makalah blog 1 modul 2-contoh
DESCRIPTION
blog 1TRANSCRIPT
Makalah Blog 1 modul 2 : Komunikasi dan Empati
Komunikasi dan Empati
BAB I PENDAHULUAN
Komunikasi merupakan hal yang penting, yaitu suatu interaksi antara satu individu
dengan individu yang lain dalam hubungan sosial serta pengiriman dan penerimaan pesan
atau berita antara dua orang atau lebih dengan cara yang tepat sehingga pesan tersebut dapat
dipahami. Komunikasi ada dua bentuk yaitu komunikasi verbal dan nonverbal.
Dengan adanya komunikasi seseorang dapat mengetahui informasi yang disampaikan
oleh lawan bicara dan dengan mendengarkan seseorang dapat lebih mengerti informasi yang
disampaikan. Komunikasi dan mendengarkan juga harus berisi empati di dalamnya, yaitu
mengerti perasaan lawan bicara tanpa larut di dalamnya.
Sedangkan pengertian komunikasi dokter pasien adalah komunikasi dua arah yang
dilakukan oleh seorang dokter dan pasiennya. Komunikasi antara dokter dan pasien
merupakan komponen penting dan harus dilakukan oleh seorang dokter. Komunikasi dokter
pasien tidak boleh disepelekan karena walaupun kelihatan sederhana, tetapi komunikasi
dokter pasien memegang peranan besar dalam suatu kelangsungan diagnosis dan prognosis
pasien.
Dalam praktek kedokteran, komunikasi efektif sangat penting untuk di bangun antar
dokter dan pasien agar tidak terjadi misrepresentasi antara dokter dan pasien. Jika dokter
tidak membangun komunikasi yang efektif dengan pasiennya, maka akan membawa
pengaruh yang buruk dalam hubungan antara dokter dan pasien. Komunikasi tersebut
dilakukan agar pasien dapat menerapkan perilaku sehat. Kepribadian seseorang pun berperan
dalam hal ini.
Dewasa ini, banyak orang yang kurang terampil dalam berkomunikasi dan
mendengarkan dan terlebih tidak ada empati di dalamnya. Melihat pentingnya komunikasi,
maka penulis merasa tertarik untuk membahas mengenai komunikasi, perilaku sehat dan
kepribadian.
1.1 Skenario
Seorang dokter umum merasa kesal dengan pasiennya karena sulit mengikuti petunjuk
yang diberikan oleh dokter tersebut. Pasien adalah seorang penderita diabetes melitus selama
3 tahun. Pasien seorang laki-laki usia 54 tahun yang bekerja sehari-hari sebagai pegawai
swasta. Dia malas mengikuti pola hidup sehat yang disarankan oleh dokter. Dia tidak mau
rutin minum obat antidiabetes oral, malas berolahraga dan makan sembarangan di luar rumah.
Dokter sudah kebingungan apa lagi yang ingin dilakukan dengan kondisi ini karena gula
darah pasien ini tidak terkontrol.
1.2 Istilah yang Tidak Diketahui
Diabetes melitus:
yang juga dikenal sebagai penyakit kencing manis atau penyakit gula darah adalah
golongan penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar gula dalam darah sebagai
akibat adanya gangguan sistem metabolisme dalam tubuh, dimana organ pankreas tidak
mampu memproduksi hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh
Antidiabetes oral:
Obat untuk mengatasi penyakit diabetes dengan menurunkan kadar gula dalam darah.1.3 Rumusan Masalah
Pasien sulit mengikuti petunjuk dokter sehingga dokter kesal dan bingung.
1.4 Analisis Masalah
1.5 Hipotesis
Komunikasi dokter-pasien tidak berjalan dengan baik sehingga pasien tidak
menjalankan pola hidup sehat.
1.6 Sasaran Pembelajaran
Untuk mengetahui dan memahami komunikasi dokter-pasien
Untuk mengetahui dan memahami perilaku sehat
Untuk mengetahui dan memahami kepribadian
BAB II ISI
2.1 Komunikasi Dokter-Pasien
2.1.1 Definisi Komunikasi
Komunikasi merupakan pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua
orang atau lebih dengan cara yang tepat, baik verbal maupun non verbal sehingga pesan
tersebut dapat dipahami.
Cara atau teknik berkomunikasi adalah pengetahuan dan keterampilan mengenai
komunikasi yang mengikuti langkah-langkah komunikasi yaitu memberi perhatian, membuka
dialog, mencari solusi atau alternatif pemecahan masalah, dan menyimpulkan hasilnya.1
Beberapa definisi komunikasi :2
Komunikasi adalah kegiatan pengoperan lambang yang mengandung arti/makna yang perlu
dipahami bersama oleh pihak yang terlibat dalam kegiatan komunikasi (Astrid).
Komunikasi adalah kegiatan perilaku atau kegiatan penyampaian pesan atau informasi
tentang pikiran atau perasaan (Roben.J.G).
Komunikasi adalah sebagai pemindahan informasi dan pengertian dari satu orang ke orang
lain (Davis, 1981).
Komunikasi adalah berusaha untuk mengadakan persamaan dengan orang lain (Schram.W).
Komunikasi adalah penyampaian dan memahami pesan dari satu orang kepada orang lain,
komunikasi merupakan proses sosial (Modul PRT, Lembaga Administrasi).
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), komunikasi adalah pengiriman dan
penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih dengan cara yang tepat sehingga
pesan tersebut dapat dipahami.3
Komunikasi adalah suatu ilmu dan seni penyampaian suatu pesan dari komunikator
kepada komunikan, sehingga tercapai suatu pengertian bersama.4 Komunikasi mengandung
makna bersama – sama (common). Istilah komunikasi atau communication berasal dari
bahasa Latin, yaitu communication yang berarti pemberitahuan atau pertukaran. Kata
sifatnya, communis yang bermakna umum atau bersama – sama.5
Komunikasi adalah suatu proses dalam mana seseorang atau beberapa orang,
kelompok, organisasi, dan masyarakat menciptakan, dan menggunakan informasi agar
terhubung dengan lingkungan dan orang lain.
Hewitt (1981), menjabarkan tujuan penggunaan proses komunikasi secara spesifik
sebagai berikut:6
Mempelajari atau mengajarkan sesuatu
Mempengaruhi perilaku seseorang
Mengungkapkan perasaan
Menjelaskan perilaku sendiri atau perilaku orang lain
Berhubungan dengan orang lain
Menyelesaian sebuah masalah
Mencapai sebuah tujuan
Menurunkan ketegangan dan menyelesaian konflik
Menstimulasi minat pada diri sendiri atau orang lain
2.1.2 Bentuk-bentuk Komunikasi
Menurut tujuannya:
o Komunikasi satu arah:
komunikasi antara dua pihak, pengirim pesan dan penerima pesan yang perannya bisa saling
bergantian.
o Komunikasi dua arah:
Sedangkan komunikasi satu arah adalah komunikasi yang tidak berganti peran atau monolog.
