makalah btm toksik 2
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang sangat
penting dalam kehidupan manusia. Pengolahan dan pengawetan bahan
makanan memiliki interelasi terhadap pemenuan gizi masyarakat , maka
tidak mengherankan jika semua negara baik maju maupun negara
berkembang selalu berusaha untuk menyediakan suplai pangan yang
cukup, aman dan bergizi. Salah satunya yaitu pengawetan bahan pangan.
Keamanan pangan merupakan persyaratan utama yang harus
dimiliki oleh setiap produksi yang beredar dipasaran. Untuk menjamin
keamanan pangan olahan, maka dibutuhkan kerjasama antara pemerintah,
produsen industri makanan menjadi tanggung jawab sepenuhnya dari
produsen, dengan pengaturan dan pembinaan dari pemerintah.
Akibat kemajuan ilmu teknologi pangan di dunia dewasa ini, maka
semakin banyak jenis bahan makanan yang diproduksi, dijual dan
dikonsumsi dalam bentuk yang lebih awet dan lebih praktis dibanding
dengan bentuk segarnya. Semua jenis makanan siap santap dan minuman
awet tersebut dapat menjadi busuk dan masih layak untuk dikonsumsi.
Kemudahan tersebut dapat terwujud diantaranya berkat perkembangan
teknologi produksi dan penggunaan Bahan Tambahan Makanan (BTM).
Salah satu masalah keamanan pangan yang masih memerlukan
pemecahan yaitu penggunaan bahan tambahan, untuk berbagai keperluan.
penggunaan bahan tambahan makanan dilakukan pada industri pengolahan
pangan maupun dalam pembuatan, berbagai pengaruh jajanan yang
umumnya dihasilkan oleh industri kecil atau rumah tangga.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun hal yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1) Apa yang dimaksud dengan Bahan Tambahan Makanan (BTM)?
2) Apa saja manfaat Bahan Tambahan Makanan (BTM)?
3) Apa saja jenis-jenis Bahan Tambahan Makanan (BTM)?
4) Apa saja Bahan Tambahan Makanan (BTM) yang berbahaya?
5) Bagaimana dampak dari Bahan Tambahan Makanan (BTM) yang
berbahaya?
6) Bagaimana hasil identifikasi Bahan Tambahan Makanan yang
berbahaya?
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Bahan Tambahan Makanan (BTM)
Aditif makanan atau bahan tambahan makanan adalah bahan yang
ditambahkan dengan sengaja ke dalam makanan dalam jumlah kecil,
dengan tujuan untuk memperbaiki penampakan, cita rasa, tekstur, flavor
dan memperpanjang daya simpan. Selain itu dapat meningkatkan
nilai gizi seperti protein, mineral dan vitamin. Penggunaan aditif makanan
telah digunakan sejak zaman dahulu. Bahan aditif makanan ada dua, yaitu
bahan aditif makanan alami dan buatan atau sintetis.
Aditif dapat berasal dari sumber alami, contohnya lesitin dari
kacang soya dan jagung atau serbuk pewarna bit dari lobak bit. Aditif
sintetik pula dihasilkan melalui tindak balas kimia. Keaslian aditif sintetik
mudah dikenal dalam pembuatan dan pemrosesan bahan makanan tersebut.
Bahan tambahan makanan adalah bahan yang bukan secara
alamiah merupakan bagian dari bahan makanan, tetapi terdapat dalam
bahan makanan tersebut karena perlakuan saat pengolahan, penyimpanan
atau pengemasan.
Agar makanan yang tersaji tersedia dalam bentuk yang lebih
menarik, rasa enak, rupa dan konsistensinya baik serta awet maka sering
dilakukan penambahan bahan tambahan makanan yang sering disebut
zat aditif kimia (food aditiva). Adakalanya makanan yang tersedia tidak
mempunyai bentuk yang menarik meskipun kandungan gizinya tinggi.
