merupakan salah satu alternatif anti bakteri seperti kloramfenikol. Beberapa

percobaan-percobaan komparatip menunjukkan bahwa topical fusidic acid itu

sama efektifnya dengan topical chloramphenicol.7

Fluoroquinolones seperti ciprofloxacin, lomefloxacin dan ofloxacin

diberikan untuk infeksi/peradangan pada mata untuk membatasi perkembangan

23

Page 24: makalah BBM 1

dari bakteri. Fluoroquinolones mempunyai efektivitas rendah (dari jenis

Streptococcus. Ciprofloxacin sebagai tetes mata harus diberikan secara intensive

(terutama pada 2 hari pertama pemberian) siang dan malam.6

Gentamicin, ciprofloxacin, levofloxacin, ofloxacin, dan polymyxin B

bersifat efektif terhadap infeksi atau peradangan yang disebabkan oleh

Pseudomonas aeruginosa (pemakai kontak lensa rentan terhadap peradangan yang

diakibatkan oleh pseudomonal).6

Untuk konjungtivitis karena alergi, antihistamin per oral (melalui mulut)

bisa mengurangi gatal-gatal dan iritasi. Atau bisa juga diberikan tetes mata yang

mengandung corticosteroid.

Resep rasional

1. Chloramphenicol eye drop (Gentamisin) dosis 2 tetes atau lebih tiap 3 jam

pada mata yang meradang

2. larutan astringent sebagai larutan pembersih mata.

DIAGNOSIS BANDING

A. Glaukoma Akut

1. Definisi

Glaukoma adalah penyakit mata yang ditandai ekskavasi glaukomatosa,

neuropati saraf optik, serta kerusakan lapangan pandang yang khas.1

Glaukoma akut disebut juga glaukoma sudut tertutup yang sangat mengancam

terjadinya kebutaan karena terjadi secara tiba-tiba. Istilah glaukoma sudut tertutup

didasarkan pada pemeriksaan gonoskopi. Sedangkan istilah glaukoma akut lebih

menggambarkan kondisi klinis pasien yang terlihat oleh dokter berupa rasa nyeri

yang mendadak (akut), mata merah, palpebrae membengkak (kongestif).1,8

24

Page 25: makalah BBM 1

2. Etiologi

Glaukoma terjadi karena kelainan tekanan bola mata yang tidak normal.

Glaukoma akut hanya terjadi pada mata yang sudut bilik depan matanya sempit

yang merupakan faktor predisposisi penutupan sudut bilik depan mata.1,8,9

3. Patofisiologi

Pada glaukoma akut, hambatan terjadi karena iris perifer menutup sudut mata

bilik depan sehingga akuos tidak dapat mencapai jaringan trabekulum.1

Sempitnya bilik depan mata akibat lensa berada dekat dengan iris

mengakibatkan hambatan aliran akuos humor dari bilik mata belakang ke bilik

mata depan (pupillary block). Hambatan ini menyebabkan meningkatnya tekanan

di bilik mata belakang. Pada sudut depan yang tadinya memang sudah sempit,

dorongan ini akan menyebabkan iris menutupi jaringan trabekulum. Akibatnya

akuos humor tidak dapat atau sukar mencapai jaringan ini dan tidak dapar

disalurkan keluar dan terjadi glaukoma sudut tertutup.1,9

Glaukoma dapat menyebabkan kebutaan ketika saluran cairan yang keluar dari

bola mata terhambat sehingga bola mata akan membesar dan bola mata akan

menekan saraf mata yang berada di belakang bola mata yang akhirnya saraf mata

tidak mendapatkan aliran darah sehingga saraf mata akan mati.10

4. Gejala Klinis

Gejala klinis yang dapat dijumpai pada pasien dengan glaukoma

akut/glaukoma sudut tertutup, antara lain :1,8,10

1. Merah pada seluruh permukaan mata

2. Fotophobia

3. Nyeri hebat pada mata dan seluruh N.V

4. Penglihatan tidak jelas dan terdapatnya kesan halo (bulatan cahaya pada

sekeliling cahaya lampu)

5. Mata menjadi keras dan sensitif

6. Biasanya didahului mual, muntah

25

Page 26: makalah BBM 1

7. Anak mata hitam (pupil) membesar (dilatasi)

8. Terasa sakit di dahi atau kepala

Glaukoma akut termasuk salah satu diagnosis banding pada penyakit mata

seperti konjungtivitis akut. Penyingkiran diagnosa glaukoma akut pada kasus

konjungtivitis terletak pada gejala klinis yang membedakannya, antara lain:1,8,9,10

1. Pada glaukoma akut rasa nyeri dapat terjadi hebat, sedangkan pada

konjungtivitis tidak ada nyeri mata atau mungkin jika ada hanya sedikit.

2. Pada glaukoma akut terjadi gangguan visus, pada konjungtivitis tidak ada

gangguan visus.