Menurut jenisnya:
o Komunikasi verbal:
Komunikasi yang menggunakan kata-kata, dapat disuarakan maupun ditulis dengan
memperhatikan pemilihan kata-kata, kualitas suara (keras/tidak), pace (kecepatan) dan
intonasi (tinggi rendahnya suara). Dengan komunikasi verbal pasien dapat di undang untuk
berbicara lebih banyak sehingga ia merasa diterima, dihargai sebagai pribadi.
o Komunikasi non verbal:
Komunikasi yang tidak menggunakan kata-kata, sehingga hanya berupa gerakan/isyarat
tubuh (gerakan tubuh, cara menatap/kontak mata, ekspresi wajah), posisi (jarak terlalu
dekat/jauh, berhadapan, menyamping, siku), sikap (santai, wibawa) dan paralinguistik
(hembusan nafas, perubahan tinggi nada, perubahan keras suara, senyum yang dipaksakan).7
Makna dari komunikasi non verbal sering sukar dipastikan terhadap pasien karena pesan non
verbal bersifat kabur atau susah diprediksi dan kontradiksi sering terjadi antara pesan non
verbal dengan pesan verbal
Berdasarkan langsung tidaknya komunikasi:6
o Komunikasi Langsung:
komunikasi yang tanpa menggunakan alat. Komunikasi langsung berbentuk kata-kata,
gerakan-gerakan yang berarti khusus dan penggunaan isyarat, misalnya kita berbicara
langsung kepada seseorang dihadapan kita.
o Komunikasi Tidak Langsung
Komunikasi tidak langsung biasanya menggunakan alat dan mekanisme untuk melipat-
gandakan jumlah penerima-penerima pesan (sasaran) ataupun untuk menghadapi hambatan
geografis dan waktu, misalnya menggunakan radio, buku, dan lain sebagainya.
Berdasarkan besarnya sasaran, komunikasi dibedakan menjadi :6
o Komunikasi massa, yaitu komunikasi dengan sasaran berupa kelompok orang dalam jumlah
yang besar dan umumnya tidak dikenal. Dalam menerapkan komunikasi massa yang baik,
kita harus menyusun pesan dengan jelas, tidak rumit dan tidak bertele-tele. Bahasa yang
digunakan juga harus mudah dimengerti dan dipahami.
o Komunikasi kelompok, yaitu komunikasi yang sasarannya berupa sekelompok orang yang
umumnya dapat dihitung atau dikenal dan merupakan komunikasi langsung yang sifatnya
timbal balik.
o Komunikasi perorangan, yaitu komunikasi dengan tatap muka ataupun bisa juga melalui
telepon.
Hubungan komunikasi verbal dan non verbal, yaitu:
Pengulangan: pesan non verbal memperkuat pesan verbal (menunjuk materi yang sedang di
bahas), contoh: ketika dokter mendiskripsikan berapa panjang sayatan yang akan dilakukan
dengan menunjukkan ukurannya.
Pertentangan: pesan verbal dan non verbal saling bertentangan, contoh: Dokter
menyatakan/verbal “tidak ada yang serius”, tetapi non verbal ia mengerutkan kening.
Melengkapi: pesan verbal dan pesan non verbal saling melengkapi, contoh: Pasien
menyatakan sakit di daerah perut/ abdomen yang sedang di palpasi oleh dokter dan
meunjukkan ekspresi wajah kesakitan.
Mengganti: non verbal sebagai satu-satunya sarana mengirimkan atau menyampaikan pesan
(ekspresi muka pada persaan tertentu), contoh: sedih, murung, mengantuk
Menekankan: non verbal menekankan interpretasi pesan verbal (sentuhan dalam gerakan
tubuh).
Menurut Kurzt (1998), dalam dunia kedokteran ada dua pendekatan komunikasi yang
digunakan:
Disease centered communication style atau doctor centered communication style :
Komunikasi berdasarkan kepentingan dokter dalam usaha menegakkan diagnosis termasuk
penyelidikan dan penalaran klinik mengenai tanda dan gejala-gejala.
Illness centered communication style atau patient centered communication style:
Komunikasi berdasarkan apa yang dirasakan pasien tentang penyakitnya yang secara individu
merupakan pengalaman unik. Di sini termasuk pendapat pasien, kekhawatirannya,
harapannya, apa yang menjadi kepentingannya serta apa yang dipikirkannya.
Komunikasi memiliki beberapa komponen utama yang harus ada agar suatu
komunikasi dapat berjalan dengan baik. Beberapa komponen tersebut adalah :8
Pengirim atau komunikator (sender) adalah pihak yang mengirimkan pesan kepada pihak
lain.
Pesan (message) adalah isi atau maksud yang akan disampaikan oleh satu pihak kepada
pihak lain.
Saluran (channel) adalah media dimana pesan disampaikan kepada komunikan. dalam
komunikasi antar-pribadi (tatap muka) saluran dapat berupa udara yang mengalirkan getaran
nada/suara.
Penerima atau komunikate (receiver) adalah pihak yang menerima pesan dari pihak lain
Umpan balik (feedback) adalah tanggapan dari penerimaan pesan atas isi pesan yang
disampaikannya.
Aturan yang disepakati para pelaku komunikasi tentang bagaimana komunikasi itu akan
dijalankan (Protokol)
Gaya berkomunikasi setiap orang berbeda-beda, dapat dikatakan tidak ada orang yang
memiliki gaya berkomunikasi yang sama persis. Karena ada beberapa faktor yang
memengaruhi komunikasi setiap individu, seperti:9
Latar belakang budaya
Interpretasi suatu pesan akan terbentuk dari pola pikir seseorang melalui kebiasaannya,
sehingga semakin sama latar belakang budaya antara komunikator dengan komunikan maka
komunikasi semakin efektif.
Ikatan kelompok atau grup
Nilai-nilai yang dianut oleh suatu kelompok sangat mempengaruhi cara mengamati pesan.
Harapan
Harapan mempengaruhi penerimaan pesan sehingga dapat menerima pesan sesuai dengan
yang diharapkan.
Pendidikan
Semakin tinggi pendidikan akan semakin kompleks sudut pandang dalam menyikapi isi pesan
yang disampaikan.
Situasi
Perilaku manusia dipengaruhi oleh lingkungan/situasi.
2.1.3 Komunikasi Dokter-Pasien
Dalam ilmu kedokteran, sebagai cabang dari humaniora dan berkaitan dengan
manusia, komunikasi dokter dengan pasien sangat diperlukan untuk memperoleh informasi
tentang data, keluhan, riwayat penyakit, riwayat kehidupan pribadi, riwayat keluarga,
pemeriksaan fisik, mental dan sosial pasien sehingga diagnosis dan prognosis dapat
ditegakkan dan umtuk melakukan terapi dan rehabilitasi pasien. Komunikasi dilakukan sejak
pertemuan pertama dengan pasien sampai dengan pasien di terapi.
Komunikasi dokter-pasien adalah hubungan yang berlangsung antara dokter atau
dokter gigi dengan pasiennya selama proses pemeriksaan/pengobatan/perawatan yang terjadi
di ruang praktik perorangan, poliklinik, rumah sakit, dan puskesmas dalam rangka membantu
menyelesaikan masalah kesehatan pasien.1
Komunikasi memang merupakan faktor yang sangat penting dalam hubungan dokter –
pasien. Dokter dan pasien akan sama – sama merasa puas bila mereka dapat membangun
komunikasi yang baik. Sedemikian faktor ini sehingga tidak sedikit pasien yang merasa
mengalami kesembuhan sesaat setelah melakukan komunikasi yang dengan dokternya.10
Hubungan antar dokter dan pasien, yaitu:
Membina rapport (hubungan saling menghargai)
Berupaya mendapatkan informasi tentang keluhan, perjalanan penyakit, riwayat kehidupan
pribadi, riwayat keluarga, kehidupan sosial pasien
Melakukan pemeriksaan fisik dan mental, dan pemeriksaan tambahan lain yang diperlukan
Menegakkan diagnosis
Membuat prognosis
Merencanakan dan memberikan terapi
Merehabilitasi pasien
Kewajiban Pasien, yaitu:
Memberikan informasi yang jujur
Memberikan kesempatan kepada dokter untuk memeriksa fisik dan mental
Mematuhi nasihat dokter
Mematuhi cara-cara pengobatan
Mematuhi syarat-syarat pengobatan
Kewajiban dokter, yaitu:
Menghormati hak pasien
Menjaga rahasia medik
Memberikan informasi yang berkaitan dengan tindakan medis tertentu yang akan dilakukan
Meminta persetujuan terhadap tindakan medis tertentu yang akan dilakukan
Membuat dan memelihara rekam medis
Dalam komunikasi dokter-pasien, juga diperlukan komunikasi terapeutis, dimana
pasien merasa tertolong dan lebih baik, terdorong untuk berbicara, mengekspresikan
perasaan-perasaan, memiliki harga diri, mengurangi rasa takut/terancam, sehingga
merangsang pertumbuhan dan perubahan yang membangun.