2.2 Manfaat Bahan Tambahan Makanan (BTM)
1. Untuk mempertahankan kelezatan dan kesehatan (wholesomeness)
pangan. Pengawet menahan kerusakan pangan yang disebabkan oleh
kapang, bakteria, fungi atau khamir. Kontaminasi bakteria dapat
menyebabkan penyakit yang dibawa makanan (food born illness)
termasuk botulism yang membahayakan kehidupan. Antioksidan
adalah pengawet yang mencegah terjadinya bau yang tidak sedap.
Antioksidan juga mencegah potongan buah segar seperti apel menjadi
coklat bila terkena udara.
2. Mengembangkan atau mengatur keasaman/kebasaan pangan. Bahan
pengembang yang melepaskan asam bila dipanaskan bereaksi dengan
baking soda membantu mengembangkan kue, biskuit dan roti selama
proses pemanggangan. Pengatur keasaman/kebasaan membantu
memodifiksi keasaman/kebasaan pangan agar diperoleh bau, rasa dan
warna yang sesuai.
3. Untuk menguatkan rasa atau mendapatkan warna yang diinginkan.
Berbagai jenis bumbu dan penguat rasa sintetik atau alami
memperkuat rasa pangan. Sebaliknya warna memperindah tampilan
pangan tertentu untuk memenuhi ekspektasi konsumen.
4. Untuk mempertahankan konsistensi produk. Emulsifier memberikan
tekstur produk berbentuk emulsi atau suspensi yang konsisten dan
mencegah pemisahan fasa air dengan fasa lemak suatu emulsi atau
pemisahan fasa cair dan fasa padat suatu suspensi. Penstabil dan
pengental menghasilkan tekstur yang lembut dan homogen pada
pangan tertentu.
5. Untuk meningkatkan atau mempertahankan nilai gizi. Vitamin dan
mineral yang ditambahkan ke dalam pangan seperti susu, tepung,
serelia lain dan margarin untuk memperbaiki kekurangan zat tersebut
dalam diet seseorang atau mengganti kehilangannya selama proses
pengolahan pangan. Fortifikasi dan pengayaan pangan semacam ini
telah membantu mengurangi malnutrisi dalam populasi masyarakat
Amerika. Semua pangan yang mengandung nutrien yang ditambahkan
harus diberi label yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku secara
internasional atau sesuai ketentuan masing-masing negara.
2.3 Jenis-jenis Bahan Tambahan Makanan (BTM)
Berdasarkan fungsinya, menurut peraturan Menkes No. 235 tahun
1979, Bahan Tambahan Makanan (BTM) dapat dikelompokan menjadi 14
yaitu :
1. Antioksidan;
Antioksidan didefinisikan sebagai senyawa yang dapat menunda,
memperlambat, dan mencegah proses oksidasi lipid. Dalam arti
khusus, antioksidan adalah zat yang dapat menunda atau mencegah
terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas dalam oksidasi lipid.
Beberapa contoh antioksidan sintetik yang diijinkan
penggunaanya untuk makanan dan penggunaannya telah sering
digunakan, yaitu butil hidroksi anisol (BHA), butil hidroksi toluen
(BHT), propil galat, tert-butil hidoksi quinon (TBHQ) dan tokoferol.
Antioksidan-antioksidan tersebut merupakan antioksidan alami yang
telah diproduksi secara sintetis untuk tujuan komersial.
2. Antikempal;
Antikempal adalah bahan tambahan makanan yang dapat
mencegah mengempalnya makanan yang berupa serbuk, tepung, atau
bubuk. Bahan tambahan makanan ini biasanya ditambahkan pada
makanan yang berbentuk serbuk, misal-nya garam meja/merica bubuk
dan bumbu lainnya, agar makanan tersebut tidak mengempal dan
mudah dituang dari wadahnya.
Contoh antikempal adalah kalsium aluminium silikat, kalsium silikat,
magnesium karbonat, silikon dioksida dipakai sebagai antikempal pada
garam meja, merica, dan rempah atau bumbu lainnya. Contoh lain
garam-garam stearat dan tri kalsium fosfat pada gula kaldu dan susu
bubuk.