3. Pada glaukoma tidak didapati adanya sekret mata, pada konjungtivitis

seringkali ditemukan sekret mata.

4. Pada glaukoma hiperemi konjungtiva terjadi sampai perikorneal, pada

konjungtivitis hiperemi konjungtiva berat tidak sampai perikorneal.

5. Pada glaukoma akut pasien dapat mengalami fotophobia, sedangkan pada

konjungtivitis fotophobia tidak terjadi.

6. Gambaran halo (bulatan cahaya pada sekeliling cahaya lampu) terjadi ada

pasien glaukoma akut, tidak didapati pada konjungtivitis.

B. Keratitis

Keratitis adalah infeksi pada kornea yang biasanya diklasifikasikan menurut

lapisan kornea yang terkena, yaitu keratitis superfisialis apabila mengenai lapisan

epitel atau bowman dan keratitis profunda atau keratitis interstisialis atau disebut

juga keratitis parenkimatosa) yang mengenai lapisan stroma.1

Pada keratitis didapatkan gejala klinis mata merah sama halnya dengan

konjungtivitis. Warna merah yang terdapat pada keratitis lokal dan terletak di

bagian kornea. Keratitis juga menghasilkan eksudat sama seperti konjungtivitis.

Oleh karena itu keratitis dijadikan diagnosis banding dalam kasus ini.7

Keratitis memiliki gejala klinis gangguan penglihatan, sedangkan pada

penderita tidak didapatkan gangguan penglihatan. Penderita mengalami mata gatal

dan perih, sedangkan gejala klinis pada keratitis disertai dengan nyeri hebat.

Keratitis juga disertai dengan fotofobia sedangkan konjungtivitis tidak. Gejala-

26

Page 27: makalah BBM 1

gejala klinis inilah yang menyingkirkan diagnosa banding keratitis dari kasus

yang dialami penderita.7

BAB III

27

Page 28: makalah BBM 1

PENUTUP

Simpulan

Dari makalah ini dapat diambil beberapa simpulan , yaitu :

1. Konjungtivitis adalah suatu peradangan pada konjungtiva atau radang selaput

lendir yang melapisi permukaan dalam kelopak mata (bagian putih mata).

2. Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, seperti : Infeksi

oleh bakteri, virus dan jamur (klamidia), reaksi alergi terhadap debu, serbuk

sari, bulu binatang, iritasi oleh angin, debu, asap dan polusi udara lainnya;

sinar ultraviolet dari las listrik atau sinar matahari yang dipantulkan oleh salju,

pemakaian lensa kontak, terutama dalam jangka panjang, juga bisa

menyebabkan konjungtivitis.

3. Komplikasi Konjungtivitis: Keratitis ulseratif, Perforasi kornea, Simblefaron,

Endoftalmitis, Keratoconus, Punctate keratitis, Blefarokonjungtivitis,

Pneumonia, Conjunctival scarring, Meningitis, Konjungtivitisbakterial kronik,

Trakoma.

4. Pemeriksaan yang bisa dilakukan: Pemeriksaan Giemsa/ pengecatan gram,

Pemeriksaan Visus.

5. Terapi dapat berupa Non medikamentosa dan medikamentosa.

Saran

1. Diharapkan dalam makalah ini lebih membahas mengenai konjungtivitis

2. Adanya penjelasan mengenai ilmu oftalmologi dengan hubungannya

dalam makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

28

Page 29: makalah BBM 1

1. Sidarta I. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia, 1999.

2. Guyton AC dan Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta:

EGC, 1997.

3. Gabriel JF. Fisika Kedokteran. Jakarta: EGC, 1996.

4. AHMAD B. TARABISHY, MD, BENNIE H. JENG, MD. Bacterial

conjunctivitis: A review for internists. CLEVELAND CLINIC JOURNAL

OF MEDICINE VOLUME , 2008:7:321-325

5. S Boninil, M Coassinl, S Aronni and A Lambiase. Vernal keratoconjunctivitis.

Eye, 2004;18:345–351

6. Vaughan, Daniel G. dkk. Oftalmologi umum. Jakarta : Widya Medika, 2000

7. Mansjoer Arif, Triyanti Kuspuji, Savitri Rakhmi, Wardhani Wahyu Ika,

Setiowulan Wiwik, “Kapita Selekta Kedokteran” Edisi ke-3 jilid 1, Media

Aesculapius Fakultas Kedokteran UI, Jakrta, 1999.

8. Pardianto G et al. Difficulties on glaucoma. Mimbar Ilmiah Oftalmologi

Indonesia, 2006;3: 48-49.

9. Rhee DJ, Katz LJ, Spaeth GL, Myers JS. Complementary and alternative

medicine for glaucoma. Surv Ophthalmol 2001;46: 43–55.

10. Levin LA, Peeples P. History of neuroprotection and rationale as a therapy for

glaucoma. Am J Manag Care ,2008;14:11–14.

29