Menjalin relasi dengan orang lain sangatlah penting dengan adanya empati. Empati
adalah kemampuan (seolah-olah) untuk menjadi orang diri orang lain. Empati berarti kita
mampu membaca pikiran dari sudut pandang orang lain. Kita mampu menyelaraskan diri
dengan orang lain. Empati adalah akselerasi dari sikap pro aktif kita terhadap orang yang kita
tuju.11
Empati adalah semacam “kartu trup” kita dalam mendekatkan diri kepada orang lain.
Berempati berarti kita berusaha beradaptasi dengan orang lain. Empati berarti munculnya
kerelaan diri untuk menjelajah dunia orang lain. Kita seolah-olah meninggalkan diri untuk
menjadi orang lain. Kita berusaha menarik simpati orang lain dengan harapan meluluhkan
hatinya. Empati bukan sifat “menjilat” tetapi kepiawaian seseorang untuk membaca dan
menyesuaikan diri dengan orang lain. Empati berarti munculnya kesadaran untuk menghargai
orang lain.11
Dengan adanya empati orang lain akan merasa lebih dihargai. Ketika seseorang
merasa lebih dihargai disitulah terjalin relasi intrapersonal yang baik. Memberikan empati
kepada orang lain juga berdampak positif kepada diri kita. Empati mengasah kepekaan kita
terhadap orang lain, secara tidak langsung hal ini mengasah kepribadian kita untuk
berkembang lebih luas lagi.
2.1.4 Komunikasi Efektif
Komunikasi efektif adalah pengembangan hubungan dokter-pasien secara efektif yang
berlangsung secara efisien, dengan tujuan utama penyampaian informasi atau pemberian
penjelasan yang diperlukan dalam rangka membangun kerjasama antara dokter dengan
pasien. Komunikasi dapat efektif apabila pesan diterima dan dimengerti sebagaimana
dimaksud oleh pengirim pesan, pesan ditindaklanjuti dengan sebuah perbuatan oleh penerima
pesan dan tidak ada hambatan untuk hal itu.1
Seorang dokter harus mampu berkomunikasi efektif, bersikap manusiawi, ada
kepedulian, kesabaran dan motivasi, pengetahuan yang cukup tentang penyakit, etiologi,
diagnosis banding/kerja/pasti, terapi, prognosis, rehabilitasinya dan keterampilan melakukan
pemeriksaan fisik dan mental.
Dalam komunikasi efektif, harus terjadi komunikasi dua arah, yaitu menjadi
pembicara dan pendengar, dengan bahasa penerimaan yang mudah dipahami dan menerima
apa adanya. Dalam hal ini, dokter juga harus dapat menjadi pendengar yang aktif, yaitu:
Mendengarkan masalah pasien
Memberi kesempatan untuk dapat menyelesaikan masalahnya sendiri dan untuk dapat
menerima masalah yang tidak bisa diubah
Membantu pasien mengungkapkan perasaan-perasaannya
Memahami perasaan pasien
Membuka telinga dan menjaga pembicaraan
Komunikasi berlangsung oknum dewasa dengan dewasa sehingga wawancara menjadi
efektif dan mudah untuk mendapatkan informasi dan data, juga untuk menyampaikan
informasi dan terapi kepada pasien.Komunikasi efektif yang dilakukan secara verbal dan non-
verbal menghasilkan pemahaman pasien terhadap keadaan kesehatannya, peluang dan
kendalanya, sehingga dapat bersama-sama dokter mencari alternatif untuk mengatasi
permasalahannya.1
Dengan memahami perasaan pasien, secara tidak langsung dokter sudah melakukan
empati di dalamnya. Dokter yang empati dapat menolong, mengerti pasien, sehingga peranan
positif dari empati dalam hubungan dokter-pasien akan menghasilkan perawatan yang sangat
jelas dan efektif bagi pasien. Manfaat dari komunikasi dokter-pasien yang baik, yaitu:
Meningkatkan kesehatan, fungsi dan status emosional: mengurangi distress emosional
pasien, hasil perbaikan fisik dan mental yang lebih baik, perbaikan gejala yang lebih baik,
mengurangi ketidaknyamanan dan kekhawatiran pasien, meningkatkan status kesehatan jiwa
pasien.
Pasien lebih patuh pada pengobatan.
Meningkatkan kepuasan pasien: dokter menjelaskan tentang penyebab penyakit.
Meningkatkan kepuasan dokter: pasien meningkat kepercayaannya.
Mengurangi risiko malpraktik: komunikasi yang baik mengurangi ketidakpuasan pasien
Pendengar yang aktif tidak menanggapi dengan “bimbingan”, membeo atau dominan
berbicara, empati, berbicara di saat yang tidak tepat. Peranan komunikasi efektif, yaitu:
Lebih sukses dalam pergaulan.
Lebih baik dalam menyelesaikan masalah atau pertikaian.
Lebih tegas dan terampil dalam berkomunikasi.
Lebih populer dan mudah bergaul.
Lebih menaruh perhatian dan tenggang rasa.
Lebih memikirkan kepentingan kelompok.
Lebih suka berbagi rasa, bekerja sama, dan suka menolong.
Lebih demokratis dalam pergaulan.
Lebih bijaksana.
Lebih pandai memimpin atau berorganisasi.
Komunikasi yang efektif mencangkup REACH :2
Respect : saling menghargai (ada rapport)
Empathy : adanya empati
Audible : dapat di dengar dengan baik dan jelas
Clarity : jelas mudah di mengerti.
Humble : rendah hati, manusiawi.
Dalam berkomunikasi dengan pasien, dokter memiliki beberapa titik acuan agar
komunikasi dapat berjalan dengan baik, seperti :12
Greet (memberi salam)
Memberi salam dengan pasien di awal pertemuan akan menciptakan hubungan baik. Berilah
salam dengan ramah kepada setiap pasien yang datang. Katakan kepada pasien hal-hal yang
diharapkan selama pertemuan tersebut dan yakinkan bahwa setiap pasien memiliki privacy
dan kerahasiaannya akan dijaga.
Ask (bertanya)
Dokter perlu bertanya dan mendengarkan aktif karena melalui pertanyaan dokter dapat
membantu pasien untuk menyatakan keinginan dan kebutuhannya serta mengekspresikan
pertanyaannya.
Tell (memberi informasi)
Setelah pasien selesai menyatrakan keluhan dan kebutuhannya, berikan informasi secara jelas
sehingga dapat dimengerti oleh pasien sehingga dapat membantu pasien dalam mengambil
suatu keputusan.
Help (member bantuan)
Bantuan diberikan ketika pasien mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan atau
dalam menentukan sikap. Dalam hal ini dokter membantu pasien agar dapat memecahkan
permasalahannya dengan mudah.
Explain (memberi penjelasan)
Dokter membeir penjelasan pasien tentang keputusan yang telah dipilihnya. Misalnya, bila
pasien memilih salah satu metode KB berikan penjelasan mengenai efek sampingnya.
Return (kontrol kembali)
Bila dirasa perlu, berikan pasien kesempatan untuk datang kembali.