3. Pengasam,penetral dan pendapar;
Pengatur asam adalah senyawa kimia yang bersifat asam dan
berfungsi untuk mengasamkan, menetralkan, dan mempertahankan
derajat keasaman dalam proses pengolahan bahan makanan. Dengan
penambahan bahan pengasam, diharapkan makanan yang dihasilkan
memiliki cita rasa yang khas, warna stabil, dan lebih tahan lama. Zat
pengatur asam biasanya digunakan dalam proses pengolahan sayur,
sari buah, acar mentimun, jam, jeli, dan ikan kalengan. Karena bisa
menurunkan pH, zat pengatur asam bisa mengurangi risiko tumbuhnya
mikroba. Bahan pengasam diantaranya asam asetat glacial, asam
fumarat, asam laktat, asam malat, asam sitrat, asam tatrat, dan lain-
lain.
4. Enzim;
Enzim adalah bahan tambahan makanan yang berasal dari hewan
tanaman atau jasad renik yang dapat menguraikan makanan secara
enzimatik. Penambahan bahan tambahan ini umumnya bertujuan untuk
mengatur proses makanan fermentasi. Contoh enzim adalah amyiase
(dari Aspergillus niger atau A. oryzae)biasa digunakan pada tepung
gandum untuk memberikan flavor dan tekstur yang diinginkan. Rennet
biasa digunakan dalam pembuatan keju.
5. Pemanis buatan;
Zat pemanis buatan biasanya digunakan untuk membantu
mempertajam rasa manis. Beberapa jenis pemanis buatan yang
digunakan adalah sakarin, siklamat,
dulsin, sorbitol dan aspartam. Pemanis buatan ini juga dapat
menurunkan risiko diabetes, namun siklamat merupakan zat yang
bersifat karsinogen.
6. Pemutih dan pematang;
Tepung terigu yang masih baru berwarna kekuning-kuningan.
Untuk memutihkan tepung, sering kali produsen roti menggunakan
benzoil peroksida atau kalium bromat.
Tepung yang masih baru rendah elastisitasnya. Jika digunakan,
adonan roti tidak dapat mengembang dengan baik. Oleh karena itu,
bila memperoleh tepung baru, biasanya produsen roti memeram tepung
tersebut terlebih dahulu selama seminggu. Namun, kesulitan akan
muncul apabila stok tepung terigu sudah habis. Produsen akan
7. Penambah gizi;
8. Pengawet;
Bahan pengawet adalah zat kimia yang dapat menghambat
kerusakan pada makanan, karena serangan bakteri, ragi, cendawan.
Reaksi-reaksi kimia yang sering harus dikendalikan adalah
reaksi oksidasi, pencoklatan (browning) dan reaksi enzimatis lainnya.
Pengawetan makanan sangat menguntungkan produsen karena dapat
menyimpan kelebihan bahan makanan yang ada dan dapat digunakan
kembali saat musim paceklik tiba. Contoh bahan pengawet
adalah natrium benzoat, natrium nitrat, asam sitrat, dan asam sorbet.
9. Pengemulsi, pemantap dan pengental;
Gom arab sebagai agen pengemulsi
Pengemulsi (emulsifier) adalah zat yang dapat
mempertahankan dispersi lemak dalam air dan sebaliknya.
Pada mayones bila tidak ada pengemulsi, maka lemak akan terpisah
dari airnya. Contoh pengemulsi yaitu lesitin pada kuning telur, Gom
arab dan gliserin.
Pengental yaitu bahan tambahan yang digunakan untuk
menstabilkan, memekatkan atau mengentalkan makanan yang
dicampurkan dengan air, sehingga membentuk kekentalan tertentu.
Contoh pengental adalah pati, gelatin, dan gum
(agar, alginat, karagenan).