2.1.5 Hambatan dalam Komunikasi:
Dalam komunikasi sering terjadi salah tafsir karena pesan yang didengar lebih sedikit
daripada yang diterima dan yang diterima belum tentu sama dengan yang disampaikan.
Hambatan dalam komunikasi dapat terjadi, karena pasien tidak mendengar, tidak mengerti,
dan tidak setuju. Hambatan dari proses komunikasi 6
Hambatan dari pengirim pesan, misalnya pesan yang akan disampaikan belum jelas bagi
dirinya atau pengirim pesan, hal ini dipengaruhi oleh perasaan atau situasi emosional.
Hambatan dalam penyandian/simbol
Hal ini dapat terjadi karena bahasa yang dipergunakan tidak jelas sehingga mempunyai arti
lebih dari satu, simbol yang dipergunakan antara si pengirim dan penerima tidak sama atau
bahasa yang dipergunakan terlalu sulit. hambatan tersebut terjadi pada penafsiran sandi oleh
si penerima.
Hambatan media, yaitu hambatan yang terjadi dalam penggunaan media komunikasi,
misalnya gangguan suara radio dan aliran listrik sehingga tidak dapat mendengarkan pesan.
Hambatan dari penerima pesan, misalnya kurangnya perhatian pada saat
menerima/mendengarkan pesan, sikap prasangka tanggapan yang keliru dan tidak mencari
informasi lebih lanjut.
Hambatan dalam memberikan umpan balik. Umpan balik yang diberikan tidak
menggambarkan apa adanya akan tetapi memberikan interpretatif, tidak tepat waktu atau
tidak jelas dan sebagainya.
Hambatan Fisik: hambatan fisik dapat mengganggu komunikasi yang efektif, misalnya:
gangguan kesehatan, gangguan alat komunikasi dan sebagainya.
Hambatan Semantik: kata-kata yang dipergunakan dalam komunikasi kadang-kadang
mempunyai arti mendua yang berbeda, tidak jelas atau berbelit-belit antara pemberi pesan
dan penerima pesan.
Hambatan Psikologis: hambatan psikologis dan sosial kadang-kadang mengganggu
komunikasi, misalnya perbedaan nilai-nilai serta harapan yang berbeda antara pengirim pesan
dan penerima pesan.
Beberapa hal yang menjadi hambatan dalam komunikasi sehingga menyebabkan
kekeliruan dan kegagalan persepsi:13
Kesalahan Atribusi
Atribusi adalah proses internal diri kita untuk memahami penyebab perilaku orang lain.
Dalam usaha mengetahui orang lain, kita menggunakan beberapa sumber informasi.
Misalnya, kita mengamati penampilan fisik mereka. Faktor-faktor seperti usia, gaya pakaian,
dan daya tarik dapat memberikan isyarat mengenai sifat-sifat utama mereka. Sering juga kita
menjadikan perilaku orang sebagai sumber informasi, padahal perilaku di pengaruhi oleh
faktor eksternal dan internal.
Efek Halo
Kesalahan persepsi yang disebut efek halo merujuk pada fakta bahwa begitu kita membentuk
kesan menyeluruh mengenai seseorang, kesan yang menyeluruh ini cenderung memberikan
efek yang kuat atas penilaian kita akan sifat-sifatnya yang spesifik. Kita cenderung
menganggap seseorang yang baik dalam satu bidang, seolah-olah ia pun baik terhadap hal
yang lain.
Stereotip
Kesulitan komunikasi akan uncul dari penstereotipan, yakni menggeneralisasikan orang-
orang berdasarkan sedikit informasi dan membentuk asumsi mengenai mereka berdasarkan
keanggotaan mereka dalam suatu kelompok.
Prasangka
Suatu kekeliruan persepsi terhadap orang yang berbeda adalah prasangka, suatu konsep yang
sangat dekat dengan stereotip. Prasangka adalah sikap yang sangat tidak adil terhadap
seseorang atau sekelompok. Penilaian tersebut berdasarkan keuputusan atau pengalaman
terdahulu.
Gegar Budaya
Menurut Kalvero Oberg, gegar budaya (cultural shock) ditimbulkan oleh kecemasan-
kecemasan karena hilangnya tanda-tanda yang sudah dikenal dan simbol-simbol hubungan
sosial. Menurut Lundstedt gegar budaya adalah suatu ketidakmampuan menyesuaikan diri
yang merupakan reaksi dari upaya sementara yang gagal untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan dan orang-orang baru.
Ada beberapa hambatan lain yang cukup serius dan tidak dapat diselesaikan hanya dengan
dokter bersikap proaktif.
Bahasa
Jika seorang konselor atau konseli berkomunikasi dengan bahasa yang berbeda, kemungkinan
akan terjadi banyak kesalah pahaman bahkan terjadinya hubungan yang tidak jelas. Jika pada
proses komunikasi konselor merasa bahasa yang digunakannya tidak dipahami, maka
konselor harus sering meluangkan waktu untuk menjelaskan tentang beberapa hal yang ingin
di bicarakan kepada konseli.
Budaya
Hambatan budaya ini menjadi hal yang sangat penting. Satu pantangan bagi sang konselor
untuk beranggapan, bahwa konseli tumbuh dengan filosofi, gaya hidup, adat istiadat yang
sama. Maka kita tidak boleh "menyamaratakan" penggunaan teknik berkomunikasi kepada
setiap konseli. Hindari anggapan bahwa konseli mempunyai pemikiran yang sama ketika
menghadapi suatu permasalahan.
Jika konselor menemukan miskomunikasi dalam suatu hubungan, atau bahkan konseli merasa
tersinggung, maka cepatlah lakukan analisis mengapa konseli punya anggapan lain terhadap
pesan yang disampaikan. Hal ini bisa saja terjadi karena budaya yang berbeda yang dimiliki
oleh sang konseli. jika hal ini terjadi maka hormati persepsi konseli dan cobalah temukan
beberapa persamaan persepsi maka disanalah peluang konselor untuk kembali membangun
komunikasi yang "nyambung".
Tujuan yang tidak jelas
Jika si konseli berkonseling dengan konselor dengan suatu permasalahan yang sudah jelas,
tetapi konselor mengajukan pertanyaan yang tidak bersangkutan dengan masalah konseli atau
memberikan pertanyaan yang jauh melebar dari permsalahan, maka permasalahan tersebut
tidak akan terselesaikan dan akan semakin meluas.
Salah paham
Hambatan komunikasi yang paling utama pada awalnya bersumber dari dari satu hal, yaitu
kesalahpahaman. Interpretasi, respon, asumsi seseorang dalam menghadapi suatu
permasalahan berbeda-beda, konseli akan memahami yang konselor katakan. Jika konselor
menelisik lebih jauh jika ada pertentangan dalam suatu proses komunikasi. Dalam hambatan
ini konselor harus menjauhi sikap menyimpan permasalahan atau kesalahpahaman yang
terjadi.
2.2 Kepribadian
2.2.1 Definisi Kepribadian
Berikut ini beberapa definisi tentang kepribadian yaitu:2
Hillgard & Marquis: nilai sebagai stimulus sosial, kemampuan menampilkan diri secara
mengesankan.
Stern: kehidupan seseorang secara keseluruhan, individual, unik, usaha mencapai tujuan,
kemampuannya bertahan dan membuka diri, memperoleh pengalaman.
Allport: organisasi dinamik dalam sistem psikofisiologik seseorang yang menentukan model
penyesuaiannya yang unik dengan lingkungannya.
Guilford: pola trait-trait yang unik dari seseorang.
Pervin: seluruh karakteristik seseorang atau sifat umum banyak orang yang mengakibatkan
pola yang menetap dalam merespon suatu situasi.
Maddy atau Burt: seperangkat karakteristik dan kecendrungan yang stabil, yang menentukan
keumuman dan perbedaan tingkah laku psikologik (berfikir, merasa, dan gerakan) dari
seseorang dalam waktu yang panjang dan tidak dapat dipahami secara sederhana sebagai
hasil dari tekanan sosial dan tekanan biologik saat itu.
Murray: suatu lembaga yang mengatur organ tubuh, yang sejak lahir sampai mati tidak
pernah berhenti terlibat dalam pengubahan kegiatan fungsional.
Phares: pola khas dari pikiran, perasaan, dan tingkah laku yang membedakan orang satu
dengan yang lain dan tidak berubah lintas waktu dan situasi.
Koswara: bagaimana individu menampilkan dan menimbulkan kesan bagi individu lain.
Maramis: keseluruhan pola pikiran, perasaan, dan perilaku yang sering digunakan oleh
seseorang dalam usaha adaptasi yang terus-menerus terhadap hidupnya.14
Freud: suatu struktur yang terdiri dari tiga sistem, yakni id, ego dan superego.14
Kusumanto Setyonegoro: segala corak kebiasaan manusia yang terhimpun dalam dirinya,
yang digunakan untuk bereaksi dan menyesuaikan terhadap segala rangsang, baik yang
datang dari dalam dirinya maupun lingkungannya sehingga corak dan cara kebiasaan itu
merupakan suatu kesatuan fungsional yang khas untuk manusia itu.14
Soeharto Heerdjan: himpunan segala fungsi kejiwaan seseorang sebagai suatu kesatuan
dinamis dengan mengusahakan penyesuaian diri orang tadi terhadap tuntutan hidup sambil
menjaga keseimbangan diri baik secara fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah).13
Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey (2000) – Kepribadian adalah “Sesuatu yang memberi
tata tertib dan keharmonisan terhadap segala macam tingkah laku berbeda-beda yang
dilakukan si individu”.14
Maka dari beberapa definisi di atas kepribadian dapat di definisikan sebagai seluruh
pola emosi perilaku yang menetap dan bersifat khas pada seseorang dalam caranya
mengadakan hubungan, caranya berpikir tentang lingkungan dan dirinya sendiri.
Kepribadian adalah keseluruhan cara di mana seorang individu bereaksi dan
berinteraksi dengan individu lain. Kepribadian paling sering dideskripsikan dalam
istilah sifat yang bisa diukur yang ditunjukkan oleh seseorang.15
Kepribadian meliputi segala corak laku individu yang terhimpun dalam dirinya, yang
digunakan untuk beraksi dan menyesuaikan diri terhadap segala rangsangan, baik yang
datang dari luar dirinya atau lingkungannya (eksternal) maupun dari dalam dirinya sendiri
(internal) sehingga corak tingkah lakunya itu merupakan satu kesatuan fungsional yang khas
bagi individu itu. Dengan kata lain segala tingkah laku individu adalah manifestasi dari
kepribadian yang dimilikinya sebagai perpaduan yang timbul dari dalam diri dan
lingkungannya. 14
2.2.2 Aspek-aspek Kepribadian
Beberapa aspek yang sangat terkait dengan kepribadian, yaitu:
1. Temperamen (tabiat)
Merupakan salah satu aspek yang berhubungan erat dengan konstitusi jasmani. Setiap
manusia memiliki temperamen (tabiat) sejak lahir, sehingga temperamen lebih sukar diubah
oleh pengaruh lingkungan luar. Temperamen sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor fisiologik
tubuh, dan dapat dikatakan menetap seumur hidup.
2. Watak (Karakter)
Merupakan keseluruhan keadaan dan cara bertindak terhadap suatu rangsangan.
Watak/karakter seseorang berkembang terus menerus dalam masa kehidupan seseorang.
Berkaitan erat dengan fungsi saraf pusat dan dipengaruhi oleh faktor eksogen, seperti
lingkungan, pengalaman dan pendidikan.
2.2.3 Struktur Kepribadian
Menurut Sigmund Freud, sturktur kepribadian terdiri dari:
1. Id
Lapisan paling dasar yang merupakan keinginan-keinginan tersimpan dalam psikis seseorang,
seperti pada seorang bayi yang baru lahir. Bahan dasar dari pembentukan psikis lainnya,
dikuasai oleh prinsip kesenangan dan tidak mengenal waktu dan logika.
2. Ego
Lapisan psikis yang mengadakan hubungan langsung dengan dunia luar. Terbentuk dengan
diferensiasi dari Id karena kontaknya dengan dunia luar. Dikuasai prinsip realitas, seperti
tampak dalam pemikiran yang objektif dengan tuntutan sosial dan rasional. Ego bertugas
mempertahankan kepribadian dirinya dan juga menyesuaikan dengan lingkungan sekitarnya.
Ego akan menyelesaikan pertentangan antara realitas lingkungan dengan keinginan-keinginan
dalam psikis seseorang, juga berfungsi untuk menyatukan integritas kepribadian seseorang.
Ego disebut eksekutif kepribadian, karena ego mengontrol pintu-pintu ke arah tindakan,
memilih segi-segi lingkungan ke mana ia akan memberikan respon dan memutuskan insting-
insting manakah yang akan dipuaskan dan bagaimana caranya. Dalam melaksanakan fungsi-
fungsi eksektif yang sangat penting ini, ego harus mengintegrasi tuntuan id, superego, dan
dunia luar yang sering tertentangan.16
3. Superego
Lapisan psikis yang terbentuk dari internalisasi (memasukkan ke dalam psikis) larangan-
larangan, perintah-perintah, dan aturan-aturan ke dalam psikis seseorang. Superego
merupakan dasar hati nurani dan juga beberapa manifesta yang merupakan aktivitas
superego, misalnya rasa menyesal, rasa bersalah dan rasa berdosa.
2.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepribadian
Faktor-faktor yang menentukan kepribadian bisa diklasifikasikan antara lain:
Faktor-faktor genetika, yaitu faktor-faktor yang muncul dari pribadi individu sendiri.
Faktor-faktor lingkungan, yaitu faktor-faktor yang muncul dari lingkungan eksternal (social
dan budaya).
Faktor rohani/spiritual.
Faktor-Faktor Pembentuk Kepribadian :17
Faktor keturunan
Faktor keturunan (biologis) berpengaruh langsung dalam pembentukan kepribadian
seseorang. Warisan biologis atau faktor keturunan adalah semua hal yang di terima seseorang
sebagai manusia melalui gen kedua orang tuanya atau sifat turunan dari kedua orang tuanya.
Faktor lingkungan
Faktor lain yang memberi pengaruh cukup besar terhadap pembentukan kepribadian adalah
lingkungan di mana seseorang tumbuh dan dibesarkan; norma dalam keluarga, teman, dan
kelompok sosial; dan pengaruh-pengaruh lain yang seorang manusia dapat alami. Faktor
lingkungan ini memiliki peran dalam membentuk kepribadian seseorang. Sebagai contoh,
budaya membentuk norma, sikap, dan nilai yang diwariskan dari satu generasi ke generasi
berikutnya dan menghasilkan konsistensi seiring berjalannya waktu sehingga ideologi yang
secara intens berakar di suatu kultur mungkin hanya memiliki sedikit pengaruh pada kultur
yang lain. Misalnya, orang-orang Amerika Utara memiliki semangat ketekunan, keberhasilan,
kompetisi, kebebasan, dan etika kerja Protestan yang terus tertanam dalam diri mereka
melalui buku, sistem sekolah, keluarga, dan teman, sehingga orang-orang tersebut cenderung
ambisius dan agresif bila dibandingkan dengan individu yang dibesarkan dalam budaya yang
menekankan hidup bersama individu lain, kerja sama, serta memprioritaskan keluarga
daripada pekerjaan dan karier.