10. Peneras;
11. Pewarna sintetis dan alami;
Warna dapat memperbaiki dan memberikan daya tarik pada
makanan. Penggunaan pewarna dalam bahan makanan dimulai pada
akhir tahun 1800, yaitu pewarna tambahan berasal dari alam
seperti kunyit, daun pandan, angkak, daun suji, coklat, wortel, dan
karamel. Zat warna sintetik ditemukan oleh William Henry
Perkins tahun 1856, zat pewarna ini lebih stabil dan tersedia dari
berbagai warna. Zat warna sintetis mulai digunakan sejak
tahun 1956 dan saat ini ada kurang lebih 90% zat warna buatan
digunakan untuk industri makanan. Salah satu contohnya
adalah tartrazin, yaitu pewarna makanan buatan yang mempunyai
banyak macam pilihan warna, diantaranya Tartrazin CI 19140. Selain
tartrazin ada pula pewarna buatan, seperti sunset yellow FCF (jingga),
karmoisin (Merah), brilliant blue FCF (biru),
12. Penyedap rasa dan aroma;
Kristal monosodium glutamat digunakan sebagai penguat rasa
Monosodium Glutamat (MSG) sering digunakan sebagai penguat
rasa makanan buatan dan juga untuk melezatkan makanan.
Adapun penguat rasa alami diantaranya adalah
bunga cengkeh, pala, merica, cabai, laos, kunyit, ketumbar. Contoh
penguat rasa buatan adalah monosodium glutamat/vetsin, asam cuka,
benzaldehida, amil asetat.
13. Sekuestran;
14. dan lain-lain.
Bahan Tambahan Makanan (BTM) dikelompokan berdasarkan
tujuan penggunaanya di dalam pangan. Pengelompokkan Bahan
Tambahan Makanan (BTM) yang diizinkan digunakan pada makanan
dapat digolongkan sebagai :
1. Pewarna;
2. Pemanis buatan;
3. Pengawet;
4. Antioksidan;
5. Antikempal;
6. Penyedap dan penguat rasa serta aroma;
7. Pengatur keasaman;
8. Pemutih dan pamatang tepung;
9. Pengemulsi;
10. Pemantap dan pengental;
11. Pengeras, Sekuestran, Humektan, Enzim dan Penambah gizi.
2.4 Bahan tambahan makanan (BTM) yang berbahaya
Bahan Tambahan Makanan (BTM) dapat berupa ekstrak bahan
alami atau hasil sintesis kimia. Bahan yang berasal dari alam umumnya
tidak berbahaya, sementara BTM artifisial atau sintetik mempunyai risiko
terhadap kesehatan jika disalahgunakan pemakaiannya. Produsen pangan
skala rumah tangga atau industri kecil memakai Bahan tambahan yang
dinyatakan berbahaya bagi kesehatan karena alasan biaya. Tidak jarang,
produk pangan ditambahkan zat yang bukan untuk makanan tapi untuk
industri lain, misalnya untuk tekstil, dan cat. Badan POM (Pengawas Obat
dan Makanan) menemukan banyak produk-produk yang mengandung
formalin.
Formalin bersifat desinfektan, pembunuh hama, dan sering dipakai
untuk mengawetkan mayat. Pewarna tekstil seperti Rhodamin B sering
pula ditemukan pada kerupuk dan terasi. Mengkonsumsi makanan yang
mengandung formalin atau Rhodamin dapat menyebabkan kerusakan
organ dalam tubuh dan kanker.
Formalin merupakan zat pengawet terlarang yang paling banyak
disalahgunakan untuk produk pangan. Zat ini termasuk bahan beracun
danberbahaya bagi kesehatan manusia. Jika kandungannya dalam tubuh
tinggi, akan bereaksi secara kimia dengan hampir semua zat yang terdapat
dalam sel sehingga menekan fungsi sel dan menyebabkan kematian sel
yang menyebabkan keracunan pada tubuh. Formalin adalah larutan 37
persen formaldehida dalam air, yang biasanya mengandung 10 sampai 15
persen metanol untuk mencegah polimerasi. Formalin dapat dipakai
sebagai bahan anti septik, disenfektan, dan bahan pengawet dalam biologi.
Zat ini juga merupakan anggota paling sederhana dan kelompok aldehid
dengan rumus kimia HCHO.
Bahan tambahan yang dilarang oleh BPOM , melalui Permenkes
No.722/Menkes/Per/IX/88 adalh : Asam borat, Asam salisilat,
Dietilpirokarbonat, Dulsin, Kalium klorat, Kloramfenol, Minyak nabati
yang dibrominasi, Nitrofurazon, dan Formalin.