2.2.5 Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional adalah gabungan dari semua kemampuan emosional dan
kemampuan sosial untuk menghadapi seluruh aspek kehidupannya. Kecerdasan emosional
mempunyai beberapa komponen, yaitu:
Kesadaran diri
o Kemampuan memahami kelebihan dan kekurangan diri secara objektif.
o Kemampuan mengenali diri sendriri secara menyeluruh dan objektif.
o Kemampuan memantau perasaan diri dari waktu ke waktu.
Mengelola emosi: kemampuan menangani perasaan diri sendiri agar terungkap secara tepat,
dan mampu mengatasi perasaan hati yang tidak wajar.
Motivasi diri: suatu energi dari dalam diri seseorang yang dapat mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu kegiatan, karena ingin mencapai tujuan yang dikehendaki atau mendapat
keputusan atau perbuatan tersebut.
Empati: kemampuan akan perasaan seseorang untuk mampu merasakan perasaan orang lain
menurut sudut pandang orang tersebut.
Hubungan sosial: kemampuan menjalin hubungan dengan orang lain secara lancar dan kedua
belah pihak merasa nyaman/puas.
2.2.6 Bentuk-bentuk Kepribadian
Kepribadian dibagi dalam 4 golongan yaitu: 18
Sanguin
Sanguin adalah orang yang gembira, yang senang hatinya, mudah untuk membuat orang
tertawa, dan bisa memberi semangat kepada orang lain. Tapi kelemahannya adalah dia
cenderung impulsive, yaitu orang yang bertindak sesuai emosi atau keinginannya.
Plegmatik
Tipe plegmatik adalah orang yang cenderung tenang, dari luar cenderung tidak beremosi,
tidak menampakkan perasaan sedih atau senang. Naik turun emosinya itu tidak tampak
dengan jelas. Orang ini memang cenderung bisa menguasai dirinya dengan cukup baik, ia
introspektif sekali, memikirkan ke dalam, bisa melihat, menatap dan memikirkan masalah-
masalah yang terjadi di sekitarnya. Kelemahan orang plegmatik adalah ia cenderung mau
mengambil kemudahannya saja, tidak mau mengambil yang susah, sehingga suka mengambil
jalan pintas yang paling mudah dan gampang.
Melankolik
Tipe melankolik adalah orang yang terobsesi dengan karya yang paling bagus, yang paling
sempurna dan dia memang adalah seseorang yang mengerti estetika keindahan hidup ini.
Perasaannya sangat kuat, sangat sensitif maka kita bisa menyimpulkan bahwa cukup banyak
seniman yang memang berdarah melankolik. Kelemahan orang melankolik, ia mudah sekali
dikuasai oleh perasaan dan cukup sering perasaan yang mendasari hidupnya sehari-hari
adalah perasaan murung.
Kolerik
Seseorang yang kolerik adalah seseorang yang dikatakan berorientasi pada pekerjaan dan
tugas, dia adalah seseorang yang mempunyai disiplin kerja yang sangat tinggi. Kelebihannya
adalah dia bisa melaksanakan tugas dengan setia dan akan bertanggung jawab dengan tugas
yang diembannya. Kelemahan orang yang berciri kolerik adalah kurangnya kemampuan
untuk bisa merasakan perasaan orang lain, belas kasihannya terhadap penderitaan orang lain
juga agak minim, karena perasaannya kurang bermain.
C.G. Jung, seorang ahli penyakit jiwa dari Swiss, membuat pembagian tipe
kepribadian manusia dengan cara lain lagi. Ia menyatakan bahwa perhatian manusia tertuju
pada dua arah, yakni keluar dirinya yang disebut extrovert, dan kedalam dirinya yang disebut
introvert. Jadi, menurut Jung, tipe manusia bisa dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu : 18
Tipe extrovert, yaitu orang-orang yang perhatiannya lebih diarahkan keluar dirinya, yaitu
kepada orang-orang lain dan kepada masyarakat.
Tipe introvert, yaitu orang-orang yang perhatiannya lebih mengarah kepada dirinya sendiri,
bukan orang lain.
Orang yang tergolong tipe extrovert mempunyai sifat yang berhati terbuka, lancar
dalam pergaulan, ramah, gembira, dan kontaknya dengan lingkungan besar sekali. Mereka
mudah memengaruhi dan mudah pula dipengaruhi oleh lingkungannya.
Adapun orang-orang yang tergolong introvert memiliki sifat yang kurang pandai
bergaul, pendiam, sukar diselami batinnya, suka mnyendiri, bahkan sering takut kepada orang
lain.19
2.3 Perilaku Sehat
2.3.1 Definisi Perilaku Sehat
Perilaku sehat adalah sifat pribadi seperti kepercayaan, motif, nilai, persepsi dan
elemen kognitif lainnya. Karakter pribadi termasuk tingkat dan sifat afeksi emosional serta
pola perilaku yang jelas, tindakan dan kebiasaan yang terkait dengan pemeliharaan kesehatan,
pemulihan kesehatan, peningkatan kesehatan.
Menurut Sarafino, mengatakan bahwa perilaku sehat merupakan segala aktifitas yang
dilakukan seseorang untuk mempertahankan atau meningkatkan kesehatannya, tidak
tergantung status kesehatannya saat itu dan atau apakah perilaku yang dilakukannya
mencapai hal tersebut.
Perilaku Hidup Sehat merupakan perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau
kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan.20
Perilaku terhadap kesehatan adalah tangapan seseorang terhadap rangsangan yang
berkaitan dengan sakit dan penyakit, system pelayanan kesehatan, makanan, dan ligkungan.
Respon atau reaksi oraganisme dapat berbantuk pasif (respon yang masih tertutup) dan aktif
(respon terbuka, tindakan yang nyata). Menurut Notoatmojo (1997), rangsangan yang terkait
dengan perilaku kesehatan terdiri dari empat unsure, yaitu: sakit dan penyakit, system
pelayanan kesehatan, makanan, dan linkungan. 14
Perilaku sehat merupakan suatu kondisi ketika individu dengan kondisi kesehatan
yang stabil berupaya aktif mencari cara untuk mengubah kebiasaan pribadi yang sehat dan
atau lingkungan guna beralih ke tingkat kesehatan yang lebih tinggi.21
2.3.2 Bentuk-bentuk Perilaku Sehat
Ada lima perilaku sehat, yaitu:
Pencegahan: segala tindakan yang secara medis direkomendasikan, dilakukan secara sukarela
oleh seseorang yang sehat dan ingin mecegah penyakit untuk asimptomatik (mendektesi
penyakit yang tidak tampak nyata).
Perlindungan: tindakan yang dilakukan seseorang untuk melindungi, meningkatkan dan
menjaga kesehatan, dapat tindakan medis atau bukan tindakan medis.
Perilaku sebelum sakit: tindakan yang dilakukan oleh orang yang tidak yakin akan kondisi
kesehatannya.
Perilaku saat sakit: tindakan yang dilakukan oleh orang yang sakit, baik yang dilakukan oleh
orang lain atau dirinya sendiri.
Kondisi sosial: tindakan yang dilakukan oleh lingkungan sosial agar kesehatan tetap
terjamin.
Perilaku sehat meliputi, yaitu:
Makan dengan menu seimbang (appropriate diet). Seimbang yang dimaksud di sini
mencakup kualitas (nilai gizi) dan kuantitas (jumlah yang cukup).
Olahraga secara teratur, mencakup intensitas yang memadai dan keteraturan, dengan kata
lain teratur dan terukur.
Tidak merokok. Merokok merupakan faktor risiko bagi beberapa penyakit tidak menular,
yang termasuk dalam penyakit jantung dan peredaran darah, serta kanker paru.
Tidak minum minuman keras maupun narkoba. Kebiasaan ini juga dapat meningkatkan
potensi penyakit tidak menular.
Istirahat yang cukup. Dengan meningkatnya kebutuhan dan persaingan hidup akibat tuntutan
untuk penyesuaian dengan lingkungan modern, mengharuskan orang bekerja keras sehingga
kurang waktu untuk beristirahat. Hal ini dapat me-nurunkan daya tahan tubuh dan cenderung
menimbulkan berbagai gangguan kesehatan.
Mengendalikan stres. Stres emosional mudah terjadi dalam kehidupan sehari-hari yang
penuh dengan persaingan dan tuntutan hidup. Stres sangat potensial mengakibatkan berbagai
penyakit tidak menular.
Perilaku dan gaya hidup positif. Misalnya tidak berganti-ganti pasangan dalam hubungan
seks, penyesuaian diri dengan lingkungan, dan sebagainya.
Perilaku terdiri atas tiga domain (pengetahuan, sikap, tindakan). Secara konsep teori,
perilaku tersebut terjadi secara berurutan, artinya dari pengetahuan berubah menjadi sikap
dan sikap menjadi tindakan.22 Dalam kenyataannya, timbulnya perilaku sesuai dengan
kebutuhannya.
2.3.3 Faktor yang Mendorong Terjadinya Perilaku Sehat
Hal – hal yang menentukan perilaku sehat individu:
Pembelajaran:
Perilaku sehat itu dipelajari, perilaku berubah karena ada konsekuensi. Tiga
konsekuensi yang berperan dalam pembelajaran:
o Reinforcement: berarti peningkatan, di mana individu melakukan sesuatu karena mendapat
kepuasan, dan ingin mengulangi lagi agar mendapat kepuasan.
o Extinction: berarti peniadaan, dimana bila konsekuensi yang mempertahankan perilaku sehat
dihilangkan maka akan melemahkan respon.
o Punishment: berarti hukuman,jika perilaku yang dilakukan membawa konsekuensi yang tidak
menyenangkan.
Faktor sosial, kepribadian, dan emosional:
o Dukungan sosial (keluarga, teman) dapat mendorong perilaku sehat.
o Faktor kepribadian yang berhubungan adalah rasa kehati – hatian.
o Faktor emosi berhubungan dengan stress yang mendorong melakukan perilaku tidak sehat
seperti merokok.
Persepsi dan Kognitif:
Persepsi tentang sakit, jika berat kebanyakan akan mencari pertolongan.
Pengetahuan tentang kesehatan mempengaruhi perilaku sehat. Pengetahuan yang salah
(miskonsepsi) membahayakan karena tidak didasari bukti ilmiah.
2.3.4 Perubahan Perilaku Sehat
Tingkatan perubahan perilaku, yaitu:
Perkontemplasi: belum ada niat perubahan perilaku
Kontemplasi
o Individu sadar adanya masalah dan secara serius ingin mengubah perilakunya menjadi lebih
sehat.
o Belum siap berkomitmen untuk bertindak.
Persiapan
o Individu siap berubah dan ingin mengejar tujuan.
o Sudah pernah melakukan, tetapi mungkin masih gagal.
Tindakan: individu sudah melakukan perilaku sehat, sekurangnya 6 bulan dari sejak mulai
usaha memberlakukan perilaku sehat.
Pemeliharaan
o Individu berusaha untuk mempertahankan perilaku sehat yang telah dilakukan.
o Mungkin akan berlangsung lama.
o 6 bulan dilihat kembali.
2.4 Pembahasan Kasus
Menurut skenario, dengan rumusan permasalahan yaitu pasien sulit untuk mengikuti
petunjuk dokter untuk melakukan pola hidup sehat, sehingga dokter kesal dan bingung,
sangat erat terkait dengan komunikasi dokter-pasien, kepribadian dan perilaku kesehatan.
2.4.1 Komunikasi Dokter-Pasien
Dalam skenario, komunikasi dokter-pasien mengalami hambatan atau gangguan.
Hambatan dalam komunikasi dari segi dokter, yaitu:
Dokter belum berhasil menerapkan komunikasi yang efektif, dimana ia harus dapat mengerti
dan memahami kebutuhan pasien (pasien tidak hanya ingin sembuh melainkan ingin dimerti
perasaannya) sehingga mendorong pasien untuk mengeluarkan keluhan dan perasaannya.
Belum menjadi pendengar yang aktif yang seharusnya dapat memastikan apakah informasi
yang disampaikan dapat dipahami benar oleh pasien. Maka terjadinya kesenjangan informasi
antara dokter dan pasien.
Dokter belum mempunyai empati. Dokter hanya memperhatikan penyakit pasien untuk
kepentingan diagnosis yang seharusnya dokter memperhatikan sakit pasien yaitu keluhanya,
kekhawatirannya.
Hambatan dalam komunikasi dari segi pasien adalah pasien tidak melaksanakan
kewajiban pasien, yaitu tidak mengikuti petunjuk yang diberikan dokter untuk mengikuti pola
hidup sehat dan dalam komunikasi pasien kurang terbuka apakah ia mengerti atau tidak,
setuju atau tidak dengan keputusan dan pesan yang disampaikan dokter.
Pasien tidak dapat mempercayai dokter, ia ragu akan mengikuti petunjuk dokter,
karena komunikasi yang efektif tidak berjalan dengan lancar, dokter juga tidak dapat
menguasai diri dalam menghadapi pasien secara profesional (menerima dan mampu
menghadapi berbagai macam pasien dan dapat menyelesaikan tugasnya untuk menyelesaikan
masalah pasien).
Pasien tersebut kurang memberikan perhatian terhadap pesan yang telah disampaikan
oleh dokter kepadanya. Ia tidak mencari informasi lebih lanjut sehingga mengabaikan
petunjuk yang telah diberikan oleh dokter kepadanya.
2.4.2 Kepribadian
Dari segi kepribadian, dokter mempunyai watak yang marah atau kesal, karena dipicu
atau di rangsang oleh perbuatan pasien yang malas mengikuti petunjuk dokter. Lalu dokter
tidak dapat mengelola emosi, motivasi diri, empati dan hubungan sosial.
Dalam mengelola emosi, dokter tidak dapat mengungkapkan perasaan hati sesuai
dengan tempatnya, menunjukkan kepada pasien bahwa ia kesal dan ia tidak sabar kepada
pasiennya, ia belum bisa memotivasi diri, dimana di dalam teori, motivasi diri adalah
memberi dorongan kepada orang lain agar melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan yang
dikehendakinya, faktanya pasien masih malas untuk mengatur pola hidup yang sehat. Dokter
kurang menunjukkan empatinya, ia tidak merasakan persaan dari sudut pandang pasien,
mengapa pasien sampai malas mengikuti pentunjuk dokter, padahal untuk kepentingan pasien
sendiri. Dari hubungan sosial, dokter dan pasien tidak menjalani komunikasi yang lancar dan
nyaman.
Sementara disisi lain, pasien yang terdapat dalam skenario tersebut mempunyai
kepribadian yang susah diatur. Hal ini terlihat ketika pasien sulit untuk mengikuti petunjuk
yang telah disampaikan oleh sang dokter.
Hambatan kepribadian pasien dapat dipengaruhi oleh lingkungan luar, seperti tidak
adanya dukungan keluarga untuk mengatur pola hidup yang sehat, kurangnya pengetahuan
tentang penyakit yang dideritanya sehingga membentuk pribadi yang sulit di atur dan
menganggap penyakitnya bukan penyakit yang serius (minimnya pengetahuan).