Asam borat atau Boraks (boric acid) merupakan zat pengawet
berbahaya yang tidak dizinkan digunakan sebagai campuran bahan
makanan. Boraks adalah senyawa berbentuk kristal putih, tidak berbau,
dan stabil pada suhu dan tekanan normal. Dalam air, boraks berubah
menjadi natrium hidroksida dan asam borat.
Boraks umumnya digunakan untuk mematri logam, pembuatan
gelas dan enamel, sebagai pengawet kayu, dan pembasmi kecoa. Boraks
ini sering disalah gunakan untuk dicampurkan dalam pembuatan baso,
tahu, ikan asin, mie dan lain-lain. Boraks bersifat iritan dan racun bagi sel-
sel tubuh, berbahaya bagi susunan saraf pusat, ginjal dan hati. Jika tertelan
dapat menimbulkan kerusakan pada usus, otak atau ginjal. Kalau
digunakan berulang-ulang serta kumulatif akan tertimbun dalam otak, hati
dan jaringan lemak. Asam boraks ini akan menyerang sistem saraf pusat
dan menimbulkan gejala kerusakan seperti rasa mual, muntah, diare,
kejang perut, iritasi kulit dan jaringan lemak, gangguan peredaran darah,
kejang-kejang akibatnya koma, bahkan kematian dapat terjadi karena ada
gangguan sistem sirkulasi darah.
Asam salisilat sering disebut aspirin. Pada aspirin ini adalah
analgetik dan anti-inflamasi. Penelitian telah menunjukkan bahwa aspirin
dapat mengurangi jumlah asam folat dalam darah, meskipun kepastian
perubahan belum terbukti.
Asam salisilat (ortho-Hydroxybenzoik acid) dapat mencegah
terjadinya penjamuran pada buah dan telah digunakan dalam pabrik cuka.
Namun, penggunaan asam salisilat sebagai pengawet makanan seperti
yang diatur Pemerintah Amerika pada tahun 1904 disalahgunakan untuk
pengawet makanan pada produsen-produsen makanan yang nakal.
Asam salisilat dilarang digunakan sebagai bahan pengawet
makanan di Indonesia. Pasalnya, asam salisilat memiliki iritasi kuat ketika
terhirup atau tertelan. Bahkan ketika ditambah air, asam salisilat tetap
memberikan gangguan kesehatan pada tubuh karena dapat menyebabkan
nyeri, mual, dan muntah jika tertelan.
2.5 Hasil identifikasi
http://id.wikipedia.org/wiki/Aditif_makanan
http://www.pom.go.id/pom/hukum_perundangan/pdf/
SK_Dirjenpom_00386.pdf
http://vhitahantari.blogspot.com/2012/06/makalah-bahan-tambahan-
pangan.html
http://staff.unud.ac.id/~semadiantara/wp-content/uploads/2013/01/
BAHAN-BERBAHAYA-PADA-MAKANAN.pdf
http://childrengrowup.wordpress.com/2012/01/29/inilah-bahan-aditif-
makanan-aman-dan-berbahaya/
http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._KESEJAHTERAAN_KELUARGA/
197807162006042-AI_MAHMUDATUSSA'ADAH/BAHAN_TAMBAHAN_PANGAN.pdf
http://www.kamusilmiah.com/pangan/antioksidan-dan-peranannya-bagi-
kesehatan/
http://konsultansi-agroindustri.blogspot.com/2010/06/antikempal.html
http://books.google.co.id/books?
id=5WsQ_Wk3cm8C&pg=PA34&lpg=PA34&dq=bahan+tambahan+makanan+pengas
am&source=bl&ots=qYcSdg1k7p&sig=Z7fqD4PXfLTmzc5qv2OR3K07qcg&hl=id&sa=X
&ei=jmFuUafPE8TnrAfi0oCQAQ&redir_esc=y#v=onepage&q=bahan%20tambahan
%20makanan%20pengasam&f=false