Pasien tersebut mempunyai kepribadian sehari -hari yang malas berolahraga dan suka
makan sembarangan. Jadi sulit baginya untuk mengubah kebiasaannya itu. Pasien juga belum
mempunyai komponen – komponen kecerdasan sosial, dimana ia tidak mempunyai kesadaran
diri, ia tidak mampu menyadari bahwa dirinya sakit dan perlu pola hidup yang sehat.
2.4.3 Perilaku Sehat
Dari segi perilaku sehat, menurut tingkat perubahan perilaku, pasien termasuk dalam
perkontemplasi, karena pasien terlihat tidak menunjukkan ingin adanya perubahan untuk
sembuh. Ia malas untuk berolahraga, tidak mau rutin makan obat antidiabetes oral dan makan
sembarang di luar.
Pasien belum mempunyai persepsi yang baik tentang kesehatannya. Dokter perlu
menjelaskan lebih lagi kepada pasien agar pasien mengerti dan mau melakukan perilaku
sehat. Pasien juga kurang memiliki motivasi diri yang dapat membantunya menjalankan dan
mempertahankan perilaku sehat.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hipotesis yang telah dikemukakan di bagian pendahuluan adalah sebagai
berikut komunikasi dokter-pasien tidak berjalan dengan baik karena pasien tidak menerapkan
perilaku kesehatan.
Hipotesis tersebut diterima, karena dalam komunikasi antara dokter dengan pasien
mengalami hambatan, yaitu pasien tidak menuruti petunjuk dokter untuk pola hidup yang
sehat, sehingga dokter menjadi kesal dan bingung.
3.2 Penutup
Komunikasi merupakan hal yang sangat penting dalam hubungan dokter kepada
pasiennya. Komunikasi yang baik akan mengurangi risiko misrepresntasi. Komunikasi yang
baik pula dapat membuat pasien lebih patuh dengan nasihat dokter. Sebagai seorang dokter
harus mengerti bagaimana berkomunikasi yang baik dan mampu memberikan penjelasan
yang baik, yang penuh dengan rasa empati agar pasien dapat mengerti maksud kebaikan
dokter.
Komunikasi dokter pasien juga harus dijalankan secara benar dan tepat, sehingga
bermanfaat bagi kedua belah pihak dan menjadi efektif dan pasien, yang diikuti dengan
kepribadian yang baik sehingga menimbulkan pola hidup yang sehat dengan perilaku hidup
yang sehat.
Untuk melayani pasien dengan optimal diperlukan komunikasi yang efektif dan
optimal. Untuk melakukan komunikasi yang efektif, dokter perlu memahami bahwa yang
dimaksud dengan komunikasi tidaklah hanya komunikasi verbal saja melalui percakapan
melainkan juga mencakup komunikasi secara menyeluruh. Dokter harus memiliki
kemampuan untuk menggali dan bertukar informasi secara verbal dan nonverbal dengan
pasien pada semua usia, anggota keluarga, masyarakat, kolega dan profesi lain. Kalau tidak
berhati-hati dalam melakukan komunikasi, dokter bisa mendapat sanksi atau ancaman hukum
karena dianggap melakukan pelanggaran.
Dalam komunikasi dokter-pasien diperlukan kemampuan berempati, yaitu upaya
menolong pasien dengan pengertian terhadap apa yang pasien butuhkan. Menghormati dan
menghargai pasien adalah sikap yang diharapkan dari dokter dalam berkomunikasi dengan
pasien, siapa pun dia, berapa pun umurnya, tanpa memerhatikan status sosial ekonominya.
Bersikap adil dalam memberikan pelayanan medis adalah dasar pengembangan komunikasi
efektif dan menghindarkan diri dari perlakuan diskriminatif terhadap pasien.
Efektif atau tidaknya komunikasi yang berlangsung akan menentukan sikap pasien
dalam menerima saran yang ditetapkan dokter, menjalani pengobatan, melakukan perawatan
diri dan memerhatikan atau mematuhi nasehat dokter. Komunikasi tersebut juga
mempengaruhi kelangsungan terapi, apakah akan berlanjut atau terjadi pemutusan hubungan
secara sepihak. Reaksi pasien ketika masih berada dalam ruang praktik, sikap pasien pada
kunjungan ulang, cara pasien melaksanakan pengobatan adalah umpan balik bagi dokter,
untuk mengetahui hasil komunikasinya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ali MM. Komunikasi Efektif Dokter-Pasien. Dalam: Siregar A, Murniah D, editor.
Komunikasi Efektif Dokter-Pasien. Edisi 1. Jakarta: Konsil Kedokteran Indonesia, 2006.
2. Andri, Dan Hidayat, Elly Ingkiriwang, Evalina Asnawi, Hubertus Kasan H. Komunikasi dan
Empati. Bahan kuliah 2011.
3. Mulyohadi Ali Muhammad, Ieda Poernomo Sigit Sidi & Huzna Zahir. Komunikasi Efektif
Dokter-Pasien. Ed 1. Jakarta: Konsil Kedokteran Indonesia, 2006.
4. Nugroho H. Wahjudi. Komunikasi dalam Keperawatan gerontik. 1st ed. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC, 2006, hlm. 11.
5. Wiryanto. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : PT Grasindo, 2004, hlm. 5.
6. Roger. B. Ellis Robert., J. Gates., & Neil Kenwarthy. Interpersonal communication in
Nursing Theory and Practice. 2nd ed. Churcill Livingstone, 1995.
7. Norvatinah. Komunikasi dan Empati Dokter-Pasien. Diunduh pada 14 Oktober 2011 dari:
http://www.scribd.com/doc/6521423/Makalah-Individu . 13 Oktober 2008.
8. Mulyana D. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2007,
hlm. 20.
9. Wiryanto. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jilid 1. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana
Indonesia, 2004.
10. Mochtar Iqbal. Dokter Juga Manusia. 1st ed. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2009,
hlm. 49.
11. Sumartono. Komunikasi kasih sayang. Jakarta : Elex Media Komputindo, 2004.
12. Soetjiningsih. Modul Komunikasi Pasien Dokter. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC,
2008, hlm. 6-18.
13. Mulyana Deddy. Komunikasi Efektif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005, hlm. 3-7, 159.
14. Sunaryo. Psikologi unutuk Keperawatan. Jakarta: EGC, 2004, hlm. 3, 6, 102 dan 103.
15. Wikipedia. Kepribadian. Diunduh pada 15 Oktober 2011 dari:
http://id.wikipedia.org/wiki/Kepribadian
16. Hall CS, Lindzey G. Psikologi Kepribadian 1: Teori-Teori Psikodinamik (Klinis). Dalam:
Supratiknya, editor. Edisi 18. Jakarta: Kanisius, 2009.
17. Kumpulan Istilah. Faktor-Faktor Pembentuk Kepribadian. Diunduh pada 11 Oktober 2011
dari : http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/1943467-faktor-faktor-pembentuk-
kepribadian/ . 6 November 2009.
18. Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBBK). Kepribadian. Diunduh pada 11 Oktober 2011 dari
: http://www.telaga.org/ringkasan.php?kepribadian.htm . 2002.
19. Sobur Alex. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia, 2003.
20. Anies. Perilaku Hidup Sehat. Diunduh pada 14 Oktober 2011 dari:
www.jurnalkedokteranindonesia.wordpress.com . 19 Desember 2010.
21. Juall Carpenito, Lynda. Diagnosis Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinis. Ed 9. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2009.
22. Maulana HDJ. Promosi Kesehatan. Edisi 1. Jakarta: EGC, 2009, hlm. 239.